• Tidak ada hasil yang ditemukan

JUDUL INDONESIA: IMPLEMENTASI ADVOKASI LSM JEJAK INDONESIA DALAM PELESTARIAN LINGKUNGAN DI KABUPATEN OKU (TELAAH MASALAH, TANTANGAN, DAN HAMBATAN JUDUL INGGRIS: IMPLEMENTATION OF JEJAK INDONESIA NGOs ADVOCATION ENVIRONMENTAL CONSERVATION IN OKU DISTRICT (

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "JUDUL INDONESIA: IMPLEMENTASI ADVOKASI LSM JEJAK INDONESIA DALAM PELESTARIAN LINGKUNGAN DI KABUPATEN OKU (TELAAH MASALAH, TANTANGAN, DAN HAMBATAN JUDUL INGGRIS: IMPLEMENTATION OF JEJAK INDONESIA NGOs ADVOCATION ENVIRONMENTAL CONSERVATION IN OKU DISTRICT ("

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

IMPLEMENTASI ADVOKASI LSM JEJAK INDONESIA DALAM PELESTARIAN LINGKUNGAN DI KABUPATEN OKU

(TELAAH MASALAH, TANTANGAN, DAN HAMBATAN)

Oleh

ANGGI YUMARTA

Masalah kerusakan lingkungan hidup yang terjadi di wilayah Kabupaten OKU saat ini sudah mencapai pada tahap yang mengkhawatirkan, ini dapat dinilai dari semakin banyak berkurangnya lahan terbuka hijau karena telah menjadi lokasi eksplorasi perusahaan, baik itu tambang batu bara, batu kapur ataupun menjadi perkebunan kelapa sawit dan karet. Dampaknya berakibat pada penurunan kualitas air, udara dan tanah. Kegiatan advokasi lingkungan yang dilakukan LSM Jejak Indonesia bertujuan untuk dapat meminimalisir terjadinya kerusakan lingkungan akibat dari proses pembangunan tersebut.

Penilitian ini menggunakan riset kualitatif dengan melakukan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi guna mendapatkan keakuratan data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa LSM Jejak Indonesia mengklasifikasikan kedalam lima strategi advokasi dalam melakukan kegiatan advokasi mereka, (1) guna penyampaian pesan yang efektif kepada masyarakat strategi manajemen isu dan kampanye advokasi dikedepankan sebagai langkah awal, (2) pihak LSM mulai menentukan sasaran, dukungan, dan oposisi, (3) mulai mengembangkan rencana aksi advokasi, baik itu yang bersifat persuasif sampai pada tindakan agresif seperti demonstrasi, (4) LSM melakukan kegiatan monitoring dan evaluasi terhadap kegiatan advokasi yang telah dilakukan, dan (5) adalah hasil yang diharapkan yaitu perubahan kebijakan atau program yang diinginkan.

(2)

ABSTRACT

IMPLEMENTATION OF JEJAK INDONESIA NGOs ADVOCATION ENVIRONMENTAL CONSERVATION IN OKU DISTRICT

(REVIEW ISSUES, CHALLENGES AND BARRIERS)

By

ANGGI YUMARTA

Problems of environmental damage that occurred in the region is currently disabled Regency has reached alarming levels, this can be judged from the more reduction of green open land for being the location of the company's ventures, be it mine coal, limestone, or into oil palm plantations and rubber. Effects resulting in decreased quality of water, air and land. Environmental advocacy activities by NGOs Step Indonesia aims to be able to minimize the occurrence of environmental damage resulting from the development process.

Webmaster moderator using qualitative research techniques to do the interview, observation and documentation useful for analyzing data. The results showed that the NGOs Step Indonesia classifies into five advocacy strategies in performing their advocacy activities, (1) use of effective delivery of the message to the community management strategy and advocacy campaign issues featured as a first step, (2) the NGO started setting targets, support, and opposition, (3) begin to develop an action plan for advocacy, good persuasive nature to the aggressive actions such as demonstrations, (4) organizations do monitoring and evaluation activities on advocacy activities that have been carried out, and (5) is the expected result that is changing policy or program desired.

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Palembang, Provinsi Sumatera Selatan pada tanggal 27 Juli 1983, sebagai Putra pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Bapak Gunadi Yunus dan Ibu Susilawati.

(8)

MOTO:

Don t be regret for everything what happen this time, sometime we will be

grateful for what we feel now

(9)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan hasil studi ku ini kepada:

Kedua Orang Tua Ku Tercinta

(Papa Gunadi Yunus dan Mama Susilawati, SH)

Terimakasih atas kesabaran, dukungan, dan kasih sayang yang tidak terhingga, Kebahagiaan kalian adalah ingin Ku

Untuk Adik Ku Satu-satunya: Bagus Suryo Nugraha

Terimakasih atas semangat, senyum, dukungan, dan kasih sayang untuk Kakak

Agnes Pedriani Putri

Terimakasih untuk setiap waktu yang telah kita lewati bersama sampai saat ini, Yakin kelak kebahagiaan itu akan utuh milik Kita, Amiin.

Semua keluarga besar Ku di Baturaja

U.H. Fam’s dan Keluarga di Damai, Ku mampu banggakan kalian

Keluarga Kiay Firman, Yuk Pau, Kak Yuli dan Okta

Terimakasih untuk semua kebaikan dan dukungan selama penyelesaian studi ini

Semua keluarga besar Fisip Unbara dan Jejak Indonesia

Special terimakasih untuk Kak Aan (Hendra A Setyawan, S.I.Kom) tetap selalu mohon arahan dan bimbingannya Kak.

(10)

SANWACANA

Allhamdullilahirobbilallamin, puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya dapat menyelesaikan tesis ini, dengan judul:

“Implementasi Advokasi LSM Jejak Indonesia Dalam Pelestarian

Lingkungan Di Kabupaten OKU (Telaah Masalah, Tantangan, dan

Hambataan)”, sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Magister Ilmu Pemerintahan pada Program Pascasarjana Magister Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Sudjarwo, M.S., selaku Direktur Pascasarjana Universitas Lampung.

2. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

(11)

4. Bapak Drs. Yana Ekana, M.Si., selaku Koordinator Sekretariat Program Studi Magister Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

5. Bapak Dr. Hartoyo, M.Si., selaku Pembimbing Utama atas kesediaan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, kritik dan masukan dalam proses penyelesaian Tesis ini.

6. Bapak Roby Cahyadi, S.I.P., M.Si., selaku Pembimbing Kedua atas nasehat, dukungan, dan kritik dalam proses penyelesaian Tesis ini.

7. Bapak dan Ibu Staff Adminitrasi Fisip Unila. Special terimakasih untuk Mba Nurmarlena, S.I.Kom, Pak Lukman, Pak Jumadi, Mas Darman atas semua bantuan dan kesabarannya.

8. Aprilia Lestari, Buday Martha, Bang Ainuddin, Maul, Ayu, Mba Hanny, Dian, dan semua rekan-rekan Magister Ilmu Pemerintahan 2012, Terimakasih atas kebersamaan kalian.

Bandar Lampung, Agustus 2014 Penulis,

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL….………... vii

DAFTAR BAGAN ...……… viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah …...………..………. 1

B. Perumusan Masalah ……….….………... 15

C. Tujuan Penelitian………..………… 15

D. Manfaat Penelitian……… 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Organisasi Masyarakat Sipil …..……….. 17

1. Jenis dan Ketegori LSM ..…...……….………... 21

2. Peran Sosial LSM dalam Masyarakat ..………... 22

B. Kedudukan, Fungsi, dan Peran LSM dalam Sistem Pemerintahan Daerah………. 23

C. Proses Advokasi dan Penyusunan Strategi …….…. 25

1. Manajemen Isu dan Kampanye Advokasi ……. 29

2. Menentukan Sasaran, Dukungan dan Oposisi ... 30

3. Mengembangkan Rencana Aksi ………...……. 34

D. Monitoring dan Evaluasi ……….… 36

(13)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metodelogi Penelitian……..…...………. 43

B. Fokus Penelitian…….…….……….………. 44

C. Penentuan Informan.…...………. 44

D. TeknikPengumpulan data ……… 47

E. Wawancara ………... 48

F. Observasi……….. 50

G. Dokumentusi ………. 50

H. Teknik Analisis Data ………. 51

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ……… 54

1. Sejarahdan Geografis OKU ………. 54

2. Topografi dan Pemanfaatan Lahan ……… 56

3. Pemerintahan, Visi, Misi dan Strategi ………... 56

4. Potensi Wilayah………. 60

5. Pertambangan, Energi dan Industri ……… 61

B. ProfilLSM JEJAK INDONESIA ……….………... 64

1. Sejarah Berdirinya LSM Jejak Indonesia …….. 64

2. Visi dan Misi ………. 66

3. StrukturKepengurusan ………..…... 67

4. Aktivitas Program KegiatanAdvokasi ………. 68

C. Hasil danPembahasan ……….. 73

1. Manajemen Isu dan Kampanye Advokasi ……. 74

(14)

3. Mengembangkan Rencana Aksi ……… 87 4. Monitoring danEvaluasi ………... 91

5. Perubahan Kebijakan atau Program ………….. 94

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan……….. 98

B. Saran………. 102

DAFTAR PUSTAKA………...

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Perbedaan Advokasi dan Berbagai Konsep Sejenis …… 38

1.1. Informan Penelitian ………. 47

1.2. Konsep dan Metode Pengumpulan Data ………. 53

4.1. Kecamatan, Jumlah Kelurahan/Desa dan AnggotaBPD ………... 57

4.2. Visi, Misi dan Strategi Pembangunan Kab. OKU …….. 58

4.3. Jumlah Penduduk Per-Kecamatan Kab. OKU ………... 59

4.4. Potensi Bahan Galian ……….. 62

4.5 Potensi Sumber Daya Energi ……….. 62

4.6. Visi dan MisiLSM Jejak Indonesia ………... 67

4.7. Struktur Kepengurusan ……… 68

4.8. Hasil Analisis Pihak Sasaran Primer dan Sekunder …... 86

4.9. Rencana Implementasi Advokasi……… 90

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Konsep masyarakat sipil (civil society) dalam konteks dunia barat muncul terlebih dahulu sebelum negara terbentuk, kemudian dilain pihak konsep Marxian adalah protes terhadap kuatnya kapitalis dan kaum feodalis yang digerakkan oleh civil society tersebut, seperti misalnya pertentangan kelas pekerja dan pemilik modal, hak-hak buruh dan lain sebagainya, yang selanjutnya berkembang sebagai dasar dari gerakan sosial anti globalisasi yang merebak dewasa ini.

(18)

kepentingan sekelompok kecil tersebut, atau paling tidak muncul sebagai suatu reaksi bukan sebagai suatu kebutuhan yang bersumber dari bawah.1 Agenda reformasi yang muncul di Indonesia setelah berakhirnya masa pemerintahan rezim Presiden Soeharto, dikonsentrasikan pada perwujudan demokratisasi, tata kelola pemerintahan yang baik (good governance), akuntabilitas, desentralisasi, dan penghormatan hak-hak

asasi. Perwujudan demokrasi memerlukan hubungan yang kuat antara masyarakat sipil, keadaan politik, kepercayaan antara masyarakat, para aktivis, politisi, dan pejabat pemerintah harus membangun tata kelola pemerintahan yang baik, mulai dari tingkatan politik didaerah sampai dengan tingkatan politik nasional.

Desentralisasi bertujuan mendorong pemerintahan lokal untuk menentukan sendiri rencana diberbagai aspek pembangunan, meningkatkan keterampilan dan kemampuan aparatur pemerintahan untuk memberikan pelayanan kepada publik. Harapan implementasi dari desentralisasi adalah dapat mempercepat pembangunan dibanyak sektor, seperti ekonomi, pemberdayaan masyarakat lokal, kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur. Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 mengenai Otonomi Daerah, Bab 4, Pasal 7 ayat (1) menekankan, bahwa kewenangan pemerintah daerah (provinsi/kabupaten/kota) adalah menyangkut di semua bidang atas masalah pemerintahan, kecuali masalah luar negeri, pertahanan dan keamanan, peradilan, moneter dan fiscal, agama, dan kewenangan lainnya.

1

(19)

Diterangkan kembali dalam Pasal 7 ayat (2), bahwa kewenangan lain yang disebutkan dalam ayat (1) mencakup perencanaan nasional, petunjuk pembangunan nasional di tingkat makro, dana keseimbangan fiscal, adminitrasi negara, institusi ekonomi negara, pembangunan dan pemberdayaan tenaga kerja, penggunaan sumber daya alam, strategi dan teknologi tinggi, konservasi dan standarisasi nasional. Kemudian, menyangkut pengelolaan sumber daya alam, Bab 4, Pasal 10 ayat (1) menegaskan, bahwa pemerintahan lokal mempunyai kewenangan untuk mengelola sumber daya nasional yang berada didalam teritorialnya dan bertanggungjawab penuh untuk menjaga lingkungan yang lestari didasarkan atas peraturan dan perundangan.

Keterangan Pasal 9 ayat (1) menyatakan, bahwa provinsi mempunyai kewenangan otonomi daerah, mencakup kewenangan sektor pemerintahan untuk mengawasi antar pemerintahan lokal (kabupaten) dan hubungan antar kotamadya. Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 2000 mengenai program pembangunan tahun 2000/2004, menekankan kebutuhan partisipasi masyarakat didalam pengambilan keputusan, termasuk Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), memberikan prioritas kepada hak-hak masyarakat lokal dan kebutuhan untuk memperkuat kelembagaan lokal.2

LSM dapat didirikan oleh perorangan ataupun sekelompok orang yang secara sukarela memberikan pelayanan kepada masyarakat umum. Keberadaan LSM disamakan dengan Organisasi Masyarakat (Ormas),

2

(20)

yang berdirinya mengacu pada UU No. 08 tahun 1985 tentang organisasi kemasyarakatan.

Pemerintah secara perlahan namun pasti telah mengambil inisiatif untuk menata ulang Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) melalui hukum perundangan dalam hal badan hukum, ruang lingkup, serta hak dan kewajibannya.

Sebagai contoh UU No. 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja, UU No. 16 Tahun 2001 tentang Yayasan dan telah diubah melalui UU No. 28 Tahun 2004 dan juga telah di-Peraturan Pemerintah-kan PP No. 63 Tahun 2008 tentang pelaksanaan undang-undang tentang yayasan, serta Permendagri No. 38 Tahun 2008 yang didasarkan pada UU No. 8 Tahun 1985 tentang penerimaan dan pemberian bantuan kepada kemasyarakatan dari dan kepada pihak asing.

Adanya peraturan tersebut dimaksudkan agar terciptanya ketertiban bagi OMS di tanah air. Namun demikian, yang perlu dipahami adalah apakah penertiban yang dimaksud benar-benar dapat berlaku adil bagi semua pihak, dan apakah pengaturan tersebut merupakan upaya penjaminan atau malah menghambat dinamika OMS itu sendiri.3

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) adalah sebuah organisasi yang didirikan dengan memiliki tujuan untuk secara sukarela memberikan pelayanan kepada masyarakat umum tanpa bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari kegiatannya. Organisasi ini di dunia internasional dikenal juga sebagai organisasi non-pemerintah (non-governmental

3

(21)

organization/NGO). Organisasi tersebut bukan menjadi bagian dari pemerintah birokrasi ataupun negara. Secara garis besar organisasi non-pemerintah dapat di lihat dengan bercirikan, organisasi ini bukan bagian dari pemerintah, birokrasi ataupun negara (underbow), serta dalam melakukan kegiatan tidak bertujuan untuk memperoleh keuntungan (provit). Semua program kegiatan dilakukan untuk kepentingan masyarakat umum, tidak hanya untuk kepentingan para anggota seperti yang di lakukan koperasi maupun organisasi profesi umumnya.

LSM dalam peranannya diharapkan mampu turut membangun demokrasi yang utuh, matang, dan berwibawa, salah satunya adalah membangun organisasi masyarakat sipil yang profesional dan konstruktif bagi pemerintah dan masyarakat. Tapi tidak cukup itu saja, bagaimana peranannya guna mewujudkan pemerintah yang demokratis, itu yang sangat penting dalam laju kencang demokrasi. Banyak orang yang tidak mengerti, siapa yang sebenarnya masyarakat sipil itu, apa peranannya dalam negara yang menjunjung demokrasi, pertanyaan-pertanyaan tersebut akan selalu mengemuka didalam kehidupan masyarakat demokrasi seperti Indonesia.4

Organisasi masyarakat sipil melingkupi kehidupan sosial terorganisir yang terbuka, sukarela, lahir secara mendiri, setidaknya berswadaya secara parsial, otonom dari negara, dan terikat dari tatanan legal atau seperangkat nilai yang disepakati bersama oleh anggotanya.

4

(22)

Pergertian secara umum keterlibatan warga negara yang bertindak secara kolektif dalam ruang publik untuk mengeksperesikan kepentingan-kepentingan, hasrat, pilihan, dan ide-ide mereka untuk bertukar informasi, mencapai sasaran kolektif, mengajukan tuntutan pada negara, memperbaiki struktur dan fungsi negara, dan untuk menuntut akuntabiltas penjabat negara.

Masyakat sipil adalah sebuah fenomena penengah, berdiri antara ruang privat dan negara. Dia bukan masyarakat parokial (jamaat gereja) atau masyarakat ekonomi (usaha, mencari keuntungan, bisnis induvidual) karena mereka tidak memfokuskan diri pada kehidupan sipil dan ruang public, tapi mereka dapat membantu menciptakan norma-norma dan pola keterlibatan kultural yang dapat meluas keruang publik.5

Masyakat sipil menyangkut beragam organisasi, formal dan informal, meliputi Ekonomi (asosiasi-asosiasi adalah jaringan sosial yang produktif), kultur (religius, etnis, komunal, yang membela hak-hak kolektif, nilai-nilai, kepercayaan, keyakinan, dan simbol-simbol), informasi dan pendidikan, kepentingan pembangunan, dan berorientasi pada isu (gerakan yang berorentasi pada lingkungan, reformasi lahan, hak hak perempuan dan permasalahan kewarganegaraan).6

Jelas tidak semua perkumpulan bisa dikatakan sebagai Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), yang memiliki kesamaan dalam memperkuat demokrasi. Artinya yang dikatakan masyarakat sipil tentu

5

Ibid.

6

(23)

mempunyai karateristik yang khas, ini yang membedakannya dengan organisasi-organisasi kemasyarakatan atau-pun organisasi-organisasi pemerintahan yang lain.

Mengacu pada Peraturan Pemerintah (PP) No. 25 tahun 2000 mengenai program pembangunan, yang menekankan kebutuhan partisipasi masyarakat didalam pengambilan keputusan, termasuk Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), memberikan prioritas kepada hak-hak masyarakat lokal dan kebutuhan untuk memperkuat kelembagaan lokal. Berkaitan dengan Peraturan Pemerintah (PP) No. 25 tahun 2000 dalam hal memperkuat kelembagaan lokal, ada banyak strategi yang bisa dan biasa ditempuh oleh LSM, salah satu nya adalah melalui jalan advokasi. Advokasi diartikan sebagai sebuah peroses perubahan dan tranformasi sosial yang diarahkan untuk membuat hubungan-hubungan kekuasaan dimasyarakat itu lebih demokratis, seraya menjamin orang-orang yang dipinggirkan mendapat tempat dalam keputusan-keputusan publik dan membuat hidup dan lingkungan mereka lebih sehat, aman, dan lebih produktif. Dan pada saat tertentu advokasi juga dapat didefinisikan lebih sebagai proses melobi yang berfokus untuk mempengaruhi para pembuat kebijakan secara langsung.7

Strategi-strategi advokasi dapat beraneka ragam, mulai dari pendekatan-pendekatan yang menekankan kerjasama dengan pihak penguasa hingga pendekatan yang memusatkan perhatian pada pendidikan serta himbauan,

7

(24)

dan akhirnya sampai pada pendekatan yang secara terbuka menentang dan berlawanan dengan pemegang kekuasaan.

Banyak faktor dan konsep menyumbang efektivitas pekerjaan advokasi yang dilakukan oleh LSM, diantaranya yang terpenting adalah mencakup masalah legitimasi, kredibilitas, pertanggungjawaban, dan kekuasaan.8 Peran-peran negara dan pasar yang bergeser dengan cepat dalam beberapa tahun terakhir ini telah mempertinggi keprihatinan LSM dan sekelompok masyarakat dan pada waktu yang sama telah membuka peluang untuk keikutsertaan mereka.

Globalisasi, liberalisasi ekonomi, penyesuaian struktural, dan kebijakan privatisasi yang terkait telah memperkuat peran pasar dan cendrung memperlemah bekerjanya negara dan kemampuannya untuk memberikan layanan dasar. Komunitas masyarakat kelas bawah yang terpinggirkan telah terpukul paling keras oleh kebijakan ini.

Melihat pada tingkat politis, kecendrungan kearah demokratisasi disejumlah negara telah mengakibatkan perubahan dari politik partai tunggal kesistem baru multipartai. Dalam kasus lain, dimana para ditaktor dan militer telah menggulingkan pemerintahan yang terpilih, itu berarti kembali ke lembaga dan praktik yang lebih demokratis.

Ruang politik baru itu berarti bahwa LSM dan kelompok akar rumput sering memiliki lebih banyak ruang untuk bekerja dan terlibat dalam sistem itu. Kebutuhan dan kesempatan bagi advokasi muncul dari masalah dan keadaan yang terjadi sekarang ini, kemudian pada gilirannya

8

(25)

dipengaruhi oleh cara-cara dimana berbagai sektor masyarakat berfungsi. Sebagai contoh, kalau tidak dikekang, berfungsinya negara dan pasar bersama dengan tindakan kaum elite yang menguasainya dapat memperhebat kesenjangan ekonomi dan politik.

Situasi seperti tulisan diatas, advokasi oleh LSM dapat memainkan peran vital dalam mengekang sektor masyarakat ini dan memperlunak masalah yang pasti mereka timbulkan, misalnya kecendrungan mereka untuk menumpuk kekuasaan dan menyingkirkan kelompok-kelompok tertentu dari pengambilan keputusan publik. Tetapi, terjun dalam advokasi menuntut persyaratan baru terhadap LSM dan kelompok masyarakat untuk memahami bagaimana kekuatan-kekuatan ini bekerja dimasyarakat, dan bagaimana menerapkan pengetahuan itu ke kerja advokasi yang mereka lakukan.

(26)

Wilayah Kabupaten OKU banyak menyimpan kandungan Sumber Daya Alam (SDA) yang sangat kaya dan beraneka ragam, mulai dari potensi minyak bumi dan gas (MIGAS), batu bara dan batu kapur, potensi hutan dan perkebunannya, serta potensi pariwisata yang ada membuat daerah ini sangat prosfektif dan dapat dikembangkan untuk meraih keberhasilan pembangunan ekonomi. Karateristik potensi alam Kabupaten Ogan Komering Ulu ini memberi peluang besar untuk tumbuh dan berkembangnya usaha di berbagai sektor ekonomi, sekaligus memberikan kontribusi besar bagi pembangunan daerah dan pembangunan ekonomi regional, nasional maupun internasional.

Secara geologis wilayah Kabupaten OKU terbentuk dan tersusun dari lapisan batu-batuan yang menjadikannya kaya akan sumber daya mineral yang sangat potensial untuk dikembangkan, seperti Batubara, Batu Kapur, Granit, Koral, Tanah Liat, Bentonit, Pasir Kuarsa Batu Mulia, Minyak dan Gas bumi, dan kekayaan alam lainnya.

Menurut info dari database Kabupaten OKU tahun 2013, 55,87 % luas wilayah daerah Kabuaten OKU merupakan alang-alang, semak, hutan lebat, hutan belukar dan hutan sejenis. Sedangkan sisanya merupakan pemukiman, areal industri, pertambangan, perairan darat, tanah terbuka, jalan dan sungai.9

Kabupaten Ogan Komering Ulu memiliki potensi Unggulan di berbagai sektor ekonomi, yaitu sektor Pertanian Tanaman Pangan, Perikanan dan Peternakan, Sektor Perkebunan, Sektor Kehutanan, Sektor Pertambangan

9

(27)

dan Energi, Sektor Perindustrian dan Sektor Pariwisata. Dengan adanya potensi unggulan tersebut pihak pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ulu memberikan peluang dan keleluasaan kepada pihak investor untuk mengembangkan dan menggali potensi yang ada.

Sumber daya alam merupakan komponen yang sangat penting dalam pembangunan, karena sumber daya alam ini memberikan kebutuhan asasi bagi kehidupan semua makhluk hidup. Seringkali dengan meningkatnya kebutuhan akan proyek pembangunan keseimbangan alam dan ekosistem yang ada bisa terganggu, dan dapat membahayakan keberlangsungan hidup umat manusia itu sendiri, baik untuk kehidupan masa kini maupun untuk kehidupan diwaktu yang akan datang. Jelas kiranya bahwa masalah pengelolaan lingkungan hidup erat hubungannya dengan masalah pembangunan, karenanya perlu dipahami benar akibat sampingan yang mungkin menimbulkan permasalahan lingkungan dalam proses tahapan-tahapan pembangunan yang dilakukan.

(28)

Permasalahan diatas seringkali terjadi pada sektor pertambangan batubara, batu kapur/semen, hutan dan perkebunan kelapa sawit yang berada diwilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu. Kebijaksanaan demikian sebaiknya tidak dilaksanakan secara terus-menerus, tetapi perlu ada peninjauan kembali setelah jangka waktu tertentu mengingat keterbatasan kemampuan lingkungan untuk diekploitasi.

Undang-Undang (UU) No. 32 Tahun 2009, Pasal 92 ayat (1) menjelaskan, dalam rangka pelaksanaan tanggungjawab perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, organisasi lingkungan hidup berhak mengajukan gugatan untuk kepentingan pelestarian fungsi lingkungan hidup. Selanjutnya ayat (2) menambahkan, hak mengajukan gugatan terbatas pada tuntutan untuk melakukan tindakan tertentu tanpa adanya tuntutan ganti rugi, kecuali biaya atau pengeluaran riil.

Ditegaskan kembali dalam ayat (3), organisasi lingkungan hidup dapat mengajukan gugatan apabila memenuhi persyaratan :pertama, berbentuk badan hukum, kedua, menegaskan dalam anggaran dasarnya bahwa organisasi tersebut didirikan untuk kepentingan pelestarian fungsi lingkungan hidup, dan prasyarat yang ketiga, yaitu telah melaksanakan kegiatan nyata sesuai dengan anggaran dasarnya paling singkat selama waktu 2 (dua) tahun.

(29)

Permasalahannya adalah, para pihak pemegang kebijakan sering mengesampingkan dampak negatif yang disebabkan oleh pembangunan terhadap keberlanjutan lingkungan hidup. Perusakan dan pencemaran lingkungan hidup adalah dampak dari hasil pembangunan yang tidak memiliki konsep keberlanjutan, dan juga eksploitasi sumber daya alam secara besar-besaran yang dilakukan selalu mengesampingkan kepentingan masyarakat serta keberlanjutan alam dan ekosistem.

Salah satu contoh permasalahan kerusakan lingkungan akibat dampak dari proses pembangunan yang ada di Kabupaten OKU adalah kegiatan industri dan eksploitasi alam yang dilakukan oleh salah satu perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang terdapat di Kabupaten OKU, yaitu PT. Semen Baturaja, dimana kegiatan produksi dan tambang batu kapur yang mereka lakukan lebih banyak memberi dampak negatif bagi keberlangsungan lingkungan alam dan masyarakat.

Kegiatan pertambangan batu kapur yang mereka lakukan dengan menggunakan bahan peledak membuat dampak kerusakan pada tingkat kesuburan tanah dan retaknya bangunan rumah-rumah masyarakat yang berada disekitar lokasi pertambangan, belum juga ditambahkan oleh tingkat kebisingan suara akibat dampak dari peledakan tersebut.

(30)

paru-paru basah, dan sesak nafas, akibat menghirup debu semen yang telah bersatu dengan udara.

Program-program Coorporate Social Responsibility (CSR) yang dilakukan oleh pihak perusahaan PT. Semen Baturaja selama ini dirasa hanya sebagai ajang penebus dosa perusahaan semata, karena salain tidak dapat menyentuh masyarakat secara langsung dan menyeluruh, juga tidak pernah bisa menanggulangi dampak negatif pada lingkungan dan kesehatan masyarakat yang berada di wilayah Kabupaten OKU.

Berangkat dari data dan fakta yang terjadi didalam penjelasan diatas, LSM “lingkungan”Jejak Indonesia sudah seharusnya melakukan upaya-upaya penyelamatan bagi kelestarian lingkungan hidup dari kerusakan-kerusakan yang diakibatkan karena kepentingan pemerintah dan pihak perusahaan tidak berpihak terhadap kesejahteraan masyarakat.

(31)

B. Perumusan Masalah

Memperhatikan permasalahan-permasalahan yang terjadi diatas, mengenai proses pembangunan yang berimplikasi pada terjadinya kerusakan lingkungan, yang termasuk juga didalamnya peranan pemerintah daerah dan pihak perusahaan, dan peranan organisasi lingkungan hidup LSM Jejak Indonesia dalam proses advokasi lingkungan yang dilakukan, selanjutnya peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut :

“Bagaimana implementasi kegiatan advokasi yang dilakukan oleh LSM Jejak Indonesia dalam menghasilkan perubahan kebijakan atau program guna keberlanjutan dan kelestarian lingkungan hidup di Kabupaten OKU”.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari Penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengidentifikasi kegiatan advokasi yang dilakukan oleh LSM Jejak Indonesia berdasarkan arah atau tujuan kegiatan advokasi yang mereka lakukan.

2. Untuk mengetahui bagaimana implementasi dari kegiatan advokasi yang dilakukan oleh LSM Jejak Indonesia.

(32)

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, hasil dari Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi atau masukan bagi perkembangan studi Ilmu Pemerintahan, khususnya pada konsentrasi Politik Lokal dan Otonomi Daerah 2. Manfaat Praktis

(33)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Organisasi Masyarakat Sipil

Organisasi masyarakat sipil di Indonesia mulai menampakkan diri pasca era reformasi, terutama, ketika terjadi migrasi besar-besaran aktivis organisasi masyarakat sipil menjadi politisi dan pejabat publik. Agenda demokratisasi yang menjadi misi reformasi-pun semakin gencar disorongkan. Dan, rezim hibrida-pun lahir dari perdebatan mereka. Namun, rezim hibrida selanjutnya melahirkan juga hibrida baru dalam organisasi masyarakat sipil.

(34)

Demokratisasi, dalam hal ini, menyangkut pemenuhan prosedur-prosedur penyelenggaraan kekuasaan tertentu, mulai dari pemilu demokratis hingga good governance. Pada puncaknya, demokratisasi dimuarakan pada liberalisasi (the best government is the least government).10

Partisipasi publik dibuka lebar-lebar dengan menekan intervensi negara pada batas minimal, dunia usaha harus dibangkitkan kembali dengan menyemarakkan pasar investasi, beberapa perusahaan negara perlu disehatkan dengan melakukan privatisasi dan aturan hukum dibuat secara ketat untuk menjamin persaingan ekonomi yang sehat.

Demokratisasi dalam konteks itu bagi sebagian besar organisasi masyarakat sipil di Indonesia memiliki dilema tersendiri. Di satu sisi, ia adalah sebuah keharusan sejarah, namun di sisi lain, ia tidak diharapkan karena berkembang melalui intervensi asing. Namun, terlepas dari semua perdebatan tentang liberalisasi, masyarakat sipil-pun “dipaksa” untuk

menempatkan diri dalam arus liberalisasi yang berlangsung. lemahnya peran negara secara otomatis membuat masyarakat sipil mereguk keuntungan tersendiri.

Lembaga-lembaga donor asing lebih melirik mereka daripada negara. Disisi lain, negara juga membutuhkan mereka demi mengais legitimasi dan menyewa tenaga professional mereka. Kucuran donor asing semakin melimpah ruah dan proyek pemerintah pun tak pernah sepi. Organisasi masyarakat sipil inipun bahkan melakukan hal-hal yang semestinya

10

(35)

menjadi tugas negara, mulai dari penghitungan hasil pemilu hingga pengentasan kemiskinan.

Merekapun juga mengambil alih banyak tugas-tugas legislatif dan yudikatif, mulai pengawasan kinerja pemerintah hingga investigasi kasus-kasus korupsi. Mereka menyadari posisi strategis ini, sehingga, tak heran jika pasca reformasi, industri LSM pun semakin berkecambah. Maka, alih-alih menyelesaikan misinya sebagai motor gerakan sosial, organisasi masyarakat sipil justru berkembang menjadi industri jasa modern. Mereka memiliki kantor-kantor yang dikelola secara profesional.

Bagi institusi-institusi yang mapan, para aktivisnya mengisi lapisan kelas-kelas borjuis baru. Mereka tidak hanya bekerja di satu institusi, namun pada banyak lainnya. Lingkup kerja mereka tidak lagi nasional, namun dalam sistem jaringan transnasional.

Disini, kemudian muncul persoalan tentang keadaban (civility) dan kewarganegaraan (civic) yang memberi karakter bagi masyarakat sipil. Keadaban tidak lagi sekadar menyangkut isu-isu kekerasan, namun juga isu kemandirian, sementara kewarganegaraan menyangkut tanggung jawab politis sebagai warganegara. Kedua isu saling bertautan satu sama lain. Kemandirian terhadap negara tidak lantas digantikan pada ketergantungan pada yang lain sehingga mengikis tanggung jawab kewarganegaraannya.

(36)

masyarakat sipil tersebut adalah organisasi pemburu provit, mereka bergantung pada donor mana yang bersedia menerima program-program mereka atau memberikan proyek-proyek baru bagi mereka.

Secara politis, ada empat posisi yang jamak dipilih. Pertama, berkolaborasi dan menerima proyek-proyek pemerintah secara total. Kedua, menghindari kerjasama dengan negara dengan lebih membuka

diri pada swasta. Ketiga, menolak kerja sama dengan negara maupun dengan pihak swasta tertentu, semisal lembaga donor internasional atau perusahaan industri berat. Keempat, menerima kerja sama dari manapun secara professional tanpa harus terikat.

Umumnya, Ormas dan LSM/NGO lebih memilih posisi keempat. Dan, pada posisi ini, berbagai ideologi dan idealisme diperdebatkan, ditata ulang bahkan ditransgresikan.

Masyarakat sipil sendiri bukanlah diskursus yang tercipta karena pengalaman domestik, namun diskursus impor yang diapropriasi oleh pengalaman lokal. Di tempat asalnya, masyarakat sipil bersifat mandiri (dari negara) karena hidup beriringan dengan berfungsinya ekonomi pasar kapitalis.

Organisasi-organisasinya hidup dari bisnis mandiri, seperti media, atau dari kesadaran filantropis masyarakatnya yang tinggi. Sementara, saat datang ke negeri-negeri berkembang, ide-ide ini dicangkokkan pada ragam organisasi yang ada.

(37)

tujuannya sendiri, masyarakat sipil inipun pada akhirnya berkembang untuk dapat meraih identitasnya sendiri.

1. Jenis dan Kategori LSM

Secara garis besar dari sekian banyak organisasi non-pemerintah yang terdapat di Indonesia dapat dikategorikan sebagai berikut;11

1) Organisasi Donor

Adalah organisasi non pemerintah yang memberikan dukungan biaya bagi kegiatan organisasi non provit/politik/pemerintah dan organisasi lain.

2) Organisasi Mitra Pemerintah

Adalah organisasi non pemerintah yang melakukan kegiatan dengan bermitra dengan pemerintah dalam menjalankan kegiatannya.

3) Organisasi Profesional

Adalah organisasi non pemerintah yang melakukan kegiatan berdasarkan kemampuan professional tertentu, seperti organisasi pendidikan, organisasi bantuan hukum, organisasi jurnalisme, organisasi kesehatan, organisasi pengembangan ekonomi dan sejenisnya.

4) Organisasi Oposisi

Adalah organisasi non pemerintah yang melakukan kegiatan dengan memilih menjadi penyeimbang dari kebijakan pemerintah. Organisasi ini bertindak melakukan kritik dan pengawasan terhadap keberlangsungan kegiatan pemerintahan.

☞ ☞

(38)

2. Peran Sosial LSM dalam Masyarakat

Khasanah kepustakaan tentang LSM, di Indonesia muncul istilah tentang berbagai generasi LSM. LSM generasi awal lebih merupakan lembaga sukarela untuk memberi bantuan dan santunan social. Generasi kedua, mulai memperkenalkan pengembangan usaha swadaya lewat kelompok-kelompok kecil dari masyarakat yang rentan. Semboyan mereka adalah

memberi kail bukan sekedar ikan”. Generasi ketiga mulai berinteraksi

dengan pembuatan kebijaksanaan, dan berperan sebagai semacam konsultan untuk beberapa program yang memerlukan dukungan swadaya masyarakat. Kemudian, generasi keempat menggerakkan keprihatinan publik dengan melakukan kampanye tentang lingkungan hidup, hak-hak konsumen atau hak-hak asasi manusia. Tentu saja yang terakhir kecuali generasi pertama, semua ini merupakan titik berat kegiatan dari pada spesialisasi yang ekslusif. Dan ada juga LSM-LSM yang melakukan kegiatan tersebut sekaligus.12

Kenyataannya, bahwa LSM mempunyai pandangan dasar, metode kerja dan tujuan yang relative sama. Berbagai forum dan jaringan yang banyak dibentuk sejak tahun 1980-an, baik didaerah, ditingkat nasional, maupun internasional menyebabkan munculnya suatu komunitas yang khas, yang bilamana perlu bisa bertindak bersama.

Suatu hal yang menarik dalam komunitas tersebut adalah telah berkuranganya tarikan primordial masing-masing, hingga LSM dari berbagai aliran dan latar belakang bisa bertemu untuk kepentingan

✍✎

✏✑✒ ✓✔✕✖✗ ✔✘ ✓✥Kontribusi Penyuluhan Pembangunan Dalam Mendukung Pelaksanaan Otonomi

Daerah✙✖✚ ✛✜✑✓✔✢✚✛✣✚✔✤✓✘✓✓✑✖✦ ✧✧✚✑✗★✗✧✓✩✘ ✓✔✓✪✓✫✧✓✤✓✑✜✕✬ ✭✮ ✭✔✯✰✢ ✬ ✱✲ ✳ ✴✲ ✵

(39)

bersama. Masih ada unsur tengah mainstream yang bisa menjadi acuan bersama. Unsur mainstream tersebut adalah usaha menggerakkan pertisipasi masyarakat dan pembelaan hak-hak rakyat.

Untuk itu mereka mengembangkan jaringan, tak hanya antar LSM, tetapi juga dengan unsur-unsur yang tanggap dikalangan pemerintah, akademika, organisasi masyarakat dan para pembentuk pendapat umum. Jaringan itu longgar, tidak resmi, disana-sini terkesan agak pribadi sifatnya, tetapi biasanya cukup efektif dalam kegiatnnya.13

B. Kedudukan, Fungsi, dan Peran LSM dalam Sistem Pemerintahan Daerah.

Meminjam teori fungsionalisme struktural, LSM diposisikan atau didudukkan sebagai pelaku dari struktur kelompok kepentingan yang berfungsi sebagai pengartikulasi kepentingan masyarakat. Artinya, LSM berkedudukan sebagai kelompok kepentingan (interest group) didalam suatu negara. Bila mereka melakukan artikulasinya itu secara menekan (memaksa, mengancam, menteror, dan sebagainya), mereka berkedudukan sebagai kelompok penekan (pressure group). LSM bermula dari (secara sejarah) dan berperan sebagai;

1) Dibentuk oleh masyarakat sendiri. 2) Diurus/dikelola oleh masyarakat sendiri.

3) Untuk memperjuangkan kepentingan masyarakatnya sendiri (masyarakat selingkup).

✺✻

(40)

4) Dalam upaya membantu tugas-tugas pemerintah dalam membangun bangsa/negara.

Letak perbedaan antara LSM dan Ormas adalah :

1) Dibentuk dan diurus sendiri dengan dukungan pemerintah; 2) Diselaraskan dengan program-program pemerintah;

3) Untuk menjadi mitra-kerjasama pemerintah. Sementara LSM adalah:

1) Dibentuk dan diurus oleh masyarakat sendiri;

2) Bergerak untuk mengisi dan memperjuangkan kepentingan-kepentingan masyarakat yang terabaikan (termarjinalisasi)oleh pemerintah;

3) Untuk menjadi pengontrol terhadap cara/hasil-kerja pemerintah. Kebergantungan Ormas dan LSM kepada pemerintah ditentukan oleh : 1) Sumber dana bagi kegiatan organisasi; apakah dari (sebagian atau

seluruhnya) dari bantuan pemerintah atau tidak.

2) Pengaruh kerjasama rekrutasi ketika menjadi pimpinan; apakah meminta bantuan (atau direkayasa) pemerintah ketika menjadi pimpinan Ormas/LSM atau tidak.

(41)

1) Mempengaruhi partai-partai politik melalui fraksi legislatif-nya untuk memperjuangkan atau membuat keputusan (melalui peraturan daerah) yang berpihak kepada program/kegiatan Ormas dan LSM. 2) Mempengaruhi pemerintah/eksekutif (Bupati atau Dinas/Instansi

terkait) untuk memperjuangkan kepentingan Ormas dan LSM kedalam Peraturan Daerah atau keputusan-keputusan Pemerintah. 3) Mengontrol/mengawasi kinerja Pemerintah dan DPRD (termasuk di

dalamnya Dinas/Instansi Pemerintah dan partai-partai politik). 4) Saling memantau dan mengontrol antar sesama kelompok

kepentingan (Ormas pada Ormas, LSM pada LSM) agar tidak terjadi saling bersaing yang tidak sehat, agar tidak mencemarkan korsa-organisasi di mata pemerintah dan masyarakat umum. Untuk ini bisa dalam bentuk adanya forum bersama, kelompok kerja bersama, etika profesi bersama, atau yang lainnya.

5) Bersedia secara sadar dan bertanggungjawab untuk dipantau dan dikontrol oleh masyarakat umum dan pemerintah di Kabupaten Garut sebagai bentuk adanya akuntabilitas-publik dari Ormmas dan LSM.14

C. Proses Advokasi dan Penyusunan Strategi

Advokasi adalah aksi yang strategis dan terpadu, oleh perorangan atau kelompok masyarakat untuk memasukkan suatu masalah ke dalam agenda kebijakan, dan mengontrol para pengambil keputusan untuk

❀❁

(42)

mengupayakan solusi bagi masalah tersebut sekaligus membangun basis dukungan bagi penegakan dan penerapan kebijakan publik yang di buat untuk mengatasi masalah tersebut.15

Proses advokasi melibatkan berbagai strategi yang ditujukan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan publik baik di tingkat lokal, nasional dan internasional, kemudian dalam advokasi itu secara khusus harus memutuskan: siapa yang memiliki kekuasaan dalam membuat keputusan, dan bagaimana cara mengambil keputusan itu, serta bagaimana cara menerapkan dan menegakkan keputusan tersebut.16 Berbicara advokasi, sebenarnya tidak ada definisi yang baku. Pengertian advokasi selalu berubah-ubah sepanjang waktu tergantung pada keadaan, kekuasaan, dan politik pada suatu kawasan tertentu. Advokasi sendiri dari segi bahasa adalah pembelaan.

Selanjutnya, stratergi tindakan dapat diklasifikasikan kedalam kerjasama, persuasi, litigasi (tuntutan hukum), dan kontestasi (perlawanan). Dalam strategi kerjasama, kelompok boleh jadi bekerjasama dengan negara untuk menyebarkan inovasi setempat yang berhasil atau untuk memperbaiki layanan yang dilakukan oleh negara, strategi pendidikan membina kewaspadaan politik dan kesadaran kritis, memperkuat LSM dan kelompok warga negara, dan juga memberi informasi, analisis dan kebijakan analisis.

Strategi persuasi menggunakan informasi, analisis, dan mobilisasi warga negara untuk mendesakkan perubahan, serta mempromosikan perubahan 15

Manual Advokasi Kebijakan Strategis, IDEA, Juli 2003. 16

Lisa VeneKlassen and Valerie Miller The Action Guide for Advocacy and Citizen Participation

(43)

dengan menggunakan sistem peradilan dan strategi kontestasi menggunakan protes untuk menarik perhatian kedampak-dampak negatif kebijakan dan memberi tekanan demi perubahan.

Meski ada berbagai kemungkinan definisi untuk istilah strategi, namun para ahli merumuskan strategi sebagai rencana tindakan untuk mempengaruhi kebijakan, program, perilaku, dan praktik publik. Sebuah strategi advokasi perlu didasarkan pada visi ideal tentang masyarakat dan analisis permasalahan, isu,stakeholder, dan kekuasaan. Sebagai rencana, strategi perlu mengandung unsur-unsur sebagai berikut ;

1) Tujuan, sasaran, dan target yang jelas. 2) Serangkaian taktikdan kegiatan yang terkait.

3) Dilaksanakan dengan cara terorganisir dan sistematis.

Pelaksanaan strategi advokasi berarti menggunakan kekuasaan dan mengubah hubungan kekuasaan untuk mencapai tujuan tersebut.

(44)

Kampanye advokasi yang efektif berdasar pada pemahaman yang jelas tentang seperti apa masyarakat yang mereka inginkan dan visi ideal tentang dunia. Visi ini dapat menolong kelompok-kelompok dalam memilih masalah dan isu yang akan membantu menuju perubahan transformative dan menentukan tujuan advokasi jangka panjang berdasarkan perubahan itu.

Setelah menentukan visi jangka panjang, yakni masyarakat ideal, kelompok-kelompok merasa perlu mendasarkan diri pada konteks social dimana kelompok akan beroprasi. Ini memungkinkan organisasi untuk menilai kekuatan makro dan hubungan kekuasaan yang akan mempengaruhi usaha advokasi mereka.

Ada beberapa cara untuk melakukan penilaian ini. Misalnya, sejumlah cara disebut analisis makro, yang lain dikenal sebagai analisis situasi. Salah satu cara untuk melaksanakan analisis meyeluruh yaitu kerangka kerja masyarakat sipil, negara, dan pasar yang memetakan kekuatan dan kekuasaan relative setiap sektor.

Cara itu memberikan metode nyata bagi organisasi untuk membahas kekuatan politik, sosial, dan ekonomi makro sebelum memulai analisis dan pemilihan masalah mereka.17

Untuk lebih jelas, berikut adalah proses dan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam kegiatan advokasi18:

17

Diadaptasikan dari Elain Murphy Communicating Family Planing Information to Policymakers , Washington DC : The Future Group International, 2004.

18

(45)

1. Manajemen isu dan kampanye advokasi

Kegiatan awal yang menentukan bagi proses perancanaan kampanye advokasi adalah, memilih isu, kemudian mengembangkan tujuan jangka panjang, dan mengembangkan tujuan strategisnya.

Pada tahapan ini dituntut kemampuan analisa yang tajam terhadap lingkungan yang kompleks dengan berbagai masalah yang saling terkait. Kemudian kemampuan untuk dapat membayangkan suatu solusi kebijakan untuk masalah atau isu yang dipilih. Serta, dapat membayangkan suatu hasil jangka panjang, dan mengartikulasikan tujuan jangka pendek.

Tanpa isu yang diartikulasikan dengan jelas, tujuan jangka panjang dan strategis yang didefinisikan dengan baik, langkah-langkah advokasi berikutnya akan kehilangan fokus sehingga hasil seluruh kampanye advokasi menjadi lemah. Isu advokasi adalah masalah atau situasi yang ingin diperbaiki oleh pelaku advokasi. Dalam unit ini peserta akan memilih suatu isu yang dirasakan secara luas oleh konstituennya dan mulai membangun suatu kampanye advokasi untuknya.

(46)

kesehatan sungai ogan serta pengelolahannya, serta akankah kebijakan dalam permasalahan lahan perkebunan dan tambang dapat juga berpihak kepada kepentingan ekonomi masyarakat sebagai pemilik tanah/lahan, bukan hanya menguntungkan bagi pihak pemerintah dan pemilik modal semata.

Contoh-contoh diatas menggambarkan cita-cita perubahan kebijakan jangka panjang yang ingin dicapai. Sebagai sebuah LSM atau jaringan ORNOP (Organisasi Non Pemerintahan) mungkin tidak bisa mencapainya sendiri, tetapi pernyataan tujuan jangka panjang ini member orientasi yang jelas dalam bekerjanya advokasi yang dilakukan.

Terakhir adalah tujuan strategis, yaitu keadaan yang ingin dicapai dalam waktu yang lebih singkat (satu atau dua tahun) dan mendukung pencapaian tujuan jangka panjang. Tujuan strategis bersifat specific, realistis, terukur, dan terbatas oleh waktu. Pelaku advokasi seringkali bekerja untuk mencapai dua tujuan strategis atau lebih pada waktu yang sama dalam upayanya mencapai tujuan jangka panjang. Hal yang perlu diperhatikan bahwa tujuan strategis hendaknya mengidentifikasi badan kebijakan specific (yang memiliki wewenang untuk memenuhi tuntutan perubahan yang diinginkan) disamping kebijakan politis apa yang dikehendaki.

2. Menentukan sasaran, dukungan, dan oposisi

(47)

mengembangkan pesan-pesan yang efektif, dan memilih saluran yang tepat untuk menyampaikan pesan-pesan itu.

Untuk setiap tujuan strategis yang telah ditetapkan terdapat dua kategori sasaran advokasi, yaitu :

1) Sasaran primer, yaitu individu atau institusi yang memiliki wewenang untuk mengambil kebijakan yang diharapkan.

2) Sasaran sekunder, yaitu individu atau institusi yang bisa mempengaruhi sasaran primer, baik secara formal ataupun informal. Pesan yang efektif dan saluran komunikasi yang tepat sangat ditentukan oleh pengetahuan dan pemahaman terhadap berbagai pihak sasaran, terutama pengenalan terhadap posisi setiap pihak terhadap isu yang diperjuangkan.

Pelaku advokasi harus mampu memastikan tingkat dukungan atau tantangan yang secara potensial akan diberikan oleh berbagai pihak yang berkepentingan. Apakah mereka itu pimpinan politik, pejabat pemerintah nasional dan lokal, media massa, pemimpin adat, NGO lain, organisasi professional, dan sebagainya. Perlu diperhatikan adalah, bahwa tiap pihak tidaklah sama untuk setiap situasi.

(48)

dengan entitas swasta dan sektor komersial, dan membangun dukungan publik sebagai basis dukungannya.

Para pihak yang bersifat netral mesti diupayakan agar berubah menjadi pendukung upaya advokasi. Opini publik yang sebelumnya bersifat netral bisa menjadi tekanan yang sangat kuat untuk pembuat kebijakan. Seringkali juga ada pejabat pemerintah, politisi berkuasa, atau tokoh lainnya yang sebenarnya mendukung isu advokasi yang diperjuangkan, tetapi didepan umum masih ingin terlihat netral. Pelaku advokasi mesti mencoba utuk mendorong mereka agar memberi dukungan secara terbuka bagi kegiatan kampanye mereka.

Kegiatan advokasi, didalamnya banyak keputusan penting diambil atas dasar analisis terhadap pihak sasaran advokasi. Unit ini memberikan kesempatan kepada peserta untuk mengenali pihak sasaran primer dan sekunder untuk isu specific yang telah mereka pilih sebelumnya. Kemudian mereka akan memulai menilai tingkat pemahaman masing-masing pihak mengenai isu yang diadvokasikan, dan tingkat dukungan ataupun tantangan yang mungkin diberikan. Terakhir, barulah peserta akan melakukan pengembangan pesan-pesan advokasi.

Keberhasilan suatu kampanye advokasi sangat ditentukan oleh kemampuan untuk dapat menentukan sasaran kampanye advokasi, mengembangkan pesan-pesan yang efektif, dan memilih saluran yang tepat untuk menyampaikan pesan-pesan itu sendiri.

(49)

primer, yaitu individu atau institusi yang memiliki wewenang untuk mengambil kebijakan yang diharapkan, dan kategori yang kedua adalah sasaran sekunder, yaitu individu atau instansi yang bias mempengaruhi sasaran primer, baik secara formal maupun informal.

Pesan yang efektif dan saluran komunikasi yang tepat sangat ditentukan oleh pengetahuan dan pemahaman terhadap berbagai pihak sasaran, terutama pengenalan terhadap posisi setiap pihak terhadap isu yang diperjuangkan. Pelaku advokasi harus mampu memastikan tingkat dukungan atau tantangan yang secara potensial akan diberikan oleh berbagai pihak penting. Apakah mereka itu pimpinan politik, pejabat pemerintah nasional dan local, media massa, pimpinan adat, NGO/LSM lain, organisasi professional, dan sebagainya. Perlu dperhatikan bahwa para pihak tidaklah sama untuk setiap situasi.

(50)

entitas swasta dan sekor komersial, dan membangun dukungan publik sebagai basis dukungannya.

Akhirnya, para pihak yang bersikap netral mesti diupayakan agar berubah menjadi pendukung upaya advokasi. Opini publik yang sebelumnya bersifat netral bisa menjadi tekanan yang sangat kuat untuk pembuat kebijakan. Seringkali juga ada pejabat pemerintah, politisi berkuasa, atau tokoh lainnya yang sebenarnya mendukung isu advokasi yang diperjuangkan, tetapi didepan umum masih ingin terlihat netral. Pelaku advokasi harus mencoba mendorong mereka agar memberikan dukungan secara terbuka bagi kampanyenya.

Banyak keputusan penting dalam advokasi diambil atas dasar analisis mengenai pihak sasaran advokasi. Unit ini memberikan kesempatan kepada peserta untuk mengenali pihak sasaran primer dan sekunder untuk isu spesifik yang telah mereka pilih sebelumnya. Kemudian mereka akan mulai menilai tingkat pemahaman masing-masing pihak mengenai isu yang diadvokasikan, dan tingkat dukungan ataupun tantangan yang mungkin diberikan. Terakhir, barulah peserta akan melakukan pengembangan pesan-pesan advokasi.

3. Mengembangkan rencana aksi

(51)

Selama proses mengembangkan rencana aksi ini pelaku advokasi telah menentukan berbagai pilihan dan mengambil tindakan-tindakan yang menyumbang pada pengembangan strategi advokasi mereka. Kerja yang telah dilalui memiliki aplikasi yang sangat nyata,bukan sekedar teoritis. Kini saat nya pelaku advokasi menyatukan semua ini kedalam suatu rencana implementasi yang akan memandu pelaksanaan kampanye advokasi. Rencana inplementasi ini juga akan menjadi fokus bagi pengembangan rencana monitoring dan evaluasi yang akan dikembangkan selanjutnya.

Rencana implementasi disajikan dalam bentuk yang sangat sederhana, dimana pelaku advokasi didasarkan pada suatu tujuan strategis advokasi yang telah dipilih, merancang berbagai kegiatan memberikan rincian mengenai sumber daya yang dibutuhkan, siapa yang bertanggung jawab dan batasan waktu yang sesuai untuk masing-masing aktifitas.

(52)

D. Monitoring dan Evaluasi

Informasi sangat diperlukan dalam proses pengambilan keputusan dalam bertindak. Informasi yang akurat pada waktu yang terlambat membantu kita untuk, belajar dari pengalaman orang lai, kemudian mengidentifikasi dan memanfaatkan kesimpulan, dan menghindari situasi-situasi yang terlalu beresiko atau berbahaya.

Monitoring dan evaluasi berarti mendapatkan dan memanfaatkan informasi, juga bisa digunakan sebagai alat monitoring untuk memperkuat kampanye advokasi dan tim pelaku advokasi. Dalam advokasi, kemampuan untuk mendapatkan dan memanfaatkan informasi yang relevan sangat diperlukan. Komponen monitoring dan evaluasi yang bagus akan membantu para pelaku advokasi untuk mencatat keberhasilan, membangun kreibilitas, dan memotivasi diri untuk menjaga momentum. Jika upaya advokasi suatu organisasi menghasilkan perubahan kebijakan yang diinginkan, maka suatu organisasi akan bisa menghubungkan keberhasilan ini secara sangat jelas dengan kegiatan advokasinya.

(53)

Guna memenuhi fungsi monitoring, rencana kegiatan advokasi yang dibuat sebaiknya juga mencakup, system pengumpulan informasi dan data tentang kegiatan kunci, serta system untuk menyimpulkan, menganalisis, dan memanfaatkan informasi dalam proses pengambilan keputusan untuk bertindak. Kegiatan monitoring juga membantu untuk membuktikan strategi-strategi yang efektif dan inovatif, kemudian menghasilkan dukungan dana dan politis untuk kegiatan advokasi, dan terakhir adalah memasarkan gagasan organisasi.

Evaluasi, adalah kegiatan yang membutuhkan analsis objective terhadap hubungan kinerja, efesiensi, dan dampak kegiatan advokasi sehubungan dengan tujuan advokasi yang ingin dicapai. Manfaat evaluasi yaitu, menarik pelajaran dari pengalaman guna menyempurnakan kualitas suatu kampanye advokasi, memperbaiki rancangan kampanye advokasi di masa yang akan datang, terakhir dapat menunjukkan kekuatan organisasi pelaku advokasi kepada para pendukung, pembuat kebijakan, lembaga dana, dan sebagainya. Evaluasi bisa dianggap sebagai suatu penilaian pada tahap kritis atau proses mencermati dampak dan keberhasilan advokasi.19

Tabel dibawah berikut ini menunjukkan perbedaan antara advokasi dan sejumlah konsep lain yang sejenis. Advokasi biasanya bisa dibedakan dengan pendekatan lain dengan mencermati tujuannya yaitu perubahan kebijakan.

①②

(54)

Tabel 2.1. Perbedaan Advokasi dan Berbagai Konsep Sejenis20

(55)

dan Warga pemimpin masyarakat

Konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya bertujuan untuk mengusahakan terwujudnya kelestarian sumber daya alam hayati serta keseimbangan ekosistemnya, sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia. Permasalahannya adalah bagaimana menyeimbangkan antara pertumbuhan ekonomi dengan sumberdaya alam agar dapat berkelanjutan. Karena, sumberdaya alam secara umum memiliki batas kemampuan atau yang lebih dikenal daya dukung, baik hayati maupun non-hayati.

(56)

Salah satu hal yang bisa diusahakan LSM dalam rangka mengusahakan terwujudnya kelestarian sumberdaya hayati serta keseimbangan ekosistemnya, sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat tanpa harus menjadi korban kepentingan ekonomi dari pihak pengeksploitasi alam dan kepentingan pemerintah adalah melalui jalan advokasi.

Advokasi adalah proses yang melibatkan serangkaian tindakan politis oleh warga negara yang terorganisir untuk mentransformasikan hubungan-hubungan kekuasaan. Tujuan advokasi adalah untuk mencapai perubahan-perubahan kebijakan spesifik yang bermanfaat untuk kelompok warga negara yang terlibat dalam proses advokasi ini. Perubahan ini bisa terjadi di sector swasta maupun publik. Advokasi yang efektif dilaksanakan sesuai dengan suatu rencana strategis dan dalam kurun waktu yang masuk akal.

Kegiatan advokasi lingkungan yang dilakukan oleh LSM Jejak Indonesia dalam kerangka pikir ini memiliki empat unsur kajian utama yang saling berhubungan satu sama yang lain (symbiosis), sebagai langkah efektifitas hasil dari kegiatan advokasi yang mereka lakukan.21

Unsur pertama adalah, manajemen isu-isu sentral seputar permasalahan masyarakat umum, pemerintah, dan lingkungan hidup diwilayah Kabupaten OKU, yang kemudian dapat menjadi dasar dari kegiatan advokasi yang akan dilakukan. Kemudian, setelah menetapkan isu lingkungan yang akan dipakai, selanjutnya, langkah yang kedua adalah

⑧⑨

(57)

menentukan sasaran atau target dari kegiatan advokasi yang dilakukan. Objek sasaran dari kegiatan advokasi ini bisa ditujukan kepada dinas instansi atau pemerintah daerah, DPRD, pihak perusahaan pengembang, ataupun para stakeholder lainnya yang memiliki kepentingan serta keterkaitannya terhadap masalah dari tindakan advokasi yang dilakukan. Langkah ketiga yaitu, memobilisasi massa guna kepentingan memperkuat isu yang telah dibangun dilangka yang pertama, sehingga kebermanfaatan dari kegiatan advokasi yang dilakukan benar-benar dapat mengakomodir seluruh kepentingan masyarakat secara umum dan lebih luas lagi jangkauannya. Serta, langkah keempat adalah melakukan monitoring dan evaluasi secara mendalam mengenai proses tiap rangkaian strategi advokasi yang telah dilaksanakan sampai dengan waktu melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi. Evaluasi bisa dianggap sebagai suatu penilaian pada tahap kritis atau proses mencermati dampak dan keberhasilan advokasi.

(58)

Secara singkat kerangka pikir ini dapat dilihat pada Bagan 2.1. berikut ini :

MANAJEMEN ISU DAN KAMPANYE ADVOKASI

MENGEMBANGKAN RENCANA AKSI

MONITORING DAN EVALUASI ADVOKASI LINGKUNGAN LSM JEJAK INDONESIA

MENENTUKAN SASARAN, DUKUNGAN

DAN OPOSISI

(59)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metodelogi Penelitian

Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian tesis ini adalah metode Penelitian kualitatif. Yaitu salah satu metode penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan pemahaman tentang kenyataan melalui proses berpikir induktif.22Penelitian kualitatif merupakan jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistic atau bentuk hitungan lain.23

Penelitian kualitatif bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang sifatnya umum terhadap kenyataan social dari perspektif partisipan.24 Menurut Bogdam dan Taylor mendefinisikan metodelogi penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang diamati.25

Menurut teori Penelitian kualitatif, agar penelitiannya dapat betul-betul berkualitas, data yang dikumpulkan harus lengkap, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data dalam bentuk verbal atau

kata-22

Basrowi & Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif (Cet. 1; Jakarta: RIneka Cipta, 2008), hal. 1

23

❹❺ ❻ ❼❽

24

❹❺ ❻ ❼❽

25

(60)

kata yang diucapkan secara lisan, gerak-gerik atau perilaku yang dilakukan leh subyek yang dapat dipercaya, dalam hal ini adalah subyek penelitian (informant) yang berkenaan dengan variable yang diteliti. Kemudian, data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen-dokumen grafis (table, catatan, notulen rapat, SMS, BBM, dan lain-lain), foto-foto, film, rekaman video, benda-benda dan lain-lain yang dapat memperkaya data primer.26

B. Fokus Penelitian

Fokus Penelitian merupakan suatu masalah yang menjadi sasaran pokok atau tujuan yang akan diteliti. Fokus Penelitian yang dilakukan dalam penelitian tesis ini adalah, bagaimana upaya advokasi lingkungan yang dilakukan oleh LSM Jejak Indonesia Kabupaten OKU melalui strategi advokasi-nya, yang meliputi : manajemen isu, menentukan sasaran, dukungan dan oposisi, program aksi, dan monitoring dan evaluasi, serta hasil perubahan kebijakan atau program yang menjadi tujuan dari kegiatan advokasi yang dilakukan.

C. Penentuan Informan

Informan adalah orang dalam latar penelitian. Fungsinya sebagai orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Pemanfaatan informan bagi penelitian ialah agar dalam durasi waktu yang relatif singkat banyak informasi yang bisa dijangkau.

26

(61)

Informan yang dijadikan sumber informasi dalam penelitian ini menggunakan teknikpurposive sampling; yaitu, teknik penentuan sampel berdasarkan pertimbangan bahwa mereka lebih memahami permasalahan yang sedang peneliti lakukan. Dalam penelitian ini yang menjadi sebagai objek informan adalah pengurus dan anggota LSM Jejak Indonesia, serta para penggiat, praktisi, dan pemerhati lingkungan hidup yang ada di Kabupaten OKU, termasuk juga aparatur pemerintahan dan perusahaan yang terkait dalam penelitian ini.

Informasi yang diperoleh dari informan haruslah sesuai dengan apa yang ada dilapangan, untuk itu perlu adanya triangulasi dalam penelitian ini. Triangulasi pada hakikatnya merupakan pendekatan multimetode yang dilakukan peneliti saat mengumpulkan dan manganalisis data. Ide dasarnya adalah bahwa fenomena yang diteliti dapat dipahami dengan baik, sehingga diperoleh kebenaran tingkat tinggi jika didekati dari berbagai sudut pandang. Triangulasi ialah usaha mengecek kebenaran data atau informasi yang diperoleh peneliti dari sudut pandang yang berbeda.27

Menurut Spreadley dan Faisal, agar memperoleh informasi yang lebih terbukti, terdapat beberapa kriteria yang perlu dipertimbangkan, antara lain28:

1) Subyek yang lama dan intensif dengan suatu kegiatan atau aktivitas yang menjadi sasaran atau perhatian peneliti;

27

http//www.mudjiraharjo.com/artikel, diakses tanggal 15 Januari 2013.

28

(62)

2) Subyek yang masih terkait secara penuh dan aktif pada lingkungan atau kegiatan yang menjadi sasaran atau perhatian peneliti;

3) Subyek yang mempunyai cukup banyak informasi, banyak waktu dan kesempatan untuk dimintai keterangan;

4) Subyek yang berada atau tinggal pada sasaran yang mendapat perlakuan yang mengetahui kejadian tersebut.

Kriteria yang ditentukan peneliti dalam menentukan informan berdasarkan pertimbangan di atas, adalah :

1) Bekerja dan beraktifitas didalam lingkungan organisasi yang menjadi obyek penelitian, seperti Ketua dan Badan Kepengurusan LSM Jejak Indonesia Kabupaten OKU, serta para Pendiri, Pembina, Kader dan Simpatisan LSM Jejak Indonesia Kabupaten OKU.

2) Bekerja dan beraktifitas dalam lingkungan yang menjadi objek penelitian, seperti Kepala Tata Pemerintahan Kabupaten OKU, Kepala Badan Kesbangpol Kabupaten OKU, Kepala Badan Lingkungan Hidup Kabupaten OKU, serta pihak perusahaan PT. Semen Baturaja yang memahami obyek dan permasalahan penelitian.

3) Masyarakat yang lokasi tempat tinggalnya berada disekitar wilayah produksi pabrik (Ring-I) PT. Semen Baturaja.

(63)

Adapun informan yang dimaksud adalah seperti tertera pada table 3.1. berikut : Tabel 3.1. Informan Penelitian

No. Informan Bidang/Keahlian

1. Akademisi Prof. Dr. Hj. Isnawijayani, M.Si (Pemerhati Lingkungan dan Ketua Dewan

Pembina LSM Jejak Indonesia) 2. Aktivis Lingkungan Hidup Rasyid Gustian, SH

(Koordinator Advokasi LSM Jejak Indonesia)

3. Penggiat Lingkungan Hidup Agung Sudrajat, SE

(Staff Sekretariat Panwaslu Kab. OKU) 4. Pembuat Kebijakan Indra Susanto, S.Sos., M.A.P

(Kabag Tata Pemerintahan Setda OKU)

5. Pelaksana Kebijakan Iwan Muslim

(Warga Masyarakat Ring I) 6. Sasaran Advokasi Wulan Oktaria, ST

(Asisten Ahli Perencanaan Program Diklat PT. Semen Baturaja) 7. Sarana/Media Advokasi Redo Saputra, S.I.Kom

(Reporter dan Marketing Baturaja Radio)

D. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini didasarkan pada data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari Penelitian yang dilakukan dilapangan, termasuk wawancara dan observasi pada aktifitas kegiatan advokasi lingkungan LSM Jejak Indonesia.

(64)

jurnal, internet, dan informasi yang diperoleh dari surat kabar lokal yang berkaitan dengan permasalahan kerusakan lingkungan akibat dari eksploitasi alam yang dilakukan, serta peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan organisasi LSM dan kegiatan advokasi lingkungan, yang dapat menjadi sebagai dokumen resmi atau dasar peraturan dari kegiatan Penelitian.

E. Wawancara

Wawancara, merupakan percakapan dengan maksud tertentu oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) dan yang diwawancarai (interviewee) sebagai pemberi jawaban atas pertanyaan itu. Maksud diadakannya wawancara antara lain : mengonstruksi perihal orang, kejadian, kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, dan kepedulian.29

Wawancara adalah usaha mengumpulkan informasi dengan mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan, untuk dijawab secara lisan pula. Ciri utama dari wawancara adalah kontak langsung dengan tatap muka (face to face relationship) antara sipencari informasi (interviewer/information

hunter) dengan sumber informasi (interviewee). Secara sederhana

wawancara diartikan sebagai alat pengumpul data dengan mempergunakan Tanya jawab antara pencari informasi dan sumber informasi.30

29

Basrowi & Suwandi. Op. Cit., hal. 127.

30

(65)

Teknik wawancara yang perlu diperhatikan adalah bahwa kehadiran peneliti menghasilkan kenangan dalam responden, dan ini mempengaruhi hasil penenelitian. Wawancara yang diikuti menggunakan model diskusi sejajar, sebagai si belajar, dan bersikap tidak menjaga jarak yang diistilahkan dress down. Mengikuti model ini, hubungan baik antara si peneliti dan subjek Penelitian diharapkan dapat terbangun. Selanjutnya, hubungan kesejajaran antara peneliti dan subjek Penelitian dalam proses wawancara harus dilandasi oleh rasa saling percaya dan terbuka, atau diistilahkan berjalan bersama-sama(shared journey).31

Peneliti merumuskan beberapa permasalahan yang memerlukan teknik wawancara didalam Penelitian ini, diantaranya yaitu, pertama dengan warga masyarakat mengenai permasalahan kerusakan lingkungan akibat dampak dari kegiatan pembangunan dan eksploitasi alam yang dilakukan, kedua menyangkut dengan kegiatan atau strategi advokasi lingkungan yang dilakukan oleh LSM Jejak Indonesia terhadap pihak pembuat kebijakan (Pemerintah Daerah/DPRD/Perusahaan) yang juga melibatkan beberapa unsur warga masyarakat, dan yang ketiga mengenai harapan atau solusi dari permasalahan lingkungan yang terjadi, baik informasi yang didapat dari pemeritah daerah, pihak perusahaan, penggiat LSM lingkungan dan juga warga masyarakat.

31

(66)

F. Observasi

Observasi merupakan bagian yang sangat penting dalam penelitian kualitatif. Melalui tahap observasi, peneliti dapat mendokumentasikan dan merefleksi secara sistematis terhadap kegiatan dan interaksi subjek penelitian Observasi, ialah metode pengumpulan data dimana penelitian melihat mengamati secara visual sehingga validitas data sangat tergantung pada kemampuan observasi.32

Observasi ialah metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis, mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung. Metode ini digunakan untuk melihat dan mengamati secra langsung keadaan dilapangan agar peneliti memperoleh gambaran yang lebih luas tentang permasalahan yang diteliti.33

Persoalan yang membutuhkan kegiatan observasi dalam Penelitian ini yaitu, kegiatan atau strategi advokasi lingkungan yang dilakukan oleh LSM Jejak Indonesia, proses pembuatan suatu kebijakan yang dilakukan oleh pihak pemerintah daerah atau perusahaan terkait, kegiatan produksi dan eksploitasi alam yang dilakukan oleh pihak perusahaan, serta dampak positif/negatif yang dirasakan oleh masyarakat.

G. Dokumentasi

Dokumentasi, yaitu data-data yang diperoleh berbentuk surat-surat, catatan harian, foto, laporan dan sebagainya. Sifat utama data ini tak

32

Basrowi & Suwandi, op. Cit, hal. 94.

33

(67)

terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberikan peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi diwaktu lalu. Metode ini merupakan suatu cara pengumpulan data yang menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, seperti permasalahan kualitas sumber daya alam, proses dan dampak dari kegiatan pembangunan yang telah berlangsung selama ini diwilayah Kabupaten OKU, serta kualitas lingkungan hidup dan tingkat kesejahteraan masyarakat Kabupaten OKU, sehingga akan diperoleh data yang lengkap, bukan berdasarkan pikiran. Dalam Penelitian sosial, fungsi data yang berasal dari dokumentasi lebih banyak digunakan sebagai data pendukung dan pelengkap bagi data primer yang diperoleh melalui observasi dan wawancara mendalam.34

H. Teknik Analisis Data

Pada perinsipnya analisis data kualitatif dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data. Teknik analisis data yang dilakukan dengan menggunakan teknik analisis data yang dikemukakan oleh Miles dan Huberan, mencakup kegiatan bersamaan, yaitu.35

1) Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan, perhatian, pengabtraksian dan pentranformasian data kasar yang didapat dari lokasi lingkungan perusahaan yang berada diwilayah Kabupaten OKU. Proses ini berlangusng selama penelitian dilakukan, dari awal hingga akhir penelitian.

34

Ibid hal. 158.

35

Gambar

Gambaran Umum Lokasi Penelitian ………………
Tabel 2.1. Perbedaan Advokasi dan Berbagai Konsep Sejenis20
Tabel 3.1. Informan Penelitian
Tabel 3.2 Konsep dan Metode Pengumpulan Data

Referensi

Dokumen terkait

Zemahşerî çok açık bir şekilde savunduğumuz manayı hem gramer hem de anlam açıdan ortaya koymaktadır. Dikkatimizi çeken diğer bir husus ise Zemahşerî’nin riva- yetlere

Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan atau Material Requirement Planning pada penelitian dilakukan secara manual, karena jumlah item yang terlihat dalam

Berdasarkan hasil analisis data dapat diketahui bahwa dari 12 saham perusahaan yang dijadikan sampel, terdapat 2 saham yang masuk dalam kandidat portofolio optimal dengan model

konvensional mengonversikan intensitas cahaya menjadi image pd film, sedangkan kamera digital mengubah intesitas cahaya menjadi sinyal digital yg selanjutnya.. disimpan pd

Rusdi Andid,

Sehubungan dengan Pelelangan Sederhana Pengadaan Barang/Jasa pada DINAS BINA MARGA KOTA MEDAN Tahun Anggaran 2014, untuk PEMBANGUNAN DRAINASE-PEMBETONAN DRAINASE DI

Bagi Kendaraan Bermotor yang berasal dari luar Daerah (Non KT) Provinsi Kalimantan Timur yang didaftarkan di Daerah Pada tanggal 1 Fe bru ari sam pai dengan 31

Berkenaan dengan hasil pembelajaran PAI pada dasarnya perubahan sikap dan tingkah laku merupakan hasil dari kegiatan proses pembelajaran.. yang tercermin pada