1
PERBANDINGAN BIAYA BIBIT KRISAN ANTARA DIBELI DENGAN SISTEM INDUKAN PADA PERUSAHAAN LIEBE DI KECAMATAN
PARONGPONG KABUPATEN BANDUNG BARAT
Yusrizal1 Imelfina Musthafa2
RINGKASAN
Krisan atau seruni (Chrysanthemum sp.) merupakan komoditas andalan dalam industri hortikultura yang memiliki prospek pasar sangat cerah. Bunga yang dikenal sebagai salah satu ”Raja Bunga Potong” ini semakin banyak penggemarnya. Selain bentuk dan tipe yang beragam, warna bunganyapun sangat bervariasi, dengan kombinasi warna yang begitu indah.
Perusahaan Liebe adalah perusahaan pribadi yang melakuan pembelian bibit krisan dan budidaya indukan krisan untuk pembibitan.Tingginya permintaan akan bunga krisan membuat perusahaan harus menerapkan manajemen untuk budidaya bunga krisan. Untuk melakukan manajemen budidaya harus ada persediaan bibit yang akan ditanam sehingga penanaman tidak hanya dilakukan satu kali. Dengan ini perusahaan Liebe menerapkan budidaya indukan krisan .Tujuan penulisan Laporan Tugas Akhir ini adalah untuk mengetahui cara budidaya indukan krisan samapai pembibitan dan mengetahui perrbandingan biaya bibit krisan antara dibeli dengan sistem indukan.
Cara untuk mendapatkan bibit krisan dengan membeli mengeluarkan biaya sebesar 86.250.000 per tahun dengan jumlah bibit 750.000 bibit, harga satuan bibitnya adalah Rp. 115. Sedangkan cara untuk mendapatkan bibit krisan dengan menggunakan indukan mengeluarkan biaya sebesar 153.640.350 per tahun dengan jumlah bibit 1.664.000, harga satuan bibitnya adalah Rp. 92,33. Perbandingan biaya bibit krisan yang diperoleh dari ke dua cara diatas dapat disimpulkan bahwa harga persatuan bibit yang murah adalah dengan menggunakan indukan krisan.
Kata Kunci : Tanaman krisan, Bibit krisan, Liebe, Biaya bibit.
1
Mahasiswa Program studi Agribisnis BP 1301361007. Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh
2
Staf Pengajar Program studi Agribisnis Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh.
2
PENDAHULUAN a. Latar belakang
Tanaman hortikultura
merupakan komoditas yang memiliki masa depan cerah dalam pemulihan perekonomian Indonesia di waktu mendatang. Salah satu tanaman hortikultura yang memiliki nilai ekonomi tinggi adalah tanaman bunga (floriculture). Bandung yang dijuluki sebagai kota “kembang” sangat produkstif dengan bunga krisan. Setiap hari semakin banyak dan bertambahyang berminat pada bunga krisan sehingga kebutuhan
akan adanya bungakrisanpun
meningkat.Oleh kaena itu Dinas
Pertanian Perkebunan Dan
Kehutanan menyediakan pasar sentra tanaman hias di Bandung (Arum, 2012).
Krisan atau seruni
(Chrysanthemum sp.) merupakan komoditas andalan dalam industri hortikultura yang memiliki prospek pasar sangat cerah. Bunga yang dikenal sebagai salah satu ”Raja Bunga Potong” ini semakin banyak penggemarnya. Selain bentuk dan
tipe yang beragam, warna
bunganyapun sangat bervariasi, dengan kombinasi warna - warna yang begitu indah. Karena itu permintaan pasar baik dalam maupun luar negeri semakin meningkatsetiap tahunnya (Marwoto, 2005)
Perusahaan Liebe merupakan perusahaan pribadi yang bergerak dalam usaha budidaya bunga potong. Usaha ini dijalankan oleh Bapak Sarimin Sembiring yang melakukan pemasaran bunga dengan dua cara yaitu penjualan di toko/floris dan untuk dekorasi. Pada awalnya Bapak Sarimin sembiring menjalankan
usaha toko bunga dan
dekorasi.Namun karena permintaan bunga di toko dan untuk dekorasi
tinggi Bapak Sarimin Sembiring membeli tanah di Desa Cihideung, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, Provinsis Jawa Barat.Tanah teresebut dibangun
greenhouse dan ditanami beberapa
macam bunga, diataranya bunga mawar, hebras/gerbera dan krisan. Permintaan bunga yang tinggi adalah bunga krisan karena bunga krisan banyak digunakan untuk dekorasi gedung pesta pernikahan.
Tingginya permintaan akan bunga krisan membuat perusahaan harus menerapkan manajemen untuk budidaya bunga krisan supaya permintaan bunga krisan di toko dan untuk dekorasi selalu tersedia. Untuk melakukan manajemen budidaya,
perusahaan harus banyak
membudidayakan bunga krisan agar tiap minggu selalu ada bunga yang dipanen. Untuk mewujudkan hal tersebut harus ada persediaan bibit yang akan ditanam sehingga penanaman tidak hanya dilakukan satu kali. Sejak pertama kali
greenhousedibangun Bapak Sarimin
Sembiringmembeli bibit dari Cianjur dengan harga Rp. 115 per satuan bibit. Banyaknya bunga krisan yang akan ditanam membutuhkan biaya yang cukup tinggi untuk membeli bibit.
Untuk meminimalisir
pengeluaran biaya Bapak Sarimin Sembiring melakukan cara lain untuk memperoleh bibit krisan yaitu dengan menanam indukan. Dua orang karyawan wanita kebun dibawa oleh pemilik ke Cianjur tempat membeli bibit krisan untuk belajar budidaya indukan krisan dengan Bapak Edi sebagai pemilik usaha indukan krisan.Setelah mendapatkan ilmu budidaya indukan krisan dari Bapak Edi, Bapak SariminSembiring menerapkan ilmu
3
yang telah diperoleh karyawannya
untuk dipraktekkan di
kebunnya.Berdasarkan hal ini saya mengangkat judul perbandingan biaya bibit krisan antara di beli dengan sistem indukan.
b. Tujuan
1. Mengetahui jenis dan jumlah biaya indukan krisan pada perusahaan Liebe
2. Mengetahui perbandingan biaya untuk mendapatkan bibitantara sistem indukan dengan membeli bibit yang dilakukan oleh perusahaan Liebe.
METODE PELAKSANAAN a. Waktu dan tempat pelaksanaan
Laporan Tugas Akhir ini disusun berdasarkan pelaksanaan
Pengalaman Kerja Praktek
Mahasiswa pada perusahaan Liebedi
Desa Cihideung, Kecamatan
Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat.Periode pelaksanaan PKPM dimulai pada tanggal 14 Maret – 21 Mei, Namun karena ada kesalahan teknis penulis memulai PKPM pada tanggal 1 April – 29 Mei 2016.
b. Ruang lingkup
Penulisan Laporan Tugas Akhir ini mencakup teknis budidaya indukan krisan, pembibitan krisan dan perhitungan biaya - biaya untuk budidaya indukan krisan samapi pembibitan yang dilakukan oleh perusahaan Liebe. Budidaya indukn krisan terdiri dari persiapan media tanam, penanaman, pencahayaan,
penyiraman, pemupukan,
pengendalian hama penyakit, panen dari indukan untuk pembibitan, marol daun (mebuang daun) dan pembibitan. Sedangkan untuk biaya yang di keluarkan terdiri dari, biaya
investasi, biaya penyusutan, biaya bahan, biaya tenaga kerja dan biaya lain - lain.
c. Metode pengumpulan data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
a. Wawancara adalah proses memperoleh informasi dengan cara tanya jawab langsung antara
penanya atau pewawancara
dengan responden. Responden
yang diwawancarai adalah
pembimbing lapangan serta karyawan.
Observasi yaitu pengumpulan data dengan melakukan pengamatan secara langsung kepada obyek yang diteliti.
HASIL DAN PEMBAHASAN a. Hasil
Liebe merupakan salah satu usaha bunga potong yang didirikan oleh Bapak Sarimin Sembiring dan istrinya.Usaha bunga potong ini memiliki 3 kegiatan bisnisnya yaitu
florist(toko bunga) dan dekoration
(dekorasi)garden (kebun
bunga).Namun yang penulis bahas pada Laporan Tugas Akhir ini adalahgarden (kebun bunga). Pada awalnya Bapak Sarimin Sembiring dan istrinya hanya menjalankan usaha toko dan dekorasi saja. Toko ini telah berdiri sejak tahun 2005 hingga sekarang yang terletak di daerah Tegalega, Bandung.Daerah tersebut merupakan salah satu sentra penjualan tanaman hias di Kota Bandung. Pada awal pendirian usaha ini dibutuhkan modal sebesar Rp 25.000.000 yang dialokasikan untuk membeli sebuah toko berukuran 2 x 4 meter sebesar Rp. 15.000.000 dan kegiatan operasional sebesar Rp. 10.000.000
4
Gambar 4. Toko Liebe
Bunga yang dijual berasal dari petani bunga potong yang berada di daerah Bandung.Pasokan bunga potong berasal dari Bogor, Cianjur dan Sukabumi.Usaha toko bunga ini berkembang dengan cepat dan semakin banyak menerima permintaan terutama untuk dekorasi acara - acara besar seperti pernikahan.Pelanggan dari toko bunga Liebe berasal dari berbagai daerah seperti Cimahi, Banjaran, Majalengka, Garut, Sumedang dan Cipanas.
Seiring dengan bertambahnya jumlah pelanggan kebutuhan akan bunga potong menjadi meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut Bapak Sarimin Sembiring beserta istrinya menjalin kerja sama dengan beberapa petani bunga potong di daerah Bandung dan sekitarnya. Kerja sama ini tidak berjalan dengan baik karena kualitas bunga potong yang rendah dan tidak sesuai dengan permintaan serta seiring terjadi keterlambatan pasokan bunga potong ke toko untuk menghindari kerugian yang lebih besar dan untuk memenuhi kebutuhan bunga potong. Bapak Sarimin Sembiring mencoba untuk melakukan usaha budidaya bunga potong sendiri yang dilakukan pada lahan seluas 6.000 M2 dengan
panjang greenhouse 1.500 meter dan lebar 25 meter yang dibeli oleh Bapak Sarimin Sembiring di Daerah Parongpong Kabupaten Bandung Barat
Pembangunan greenhouse
dilakukan pada awal bulan Januari sampai bulan April 2011. Setelah
greenhouse selesai dibangun, lahan
dalam greenhouse dibagi menjadi beberapa blok. Masing - masing blok di tanami bunga potong seperti krisan sebanyak 5 blok , gerbera sebanyak 4 blok, mawar sebanyak 1 blok, indukan krisan sebanyak 3 blok dan pembibitan sebanyak 1 blok.Di sini penulis hanya membahas tentang indukan krisan dan pembibitan krisan serta pembelian bibit krisan.
b. Pembasan 1. Pembelian bibit
Perusahaan Liebe
melakukan pembelian bibit dari Kelompok Tani Bunga Harapan
dengan Bapak Edi sebagai
pemiliknya yang berlokasi di Cianjur.Sudah hampir 5 tahun perusahan berlangganan membeli bibit dengan Bapak Edi karena kualitas bibitnya yang sangat bagus terutama bagian perakarannya yang sangat kuat. Oleh karena itu pengangkutan bibit dari Cianjur ke kebun Bapak Sarimin Sembiring yang berlokasi di Desa Cihideung, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat tidak akan mengalami kerusakan pada bibit. Pembelian bibit krisan dilakukan dengan cara Bapak Edi sendiri yang mengantarkan bibit ke kebun Bapak Sarimin Sembiring dengan harga satuan bibitnya adalah Rp. 115 dan untuk uang transportasi ditanggung oleh Bapak Edi.
5
2. Budidaya indukan krisan a) Luas lahan
Dalam greenhouse ada beberapa tanaman indukan yang ditanam dengan banyak 3 blok. Masing – masing blok memiliki panjang dan lebar yang berebeda, Blok 1 dengan panjang 25 m dan lebar 18 m, Blok 2 dengan panjang 30 m dan lebar 16 meter, Blok 3 dengan panjang 30 m dan lebar 10m.
Untuk tempat pembibitan
menggunakan media pembibitan yang terbuat dari bambu dengan bentuk seperti meja dengan panjang 5 meter, lebar 1 meter dan tinggi 1 meter.
b) Persipan media tanam
Sebelum melakukan
budidaya indukan krisan, terlebih dahulu dibuat bedengan penanaman dengan panjang bedengan 18 meter dan lebar bedengan 1 meter.Untuk media tanam indukan diberiakan kotoran sapi sesuai bedengan penanaman. Setelah kotoran sapi diratakan dilanjutkan dengan menaburkan kapur secukupnya untuk mengurangi kadar asam tanah. Setelah beberapa hari didiamkan kegiatan selanjutnya adalah.
c) Penanaman
Penanaman indukan krisan dilakukan setelah 1 minggu
bedengan selesai
dibecekan.Penanaman indukan
krisan dilakukan dengan jarak tanam 10 cm sebanyak 6 baris tanaman dalam 1 bedengan. Penanaman indukan krisan dilakukan dengan cara menggali lobang dengan menggunakan jari tunjuk dengan kedalaman sekitar 3 cm.Kemudian batang bawah bibit dimasukan dan ditutup dengan tanah. Jumlah indukan krisan yang ditanaman adalah sebanyak 15.000 indukan.
d) Pencahayaan
Pencahayaan dilakukan setiap hari dan sepanjang malam untuk tanaman indukan krisan. Pencahayaan yang digunakan untuk tanaman indukan krisan adalah pencahayaan bola lampu dengan jarak antar 1 lampu dangan lampu yang lain 2,5 meter dan jarak antar barisan lampu 4,5 meter.
e) Penyiraman
Penyiraman indukan krisan dilakukan pada pagi hari sebanyak 3 kali dalam seminggu. Penyiraman yang paling baik untuk tanaman indukan adalah jam 07.00 - 10.00 wib.
f) Pemupukan
Pemupukan dilakukan
setelah 10 hari setelah penanaman dan selanjutnya dilakukan 1 bulan sekali. Pupuk yang diberikan untuk tanaman indukan krisan ini adalah NPK 16-16, Poska dan TSP dengan perbandingan 2:2:1. Pemberian pupuk dilakukan dengan cara disebar pada bedengan.
g) Pengendalian hama penyakit Perlakuan untuk mencegah hama dan penyakit tersebut adalah dengan menggunakan pestisida dan
insektisida. Pestisida daninsektisida
yang digunakan terdiri dari yaitu dithane 150 gram drusban 10 ml, pepaton 10 ml, apsa 10 ml, grow more 15 ml Penyemprotan untuk tanaman indukan krisan dilakukan sebanyak 2 kali dalam seminggu. h) Panen
Pemanenan bibit krisan dilakukan dengan cara menggunting batang dekat batang yang memiliki daun. Pengguntingan dilakukan pada bagian atas daun karena tunas baru akan keluar diatas daun tersebut. Pemanenan bibit krisan dilakukan setiap hari dengan rata-rata hasil
6
panen bibit setiap minggu adalah 32.000 bibit.
i) Marol
Marol adalah kegiatan membuang daun bibit yang dipanen dari tanaman indukan. Sebelum marol daun, terlebih dahulu dibuat
perangsang akar dengan
menggunakan dhitane sbnyak 200 gram dan grow more sebanyak 50 ml. Marol bibit dilakuan sebelum pembibitan dengan cara membuang daun bibit yang sudah dipanen dengan meninggalkan 2 - 3 helai daun pada bagian pucuk. Setelah daun dibuang kemudian batang bibit dipotong pada bagian bawah dan dicelupkan pada bahan perangsang akar yang sudah disediakan.
j) Pembibitan
Untuk media tanam
pembibibitan krisan menggunakan sekam bakar 5 kg per meja pembibitan danditambah dengan kapur secukupnya per bedengan. Tahap pembibitan terdiri dari pemberian sekam bakar dan kapur kemudian dilanjutkan dengan pembasahan dan diaduk hingga basah merata. Setelah sekam bakar basah, diratakan pada bedengan pembibitan dan ditanam bibit yang telah diberi perangsang akar. Bibit yang selesai ditanam per bedengan
dilanjutkan dengan
penyiraman.Penyiraman dilakukan setiap hari sampai 15 hari.
3. Biaya - biaya budidaya indukan krisan sampai pembibitan tahun 2015 1. Biaya investasi
Tabel 6. Biaya investasi
No Jenis biaya Satuan Jumlah Harga/
unit (Rp) Total pembelian (Rp) 1 Cangkul Buah 2 60.000 120.000 2 Dessel Buah 1 3.500.000 3.500.000 3 Sanyo Buah 1 1.100.000 1.100.000
4 Slang untuk dessel Meter 100 5.000 500.000
5 Slang untuk sanyo Meter 50 10.000 500.000
6 Gembor Buah 1 15.000 15.000
7 Tempat pembibitan Meja 4 - 200.000
8 Bola lampu osram Buah 68 35.000 2.380.000
9 Bak penampung air - 1 - 5.000.000
10 Greenhouse (Bagian
Indukan dan pembibitan) - 1 - 10.000.000
11 Keranjang Buah 3 5.000 15.000
12 Gerobak Buah 2 450.000 900.000
13 Sekop Buah 1 100.000 100.000
14 Gunting stek Buah 2 75.000 150.000
15 Kored Buah 4 30.000 120.000
16 Kotak Buah 1 2.000 2.000
17 Sendok Buah 1 5.000 5.000
18 Pisau kater Unit 1 10.000 10.000
19 Pembuatan saluran air - - - 2.500.000
7
2. Biaya Penyusutan alat T abel 7. Biaya penyutan alat
No Jenis biaya Harga/ unit (Rp) Total pembelian (Rp) Nilai sisa (Rp) Umur ekonomis (tahun) Penyusustan/ tahuan (Rp) 1 Cangkul 60.000 120.000 3.000 2 28.500 2 Dessel 3.500.000 3.500.000 350.000 10 315.000 3 Sanyo 1.100.000 1.100.000 110.000 10 99.000
4 Slang untuk deseel 5.000 500.000 250 1 4.750
5 Slang untuk sanyo 10.000 500.000 500 1 9.500
6 Gembor 15.000 15.000 750 1 14.250
7 Tempat pembibitan - 200.000 20.000 5 36.000
8 Bola lampu osram 35.000 2.380.000 1.750 1 33.250
9 Bak penampungan air - 5.000.000 500.000 10 450.000
10 Greenhouse (Bagian
Indukan dan pembibitan) - 10.000.000 1.000.000 10 900.000
11 Keranjang 5.000 15.000 250 1 4.750 12 Gerobak 450.000 900.000 45.000 5 81.000 13 Sekop 100.000 100.000 5.000 2 47.500 14 Gunting stek 75.000 150.000 3.750 2 35.250 15 Kored 30.000 120.000 1.500 2 14.250 16 Kotak 2.000 2.000 100 1 1.900 17 Sendok 5.000 5.000 250 1 4.750 18 Pisau kater 10.000 10.000 500 1 9.500
19 Pembuatan saluran air - 2.500.000 250.000 5 450.000
Jumlah 2.539.150
Keterangan : Persentase nilai sisa = 5 % dari harga beli, untuk alat yang harga belinya besar sama Rp. 100.000 dan 10 % untuk alat dengan harga beli besar sama Rp. 3.000.000
1 tahun = 365 hari
Contoh perhitungan penyusutan gerobak
Penyusutan = Harga – nilai sisa (10% dari harga) Umur ekonomis
= Rp. 450.000 - Rp. 45.000 5
8
3. Biaya bahan Tabel 8. Biaya bahan
No Keterangan Satuan Kebutuhan/
tahun Harga (Rp) Biaya/ tahun (Rp) 1 Kotoran sapi Kg 300 1.667 500.000 2 Kotoran ayam Kg 300 1.667 500.000 3 Poska Kg 24 2.500 60.000 4 Npk Kg 24 2.800 67.200 5 Tsp Kg 12 2.000 24.000 6 Dithane Kg 4 100.000 400.000 7 Drusban Liter 3 85.000 255.000 8 Apsa Liter 2,6 160.000 416.000 9 Decis Liter 2,6 250.000 650.000 10 Agronta Liter 13 80.000 1.040.000 11
Grown tone Gram 100 69.000 69.000
12
Sekam Kg 125 560 70.000
13
Kapur Kg 50 1.100 55.000
14
Pembelian bibit indukan Bibit 15.000 115 1.725.000
Jumlah
5.831.200 4. Biaya tenaga kerja
Tabel 9. Biaya tenaga kerja No. Jenis kegiatan
Jmlah tenaga kerja Upah/ orang (Rp) Biaya/ hari (Rp) Biaya/ bulan (Rp) Biaya/tahun (Rp) 1
Persiapan media tanam 6 20.000 120.000 2.880.000 34.560.000
2 Penanaman indukan 2 20.000 40.000 1.040.000 12.480.000
3 Penyiraman indukan 1 20.000 20.000 520.000 6.240.000
4 Penyemprotanindukan 1 20.000 20.000 520.000 6.240.000
5 Penyiangan indukan 6 20.000 120.000 2.880.000 34.560.000
6 Panen bibit sampai
pembibitan 6 20.000 120.000 2.880.000 34.560.000
7 Penyiraman setelah
pembibitan 1 20.000 20.000 520.000 6.240.000
8 Panen bibit setelah
dibibitkan 2 20.000 20.000 520.000 6.240.000
Jumlah 141.120.000
5. Biaya lain - lain Tabel 10. Biaya lain - lain
No. Jenis biaya Satuan Jumlah Biaya/
bulan (Rp)
Biaya/ tahun(Rp)
1 Pemasukan saluran listrik -
- - 350.000
2 Listrik Kwh - 100.000 1.200.000
3 Pembuatan saluran air Buah 2 - 2.000.000
4 Air - - 50.000 600.000
9
6. Rekapitulasi biaya Tabel 11. Rekapitulasi biaya
No Jenis biaya Total (Rp)
1 Biaya penyusutan alat 2.539.150
2 Biaya bahan 5.831.200
3 Biaya tenaga kerja 141.120.000
4 Biaya lain – lain 4.150.000
Jumlah 153.640.350
7. Pendapatan bibit
Tabel 12. Pendapatan bibit krisa pada tahun 2015
No Keterangan Jumlah bibit
/minggu
Jumlah bibit/ tahun 1 Bibit yang sudah bisa dipindahkan ke lahan setalah
pembibitan 32.000 1.664.000
*1 tahun=52 minggu sehingga 1 tahun jumlah bibit yang dipanen adalah 1.664.000 bibit
Dari hasil dari ke dua cara memperoleh bibit krisan diatas dapat dilihat bahwa perbandingan biaya yang dikeluarkan sangat berbeda. Biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh bibit krisan dengan cara dibeli yaitu Rp. 191.360.000 dengan jumlah bibit sebanyak 1.664.000 bibit. Sedangkan biaya yang
dikeluarkan untuk memperoleh bibit krisan dengan cara menggunakan
systemindukan adalah Rp.
151.032.000 dengan jumlah bibit sebanyak 1.644.000 bibit.
Tabel 13. Perbandingan biaya bibit krisan antara dibeli dengan sistem indukan No Cara untuk mendapatkan bibit
krisan Jumlah/ tahun Biaya/ satuan (Rp) Biaya yang di keluarkan/tahun (Rp) 1 Dibeli 750.000 115 86.250.000
2 Perbanyakan bibit dengan menggunakan indukan
1.664.000 92,33 153.640.350
KESIMPULAN b. Kesimpulan
1. Dengan menanam indukan krisan akan mengeluarkan beberapa biaya diantaranya biaya investasi sebesar Rp. 27. 117.000,biaya
penyusutan sebesar Rp.
2.539.150, biaya bahan sebesar Rp. 5.831.200, biaya tenaga kerjasebesar Rp. 141.120.000 dan biaya lain – lain sebesar Rp. 4.150.000.
2. Cara untuk mendapatkan bibit
krisan dengan membeli
mengeluarkan biaya sebesar 86.250.000 per tahun dengan jumlah bibit sebanyak 750.000 bibit, harga satuan bibitnya adalah Rp. 115. Sedangkan cara untuk mendapatkan bibit krisan dengan
menggunakan indukan
mengeluarkan biaya sebesar 153.640.350 per tahun dengan jumlah bibit sebanyak 1.664.000, harga satuan bibitnya adalah Rp. 92,33. Perbandingan biaya bibit
10
krisan yang diperoleh dari ke dua cara diatas dapa disimpulkan bahwa harga persatuan bibit yang
murah adalah dengan
menggunakan indukan krisan.
DAFTAR PUSTAKA
Afnita, W,S .2008. Analisis Kelayakan Pengusahaan Bunga Potong Krisan Loka Farm Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor.http://repository.ipb.a c.id/bitstream/ handle/123456789/1436/A0 8aws.pdf?sequence=4A08a ws.pdf (Diakses 29 juni 2016).
Arum, M, S.2012. Peran Pemerintah
Dalam Pengembangan
Perkebunan Bunga Krisan. http://staff.uny.ac.id/sites/de fault/files/penelitian/dadan-rosanadr-msi/laporanhb -model-akselerasi- pengembanmgan-sambi- sebagai-desa-wisata- internasional-melalu-strategi-ke.pdfipi72861.pdf (Diakses 02 Agustus 2016) Direktorat Budidaya Dan Pasca
Panen Florikultura. 2012.
Standar Operasional
Prosedur Budidaya Krisan Potong. Jakarta. 84 hal. Direktorat Budidaya Dan Pasca
Panen Florikultura. 2013.
Profil Krisan. Jakarta. 153 hal.
Hasim, I Dan M.
Reza.1995.Krisan.Penebar Swadaya. Jakarta.
Isabella, Nyimas. 2003. Budidaya
Bunga Krisan Potong
(Dendranthema grandiflora Tzvelev) di PT Alam Indah Bunga Nusantara, Cipanas CianjurJawa Barat.Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian.
Fakultas Pertanian.
InstitutPertanian Bogor. Marwoto, B. 2005.Standar Prosedur
Opera sional budidaya krisan potong. Direktorat Budidaya Tanaman Hias.
Direktorat Jenderal
Hortikultura. Departemen Pertanian. Jakarta. 72 hal. Redaksi Agro media. 2007. Kunci
sukses memperbanyak
tanaman. PT. Agro Media Pustaka.90 hal.
Rukman, R dan Asep, E, M. 2002.Krisan.Kanisus.Yokyakarta. 95 hal.
Rukmana dan Mulyana. 1997. Krisan. Kanisius, Yogyakarta.108 hal.