• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembangunan sistem pendeteksi penyalahgunaan narkoba menggunakan algoritma jaringan syaraf tiruan metode backpropagation

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pembangunan sistem pendeteksi penyalahgunaan narkoba menggunakan algoritma jaringan syaraf tiruan metode backpropagation"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

Nama : Dwi Putri Pangrestu

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir : Tanjungpandan, 08 Desember 1990

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Status : Belum Menikah

Alamat Lengkap : Jalan Tanjung Baru No 05 RT.43/RW.17 Desa

Pangkal Lalang, Kecamatan Tanjungpandan,

Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan

Bangka Belitung 33411

No. HP : 087821421475

Email : dwiputri.pangrestu@gmail.com

2. Riwayat Pendidikan

2011 – 2014 : Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Bandung Program Strata 1 Teknik Informatika

2007 – 2011 : Universitas Telkom (d/h. IT Telkom) Bandung Program Diploma 3 Teknik Informatika

2004 – 2007 : SMA Negeri 1 Tanjungpandan

2001 – 2004 : SMP Negeri 1 Tanjungpandan

1995 – 2001 : SD Negeri 09 Tanjungpandan

Demikian riwayat hidup ini diisi dengan sebenar-benarnya dan untuk digunakan lebih lanjut.

Bandung, 25 Februari 2014

(5)

SKRIPSI

Diajukan untuk Menempuh Ujian Akhir Sarjana

DWI PUTRI PANGRESTU

10111942

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

(6)

iii

Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, shahabat-shahabatnya serta para

pengikutnya hingga hari akhir. Alhamdulillah atas izin-Nya, penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Pembangunan Sistem Pendeteksi Penyalahgunaan Narkoba Menggunakan Algoritma Jaringan Syaraf Tiruan Metode Backpropagation”. Penulisan skripsi ini untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi pada Program Strata-1 Teknik Informatika,

Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer, Universitas Komputer Indonesia.

Laporan skripsi ini dapat terselesaikan dengan dukungan orang-orang yang

senantiasa menguatkan, memberikan semangat dan solusi, senyuman serta harapan

dan bimbingan kepada penulis. Oleh karena itu dengan penuh terima kasih, buku ini

dipersembahkan untuk:

1. Mama Lilyanna dan Papa Lili Solihin, orangtua nomor 1 di dunia, yang

senantiasa memberikan harapan, motivasi, materi dan kasih sayang tiada henti.

Untuk mbak Ajeng, kak Dedi beserta si kecil Aqist, dan adek Lara, kalian

merupakan saudara dan keponakan terbaik. Juga untuk keluarga besar di

Belitung yang selalu memberikan motivasi dengan kiriman makanannya.

2. Bapak Irawan Afrianto, S.T., M.T., selaku Ketua Program Studi Teknik

Informatika.

3. Bapak Galih Hermawan, S.Kom, M.T., selaku penguji 1 dalam seminar dan

sidang akhir.

4. Ibu Nelly Indriani W, S.Si, M.T., selaku penguji 2 dan dosen pembimbing yang

telah banyak memberikan kemudahan dan arahan, serta sabar memberikan

bimbingan kepada penulis hingga laporan tugas akhir ini dapat terselesaikan.

5. Kapolres Belitung beserta jajaran staf Polres Belitung terutama SatResNarkoba

(7)

iv

ke-2 penulis. Pasangan sponsor penulis, Rizka dan Dhany serta baby Naya yang

telah setia membantu, mendengarkan dan memberikan solusi kepada penulis.

Selain itu, terimakasih pula untuk para upline, downline serta crossline penulis.

8. Sahabat-sahabat penulis. Yuli Riawan, Pia Octaviani, Siti Sofiyah, sahabat yang

senantiasa mengingatkan dan membantu penulis dalam mengerjakan skripsi ini.

Dinda di IPB, Tika di Medan, Dwi di FKG Unpad, serta Ade. Teman-teman di

kost lama dan baru : mbak irma, mbak ika, mbak popy, mbak intan, mbak tini,

wita, serta keluarga besar D3IF-31 Telkom University (d/h IT Telkom).

9. Keluarga besar Unikom IF-16 angkatan 2009: tiada kesan tanpa kehadiran kalian

semua bro (budhi, dunant, fariz, agus, esa, rian, ikra, gema, dkk) thx ya.

10. Keluarga besar Unikom IF-17K angkatan 2011 konversi: beragam rasa, budaya,

cerita, sedih dan senang (mbak pipit, mbak juli, adhit, iky, irma, fuad, yogi, ine,

harry, radhian, yusuf, dll.) Perjuangan kita pasti membawa hasil :’)

11. Teman-teman IF Unikom 2009-2012 yang pernah bareng saat perkuliahan

maupun skripsi, terimakasih untuk semua bantuan dan semangatnya (sarah, tian,

vincent, ferry, siti, agi dkk., alin dkk., dll)

12. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan skripsi ini,

yang tidak dapat penulis cantumkan satu persatu.

Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca. Aamiin.

Bandung, 25 Februari 2014

(8)

v

ABSTRACT ...ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR SIMBOL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB 1 PENDAHULUAN ... ....…….1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Maksud dan Tujuan ... 3

1.4 Batasan Masalah ... 3

1.5 Metodologi Penelitian ... 4

1.6 Sistematika Penulisan ... 7

BAB 2 LANDASAN TEORI ... 9

2.1 Profil BNN ... 9

2.1.1 Sejarah Badan Narkotika Nasional (BNN)... 9

2.1.2 Susunan Organisasi BNN ... 12

2.1.3 Kebijakan dan Strategi BNN ... 13

2.2 Komunitas Rumah Cemara ... 14

2.3 Landasan Teori ... 15

2.3.1 Kecerdasan Buatan ... 15

2.3.1.1 Sejarah Kecerdasan Buatan ... 17

2.3.1.2 Kecerdasan Buatan dan Kecerdasan Alami ... 18

(9)

vi

2.3.3 JST Backpropagation ... 21

2.3.3.1 Arsitektur JST Backpropagation ... 21

2.3.3.2 Fungsi Aktivasi ... 22

2.3.3.3 Proses Pelatihan JST Backpropagation... 23

2.3.3.4 Proses Pengujian JST Backpropagation ... 27

2.3.4 Optimasi JST Backpropagation ... 28

2.3.5 Narkoba ... 29

2.3.6 Unified Modelling Language ... 31

2.3.6.1 Use Case Diagram ... 31

2.3.6.2 Activity Diagram ... 31

2.3.6.3 Class Diagram ... 32

2.3.6.4 Sequence Diagram ... 32

2.3.7 JAVA ... 32

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM ... 35

3.1 Analisis Sistem ... 35

3.1.1 Analisis Masalah ... 35

3.1.2 Analisis Sistem Usulan... 36

3.1.2.1 Analisis Kasus ... 40

3.1.3 Analisis Kebutuhan Non Fungsional ... 50

3.1.3.1 Analisis Kebutuhan Perangkat Keras ... 51

3.1.3.2 Analisis Kebutuhan Perangkat Lunak ... 51

3.1.3.3 Analisis Kebutuhan Pengguna ... 51

3.1.4 Analisis Data/File ... 52

(10)

vii

3.1.5.3 Class Diagram ... 65

3.1.5.4 Sequence Diagram ... 70

3.2 Perancangan Sistem ... 77

3.2.1 Perancangan Basis Data ... 77

3.2.1.1 Struktur Tabel ... 78

3.2.1.2 Perancangan Pengkodean ... 80

3.2.2 Perancangan Method ... 80

3.2.3 Perancangan Struktur Menu ... 89

3.2.4 Perancangan Antarmuka... 90

3.2.5 Perancangan Pesan ... 97

3.2.6 Jaringan Semantik ... 99

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM ... 101

4.1 Implementasi Sistem ... 101

4.1.1 Implementasi Perangkat Keras ... 101

4.1.2 Implementasi Perangkat Lunak ... 101

4.1.3 Implementasi Database ... 102

4.1.4 Implementasi Antarmuka ... 104

4.2 Pengujian Sistem ... 105

4.2.1 Pengujian Alpha ... 105

4.2.1.1 Pengujian Black Box ... 105

4.2.1.2 Pengujian White Box ... 109

4.2.2 Pengujian Beta ... 115

4.2.2.1 Pengujian Proses/Prosedur Sistem ... 115

(11)

viii

(12)

121

Buku Saku Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba. Badan Narkotika Nasional.

2010.

[2] Intan Widya Kusuma dan Agus Maman Abadi. Aplikasi Model

Backpropagation Neural Network Untuk Perkiraan Produksi Tebu Pada PT.

Perkebunan Nusantara IX. Prosiding. Pendidikan Matematika FMIPA UNY.

2011.

[3] Jong Jek Siang. Jaringan Syaraf Tiruan dan Pemrograman menggunakan

MATLAB. Andi Publisher. 2009.

[4] Kiki dan Sri Kusumadewi, Jaringan Syaraf Tiruan dengan Metode

Backpropagation untuk Mendeteksi Gangguan Psikologi. Jurnal. Teknik

Informatika UII. 2004.

[5] Rachmad Hakim dan Ir.Sutarto, M.Si.. Mastering JavaTM. Jakarta : PT Elex Media Komputindo. 2009.

[6] Roger S. Pressman. Rekayasa Perangkat Lunak : pendekatan praktisi (Buku I) ;

diterjemahkan oleh LN Harnaningrum. Edisi II. Yogyakarta : Andi. 2007.

[7] Sri Kusumadewi. Artificial Intelligence (Teknik dan Aplikasinya). Yogyakarta :

Penerbit Graha Ilmu. 2003.

[8] Suyanto. Artificial Intelligence : Searching, Reasoning, Planning dan Learning

(Edisi Revisi). Penerbit Informatika. 2011.

[9] Syafiie Nur Luthfie. Implementasi Jaringan Saraf Tiruan Backpropagation

Pada Aplikasi Pengenalan Wajah Dengan Jarak Yang Berbeda Menggunakan

MATLAB 7.0. Jurnal. Teknik Informatika Universitas Gunadarma. 2012.

[10] Tofik Online. Dampak Buruk Merokok. [online].

(13)

1

Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba sudah merambah ke segala

penjuru dunia, tak terkecuali di Indonesia. Penyalahgunaan narkoba memberikan

banyak dampak negatif baik dari segi psikis, fisik maupun sosial. Narkoba,

merupakan singkatan dari NARkotika, PsiKOtropika dan Bahan Adiktif Lain, adalah

obat, bahan atau zat yang jika masuk tubuh berpengaruh pada fungsi tubuh, terutama

otak. Penggunaan dan peredaran narkotika dan psikotropika diawasi secara ketat

dengan Undang-Undang, yaitu Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang

Narkotika. Kepemilikan, penggunaan serta peredaran narkotika dan psikotropika

secara tidak sah merupakan pelanggaran hukum [1].

Badan Narkotika Nasional (BNN) mencatat hingga tahun 2013 jumlah

penyalahguna narkoba di Indonesia mencapai empat juta. Sekitar 70 persen dari

jumlah tersebut adalah pengguna dari golongan pekerja, sementara 22 persen

merupakan kelompok pelajar atau mahasiswa, serta delapan persen pengangguran dan

lainnya. Melihat besarnya jumlah para penyalahguna narkoba, diperlukan kepedulian

dan kewaspadaan dari pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat untuk

bersama-sama melakukan upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba serta pemberantasan

peredarannya. Salah satu upaya tersebut adalah membangun fasilitas rehabilitasi atau

terapi medis bagi para penyalahguna narkoba. Sebelum rehabilitasi, para

penyalahguna menghadapi serangkaian tes untuk mengetahui jenis narkoba apa yang

disalahgunakan. Tes yang sering digunakan meliputi tes biologis seperti mendeteksi

melalui urine, darah, rambut, keringat dan lain-lain. Namun kendala waktu, biaya

serta fasilitas yang minim di beberapa daerah membuat pendeteksian seseorang

(14)

Dengan berkembangnya teknologi saat ini, memungkinkan pendeteksian jenis

narkoba yang dikonsumsi seseorang melalui suatu program komputer yang telah

diberikan pengetahuan atau kecerdasan buatan. Jaringan syaraf tiruan, merupakan

salah satu cabang dari AI (Artificial Intellegence) atau kecerdasan buatan, adalah

salah satu representasi buatan dari otak manusia yang selalu mencoba untuk

mensimulasikan proses pembelajaran pada otak manusia. Istilah buatan ini

diimplementasikan dengan menggunakan program komputer yang mampu

menyelesaikan sejumlah proses perhitungan selama proses pembelajaran. Jaringan

saraf tiruan mampu melakukan pengenalan kegiatan berbasis data masa lalu. Data

masa lalu akan dipelajari oleh jaringan saraf tiruan sehingga mempunyai kemampuan

untuk memberikan keputusan terhadap data yang belum pernah dipelajari.

Perambatan galat mundur (Backpropagation) adalah sebuah metode sistematik untuk

pelatihan multilayer jaringan syaraf tiruan. Metode ini memiliki dasar matematis

yang kuat, obyektif dan algoritma ini membentuk persamaan dan nilai koefisien

dalam formula dengan meminimalkan jumlah kuadrat galat error melalui model yang

dikembangkan. Pada tahun 2004 dilakukan penelitian untuk mendeteksi kondisi

psikologis berdasarkan gejala-gejala yang sering terjadi pada manusia menggunakan

algoritma jaringan syaraf tiruan dengan metode backpropagation oleh Kiki dan Sri

Kusumadewi [4]. Dari hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa metode

Backpropagation dapat digunakan untuk melakukan pendeteksian suatu jenis

penyakit, gangguan maupun kasus yang memiliki data masa lalu. Dan dengan

menggunakan metode Backpropagation, target output yang diinginkan lebih

mendekati ketepatan dalam melakukan pengujian, karena terjadi penyesuaian nilai

bobot dan bias yang semakin baik pada proses pelatihan. Pada tugas akhir ini akan

dibangun sistem pendeteksian penyalahgunaan narkoba menggunakan algoritma

jaringan syaraf tiruan model backpropagation berdasarkan efek samping yang timbul

(15)

1.2 Perumusan Masalah

Yang menjadi rumusan masalah dalam tugas akhir ini adalah bagaimana cara

membuat sistem pendeteksi penyalahgunaan narkoba menggunakan algoritma

jaringan syaraf tiruan model backpropagation?

1.3 Maksud dan Tujuan

Berdasarkan permasalahan yang diteliti, maka maksud dari penulisan tugas

akhir ini adalah untuk membangun sistem pendeteksi penyalahgunaan narkoba

berdasarkan efek samping yang dialami menggunakan algoritma jaringan syaraf

tiruan metode backpropagation.

Sedangkan tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Memberikan alternatif pendeteksian narkoba selain menggunakan proses tes

laboratorium.

2. Mempercepat proses identifikasi narkoba dibandingkan dengan proses lama

dengan alur tes laboratorium.

3. Mengetahui akurasi hasil identifikasi mana yang lebih tepat antara proses

identifikasi dengan mengunakan sistem atau dengan proses tes di laboratorium.

4. Memberikan kemudahan bagi user dalam mengoperasikan sistem pendeteksi

penyalahgunaan narkoba dibandingkan dengan proses identifikasi di

laboratorium.

1.4 Batasan Masalah

Batasan masalah yang akan dibahas pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Data yang menjadi masukan adalah gejala efek samping yang diderita pecandu

narkoba seperti adiksi/ketagihan, keracunan zat, halusinasi dan lain-lain. Data ini

kemudian diolah menjadi 23 gejala efek samping atau variabel masukan sistem.

2. Masing-masing variabel diberi nilai 1 untuk gejala yang diderita dan nilai 0 untuk

(16)

3. Minimal batasan gejala yang harus dipilih oleh user untuk mendeteksi

penyalahgunaan narkoba adalah 3 buah gejala yang diderita oleh pasien. Jika

kurang dari 3 buah gejala, maka sistem tidak bisa mendeteksi jenis narkoba apa

yang telah disalahgunakan.

4. Output sistem yang diharapkan berupa hasil identifikasi menggunakan narkoba

jenis Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya.

5. Penentuan jumlah neuron pada lapisan tersembunyi, nilai learning rate, jumlah

iterasi (epoch) dan batasan error (MSE atau Mean Square Error) disesuaikan

selama proses pelatihan berlangsung untuk mendapatkan jaringan MLP (Multi

Layer Perceptron) yang paling sesuai untuk mendeteksi penyalahgunaan narkoba.

6. Proses pengujian dengan data sampling juga dilakukan dengan beragam nilai

parameter JST sehingga didapat jaringan MLP yang paling sesuai sebagai dasar

pembangunan sistem pendeteksi penyalahgunaan narkoba.

7. Perancangan sistem ini menggunakan notasi UML (Unified Modelling Language)

dengan metode berorientasi objek dan dibangun menggunakan bahasa

pemrograman Java dalam pembuatan sistem pendeteksi penyalahgunaan narkoba

dengan algoritma jaringan syaraf tiruan.

8. Sistem akan diimplementasikan di Satuan Reserse Kriminal Narkoba Polres

Belitung.

9. User dalam sistem ini adalah petugas atau anggota penyidik kepolisian yang

memiliki wewenang serta keahlian khusus di bidang narkoba seperti kemampuan

mediasi serta pengetahuan tentang narkoba.

1.5 Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian merupakan suatu proses yang digunakan untuk

memecahkan suatu masalah yang logis dimana memerlukan data untuk mendukung

(17)

tugas akhir ini adalah metode analisis deskriptif, yang menggambarkan fakta-fakta

dan informasi dalam situasi atau kejadian secara sistematis, faktual dan akurat.

1. Tahap pengumpulan data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

a. Studi Literatur

Pengumpulan data dengan cara mengumpulkan literatur, jurnal, paper dan

bacaan-bacaan yang ada kaitannya dengan algoritma JST Backpropagation, efek

samping narkoba dan pemrograman Java.

b. Wawancara

Teknik pengumpulan data dengan mengadakan tanya jawab secara langsung yang

ada kaitannya dengan penyalahgunaan narkoba. Wawancara dilakukan dengan

pegawai BNN Propinsi Jawa Barat dan anggota Komunitas Rumah Cemara.

c. Kuisioner

Teknik pengumpulan data dengan menyebarkan angket yang berisi pertanyaan

yang berkaitan dengan narkoba serta efek samping yang diderita. Penyebaran

kuisoner dilakukan kepada anggota Komunitas Rumah Cemara dan masyarakat

umum.

2. Tahap pembuatan perangkat lunak.

Pembangunan perangkat lunak ini menggunakan metode pengembangan

waterfall, yang meliputi beberapa proses diantaranya:

a. System / Information Engineering

Merupakan bagian dari sistem yang terbesar dalam pengerjaan suatu proyek,

dimulai dengan menetapkan berbagai kebutuhan dari semua elemen yang

diperlukan sistem dan mengalokasikannya ke dalam pembentukan perangkat

(18)

b. Analysis

Merupakan tahap menganalisis hal-hal yang diperlukan dalam pelaksanaan

pembuatan sistem.

c. Design

Tahap penerjemahan dari data yang dianalisis ke dalam bentuk yang mudah

dimengerti oleh user.

d. Coding

Tahap penerjemahan data atau pemecahan masalah yang telah dirancang ke

dalam bahasa pemrograman Java.

e. Testing

Merupakan tahap pengujian terhadap sistem pendeteksi penyalahgunaan

narkoba berdasarkan algoritma JST Backpropagation menggunakan perangkat

lunak Java.

f. Maintenance

Tahap akhir dimana suatu perangkat lunak yang sudah selesai dapat

mengalami perubahan–perubahan atau penambahan sesuai dengan permintaan

user.

System engineering

Analysis

Coding

Testing

Maintenance Design

(19)

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan tugas akhir ini disusun untuk memberikan gambaran

umum tentang penelitian yang dijalankan. Sistematika penulisan tugas akhir ini

adalah sebagai berikut.

BAB 1 PENDAHULUAN

Pada bab ini memuat latar belakang masalah, identifikasi masalah, maksud

dan tujuan penelitian, batasan masalah, metodologi penelitian yang digunakan

serta sistematika penulisan.

BAB 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 berisi teori yang berkaitan dengan algoritma Jaringan Syaraf Tiruan

model Backpropagation, bahasa pemrograman Java, UML (Unified Modelling

Language) dan penjelasan tentang jenis-jenis narkoba serta efek yang ditimbulkan

dan juga mengenai organisasi Badan Narkotika Nasional (BNN).

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

Pada bab ini akan dilakukan analisis kebutuhan dan perancangan sistem yang

akan digunakan untuk mendeteksi penyalahguna narkoba dengan algoritma JST

Backpropagation dan bahasa pemrograman Java.

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM

Bab ini berisi implementasi dan pengujian sistem berdasarkan analisis dan

perancangan yang dilakukan pada bab 3. Pengujian dilakukan dengan metode

Black Box dan White Box.

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

Berisi kesimpulan dan saran yang sudah diperoleh dari hasil penulisan tugas

akhir sistem pendeteksi penyalahgunaan narkoba menggunakan algoritma JST

(20)
(21)

9

Badan Narkotika Nasional adalah lembaga pemerintah non-struktural yang

bertanggung jawab dan berada di bawah Presiden.Anggotanya terdiri dari 25 instansi

pemerintah terkait, Pejabat Eselon I dari Departemen-departemen, Kementerian

Negara, Kejaksaan Agung dan Kepolisian RI.

BNN bertugas melaksanakan pencegahan dan pemberantasan narkoba dengan

membentuk Satuan Tugas yang terdiri dari unsur-unsur instansi pemerintah terkait.

2.1.1 Sejarah Badan Narkotika Nasional (BNN)

Sejarah penanggulangan bahaya Narkotika dan kelembagaannya di Indonesia

dimulai tahun 1971 pada saat dikeluarkannya Instruksi Presiden Republik Indonesia

(Inpres) Nomor 6 Tahun 1971 kepada Kepala Badan Koordinasi Intelligen Nasional

(BAKIN) untuk menanggulangi 6 (enam) permasalahan nasional yang menonjol,

yaitu pemberantasan uang palsu, penanggulangan penyalahgunaan narkoba,

penanggulangan penyelundupan, penanggulangan kenakalan remaja, penanggulangan

subversi, pengawasan orang asing.

Berdasarkan Inpres tersebut Kepala BAKIN membentuk Bakolak Inpres Tahun

1971 yang salah satu tugas dan fungsinya adalah menanggulangi bahaya narkoba.

Bakolak Inpres adalah sebuah badan koordinasi kecil yang beranggotakan

wakil-wakil dari Departemen Kesehatan, Departemen Sosial, Departemen Luar Negeri,

Kejaksaan Agung, dan lain-lain, yang berada di bawah komando dan bertanggung

jawab kepada Kepala BAKIN. Badan ini tidak mempunyai wewenang operasional

dan tidak mendapat alokasi anggaran sendiri dari ABPN melainkan disediakan

(22)

Pada masa itu, permasalahan narkoba di Indonesia masih merupakan

permasalahan kecil dan Pemerintah Orde Baru terus memandang dan berkeyakinan

bahwa permasalahan narkoba di Indonesia tidak akan berkembang karena bangsa

Indonesia adalah bangsa yang ber-Pancasila dan agamis. Pandangan ini ternyata

membuat pemerintah dan seluruh bangsa Indonesia lengah terhadap ancaman bahaya

narkoba, sehingga pada saat permasalahan narkoba meledak dengan dibarengi krisis

mata uang regional pada pertengahan tahun 1997, pemerintah dan bangsa Indonesia

seakan tidak siap untuk menghadapinya, berbeda dengan Singapura, Malaysia dan

Thailand yang sejak tahun 1970 secara konsisten dan terus menerus memerangi

bahaya narkoba.

Menghadapi permasalahan narkoba yang berkecenderungan terus miningkat,

Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI)

mengesahkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika dan

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika. Berdasarkan kedua

Undang-undang tersebut, Pemerintah (Presiden Abdurahman Wahid) membentuk

Badan Koordinasi Narkotika Nasional (BKNN), dengan Keputusan Presiden Nomor

116 Tahun 1999.BKNN adalah suatu Badan Koordinasi penanggulangan narkoba

yang beranggotakan 25 Instansi Pemerintah terkait.

BKNN diketuai oleh Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) secara

ex-officio.Sampai tahun 2002 BKNN tidak mempunyai personil dan alokasi anggaran

sendiri.Anggaran BKNN diperoleh dan dialokasikan dari Markas Besar Kepolisian

Negara Republik Indonesia (Mabes Polri), sehingga tidak dapat melaksanakan tugas

dan fungsinya secara maksimal.

BKNN sebagai badan koordinasi dirasakan tidak memadai lagi untuk

menghadapi ancaman bahaya narkoba yang makin serius. Oleh karenanya

berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 2002 tentang Badan Narkotika

Nasional, BKNN diganti dengan Badan Narkotika Nasional (BNN). BNN, sebagai

(23)

dan ditambah dengan kewenangan operasional, mempunyai tugas dan fungsi: 1.

mengoordinasikan instansi pemerintah terkait dalam perumusan dan pelaksanaan

kebijakan nasional penanggulangan narkoba; dan 2. mengoordinasikan pelaksanaan

kebijakan nasional penanggulangan narkoba.

Mulai tahun 2003 BNN baru mendapatkan alokasi anggaran dari APBN.Dengan

alokasi anggaran APBN tersebut, BNN terus berupaya meningkatkan kinerjanya

bersama-sama dengan BNP dan BNK. Namun karena tanpa struktur kelembagaan

yang memilki jalur komando yang tegas dan hanya bersifat koordinatif (kesamaan

fungsional semata), maka BNN dinilai tidak dapat bekerja optimal dan tidak akan

mampu menghadapi permasalahan narkoba yang terus meningkat dan makin serius.

Oleh karena itu pemegang otoritas dalam hal ini segera menerbitkan Peraturan

Presiden Nomor 83 Tahun 2007 tentang Badan Narkotika Nasional, Badan Narkotika

Propinsi (BNP) dan Badan Narkotika Kabupaten/Kota (BNK), yang memiliki

kewenangan operasional melalui kewenangan Anggota BNN terkait dalam satuan

tugas, yang mana BNN-BNP-BNKab/Kota merupakan mitra kerja pada tingkat

nasional, propinsi dan kabupaten/kota yang masing-masing bertanggung jawab

kepada Presiden, Gubernur dan Bupati/Walikota, dan yang masing-masing (BNP dan

BN Kab/Kota) tidak mempunyai hubungan struktural-vertikal dengan BNN.

Merespon perkembangan permasalahan narkoba yang terus meningkat dan

makin serius, maka Ketetapan MPR-RI Nomor VI/MPR/2002 melalui Sidang Umum

Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR-RI) Tahun 2002 telah

merekomendasikan kepada DPR-RI dan Presiden RI untuk melakukan perubahan atas

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika. Oleh karena itu,

Pemerintah dan DPR-RI mengesahkan dan mengundangkan Undang-Undang Nomor

35 Tahun 2009 tentang Narkotika, sebagai perubahan atas UU Nomor 22 Tahun

1997. Berdasarkan UU Nomor 35 Tahun 2009 tersebut, BNN diberikan kewenangan

(24)

Berdasarkan undang-undang tersebut, status kelembagaan BNN menjadi

Lembaga Pemerintah Non-Kementrian (LPNK) dengan struktur vertikal ke propinsi

dan kabupaten/kota.Di propinsi dibentuk BNN Propinsi, dan di kabupaten/kota

dibentuk BNN Kabupaten/Kota.BNN dipimpin oleh seorang Kepala BNN yang

diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.BNN berkedudukan di bawah dan

bertanggungjawab kepada Presiden. Kepala BNN dibantu oleh seorang Sekretaris

Utama, Inspektur Utama, dan 5 (lima) Deputi yaitu Deputi Pencegahan, Deputi

Pemberdayaan Masyarakat, Deputi Rehabilitasi, Deputi Pemberantasan, dan Deputi

Hukum dan Kerja Sama.

2.1.2 Susunan Organisasi BNN

Susunan Organisasi Badan Narkotika Nasional terdiri atas:

a. Kepala

b. Sekretariat Utama

c. Deputi Bidang Pencegahan

d. Deputi Bidang Pemberdayaan Masyarakat

e. Deputi Bidang Pemberantasan

f. Deputi Bidang Rehabilitasi

g. Deputi Bidang Hukum dan Kerja Sama

h. Inspektorat Utama

i. Pusat Penelitian, Data, dan Informasi

j. Balai Besar Rehabilitasi

k. Balai Diklat

l. UPT Uji Lab Narkoba

(25)

2.1.3 Kebijakan dan Strategi BNN Visi BNN :

“Mewujudkan masyarakat Indonesia bebas dari penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba”

Misi BNN :

1. Merumuskan/menetapkan kebijakan dan strategi nasional P4GN.

2. Berkoordinasi dengan semua Lembaga Pemerintah (Departemen, Non

Departemen, LSM).

3. Melaksanakan program P4GN.

4. Membentuk satgas dalam Rangka Operasional.

5. Meningkatkan Kerjasama Regional dan Internasional.

Kebijakan BNN, meliputi :

1. Peningkatan Sumber Daya Manusia.

2. Pencegahan secara komprenhensif multidimensional.

3. Sosialisasi P4GN.

4. Koordinasi yang terpadu dilandasi komitmen, sikap konsisten dan

sungguh-sungguh.

5. Meningkatkan kerjasama internasional secara intensif.

6. Meningkatkan peran serta masyarakat.

7. Penegakan hukum yang konsisten.

8. Meningkatkan pelayanan terapi dan rehabilitasi.

9. Mengintensifkan pencegahan melalui komunikasi, informasi dan edukasi.

(26)

Strategi BNN, adalah sebagai berikut: 1. Strategi Bidang Pencegahan.

2. Strategi Bidang Penegakan Hukum.

3. Strategi Bidang Treatment dan Rehabilitasi.

4. Strategi Bidang Penelitian dan Pengembangan Informasi.

5. Strategi Bidang Kelembagaan.

Penegakan Hukum,Strategi Nasional Bidang Penegakan Hukum, meliputi : 1. Strategi Nasional Intelijen Narkoba.

2. Strategi Kontrol Narkoba Internasional.

3. Strategi Nasional Pengendalian dan Pengawasan terhadap Jalur Legal.

4. Strategi Nasional Interdiksi Narkoba:

a. Strategi Interdiksi Udara.

b. Strategi Interdiksi Laut/Maritim.

c. Strategi Interdiksi Darat.

5. Strategi Nasional Bidang Investigasi.

6. Strategi Nasional Bidang Eksekusi.

2.2 Komunitas Rumah Cemara

Rumah Cemara merupakan organisasi berbasis komunitas bagi orang dengan

HIV/AIDS dan pencandu narkoba di Jawa Barat.Rumah Cemara sendiri didirikan

oleh orang-orang yang tadinya pecandu narkoba dan bahkan penderita HIV/AIDS.

Sebagai mantan pecandu narkoba dan ODHA (Orang Dengan HIV AIDS), banyak di

antara mereka yang menerima sanksi sosial dari masyarakat sekitar dan bahkan dari

keluarga terdekat.Kondisi ini mendorong mereka untuk mendirikan Rumah Cemara, rumah untuk mereka yang “tersisihkan” dari rumah. Dengan semangat saling menolong sesama penderita dan semangat untuk menyelamatkan orang lain dari

(27)

Rumah Cemara yang berkantor di Jl.Geger Kalong Girang No 52 Bandung

Jawa barat memiliki visi dan misi sebagai berikut.

Visi Rumah Cemara :

Rumah Cemara memimpikan Indonesia tanpa diskriminasi terhadap orang dengan

HIV/AIDS (ODHA) dan orang yang menggunakan narkoba.

Misi Rumah Cemara :

Rumah Cemara menggunakan pendekatan sebaya agar terciptanya kualitas hidup

yang lebih baik bagi orang dengan HIV / AIDS dan pengguna narkoba di

Indonesia

Beberapa program kerja dan kegiatan yang diselenggarakan oleh komunitas

Rumah Cemara antara lain sebagai berikut.

1. Pusat Perawatan Pecandu Narkoba

2. Dukungan Sebaya HIV/ AIDS: Bandung Plus Support

3. Penjangkauan “Pengurangan Dampak Buruk” & pengorganisasian

4. Intervensi di Masyarakat Umum

5. League of Change 2013 : Event Sepakbola

2.3 Landasan Teori 2.3.1 Kecerdasan Buatan

Kecerdasan Buatan atau artificial intelligence merupakan salah satu bagian ilmu

komputer yang membuat agar mesin (komputer) dapat melakukan pekerjaan seperti

dan sebaik yang dilakukan manusia. Pada awal diciptakannya, komputer hanya

difungsikan sebagai alat hitung saja.Namun seiring dengan perkembangan jaman,

maka peran komputer semakin mendominasi kehidupan umat manusia.Komputer

tidak lagi hanya digunakan sebagai alat hitung, lebih dari itu, komputer diharapkan

untuk dapat diberdayakan untuk mengerjakan segala sesuatu yang bisa dikerjakan

(28)

Manusia bisa menjadi pandai dalam menyelesaikan segala permasalahan di

dunia ini karena manusia mempunyai pengetahuan dan pengalaman. Pengetahuan

diperoleh dari cara mempelajarinya. Semakin banyak bekal pengetahuan yang

dimiliki oleh seseorang tentu saja diharapkan akan lebih mampu dalam

menyelesaikan permasalahan. Namun bekal pengetahuan saja tidak cukup, manusia

juga diberi akal untuk melakukan penalaran, mengambil kesimpulan berdasarkan

pengetahuan dan pengalaman yang mereka miliki. Tanpa memiliki kemampuan untuk

menalar dengan baik, manusia dengan segudang pengalaman dan pengetahuan tidak

akan dapat menyelesaikan masalah dengan baik. Demikian juga dengan kemampuan

menalar yang sangat baik, namun tanpa dibekali pengetahuan dan pengalaman yang

memadai, manusia juga tidak akan bisa menyelesaikan masalah dengan baik [7].

Pengertian kecerdasan buatan dari berbagai sudut pandang antara lain sebagai

berikut.

1. Sudut pandang kecerdasan

Kecerdasan buatan akan membuat mesin menjadi „cerdas‟ (mampu berbuat seperti apa yang dilakukan oleh manusia).

2. Sudut pandang penelitian

Kecerdasan buatan adalah suatu studi bagaimana membuat komputer dapat

melakukan sesuatu sebaik yang dikerjakan oleh manusia.

Domain yang sering dibahas para peneliti meliputi:

a. Mundane task :persepsi (vision & speech), bahasa alami (understanding,

generation & translation), pemikiran yang bersifat commonsensedanrobot

kontrol.

b. Formal task : permainan/gamesdan matematika (geometri. Logika, kalkulus

integral, pembuktian).

c. Expert task : analisis finansial, analisis medical, analisis ilmu pengetahuan,

(29)

3. Sudut pandang bisnis

Kecerdasan buatan adalah kumpulan peralatan yang sangat powerful dan

metodologis dalam menyelesaikan masalah-masalah bisnis.

4. Sudut pandang pemrograman

Kecerdasan buatan meliputi studi tentang pemrograman simbolik,

penyelesaian masalah (problem solving) dan pencarian (searching).

Untuk melakukan aplikasi kecerdasan buatan ada 2 bagian utama yang sangat

dibutuhkan (Gambar 2.1), yaitu:

a. Basis pengetahuan (Knowledge Base), berisi fakta-fakta, teori, pemikiran dan

hubungan antara satu dengan yang lainnya.

b. Motor Inferensi (Inference Engine), yaitu kemampuan menarik kesimpulan

berdasarkan pengalaman.

Gambar 2.1 Penerapan Konsep Kecerdasan Buatan di Komputer [7]

2.3.1.1 Sejarah Kecerdasan Buatan

Kecerdasan Buatan termasuk bidang ilmu yang relative muda.Pada tahun

1950-an para ilmuw1950-an d1950-an peneliti mulai memikirk1950-an bagaim1950-ana car1950-anya agar mesin dapat

melakukan pekerjaan seperti yang dilakukan oleh manusia. Alan Turing, seorang

matematikawan dari Inggris pertama kali mengusulkan tes yang dapat menentukan

bisa/tidak-nya mesin dikatakan cerdas. Hasil tes tersebut dikenal dengan Turing Test,

dimana si mesin tersebut menyamar seolah-olah sebagai seseorang di dalam suatu

permainan yang mampu memberikan respon terhadap serangkaian pertanyaan yang

diajukan.

Komputer

Input: Output :

masalah, jawaban,

pertanyaan, solusi,

dll

Basis Pengetahuan

(30)

Istilah Artificial Intelligence(AI) atau Kecerdasan Buatan dimunculkan oleh

John McCarthy (MIT) pada tahun 1956 pada Dartmouth Conference.Selain itu

didefinisikan pula tujuan utama dari AI, yaitu mengetahui dan memodelkan

proses-proses berpikir manusia dan mendesain mesin agar dapat menirukan perilaku

manusia.

Beberapa program AI yang mulai dibuat pada periode 1956-1966 antara lain

[7]:

a. Logic Theoristdiperkenalkan pada Dartmouth Conference, program ini untuk

membuktikan teorema matematik

b. Sad Sam diprogram oleh Robert K. Lindsay (1960) merupakan program yang

dapat mengetahui kalimat sederhana dalam bahasa Inggris dan memberikan

jawaban dari fakta yang didengar dalam sebuah percakapan

c. ELIZAdiprogram oleh Joseph Weisenaum(1967) adalah program untuk terapi

pasien dengan memberikan beberapa pertanyaan.

2.3.1.2 Kecerdasan Buatan dan Kecerdasan Alami

Beberapa keuntungan kecerdasan buatan dibanding kecerdasan alami dapat

dilihat pada tabel 2.1 berikut [7]:

Tabel 2.1 Kecerdasan Buatan dan Kecerdasan Alami

Keuntungan kecerdasan buatan Keuntungan kecerdasan alami

1. Lebih permanen 1 Lebih kreatif

2. Memberikan kemudahan dalam duplikasi dan penyebaran

2 Dapat melakukan proses pembelajaran langsung. AI harus mendapat masukan berupa simbol dan representasi

3. Relatif lebih murah 3 Fokus yang luas sebagai referensi untuk

mengambil keputusan, AI fokusnya sempit. 4. Konsisten dan teliti

5. Dapat didokumentasikan

6. Dapat mengerjakan beberapa tugas lebih cepat dan lebih baik dibanding manusia.

Meskipun banyak kelebihan, namun insting manusia dapat melakukan hal yang

sulit dibanding program oleh komputer, yaitu kemampuan mengenali hubungan,

(31)

2.3.1.3 Kecerdasan Buatan dan Komputasi Konvensional

Ada beberapa perbedaan antara komputasi yang dilakukan oleh kecerdasan

buatan dengan komputasi konvensional sebagai alat hitung.Perbandingan antara

kecerdasan buatan dengan pemrograman konvensional adalah sebagai berikut.

Tabel 2.2 Perbandingan Kecerdasan Buatandan Pemrograman Konvensional [7]

Dimensi KecerdasanBuatan Pemrograman Konvensional

Processing Simbolik Algoritmik

Input Tidak harus lengkap Harus lengkap

Search Heuristik Algoritmik

Explanation Tersedia Tidak tersedia

Major Interest Pengetahuan Data dan informasi

Struktur Terpisah antara kontrol dan

pengetahuan

Kontrol terintegrasi dengan data

Output Tidak harus lengkap Harus lengkap

Maintenance dan update

Mudah karena menggunakan modul

Umumnya sulit dilakukan

Hardware Workstation dan PC Semua tipe

Kemampun pemikiran Terbatas tapi dapat ditingkatkan Tidak ada

2.3.1.4 Lingkup Kecerdasan Buatan pada Aplikasi Komersil

Lingkup utama dalam kecerdasan buatan adalah sebagai berikut [7].

a. Sistem Pakar (Expert System). Komputer memiliki keahlian untuk menyelesaikan

masalah dengan meniru keahlian yang dimiliki oleh pakar.

b. Pengolahan Bahasa Alami (Natural Language Processing), diharapkan user

dapat berkomunikasi dengan komputer menggunakan bahasa sehari-hari.

c. Pengenalan Ucapan (Speech Recognition). Melalui pengenalan ucapan,

diharapkan manusia dapat berkomunikasi dengan komputer menggunakan suara.

d. Robotika dan Sistem Sensor (Robotics & Sensory Systems).

e. Computer Vision, menginterpretasikan gambar atau objek-objek tampak melalui

komputer.

f. Inteliigent Computer – aided Instruction. Komputer digunakan sebagai tutor yang

dapat melatih dan mengajar.

(32)

2.3.2 Jaringan Syaraf Tiruan

Ditinjau dari sudut pandang desain, Jaringan Syaraf Tiruan (JST) adalah

sebuah alat yang perhitungannya menggunakan prinsip desain dengan pola yang

mirip dengan pemrosesan informasi yang dimiliki oleh otak manusia.Sedangkan jika

ditinjau dari sudut pandang fungsi, JST adalah sebuah pengembangan komputer yang

dapat belajar dari pengalaman / latihan untuk mencapai sebuah tujuan yang spesifik

[8].

2.3.2.1 Karakteristik JST a. Kemampuan Belajar

JST melakukan proses belajar dimana selama proses belajar bentuk interkoneksi

yang ada diantara neuron-neuronnya tidak mengalami perubahan, tetapi hanya

bobotnya saja yang mengalami perubahan. JST belajar dari pola-pola contoh yang

diberikan kepadanya. Berdasarkan metode belajarnya, JST dibedakan menjadi [8]:

1. Supervised Learning yaitu pembelajaran yang terawasi dimana output dari

jaringan telah diketahui sebelumnya

2. Unsupervised Learning yaitu pembelajaran yang tidak terawasi dimana

sampel tidak memerlukan target output.

b. Kemampuan Pemrosesan secara Paralel

JST dirancang sebagai jaringan penghitung yang beroperasi secara paralel

dalam tingkat lapisan. Dengan demikian pola–pola masukan diproses oleh neuron–

neuron dalam satu lapisan secara paralel dan diumpankan ke lapisan berikutnya

untuk diproses secara paralel pola.

Sebelum mulai pembelajaran harus dilakukan inisialisasi bobot jaringan.

Inisialisasi acak merupakan metode yang paling sering digunakan pada inisialisasi

bobot. Nilai bobot dibangkitkan secara acak dengan jangkauan –x sampai +x dimana

x bernilai antara 0 sampai 1 atau dalam jangkauan lain sesuai dengan kebutuhan

(33)

Pada umumnya arsitektur JST dibagi menjadi 2 yaitu JST berlapis tunggal dan

JST berlapis banyak. JST berlapis banyak terdiri atas unit sensor yang berupa lapisan

masukan, satu atau lebih lapisan tersembunyi dan lapisan keluaran.

2.3.3 JST Backpropagation

Perambatan galat mundur (Backpropagation) adalah sebuah metode sistematik

untuk pelatihan multilayer jaringan saraf tiruan. Jaringan Saraf Tiruan

Backpropagation pertama kali diperkenalkan oleh Rumelhart, Hinton dan William

pada tahun 1986, kemudian Rumelhart dan Mc Clelland mengembangkannya pada

tahun 1988.

Metode pembelajaran Backpropagation menggunakan indek performansi

kesalahan kuadrat rata-rata atau Mean Square Error. Kesalahan kuadrat rata-rata

dapat diperoleh dari [4]:

a. Kesalahan kuadrat dibagi dengan jumlah komponen keluaran.

b. Kesalahan kuadrat total dibagi dengan jumlah data pelatihan.

2.3.3.1 Arsitektur JST Backpropagation

Seperti otak manusia, JST juga terdiri dari beberapa neuron dan terdapat

hubungan antar neuron-neuron tersebut. Hubungan tersebut dalam JST disebut bobot,

disinilah informasi-informasi yang didapat selama proses belajar disimpan.

Sementara arsitektur JST Backpropagation terdiri dari beberapa unit input (x)

ditambah dengan sebuah bias, beberapa unit layer tersembunyi (hidden layer) dengan

sejumlah neuron, dan memiliki beberapa unit output (y), seperti pada gambar 2.2

(34)

Gambar 2.2 Arsitektur JST Backpropagation dengan 1 Hidden Layer [9]

Vji merupakan bobot garis dari unit masukan Xi ke unit layer tersembunyi Zj

dengan Vj0 merupakan bobot garis yang menghubungkan bias di unit masukan ke unit

layer tersembunyi. Wkj merupakan bobot dari layer tersembunyi Zj ke unit keluaran

Yk dengan Wk0 merupakan bobot dari bias di layar tersembunyi ke unit keluaran Zk.

Angka satu di setiap layer menunjukkan besarnya bias. Bias adalah masukan dengan

nilai satu.

2.3.3.2 Fungsi Aktivasi

Fungsi aktivasi merupakan fungsi matematis yang berguna untuk membatasi

dan menentukan jangkauan output suatu neuron. Fungsi aktivasi untuk JST

Backpropagation harus memiliki beberapa karakteristik penting, yaitu kontinyu, dapat

dideferensialkan, dan merupakan fungsi yang tidak turun.Fungsi aktivasi biasanya

digunakan untuk mencari nilai asimtot maksimum dan minimum.Fungsi aktivasi yang

biasa digunakan untuk jaringan Backpropagation adalah fungsi sigmoid biner yang

memiliki jangkauan antara 0 dan 1.Persamaan fungsi sigmoid biner dapat dilihat pada

persamaan (2.1).

(35)

Gambar 2.3 Fungsi Sigmoid Biner [7]

2.3.3.3 Proses Pelatihan JST Backpropagation

Inti dari algoritma pembelajaran dengan metode Backpropagation terletak pada

kemampuannya untuk mengubah nilai-nilai bobotnya untuk menanggapi adanya

kesalahan. Untuk dapat menghitung kesalahan, pada proses pembelajaran perlu

adanya pola-pola keluaran yang dijadikan target oleh jaringan, sehingga setiap

keluaran yang dihasilkan oleh jaringan akan dibandingkan dengan targetnya. Hasil

dari perbandingan ini berupa error atau kesalahan. Oleh karena itu, JST

Backpropagation merupakan jaringan dengan proses pembelajaran secara terbimbing.

Setelah kesalahan diperoleh, selanjutnya jaringan melewatkan turunan-turunan

dari kesalahan ke lapisan tersembunyi menggunakan sambungan terbobot yang masih

belum diubah nilainya. Setiap simpul pada lapisan tersembunyi menghitung jumlah

terbobot dari kesalahan yang telah dipropagasikan balik untuk menghitung

sumbangan tidak langsungnya kepada kesalahan keluaran yang telah diketahui.

Setelah masing-masing simpul pada lapisan tersembunyi dan lapisan keluaran

menemukan besarnya kesalahan, simpul-simpul tersebut akan mengubah

bobot-bobotnya untuk mengurangi kesalahan tersebut. Perubahan bobot ditujukan untuk

meminimalkan jumlah kesalahan kuadrat jaringan. Oleh sebab inilah, algoritma

Backpropagation dikatakan sebagai suatu prosedur untuk mendapatkan paket bobot

yang meminimalkan jumlah kuadrat kesalahan. Jumlah kuadrat kesalahan akan

semakin mengecil dengan berjalannya waktu dan iterasi yang dilakukan oleh jaringan

(36)

Pelatihan dalam Backpropagation meliputi 3 fase. Fase pertama adalah fase

maju, yaitu pola masukan dihitung sampai layer keluaran dengan fungsi aktivasi yang

ditentukan. Fase selanjutnya adalah propagasi mundur, yaitu fase pengoreksian antara

nilai keluaran terhadap targetnya yang kemudian dipropagasi mundur. Fase yang

terakhir adalah fase perubahan bobot.

1. Fase I : Propagasi maju

Selama propagasi maju, sinyal masukan (xi) dipropagasikan ke layer

tersembunyi menggunakan fungsi aktivasi yang ditentukan.Keluaran dari setiap

unit layer tersembunyi (zj) selanjutnya dipropagasikan maju ke layer tersembunyi

di atasnya dengan fungi aktivitasi yang ditentukan. Demikian seterusnya sampai

menghasilkan keluaran jaringan ( yk).

2. Fase II : Propagasi mundur

Berdasarkan kesalahan tk-yk, dihitung faktor δk (k = 1,2, … , m) yang dipakai

untuk mendistribusikan kesalahan di unit yk ke semua unit tersembunyi yang terhubung ke unit keluaran. δkjuga dipakai untuk mengubah bobot garis yang

terhubung ke unit keluaran.

Dengan cara yang sama dihitung faktor δj di setiap unit tersembunyi sebagai

dasar perubahan bobot garis yang berasal dari unit tersembunyi di layer di bawahnya. Demikian seterusnya hingga semua faktor δ di unit tersembunyi yang berhubungan langsung dengan unit masukan.

3. Fase III : Perubahan Bobot

Setelah semua faktor δ dihitung, bobot semua garis dimodifikasi secara bersamaan.Perubahan bobot suatu garis didasarkan atas faktor δ neuron di layer

atasnya.Fase tersebut diulang hingga kondisi penghentian dipenuhi.Kondisi yang

(37)

Algoritma pelatihan dengan satu layer tersembunyi dengan fungsi aktivasi

sigmoid biner adalah sebagai berikut [4].

Langkah 0 : Inisialisasi semua bobot dengan bilangan acak kecil,

Langkah 1 : Jika kondisi penghentian belum terpenuhi, lakukan langkah 2- 9,

Langkah 2 : Untuk masing-masing data pasangan (training data) lakukan

langkah 3-8,

Fase I : Propagasi maju

Langkah 3 : Masing-masing unit masukan (Xi, i= 1,2,…,n) menerima sinyal

masukan Xi dan sinyal tersebut disebarkan ke unit-unit bagian

berikutnya (unit-unit lapisan tersembunyi)

Langkah 4 : Masing-masing unit dilapisan tersembunyi (Zj, j= 1,2,…,p) dikalikan

dengan faktor penimbang dan dijumlahkan serta ditambahkan

dengan biasnya :

(2.2)

Kemudian menghitung sesuai dengan fungsi aktivasi yang

digunakan :

(2.3)

Biasanya fungsi aktivasi yang digunakan adalah fungsi sigmoid,

kemudian mengirimkan sinyal tersebut ke semua unit output.

Langkah 5 : Masing-masing unit keluaran (Yk, k=1,2,3,…m) dikalikan dengan

faktor penimbang dan dijumlahkan :

(38)

Menghitung kembali sesuai dengan fungsi aktivasi

(2.5)

Fase II : Propagasi mundur

Langkah 6 : Masing-masing unit keluaran (Yk, k=1,…,m) menerima pola target

sesuai dengan pola masukan saat pelatihan dan dihitung galatnya :

(2.6)

Karena menggunakan fungsi sigmoid, maka :

(2.7)

Menghitung perbaikan faktor penimbang/bobot (nantinya digunakan

untuk memperbaiki nilai ):

(2.8)

Menghitung perbaikan koreksi bias (nantinya digunakan untuk

memperbaiki nilai ):

(2.9)

Kirimkan nilai inike unit-unityang ada di lapisan bawahnya.

Langkah 7 : Masing-masing penimbang yang menghubungkan unit-unit lapisan

keluaran dengan unit-unit pada lapisan tersembunyi (

dikalikan delta dan dijumlahkan sebagai masukan ke unit-unit

lapisan berikutnya.

(39)

Selanjutnya dikalikan dengan turunan dari fungsi aktivasinya untuk

menghitung galat.

) (2.11)

Kemudian menghitung perbaikan penimbang (digunakan untuk

memperbaiki )

(2.12)

Kemudian menghitung perbaikan bias (untuk memperbaiki )

(2.13) Memperbaiki penimbang dan bias

Fase III : Perubahan bobot

Langkah 8 : Hitung semua perubahan bobot

Masing-masing keluaran unit (yk, k=1,2…,m) diperbaiki bias dan penimbangnya (j=0,1…,p)

(2.14)

Masing-masing unit tersembunyi (Zj, j:1,2…,p) diperbaiki bias dan

penimbangnya (i=0,1…,n)

(2.15)

Langkah 9 : Uji kondisi pemberhentian (akhir iterasi).

2.3.3.4 Proses Pengujian JST Backpropagation

Setelah pelatihan, jaringan syaraf Backpropagation diaplikasikan dengan hanya

menggunakan tahap perambatan maju dari algoritma pelatihan.Berikut ini algoritma

pengujian metode Backpropagation [4].

1. Gunakan bobot dan bias input layer (Vij) dan hidden layer (Wij) hasil

(40)

2. Setiap unit input (xi, i=1,2,3,…,n) menerima sinyal xi dan meneruskan sinyal

tersebut ke semua unit pada lapisan tersembunyi.

3. Setiap unit tersembunyi (zj, j=1,2,3,…,p) menjumlahkan bobot sinyal input

dengan persamaan (2.3) Dan menerapkan fungsi aktivasi untuk menghitung

sinyal outputnya dengan persamaan (2.4)

4. Setiap unit output (yk, k=1,2,3,…,m) menjumlahkan bobot sinyal input

dengan persamaan (2.5) Dan menerapkan fungsi aktivasi untuk menghitung

sinyal outputnya dengan persamaan (2.6)

2.3.4 Optimasi JST Backpropagation

Optimasi JST Backpropagation bisa dicapai dengan penentuan nilai

parameter-parameter jaringan yang tepat. Terdapat empat parameter-parameter JST yang sangat penting

pada proses pelatihan, yaitu [8]:

a. Penentuan Bobot dan Bias Awal

Bobot awal akan mempengaruhi apakah jaringan mencapai titik minimum

lokal atau global, serta seberapa cepat konvergensinya. Bobot yang menghasilkan

nilai turunan aktivasi yang kecil sedapat mungkin dihindari karena akan

menyebabkan perubahan bobot menjadi sangat kecil. Demikian pula nilai bobot

awal tidak boleh terlalu besar karena nilai fungsi aktivasinya menjadi sangat kecil

juga. Oleh karena itu dalam standar Backpropagation, bobot dan bias diisi dengan

bilangan acak kecil.

b. Jumlah Layer Tersembunyi

Hasil teoritis yang didapat menunjukkan bahwa jaringan dengan sebuah

layer tersembunyi sudah cukup bagi Backpropagation untuk mengenali

sembarang perkawanan antara masukan dan target dengan tingkat ketelitian yang

ditentukan. Akan tetapi penambahan jumlah layer tersembunyi kadang kala

(41)

c. Jumlah Pola Pelatihan

Tidak ada kepastian tentang berapa banyak pola yang diperlukan agar

jaringan dapat dilatih dengan sempurna. Jumlah pola yang dibutuhkan

dipengaruhi oleh banyak bobot dalam jaringan serta tingkat akurasi yang

diharapkan. Secara umum dapat ditulis sebagai

(2.16)

d. Lama Iterasi

Tujuan utama dari JST Backpropagation adalah mendapatkan keseimbangan

antara kemampuan memori (pengenalan pola pelatihan yang sudah di-training)

dan kemampuan generalisasi (memberikan respon yang baik tehadap data yang

belum pernah diberikan).

Umumnya data dibagi menjadi dua bagian saling asing, yaitu data yang

dipakai sebagai pelatihan dan data yang dijadikan sebagai pengujian.Perubahan

bobot dilakukan berdasarkan pola pelatihan.Akan tetapi selama pelatihan (misal

1000 epoch), kesalahan yang terjadi dihitung berdasarkan semua data.Selama

kesalahan ini menurun, pelatihan terus dijalankan.

Akan tetapi jika kesalahan sudah meningkat, tidak ada gunanya lagi untuk

diteruskan.Jaringan sudah mengambil sifat yang dimiliki secara spesifik oleh data

pelatihan (tapi tidak ada pada data pengujian) dan sudah kehilangan kemampuan

melakukan generalisasi.

2.3.5 Narkoba

Narkoba, merupakan singkatan dari NARkotika, PsiKOtropika dan Bahan

Adiktif Lain, adalah obat, bahan atau zat yang jika masuk tubuh berpengaruh pada

fungsi tubuh, terutama otak. Penggunaan dan peredaran narkotika dan psikotropika

(42)

2009 tentang Narkotika.Kepemilikan, penggunaan serta peredaran narkotika dan

psikotropika secara tidak sah merupakan pelanggaran hukum [1].

Berikut ini tabel pembagian jenis narkoba beserta turunan dan efek samping

yang diderita penyalahguna menurut Buku Saku Pencegahan Penyalahgunaan

Narkoba [1].

Tabel 2.3 Jenis Narkoba, Turunan dan Gejalanya Jenis

Narkoba

Turunan Gejala/efek samping

Narkotika

Opium + Heroin/Putaw

Nafsu makan hilang, sembelit, keracunan, nafas pendek, kejang-kejang, kecanduan, mudah koma, kematian.

Morphine Mual, gelisah, ketergantungan fisik dan mental Cocain Perasaan tertekan, kecanduan, kejang-kejang

Marijuana/Ganja

Ketagihan, paru-paru terganggu, daya ingat rusak, gangguan sex, mudah marah, suhu tubuh naik, halusinasi, kejang-kejang, kematian.

Sinetik (Pethidin + Methadon)

Mudah lelah, paranoid, mental terganggu, susunan syaraf pusat rusak, sembelit, hilang nafsu makan, keracunan.

Psikotropika

LSD Kejiwaan terganggu, kecanduan.

Ekstasi Kecanduan meningkat, gangguan fisik, gangguan mental, keracunan.

Shabu

Mudah gugup, keracunan otak, kerusakan ginjal, kerusakan hati, kerusakan jaringan lain.

Amphetamine

Hilang nafsu makan, suka mengkhayal, terganggu cara berfikir, perasaan sensitive.

PCP Suka terkenang masa lalu, cemas berkepanjangan, suka menyendiri.

Rohypnol Syndrome ketergantungan.

Ritalin Mudah marah, suhu tubuh naik, halusinasi, kejang-kejang, kematian.

Valium

Penghentian pemakaian yang sangat menyakitkan, ketergantungan secara fisik, keracunan, gangguan kejiwaan.

Zat Adiktif

Alcohol Keracunan saraf, kecanduan.

Nikotin Gugup, kecanduan.

Lem + obat hisap + aerosol

Keracunan saraf, kerusakan ginjal, kerusakan jaringan lain.

Berdasarkan situs online, gejala efek samping yang dialami oleh para perokok

antara lain kecanduan, berkurangnya nafsu makan akibat gas yang dihasilkan oleh

rokok, paru-paru terganggu atau sesak nafas, dan pemakaian jangka panjang akan

(43)

2.3.6 Unified Modelling Language

Unified Modelling Language (UML) merupakan satu kumpulan konvensi

pemodelan yang digunakan untuk menemukan atau menggambarkan sebuah sistem

software yang terkait dengan objek.

UML merupakan salah satu alat bantu yang sangat handal dalam bidang

pengembangan sistem berorientasi objek karena UML menyediakan bahasa

pemodelan visual yang memungkinkan pengembang sistem membuat blue print atas

visinya dalam bentuk baku[6].

2.3.6.1 Use Case Diagram

Use case diagram digunakan untuk memodelkan aspek dinamis dari sistem.

Fungsi diagram Use Case adalah untuk menggambarkan fungsionalitas yang

disediakan oleh sebuah sistem dan interaksi user atau actor dengan sistem dengan

menggunakan fungsionalitas yang tersedia. Yang ditekankan adalah “apa” yang

diperbuat sistem, dan bukan “bagaimana”. Sebuah use case merupakan sekumpulan

urutan dari aksi atau langkah-langkah tertentu, misalnya login ke sistem atau

meng-create peminjaman pada perpustakaan. Seorang/sebuah aktor merupakan sekumpulan

peran yang berkaitan yang dimainkan pada saat berinteraksi dengan use case

bersangkutan. Biasanya seorang aktor mewakili peran yang dimainkan oleh manusia,

perangkat keras, atau bahkan sistem lain[6].

2.3.6.2Activity Diagram

Activity Diagram menunjukkan flow aktifitas ke aktifitas (bukan status ke

status). Activity diagram memodelkan workflow proses bisnis dan urutan aktifitas

dalam sebuah proses. Diagram ini sangat mirip dengan flowchart. Membuat activity

diagram pada awal pemodelan proses sangat membantu memahami keseluruhan

proses. Activity diagram juga bermanfaat untuk menggambarkan paralel behavior

(44)

2.3.6.3 Class Diagram

Class adalah deskripsi sekumpulan object yang memiliki kesamaan atribut,

operasi, relationshipdan semantics. Dengan kata lain, sebuah class

merupakanblueprint/ template/ cetakan dari satu atau lebih object.Class Diagram

dapat membantu dalam memvisualkan struktur kelas-kelas dari suatu sistem dan

merupakan tipe diagram yang paling banyak ditemui dalam pemodelan sistem

berbasis orientasi objek. Pada UML, class digambarkan dengan segi empat yang

dibagimenjadi 3 bagian. Bagian yang pertama merupakan 2 nama dari kelas. Bagian

yang tengah merupakan strukur dari class (atribut) dan bagian ketiga merupakan sifat/

behavior/ operasi dari class tersebut[6].

2.3.6.4 Sequence Diagram

Sequence diagram menggambarkan interaksi antara sejumlah objek dalam

urutan waktu. Sequence diagram terdiri atas dimensi vertikal (waktu) dan dimensi

horizontal (objek-objek yang terkait). Umumnya sebuah sequence diagram

menangkap behavior dari suatu skenario (best case) sebagai respons dari sebuah

event untuk menghasilkan output tertentu. Diawali dari apa yang men-trigger

aktivitas tersebut, proses dan perubahan apa saja yang terjadi secara internal dan

output apa yang dihasilkan[6].

2.3.7 JAVA

JAVA bermula dari proyek penelitian perusahaan Sun Microsystems dengan

nama sandi Green pada tahun 1991. Terciptalah sebuah bahasa pemrograman baru

yang diberi nama Oak oleh James Gosling. Tahun 1995 Sun mengubah nama Oak

tersebut menjadi JAVA. JAVA merupakan bahasa pemrograman yang bersifat

portable dan platform independent (tidak tergantung mesin dan sistem operasi) yang

dapat digunakan untuk membuat piranti lunak yang dapat ditanamkan (embedded)

(45)

Karakteristik dari JAVAyaitu :

1. Sederhana. Bahasa pemrograman Java menggunakan sintaks mirip dengan C++ namun sintaks pada Java telah banyak diperbaiki terutama menghilangkan

penggunaan pointer yang rumit dan multiple inheritance.

2. Berorientasi Objek. Java mengunakan pemrograman berorientasi objek yang membuat program dapat dibuat secara modular dan dapat dipergunakan

kembali. Pemrograman berorientasi objek memodelkan dunia nyata kedalam

objek dan melakukan interaksi antar objek-objek tersebut.

3. Terdistribusi. Java dibuat untuk membuat aplikasi terdistribusi secara mudah dengan adanya libraries networking yang terintegrasi pada Java.

4. Robust. Java mempuyai reliabilitas yang tinggi. Compiler pada Java

mempunyai kemampuan mendeteksi error secara lebih teliti dibandingkan

bahasa pemrograman lain. Java mempunyai runtime-Exception handling untuk

membantu mengatasi error pada pemrograman.

5. Portabel. Source code maupun program Java dapat dengan mudah dibawa ke

platform yang berbeda-beda tanpa harus dikompilasi ulang.

6. Multithreading. Java dapat membuat suatu program yang dapat melakukan

beberapa pekerjaan secara sekaligus.

(46)
(47)

35

Analisis sistem merupakan kegiatan penguraian suatu sistem informasi yang

utuh dan nyata ke dalam bagian-bagian atau komponen-komponen komputer yang

bertujuan untuk mengidentifikasi serta mengevaluasi masalah-masalah yang muncul,

hambatan-hambatan yang mungkin terjadi dan kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan

sehingga dapat diusulkan perbaikan-perbaikannya.

3.1.1 Analisis Masalah

Sepanjang tahun 2013, BNN bersama Polisi sudah mengungkap banyak kasus

penyelundupan narkoba baik melalui jalur darat, air maupun udara. Menemukan

narkoba memang relatif lebih mudah dibandingkan mencari tahu siapa yang

mengkonsumsinya. Para Polisi harus memeriksa setiap tersangka dengan sebuah tes.

Tes narkoba biasanya dilakukan langsung di laboratorium yang ditunjuk khusus.

Kebanyakan laboratorium melakukan pengujian dengan urine/air seni dari pasien

untuk mendeteksi ada atau tidaknya narkotika dalam tubuh pecandu. Berikut ini alur

pemeriksaan tes urin (urinalisis) yang disediakan oleh rumah sakit atau instansi

(48)

Gambar 3.1 Alur Pemeriksaan Tes Urin untuk Deteksi Narkoba

Tes narkoba di laboratorium relatif tidak butuh waktu lama. Beberapa menit di

Klinik Umum untuk registrasi, kemudian diambil sampel urin di Laboratorium.

Setelah dua jam, hasil pemeriksaan narkoba sudah selesai. Akan tetapi, jika rumah

sakit sedang menangani banyak pasien, maka dibutuhkan waktu yang lebih lama dari

yang diperkirakan untuk mendapatkan hasil skrining narkoba tersebut. Birokrasi juga

menjadi salah satu faktor yang menyebabkan banyak pasien malas melakukan tes urin

di laboratorium. Sehingga menyulitkan pemerintah untuk memantau kondisi dan

menyarankan terapi rehabilitasi bagi pasien yang teridentifikasi narkoba.

3.1.2 Analisis Sistem Usulan

Sistem usulan yang dibangun dalam tugas akhir ini adalah sistem yang dapat

mengidentifikasi jenis narkoba yang telah disalahgunakan berdasarkan efek samping

yang diderita melalui sesi pertanyaan. Tujuan lain dari sistem ini adalah untuk

mengetahui performansi JST Backpropagation dalam pengenalan efek samping dari

masing-masing jenis narkoba. Berikut ini adalah alur pendeteksian jenis narkoba

dengan menggunakan sistem usulan :

Datang Ke RS / Puskesmas / Instansi lain

yang terkait

Registrasi & Mengambil Formulir

Melengkapi Data Diri & Keperluan Melakukan Tes

Bebas NAPZA

Menyerahkan Formulir dan Menerima Pot Urin Menyerahkan Pot berisi

Menunggu Hasil Lab / Screening Narkoba

Menerima Hasil Lab yang berisi Keterangan Positif

(49)

Gambar 3.2 Alur Pendeteksian Jenis Narkoba dengan Sistem Usulan

Masukan awal sistem usulan berupa representasi gejala atau efek psikis dan

klinis yang ditimbulkan akibat penyalahgunaan narkoba. Sementara keluaran akhir

sistem berupa representasi teridentifikasi menggunakan narkoba jenis Narkotika,

Psikotropika ataupun Zat Adiktif lainnya, serta nilai akurasi algoritma JST

Backpropagation.

1. Analisis Input

Data yang diolah adalah berasal dari data sampling yang berisi seluruh jenis

narkoba dan turunannya beserta gejala yang terjadi pada setiap jenis narkoba seperti

terlihat dalam tabel 2.1 Jenis Narkoba, Turunan dan Gejalanya pada bab 2. Mengacu

pada tabel 2.1 Jenis Narkoba, Turunan dan Gejalanya, disusun menjadi variabel X1

hingga X23 yang menjadi data masukan pada sistem aplikasi yang akan dirancang.

Nilai diberikan pada setiap variabel, yaitu nilai 1 untuk penderita yang memiliki

gejala tersebut dan nilai 0 untuk penderita yang tidak memiliki gejala. Seperti

ditampilkan pada tabel 3.1 berikut ini.

Datang Ke RS / Puskesmas / Instansi

lain yang terkait

Registrasi & Mengambil Formulir

Melengkapi Data Diri & Keperluan Melakukan Tes

Bebas NAPZA

Menyerahkan Formulir Menerima Hasil

Identifikasi Narkoba

Konsultasi dengan Dokter / Petugas lain

(50)

Tabel 3.1 Variabel Input Gejala Efek Samping Penyalahguna Narkoba

VARIABEL INPUT GEJALA EFEK SAMPING

X1 Sembelit

X2 Mual

X3 Hilang nafsu makan

X4 Keracunan

X5 Kerusakan Ginjal

X6 Kerusakan hati

X7 Kejang-kejang

X8 Paru-paru terganggu

X9 Suhu tubuh naik

X10 Nafas pendek

X11 Kecanduan

X12 Gangguan sex

X13 Daya ingat berkurang

X14 Gelisah

X15 Perasaan tertekan

X16 Perasaan sensitive

X17 Suka menyendiri

X18 Mudah marah

X19 Mudah lelah

X20 Mudah gugup

X21 Mental terganggu

X22 Halusinasi

X23 Paranoid

Terdapat batasan minimum gejala yang harus dipenuhi atau dipilih oleh

pengguna sistem agar sistem usulan bisa mengenali pola dan mengidentifikasi jenis

narkoba yang dikonsumsi oleh pasien. Minimum gejala yang bisa dikenali oleh

sistem adalah 3 buah gejala berdasarkan referensi dari situs online untuk pengenalan

pola identifikasi penyalahguna nikotin [10]. Jika pengguna memasukkan data input

kurang dari 3 buah gejala maka sistem akan mengenali pola tersebut sebagai jenis

narkoba tidak teridentifikasi.

2. Analisis Target Output

Target keluaran atau output yang dihasilkan sistem berupa representasi dari 3

jenis narkoba yaitu Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya. Data sampling

Gambar

Gambar 2.3 Fungsi Sigmoid Biner [7]
Tabel 3.1 Variabel Input Gejala Efek Samping Penyalahguna Narkoba
Tabel 3.12 Skenario Use Case Tambah Data Pecandu
Tabel 3.14   Skenario Use Case Hapus Data Pecandu
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Berita Acara Rapat Panitia Seleksi Terbuka Jabatan Pimpinan Tinggi (JPT) Pratama di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Tebo Tahun 2017 Nomor : 005/Pansel.JPT

Menurut survei yang dilakukan oleh WWF bersama dengan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Riau, Dinas Kehutan- an Riau pada 2009 menemukan bahwa ada sekitar 45-50 ekor

Locke dalam Noermijati (2013) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai.. keadaan emosi yang menyenangkan atau positif yang dihasilkan dari penilaian atas pekerjaan

Tujuan penelitian ini yaitu : 1) untuk mengetahui pengaruh Program Akademik terhadap Mutu Pelayanan Mahasiswa 2) untuk mengetahui pengaruh Aplikasi SIAKAD terhadap

Diskusi Refleksi Kasus adalah suatu metode pembelajaran dalam merefleksikan pengalaman perawat dan bidan yang aktual dan menarik dalam memberikan dan mengelola

Bunga yang dijual berasal dari petani bunga potong yang berada di daerah Bandung.Pasokan bunga potong berasal dari Bogor, Cianjur dan Sukabumi.Usaha toko bunga

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif maka dari itu dalam penelitian ini akan menggambarkan secara rinci tentang Implementasi Peraturan

Telur tetas yang telah diseleksi dan memenuhi persyaratan untuk ditetaskan seharusnya segera dimasukkan ke dalam mesin tetas, namun karena keterbatasan kapasitas mesin