• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kinerja Kecamatan Cimahi Tengah dalam Pelaksanaan Elektronik Kartu Tanda Penduduk (e-KTP)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kinerja Kecamatan Cimahi Tengah dalam Pelaksanaan Elektronik Kartu Tanda Penduduk (e-KTP)"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

KINERJA KECAMATAN CIMAHI TENGAH DALAM PELAKSANAAN ELEKTRONIK KARTU TANDA PENDUDUK (E-KTP)

LAPORAN KKL

Diajukan sebagai Laporan Kuliah Kerja Lapangan di Kecamatan Cimahi Tengah Pada Prodi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia

Disusun oleh : EKO ANDRI YANTO

41707863

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN BANDUNG

(2)
(3)
(4)

88

I. Identitas Diri

Nama Lengkap : Eko Andri Yanto

Tempat dan Tanggal Lahir : Salatiga, 18 Januari 1988 Status Perkawinan : Belum Kawin

Agama : Kristen

Alamat Lengkap : Rancabelut RT 0 RW 16, Cimahi Tengah

Email : eko_andri_yanto@yahoo.co.id

Handphone : 08562160057

Nama Ayah : Wanto

Pekerjaan Ayah : Pegawai Negeri

Nama Ibu : Siyami

Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga

Alamat Lengkap : Rancabelut RT 0 RW 16, Cimahi Tengah

II. Pendidikan Formal

1. SD Kristen BPK Penabur 1995-2000 2. SMP Pasundan 3 Cimahi 2000-2003 3. SMK Negeri 11 Semarang 2003-2006

(5)

89

1. Pelatihan Protokoler Pengurus Hima Mahasiswa Ilmu Pemerintahan Tahun 2009

2. Table Manner 2009 3. TOEFL Tahun 2011

4. Kuliah Umum Pelaksanaan E-KTP Guna Meningkatkan Pelayanan Publik Tahun 2012

III. Pengalaman Organisasi

1. Anggota Hima Prodi Ilmu Pemerintahan Tahun 2008-2009 2. Wakil Ketua Hima Prodi Ilmu Pemerintahan Tahun 2010-2011

Demikian Daftar Riwayat Hidup ini dibuat dengan sebenar-benarnya

Bandung, Oktober 2012

(6)

DAFTAR ISI 1.1 Latar Belakang Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ……….. 1

1.2 Kegunaan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ………... 5

1.3 Metode Kuliah Lapangan (KKL) ……….. 5

……… 1.3.1 Studi Pustaka 6 ……….. 1.3.2 Observasi 6 1.4 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Kuliah Kerja Lapangan ……… (KKL) 6 ……… 1.4.1 Lokasi Kuliah Kerja Lapangan (KKL) 7 1.4.1.1 gambaran Umum Kecamatan Cimahi Tengah … 7 1.4.1.2 struktur Organisasi ………. 9

1.4.1.3 Visi dan Misi Kecamatan Cimahi Tengah ……… 11

1.4.1.4 Tugas Pokok dan Fungsi Kecamatan Cimahi Tengah ……… 12 2.1 Pengertian Kinerja Organisasi 16 ……… 2.1.1 Pengertian Kinerja 16 ………. 2.1.2 Pengertian Organisasi 18 ……… 2.1.3 Pengertian Kinerja Organisasi 19 ……… 2.2 Pengukuran Kinerja 22 ……… 2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Organisasi 25 2.4 Pengertian Pemerintah ……….. 26

(7)

2.4.1 Pengertian Pemerintahan ……… 27

2.4.2 Pemerintah Daerah ………..……… 29

2.4.2.1 Fungsi Pemerintah Daerah ………. 30

2.5 Kecamatan ………... 30

2.5.1 Pengertian Kecamatan ………. 31

2.5.2 Kedudukan Kecamatan ……… 33

……… 2.6 Pelayanan Publik .... 34

… …... 2.7 Pengertian Elektronik Kartu Tanda Penduduk (e-KTP) . 38 2.7.1 Fungsi dan Kegunaan Elektronik Kartu Tanda Penduduk ……… (e-KTP) ... 40

2.7.2 Tujuan dan Manfaat Penerapan elektronik Kartu anda Penduduk ……… (e-KTP) .. 41

BAB III HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN KKL 3.1 HASIL KEGIATAN KKL ... 43

(8)

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan KKL ini. Dalam laporan KKL ini, penulis mengambil judul “Kinerja Kecamatan Cimahi Tengah Dalam Pelaksanaan Elektronik Kartu Tanda Penduduk (e-KTP)”. Sehubungan dalam tahap pembelajaran penulis meminta maaf apabila dalam penulisan laporan KKL ini belum sempurna dan masih banyak kekurangan, maka dari itu penulis meminta saran dan kritiknya sebagai bahan acuan dalam penulisan berikutnya. Penulis banyak sekali mendapat bantuan dari berbagai pihak dan memberi bimbingan, dorongan dan segala fasilitas yang bermanfaat. Untuk itu dalam kesempatan yang berharga ini dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia.

2. Ibu Nia Karniawati, S.IP., M.Si. Selaku Ketua Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia.

3. Bapak Rino Adibowo, S.IP. Selaku dosen pembimbing di Program Studi Ilmu Pemerintahan Universitas Komputer Indonesia, yang telah bersedia membantu dan membimbing penulis dalam penyusunan Laporan KKL ini.

4. Dosen pengajar dan staf di Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia.

5. Drs. Toto Suharto, MM. Selaku Sekretaris Kecamatan Cimahi Tengah. 6. Drs. Dadan Subardan. Selaku Kepala Seksi Pemerintahan Kecamatan

Cimahi Tengah dan juga selaku pembimbing lapangan pada saat melaksanakan KKL.

(9)

dorongan dengan do’a, moril maupun materil yang tidak ternilai, sangat berarti bagi penulis dalam menyelesaikan Laporan KKL ini.

9. Rekan-rekan Ilmu Pemerintahan angkatan 2008 dan 2009.

10. Semua pihak yang telah mendukung dan membantu terlaksanakannya penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu, semoga menjadi amal baik di hari nanti.

Semoga Laporan KKL ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca semua. Amin

Bandung, Oktober 2012

(10)

62 I. Buku-Buku:

Bastian, Indara. 2001. Akuntansi Sektor Publik di Indonesia, Yogyakarta: BPFE.

Dharma, Agus. 2003. Manajemen Supervisi: Petunjuk Praktis Bagi Para Supervisor. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Dwiyanto, Agus. 2008. Manajemen Pelayanan Publik: Peduli, Inklusif dan Kolaboratif. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Hasibuan, Malayu S.P. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Henry, Simamora. 1995. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: CV. Graha Ilmu.

Mangkunegara, Anwar Prabu. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Mangkunegara, Anwar Prabu. 2005. Evaluasi Kinerja SDM. Bandung: PT. Refika Aditama.

Moenir. H.A.S. 2006. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Mooney, D, James. 1996. Konsep Pengembangan Organisasi Publik. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Ndraha, Taliziduhu. 2001. Kybernologi. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Ndraha, Taliziduhu. 2003. Kybernology (Ilmu Pemerintahan Baru) Jilid 1. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Ndraha, Taliziduhu. 2003. Kybernology (Ilmu Pemerintahan Baru) Jilid 2. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Pamudji, 1985. Perbandingan pemerintahan. Jakarta: Bina Aksara.

Pradjudi, Armosudiro. 2006. Konsep Organisasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Prawirosentono,

(11)

Rahadi, Dedi Rianto. 2010. Manajemen Kinerja Sumber Daya Manusia. Malang: Tunggal Mandiri Publishing.

Rivai, Veithzal. 2005. Performance Appraisal. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Rivai , Veithzal. 2011. Performance Appraisal. Jakarta: PT. Rajawali Pers. Ruky, Achmad S. 2001. Sistem Manajemen Kinerja. Bandung: PT. Refika

Aditama.

Sedarmayanti. 2001. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung: CV. Mandar Maju.

Siagian, Sondang P. 1995. Manajemen Stratejik. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Sobandi, Baban. 2006. Desentralisasi dan Tuntutan Penataan

Kelembagaan. Daerah. Bandung: CV. Mandar Maju.

Sudarmanto. 2009. Kinerja dan Pengembangan Kompetensi SDM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Syafrudin Ateng, 1993. Pengaturan koordinasi pemerintahan di daerah. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Tangkilisan. Hessel Nogi S. . 2003. Kebijakan Publik Yang Membumi. Yogyakarta: Lukman Offset & Yayasan Pembaruan Administrasi Publik Indonesia.

Wasistiono, Sadu. 2002. Menata Ulang Kelembagaan Pemerintah Kecamatan. Bandung: Citra Pindo.

Winardi. 2000. Asas-Asas Manajemen. Bandung: CV. Mandar Maju.

Winardi. 2008. Manajemen Perkantoran dan Pengawasan. Bandung: CV. Mandar Maju.

Yamin, Mohammad. 1993. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Bumi Aksara.

Sinambela, Lijan Poltak. 2006. Reformasi Pelayanan Publik:Teori, Kebijakan, dan. Implementasi. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

(12)

Syafiie, Inu Kencana. 1998. Ilmu Administrasi Publik (Edisi Revisi). Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Supriatna, Tjahya. 2000. Strategi Pembangunan dan Kemiskinan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

II. Dokumen-Dokumen :

Undang-undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-undang No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Teknologi Elektronik.

Undang-undang No. 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan. Peraturan Presiden No. 26 Tahun 2009 Tentang Penerapan KTP berbasis

Nomor Induk Kependudukan Secara Nasional.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2008 Tentang Kecamatan.

Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2008 Pasal 1 ayat 5 Tentang Kecamatan.

Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2008 Pasal 1 ayat 9 Tentang Kecamatan.

(13)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang KKL

Dewasa ini perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di dunia sangat berkembang pesat. Hal tersebut adalah tuntutan dari era globalisasi dan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Pada satu sisi perkembangan IPTEK memberikan dampak yang negatif akan hasil dari perkembangan IPTEK itu sendiri, tetapi hasil negatif tersebut seakan tertutupi dengan dampak positif dan manfaat dari perkembangan IPTEK. Perkembangan dunia IPTEK di dalamnya terdapat perkembangan teknologi. Perkembangan dunia teknologi tak bisa kita hindari dihidup ini, karena perkembangan dunia teknologi akan semakin maju selaras dengan perkembangan dunia ilmu pengetahuan. Perkembangan tekhnologi informasi, memberikan manfaat dan dampak positif bagi kehidupan manusia dan terlebih memberikan banyak kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari, karena dalam melakukan aktivitas tersebut menjadi lebih cepat, mudah, dan tepat, sehingga produktifitas kerja semakin meningkat. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi memperlihatkan bermunculnya berbagai jenis kegiatan yang berbasis pada teknologi ini, seperti dalam dunia Pemerintahan (e-government), yang didalamnya memiliki program seperti dalam bidang Pemerintah KTP), pendidikan (e-education, e-learning), kesehatan (e-medicine, e-laboratory), dan lainnya yang kesemuannya itu berbasis elektronik.

(14)

masyarakat, serta meningkatkan partisipasi publik. Berdasarkan pemaparan tersebut, salah satu penerapan implementasi e-Government dalam pelayanan publik dengan penggunaan teknologi dan informasi yang saat ini sedang dilaksanakan dalam bidang pemerintahan adalah elektronik elektronik kartu tanda penduduk (e-KTP). Elektronik kartu tanda penduduk (e-KTP) merupakan salah satu program nasional yang harus dilaksanakan oleh pemerintah di setiap daerah, karena pelaksanaan elektronik kartu tanda penduduk (e-KTP) dipandang sangaat relevan dengan rencana pemerintah dalam upaya menciptakan pelayanan publik yang berkualitas dan berbasis teknologi untuk mendapatkan hasil data kependudukan yang lebih tepat dan akurat. Penerapan elektronik kartu tanda penduduk (e-KTP) merupakan amanat dari Undang-Undang (UU) nomor 23 tahun 2006 dan serangkaian peraturan lainnya seperti peraturan UU nomor 35 tahun 2010 yang menyatakan aturan tata cara dan implementasi teknis dari elektronik kartu tanda penduduk (e-KTP) yang dilengkapi dengan sidik jari dan chip. elektronik kartu tanda penduduk (e-KTP) sangat perlu untuk dapat menciptakan sistem administrasi kependudukan yang rapi dan teratur dalam rangka mempermudah pemberian pelayanan publik oleh pemerintah kepada seluruh masyarakat. Pemanfaatan elektronik kartu tanda penduduk (e-KTP) diharapkan dapat berjalan lancar karena memiliki fungsi dan kegunaan yang sangat membantu pemerintah dan masyarakat yang bersangkutan dalam hal pemberian dan pemanfaatan pelayanan publik.

(15)

elektronik kartu tanda penduduk (e-KTP) secara serentak di tiga Kecamatan Kota Cimahi. Diantaranya Kecamatan Cimahi Utara, Kecamatan Cimahi Tengah, dan Kecamatan Cimahi Selatan, masing-masing Kecamatan memperoleh bantuan peralatan sebanyak dua unit. Jumlah wajib KTP di Kota Cimahi mencapai 451.561 orang. Pembuatan elektronik kartu tanda penduduk (e-KTP) ini sama sekali tidak dipungut biaya ditanggung oleh Pemerintah dari APBN. Seharusnya, dalam sehari setiap Kecamatan dapat melayani sebanyak 200 wajib KTP. Tetapi, pada hari pertama, terdapat masalah yang menyebabkan target elektronik kartu tanda penduduk (e-KTP) sebanyak 200 orang per Kecamatan tidak tercapai. Salah satu faktor yang menjadi penghambat atau mundurnya target pelaksanaan elektronik kartu tanda penduduk (e-KTP) dikarenakan oleh jumlah alat untuk melakukan perekaman elektronik kartu tanda penduduk (e-KTP) yang sangat terbatas dan tidak sesuai dengan jumlah penduduk yang akan direkam. Sehingga hal ini membuat kegiatan perekaman elektronik kartu tanda penduduk (e-KTP) menjadi tersendat dan tidak sesuai jadwal. Pada kasus ini kinerja Pemerintah Kota Cimahi khususnya Kecamatan Cimahi Tengah menjadi sorotan tajam bagi masyarakatnya dalam melaksanakan program elektronik kartu tanda penduduk (e-KTP), karena pembuatan elektronik kartu tanda penduduk (e-KTP) menjadi terlambat tidak sesuai dengan target. Dalam era kompetensi, organisasi apa pun, baik lembaga publik dan terlebih lembaga bisnis, “eksistensinya” ditentukan oleh kemampuan sumber daya manusianya. Kemampuan sumber daya manusia dalam organisasi akan menjadi faktor sentral yang akan menentukan keberhasilan atau kegagalan organisasi dalam mencapai tujuan di tengah-tengah perubahan lingkungan strategis dalam era kompetensi global.

(16)

strategis yang berubah, organisasi akan melakukan perubahan untuk bertahan, eksis, bahkan agar dapat sukses dalam kompetisi global. Kinerja harus mempuyai tujuan yang sama dalam unit kerja yang lebih kecil, dengan pembagian kerja, dan mekanisme kerja yang jelas. Kinerja suatu organisasi merupakan akumulasi kinerja semua individu yang bekerja di dalamnya. Dengan kata lain upaya peningkatan kinerja lembaga pemerintah dalam hal ini adalah Kecamatan Cimahi Tengah adalah melalui peningkatan kinerja masing-masing individu. Kinerja menjadi gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi yang tertuang dalam strategi perencanaan suatu organisasi. Pengukuran kinerja adalah suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya, termasuk informasi tentang efisiensi penggunaan sumber daya dalam menghasilkan output yang berkualitas, membandingkan hasil kerja dengan rencana kerja, serta menunjuk efektivitas tindakan dalam mencapai tujuan. Suatu lembaga, baik lembaga Pemerintah maupun lembaga yang dinamakan perusahaan dalam mencapai tujuan yang ditetapkan harus melalui sarana dalam bentuk organisasi yang digerakkan oleh sekelompok orang (group of human being) yang berperan aktif sebagai pelaku (actors) dalam upaya mencapai tujuan lembaga atau organisasi bersangkutan. Tercapainya tujuan lembaga atau perusahaan hanya dimungkinkan karena upaya para pelaku yang terdapat pada organisasi lembaga tersebut.

(17)

antara penggunaan pelayanan oleh publik dengan kepuasan terhadap pelayanan yang diberikan. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan kuliah kerja lapangan (KKL) dan kajian lebih mendalam dengan judul: “Kinerja Kecamatan Cimahi Tengah Dalam Pelaksanaan Elektronik Kartu Tanda Penduduk (e-KTP)”.

1.2 Kegunaan KKL

Adapun kegunaan dari KKL yang dilakukan oleh penulis di Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi, yaitu:

1. Kegunaan bagi penulis, dari hasil Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini diharapkan bermanfaat bagi penulis sebagai hal untuk menambah pengalaman dan ilmu pengetahuan di bidang Pemerintahan terutama mengenai kinerja organisasi.

2. Kegunaan teoritis, dari hasil dari Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi Ilmu Pemerintahan serta dapat dijadikan bahan acuan untuk masa yang akan datang bagi yang melaksanakan penulisan mengenai pembahasan tentang kinerja organisasi.

3. Kegunaan praktis, dari hasil Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai sarana untuk membandingkan antara teori yang didapat saat perkuliahan dan penulis di lapangan.

1.3 Metode KKL

Sesuai dengan masalah yang ditulis pada usulan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini, khususnya yang berhubungan dengan yang terjadi sekarang, maka dasar-dasar yang digunakan adalah dengan mencari kebenaran dalam penulisan berdasarkan suatu metode. Metode tersebut dapat lebih mengarahkan penyusun dalam melakukan penulisan dan pengamatan. Dengan demikian, penulis dalam melakukan penulisan ini menggunakan metode penulisan deskriptif.

(18)

Pelaksanaan elektronik kartu tanda penduduk (e-KTP)” sesuai dengan keadaan yang sebenarnya berdasarkan bukti-bukti yang ada untuk dianalisa dan interpretasi terhadap data tersebut.

1.3.1 Studi Pustaka

Studi Pustaka yang penyusun lakukan dalam Laporan Kuliah Kerja Lapangan ini yakni dengan cara membaca buku-buku yang memiliki muatan mengenai kinerja organisasi. Dan untuk menambah data yang penyusun perlukan, penyusun mencari dan mengkaji website-website kedua hal tersebut dari internet, dan beberapa data yang penyusun dapatkan dari hasil Kuliah Kerja Lapangan di Kecamatan Cimahi Tengah.

1.3.2 Observasi

Observasi yang dilakukan penyusun yakni dengan cara mengamati para aparatur Kecamatan Cimahi Tengah dan mempelajari data program kerja perekaman elektronik kartu tanda penduduk (e-KTP) Kecamatan Cimahi Tengah selama penyusun melakukan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di Kecamatan Cimahi Tengah.

1.4 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan KKL 1.4.1 Lokasi KKL

Lokasi yang dijadikan sebagai tempat Kuliah Kerja Lapangan (KKL) adalah di kantor Kecamatan Cimahi Tengah, Jl. Terusan No. 44 Telp. (022) 6641829 Cimahi 40525.

1.4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Cimahi Tengah

(19)

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Cimahi Utara. b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Cimahi Selatan. c. Sebelah Barat berbatasan dengan Ngamprah.

d. Sebelah Timur berbatasan dengan Cimahi Selatan.

Letak geografis adalah letak suatu daerah dilihat dari kenyataannya di bumi atau posisi daerah itu pada bola bumi dibandingkan dengan posisi daerah lain. Letak geografis ditentukan pula oleh segi astronomis, geologis, fisiografis dan social budaya. Sesuai penjelasan tersebut, letak geografis Kecamatan Cimahi Tengah adalah sebagai berikut : a. Ketinggian tanah dari permukaan laut :

b. Banyaknya Curah Hujan : 2450 l/thn

c. Topografi (dataran tinggi, rendah, pantai) : Dataran tinggi d. Suhu Udara rata-rata : 27 °C

Sedangkan jarak Orbitasi Kecamatan Cimahi Tengah dengan Pemerintahan Kota Cimahi adalah sebagai berikut :

a. Jarak dari Pemerintahan Kota Cimahi : 0,2 KM b. Jarak dari Ibu Kota Provinsi : 13 KM

c. Jarak dari Ibu Kota Negara : 232 KM

(20)

Tabel 1.1

Kelurahan Cimahi Tengah

No Nama Kelurahan Alamat

1 Kelurahan Cimahi Jl. Terusan No.41 Telp. (022) 6641829 Cimahi 40525

2 Kelurahan Baros Jl. Haji Haris No.8B Telp. (022) 70775106 Cimahi 40521

3 Kelurahan Padasuka Jl. Kebon Manggu No.6 Telp. (022) 6621678 Cimahi 40526

4 Kelurahan Cigugur Tengah Jl. RH. Abdul Halim No.24 Telp./Fax. (022) 6634746 Cimahi 40522

5 Kelurahan Setiamanah Jl. Ubed No.1 Telp. (022) 6654087 Cimahi 40524

6 Kelurahan Karang Mekar Jl. Lurah No.26 Telp. (022) 6652090 Cimahi 40523

Sumber: Kecamatan Cimahi Tengah

Berikut ini adalah keadaan penduduk Kecamatan Cimahi Tengah tahun 2011:

Tabel 1.2

Kependudukan Kecamatan Cimahi Tengah Tahun 2011

Sumber : Monografi Kecamatan Cimahi Tengah, 2011 Jumlah Penduduk Menurut Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah

86.815 86.597 187.018

Jumlah Kepala Keluarga

Kepala Keluarga 45.078 KK

Kewarganegaraan

WNI Laki-laki Perempuan Jumlah

(21)

1.4.1.2 Struktur Organisasi

Prinsip otonomi daerah menggunakan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan di luar yang menjadi urusan Pemerintah Pusat. Daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan untuk memberi pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan rakyat.

Sejalan dengan prinsip tersebut dilaksanakan pula prinsip otonomi yang nyata dan bertanggung jawab. Prinsip otonomi nyata adalah suatu prinsip bahwa untuk menangani urusan pemerintahan dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang dan kewajiban yang senyatanya telah ada dan berpotensi untuk tumbuh, hidup dan berkembang sesuai dengan potensi dan kekhasan masing-masing. Dengan demikian, isi dan jenis otonomi bagi setiap daerah tidak selalu sama dengan daerah lainnya. Adapun yang dimaksud dengan otonomi yang bertanggung jawab adalah otonomi yang penyelenggaraannya harus benar-benar sejalan dengan tujuan dan maksud pemberian otonomi, yang pada dasarnya untuk memberdayakan daerah termasuk meningkatkan kesejahteraan rakyat yang merupakan bagian utama dari tujuan nasional.

Untuk menjalankan otonomi daerah tersebut, dibentuklah Perangkat Daerah yang salah satu di antaranya adalah Kecamatan yang dipimpin oleh seorang Camat, yang dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan kewenangan dari Bupati untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah.

(22)

Sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Cimahi Nomor 11 Tahun 2008 tanggal 23 Juli 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kecamatan,

Struktur Organisasi Kecamatan Cimahi Tengah adalah sebagai berikut, yang dapat dilihat di bawah:

Bagan 1.1

Struktur Organisasi Kecamatan Cimahi Tengah

PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 11 TAHUN 2008

TANGGAL : 23 JULI 2008

TENTANG : KECAMATAN & KELURAHAN KOTA CIMAH

1. Kecamatan merupakan wilayah kerja camat sebagai perangkat daerah yang dipimpin oleh camat yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

2. Kecamatan mempunyai tugas melaksanakan kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan oleh Bupati untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah dan menyelenggarakan tugas umum pemerintahan. 3. Dalam menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2),

(23)

a. perumusan kebijakan teknis sebagian urusan otonomi daerah dan tugas umum pemerintahan;

b. pelaksanaan tugas sebagian urusan otonomi daerah dan tugas umum pemerintahan;

c. penyelenggaraan pelayanan umum;

d. pembinaan dan pengoordinasian wilayah; dan

e. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Susunan Organisasi Kecamatan terdiri atas : a. Camat;

b. Sekretariat, membawahi :

1. Sub bagian Program dan Pelaporan;

2. Sub bagian Umum, Kepegawaian dan Keuangan. c. Seksi Pemerintahan;

d. Seksi Ekonomi dan Pembangunan;

e. Seksi Pemberdayaan Masyarakat dan Kesejahteraan Rakyat; f. Seksi Ketentraman dan Ketertiban Umum;

g. Kelompok Jabatan Fungsional.

1.4.1.3 Visi dan Misi Kecamatan Cimahi Tengah

(24)

di Kecamatan Cimahi Tengah mengetahui peran dan program-program serta hasil yang akan diperoleh di masa yang akan datang, maka ditetapkan Misi Kecamatan Cimahi Tengah sebagai berikut:

a. Meningkatkan Pelayanan Pemerintahan yang handal.

b. Meningkatkan Pemberdayaan Masyarakat dalam Pembangunan.

c. Meningkatkan Sumber Daya Aparatur dan Masyarakat dalam Pembangunan.

d. Meningkatkan situasi dan kondisi yang kondusif.

Maka dengan diangkatnya visi tersebut di harapkan Kecamatan Cimahi Tengah dimasa mendatang akan menjadi Kecamatan yang bersih lingkungannya indah di pandang, tertib dan teratur dalam mentaati segala peraturan dan perundang-undangan, aman dan terbebas dari gangguan kejahatan dan kriminalitas, kreatif dalam mengembangkan dan memajukan daerahnya serta terjalin hubungan yang sinergis/terpadu antara masyarakat dan pemerintah dengan menjung-jung tinggi semangat kegotongroyongan dan kekeluargaan tanpa melupakan nilai kultur budaya masyarakat.

1.4.1.4 Tugas Pokok dan Fungsi Kecamatan Cimahi Tengah 1. Kedudukan

a. Kecamatan merupakan Perangkat Daerah sebagai pelaksana teknis kewilayahan yang mempunyai wilayah kerja tertentu dan dipimpin oleh Camat.

b. Camat berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah.

2. Tugas Pokok dan Fungsi

1. Camat mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan yang dilimpahkan oleh Walikota untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah.

2. Camat sebagimana dimaksud pada ayat (1) juga menyelenggarakan tugas umum pemerintahan, meliputi :

a. Mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat; b. Mengkoordinasikan upaya penyelenggaraan ketentraman dan

ketertiban umum;

(25)

d. Mengkoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum;

e. Mengkoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan ditingkat Kecamatan;

f. Membina penyelenggaraan pemerintahan kelurahan;

g. Melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya.

3. Tugas Pokok dan Fungsi serta Uraian Tugas Kecamatan akan diatur dan ditetapkan dengan Peraturan Walikota.

1.4.1.5 Landasan Hukum

Dengan diberlakukannya Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, telah melahirkan Era esentralisasi, dimana daerah setingkat kabupaten dan atau kota berhak mengatur dan menyelenggarakan rumah tangganya sendiri sesuai dengan prakarsa dan aspirasi masyarakat di daerahnya. Bentuk perwujudan Undang-undang Otonomi Daerah yaitu dengan diundangkannya Undang-undang Nomor 9 Tahun 2001 tentang pembentukan Kota Cimahi, dan sebagai implementasi dari Undangundang Nomor 9 Tahun 2001 telah dikeluarkannya Peraturan Daerah Kota Cimahi Nomor 2 Tahun 2003 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Perangkat Pemerintah Kota Cimahi yang didalamnya termasuk Pemerintahan Kecamatan dan Kelurahan.

1.4.2 Jadwal KKL

Penjadwalan proses kuliah kerja lapangan (KKL) sampai dengan seminar hasil kuliah kerja lapangan (KKL) yang terdiri dari:

1. Sosialisasi KKL, bulan Mei 2012.

2. Observasi Lokasi KKL, bulan Mei - Juli 2012. 3. Pengajuan Judul dan Lokasi KKL, bulan Juni 2012. 4. Pengajuan Surat Ke Tempat KKL, bulan Juni - Juli 2012. 5. Pelaksanaan KKL, bulan Juli 2012.

(26)

Adapun jadwal tabel dari jadwal penelitian, sebagai berikut : No Waktu

Kegiatan

Tahun 2012 Tahun

2013

Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Fe

b 1 Sosialisasi KKL

2 Observasi Lokasi KKL

3 Pengajuan Judul dan Lokasi KKL

4 Pengajuan Surat Ke Tempat KKL 5 Pelaksanaan KKL 6 Penyusunan Laporan

KKL

7 Pengumpulan Laporan KKL 8 Persiapan Seminar

KKL

(27)

15

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Kinerja Organisasi 2.1.1 Pengertian Kinerja

Dalam bahasa Inggris istilah kinerja adalah performance. Performance merupakan kata benda. Salah satu entry-nya adalah “thing done” (sesuatu hasil yang telah dikerjakan). Jadi arti Performance atau kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika. Menurut Sedarmayanti, mengartikan kinerja adalah, “Kinerja merupakan terjemahan dari performance yang berarti prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, unjuk kerja atau penampilan kerja” (Sedarmayanti, 2001: 50). Setiap individu atau organisasi tentu memiliki tujuan yang akan dicapai dengan menetapkan target atau sasaran. Keberhasilan individu atau organisasi dalam mencapai target atau sasaran tersebut merupakan kinerja. Seperti yang diungkapkan oleh Rivai yang mengartikan kinerja sebagai:

“Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama”

(Rivai, 2005: 14).

Berdasarkan pengertian beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah penampilan yang melakukan, menggambarkan dan menghasilkan sesuatu hal, baik yang bersifat fisik dan non fisik yang sesuai dengan petunjuk, fungsi dan tugasnya yang didasari oleh pengetahuan, sikap dan keterampilan.

Konsep kinerja pada dasarnya dapat dilihat dari dua segi, yaitu kinerja pegawai (per-individu) dan kinerja organisasi. Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan tugas dalam suatu organisasi, dalam upaya mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi tersebut (Bastian, 2001:329).

(28)

kerjasama diantara anggota atau komponen organisasi dalam rangka mewujudkan tujuan organisasi. Sederhananya, kinerja merupakan produk dari kegiatan administrasi, yaitu kegiatan kerjasama dalam sebuah organisasi atau kelompok untuk mencapai tujuan yang pengelolaannya biasa disebut sebagai manajemen.

Kinerja dikatakan sebagai sebuah hasil (output) dari suatu proses tertentu yang dilakukan oleh seluruh komponen organisasi terhadap sumber-sumber tertentu yang digunakan (input). Selanjutnya, kinerja juga merupakan hasil dari serangkaian proses kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu organisasi. Dalam kerangka organisasi terdapat hubungan antara kinerja perorangan (individual Performance) dengan kinerja organisasi (Organization Performance). Organisasi pemerintah maupun swasta besar maupun kecil dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan harus melalui kegiatan-kegiatan yang digerakkan oleh orang atau sekelompok orang yang aktif berperan sebagai pelaku, dengan kata lain tercapainya tujuan organisasi hanya dimungkinkan karena adanya upaya yang dilakukan oleh orang dalam organisasi tersebut.

Berdasarkan definisi kinerja diatas menjelaskan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan tugas yang dilakukan oleh seluruh pegawai yang ada disuatu organisasi atau instansi pemerintah. Meningkatkan kinerja dalam sebuah organisasi atau instansi pemerintah merupakan tujuan atau target yang ingin dicapai oleh organisasi dan instansi pemerintah dalam memaksimalkan suatu kegiatan. Tingkat pencapaian pelaksanaan tugas yang dilakukan oleh seluruh pegawai yang ada disuatu organisasi atau instansi pemerintah. Meningkatkan kinerja dalam sebuah organisasi atau instansi pemerintah merupakan tujuan atau target yang ingin dicapai oleh organisasi dan instansi pemerintah dalam memaksimalkan suatu kegiatan.

2.1.2 Pengertian Organisasi

(29)

“Organisasi ialah setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja bersama serta secara formal terikat dalam rangka pencapaian suatu tujuan yang telah ditentukan dalam ikatan yang mana terdapat seseorang / beberapa orang yang disebut atasan dan seorang / sekelompok orang yang disebut dengan bawahan”

(Armosudiro, 2006:12).

Dari pengertian tersebut, penulis dapat menyimpulkan bahwa organisasi adalah sekelompok orang (dua atau lebih) yang secara formal dipersatukan dalam suatu kerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Suatu organisasi di bentuk karena mempunyai dasar dan tujuan yang ingin dicapai, sebagaimana yang dikemukakan oleh James D Mooney:

“Organisasi adalah bentuk perserikatan manusia untuk mencapai suatu tujuan bersama.akan tetapi perlu kita fahami bahwa yang menjadi dasar organisasi, bukan “siapa” akan tetapi “apanya” yang berarti bahwa yang dipentingkan bukan siapa orang yang akan memegang organisasi, tetapi “apakah” tugas dari organisasi”

(Money, 1996:23).

Dari pengertian di atas bahwa organisasi adalah organisasi dapat terbentuk karena dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti penyatuan visi dan misi serta tujuan yang sama dengan perwujudan eksistensi sekelompok orang tersebut terhadap masyarakat. Organisasi yang dianggap baik adalah organisasi yang dapat diakui keberadaannya oleh masyarakat disekitarnya, karena memberikan kontribusi seperti pengambilan sumber daya manusia dalam masyarakat sebagai anggota-anggotanya sehingga menekan angka pengangguran.

2.1.3 Pengertian Kinerja Organisasi

(30)

Agus Dwiyanto dalam buku Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia terdapat 5 (lima) indikator kinerja organisasi, yaitu:

1. “Produktivitas

Karakteristik-karakteristik kepribadian individu yang muncul dalam bentuk sikap mental dan mengandung makna keinginan dan upaya individu yang selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas kehidupannya.

2. Kualitas layanan

Banyak pandangan negatif yang terbentuk mengenai organisasi publik, muncul karena ketidakpuasan masyarakat terhadap kualitas layanaan yang diterima dari organisasi publik. Dengan demikian kepuasan dari masyarakat bisa mejadi parameter untuk menilai kinerja organisasi publik.

3. Responsitas

Kemampuan organisasi untuk mengenali dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Responsitas perlu dimasukan ke dalam indikator kinerja karena menggambarkan secara langsung kemampuan organisasi Pemerintah dalam menjalankan misi dan tujuannya. 4. Responsibilitas

Responsibilitas menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan organisasi publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar atau sesuai dengan kebijakan organisasi, baik yang eksplisit maupun implisit.

5. Akuntabilitas

Akuntabilitas publik menunjukkan pada berapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik tunduk pada pejabat politik yang dipilih oleh rakyat. Dalam konteks ini, konsep akuntabilitas publik dapat digunakan untuk melihat berapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik itu konsisten dengan kehendak masyarakat banyak”

(Dwiyanto, 2008: 50-51).

Berdasarkan pengertian teori kinerja menurut Agus Dwiyanto di atas tersebut, maka penulis menarik sebuah kesimpulan, kinerja Pemerintahan berarti sekelompok orang dalam organisasi dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka mencapai tujuan atau sekumpulan orang dan individu-individu para pegawai negeri yang berada pada badan atau lembaga Pemerintah yang menjalankan fungsi atau tugas Pemerintahan.

(31)

Hasil kerja yang dicapai oleh suatu instansi dalam menjalankan tugasnya dalam kurun waktu tertentu, baik yang terkait dengan input, output, outcome, benefit, maupun impact dengan tanggung jawab dapat mempermudah arah penataan organisasi pemerintahan. Adanya hasil kerja yang dicapai oleh instansi dengan penuh tanggung jawab akan tercapai peningkatan kinerja yang efektif dan efisien. Organisasi pemerintahan menggunakan alat, teori yang digunakan yaitu teori kinerja dari Baban Sobandi dan para ahli lainnya dalam bukunya yang berjudul Desentralisasi dan Tuntutan Penataan Kelembagaan Daerah, berikut adalah indikator kinerja organisasi menurut baban sobandi :

1. “Keluaran (Output) 2. Hasil

3. Kaitan Usaha dengan Pencapaian 4. Informasi Penjelas”

(Sobandi ,2006 : 179-181).

Pertama, keluaran (output) adalah sesuatu yang diharapkan langsung dicapai dari suatu kegiatan yang berupa fisik atau pun non fisik. Suatu kegiatan yang berupa fisik maupun non fisik yang diharapkan dapat dirasakan langsung oleh masyarakat. Kelompok keluaran (output) meliputi dua hal. Pertama, kualitas pelayanan yang diberikan, indikator ini mengukur kuantitas fisik pelayanan.

(32)

Ketiga, kaitan usaha dengan pencapaian adalah ukuran efisiensi yang mengkaitkan usaha dengan keluaran pelayanan. Berdasarkan pengertian diatas, maka Mengukur sumber daya yang digunakan atau biaya perunit keluaran, dan memberi informasi tentang keluaran di tingkat tertentu dari penggunaan sumber daya, menunjukan efisiensi relatif suatu unit jika dibandingkan dengan hasil sebelumnya, tujuan yang ditetapkan secara internal, norma atau standar yang bisa diterima atau hasil yang bisa dihasilkan setara. Indikator yang mengaitkan usaha dengan pencapaian, meliputi dua hal. Pertama, ukuran efisiensi yang mengaitkan usaha dengan keluaran pelayanan, indikator ini mengukur sumber daya yang digunakan atau biaya per unit keluaran, dan memberi informasi tentang keluaran ditingkat tertentu dari penggunaan sumber daya di lingkungan organisasi. Kedua, ukuran biaya hasil yang menghubungkan usaha dan hasil pelayanan, ukuran ini melaporkan biaya per unit hasil, dan mengaitkan biaya dengan hasil sehingga managemen publik dan masyarakat bisa mengukur nilai pelayanan yang telah diberikan.

Keempat, informasi penjelas adalah suatu informasi yang harus disertakan dalam pelaporan kinerja yang mencakup informasi kuantitatif dan naratif. Membantu pengguna untuk memahami ukuran kinerja yang dilaporkan, menilai kinerja suatu organisasi, dan mengevaluasi signifikansi faktor yang akan mempengaruhi kinerja yang dilaporkan. Ada dua jenis informasi penjelas yaitu pertama, faktor substansial yang ada diluar kontrol seperti karakteristik lingkungan dan demografi. Kedua, faktor yang dapat dikontrol seperti pengadaan staf.

Dari pengertian di atas, penulis dapat menarik kesimpulan yaitu sebuah organisasi dalam mencapai tujuan agar bisa menjadi suatu keberhasilan tujuan tersebut memerlukan indikator/proses yang sangat matang yaitu output, hasil, kaitan usaha dengan pengukuran, dan informasi. Indikator tersebut yang dapat menciptakan keberhasilan dari tujuan akhir sebuah organisasi.

2.2 Pengukuran Kinerja

(33)

1. “Sebagai pertanggungjawaban atas hasil yang dicapai, proses yang dilakukan, dan sumber daya yang telah dipercaya untuk dikelola. 2. Sebagai umpan balik dalam rangka meningkatkan kinerja di masa yang

akan datang” (Rivai, 2011:29).

Laporan hasil kinerja aparatur sangat bermanfaat untuk aparatur itu sendiri maupun lembaga atau instansi dalam meningkatkan kinerja yang lebih baik dimasa yang akan datang, dari laporan hasil kinerja apartur akan diketahui hasil yang diperoleh oleh para apartaur dalam menyelesaikan pekerjan yang telah diberikan kepadanya, kinerja dalam suatu intansi pemerintahan merupakan suatu cerminan berhasil atau tidaknya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Harapan masyarakat atas kinerja yang baik seringkali terkendala ketidaksiapan personil aparatur yang bekerja pada ada intansi tersebut. Adanya pembagian porsi-porsi kerja kepada aparatur yang bertujuan untuk keefektifan dalam melakukan tugas-tugasnya, sesuai dengan kewajiban dan tanggung jawab yang di embannya, diharapkan dapat menghindari berbagai macam kekacauan-kekacauan, dan kesalahan mengenai kewenangan yang saling, timpang tindih.. Sedangkan Agus Dharma dalam bukunya Manajemen Supervisi (2003: 355) mengatakan hampir semua cara pengukuran kinerja mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

1. ”Kuantitas, yaitu jumlah yang harus diselesaikan atau dicapai. Pengukuran kuantitatif melibatkan perhitungan keluaran dari proses atau pelaksanaan kegiatan. Ini berkaitan dengan jumlah keluaran yang dihasilkan.

2. Kualitas, yaitu mutu yang harus dihasilkan (baik tidaknya). Pengukuran kualitatif keluaran mencerminkan pengukuran ”tingkat kepuasan”, yaitu seberapa baik penyelesaiannya. Ini berkaitan dengan bentuk keluaran. 3. Ketepatan waktu, yaitu sesuai tidaknya dengan waktu yang direncanakan. Pengukuran ketepatan waktu merupakan jenis khusus dari pengukuran kuantitatif yang menentukan ketepatan waktu penyelesaian suatu kegiatan”

(Dharma, 2003: 355).

(34)

Faktor yang mempengaruhi (determinan) kinerja individu, perlu dilakukan pengkajian terhadap teori kinerja. Secara umum faktor fisik dan non fisik sangat mempengaruhi. Berbagai kondisi lingkungan fisik sangat mempengaruhi kondisi aparatur dalam bekerja. Selain itu, kondisi lingkungan fisik juga akan mempengaruhi berfungsinya faktor lingkungan non fisik. Menurut Prawirosentono (1999) kinerja seorang pegawai akan baik, jika pegawai mempunyai keahlian yang tinggi, kesediaan untuk bekerja, adanya imbalan/upah yang layak dan mempunyai harapan masa depan. Berkelanjut kedalam teori kinerja organisasi, menurut Sadu Wasistiono dalam bukunya yang berjudul Menata Ulang Kelembagaan Pemerintah Kecamatan, mengemukakan bahwa kinerja organisasi pemerintah dapat diukur melalui indikator-indikator sebagai berikut:

1. “Indikator Produktivitas.

Hubungan antara tingkat pencapaian hasi implementasi dari wewenang dan tugas dari organisasi pemerintah atas sumber daya dan dana yang tersedia.

2. Indikator Kualitas Layanan.

Kepuasan masyarakat terhadap layanan yang diterima dari organisasi pemerintah.

3. Indikator Responsitas.

Sejauhmana kepekaan organisasi pemerintah untuk mengetahui dan memenuhi kebutuhan masyarakat.

4. Indikator Responsibilitas.

Apakah pelaksanaan kegiatan organisasi pemerintah itu dilakukan dengan prinsip-prinsip organisasi yang benar atau sesuai dengan kebijakan organisasi baik yang implisit maupun yang eksplisit”

(Wasistiono, 2002: 48-49).

Berdasarkan pendapat tersebut di atas penulis menyimpulkan bahwa kinerja organisasi Pemerintahan adalah hasil kerja yang dicapai secara kolektif oleh para aparatur Pemerintahan yang berupa tindakan-tindakan atau aktivitas-aktivitas aparatur birokrasi Pemerintahan yang sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab dalam rangka melaksanakan kegiatan organisasi Pemerintahan pada kurun waktu tertentu.

2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja

(35)

faktor-faktor yang dapat mempengaruhi. Berikut adalah faktor-faktor-faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja organisasi:

1. “Teknologi yang meliputi peralatan kerja dan metode kerja yang digunakan untuk mengahasilkan produk atau jasa yang dihasilkan oleh organisasi. semakin berkualitas teknologi yang digunakan, maka akan semakin tinggi tingkat kinerja organisasi tersebut.

2. Kualitas input atau material yang digunakan oleh organisasi.

3. Kualitas lingkungan fisik yang meliputi keselamatan kerja, penataan ruangan, dan kebersihan.

4. Budaya organisasi sebagai pola tingkah laku dan pola kerja yang ada dalam organisasi yang bersangkutan.

5. Kepemimpinan sebagai upaya untuk mengendalikan anggota organisasi agar bekerja sesuai dengan standar dan tujuan organisasi. 6. Pengelolaan sumber daya manusia yang meliputi aspek kompensasi,

imbalan, promosi dan lainnya” (Ruky, 2001:7).

Kesimpulan di atas yang dapat penulis jelaskan adalah mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja organisasi dalam pencapaian pelaksanaan tugas yang dilakukan oleh sebuah organisasi atau instansi Pemerintahan. Meningkatkan kinerja dalam sebuah organisasi atau instansi Pemerintah merupakan tujuan atau target yang ingin dicapai oleh organisasi dan instansi Pemerintah dalam memaksimalkan suatu kegiatan yang telah di tetapkan sebelumnya. Berhasil tidaknya tujuan dan cita-cita dalam organisasi pemerintahan tergantung bagaimana proses kinerja itu dilaksanakan. Kinerja tidak lepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi. Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja organisasi sebagaimana yang dikemukakan oleh Keith Davis.

1. “Faktor Kemampuan (Ability) Secara psikologis, kemampuan (ability) terdiri dari kemampuan potensi IQ dan kemampuan reality (knowledge+skill).

Artinya pimpinan dan karyawan yang memiliki IQ di atas rata-rata (IQ 110-120) apalagi IQ superior, very superior, gifted dan genius dengan pendidikan yang memadai untuk jabatan dan terampil dalam menjalankan pekerjaan sehari-hari maka akan mudah menjalankan kinerja maksimal.

(36)

meliputi hubungan kerja, fasilitas kerja, iklim kerja, kebijakan pimpinan, pola kepemimpinan kerja dan kondisi kerja”

(Mangkunegara, 2005: 13).

Berdasarkan pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa suatu kinerja organisasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor pendukung dan penghambat berjalannya suatu pencapaian kinerja yang maksimal faktor tersebut meliputi faktor yang berasal dari intern maupun ekstern.

2.4 Pengertian Pemerintah

Pemerintah berasal dari kata “perintah”, menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, perintah berarti perkataan yang bermaksud menyuruh melakukan sesuatu, sesuatu yang harus dilakukan. Di bawah ini terdapat berbagai pendapat dari beberapa ahli yang mengemukakan definisi dari Pemerintah menurut pandangannya masing-masing :

1. “Pemerintah adalah sekelompok individu yang mempunyai wewenang yang sah dan melindungi serta meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui pembuatan dan pelaksanaan berbagai keputusan, Pemerintah ialah Jawatan atau aparatur dalam susunan politik”

(Syafruddin, 1993: 1).

Maksud pengertian disini diartikan bahwa Pemerintah adalah Sekumpulan orang-orang yang mempunyai otoritas untuk menjalankan kewenangan yaitu melindungi serta memelihara keamanan dan kedamaian. Negara juga meningkatkan taraf hidup orang banyak melalui kebijakan-kebijakan politik.

2. “Pemerintah adalah alat-alat perlengkapan Negara yang mempunyai 2 (dua) arti yaitu, arti sempit adalah Presiden dan Menteri-menteri atau eksekutif saja, sementara Pemerintah dalam arti luas adalah semua alat-alat perlengkapan Negara”

(Mohammad yamin, 1993: 1).

(37)

definisi-definisi di atas pada dasarnya terdapat pemahaman yang sama yaitu bahwa Pemerintah adalah keseluruhan badan Pemerintah atau perlengkapan Negara yang mempunyai wewenang yang syah dan melindungi serta meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui perbuatan dan pelaksanaan berbagai keputusan/kebijakan. Sementara keputusan yang diberikan oleh Pemerintah berbentuk peraturan perundang-undangan untuk mengatur dan membina seluruh kehidupan masyarakat.

2.4.1 Pengertian Pemerintahan

Secara Etimologis kata Pemerintahan berasal dari kata “Pemerintah”, kata Pemerintah itu sendiri berasal dari kata “Perintah” yang berarti menyuruh melakukan suatu pekerjaan (Pramudji, 1985: 22). Jadi Pemerintahan adalah suatu badan yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus suatu kepentingan masyarakat berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku. Di bawah ini terdapat berbagai pendapat dari beberapa ahli yang mengemukakan definisi dari Pemerintahan menurut pandangannya masing-masing :

a. “Pemerintah adalah perbuatan atau cara-cara atau rumusan memerintah, misalnya pemerintahan yang adil, pemerintahan demokratis, pemerintahan dictator dan lain sebagainya”

(Suryaningrat, 1990: 11).

Definisi di atas mengemukakan bahwa Pemerintahan berarti suatu perbuatan/keputusan/kebijakan yang memerintah yang dapat menetukan suatu Pemerintahan yang adil, demokratis atau dictator, dan lain-lain.

b. “Maksudnya Pemerintah dalam arti luas mempunyai kewenangan untuk memelihara kedamaian dan keamanan negara, kedalam dan keluar oleh karena itu pertama, harus mempunyai kekuatan militer atau kemampuan untuk mengendalikan kekuatan legislatif atau dalam arti pembuatan undang-undang yang ketiga harus mempunyai kekuatan finansial/kemampuan untuk mencukupi keuangan masyarakat dalam rangka membiayai ongkos keberadaan Negara dalam menyelenggarakan peraturan hal tersebut dalam rangka penyelenggaraan kepentingan Negara”

(Syafie, 1998 : 4-5).

(38)

Negara yang mempunyai wewenang yang sah dan melindungi serta meningkatkan taraf hidup masyarakat. berproses atau sedang berproses menurut suatu cara dan metode tertentu, melalui pembuatan dan pelaksanaan berbagai keputusan.

Pemerintah juga dapat dikatakan suatu gejala sosial, artinya di dalam hubungan antar anggota masyarakat, baik individu dengan individu, kelompok dengan kelompok, maupun antar individu dengan kelompok. Ajaran Tripaja, mengartikan Pemerintahan dalam arti sempit mencakup kekuasaan eksekutif saja. UUD 1945 menyatakan, Pemerintah adalah Presiden, Wakil Presiden dan Para Menteri. Pasal 4 ayat (1) menyebutkan “Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan Pemerintah menurut Undang-undang Dasar. Selanjutnya ayat (2) menyatakan, “Dalam melakukan kewajibannya Presiden dibantu oleh satu orang wakil Presiden.“ Menteri-menteri memimpin Departemen Pemerintahan.

Pemerintah dalam arti sempit dapat diartikan Presiden, Wakil Presiden dan Para Menteri. Dalam arti kata lain dapat dipandang sebagai aktivitas memerintah yang dilakukan oleh Pemerintah (eksekutif saja) dan jajarannya guna mencapai tujuan Negara. Sedangkan Pemerintah dalan arti luas dapat pula dipandang sebagai aktivitas Pemerintah yang dilakukan oleh organ-organ atau badan-badan legislatif, yudikatif dan eksekutif dalam pencapaian tujuan Negara.

2.4.2 Pemerintahan Daerah

Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa Pemerintah Daerah yaitu Kepala Daerah beserta perangkat daerah otonom lain sebagai badan eksekutif daerah. Pemerintah daerah tersebut mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam terselenggaranya kegiatan Pemerintahan yang baik di Daerah serta tercapainya tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

(39)

Pelayanan yang diberikan oleh Kecamatan yaitu Penyelenggaraan urusan Pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dalam hal ini Pemerintah Kecamatan yakni penyelenggaraan urusan Pemerintahan yang meliputi penyelenggaraan kegiatan Pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kehidupan masyarakat dalam wilayah Kecamatan. Terkait dengan proses pembuatan elektronik kartu tanda penduduk (e-KTP), maka hal ini termasuk kedalam penyelenggaraan kegiatan Pemerintahan. Penyelenggaraan kegiatan Pemerintahan salah satunya meliputi upaya pemberian pelayanan kepada masyarakat yang membutuhkan pelayanan di kantor Kecamatan. elektronik kartu tanda penduduk (e-KTP) merupakan salah satu bentuk pelayanan yang diberikan Kantor Kecamatan pada masyarakat dalam melaksanakan penyelenggaraan urusan Pemerintahan oleh Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam pengertian Pemerintahan Daerah.

2.4.2.1 Fungsi Pemerintah Daerah

Fungsi Pemerintah Daerah menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2004 adalah :

a. Perintah Daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.

b. Menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintahan dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum dan daya saing daerah.

c. Pemerintah Daerah dalam menyelenggarakan urusan Pemerintahan memiliki hubungan Pemerintahan Pusat dengan Pemerintahan Daerah. Dimana hubungan tersebut meliputi wewenang, keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam, dan sumber daya lainnya.

2.5 Kecamatan

Taliziduhu Ndraha dalam bukunya yang berjudul “Kybernologi” menyatakan bahwa penjelasan mengenai kecamatan adalah:

”Kecamatan merupakan unsur pelaksana urusan-urusan dekonsentrasi di daerah Kabupaten/Kota, dengan kata lain Kecamatan hanya menangani limpahan (sebagian) kewenangan. Dalam menjalankan tugasnya untuk mencapai tujuan organisasi, Kecamatan yang dimanifestasikan oleh Camat melakukan hubungan kerja dengan berbagai instansi antara lain :

(40)

2. Dengan Dinas Daerah dan Lembaga Teknis Daerah Lainnya. 3. Dengan Pemerintah Desa.

4. Dengan Pemerintah Kelurahan.

5. Dengan instansi vertikal yang ada di Kecamatan” (Taliziduhu Ndraha, 2001: 45).

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Kecamatan adalah pelaksana urusan-urusan dekonsentrasi di daerah Kabupaten/Kota dan sebuah pembagian administratif Negara Indonesia di bawah Daerah Tingkat II. Dalam arti pelimpahan wewenang dari Pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah atau kepala instansi vertikal di wilayah tertentu. Sebuah kecamatan dipimpin oleh seorang camat dan dipecah kepada beberapa kelurahan dan desa-desa.

2.5.1 Pengertian Kecamatan

Istilah Kecamatan sebagai perangkat daerah Kabupaten/Kota berbeda dengan perangkat lainnya (dinas), karena Kecamatan merupakan perangkat daerah yang berada di wilayah tertentu yang merupakan bagian dari wilayah suatu Kabupaten atau Kota yang dibentuk dengan Perda berpedoman pada Peraturan Pemerintah. Kecamatan dipimpin oleh Camat yang dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan sebagian wewenang Bupati atau Walikota untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah.

a. Pengertian Kecamatan

Pengertian Kecamatan Berdasarkan pasal 1 ayat 5 PP No. 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan, maka pengertian Kecamatan di definisikan sebagai berikut :

1. Kecamatan merupakan perangkat daerah Kabupaten/Kota sebagai pelaksana teknis kewilayahan yang mempunyai wilayah kerja tertentu dan di pimpin oleh Camat.

2. Camat kedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota melalui Sekretaris Daerah.

Sedangkan pengertian Camat berdasarkan pasal 1 ayat 9 PP No.19 Tahun 2008 tentang Kecamatan adalah sebagai berikut :

(41)

menangani sebagian urusan otonomi daerah, dan menyelenggarakan tugas umum Pemerintahan.”

Sedangkan tugas dan wewenang Camat berdasarkan PP No. 19 Tahun 2008 antara lain adalah sebagai berikut : Pasal 15 (1) Camat menyelenggarakan tugas umum pemerintah meliputi:

a. Mengoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat ;

b. Mengoordinasikan upaya penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban umum; c. Mengoordinasi penerapan dan penegakan peraturan perundan-undangan d. Mengoordinasi pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum;

e. Mengoordinasi penyelenggaraan kegiatan Pemerintahan ditingkat Kecamatan; f. Membina penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan Kelurahan;

g. Melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya dan/yang belum dapat di laksanakan Pemerintahan Desa atau Kelurahan.

Selain tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Camat melaksanakan kewenangan Pemerintahan yang dihadapkan oleh Bupati atau Walikota untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah, yang meliputi aspek:

a. Perizinan b. Rekomendasi c. Koordinasi d. Pembinaan e. Pengawasan f. Fasilitas g. Penetapan

h. Penyelenggaraan; dan

i. Kewenangan lain yang di limpahkan

3. pelaksanaan kewenangan Camat sebagaimana di maksud pada ayat (2) mencakup penyelenggaraan urusan Pemerintahan pada lingkungan Kecamatan sesuai peraturan perundang-undangan.

(42)

b. Susunan Organisasi

Kecamatan Sebagai suatu organisasi, memiliki susunan organisasi yang diatur dalam peraturan perundangan-undangan yang ditetapkan oleh Pemerintah pusat. Susunan organisasi Pemerintah Kecamatan berdasarkan PP No. 19 tahun 2008 tentang Kecamatan adalah sebagai berikut :

1. Organisasi Kecamatan terdiri dari 1 (satu) sekertaris, paling banyak 5 (lima) seksi, sekertariat membawahkan paling banyak 3 (tiga) sub bagian.

2. Seksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit meliputi: a. Seksi Tata Pemerintahan,

b. Seksi Pemberdayaan Masyarakat dan Desa; dan c. Seksi Ketenteraman dan Ketertiban Umum.

2.5.2 Kedudukan Kecamatan

Dalam UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah hal ini telah diatur di mana Kecamatan dibentuk di wilayah Kabupaten/Kota yang dipimpin oleh Camat. Camat diangkat oleh Bupati/Walikota atas usul sekretaris daerah Kabupaten/Kota dari pegawai negeri sipil ynag menguasai pengetahuan teknis pemerintahan dan memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan wewenang Bupati atau Walikota untuk menangani sebagaian urusan otonomi daerah. Camat dalam melaksanakan tugas-tugasnya dibantu oleh perangkat Kecamatan dan bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota melalui Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota. Hal ini selain akan memperjelas kedudukan camat dalam sistem Pemerintahan daerah, juga akan memperkuat Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam mengoptimalkan berbagai tugas dan fungsinya dalam mengembangkan dan membangun daerahnya.

2.5 Pelayanan Publik

(43)

upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun palaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dengan demikian, pelayan publik adalah pemenuhan keinginan dan kebutuhan masyarakat oleh penyelenggara Negara. Negara didirikan oleh publik (masyarakat) dengan tujuan agar dapat meningkatakan kesejahteraan masyarakat yang pada hakikatnya Negara dalam hal ini pemerintah (birokrat) harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Kebutuhan dalam hal ini bukanlah kebutuhan secara individual akan tetapi berbagai kebutuhan yang sesuangguhnya diharapkan oleh masyarakat.

Berkaitan dengan hal tersebut, Tjahya Supriatna dalam buku Legitimasi Pemerintah dalam Konteks Administrasi Publik Memasuki Era Indonesia Baru mengemukakan pula definisi tentang pelayanan publik sebagai berikut:

“Pelayanan publik diartikan seluruh bentuk dan tindakan atau implementasi kebijakan yang terseleksi dalam rangka memenuhi kebutuhan publik, melalui sasaran-sasaran dan tujuan tertentu yaitu kesejahteraan bagi seluruh anggota masyarakat”

(Supriatna, 2000: 32).

Definisi di atas menjelaskan bahwa pelayanan publik merupakan pemberian jasa yang dilakukan oleh pemerintah terhadap masyarakat yang bersangkutan, dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat, Pemerintah memperhatikan prinsip-prinsip kualitas untuk memenuhi atau melebihi harapan masyarakat. Kualitas pada dasarnya terkait dengan pelayanan yang terbaik, yaitu suatu sikap atau cara aparat dalam melayani pelanggan atau masyarakat secara memuaskan. Pada hakikatnya negara dalam hal ini adalah Pemerintah (birokrat) harus memenuhi kebutuhan masyarakat dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Moenir mengatakan bahwa pemerintah dalam memberikan pelayanan terbaik kepada publik dapat dilakukan dengan cara:

1. “Kemudahan dalam pengurusan kepentingan 2. Mendapatkan pelayanan secara wajar

3. Mendapatkan perlakuan yang sama tanpa pilih kasih 4. Mendapatkan perlakuan yang jujur dan terus terang” (Moenir, 2006:47).

(44)

Pelayanan yang terbaik harus dilakukan dengan cara-cara seperti yang telah dikutif di atas dengan cara memberikan kemudahan dalam mengurus berbagai urusan supaya pelayanan yang dilakukan bisa berjalan dengan cepat, memberikan pelayanan secara wajar dan tidak berlebihan sesuai dengan keperluannya masing-masing, memberikan perlakuan yang sama dan tidak membeda-bedakan dan bisa bersikap jujur. Pelayanan yang baik dan memuaskan akan berdampak positif, antara lain:

1. “Masyarakat menghargai kepada korp pegawai 2. Masyarakat patuh terhadap aturan-aturan layanan 3. Masyarakat bangga kepada korp pegawai

4. Ada kegairahan usaha dalam masyarakat

5. Ada peningkatan dan pengembangan dalam masyarakat menuju segera tercapainya masyarakat yang adil dan makmur berlandaskan pancasila”

(Moenir, 2006:47).

Pelayanan yang baik akan berdampak positif seperti yang diuraikan di atas, jika masyarakat menghargai kepada korp pegawai, masyarakat patuh terhadap aturanaturan layanan yang telah diberikan oleh para aparatur. Masyarakat akan merasa bangga kepada korp pegawai apabila bekerja dengan rasa penuh tanggung jawab, maka akan adanya kegairahan usaha dalam masyarakat. Peningkatan dan pengembangan merupakan suatu tercapainya masyarakat yang adil dan makmur apabila dilandasi dengan pancasila memiliki dimensi dan pengertian yang sangat beragam. Artinya sangat tergantung dari sudut pandang kita dalam menggunakan istilah tersebut. Secara epistemologi, kata publik dapat diartikan sebagai masyarakat, rakyat, atau orang banyak. Hessel Nogi S. Tangkilisan berpendapat bahwa istilah publik diaplikasikan sebagai berikut :

1. “Arti kata public sebagai umum, misalnya public offering (penawaran umum), public ownership (milik umum), public switched network (jaringan telepon umum), public utility (perusahaan umum).

2. Arti kata public sebagai masyarakat, misalnya public relation (hubungan masyarakat), public service (pelayanan masyarakat), public opinion (pendapat masyarakat), public interest (kepentingan masyarakat) dan lain lain.

3. Arti kata public sebagai negara,misalnya public authorities (otoritas

negara), public building (gedung negara), public finance (keuangan

negara), publik refenue (penerimaan negara), public sector (sektor negara) dan lain-lain”

(45)

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan di atas, dapat kita lihat bahwa istilah public memiliki pengertian dan dimensi yang sangat beragam. Artinya, sangat tergantung pada konteks dalam penggunaan istilah tersebut. Dalam hal ini public diartikan sebagai masyarakat sebagai penerima pelayanan.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia pelayanan sebagai suatu hal atau cara atau hasil melayani, sedangkan melayani adalah menyuguhi, sementara itu istilah publik berasal dari bahasa Inggris public yang berarti umum, masyarakat negara. Pelayanan publik dapat dikatakan sebagai pemberian layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok sesuai tata cara yang telah ditetapkan (kamus besar bahasa Indonesia). Publik adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksana ketentuan peraturan-peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan beberapa uraian di atas, maka pelayanan publik dapat disimpulkan sebagai pemenuhan keinginan dan kebutuhan masyarakat oleh penyelenggara negara. Secara teoritis, tujuan pelayanan publik pada dasarnya adalah memuaskan masyarakat, untuk mencapai kepuasan itu dituntut kualitas pelayanan prima yang tercemin dari :

1. “Transparansi, yaitu pelayanan yang bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti.

2. Akuntabilitas, yaitu pelayanan yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. Kondisional, yaitu pelayanan yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektivitas.

4. Partisipatif, yaitu pelayanan yang dapat mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan, dan harapan masyarakat.

5. Kesamaan hak, yaitu pelayanan yang tidak melakukan diskriminasi dilihat dari aspek apapun khususnya suku, ras, golongan, agama, status sosial, dan lain-lain.

6. Keseimbangan hak dan kewajiban, yaitu pelayanan yang mempertimbangkan aspek keadilan antara pemberi dan penerima pelayanan publik”

(Sinambela, 2006:6).

(46)

sebagai pemberian layanan atau melayani keperluan orang atau masyarakat dan organisasi lain yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu, sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang ditentukan dan ditujukan untuk memberikan kepuasan kepada penerima pelayanan.

Dengan demikian, terdapat tiga unsur penting dalam pelayanan publik, yaitu unsur pertama, adalah organisasi pemberi (penyelenggara) pelayanan yaitu Pemerintah, unsur kedua, penerima layanan (pelanggan) yaitu orang atau masyarakat atau organisasi yang berkepentingan, dan unsur ketiga, adalah kepuasan yang diberikan dan atau diterima oleh penerima layanan (pelanggan). Unsur pertama menunjukan bahwa pemerintah daerah memiliki posisi kuat sebagai regulator dan sebagai pemegang monopoli layanan, dan menjadikan pemerintah bersikap statis dalam memberikan layanan, karena layanannya memang dibutuhkan atau dperlukan oleh orang atau masyarakat atau organisasi yang berkepentingan.

2.7 Pengertian Elektronik Kartu Tanda Penduduk (e-KTP)

Elektronik kartu tanda penduduk (e-KTP) adalah dokumen kependudukan yang memuat sistem keamanan / pengendalian baik dari sisi administrasi ataupun teknologi informasi dengan berbasis pada database kependudukan nasional. Penduduk hanya diperbolehkan memiliki 1 (satu) Kartu Tanda Penduduk yang tercantum Nomor Induk Kependudukan (NIK). NIK merupakan identitas tunggal setiap penduduk dan berlaku seumur hidup. Nomor NIK yang ada di e-KTP nantinya akan dijadikan dasar dalam penerbitan Paspor, Surat Izin Mengemudi (SIM), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Polis Asuransi, Sertifikat atas Hak Tanah dan penerbitan dokumen identitas lainnya (Pasal 13 UU No. 23 Tahun 2006 tentang Adminduk). Autentikasi Kartu Identitas (e-ID) biasanya menggunakan biometrik yaitu verifikasi dan validasi sistem melalui pengenalan karakteristik fisik atau tingkah laku manusia. Ada banyak jenis pengamanan dengan cara ini, antara lain sidik jari (fingerprint), retina mata, DNA, bentuk wajah, dan bentuk gigi. Pada elektronik kartu tanda penduduk (e-KTP), yang digunakan adalah sidik jari.

(47)

di kartu tersebut telah dienkripsi dengan algoritma kriptografi tertentu. Proses pengambilan sidik jari dari penduduk sampai dapat dikenali dari chip kartu adalah sebagai berikut, Sidik jari yang direkam dari setiap wajib Kartu Tanda Penduduk adalah seluruh jari (berjumlah sepuluh), tetapi yang dimasukkan datanya dalam chip hanya dua jari, yaitu jempol dan telunjuk kanan. Sidik jari dipilih sebagai autentikasi untuk elektronik kartu tanda penduduk (e-KTP) karena alasan berikut:

1. Biaya paling murah, lebih ekonomis dari pada biometrik yang lain.

2. Bentuk dapat dijaga tidak berubah karena gurat-gurat sidik jari akan kembali ke bentuk semula walaupun kulit tergores.

3. Unik, tidak ada kemungkinan sama walaupun orang kembar.

Dalam penerapan elektronik kartu tanda penduduk (e-KTP) ada beberapa pengertian sebagai berikut :

1. Database Kependudukan merupakan kumpulan berbagai jenis data kependudukan yang tersimpan secara sistematik, terstruktur, dan saling berhubungan dengan menggunakan perangkat lunak, perangkat keras dan jaringan komunikasi data.

2. elektronik kartu tanda penduduk (e-KTP) adalah kartu tanda penduduk yang sudah berbasis Nomor Induk Kependuduk (NIK) yang memiliki spesifikasi dan format kartu tanda penduduk nasional dengan sistem pengamanan khusus yang berlaku sebagai identitas resmi yang diterbitkan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten/Kota.

3. Sistem/Kode Pengamanan elektronik kartu tanda penduduk (e-KTP) adalah rekaman elektronik sebagai alat identifikasi jati diri yang menunjukkan identitasa diri penduduk secara tepat dan akurat sebagai autentifikasi diri yang memastikan dokumen kependudukan tersebut sebagai milik yang bersangkutan.

4. Rekaman elektronik adalah alat penyimpan data elektronik penduduk (berbentuk chip) yang dapat dibaca secara elektronik dengan alat pembaca dan sebagai pengamanan data kependudukan.

Gambar

Tabel 1.1 Kelurahan Cimahi Tengah
Tabel 3.1 Jumlah Peralatan di Masing-Masing Kelurahan
Tabel 3.2 Tim Kerja Penerapan Pelayanan e-KTP di Kota Cimahi
Tabel 3.3 Rekapitulasi Pelayanan e-KTP
+2

Referensi

Dokumen terkait

Kartu Tanda Penduduk Elektronik atau yang lebih dikenal dengan e-KTP merupakan program yang dibuat oleh pemerintah dengan membangun database kependudukan secara

Kebijakan pemerintah mengenai E-KTP ini dijalankan secara baik. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil sendiri menjalankan tugasnya.. sesuai arahan dan kebijakan dari

Untuk mendukung pelayanan pembuatan kartu tanda penduduk elektronik (KTP-EL) sekiranya kepada Kecamatan Bintang Ara Kabupaten Tabalong agar memberikan informasi mengenai

Dapat disimpulkan faktor sumber daya manusia yaitu operator e- KTP sudah cukup baik dalam menjalankan tugasnya, terbukti dari hasil wawancara peneliti dengan

(2) Bagaimana tinjauan fiqh siyāsah terhadap pelaksanaan pelayanan publik dalam pembuatan Kartu Tanda Penduduk Elektronik (KTP-el) dan Kartu Keluarga (KK) di

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi Kartu Tanda Penduduk Elektronik (KTP-el) di Kantor Kecamatan Sawahan Kota Surabaya. Jenis penelitian yang digunakan

Dari analisa di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya kantor Kecamatan Bukit Bestari Kota Tanjungpinang sudah diberikan wewenang tentang kebijakan Elektronik Kartu

Senada dengan hal di atas, melalui wawancara dengan Bapak Alamsyah Powa,SE Lurah Kebun Handil mengenai adakah pembagian tugas pada saat pelayanan pembuatan e-KTP, adakah