ANALISIS STRUKTUR DAN SISTEM PANAS BUMI
SUMANI – SUMATRA BARAT BERDASARKAN
PEMODELAN DATA ANOMALI GAYABERAT
Oleh AYU CYNTHIA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG
i
ABSTRAK
ANALISIS STRUKTUR DAN SISTEM PANAS BUMI
SUMANI – SUMATRA BARAT BERDASARKAN PEMODELAN DATA ANOMALI GAYABERAT
Oleh AYU CYNTHIA
Telah dilakukan penelitian di daerah prospek panas bumi Sumani, Kabupaten Solok, Sumatra Barat dengan menggunakan metode gayaberat. Metode gayaberat merupakan salah satu metode geofisika yang digunakan untuk mengetahui kondisi bawah permukaan bumi dengan cara mengukur variasi medan gayaberat bumi. Pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi proses SVD untik mengetahui patahan pada daerah penelitian, dan pemodelan inversi 3D untuk mengetahui struktur bawah permukaan serta keberadaan reservoir panas bumi di daerah penelitian.
AB residual daerah penelitian memiliki nilai anomali sebesar -8 mGal sampai dengan 9 mGal. Anomali rendah berada pada bagian tengah berarah NW-SE, dangkan anomali tinggi berada di daerah SW sengan arah SW-NE.
Peta SDV AB residual daerah panas bumi Sumani menunjukan adanya sesar yang memiliki arah dan posisi yang bersesuaian dengan peta geologi. Struktur patahan di daerah panas bumi Sumani mempunyai arah NE-SE yang sesuai dengan pola strukrur utama Sesar Sumatra. Hasil pemodelan inversi 3D menunjukan nilai kontras densitas daerah penelitian berkisar dari 1,87 gr/cc sampai dengan 3,74 gr/cc. Daerah prospek panas bumi Sumani berada dibagian tengah daerah penelitian dengan nilai densitas rendah antara 1,49 gr/cc sampai dengan 1,85 gr/cc yang merupakan reservoir panas bumi, terletak pada 800 meter diatas mean sea level sampai dengan 1000 meter dibawah mean sea level.
ii
ABSTRACT
ANALYSIS OF STRUCTURE AND SYSTEMS GEOTHERMAL SUMANI - WEST SUMATRA ON MODELLING GRAVITY DATA
ANOMALY By
AYU CYNTHIA
Has conducted research in the area of geothermal prospects Sumani, Solok regency, West Sumatra using the gravity method. Gravity method is one of the geophysical methods used to determine subsurface conditions by measuring variations in the gravity field of the earth.
Data processing is performed in this study include the SVD Untik determine fault in the research area, and 3D inversion modeling to determine subsurface structures and the existence of geothermal reservoirs in the study area.
AB residual area of research has anomalous values of -8 to 9 mgal mgal. Low anomaly located in the central part of trending NW-SE, dangkan high anomaly located in an area with a bunch SW SW-NE direction.
Map SDV AB residual geothermal area Sumani shows the fault which has a direction and a position corresponding to a geological map. Fault structure in the area of geothermal Sumani has a direction NE-SE in accordance with the pattern of the main strukrur Sumatra Fault. 3D inversion modeling results show the value of density contrast study area ranged from 1.87 g / cc to 3.74 g / cc. Sumani geothermal prospect areas were at the research areas with low density values between 1.49 g / cc to 1.85 g / cc which is a geothermal reservoir, located at 800 meters above mean sea level up to 1000 meters below mean sea level.
ANALISIS STRUKTUR DAN SISTEM PANAS BUMI SUMANI
– SUMATRA BARAT BERDASARKAN PEMODELAN DATA
ANOMALI GAYABERAT
Oleh :
Ayu Cynthia
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
Sarjana Teknik
Pada
Jurusan Teknik Geofisika
Fakultas Teknik Universitas Lampung
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
vii
RIWAYAT HIDUP
Penulis, dilahirkan di Bandar Lampung pada
tanggal 08 Agustus 1990 yang merupakan anak
kedua dari pasangan Mujiono dan Dra.
Rosmiyati M.M.
Pada tahun 1994, Penulis mengawali pendidikan
formal di TK Kartini Bandar Lampung, kemudian
pada tahun 1996-2002 di Sekolah Dasar Al-Kautsar Bandar
Lampung, lalu pada 2002-2005 penulis melanjutkan ke Sekolah
Menengah Pertama Negeri 4 Bandar Lampung dan melanjutkan ke
Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Bandar Lampung pada tahun
2005-2008. Tahun 2008, Penulis melanjutkan studi Strata 1 di Universitas
Lampung Fakultas Teknik Jurusan Teknik Geofisika melalui jalur
PKAB.
Pada tahun 2012 penulis juga melaksanakan Kerja Praktek (KP) di
viii
Sebuah karya kecilku…
Dengan segenap hati, kupersembahkan karya ini kepada :
Allah SWT,
Atas kehendak-Nya semua ini ada
Atas rahmat-Nya semua ini aku dapatkan
Atas kekuatan dari-Nya aku bias bertahan
Ibu dan ayah yang selalu sabar mendidikku, mendukung,
serta menyayangiku
Anakku yang menjadi sumber kekuatanku
keluargaku yang selalu menghibur dan menyemangatiku
Sahabat-sahabat yang selalu menemani dalam suka
ix
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi yang berjudul “Analisis Struktur dan Sistem Panas Bumi Sumani – Sumatra Barat Berdasarkan Pemodelan Data Anomali Gayaberat” dapat terselesaikan dengan baik sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Jurusan Teknik Geofisika Fakultas Teknik
Universitas Lampung.
Penulis sadari pengerjaan skripsi ini dapat berjalan dan selesai dengan baik adalah
berkat dukungan materil maupun moral dari berbagai pihak. Kebaikan dari
banyak pihak tersebut penulis sadari tidak dapat dibalas satu persatu. Untuk itu
pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Orang tua saya Almarhum Dra. Rosmiyati, M.M. dan Mujiono yang dengan
pantang menyerah selalu mendidik anaknya dengan sabar walaupun dengan
perjuangan dan kerja keras.
2. Bapak Bagus Sapto Mulyatno, M.T., selaku Ketua Jurusan dan orang tua saya
di kampus yang dengan sabar membimbing dan mengarahkan mahasiswanya
ini dan selalu membantu dalam banyak hal.
3. Bapak Prof. Drs. Suharno, S.Si., M.Sc., Ph.D., selaku Pembimbing Akademik
yang dengan sabar memberikan bimbingan dan arahan selama studi
berlangsung.
4. Bapak Dr. Muh. Sarkowi, S.Si., M.Si, selaku dosen Pembimbing Utama yang
telah bersedia meluangkan waktunya memberikan bimbingan akademik yang
x
5. Seluruh dosen, karyawan, dan staff Teknik Geofisika Universitas Lampung
atas semua ilmu pengetahuan dan bimbingan moral yang Penulis peroleh
selama perkuliahan.
6. Anak hebatku Rayka Sheehan, yang selalu dapat memberikan kekuatan dan
keceriaan disetiap waktu.
7. Kakakku BrigPol Akhmad Randy Setyawan, S.H., M.H., dan adik- adikku
Muhammad Irfan Kurniawan, Muhammad Aziz Ghoffar, dan Adinda
Rahmanda yang selalu mendukung apapun yang Penulis lakukan.
8. Tim Instrumentasi Rekayasa dan Kalibrasi Peralatan Geofisika, Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Pusat, yang rela direpotkan penulis
dalam berbagi ilmu, pengalaman serta nasihat-nasihat tentang hidup dan
dunia kerja.
9. Sahabat yang tiada henti bertanya “kapan wisuda??” dan memberi motivasi
Septiyana Geovani, atas segala waktu dan nasihat yang diberikan kepada
Penulis.
10. Rafika ndut dan Pak Bo untuk semua dukungan, semangat, dan
kalimat-kalimat yang mampu menenangkan dan menyenangkan.
11. Teman-teman Teknik Geofisika angkatan 2008, yang lulus duluan maupun
belakangan, untuk dukungan dan semua ucapan selamat.
12. Kakak tingkat Teknik Geofisika angkatan 2007 dan adik tingkat Teknik
Geofisika angkatan 2009, 2010, 2011, 2012, 2013, 2014 yang meramaikan
suasana kampus selama masa perkuliahan.
13. Sahabat-sahabat yang selalu direpotkan tapi selalu hadir Bagus, Alwi, Dwi,
Ayi hidup tidak berwarna tanpa kalian.
14. Ibu Kantin dan para staff-nya, yang dengan ikhlas memberikan tempat beserta
xi
15. Special Thanks to Rahmat (2008), Gamal Muhammad Rizka (2008), Ryan
Tanjung P (2009), Dian Trianto (2011), Halilintar Duta (2010), Ines Kusuma
(2010), yang membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
16. Semua orang yang meragukan penulis dapat menyelesaikan kuliah dan
skripsinya sehingga membuat penulis terpacu dan semakin bersemangat.
17. Dan kepada seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
Bandar Lampung, 15 Oktober 2015
Penulis
xiii
3.2.2 Percepatan Gravitasi (Hukum Newton II) ... 17
3.2.3 Potensial Gayaberat Distribusi Massa ... 18
3.3 Satuan Gayaberat ... 20
3.4 Anomali Bouguer ... 20
3.5 Second Vertical Derivative (SVD) ... 21
3.6 Pemodelan Struktur Bawah Permukaan ... 24
3.5.1 Forward Modelling ... 24
3.5.2 Inverse Modelling ... 24
IV. METODOLOGI PENELITIAN ... 25
5.4.1 Analisis Struktur Patahan Berdasarkan Peta SVD Gayaberat ... 33
5.4.2 Manifestasi Air Panas ... 36
5.4.3 Korelasi Struktur Geologi Dan Manifestasi Pada Model 3D ... 37
5.5 Model Sistem Panas Bumi ... 41
xiv
6.1 Simpulan ... 45
6.2 Saran ... 46
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Peta lokasi daerah penelitian ... 4
2. Peta Geologi daerah panas bumi Sumani Sumatera Barat ... 11
3. Jenis-jenis patahan pada satuan batuan ... 12
4. Skema sebuah sistem geothermal yang ideal ... 15
5. Gaya tarik menarik antara dua benda ... 16
6. Potensial massa tiga dimensi ... 19
7. Diagram penelitian ... 27
8. Peta topografi Sumani, Solok, Sumatra Barat ... 28
9. (A) Peta AB residual daerah Panas Bumi Sumani, (B) Peta AB residual daerah Panas Bumi Sumani hasil digitalisasi. ... 31
10.Peta SVD AB residual menggunakan filter Elkin (1951) ... 33
11.Peta SVD anomali Bouguer residual Sumani dan interpretasi patahan .. 34
12.Overlay peta kontur SVD residual dengan peta geologi Sumani ... 35
13.Peta SVD AB Residual dan sebaran manifestasi air panas Sumani ... 37
14.Pemodelan 3D peta AB residual ... 38
15.Slicing peta SVD AB residu panas bumi Sumani ... 39
16.Model 3D slice 1 AB residual panas bumi Sumani ... 40
17.Model 3D slice 2 AB residual panas bumi Sumani ... 40
18.Model 3D reservoir panas bumi Sumani ... 43
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Macam-macam koefisien filter SVD ... 23
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Posisi Indonesia terletak diantara pertemuan tiga lempeng besar, yaitu lempeng
Indo-australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik. Subduksi antar lempeng
benua dan samudra menghasilkan suatu proses peleburan magma dalam bentuk
partial melting. Proses tersebut berperan dalam pembentukan jalur gunung api
yang terkenal sebagai lingkaran api (ring of fire). Munculnya rentetan gunung api
Pasifik di sebagian wilayah Indonesia beserta aktivitas tektoniknya dijadikan
sebagai model konseptual pembentukan sistem panas bumi di Indonesia. Adanya
suatu sistem hydrothermal dibawah permukaan sering kali ditunjukan oleh adanya
manifestasi panas bumi di permukaan, seperti mata air panas, kubangan lumpur
panas, geyser, dan manifestasi panas bumi lainnya. Manifestasi juga muncul
didaerah Panas Bumi Sumani Kabupaten Solok, Sumatera Barat.
Untuk mengetahui struktur penyusun daerah penelitian dan juga mengetahui jenis
sistem panas bumi daerah tersebut, digunakanlah salah satu metode geofisika,
yaitu metode gayaberat.
Metode gayaberat sendiri merupakan salah satu metode geofisika yang digunakan
untuk mengetahui kondisi bawah permukaan bumi dengan cara mengukur variasi
2
Adanya suatu sumber yang berupa suatu massa di bawah permukaan akan
menyebabkan terjadinya gangguan medan gayaberat. Gangguan medan gayaberat
ini disebut sebagai anomali gayaberat. Ada tiga pemodelan yang dikenal dalam
metode gayaberat yaitu pemodelan dua dimensi (2D), dua setengah dimensi
(2,5D), dan tiga dimensi (3D).
Penelitian ini menggunalan pemodelan 2D untuk menentukan letak patahan pada
daerah penelitian dan pemodelan 3D untuk melihat geometri reservoir di daerah
penelitian yaitu daerah Panas Bumi Sumani.
Second Vertical Derivative (SVD) dilakukan untuk memunculkan efek dangkal
dari pengaruh regionalnya dan untuk menentukan batas-batas struktur yang ada di
daerah penelitian. Metode ini sangat bagus untuk mengetahui diskontinuitas dari
suatu struktur bawah permukaan, khususnya adanya patahan pada suatu daerah
survei.
1.2 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui struktur bawah permukaan berdasarkan anomali data gayaberat.
2. Mengidentifikasi patahan di daerah penelitian berdasarkan analisis Second
Vertical Derivative (SVD).
3. Memodelkan struktur bawah permukaan secara 3D berdasarkan pada
anomali Bouguer.
3 1.3 Batasan Masalah
Batasan dari penelitian ini, adalah:
1. Data yang di gunakan adalah data anomali Boguer dari hasil digitasi peta
anomali Bouguer daerah Panas Bumi Sumani, Sumatra Barat.
2. Data topografi diambil dari data DEM SRTM Indonesia area Sumatra Barat.
3. Analisa patahan SVD berdasarkan peta anomali Bouguer untuk melihat
4
BAB II
TIJAUAN PUSTAKA
2.1 Geologi
2.1.1 Daerah Penelitian
Daerah panas bumi Sumani secara administratif termasuk kedalam wilayah
Kabupaten Solok dan Kota Solok, Provinsi Sumatera Barat. Lokasi berada pada
koordinat 100o30’ 3”– 100o41’ 07” BT dan 0o 37’ 57” – 0o46’ 37” LS. Daerah Panas Bumi Sumani terletak di Timurlaut Kota Padang, Ibukota Provinsi
Sumatera Barat.
Gambar 1. Peta lokasi daerah penelitian (Google Earth, 2012).
5 2.1.2 Geomorfologi
Berdasarkan relief permukaan, kemiringan lereng, dan beda tinggi elevasinya,
daerah panas bumi Sumani secara umum dapat dibagi menjadi tiga satuan
morfologi (Tim Survei Terpadu, 2010) , yaitu :
Morfologi Perbukitan Vulkanik
Satuan geomorfologi ini menempati bagian Baratdaya dan Utara, meliputi
52% daerah penyelidikan. Satuan ini berbentuk perbukitan yang tersusun
dari hasil kegiatan vulkanik berupa lava dan piroklastik dengan kemiringan
lereng dari sedang sampai curam. Pola aliran sungai yang berkembang di
satuan ini adalah paralel dan sub-denditrik dengan elevasi berkisar antara
500-1000 m dpl.
Morfologi Perbukitan non-Vulkanik
Satuan geomorfologi ini menempati bagian Timur dan Baratlaut, meliputi
32% daerah penyelidikan. Satuan ini bebentuk perbukitan yang batuan
penyusunnya didominasi oleh batuan-batuan yang berumur pra-tersier
(granit, batu gamping dan metamorf) dan sebagian disusun oleh endapan
danau dengan kemiringan lereng dari sedang sampai curam. Sungai yang
berkembang disatuan ini adalah sub-denditrik dengan tingkat kerapatan
sungai sedang dan elevasi berada berkisar antara 500-1000 m dpl.
Morfologi Pedataran
Satuan ini menempati bagian tengah, meliputi 16% dari daerah
penyelidikan. Satuan ini terbentuk dari proses depersi akibat aktivitas sesar
besar Sumatera yang mengkibatkan terbentuknya danau Singkarak. Lembah sungai lebar yang berbentuk “U”, lereng sungai datar hingga landai, umumnya dijumpai bentuk aliran sungai maender, hal ini menunjukan
tahapan erosi pada stadium lanjut. Satuan ini tersusun oleh endapan danau
dan endapan sungai (alluvium) yang terdiri dari material lepas hasil
rombakan batuan di bagian hulu sungai dengan bentuk fragmen membundar
hingga membundar tanggung. Elevasi satuan ini berkisaran antara 400-500
6 2.1.3 Litologi dan Stratigrafi
Berdasarkan hasil penyelidikan di lapangan, jenis batuan didaerah survey dapat
dikelompokan ke 12 satuan batuan, yang terdiri dari dua satuan batuan malihan,
satu satuan sedimen, dua satuan batuan terobosan, enam satuan batuan vulkanik,
dan satu satuan endapan permukaan.
Urutan satuan batuan atau stratigrafi dari tua ke muda adalah satuan Meta
Batugamping (PKg), Metamorf (TRm), Intrusi Granit (TRig), Intrusi Andesit
(Tia), Vulkanik Tersier (Tvl), Endapan Danau (Qed), Lava Cubadak (QCl), Lava
Gajah Dubalang (QGl), Aluvium (Qal).
Satuan Meta Batugamping (PKg). Satuan ini merepakan satuan paling tua yang tersingkap di sebelah Barat-Baratlaut dengan luas sebaran 11% dari luas daerah
keseluruhan. Satuan batuan ini disusun oleh batu gamping yang telah termalihkan.
Secara megaskopis batugamping berwarna abu-abu kepitih-putihan, massif,
banyak terdapat urat-urat kalsit dean terkekarkan kuat. Batuan asal dari batuan
meta batugamping ini diperkirakan merupakan batugamping terumbu yang
tercirikan oleh masih ditemukannya bentuk-bentuk cangkang fosi ataupun koral.
Menurut kesebandingan dengan peta geologi regional, batuan ini merupakan
anggota batugamping formasi Kuatan yang berumur Perm-Karbon (Silitonga dan
Kastowo, 1995).
Satuan Metamorf (Trm) tersebar di sebelah Timur dengan luas sebaran 1% dari luas daerah keseluruhan. Satuan batuan ini terdiri dari batuan metamorf sejenis
batu sabak. Batu sabak secara megaskopis berwarna abu-abu kecoklatan, slaty
cleavage, dibentuk oleh mineral-mineral berupa kuarsa, feldspar, serisit,
berbentuk hipidioblastik granural, berukuran halus. Batuan ini tersingkap
setempat di bagian timur sesar besar Sumatera yang kemudian diterobos oleh
batuan granit yang umurnya lebih muda. Menurut kesebandingan dengan peta
geologi regional, batuan ini merupakan anggota dan serpih formasi Tuhur yang
berumur Trias (Silitonga dan Kastowo, 1995)
7
dengan dengan komposisi granit. Secara megaskopis granit berwarna putih
kehitaman, tekstur faneritik, disusun oleh mineral feldspar, biotit dan hornblende.
Menurut kesebandingan dengan peta geologi regional, batuan ini merupakan
granit yang berumur Trias (Silitonga dan Kastowo, 1995).
Satuan Intrusi Andesit (Tia) tersebar setempat pada bagian Timur Sesar Sumatera, dengan luas kurang 1% dari luar daerah keseluruhan. Satuan ini terdiri
dari batuan beku dengan komposisi andesit. Secara megaskopis andesit berwarna
abu-abu tua, tekstur afanitik, disusun oleh mineral plagiokas, biotit, piroksen dan
hornblende, terkekar kuat. Menurut kesebandingan dengan peta geologi regional
batuan ini merupakan andesit yang berumur Miosen Akhir (Silitonga dan
Kastowo, 1995).
Satuan Vukanik Tersier (Tvl) tersebar luas di sebelah Utara sampai Timurlaut, dengan luas sekitar 19% dari luas daerah keseluruhan. Satuan ini terdiri dari
breksi dan lava dengan komposisi andesitik-basaltik. Pengamatan megaskopis di
lapangan, breksi berwarna abu-abu kecoklatan-kehitaman, disusun oleh fragmen
batuan andesit, batu lempung, kuarsit, berukuran kerikil-kerakal bentuk butir
menyudut-menyudut tanggung, matriks tuf. Lava bewarna abu-abu kehitaman,
tekstur porfiritik-afanitik, disusun oleh mineral plagioklas, biotit, piroksen,
hornblende, terkekar kuat, terdapat sisipan tuf berwarna kecoklatan. Satuan batuan
ini merupakan batuan vulkanik yang telah mengalami transportasi sehingga tidak
diketahui sumbernya. Menurut hubungan relatif dengan satuan batuan lainnya,
satuan ini diperkirakan berumur Pliosen.
Satuan Endapan Danau (Qed) tersebar dibagian tengah dari Utara sampai Selatan dengan luas 10% dari luas daerah keseluruhan. Satuan ini terdiri dari
perseligan antara batulempung dengan batupasir dan konglomerat. Berdasarkan
kedudukan dalam stratigrafi serta sejarah tektonik daerah ini, satuan ini terbentuk
mengisi zona depresi akibat dari aktivitas tektonik sesar besar Sumatera dibagian
lainnya, satuan ini diperkirakan berumur Plistosen Awal.
8
komposisi andesitik-basaltik. Secara megaskopis lava berwarna abu-abu, tekstur
porfiritik-afanitik, disusun oleh mineral plagioklas, biotit, dan hornblende pada
massa dasar afanitik, terkekar. Satuan batuan ini merupakan lava produk Bukit
Tinjau Laut yang merupakan aktivitas vulkanik kuarter pertama yang berkembang
di daerah survey. Menurut hubungan relatif dengan satuan batuan lainnnya, satuan
batuan ini diperkirakan berumur Plistosen.
Satuan Aliran Piroklastik Tinjau Laut (QTap) tersebar luas dibagian Baratdaya sampai bagian tengah dan utara dengan luas 22% dari daerah
keseluruhan. Batuan berkomposisi tuf berukuran debu (ash)-lapili, komposisi
andesitic-dasitik, terdapat fragmen batuan obsidian dan pumice, stcky, setempat
tersingkap batuan breksi. Secara megaskopis tuf nampak berwarna kuning-putih
kecoklatan, disusun oleh gelas-gelas vulkanik dan kuarsa, terpilah sedang, kemas
tertutup. Breksi berwarna abu-abu, disusun oleh fragmen batuan andesitik-dasitik,
berukuran kerakal-bongkah, bentuk butir menyudut-menyudut tanggung, matriks
tuf. Satuan ini merupakan produk letusan dari Bukit Tinjau Laut yang menyebar
berarah Baratdaya-Timurlaut. Menurut hubungan relatif dengan satuan batuan
lainnya, satuan ini diperkirakan berumur Plistosen menutupi satuan batuan lain
dibawahnya.
Satuan Endapan Freatik (Qef) tersebar dibagian Barat dan Selatan dengan luas sebaran sekitar 3% dari luas derah keseluruhan. Satuan ini terdiri dari batuan
piroklastik berukuran ash sampai lapili dengan fragmen-fragmen batuan
andesit-basaltik yang merupakan bagian dari tubuh vulkanik yang sudah terbentuk
sebelumnya. Letusan freatik ini terjadi akibat adanya fluida hidrotermal yang
terakumulasi dibawah permukaan yang memiliki tekanan yang lebih besar
daripada tekanan beban yang sudah terbentuk sebelumnya dan memiliki kontak
langsung dengan fluida hidrotermal tersebut, tidak berasal dari magma. Menurut
hubungan relatif dengan satuan lainnya, satuan ini diperkirakan berumur Plistosen
menutupi satuan batuan lain yang lebih tua.
Satuan Lava Gajah Dubalang (QGl) tersebar dibagian Barat dengan luas sekitar 1% dari luas daerah keseluruhan. Satuan ini terdiri lava dengan komposisi
9
porfiritik, disusun oleh mineral plagioklas, hornblende, dan biotit pada massa
dasar afanitik. Satuan batuan ini merupakan lava produk bukit Gajah Dubalang
yang membentuk bentuk morfologi kerucut bukit Gajah Dubalang. Menurut
hubungan relatif dengan satuan batuan lainnya, satuan ini diperkirakan berumur
Plistosen.
Satuan Lava Cubadak (QCl) tersingkap setempat dibagian Barat dengan luas sebaran kurang dari 1% dari luas daerah survey. Satuan ini terdiri dari lava dengan
komposisi andesit-dasitik. Secara megaskopis lava berwarna abu-abu
keputih-putihan, tekstur porfiritik, disusun oleh mineral plagioklas, hornblende, dan biotit
pada massa dasar afanitik. Satuan batuan ini merupakan lava prosuk bukit
Cubadak yang membentuk bentuk morfologi kerucut bukit Cubadak yang
diperkirakan merupakan produk vulkanik termuda yang terbentuk didaerah
survey. Dari hasil pentarikan (dating) menggunakan metode jejak belah (fission
track) menunjukan bahwa umur satuan ini adalah Pliosen.
Aluvium (Qa) merupakan endapan bentuk sekunder hasil rombakan batuan di permukaan yang telah terbentuk sebelumnya. Endapan terdiri dari material lepas
berupa lempung, pasir, bongkahan andesit, basalt, granit, dan batugamping.
Penyebaran di bagian tengah daerah survey sepanjang zona depresi pada tepian
sungai Batang Solok yang secara keseluruhan menempati areal sekitar 7% dari
luas daerah survey. Proses pengendapan material-material tersebut masih
berlangsung sampai sekarang (Tim Survei Terpadu, 2010).
2.2 Sruktur Geologi
Suatu sistem panas bumi sangat berkaitan dengan retakan ataupun rekahan yang
merupakan jalan bagi fluida panas bumi untuk bergerak ke permukaan. Retakan
atau rekahan ini bisa berupa struktur-struktur geologi yang berasosiasi dengan
kelurusan pada foto udara.
Struktur geologi didominasi oleh struktur-struktur sesar berarah relatif
10
Baratdaya-Timurlaut. Struktur sesar ini diperkirakan yang memfasilitasi keluarnya
sejumlah mata air panas dilokasi survei.
Berdasarkan hasil penyelidikan di lapangan, analisis peta DEM, peta topografi,
serta gejala-gejala struktur di permukaan seperti pemunculan air panas, kelurusan
lembah dan punggungan, kekar-kekar, bidang sesar dan zona hancuran batuan,
maka di daerah survei teramati beberapa struktur (Tim Survei Terpadu, 2010)
yaitu:
1) Rim kaldera dan rim kawah
Terdapat tiga buah rim kaldera dan delapan buah rim kawah yang terbentuk,
yaitu tiga rim kaldera dan satu rim kawah akibat erupsi bukit Tinjau Laut,
dan tujuh rim kawah akibat erupsi freatik. Rim kaldera pada umunya
membuka kearah Timurlaut searah dengan pola umum erupsi.
2) Struktur sesar Baratlaut-Tenggara
Struktur sesar berarah Baratlaut-Tenggara ini merupakan zona dari sesar
besar Sumatera yang secara regional berjenis sesar mendatar dextral,
sedangkan di daerah survei berjenis sesar obelique. Sesar ini mempunyai
pola sesar menangga yang membentuk zona depresi dibagian tengah daerah
survei.
3) Sturktur sesar berarah Baratdaya-Timurlaut
Struktur sesar bearah Baratdaya-Timurlaut ini merupakan struktur sekunder
yang terbentuk setelah struktur berarah Baratlaut-Tenggara terbentuk
sehingga mengakibatkan pergeseran pada batuan dan struktur yang sudah
terbentuk sebelumnya. Manifestasi panas bumi yang muncul di daerah
survey pada umumnya berda di zona perpotongan antara sesar berarah
11
12 2.3 Struktur Patahan
Patahan (fault) adalah rekahan pada massa batuan yang telah memperlihatkan
gejala pergeseran pada kedua belah sisi bidang rekahan. Struktur patahan
terbentuk apabila tekanan cukup kuat sehingga tidak dapat dinetralisasi oleh sifat
plastis batuan. Dalam klasifikasi patahan dipergunakan pergeseran relatif, karena
tidak tahu blok mana yang bergerak; satu sisi patahan bergerak ke arah tertentu
relatif terhadap sisi lainnya. Pergeseran salah satu sisi melalui bidang patahan
membuat salah satu blok relatif naik atau turun terhadap lainnya (Simpson, 1968).
Terdapat dua unsur pada patahan, yaitu hanging wall (atap patahan) dan foot wall
(alas patahan). Bidang patahan terbentuk akibat adanya rekahan yang mengalami
pergeseran. Berdasar kinematikanya, secara garis besar dibedakan menjadi
patahan turun, patahan naik, dan patahan geser. Patahan yang dimaksud adalah
pergeseran yang disebabkan oleh gaya tektonik.
Gambar 3. Jenis-jenis patahan pada satuan batuan (Simpson, 1968). Berdasarkan arah gerakan batuan di sepanjang bidang patahan dikenal lima
tipe-tipe patahan, yaitu normal fault, reversa fault, strike-slip fault, obligue-slip fault,
13 Normal Faul
Normal Fault adalah patahan yang arah gerak blok batuannya mengikuti arah
gaya berat, yaitu ke bawah sepanjang bidang patahan.
Revers Fault
Reversa Fault adalah Patahan yang arah gerak blok batuannya berlawanan
dengan arah gerak normal fault, yaitu mengarah ke atas.
Strike-slip Fault
Strike-slip Fault adalah patahan yang arah gerak blok batuannya mendatar
sepanjang bidang patahan.
Obligue-slip Fault
Obligue-Slip Fault adalah Patahan yang arah gerak blok batuannya saling
menjauhi dalam arah mendatar atau arah lain sehingga membentuk jurang
yang lebar.
Rotation Fault
Rotational Fault adalah patahan yang arah gerak blok batuannya memutar
bidang patahan.
2.4 Sistem Panas Bumi
Energi panas bumi merupakan energi yang tersimpan dalam bentuk air panas atau
uap pada kondisi geologi tertentu pada kedalaman beberapa kilometer di dalam
kerak bumi. Daerah panas bumi (geothermal area) atau medan panas bumi
(geothermal field) adalah daerah di permukaan bumi dalam batas tertentu dimana
terdapat energi panas bumi dalam suatu kondisi hidrologi batuan tertentu.
Sedangkan sistem panas bumi adalah terminologi yang digunakan untuk berbagai
hal tentang sistem air dan batuan dalam temperatur tinggi di laboratorium atau
lapangan (Santoso, 2004).
Komponen utama pembentuk suatu sistem panas bumi (Dwikorianto, 2006)
14 1. Sumber Panas (Heat Source)
Gunung api merupakan sumber panas potensial dari suatu sistem panas bumi,
sehingga daerah yang berada di jalur gunung api akan berpotensi besar
memiliki sistem panasbumi temperatur tinggi. Itulah sebabnya Indonesia yang
terletak pada jalur cincin api (ring of fire) diklaim memiliki potensi panas
bumi atau geothermal terbesar di dunia.
2. Batuan Reservoir (Permeable Rock)
Reservoir panas bumi adalah formasi batuan dibawah permukaan yang
mampu menyimpan dan mengalirkan fluida thermal (uap dan atau air panas).
Reservoir lazimnya merupakan batuan yang memiliki porositas dan
permeabilitas yang baik. Porositas berfungsi menyimpan fluida termal
sedangkan permeabilitas berperan dalam mengalirkan fluida termal. Harus
diketahui disini bahwa permeabilitas setiap batuan berbeda-beda.
3. Batuan Penudung (Cap Rock)
Lapisan batuan di bagian atas dari reservoir dinamakan batuan penudung (cap
rock) yang bersifat impermeabel atau teramat sulit ditembus oleh fluida.
Lapisan penudung ini biasanya berupa batuan lempung karena batuan
lempung ini mampu mengikat air, tetapi sulit untuk meloloskanya (swelling).
4. Aliran Fluida (Fluida Circulation)
Daerah resapan merupakan daerah dimana arah aliran air tanah di tempat
tersebut bergerak menjauhi muka tanah sehingga dengan kata lain, air tanah
di daerah resapan bergerak menuju ke bawah permukaan bumi.
5. Manifestasi Air Panas
15
Gambar 4. Skema sebuah sistem geothermal yang ideal (Dickson, 2004).
Eksplorasi panas bumi di daerah Sumani menggunakan metoda gaya berat untuk
mengetahui keadaan bawah permukaan, melihat nilai densitas yang kemudian
dapat dijadikan acuan untuk mencari reservoir dari manifestasi mata air panas
yang tersebar di daerah penelitian. Daerah eksplorasi melingkupi area seluas
22x23 km2 dengan pola sebaran titik pengukuran sebanyak 262 titik, sebagian
16
BAB III
TEORI DASAR
3.1 Metode Gayaberat
Metode gayaberat adalah metode dalam geofisika yang dilakukan untuk
menyelidiki keadaan bawah permukaan berdasarkan perbedaan rapat massa
cebakan mineral dari daerah sekeliling (ρ = gram/cm3). Metode ini adalah metode
geofisika yang sensitif terhadap perubahan vertikal, oleh karena itu metode ini
disukai untuk mempelajari kontak intrusi, batuan dasar, struktur geologi, endapan
sungai purba, lubang di dalam masa batuan, shaff terpendam dan lain-lain.
Eksplorasi biasanya dilakukan dalam bentuk kisi atau lintasan penampang.
Perpisahan anomali akibat rapat massa dari kedalaman berbeda dilakukan dengan
menggunakan filter matematis atau filter geofisika. Di pasaran sekarang didapat
alat gravimeter dengan ketelitian sangat tinggi (mGall), dengan demikian anomali
kecil dapat dianalisa. Hanya saja metode pengukuran data, harus dilakukan
dengan sangat teliti untuk mendapatkan hasil yang akurat (Sarkowi, 2009).
3.2 Konsep Dasar Gayaberat
3.2.1 Gaya Gravitasi (Hukum Newton I)
17
Teori yang paling mendasar dalam metode gayaberat adalah hukum Newton
tentang gaya tarik menarik antara benda dengan masa tertentu.
Kedua benda tertentu yang dipisahkan oleh jarak tertentu akan memiliki gaya tarik
menarik yang besarnya dinyatakan oleh persamaan berikut:
⃑⃑ ̂ (1.1)
Dimana :
: gaya tarik menarik (N)
: konstanta Gravitasi Universal (6,67 x 10-11 m3 kg s-2)
m1 , m2 : massa benda 1 dan massa benda 2 (kg)
R : jarak antara dua buah benda (m)
̂ : vector satuan (m)
3.2.2 Percepatan Gravitasi (Hukum Newton II)
Newton juga mendefinisikan hubungan antara gaya dan percepatan. Hukum II
Newton tentang gerak menyatakan gaya sebanding dengan perkalian massa benda
dengan percepatan yang dialami benda tersebut.
(2)
Dimana adalah percepatan yang indentik dengan percepatan gravitasi g,
sehingga persamaan (3.1) dapat ditulis :
⃑⃑ ̂ (3)
Besarnya medan gayaberat di titik m2 akibat massa titik m1 yang berjarak r adalah:
18
Terlihat bahwa besarnya gayaberat g berbanding lurus dengan massa m, yaitu
perkalian antara densitas dengan volume benda, sehingga besarnya gayaberat
terukur merupakan pencerminan dari densitas dan volume massa tersebut.
3.2.3 Potensial Gayaberat Distribusi Massa
Potensial gayaberat adalah energi yang diperlukan untuk memindahkan suatu
massa dari suatu titik ke titik tertentu. Suatu benda dengan massa tertentu dalam
sistem ruang akan menimbulkan medan potensial di sekitarnya. Dimana medan
potensial bersifat konservatif, artinya usaha yang dilakukan dalam suatu medan
gravitasi tidak tergantung pada lintasan yang ditempuhnya tetapi hanya tergantung
pada posisi awal dan akhir (Rosid, 2005).
Gayaberat merupakan sebuah vektor yang arahnya sepanjang garis yang
menghubungkan pusat dari dua buah massa. Gaya ini menimbulkan suatu medan
yang konservatif yang dapat diturunkan dari suatu potensial skalar dengan
hubungan sebagai berikut.
(5)
Persamaan diatas mengikuti konvensi oleh Kellog tahun 1953, yang menyatakan
potensial gayaberat ialah usaha yang dilakukan oleh medan gayaberat pada
partikel uji dan negatif dari energi potensial partikel. Beberapa buku menetapkan
potensial gayaberat sebagai usaha yang dilakukan partikel uji, sehingga dalam
persamaan (5) ditulis:
(6)
Fungsi U pada persamaan di atas disebut potensial gravitasi, sedangkan
percepatan gravitasi g merupakan medan potensial. Tanda minus menandakan
bahwa arah gayaberat menuju ke titik yang dituju.
Dengan mengasumsikan bumi dengan massa M bersifat homogen dan berbentuk
bola dengan jari-jari R, potensial gravitasi di permukaan dapat didefinisikan
19
̅ ̅ ̅ (7)
̅ ∫ ∫ (8)
∫ (9)
Gambar 6. Potensial massa tiga dimensi (Telford dkk., 1990)
Berdasarkan persamaan (9), potensial yang disebabkan oleh elemen massa dm
pada titik (x, y, z) dengan jarak r dari P(0, 0, 0) adalah:
(10)
Dimana:
(x,y,z) adalah densitas
r2 = x2 + y2 + z2.
Potensial total dari massa adalah:
20
karena g adalah percepatan gravitasi pada sumbu z (arah vertikal) dan dengan
asumsi konstan, maka:
∫ ∫ ∫ (12)
3.2.4 Satuan Gayaberat
Satuan gayaberat g yang menyatakan percepatan gravitasi dalam sistem MKS
adalah m/s2 dan dalam sistem CGS adalah cm/s2.. Pengukuran percepatan gravitasi
pertama kali dilakukan oleh Galileo.
Untuk menghormati Galileo, kemudian didefinisikan :
1 Gall = 1 cm/s2 = 10-2 m/s2 (dalam CGS)
Satuan anomali gayaberat dalam kegiatan eksplorasi diberikan dalam orde miligall
(mGall):
1 mGall = 10-3 Gall
1 μGall = 10-3
mGall = 10-6 Gall = 10-8 m/s2
Dalam satuan MKS, gravitasi diukur dalam g.u.(gravity unit) atau μm/s2
(Octonovrilna, 2009):
1 mGall = 10 g.u. = 10-5 m/s2
3.3 Anomali Bouguer
Anomali Bouguer (dinamai oleh Pierre Bouguer) pada metode gayaberat
disebabkan oleh benda anomali baik yang berada dekat dengan permukaan
maupun yang jauh dari permukaan bumi. Karena tujuan eksplorasi geofisika pada
umumnya untuk mempelajari struktur yang dekat permukaan (cekungan
21
berbagai usaha telah dilakukan untuk memisahkan efek residual dari efek
regional.
Anomali Bouguer merupakan selisih antara harga gravitasi pengamatan ( )
dengan harga gravitasi teoritis ( ) yang didefinisikan pada titik pengamatan
bukan pada bidang referensi, baik elipsoid maupun muka laut rata-rata. Selisih
tersebut merefleksikan variasi rapat massa yang terdapat pada suatu daerah
dengan daerah sekelilingnya ke arah lateral maupun ke arah vertikal.
Anomali Bouguer dapat bernilai positif ataupun negatif. Nilai anomali positif
mengindikasikan adanya kontras densitas yang besar pada lapisan bawah
permukaan biasanya ditemukan pada survey di dasar samudera. Anomali negatif
menggambarkan perbedaan densitas yang kecil dan pada umumnya didapat pada
saat survei gayaberat di darat.
Setelah dilakukan koreksi terhadap data percepatan gayaberat hasil pengukuran
maka akan diperoleh persamaan anomali percepatan gayaberat (Blakely, 1995),
yaitu:
1. Anomali Bouguer Sederhana ( )
(13)
2. Anomali Bouguer Lengkap (Δgbg)
(14)
3.4 Second Vertical Derivative (SVD)
Second vertical derivarive (SVD) dilakukan untuk memunculkan efek dangkal
dari pengaruh regionalnya dan untuk menentukan batas-batas struktur yang ada di
daerah penelitian. Sehingga filter ini dapat menyelesaikan anomali residual yang
tidak mampu dipisahkan dengan metode pemisahan regional-residual yang ada.
Metode second vertical derivative bersifat high pass filter , sehingga dapat
22
dapat digunakan untuk mengidentifikasi jenis patahan. Metode SVD dapat
digunakan untuk membantu interpretasi jenis struktur terhadap data anomali
Bouguer yang diakibatkan oleh adanya struktur patahan turun atau patahan naik
(Sarkowi, 2011).
Medan potensial U dengan sumber tidak berada didalamnya akan memenuhi
persamaan Laplace’s sesuai dengan persamaan (Telford dkk., 1976):
(15)
Untuk metode gayaberat, persamaannya sesuai dengan persamaan berikut:
(16)
Untuk SVD persamaannya sesuai dengan persamaan (Telford dkk., 1976):
Dari persamaan 17 dapat diketahui bahwa second vertical derivative dari suatu
anomali gayaberat permukaan adalah sama dengan negatif dari derivative orde
dua horizontalnya, artinya bahwa anomali second vertical derivative dapat melalui
derivative orde dua horizontalnya yang lebih praktis di kerjakan.
Untuk data anomali gayaberat dalam grid teratur, anomali Second Vertical
Derivative (SVD) dapat diturunkan melalui proses filtering, dimana persamaan
konvolusinya diberikan oleh persamaan:
∫ ∫ (19)
dimana F adalah filter Second Vertical Derivative (SVD) sesuai persamaan (18)
dan adalah anomali gayaberat sebagai data input.
Tedapat beberapa operator filter SVD, yang dihitung oleh Henderson dan Zeits
(1949)m, Elkins (1951), dan Rosenbach (1952). Dalam penelitian ini, penulis
23
derivative (SVD) dengan berbagai macam operator filter 2-D di tunjukan pada
tabel 1.
Tabel 1. Macam-macam koefisien filter SVD (Sarkowi, 2011)
Sedangkan kriteria untuk menentukan jenis struktur patahan adalah sebagai
berikut (Reynolds, 1997) :
1. Untuk patahan turun berlaku:
|
| (20)
2. Untuk patahan naik berlaku:
|
24
3.5 Pemodelan Struktur Bawah Permukaan
Untuk mendapatkan pola struktur bawah permukaan dari data gayaberat, maka
anomali Bouguer hasil pengukuran dan perhitungan harus dilakukan pemodelan
baik dengan metode forward modeling atau inversion modeling dehingga akan
diketahui distribusi densitas dan struktur di daerah penelitian. Selanjutnya
berdasarkan distribusi densitas tersebut dilakukan interpretasi dengan
menggabungkan data-data geologi yang ada didaerah tersebut sehingga akan
diperoleh struktur bawah permukaan di daerah tersebut.
3.5.1 Forward Modelling
Pemodelan ke depan adalah suatu proses perhitungan data yang secara teoritis
akan teramati di permukaan bumi jika diketahui harga parameter model bawah
permukaan tertentu Dalam pemodelan dicari suatu model yang cocok atau fit
dengan data lapangan, sehingga model tersebut dianggap mewakili kondisi bawah
permukaan di daerah pengukuran (Grandis, 2009).
Seringkali istilah forward modelling digunakan untuk proses trial and error. Trial
and error adalah proses coba-coba atau tebakan untuk memperoleh kesesuaian
antara data teoritis dengan data lapangan. Diharapkan dari proses trial and error
ini diperoleh model yang cocok responnya dengan data (Grandis, 2009).
3.5.2 Inverse Modelling
Inverse Modelling adalah pemodelan berkebalikan dengan pemodelan ke depan.
Pemodelan inversi berjalan dengan cara suatu model dihasilkan langsung dari
data. Pemodelan jenis ini sering disebut data fitting atau pencocokan data karena
proses di dalamnya dicari parameter model yang menghasilkan respon yang cocok
dengan data pengamatan. Diharapkan untuk respon model dan data pengamatan
memiliki keseuaian yang tinggi, dan ini akan menghasilkan model yang optimum
25
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2015 di
laboraturium Pemodelan dan Pengolahan Data Geofisika, Jurusan Teknik
Geofisika, Fakultas Teknik, Universitas Lampung, Lampung.
4.2Alat dan Bahan
Ada pun alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini :
1. Peta anomali Bouger Panas Bumi Sumani, Solok, Sumatra Barat
2. Laptop/PC
26 4.3 Prosedur Penelitian
4.3.1 Digitalisasi Peta
Digitalisasi peta digunakan untuk menggambarkan ulang peta yang berupa
gambar menjadi peta baru dalam bentuk digital dengan menggunakan program
Surfer 10. Setelah dilakukannya inisialisasi dengan menggunakan Global Mapper,
sehingga peta memiliki koordinat yang cocok dengan koordinat aslinya, kemudian
dilakukan proses identifikasi pola kontur dan merekontruksi kontur tersebut untuk
membuat ulang peta daerah penelitian. Digitize semua kontur yang memiliki
ketinggian yang sama, dan simpan data.
4.3.2 Menentukan Letak Patahan
Dalam menentukan letak patahan pada daerah penelitian, peneliti menggunakan
metode Second Vertical derivative (SVD), dengan berdasarkan teori filter SVD
Elkins dengan menggunakan software Surfer.
4.3.4 Inversi 3D
Pemodelan 3D dibuat dengan menggunakan Software Grav3D, dengan
memasukan nilai anomali dan nilai topografi daerah penelitian yang didapat
melalui DEM SRTM Indonesia, serta divalidasi dengan menggunakan data geologi
45
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari hasil pengolahan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. AB Residual daerah penelitian memiliki nilai anomali sebesar -8 mGal
sampai dengan 9 mGal. Anomali rendah berada pada bagian tengah berarah
NW-SE, dangkan anomali tinggi berada di daerah SW sengan arah SW-NE.
2. Patahan pada peta SVD anomali Bouguer residual dengan peta geologi
daerah Sumani, memiliki arah dan letak yang berdekatan. Perbedaan letak
patahan-patahan tersebut disebabkan karena perbedaan spasi dan ketelitian
titik pengukuran.
3. Nilai kontras densitas daerah penelitian berkisar dari 1,87 gr/cc sampai
dengan 3,74 gr/cc.
4. Daerah prospek panas bumi berada dibagian tengah daerah penelitian
dengan nilai densitas rendah antara 1,49 gr/cc sampai dengan 1,85 gr/cc
yang merupakan reservoir panas bumi, terletak pada 800 meter diatas mean
sea level sampai dengan 1000 meter dibawah mean sea level.
5. Struktur sesar yang berkembang di wilayah ini umumnya mengikuti arah
sesar Sumatera yaitu Baratlaut-Tenggara dan ada pula struktur sesar berarah
Baratdaya-Timurlaut yang merupakan struktur sekunder yang terbentuk
46 6.2 Saran
Dari hasil pengolahan data disarankan adanya perluasan daerah pengukuran di
bagian baratdaya, karena adanya indikasi reservoir yang lebih besar dan terlihat
daerah dengan densitas tinggi yang mungkin merupakan sumber panas dari sistem
DAFTAR PUSTAKA
Blakley, RJ., 1995, Potential Theory in Gravity and Magnetic Applications,
Cambridge University Press, Cambridge
Dickson, Mary H., dan Mario, Fanelli., 2004, What is Geothermal Energy?,
www.iga.igg.cnr.it, diakses pada 26 September 2014.
Dwikorianto, Tavip., dan Ciptadi., 2006, Exsplorasi, Exsploitasi &
Pengembangan Panasbumi di Indonesia, Seminar Nasional HM Teknik
Geologi UNDIP 2006, Semarang.
Elkins, T.A., 1951, The Second Derivative Method of Gravity Interpretation,
Geophysics, v.23, h.97-127.
Grandis, H., 2009, Pengantar Pemodelan Inversi Geofisika, HAGI, Jakarta.
Kasbani. 2010. Tipe Sistem Panasbumi di Indonesia dan Estimasi Energinya.
Kelompok Program Penelitian Panas Bumi – Badan Geologi.
Octonovrilya, Litanya dkk. 2009. Analisa Perbandingan Anomaly Gravitasi
dengan persebaran intrusi air asin (Studi kasus Jakarta 2006-2007). Jurnal
Meteorologi dan Geofisika Vol.10 No.1 : AMG
P. H. Silitonga dan Kaswanto, 1995, Geologi Lembar Solok, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi.
Ramsay, J.G., and Huber, M., 1987. The Techniques of Modern Structural
Reynolds, J.M., 1997. An Introduction to Applied and Environtmental
Geophysics. John Wiley and Sons Inc., England.
Rosid, Syamsu., 2005, Gravity Method in Exploration Geophysics, Universitas
Indonesia, Depok.
Santoso, Djoko., 2004, Catatan Kuliah ”Eksplorasi Energi Geothermal”, ITB,
Bandung.
Sarkowi, Muh. 2009. Modul Praktikum Metode Gaya Berat. Bandar Lampung :
FMIPA Universitas Lampung.
Sarkowi, Muh., 2011, Diktat Kuliah: Metode Eksplorasi Gayaberat, Universitas
Lampung, Bandar Lampung.
Simpson, J. F., 1968, Solar Activity As a Triggering Mechanism For Earthquakes.
Earth and Planetary Science Letters, 3, h. 417-425Grant, F.S., dan West,
G.F., 1965, Interpretation Theory in Applied Geophysics, Mc Graw Hill,
New York.
Supriyanto. 2007. Analisis Data Geofisika : Memahami teori Inversi. Department
Fisika FMIPA UI : Depok.
Telford, W.M., Goldrat, L.P., dan Sheriff, R.P., 1976, Applied Geophysics 1nd ed,
Cambridge University Pres, Cambridge.Tim Survei Terpadu, 2011,
‘Laporan Survei Geologi dan Geokimia Daerah Panas Bumi Sumani,
Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat , Pusat Sumber Daya Geologi,
Badan Geologi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia.
(Unpubl. Report)
Telford, W.M., Goldrat, L.P., dan Sheriff, R.P., 1990, Applied Geophysics 2nd ed,
Cambridge University Pres, Cambridge.
Tim Survei Terpadu, 2010, Penyelidikan Terpadu Geologi dan Geokimia Daerah
Panas Bumi Sumani Kab Solok-Sumatera Barat. Pusat Sumber Daya