• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS STRUKTUR DAN SISTEM PANAS BUMI SUMANI – SUMATRA BARAT BERDASARKAN PEMODELAN DATA ANOMALI GAYABERAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS STRUKTUR DAN SISTEM PANAS BUMI SUMANI – SUMATRA BARAT BERDASARKAN PEMODELAN DATA ANOMALI GAYABERAT"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS STRUKTUR DAN SISTEM PANAS BUMI

SUMANI – SUMATRA BARAT BERDASARKAN

PEMODELAN DATA ANOMALI GAYABERAT

Oleh AYU CYNTHIA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

i

ABSTRAK

ANALISIS STRUKTUR DAN SISTEM PANAS BUMI

SUMANI – SUMATRA BARAT BERDASARKAN PEMODELAN DATA ANOMALI GAYABERAT

Oleh AYU CYNTHIA

Telah dilakukan penelitian di daerah prospek panas bumi Sumani, Kabupaten Solok, Sumatra Barat dengan menggunakan metode gayaberat. Metode gayaberat merupakan salah satu metode geofisika yang digunakan untuk mengetahui kondisi bawah permukaan bumi dengan cara mengukur variasi medan gayaberat bumi. Pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi proses SVD untik mengetahui patahan pada daerah penelitian, dan pemodelan inversi 3D untuk mengetahui struktur bawah permukaan serta keberadaan reservoir panas bumi di daerah penelitian.

AB residual daerah penelitian memiliki nilai anomali sebesar -8 mGal sampai dengan 9 mGal. Anomali rendah berada pada bagian tengah berarah NW-SE, dangkan anomali tinggi berada di daerah SW sengan arah SW-NE.

Peta SDV AB residual daerah panas bumi Sumani menunjukan adanya sesar yang memiliki arah dan posisi yang bersesuaian dengan peta geologi. Struktur patahan di daerah panas bumi Sumani mempunyai arah NE-SE yang sesuai dengan pola strukrur utama Sesar Sumatra. Hasil pemodelan inversi 3D menunjukan nilai kontras densitas daerah penelitian berkisar dari 1,87 gr/cc sampai dengan 3,74 gr/cc. Daerah prospek panas bumi Sumani berada dibagian tengah daerah penelitian dengan nilai densitas rendah antara 1,49 gr/cc sampai dengan 1,85 gr/cc yang merupakan reservoir panas bumi, terletak pada 800 meter diatas mean sea level sampai dengan 1000 meter dibawah mean sea level.

(3)

ii

ABSTRACT

ANALYSIS OF STRUCTURE AND SYSTEMS GEOTHERMAL SUMANI - WEST SUMATRA ON MODELLING GRAVITY DATA

ANOMALY By

AYU CYNTHIA

Has conducted research in the area of geothermal prospects Sumani, Solok regency, West Sumatra using the gravity method. Gravity method is one of the geophysical methods used to determine subsurface conditions by measuring variations in the gravity field of the earth.

Data processing is performed in this study include the SVD Untik determine fault in the research area, and 3D inversion modeling to determine subsurface structures and the existence of geothermal reservoirs in the study area.

AB residual area of research has anomalous values of -8 to 9 mgal mgal. Low anomaly located in the central part of trending NW-SE, dangkan high anomaly located in an area with a bunch SW SW-NE direction.

Map SDV AB residual geothermal area Sumani shows the fault which has a direction and a position corresponding to a geological map. Fault structure in the area of geothermal Sumani has a direction NE-SE in accordance with the pattern of the main strukrur Sumatra Fault. 3D inversion modeling results show the value of density contrast study area ranged from 1.87 g / cc to 3.74 g / cc. Sumani geothermal prospect areas were at the research areas with low density values between 1.49 g / cc to 1.85 g / cc which is a geothermal reservoir, located at 800 meters above mean sea level up to 1000 meters below mean sea level.

(4)

ANALISIS STRUKTUR DAN SISTEM PANAS BUMI SUMANI

– SUMATRA BARAT BERDASARKAN PEMODELAN DATA

ANOMALI GAYABERAT

Oleh :

Ayu Cynthia

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

Sarjana Teknik

Pada

Jurusan Teknik Geofisika

Fakultas Teknik Universitas Lampung

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

vii

RIWAYAT HIDUP

Penulis, dilahirkan di Bandar Lampung pada

tanggal 08 Agustus 1990 yang merupakan anak

kedua dari pasangan Mujiono dan Dra.

Rosmiyati M.M.

Pada tahun 1994, Penulis mengawali pendidikan

formal di TK Kartini Bandar Lampung, kemudian

pada tahun 1996-2002 di Sekolah Dasar Al-Kautsar Bandar

Lampung, lalu pada 2002-2005 penulis melanjutkan ke Sekolah

Menengah Pertama Negeri 4 Bandar Lampung dan melanjutkan ke

Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Bandar Lampung pada tahun

2005-2008. Tahun 2008, Penulis melanjutkan studi Strata 1 di Universitas

Lampung Fakultas Teknik Jurusan Teknik Geofisika melalui jalur

PKAB.

Pada tahun 2012 penulis juga melaksanakan Kerja Praktek (KP) di

(6)

viii

Sebuah karya kecilku…

Dengan segenap hati, kupersembahkan karya ini kepada :

Allah SWT,

Atas kehendak-Nya semua ini ada

Atas rahmat-Nya semua ini aku dapatkan

Atas kekuatan dari-Nya aku bias bertahan

Ibu dan ayah yang selalu sabar mendidikku, mendukung,

serta menyayangiku

Anakku yang menjadi sumber kekuatanku

keluargaku yang selalu menghibur dan menyemangatiku

Sahabat-sahabat yang selalu menemani dalam suka

(7)

ix

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang

karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi yang berjudul “Analisis Struktur dan Sistem Panas Bumi Sumani – Sumatra Barat Berdasarkan Pemodelan Data Anomali Gayaberat” dapat terselesaikan dengan baik sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Jurusan Teknik Geofisika Fakultas Teknik

Universitas Lampung.

Penulis sadari pengerjaan skripsi ini dapat berjalan dan selesai dengan baik adalah

berkat dukungan materil maupun moral dari berbagai pihak. Kebaikan dari

banyak pihak tersebut penulis sadari tidak dapat dibalas satu persatu. Untuk itu

pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya

kepada:

1. Orang tua saya Almarhum Dra. Rosmiyati, M.M. dan Mujiono yang dengan

pantang menyerah selalu mendidik anaknya dengan sabar walaupun dengan

perjuangan dan kerja keras.

2. Bapak Bagus Sapto Mulyatno, M.T., selaku Ketua Jurusan dan orang tua saya

di kampus yang dengan sabar membimbing dan mengarahkan mahasiswanya

ini dan selalu membantu dalam banyak hal.

3. Bapak Prof. Drs. Suharno, S.Si., M.Sc., Ph.D., selaku Pembimbing Akademik

yang dengan sabar memberikan bimbingan dan arahan selama studi

berlangsung.

4. Bapak Dr. Muh. Sarkowi, S.Si., M.Si, selaku dosen Pembimbing Utama yang

telah bersedia meluangkan waktunya memberikan bimbingan akademik yang

(8)

x

5. Seluruh dosen, karyawan, dan staff Teknik Geofisika Universitas Lampung

atas semua ilmu pengetahuan dan bimbingan moral yang Penulis peroleh

selama perkuliahan.

6. Anak hebatku Rayka Sheehan, yang selalu dapat memberikan kekuatan dan

keceriaan disetiap waktu.

7. Kakakku BrigPol Akhmad Randy Setyawan, S.H., M.H., dan adik- adikku

Muhammad Irfan Kurniawan, Muhammad Aziz Ghoffar, dan Adinda

Rahmanda yang selalu mendukung apapun yang Penulis lakukan.

8. Tim Instrumentasi Rekayasa dan Kalibrasi Peralatan Geofisika, Badan

Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Pusat, yang rela direpotkan penulis

dalam berbagi ilmu, pengalaman serta nasihat-nasihat tentang hidup dan

dunia kerja.

9. Sahabat yang tiada henti bertanya “kapan wisuda??” dan memberi motivasi

Septiyana Geovani, atas segala waktu dan nasihat yang diberikan kepada

Penulis.

10. Rafika ndut dan Pak Bo untuk semua dukungan, semangat, dan

kalimat-kalimat yang mampu menenangkan dan menyenangkan.

11. Teman-teman Teknik Geofisika angkatan 2008, yang lulus duluan maupun

belakangan, untuk dukungan dan semua ucapan selamat.

12. Kakak tingkat Teknik Geofisika angkatan 2007 dan adik tingkat Teknik

Geofisika angkatan 2009, 2010, 2011, 2012, 2013, 2014 yang meramaikan

suasana kampus selama masa perkuliahan.

13. Sahabat-sahabat yang selalu direpotkan tapi selalu hadir Bagus, Alwi, Dwi,

Ayi hidup tidak berwarna tanpa kalian.

14. Ibu Kantin dan para staff-nya, yang dengan ikhlas memberikan tempat beserta

(9)

xi

15. Special Thanks to Rahmat (2008), Gamal Muhammad Rizka (2008), Ryan

Tanjung P (2009), Dian Trianto (2011), Halilintar Duta (2010), Ines Kusuma

(2010), yang membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

16. Semua orang yang meragukan penulis dapat menyelesaikan kuliah dan

skripsinya sehingga membuat penulis terpacu dan semakin bersemangat.

17. Dan kepada seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Bandar Lampung, 15 Oktober 2015

Penulis

(10)
(11)

xiii

3.2.2 Percepatan Gravitasi (Hukum Newton II) ... 17

3.2.3 Potensial Gayaberat Distribusi Massa ... 18

3.3 Satuan Gayaberat ... 20

3.4 Anomali Bouguer ... 20

3.5 Second Vertical Derivative (SVD) ... 21

3.6 Pemodelan Struktur Bawah Permukaan ... 24

3.5.1 Forward Modelling ... 24

3.5.2 Inverse Modelling ... 24

IV. METODOLOGI PENELITIAN ... 25

5.4.1 Analisis Struktur Patahan Berdasarkan Peta SVD Gayaberat ... 33

5.4.2 Manifestasi Air Panas ... 36

5.4.3 Korelasi Struktur Geologi Dan Manifestasi Pada Model 3D ... 37

5.5 Model Sistem Panas Bumi ... 41

(12)

xiv

6.1 Simpulan ... 45

6.2 Saran ... 46

(13)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Peta lokasi daerah penelitian ... 4

2. Peta Geologi daerah panas bumi Sumani Sumatera Barat ... 11

3. Jenis-jenis patahan pada satuan batuan ... 12

4. Skema sebuah sistem geothermal yang ideal ... 15

5. Gaya tarik menarik antara dua benda ... 16

6. Potensial massa tiga dimensi ... 19

7. Diagram penelitian ... 27

8. Peta topografi Sumani, Solok, Sumatra Barat ... 28

9. (A) Peta AB residual daerah Panas Bumi Sumani, (B) Peta AB residual daerah Panas Bumi Sumani hasil digitalisasi. ... 31

10.Peta SVD AB residual menggunakan filter Elkin (1951) ... 33

11.Peta SVD anomali Bouguer residual Sumani dan interpretasi patahan .. 34

12.Overlay peta kontur SVD residual dengan peta geologi Sumani ... 35

13.Peta SVD AB Residual dan sebaran manifestasi air panas Sumani ... 37

14.Pemodelan 3D peta AB residual ... 38

15.Slicing peta SVD AB residu panas bumi Sumani ... 39

16.Model 3D slice 1 AB residual panas bumi Sumani ... 40

17.Model 3D slice 2 AB residual panas bumi Sumani ... 40

18.Model 3D reservoir panas bumi Sumani ... 43

(14)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Macam-macam koefisien filter SVD ... 23

(15)
(16)
(17)
(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Posisi Indonesia terletak diantara pertemuan tiga lempeng besar, yaitu lempeng

Indo-australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik. Subduksi antar lempeng

benua dan samudra menghasilkan suatu proses peleburan magma dalam bentuk

partial melting. Proses tersebut berperan dalam pembentukan jalur gunung api

yang terkenal sebagai lingkaran api (ring of fire). Munculnya rentetan gunung api

Pasifik di sebagian wilayah Indonesia beserta aktivitas tektoniknya dijadikan

sebagai model konseptual pembentukan sistem panas bumi di Indonesia. Adanya

suatu sistem hydrothermal dibawah permukaan sering kali ditunjukan oleh adanya

manifestasi panas bumi di permukaan, seperti mata air panas, kubangan lumpur

panas, geyser, dan manifestasi panas bumi lainnya. Manifestasi juga muncul

didaerah Panas Bumi Sumani Kabupaten Solok, Sumatera Barat.

Untuk mengetahui struktur penyusun daerah penelitian dan juga mengetahui jenis

sistem panas bumi daerah tersebut, digunakanlah salah satu metode geofisika,

yaitu metode gayaberat.

Metode gayaberat sendiri merupakan salah satu metode geofisika yang digunakan

untuk mengetahui kondisi bawah permukaan bumi dengan cara mengukur variasi

(19)

2

Adanya suatu sumber yang berupa suatu massa di bawah permukaan akan

menyebabkan terjadinya gangguan medan gayaberat. Gangguan medan gayaberat

ini disebut sebagai anomali gayaberat. Ada tiga pemodelan yang dikenal dalam

metode gayaberat yaitu pemodelan dua dimensi (2D), dua setengah dimensi

(2,5D), dan tiga dimensi (3D).

Penelitian ini menggunalan pemodelan 2D untuk menentukan letak patahan pada

daerah penelitian dan pemodelan 3D untuk melihat geometri reservoir di daerah

penelitian yaitu daerah Panas Bumi Sumani.

Second Vertical Derivative (SVD) dilakukan untuk memunculkan efek dangkal

dari pengaruh regionalnya dan untuk menentukan batas-batas struktur yang ada di

daerah penelitian. Metode ini sangat bagus untuk mengetahui diskontinuitas dari

suatu struktur bawah permukaan, khususnya adanya patahan pada suatu daerah

survei.

1.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui struktur bawah permukaan berdasarkan anomali data gayaberat.

2. Mengidentifikasi patahan di daerah penelitian berdasarkan analisis Second

Vertical Derivative (SVD).

3. Memodelkan struktur bawah permukaan secara 3D berdasarkan pada

anomali Bouguer.

(20)

3 1.3 Batasan Masalah

Batasan dari penelitian ini, adalah:

1. Data yang di gunakan adalah data anomali Boguer dari hasil digitasi peta

anomali Bouguer daerah Panas Bumi Sumani, Sumatra Barat.

2. Data topografi diambil dari data DEM SRTM Indonesia area Sumatra Barat.

3. Analisa patahan SVD berdasarkan peta anomali Bouguer untuk melihat

(21)

4

BAB II

TIJAUAN PUSTAKA

2.1 Geologi

2.1.1 Daerah Penelitian

Daerah panas bumi Sumani secara administratif termasuk kedalam wilayah

Kabupaten Solok dan Kota Solok, Provinsi Sumatera Barat. Lokasi berada pada

koordinat 100o30’ 3”– 100o41’ 07” BT dan 0o 37’ 57” – 0o46’ 37” LS. Daerah Panas Bumi Sumani terletak di Timurlaut Kota Padang, Ibukota Provinsi

Sumatera Barat.

Gambar 1. Peta lokasi daerah penelitian (Google Earth, 2012).

(22)

5 2.1.2 Geomorfologi

Berdasarkan relief permukaan, kemiringan lereng, dan beda tinggi elevasinya,

daerah panas bumi Sumani secara umum dapat dibagi menjadi tiga satuan

morfologi (Tim Survei Terpadu, 2010) , yaitu :

 Morfologi Perbukitan Vulkanik

Satuan geomorfologi ini menempati bagian Baratdaya dan Utara, meliputi

52% daerah penyelidikan. Satuan ini berbentuk perbukitan yang tersusun

dari hasil kegiatan vulkanik berupa lava dan piroklastik dengan kemiringan

lereng dari sedang sampai curam. Pola aliran sungai yang berkembang di

satuan ini adalah paralel dan sub-denditrik dengan elevasi berkisar antara

500-1000 m dpl.

 Morfologi Perbukitan non-Vulkanik

Satuan geomorfologi ini menempati bagian Timur dan Baratlaut, meliputi

32% daerah penyelidikan. Satuan ini bebentuk perbukitan yang batuan

penyusunnya didominasi oleh batuan-batuan yang berumur pra-tersier

(granit, batu gamping dan metamorf) dan sebagian disusun oleh endapan

danau dengan kemiringan lereng dari sedang sampai curam. Sungai yang

berkembang disatuan ini adalah sub-denditrik dengan tingkat kerapatan

sungai sedang dan elevasi berada berkisar antara 500-1000 m dpl.

 Morfologi Pedataran

Satuan ini menempati bagian tengah, meliputi 16% dari daerah

penyelidikan. Satuan ini terbentuk dari proses depersi akibat aktivitas sesar

besar Sumatera yang mengkibatkan terbentuknya danau Singkarak. Lembah sungai lebar yang berbentuk “U”, lereng sungai datar hingga landai, umumnya dijumpai bentuk aliran sungai maender, hal ini menunjukan

tahapan erosi pada stadium lanjut. Satuan ini tersusun oleh endapan danau

dan endapan sungai (alluvium) yang terdiri dari material lepas hasil

rombakan batuan di bagian hulu sungai dengan bentuk fragmen membundar

hingga membundar tanggung. Elevasi satuan ini berkisaran antara 400-500

(23)

6 2.1.3 Litologi dan Stratigrafi

Berdasarkan hasil penyelidikan di lapangan, jenis batuan didaerah survey dapat

dikelompokan ke 12 satuan batuan, yang terdiri dari dua satuan batuan malihan,

satu satuan sedimen, dua satuan batuan terobosan, enam satuan batuan vulkanik,

dan satu satuan endapan permukaan.

Urutan satuan batuan atau stratigrafi dari tua ke muda adalah satuan Meta

Batugamping (PKg), Metamorf (TRm), Intrusi Granit (TRig), Intrusi Andesit

(Tia), Vulkanik Tersier (Tvl), Endapan Danau (Qed), Lava Cubadak (QCl), Lava

Gajah Dubalang (QGl), Aluvium (Qal).

Satuan Meta Batugamping (PKg). Satuan ini merepakan satuan paling tua yang tersingkap di sebelah Barat-Baratlaut dengan luas sebaran 11% dari luas daerah

keseluruhan. Satuan batuan ini disusun oleh batu gamping yang telah termalihkan.

Secara megaskopis batugamping berwarna abu-abu kepitih-putihan, massif,

banyak terdapat urat-urat kalsit dean terkekarkan kuat. Batuan asal dari batuan

meta batugamping ini diperkirakan merupakan batugamping terumbu yang

tercirikan oleh masih ditemukannya bentuk-bentuk cangkang fosi ataupun koral.

Menurut kesebandingan dengan peta geologi regional, batuan ini merupakan

anggota batugamping formasi Kuatan yang berumur Perm-Karbon (Silitonga dan

Kastowo, 1995).

Satuan Metamorf (Trm) tersebar di sebelah Timur dengan luas sebaran 1% dari luas daerah keseluruhan. Satuan batuan ini terdiri dari batuan metamorf sejenis

batu sabak. Batu sabak secara megaskopis berwarna abu-abu kecoklatan, slaty

cleavage, dibentuk oleh mineral-mineral berupa kuarsa, feldspar, serisit,

berbentuk hipidioblastik granural, berukuran halus. Batuan ini tersingkap

setempat di bagian timur sesar besar Sumatera yang kemudian diterobos oleh

batuan granit yang umurnya lebih muda. Menurut kesebandingan dengan peta

geologi regional, batuan ini merupakan anggota dan serpih formasi Tuhur yang

berumur Trias (Silitonga dan Kastowo, 1995)

(24)

7

dengan dengan komposisi granit. Secara megaskopis granit berwarna putih

kehitaman, tekstur faneritik, disusun oleh mineral feldspar, biotit dan hornblende.

Menurut kesebandingan dengan peta geologi regional, batuan ini merupakan

granit yang berumur Trias (Silitonga dan Kastowo, 1995).

Satuan Intrusi Andesit (Tia) tersebar setempat pada bagian Timur Sesar Sumatera, dengan luas kurang 1% dari luar daerah keseluruhan. Satuan ini terdiri

dari batuan beku dengan komposisi andesit. Secara megaskopis andesit berwarna

abu-abu tua, tekstur afanitik, disusun oleh mineral plagiokas, biotit, piroksen dan

hornblende, terkekar kuat. Menurut kesebandingan dengan peta geologi regional

batuan ini merupakan andesit yang berumur Miosen Akhir (Silitonga dan

Kastowo, 1995).

Satuan Vukanik Tersier (Tvl) tersebar luas di sebelah Utara sampai Timurlaut, dengan luas sekitar 19% dari luas daerah keseluruhan. Satuan ini terdiri dari

breksi dan lava dengan komposisi andesitik-basaltik. Pengamatan megaskopis di

lapangan, breksi berwarna abu-abu kecoklatan-kehitaman, disusun oleh fragmen

batuan andesit, batu lempung, kuarsit, berukuran kerikil-kerakal bentuk butir

menyudut-menyudut tanggung, matriks tuf. Lava bewarna abu-abu kehitaman,

tekstur porfiritik-afanitik, disusun oleh mineral plagioklas, biotit, piroksen,

hornblende, terkekar kuat, terdapat sisipan tuf berwarna kecoklatan. Satuan batuan

ini merupakan batuan vulkanik yang telah mengalami transportasi sehingga tidak

diketahui sumbernya. Menurut hubungan relatif dengan satuan batuan lainnya,

satuan ini diperkirakan berumur Pliosen.

Satuan Endapan Danau (Qed) tersebar dibagian tengah dari Utara sampai Selatan dengan luas 10% dari luas daerah keseluruhan. Satuan ini terdiri dari

perseligan antara batulempung dengan batupasir dan konglomerat. Berdasarkan

kedudukan dalam stratigrafi serta sejarah tektonik daerah ini, satuan ini terbentuk

mengisi zona depresi akibat dari aktivitas tektonik sesar besar Sumatera dibagian

lainnya, satuan ini diperkirakan berumur Plistosen Awal.

(25)

8

komposisi andesitik-basaltik. Secara megaskopis lava berwarna abu-abu, tekstur

porfiritik-afanitik, disusun oleh mineral plagioklas, biotit, dan hornblende pada

massa dasar afanitik, terkekar. Satuan batuan ini merupakan lava produk Bukit

Tinjau Laut yang merupakan aktivitas vulkanik kuarter pertama yang berkembang

di daerah survey. Menurut hubungan relatif dengan satuan batuan lainnnya, satuan

batuan ini diperkirakan berumur Plistosen.

Satuan Aliran Piroklastik Tinjau Laut (QTap) tersebar luas dibagian Baratdaya sampai bagian tengah dan utara dengan luas 22% dari daerah

keseluruhan. Batuan berkomposisi tuf berukuran debu (ash)-lapili, komposisi

andesitic-dasitik, terdapat fragmen batuan obsidian dan pumice, stcky, setempat

tersingkap batuan breksi. Secara megaskopis tuf nampak berwarna kuning-putih

kecoklatan, disusun oleh gelas-gelas vulkanik dan kuarsa, terpilah sedang, kemas

tertutup. Breksi berwarna abu-abu, disusun oleh fragmen batuan andesitik-dasitik,

berukuran kerakal-bongkah, bentuk butir menyudut-menyudut tanggung, matriks

tuf. Satuan ini merupakan produk letusan dari Bukit Tinjau Laut yang menyebar

berarah Baratdaya-Timurlaut. Menurut hubungan relatif dengan satuan batuan

lainnya, satuan ini diperkirakan berumur Plistosen menutupi satuan batuan lain

dibawahnya.

Satuan Endapan Freatik (Qef) tersebar dibagian Barat dan Selatan dengan luas sebaran sekitar 3% dari luas derah keseluruhan. Satuan ini terdiri dari batuan

piroklastik berukuran ash sampai lapili dengan fragmen-fragmen batuan

andesit-basaltik yang merupakan bagian dari tubuh vulkanik yang sudah terbentuk

sebelumnya. Letusan freatik ini terjadi akibat adanya fluida hidrotermal yang

terakumulasi dibawah permukaan yang memiliki tekanan yang lebih besar

daripada tekanan beban yang sudah terbentuk sebelumnya dan memiliki kontak

langsung dengan fluida hidrotermal tersebut, tidak berasal dari magma. Menurut

hubungan relatif dengan satuan lainnya, satuan ini diperkirakan berumur Plistosen

menutupi satuan batuan lain yang lebih tua.

Satuan Lava Gajah Dubalang (QGl) tersebar dibagian Barat dengan luas sekitar 1% dari luas daerah keseluruhan. Satuan ini terdiri lava dengan komposisi

(26)

9

porfiritik, disusun oleh mineral plagioklas, hornblende, dan biotit pada massa

dasar afanitik. Satuan batuan ini merupakan lava produk bukit Gajah Dubalang

yang membentuk bentuk morfologi kerucut bukit Gajah Dubalang. Menurut

hubungan relatif dengan satuan batuan lainnya, satuan ini diperkirakan berumur

Plistosen.

Satuan Lava Cubadak (QCl) tersingkap setempat dibagian Barat dengan luas sebaran kurang dari 1% dari luas daerah survey. Satuan ini terdiri dari lava dengan

komposisi andesit-dasitik. Secara megaskopis lava berwarna abu-abu

keputih-putihan, tekstur porfiritik, disusun oleh mineral plagioklas, hornblende, dan biotit

pada massa dasar afanitik. Satuan batuan ini merupakan lava prosuk bukit

Cubadak yang membentuk bentuk morfologi kerucut bukit Cubadak yang

diperkirakan merupakan produk vulkanik termuda yang terbentuk didaerah

survey. Dari hasil pentarikan (dating) menggunakan metode jejak belah (fission

track) menunjukan bahwa umur satuan ini adalah Pliosen.

Aluvium (Qa) merupakan endapan bentuk sekunder hasil rombakan batuan di permukaan yang telah terbentuk sebelumnya. Endapan terdiri dari material lepas

berupa lempung, pasir, bongkahan andesit, basalt, granit, dan batugamping.

Penyebaran di bagian tengah daerah survey sepanjang zona depresi pada tepian

sungai Batang Solok yang secara keseluruhan menempati areal sekitar 7% dari

luas daerah survey. Proses pengendapan material-material tersebut masih

berlangsung sampai sekarang (Tim Survei Terpadu, 2010).

2.2 Sruktur Geologi

Suatu sistem panas bumi sangat berkaitan dengan retakan ataupun rekahan yang

merupakan jalan bagi fluida panas bumi untuk bergerak ke permukaan. Retakan

atau rekahan ini bisa berupa struktur-struktur geologi yang berasosiasi dengan

kelurusan pada foto udara.

Struktur geologi didominasi oleh struktur-struktur sesar berarah relatif

(27)

10

Baratdaya-Timurlaut. Struktur sesar ini diperkirakan yang memfasilitasi keluarnya

sejumlah mata air panas dilokasi survei.

Berdasarkan hasil penyelidikan di lapangan, analisis peta DEM, peta topografi,

serta gejala-gejala struktur di permukaan seperti pemunculan air panas, kelurusan

lembah dan punggungan, kekar-kekar, bidang sesar dan zona hancuran batuan,

maka di daerah survei teramati beberapa struktur (Tim Survei Terpadu, 2010)

yaitu:

1) Rim kaldera dan rim kawah

Terdapat tiga buah rim kaldera dan delapan buah rim kawah yang terbentuk,

yaitu tiga rim kaldera dan satu rim kawah akibat erupsi bukit Tinjau Laut,

dan tujuh rim kawah akibat erupsi freatik. Rim kaldera pada umunya

membuka kearah Timurlaut searah dengan pola umum erupsi.

2) Struktur sesar Baratlaut-Tenggara

Struktur sesar berarah Baratlaut-Tenggara ini merupakan zona dari sesar

besar Sumatera yang secara regional berjenis sesar mendatar dextral,

sedangkan di daerah survei berjenis sesar obelique. Sesar ini mempunyai

pola sesar menangga yang membentuk zona depresi dibagian tengah daerah

survei.

3) Sturktur sesar berarah Baratdaya-Timurlaut

Struktur sesar bearah Baratdaya-Timurlaut ini merupakan struktur sekunder

yang terbentuk setelah struktur berarah Baratlaut-Tenggara terbentuk

sehingga mengakibatkan pergeseran pada batuan dan struktur yang sudah

terbentuk sebelumnya. Manifestasi panas bumi yang muncul di daerah

survey pada umumnya berda di zona perpotongan antara sesar berarah

(28)

11

(29)

12 2.3 Struktur Patahan

Patahan (fault) adalah rekahan pada massa batuan yang telah memperlihatkan

gejala pergeseran pada kedua belah sisi bidang rekahan. Struktur patahan

terbentuk apabila tekanan cukup kuat sehingga tidak dapat dinetralisasi oleh sifat

plastis batuan. Dalam klasifikasi patahan dipergunakan pergeseran relatif, karena

tidak tahu blok mana yang bergerak; satu sisi patahan bergerak ke arah tertentu

relatif terhadap sisi lainnya. Pergeseran salah satu sisi melalui bidang patahan

membuat salah satu blok relatif naik atau turun terhadap lainnya (Simpson, 1968).

Terdapat dua unsur pada patahan, yaitu hanging wall (atap patahan) dan foot wall

(alas patahan). Bidang patahan terbentuk akibat adanya rekahan yang mengalami

pergeseran. Berdasar kinematikanya, secara garis besar dibedakan menjadi

patahan turun, patahan naik, dan patahan geser. Patahan yang dimaksud adalah

pergeseran yang disebabkan oleh gaya tektonik.

Gambar 3. Jenis-jenis patahan pada satuan batuan (Simpson, 1968). Berdasarkan arah gerakan batuan di sepanjang bidang patahan dikenal lima

tipe-tipe patahan, yaitu normal fault, reversa fault, strike-slip fault, obligue-slip fault,

(30)

13  Normal Faul

Normal Fault adalah patahan yang arah gerak blok batuannya mengikuti arah

gaya berat, yaitu ke bawah sepanjang bidang patahan.

Revers Fault

Reversa Fault adalah Patahan yang arah gerak blok batuannya berlawanan

dengan arah gerak normal fault, yaitu mengarah ke atas.

Strike-slip Fault

Strike-slip Fault adalah patahan yang arah gerak blok batuannya mendatar

sepanjang bidang patahan.

Obligue-slip Fault

Obligue-Slip Fault adalah Patahan yang arah gerak blok batuannya saling

menjauhi dalam arah mendatar atau arah lain sehingga membentuk jurang

yang lebar.

Rotation Fault

Rotational Fault adalah patahan yang arah gerak blok batuannya memutar

bidang patahan.

2.4 Sistem Panas Bumi

Energi panas bumi merupakan energi yang tersimpan dalam bentuk air panas atau

uap pada kondisi geologi tertentu pada kedalaman beberapa kilometer di dalam

kerak bumi. Daerah panas bumi (geothermal area) atau medan panas bumi

(geothermal field) adalah daerah di permukaan bumi dalam batas tertentu dimana

terdapat energi panas bumi dalam suatu kondisi hidrologi batuan tertentu.

Sedangkan sistem panas bumi adalah terminologi yang digunakan untuk berbagai

hal tentang sistem air dan batuan dalam temperatur tinggi di laboratorium atau

lapangan (Santoso, 2004).

Komponen utama pembentuk suatu sistem panas bumi (Dwikorianto, 2006)

(31)

14 1. Sumber Panas (Heat Source)

Gunung api merupakan sumber panas potensial dari suatu sistem panas bumi,

sehingga daerah yang berada di jalur gunung api akan berpotensi besar

memiliki sistem panasbumi temperatur tinggi. Itulah sebabnya Indonesia yang

terletak pada jalur cincin api (ring of fire) diklaim memiliki potensi panas

bumi atau geothermal terbesar di dunia.

2. Batuan Reservoir (Permeable Rock)

Reservoir panas bumi adalah formasi batuan dibawah permukaan yang

mampu menyimpan dan mengalirkan fluida thermal (uap dan atau air panas).

Reservoir lazimnya merupakan batuan yang memiliki porositas dan

permeabilitas yang baik. Porositas berfungsi menyimpan fluida termal

sedangkan permeabilitas berperan dalam mengalirkan fluida termal. Harus

diketahui disini bahwa permeabilitas setiap batuan berbeda-beda.

3. Batuan Penudung (Cap Rock)

Lapisan batuan di bagian atas dari reservoir dinamakan batuan penudung (cap

rock) yang bersifat impermeabel atau teramat sulit ditembus oleh fluida.

Lapisan penudung ini biasanya berupa batuan lempung karena batuan

lempung ini mampu mengikat air, tetapi sulit untuk meloloskanya (swelling).

4. Aliran Fluida (Fluida Circulation)

Daerah resapan merupakan daerah dimana arah aliran air tanah di tempat

tersebut bergerak menjauhi muka tanah sehingga dengan kata lain, air tanah

di daerah resapan bergerak menuju ke bawah permukaan bumi.

5. Manifestasi Air Panas

(32)

15

Gambar 4. Skema sebuah sistem geothermal yang ideal (Dickson, 2004).

Eksplorasi panas bumi di daerah Sumani menggunakan metoda gaya berat untuk

mengetahui keadaan bawah permukaan, melihat nilai densitas yang kemudian

dapat dijadikan acuan untuk mencari reservoir dari manifestasi mata air panas

yang tersebar di daerah penelitian. Daerah eksplorasi melingkupi area seluas

22x23 km2 dengan pola sebaran titik pengukuran sebanyak 262 titik, sebagian

(33)

16

BAB III

TEORI DASAR

3.1 Metode Gayaberat

Metode gayaberat adalah metode dalam geofisika yang dilakukan untuk

menyelidiki keadaan bawah permukaan berdasarkan perbedaan rapat massa

cebakan mineral dari daerah sekeliling (ρ = gram/cm3). Metode ini adalah metode

geofisika yang sensitif terhadap perubahan vertikal, oleh karena itu metode ini

disukai untuk mempelajari kontak intrusi, batuan dasar, struktur geologi, endapan

sungai purba, lubang di dalam masa batuan, shaff terpendam dan lain-lain.

Eksplorasi biasanya dilakukan dalam bentuk kisi atau lintasan penampang.

Perpisahan anomali akibat rapat massa dari kedalaman berbeda dilakukan dengan

menggunakan filter matematis atau filter geofisika. Di pasaran sekarang didapat

alat gravimeter dengan ketelitian sangat tinggi (mGall), dengan demikian anomali

kecil dapat dianalisa. Hanya saja metode pengukuran data, harus dilakukan

dengan sangat teliti untuk mendapatkan hasil yang akurat (Sarkowi, 2009).

3.2 Konsep Dasar Gayaberat

3.2.1 Gaya Gravitasi (Hukum Newton I)

(34)

17

Teori yang paling mendasar dalam metode gayaberat adalah hukum Newton

tentang gaya tarik menarik antara benda dengan masa tertentu.

Kedua benda tertentu yang dipisahkan oleh jarak tertentu akan memiliki gaya tarik

menarik yang besarnya dinyatakan oleh persamaan berikut:

⃑⃑ ̂ (1.1)

Dimana :

: gaya tarik menarik (N)

: konstanta Gravitasi Universal (6,67 x 10-11 m3 kg s-2)

m1 , m2 : massa benda 1 dan massa benda 2 (kg)

R : jarak antara dua buah benda (m)

̂ : vector satuan (m)

3.2.2 Percepatan Gravitasi (Hukum Newton II)

Newton juga mendefinisikan hubungan antara gaya dan percepatan. Hukum II

Newton tentang gerak menyatakan gaya sebanding dengan perkalian massa benda

dengan percepatan yang dialami benda tersebut.

(2)

Dimana adalah percepatan yang indentik dengan percepatan gravitasi g,

sehingga persamaan (3.1) dapat ditulis :

⃑⃑ ̂ (3)

Besarnya medan gayaberat di titik m2 akibat massa titik m1 yang berjarak r adalah:

(35)

18

Terlihat bahwa besarnya gayaberat g berbanding lurus dengan massa m, yaitu

perkalian antara densitas dengan volume benda, sehingga besarnya gayaberat

terukur merupakan pencerminan dari densitas dan volume massa tersebut.

3.2.3 Potensial Gayaberat Distribusi Massa

Potensial gayaberat adalah energi yang diperlukan untuk memindahkan suatu

massa dari suatu titik ke titik tertentu. Suatu benda dengan massa tertentu dalam

sistem ruang akan menimbulkan medan potensial di sekitarnya. Dimana medan

potensial bersifat konservatif, artinya usaha yang dilakukan dalam suatu medan

gravitasi tidak tergantung pada lintasan yang ditempuhnya tetapi hanya tergantung

pada posisi awal dan akhir (Rosid, 2005).

Gayaberat merupakan sebuah vektor yang arahnya sepanjang garis yang

menghubungkan pusat dari dua buah massa. Gaya ini menimbulkan suatu medan

yang konservatif yang dapat diturunkan dari suatu potensial skalar dengan

hubungan sebagai berikut.

(5)

Persamaan diatas mengikuti konvensi oleh Kellog tahun 1953, yang menyatakan

potensial gayaberat ialah usaha yang dilakukan oleh medan gayaberat pada

partikel uji dan negatif dari energi potensial partikel. Beberapa buku menetapkan

potensial gayaberat sebagai usaha yang dilakukan partikel uji, sehingga dalam

persamaan (5) ditulis:

(6)

Fungsi U pada persamaan di atas disebut potensial gravitasi, sedangkan

percepatan gravitasi g merupakan medan potensial. Tanda minus menandakan

bahwa arah gayaberat menuju ke titik yang dituju.

Dengan mengasumsikan bumi dengan massa M bersifat homogen dan berbentuk

bola dengan jari-jari R, potensial gravitasi di permukaan dapat didefinisikan

(36)

19

̅ ̅ ̅ (7)

̅ ∫ ∫ (8)

(9)

Gambar 6. Potensial massa tiga dimensi (Telford dkk., 1990)

Berdasarkan persamaan (9), potensial yang disebabkan oleh elemen massa dm

pada titik (x, y, z) dengan jarak r dari P(0, 0, 0) adalah:

(10)

Dimana:

(x,y,z) adalah densitas

r2 = x2 + y2 + z2.

Potensial total dari massa adalah:

(37)

20

karena g adalah percepatan gravitasi pada sumbu z (arah vertikal) dan dengan

asumsi konstan, maka:

∫ ∫ ∫ (12)

3.2.4 Satuan Gayaberat

Satuan gayaberat g yang menyatakan percepatan gravitasi dalam sistem MKS

adalah m/s2 dan dalam sistem CGS adalah cm/s2.. Pengukuran percepatan gravitasi

pertama kali dilakukan oleh Galileo.

Untuk menghormati Galileo, kemudian didefinisikan :

1 Gall = 1 cm/s2 = 10-2 m/s2 (dalam CGS)

Satuan anomali gayaberat dalam kegiatan eksplorasi diberikan dalam orde miligall

(mGall):

1 mGall = 10-3 Gall

1 μGall = 10-3

mGall = 10-6 Gall = 10-8 m/s2

Dalam satuan MKS, gravitasi diukur dalam g.u.(gravity unit) atau μm/s2

(Octonovrilna, 2009):

1 mGall = 10 g.u. = 10-5 m/s2

3.3 Anomali Bouguer

Anomali Bouguer (dinamai oleh Pierre Bouguer) pada metode gayaberat

disebabkan oleh benda anomali baik yang berada dekat dengan permukaan

maupun yang jauh dari permukaan bumi. Karena tujuan eksplorasi geofisika pada

umumnya untuk mempelajari struktur yang dekat permukaan (cekungan

(38)

21

berbagai usaha telah dilakukan untuk memisahkan efek residual dari efek

regional.

Anomali Bouguer merupakan selisih antara harga gravitasi pengamatan ( )

dengan harga gravitasi teoritis ( ) yang didefinisikan pada titik pengamatan

bukan pada bidang referensi, baik elipsoid maupun muka laut rata-rata. Selisih

tersebut merefleksikan variasi rapat massa yang terdapat pada suatu daerah

dengan daerah sekelilingnya ke arah lateral maupun ke arah vertikal.

Anomali Bouguer dapat bernilai positif ataupun negatif. Nilai anomali positif

mengindikasikan adanya kontras densitas yang besar pada lapisan bawah

permukaan biasanya ditemukan pada survey di dasar samudera. Anomali negatif

menggambarkan perbedaan densitas yang kecil dan pada umumnya didapat pada

saat survei gayaberat di darat.

Setelah dilakukan koreksi terhadap data percepatan gayaberat hasil pengukuran

maka akan diperoleh persamaan anomali percepatan gayaberat (Blakely, 1995),

yaitu:

1. Anomali Bouguer Sederhana ( )

(13)

2. Anomali Bouguer Lengkap (Δgbg)

(14)

3.4 Second Vertical Derivative (SVD)

Second vertical derivarive (SVD) dilakukan untuk memunculkan efek dangkal

dari pengaruh regionalnya dan untuk menentukan batas-batas struktur yang ada di

daerah penelitian. Sehingga filter ini dapat menyelesaikan anomali residual yang

tidak mampu dipisahkan dengan metode pemisahan regional-residual yang ada.

Metode second vertical derivative bersifat high pass filter , sehingga dapat

(39)

22

dapat digunakan untuk mengidentifikasi jenis patahan. Metode SVD dapat

digunakan untuk membantu interpretasi jenis struktur terhadap data anomali

Bouguer yang diakibatkan oleh adanya struktur patahan turun atau patahan naik

(Sarkowi, 2011).

Medan potensial U dengan sumber tidak berada didalamnya akan memenuhi

persamaan Laplace’s sesuai dengan persamaan (Telford dkk., 1976):

(15)

Untuk metode gayaberat, persamaannya sesuai dengan persamaan berikut:

(16)

Untuk SVD persamaannya sesuai dengan persamaan (Telford dkk., 1976):

Dari persamaan 17 dapat diketahui bahwa second vertical derivative dari suatu

anomali gayaberat permukaan adalah sama dengan negatif dari derivative orde

dua horizontalnya, artinya bahwa anomali second vertical derivative dapat melalui

derivative orde dua horizontalnya yang lebih praktis di kerjakan.

Untuk data anomali gayaberat dalam grid teratur, anomali Second Vertical

Derivative (SVD) dapat diturunkan melalui proses filtering, dimana persamaan

konvolusinya diberikan oleh persamaan:

∫ ∫ (19)

dimana F adalah filter Second Vertical Derivative (SVD) sesuai persamaan (18)

dan adalah anomali gayaberat sebagai data input.

Tedapat beberapa operator filter SVD, yang dihitung oleh Henderson dan Zeits

(1949)m, Elkins (1951), dan Rosenbach (1952). Dalam penelitian ini, penulis

(40)

23

derivative (SVD) dengan berbagai macam operator filter 2-D di tunjukan pada

tabel 1.

Tabel 1. Macam-macam koefisien filter SVD (Sarkowi, 2011)

Sedangkan kriteria untuk menentukan jenis struktur patahan adalah sebagai

berikut (Reynolds, 1997) :

1. Untuk patahan turun berlaku:

|

| (20)

2. Untuk patahan naik berlaku:

|

(41)

24

3.5 Pemodelan Struktur Bawah Permukaan

Untuk mendapatkan pola struktur bawah permukaan dari data gayaberat, maka

anomali Bouguer hasil pengukuran dan perhitungan harus dilakukan pemodelan

baik dengan metode forward modeling atau inversion modeling dehingga akan

diketahui distribusi densitas dan struktur di daerah penelitian. Selanjutnya

berdasarkan distribusi densitas tersebut dilakukan interpretasi dengan

menggabungkan data-data geologi yang ada didaerah tersebut sehingga akan

diperoleh struktur bawah permukaan di daerah tersebut.

3.5.1 Forward Modelling

Pemodelan ke depan adalah suatu proses perhitungan data yang secara teoritis

akan teramati di permukaan bumi jika diketahui harga parameter model bawah

permukaan tertentu Dalam pemodelan dicari suatu model yang cocok atau fit

dengan data lapangan, sehingga model tersebut dianggap mewakili kondisi bawah

permukaan di daerah pengukuran (Grandis, 2009).

Seringkali istilah forward modelling digunakan untuk proses trial and error. Trial

and error adalah proses coba-coba atau tebakan untuk memperoleh kesesuaian

antara data teoritis dengan data lapangan. Diharapkan dari proses trial and error

ini diperoleh model yang cocok responnya dengan data (Grandis, 2009).

3.5.2 Inverse Modelling

Inverse Modelling adalah pemodelan berkebalikan dengan pemodelan ke depan.

Pemodelan inversi berjalan dengan cara suatu model dihasilkan langsung dari

data. Pemodelan jenis ini sering disebut data fitting atau pencocokan data karena

proses di dalamnya dicari parameter model yang menghasilkan respon yang cocok

dengan data pengamatan. Diharapkan untuk respon model dan data pengamatan

memiliki keseuaian yang tinggi, dan ini akan menghasilkan model yang optimum

(42)

25

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2015 di

laboraturium Pemodelan dan Pengolahan Data Geofisika, Jurusan Teknik

Geofisika, Fakultas Teknik, Universitas Lampung, Lampung.

4.2Alat dan Bahan

Ada pun alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini :

1. Peta anomali Bouger Panas Bumi Sumani, Solok, Sumatra Barat

2. Laptop/PC

(43)

26 4.3 Prosedur Penelitian

4.3.1 Digitalisasi Peta

Digitalisasi peta digunakan untuk menggambarkan ulang peta yang berupa

gambar menjadi peta baru dalam bentuk digital dengan menggunakan program

Surfer 10. Setelah dilakukannya inisialisasi dengan menggunakan Global Mapper,

sehingga peta memiliki koordinat yang cocok dengan koordinat aslinya, kemudian

dilakukan proses identifikasi pola kontur dan merekontruksi kontur tersebut untuk

membuat ulang peta daerah penelitian. Digitize semua kontur yang memiliki

ketinggian yang sama, dan simpan data.

4.3.2 Menentukan Letak Patahan

Dalam menentukan letak patahan pada daerah penelitian, peneliti menggunakan

metode Second Vertical derivative (SVD), dengan berdasarkan teori filter SVD

Elkins dengan menggunakan software Surfer.

4.3.4 Inversi 3D

Pemodelan 3D dibuat dengan menggunakan Software Grav3D, dengan

memasukan nilai anomali dan nilai topografi daerah penelitian yang didapat

melalui DEM SRTM Indonesia, serta divalidasi dengan menggunakan data geologi

(44)
(45)

45

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil pengolahan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. AB Residual daerah penelitian memiliki nilai anomali sebesar -8 mGal

sampai dengan 9 mGal. Anomali rendah berada pada bagian tengah berarah

NW-SE, dangkan anomali tinggi berada di daerah SW sengan arah SW-NE.

2. Patahan pada peta SVD anomali Bouguer residual dengan peta geologi

daerah Sumani, memiliki arah dan letak yang berdekatan. Perbedaan letak

patahan-patahan tersebut disebabkan karena perbedaan spasi dan ketelitian

titik pengukuran.

3. Nilai kontras densitas daerah penelitian berkisar dari 1,87 gr/cc sampai

dengan 3,74 gr/cc.

4. Daerah prospek panas bumi berada dibagian tengah daerah penelitian

dengan nilai densitas rendah antara 1,49 gr/cc sampai dengan 1,85 gr/cc

yang merupakan reservoir panas bumi, terletak pada 800 meter diatas mean

sea level sampai dengan 1000 meter dibawah mean sea level.

5. Struktur sesar yang berkembang di wilayah ini umumnya mengikuti arah

sesar Sumatera yaitu Baratlaut-Tenggara dan ada pula struktur sesar berarah

Baratdaya-Timurlaut yang merupakan struktur sekunder yang terbentuk

(46)

46 6.2 Saran

Dari hasil pengolahan data disarankan adanya perluasan daerah pengukuran di

bagian baratdaya, karena adanya indikasi reservoir yang lebih besar dan terlihat

daerah dengan densitas tinggi yang mungkin merupakan sumber panas dari sistem

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Blakley, RJ., 1995, Potential Theory in Gravity and Magnetic Applications,

Cambridge University Press, Cambridge

Dickson, Mary H., dan Mario, Fanelli., 2004, What is Geothermal Energy?,

www.iga.igg.cnr.it, diakses pada 26 September 2014.

Dwikorianto, Tavip., dan Ciptadi., 2006, Exsplorasi, Exsploitasi &

Pengembangan Panasbumi di Indonesia, Seminar Nasional HM Teknik

Geologi UNDIP 2006, Semarang.

Elkins, T.A., 1951, The Second Derivative Method of Gravity Interpretation,

Geophysics, v.23, h.97-127.

Grandis, H., 2009, Pengantar Pemodelan Inversi Geofisika, HAGI, Jakarta.

Kasbani. 2010. Tipe Sistem Panasbumi di Indonesia dan Estimasi Energinya.

Kelompok Program Penelitian Panas Bumi – Badan Geologi.

Octonovrilya, Litanya dkk. 2009. Analisa Perbandingan Anomaly Gravitasi

dengan persebaran intrusi air asin (Studi kasus Jakarta 2006-2007). Jurnal

Meteorologi dan Geofisika Vol.10 No.1 : AMG

P. H. Silitonga dan Kaswanto, 1995, Geologi Lembar Solok, Pusat Penelitian dan

Pengembangan Geologi.

Ramsay, J.G., and Huber, M., 1987. The Techniques of Modern Structural

(48)

Reynolds, J.M., 1997. An Introduction to Applied and Environtmental

Geophysics. John Wiley and Sons Inc., England.

Rosid, Syamsu., 2005, Gravity Method in Exploration Geophysics, Universitas

Indonesia, Depok.

Santoso, Djoko., 2004, Catatan Kuliah ”Eksplorasi Energi Geothermal”, ITB,

Bandung.

Sarkowi, Muh. 2009. Modul Praktikum Metode Gaya Berat. Bandar Lampung :

FMIPA Universitas Lampung.

Sarkowi, Muh., 2011, Diktat Kuliah: Metode Eksplorasi Gayaberat, Universitas

Lampung, Bandar Lampung.

Simpson, J. F., 1968, Solar Activity As a Triggering Mechanism For Earthquakes.

Earth and Planetary Science Letters, 3, h. 417-425Grant, F.S., dan West,

G.F., 1965, Interpretation Theory in Applied Geophysics, Mc Graw Hill,

New York.

Supriyanto. 2007. Analisis Data Geofisika : Memahami teori Inversi. Department

Fisika FMIPA UI : Depok.

Telford, W.M., Goldrat, L.P., dan Sheriff, R.P., 1976, Applied Geophysics 1nd ed,

Cambridge University Pres, Cambridge.Tim Survei Terpadu, 2011,

‘Laporan Survei Geologi dan Geokimia Daerah Panas Bumi Sumani,

Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat , Pusat Sumber Daya Geologi,

Badan Geologi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia.

(Unpubl. Report)

Telford, W.M., Goldrat, L.P., dan Sheriff, R.P., 1990, Applied Geophysics 2nd ed,

Cambridge University Pres, Cambridge.

Tim Survei Terpadu, 2010, Penyelidikan Terpadu Geologi dan Geokimia Daerah

Panas Bumi Sumani Kab Solok-Sumatera Barat. Pusat Sumber Daya

Gambar

Gambar
Gambar 1. Peta lokasi daerah penelitian (Google Earth, 2012).
Gambar 2. Peta Geologi daerah panas bumi Sumani Sumatera Barat (PSDG, 2010).
Gambar 3. Jenis-jenis patahan pada satuan batuan (Simpson, 1968).
+5

Referensi

Dokumen terkait

Pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian meliputi: analisis spektrum pada data anomali Bouguer untuk menentukan lebar jendela dan kedalaman anomali, analisis

Anomali Bouguer merupakan suatu nilai anomali gayaberat yang disebabkan oleh perbedaan densitas batuan pada daerah dangkal dan daerah yang lebih dalam di bawah

Catatan gempa bumi tersebut dan banyaknya patahan serta adanya subduksi di daerah Selatan Jawa menunjukkan bahwa ketepatan dan akurasi informasi parameter gempa bumi yang

Berdasarkan hasil pemodelan yang telah didapatkan yaitu pemodelan inversi 2D dan visualisasi 3D yaitu reservoir panasbumi berada pada kedalaman berkisar antara 746 m hingga

Setelah dilakukan proses komputasi terhadap ketiga parameter diatas akan diperoleh model blok 3D struktur kerak daerah penelitian berupa kontur (lampiran K),

Hasil dari pemodelan inversi adalah gambaran model bawah permukaan dan perkiraan nilai beda rapat massa rata-rata dari struktur geologi bawah permukaan..

Adapun Gambar 12 merupakan hasil pemodelan 3D yang dilihat dari arah barat dengan lintasan C-C’’-C’’’yang menjelaskan daerah panas bumi memiliki nilai suseptibilitas

KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada daerah panas bumi Padang Belimbing dapat disimpulkan bahwa nilai anomali magnetik yang didapatkan didominasi oleh nilai