• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH EKSTRAK DAUN SIRSAK ( Annona muricata L. ) TERHADAP MORTALITAS KECOA AMERIKA ( Periplaneta americana ) DEWASA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH EKSTRAK DAUN SIRSAK ( Annona muricata L. ) TERHADAP MORTALITAS KECOA AMERIKA ( Periplaneta americana ) DEWASA"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH EKSTRAK DAUN SIRSAK ( Annona muricata L. ) TERHADAP MORTALITAS KECOA AMERIKA ( Periplaneta americana ) DEWASA

Oleh

Rodi Astuti

Ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) yang diujikan sebagai insektisida nabati untuk mengendalikan kecoa amerika (Periplaneta americana) dewasa, menggunakan metode eksperimental. Dilakukan pengujian dengan empat tingkatan konsentrasi ekstrak dan lima kali ulangan yang dilakukan pada skala laboratorium. Konsentrasi ekstrak yang digunakan yaitu 0,0128%, 0,0102%, 0,0076%, dan aquades ( 0% ) sebagai kontrol. Pengamatan mortalitas kecoa dilakukan pada jam ke-1, 3, 6, 12, 24, 48, 96, dan 120 setelah perlakuan. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Analisis Probit 5 EXE. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun sirsak efektif sebagai insektisida nabati terhadap mortalitas kecoa amerika dewasa dengan nilai LC50 6 jam adalah 0,0134% dan nilai LT50 sebesar 31,86 jam

pada konsentrasi 0,0128%. Waktu yang dibutuhkan untuk mematikan kecoa amerika berbanding terbalik dengan konsentrasi ekstrak daun sirsak yang digunakan.

(2)

PENGARUH EKSTRAK DAUN SIRSAK ( Annona muricata L. ) TERHADAP MORTALITAS KECOA AMERIKA ( Periplaneta americana ) DEWASA

Skripsi

Oleh Rodi Astuti

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)
(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sidomulyo, Lampung Selatan pada tanggal 20 Oktober 1992, sebagai anak kedua dari empat bersaudara, dari pasangan Bapak Sabariyanto dan Ibu Saparinah.

Penulis mulai menempuh pendidikan pertama di Sekolah Dasar (SD) Negeri 2 Sidomulyo. diselesaikan pada tahun 2004, setelah itu dilanjutkan dengan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Sidomulyo diselesaikan tahun 2007 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Sidomulyo diselesaikan pada tahun 2010. Kemudian pada tahun 2010 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung melalui jalur Ujian Mandiri. Selama menjadi mahasiswa penulis pernah aktif di Organisasi Himpunan Mahasiswa Biologi (HIMBIO) sebagai Anggota Bidang Hubungan Masyarakat (Humas) padatahun 2011 dan 2012. Pada tahun 2013 penulis menjadi asisten praktikum Biosistematika

(7)

vi

Balai Pengkajian Teknologi pertanian (BPTP) dengan judul “Inventarisasi Serangga Pada Tanaman Obat Di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Natar, Lampung Selatan”.

(8)

Kita hidup untuk hari ini,kita bermimpi untuk masa depan dan

kita belajar untuk kebenaran abadi (ChiangKai)

Jadikan prinsip sebagai pegangan hidup.

(9)

Karya sederhana ini

ku persembahkan untuk

keluargaku,

para pendidikku,

sahabat-sahabatku,

(10)

SANWACANA

Assalamu’alaikum WR.WB

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya penelitian ini dapat penulis selesaikan. Skripsi yang berjudul PENGARUH EKSTRAK DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP MORTALITAS KECOA AMERIKA (Periplaneta americana) DEWASA, merupakan tugas akhir penulis untuk memperoleh gelar Sarjana Sains di Fakultas MIPA jurusan Biologi Universitas Lampung.

Banyak pihak yang membantu selama penelitian sampai tersusunnya skripsi ini, oleh karena itu penulis ingin mengucapakan terima kasih kepada:

1. Ibu Nismah Nukmal, Ph.D., selaku Pembimbing 1 yang telah sabar

membimbing, meluangkan waktu serta memberi arahan dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

2. Ibu Dr. Herawati Soekardi, M.S., selaku Pembimbing 2 yang telah membimbing, memberikan saran, gagasan, dan arahan kepada penulis hingga selesainya

(11)

x

3. Bapak Drs. M. Kanedi, M.Si., selaku pembahas yang telah memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini.

4. Ibu Kusuma Handayani, S,Si. M,Si., selaku Pembimbing Akademik.

5. Ibu Dra. Nuning Nurcahyani, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

6. Bapak Prof. Suharso, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

7. Dosen dan karyawan di jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

8. Kedua orangtuaku tercinta Bapak Sabariyanto dan Ibu Saparinah yang selalu medoakanku, memberikan kasih sayang, kesabaran dan semangat kepada penulis dalam meraih cita-cita.

9. Kakakku Kurniawan, adikku Kurniasandi dan Akbar Kurniantara yang telah memberikan semangat dan perhatian kepada penulis.

10. Sahabat satu penelitian Meita Mahardianti dan Rika Erviana terimakasih atas suka dan dukanya menemani penulis dalam melaksanakan penelitian.

11. Sahabat- sahabatku tersayang Arinjani Dwi H, Yunita Lestari, Septina Maulida, Dewi Chusniasih, Meita Mahardianti, Rika Erviana, Anggia Putri S dan Ismalia Husna terimakasih untuk semua bantuan, kebersamaan, dan keceriaan yang diberikan kepada penulis.

(12)

13. Kakak-kakak tingkat 2009, 2008, serta adik-adik tingkat 2011, 2012 dan 2013 di biologi terimakasih atas kebersamaannya.

14. Sahabat-sahabat kosan, Bety, Nuning, Komang, Fenty, Rina, dan Nisa terimakasih untuk semua semangat dan doanya.

15. Keluarga besar KKN Desa Labuhan Ratu,Kecamatan Pasir Sakti, Lampung Timur: Rita Saraswati, Amalia Yasmin, Fenty Ria M, Mita Saraswati, Ester Luciana, Novia Rizky, Reza Asmitara, Arifin, Agung, dan Genta.

16. Almamaterku Universitas Lampung yang kucintai.

17. Dan untuk semua orang yang ku sayang namun tidak dapat ku sebutkan satu-persatu, terimakasih atas kritik, saran dan motivasinya.

Sebuah harapan tulus untuk semuanya semoga Allah SWT membalas kebaikkan mereka dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Amin.

Wassalamu’alaikum WR.WB

Bandar Lampung, 20 Juni 2014

(13)

xii

E. Pengujian Mortalitas Kecoa... 18

(14)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Uji Mortalitas Ekstrak Daun Sirsak... 21

B. Nilai LT50 Setelah Pengujian Kecoa Amerika Menggunakan Ekstrak Daun Sirsak... 25

C. Nilai LC50 Setelah Pengujian Kecoa Amerika Menggunakan Ekstrak Daun Sirsak... 28

D. Morfologi Hewan Uji... 33

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 36

B. Saran... 36

DAFTAR PUSTAKA... 37

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Persentase mortalitas kecoa amerika dewasa pada konsentrasi ekstrak

daun sirsak dan waktu pelakuan yang berbeda... 21 Tabel 2. Perbandingan nilai LT50 ekstrak daun sirsak (Annona muricata )

terhadap mortalitas kecoa amerika (Periplaneta americana)

dewasa pada konsentrasi yang berbeda... 25 Tabel 3. Perbandingan nilai LC50 ekstrak daun sirsak (Annona muricata ) terhadap

mortalitas kecoa amerika (Periplaneta americana) dewasa pada waktu pengamatan berbeda... 28 Tabel 4. Keeratan korelasi... 32 Tabel 5. Data mortalitas kecoa amerika (Periplaneta americana) dewasa

selama perlakuan... 43 Tabel 6. Hasil analisis Probit 5 EXE untuk penentuan nilai LT50 ekstrak

daun sirsak terhadap mortalitas kecoa amerika... 44 Tabel 7. Hasil analisis Probit 5 EXE untuk penentuan nilai LC50 ekstrak

(16)
(17)

xvi

Gambar 20. Penyaringan ekstrak daun sirsak... 55 Gambar 21. Ekstrak yang telah diencerkan... 56 Gambar 22. Kecoa dalam kandang uji... 56

(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kecoa merupakan salah satu jenis serangga pemukiman yang sering mengganggu kenyamanan hidup manusia karena meninggalkan bau yang tidak sedap, pembawa patogen penyakit, penyebab alergi, dan mengotori perkakas rumah tangga. Berbagai cara dapat dilakukan untuk mengendalikan kecoa, seperti menjaga sanitasi, secara biologis, mekanik, atau kimiawi. Cara yang umum dilakukan oleh masyarakat adalah dengan penyemprotan dan pengasapan menggunakan insektisida sintetik karena dinilai lebih praktis. Meskipun demikian, asap yang mengandung insektisida ini akan menyebar keseluruh ruangan sehingga dapat meracuni penghui rumah dan meninggalkan residu yang berbahaya bagi manusia (Environmental Health Watch, 2005).

(19)

2

diare dan lainnya yang berkaitan dengan kondisi sanitasi lingkungan yang buruk (Bapelkes, 2004).

Studi menunjukkan bahwa kecoa membuang gas rata - rata tiap 15 menit sekali. Bahkan setelah mati, kecoa akan tetap melepaskan metana hingga 18 jam. Dalam skala global, gas dalam perut serangga diperkirakan

menyumbang 20% dari semua emisi metana. Fakta ini menempatkan kecoa sebagai salah satu kontributor terbesar global warming (Ridwan, 2014).

Penggunaan insektisida tidak selalu mematikan semua serangga yang terkena insektisida karena ada juga seranga yang resisten. Serangga yang tidak mati akan memperbanyak diri dan mewariskan kemampuannya untuk resisten terhadap insektisida ke generasi selanjutnya. Misalnya, spesies Blatella germanica diketahui telah resisten terhadap sepuluh jenis insektisida sintetik

seperti piretroid, organofosfat, dan karbamat. Untuk itu diperlukan

pengendalian yang lebih aman dan ramah lingkungan, salah satunya adalah dengan memanfaatkan insektisida yang berasal dari tanaman (Ahmad, 2011).

Salah satu alternatif untuk menanggulangi tingginya serangan hama adalah dengan menggunakan insektisida nabati, dimana bahan dasarnya berasal dari tumbuh-tumbuhan. Insektisida nabati relatif murah karena dapat dibuat dengan menggunaan bahan-bahan yang ada di sekitar kita (Kuruseng dkk, 2009). Penggunaan insektisida alami tidak saja bisa

(20)

insektisida alami dapat dibudidayakan, lebih bersifat spesifik, residu lebih pendek dan kemungkinan berkembangnya resistensi lebih kecil (Oka, 1995). Insektisida nabati memiliki keuntungan lain seperti mudah dibuat, mudah terurai atau biodegradable sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan ternak karena residunya mudah hilang (Kardinan, 2000).

Tanaman sirsak (Annona muricata L) berpotensi sebagai bahan pestisida hayati. Daun sirsak mengandung senyawa acetogenin, antara lain asimisin, bulatasin, squamosin, saponin, flavonoid, dan tanin (Harsoyo dan Afri, 2002). Menurut Kardinan (2000), insektisida nabati yang berasal dari daun sirsak dapat digunakan petani sebagai pengendali hama yang efektif membunuh hama belalang dan lain-lain.

(21)

4

B. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi dari ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) sebagai insektisida nabati terhadap mortalitas kecoa amerika (Periplaneta americana) dewasa.

C. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat diadakannya penelitian ini adalah untuk memberikan informasi mengenai potensi daun sirsak untuk mengendalikan kecoa.

D. Kerangka Pikir

(22)

Insektisida nabati berasal dari tumbuh - tumbuhan seperti daun sirsak, telah banyak dicobakan sebagai insektisida nabati karena daun sirsak mengandung senyawa acetogenin yang bersifat racun kontak dan racun perut bagi serangga.

Beberapa penelitian telah dilakukan menggunakan insektisida nabati yang berasal dari biji sirsak, diantaranya ekstrak biji sirsak diketahui efektif terhadap larva Spodoptera exigua pada tanaman bawang merah (Allium ascalonicum Linn.) dan efektif terhadap hama Collosobruchus maculates

yang merupakan hama kacang hijau (Vigna radiate).

Pada penelitian ini, akan digunakan daun sirsak sebagai insektisida nabati untuk mengendalikan populasi kecoa. Ekstrak daun sirsak dibuat dengan cara maserasi, kemudian menyemprotkannya langsung pada kecoa dengan

konsentrasi 0%, 0,0076%, 0,0102%, dan 0,0128%.

Parameter yang diamati adalah persentase mortalitas kecoa pada jam ke-1, 3, 6, 12, 24, 48, 96, dan 120 setelah perlakuan (pemberian insektisida nabati daun sirsak).

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat mengendalikan populasi kecoa tanpa merusak lingkungan karena tidak mengandung bahan-bahan kimia yang berbahaya sehingga dapat digunakan dalam

(23)

6

E. Hipotesis

1. Ekstrak daun sirsak dapat mematikan kecoa Periplaneta americana dewasa.

(24)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Biologi Kecoa

Kecoa merupakan salah satu jenis serangga yang sering ditemui di sekitar lingkungan tempat tinggal kita. Hingga kini tercatat lebih dari 4.500 spesies kecoa telah diidentifikasi. Bagi manusia, kecoa merupakan salah satu serangga yang berbahaya, karena beberapa spesies kecoa diketahui dapat menularkan penyakit pada manusia seperti TBC, tifus, asma, kolera, dan hepatitis (Depkes, 2012).

Periplaneta americana atau yang lebih dikenal dengan kecoa amerika

berwarna merah gelap dengan noda kuning pada dorsum dan panjang tubuh kira-kira 4 cm (Gambar 1). Kecoa amerika memiliki dua pasang sayap, tiga pasang kaki, sepasang sungut dan serci (Budipedia, 2013).

(25)

8

Daur hidup kecoa terdiri dari tiga stadium yaitu telur, nimfa, dan dewasa. Untuk menyelesaikan satu siklus hidupnya, kecoa memerlukan waktu kurang lebih tujuh bulan. Pada stadium telur, kecoa membutuhkan waktu 30 sampai 40 hari sampai telur menetas. Telur kecoa diletakkan secara berkelompok dan dilindungi oleh selaput keras yang disebut kapsul telur atau ootheca. Satu kapsul telur biasanya berisi 30 sampai 40 telur. Induk kecoa meletakkan kapsul telur di tempat tersembunyi seperti sudut-sudut dan permukaan sekatan kayu dan dibiarkan sampai menetas. Namun, ada beberapa jenis kecoa yang kapsul telurnya menempel pada ujung abdomen induknya sampai menetas (Hana, 2012).

Klasifikasi kecoa amerika atau Periplaneta americana menurut Shino, 2009

Kingdom : Animalia Phylum : Arthopoda Class : Insecta Order : Blattodea Family : Blattidae Genus : Periplaneta

(26)

Kecoa kebanyakkan terdapat di daerah tropis yang kemudian menyebar ke daerah sub tropis atau sampai ke daerah dingin. Kecoa banyak di temukan di rumah, vegetasi, sampah dan tanah. Karakteristik tempat yang disukai kecoa sebagai tempat tinggalnya antara lain yang banyak terdapat bahan organik seperti makanan, kertas, tekstil, wool, darah dan bahan berlemak. Tempat yang lembab, seperti kamar mandi, WC, tempat cucian, alat dapur, dan alat makan minum, serta tempat gelap dan redup. Keberadaan kecoa

menunjukkan bahwa sanitasi yang kurang baik (Srisahani, 1999; Maurice, 2010).

Kebiasaan hidup kecoa adalah tinggal secara berkelompok. Aktivitas makan dilakukan pada malam hari dan siang hari bersembunyi di celah – celah dinding, bingkai dinding, lemari, kamar mandi, selokan, televisi, radio, dan alat elektronik lainnya. Kecoa merupakan serangga omnivora yang memakan semua jenis makanan yang dikonsumsi manusia, terutama yang banyak mengandung gula dan lemak. Seperti susu, keju, daging, kue, biji – bijian, coklat (Herma, 2010), makanan yang mengandung gula, protein, dan kadar air tinggi, serta memiliki bau yang menyengat seperti hasil fermentasi

(Winarno, 2001).

B. Biologi Tanaman Sirsak

(27)

10

yang halus berwarna hijau tua sedang pada bagian bawahnya mempunyai warna lebih muda (John, 2012).

Tinggi pohon sirsak sekitar 8 meter. Batang coklat berkayu, bulat, bercabang. Bunga terletak pada batang atau ranting, kuning keputi-putihan (Gambar 2), benang sari banyak berambut. Buahnya bukanlah buah sejati, yang

dinamakan buah sebenarnya adalah kumpulan buah-buah dengan biji tunggal yang saling berimpitan dan kehilangan batas antar buah. Daging buah sirsak berwarna putih dan berbiji hitam (Gambar 2). Akar berwarna coklat muda, bulat dengan perakaran tunggang (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991).

Gambar 2. Morfologi tanaman sirsak (Litbang, 2014). Bunga

Buah Daun

(28)

Klasifikasi tanaman sirsak atau Annona muricata L menurut Tjitrosoepomo, (2010)

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta Class : Dicotyledone Order : Polycarpicae Family : Annonaceae Genus : Annona

Species : Annona muricata L

C. Insektisida Nabati

Populasi hama dapat ditekan dengan menggunakan berbagai cara

pengendalian, baik secara kultur teknis, mekanis, biologis, maupun dengan insektisida (Untung, 1996). Salah satu alternatif untuk menanggulangi tingginya serangan hama adalah dengan menggunakan insektisida nabati, yaitu insektisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuh-tumbuhan.

Insektisida nabati relatif mudah dibuat dengan penggunaan bahan-bahan yang ada di sekitar kita (Kardinan, 2000).

(29)

12

dalam insektisida nabati dapat mudah terurai sehingga dianggap lebih ramah lingkungan (Rachmawati dan Korlina, 2009).

Keragaman tanaman di daerah tropis seperti di Indonesia merupakan sumber bahan insektisida nabati yang potensial. Penelitian tentang pemanfaatan tumbuhan tropis untuk bahan insektisida nabati telah mulai dirintis di

Indonesia, meskipun masih terbatas. Salah satunya adalah famili Annonaceae ( A. reticulata, A. montana, A. glabra ), Polyalthia spp (Budiman, 1993).

Kandung senyawa kimia yang terdapat dalam daun sirsak yaitu acetogenin, minyak esensial, reticuline, loreximine, coclaurine, annomurine, higenamine yang dapat menghambat sel kanker dengan menginduksi apoptosis, antidiare, analgetik, anti disentri, anti asma, anthelmitic, dilatasi pembuluh darah, menstimulasi pencernaan, dan mengurangi depresi (McLaughlin, 2008). Menurut Septerina (2002), senyawa acetogenin yang terkandung dalam daun sirsak antara lain antara lain asimisin, bulatacin dan squamosin.

(30)

berpendapat bahwa zat alkaloid yang terkandung dalam biji sirsak seperti annonain dan mauricine juga berfungsi sebagai antifeedant dan insektisida. Senyawa aktif yang terdapat dalam daun sirsak berfungsi sebagai racun kontak dan racun perut bagi serangga, seperti belalang.

Hasil penelitian Mulyaman, (2000) menemukan bahwa belalang yang memakan daun yang telah disemprot dengan insektisida nabati daun sirsak menjadi kurang aktif dibandingkan dengan yang tidak diberi insektisida nabati, dan dalam kurun waktu tiga hari belalang tersebut mati. Kardinan (1999), menyatakan bahwa pestisida dari sirsak tidak membunuh hama belalang secara cepat, tetapi mengurangi nafsu makan, mempengaruhi

pertumbuhan, daya reproduksi, proses ganti kulit, hambatan menjadi serangga dewasa, sebagai pemandul, mengganggu dan menghambat proses perkawinan serangga, menghambat peletakan dan penurunan daya tetas telur.

(31)

14

D. Kerja Insektisida

Menurut Chandra (2003) kerja insektisida di dalam tubuh serangga terdiri dari enam cara, yaitu

a. Racun Lambung (racun perut)

Racun lambung atau racun perut adalah insektisida yang membunuh serangga dengan cara masuk ke pencernaan melalui makanan yang dimakan. Insektisida tersebut akan masuk ke organ pencernaan serangga dan diserap oleh dinding usus kemudian ditranslokasikan ke tempat sasaran yang mematikan sesuai dengan jenis bahan aktif insektisida. Misalkan menuju ke pusat syaraf serangga, menuju ke organ-organ respirasi, meracuni sel-sel lambung dan sebagainya. Serangga harus memakan tanaman yang sudah disemprot insektisida yang mengandung residu dalam jumlah yang cukup untuk membunuh.

b. Racun Kontak

(32)

c. Racun Pernafasan

Racun pernafasan adalah insektisida yang masuk melalui trachea

serangga dalam bentuk partikel mikro yang melayang di udara. Serangga akan mati bila menghirup partikel mikro insektisida dalam jumlah yang cukup. Kebanyakan racun pernafasan berupa gas, asap, maupun uap dari insektisida cair.

d. Racun Sistemik

Serangga akan mati setelah memakan atau menghisap cairan tanaman yang telah disemprot.

e. Racun Metabolisme

Membunuh serangga dengan mengintervensi proses metabolismenya. f. Racun Protoplasma

(33)

16

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi, FMIPA Universitas Lampung, bulan Desember 2013 - Januari 2014.

B. Alat dan Bahan

Adapun alat-alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah ;

timbangan untuk menimbang berat daun sirsak, blender untuk menghaluskan daun sirsak, saringan untuk memisahkan ekstrak dengan ampas daun sirsak, semprotan untuk menyemprotkan ekstrak daun sirsak pada kecoa , mangkuk untuk menaruh ampas daun sirsak, labu erlenmeyer dan corong untuk

menyaring ekstrak, tisu untuk membersihkan alat-alat dan bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian dan gelas plastik untuk wadah kecoa (hewan uji).

(34)

C. Hewan Uji

Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan empat tingkatan konsentrasi ekstrak dan lima kali ulangan yang dilakukan pada skala

laboratorium dengan kecoa Periplaneta america dewasa sebagai hewan uji yang dikumpulkan dari rumah-rumah di Bandar Lampung. Kecoa di peroleh dengan cara menangkap langsung pada malam hari. Setelah kecoa terkumpul, kecoa tersebut dipisah-pisah dalam wadah yang telah disediakan sebelumnya. Dimana setiap wadah diisi 1 ekor kecoa dan diberi makan.

D. Pembuatan Ekstrak

Daun sirsak diperoleh dari Lampung Selatan. Daun sirsak yang digunakan adalah daun yang sudah tua, kemudian dijemur hingga kering. Ekstrak diperoleh dengan cara memblender 300 g daun sirsak kering (berat awal) kemudian direndam dalam 6.000 ml aquades selama 24 jam. Hasil rendaman kemudian disaring untuk memisahkan air dengan ampasnya. Ampas (berat akhir) kemudian dikeringkan kembali untuk mendapatkan berat daun terlarut. Air saringan yang diperoleh merupakan konsentrasi 0,0128% (b/v) kemudian diencerkan untuk mendapatkan konsentrasi yang diinginkan, menjadi

(35)

18

Penentuan konsentrasi ekstrak

Berat awal – Berat akhir = Berat terlarut 300g - 222,72g = 77,28 g

77,3 g

Konsentrasi = Berat daun / Volume pelarut = 77,3 g / 6.000 ml

= 0,0128%

Rumus pengenceran v1.n1 = v2.n2

Keterangan:

v1= volume ekstrak

n1= konsentrasi ekstrak

v2 = volume ekstrak yang diinginkan

n2 = konsentrasi ekstrak yang diinginkan

E. Pengujian Mortalitas Kecoa

(36)

penyemprotan, dilakukan pengamatan mortalitas kecoa pada jam ke-1, 3, 6, 12, 24, 48, 96, dan 120.

F. Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Analisis Probit untuk mengetahui nilai LC50. Jika nilai LC50 ≤ 25% untuk ekstrak air dan LT50 ≤ 72 jam untuk serangga maka dianggap efektif sebagai insektisida nabati.

(37)

20

Gambar 3. Bagan alir penelitian

Penyediaan hewan uji (kecoa

Satu kandang uji berisi satu kecoa dan dilakukan pengulangan sebanyak 5x

Kecoa siap uji disemprot dengan 2 ml ekstrak daun sirsak untuk masing -masing konsentrasi

(38)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Estrak daun sirsak berpotensi sebagai insektisida nabati terhadap kecoa amerika, semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun sirsak yang diberikan semakin tinggi tingkat mortalitas

2. Nilai LC50 6 jam ekstrak daun sirsak sebesar 0,0134%

Nilai LT50 0,0128% ekstrak daun sirsak sebesar 31,86 jam

3. Konsentrasi ekstrak yang paling efektif adalah 0,0128%

B. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan pelarut yang berbeda.

(39)

37

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, I. 2011.Adaptasi Serangga dan Dampaknya Terhadap Kehidupan Manusia. Pidato Ilmiah Guru Besar Institut Teknologi Bandung.

Bapelkes. 2004. Mengurangi Kecoa Sebagai Penyebar Penyakit.

http://bapelkescikarang.or.id. Diakses 03 Februari 2014 pukul 14:42 WIB.

Depkes. 2012. Pedoman Pengendalian Kecoa.

http://www.depkes.go.id/downloads/Pengendalian%20Kecoa.pdf. Diakses 21Juni 2014, pukul 13:45 WIB

.

Budiman,C.P. 1993. Kajian Manfaat Tanaman Famili Annonaceae Sebagai Pestisida Alami Untuk Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman. Makalah Seminar Pemanfaatan Bahan Alami Dalam Upaya Pengendalian

Populasi Organisme Pengganggu Tanaman. Cisarua, 10 - 11 Agustus 1993. 8 hal.

Budipedia. 2013. Kecoa Amerika.

http://www.budipedia.com/fauna/insecta/dictyoptera/kecoak-amerika/ Diakses 10 November 2013 pukul 23:17WIB.

Chandra. 2013. Sifat dan Cara Kerja Racun Pestisida.

http://chandratama.wordpress.com/2013/03/21/sifat-dan-cara-kerja-racun-pestisida/ Diakses 11Oktober 2013 pukul 19:56WIB.

Djojosumarto, P. 2000. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Kanisius. Yogyakarta. Edgington, S., H. Segura, R. Maria., And W. Trevor. 2000. Photoprotection Of

Beauveria Bassiana: Testing Simple Formulation For Control Of The Coffee Berry Borer. Int. J. Pest Manag. 46: 169-176.

Environmental Health Watch, 2005. Factsheet Cockroach control guide.

(40)

Gionar. 2004. Pengaruh Pestisida Nabati Daun Sirsak Terhadap Hama Walang Sangit. Universitas Lampung. Lampung.

Grainge, M.S. and M.R. Ahmed. 1989. Hand Books of Plant with Pest Control Properties. John Wiley and Son. New York.

Hana, H. 2012. Perilaku dan Lokomosi Kecoa Periplaneta Americana. Laporan Penelitian Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati. Bandung.

Harborne, J.B. 1994. Metode Fitokimia Penentuan Cara Modern Menganalisa Tumbuhan. Edisi kedua, ITB, Bandung, 354 hlm.

Harsoyo, P dan Afri U. 2002. Uji Toksisitas Akut Ekstrak Daun Sirsak Sebagai Pestisida Hayati. IKIP PGRI. Semarang

Herma. 2010. Preferensi Kecoa Amerika Periplaneta americana (L.) (Blattaria: Blattidae) terhadap Berbagai Kombinasi Umpan. http://pei- pusat.org/jurnal/wp-content/uploads/2011/09/6.-2010.Preferensi-Kecoa-Amerika.pdf. Diakses 5 Oktober 2013 pukul 09:39WIB.

Hoedojo, R. dan Zulhasril. 2004. Insektisida dan Resistensi. Parasitologi

Kedokteran Edisi Ke-3. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

Jannah, R. N. 2010. Uji Efektifitas Ekstrak Daun Sirsak ( Annona muricata ) Sebagai Pestisida Nabati Terhadap Pengendalian Hama Tanaman Sawi ( Brassica juncea). Skripsi. Program Studi Biologi. Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

John, F. I. 2012. Morfologi Tanaman Sirsak. http://johnfiterirawan.com/morfologi-tanaman-sirsak/ Diakses 10 November 2013 pukul 22:66WIB.

Kardinan, A. 1999. Sumber Insektisida Alami. Dalam Kumpulan Bahan Pelatihan Pengembangan dan Pemanfaatan Insektisida Alami. Pusat Kajian Pengendalian Hama Terpadu. IPB. Bogor.

Kardinan, A. 2000. Pestisida nabati, Ramuan dan Aplikasi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Kardinan, A. 2005. Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasi. Penebar Swadaya. Jakarta.

(41)

Kacang-39

kacangan dan Umbi-umbian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kuruseng, M. A., Vandalisna, dan Aburaera. 2009.

Evaluasi Penyuluhan Terhadap Aplikasi Pestisida Nabati Daun Sirsak Sebagai Pengendalian Ulat Tritip Pada Tanaman Sawi. Jurnal Agrisistem, Vol. 5 No. 1. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Gowa 2 BP4K Kab. Selayar

Kusno, S. 1991. Pencegahan Pencemaran Pupuk dan Pestisida. Penebar Swadaya. Jakarta.

Litbang. 2014. Budidaya sirsak. http://www. holtikultura. litbang. deptan. go. id. Diakses 21Juni 2014, pukul 11:23 WIB

.

Lu, F.C. 1991. Basic Toxicology.Hemisphere, Publishing Corporation Second Edition. Washington.

Marsito. 2012. Kecoa Sebagai Penyebar Penyakit.

http://bapelkescikarang.or.id/bapelkescikarang/index.php?option=com_c ontent&view=article&id=543:mengurangi-kecoa-sebagai-penyebaran-penyakit&catid=39:kesehatan&Itemid=15 Diakses 08 Februari 2014 pukul 13:49 WIB

Matsumura, F. 1976. Toxicology of Insecticides. Plenum Press. New York.

Mclaughlin. 2008. Paw-paw and Cancer Annonaceous Acetogenin from Discovery to Comercial Products. Department of Medicinal Chemistry and Molecular Pharmacology, School of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, Purdue University, 71(7):1311–1321.

Maurice. 2010. Pedoman Praktisi Kecoa.

http://www.depkesjournals.go.id/downloads/Pengendalian%20Kecoa.pd f. Diakses 5 Oktober 2013 pukul 09:49WIB.

Mulyaman. 2000. Pestisida Nabati Daun Sirsak.

http://www.gerbangpertanian.com/2000/06/pestisida-nabati-organik-daun-sirsak.html Diakses 11 Oktober 2013 pukul 22:27WIB.

(42)

Oka, I.N. 1995. Pengendalian Hayati Terpadu dan Implementasinya di Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 255 hlm

Prijono, D. 1988. Pengujian Insektisida. Jurusan Hama danPenyakit Tumbuhan. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. 144 hlm.

Prijono, D. 1994. Teknik Pemanfaatan Insektisida Botanis.Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Rachmawati, D dan E, Korlina. 2009. Pemanfaatan Pestisida Nabati Untuk

Mengendalikan Organisme Pengganggu Tanaman. Laporan Penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jawa Timur.

Ridwan, Z. 2014. Global Warming. http://dynamicinfors..com/2012/11/global-warming.html#!/2012/11/global-warming.html Diakase 08 Februari 2014 pukul 13:35WIB

Rupprecht, J.K., V.H. Hui, and J.L. McLaughlin. 1990. Annonaceous. Acetogenius. A Review. J. Nat. Prod.32(4):354-359.

Sarwono, J. 2009. Korelasi. http:www.jonathansarwono.info.korelasi/korelasi.htm. Diakses tanggal: 4 maret 2014 pukul 19:05 WIB

Sastrodihardjo, S. 1979. Pengantar Entomologi Terapan. Penerbit ITB, Bandung Septerina. 2002. Pengaruh Ekstrak Daun Sirsak sebagai Insektisida Rasional

terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Paprika Varietas Bell Boy. Tesis S-2 Fakultas Pertanian. Universitas Muhammadiah. Malang.

Simanjuntak, F. Maimunah, Z. Noer, H. Zahara. 2007. Pemanfaatan Daun Sirsak Dan Berbagai Jenis Umpan Untuk Mengendalikan Hama Rayap Di Laboratorium. Balai Besar Tumbuhan Belawan 20414.

.

Sinaga, R. 2009. Uji Efektifitas Pestisida Nabati Terhadap Hama Spodoptera Litura Pada Tanaman Tembakau ( Nicotiana tabaccum L ). USU. Medan. Shino, C. 2009. Kecoa.http://chandrashino.blogspot.com/2009/01/kecoa.html

Diakses 08 Februari 2014 pukul 08:14WIB

Soedarto. 1992. Entomologi Kedokteran. Kedokteran EGC. Jakarta.

(43)

41

Suriansyah, E. A. 2007. Efektifitas Estrak Umbi bawang putih (Allium sativum L) Terhadap Perkembangan dan Mortalitas C. pavonana F pada Tanaman Sawi. Skripsi. Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan. Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh.

Sutoyo dan B. Wiriyoadmodjo. 1997. Insektisida Botani Daun Nimba ( Azadirachta indica ), Daun Pahitan ( Eupatorium mulifolium ) dan Daun Kenikir ( Tagetas spp ) terhadap Kematian Larva Spodoptera litura Pada Tanaman Tembakau. Dalam Prodising Kongres Perhimpunan Entomologi Indonesia V dan Symposium Entomologi. Universitas Padjajaran, Bandung, 24-26 Juni 1997.

Syamsuhidayat, S.S dan J.R. Hutapea. 1991, Inventaris Tanaman Obat Indonesia, edisi kedua, Departemen Kesehatan RI. Jakarta.

Tjitrosoepomo, G. 2010. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Gadjah Gadjah Mada University Press : Yogyakarta, Hal : 163-191

Untung. K. 1993. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Untung. K. 1996. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Wardhana dan Husein. 2005. Efek Larvasidal Ekstrak Biji Srikaya (Annona squamosa L) terhadap Larva lalat Chrysomya bezziana. Balai Penelitian Veteriner. Bogor.

Gambar

Gambar 1. Morfologi Periplaneta americana (Marsito, 2012).
Gambar 2. Morfologi tanaman sirsak (Litbang, 2014).
Gambar 3. Bagan alir penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) pada ekstrak daun sirsak ( Annona muricata L.) serta golongan senyawa kimianya yang

50 ekstrak metanol daun sirsak ( Annona muricata L.) 212 ppm dan diklasifikasikan tidak memiliki aktivitas antioksidan, hal ini dapat disebabkan oleh penggunaan konsentrasi yang

EKSTRAKSI ACETOGENIN DARI DAUN SIRSAK (Annona muricata L) DENGAN PELARUT

Karakterisasi Simplisia, Skrining Fitokimia dan Uji Aktivitas Antibakteri Dari Ekstrak Etanol, Fraksi Etil Asetat dan n -Heksana Daun Sirsak ( Annona muricata

Telah dilakukan penelitian daya insektisida ekstrak: kloroform daun sirsak (Annona muricata L.) dengan metode eel up menggunak:an ulat Hongkong (Tenebrio monitor

Telah dilakukan penelitian daya insektisida ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.) dengan metode celup menggunakan bioindikator ulat Hongkong (Tenebrio

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun sirsak ( annona muricata L.) dapat diformulasikan ke dalam sediaan gel antiseptik

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) efektif menghambat pertumbuhan bakteri Shigella