• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.2. Konsep Perwilayahan (Zonasi)

2.2.2. Zonasi Taman Nasional

Pemilihan lokasi untuk dijadikan suatu zona dalam suatu taman nasional sangat tergantung pada kekhasan, situasi dan kondisi kawasan yang dikelola. Nikijuluw (2002) menyusun pemilihan lokasi didasarkan pada :

1. Alternatif lokasi harus diterima mayoritas masyarakat secara, sosial, budaya dan politik.

2. Diterapkan secara bertahap agar masyarakat secara perlahan dapat menyesuaikan kegiatan pemanfaatan dengan sesuatu yang baru serta memberikan ruang terhadap pengelola untuk melihat dan mengevaluasi dampak negatif yang terjadi.

3. Pendekatan manajemen harus dapat disesuaikan dengan perubahan kondisi biologi dan ekonomi.

4. Penerapannya berdasarkan efisiensi dan inovasi, masyarakat harus didorong dan dimotivasi untuk melakukan pendekatan manajemen yang baru, dengan

harapan bisa memberikan keuntungan yang lebih besar dibandingkan sebelumnya.

5. Pengelola harus mempunyai dana yang cukup untuk menjalankan peraturan yang dibuatnya sehingga manajemen yang baru dapat diimplementasikan dengan baik.

6. Ada implikasi terhadap tenaga kerja, pengangguran dan keadilan. Pendekatan manajemen yang baru harus lebih adil dan menguntungkan semua pihak, tidak hanya menguntungkan pihak tertentu.

Menurut Philips (2002), pada dasarnya tidak ada suatu formula khusus untuk menentukan zonasi. Perencana kawasan taman nasional harus memulainya dengan dasar tujuan pengelolaan yang telah ditetapkan. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan zonasi adalah sebagai berikut :

1. Perlindungan biodiversitas yang bernilai tinggi.

2. Batasan-batasan yang terkait dengan lanskap dan perbedaan ekologi, seperti kelerengan, jenis tanah, hidrologi, dan nilai lanskap.

3. Penyediaan ajang bagi pengunjung untuk mencari pengalaman yang bervariasi.

4. Eliminasi atau minimasi kegiatan dan pemanfaatan yang merusak sumber daya yang ada di dalam kawasan .

5. Kapabilitas kawasan untuk mendukung berbagai macam keinginan pemanfaatan dan pembangunan.

6. Hasil proses partisipasi atau konsultasi publik.

7. Kebijakan pemerintah yang terkait dengan penggunaan lahan. 8. Pemanfaatan oleh masyarakat setempat yang telah ada.

Salm dalam Bengen (2001) menjabarkan kriteria penentuan suatu lokasi zona berdasarkan kriteria :

1. Kriteria ekologi: nilai suatu ekosistem dan jenis biota dapat dilihat dari kriteria: a. Keanekaragaman hayati; didasarkan pada keragaman atau kekayaan ekosistem, habitat, komunitas dan jenis biota. Lokasi yang sangat beragam dan harus mempunyai nilai paling tinggi.

b. Alami; didasarkan pada tingkat degradasi. Lokasi yang terdegradasi mempunyai nilai yang rendah, dan sedikit berkontribusi dalam proses- proses biologis.

c. Ketergantungan; didasarkan pada tingkat ketergantungan spesies pada lokasi, atau tingkat dimana ekosistem tergantung pada proses-proses ekologis yang berlangsung di lokasi.

d. Keterwakilan; didasarkan pada tingkat dimana lokasi mewakili semua habitat, proses ekologis, komunitas biologi, ciri geologi atau karakteristik alam lainnya.

e. Keunikan; didasarkan keberadaan suatu spesies endemik atau yang hampir punah.

f. Integritas; didasarkan pada tingkat dimana lokasi merupakan suatu unit fungsional dari entitas ekologi.

g. Produktivitas; didasarkan pada tingkat dimana proses-proses produktif di lokasi memberikan manfaat atau keuntungan bagi biota atau manusia. h. Kerentanan; didasarkan pada kepekaan.

2. Kriteria sosial: manfaat sosial dan budaya pesisir dapat dilihat dari kriteria: a. Penerimaan masyarakat; didasarkan pada tingkat dukungan masyarakat

lokal.

b. Kesehatan Masyarakat; didasarkan pada tingkat dimana penetapan kawasan konservasi dapat membantu mengurangi pencemaran lingkungan atau penyakit yang berpengaruh pada kesehatan masyarakat.

c. Rekreasi; didasarkan pada tingkat dimana lokasi dapat digunakan untuk rekreasi bagi penduduk disekitar.

d. Budaya; didasarkan pada nilai sejarah, agama, seni atau nilai budaya lain dari lokasi.

e. Estetika; didasarkan pada nilai keindahan lokasi.

f. Konflik kepentingan; didasarkan pada tingkat dimana kawasan konservasi dapat berpengaruh pada aktifitas masyarakat lokal.

g. Keamanan; didasarkan pada tingkat bahaya dari lokasi bagi manusia karena adanya erosi dan hambatan lainnya.

i. Kepedulian masyarakat; didasarkan pada tingkat dimana monitoring, penelitian, pendidikan atau pelatihan di dalam lokasi dapat berkontribusi pada pengetahuan, apresiasi nilai-nilai lingkungan dan tujuan konservasi. j. Konflik dan kompatibilitas; didasarkan pada tingkat dimana lokasi dapat

membantu menyelesaikan konflik antara kepentingan sumberdaya alam dan aktifitas manusia, atau tingkat dimana kompatibilitas antara sumberdaya alam dan manusia dapat dicapai.

3. Kriteria ekonomi: manfaat ekonomi pesisir dapat dilihat dari kriteria:

a. Spesies penting; didasarkan pada tingkat dimana spesies penting komersial tergantung pada lokasi.

b. Kepentingan; didasarkan pada jumlah masyarakat yang tergantung pada lokasi dan ukuran hasil sumberdaya alam.

c. Bentuk ancaman; didasarkan pada luasnya perubahan pola pemanfaatan yang mengancam keseluruhan nilai lokasi bagi manusia.

d. Manfaat ekonomi; didasarkan pada tingkat dimana perlindungan lokasi akan berpengaruh pada ekonomi lokal dalam jangka panjang.

e. Pariwisata; didasarkan pada nilai keberadaan atau potensi lokasi untuk pengembangan pariwisata.

Dalam pengelolaan kawasan taman nasional, zonasi digunakan untuk mendefinisikan tujuan spasial penggunaan ruang dan pembatasan, dalam pemanfaatan sumberdaya alam (Portman, 2007). Umumnya zonasi taman nasional terdiri dari zona inti, zona rimba sebagai buffer dari zona inti, dan zona pemanfaatan (Sabatini et al, 2007;. Day, 2002; Bohnsack, 1996).

Zonasi dapat dilakukan dengan menggunakan analisis multikriteria (Keisler dan Sundell, 1997; Geneletti, 2001). Analisis multikriteria adalah perangkat pengambilan keputusan yang dikembangkan untuk masalah-masalah kompleks multikriteria yang mencakup aspek kualitatis dan atau kuantitatif dalam proses pengambilan keputusan. Pada penelitian/penyusunan zonasi dengan teknik analisis multikriteria, selalu menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam membagi wilayah suatu kawasan ke dalam zona-zona yang dibutuhkan. Hal ini disebabkan karena zonasi selalu berhubungan dengan spasial yang bersifat distribusi geografiis (Villa et al. 2002). Beberapa penelitian yang menggunakan

analisis multi kriteria berbasis SIG antara lain dapat dilihat pada Tabel 2.2. Beberapa peneliti lainnya melakukan zoning dengan menggunakan metode Sistem Informasi Geografis dan pengindraan jauh (Zafar et al., 2011), dengan kriterianya adalah: ketinggian, jarak dari jalan, jarak dari sungai, jarak dari masyarakat, kelerengan, dan penggunaan lahan.

Tabel 2.2. Daftar Penelitian Penyusunan Zonasi di Kawasan Konservasi

No Nama Topik dan Lokasi Tahun

1 Boteva, et al. Evaluasi & Pemetaan Habitat Konservasi dengan

menggunakan SIG di Creta Yunani 2004

2 Genneletti

Pengambilan keputusan berbasis SIG untuk mengidentifikasi prioritas konservasi alami di lembah Alpen

2004

3 Ridgley & Heil

Perencanaan zona penyangga pada kawasan konservasi dengan menggunakan aplikasi multikriteria di TN Izta-Popo Mexico

1998

4 Hjortso, et al. Aplikasi multikriteria untuk menyusun pengelolaan

kawasan lindung dan kawasan penyangga 2005

5 Villa, et al.

Zonasi kawasan konservasi laut dengan menggunakan analisis multikriteria di taman nasional Laut Pulau Asinara Italia

2002

6 Portman Rancangan zonasi tapal batas taman nasional laut 2007 7 Crossman Optimalisai zonasi taman nasional laut dengan

menggunakan sistem pendukung keputusan 2005

8 Geneletti & Van Duren

Zonasi kawasan konservasi untuk perlindungan dan pemanfaatan, dengan menggunakan analisis multikriteria

2008

9 Hermawan, et al. Pemanfaatan ruang dan lahan di TN Gunung

Ciremai 2005

Zonasi taman nasional di Indonesia diatur dalam Permenhut No. P.56/Menhut-II/2006 tentang Pedoman Zonasi Taman Nasional, yaitu suatu proses pengaturan ruang dalam taman nasional menjadi zona-zona, yang mencakup kegiatan tahap persiapan, pengumpulan dan analisis data, penyusunan draft rancangan-rancangan zonasi, konsultasi publik, perancangan, tata batas antar zona, dan penetapan, dengan mempertimbangkan kajian-kajian dari aspek-aspek ekologis, sosial, ekonomi dan budaya masyarakat. Sedangkan Zona Taman Nasional adalah wilayah di dalam kawasan taman nasional yang dibedakan menurut fungsi dan kondisi ekologis, sosial, ekonomi dan budaya masyarakat (Tabel 2.3. dan Tabel 2.4.). Adapun tahapan zonasi taman nasional digambarkan pada Gambar 2.3.

Tabel 2.3. Batasan dan kreiteria tipe zona pada taman nasional

Tipe Zona Batasan Kriteria

Inti

Bagian dari kawasan taman nasional yang mempunyai kondisi alam baik biota atau fisiknya masih asli dan tidak atau belum diganggu oleh manusia yang mutlak dilindungi, berfungsi untuk perlindungan keterwakilan keanekaragaman hayati yang asli dan khas

1. Mempunyai keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta

ekosistemnya;

2. Mewakili formasi biota tertentu dan atau unit-unit penyusunnya yang

merupakan ciri khas ekosistem dalam kawasan taman nasional yang kondisi fisiknya masih asli dan belum diganggu oleh manusia;

3. Mempunyai kondisi alam, baik biota maupun fisiknya yang masih asli dan

atau belum diganggu manusia;

4. Mempunyai luas yang cukup dan bentuk tertentu agar menunjang

pengelolaan yang efektif dan menjamin berlangsungnya proses ekologis secara alami;

5. Mempunyai ciri khas potensinya dan dapat merupakan contoh yang

keberadaannya memerlukan upaya konservasi;

6. Mempunyai komunitas tumbuhan dan atau satwa beserta ekosistemnya

yang langka atau yang keberadaannya terancam punah;

7. Merupakan habitat satwa dan atau tumbuhan tertentu yang prioritas dan

khas/endemik;

8. Merupakan tempat aktivitas satwa migran.

Rimba

Bagian taman nasional yang karena letak, kondisi dan potensinya mampu mendukung kepentingan pelestarian pada zona inti dan zona

pemanfaatan.

1. Kawasan yang merupakan habitat atau daerah jelajah untuk melindungi

dan mendukung upaya perkembangbiakan dari jenis satwa yang perlu dilakukan upaya konservasi;

2. Memiliki ekosistem dan atau keanekaragaman jenis yang mampu

menyangga pelestarian zona inti dan zona pemanfaatan;

3. Merupakan tempat dan kehidupan bagi jenis satwa tertentu.

Pemanfaatan

Bagian dari kawasan taman nasional yang letak, kondisi dan potensi alamnya, yang terutama dimanfaatkan untuk kepentingan pariwisata alam dan kondisi/jasa lingkungan lainnya.

1. Mempunyai daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa atau berupa

formasi ekosistem tertentu serta formasi geologinya yang indah dan unik;

2. Mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelestarian potensi dan

daya tarik untuk dimanfaatkan bagi pariwisata dan rekreasi alam;

3. Kondisi lingkungan di sekitarnya mendukung pemanfaatan jasa

lingkungan, pengembangan pariwisata alam, rekreasi, penelitian dan pendidikan;

4. Merupakan wilayah yang memungkinkan dibangunnya sarana prasarana

bagi kegiatan pemanfaatan jasa lingkungan, pariwisata alam, rekreasi, penelitian dan pendidikan;

5. Tidak berbatasan langsung dengan zona inti

Tradisional

Bagian dari taman nasional yang ditetapkan untuk kepentingan pemanfaatan tradisional oleh masyarakat yang karena kesejarahan mempunyai ketergantungan dengan SDA

1. Adanya potensi dan kondisi SDA hayati non kayu tertentu yang telah

dimanfaatkan secara tradisonal oleh masyarakat setempat guna memenuhi kebutuhan hidupnya;

2. Di wilayah perairan terdapat potensi dan kondisi SDA hayati tertentu

yang telah dimanfaatkan melalui kegiatan pengembangbiakan, perbanyakan dan pembesaran oleh masyarakat setempat guna memenuhi kebutuhan hidupnya

Rehabilitasi

Bagian dari taman nasional yang karena mengalami kerusakan, sehingga perlu dilakukan kegiatan pemulihan komunitas hayati dan ekosistemnya yang mengalami kerusakan

1. Adanya perubahan fisik, sifat fisik dan hayati yang secara ekologi

berpengaruh kepada kelestarian ekosistem yang pemulihannya diperlukan campur tangan manusia;

2. adanya infasi spesies yang mengganggu jenis atau spesies asli kawasan

3. pemulihan kawasan sekurang-kurangnya memerlukan waktu 5 (lima)

tahun

Religi, budaya dan

sejarah

Bagian dari taman nasional yang didalamnya terdapat sirus religi, peninggalam warisan budaya dan atau sejarah yang dimanfaatkan untuk kegiatan keagamaan, perlindungna nilai- nilai budaya atau sejarah

1. Adanya lokasi untuk kegiatan religi yang masih dipelihara dan

dipergunakan oleh masyarakat;

2. Adanya situs budaya dan sejarah baik yang dilindungi undang-undang,

maupun tidak dilindungi undang-undang

Khusus

Bagian dari taman nasional karena kondisi yang tidak dapat dihindarkan telah terdapat kelompok masyarakat dan sarana penunjang kehidupanya yang tinggal sebelum wilayah tersebut ditetapkan sebagai taman nasional , antara lain sarana telekomunikasi, fasilitas transportasi dan listrik

1. Telah terdapat sekelompok masyarakat dan sarana penunjang

kehidupannya yang tinggal sebelum wilayah tersebut

ditunjuk/ditetapkan sebagai taman nasional;

2. Telah terdapat sarana prasarana antara lain telekomunikasi, fasilitas

transportasi dan listrik;

3. Lokasi tidak berbatasan dengan zona inti

Tabel 2.4. Peruntukan dan jenis kegiatan pada zona-zona taman nasional

Tipe Zona Peruntukan Kegiatan

Inti

Perlindungan ekosistem, pengawetan flora dan fauna khas beserta habitatnya yang peka terhadap gangguan dan perubahan, sumber plasma nutfah dari jenis tumbuhan dan satwa liar, untuk kepentingan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan, penunjang budidaya

1. Perlindungan dan pengamanan;

2. Inventarisasi dan monitoring SDA hayati dan ekosistemnya;

3. Penelitian dan pengembangan, ilmu pengetahuan,m pendidikan,

dan atau penunjang budidaya;

4. Dapat dibangun sarana dan prasarana tidak permanen dan

terbatas untuk kegiatan penelitian dan pengelolaan

Rimba

Kegiatan pengawetan dan pemanfaatan SDA dan lingkungan alam bagi kepentingan penelitian, pendidikan, konservasi, wisata terbatas, habitat satwa migrant dan menunjang budidaya serta mendukung zona inti

1. Perlindungan dan pengamanan

2. Inventarisasi & monitoring SDA hayati & Ekosistemnya

3. Pengembangan penelitian, wisata terbatas & pengembangan

4. Pembangunan sarana & prasarana tidak permanen untuk

kegiatan penelitian & pengelolaan

Pemanfaatan

Pengembangan pariwisata alam dan rekreasi, jasa lingkungan, pendidikan, penelitian dan pengembangan yang menunjang pemanfaatan, kegiatan penunjang budidaya

1. Perlindungan dan pengamanan;

2. Inventarisasi dan monitoring sumberdaya alam hayati dengan

ekosistemnya;

3. Penelitian dan pengembangan pendidikan, dan penunjang

budidaya;

4. Pengembangan, potensi dan daya tarik wisata alam;

5. Pembinaan habitat dan populasi;

6. Pengusahaan pariwisata alam dan pemanfaatan kondisi/jasa

lingkungan;

7. Pembangunan sarana dan prasarana pengelolaan, penelitian,

pendidikan, wisata alam dan pemanfaatan kondisi/jasa lingkungan.

Tradisional

Pemanfaatan potensi tertentu oleh masyarakat setempat secara lestari melalui pengaturan pemanfaatan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidpnya

1. Perlindungan dan pengamanan;

2. Inventarisasi dan monitoring potensi jenis yang dimanfaatkan

oleh masyarakat;

3. Pembinaan habitat dan populasi;

4. Penelitian dan pengembangan;

5. Pemanfaatan potensi & kondisi SDA sesuai dengan

kesepakatan dan ketentuan yang berlaku

Rehabilitasi

Mengembalikan ekosistem kawasan yang rusak menjadi atau mendekati kondisi ekosistem alamiahnya

Perlindungan dan pengamanan

Religi, budaya dan

sejarah

Memperlihatkan dan melindungi nilai-nilai hasil karya budaya, sejarah arkeolgi maupun keagamaan, sebagai wahana penelitian, pendidikan dan wisata alam sejarah, arkeologi dan religious

1. Perlindungan dan pengamanan;

2. Pemanfaatan pariwisata alam, penelitian, pendidikan dan

religi;

3. Penyelenggaraan upacara adat;

4. Pemeliharaan situs budaya dan sejarah, serta

keberlangsungan upacara-upacara ritual keagamaan/adat yang ada

Khusus

Kepentingan aktivitas kelompok masyarakat yang tinggal diwilayah tersebut

1. Perlindungan dan pengamanan;

2. Pemanfaatan untuk menunjang kehidupan masyarakat

3. Rehabilitasi;

4. Monitoring populasi dan aktivitas masyarakat serta daya

dukung wilayah

Diterima

Ditolak

Sumber: Hasil olahan dari PerMenHut No. P.56/Menhut-II/2006

Gambar 2.3. Flowchart tahapan penetapan zonasi taman nasional

Survey & analisa

Penyusunan Draft Rancangan Zonasi

Konsultasi Publik

Rekomendasi Pemda

 Nilai biodiversitas, arkeologi,

DTW, potensi Jasling

 Data spatial: tanah, geologi, iklim,

topografi, geomorfologi, land use

 Sosekbud masyarakat

 oceanografi

 Peta rancangan zonasi

 Uraian potensi global

 Batas geografi zona

 Kegiatan yang boleh / tidak boleh

pada tiap zona

 Pembahasan/penyempurnaan

 Berita acara dan peta hasil

kesepakatan ditandatangani wakil- wakil para pihak dan wakil Balai

 Bahan rekomendai Pemda

Pengiriman dokumen ke direktur teknis

 Rekomendasi pemerintah daerah

 Buku data dan analisa

Persetujuan direktur teknis Ka BTN

Tata batas zonasi

 Pemancangan patok batas

 Penyusunan BA

pemancangan patok batas

Penetapan  Penandatanganan BA yang telah disetujui direktur

 penandatanganan BA tata batas zonasi Buku Penataan Zonasi Ka BTN Pengesahan DirJen Instansi terkait Ka BTN menetapkan draft final

penataan zonasi Penilaian

Direktur teknis

Buku Penataan Zonasi yang telah

disahkan

Selesai

Mulai iii

 Pembentukan Tim Kerja

 Penyusunan rencana kerja Pengesahan Ka BTN

Distribusi:

 Eselon I Dephut

 Eselon II PHKA

 Gubernur/Bupati/Walikota

Dokumen terkait