BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini tidak dipungkiri semakin berkembangnya jaman dimana teknologi
semakin maju dan kreativitas manusia semakin berkembang, hal ini karena
dipengaruhi oleh kemudahan manusia dalam mengakses informasi
sebanyak-banyaknya dan bagaimana kita memanfaatkan kesempatan tersebut, tentunya ada
dampak positif dalam era ini, hal positif yang bisa diambil adalah informasi yang
diakses dapat memberikan informasi untuk mengembangkan passion dan skill
manusia dan menambah pengetahuan kita karena ilmu pengetahuan yang terus
berkembang, hal tersebut dapat bermanfaat untuk turut serta dalam meningkatkan
kualitas hidup pada suatu negara.
Kini, masyarakat Indonesiapun berlomba-lomba untuk meningkatkan
kualitas hidupnya, dalam hal ini meningkatkan kualitas hidup dalam bidang
ekonomi yang dirasa sebagai aspek utama, dengan menciptakan lowongan
pekerjaan sendiri/berbisnis hal ini terbukti dari semakin banyaknya bisnis online,
merek pakaian lokal, restoran dan sebagainya yang semakin marak bermunculan.
Pengaruh mudahnya mengakses informasi penulis rasa mengambil andil
besar dalam perkembangan ekonomi masyarakat, khususnya dikalangan anak
muda yang menyadari bahwa kreativitas anak muda bisa sangat menguntungkan
dan memberikan dampak yang baik pada bidang ekonomi jika dimanfaatkan
2006 banyak bermunculan distro khususnya di Bandung dan di Jakarta yang mana
para pelaku bisnisnya adalah anak muda. Hal tersebut terus berlanjut hingga
sekitar tahun 2008 dan menurun sekitar tahun 2009 dan kemudian akhir tahun
tersebut ada revolusi baru lagi yang terjadi dimana banyak anak muda yang
membuat produk dengan merek sendiri tidak sedikit pula yang memulai usahanya
dengan mengakses gambar untuk dicontoh, melihat apa yang sedang trend saat ini,
dan informasi vendor terbaik, bahan untuk membuat fashion item terbaik dan informasi lainnya, sejak saat itu dimana merek lokalpun bermunculan, ada yang
sudah colapse dan masih banyak pula masih bertahan hingga sekarang.
Pandangan anak muda terhadap fashion industry akhir-akhir ini menjadi berubah seiring dengan perubahan jaman, permintaan pakaian dan fashion item
lainnya mengalami peningkatan, kebutuhan sandang yang merupakan salah satu
kebutuhan primer manusia mempengaruhi banyaknya bisnis fashion yang
bermunculan dan semakin berkembang, ada anggapan bahwa nilai-nilai/value saat mengenakan atau menggunakan fashion item dari suatu brand dipercaya dapat meningkatkan kepercayaan diri hingga dijadikan sebagai lifestyle dalam kelangsungan hidup manusia, hal tersebut memberikan pengaruh yang besar bagi
orang-orang yang menyadari kesempatan besar untuk berusaha pada bidang ini.
Pengaruh dari luar khususnya Prancis, Amerika dan Jepang pada bidang
usaha ini memberikan motivasi kepada desainer dan enterpreuner pada industri
fashion untuk ikut serta dalam mengembangkan dunia fashion tanah air, hal ini
meningkatkan perekonomian Indonesia pada bidang ini. Pemerintah Indonesia
juga ikut ambil andil untuk memfasilitasi karya anak muda tanah air untuk lebih
dikenal dunia, contohnya PT. Elhaus Indonesia yang ditawarkan pihak Kemetrian
Perindustrian untuk memamerkan produknya di Las Vegas, USA, tahun 2014 ini.
Dalam hal ini penulis melihat bahwa perusahaan dituntut untuk membuat
strategi dalam menghadapi persaingan pada bidang ini yang semakin ketat
didalam maupun diluar negeri.
Strategi mendasar pada bidang ini dengan menghasilkan produk yang
dapat memberikan nilai tambah bagi konsumen baik dari segi manfaat maupun
kualitas, hal ini diperkuat dengan anggapan bahwa strategi umum perusahaan
adalah diferensiasi produk yang mengacu pada penawaran (pada harga premium)
kualitas produk yang unggul atau jasa yang lebih unik bagi pelanggan. (Raiborn
dan Kinney,2011:22) dan juga pengertian produk yang bermutu yang adalah
sesuatu yang dibuat dengan sempurna dan dengan biaya yang mahal. Produk
tersebut dapat dinilai serta membuat puas dan bangga pemiliknya.
(Sallis,2006:48) dapat dijadikan landasan pengusaha berbisnis.
Pernyataan tersebut juga disadari sejak dulu, sedikit cerita sejarah kualitas
yang dikatakan bahwa mutu/kualitas (quality) jasa atau produk dalam buku Edward Sullis, berawal dari kesadaran Jepang dipengaruhi oleh Deming yang
mengatakan langkah awal industri mereka bangkit setelah perang dunia ke II
adalah dengan mengetahui keinginan pelanggan dan menggunakan standar
tertinggi pada produknya, berbeda dengan Amerika yang awalnya hanya
penjualannya bagus, tetapi prioritas mereka akan mutu rendah sehingga ketika
jepang merajai pasar saat itu, Amerika kehilangan pasar mereka, sehingga mereka
belajar dari Jepang.
Umumnya dalam bisnis jenis apapun hal yang menjadi acuan perusahaan
dalam persaingan di dunia usaha adalah memberikan kualitas produk yang baik,
yang mana definisi kualitas itu sendiri secara umum adalah derajat atau tingkat
kesempurnaan (Hansen dan Mowen,2009:269) dan secara operasional, produk
atau jasa berkualitas adalah memenuhi atau melebihi harapan pelanggan (Hansen
dan Mowen,2009:269)
Dalam sebuah survei yang dilakukan American Society for Quality Control (ASQC) dan Gallup Organization terhadap lebih dari 3.000 konsumen Amerika Serikat, Jerman Barat, dan Jepang didapatkan hasil bahwa ada berbagai
macam komponen kualitas dilihat dari persperktif pelanggan.
Tabel 1.1
Kualitas dimata pelanggan Amerika Serikat
Kualitas ditentukan atas dasar : Keputusan pembelian dipengaruhi oleh : 1. Nama yang terkenal
2. Rekomendasi dari mulut ke mulut 3. Pengalaman masa lalu
4. Kinerja 5. Daya tahan 6. Kecakapan kerja 7. Harga
8. Reputasi Manufaktur
1. Harga 2. Kualitas 3. Kinerja
4. Rekomendasi dari mulut ke mulut 5. Nama yang terkenal
Jerman 1. Harga
2. Nama yang terkenal 3. Penampilan (appearance) 4. Daya tahan
1. Harga
JEPANG 1. Nama yang terkenal
2. Kinerja
3. Kemudahan untuk dipergunakan 4. Daya tahan
5. Harga
1. Kinerja 2. Harga
3. Kemudahan untuk dipergunakan 4. Desain dan model
5. Nama yang terkenal Sumber : (Tjiptono,2005:3)
dari tabel diatas dapat dikatakan bahwa, untuk mencapai itu semuanya biaya
kualitas dianggap penting dan ikut serta dalam mencapai kepuasaan pelanggan.
Demi kelangsungan perusahaan, terdapat kegiatan-kegiatan dan tentunya
biaya untuk memaksimalkan kualitas produk dan meminimalisasi jumlah barang
rusak atau cacat, yang mana didefinisikan produk cacat adalah unit yang selesai
atau separuh selesai namun cacat dalam hal tertentu. (Carter, 2009:226).
Untuk mencapai hal tersebut ada kegiatan-kegiatan yang dilakukan karena
kualitas yang buruk yang mungkin atau telah terjadi, biaya untuk melakukan hal
ini disebut biaya kualitas. Maka, biaya kualitas adalah biaya yang timbul karena
mungkin atau telah terdapat produk yang kualitasnya buruk, definisi ini
mengimplikasikan bahwa biaya kualitas berhubungan dua subkategori dari
kegiatan-kegiatan yang terkait dengan kualitas: kegiatan pengendalian dan
kegiatan karena kegagalan.
Sangat penting bagi perusahaan untuk menerapkan biaya kualitas, dalam
biaya tersebut ada 4 jenis kategori didalamnya yaitu Biaya pencegahan
(prevention cost), Biaya penilaian (appraisal cost), Biaya kegagalan internal
(internal failure cost), Biaya kegagalan eksternal (external failure cost), yang mana ada aktivitas-aktivitas yang mengeluarkan biaya-biaya dan dalam setiap
dalam segi keuangan perusahaan dapat dinilai lebih mudah dengan menyiapkan
tampilan biaya-biaya kualitas sebagai presentase dari penjualan aktual.
Informasi biaya kualitas sangat dibutuhkan dan berguna untuk
pengambilan beberapa keputusan yang terkait demi kelangsungan perusahaan
karena tujuan utama pelaporan biaya kualitas adalah memperbaiki dan
mempermudah perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan
manajerial (Hansen dan Mowen, 2009:268). Semua hal ini dilakukan
berhubungan dengan tujuan sebuah perusahaan yaitu memperoleh laba, dan
kemampuan untuk memperoleh laba perusahaan disebut profitabilitas.
Pada penulisan tugas makalah ini, penulis mengambil Merek Fashion XYZ
untuk diteliti, brand ini menawarkan produk pakaian pria yaitu kemeja, t-shirt,
jeans, dompet dan beberapa jenis fashion item lainnya, yang mana pada setiap jenis item yang ditawarkan ada yang meggunakan jasa vendor untuk produksinya, ada juga yang diproduksi sendiri, dalam hal ini kemeja dipilih Merek Fashion
XYZ untuk diproduksi sendiri, karena dianggap lebih exclusive.
Demi menjaga citra merek, Merek Fashion XYZ selalu membuat desain
yang baik, selalu memilih bahan baku yang terbaik dan jumlah produk setiap
fashion itemnya yang sedikit demi menjaga keeklusifannya, khususnya kemeja.
Merek fashion XYZ tidak memiliki laporan biaya kualitas, padahal
Tidak dipungkiri seperti yang dikatakan Deming yang melihat bahwa
masalah mutu terletak pada masalah majemen dan diketahui juga bahwa, masalah
utama dalam dunia industri adalah kegagalan manajemen senior dalam menyusun
masa depan.(Sallis,2006:97)
Dalam penulisan makalah ini seperti yang sudah dijelaskan diawal maka
penulis hanya mengambil dua biaya kualitas untuk diteliti yaitu biaya pencegahan
dan biaya penilaian, hal ini dikarenakan seberapa pengaruh biaya pencegahan dan
biaya penilaian terhadap produk rusak, karena keduanya biaya tersebut timbul
sebelum terjadi produk rusak, sedangkan penulis tidak mengambil biaya
kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal untuk diteliti karena keduanya
tidak mempengaruhi jumlah produk rusak, hal tersebut dikarenakan kedua biaya
ini timbul atau dikeluarkan setelah produk rusak terjadi.
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Pengaruh Biaya Kualitas Terhadap Produk Rusak” pada Merek Fashion XYZ
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan :
1. Bagaimana penerapan biaya kualitas (biaya pencegahan dan biaya penilaian)
pada “Merek Fashion XYZ”?
2. Apa pengaruh biaya kualitas (biaya pencegahan dan biaya penilaian) terhadap
BAB II KAJIAN TEORI
1.1 Jenis Perusahaan
Dilihat dari bidang usaha yang digeluti dan produk yang dihasilkan, secara
umum perusahaan dibedakan menjadi 3, yaitu (Rubianto,2013:15) :
1. Perusahaan Jasa yaitu perusahaan yang produknya adalah yang bersifat
nonfisik, seperti perusahaan transportasi, biro wisata, bioskop, konsultan,
akuntan, dan sebagainya.
2. Perusahaan Dagang yaitu perusahaan yang membeli barang dari perusahaan
lain dan menjualnya kepada pihak yang membutuhkan/konsumen. Sebagai
contoh, pasar swalayan (Hero, Indomaret, Giant, dan lain-lain.), distributor
elektronik dan sebagainya.
3. Perusahaan Manufaktur yaitu perusahaan yang membeli bahan baku,
mengolahnya hingga menjadi produk jadi siap pakai. Sebagai contoh,
produsen mie instant mengolah terigu hingga menjadi mie instant dan
Produsen bahan baku
Menjual bahan Membeli bahan
Perusahaan Manufaktur
Menjual bahan Membeli bahan
Konsumen
(Rubianto,2013:15)
Gambar 2.1 Perusahaan Manufaktur
1.1.1 Jenis persediaan diperusahaan manufaktur
Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang harus mengolah bahan
baku menjadi bahan jadi yang siap dipakai.
Persediaan dalam perusahaan manufaktur dibedakan menjadi :
1. Persediaan bahan baku : bahan dasar yang menjadi komponen utama dari
suatu produk.
Contoh : kain adalah bahan baku dari pakaian, kayu adalah bahan baku dari
2. Persediaan barang dalam proses : bahan baku yang telah diproses untuk
diubah menjadi barang jadi tetapi sampai pada tanggal pengiriman belum
selesai proses produksinya.
Contoh : pakaian yang belum ada lengannya dalam indutri garmen, meja tulis
yang belum dihaluskan dalam industri mebel dan sebagainya.
3. Persediaan barang jadi : bahan baku yang telah diproses menjadi produk jadi
yang siap pakai dan siap dipasarkan seperti pakaian jadi, meja tulis dan
lain-lain. (Rubianto,2013:16)
1.2 Biaya
1.2.1 Pengertian Biaya
Dalam arti luas biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur
dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk
tujuan tertentu. (Mulyadi:2014)
Ada 4 unsur pokok dalam definisi biaya tersebut diatas :
1. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi,
2. Diukur dalam satuan uang,
3. Yang telah terjadi atau yang secara potensial terjadi,
4. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu
Menurut Hansen dan Mowen :
1.3 Kualitas
1.3.1 Pengertian Kualitas
a. Pengertian kualitas menurut Fandy Tjiptono :
Kata “Kualitas” mengandung banyak definisi dan makna. Orang yang
berbeda akan mengartikannya secara berlainan. Beberapa contoh definisi yang
kerapkali dijumpai antara lain :
Kesesuaian dengan persyaratan/tuntutan.
- Kecocokan untuk pemakaian
- Perbaikan/ penyempurnaan berkelanjutan, - Bebas dari kerusakan/ cacat,
- Pemenuhan kebutuhan pelanggan semenjak awal dan setiap saat, - Melakukan segala sesuatu sacara benar semenjak awal,
- Sesuatu yang bisa membahagiakan pelanggan. (Tjiptono,2005:6)
1.4 Biaya Kualitas
1.4.1 Konsep Biaya Kualitas
1. Mengkuantifikasi ukuran masalah kualitas dalam bahasa “uang” untuk
meningkatkan komunikasi di antara manajer menengah dan manajer puncak.
2. Kesempatan utama untuk reduksi biaya dapat diidentifikasi
3. Kesempatan untuk mengurangi ketidakpuasan pelanggan dan
ancaman-ancaman yang berkaitan dengan produk yang dipasarkan dapay diidentifikasi.
Beberapa biaya kualitas jelek (costs of poor quality) merupakan hasil kegagalan produk setelah penjualan. (Vincent Gasperz,2006:91)
Beberapa perusahaan kelas dunia menggunakan ukuran biaya kualitas
sebagai indikator keberhasilan program reduksi biaya terus-menerus melalui
perbaikan kualitas, yang dapat dihubungkkan dengan ukuran-ukurang lain,
seperti:
- Biaya kualitas dibandingkan nilai penjualan (prsentase biaya kualitas total
terhadap nilai perusahaan), artinya semakin rendah nilai ini menunjukan
program perbaikan kualitas semakin sukses.
- Biaya kualitas dibandingkan keuntungan (persentanse biaya kualita total
terhadap nilai keuntungan), artinya semakin rendah nilai ini menunjukan
program perbaikan kualitas semakin sukses.
- Biaya kualitas dibandingkan harga pokok penjualan (cost of good sold),
diukur berdasarkan persentase biaya kualitas totoal terhadap nilai pokok
penjualan, artinya semakin rendah nilai ini menunjukan program perbaikan
kualitas semakin sukses. (Vincent Gasperz,2006:91)
1.4.3 Kegiatan yang berhubungan dengan biaya kualitas
Kegiatan yang berhungan dengan biaya kualitas adalah kegiatan yang
dilakukan karena kualitas yang buruk mungkin atau telah terjadi. Biaya-biaya
untuk melakukan kegiatan-kegiatan itu disebut biaya kualitas. Jadi, biaya kualitas
adalah biaya-biaya yang timbul karena mungkin atau telah terdapat produk yang
Definisi ini mengimplikasikan bahwa biaya kualitas berhubungan dengan
dua sub kategori dari kegiatan-kegiatan yang terkait dengan kualitas yaitu
kegiatan pengendalian dan kegiatan karena kegagalan.
1. Kegiatan pengendalian (control activities)
Dilakukan oleh suatu perusahaan untuk mencegah atau mendeteksi kualitas
yang buruk (kualitas yang buru mungkin terjadi). Jadi, kegiatan pengendalian
terdiri dari kegiatan pencegahan dan penilaian, sedangkan
2. Kegiatan karena kegagalan (failure activities)
Dilakukan oleh perusahaan atau pelanggannya untuk merespon kualitas yang
buruk (kualitas buruk memang terjadi).
1.4.4 Kategori biaya kualitas
1. Biaya pencegahan (prevention cost)
Biaya pencegahan adalah biaya yang dikeluarkan untuk mendesain
produk dan sistem produksi berkualitas tinggi, termasuk biaya biaya untuk
menerapkan dan memelihara sistem-sistem tersebut. Pencegahan kegagalan
produk dimulai dengan mendesain kualitas ke dalam produk dan proses
produksi. komponen-komponen dan peralatan bekualitas tinggi harus
digunakan.
Pemeliharaan preventif harus dilakukan secara berkala atas peralatan
dan mesin untuk mempertahankan kualitas yang tinggi. Karyawan harus
dilatih dengan baik dan bermotivasi tinggi. Seluruh karyawan, mulai dari
manajemen puncak sampai setiap pekerja dipabrik harus terus-menerus
Contoh biaya pencegahan :
Biaya rekayasa kualitas, program pelatihan kualitas, perencanaan
kualitas, pelaporan kualitas, pemilihan dan evaluasi pemasok, audit kualitas
sikluas kualitas, uji lapangan, dan peninjauan desain.
2. Biaya penilaian (appraisal cost)
Biaya penilaian adalah biaya yang terjadi untuk mendeteksi kegagalan
produk, sudah sesuai dengan persyaratan atau kebutuhan pelanggan.
Contoh biaya penilaian :
Biaya pemeriksaan dan pengujian bahan baku, pemeriksaan kemasan,
pengawasan kegiatan penialaian, penerimaan produk, penerimaan proses,
peralatan pengukuran (pemeriksaan dan pengujian) , dan pengesahan dari
pihak luar.
Dijelaskan, produk (product acceptance) meliputi pengambilan sampel dan batch barang jadi untuk menentukan apakah telah memenuhi
standar kualitasnya, bila memenuhi, produk diterima.
Peneriman proses (process acceptance) meliputi penariksan sampel barang dalam proses untuk mengetahui apakah prosesnya berada dalam
kendali dan memproduksi barang tanpa cacat, bila tidak proses akan
dihentikan dan menunggu sampai tindakan perbaikan dilakukan. Tujuan utama
dari fungsi penilaian adalah mencegah disampaikannya barang cacat ke
3. Biaya kegagalan internal (internal failure cost)
Biaya kegagalan internalterjadi karena produk dan jasa yang dihasilkan
tidak sesuai dengan spesifikasi atau kebutuhan pelanggan. Ketidaksesuaian ini
dideteksi sebelum dikirim kepihak luar, biaya yang terjadi selama proses
produksi, seperti biaya sisa bahan baku, biaya barang cacat, biaya pengerjaan
kembali, dan terhentinya produksi karena kerusakaan mesin atau kehabisan
bahan baku.
4. Biaya kegagalan eksternal (external failure cost)
Biaya ini terjadi setelah produk dijual, produk atau jasa yang
dihasilkan tidak memuaskan pelanggan setelah produk disampaikan kepada
pelanggan.
Contoh biaya kegagalan eksternal :
Biaya yang meliputi untuk memperbaiki dan mengganti produk rusak
selama masa garansi, biaya untuk menangani keluhan pelangan, dan biaya
hilangnya penjualan akibat ketidakpuasaan pelanggan.
Tabel. 2.1 Biaya Kualitas
Biaya Pencegahan Biaya Kegagalan Internal - Pengembagan sistem
- Rekayasa ulang kualitas - Pelatihan kualitas - Lingakaran kualitas
- Aktivitas pengendalian proses statistik - Supervisi aktivitas pencegahan
- Pengumpulan, analisis, dan pelaporan data kualitas
- Proyek peningkatan kualitas - Dukungan teknis dari pemasok - Audit efektivitas sistem kualitas
- Biaya bersih sisa bahan
- Biaya bersih barang yang tidak sempurna
- Overhead dan tenaga kerja untuk pengerjaan ulang
- Inspeksi ulang produk yang dikerjakan ulang
- Waktu yang dikerjakan ulang - Pembuangan produk cacat
- Analisis penyebab produk cacat dalam produksi
- Pemasukan ulang data karena adanya kesalahan
- Debugging kesalahan peranti lunak Biaya Penilaian Biaya Kegagalan Eksternal
- Pengujian dan inspeksi barang dalam proses
- Inspeksi dan pengujian produk jadi - Perlengkapan yang digunakan dalam pengujian dan inspeksi
- Supervisi aktivitas pengujian dan inspeksi
- Depresiasi peralatan pengujian - Pemeliharaan peralatan pengujian - Peralatan dalam area inspeksi - Penilaian dan pengujian di lapangan
keluhan dari konsumen
- Garansi perbaikan dan penggantian - Perbaikan dan penggantian dalam masa garansi
- Penarikan produk
- Kewajiban yanng muncul karena adanya produk cacat
- Pengembalian karena adanya produk cacat
- Berkurangnya penjualan karena reputasi rendahnya kualitas.
Sumber: (Garrison,Noreen,Brewer,2006:83)
1.4.5 Masalah khusus yang berhubungan dengan bahan baku
Dalam akuntansi biaya bahan baku, uraian dibawah ini terjadi dalam
proses produksi:
1. Produk rusak (Spoiled goods)
Pengertian Produk Rusak menurut Mulyadi :
“Produk rusak adalah produk yang tidak memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan, secara ekonomis tidak dapat diperbaiki menjadi produk yang baik”. (Mulyadi:2014:298)
Perlakuan terhadap produk rusak adalah tergantung dari sifat dan
sebab terjadinya :
a. Jika produk rusak terjadi karena sulitnya pengerjaan pesanan tertentu atau
faktor luar biasa yang lain, maka harga pokok produk rusak dibebankan
sebagai tambahan harga pokok produk yang baik dalam pesanan yang
bersangkutan. Jika produk rusak tersebut masih laku dijual, maka hasil
penjualannya diperlakukan sebagai pengurang biaya produksi pesanan
yang menghasilkan produk rusak tersebut.
produk rusak dibebankan kepada produksi secara keseluruhan, dengan
cara memperhitungkan. (Mulyadi,2014:298)
2. Produk Cacat (Defective Goods)
Produk cacat adalah produk yang tidak memenuhi standar mutu yang
telah ditentukan tetapi dengan mengeluarkan biaya pengerjaan kembali untuk
memperbaikinya, produk tersebut secara ekonomis dapat disempurnakan lagi
menjadi produk yang baik.
Masalah yang timbul dalam produk cacat adalah bagaimana
memperlakukan biaya tambahan untuk pengerjaan kembali (rework costs) produk cacat tersebut. Perilaku terhadap biaya pengerjaan kembali produk
cacat adalah mirip dengan yang telah dibicarakan dalam produk rusak
(spoiled goods).
Jika produk cacat bukan merupakan hal yang biasa terjadi dalam
proses produksi tetapi karena karakteristik pengerjaan pesanan tertentu, maka
biaya pengerjaan kembali produk cacat dapat dibebankan sebagai tambahan
biaya produksi pesanan yang bersangkutan.
Jika produk cacat merupakan hal yang biasa terjadi dalam proses
pengerjaan produk maka biaya pengerjaan kembali dapat dibebankan kepada
seluruh produksi dengan cara memperhitungkan biaya pengerjaan kembali
tersebut ke dalam tarif biaya overhead pabrik. Biaya pengerjaan kembali produk cacat sesungguhnya terjadi di debitkan ke dalam rekening biaya
3. Sisa bahan (Scrap Materials)
Di dalam proses produksi, tidak semua bahan baku dapat menjadi
bagian produk jadi, bahan yang mengalami dalam proses pengerjaan disebut
sisa bahan. Perlakukan terhadap sisa bahan tergantung dari harga jual sisa
bahan iu sendiri. Jika harga jual sisa bahan rendah, biasanya tidak dilakukan
pencatatan jumlah dan harganya sampai saat penjualannya. Tetapi jika harga
jual sisa bahan tinggi, perlu dicatat jumlah dan harga jual sisa bahan tersebut
dalam kartu persediaan pada saat sisa bahan diserahkan oleh bagian produksi
ke bagian gudang.
Jika dalam proses produksi terdapat sisa bahan, masalah yang timbul
adalah bagaimana memperlakukan hasil penjualan sisa bahan tersebut. Hasil
penjualan sisa bahan dapat diperlakukan sebagai:
1. Pengurang biaya bahan baku yang dipakai dalam pesanan yang
menghasilkan sisa bahan tersebut,
2. Pengurang terhadap biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi, 3. Penghasilan diluar usaha (other income). (Mulyadi,2014:306)
1.5 Fungsi Biaya Kualitas
1. Pandangan Kualitas yang dapat diterima
Pada (Hansen,Mowen,2009:278) dijelaskan bahwa, pandangan kualitas
yang dapat diterima mengasumsikan terdapat perbandingan terbalik antara
biaya pengendalian dan biaya kegagalan. Ketika biaya pengendalian
meningkat, biaya kegagalan seharusnya menurun.
mencegah atau mendeteksi unit-unit yan tidak sesuai yang pada akhirnya akan
dicapai suatu titik di mana kenaikan tambahan biaya dalam upaya tersebut
menimbulkan biaya yang lebih besar daripada penurunan biaya kegagalan.
Mengasumsikan dua fungsi biaya : satu untuk biaya pengendalian dan
satu lagi untuk biaya kegagalan. Tampilan tersebut juga mengasumsikan
presentase unit cacat meningkat ketika biaya yang dikeluarkan untuk
kegiatan-kegiatan pencegahan dan penilaian menurun. Di lain pihak, kegagalan
meningkat ketika jumlah unit cacat meningkat.
Dari fungsi biaya kualitas, kita mengetahui total biaya kualitas turun
ketika kualitas ditingkatkan sampai titik tertentu. Setelah itu, tidak ada
peningkatan lebih lanjut yang mungkin dilakukan. Tingkat optimal unit cacat
telah diidentifikasi dan perusahaan berupaya mencapainya. Tingkat yang
mengizinkan adanya unit cacat ini disebut tingkat kualias yang dapat diterima
(AQL)
2. Pandangan Cacat Nol
Dalam pengertian klasik, sebuah produk dikatakan cacat bila
kualitasnya berada di luar batas toleransi suatu karakteristik kualitas.Menurut
pandangan ini, biaya kegagalan timbul hanya jika produk tidak sesuai dengan
spesifikasi dan terdapat perbandingan terbalik antara biaya kegagalan dan
biaya pengendalian.
Pandangan AQL mengizinkan, bahkan mendukung diproduksinya
sejumlah barang cacat tertentu. Model ini digunakan dalam dunia
pengendalian kualitas hingga 1970-an ketika model AQL ditantang oleh model
Perusahaan-perusahaan yang menghasilkan semakin dikit produk cacat akan menjadi lebih
kompetitif relatif terhadap perusahaan yang meneruskan penggunaan modal
AQL tradisional.
Model cacat nol menekankan biaya pada biaya kualitas dan potensi
penghematan dari upaya yang lebih besar untuk meningkatkan kualitas.
(Hansen dan Mowen,2009:279)
2.6 Manfaat dan Kelemahan Informasi Biaya Kualitas 1. Manfaat Informasi Biaya Kualitas
a. Informasi biaya kualitas membantu para manajer melihat keuntungan
finansial dari cacat. Para manajer biasanya tidak sadar dengan besarnya
biaya kualitas mereka karena biaya-biaya ini melintasi batas departemen
dan tidak dapat ditelusuri dan diakumulasi secara normal oleh sistem
biaya. Maka dari itu, ketika pertama kali disajikan dengan laporan biaya
kualitas, para manajer seringkali terkejut dengan jumlah biaya yang
diakibatkan oleh kualitas yang buruk.
b. Informasi biaya kualitas membantu para manajer mengidentifikasikan
pentingnya masalah-masalah kualitas yang dihadapi perusahaan. Sebagai
contoh, laporan biaya kualitas dapat memperlihatkan bahwa sisa bahan
adalah masalah kualitas yang utama atau bahwa perusaahaan
mengeluarkan biaya garansi dalam jumlah yang besar. Dengan adanya
informasi ini, para manajer mempunya ide yang lebih bagus mengenai
tidak baik. Umumnya, biaya-biaya kualitas seharusnya lebih
didistribusikan ke arah aktivitas-aktivitas pencegahan dan penilaian dan
kurang diarahkan ke kegagalan. (Garrison,Noreen,Brewer,2006:90-91)
2. Kelemahan Informasi Biaya Kualitas
Kelemahan dari informasi biaya kualitas yang seharusnya diakui :
a. Hanya mengukur dan melaporkan biaya kualitas tidak akan memecahkan
masalah kualitas apa pun. Masalah hanya dapat diselesaikan dengan
mengambil tindakan.
b. Hasilnya ketinggalan di belakang program perbaikan kualitas. Pada
awalnya, biaya kualitas total dapat meningkat ketika sistem pengendalian
kualitas didesain dan ditempatkan. Penurunan di biaya-biaya ini tidak akan
terjadi sampai program kualitas telah memberikan pengaruh untuk 1 tahun
atau lebih.
c. Biaya kualitas yang paling penting, kehilangan penjualan dari konsumen
yang kecewa, biasanya diabaikan dari laporan biaya kualitas karena hal itu
sangat sulit untuk diperkirakan. (Garrison,Noreen,Brewer,2006:91)
2.7 Total Quality Management (TQM)
Seperti tertulis pada (Tampubolon,2014:98) dikatakan bahwa manajemen
kualitas merupakan komitmen perusahaan untuk memberi yang terbaik bagi
pelanggan-pelanggannya. Penekanannya adalah untuk kontinyu melakukan
perubahan secara berkelanjutan (Continously Improvement), yang merupakan tuntutan mutu yang tidak pernah seacara secara seratus persen dapat dipenuhi
organisasi, sehingga menjadi target berikutnya bagi manajemen operasional untuk
Perubahan berkelanjutan (Continously Improvement). Konsep mutu dari Edward Deming ada 14 yang menjadi indikator bagaimana TQM
diimplemetasikan, untuk dapat melakukan perubahan secara berkelanjutan:
1. Menggunakan kreativitas secara konsisten.
2. Mengacu pada kepentingan perubahan
3. Menciptakan mutu produk dengan mengatasi persoalan melalui inspeksi
4. Menciptakan hubungan jangka panjang yang paling mendasar dengan
membentuk performan di dalam menghadapi usaha yang berlandaskan harga
5. Mengubah produk, mutu dan pelayanan secara berkelanjutan
6. Melakukan pelatihan karyawan
7. Lebih memperhatikan faktor kepemimpinan
8. Atasi rasa ketakutan
9. Uraian hambatan di antara bagian organisasi
10. Hentikan isu-isu karyawan
11. Dukung, memberi bantuan, dan perubahan
12. Mengubah hambatan menjadi suatu kebanggaa bagi karyawan
13. Melembagakan program kegiatan belajar dalam pendidikan, serta memberi
untuk perubahan
14. Mengajak setiap orang di dalam organisasi untuk bekerja dan melakukan
BAB III PEMBAHASAN 1.1 Perhitungan Pelaporan Biaya Kualitas
Sampai saat ini, Merek XYZ masih belum melakukan pelaporan biaya
kualitas. Biaya yang seharusnya ada di laporan biaya kualitas masih bergabung
dengan Laporan yang dilaporkan setiap bulan, dengan begitu perusahaan tidak
mengetahui biaya yang sudah dikeluarkan untuk mencegah timbulnya kualitas
produk yang tidak sesuai dengan harapan perusahaan maupun konsumen maupun
biaya yang sudah dikeluarkan karena adanya kualitas produk yang tidak sesuai
dengan harapan.
Didalam pembahasan ini pertama penulis mengidentifikasikan
biaya-biaya yang terdapat pada laporan biaya-biaya produksi bulanan ke dalam biaya-biaya kualitas
yang mana dalam hal ini data yang sudah diolah dimasukan ke dalam biaya
pencegahan dan biaya penilaian, biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi harapan
perusahaan untuk mengasilkan kualitas produk yang baik dengan jumlah nol
Tabel 4.1
Biaya Kualitas Merek Fashion XYZ
Prevention Cost Appraisal Cost
- Perencanaan pra-produksi (desain dan pola)
- Penyeleksian Supplier dan pengambilan sampel bahan baku - Perawatan dan perbaikan mesin &
peralatan produksi
- Memberikan training kepada karyawan - Melakukan pemeliharaan bahan baku
- Pemeriksaan penerimaan bahan baku dan sampel kemeja
- Pengawasan pada proses produksi
Internal Failure Cost External Failure Cost
- Pengerjaan ulang (rework) - Kerugian mengenai pandangan yang buruk dari pelanggan
Sumber: Hasil olahan
1.1.1 Biaya Pencegahan (Prevention Cost)
Biaya pencegahan adalah biaya yang timbul atau dikeluarkan untuk
mencegah munculnya kualitas buruk suatu produk.
a. Biaya tenaga kerja
Yaitu, pengeluaran-pengeluaran yang meliputi gaji yang dikeluarkan pra-produksi, membayar freelancer untuk meyempurnakan desain dalam bentuk digital dan pembuatan pattern atau pola, sebagai ujung tombak tim kreatif atau desainer.
Perencanaan pra-produksi berupa desain dan pola (A 2011,2012,2013)
dihitung dari pembayaran upah tenaga kerja untuk mencegah terjadinya
kualitas yang buruk sedangkan Penyeleksian Supplier dan pengambilan
sampel bahan baku (B 2011,2012,2013) didapat dari gaji bulanan tenaga kerja
I (Lampiran B) kemudian dibagi tiga karena tenaga kerja I melakukan tiga
Tabel 4.2
Biaya Tenaga Kerja Merek Fashion XYZ Tahun 2012 – 2013
(Rp)
(tabel lanjutan)
Keterangan :
A: Perencanaan pra-produksi berupa desain
dan pola
(upah tenaga kerja)
B: Penyeleksian Supplier dan pengambilan sampel bahan baku (gaji tenaga kerja)
b. Biaya pemeliharaan mesin dan alat produksi
No Bulan 2011A 2011B 2012A 2012B
1 Januari 650,000 833,333 500,000 833,333
2 Februari 0 833,333 0 833,333
3 Maret 500,000 833,333 0 666,667
4 April 0 833,333 0 666,667
5 Mei 500,000 833,333 850,000 666,667
6 Juni 850,000 833,333 0 666,667
7 Juli 0 1,000,000 0 666,667
8 Agustus 0 833,333 250,000 833,333
9 September 0 833,333 0 833,333
10 Oktober 500,000 833,333 0 833,333
11 November 500,000 1,000,000 0 833,333
12 Desember 0 833,333 0 833,333
3,500,000 10,333,333 1,600,000 9,166,667
Total 13,833,333 10,766,661
No Bulan 2013A 2013B
1 Januari 0 833,333
2 Februari 0 833,333
3 Maret 750,000 833,333
4 April 0 833,333
5 Mei 0 833,333
6 Juni 2,500,000 1,000,000
7 Juli 0 833,333
8 Agustus 0 833,333
9 September 750,000 833,333
10 Oktober 0 1,000,000
11 November 0 833,333
12 Desember 0 833,333
4,000,000 10,333,333
Yaitu, biaya dikeluarkan perusahaan untuk mencegah kerusakaan
mesin selama proses produksi yang mana dalam hal ini mesin jahit, hal ini
dilakukan agar kondisi mesin yang terawat akan mendukung proses
kelancaran produksi. Dalam hal ini merawat mesin jahit berupa.
- Perawatan dan perbaikan mesin & peralatan produksi
Tabel 4.3
Biaya Pemeliharaan Mesin dan Alat Produksi Merek Fashion XYZ Tahun 2011 - 2013
(Rp)
c. B
i a y a
pelatihan tenaga kerja
Dalam hal ini biaya pelatihan tenaga kerja ini meliputi biaya yang
dikeluarkan untuk mengikuti seminar untuk menambah wawasan dan skill
tenaga kerja demi bersama-sama perusahaan, biaya ini tidak dikeluarkan
setiap bulan, tergantung dengan kebutuhan
No 2011 2012 2013
1 Januari 175,000 40,000 0
2 Februari 25,000 32,000 18,000
3 Maret 60,000 0 250,000
4 April 7,000 15,000 0
5 Mei 65,000 12,000 90,000
6 Juni 80,000 42,000
7 Juli 35,000 0 0
8 Agustus 70,000 24,000 40,000
9 September 12,000 16,000 160,000
10 Oktober 90,000 100,000 0
11 November 15,000 25,000 0
12 Desember 20,000 115,000 0
Tahun 2011-2013 (Rp)
1.1.2 B
i a y a
Penilaian (Appraisal Cost)
Biaya Penilaian adalah biaya yang timbul untuk menentukan apakah
semua sudah berjalan sesuai dengan prosedur atau yang diharapkan atau belum.
a. Biaya Inspeksi Bahan Baku & Sampel
Biaya yang dikeluarkan perusahaan sebelum proses produksi lebih
lanjut, dimana dilakukan ketika menerima kiriman bahan baku yang sudah
dipesan lebih dahulu setelah mengecek sampel bahan baku dan apakah bahan
baku sesuai dengan harapan sehingga dapat diproses untuk menghasilkan
produk jadi, sebelum proses produksi produk jadi, pembuatan beberapa
sampel diperlukan setiap memulai proses produksi dalam jumlah besar,
apakah sesuai dengan desain yang requestoleh tim kreatif/desainer.
No 2011 2012 2013
1 Januari 0 0 0
2 Februari 0 0 0
3 Maret 0 - 0
4 April 0 0 0
5 Mei 250,000 0 0
6 Juni 0 0 0
7 Juli 0 0 750,000
8 Agustus 0 0 0
9 September 1,500,000 0 0
10 Oktober 0 0 0
11 November 0 0 0
12 Desember 0 0 0
Pemeriksaan penerimaan bahan baku dan sampel kemeja pada tabel 4.5
dan pengawasan pada proses produksi pada tabel 4.6 dihitung dari gaji tenaga
kerja pada setiap bulannya ( lampiran B) kemudian dibagi tiga sesuai dengan
beberapa aktivitas yang menimbulkan biaya kualitas.
Tabel. 4.5
Biaya Inspeksi Bahan Baku dan Sampel Merek Fashion XYZ Tahun 2011 - 2013
(Rp)
b.
Biaya Tenaga Kerja Pemeriksa
Biaya yang ditimbulkan untuk mengawasi karyawan dalam pembuatan
pola- sampel produk – produksi/penjahitan hingga menjadi produk jadi dan siap
dikirim ke retailers untuk sampai ke tangan konsumen yaitu the Goodsdept (Pondok Indah Mall dan Pasific Place), Orbis Store, bobobobo.com)
- Pengawasan pada proses produksi (gaji tenaga kerja)
No 2011 2012 2013
1 Januari 833,333 833,333 833,333
2 Februari 833,333 833,333 833,333 3 Maret 833,333 666,667 833,333 4 April 833,333 666,667 833,333 5 Mei 833,333 666,667 833,333 6 Juni 833,333 666,667 1,000,000 7 Juli 1,000,000 666,667 833,333 8 Agustus 833,333 833,333 833,333 9 September 833,333 833,333 833,333 10 Oktober 833,333 833,333 1,000,000 11 November 1,000,000 833,333 833,333 12 Desember 833,333 833,333 833,333
Tahun 2011 - 2013 (Rp)
1.1.3 Biaya kegagalan internal
Terjadinya biaya kegagalan internal dikarenakan produk yang
dihasilkan tidak sesuai dengan prosedur/spesifikasi, hal ini terdeteksi
sebelum dikemas atau dikirim ke retailers/konsumen.
- Rework
Pengerjaan ulang pada kemeja yang sudah jadi tetapi ada bagian yang
tidak sesuai dengan spesifikassi yang diharapkan dan masih bisa
diperbaiki. (gaji tenaga kerja dan pembelian bahan baku tambahan)
No 2011 2012 2013
1 Januari 833,333 833,333 833,333
2 Februari 833,333 833,333 833,333
3 Maret 833,333 666,667 833,333
4 April 833,333 666,667 833,333
5 Mei 833,333 666,667 833,333
6 Juni 833,333 666,667 1,000,000
7 Juli 1,000,000 666,667 833,333
8 Agustus 833,333 833,333 833,333
9 September 833,333 833,333 833,333
10 Oktober 833,333 833,333 1,000,000
11 November 1,000,000 833,333 833,333 12 Desember 833,333 833,333 833,333
Tabel 4.7
Biaya Pengerjaan Ulang (Rework) Merek Fashion XYZ Tahun 2011-2013
(Rp)
1.1.4 Biaya kegagalan eksternal
Yaitu, biaya yang ditimbulkan atas kegagalan perusahaan dalan
pemenuhan kualitas kemeja dimata konsumen.
Pada Merek XYZ ini, pernah memproduksi 90 kemeja tetapi ketika
dimasukan ke retailer, tanggapan konsumen tidaklah sebaik kemeja tipe yang lain, sudah berbulan-bulan tidak laku dan dikembalikan, hingga saat
penelitian dilakukan kemeja tipe tersebut hanya laku 3. Itu berarti ada 87
No 2011 2012 2013
1 Januari 702,000 230,000 270,000
2 Februari 106,000 0 0
3 Maret 322,000 725,000 0
4 April 0 0 0
5 Mei 0 0 0
6 Juni 365,000 0 0
7 Juli 400,000 139,000 400,000
8 Agustus 726,000 805,000 0
9 September 421,500 0 0
10 Oktober 378,000 0 0
11 November 0 477,000 0
12 Desember 0 0 620000
kemeja yang sudah dianggap penjualannya ttidak bagus hingga diberi
diskon/potongan hargapun hanya bisa laku 3.
[image:31.595.137.500.167.714.2]- Kerugian karena pandangan yang buruk dari pelanggan
Tabel. 4.8
Biaya Kegagalan Eksternal Merek Fashion XYZ Tahun 2011-2013
[image:31.595.133.518.498.727.2]Produksi Kemeja (Rp)
Tabel. 4.9
Laporan Biaya Kualitas Merek Fashion XYZ Tahun 2011 – 2013
(Rp)
No 2011 2012 2013
1 Biaya pencegahan
(prevention cost)
- Penyeleksian Supplier dan pengambilan sampel bahan baku
10,333,333 9,166,667 10,333,333
No 2011 2012 2013
1 Januari 0 0 0
2 Februari 0 0 0
3 Maret 0 0 0
4 April 0 0 0
5 Mei 0 0 0
6 Juni 0 0 0
7 Juli 0 0 0
8 Agustus 0 0 0
9 September 0 8,502,500 0
10 Oktober 0 0 0
11 November 0 0 0
12 Desember 0 0 0
- Perencanaan pra-produksi (desain dan pola)
3,500,000 1,600,000 4,000,000
- Memberikan training kepada karyawan
1,750,000 0 7,500,000
2 Biaya Penilaian
(appraisal cost)
- Pemeriksaan
penerimaan bahan baku dan sampel
10,333,333 9,166,667 10,333,333
- Pengawasan pada proses produksi
10,333,333 9,166,667 10,333,333
3 Biaya KegagalanInternal (Internal Failure Cost)
- Pengerjaan ulang (rework)
3,420,500 2,376,000 1,290,000
4 Biaya Kegagalan
Ekstenal (External Failure Cost)
- Kerugian karena pandangan yang buruk dari pelanggan
0 8,502,500 0
1.2 Analisa dan Pembahasan Uji Data 1. Biaya Pencegahan
Tabel 4.10
Biaya Pencegahan Merek Fashion XYZ Tahun 2011 – 2013
(Rp)
No Bulan 2011 2012 2013
1 Januari 2,158,333 1,373,333 833,333
2 Februari 858,333 865,333 851,333
3 Maret 1,393,333 666,667 1,833,333
4 April 840,333 681,667 833,333
5 Mei 2,498,333 1,528,667 923,333
6 Juni 1,763,333 708,667 3,500,000
7 Juli 1,035,000 666,667 1,583,333
8 Agustus 1,153,333 1,107,333 873,333
9 September 2,345,333 849,333 1,743,333
10 Oktober 1,423,333 933,333 1,000,000
11 November 1,515,000 858,333 833,333
12 Desember 853,333 948,333 833,333
Total 17,837,333 11,187,667 15,641,333
Tabel 4.11
Biaya Penilaian Merek XYZ Tahun 2011- 2013
(Rp)
No Bulan 2011 2012 2013
1 Januari 1,666,667 1,666,667 1,666,667 2 Februari 1,666,667 1,666,667 1,666,667 3 Maret 1,666,667 1,333,333 1,666,667 4 April 1,666,667 1,333,333 1,666,667 5 Mei 1,666,667 1,333,333 1,666,667 6 Juni 1,666,667 1,333,333 2,000,000 7 Juli 2,000,000 1,333,333 1,666,667 8 Agustus 1,666,667 1,666,667 1,666,667 9 September 1,666,667 1,666,667 1,666,667 10 Oktober 1,666,667 1,666,667 2,000,000 11 November 2,000,000 1,666,667 1,666,667 12 Desember 1,666,667 1,666,667 1,666,667
[image:34.595.117.508.132.403.2]Produk Rusak Merek Fashion XYZ Tahun 2011- 2013
Produk Kemeja (Rp)
No Bulan 2011 2012 2013
1 Januari 0 8 5
2 Februari 2 14 10
3 Maret 12 0 3
4 April 8 1 11
5 Mei 3 6 17
6 Juni 3 0 2
7 Juli 5 18
-8 Agustus 8 6 12
9 September 4 2 4
10 Oktober 0 4 7
11 November 9 4 9
12 Desember 2 7
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan.
1.Berdasarkan hasil penelitian dan analisis terlihat bahwa keadaan yang terjadi
dalam perusahaan Merek Fashion XYZ masih belum melaporkan biaya kualitas,
khususnya fashion item kemeja pada Merek Fashion XYZ yang merupakan satu-satunya item yang diproduksi sendiri, hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan manajemen dalam mengelola usahanya.
2. Hasil penelitian dan analisis menunjukan bahwa secara simultan biaya
pencegahan dan biaya penelitian hanya mempunyai pengaruh 14,3% yang
signifikan terhadap produk rusak sedangkan 85,7% merupakan pengaruh dari
variabel lain diluar komponen biaya pencegahan dan biaya penilaian. Sedangkan
secara parsial.
5.2 Saran
Dari kesimpulan diatas saran yang dapat penulis berikan adalah sebagai
berikut :
1. Laporan biaya kualitas tersebut apabila dijalankan dapat membantu manajemen perusahaan dalam pengambilan keputusan dan dapat dijadikan
sebagai alat pengendalian biaya yang berhubungan dengan kegiatan produksi
seperti mengurangi jumlah produk rusak atau sampai agar tidak ditemukannya
2. Perusahaan Merek Fashion XYZ diharapkan memberikan perhatian pada biaya
kualitas yang dalam hal ini biaya pencegahan dan biaya penilaian, karena
berdasarkan hasil penelitian ini, apabila kedua biaya tersebut dinaikan dapat
Daftar Pustaka
Apriliawan, Idi S. U. (2013). Analisis Strategi Bisnis PT. Elhaus Indonesia.
Skripsi. Sarjana Ekonomi Universitas Bina Nusantara. Jakarta
Carter, William K.( 2009). Akuntansi Biaya. Terjemahan oleh Krista. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Garrison, et al.(2006). Akuntansi Manajerial (Buku 1), Jakarta: Penerbit Salemba Empat
Gasperz, Vincent. (2006). Strategi Dramatik Reduksi Biaya dan Pemborosan Menggunakan Pendeketan Lean-Sigma,Jakarta: Penerbit Gramedia Pustata Utama.
Hansen, Don. R & M. M. Mowen. (2009). Akuntansi Manajerial. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Mulyadi (2014). Akuntansi Biaya. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan STIM YKPN.
Rubianto. (2013). Akuntansi Manajemen . Informasi Untuk Pengambilan Keputusan Strategis. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Sallis, Edward (2006). Total Quality Management in Education. Yogyakarta: IRCiSoD.
Tampubolon, Manahan. (2014). Manajemen Operasi dan Rantai Pemasok.
Jakarta: Mitra Wacana Media.
Tjiptono, Fandy. (2005). Prinsip-PrinsipTotal Quality Service. Yogyakarta: Penerbit Andi
“Kuliah dan Berbisnis”.(Online). Diakses pada 23 Mei 2014 dari (http://www.kadinbandung.org/
Priyatno, Dwi. (2008). Mandiri Belajar SPSS untuk Analisis Data & Uji Statistik.
Yogyakarta : Mediakom.