• Tidak ada hasil yang ditemukan

REPONG DAMAR BAGI MASYARAKAT PESISIR DI KECAMATAN KARYA PENGGAWA KABUPATEN PESISIR BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "REPONG DAMAR BAGI MASYARAKAT PESISIR DI KECAMATAN KARYA PENGGAWA KABUPATEN PESISIR BARAT"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

REPONG DAMAR BAGI MASYARAKAT PESISIR ditanami berbagai jenis tanaman dan buah-buahan. Repong merupakan hasil akhir dari pengolahan lahan tanaman padi, buah-buahan dan sayur-sayuran. Orang Krui mulai menamakan lahan pertaniannya menjadi repong apabila sudah terpenuhi unsur keragaman jenis tanaman keras (perennial crops) yang tumbuh diatasnya; misalnya damar, duku, durian, petai, jengkol, melinjo, nangka, dan lain sebagainya. Tanaman di repong tidak memerlukan perawatan intensif seperti halnya tanaman kebun. Pada waktunya tanaman damar mendominasi tegakan di repong maka muncullah istilah sebutan repong damar.

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah fungsi repong damar pada masyarakat pesisir di Kecamatan Karya Penggawa Kabupaten Pesisir Barat. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui fungsi repong damar pada Masyarakat Pesisir di Kecamatan Karya Penggawa Kabupaten Pesisir Barat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode fungsional. Variabel yang digunakan merupakan variabel tunggal, sedangkan teknik analisis data yang digunakan teknik data kualitatif dan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi partisipan, wawancara, dokumentasi dan studi pustaka.

Secara garis besar berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian penulis di lapangan maka penulis mengambil kesimpulan bahwa fungsi repong damar ada dua, yakni dari segi produksi (ekonomi) dan ekologi (konservasi). Dari segi produksi (ekonomi) tidak terlepas dari peranan masyarakat memanfaatkan repong damar baik dari getah (resin) sebagai tanaman utama, tanaman buah-buahan dan sayuran yang ditanam maupun dibiarkan tumbuh dengan sendirinya. Sehingga menjadikan repong damar sebagai sumber kehidupan dan ekonomi inti masyarakat Krui. Melihat dari segi ekologi (konservasi) menunjukan bahwa repong damar merupakan sebuah ekosistem biotik yang saling bergantung satu sama lain. Melihat pada kondisi daerah yang berbukit memungkinkan tanaman damar menjadi penahan erosi akibat banjir. Beragam dan bervariasinya tanaman hijua dan lebat, menjamin ketersediaan udara yang bersih dan ketersediaan sumber air alami dikarenakan masih berfungsinya daerah resapan. Hal-hal inilah yang menjadikan fungsi repong damar memberikan dampak positif bagi masyarakat Kecamatan Karya Penggawa.

(2)
(3)

REPONG DAMAR BAGI MASYARAKAT PESISIR DI KECAMATAN KARYA PENGGAWA

KABUPATEN PESISIR BARAT

(Skripsi)

Oleh Edi Makmur

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

DAFTAR ISI

C. Tujuan, Kegunaan. Dan Ruang Lingkup Penelitian ... 6

1. Tujuan Penelitian ... 6

2. Kegunaan Penelitian... 7

3. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Tinjauan Pustaka ... 8

1. Repong ... 8

1.1. Proses Pembentukan Repong ... 9

(5)

B. Variabel Penelitian ... 22

C. Teknik Pengumpulan Data ... 22

1. Teknik Observasi Partisipan ... 22

2. Teknik Wawancara ... 23

2.1. Informan ... 24

3. Teknik Dokumentasi... 25

4. Studi Kepustakaan ... 26

D Teknik Analisis Data ... 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.HASIL 1. Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 29

1.1. Deskripsi Kabupaten Pesisir Barat ... 29

1.2. Sejarah Terbentuknya Kecamatan Karya Penggawa ... 32

1.3. Deskripsi Kecamatan Karya Penggawa ... 34

1.4. Kondisi Umum Kecamatan Karya Penggawa ... 36

1.4.1 Keadaan Penduduk Berdasarkan Jumlah dan Menurut Jenis Kelamin ... 37

1.4.2. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Agama ... 38

1.4.3. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan... 39

1.4.4. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Mata Pencaharian ... 40

1.4.5. Keadaan Sosial Budaya Masyarakat ... 42

1.5. Sistem Kekerabatan Lampung Saibatin ... 43

1.6. Struktur Masyarakat Adat Saibatin ... 45

2. Repong Damar Dalam Sudut Pandang Masyarakat Lokal ... 46

2.1. Tahapan Repong Damar ... 47

2.2. Pola Peanaman Repong Damar ... 49

2.3. Repong Damar Dari Segi Produksi...51

2.4. Getah (Resin) Damar ... 56

3. Pelestarian Repong Damar ... 58

B. PEMBAHASAN A. Kegiatan Produksi (Ekonomi) ... 59

(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Rencana Judul Penelitian Kaji Tindak/Skripsi... 74

2. Izin Penelitian... 76

3. Balasan Izin Penelitian…... 77

4. Pedoman Wawancara………... 78

5. Gambaran Umum Hasil Wawancara... 74

6. Dokumen Hasil Wawancara... 100

(7)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Banyaknya Jumlah Desa, Penduduk dan Rata-rata Kepadatannya di

Kabupaten Pesisir...32

Table 2. Letak Topografi Pekon di Kecamatan Karya Penggawa...35

Table 3. Kecamatan Karya Penggawa Menurut Luas wilayah/Km2...36

Table 4. Keadaan penduduk menurut jumlah penduduk Kecamatan Karya Penggawa Kabupaten Pesisir Barat...37

Table 5. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan Karya Penggawa Kabupaten Pesisir Barat...37

Table 6. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Agama di Kecamatan Karya Penggawa Kabupaten Pesisir Barat...38

Table 7. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Kecamatan Karya Penggawa Kabupaten Pesisir Barat...40

Table 8. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Mata Pencaharian di Kecamatan Karya Penggawa Kabupaten Pesisir Barat...41

Table 9. Keadaan Sarana Ibadah di Kecamatan Karya Penggawa Kabupaten Pesisir Barat………...43

Table 10. Tanaman Keras Yang Di Tanam Di Area Repong Damar...52

Table 11. Jenis Tanaman Lain Yang Tumbuh Di Area Repong Damar...53

Table 12.Tanaman Keras Penghasil Buah Di Area Repong Damar...54

Table 13.Tanaman Sebagai Sumber Lauk/Gulai Di Area Repong Damar...55

Table 14. Urutan Kualitas Berdasarkan Warna...56

Table 15. Daftar Harga Damar (Bulan Mei 2014)...56

Table 16. Tanaman Sebagai Sumber Lauk/Gulai Di Area Repong Damar...60

Table 17. Tanaman Keras Penghasil Buah Di Area Repong Damar...61

Table 18. Urutan Kualitas Berdasarkan Warna...63

Table 19. Daftar Harga Damar (Bulan Mei 2014)...63

(8)
(9)
(10)

MOTO

Kebudayaan Adalah Daya Dari Budi Atau Kekuatan Dari Akal

Yang Dibiasakan Dengan Proses Belajar Yang Berlangsung Dari

Waktu Ke Waktu Sehingga Memungkinkan Manusia Untuk

Mempunyai Gagasan, Berkarya Dan Menghasilkan Sesuatu

(11)
(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di desa Kebuayan, Kecamatan Karya Penggawa Kabupaten Pesisir Barat pada tanggal 04 September 1990, anak pertama dari empat bersaudara pasangan Bapak Ali Rohman dan Ros Diana.

Jenjang pendidikan formal yang ditempuh yakni menamatkan Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1 Kebuayan Kabupaten Pesisir Barat pada tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Karya Penggawa Kabupaten Pesisir Barat yang selesai pada tahun 2007, Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Pesisir Tengah Kabupaten Peisir Barat selesai pada tahun 2010.

(13)

SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah- Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Repong Damar Bagi Masyarakat Pesisir Di Kecamatan Karya Penggawa Kabupaten Pesisir Barat” penulis selesaikan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, motivasi, bimbingan, dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si, Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

3. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.S, Pembantu Dekan II Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

4. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M.Hum, Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

5. segala saran, dukungan dan masukan dalam penyusunan skripsi ini;

6. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung; 7. Bapak Drs. H. Maskun, M.H, Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah

(14)

pembimbing II terimakasih atas dukungan, masukan dan saran dalam penyusunan skripsi ini;

8. Bapak Drs. H. Ali Imron, M.Hum, selaku pembimbing akademik sekaligus sebagai pembimbing I terimakasih atas segala masukan, dukungan, motivasi dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

9. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung Drs. H. Iskandar Syah, M.H, Drs. Ali Imron, M.Hum, Drs. H. Maskun, M.H, Drs. Wakidi, M.Hum, Drs. H. Tontowi Amsia, M.Si, Drs. Hendri Susanto, S.S, Drs. Syaiful M., M.Si, Dr. Risma Sinaga, M. Basri, S.Pd. M.Pd, Yustina Sri Ekwandari, S.Pd, M.Hum, dan Suparman Arif, S.Pd. M.Pd;

10.Bapak dan Ibu staff tata usaha dan karyawan Universitas Lampung;

11.Kedua orang tuaku, Bapak Ali Rohman dan Ros Diana yang senantiasa menyayangi, mencintai, dan mendoakan untuk keberhasilanku, terimakasih telah memberi motivasi dan menjadi penyemangat dalam hidupku;

12.Adik-adikku Adi Rizal, Ginta Dari, Ade Kurnia serta keluarga besar yang selalu menyayangi, mendoakan, memberi motivasi dan menjadi penyemangat dalam hidupku.

13.Keluarga besar Bapak Drs. Piping Setia Priangga, M.Si, terima kasih atas do’a, kesabaran dan keikhlasan serta bimbingannya selama menjadi bagian

(15)

14.Teman dekatku Indah Hakim P.S yang selalu memberikan dukungan, saran dan motivasi selama ini;

15.Sahabat-sahabat terbaikku, Dany Lapeba, S.Pd, Selly Anggraini, S.Pd, Dwi Oktavia, S.Pd, Meggi Tri Handini, Rovha Muliawan, S.Pd, Ari Aulia, S.Pd, Rachmat Agung Nugroho, Bambang Susilo, Lensy Rachmedita, S.Pd, Ayendra Wahyuni, S.Pd, Anisa Fitri, S.Pd dan teman-teman seperjuanganku angkatan 2010 Ganjil dan Genap terimakasih untuk kekeluargaan dan kebersamaan selama ini;

16.Bapak Zainul Arifin, Ali Rohman MZ, Jalaludin, Padli, Azhar sebagai informan yang telah memberikan pengetahuan serta ilmu yang sangat berharga.

17.Semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan skripsi.

Semoga amal ibadah dan ketulusan hati kalian semua mendapat imbalan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Februari 2015 Penulis,

(16)

PERSEMBAHAN

Puji syukur atas rahmat Allah SWT, dengan keikhlasan hati dan

mengharap ridho-Nya kupersembahkan skripsi ini kepada :

Kedua orang tuaku tercinta Bapak Ali Rohman dan Ibu Ros

Diana

yang selalu memberikan do’a,

nasehat, segala usaha dan

upaya demi tercapainya cita-citaku.

Para

pendidik

yang

senantiasa

selalu

mengajarkan,

membimbing, memberi masukan dan ilmu yang bermanfaat

kepadaku.

(17)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Repong merupakan istilah orang Krui untuk menamakan kebun hutan yang ditanami dan ditumbuhi berbagai jenis tanaman kayu dan buah-buahan. Jenis tanaman kayu yang ditanam merupakan jenis kayu keras dan berumur panjang. Repong merupakan hasil akhir dari pengolahan lahan hutan menjadi lahan pertanian yang tentunya melalui proses yang panjang.

“Tradisi pembukaan lahan yang dilakukan orang Krui secara garis besar dapat

dibedakan atas tiga fase produktif, yaitu fase (1) darak, (2) kebun, (3) repong” (Zulkifli Lubis, 1997:6). Pada masing-masing fase tentunya memerlukan waktu dan perlakuan yang berbeda-beda.

(18)

2

Adanya repong bagi orang Krui tentunya memberikan dampak yang positif bagi kehidupan mereka. Melihat jenis tanaman yang disebutkan diatas adalah gambaran kehidupan yang selaras dengan alam. Orang Krui tentunya mendapatkan hasil dari apa yang mereka tanam di kebun atau repong.

Tanaman yang produktif dan berumur panjang merupakan investasi yang menjanjikan tanpa disadari karena hasil kayu dan non kayu masing-masing memiliki nilai ekonomis. Contohnya seperti tanaman buah-buahan merupakan tanaman musiman yang memiliki nilai ekonomis dan juga bisa untuk memenuhi kebutuhan buah keluarga, selain itu juga hasil kayunya bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan papan membangun rumah.

Dalam proses pengelolaan atau pemanfaatan repong pada akhirnya memunculkan tanaman yang mendominasi jumlahnya yakni repong damar. “Repong damar adalah suatu sistem pengelolaan tanaman perkebunan yang ekosistemnya merupakan hamparan tanaman yang membentuk suatu hutan yang dibudidayakan dikelola oleh

masyarakat” (Valentina Nainggolan, 2011:39).

Repong damar baru benar-benar produktif setelah berusia di atas 20 tahun. Ketika

(19)

3

bagian inti dari perekonomian rumah tangga masyarakat Krui. Damar merupakan komoditas unggulan orang Krui yang terkenal sampai ke internasional.

“Komoditas yang menjadi unggulan Kabupaten Lampung Barat hingga dikenal ke dunia internasional adalah Damar Mata Kucing (shorea Javanica) dengan areal luas tanaman seluas 17.500 Ha dengan Produksi 5000 ton/tahun, dimana hampir 80% damar mata kucing Indonesia berasal dari Lampung Barat, karena merupakan damar terbaik di dunia dan digunakan sebagai stabilizer pada industry cat, tinta, pharmasi, kosmetik. Hampir seluruh wilayah pesisir Lampung Barat yakni di Kecamatan Lemong, Pesisir Utara, Karya Penggawa, Pesisir Tengah, Pesisir Selatan, Ngambur, Bengkunat dan Bengkunat Belimbing terdapat hutan damar. Negara tujuan ekspor damar mata kucing meliputi: India, Jerman, Philipina, Perancis, Belgia, Uni Emirat

Arab, Bangladesh, Pakistan dan India” (Selayang Pandang Lampung Barat, 2008:14).

Dimulainya memanen getah damar tentunya memunculkan berbagai jenis aktivitas dan kegiatan mata pencaharian orang Krui di repong damar.

“Dilihat dari jenis pekerjaan yang bisa memberikan penghasilan dari repong damar, seseorang bisa mendapatkan hasil dari repong damar dengan cara (a) ikut memanen getah damar (ngunduh), (b) bekerja upahan membuat pepat di batang damar (mepat), (c) mengumpulkan bijih damar yang jatuh berserakan dibawah batang damar (ngelahang). Pekerjaan yang disebut terakhir biasanya dilakukan ibu-ibu rumah tangga sambil mereka mengumpulkan kayu api dan meramu sayuran di dalam repong damar (tandang midang)” (Zulkifli Lubis, 1997:9).

Pekerjaan-pekerjaan tersebut merupakan kegiatan rutin orang Krui di dalam kebun atau repong. Semua yang ada di dalamnya merasakan manfaat baik pekerjaan untuk pemilik repong maupun bukan pemilik.

(20)

4

matahari, tanah dengan airnya, yang pada umumnya dikatakan sebagai hukum alam yang berimbang (natural balance), dan biasanya disebut ekosistem” (Arifin Arif, 1994:1).

“Disamping menghasilkan dengan dipanen getahnya, repong damar ini juga berfungsi sebagai green belt-nya Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBS) harus diakui telah mengalami degradasi luas areal. Hal ini disebabkan karena ulah perambah hutan dan oknum yang hanya memikirkan keuntungan pribadi tanpa memikirkan dampak yang diakibatkan jika hutan konservasi ini mengalami kerusakan” (Releksi 2 Tahun KEPEMIMPINAN MB-DA, 2009:67).

Sebagai model kelestarian hutan, maka repong damar harus terus dikelola dan dipertahankan. Jangan karena kebutuhan sesaat harus mengorbankan kepentingan anak cucu dengan menebang pohon damar tanpa dipikirkan untuk merehabilitasinya kembali, karena untuk menghijaukannya kembali dengan pohon damar memerlukan waktu yang cukup lama tidak kurang dari 20 tahun.

Untuk itu perlu perhatian semua pihak untuk terlibat menjaga kearifan lokal dikarenakan repong damar secara perlahan akan mengalami pergeseran untuk dikomersilkan demi keuntungan semata. Maka dari itu produksi dan pengolahan getah damar atau resin perlu menjadi perhatian pemerintah untuk menanggulangi perusakan repong damar.

(21)

5

Lima Tengah, Laay, Penggawa Lima Ulu, Way Nukak, Kebuayan, Way Sindi, Way Sindi Hanuan, Way Sindi Utara, Asahan Way Sindi dan Tembakak Way Sindi.

Beliau mengatakan ada tiga daerah yang paling dominan masyarakatnya membudidayakan repong damar yakni, Penengahan, Menyancang dan Way Sindi.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis akan melakukan penelitian untuk mengetahui dan memaparkan fungsi repong damar pada Masyarakat Pesisir di Kecamatan Karya Penggawa Kabupaten Pesisir Barat. Harapannya supaya memunculkan kesadaran positif kepada pelaku perambah dan generasi muda masyarakat Kecamatan Karya Penggawa.

B. Analisis Masalah 1. Identifikasi Masalah :

1. Proses pembentukan repong Masyarakat Pesisir di Kecamatan Karya Penggawa Kabupaten Pesisir Barat.

2. Fungsi repong damar pada Masyarakat Pesisir di Kecamatan Karya Penggawa Kabupaten Pesisir Barat.

(22)

6

2. Pembatasan Masalah :

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, peneliti membatasi masalah pada :

Fungsi repong damar pada Masyarakat Pesisir di Kecamatan Karya Penggawa Kabupaten Pesisir Barat.

3. Rumusan Masalah :

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas maka yang menjadi rumusan pada penelitian ini adalah :

Bagaimanakah fungsi repong damar pada Masyarakat Pesisir di Kecamatan Karya Penggawa Kabupaten Pesisir Barat ?

C. Tujuan, Kegunaan dan Ruang Lingkup Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah :

(23)

7

2. Kegunaan Penelitian

Setiap penelitian tentunya mempunyai kegunaan pada pihak-pihak yang membutuhkan, adapun kegunaan dalam penelitian ini antara lain :

1. Sebagai sumbangan penelitian sejarah lokal pada masyarakat Krui di Pesisir Barat.

2. Sebagai sumbangan dokumentasi aktivitas budaya pertanian tradisional masyarakat Krui di Pesisir Barat.

3. Ruang Lingkup Penelitian

1. Obyek Penelitian : Repong Damar di Kecamatan Karya Penggawa Kabupaten Pesisir Barat

2. Subyek Penelitian : Masyarakat Pesisir di Kecamatan Karya Penggawa Kabupaten Pesisir Barat

3. Tempat Penelitian : Kecamatan Karya Penggawa Kabupaten Pesisir Barat

4. Waktu Penelitian : Tahun 2014

(24)

REFERENSI

Lubis, Zulkifli. 1997. Repong Damar: Kajian Tentang Penganbilan Keputusan dalam Pengelolaan Lahan Hutan di Pesisir Krui, Lampung Barat. Bogor: Center For

International Foresty Research. Halaman 6. Ibid. Halaman 7-8.

Nainggolan, Valentina. 2011. Analisis Populasi Jenis Primata di Repong Damar Pekon Pahmungan Kecamatan Pesisir Tengah Krui Lampung Barat. Bandar

Lampung: Unila (Skripsi). Hal 39. Lubis, op.cit., Halaman 9.

PEMKAB LAMBAR. 2008. Selayang Pandang Lampung Barat. Lampung Barat. Halaman 14.

Lubis,loc.it. Halaman 9.

Arief, Arifin. 1994. Hakikat dan Pengaruhnya Terhadap Lingkungan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Halaman 1.

Tim Redaksi Majalah Beguai Jejama. 2009. Refleksi 2 Tahun Kepemimpinan MB-DA. Lampung Barat: Bagian Humas dan Protokol Pemerintah Kabupaten Pesisir

(25)

8

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA

A. TINJAUAN PUSTAKA

1. Repong

Repong dalam terminologi Krui adalah sebidang lahan kering yang ditanami beraneka-ragam jenis tanaman produktif, umumnya tanaman tua (perennial crops), seperti damar, duku, durian, petai, jengkol, tangkil, manggis, kandis dan beragam jenis kayu yang bernilai ekonomis serta beragam jenis tumbuhan liar dibiarkan

hidup” (Zulkifli Lubis, 1997:5).

Repong sendiri merupakan tanaman lanjutan setelah masa berkebun atau kebun (bahasa Krui). “Kebun, dimulai ketika tanaman komersial seperti lada, kopi, atau cengkeh dll sudah mendominasi tegakan di lahan bekas ladang, yaitu kira-kira mulai tahun ketiga sejak pembukaan lahan” (Zulkifli Lubis, 1997:6). Pada masa inilah mereka mendapatkan peluang besar untuk meningkatakan kesejahteraan hidup dan memperbaiki ekonominya.

(26)

9

ditanam sejak fase kebun. Satu ciri penting yang membedakan fase kebun dengan repong terletak dalam soal perawatan tanaman. Tanaman di repong tidak memerlukan perawatan intensif seperti halnya tanaman kebun. Hal ini membawa implikasi pada residensi petani, yaitu berkurangnya kebutuhan

untuk tetap tinggal di “hutan” seperti ketika mengurus ladang dan kebun, dan tibanya kesempatan bagi mereka untuk menetap kembali di desa” (Zulkifli Lubis, 1997:6-8).

Hasil dari repong biasanya dimanfaatkan masyarakat untuk menopang ekonomi keluarganya, baik dari buah-buahan,sayur-sayuran, kebutuhan kayu maupun getah damar. Hal tersebut senada dengan yang diungkapkan oleh Ali Imron bahwa:

“Repong;kebun yang ditanami bermacam-macam tanaman buah-buahan berjenis tanaman keras atau besar, seperti durian, nangka, cempedak, jering, jengkol, petae, kemang, duku dan diselingi pula dengan tanaman damar. Repong biasanya dibuat untuk bersama oleh satu klen atau seketurunan. Istilah repong ini disebut juga Agroforestri” (Ali Imron, 2005:100).

1.1 Proses Pembentukan Repong

Indonesia sangat terkenal akan pertaniannya sampai sekarang, apa lagi dengan didukung dengan banyak lahan kering yang subur. Lahan tersebut tersebar, tak terkecuali di Lampung. “Cara bercocok tanam di lahan kering dan berpindah-pindah merupakan cara tradisional yang dilakukan oleh leluhur orang Lampung bertani di

masa lampau” (Ali Imron, 2005:14). Cara seperti ini sampai sekarang masih di

(27)

10

“Secara umum pengambilan keputusan dalam memilih lahan hutan dipengaruhi oleh

sejumlah faktor terkait antara lain (a) informasi tentang adanya lahan yang masih bisa digarap, (b) jarak relatif lokasi lahan dari pemukiman dan pasar, (c) status

kepemilikan lahan, (d) penguasaan modal dan tenaga kerja, dan (e) keadaan tanah”

(Zulkifli Lubis, 1997:6). Sampai sekarang kriteria tersebut masih dianut oleh masyarakat, khususnya orang Krui.

Setelah kriteria yang ditentukan, dimualilah proses pengolahan lahan hutan yang telah di pilih. Secara garis besar ada tiga tahapan pengolahan lahan menjadi repong.

“Fase produktif pertama dimulai ketika petani sudah selesai mempersiapkan lahan siap tanam (pengrula/darak) yang lazimnya membutuhkan waktu sekitar 2-3 bulan. Fase darak (fase 1) ditandai oleh kegiatan pengolahan tanaman subsistensi berupa padi ladang dan palawija. Kegiatan menanam padi ladang dan palawija dilakukan terutama untuk menyediakan pasokan pangan bagi petani selama pengelolaan lahan, khususnya selama tahap-tahap intensif perawatan tanaman kebun (fase 2). Padi dan palawija hanya ditanam 1-2 kali di lahan yang sama, setelah itu mereka mengalihkan kegiatannya pada perawatan tanaman komersial seperti kopi, lada, cengkeh dan lain sebagainya. Dengan demikian, fase darak (ladang) berfungsi sebagai penyangga bagi fase produktif berikutnya.

Fase produktif kedua, yaitu kebun, dimulai ketika tanaman komersial seperti lada, kopi, atau cengkeh dll sudah mendominasi tegakan di lahan bekas ladang (fase 1), yaitu kira-kira mulai tahun ketiga sejak pembukaan lahan. Tujuan utama petani Krui membuka hutan adalah untuk berkebun, bukan berladang atau membuat repong damar. Fase kebun dikonsepsikan petani sebagai fase kaya kejutan (batin kejutan), karena pada masa inilah mereka mendapatkan peluang besar untuk meningkatakan kesejahteraan hidup dan memperbaiki posisi sosial ekonominya. Hasil kebun biasanya tidak digunakan untuk memenuhi kebutuhan subsistensi, tetapi lebih diarahkan kepada keperluan-keperluan yang berciri monumental, misalnya membagun rumah, mengawinkan anak, membiayai pendidikan lanjutan anak, menebus dan/atau menerima harta gadaian, membeli repong damar atau sawah, biaya naik haji, dll.

(28)

11

yang disebut merawan, bisa menaikkan gengsi sebuah keluarga; tapi bila gagal bisa membuat mereka terpuruk tak mendapatkan peningkatan apa-apa. Fakta pentingnya kedudukan fase kebun di dalam sistem pertanian orang Krui ditandai oleh pelaksanaan sejumlah ritus dalam rangkaian pengelolaan tanaman hingga panen (yaitu ritus tetumbai pada saat memulai menanam, ritus ngejalang pada saat panen pertama, dan ritus ngumbai setelah panen); usaha optimalisasi pemanfaatan lahan; dan juga perawatan intensif.

Fase produktif ketiga. Orang Krui mulai menamakan lahan pertaniannya dengan repong apabila sudah terpenuhi unsur keragaman jenis tanaman keras (prenennia crops) yang tumbuh diatasnya; misalnya damar, duku, durian, petai, jengkol, nangka, dan lain sebagainya” (Zulkifli Lubis, 1997:7-8).

Dari penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam proses pengolahan lahan hutan untuk menjadi kebun hutan atau repong memerlukan waktu dan proses yang panjang. Pada akhirnya proses panjang tersebut menjadi awal investasi bagi orang Krui untuk anak cucu mereka, terutama repong damar.

1.2 Repong Damar

Repong damar adalah fase final setelah melalui tahapan-tahapan pengelohan lahan kering atau darak dalam bahasa Krui-nya. Pada tahap ini repong damar memiliki arti penting bagi orang Krui. Keunikan konservasi tanaman damar ini dimana masyarakat setempat membudidayakannya dalam bentuk vegetasi campuran berbagai tanaman tahunan seperti duku, atau dalam istilah setempat dikenal dengan sebutan repong.

(29)

12

Mengenai konsep repong damar sendiri tidak terlepas dari dominasi tanaman keras dalam hal ini pohon damar.

Repong dalam terminologi Krui adalah sebidang lahan kering yang ditanami beraneka-ragam jenis tanaman produktif, umumnya tanaman tua (perennial crops), seperti damar, duku, durian, petai, jengkol, tangkil, manggis, kandis dan beragam jenis kayu yang bernilai ekonomis serta beragam jenis tumbuhan liar dibiarkan hidup. Disebut repong damar karena pohon damar merupakan tegakan yang dominan jumlahnya pada setiap bidang repong” (Zulkifli Lubis, 1997:5).

“Repong damar baru benar-benar produktif setelah berusia di atas 20 tahun. Ketika itu pohon damar sudah bisa ditakik untuk mendapatkan resin. Pohon buah-buahan , petai, jengkol, dan jenis tanaman lain sudah menghasilkan sebelum berumur 20 tahun, sehingga petani pemiliknya secara berkala (terutama ketika musim buah) sudah mulai mengunjungi lahan repongnya kembali setelah ditinggal 5-10 tahun. Dengan mulai berproduksinya pohon damar yang ada disana, maka frekwensi kunjungan petani ke repong damar semakin sering dan berlangsung terus-menerus sepanjang damar masih bisa menghasilkan. Itulah awal dimana lahan repong damar masuk menjadi bagian inti dari perekonomian rumah tangga petani Krui.

Bersamaan dengan itu repong damar juga memasuki suatu jalinan pranata yang kompleks dalam sistem budaya orang Krui, berkenaan dengan pranata pengelolaan, penguasaan, pemilikan dan aturan pengalihan hak. Semua itu bermuara pada pengaturan bagaimana repong damar memberikan kontribusi

yang signifikan dalam sistem perekonomian mereka”(Zulkifli Lubis, 1997:9)

2. Damar

(30)

13

yang diungkapkan di atas. “Damar, nama pohon yang getah dan kayunya dikenakan

pungutan IHH sesuai peraturan kehutanan” (Alam Setia Zain, 2003:39).

Tradisi masyarakat Krui dalam mengelola repong damar telah memberikan kontribusi yang besar bagi ekonomi rumah tangga. Pendapatan rumah tangga diperoleh dari getah damar, buah-buahan seperti duku, durian, jengkol, petai dan kebutuhan kayu, baik itu kayu bangunan maupun kayu bakar. Pendapat tersebut senada yang disampaikan Alam Setia Zain, damar adalah jenis hasil hutan bukan kayu yang dikenakan pungutan IHH menurut satuan kg atau ton (Alam Setia Zain, 2003:39). Artinya bentuk repong damar merupakan sumber penghidupan bagi orang Krui, kayu, buah-buahan, getah damar memberikan dampak bagi semua kabutuhan. Bahkan getah damar terkenal sampai ke dunia internasional hingga pada akhirnya menjadi komoditi ekspor unggulan. Negara tujuan ekspor damar mata kucing meliputi: India, Jerman, Philipina, Perancis, Belgia, Uni Emirat Arab, Bangladesh, Pakistan dan India (Selayang Pandang Lampung Barat, 2008:14).

“Dilihat dari jenis pekerjaan yang bisa memberikan penghasilan dari repong damar, seseorang bisa mendapatkan hasil dari repong damar dengan cara (a) ikut memanen getah damar (ngunduh), (b) bekerja upahan membuat pepat di batang damar (mepat), (c) mengumpulkan bijih damar yang jatuh berserakan dibawah batang damar (ngelahang). Pekerjaan yang disebut terakhir biasanya dilakukan ibu-ibu rumah tangga sambil mereka mengumpulkan kayu api dan meramu sayuran di dalam repong damar (tandang midang)” (Zulkifli Lubis, 1997:9).

(31)

14

3. Masyarakat Pesisir

Menurut Soerjono Soekanto yang dimaksud dengan masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan (Soerjono Soekanto, 1982:22). Dalam Kamus Bahasa Indonesia, masyarakat diartikan; pergaulan hidup manusia : sehimpunan manusia yang hidup bersama dalam suatu tempat dengan ikatan-ikatan aturan tertentu; orang banyak; khalayak ramai (Hoetomo, 2005:336).

Artinya masyarakat merupakan orang-orang yang mendiami suatu tempat secara bersama-sama atau mengelompok dengan memiliki tujuan bersama, mempunyai aturan dan norma serta melahirkan kebudayaan.

Sedangkan pesisir diartikan sebagai tanah dasar berpasir dipantai ditepi laut (Hoetomo, 2005:384).

“Masyarakat pesisir adalah kelompok orang yang bermukim di wilayah pesisir, mempunyai mata pencahrian dari sumber daya alam dan jasa-jasa lingkungan pesisir dan laut, misalnya nelayan, pembudidaya ikan, pedagang, pengelola ikan, pemilik atau pekerja perusahaan perhubungan laut, pemilik atau pekerja pertambangan dan energy di wilayah pesisir, pemilik atau pekerja industry maritime misalnya galangan kapal dan coastal and engineering” (Burhanudin Safari, dkk, 2006:4).

Definisi masyarakat pesisir dari berbagai sumber diantaranya adalah sekelompok masyarakat yang dipengaruhi oleh laut baik sebagian besar atau pun seluruh kehidupannya (Waspada Dira Anuraga, 29 Januari 2014).

“Adat budaya Lampung yang lebih dekat dengan daratan menyebabkan pemanfaatan

(32)

15

lebih cenderung untuk mengolah lahan pertanian dan perladangannya dari pada menangkap ikan di laut” (ATLAS Sumber Daya Wilayah Pesisir, 2002:42).

Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa masyarakat pesisir merupakan kelompok orang yang bermukim di wilayah pesisir yang mempunyai kehidupan dari sumber daya alam baik yang di perairan laut maupun dari wilayah daratannya. Hal itupun tercermin dari Masyarakat Pesisir Kecamatan Karya Kabupaten Pesisir Barat yang memanfaatkan sumber daya alam daratannya untuk berkebun damar atau repong damar dalam istilah orang Krui.

4 . Fungsi

Setiap sesuatu yang diciptakan di dalam budaya tentunya memiliki fungsi atau faedah tertentu apa lagi berkaitan dengan cipta, rasa dan karsa manusia. “Kata “fungsi” selalu menunjukan kepada pengaruh terhadap sesuatu yang lain. Apa yang kita

namakan “fungsionil” tidak bersiri sendiri, tetapi justru dalam suatu hubungan

tertentu memperoleh arti dan maknanya” (C.A. Van Peursen:1976:85).

Menurut M.E. Spiro ada tiga cara pemakaian kata fungsi yaitu antara lain:

a) Menerangkan “fungsi” itu sebagai hubungan antara suatu hal dengan tujuan tertentu (misalnya mobil mempunyai fungsi sebagai alat untuk mengangkut manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lain),

(33)

16

c) Menerangkan hubungan yang terjadi antara satu hal dengan hal-hal lain dalam suatu sistem yang terintegrasi (suatu bagian dari suatu organisme yang berubah menyebabkan perubahan dari berbagai bagian lain, malahan sering menyebabkan perubahan dalam seluruh organisme).

“Fungsi” dalam arti pertama selain dalam bahasa ilmiah, juga merupakan

salah satu arti dalam bahasa sehari-hari; arti kedua sangat penting dalam ilmu pasti, tetapi juga mempunyai arti luas dalam ilmu-ilmu sosial, antara lain dalam ilmu antropologi; sedangkan dalam arti ketiga terkandung kesadaran para sarjana antropologi akan integrasi kebudayaan itu (M.E Spiro dalam Koentjaraningrat, 2009:173).

Dilihat dari teori yang pertama bahwa repong damar merupakan suatu sistem yang diciptakan oleh orang Krui dalam hal ini masyarakat Kecamatan Karya Penggawa. Dengan adanya hutan damar ini memunculkan suatu integrasi aktivitas budaya masyarakat dimana di dalamnya berbentuk pengelolaan repong damar. Selanjutnya menempatkan repong damar sebagai pusat kegiatan inti masyarakat dalam repong, sekaligus menggaris bawahi akan fungsinya bagi masyarakat dan lingkungan repong. Dilihat dari hal itu sebagai sebuah sistem perkebunan tentunya memiliki fungsi yang saling berkaitan.

“Fungsi perkebunan minimal memiliki dua tujuan baik tujuan produksi

(ekonomi), maupun tujuan ekologi (konservasi)” (Fidi Mahendra, 2009:29).

Dari penjelasan tersebut jelaslah bahwa repong damar memiliki kaitan erat antara kegiatan ekonomi dan konservasi yang dilakukan oleh masyarakat. “ Pendekatan. Ekonomi yang lebih dominan, artinya tanaman pokok adalah tanaman yang dominan (monokultur), mendapat perlakuan yang dominan karena harga jualnya yang sangat tinggi” (Fidi Mahendra, 2009: 30).

(34)

17

serta keseimbangan antara manusia dengan lingkungan hidup. Proses tersebut dapat berlangsung karena terpeliharanya secara sustainabilitas hutan yang berfungsi ekologi

pada kehidupan manusia di bumi” (Alam Setia Zain, 1998: 34). Sehingga pada

akhirnya kebutuhan ekonomi keluarga tetap terpenuhi secara berkelanjutan dan repong damar tetap lestari.

B. Kerangka Pikir

Repong damar tidak bisa dilepaskan dari kehidupan masyarakat Pesisir Krui,

Kabupaten Pesisir Barat. Cara berkebun hutan ini adalah dengan cara menanam tanaman produktif atau yang berumur tua, seperti duku, damar, durian, jengkol, petae, manggis, tangkil, kandis serta tanaman kayu lain yang memiliki nilai jual ekonomi tinggi. Repong damar sendiri baru akan produktif ketika sudah berumur 20-25 tahun dari masa penanaman.

“Dengan mulai berproduksinya pohon damar yang ada disana, maka

frekwensi kunjungan petani ke repong damar semakin sering dan berlangsung terus-menerus sepanjang damar masih bisa menghasilkan. Itulah awal dimana lahan repong damar masuk menjadi bagian inti dari perekonomian rumah

tangga petani Krui” (Zulkifli Lubis, 1997:9).

(35)

18

dengan repong damar sebagai penyedia sumber daya alam bagi keluarga. Adanya repong damar memperlihatkan perlakuan dan aktivitas masyarakat di dalamnya, begitu pun sebaliknya adanya masyarakat menjadikan sumber daya alam yang ada memberikan dampak positif bagi makhluk lainnya. Lestarinya repong damar menunjukan bahwa hal tersebut merupakan ciri khas orang Krui sebaliknya adanya orang Krui berarti mengindikasikan bahwa repong damar masih terjaga kelestariannya. Dari sanalah kita bisa mempelajari berbagai aktivitas dan menempatkan fungsi repong damar dilihat dari sudut pandang lokal masyarakat Krui khususnya di Kecamatan Karya Penggawa.

(36)

19

C. Paradigma

Damar (Resin):

Sebagai penghasilan rutin dan tabungan keluarga.

Buah-buahan:

Konsumsi keluarga atau di jual sebagai penghasilan musiman

Repong Damar

Produksi (Ekonomi) Ekologi (Konservasi)

Manfaat :

(37)

REFERENSI

Lubis, Zulkifli. 1997. Repong Damar: Kajian Tentang Penganbilan Keputusan dalam Pengelolaan Lahan Hutan di Pesisir Krui, Lampung Barat. Bogor: Center For

International Foresty Research. Halaman 5. Ibid. Halaman 5.

Ibid. Halaman 6-8.

Imron, Ali. 2005. Pola Perkawinan Saibatin. Bandar Lampung: Universitas Lampung. Halaman 100.

Ibid. Halaman 14.

Lubis, loc.it. Halaman 7-8.

Imron, Ali dan Henry Susanto. 2003. Pelestarian Hutan Melalui Pendekatan Budaya. Bandar Lampung. BPG Lampung. Halaman 39.

Lubis, loc.it. Halaman 7-8. Imron, op.cit. Halaman 100. Lubis, op.cit. Halaman 5. Ibid. Halaman 9.

Zain, Alam Setia. 2003. Kamus Kebutanan. Jakarta. PT. Rineka Cipta. Halaman 39. Ibid. Halaman 39.

PEMKAB LAMBAR. 2008. Selayang Pandang Lampung Barat. Lampung Barat. Halaman 14.

Lubis, op.cit. Halaman 9.

(38)

Tim Redaksi. Kamus Besar Bahasa Iindonesia Edisi Ketiga. 2002. Jakarta. Balai Pustaka. Halaman 721.

Koentjaraningrat. Op.cit. Halaman 117.

Hoetomo. 2005. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Surabaya: Mitra Pelajar. Halaman 336.

Ibid. Halaman 384.

Burhanudin Safari, dkk. 2006. Kewirausahaan Pemuda Bahari. Jakarta: Deputi Bidang Kewirausahaan Pemuda dan Industri Olahraga Republik Indonesia.

Halaman 4.

Pengertian Masyarakat Pesisir. Materi kuliah Penelitian Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir Sebuah Pengantar Diskusi Persiapan Ekspedisi Zooxanthellae XII Kabupaten

Sambas, Kalimantan Barat, Tahun 2012” oleh Rizki Aprilian Wijaya / FDC.XXIII.11

Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan (BBPSEKP), Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan,(Balitbang-KP). http://fdcipb.wordpress.com/2012/06/02/masyarakat_pesisir/. Diakses Tanggal 29

Januari 2014.

Kerjasama: Pemerintah Provinsi Lampung dengan Proyek Pesisir-PKSPL.2002. Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung. IPB. Halaman 42.

Peursen, C.A Van. Strategi Kebudayaan. 1976. Yogyakarta. Kanisius. Halaman 85. Koentjaraningrat. op.cit. Halaman 173.

Mahendra, Fidi. 2009. Sistem Agroforestri dan Aplikasinya. Yogyakarta: GRAHA ILMU. Hal. 29.

Ibid. Halaman 30.

Zain, Alam Setia. 1998. Aspek Pembinaan Kawasan Hutan dan Stratifikasi Hutan Rakyat. Jakarta: PT Rineka Cipta. Halaman 34.

Arief, Arifin. 1994. Hakikat dan Pengaruhnya Terhadap Lingkungan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Halaman 1.

(39)

20

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Dalam melakukan penelitian ilmiah seorang peneliti tidak bisa lepas dari metode penelitian. Metode penelitian digunakan agar hasil penelitian yang dilakukan tersusun secara sistematis dan objektif. Metode disini diartikan sebagai suatu cara atau teknis yang dilakukan dalam proses penelitian. “Sedangkan penelitian itu sendiri diartikan sebagai upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati dan sistematis untuk mewujudkan kebenaran” (Mardalis, 2010:24).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode fungsional. Menurut

pemikiran Malinowski metode fungsional adalah: “metode untuk mendeskripsikan

berbagai kaitan berfungsi dari unsur-unsur kebudayaan dalam suatu sistem sosial

yang hidup” (Malinowski dalam Koentjaraningrat, 1987:165).

(40)

21

dengan suatu tujuan tertentu (misalnya mobil mempunyai fungsi sebagai alat untuk mengangkut manusia atau barang dari satu tempat ke tempat yang lain)” (M.E Spiro dalam Koentjaraningrat, 2009:173).

“Aliran pemikiran ini mengenai masalah fungsi dari unsur-unsur kebudayaan

terhadap kehidupan masyarakat, yang mulai timbul setelah tulisan Malinowski mengenai penduduk Kepulauan Trobriand itu menarik perhatian umum, dan disebut aliran Fungsionalisme” (Koentjaraningrat, 2009:175).

Dari sanalah mulai berkembang pandangan yang memandang kebudayaan secara

keseluruhan. “Malinowski mengajukan sebuah orientasi yang dinamakan

fungsionalisme, yang beranggapan atau berasumsi bahwa semua unsur kebudayaan

bermanfaat bagi masyarakat di mana unsur itu terdapat” (Bronislaw Malinowski

dalam Koentjaraningrat, 1987:59).

Melihat budaya berkebun damar atau repong damar dalam istilah orang Krui merupakan sejarah panjang pertanian tradisional kearah pertanian komersil. Dalam proses pembentukan memerlukan waktu yang panjang bertahap dan berkesinambungan hingga pada akhirnya melahirkan bentuk pengelolaan hutan kemasyarakatan. Pada akhirnya memunculkan repong damar sebagai inti aktivitas di dalamnya yang secara terintegrasi memiliki fungsi dan makna bagi masyarakat lokal.

(41)

22

B. Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi inti perhatian suatu penelitian (Suharsini Arikunto, 1989:91). Sedangkan menurut pendapat Sumadi, variabel diartikan sebagai segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian (Sumadi Suryabrata, 2000:72).

Artinya variabel merupakan bagian dari objek penelitian yang menjadi perhatian khusus bagi seorang peneliti. Dalam penelitian ini menggunakan variabel tunggal yakni Repong Damar di Kecamatan Karya Penggawa Kabupaten Pesisir Barat.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah suatu prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian. Diharapkan dengan adanya penggunaan teknik-teknik tertentu yang sistematis akan dapat diperoleh data-data yang dapat mewakili jawaban mendasar dari apa yang menjadi permasalahan. Agar peneliti mendapatkan data-data yang akurat dan relevan maka peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara :

1. Teknik Observasi Partisipan

(42)

23

menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini sehingga data yang diperoleh sesuai dengan permasalahan (Nasution, 1996:107), sedangkan menurut Nawawi observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (Nawawi, 1991:100).

Berdasarkan pendapat di atas bahwa observasi adalah pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan serta pencatatan lansung secara secara sistematik terhadap suatu gejala pada objek penelitian. Dengan menggunakan teknik observasi ini peneliti dapat memperoleh gambaran umum mengenai permasalahan yang berhubungan dengan fungsi repong damar pada Masyarakat Pesisir di Kecamatan Karya Penggawa Kabupaten Pesisir Barat.

2. Teknik Wawancara

Wawancara ialah tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung. Pewawancara disebut intervieuwer, sedangkan orang yang diwawancarai disebut interviwee (Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, 2003:57-58). Adapun

wawancara ini terbagi menjadi dua macam yaitu wawancara terarah dan tidak terarah.

(43)

24

jika kita menanyakan dengan wawancara terarah. Analisis ini memungkinkan kita untuk menemukan berbagai permasalahan untuk ditanyakan pada wawancara selanjtunya. Analisis tersebut juga memungkinkan ditemukannya makna berbagai hal bagi informan (James P. Spradley, 2006:129)

2.1 Informan

Informan dalam penelitian ini adalah orang yang memiliki kaitan lansung dan juga mengerti tentang adanya repong damar di Kecamatan Karya Penggawa. Menurut Groys persyaratan seorang informan adalah sebagai berikut :

“Dalam memilih seorang informan tidak boleh asal saja. Informan diperoleh

berdasarkan beberapa kriteria yang berhubungan dengan lapangan penelitian. Informan yang dipilih harus memiliki andalan esensial untuk mewakili kelasnya dalam kelompok masyarakat tersebut. Seorang informan harus mencerminkan cara bahasanya, disamping kenyataan ia memiliki ciri-ciri personal yang

diterima” (Gorys, 1996:157).

Kriteria informan dalam penelitian ini adalah:

1. Informan yang bersangkutan merupakan masyarakat setempat yang memiliki dan memanfaatkan repong damar.

2. Informan yang bersangkutan memiliki pengalaman atau data sesuai dengan permasalahan yang diteliti oleh peneliti.

(44)

25

Melalui informan, maka peneliti memilih beberapa informan yang terkait dengan masalah yang diamati, yaitu antara antara masyarakat yang memilki repong damar dan yang memanfaatkannya.

Prosedur pemilihan sampel itu sendiri melalui tiga tahapan, yaitu: 1. Pemilihan sampel awal (informan kunci)

2. Pemilihan sampel lanjutan,

3. Menghentikan pemilihan sampel lanjutan jika sudah tidak terdapat variasi informasi, dimana dalam melaksanakan ketiga tahapan ini umumnya menggunakan teknik snowball sampling (Burhan Bungin, 2007: 54).

Dalam penggunaan teknik snowball sampling ini peneliti memilih informan awal yakni masyarakat setempat yang memiliki dan memanfaatkan repong damar, kemudian mereka akan menunjuk kepada individu lain yang cocok dijadikan informan lanjutan, begitu seterusnya hingga tidak lagi terdapat variasi informasi (jenuh). Dengan demikian, pada penelitian kualitatif tidak dipersoalkan jumlah sampel (Burhan Bungin, 2007: 53).

3. Teknik Dokumentasi

(45)

26

Menurut Handari Nawawi mengatakan bahwa dokumentasi merupakan cara atau pengumpulan data melalui peninggalan tertulis, terutama tentang arsip-arsip dan termasuk buku-buku lain yang berhubungan dengan masalah penyelidikan (Nawawi ,1991 :133). Keuntungan menggunakan dokumentasi ialah biayanya relatif murah, waktu dan tenaga lebih efisien (Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, 2003:73). Maka berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa peneliti mengadakan penelitian berdasarkan dokumentasi yang sudah ada berupa catatan-catatan atau dokumen, buku yang berhubungan dengan repong damar.

4. Studi Pustaka

Studi pustaka merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang mengharuskan peneliti untuk memperoleh data yang berasal dari literatur-literatur. Literatur-literatur tersebut tidak hanya berupa buku-buku saja, tetapi juga dapat berasal dari sumber bacaan lain yang dapat menunjang penelitian. Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data-data yang berhubungan dengan penulisan dalam penelitian ini, seperti : teori yang mendukung, konsep-konsep dalam penelitian, serta data-data yang diambil dari berbagai referensi.

Ciri-ciri studi pustaka sendiri diungkapkan oleh Mestika adalah sebagai berikut : a. Peneliti berhadapan langsung dengan teks atau angka, bukan pengetahuan

lansung dari lapangan atau saksi mata berupa kejadian-kejadian atau benda-benda lainnya.

(46)

27

c. Data umumnya adalah data sekunder.

d. Kondisi data pustaka tidak dibatasi ruang dan waktu. (Mestika Zed, 2004 : 4).

D. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data

kualitatif. Menurut Mohamad Hasyim “Teknik analisis data adalah serangkaian

kegiatan mengolah data yang telah dikumpulkan dari lapangan menjadi seperangkat hasil baik dalam bentuk penemuan-penemuan baru maupun dalam bentuk kebenaran

hepotesa” (Mohamad Hasyim, 1982: 41)

Langkah-langkah yang ditempuh dalam menganalisis data kualitatif adalah sebagai berikut :

1. Penyusunan data 2. Klasifikasi data 3. Pengolahan data

4. Penafsiran atau penyimpulan (Mohammad Ali, 1985 ; 152).

1. Penyusunan Data

(47)

28

2. Klasifikasi Data

Dimaksudkan sebagai usaha menggolongkan data berdasarkan pada kategori yang dibuat.

3. Pengolahan Data

Data yang telah diperoleh maka di seleksi kemudian diatur dengan menggunakan data kualitatif.

4. Penafsiran atau Penyimpulan

Setelah ketiganya selesai maka selanjutnya menyimpulkan dengan mengubungkan dan mempertemukan antara variabel yang satu dengan yang lainnya sehingga menjadi makalah yang baik.

Lebih lanjut lagi Maryaeni mengungkapkan bahwa analisis data merupakan kegiatan : 1.Pengurutan data sesuai dengan rentang permasalahan atau urutan pemahaman yang ingin diperoleh.

2.Pengorganisasian data dalam formasi, kategori, ataupun unit perian tertentu sesuai dengan antisipasi peneliti.

3.Interpretasi peneliti berkenaan dengan signifikansi butir-butir ataupun satuan data sejalan dengan pemahaman yang ingin diperoleh.

4.Penilaian atas butir ataupun satuan data sehingga membuahkan kesimpulan: baik atau buruk, tepat atau tidak tepat, signifikan atau tidak signifikan (Maryaeni,

(48)

REFERENSI

Mardalis. 2010. Metode Penelitian (suatu pendekatan proposal). Jakarta : Bumi Aksara. Halaman 24.

Koentjaraningrat. 1987. Sejarah Teori Antropologi. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press). Halaman 165.

Endraswara, Suwardi. 2003. Metode Teori Teknik Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta. Pustaka Widyatama. Halaman 103.

Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. Halaman 173.

Ibid. Halaman 175.

Koentjaraningrat. op.cit. Halaman 59.

Arikunto, Suharsimi. 1989. Prosedur Suatu Penelitian Pendekatan Survey. Jakarta: Rineka Cipta. Halaman 91.

Suryabrata, Sumadi. 2000. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Halaman 72.

Nasution, S. 1996. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara. Halaman 107.

Nawawi, Hadri. 1991. Metodologi Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada. Halaman 100.

Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar. 2003. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: PT Bumi Aksara. Halaman 57-58.

Spradley, James P. 2006. METODE ETNOGRAFI. Yogyakarta: Tiara Wacana. Halaman 129.

Gorys, Keraf. 1996. Komposisi Sebuah Pengantar Kepada Kemahiran Berbahasa. Jakarta. Halaman 157.

Burhan Bungin.2007. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Halaman 54.

(49)

Arikunto, op.cit. Halaman 188. Nawawi, op.cit. Halaman 133.

Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar. op.cit. Halaman 73.

Zed, Mestika. 2004. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: YOI. Halaman 4. Ali, Muhammad. 1982. Penelitian Kependidikan Prosedur Dan Strategi. Bandung:

Angkasa. Halaman 152.

(50)

67

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Secara garis besar berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian penulis di lapangan maka penulis mengambil kesimpulan bahwa fungsi repong damar ada dua bentuk kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat Kecamatan Karya Penggawa, yakni dari segi produksi (ekonomi) dan ekologi (konservasi).

Pertama kegiatan produksi (ekonomi) tidak terlepas dari peranan masyarakat dalam memanfaatkan sistem repong damar. Banyaknya tumbuhan dan tanaman produktif memicu masyarakat untuk memanfaatkan hasil alam tersebut baik hasil buah-buahan, sayur-mayur dan resin. Hasil buah-buahan menjadi bagian dalam usaha memenuhi kebutuhan masyarakat akan konsumsi buah serta penghasilan musiman atau tambahan disamping mengelola repong damar. Sayur-mayur menjadi sumber konsumsi untuk keluarga dalam memenuhi kebutuhan dapur, bahkan menjadi komersil apabila hasilnya berlimpah. Resin atau getah dari pohon damar yang menjadi hasil utama menempatkannya repong damar sebagai penghasilan rutin dan sebagai tabungan keluarga.

(51)

68

Melihat besarnya hal positif dengan adanya repong damar tersebut masyarakat lokal memiliki cara menjaga agar sumber kehidupan mereka tetap terjaga. Banyak hal yang dilakukan oleh masyarakat Kecamatan Karya Penggawa Kabupaten Pesisir Barat, diantaranya:

1. Diadakan penanaman ulang karena pohon yang ada sudah tua dan tidak produktif. Hal ini dilakukan selain tidak produktif lagi resin atau getahnya juga kondisi batang bila sudah tua akan sangat rentan dengan tumbang. 2. Dibersihkan semak-semaknya. Hal ini dilakukan karena jika disekitar

bersemak menyebabkan batang tidak di sinari matahari, pada akhirnya menyebabkan kelembaban batang dan getah atau resin tidak berproduksi maksimal.

3. Apabila lubang sudah lebar dibuat lubang atau mepat baru di atas atau disampingnya. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan hasil resin.

4. Menumbuhkan kesadaran pada masyarakat agar tidak menjual pohon damarnya pada panglong kayu/ pengusaha kayu. Menurut masyarakat hal itu sudah banyak dilakukan oleh masyarakat lain dikarenakan nilai ekonomis kayu yang tinggi.

(52)

69

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini beberapa hal yang dapat diusulkan sebagai saran yaitu:

1. Repong damar sebagai sumber kehidupan, sebagai sebuah sistem perkebunan tradisional yang diciptakan generasi terdahulu untuk menyambung kehidupan generasi selanjutnya perlu dijaga kelsetariannya.

(53)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 1982. Penelitian Kependidikan Prosedur Dan Strategi. Bandung: Angkasa

Arief, Arifin. 1994. Hakikat dan Pengaruhnya Terhadap Lingkungan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Arikunto, Suharsimi. 1989. Prosedur Suatu Penelitian Pendekatan Survey. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsini. 1989. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Bina Aksara.

Arisona, Resty. 2010. Komposisi Dan Struktur Vegetasi Repong Damar Di Pekon Pahmungan Kecamatan Pesisir Tengah Kabupaten Lampung Barat. Bandar Lampung. Universitas Lampung (Skripsi).

Burhan Bungin.2007. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Burhanudin Safari, dkk. 2006. Kewirausahaan Pemuda Bahari. Jakarta: Deputi Bidang Kewirausahaan Pemuda dan Industri Olahraga Republik Indonesia. Endraswara, Suwardi. 2003. Metode Teori Teknik Penelitian Kebudayaan.

Yogyakarta. Pustaka Widyatama.

Gorys, Keraf. 1996. Komposisi Sebuah Pengantar Kepada Kemahiran Berbahasa. Jakarta.

Hoetomo. 2005. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Surabaya: Mitra Pelajar

Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar. 2003. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: PT Bumi Aksara

(54)

Imron, Ali dan Henry Susanto. 2003. Pelestarian Hutan Melalui Pendekatan Budaya. Bandar Lampung. BPG Lampung.

Imron, Ali. 2005. Pola Perkawinan Saibatin. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Indriyanto, 2008. Pengantar Budi Daya Hutan. Jakarta . PT Bumi Aksara

Kartodirdjo, Sartono dan Djoko Suryo. 1991. Sejarah Perkebunan Indonesia (Kajian Sosial Ekonomi). Yogyakarta. Aditya Media.

Kerjasama: Pemerintah Provinsi Lampung dengan Proyek Pesisir-PKSPL.2002. Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung. IPB.

Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta

Koentjaraningrat. 1987. Sejarah Teori Antropologi. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press)

Lubis, Zulkifli. 1997. Repong Damar: Kajian Tentang Penganbilan Keputusan dalam Pengelolaan Lahan Hutan di Pesisir Krui, Lampung Barat. Bogor: Center For

International Foresty Research.

Mahendra, Fidi. 2009. Sistem Agroforestri dan Aplikasinya. Yogyakarta: Graha Ilmu. Mardalis. 2010. Metode Penelitian (suatu pendekatan proposal). Jakarta : Bumi

Aksara

Maryaeni. 2005. Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta: PT Bumi Aksara

Nawawi, Hadri. 1991. Metodologi Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Nasution, S. 1996. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara. Peursen, C.A Van. Strategi Kebudayaan. 1976. Yogyakarta. Kanisius.

Pengertian Masyarakat Pesisir. Materi kuliah Penelitian Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir Sebuah Pengantar Diskusi Persiapan Ekspedisi Zooxanthellae XII Kabupaten

Sambas, Kalimantan Barat, Tahun 2012” oleh Rizki Aprilian Wijaya / FDC.XXIII.11 Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan (BBPSEKP), Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan,(Balitbang-KP). http://fdcipb.wordpress.com/2012/06/02/masyarakat_pesisir/. Diakses Tanggal 29

Januari 2014.

(55)

Purnama, Debby. 2007. Sikap Etnis Tionghoa Terhadap Kualitas Pelayanan Publik (Studi Terhadap Pelayanan Administrasi Pemerintah di Kelurahan Teluk Betung Kecamatan Teluk Betung Selatan Kota Bandar Lampung. Bandar Lampung:

Universitas Lampung (Skripsi).

Putri, Martini Dwi. 2009. Proporsi Dan Keanekaragaman Hasil Hutan Di Repong Damar Pekon Pahmungan KruiLampung Barat. Bandar Lampung: Unila (Skripsi) Repong Damar. http://jualgetahdamar.wordpress.com/2013/05/02/makalah-hasil-hutan-non-kayu-getah-damar/.Diakses Tanggal 9 Desember 2013. Diposkan oleh

Danial.

Spradley, James P. 2006. Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana

Suryabrata, Sumadi. 2000. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Suryabrata, Sumadi. 2012. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Tim Redaksi. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. 2002. Jakarta. Balai

Pustaka.

Tim Redaksi Majalah Beguai Jejama. 2009. Refleksi 2 Tahun Kepemimpinan MB-DA. Lampung Barat: Bagian Humas dan Protokol Pemerintah Kabupaten Pesisir

Barat.

Zain, Alam Setia. 2003. Kamus Kehutanan. Jakarta. PT. Rineka Cipta

Zain, Alam Setia. 1998. Aspek Pembinaan Kawasan Hutan dan Stratifikasi Hutan Rakyat. Jakarta: PT Rineka Cipta. Halaman 34.

Referensi

Dokumen terkait

Activity Based Costing System (Sistem ABC) merupakan sistem yang membentuk kelompok biaya berdasarkan aktivitas secara terstruktur dengan dasar alokasi biaya

Karakter bobot buah ciplukan per tanaman dengan komponen hasil seperti karakter jumlah bunga per cabang pada analisis korelasi genetik menunjukkan adanya hubungan

Hasil penelitian menunjukkan ciplukan di wilayah eks-karesidenan Surakarta memiliki keragaman baik secara kualitatif maupun kuantitatif terutama pada warna dan ukuran

Hasil pengamatan karakter kuantitatif tanaman menunjukkan bahwa tinggi tanaman pisang Gohu adalah paling tinggi, pisang Tembaga, Bunga, dan Mulu Bebe memiliki tinggi

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan seberapa besar peningkatan keterampilan mengajar guru, aktivitas siswa, dan sikap ilmiah siswa dengan penerapan model

Teknik pengambilan data dalam penelitian ini adalah dokumentasi dengan analisis data yang bersifat deskriptif (descriptive analisys). Hasil penelitian ini menunjukan: 1)

Yang berada di lingkaran I sampai dengan V adalah kerjasama yang sudah dirintis dan program sudah tersusun, sedang yang berada diluar lingkaran I – V, tapi berada dalam lingkaran

Daerah ini nulal berlaku seiaf, tang- gal iliundangkan alala.n Lenbaran Daerah Kota[a - dya Daerab Tingkat fI Banda