SKRIPSI
ANALISIS DAMPAK PEMECAHAN SAHAM (
STOCK
SPLIT
) TERHADAP VOLUME PERDAGANGAN SAHAM
DAN
ABNORMAL RETURN
SAHAM
OLEH
ELLY CHRISTIN MANULLANG
110501091
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRACT
THE ANALYSIS IMPACT OF STOCK SPLIT ON STOCK TRADING VOLUME AND ABNORMAL STOCK RETURNS
The aim of the study is to analyze the impact of a stock split announcement on stock trading volume and abnormal stock returns. Data used in this research is secondary data of the year 2007-2014 were obtained from the quantitative Yahoo Finance’s official website. The study’s sample selected using purposive sampling method. Methods of testing using the average different test of stock trading volume and abnormal stock returns using the Wilcoxon Sign Rank Test as statistic test.
Abnormal trading volume and stock returns’ data are used for ten days before and after the date of stock split announcement to the average trading volume and abnormal stock returns in 18 companies which doing stock split activity announcement within the period 2007-2014.
ABSTRAK
ANALISIS DAMPAK PEMECAHAN SAHAM (STOCK SPLIT)
TERHADAP VOLUME PERDAGANGAN DAN ABNORMAL RETURN
SAHAM
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa dampak yang disebabkan oleh pengumuman pemecahan saham (stock split) terhadap volume perdagangan dan
abnormal return saham. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari tahun 2007-2014 bersifat kuantitatif yang diperoleh dari situs resmi
Yahoo Finance. Pemilihan sampel penelitian menggunakan metode purposive sampling. Metode pengujian dilakukan menggunakan uji beda rata-rata volume perdagangan dan abnormal return saham dengan menggunakan uji statistik
Wilcoxon Sign Rank Test.
Data volume perdagangan dan abnormal return saham yang digunakan selama sepuluh hari sebelum dan sesudah tanggal pemecahan saham. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan pengumuman pemecahan saham terhadap rata-rata volume perdagangan dan abnormal return saham pada 18 perusahaan yang menjadi sampel penelitian yang melakukan aktivitas pengumuman pemecahan saham dalam rentang waktu 2007-2014.
KATA PENGATAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat ,rahmat dan
penyertaan-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul
“Analisis Dampak Pemecahan Saham (Stock Split) Terhadap Volume
Perdagangan Saham dan Abnormal Return Saham”.
Skripsi ini penulis persembahkan khusus untuk orang tua tercinta
Hasoloan Simanullang,S.Pd dan Frida Sinaga,S.Pd yang telah banyak
memberikan bimbingan, saran, dan motivasi kepada penulis selama ini.
Pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama masa perkuliahan dan
penyusunan skripsi ini, baik berupa bimbingan, saran dan dorongan moril, yaitu:
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, Ak, selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec, selaku Ketua Departemen dan Bapak
Syahrir Hakim Nasution, M.Si, selaku Sekretaris Departemen Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D selaku Ketua Program Studi Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Ekonomi
5. Bapak Syarief Fauzi, SE, M.Ak, Ak selaku Dosen Pembimbing skripsi yang
telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam memberikan arahan
,saran dan kritik selama penulisan skripsi ini.
6. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec dan Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si
selaku Dosen Penguji yang telah memberikan petunjuk, kritik dan saran yang
bermanfaat dalam penyempurnaan skripsi ini.
7. Seluruh Dosen dan Staff Administrasi Departemen Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
8. Terima kasih pula kepada sahabat-sahabat terbaik (Grace, Deli , Pivi, Yuni,
Hildha, Yessy, Handayani ) dan teman-teman di Ekonomi Pembangunan
angkatan 2011 yang telah banyak memberikan saran dan semangat untuk
penulis dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan
karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk skripsi ini
dan semoga penelitian ini bermanfaat bagi pembaca dan penelitian selanjutnya.
Medan, Maret 2015 Penulis
DAFTAR ISI
3.9.1. Uji Hipotesis ... 30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Deskriptif ... 33
4.2. Analisis Data ... 37
4.2.1. Analisis Volume Perdagangan Sebelum dan Sesudah Peristiwa Stock Split ... 37
4.2.2. Analisis Abnormal Return Sebelum dan Sesudah Peristiwa Stock Split ... 38
4.3. Hasil Penelitian ... 39
4.3.1. Pengujian Normalitas ... 39
4.3.2. Pengujian Hipotesis ... 40
4.4. Pembahasan ... 42
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 45
5.2. Saran ... 45
DAFTAR PUSTAKA ... 47
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
3.1 Perusahaan yang Melakukan Stock Split ... 28
4.1 Hasil Perhitungan Statistik Deskriptif Volume Perdagangan ... 33
4.2 Hasil Perhitungan Statistik Deskriptif Abnormal Return ... 35
4.3 Rata-Rata Volume Perdagangan Saham Perusahaan ... 38
4.4 Rata-Rata Abnormal Return Saham Perusahaan ... 39
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
2.1 Kerangka Konseptual ……….. 24
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
1 Perhitungan Harga Saham ... 49
2 Perhitungan Actual Return ... 51
3 Perhitungan Expected Return ... 53
4 Perhitungan Abnormal Return ... 55
5 Perhitungan Rata-Rata Volume Perdagangan Saham .... 57
6 Perhitungan Statistik Deskriptif ... 59
7 Hasil Uji Normalitas ... 63
8 Hasil Uji Wilcoxon Sign Rank Test ... 64
ABSTRACT
THE ANALYSIS IMPACT OF STOCK SPLIT ON STOCK TRADING VOLUME AND ABNORMAL STOCK RETURNS
The aim of the study is to analyze the impact of a stock split announcement on stock trading volume and abnormal stock returns. Data used in this research is secondary data of the year 2007-2014 were obtained from the quantitative Yahoo Finance’s official website. The study’s sample selected using purposive sampling method. Methods of testing using the average different test of stock trading volume and abnormal stock returns using the Wilcoxon Sign Rank Test as statistic test.
Abnormal trading volume and stock returns’ data are used for ten days before and after the date of stock split announcement to the average trading volume and abnormal stock returns in 18 companies which doing stock split activity announcement within the period 2007-2014.
ABSTRAK
ANALISIS DAMPAK PEMECAHAN SAHAM (STOCK SPLIT)
TERHADAP VOLUME PERDAGANGAN DAN ABNORMAL RETURN
SAHAM
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa dampak yang disebabkan oleh pengumuman pemecahan saham (stock split) terhadap volume perdagangan dan
abnormal return saham. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari tahun 2007-2014 bersifat kuantitatif yang diperoleh dari situs resmi
Yahoo Finance. Pemilihan sampel penelitian menggunakan metode purposive sampling. Metode pengujian dilakukan menggunakan uji beda rata-rata volume perdagangan dan abnormal return saham dengan menggunakan uji statistik
Wilcoxon Sign Rank Test.
Data volume perdagangan dan abnormal return saham yang digunakan selama sepuluh hari sebelum dan sesudah tanggal pemecahan saham. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan pengumuman pemecahan saham terhadap rata-rata volume perdagangan dan abnormal return saham pada 18 perusahaan yang menjadi sampel penelitian yang melakukan aktivitas pengumuman pemecahan saham dalam rentang waktu 2007-2014.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pasar modal dapat diartikan sebagai pasar dimana instumen keuangan
dalam jangka waktu panjang bisa diperjual belikan. Pasar modal dapat dijadikan
tempat bagi investor untuk menanamkan modalnya, selain itu bagi perusahaan,
pasar modal dapat dijadikan tempat memperoleh tambahan dana. Untuk
meningkatkan modalnya, perusahan dapat menerbitkan sekuritas berupa saham,
obligasi atau sekuritas lainnya yang dijual ke publik melalui bankir investasi
dalam pasar primer. Melalui kepemilikan saham seseorang menyertakan
modalnya ke dalam perusahaan, sehingga mereka berhak mengklaim kepemilikan
perusahaan serta keuntungan yang diperoleh perusahaan sesuai dengan jenis dan
besar saham yang dimiliki. Kisaran harga saham dari yang terendah sampai yang
tertinggi dianggap mencerminkan nilai dari perusahaan, karena saham yang patut
dihargai adalah saham dengan harga tinggi. Investasi dalam bentuk saham
memiliki resiko tinggi dengan return ekspektasi terbesar atau resiko yang kecil
dengan tingkat pengembalian tertentu.
Penawaran dan permintaan saham serta perubahan yang terjadi baik di
dalam maupun luar negeri berimbas pada harga saham, sehingga harga saham
berfluktuasi di pasar modal. Para investor yang berinvestasi dalam bentuk saham,
memerlukan informasi yang relevan dengan perkembangan yang terjadi di lantai
investor sebab dengan memilih portofolio tersebut investor dapat mengetahui
perkembangan saham perusahaan, kinerja perusahaan, mengetahui return
ekspektasi sehingga meminimumkan resiko yang terjadi ketika memiliki saham
tersebut.
Banyak informasi yang diperlukan para investor mengenai bursa saham,
salah satunya informasi mengenai pemecahan saham yang dilakukan perusahaan.
Pemecahan saham atau stock split adalah kebijakan yang dilakukan perusahaan
go public untuk memperbanyak jumlah lembar saham yang beredar sehingga
harga saham berkurang . Contohnya dengan perbandingan 1:2 , maka nilai
nominal dari saham akan berkurang menjadi setengahnya. Satu lembar saham
akan dibagi menjadi 2 lembar saham, dengan harga saham setengah dari harga
saham semula ( Jogiyanto 2000 : 397 ).
Pada 28 Agustus 2013, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom)
melakukan pemecahan nilai nominal saham (stock split) dengan ratio 1:5.
Langkah korporasi diharapkan dapat menggairahkan perdagangan saham
sekaligus meningkatkan return per saham sehingga saham Telkom menjadi
semakin menarik di mata investor. Pemecahan saham yang dilakukan dengan nilai
nominal Rp 250 akan dipecah menjadi 5 saham dengan nilai nominal Rp 50 per
saham. Walaupun harga nominal saham Telkom Rp 250 per saham, namun harga
market atau harga transaksi adalah rata-rata Rp 11.591 berdasarkan data 30 hari
terakhir. Pada hari pertama Telkom menjalankan langkah korporasi stock split,
indeks saham perusahaan telekomunikasi ini mengalami kenaikan hingga 6,17%
jauh di atas kenaikan indeks saham perusahaan infrastructure & utility yang
mencapai 1,44%, demikian pula dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
yang hari itu mengalami kenaikan hingga 1,47%.
Pengumuman pemecahan saham merupakan informasi yang penting bagi
investor , dengan adanya pemecahan saham para investor baik investor besar
maupun investor yang kecil dapat melakukan perdagangan saham , sehingga
dengan adanya pemecahan saham akan meningkatkan peredaran saham
perusahaan. Stock split mengakibatkan terjadinya pembauran kepemilikan saham
yang baru, sehingga semakin banyak pemegang saham individual. Dengan
dilakukannya stock split , investor mengharapkan return yang lebih tinggi
dibandingkan dengan return semula. Jika semula harga saham sebesar 1000 ketika
dilakukan stock split dengan perbandingan 1:2 maka saham akan dibagi menjadi 2
dengan masing-masing nilai nominal 500, namun karena terjadi mekanisme pasar
harga saham bisa berada diatas 500 hal ini tentunya akan mendatangkan
keuntungan bagi investor. Ada pendapat yang menyatakan bahwa stock split
diibaratkan dengan menukar uang recehan kecil, dan seharusnya pasar
mengabaikan pengumuman tersebut. Pemecahan saham merupakan fenomena
yang terjadi dalam pasar efisien setengah kuat, dimana harga-harga saham bukan
hanya mencerminkan harga dimasa lalu melainkan semua informasi yang
disampaikan. Dalam stock split sesungguhnya yang terjadi adalah perubahan nilai
nominal dari saham dan tambahan lembar jumlah saham yang dimiliki, namun
akan masuk dalam ayat jurnal namun akan tetap dilaporkan dalam laporan
keuangan perusahaan.
Ada dua teori yang mendasari manajemen perusahaan melakukan stock
split. Pertama, signaling theory yang menyatakan bahwa stock split akan
memberikan sinyal yang positif pada publik mengenai kinerja dan prospek
perusahaan yang baik. Kedua, trading range theory yang menyatakan bahwa
pengumuman stock split akan mempengaruhi likuiditas perusahaan, perubahan
harga saham akan menjaga perdagangan saham pada rentang perdagangan yang
optimal. Pengumuman pemecahan saham dapat menjadi suatu sinyal bagi
investor, mengenai informasi-informasi penting lainnya. Investor percaya
perusahaan yang melakukan stock split adalah perusahaan dengan predikat baik,
sehingga investor akan tertarik untuk membeli saham perusahaan dengan kinerja
yang baik. Dengan dilakukannya pemecahan saham maka perusahaan dapat
menjaga perdagangan saham pada rentang perdagangan yang optimal. Pemecahan
saham juga dilakukan untuk menstabilkan harga saham sesuai dengan
kemampuan pasar membeli saham tersebut. Pemecahan saham yang menambah
jumlah saham yang beredar akan menarik dana yang banyak dari masyarakat,
sehingga dana akan banyak terkumpul di pasar modal. Menurut FFJR ( 1969 )
perusahaan melakukan pemecahan saham ketika harga sahamnya meningkat di
pasaran lebih dari harga normal , hal ini dianggap mencerminkan pertumbuhan
perusahaan yang pesat melihat keuntungan yang diperoleh perusahaan
tahun-tahun sebelumnya dalam kategori baik sehingga para petinggi perusahaan
yang didapat pada masa yang akan datang lebih banyak lagi sehingga pembagian
deviden akan lebih besar. Investor tidak terfokus pada pemecahan saja, tetapi
investor melihat informasi yang disampaikan melalui pemecahan saham.
Pemecahan saham selain menaikkan pendapatan dikisaran tanggal pengumuman
dan setelahnya juga akan diikuti dengan peningkatan deviden tunai.
Stock split dibagi menjadi dua yakni : stock split up ( pemecahan saham
naik) dan reverse stock split ( pemecahan saham terbalik ). Stock split up yaitu
peningkatan jumlah lembar saham yang beredar dengan nilai nominal yang
berkurang, tergantung porsi pembaginya. Reverse stock split adalah penurunan
jumlah lembar saham beredar dengan nilai nominal yang meningkat, misalnya
reverse stock split dengan perbandingan 2:1 maka pemegang saham akan
menerima satu saham baru dengan nominal dua kali dari harga saham yang lama.
Stock split dianggap tidak memiliki nilai ekonomis karena pemecahan saham tidak
menambah nilai dari perusahaan. Pemecahan saham hanya menambah jumlah
lembar saham yang beredar lebih banyak dari jumlah saham sebelumnya, namun
pemecahan saham merupakan hal yang dipertimbangkan oleh manajemen
perusahaan dan para investor dalam mengambil sebuah keputusan di pasar modal.
Perkembangan harga saham sangat penting bagi para investor maupun calon
investor, harga saham menggambarkan nilai dari perusahaan, semakin tinggi
harga saham maka semakin tinggi nilai perusahaan dan sebaliknya apabila harga
saham rendah maka nilai perusahaan juga rendah. Pemecahan saham dianggap
sebagai pengumuman yang tidak memiliki nilai ekonomis sehingga pasar yang
merupakan pasar yang tidak bereaksi terhadap pengumuman yang tidak memiliki
nilai ekonomis dan sebaliknya pasar yang tidak efisien akan bereaksi terhadap
pengumuman yang tidak memiliki nilai ekonomis. Menurut Copeland (1979)
pemecahan saham berakibat pada likuiditas saham yang akan semakin rendah
karena volume perdagangan yang rendah selain itu biaya transaksi pialang akan
meningkat dan bid-ask spread yang lebih tinggi. Perusahaan memiliki alasan
sendiri dalam melakukan pemecahan saham, selain untuk menjaga harga saham
berada pada rentang perdagangan yang optimal, manajemen perusahan juga ingin
menunjukkan bahwa perusahaan dalam kinerja yang baik. Dalam melakukan
pemecahan saham perusahaan akan menanggung beberapa biaya, dan resiko
apakah informasi ini ditanggapi dengan positif oleh pasar atau tidak. Manajemen
perusahaan melakukan pemecahan saham dengan tujuan menunjukkan prospek
perusahaan yang bagus, sehingga para investor menanggapi pemecahan saham
secara positif, hal ini tentunya akan berdampak baik bagi perdagangan saham.
Volume perdagangan saham dapat dijadikan salah satu indikator reaksi
pasar terhadap pengumuman pemecahan saham, dan untuk melihat pengaruh
pemecahan saham terhadap volume perdagangan dapat diukur dengan TVA
(Trading Volume Activity ). Trading Volume Activity adalah perbandingan jumlah
saham yang diperdagangkan pada waktu tertentu dengan jumlah saham yang
beredar pada periode tertentu ( Suad Husnan et al , 2005 ). Untuk melihat apakah
aktivitas pemecahan saham memiliki pengaruh terhadap volume perdagangan
dapat diuji dengan uji beda dua rata-rata , yaitu rata-rata dari TVA sebelum
yang signifikan antara sebelum dan sesudah pemecahan saham, maka pemecahan
saham memiliki pengaruh terhadap volume perdagangan saham.
Melinda Savitri dan Dwi Martani (2008) dalam penelitiannya menemukan
bahwa pemecahan saham ke bawah (reverse stock split ) memiliki efek lebih
untuk return saham dibandingkan stock split. Terdapat perbedaan volume
perdagangan saham yang signifikan antara hari-hari sebelum dan setelah
pengumuman stock split atau reverse stock split. I Gusti Mila W (2010) dalam
penelitiannya mengungkapkan bahwa tidak ada pengaruh rata-rata volume
perdagangan sebelum dan sesudah peristiwa pemecahan saham. Selain itu
pemecahan saham tidak berpengaruh signifikan terhadap rata-rata abnormal
return saham sesudah dan sebelum pemecahan saham, hal ini dikarenakan reaksi
pasar yang berbeda. Fretty Asih Rumanti dan Moerdiyanto (2012) mengemukakan
bahwa stock split berpengaruh terhadap harga saham, pasar bereaksi terhadap
stock split. Terdapat perbedaan abnormal return selang waktu 10 hari sebelum
pemecahan saham dan 10 hari sesudah stock split. Dan juga terdapat perbedaan
aktivitas volume perdagangan saham sebelum stock split dan aktivitas volume
perdagangan saham sesudah stock split. Sedangkan untuk return saham,
pengumuman stock split berpengaruh signifikan terhadap return saham hanya
pada periode-periode tertentu. Wang Sutrisno, Francisca Yuniartha, dan Soffy
Susilowati (2000) dalam penelitiannya menyatakan aktivitas pemecahan saham
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham, volume perdagangan
dan persentase spread, tetapi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
sebagai sebuah portofolio. Tidak adanya perbedaan signifikan untuk abnormal
return berarti tidak ada perubahan pada return saham baik secara individual
maupun sebuah portofolio. Berbagai fenomena yang muncul dengan adanya
kebijakan pemecahan saham mendorong peneliti untuk mengkaji “ Analisis
Dampak Pemecahan Saham (Stock Split ) Terhadap Volume Perdagangan
Saham dan Abnormal Return Saham “.
1.2. Perumusan Masalah
Hasil penelitian mengenai kebijakan pemecahan saham menunjukkan
reaksi yang berbeda-beda. Kebijakan pemecahan saham ada yang berpengaruh
signifikan terhadap harga saham, volume perdagangan dan abnormal return,
namun sebagian penelitian menunjukkan pemecahan saham tidak berpengaruh
signifikan terhadap abnormal return dan likuiditas saham. Pengumuman stock
split dianggap sinyal positif karena manajer perusahaan akan menyampaikan
prospek masa depan yang baik dari perusahaan kepada public yang belum
mengetahuinya. Alasan ini didukung dengan kenyataan bahwa perusahaan yang
melakukan stock split adalah perusahaan yang berkinerja baik, karena pemecahan
saham akan menimbulkan resiko yang harus ditanggung perusahaan. Namun ada
juga yang berpendapat bahwa pemecahan saham adalah informasi yang tidak
memiliki nilai ekonomis, sehingga pasar yang efisien tidak akan bereaksi terhadap
informasi tersebut. Adanya perbedaan pendapat mengenai pengaruh pemecahan
saham membuat peneliti ingin meneliti lebih lanjut mengenai :
1. Apakah terdapat perbedaan volume perdagangan saham sebelum dan
2. Apakah terdapat perbedaan antara abnormal return saham sebelum
pemecahan saham dan sesudah stock split dilakukan ?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini terkait masalah
yang dipaparkan sebelumnya yaitu :
a. Untuk mengetahui perbedaan antara volume perdagangan sebelum dan
sesudah stock split dilakukan.
b. Untuk mengetahui perbedaan antara abnormal return saham sebelum dan
sesudah stock split dilakukan.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu :
1. Memberikan informasi mengenai pengaruh pemecahan saham kepada
manajemen perusahaan sehingga dapat mempertimbangkan keputusan
dalam mengambil kebijakan selanjutnya.
2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam
mengambil keputusan dimasa yang akan datang bagi investor maupun
calon investor.
3. Sebagai tambahan literatur dan masukan bagi peneliti selanjutnya yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini akan dijabarkan beberapa teori yang menjadi landasan
analisis penulis mengenai hubungan variabel- variabel dalam penelitian, yaitu :
Stock split (pemecahan saham), volume perdagangan saham dan abnormal return
saham. Penelitian terdahulu yang merupakan acuan dari penelitian ini juga akan
disampaikan dalam bab ini dan selanjutnya akan diakhiri dengan kerangka
pemikiran yang menganalisis hubungan ketiga variabel diatas, sehingga nantinya
dapat diambil kesimpulan penelitian yang benar mengenai hubungan dan
pengaruh antara ketiga variabel tersebut.
2.1. Pemecahan Saham
Pemecahan saham (stock split ) adalah memecah selembar saham menjadi
beberapa lembar saham dengan harga perlembar saham baru dibagi dengan faktor
pemecahnya dengan kata lain, stock split tidak menambah nilai dari perusahaan
sehingga dianggap tidak memiliki nilai ekonomis. Misalnya harga selembar
saham 1000 perlembarnya, ketika terjadi pemecahan saham dengan perbandingan
1:2 maka harga selembar saham yang baru menjadi 500 ( Jogiyanto 2000 : 397).
Dengan melakukan stock split manajemen perusahaan memecah lembar saham
menjadi beberapa lembar saham baru dengan harga saham yang lebih rendah atau
dengan kata lain menggantikan saham lama dengan saham baru dengan jumlah
lembar yang lebih banyak dari jumlah saham semula. Pemecahan saham
dikatakan tidak memiliki nilai ekonomis, namun perusahaan mempunyai tujuan
bahwa pengumuman stock split merupakan sinyal yang positif untuk aliran kas
perusahaan di masa depan. Pengumuman stock split dianggap sebagai sinyal
positif karena manajer perusahaan ingin menyampaikan bahwa perusahaan yang
melakukannya adalah perusahaan yang memiliki kinerja dan prospek yang baik.
Perusahaan yang melakukan pemecahan saham adalah perusahaan yang memiliki
predikat baik, karena keputusan tersebut memiliki resiko dan biaya yang mahal.
Reaksi yang ditimbulkan pasar karena informasi pemecahan saham bukan berarti
masyarakat terfokus pada pengumuman pemecahan saham namun masyarakat
bereaksi terhadap prospek perusahaan di masa depan yang disinyalkan melalui
pengumuman tersebut. Para petinggi perusahaan yakin untuk melakukan
pemecahan saham karena melihat harga saham yang naik di pasaran lebih besar
dari harga seharusnya, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan tumbuh dengan
pesat. Selain itu kebijakan itu didukung pendapatan yang diterima perusahaan di
tahun – tahun sebelumnya tergolong baik, sehingga perusahaan berani untuk
melakukan pemecahan saham. Tidak semua perusahaan mampu melakukan
pemecahan saham , sehingga ketika suatu perusahaan mengumumkan pemecahan
saham maka perusahaan tersebut merupakan perusahaan berkinerja baik sehingga
informasi yang dikeluarkan dipercayai masyarakat. Hanya perusahaan yang
memiliki kondisi yang benar-benar dipercaya yang akan mendapat reaksi yang
positif. Copeland (1979) menyatakan bahwa pemecahan saham disertai dengan
biaya mahal yang harus ditanggung perusahaan , dengan demikian perusahaan
yang memiliki prospek bagus saja yang mampu menanggung biaya tersebut, dan
tidak bagus melakukan pemecahan saham, perusahaan tersebut tidak akan mampu
menanggung biaya yang ditimbulkan , sehingga keputusan melakukan stock split
tidak akan meningkatkan harga sekuritasnya malah akan menurunkannya jika
pasar cukup canggih untuk mengetahuinya.
2.1.1. Teori Pemecahan Saham
Ada dua teori yang mendasari perusahaan untuk melakukan pemecahan
saham :
Signaling Theory
Menurut teori ini stock split memberikan sinyal yang positif kepada pasar
karena manejemen menginformasikan bahwa perusahaan memiliki kinerja dan
prospek yang baik di masa yang akan datang. Alasan ini didukung bahwa
perusahaan yang mampu melakukan stock split adalah perusahaan dengan
predikat bagus. Ketika melakukan stock split perusahaan akan menanggung biaya,
contohnya biaya percetakan, izin dan sebagainya (Copeland : 1979 ). Sehingga
perusaaan yang melakukan stock split adalah perusahaan yang mampu
menanggung resiko dan biaya dari keputusan tersebut . Supaya suatu sinyal
dianggap benar dan dapat dipercaya maka tidak semua perusahaan mampu
melakukan stock split, dan hanya perusahaan yang memberikan sinyal sesuai
dengan yang dikondisikan akan menerima reaksi yang positif dari pasar.
Trading Range Theory
Menurut teori ini dengan dilakukannya stock split maka likuiditas saham
dapat dipertahankan. Dalam penelitian Grinblatt et all (1984) mengemukakan
aliran kas masa depan perusahaan. Dengan melakukan stock split perusahaan
memecah saham lama menjadi beberapa lembar saham baru dengan harga yang
lebih murah, sehingga perdagangan saham berada pada rentang optimal. Harga
saham yang murah dari perusahan yang memiliki predikat baik tentu menarik bagi
investor maupun calon investor . Para investor dapat turut andil dalam
perdagangan saham yang bisa mencakup investor dengan modal kecil, dan
akhirnya perdagangan saham akan meningkat dan menambah volume
perdagangan ( I Gusti Mila W: 2010 ).
2.1.2. Jenis Pemecahan Saham
Pemecahan saham adalah membagi satu lembar saham lama menjadi
beberapa lembar saham baru. Terdapat dua jenis pemecahan saham yakni :
pemecahan saham naik ( stock split up ) dan pemecahan saham turun ( reverse
stock split ).
Stock Split Up
Stock split up adalah memecah satu lembar saham baru dengan beberapa
lembar saham baru dengan nilai nominal saham baru lebih kecil dari nilai nominal
saham lama, hal ini disebabkan karena nilai nominal saham yang dibagi dengan
faktor pemecah. Contohnya harga saham yang bernilai 1000, ketika dilakukan
stock split dengan perbandingan 1:2 maka harga saham yang baru menjadi 500.
Harga saham yang baru semakin rendah namun akan menambah jumlah lembar
Reverse Stock split
Reverse stock split merupakan kebalikan dari stock split up, pemecahan
saham turun akan menyebabkan nilai saham akan naik, sehingga jumlah lembar
saham yang akan diperdagangkan semakin sedikit. Contoh reverse stock split
dengan perbandingan 2:1, maka harga saham yang semula 1000 menjadi 2000,
reverse stock split menggabungkan dua lembar saham menjadi satu lembar saham
dengan nilai nominal dua kali lipat dari saham yang lama.
2.2. Event Study
Studi peristiwa (event study) merupakan suatu studi yang mempelajari
bagaimana reaksi pasar terhadap suatu peristiwa yang informasinya
dipublikasikan sebagai pengumuman kepada masyarakat. Studi peristiwa dapat
juga digunakan dalam menguji kandungan informasi dari suatu pengumuman dan
juga untuk menguji efisiesi pasar bentuk setengah kuat. Pengujian kandungan
informasi dimaksudkan untuk melihat reaksi yang ditimbulkan dari suatu
pengumuman, jika pengumuman mengandung informasi maka diharapkan pasar
akan bereaksi pada saat pengumuman itu dikeluarkan (Jogiyanto 2010 :392 ).
Dalam hal ini studi peristiwa adalah bagaimana reaksi pasar modal terhadap
pengumuman pemecahan saham yang dikeluarkan terhadap saham, pada saat
sebelum pengumuman, hari pengumuman maupun setelah pengumuman tersebut.
Jika pasar bereaksi akan ditunjukkan dengan adanya perubahan harga dari
sekuritas yang bersangkutan. Studi peristiwa yang ingin dikaji adalah peristiwa
2.3. Likuiditas Saham
Likuiditas saham merupakan salah satu indikator dalam melihat reaksi
pasar terhadap suatu pengumuman di pasar modal. Semakin tinggi frekuensi
perdagangan atas saham tersebut maka semakin tinggi pula likuiditas saham
tersebut. Semakin cepat suatu saham dapat ditukarkan menjadi uang maka
semakin likuid saham tersebut. Untuk sekuritas pengertian likuiditas dapat dilihat
dari perbedaan antara harga jual dan harga beli, semakin besar selisih harga
tersebut maka semakin tidak likuid sekuritas tersebut. Bagi investor, portofolio
yang likuid adalah portofolio yang lebih banyak peminatnya ( Suad Husnan 1994 :
199). Volume perdagangan saham dapat menunjukkan bagaimana likuditas
saham, dengan membandingkan jumlah saham yang diperdagangkan pada waktu
tertentu dengan jumlah saham yang beredar waktu tertentu. TVA ( Trading
Volume Activity ) dapat dijadikan acuan untuk melihat reaksi pasar terhadap
volume perdagangan saham.
2.4. Return Saham dan Abnormal Return Saham
Return adalah hasil yang diperoleh dari modal yang ditanamkan seseorang
kedalam suatu portofolio. Return dapat berupa return realisasi dan return
ekspektasi. Return realisasi adalah return yang telah terjadi yang dihitung
berdasarkan data historis, sedangkan return ekspektasi adalah return yang
diharapkan investor pada masa yang akan datang. Besarnya return yang diterima
mencerminkan kinerja dari perusahaan. Return histori dapat dijadikan sebagai
dasar penetuan dari return ekspektasi ( Jogiyanto 2000 : 107 ). Return yang
dilihat melalui abnormal return. Keuntungan yang didapat melalui pemecahan
saham dapat dilihat pada tanggal pemecahan saham, yang diakibatkan perilaku
abnormal yang dilakukan pasar. Efisiensi pasar diuji melalui abnormal return,
pasar dikatakan tidak efisien apabila terdapat pelaku pasar yang menikmati
keuntungan yang tidak normal dalam jangka waktu yang cukup lama. Abnormal
return adalah selisih antara return sebenarnya dengan return normal. Return
normal merupakan return ekspektasi, dengan demikian return tidak normal adalah
selisih antara return sesungguhnya yang terjadi dengan return ekspektasi sebagai
berikut :
ARi,t = Ri,t – E[Ri,t]
Dimana :
ARi,t = return tidak normal (abnormal return ) sekuritas ke-i pada periode
peristiwa ke-t.
Ri,t = return sesungguhnya yang terjadi untuk sekuritas ke-i pada periode
peristiwa ke-t.
E[Ri,t] = return ekspektasi sekuritas ke-i untuk periode peristiwa ke-t.
Return sesungguhnya merupakan return yang terjadi pada waktu ke-t yang
merupakan selisih harga sekarang relatif terhadap harga sebelumnya yang dapat
dirumuskan sebagai berikut :
Rit = Pit - Pit-1
Pit -1
Rit = Return harga saham i pada hari ke-t
Pit = Harga saham i pada hari ke-t
Pit-1 = Harga saham i pada hari t-1
Sedangkan return ekspektasi merupakan return yang harus diestimasi.
Brown dan Warner (1985) mengestimasi return ekspektasi menggunakan model
estimasi mean adjusted model, market model dan market adjusted model.
Mean-adjusted Model
Model disesuaikan dengan rata-rata menganggap bahwa return ekspektasi
bernilai konstan yang sama dengan rata-rata return realisasi sebelumnya selama
periode estimasi (estimation period ), sebagai berikut :
t2 ∑ Rij E[Ri,t] = j = t1
T
Dimana :
E[Ri,t] = return ekspektasi sekuritas ke-i pada peiode peristiwa ke-t
Rij = return realisasi sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j
T = lamanya periode estimasi, yaitu dari t1 sampai t2
Periode estimasi umumnya merupakan periode sebelum periode peristiwa.
Periode peristiwa disebut juga dengan periode pengamatan atau jendela peristiwa.
Lama dari jendela yang umum digunakan berkisar 3 hari sampai dengan 121 hari
Market Model
Perhitungan return ekspektasi dengan model pasar (market model)
dilakukan dengan dua tahap, pertama membentuk model ekspektasi dengan
menggunakan data realisasi selama periode estimasi dan kedua, menggunakan
model ekspektasi di periode jendela. Model ekspektasi ini dibentuk dengan
menggunakan teknik regresi OLS ( Ordinary Least Square) dengan persamaan :
Ri,j =
α
i +β
i. RMj +ε
i,jDimana :
Ri,j = return realisasi sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j
αi = intercept untuk sekuritas ke-i
βi = koefisien slope yang merupakan Beta dari sekuritas ke-i
RMj = return indeks pasar pada periode estimasi ke-j
εij = kesalahan residu sekuritas ke-I pada periode estimasi ke-j
return ekspektasi juga dapat dihitung dengan rumus :
RMj = (IHSGj - IHSGj-1)
IHSGj-1
Dimana :
RMj = return indeks pasar pada periode estimasi ke-j
IHSGj = indeks harga saham gabungan pada hari ke-j
Market-Adjusted Model
Model ini menganggap untuk mengestimasi return suatu sekuritas terbaik
adalah return indeks pasar pada saat tersebut. Model ini tidak perlu menggunakan
periode estimasi untuk membentuk model estimasi, karena return yang diestimasi
sama dengan besar return indeks pasar.
E ( Rit )= Rmt
Dimana :
E (R it) = return ekspektasi sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t
R mt = return sekuritas pada waktu ke-t
2.5. Penelitian Terdahulu
Berikut ini adalah beberapa penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan
dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis dan merupakan acuan atau
pembanding dengan penelitian yang akan dilakukan :
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
N0. Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
1. Melinda Savitri
dan Dwi Martani (2008)
The Analysis Impact Of Stock Split And Reverse Stock Split On Stock Return And Volume The Case Of Jakarta Stock Exchange.
Dalam penelitian pada saat terjadi stock split dan reverse stock split terdapat peningkatan
abnormal return pada waktu tertentu. Hasil menunjukkan bahwa pemecahan saham ke bawah memiliki efek lebih
untuk return saham
pengaruh pemecahan saham terhadap abnormal return dan volume perdagangan.
Dan Trading Volume Activity (TVA)
Terdapat perbedaan abnormal return selang waktu 10 hari sebelum pemecahan saham dan 10 hari sesudah stock split. Dan juga terdapat perbedaan aktivitas volume perdagangan saham sebelum stock split dan aktivitas volume perdagangan saham sesudah stock split. Sedangkan untuk return saham,
pengumuman stock split
berpengaruh signifikan terhadap
return saham hanya pada periode-periode tertentu. Return Saham Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2007 – 2009
Tidak ada pengaruh signifikan rata-rata volume perdagangan sebelum dan sesudah peristiwa pemecahan saham. Selain itu pemecahan saham tidak berpengaruh signifikan terhadap rata-rata abnormalreturn saham sesudah dan sebelum pemecahan saham, hal ini dikarenakan reaksi pasar yang berbeda. terhadap harga saham, volume perdagangan dan persentase
spread, tetapi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap varians saham dan
Tidak adanya perbedaan signifikan untuk abnormal return berarti tidak ada perubahan pada return saham baik secara individual maupun sebuah portofolio.
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa perubahan harga dan volume berhubungan signifikan. Hal ini didukung oleh perubahan kemiringan volume dan harga saham untuk tingkat pengembalian negatif kurang curam dibandingkan kemiringan untuk volume dan harga saham untuk tingkat pengembalian saham, rata-rata, bereaksi positif dengan dividen saham dan pengumuman pemecahan saham yang tidak terganggu oleh pengumuman perusahaan yang sejenis. Selain itu ditemukan bahwa terdapat hubungan signifikan yang positif kelebihan penerimaan pada saat dan sekitar tanggal pengumuman dividen saham dan pemecahan saham. Diantara kedua pengumuman dan tanggal setelah pengumuman ditemukan penerimaan untuk dividen saham lebih besar daripada pemecahan saham.
saham. Ada peningkatan signifikan secara statistik dalam bid-ask spread sebagai persen dari harga penawaran dan kenaikan berlanjut, hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan perantara meningkat setelah perpecahan. Hal ini sesuai dengan proporsional volume yang lebih rendah dan pendapatan broker yang lebih tinggi. Besarnya volume dimotivasi oleh keseimbangan portofolio dapat menurun setelah perpecahan. Karena individu dapat membeli dan menjual saham secara proporsional lebih sedikit setelah perpecahan dalam rangka untuk mencapai bobot portofolio yang diinginkan.
2.6. Kerangka Konseptual
Berbagai alasan yang mendasari perusahaan melakukan kebijakan
pemecahan saham, selain ingin menyampaikan sinyal yang positif kepada
masyarakat mengenai kinerja dan prospek perusahaan yang baik, manajemen
perusahan juga ingin menjaga perdagangan sahamnya dalam rentang perdagangan
yang optimal. Dengan melakukan pemecahan saham, perusahaan mengharapkan
harga saham yang menurun meningkatkan minat investor untuk membeli saham
perusahaan sehingga volume perdagangan saham akan meningkat. Para investor
meningkat sehingga akan menambah return yang didapat, hal ini akan
mengakibatkan adanya abnormal return yang dinikmati pemegang saham.
Penelitian ini menggunakan perusahaan-perusahaan yang melakukan
aktivitas pemecahan saham sepanjang tahun 2007-2014 dan terdaftar di Bursa
Efek Indonesia sebagai sampel. Pemilihan perusahaan yang menjadi sampel
menggunakan metode purposive sampling dengan menggunakan kriteria-kriteria
tertentu. Penelitian dibuat untuk menganalisis dampak dari pemecahan saham
terhadap volume perdagangan saham dan abnormal return saham, berdasarkan hal
tersebut masing-masing volume perdagangan dan abnormal return perusahaan
akan dicari. Abnormal return saham didapat dengan menggunakan selisih variabel
actual return dan return ekspektasi. Sedangkan untuk volume perdagangan, di
dapat langsung dari data histori perusahaan sampel. Setelah data abnormal return
dan volume perdagangan didapat, dicari rata- rata abnormal return dan volume
perusahaan dari setiap perusahaan yang menjadi sampel penelitian, kemudian
melakukan uji beda dua rata-rata dari abnormal return dan volume perdagangan
sebelum dan sesudah tanggal pengumuman pemecahan saham, berdasarkan hal
tersebut peneliti membuat kerangka konseptual sebagai berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Uji Beda
2.7. Hipotesis
Hipotesis menyatakan jawaban sementara yang menjelaskan hubungan
antara dua variabel atau lebih. Berdasarkan latar belakang masalah, tinjauan
teoritis dan penelitian terdahulu maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :
a. Volume Perdagangan
H0 : Tidak ada perbedaan volume perdagangan sebelum dan sesudah stock split
dilakukan.
H1 : Ada perbedaan volume perdagangan sebelum dan sesudah stock split
dilakukan.
b. Abnormal Return
H0 : Tidak ada perbedaan abnormal return sebelum dan sesudah stock split
dilakukan.
H1 : Ada perbedaan abnormal return sebelum dan sesudah stock split
dilakukan Sebelum Stock Split
Sesudah Stock Split
Volume Perdagangan dan Abnormal Return
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Periode waktu yang digunakan dalam penelitian adalah dari tahun 2007 – 2014.
Sumber data yang diperoleh berasal dari situs resmi BEI,Yahoo Finance, KSEI.
Penelitian ini juga menggunakan sumber-sumber lain seperti jurnal, artikel serta
literatur-literatur lainnya untuk menambahkan informasi terkait penelitian
3.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini menggunakan data yang di publikasikan Bursa Efek
Indonesia melalui situs resminya di idx.co.id, waktu penelitian dilakukan pada
tahun 2007-2014.
3.3. Batasan Operasional
Untuk menghindari permasalahan yang terlalu luas dan mengarahkan
pembicaraan sesuai dengan penelitian maka peneliti membuat batasan operasional
yaitu dibatasi dengan menganalisis data sekunder kuantitatif tahunan pada rentang
waktu antara 2007- 2014 di pasar uang Indonesia. Batasan operasional penelitian
ini adalah :
1. Saham perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan
yang melakukan stock split namun tidak melakukan pengumuman stock
2. Volume perdagangan yang digunakan adalah volume perdagangan
perusahaan 10 hari sebelum pengumuman pemecahan saham dan 10 hari
setelah pemecahan saham.
3. Variabel untuk mengukur abnormal return adalah return saham dan return
ekspektasi.
4. Periode waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah tahun
2007-2014.
3.4. Defenisi Operasional
Berikut ini adalah defenisi operasional variabel yang digunakan dalam
penelitian ini :
1. Abnormal Return
Abnormal return adalah selisih antara return sebenarnya dengan return
normal. Return normal merupakan return ekspektasi, dengan demikian return
tidak normal adalah selisih antara return sesungguhnya yang terjadi dengan return
ekspektasi sebagai berikut :
RTNi,t = Ri,t – E[Ri,t]
2. Actual Return
Return sesungguhnya merupakan return yang terjadi pada waktu ke-t yang
merupakan selisih harga sekarang relatif terhadap harga sebelumnya yang dapat
dirumuskan sebagai berikut :
Rit = Pit - Pit-1
3. Expected Return
Dalam menghitung expected return dapat digunakan selisih antara IHSG
periode t dengan t-1 dibagi dengan IHSG pada hari t-1.
Rm,t = IHSGt - IHSGt-1
IHSGt-1
4. Volume Perdagangan
Variabel yang menunjukkan perbandingan likuiditas sebelum dan sesudah
pelaksanaan pemecahan saham adalah volume perdagangan saham. Volume
perdagangan adalah penjualan lembar saham pada satu hari perdagangan saham.
3.5. Pengolahan Data
Dalam mengerjakan skripsi ini, penulis menggunakan program Microsoft
Excel untuk mengolah data penelitian yang diperoleh dan SPSS untuk mengolah
data uji statistik.
3.6. Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan sebagai objek penelitian ini adalah perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEI) yang melakukan stock split (
pemecahan saham ) pada periode 2007 – 2014. Penentuan sampel dalam
penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, yaitu sampel diseleksi
berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Perusahaan yang memenuhi kriteria dan
Tabel 3.1
Perusahaan yang Melakukan Stock Split
No. Nama Perusahaan Tanggal Stock Split
1. Davomas Abadi, Tbk 28 Mei 2007
2. Hortus Davanest,Tbk 10 September 2007
3. Delta Dunia Makmur,Tbk 15 April 2008
4. Timah (Persero),Tbk 8 Agustus 2008
5. Citra Tubindo,Tbk 7 Januari 2009
6. Ciputra Development,Tbk 15 Juni 2010
7. Bank Tabungan Pensiun Nasional,Tbk 28 Maret 2011
8. Capitalinc Investment,Tbk 11 Juli 2011
9. Metro Realty,Tbk 18 Oktober 2011
10. Hero Supermarket,Tbk 5 April 2012
11. Kresna Graha Sekurindo,Tbk 7 Agustus 2012
12. BFI Finance Indonesia,Tbk 7 Agustus 2012
13. Pudjiadi & Sons, Tbk 28 September 2012
14. Sarana Menara Nusantara,Tbk 22 Juli 2013
15. Modernland Realty,Tbk 13 November 2013
16. Indal Aluminium Industry Tbk 12 Februari 2014
17. Alumindo Light Metal Industry Tbk 12 Februari 2014 18. Centris Multi Persada Pratama Tbk 3 September 2014 Sumber : Kustodian Sekuritas Efek Indonesia
3.7. Jenis dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Data sekunder adalah
data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti yang melakukan penelitian
dari sumber-sumber yang telah ada (Hasan, 2009 :19). Data diperoleh dari situs
yahoofinance.com, berikut adalah data beserta sumber data yang dipakai dalam
penelitian ini :
1. Data harga saham perusahaan yang mengumumkan pemecahan saham 10
hari sebelum dan sesudah pengumuman yang diperoleh dari situs Yahoo
2. Data volume perdagangan saham perusahaan 10 hari sebelum dan sesudah
pengumuman pemecahan saham yang diperoleh dari situs Yahoo Finance.
3. Data indeks harga saham gabungan selama 10 hari sebelum dan sesudah
pengumuman pemecahan saham yang diperoleh dari situs Yahoo Finance.
3.8. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis melakukan pengumpulan data melalui studi
pustaka berupa literatur, jurnal , penelitian terdahulu, dan laporan-laporan yang
dipublikasikan untuk mendapatkan gambaran dari masalah yang akan diteliti,
serta melalui data sekunder berupa laporan-laporan yang dipublikasikan oleh
Yahoo Finance dan BEI.
3.9. Teknis Analisis Data
Analisis data menggunakan data sekunder yang bersifat kuantatif yang
tersedia dalam beberapa situs resmi. Adapun analisis-analisis yang akan dilakukan
adalah :
1. Menghitung actual return untuk mengetahui return yang diterima return
yang terjadi pada waktu ke-t yang merupakan selisih harga sekarang relatif
terhadap harga sebelumnya yang dapat dirumuskan sebagai berikut :
Rit = Pit - Pit-1
Pit -1
2. Menghitung ekpektasi return menggunakan indeks harga saham gabungan,
dengan rumus :
RMJ = (IHSGj – IHSGj-1)
3. Menghitung abnormal return, yaitu selisih antara return sebenarnya dengan
return normal. Return normal merupakan ekspektasi return, dengan demikian
return tidak normal adalah selisih antara return sesungguhnya yang terjadi dengan
ekspektasi return yang dapat dirumuskan sebagai berikut :
ARi,t = Ri,t – E[Ri,t]
4. Menghitung rata-rata abnormal return sebelum dan sesudah pengumuman
stock split, kemudian dilakukan uji beda untuk mengetahui apakah ada perbedaan
abnormal return sebelum dan sesudah pengumuman stock split.
5. Menghitung rata-rata volume perdagangan sebelum dan sesudah
pengumuman stock split, kemudian dilakukan uji beda untuk mengetahui apakah
ada perbedaan volume perdagangan sebelum dan sesudah pengumuman stock
split.
3.9.1. Uji Hipotesis
Pengujian yang akan dilakukan adalah pengujian pengaruh pengumuman
pemecahan saham terhadap volume perdagangan dan abnormal return. Uji ini
dilakukan untuk menentukan apakah hipotesis yang telah dibuat diterima atau
ditolak. Sebelum melakukan uji statistik terlebih dahulu dilakukan uji normalitas
data. Jika data berdistribusi normal pengujian yang dilakukan menggunakan Uji
Paired Sample T-Test. Apabila data tidak berdistribusi normal digunakan Uji
Uji Normalitas
Ada berbagai pengujian yang dilakukan untuk menguji suatu data
penelitian berdistribusi normal atau tidak, uji normalitas yang sering digunakan
adalah Uji Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro Wilk.
Kriteria:
Apabila probabilitas > α (0.05) maka data berdistribusi normal
Apabila probabilitas < α (0.05) maka data berdistribusi tidak normal
Paired Sample T-Test
Paired Sample T-test adalah salah satu uji statistik yang digunakan untuk
mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan dari dua buah variabel yang
dikomparatifkan. Besarnya koefisien komparatif disimbolkan dengan thitung,
dengan tingkat signifikan (α) yang dipakai adalah 5% dengan asumsi data
berdistribusi normal. Kedua sampel dikatakan berbeda signifikan apabila nilai
signifikannya lebih kecil dari 5%, dan juga dibandingkan nilai thitung dengan ttabel
pada derajat kebebasan (df) sebesar n-1.
Hipotesis :
H0 : μ1 = μ2 (tidak ada perbedaan signifikan)
H1 : μ1 ≠μ2 (ada perbedaan signifikan )
Kriteria:
Apabila probabilitas > α (0.05) atau thitung < ttabel maka H0 diterima
Wilcoxon Sign Rank Test
Wilcoxon Sign Rank Test digunakan dalam statistik nonparametrik untuk
membandingkan dua sampel yang dipasangkan. Besarnya koefisien disimbolkan
dengan zhitung dengan tingkat signifikan (α) 5 % dengan asumsi data tidak
berdistribusi normal.
Hipotesis:
H0 : d = 0 (tidak ada perbedaan signifikan)
H1 : d ≠ 0 (ada perbedaan signifikan )
Kriteria :
Apabila probabilitas > α ( 0.05 ) maka H0 diterima
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Analisis Deskriptif
Data yang digunakan berasal dari 18 perusahaan yang melakukan stock
split di BEI pada tahun 2007-2014. Berikut ini disajikan tabel deskripsi penelitian
volume perdagangan saham dan abnormal return saham.
Tabel 4.1
Hasil Perhitungan Statistik Deskriptif Volume Perdagangan
Sampel Deskriptif
Pemecahan Saham Mean Median Std.Deviasi Skewness Kurtosis
DAVO Sebelum 7828400 1877000 11147821.08 1.407 0.723
Sesudah 1028350 577250 1054316.947 1.616 2.067
HADE Sebelum 915200 308000 1246598.643 1.414 1.542
Sesudah 30500 0 74552.368 3.022 9.309
DOID Sebelum 6866970 2050000 10929798.27 2.358 5.83
Sesudah 5174120 4595050 3594184.307 0.716 0.708
TINS Sebelum 13439310 9322550 13142292.18 1.254 0.838
Sesudah 35647770 31674250 20911540.97 0.072 -0.19
CTBN Sebelum 0 0 0 0 0
Sesudah 0 0 0 0 0
CTRA Sebelum 10543000 6879000 8538899.266 0.441 -1.814
Sesudah 24862850 20479000 17337385.55 1.284 0.688
BTPN Sebelum 1192500 362500 1929523.905 2.08 4.101
Sesudah 904700 645000 755996.296 1.534 1.824
MTFN Sebelum 346500 66250 602984.706 2.124 4.035
Sesudah 509500 294500 841629.603 2.988 9.198
MTSM Sebelum 6000 6000 0 0 0
Sesudah 1750 1750 263.523 0 -2.571
HERO Sebelum 99900 38800 128537.906 1.81 3.314
Sesudah 402810 428250 229964.439 0.219 0.794
KREN Sebelum 1708200 1565000 591932.766 0.689 0.115
Sesudah 212000 242250 167658.383 -0.085 -0.996
Sesudah 4000 1000 5291.503 1.048 -0.895
PNSE Sebelum 10200 10200 0 0 0
Sesudah 2000 2000 0 0 0
TOWR Sebelum 740500 645000 847956.531 1.566 3.039
Sesudah 119500 64750 148954.691 1.844 3.728
MDLN Sebelum 32025500 26941500 30207415.96 1.928 4.691
Sesudah 15557200 14942000 8586405.266 0.899 0.899
INAI Sebelum 11100 100 15478.228 1.008 -0.435
Sesudah 29560 6550 48291.389 1.683 1.243
ALMI Sebelum 48080 300 103481.107 2.23 4.48
Sesudah 390 150 672.392 2.591 7.231
CMPP Sebelum 436320 198600 653949.011 2.043 3.94
Sesudah 204610 104750 295025.733 2.277 5.414
Sumber : Hasil Data Olahan SPSS, Lampiran 6
Dari Tabel 4.1 dapat dianalisis bahwa nilai rata-rata volume perdagangan
saham terbanyak adalah Perusahaan Modernland Realty,Tbk sebesar 32.025.500 ,
median sebesar 26.941.500 , standar deviasi 30.207.415,96 , volume
perdagangan minimum adalah nol volume perdagangan maksimum sebesar
107.772.000 , skweness atau kemiringan kurva variabel volume perdagangan
sebelum pemecahan saham adalah 1,928, dan keruncingan atau ketumpulan kurva
kurtosis variabel volume perdagangan saham sebesar 4,691 pada periode sepuluh
hari sebelum tanggal pengumuman pemecahan saham sedangkan nilai rata-rata
volume perdagangan sepuluh hari setelah tanggal pengumuman pemecahan saham
terbesar adalah Perusahaan Timah (Persero) Tbk adalah sebesar 35.647.770,
median 31.674.250 , standar deviasi 20.911.540,97 , volume perdagangan
minimum adalah 0, volume perdagangan maksimum sebesar 68.032.800 ,
skweness atau kemiringan data sebesar 0.072 dan kurtosis sebesar -0.19. Dari
tabel perhitungan statistic deskriptif dapat diketahui Perusahaan Citra Tubindo
perdagangan nol. Untuk Perusahaan Pudjiadi & Sons Tbk volume perdagangan
sahammnya konstan selama sepuluh hari sebelum pengumuman tanggal
pemecahan saham sebesar 10.200 dan sepuluh hari setelah pengumuman
pemecahan saham sebesar 2.000. Sedangkan untuk Perusahaan Metro Realty Tbk
volume perdagangannya konstan sepuluh hari sebelum tanggal pemecahan saham
yaitu sebesar 6.000.
Tabel 4.2
Hasil Perhitungan Statistik Deskriptif Abnormal Return Saham
Kode Deskriptif
Perusahaan Mean Median Std.Deviasi Skewness Kurtosis
DAVO Sebelum -0.0005 0.00424 0.029734 -0.089 -1.087
Sesudah -0.0032 -0.0101 0.019825 1.047 0.433
HADE Sebelum 0.28976 -0.0054 0.896356 2.971 9.078
Sesudah 0.0046 -0.0044 0.052339 1.203 1.815
DOID Sebelum 0.01049 0.01089 0.022625 0.639 0.33
Sesudah 0.01157 0.00263 0.030684 0.623 -1.062
TINS Sebelum -0.0008 0.00333 0.019716 -0.505 -0.125
Sesudah -0.0037 -0.009 0.066513 0.121 -1.382
CTBN Sebelum -0.0062 0.00173 0.020448 -2.474 6.574
Sesudah -0.0076 0.00841 0.088322 -2.51 7.616
CTRA Sebelum 0.00961 0.00115 0.026204 0.5 -0.191
Sesudah -0.0199 -0.0202 0.02352 -0.316 0.071
BTPN Sebelum 0.00243 -0.0031 0.023206 2.138 5.875
Sesudah -0.0058 -0.0096 0.019033 0.529 -1.272
MTFN Sebelum 0.00045 -0.0055 0.046221 -0.216 0.133
Sesudah 0.00606 -0.0102 0.069012 1.625 3.287
MTSM Sebelum -0.0063 -0.0073 0.021648 -0.258 -0.091
Sesudah -0.01 -0.0125 0.024367 -0.102 -0.363
HERO Sebelum 0.07737 -0.0007 0.15935 1.652 3.144
Sesudah 0.03036 -0.0128 0.155886 0.216 -1.159
KREN Sebelum 0.00216 0.00498 0.017973 -0.032 -0.924
Sesudah 0.00095 -0.0003 0.016684 -0.857 1.447
BFIN Sebelum -0.0034 -0.0026 0.041762 0.232 3.877
PNSE Sebelum -0.0013 -0.0023 0.010294 -0.479 -0.429
Sesudah -0.0012 -0.002 0.00583 0.716 0.154
TOWR Sebelum 0.000079 -0.0054 0.03299 -0.702 1.39
Sesudah -0.0003 0.00544 0.038285 -0.121 -0.838
MDLN Sebelum 0.0047 0.0021 0.011288 0.778 -0.034
Sesudah 0.00384 0.00378 0.014834 0.821 1.82
INAI Sebelum -0.0059 -0.0059 0.049124 -0.513 4.212
Sesudah -0.0084 -0.0061 0.024382 -0.791 0.1
ALMI Sebelum -0.0032 0.00302 0.018289 -1.918 3.981
Sesudah -0.0071 -0.0055 0.018178 -2.08 5.519
CMPP Sebelum -0.0448 -0.0043 0.281115 -2.014 5.673
Sesudah -0.0047 -0.0106 0.050081 1.254 2.014
Sumber : Hasil Olahan Data SPSS, Lampiran 6
Dari Tabel 4.2 dapat dianalisis bahwa nilai rata-rata perhitungan abnormal return terbesar sepuluh hari sebelum tanggal pemecahan saham adalah
Perusahaan Hortus Davanest Tbk sebesar 0.28976, median -0.0054, standar
deviasi 0.896356, abnormal return maksimum sebesar 2,797218 , skwenes atau
kemiringan sebesar 2,971 sedangkan nilai ketumpulan atau keruncingan kurva
kurtosis sebesar 9,078. Sedangkan untuk nilai rata-rata perhitungan abnormal
return terbesar setelah tanggal pemecahan saham adalah Hero Supermarket Tbk
yaitu sebesar 0,03036, median -0,0128, standar deviasi 0.155886, skweness atau
kemiringan kurva adalah 0.216 sedangkan keruncingan atau ketumpulan kurva
kurtosis sebesar -1, 159. Berdasarkan Signaling Theory, pengumuman pemecahan
saham memberikan sinyal positif mengenai kinerja perusahaan yang baik dan
predikat yang bagus. Namun dari perhitungan yang dilakukan menggunakan
variabel volume perdagangan dan abnormal return saham perusahaan yang
melakukan pemecahan saham menunjukkan hasil yang berbeda. Perbedaan yang
informasi atau ketimpangan informasi. Informasi yang dikeluarkan perusahaan
pada kenyataannya menunjukkan hasil yang berbeda. Variabel abnormal return
saham dan volume perdagangan saham perusahaan setelah peristiwa pemecahan
saham menunjukkan penurunan. Manajemen perusahaan sebagai pihak internal
yang mengetahui bagaimana sebenarnya kondisi perusahaan dan produk saham
yang mereka keluarkan, menggunakan kemampuan untuk mempengaruhi pasar
dengan informasi yang dikeluarkan. Manajemen perusahaan yang melakukan
pemecahan saham menunjukkan seakan-akan perusahaan memiliki kinerja baik
dan memiliki predikat yang bagus sehingga masyarakat akan tertarik membeli
saham perusahaannya. Kinerja perusahaan yang baik dapat ditunjukkan melalui
return yang diterima pemegang saham , dalam penelitian ini return ditunjukkan
melalui variabel abnormal return. Masyarakat yang melihat bahwa kondisi
perusahaan sebenarnya tidak sesuai dengan yang diinformasikan tidak akan
menanggapi informasi tersebut secara positif.
4.2. Analisis Data
4.2.1. Analisis Volume Perdagangan Sebelum dan Sesudah Peristiwa Stock
Split
Volume perdagangan adalah penjualan lembar saham pada satu hari
perdagangan saham. Volume perdagangan saham dapat dijadikan suatu indikator
untuk menilai seberapa likuid saham suatu perusahaan. Volume perdagangan
saham yang digunakan sebagai sampel berasal dari 18 perusahaan yang terdaftar
saham. Tabel 4.3 menunjukkan rata-rata volume perdagangan saham sebelum dan
sesudah pengumuman pemecahan saham.
Tabel 4.3
Rata-Rata Volume Perdagangan Saham Perusahaan
No
Kode
Perusahaan Rata-Rata Volume Perdagangan Saham Harian
Sebelum Stock Split Sesudah Stock Split
1 DAVO 7.828.400 1.028.350
2 HADE 915.200 30.500
3 DOID 6.866.970 5.174.120
4 TINS 13.439.310 35.647.770
5 CTBN 0 0
6 CTRA 10.543.000 24.862.850
7 BTPN 1.192.500 904.700
15 MDLN 32.025.500 15.557.200
16 INAI 11.100 29.560
17 ALMI 48.080 390
18 CMPP 436.320 204.610
Sumber : Hasil Data Olahan Excel, Lampiran 5
4.2.2. Analisis Abnormal Return Sebelum dan Sesudah Peristiwa StockSplit
Abnormal return adalah selisih dari return sesungguhnya dengan return
normal. Abnormal return diterima pemegang saham karena adanya perilaku
abnormal yang dilakukan pasar atas kebijakan atau informasi yang beredar di
pasar bursa. Abnormal return yang digunakan sebagai sampel penelitian berasal
sebelum dan sesudah tanggal pengumuman pemecahan saham. Tabel 4.4
menunjukkan rata-rata abnormal return sebelum dan sesudah tanggal
pengumuman pemecahan saham.
Tabel 4.4
Rata-Rata Abnormal Return Saham Perusahaan
No
Kode
Perusahaan Rata-Rata Abnormal Return Saham Harian
Sebelum Stock Split Sesudah Stock Split
Sumber : Hasil Data Olahan Excel, Lampiran 4
4.3. Hasil Penelitian
4.3.1. Pengujian Normalitas
Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji Shapiro
digunakan sebagai sampel penelitian berdistribusi normal atau tidak. Berikut ini
adalah tabel uji normalitas data dalam penelitian ini :
Tabel 4.5 Uji Normalitas
Variabel Signifikansi Abnormal Return Sebelum 0.000
Sesudah 0.030 Volume
Perdagangan Sebelum 0.000
Sesudah 0.000 Sumber : Hasil Olahan Data SPSS, Lampiran 7
Dari hasil pengujian normalitas didapat nilai signifikan dari variabel
abnormal return dan volume perdagangan < 0.05 sehingga dapat disimpulkan
bahwa variabel abnormal return dan volume perdagangan tidak berdistribusi
normal. Berdasarkan uji normalitas diatas dapat ditentukan alat uji hipotesis yang
dilakukan yakni Wilcoxon Sign Rank Test.
4.3.2. Pengujian Hipotesis
1. Pengujian Hipotesis Volume Perdagangan
Pengujian hipotesis ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat
perbedaan signifikan rata-rata volume perdagangan sebelum dan sesudah tanggal
pemecahan saham dilakukan. Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji dua beda
rata-rata menggunakan Wilcoxon Sign Rank Test. Hasil pengujian hipotesis
menggunakan Wilcoxon Sign Rank Test dapat dilihat pada Tabel 4.6
Tabel 4.6
Uji Beda Rata-Rata Volume Perdagangan Test Statisticsa
sesudah – sebelum
Asymp. Sig. (2-tailed) .113
a. Wilcoxon Signed Ranks Test b. Based on positive ranks.
Sumber : Hasil Olahan Data SPSS, Lampiran 8
Dari Tabel 4.6 dapat dianalisis bahwa rata-rata volume perdagangan
sebelum dan sesudah tanggal pemecahan saham memiliki nilai signifikan 0.113 >
0.05 . Dengan demikian hipotesis null (H0) diterima dan H1 ditolak dengan kata
lain tidak ada perbedaan signifikan volume perdagangan sebelum dan sesudah
kebijakan stock split dilakukan.
2. Pengujian Hipotesis Abnormal Return
Pengujian hipotesis ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat
perbedaan signifikan rata-rata abnormal return sebelum dan sesudah tanggal
pemecahan saham dilakukan. Data yang digunakan adalah rata-rata abnormal
return 10 hari sebelum dan sesudah tanggal pengumuman pemecahan saham.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji beda dua rata-rata menggunakan uji
Wilcoxon Sign Rank Test. Hasil pengujian hipotesis menggunakan Uji Wilcoxon
Sign Rank Test dapat dilihat pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7
Uji Beda Rata-Rata Abnormal Return Test Statisticsa
sesudah – sebelum
Z -1.938b
Asymp. Sig. (2-tailed) .053
a. Wilcoxon Signed Ranks Test b. Based on positive ranks.
Dari Tabel 4.7 dapat dianalisis bahwa rata-rata abnormal return sebelum
dan sesudah tanggal pemecahan saham memiliki nilai signifikan 0.053 > 0.05 .
Dengan demikian hipotesis null (H0) diterima dan H1 ditolak dengan kata lain
tidak ada perbedaan signifikan abnormal return sebelum dan sesudah kebijakan
stock split dilakukan.
4.4. Pembahasan
Pemecahan saham merupakan fenomena yang terjadi dalam pasar efisien
setengah kuat, dimana harga-harga saham bukan hanya mencerminkan harga
dimasa lalu melainkan semua informasi yang disampaikan. Ada dua teori yang
menjadi mendasari manejemen perusahaan melakukan pemecahan saham yakni
signaling theory dan trading range theory, dengan dilakukannya kebijakan ini
perusahaan mengharapkan adanya tanggapan yang positif dari masyarakat. Oleh
karena itu penelitian ini dilakukan untuk melihat dampak kebijakan pemecahan
saham terhadap abnormal return dan volume perdagangan pada perusahaan yang
melakukan kebijakan pemecahan saham pada tahun 2007-2014 dan terdaftar di
BEI. Pengujian dilakukan dengan uji beda dua rata-rata abnormal return dan
volume perdagangan saham perusahaan menggunakan uji Wilcoxon Sign Rank
Test. Hasil menunjukkan nilai signifikan abnormal return sebelum dan sesudah
kebijakan pemecahan saham lebih besar daripada α (5%) dengan kata lain tidak
ada pengaruh yang signifikan antara pemecahan saham terhadap abnormal return.
Hasil yang sama juga ditunjukkan untuk variabel volume perdagangan, nilai
signifikan volume perdagangan lebih besar daripada nilai α (5%) hal ini juga