• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN MEDIA KARTU GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA SISWA KELAS 3 SD NEGERI 2 GUNUNG TERANG BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGGUNAAN MEDIA KARTU GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA SISWA KELAS 3 SD NEGERI 2 GUNUNG TERANG BANDAR LAMPUNG"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh

ERWIN MASYKUR

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA SISWA KELAS 3

SD NEGERI 2 GUNUNG TERANG BANDAR LAMPUNG

Oleh

ERWIN MASYKUR

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia melalui penggunaan media Kartu Gambar pada kelas 3 SDN 2 Gunung Terang Bandarlampung.

Penelitian ini merupakan penelitian tindak kelas (Classroom Action Research) yang dilakukan dalam dua siklus dengan empat tahap tindakan pada masing-masing siklus, yaitu: perencanaan (planning), implementasi (tindakan), observasi (pengamatan) dan refleksi. Setiap siklus dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Di akhir pelaksanaan setiap siklus dilakukan tes peningkatan hasil belajar menggunakan soal isian. Skor dari hasil tes tersebut digunakan untuk menentukan pencapaian KKM oleh siswa yang akan menunjukkan keberhasilan belajar siswa.

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan aktivitas dan prestasi belajar siswa pada pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan media kartu gambar. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa ada peningkatan aktivitas belajar dari sebelum tindakan, setelah dilaksanakannya Siklus I sebesar 69,9% dan Siklus II sebesar 79%. Peningkatan nilai aktivitas mencapai 9,1%. Prestasi belajar siswa kelas 3 SD Negeri 2 Gunung Terang pada pelajaran Bahasa Indonesia meningkat, yaitu dengan rata-rata 65,9 dan ketuntasan 68% pada Sikus I, meningkat menjadi 71,8 dan ketuntasan 84% pada Siklus II. Peningkatan jumlah siswa yang tuntas mencapai angka 16%. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas dan prestasi belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas 3 SDN 2 Gunung Terang Bandarlampung meningkat dengan menggunakan media kartu gambar.

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

ii

5.1 Kesimpulan ………... 52 5.2 Saran ………... 53

(8)

TABEL Hal 1. Aktivitas dan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia

Siswa Kelas 3 SDN 2 Gunung Terang ……… 4

2. Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa ……… 25

3. Hasil Prestasi Belajar Siswa ……… 25

4. Kriteria Prestasi Belajar Siswa ……… 27

5. Data Hasil Observasi Belajar Siswa pada Siklus I ……… 37

6. Daftar Hasil Nilai Tes Siklus I ……… 39

7. Data Hasil Observasi Belajar Siswa pada Siklus I ……… 45

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN Hal

1. Surat Izin Penelitian ……… 56

2. Silabus Pembelajaran ……… 57

3. RPP Siklus I ……… 59

4. LKS Siklus I ……… 62

5. Lembar Tes Siklus I ……… 64

6. Hasil Nilai Tes Siklus I ……… 66

7. RPP Siklus II ……… 67

8. LKS Siklus II ……… 70

9. Lembar Tes Siklus II ……… 72

10.Hasil Nilai Tes Siklus II ……… 74

11.Kunci Jawaban ……… 75

(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan Bahasa Indonesia merupakan pelajaran yang diterapkan sejak

pendidikan dasar hingga perguruan tinggi di Indonesia. Bahasa Indonesia

memiliki kedudukan yang sangat penting di negeri ini, karena Bahasa

Indonesia merupakan bahasa pemersatu seluruh suku bangsa yang

beraneka ragam di Indonesia. Pendidikan Bahasa Indonesia yang baik

sangat dibutuhkan untuk membentuk karakter anak Indonesia yang

mencintai bangsa dan negaranya sejak dini. Mengingat bagaimana bahasa

ini mampu mempersatukan anak bangsa dalam meraih kemerdekaan pada

masa lalu. Berbagai usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan Bahasa

Indonesia telah dilakukan oleh pemerintah, baik dalam pendidikan formal

maupun non formal, mengingat begitu banyak bahasa yang sudah dikenal

serta berkembang di masyarakat pada era globalisasi sekarang ini.

Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia. Apabila

tidak menggunakan bahasa yang tepat dalam menyampaikan sesuatu yang

diinginkan, akan mungkin terjadi kesalahpahaman pengertian yang dapat

mengakibatkan konflik di dalam suatu lingkungan sosial. Manusia akan

tumbuh seiring dengan pengetahuan yang dikuasainya. Demikian halnya

(11)

kematangan emosi, pengetahuan, kemampuan motorik dan fungsi organ

tubuh serta kerja otak juga akan terus berlangsung terus seiring

bertambahnya usia anak tersebut. Penggunaan bahasa yang mereka pakai

di lingkungan rumah bisa jadi berbeda dengan teman-temannya di sekolah.

Oleh karena itulah Bahasa Indonesia dijadikan media pemersatu untuk

berkomunikasi. Semakin dini kita menerapkan pembelajaran Bahasa

Indonesia yang baik dan benar, maka akan semakin baik pula tertanam

pada anak seiring dengan kematangan pertumbuhan anak tersebut.

Pertumbuhan pada aspek IQ (Intelligence Quotient), EQ (Emotional

Quotient) serta EQ (Social Quotient) sedang mengalami pertumbuhan

yang sangat pesat pada usia anak kelas 1, 2 dan 3 sekolah dasar. IQ

merupakan kemampuan anak pada pemahaman berpikir tentang materi

pembelajaran yang diterimanya untuk kemudian bertindak secara terarah

dan berpikir secara rasional. EQ merupakan kemampuan anak dalam

pemahaman bersikap, berempati dan menuangkan perasaan terhadap

lingkungan di sekitarnya. Sedangkan SQ merupakan kemampuan anak

dalam beradaptasi, berkomunikasi serta melakukan hubungan sosial

dengan lingkungan di sekitarnya. Pada usia ini pula, siswa biasanya

masih memandang segala hal dengan konsep yang sangat sederhana dan

menyatu dalam satu keutuhan pandangan (holistik). Proses pembelajaran

anak pada siswa kelas 1, 2, dan 3 juga masih sangat bergantung pada

bantuan benda konkrit serta pengalaman yang mereka alami langsung.

(12)

kebijakan dan kelayakan dalam proses pembelajaran bagi siswa kelas awal

di sekolah dasar. Dalam Standar Nasional Pendidikan, pembelajaran pada

kelas 1,2 dan 3 lebih disesuaikan dengan penerapan pembelajaran terpadu

melalui pendekatan pembelajaran tematik. Pendekatan pembelajaran

Tematik merupakan model pembelajaran dengan memadukan beberapa

mata pelajaran menjadi satu penyajian dengan satu tema yang menjadi

sumber belajar melalui pengembangan beberapa aspek dan indikator yang

tercantum pada tiap mata pelajaran yang dipadukan.

Dalam penyajian pembelajaran Tematik terdiri dari beberapa mata

pelajaran yang disusun dengan harapan dapat mempermudah penyajian

mata pelajaran siswa sekolah dasar kelas 1, 2 dan 3. Penggabungan

beberapa mata pelajaran akan membuat siswa lebih mudah mamahami

konsep pembelajaran yang dihadapinya sesuai cara berpikir mereka yang

masih memandang segala sesuatu secara utuh. Hal ini perlu didukung

dengan metode yang tepat dan menyenangkan serta media yang menarik

bagi siswa sehingga akan meninggalkan pengalaman yang berarti dan

tertanam dalam ingatan siswa. Dengan demikian, guru juga akan terbantu

selama menerapkan metode serta menyajikan media yang tepat.

Berdasarkan pengamatan umum yang dilakukan pada siswa kelas 3 SDN

2 Gunung Terang Bandarlampung pada tahun 2012/2013, proses

pembelajaran Bahasa Indonesia masih kurang melibatkan siswa. Guru

(13)

tertarik layaknya hakikat pada pendekatan tematik. Kurangnya perhatian

serta ketertarikan siswa berakibat pada rendahnya aktivitas serta prestasi

siswa. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1. Aktivitas dan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas 3 SDN 2 Gunung Terang

No Kompetensi Dasar Aktivitas Pres

Rata-rata Ket.

Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat bahwa pada tahun 2012/2013,

(14)

ditentukan. Penilaian yang diambil tidak hanya berdasarkan nilai prestasi

tertulis, namun juga berdasarkan aktivitas siswa selama pembelajaran

berlangsung. Pada tabel tersebut juga tampak bahwa aktivitas siswa dalam

pembelajaran Bahasa Indonesia belum mencapai harapan yang diinginkan,

yaitu hanya 40% siswa yang mengikuti dengan baik dan 60% sisanya

masih rendah. Rendahnya aktivitas serta prestasi belajar siswa tersebut

diduga akibat kelemahan guru yang belum menguasai dan menggunakan

metode yang baik atau kurang menggunakan media yang tepat serta

menarik bagi siswa.

Seorang guru yang baik diharapkan memiliki kemampuan-kemampuan

dan kompetensi mengajar yang menunjang, dan menguasai pemahaman

dan penerapan secara taktik berbagai metode pembelajaran serta hal lain

yang berhubungan. Termasuk dalam penggunaan metode untuk

mengajarkan pembelajaran tematik pada kelas 1, 2, dan 3 sekolah dasar,

serta penggunaan media yang tepat untuk pembelajaran di kelas.

Pengembangan media yang menarik dan sesuai untuk pembelajaran di

kelas 3 SD berupa media gambar akan sangat membantu siswa untuk

menstimulus mereka dalam memahami pembelajaran berdasarkan yang

mereka lihat. Vernon (dalam Davies, 1991: 158) telah menemukan bahwa

gambar berhasil membangkitkan emosi dan sikap yang kuat terhadap

suatu hal yang sama yang disajikan, walaupun tidak membangkitkan

(15)

benda nyata dan beraneka warna didalamnya yang dapat membangkitkan

ketertarikan siswa untuk memperhatikan serta fokus pada pelajaran.

Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan adanya suatu tindakan yang

dapat membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajar dalam

pembelajaran Bahasa Indonesia melalui pendekatan tematik. Salah satu

tindakan yang dapat dimungkinkan untuk meningkatkan aktivitas dan

prestasi belajar siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia melalui

pendekatan tematik adalah dengan menggunakan media kartu bergambar.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka identifikasi masalah

pada penelitian tindak kelas ini adalah:

1. Proses pembelajaran Bahasa Indonesia masih terlihat kurang menarik

bagi siswa kelas 3 SDN 2 Gunung Terang Bandar Lampung.

2. Siswa kurang aktif dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

3. Guru belum menerapkan metode pembelajaran yang mampu membuat

siswa tertarik layaknya hakikat pada pendekatan tematik.

4. Hasil belajar siswa kelas 3 SDN 2 Gunung Terang masih rendah.

5. Guru belum menguasai dan menggunakan metode yang baik.

(16)

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut di atas, maka

masalah penelitian tindakan kelas ini dirumuskan sebagai berikut:

a. Apakah penggunaan media kartu gambar dapat meningkatkan aktivitas

belajar mata pelajaran bahasa Indonesia pada siswa kelas 3 SDN 2

Gunung Terang Bandarlampung.

b. Apakah penggunaan media kartu gambar dapat meningkatkan prestasi

belajar mata pelajaran bahasa Indonesia pada siswa kelas 3 SDN 2

Gunung Terang Bandarlampung.

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan sebelumnya, maka tujuan

penelitian ini adalah:

a. Untuk meningkatkan aktivitas belajar mata pelajaran bahasa Indonesia

pada siswa kelas 3 SDN 2 Gunung Terang Bandarlampung dengan

menggunakan media kartu gambar.

b. Untuk meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran bahasa Indonesia

pada siswa kelas 3 SDN 2 Gunung Terang Bandarlampung dengan

(17)

1.5 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis:

a. Menemukan media yang tepat untuk meningkatkan aktivitas dan

prestasi belajar dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dengan

pendekatan tematik melalui penggunaan kartu gambar.

b. Sebagai dasar untuk melakukan penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis: a. Bagi Guru

Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan mutu pembelajaran

Bahasa Indonesia dengan pendekatan tematik di kelas serta sebagai

tambahan pengetahuan guru dalam mengembangkan kemampuan

dalam mempersiapkan diri menjadi guru yang profesional.

b. Bagi Siswa

Sebagai referensi salah satu alat bantu yang dapat membantu siswa

dan merangsang motivasi siswa untuk belajar lebih aktif lagi dalam

pembelajaran Bahasa Indonesia.

c. Bagi Sekolah

Menjadi sumber bagi sekolah dalam memperkaya alat peraga atau

media yang membantu proses pembelajaran dengan biaya yang

(18)

2.1 Media Pembelajaran

Pengertian media sebagai sumber belajar adalah segala benda serta mahluk

hidup yang berada di lingkungan sekitar serta peristiwa yang dapat

memungkinkan siswa untuk mandapatkan pengetahuan. Media merupakan

alat yang sangat berguna untuk menyalurkan tujuan dari suatu kegiatan

yang dilakukan. Alat visual seperti gambar, foto, diagram dan representasi

grafik, merupakan alat-alat yang dijadikan alat bantu. Alat-alat ini tidak

mahal, mudah digunakan dan terutama jelas dan mengesankan dalam

penyajian (Davies, 1991: 157)

Penggunaan media dalam proses belajar mengajar sangat penting.

Kesulitan siswa dalam memahami penjelasan guru dalam menyampaikan

bahan pengajaran dapat terbantu dengan kehadiran media. Demikian juga

dengan rasa ketertarikan siswa terhadap pembelajaran yang diberikan akan

lebih meningkat dengan keberadaan media. Keabstrakan bahan pelajaran

yang kurang dapat dicerna oleh siswa juga dapat dikonritkan dengan

kehadiran media, sehingga siswa lebih mudah mencerna bahan pelajaran

daripada tanpa bantuan media. Dalam penggunaan media, perlu

diperhatikan bahwa pemilihan media pengajaran harus jelas dengan tujuan

(19)

bukannya membantu proses belajar mengajar, tapi sebagai penghambat

dalam pencapaian tujuan secara efektif dan efisien.

Dengan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa media

pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk

menyalurkan pesan, membantu mempertegas bahan pelajaran sehingga

dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa dalam

proses belajar.

Sudjana (dalam Djamarah, 1996: 152), merumuskan fungsi dari media

pembelajaran sebagai berikut:

(a) Penggunaan media dalam proses belajar mengajar bukan merupakan fungsi tambahan, tetapi mempunyai fungsi sendiri sebagai alat Bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif, (b) Penggunaan media pengajaran merupakan bagian yang integral dari keseluruhan situasi mengajar, (c) Media pengajaran, penggunaannya dengan tujuan dari sisi pelajaran, (d) Penggunaan media bukan semata – mata alat hiburan, bukan sekedar melengkapi proses belajar supaya lebih menarik perhatian siswa, (e) Penggunaan media dalam pengajaran lebih dituangkan untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap perhatian yang diberikan guru, (f) Pengunaan media dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar mengajar.

Beberapa kriteria dalam memilih media pelajaran, sebagai berikut:

1. Ketepatan dengan tujuan pengajaran.

2. Dukungan terhadap isi bahan pelajaran. Adanya media bahan pelajaran

lebih mudah dipahami siswa.

3. Media yang digunakan mudah diperoleh, murah, sederhana dan praktis

(20)

4. Keterampilan guru dalam menggunakan media dalam proses

pengajaran.

5. Tersedia waktu untuk menggunakanya, sehingga media tersebut dapat

bermanfaat bagi siswa selama pengajaran berlangsung.

6. Sesuai dengan taraf berpikir siswa (Djamarah, 1996: 150).

2.2 Media Kartu Gambar

Media kartu gambar merupakan salah satu media yang dipergunakan

dalam dunia pendidikan dan dapat diterapkan dalam berbagai proses

pembelajaran di kelas. Kartu bergambar adalah sebuah media visual yang

merupakan bagian dari media sederhana. Pengertian kartu adalah kertas

tebal berbentuk persegi panjang (untuk berbagai keperluan). Sedangkan

peranan gambar sebagai media pengajaran antara lain :

a. Dapat membantu guru dalam menyampaikan pelajaran dan membantu

siswa dalam belajar.

b. Menarik perhatian anak sehinga terdorong untuk lebih giat belajar.

c. Dapat membantu daya ingat siswa (retensi).

d. Dapat disimpulkan dan digunakan lagi apabila diperlukan pada saat

yang lain (Sudirman, 1991: 220).

Gambar yang baik dan dapat digunakan sebagai sumber belajar adalah

yang memiliki ciri-ciri sebagaimana dikemukakan Sudirman (1991: 219),

(21)

1. Dapat menyampaikan pesan atau ide tertentu.

2. Memberikan kesan kuat dan menarik perhatian.

3. Merangsang orang yang melihat untuk ingin mengungkapkan tentang

objek-objek dalam gambar.

4. Ilustrasi tidak terlalu banyak, tetapi menarik dan mudah dipahami.

Guru perlu menyediakan bahan yang menarik yang dapat menyajikan

tantangan bagi siswa untuk giat secara aktif dan kreatif . Gambar yang

disajikan adalah merupakan gambar yang mempresentasikan benda nyata

yang diharapkan dan disesuaikan dengan tema pembelajaran yang akan

dilaksanakan di dalam kelas nantinya. Bahan media gambar tersebut

haruslah sesuai dengan perkembangan emosi dan sosial anak, dimana anak

di kelas permulaan (usia 6 - 8 tahun) berada pada fase bermain.

Penggunaan media gambar dan kartu sangat cocok dengan karakteristik

anak usia dini yang masih anak-anak (Latuheru, John D, 1983: 25).

Hendaknya guru mempertimbangkan penggunaan media kartu gambar

didalam pelaksanaan proses belajar mengajar terutama dalam pengajaran

siswa kelas rendah yang masih banyak memerlukan bantuan dalam

pemahamannya. Karena dengan gambar dapat merangsang imajinasi

seorang siswa supaya suka bercerita tentang gambar yang dilihatnya

sehingga selanjutnya diharapkan siswa tersebut dapat mampu

mengembangkan pemikirannya dari beberapa aspek berdasarkan gambar

(22)

bermain akan lebih menarik perhatian siswa dalam belajar. Kartu gambar

sangat mudah diperoleh ataupun dibuat sendiri berdasarkan kreativitas

guru dalam mengembangkan tema pelajaran yang akan disajikan kepada

siswa.

Dalam pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia menggunakan kartu

gambar, guru mempersiapkan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menganalisa pokok bahasan /sub pokok bahasan yang akan dituangkan

dalam bentuk kartu gambar.

2. Menyiapkan kartu gambar yang sesuai tema pembelajaran.

3. Guru meminta siswa untuk membuat kalimat atau paragraph singkat

berdasarkan kartu gambar yang ditampilkan dan siswa lain

memberikan tanggapan.

4. Guru bersama-sama siswa menyimpulkan materi pelajaran sekaligus

menindaklanjuti dengan pemberian tugas sebagai pengayaan materi

yang telah disajikan.

Contoh kartu bergambar adalah sebagai berikut:

(23)

Kedua contoh kartu bergambar tersebut dapat digunakan untuk

menyajikan tema yang diinginkan dan dapat disajikan pada beberapa mata

pelajaran yang terkait, misalnya untuk tema Kesehatan dapat meminta

siswa untuk membuat kalimat atau cerita mengenai gambar tersebut.

2.3 Pengertian Aktivitas dan Prestasi Belajar 2.3.1 Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar merupakan gabungan dua kata yang berbeda yang

memiliki arti yang juga berbeda. Namun akan menjadi gabungan

kata yang memiliki arti tersendiri. Pengertian „aktivitas‟ secara

harpiah adalah “kegiatan atau keaktifan”. Sedangkan pengertian

umum dari aktivitas tersebut adalah segala sesuatu/kegiatan yang

dilakukan baik secara jasmani maupun rohani. Aktivitas siswa

dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu

indikator adanya keinginan siswa untuk melakukan kegiatan

belajar.

Menurut Sardiman (1994: 22-23) belajar sebagai rangkaian

kegiatan jiwa-raga, psiko-fisik menuju ke perkembangan pribadi

manusia seutuhnya, yang menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa,

ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Belajar merupakan suatu

proses perubahan menjadi lebih baik. Dalam proses belajar siswa

(24)

pengetahuan yang mereka dapat dan kegiatan yang mereka

lakukan. Sedangkan menurut Hamalik (2001: 28):

“Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan yang dimaksud dengan aspek tingkah laku tersebut adalah pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap.”

Menurut Winkel (2004 : 59), belajar merupakan suatu aktivitas

mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan

lingkungan yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam

pemahaman-pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan

tersebut bersifat relatif konstan dan membekas. Namun tidak

semua perubahan terjadi akibat dari proses belajar. Belajar akan

lebih efektif apabila siswa yang belajar melakukan proses tersebut

dengan suasana menyenangkan dan dapat menghayati objek

pembelajaran secara langsung.

Menurut Gagne belajar adalah merupakan seperangkat proses

kognitif yang merubah sifat stimulasi lingkungan, melewati

pengolahan tentang informasi menjadi kapabilitas baru (Dimyati

dan Mudjiono, 1999: 10).

Dari kedua penjelasan tentang kata ‟aktivitas‟ dan „belajar‟

tersebut, dapat dilihat adanya hubungan yang nyata. Maka dapat

(25)

belajar, yaitu segala kegiatan yang dilakukan dalam proses

interaksi antara guru dengan siswa. Aktivitas belajar itu sendiri

lebih ditekankan kepada siswa, sehingga dapat tercipta suasana

belajar yang lebih aktif dan melibatkan siswa secara langsung.

2.3.2 Prestasi Belajar

Sama halnya sebagaimana pengertian Aktivitas Belajar diatas,

Prestasi belajar adalah serangkaian kalimat yang terdiri dari dua

kata, yaitu prestasi dan belajar, dimana kedua kata tersebut saling

berkaitan walaupun keduanya mempunyai pengertian yang

berbeda. Menurut Djamarah (1996: 43) prestasi adalah hasil dari

suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara

individu maupun kelompok.

Prestasi merupakan hasil yang dicapai seseorang ketika

mengerjakan tugas atau kegiatan tertentu (Tu‟u, 2004: 75). Prestasi

seseorang tidak mungkin dicapai apabila orang tersebut tidak

melakukan kegiatan dengan sungguh-sungguh atau dengan

perjuangan yang gigih. Dalam kenyataannya untuk mendapatkan

prestasi tidak mudah, tetapi harus penuh perjuangan dan berbagai

rintangan serta hambatan yang harus dihadapi untuk mencapainya.

Hanya dengan keuletan, kegigihan dan optimisme prestasi itu dapat

(26)

Hakekat belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya

perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses

belajar dapat ditunjukkan dengan berbagai bentuk seperti

berubahnya pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah lakunya,

keterampilan, kecakapan dan kemampuannya, dan aspek-aspek lain

yang ada pada individu tersebut. Dari beberapa pengertian belajar

oleh para ahli, dapat dikemukakan adanya beberapa hal penting

yang mencirikan pengertian tentang belajar, yaitu bahwa:

1. Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah pada perubahan tingkah laku yang lebih baik, tetapi ada juga kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.

2. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalaui latihan atau pengalaman dan perubahan itu relatif menetap.

3. Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis.

Berdasarkan dari definisi prestasi dan belajar, maka dapat diambil

kesimpulan bahwa prestasi pada dasarnya adalah hasil yang

diperoleh dari suatu aktivitas. Sedangkan belajar adalah suatu

proses yang mengakibatkan adanya perubahan dalan diri individu,

yaitu perubahan tingkah laku. Dengan demikian, prestasi belajar

adalah hasil yang diperoleh yang mengakibatkan perubahan dalam

diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar.

Sedangkan menurut Nurkencana (2005: 62) mengemukakan bahwa

(27)

berupa nilai mata pelajaran. Ditambahkan bahwa prestasi belajar

merupakan hasil yang mengakibatkan perubahan dalam diri

individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar.

Setelah menelusuri uraian di atas, maka dapat dipahami bahwa

prestasi belajar adalah hasil atau taraf kemampuan yang telah

dicapai siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dalam

waktu tertentu baik berupa perubahan tingkah laku, keterampilan

dan pengetahuan dan kemudian akan diukur dan dinilai yang

kemudian diwujudkan dalam angka atau pernyataan.

Prestasi akademik merupakan hasil yang diperoleh dari kegiatan

pembelajaran di sekolah yang bersifat kognitif dan biasanya

ditentukan melalui pengukuran dan penilaian. Prestasi belajar

merupakan penguasaan terhadap mata pelajaran yang ditentukan

lewat nilai atau angka yang diberikan guru. Berdasarkan hal ini,

prestasi belajar dapat dirumuskan :

a. Prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai ketika mengikuti, mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di sekolah.

b. Prestasi belajar tersebut terutama dinilai aspek kognitifnya

karena bersangkutan dengan kemampuan siswa dalam pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesa dan evaluasi.

c. Prestasi belajar dibuktikan dan ditunjukkan melalui nilai atau angka dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru.

Jadi prestasi belajar berfokus pada nilai atau angka yang dicapai

(28)

segi kognitif karena sering dipakai untuk melihat penguasaan

pengetahuan sebagai pencapaian hasil belajar siswa.

2.4 Pendidikan Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan yang menjadi identitas

bangsa Indonesia. Upaya untuk menjaga kemurnian bahasa Indonesia

antara lain adalah dengan cara menuliskan kaidah-kaidah ejaan dan tulisan

bahasa Indonesia dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dan dengan

menanamkan bahasa Indonesia sejak dini. Penanaman bahasa Indonesia

sejak dini adalah memberikan pelatihan dan pendidikan tentang bahasa

Indonesia sejak anak masih kecil. Pelaksanaan pendidikan bahasa

Indonesia pada anak dapat dilakukan melalui pendidikan informal,

pendidikan formal, maupun pendidikan nonformal. Pendidikan informal

dilakukan oleh keluarga di rumah. Pendidikan ini dilakukan saat anak

berada di rumah bersama dengan keluarganya. Sedangkan pendidikan

formal dilaksanakan di dalam lembaga pendidikan resmi mulai dari SD

sampai dengan perguruan tinggi. Dalam pendidikan formal ini gurulah

yang berperan penting dalam menanamkan pengetahuan akan bahasa

Indonesia. Sedangkan pendidikan nonformal dilaksanakan di luar rumah

dan sekolah, dapat melalui kursus, pelatihan-pelatihan, pondok pesantren

(29)

Pendidikan bahasa Indonesia di lembaga formal dimulai dari SD. Jumlah

jam pelajaran bahasa Indonesia di SD kelas 1, 2 dan 3 sebanyak 6 jam

pelajaran. Sedangkan kelas 4, 5 dan 6 sebanyak 5 jam pelajaran.

Banyaknya jumlah jam pelajaran Bahasa Indonesia dimaksudkan agar

siswa mempunyai kemampuan berbahasa Indonesia yang baik serta

mempunyai kemampuan berpikir dan bernalar yang baik yang dapat

disampaikan melalui bahasa yang baik pula. Bahasa Indonesia merupakan

salah satu materi penting yang diajarkan di SD, karena bahasa

Indonesia mempunyai kedudukan dan fungsi yang sangat penting bagi

kehidupan sehari-hari. Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia

sebagaimana dinyatakan oleh Akhadiah dkk. (1991: 1) , yaitu agar siswa

”memiliki kemampuan berbahasa Indonesia yang baik dan benar serta

dapat menghayati bahasa dan sastra Indonesia sesuai dengan situasi dan

tujuan berbahasa serta tingkat pengalaman siswa sekolah dasar”. Dari

penjelasan Akhadiah tersebut maka tujuan pembelajaran bahasa Indonesia

dapat dirumuskan menjadi empat bagian, yaitu:

1. Lulusan SD diharapkan mampu menggunakan bahasa Indonesia secara

baik dan benar.

2. Lulusan SD diharapkan dapat menghayati bahasa dan sastra Indonesia.

3. Penggunaan bahasa harus sesuai dengan situasi dan tujuan berbahasa.

4. Pengajaran disesuaikan dengan tingkat pengalaman siswa SD.

Dari tujuan tersebut jelas tergambar bahwa fungsi pengajaran bahasa

(30)

kemampuan siswa dalam menggunakan bahasa sesuai dengan fungsi

bahasa itu, terutama sebagai alat komunikasi. Pembelajaran bahasa

Indonesia di SD dapat memberikan kemampuan dasar berbahasa yag

diperlukan untuk melanjutkan pendidikan di sekolah menengah maupun

untuk menyerap ilmu yang dipelajari lewat bahasa itu. Selain itu

pembelajaran bahasa Indonesia juga dapat membentuk sikap berbahasa

yang positif serta memberikan dasar untuk menikmati dan menghargai

sastra Indonesia. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia perlu diperhatikan

pelestarian dan pengembangan nilai-nilai luhur bangsa, serta pembinaan

rasa persatuan nasional.

Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia yang terdapat dalam BSNP (2006)

dijabarkan :

1. Bagi siswa adalah untuk mengembangkan kemampuannya sesuai

dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya.

2. Bagi guru adalah untuk mengembangkan potensi bahasa siswa , serta

lebih mandiri dalam menentukan bahan ajar kebahasaan sesuai dengan

kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan siswanya.

3. Bagi sekolah adalah agar sekolah dapat menyusun program

pendidikan kebahasaan sesuai dengan keadaan siswa dan sumber

(31)

Media Kartu Gambar 2.5 Kerangka Pikir

Salah satu media pembelajaran yang dapat diterapkan dan diduga mampu

meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar Bahasa Indonesia siswa adalah

media kartu gambar. Dalam proses pembelajaran, setelah diadakan

evaluasi diharapkan ada peningkatan terhadap aktivitas dan prestasi belajar

Bahasa Indonesia. Berdasarkan pernyataan tersebut tentu akan dilihat

adanya upaya meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa

menggunakan media kartu gambar.

Gambar 2. Diagram Kerangka Pikir

2.6 Hipotesa

Hipotesa dalam penelitian tindakan kelas ini adalah:

Media Kartu Gambar dapat meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar

(32)

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang akan dilaksanakan pada siswa kelas 3 SD Negeri 2

Gunung Terang Bandarlampung ini menggunakan konsep model

penelitian dari Kemmis dan Mc Taggart (Wiria Atmaja, 2006: 66).

Penelitian ini akan dilakukan dalam tiga siklus yang terdiri dari

serangkaian tahap tindakan (perencanaan, tindakan, pengamatan dan

refleksi), dimana pada tiap siklusnya diadakan 2 kali pertemuan. Pola

siklus tindakan tergambar sebagai berikut:

Gambar 3. Pola Siklus Penelitian (Kemmis dalam Wiria Atmaja, 2006: 66).

Identifikasi Masalah

Rencana Tindakan Siklus I Refleksi

Siklus I

Observasi Siklus I

Pelaksanaan Tindakan Siklus I

(33)

3.2 Setting Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan untuk

memperbaiki kinerja guru dalam profesionalismenya serta untuk

meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa SD Negeri 2 Gunung

Terang Bandarlampung.

1. Subjek Penelitian

Subjek yang diambil dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa

kelas 3 SDN 2 Gunung Terang Bandarlampung, dengan jumlah siswa 25

anak yang terdiri dari 14 perempuan dan 11 laki-laki.

2. Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 2

Gunung Terang yang berlokasi di Jl. Sejahtera, Komplek Griya Sejahtera,

kelurahan Gunung Terang, kecamatan Langkapura kotamadya

Bandarlampung, provinsi Lampung yang merupakan tempat peneliti

bertugas.

3. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan pada awal semester II tahun

pelajaran 2012/2013. Lebih tepatnya penelitian ini akan dilakukan pada

(34)

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah

dengan cara:

1. Observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan terhadap aktivitas

siswa. Tabel akumulasi nilainya adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa

No Aspek yang diamati

Jumlah Siswa

Rata-rata Persentase Pert.1 Pert.2

Skor Rata-rata

2. Tes tertulis yang diberikan kepada siswa pada setiap akhir pelaksanaan

siklus untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar yang dicapai oleh

siswa. Tabel akumulasi nilainya adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Hasil Prestasi Belajar Siswa

No Nama Siswa Hasil belajar Jumlah

Rata-rata Kriteria Pert.1 Pert.2

Tuntas Tdk tuntas Jumlah

(35)

3.4 Alat Pengumpulan Data

Sumber data yang akan menjadi sumber analisis pada penelitian ini antara

lain:

1. Lembar observasi kelas yang berisi tentang penilaian aktivitas siswa

selama mengikuti pembelajaran.

2. Lembar tes tertulis yang berisi evaluasi soal-soal selama pelaksanaan

pembelajaran.

3.5 Teknik Analisa Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara memilih,

memilah dan mengelompokkan data yang ada, merangkumnya, kemudian

menyajikan dalam bentuk yang mudah dibaca atau dipahami.

Demikian juga halnya dengan analisa PTK terhadap kegiatan

pembelajaran, analisa dilakukan untuk memperkirakan apakah semua

aspek pembelajaran yang terlihat di dalamnya sudah sesuai dengan

kapasitasnya (Aunurahman dkk, 2009: 9-10).

Teknik analisa data yang dilakukan adalah:

1. Data Kuantitatif adalah data yang menyatakan keterangan dalam

bentuk kata-kata seperti dalam lembar observasi yang menganalisa

hasil pengamatan aktivitas belajar siswa yang dihitung dengan rumus :

(36)

Keterangan:

% A = Aktivitas Siswa

NA = Jumlah siswa yang aktif N = Jumlah Siswa keseluruhan

2. Data Kuantitatif

Data kuantitatif yang diperoleh dari hasil tes merupakan gambaran

secara umum mengenai prestasi belajar siswa dalam mengikuti proses

pembelajaran. Proses analisa yang dilakukan terhadap data prestasi

belajar yaitu nilai yang diperoleh siswa setelah tes tertulis pada akhir

pertemuan.

Kriteria prestasi belajar siswa dapat diukur berdasarkan tabel berikut:

Tabel 4. Kriteria Prestasi Belajar Siswa

Tingkat Keberhasilan Keterangan

86 – 100% Baik Sekali

71 – 85% Baik

56 – 70% Cukup

41 – 55% Kurang

26 – 40% Kurang Sekali

3.6 Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan merupakan petunjuk yang muncul sebagai tolak

ukur keberhasilan sistem setelah melakukan tindakan, yaitu dengan adanya

peningkatan aktivitas dan prestasi belajar siswa. Dalam penelitian tindakan

(37)

70% siswa yang aktif, dan prestasi belajar siswa mencapai KKM yang

ditentukan yaitu ≥65 dengan ketercapaian 70% dari keseluruhan siswa.

3.7 Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas

Di dalam melaksanakan penelitian yang dirancang dalam beberapa siklus

tersebut, langkah–langkah yang dilakukan peneliti adalah ;

1. Melakukan observasi awal dengan melihat hasil belajar bahasa

Indonesia yang sudah berlangsung selama ini pada kelas 3 SDN 2

Gunung Terang.

2. Menunjuk seorang rekan kerja yang akan berperan sebagai observer

atau pengamat yang akan membantu dalam penilaian dan refleksi.

3. Menyusun rencana pembelajaran (RPP).

4. Mempersiapkan kartu bergambar sebagai media pembelajaran yang

akan digunakan.

5. Membuat instrument soal LKS dan soal tes untuk siswa guna melihat

kemampuan siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia yang akan

diterapkan.

6. Menyusun Lembar observasi kegiatan guru.

(38)

Adapun tindakan yang akan dilaksanakan pada tiap siklusnya adalah:

Siklus I

A. Perencanaan

1. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran.

2. Merancang model pembelajaran dengan menggunakan media kartu

gambar yang akan diterapkan (dibantu oleh teman sejawat).

3. Menyusun lembar kegiatan (LKS) bahasa Indonesia.

4. Membentuk kelompok belajar siswa yang dipilih secara heterogen.

5. Menyusun tes untuk mengevaluasi hasil belajar siswa.

6. Menyusun instrumen penilaian kegiatan guru dan siswa.

B. Tindakan

1. Apersepsi dan memotivasi siswa tentang nama-nama tempat umum

yang diketahui oleh siswa.

2. Guru menyajikan materi pelajaran bahasa Indonesia sesuai rencana

perbaikan pembelajaran yang telah disusun.

3. Guru menyampaikan materi yang berhubungan dengan tema Tempat

Umum.

4. Guru mempersiapkan media kartu gambar yang bertema tempat-tempat

umum.

5. Guru membagikan LKS pada tiap-tiap kelompok siswa.

6. Siswa mendiskusikan tugas bersama teman kelompok kerja sesuai

(39)

7. Guru bersama siswa mencocokkan dan menyimpulkan hasil pekerjaan

siswa.

8. Pelaksanaan tes formatif akhir siklus.

C. Pengamatan

1. Pengamatan atau observasi dilakukan oleh rekan kerja yang ditunjuk

sebagai observer/pengamat yang memberikan penilaian dalam kegiatan

guru dan siswa.

2. Pengamat mencatat semua aktivitas yang dilakukan oleh guru dan

siswa selama proses pembelajaran dengan instrumen observasi.

3. Pengamat membuat catatan lapangan selama mengamati

berlangsungnya pembelajaran.

D. Refleksi

Pada tahap refleksi akan dilakukan analisis hasil proses belajar siswa.

Analisis dilakukan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan yang

terjadi dalam kelas, khususnya pada siklus siklus sebelumnya, yang

ditindaklanjuti dengan mendiskusikan dengan observer untuk perbaikan

(40)

Siklus II

A. Perencanaan

1. Menyusun silabus dan rencana perbaikan pembelajaran.

2. Merancang model pembelajaran dengan menggunakan media kartu

gambar yang akan diterapkan (dibantu oleh teman sejawat).

3. Menyusun lembar kegiatan (LKS) bahasa Indonesia.

4. Membentuk kelompok belajar siswa yang dipilih secara heterogen.

5. Menyusun tes untuk mengevaluasi hasil belajar siswa.

6. Menyusun instrumen penilaian kegiatan guru dan siswa.

B. Tindakan

1. Apersepsi dan memotivasi siswa tentang peristiwa alam yang pernah

terjadi di lingkungan siswa.

2. Guru menyajikan materi pelajaran bahasa Indonesia sesuai rencana

pembelajaran yang telah disusun.

3. Guru menyampaikan materi yang berhubungan dengan tema peristiwa.

4. Guru mempersiapkan media kartu gambar berisi tentang peristiwa

alam yang terjadi di lingkungan kita.

5. Guru membagikan LKS pada tiap-tiap kelompok siswa.

6. Siswa mendiskusikan tugas bersama teman kelompok kerja.

7. Guru bersama siswa mencocokkan dan menyimpulkan hasil pekerjaan

siswa.

(41)

C. Observasi

1. Pengamatan atau observasi dilakukan oleh rekan kerja yang ditunjuk

sebagai observer/pengamat yang memberikan penilaian dalam kegiatan

guru dan siswa.

2. Pengamat mencatat semua aktivitas yang dilakukan oleh guru dan

siswa selama proses pembelajaran dengan instrumen observasi.

3. Pengamat membuat catatan lapangan selama mengamati

berlangsungnya pembelajaran.

D. Refleksi

Pada tahap refleksi akan dilakukan analisis hasil proses belajar siswa.

Analisis dilakukan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan yang

terjadi dalam kelas, khususnya pada siklus siklus sebelumnya, yang

ditindaklanjuti dengan mendiskusikan dengan observer untuk perbaikan

(42)

5.1 Kesimpulan

Dari pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas yang telah dilakukan pada siswa

kelas V SDN 1 Rajabasa Bandarlampung, maka diperoleh kesimpulan antara lain:

1. Aktivitas belajar siswa kelas 3 SD Negeri 2 Gunung Terang Bandarlampung

pada mata pelajaran Bahasa Indonesia melalui penggunaan media kartu

gambar, dengan indikator:

a. Siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik serta lebih bergairah dan

bersemangat. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian yang

menunjukkan bahwa ada peningkatan aktivitas belajar dari sebelum

tindakan, setelah dilaksanakannya Siklus I sebesar 69,9% dan Siklus II

sebesar 79%. Peningkatan nilai aktivitas mencapai 9,1%.

b. Munculnya keberanian siswa dalam menjawab serta mengajukan

pertanyaan yang berhubungan dengan pelajaran Bahasa Indonesia.

2. Hasil prestasi belajar siswa kelas 3 SD Negeri 2 Gunung Terang pada

pelajaran Bahasa Indonesia dapat ditingkatkan dengan menggunakan media

kartu gambar. Hal ini dapat dilihat dari hasil nilai penelitian, yaitu dengan

rata-rata 65,9 dan ketuntasan 68% pada Sikus I, meningkat menjadi 71,8

dengan ketuntasan 84% pada Siklus II. Peningkatan jumlah siswa yang tuntas

(43)

5.2 Saran

Beberapa saran yang ingin disampaikan oleh penulis adalah:

1. Bagi Guru

Guru hendaknya dapat menggunakan metode yang tepat untuk dapat menarik

perhatian serta memberikan motivasi kepada siswa sehingga siswa akan lebih

aktif dalam kegiatan pembelajaran.

2. Bagi Peneliti

Penggunaan media kartu gambar dapat dijadikan referensi untuk

pengembangan kreativitas pada pembelajaran lain yang berhubungan langsung

dengan kehidupan siswa.

3. Bagi Lembaga

Pihak sekolah hendaknya dapat memberikan fasilitas media kartu gambar

untuk dapat digunakan oleh para siswa sehingga mutu pendidikan dapat

(44)

Akhadiah. 1991. Pendidikan bahasa Indonesia SD. Bandung: Karya.

Aunurahman, dkk. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

BNSP. 2006. Panduan Kurikulum dan Pengembangan Silabus. Jakarta: BNSP.

Darmansyah. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Padang: UNP.

Davies, G. 1991. Media Pembelajaran. Bandung: CV. Diandra Paramita Media.

Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Djamarah dan Zein. 1996. Media Pembelajaran. Bandung: Sinar Pustaka.

Hamalik, O. 2001. Media Pendidikan. Bandung: Alumni.

Latuheru & John, D. 1983. Media Pembelajaran dalam Proses Belajar. Surabaya: Cipta Media.

Nurkencana. 2005. Evaluasi Hasil Belajar Mengajar. Surabaya: Usaha Nasional.

Sardiman. 1994. Interaksi dan Motivasi Mengajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Sudirman,N, dkk. 1991. Ilmu pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Tu’u,Tulus. 2004. Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: Rineka Cipta.

Winkel, WS. 2004. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta : Gramedia.

Gambar

Tabel 1. Aktivitas dan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia    Siswa Kelas 3 SDN 2 Gunung Terang
Gambar 1. Contoh Media Kartu Bergambar
Gambar Belajar
Gambar 3. Pola Siklus Penelitian  (Kemmis dalam Wiria Atmaja, 2006: 66).
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pada zaman modern yang semakin maju ini komputer telah mengalami evolusi sehingga sudah mencapai generasi kelima yang telah melahirkan generasi baru

Pada zaman modern yang semakin maju ini komputer telah mengalami evolusi sehingga sudah mencapai generasi kelima yang telah melahirkan generasi baru

perintahnya dengan sengaja / kelalaian melakukan perbuatan (aktif atau pasif) dalam praktik kedokteran pada pasiennya dalam segala tingkatan yang melanggar standar profesi,

Perkembangan TI yang sangat pesat harus dipertimbangkan dalam menjawab pertanyaan- pertanyaan ini, sebab menurut Resnick (2002), selain TI akan sangat mewarnai masa depan, TI

Untuk uji sitotoksisitas, sebanyak 100 µl suspensi sel SiHa dengan kepadatan 2x10 4 /100 µ l dimasukkan ke dalam sumuran 96 well plate yang telah berisi 100 µl ekstrak etanolik

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 22 rasio yang diteliti, rata-rata kinerja keuangan tahun 2003 hingga 2007 menunjukkan kinerja yang ideal pada rasio ketersediaan dana

Dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun pacar cina ( Aglaia odorata Lour.) pada semua dosis mempunyai efek stimulan serta tidak ada hubungan antara peningkatan dosis ekstrak daun

[r]