ANALISIS PERMINTAAN BERAS NASIONAL
PENDUDUK INDONESIA PER KAPITA PER TAHUN
MENURUT PROVINSI
OLEH:
NAMA
: DITTE YULITA
NPM
: E1D012011
Dosen
: Ir. Sriyoto M.Si
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Di indonesia sub sektor pangan merupakan salah satu sub sektor yang memiliki peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Sub sektor pangan tidak hanya berperan dalam mewujudkan ketahanan panagan tetapi juga ikut berperan dalam mewujudkan pembangunan wilayah, pengentasan kemiskinan, penyerapan tenaga kerja, penyedia bahan baku industri, penghematan dan penerima devisa. Serta juga berperan dalam penarik bagi pertumbuhan industri hulu, dan mendorong industri hilir yang memberikan kontribusi cukup besar pada pertumbuhan ekonomi (abdurachman,2008).
Salah satu komoditas pangan yang straregi di Indonesia adalah beras. Secara sosial Beras merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Secara ekonomi banyak orang yang meng-gantungkan hidupnya pada tanaman padi, penghasil beras, baik melalui aktivitas usahatani, pemasaran, maupun pengolahan. Secara politis komoditas ini memegang posisi sentral dalam kebijaksanaan pangan nasional karena perannya yang sangat besar sebagai bahan makanan pokok penduduk Indonesia.
permintaan merupakan sejumlah barang atau jasa yang dibeli oleh konsumen selama periode tertentu berdasarkan situasi dan kondisi tertentu. Adapun faktor yang mempengaruhi permintaan adalah harga barang itu sendiri, harga barang subtitusi, harga barang komplementer, pendapatan konsumen dan lain-lain. Faktor yang dianalisis dalam permintaan beras adalah harga beras, harga tepung terigu sebagai barang subtitusi, jumlah penduduk, dan pendapatan perkapita.
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh jumlah penduduk terhadap konsumsi beras nasional berdasarkan provinsi yang ada di Indonesia.
TINJAUAN PUSTAKA
Pangan pokok adalah pangan yang muncul dalam menu sehari-hari, mengambil porsi terbesar dalam hidangan dan merupakan sumber energi terbesar. Sedangkan pangan pokok utama ialah pangan pokok yang dikonsumsi oleh sebagian besar penduduk serta dalam situasi normal tidak dapat diganti oleh jenis komoditas lain (Khumaidi, dalam Hessie 2009).
Beras adalah hasil olahan dari produk pertanian yang disebut padi (Oryzasativa). Beras merupakan komoditas pangan yang dijadikan makanan pokok bagi bangsa Asia, khususnya Indonesia, Thailand, Malaysia, Vietnam, Jepang, dan Myanmar (Ambarinanti, 2007).
Menurut Hessie (2009) Karakteristik beras antara lain:
1. 90% produksi dan konsumsi beras dilakukan di Asia, hal ini berbeda dengan gandum dan jagung yang diproduksi oleh banyak negara di dunia. 2. Beras yang di perdagangkan di pasar dunia tipis (thin market) yaitu antara
4%-5% total produksi, berbeda sekali dengan sejumlah komoditas lainnya sepertigandum (20%), jagung (15%), dan kedelai (30%). Pada umumnya volumeberas yang diperdagangkan merupakan sisa konsumsi dalam negara. Semakintidak stabilnya harga beras dunia (atau harga beras dalam negeri suatu negara),semakin besar tingkat self-sufficiency yang dianut oleh suatu negara, demikian juga rumah tangga tani di Asia.
3. Harga beras sangat tidak stabil dibandingkan komoditas pangan lainnya, misalnya gandum.
4. 80% perdagangan beras dikuasai oleh enam negara yaitu; Thailand, Amerika Serikat, Vietnam, Pakistan, China, dan Myanmar. Oleh karena itu pasar beras internasional tidak sempurna, harga beras akan ditentukan oleh kekuatan oligopoli tersebut.
5. Indonesia merupakan negara net importir terbesar beras pada periode 1997-1998 yaitu sekitar 31% dari total beras yang diperdagangkan dunia. 6. Hampir banyak negara Asia, memperlakukan beras sebagai wage goods
dan political goods. Pemerintah akan goncang apabila harga beras tidak stabil dan tinggi.
petani dan kesejahteraan konsumen. Telah banyak upaya dilakukan pemerintah dalam meningkatkan produksi pertanian dan sekaligus memperbaiki tingkat kesejahteraan petani melalui berbagai macam program intensifikasi dan ekstensifikasi.
Melalui Impres No.9 Tahun 2002, pemerintah dengan sangat halus merubah istilah Harga Dasar Gabah (HDG) menjadi Harga Dasar Gabah Pembelian Pemerintah (HDPG) atau lebih dikenal dengan Harga Pembelian Pemerintah (HPP). Perubahan ini sekilas tidak terlalu berbeda, akan tetapi sebenarnya sangat mendasar. Dengan kebijakan HPP pemerintah hanya menjamin harga gabah pada tingkat tertentu dilokasi yang telah ditetapkan, tidak lagi menjamin harga gabah minimum di tingkat petani. HPP berlaku di gudang Bulog, bukan di tingkat petani sebagaimana kebijakan HDG, sehingga tidak lagi memberikan insentif bagi petani untuk meningkatkan produksi padi (Pratiwi,2008).
Untuk melindungi konsumen, pemerintah (Bulog) menetapkan harga eceran tertinggi lokal. Untuk memenuhi permintaan pada suatu saat dan pada suatu tempat, Bulog melakukan penyebaran persediaan di seluruh Indonesia. Orientasi Bulog dalam distribusi pangan adalah harga, sesuai dengan tugas pokok Bulog untuk menstabilkan harga. Penyediaan persediaan pangan oleh Bulog memiliki tujuan yaitu menjaga variasi harga antar musim dan antar tempat (Amang dan Sawit, dalam Hessie 2009).
Konsumsi merupakan sejumlah barang yang digunakan langsung oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya. Keynes menyatakan bahwa konsumsi sangat bergantung pada pendapatan sekarang. Karena itu para ekonom terbaru menyatakan bahwa konsumen memahami kalau mereka menghadapi keputusan antar waktu. Konsumen menatap sumberdaya dan kebutuhan masa depan mereka, yang menunjukan fungsi konsumsi yang lebih komleks dibanding fungsi konsumsi yang Keynes berikan. Keynes menyatakan bentuk fungsi konsumsi :
Konsumsi = f (pendapatan sekarang) Sedangkan studi terbaru menyatakan :
Fungsi Fungsi permintaan beras diturunkan dari fungsi utilitas konsumen. Fungsi utilitas
dapat dirumuskan sebagai berikut:
U = u(Qd, R) ………(2.14) Dimana:
U = Total utilitas dari beras (unit)
Qd = Jumlah beras yang dikonsumsi (unit)
R = Jumlah komoditi lain yang dikonsumsi (unit)
Konsumen yang rasional akan memaksimumkan kepuasannya dari konsumsi
suatu komoditi pada tingkat harga yang berlaku dan tingkat pendapatan tertentu. Dengan
demikian sebagai kendala untuk memaksimumkan fungsi utilitas adalah sebagai berikut:
Y = Pb * Qd + Pr * R ………. (2.15) Dimana:
Y = Tingkat Pendapatan (Rp) Pb = Harga beras (Rp/unit)
Pr = Harga komoditi lain (Rp/unit)
Dari persamaan (2.14 dan 2.15) dapat dirumuskan fungsi kepuasan yang akan
dimaksimumkan yakni sebagai berikut: 6
Z = u(Qd, R) + (Y – Pb * Q – Pr * R) ………(2.16)
Dimana adalah Lagrange Multiplier, jika syarat pertama dan kedua dipenuhi maka
fungsi utilitas dapat dimaksimukan sebagai berikut: Qd’ - Pb = 0 atau Qd’ = Pb ……….(2.17) R’ - Pr = 0 atau R’ =Pr ………(2.18)
Dimana Qd’ dan R’ adalah utilitas marginal dari komoditi Q dan R sehingga
= Q’/Pq = R’/Pr ……….(2.20)
Persamaan (2.20) menunjukkan bahwa kepuasan maksimum konsumen tercapai jika
utilitas marginal dibagi dengan harga harus sama bagi kedua komoditi tersebut dan juga
harus sama dengan utilitas marginal dari pendapatan.
Dari persamaan (2.19) dan (2.20) diketahui bahwa Pb, Pr dan Y merupakan
peubah eksogen yang mempengaruhi permintaan beras. Dengan demikian fungsi
permintaan beras dapat dirumuskan sebagai berikut: Qd = d (Pb, Pr, dan Y) ………(2.21)
Persamaan 2.21 menunjukkan bahwa jumlah permintaan beras merupakan fungsi
dari harga beras (Pb), harga komoditi lain (Pr) dan Pendapatan (Y). Selanjutnya
Koutsoyiannis (1982) memberi perluasan teori permintaan ini yang menyatakan bahwa
BAB III METODOLOGI
Data yang digunakan merupakan data skunder yang didapat berdasarkan konsumsi beras penduduk di setiap provinsi Indonesia yang bersumber dari Statistik Konsumsi Pangan 2012. Data tersebut meliputi jumlah permintaan (konsumsi) beras penduduk indonesia per kapita per tahun menurut provinsi dan jumlah penduduk (juta).
Model persamaan permintaan (konsumsi) beras penduduk indonesia per kapita per tahun menurut provinsi.
Qd = a0+a1PX + a1X1 Ket: Qd = permintaan beras
X1 = jumlah penduduk.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil
Nama Variabel Koefisien Regresi T hitung P value Konstanta 97.162 (ordinary least square) didapat nilai Thitung dari variabel X1 (jumlah penduduk) sebesar 0.3899 lebih kecil dari nilai Ttabel = 2.037 dengan taraf kepercayaan 90% yang artinya jumlah penduduk berpengaruh negatif atau tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan (konsumsi) beras penduduk indonesia per kapita per tahun menurut provinsi.
Hasil estimasi dengan metode OLS
|_file 33 C:\Users\axioo\Documents\analisis h\analisis beras yg benar.dif
R-SQUARE = 0.0049 R-SQUARE ADJUSTED = -0.0272 VARIANCE OF THE ESTIMATE-SIGMA**2 = 497.38
STANDARD ERROR OF THE ESTIMATE-SIGMA = 22.302 SUM OF SQUARED ERRORS-SSE= 15419.
MEAN OF DEPENDENT VARIABLE = 98.152 LOG OF THE LIKELIHOOD FUNCTION = -148.248
MODEL SELECTION TESTS - SEE JUDGE ET AL. (1985,P.242) AKAIKE (1969) FINAL PREDICTION ERROR - FPE = 527.52 (FPE IS ALSO KNOWN AS AMEMIYA PREDICTION CRITERION - PC) AKAIKE (1973) INFORMATION CRITERION - LOG AIC = 6.2680 SCHWARZ (1978) CRITERION - LOG SC = 6.3587 MODEL SELECTION TESTS - SEE RAMANATHAN (1998,P.165)
CORRELATION MATRIX OF COEFFICIENTS X1T 1.0000
CONSTANT -0.54699 1.0000 X1T CONSTANT
DURBIN-WATSON = 1.2879 VON NEUMANN RATIO = 1.3281 RHO = 0.04689
RESIDUAL SUM = 0.79581E-12 RESIDUAL VARIANCE = 497.38 SUM OF ABSOLUTE ERRORS= 445.33
R-SQUARE BETWEEN OBSERVED AND PREDICTED = 0.0049
RUNS TEST: 13 RUNS, 19 POS, 0 ZERO, 14 NEG NORMAL STATISTIC = -1.4932
COEFFICIENT OF SKEWNESS = -2.7371 WITH STANDARD DEVIATION OF 0.4086
COEFFICIENT OF EXCESS KURTOSIS = 11.6905 WITH STANDARD DEVIATION OF 0.7984
JARQUE-BERA NORMALITY TEST- CHI-SQUARE(2 DF)= 169.9944 P-VALUE= 0.000
GOODNESS OF FIT TEST FOR NORMALITY OF RESIDUALS - 6 GROUPS OBSERVED 1.0 1.0 12.0 16.0 3.0 0.0
EXPECTED 0.8 4.5 11.3 11.3 4.5 0.8
CHI-SQUARE = 6.0737 WITH 2 DEGREES OF FREEDOM, P-VALUE= 0.048 |_stop
DAFTAR PUSTAKA
Ambarinanti, M. 2007. Analisis FaktorFaktor yang Mempengaruhi Produksi dan Ekspor Beras Indonesia. Skripsi. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Pratiwi, P. 2008. Efektifitas dan Perumusan Strategi Kebijakan Beras Nasional.
Skripsi. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Hessie, Rethina.2009.
Analisis Produksi Dan Konsumsi Beras Dalam Negeri Serta Implikasinya Terhadap Swasembada Beras Di Indonesia. Fakultas Ekonomi Dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Di akses 6 april 2015
Statistik Konsumsi.2012.
http://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/32187434/Statistik_Kon
Papua Barat 58,76 2,85