• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemberian Salep Ekstrak Daun Binahong : Anredera cordifolia : TENORE STEENIS Terhadap Reduksi Luas Permukaan Luka Bakar Pada Tikus Sprague dawley

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pemberian Salep Ekstrak Daun Binahong : Anredera cordifolia : TENORE STEENIS Terhadap Reduksi Luas Permukaan Luka Bakar Pada Tikus Sprague dawley"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN

BINAHONG (Anredera cordifolia (TENORE) STEENIS)

TERHADAP REDUKSI LUAS PERMUKAAN LUKA

BAKAR PADA TIKUS Sprague dawley

(Studi Pendahuluan Lama Paparan Luka Bakar 30 Detik

dengan Plat Besi)

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

OLEH :

Asmie Utamy Asfar

NIM: 1111103000065

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN

BINAHONG (Anredera cordifolia (TENORE) STEENIS)

TERHADAP REDUKSI LUAS PERMUKAAN LUKA

BAKAR PADA TIKUS Sprague dawley

(Studi Pendahuluan Lama Paparan Luka Bakar 30 Detik

dengan Plat Besi)

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

OLEH :

Asmie Utamy Asfar

NIM: 1111103000065

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(3)

ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang ditujukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 19 September 2014

(4)

PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN

BINAHONG (

Anredera cordifolia (

TENORE) STEENIS)

TERHADAP REDUKSI LUAS PERMUKAAN LUKA BAKAR

PADA TIKUS

Sprague dawley

(Studi Pendahuluan Lama Paparan Luka Bakar 30 Detik dengan

Plat Besi)

Laporan Penelitian

Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan memperoleh Gelar Sarjana

Kedokteran (S.Ked)

Oleh

Asmie Utamy Asfar NIM: 1111103000065

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Rr. Ayu Fitri Hapsari, M.Biomed dr. Dyah Ayu Woro, M. Biomed

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(5)

iv

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Penelitian berjudul PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (TENORE) STEENIS) TERHADAP REDUKSI LUAS PERMUKAAN LUKA BAKAR PADA TIKUS Sprague dawley (Studi Pendahuluan Lama Paparan Luka Bakar 30 Detik dengan Plat Besi) oleh Asmie Utamy Asfar (NIM: 1111103000065), telah diujikan dalam sidang di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada 9 September 2014. Laporan penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) pada Program Studi Pendidikan Dokter.

Jakarta, 9 September 2014

DEWAN PENGUJI

Ketua Sidang

Rr. Ayu Fitri Hapsari, M.Biomed

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Rr. Ayu Fitri Hapsari, M.Biomed dr. Dyah Ayu Woro, M. Biomed

Penguji 1 Penguji 2

dr. Devy Ariany, M.Biomed dr. Flori Ratna Sari, Ph.D

PIMPINAN FAKULTAS

Dekan FKIK UIN Kepala PSPD FKIK UIN

(6)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalammu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, serta salawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian dengan berbagai revisi dan tepat pada waktunya. Proses penyelesaian laporan penelitian ini pun dapat berjalan lancar karena adanya dukungan, bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr (hc). dr. M.K Tadjudin,Sp. And selaku Dekan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. dr. Witri Ardini, M. Gizi, Sp.GK selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Rr Ayu Fitri Hapsari, M.Biomed selaku pembimbing satu yang telah banyak meluangkan waktu, pikiran dan tenaga untuk selalu memberikan masukan dan mengarahkan penulis dalam menyusun dan menyelesaikan laporan penelitian ini.

4. dr. Dyah Ayu Woro, M. Biomed selaku pembimbing dua yang telah memberikan arahan dan masukan dalam penentuan judul penelitian dan banyak mencurahkan waktu, pikiran dan tenaga dalam menyusun dan menyelesaikan laporan penelitian ini.

5. dr. Devy Ariany, M.Biomed dan dr. Flori Ratnasari, Ph.D selaku penguji sidang.

(7)

vi

7. Kedua orangtua yang selalu mendukung baik secara psokologis dan materi selama proses menempuh pendidikan di pendidikan dokter dan selalu menemani dengan segala nasihat dan perhatiannya.

8. Ibu Rr. Ayu Fitri Hapsari, M. Biomed selaku PJ Laboratorium Histologi, Ibu Nurlaely, M. Biomed selaku PJ Laboratorium Animal House, dr. Ahmad Azwar Habibi, M.Biomed selaku PJ Laboratorium Anatomi dan dr. Nurul Hiedayati, PhD selaku PJ Laboratorium Farmakologi yang telah memberikan izin untuk menggunakan laboratorium.

9. Mbak Dina, Mas Rachmadi, Mas Pandji, Mas Manaf dan laboran-laboran yang lain telah memberikan bantuan kepada penulis selama proses pengambilan data.

10. Pihak-pihak lembaga luar yaitu Pusat Konservasi Tumbuhan–Kebun Raya Bogor Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang telah bersedia memberikan surat determinasi, Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat yang telah bersedia melakukan ekstraksi, iRATco Animal Facility and Modeling Provider yang telah menyediakan hewan coba, dan Toko Obat Herbal Palmerah yang telah menyediakan sampel daun binahong.

11. Teman-teman satu kelompok penelitian, Syifa, Seflan, Farah dan Audi yang selalu bekerja sama dan memberikan dukungan selama melakukan penelitian ini.

12. Kepada Raditia Adi Agung yang telah memberikan bantuan untuk menjadi editor dalam penulisan laporan penelitian ini.

13. Teman-teman, kakak-kakak dan adik-adik di PSPD dan teman-teman lain yang penulis kenal namun tidak bisa semua disebutkan.

Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik dari berbagai pihak sangat penulis harapkan. Demikian laporan penelitian ini, semoga dapat bermanfaat.

Wassalaamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Ciputat, 15 April 2014

(8)

ABSTRAK

Asmie Utamy Asfar. Program Studi Pendidikan Dokter. Pengaruh Pemberian Salep Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) Terhadap Reduksi Luas Permukaan Luka Bakar Pada Tikus Sprague Dawley (Studi Pendahuluan Lama Paparan Luka Bakar 30 Detik dengan Plat Besi). 2014

Luka bakar merupakan masalah kesehatan dunia. Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) telah digunakan sebagai obat tradisional untuk penyembuhan luka di Indonesia. Investigasi kimia pada daun bihnahong ditemukan flavonoid, saponin, asam askorbat, asam ursolik, dan ancordin yang memiliki efek terhadap penyembuhan luka. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek salep ekstrak daun binahong terhadap reduksi permukaan luas luka bakar. Metode penelitian menggunakan ekstraksi daun binahong yang dibuat sediaan salep. Salep diaplikasikan pada luka bakar yang dibuat dengan menempelkan plat besi panas selama 30 detik. Pengurangan luas luka dihitung pada hari ke-1 dan ke-5. Hasil uji statistik One-Way Anova adalah Pvalue sebesar 0,016. Hasil PostHoc Tests adalah Pvalue signifikan pada kelompok perlakuan 2 dibandingkan kelompok lainnya. Kesimpulannya ekstrak daun binahong memiliki pengaruh terhadap reduksi luas permukaan luka bakar.

Kata Kunci: luka bakar, binahong, reduksi luas luka

Asmie Utamy Asfar. Medical Education. The Effect of Leaf Extract Oinment Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) to Reduction of Burn Wound Surface Area in Rats Sprague Dawley (Preliminary Studies Burn Long Exposure of 30 Seconds with an Iron Plate). 2014

Burn is a world public health problem. Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) has been used as a traditional medicine for wound healing in Indonesia. Chemical investigation of binahong found flavonoid, saponin, ascorbic acid, ursolic acid, and ancordin which have an effect to wound healing. The aim of this study is to know the effect of leaf extract oinment binahong to reduction of burn wound surface area. The research method is used leaf binahong extraction which made ointment preparations. The ointment was applied to the burn wounds which created by placing a hot iron plate for 30 seconds. Reduction of wound area was measured on first and fifth day. The result One-Way Anova statistical test is Pvalue 0,016. The result of PostHoc Tests is significant Pvalue in treatment 2 compared to the other group. Conclusion is binahong leaf extraction have an effect on the reduction of burn wound surface area.

(9)

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

2.1.3 Penyembuhan Luka ... 8

2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka ... 10

2.1.5 Binahong ... 12

2.2 Kerangka Teori ... 16

2.3 Kerangka Konsep ... 17

2.4 Definisi Operasional ... 17

(10)

3.1 Desain Penelitian ... 19

3.2 Lokasi san Waktu Penelitian ... 19

3.3 Populasi Penelitian ... 19

3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi... 19

3.5 Besar Sampel ... 20

3.6 Cara Pengambilan Sampel ... 20

3.7 Alur Penelitian ... 21

3.8 Cara Kerja Penelitian ... 22

3.9.1 Penyediaan Daun Binahong ... 22

3.9.2 Determinasi Binahong ... 22

3.9.3 Pembuatan Ekstrak ... 22

3.9.4 Pembuatan Salep Ekstrak Daun Binahong ... 23

3.9.5 Pengujian Sediaan Salep ... 24

3.9.6 Pembuatan Luka Bakar ... 24

3.9.7 Pengobatan ... 24

3.9.8 Pengukuran Luas Luka Bakar ... 25

3.9 Manajemen dan Analisis Data ... 25

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengamatan Makroskopik ... 26

4.2 Hasil Pengukuran Luas ... 33

4.3 Hasil Analisis Data ... 33

4.2.1 Uji One-Way Anova ... 33

4.2.1 PostHoc Tests ... 34

4.4 Pembahasan ... 35

(11)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Definisi Operasional ... 17

Tabel 4.1 Hasil uji One-Way Anova reduksi luas luka menurut perlakuan... 34

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan kerangka teori... 16

Gambar 2.2 Bagan kerangka konsep... 17

Gambar 3.1 Bagan alur penelitian... 21

Gambar 4.1 Foto makroskopik perlakuan kontrol negatif... 26

Gambar 4.2 Foto makroskopik perlakuan kontrol positif... 27

Gambar 4.3 Foto makroskopik perlakuan salep ekstrak daun binahong 10%.. 28

Gambar 4.4 Foto makroskopik perlakuan salep ekstrak daun binahong 20%.. 28

Gambar 4.5 Foto makroskopik perlakuan salep ekstrak daun binahong 40%.. 29

Gambar 4.6 Foto maksorkopik hari ke-1... 30

Gambar 4.7 Foto makroskopik hari ke-2... 30

Gambar 4.8 Foto makroskopik hari ke-3... 31

Gambar 4.9 Foto makroskopik hari ke-4... 32

Gambar 4.10 Foto makroskopik hari ke-5... 32

Gambar 4.11 Grafik hasil pengukuran pengurangan luas luka... 33

Gambar 6.1 Tahap 1 pengukuran luas luka... 46

Gambar 6.2 Tahap 2 pengukuran luas luka... 46

Gambar 6.3 Tahap 3 pengukuran luas luka... 47

Gambar 6.4 Tahap 4 pengukuran luas luka... 47

Gambar 6.5 Tahap 5 pengukuran luas luka... 48

Gambar 6.6 Tahap 6 pengukuran luas luka... 48

Gambar 6.7 Bahan-bahan salep... 49

Gambar 6.8 Cara pembuatan salep... 49

Gambar 6.9 Salep... ... 50

Gambar 6.10 Kandang tikus... 50

Gambar 6.11 Alas kandang kawat... 50

Gambar 6.12 Pencukuran rambut tikus... 50

Gambar 6.13 Pemanasan plat besi... 50

Gambar 6.14 Pembuatan luka... 50

Gambar 6.15 Pemberian salep... 50

Gambar 6.16 Surat keterangan tikus sehat... 51

Gambar 6.17 Surat keterangan pembuatan ekstrak... 52

(13)

1 BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kulit merupakan organ penting dalam proteksi terhadap dunia luar, maka gangguan integritas kulit akibat pembedahan dan luka sangat penting untuk dilakukan upaya penyembuhan.1 Salah satunya gangguan pada kulit berupa luka bakar yang dapat mengakibatkan disabilitas dan kecacatan.2 Luka bakar merupakan masalah kesehatan dunia.3 Menurut data dari WHO (World Health Organization) diperkirakan terjadi 265.000 kematian pertahun akibat luka bakar.3

Angka kejadian dan kematian akibat luka bakar 7 kali lebih tinggi pada daerah dengan pendapatan perkapita rendah sampai menengah dan hampir setengahnya terjadi di regio Asia Tenggara.3

Luas luka bakar mempunyai dampak penting terhadap keadaan fisiologis tubuh. Luka bakar yang lebih dari 20% luas permukaan tubuh dapat mengakibatkan pergeseran cairan tubuh ke dalam ruang interstisium, sehingga dapat terjadi syok hipovolemik. Efek patologis lain yaitu dapat terjadi peningkatan kebutuhan gizi dan hipermetabolik, sehingga meningkatkan pengeluaran panas. Luas luka bakar yang lebih dari 40% luas permukaan tubuh, diperkirakan dapat meningkatkan laju metabolisme istirahat menjadi dua kali lipat dibandingkan normal.4

(14)

dengan pendapatan perkapita rendah sampai menengah upaya tersebut belum sempurna diterapkan karena mahalnya biaya.3

Binahong telah lama digunakan di Indonesia sebagai obat tradisional, juga dalam pengobatan untuk penyembuhan luka.6 Tanaman ini dibudidayakan sebagai tanaman hias yang merambat di region tropis dan subtropis di berbagai dunia.6 Selain sebagai tanaman hias, umbi dan daun dari binahong dapat dimakan, terutama di Vietnam dan Taiwan. Selain itu diketahui berbagai efeknya sebagai obat, antara lain memiliki aktivitas hipoglikemik, antibakteri, anti-inflamasi, proteksi sel hati, relaksan, analgesik, dan obat simpatometik pada diabetes melitus.7 Tanaman ini telah dipercaya memiliki kemampuan penyembuhan luar biasa, dan sudah dikonsumsi selama ribuan tahun oleh orang Cina, Korea, dan Taiwan.7 Berdasarkan hasil penelitian Isnatin pada tahun 2012, diketahui bahwa

ekstrak etanol daun binahong mampu menyembuhkan luka eksisi buatan pada

marmut.5 Penelitian yang dilakukan Persada tahun 2014 memberikan hasil bahwa

secara makroskopis tingkat kesembuhan luka bakar derajat II pada tikus Sprague Dawley dengan pemberian topikal daun binahong tumbuk lebih cepat dibandingkan hidrogel.8

Binahong memiliki berbagai kandungan zat aktif diantaranya flavonoid dan saponin.9 Binahong positif mengandung saponin pada seluruh bagian dari badan tanamannya, pada daun 28.14±0.22 mg/g, batang 3.65±011 mg/g dan umbi 43.15±0.10 mg/g.10 Selain itu pada rimpang dan umbi nya memiliki kandungan ancordin, suatu molekul protein yang memberikan efek produksi nitrit oksid.11

(15)

3

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh pemberian berbagai konsentrasi salep ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) terhadap reduksi luas permukaan luka bakar pada tikus Sprague dawley dengan lama paparan luka bakar 30 detik dengan plat besi?

1.3 Hipotesis

Pemberian berbagai konsentrasi salep ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) memberikan pengaruh terhadap reduksi luas

permukaan luka bakar pada tikus Sprague dawley dengan lama paparan luka bakar 30 detik dengan plat besi.

1.4 Tujuan Penelian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh pemberian salep ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) terhadap reduksi luas permukaan luka bakar pada tikus Sprague dawley dengan lama paparan luka bakar 30 detik dengan plat besi.

1.3.2 Tujuan Khusus

(16)

1.5 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Peneliti

a. Dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah dipelajari selama fase preklinik program studi pendidikan dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

b. Dapat menambah wawasan dan pengalaman dalam bidang penelitian ilmu kedokteran khususnya untuk cabang ilmu kulit, histopatologi dan penyembuhan luka.

1.4.2 Bagi Institusi

a. Dapat menambah referensi penelitian dalam cabang ilmu kulit dan penyembuhan luka.

b. Dapat memberikan kontribusi terhadap kemajuan bidang penelitian Program Studi Pendidikan Dokter (PSPD) Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

1.4.3 Bagi Masyarakat

a. Dapat memberikan informasi mengenai manfaat dari pengobatan dengan daun binahong untuk luka bakar.

(17)

5 BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori 2.2.1 Kulit

Kulit merupakan organ tubuh terbesar.12,13 Total beratnya sekitar 16% dari seluruh berat badan pada orang dewasa, dan dengan luas sekitar 2,3m2.13 Kulit berfungsi sebagai sawar mekanis antara berbagai jaringan di bawahnya dan lingkungan luar, dan secara dinamis ikut terlibat dalam mekanisme pertahanan dan fungsi lain yang penting. Kulit terdiri dari lapisan epidermis di bagian luar dan dermis di bagian dalam.14

2.2.1.1Epidermis

Epidermis terdiri dari beberapa lapisan sel-sel epitel yang berasal dari ektodermal. Epidermis di bagian bawahnya terdiri dari sel-sel epitel yang berbentuk kubus yang aktif membelah, sementara di bagian atas terdiri dari sel-sel gepeng yang telah mati dan berkeratin. Epidermis tidak memiliki perdarahan secara langsung. Sel-selnya mendapat asupan makanan melalui mekanisme difusi dari vaskularisasi dermis di bawahnya.12

(18)

Epidermis terdiri dari 5 lapisan keratinosit, yang diurutkan dari permukaan atas dermis, yaitu:13

1. Stratum basal yang terdiri dari selapis sel-sel kubus yang berdiri diatas membran basal pada tautan dermis-epidermis. Stratum basal berisi stem sel, yang memiliki ciri aktivitas mitosis tinggi karena fungsinya untuk renewal. Epidermis pada manusia memperbaharui dirinya sekitar setiap 30 hari. Seluruh sel di stratum basal memiliki filamen keratin intermediet dengan diameter sekitar 10nm. Pada saat sel tumbuh semakian keatas, filamen berkurang.13

2. Stratum spinosum terdiri dari sel kuboid atau agak pipih, inti sel dan sitoplasma dari sel-sel ini diisi oleh bundel-bundel filamen keratin.13 3. Stratum granulosum terdiri dari tiga sampai lima lapisan sel pipih

poligonal dengan sitoplasma yang terisi granul basofilik kasar dinamakan granula keratohialin.13

4. Stratum lusidum terdiri dari lapisan tipis sel-sel pipih eosinofilik. Organel-organel dan inti sel tidak lagi terlihat, dan sitoplasma berisi filamen-filamen keratin padat.13

5. Stratum korneum terdiri dari sekitar 20 lapisan sel-sel pipih berkeratin dan tak berinti dengan sitoplasma yang terisi dengan filamen skleroprotein keratin. Keratin terdiri dari setidaknya enam macam molekul polipeptida dengan massa sekitar 40-70 kDa.13

2.2.1.2Dermis

(19)

7

2.2.2 Luka Bakar

Integritas dari kulit sangat dibutuhkan untuk memaksimalkan fungsinya sebagai barier antara lingkungan luar dengan bagian dalam tubuh. Sehingga kerusakan pada kulit yang diakibatkan pembedahan atau trauma harus sesegera mungkin dibantu proses perbaikannya agar dapat dikembalikan pada integritas awalnya.1

Jutaan orang menderita akibat luka bakar dan mengalami disabilitas yang berdampak pada beban psikologik, sosial, dan ekonomi baik pada penderita maupun keluarganya.2 Menurut data dari WHO diperkirakan terdapat 265.000 kematian pertahun akibat luka bakar. Mayoritas terjadi pada negara dengan pendapatan perkapita rendah sampai menengah dan hampir setengahnya terjadi di regio Asia Tenggara. Angka kematian pada anak-anak akibat luka bakar 7 kali lebih tinggi pada negara dengan pendapatan perkapita rendah sampai menengah.3

Data-data lain dari WHO mengenai angka kejadian luka bakar, diantaranya di India sekitar 1.000.000 orang mengalami luka bakar yang ringan sampai parah per tahun nya. Setiap tahun terdapat 173.000 anak di Banglades mengalami luka bakar yang ringan sampai parah. Anak-anak di Banglades, Kolumbia, Mesir, dan Pakistan, diantaranya 17% mengalami cacat yang temporer dan 18% mengalami cacat yang permanen.3

Pada negara dengan pendapatan perkapita yang tinggi, angka kematian akibat luka bakar telah menurun.3 Seperti di Amerika Serikat, luka bakar menyebabkan 5.000 kematian per tahun dan mengakibatkan lebih dari 50.000 pasien harus dirawat inap.4 Pada tahun 2008 terjadi 410.000 kejadian luka bakar di Amerika, dan 40.000 diantaranya harus mengalami perawatan di rumah sakit.3 Banyak korban adalah anak-anak, yang sering mengalami pengelupasan kulit akibat tersiram air panas.4

(20)

Menurut Robbins dan Kumar, luka bakar dibagi menjadi dua kategori, yaitu luka bakar full-thickness dan partial-thickness. Luka bakar kategori full-thickness yaitu yang melibatkan kerusakan total dari epidermis dan dermis, disertai hilangnya papila dermis yang seharusnya menyediakan sel untuk regenerasi epitel. Luka bakar derajat III dan IV termasuk dalam kategori ini. Sedangkan kategori partial-thickness merupakan luka bakar yang tidak menyebabkan kerusakan bagian yang lebih dalam dari dermis. Luka bakar derajat I yang hanya mengenai epitel dan luka bakar derajat II yang mengenai epidermis dan dermis superfisial termasuk dalam kategori partial-thickness.4

2.2.3 Penyembuhan Luka

Penyembuhan luka adalah proses fisiologis yang kompleks. Seluruh jaringan di dalam tubuh memiliki kemampuan penyembuhan melalui salah satu dari mekanisma regenerasi atau perbaikan. Regenerasi adalah penggantian jaringan yang rusak oleh sel-sel identik dan lebih terbatas dari pada perbaikan. Pada manusia, regenerasi lengkap terjadi pada sejumlah sel, contohnya epitel, sel-sel hati dan sel saraf. Penyembuhan luka dapat dikatakan fisiologis apabila tubuh dapat mengganti kerusakan jaringan dan mengembalikan fungsinya seperti semula.14

Proses penyembuhan luka dapat dibagi menjadi empat fase, yaitu: respon vaskular, respon inflamasi, proliferasi, dan maturasi. Antara keempat fase ini biasanya tumpang tindih, dan waktu yang dibutuhkan setiap individu untuk melanjutkan ke fase penyembuhan berikutnya tergantung pada berbagai faktor.14

(21)

9

kompleks yang dinamakan kaskade koagulasi. Tujuan akhirnya adalah untuk menutup luka sesegera mungkin oleh suatu protein yang dinamakan fibrin.14

Kerusakan jaringan dan aktivasi faktor pembekuan darah selama fase vaskular menstimulasi pelepasan mediator inflamasi seperti prostaglandin dan histamin oleh sel mast. Mediator ini menyebabkan pembuluh darah yang berdekatan dengan area luka mengalami vasodilatasi dan menjadi lebih permeabel. Respon inflamasi dapat dideteksi dengan adanya tanda-tanda panas, pembengkakan, eritem, rasa tidak nyaman atau nyeri dan gangguan fungsi. Tanda-tanda inflamasi dapat dirancukan dengan infeksi pada luka karena memiliki tanda klinis yang sama. Tanda klasik inflamasi adalah peningkatan aliran darah pada area luka dan akumulasi cairan pada jaringan lunak. Eksudat luka diproduksi selama fase ini karena adanya peningkatan permeabilitas membran kapiler. Eksudat mengandung protein, berbagai nutrisi, anti mikroba, faktor pertumbuhan dan enzim yang memfasilitasi penyembuhan.14 Proses kompleks dari penyembuhan luka di regulasi oleh sinyal penghubung yang melibatkan banyaknya sitokin, kemokin, dan faktor pertumbuhan seperti Platelet Derived Growth Factor (PDGF) dan Fibroblast Growth Factor (FGF)

yang telah dilaporkan untuk mempercepat berbagai aspek penyembuhan luka.1

(22)

dan menstimulasi proliferasi. Setelah jaringan ikat diproduksi, fibroblas berkumpul disekitar tepian luka. Mereka berkontraksi, menarik tepi luka bersamaan. Pertumbuhan sel-sel epitel melintasi permukaan luka terjadi selama tahap akhir fase proliferasi.14

Keadaan luka yang lembab dapat mempercepat dan mempermudah proses migrasi epitel. Migrasi epitel secara signifikan dapat melambat jika terdapat jaringan nekrosis atau keropeng di daerah luka. Selain itu aktifitas mitosis sel di dalam luka sensitif terhadap fluktuasi temperatur lokal, and secara signifikan menurun pada temperatur yang ekstrim.14

2.2.4 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka Tujuan utama manajemen luka adalah untuk menjaga kondisi lokal disekitar luka yang dapat mempertahankan aktivitas selular kompleks yang sedang berlangsung pada penyembuhan luka. Keadaan lingkungan di permukaan luka adalah yang paling penting ketika mencoba untuk memaksimalkan upaya penyembuhan luka.14

Berbagai faktor dapat menyebabkan gangguan pada penyembuhan luka. Faktor-faktor tersebut dapat dikategorikan menjadi faktor lokal dan sistemik. Faktor lokal adalah faktor yang secara langsung mempengaruhi karakteristik luka, sedangkan faktor sistemik merupakan keseluruhan derajat kesehatan atau kesakitan dari individu yang mempengaruhi kemampuannya dalam penyembuhan luka.15 Faktor lokal yang dapat mempengaruhi penyembuhan luka antara lain oksigenasi, infeksi pada luka, stres mekanik, penggunaan agen pembersih beracun dan adanya benda asing.14,15

(23)

11

dapat menstimulasi penyembuhan luka seperti memicu pelepasan faktor pertumbuhan dan angiogenesis.15 Tekanan oksigen dibawah 35 mmHg dapat menyebabkan gangguan penyembuhan luka.16

Ketika kulit mengalami luka, mikroorganisme yang secara normal diasingkan di permukaan kulit dapat memiliki akses ke jaringan di bawahnya. Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus merupakan bakteri yang sering menyebabkan infeksi pada luka. Ketika terjadi infeksi, fase inflamasi penyembuhan luka akan memanjang. Bakteri ataupun endotoksin dapat menyebabkan kenaikan sitokin proinflamasi yang berkepanjangan seperti interleukin-1 (IL-1) dan TNF-α sehingga memperpanjang fase inflamasi. Jika kejadian ini terus berlanjut maka luka akan memasuki tahap kronik dan gagal disembuhkan. Inflamasi berkepanjangan juga dapat meningkatkan level matrix metalloproteases (MMPs) yang merupakan suatu jenis protease yang dapat mendegradasi membran ektrasesuler. Dengan adanya peningkatan protease akan menurunkan keterlibatan alamiah inhibitor protease. Pergeseran keseimbangan protease ini dapat menyebabkan faktor pertumbuhan terdegradasi secara cepat.15

Asupan kalori dan nutrisi yang cukup dapat mempercepat penyembuhan luka. Normal kebutuhan energi setiap orang berbeda-beda, dapat dihitung menggunakan persamaan Harris-Benedict. Protein memegang peranan penting dalam membantu penyembuhan luka, khususnya pada proses produksi kolagen. Konsekuensi deplesi protein pada penyembuhan luka dapat menurunkan angiogenesis dan proliferasi fibroblas sehingga hasilnya akan menurunkan sintesis, akumulasi dan remodeling kolagen.16

(24)

dan makrofag, deposisi kolagen, adesi selular, dan perbaikan jaringan. Penurunan level vitamin A selama proses penyembuhan luka pada tikus dapat menyebabkan penurunan kekuatan regangan luka karena turunnya produksi dan ikatan silang kolagen. Selain itu penurunan vitamin A dapat menurunkan reseptor TGF β pada tikus. Vitamin E memiliki aktifitas antioksidan dan anti-inflamasi. Vitamin K merupakan hal yang penting dalam kaskade pembekuan darah.16

Zat-zat mineral seperti zinc, besi, dan tembaga memiliki peranan dalam penyembuhan luka. Zinc merupakan kofaktor yang essensial pada replikasi dan pertumbuhan seluler. Zinc juga terlibat dalam berbagai aspek respon imun, diantaranya fagositosis, imunitas seluler dan humoral, dan aktifitas bakteri. Besi merupakan kofaktor essensial pada replikasi DNA. Besi terlibat dalam produksi deoksiribonukleotida yang dibutuhkan untuk sintesis DNA. Tembaga dapat membantu percepatan penyembuhan luka melalui stimulasi angiogenesis.16

2.2.5 Binahong

2.2.5.1Taksonomi Binahong17

Kingdom : Plantae

(25)

13

2.2.5.2Morfologi

Anredera cordifolia (Tenore) Steenis atau dengan nama

populer di Indonesia adalah binahong, merupakan jenis tanaman yang merambat. Memiliki batang yang ramping diliputi bulu dan tumbuh melilit dengan panjang sekitar 30 m. Pada setiap akarnya terdapat umbi dengan diameter sekitar 20 cm. Daunnya berbentuk hati, dengan bagian apeks yang tumpul. Daerah lamina berwarna hijau muda dan bagian permukaan atas berwarna hijau tua, berkilau, basah, dengan panjang 1-15 cm dan lebar 0,8-11 cm. Bunga menyerupai ekor domba, panjang dan terkulai sekitar 6 cm, bergugusan dengan 2-4 cabang sederhana. Diameter bunga sekitar 3-5 mm, dengan warna cream-white dan greenish-white, harum dan berumur pendek. Daun mahkota berwarna putih, melipat, lobusnya berbentuk oval atau elips, dengan panjang 1-3mm. Putik dan benang sari berwarna putih. Putik lebih pendek, memiliki 3 cabang.7

Gambar 2.1 Binahong

Sumber: Commonwealth of Australia and the Australian Weeds Committee, 2012

2.2.5.3Habitat

Anredera cordifolia (Tenore) Steenis ditemukan oleh

(26)

Selatan khususnya di Argentina, Bolivia, Brazil, Paraguay dan Uruguay. Dilaporkan bahwa spesies ini asli dari Paraguay, Selatan Brazil dan Utara Argentin, yang berlokasi di garis lintang 20-30˚S. Hidup biasanya dengan rata-rata kisaran temperatur antara 20-30˚C pada bulan Januari dan 10-30˚C pada bulan Juli. Wilayah tempat hidupnya memiliki rata-rata curah hujan 500-2000 mm, terdiri dari beragam jenis vegetasi hutan, padang rumput, lahan pertanian dan semak belukar.7

2.2.5.4Manfaat

Binahong telah dikenalkan ke berbagai area sebagai tanaman hias. Selain itu umbi dan daunnya dapat dimakan secara mentah ataupun dimasak, meskipun tidak menarik baik dari tekstur dan rasanya, namun tidak ada laporan mengenai potensial beracun dari tanaman ini. Beberapa daerah memiliki kebiasaan mengkonsumsi daun binahong karena efeknya sebagai laksatif. Dilaporkan di Taiwan binahong digunakan sebagai obat, setelah sebelumnya dilakukan percobaan pada tikus. Berdasarkan hasil penelitian diketahui ekstraknya memiliki aktivitas hipoglikemik, anti-inflamasi, proteksi sel-sel hati, relaksan, analgesik, dan obat simpatometik pada diabetes melitus.7

2.2.5.5Zat aktif

(27)

15

Rimpang dan umbi binahong diketahui memiliki kandungan ancordin, yaitu suatu molekul protein (23 kDa) dengan 15 asam amino di regio N-terminal. Struktur protein ini homolog dengan urutan protein biji kecipir ws-1, proteinase inhibitor Medicago truncatula, trypsin inhibitor pada kedelai, dan sporamin.

Pemurnian ancordin digunakan untuk evaluasi produksi nitrit oksid di sel RAW264,7 dengan polymyxin B untuk mengeliminasi kontaminasi lipopolisakarida. Ditemukan bahwa ancordin dengan dosis 1,25-5µg/mL menstimulasi produksi nitrit oksid pada sel RAW264,7 tanpa sitotoksik yang signifikan.11

Dalam sebuah penelitian yang lain mengatakan bahwa daun binahong memiliki kandungan aktifitas asam askorbat. Kandungan asam askorbat dapat mempercepat penyembuhan luka karena memiliki daya tahan terhadap infeksi dan dapat memelihara membran mukosa. Selain itu daun binahong juga mempunyai kandungan asam oleanolik yang memiliki manfaat sebagai anti inflamasi. Penelitian lain menyebutkan bahwa daun binahong mengandung sapogenin, yang diantaranya yaitu asam ursolik. Asam ursolik diketahui dapat membantu menstimulasi differensiasi keratinosit epidermis melalui peroxisome proliferator-activated receptor-α.8

Berdasarkan hasil penelitian Isnatin pada tahun 2012, ditemukan bahwa ekstrak etanol daun binahong mampu menyembuhkan luka eksisi buatan pada marmut. Hasil

penyembuhan didapatkan mulai dari ekstrak etanol daun binahong

konsentrasi 20%. Efek penyembuhan luka semakin besar pada

konsentrasi ekstrak yang semakin tinggi. Hasil uji statistik

menunjukkan bahwa pada kelompok ekstrak etanol konsentrasi

20% dan 40%, terdapat perbedaan signifikan dengan kontrol

negatif menggunakan akuades (p=0,000), maupun dengan kontrol

(28)

2.2 Kerangka Teori

Gambar 2.2 Bagan kerangka teori

(29)

17

2.3 Kerangka Konsep

Gambar 2.3 Bagan kerangka konsep

Variabel bebas : Salep ekstrak daun binahong pada konsentrasi 10%, 20%, dan 30%

Variabel terikat : Reduksi luas permukaan luka bakar

2.4 Definisi Operasional

Peneliti Penggaris Mengukur dengan membuat garis

bakar vaskularRespon inflamasiRespon proliferasiFase Kontraksi tepi luka

Salep ekstrak daun binahong

Reduksi luas permukaan

(30)
(31)

19 BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini melakukan intervensi sehingga dapat digolongkan dalam metode eksperimen. Dengan desain deskriptif analitik kohort, karena pada penelitian ini dilakukan pengukuran luas luka pada hari pertama dan hari terakhir perlakuan lalu hasil pengukuran dianalisis dan dibandingkan pada setiap kelompok perlakuan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitin

Waktu penelitian : Januari 2014-Agustus 2014

Lokasi penelitian : Laboratorium Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jl. Kertamukti Pisangan Ciputat, Tangerang Selatan

3.3 Populasi Penelitian

3.3.1 Populasi Target

Populasi target adalah tikus jantan Sprague dawley dari Fakultas Kedokteran Hewan IPB dengan usia 3 bulan berat 300-400 g. 3.3.2 Populasi Terjangkau

Populasi terjangkau adalah tikus jantan Sprague dawley dari Fakultas Kedokteran Hewan IPB.

3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

(32)

Kriteria eksklusi : Subjek mengalami gangguan kesehatan dan mati selama proses penelitian.

3.5 Besar Sampel

Pada penelitian ini besar sampel ditentukan dengan Rumus Federer yaitu:20

n = jumlah replikasi t = jumlah perlakuan

Dalam penelitian ini jumlah ulangan adalah 5, sehingga jumlah sampel perkelompok perlakuan harus lebih dari 4. Sehingga pada penelitian ini jumlah besar sampel perkelompok perlakuan adalah 5 ekor tikus. Didapat total seluruh besar sampel adalah 25 ekor tikus.

3.6 Cara Pengambilan Sampel

(33)

21

3.7 Alur Penelitian

Gambar 3.1 Bagan alur penelitian Mengumpulkan daun binahong

Determinasi sampel tanaman Binahong di LIPI

Pembuatan ekstrak kental daun Binahong

Membeli tikus Sprague dawley sebanyak 25 ekor

Aklimatisasi tikus selama 1 minggu Membuatan sediaan salep

Mencukur rambut punggung tikus menggunakan gunting dan pisau cukur, dan diolesi cream

pencukur untuk mencegah iritasi

Membuat luka bakar pada punggung tikus dengan menempelkan plat besi panas selama 5

menit

Pengambilan foto pada punggung tikus setiap hari

Pengukuran luas luka

Pemberian salep ekstrak daun binahong, silver sulfadiazine, dan basis salep pada masing

(34)

3.8 Cara Kerja Penelitia

3.9.1 Penyediaan Daun Binahong

Daun binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) kering dibeli dari Toko Tanaman Obat Herbal Binahong Jakarta Indonesia Jalan Palmerah Utara 2 Jakarta Barat Indonesia 11480. Produsen memelihara dan mengolah tanaman ini di Cisarua, Bogor. Sampel dipetik dan dibersihkan dengan air, lalu melalui proses pengeringan sampai kandungan air pada daun habis. Daun binahong basah sebanyak 4.145 kg setelah proses pengeringan didapatkan sebanyak 423,81 gr.

3.9.2 Determinasi Binahong

Binahong dilakukan determinasi untuk mengetahui kepastian jenis spesiesnya. Determinasi dilakukan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Pusat Konservasi Tumbuhan – Kebun raya Bogor di Jalan Ir. H. Juanda No. 13 P.O.BOX 309 Bogor 16003, Indonesia. Sampel dikirim pada tanggal 23 Januari 2014 dalam keadaan segar berupa daun dan tangkainya. Hasil determinasi berupa surat pernyataan dikirim melalui jasa pos dalam 4 hari.

3.9.3 Pembuatan Ekstrak

Daun binahong kering lalu dibuat ekstrak kental. Ekstraksi dilakukan di Badan Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (BALITRO) dengan tahapan:

1. Sebanyak 423,81 gr daun binahong kering dihaluskan mengunakan mesin grinder dengan kehalusan 3 mm, dan didapatka 370 gr.

2. Sebanyak 370 gr daun binahong kering yang telah halus direndam dalam pelarut etanol 96% dengan perbandingan 1 : 5. 3. Rendaman dikocok selama 2-3 jam, lalu didiamkan selama

(35)

23

4. Setelah 24 jam dipisahkan debris dan filtrate nya dengan menggunakan kertas saring.

5. Kemudian hasil filtrat di evaporasi dengan menggunakan alat vakum evaporator dengan suhu 600C sehingga diperoleh ekstrak kental.

3.9.4 Pembuatan Salep Ektrak Daun Binahong21

Penggunaan sediaan salep berpedoman pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Paju dkk tahun 2012. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui efektifitas salep ekstrak daun binahong pada luka yang terinfeksi Staphylococcus aureus. Hasil dari penelitian tersebut adalah salep ekstrak daun binahong memberikan efek yang semakin baik pada konsentrasi yang semakin tinggi.21 Maka pada penelitian ini digunakan pula sediaan salep dengan konsentrasi yang sama untuk melihat pengaruhnya pada pengurangan luas luka bakar yang tidak terinfeksi.

Alasan lain penggunaan sediaan salep yaitu karena sediaan salep dapat membantu memperpanjang kontak bahan aktif dengan luka dan diketahui memiliki fungsi yang oklusif sehingga dapat menjaga luka dari paparan lingkungan sekitar. Selain itu sediaan salep dapat menutup luka 5-10% lebih besar dari pada sediaan cream.22,23

Cara pembuatan salep ekstrak daun binahong adalah:

a. Setelah didapat ekstrak kental, dilakukan pembuatan salep dengan basis salep yaitu adeps lanae dan vaselin alba.21

b. Pembuatan salep menggunakan lumpang dan alu yang dipanaskan terlebih dahulu dengan disiram air 50˚C.21

c. Masukkan adeps lanae terlebih dahulu dan diaduk hingga lebur.21

(36)

e. Terakhir masukan ekstrak kental daun binahong sesuai

Tes pengujian yaitu dengan tes homogenitas. Tes dilakukan dengan cara mengoleskan salep pada kaca transparan dimana sediaan diambil bagian atas, tengah dan bawah.21

3.9.6 Pembuatan Luka Bakar

Tikus di anastesi dengan tabung yang diberikan ether. Area dorsal tikus dicukur terlebih dahulu. Untuk membuat luka bakar area tersebut ditempelkan plak besi dengan luas 2x4cm selama 30 detik yang sebelumnya telah dipanaskan dalam air mendidih dengan suhu kurang lebih 95˚C selama 5 menit. Prosedur pembuatan luka dilakukan oleh satu orang untuk menghindari bias.24

3.9.7 Pengobatan

Tikus dikelompokan dalam 5 kelompok, diberikan perlakuan pengobatan selama 5 hari dari pembuatan luka bakar:

(37)

25

b. Kontrol negatif, luka bakar di olesi dengan basis salep.

c. Kelompok Perlakuan 1 (P1), luka bakar di olesi dengan ektrak salep daun binahong 10%.

d. Kelompok Perlakuan 2 (P2), luka bakar di olesi dengan ektrak salep daun binahong 20%.

e. Kelompok Perlakuan 3 (P3), luka bakar di olesi dengan ektrak salep daun binahong 40%.

3.9.8 Pengukuran Luas Luka Bakar

Setiap harinya dilakukan pengambilan foto di area punggung tikus yang terdapat luka bakar dan ditempelkan pada pinggir luka penggaris dengan ketelitian 1mm. Untuk menghitung luas luka, hasil foto tersebut dimasukan dalam aplikasi Macbiophotonics.

3.9 Manajemen dan Analisis Data

(38)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengamatan Makroskopik

Gambar 4.1 Foto makroskopik perlakuan kontrol negatif

Gambar 4.1 memperlihatkan gambaran luka dari hari ke-1 sampai hari ke-5 dengan perlakuan pemberian salep silver sulfadiazine. Luka yang dinilai pada penelitian ini adalah luka pada daerah dekat bokong. Luka pada hari ke-1 tampak pucat dan terdapat bintik-bintik kemerahan. Luka pada hari ke-2 didominasi warna kemerahan, dan luka pada hari ke-3 tampak sebagian warna mulai kecoklatan. Luka pada hari ke-4 dan ke-5 tampak warna didominasi kecoklatan. Ukuran luas luka hari ke-1 4,17 cm dan hari ke-5 2,78 cm.

(39)

27

merah pada bagian pinggir. Pada hari ke-3 dan ke-4 sebagian warna mulai kecoklatan, pada bagian ujung kanan warna masih kemerahan. Sedangkan pada hari ke-5 warna didominasi kecoklatan. Ukuran luas luka hari ke-1 5,62 cm dan hari ke-5 3,59 cm.

Gambar 4.2 Foto makroskopik perlakuan kontrol positif

(40)

Gambar 4.3 Foto makroskopik perlakuan salep ekstrak daun binahong 10%

Gambar 4.4 Foto makroskopik perlakuan salep ekstrak daun binahong 20%

(41)

29

hari ke-3 dan ke-4 warna luka didominasi coklat dan terdapat kemerahan di ujung kanan. Sedangkan pada hari ke-5 warna luka dominan coklat. Ukuran luas luka hari ke-1 9,84 cm dan hari ke-5 3,58 cm.

Gambar 4.5 Foto makroskopik perlakuan salep ekstrak daun binahong 40%

Gambar 4.5 memperlihatkan gambaran luka dari hari ke-1 sampai hari ke-5 dengan perlakuan pemberian salep ekstrak daun binahong 40%. Luka yang dinilai pada penelitian ini adalah luka pada daerah dekat bokong. Luka pada hari ke-1 tampak pucat pada daerah tepi dan merah tua pada bagian tengah. Pada hari ke-2 luka tampak kecoklatan di bagian pinggir dan berwarna merah tua di bagian tengah. Sedangkan pada hari ke-3, ke-4, dan ke-5 luka berwarna merah tua kehitaman. Ukuran luas hari ke-1 4,27 cm dan hari ke-5 3,81 cm.

(42)

Gambar 4.6 Foto maksorkopik hari ke-1

Gambar 4.7 Foto makroskopik hari ke-2

(43)

31

perlakuan 2 luka tampak lebih dominan kecoklatan. Sedngkan pada perlakuan 3 tampak daerah tepi luka yang berwarna merah tua kecoklatan.

Gambar 4.8 merupakan foto makroskopik luka hari ke-3 dan yang akan diamati adalah luka pada daerah dekat bokong. Luka pada kontrol negatif tampak kemerahan dan lebih sedikit kecoklatan dibanding yang lain. Luka pada kontrol positif tampak pinggiran luka kemerahan dan daerah tengah yang kecoklatan. Luka pada perlakuan 1 dan 2 tampak kecoklatan. Sedangkan luka pada perlakuan 3 tampak pada daerah tepi merah tua dan daerah tengah kehitaman.

Gambar 4.8 Foto makroskopik hari ke-3

(44)

Gambar 4.9 Foto makroskopik hari ke-4

Gambar 4.10 Foto makroskopik hari ke-5

(45)

33

Ukuran luas luka pada kontrol negatif 2,78 cm, kontrol positif 3,59 cm, perlakuan 1 3,76 cm, perlakuan 2 3,58 cm, dan perlakuan 3 3,81 cm.

4.2 Hasil Pengukuran Luas Permukaan Luka

Sampel tikus difoto di daerah punggung yang terdapat luka dengan ditempelkan penggaris dengan ketelitian 1mm disamping luka tersebut. Hasil foto dimasukkan dalam software Macbiophotonics untuk diukur stiap luasnya.

Gambar 4.11 Grafik hasil pengukuran pengurangan luas luka

4.3 Hasil Analisis Data

Analisis data penelitian pemberian salep ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) terhadap reduksi luas permukaan luka bakar derajat

III tikus Sprague dawley menggunakan Uji One-Way Anova (parametrik), dilanjutkan analisa PostHoc Test.

4.1.1 Uji One-Way Anova

Uji One-Way Anova digunakan untuk melihat perbedaan

(46)

dawley antara kontrol positif, kontrol negatif, kelompok perlakuan

1, 2, dan 3. Berikut hasil uji One-Way Anova:

Tabel 4.1 Hasil uji One-Way Anova reduksi luas luka menurut perlakuan

Perlakuan Mean Standar Deviasi Pvalue

Kontrol negatif 1,61 0,41 0,016

Perlakuan 1 2,55 1,37

Perlakuan 2 4,18 1,38

Perlakuan 3 1,76 1,20

Kontrol positif 2,12 1,43

Dari hasil uji statistik One-Way Anova diperoleh nilai probabilitas (Pvalue) sebesar 0,016. Artinya terdapat perbedaan reduksi luas luka dari hari pertama dan kelima antara kelompok perlakuan 1, perlakuan 2, perlakuan 3, kontrol positif, dan kontrol negatif.

4.1.2 PostHoc Tests

Setelah didapatkan perbedaan yang bermakna dari hasil Uji One-Way Anova dilanjutkan dengan PostHoc Tests. Tujuannya

adalah untuk mengetahhui lebih lanjut kelompok mana saja yang memiliki perbedaan.

(47)

35

0,004. Signifikansi kelompok perlakuan 2 dibandingkan dengan kontrol positif memiliki Pvalue 0,011.

Tabel 4.2 Hasil PostHoc Tests yang membandingkan antar kelompok

Perbandingan Signifikansi

Kontrol negatif Perlakuan 1 0,281

Perlakuan 2 0,002

Perlakuan 3 0,847

Kontrol positif 0,502

Perlakuan 1 Kontrol negatif 0,281

Perlakuan 2 0,040

Perlakuan 3 0,294

Kontrol positif 0,563

Perlakuan 2 Kontrol negatif 0,002

Perlakuan 1 0,040

Perlakuan 3 0,004

Kontrol positif 0,011

Perlakuan 3 Kontrol negatif 0,847

Perlakuan 1 0,294

Perlakuan 2 0,004

Kontrol positif 0,630 Kontrol positif Kontrol negatif 0,502

Perlakuan 1 0,563

Perlakuan 2 0,011

Perlakuan 3 0,630

4.4 Pembahasan

(48)

Pvalue sebesar 0,016. Artinya paling tidak terdapat dua kelompok yang memiliki perbedaan reduksi luas luka dari hari pertama dan kelima antara kelompok perlakuan 1, perlakuan 2, perlakuan 3, kontrol positif, dan kontrol negatif. Hasil Posthoc Tests dapat dilihat pada Tabel 4.2 hasilnya yaitu terdapat perbedaan signifikan reduksi luas luka pada kelompok perlakuan 2, yaitu tikus yang diberikan pemberian salep ekstrak daun binahong 20% dibandingkan kelompok lainnya.

Hasil tersebut ditunjang dengan penelitian-penelitian sebelumnya mengenai pengaruh pemberian pengobatan topikal dari daun binahong ataupun ekstraknya yang juga memiliki hasil signifikan. Penelitian yang dilakukan Persada dkk tahun 2014 memiliki hasil bahwa tingkat kesembuhan luka bakar derajat II pada tikus putih (Rattus norvegicus) galur Sprague Dawley dengan pemberian topikal daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.)

Steenis) tumbuk lebih cepat dibandingkan hidrogel secara makroskopis.8 Penelitian Isnatin tahun 2012 mendapatkan hasil uji statistik dengan Pvalue 0,000 yang menunjukkan bahwa pada kelompok ekstrak etanol daun

binahong konsentrasi 20% dan 40% memiliki perbedaan signifikan dibanding

dengan kontrol negatif yaitu yang diberikan akuades maupun dengan kontrol

positif yaitu yang diberikan povidone iodine 10%.5

Hasil penelitian Djamil dkk tahun 2012 yang melakukan screening phytochemicals pada daun binahong diketahui memiliki kandungan flavonoid

(49)

37

membantu menstimulasi differensiasi keratinosit epidermis melalui peroxisome proliferator-activated receptor-α.26

Daun binahong juga mempunyai kandungan asam oleanolik sehingga memiliki manfaat sebagai anti inflamasi. Penelitian yang dilakukan Gustavo dkk tahun 2006 memberikan hasil bahwa hasil hidrolisis asam ekstrak ethanol binahong memiliki aktivitas penyembuhan luka 42,9% (p<0,01).27 Penelitian Arman Christiawan mengenai aktivitas antimikroba daun binahong diketahui bahwa hasil ekstrak etanol daun binahong memiliki aktivitas anti bakteri terhadap Pseudomonas aeruginosa. Dan setelah dilakukan replikasi diketahui bahwa Konsentrasi Bunuh Minimal ekstrak binahong ini yaitu sebesar 10% terhadap 60% sampel kuman yang diuji.28

Dari berbagai kandungan tersebut dapat disimpulkan bahwa daun binahong dapat mempercepat penyembuhan luka. Dengan menghambat infeksi dan mempercepat proses inflamasi. Selain itu dapat membantu pertumbuhan sel-sel yang beregenerasi pada daerah luka dan juga melalui jalur epitelisasi yang pada akhirnya akan membantu kontraksi penutupan luka.

Penyembuhan luka terdiri dari beberapa fase, waktu yang dibutuhkan setiap individu untuk menyelesaikan tahapan-tahapan penyembuhan bisa tumpang tindah dan berbeda-beda.16 Fase inflamasi normalnya diperkirakan terjadi segera setelah terjadi luka dan berlangsung sampai hari ke 1-5 dari terjadinya luka.28,29 Fase proliferasi terjadi setelah ada stimulasi dari fase inflamasi, normalnya diperkirakan dimulai antara hari ke-2 sampai hari ke-4 setelah terjadinya luka dan berakhir pada hari ke-21.29,30 Sel-sel yang dihasilkan selama fase proliferasi menyebabkan kontraksi tepian luka sehingga perlahan luka mengecil.16 Pada penelitian ini luas luka dinilai di hari pertama dan hari kelima, maka dapat diasumsikan bahwa fase inflamasi dan fase proliferasi sedang berlangsung.

(50)

misalnya, bakteri dapat dengan mudah menginfeksi karena tidak adanya pertahanan dari kulit akibat adanya luka. Fase inflamasi yang bertujuan menyembuhkan luka dengan adanya berbagai sekresi zat kimia untuk penyembuhan luka, akan terjadi dalam waktu yang lama. Proses fisiologi tubuh dihambat oleh adanya infeksi ini, sehingga tubuh bekerja selain menyembuhkan luka juga melawan infeksi. Karena fase inflamasi yang berlangsung lama, kelanjutan tahap penyembuhan luka ke fase berikutnya terhambat. Namun, salep ekstrak daun binahong dengan berbagai kandungan zat nya yang telah dijelaskan sebelumnya, mampu mencegah adanya infeksi dan membantu berlangsungnya fase inflamasi. Fase proliferasi terjadi segera setelah adanya berbagai stimulasi dari hasil fase inflamasi. Fase proliferasi melibatkan pertumbuhan berbagai sel yang pada akhirnya menyebabkan kontraksi untuk penutupan luka, lalu diikuti dengan epitelisasi.16,17

Hasil Posthoc Tests pada tabel 4.2 diketahui terdapat perbedaan signifikan reduksi luas luka pada kelompok perlakuan 2, yaitu tikus yang diberikan pemberian salep ekstrak daun binahong 20% dibandingkan kelompok lainnya. Signifikansi grup perlakuan 2 dibandingkan dengan kontrol positif memiliki Pvalue 0,011. Artinya ada perbedaan yang signifikan reduksi luas luka dengan penyembuhan salep ekstrak daun binahong 20% dibanding dengan pemberian silver sulfadiazne. Sedangkan kelompok perlakuan 3, yaitu tikus yang diberikan pemberian salep ekstrak daun binahong 40% dengan kontrol positif memiliki Pvalue 0,630. Artinya tidak ada perbedaan yang signifikan reduksi luas dengan penyembuhan salep ekstrak daun binahong 40% dibanding dengan pemberian salep silver sulfadiazine. Data dari Gambar 4.11 dapat dilihat rata-rata pengurangan luas luka pada perlakuan 2 memiliki nilai yang paling tinggi dibandingkan perlakuan lain.

(51)

39

signifikansi yang sama terhadap kontrol positif yaitu dengan providone iodine.5

Salep ekstrak daun binahong 40% memiliki kandungan ekstrak daun binahong yang lebih banyak dibandingkan dengan salep ekstrak daun binahong 20 % dan 10%. Kandungan ekstrak yang lebih tinggi yaitu 40% menyebabkan sediaan salep lebih kental dibandingkan yang lain. Kekentalan dapat menjadi barier fisik luka dari lingkungan sekitar dan menciptakan lingkungan yang lembab. Namun keadaan yang lembab dapat membantu mempercepat pertumbuhan bakteri.31 Sehingga proses penyembuhan luka dapat terhambat dengan adanya infeksi bakteri. Meskipun binahong diketahui memiliki kandungan antibakteri, namun mungkin tidak cukup mencegah pertumbuhan bakteri dalam keadaan lembab.

Salep 40% memiliki kandungan ekstrak binahong yang tinggi dan basis salep yang lebih sedikit dibandingkan yang lain. Basis sediaan salep dapat membantu memperpanjang kontak bahan aktif dengan luka dan diketahui memiliki fungsi yang oklusif sehingga dapat menjaga luka dari paparan lingkungan sekitar. 22,23 Selain itu basis salep dapat membantu menurunkan penguapan dan pengeluaran panas sehingga dapat menjaga suhu di area luka.22,23 Kandungan basis salep pada sediaan 40% yang lebih sedikit dari pada sediaan lain memungkinkan berkurangnya fungsi basis salep yang dapat memperpanjang kontak bahan aktif dengan luka dan sifat oklusif yang berkurang memungkinkan luka terpapar lingkungan sekitar. Dari kedua hal tersebut memungkinkan penyembuhan luka yang membutuhkan waktu lebih lama.

(52)

turunnya sel-sel fibroblas.32 Hasil studi in vitro menunjukan bahwa pada suhu 33˚C dapat menyebabkan keadaan kritis penurunan aktifitas neutrofil, fibroblas, dan epitel.32

(53)

41 BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

1. Terdapat pengaruh pemberian salep ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) terhadap reduksi luas permukaan luka bakar

pada tikus Sprague dawley dengan lama paparan luka bakar 30 detik dengan plat besi.

2. Terdapat perbedaan reduksi luas luka yang signifikan pada pemberian salep ekstrak bihanong pada berbagai konsentrasi, silver sulfadiazine, dan basis salep yaitu dengan Pvalue 0,016.

3. Terdapat perbedaan reduksi luas luka yang signifikan pada pemberian ekstrak daun binahong 20% dibanding dengan pemberian silver sulfadiazine, basis salep, dan salep ekstrak daun binahong 10% dan 40%.

5.2 Saran

1. Penelitian mendatang hendaknya melakukan penilaian makroskopik dan mikroskopik pada saat setelah paparan pembuatan luka.

2. Pengukuran luas luka hendaknya dilakukan setiap hari.

3. Pemberian masing-masing salep sebagai perlakuan dan kontrol pada tiap tikus hendaknya ditakar agar sama banyak sehingga meminimalisir faktor kerancuan.

(54)

DAFTAR PUSTAKA

1. Sabol F et all. Immunohistological changes in skin wounds during the early periods of healing in a rat model. Veterinarni Medicina 2012 (2):

77-82

2. Haghdoost F et al. Pistacia atlantica Resin Has a Dose-Dependent Effect on Angiogenesis and Skin Burn Wound Healing in Rat. Hindawi

Publishing Corporation; 2013

3. Anonim. Burn. 1 September 2014. http://www.who.int

4. Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. Buku ajar patologi Robbins Ed.7 Vol.2. Jakarta: EGC; 2007. P 320

5. Miladiyah I, Prabowo BR. Ethanolic extract of Anredera cordifolia (Ten.) Steenis leaves improved wound healing in guinea pigs. Universa Medicina

2012;31:4-11.

6. Yuliani SH, Fudholi A, Pramono A. Marchaban: The Effect of Formula To Physical Properties of Wound Healing Gel of Ethanolic Extract of

Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis). International Journal of

Pharmaceutical Sciences and Research 2012; Vol. 3 (11): 4254-4259

7. Vivian-Smith G, Lawson BE, Turnbull A, Downey PO. The biology of Australian weeds 46. Anredera cordifolia (Ten.) Steenis. Plant Protection

Quarterly 2007: Vol.22(1).

(55)

43

Putih (Rattus norvegicus) Galur Sprague Dawley. Lampung: Fakultas Kedokteran Universitas Lampung; 2014

9. Djamil Ratna et all. Antioxidant Activity of Flavonoid from Anredera cordifolia (ten) Steenis Leaves. International Research Journal of

Pharmacy 2012, 3(9)

10.Astuti SM et al. Determination of Saponin Compound from Anredera cordifolia (Ten) Steenis Plant (Binahong) to Potential Treatment for

Several Diseases. Journal of Agricultural Science 2011; Vol.3, No.4

11.Chuang M-T, Lin Y-S, Hou W-C. Ancordin, the major rhizome protein of madeira-vine, with trypsin inhibitory and stimulatory activities in nitric

oxide productions. Elsevier 2007; 1311-1316

12.Sherwood L. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Jakarta: EGC; 2011. P 485-486

13.Junqueira LC, Carbeiro J. Basic Histology text & atlas 11th edition. US: The McGraw-Hill’s Companies; 2007

14.Flanagan M. The physiology of wound healing. Journal of Wound Care. June, Vol 9, No 6, 2000

15.Guo S, DiPietro LA. Factor Affecting Wound Healing. J Dent Res 89(3):219-229, 2010

16.Burns JL, Mancoll JS, Phillips LG. Impairments to wound healing. Clin Plastic Surg 30 (2003) 47– 56

(56)

18.Xifreda CC, Argimon S, Wulff AF. Infraspecific Characterization and Chromosome Numbers in Andredera cordiffolia (Basellaceae). Thaiszia

Journal of Botany 2000: 99-108

19.International consensus. Appropriate use of silve dressings in wounds. US: Wounds International; 2012

20.Federer Wt. Experimental Design: Theory and Application. New Delhi: Oxford & IBH Publishing Co; 1967

21.Paju N, yamlean PVY, Kojong N. Uji efektifitas ekstrak daun binahong (Andredera cordifolis (Ten) Steenis) pada kelinci (Oryctolagus cunisulus) yang terinfeksi bakteri Staphylococcus aureus. Jurnal Ilmiah Farmasi Unsrat. Februari 2013. Vol.12, No.01

22.Lipsky BA and Hoey C, Topical Antimicrobial Therapy for Treating Chronic Wounds. Clin Infect Dis. (2009) 49 (10): 1541-1549. doi:

10.1086/644732

23.Hadasova E at all. Practicals in Pharmacology. Masaryk University Faculty Of Medicine: Brno; 2006

24.Akhoondinasab MR, Akhoondinasab M, Saberi M. Comparison of Healing Effect of Aloe Vera Extract and Silver Sulfadiazine in Burn

Injuries in Experimental Rat Model. WJPS/Vol.3/No.1/January 2014

(57)

45

26.Both DM, Goodtzova K, Yarosh DB, Brown DA. Liposome-encapsulated ursolic acid increases ceramides and collagen in human skin cells. Arch

Dermatol Res (2002) 293 :569–575

27.Moura-Letts GG, Villegas LF et all. In Vivo Wound-Healing Activity of Oleanolic Acid Derived from the Acid Hydrolysis of Anredera diffusa. J.

Nat. Prod.: 2006, 69 (6), pp 978–979

28.Christiawan A, Perdanakusuma D. Aktivitas Antimikroba Daun Binahong Terhadap Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus yang Sering Menjadi Penyulit Pada Penyembuhan Luka Bakar. Surabaya: Departemen / SMF Ilmu Bedah Plastik Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga

29.Anonim. SertaSil Advanced Wound Care. UK: Willingsford; 2014

30.Keast D, Orsted H. 2 September 2014. The Basic Principles of Wound Healing. http//www.uwo.ca

31.Kumari S et all. Topical treatment of Klebsiella pneumoniae B5055 induced burn wound infection in mice using natural products. J Infect Dev

Ctries 2010; 4(6):367-377.

32.McGuiness W, Vella E, Harrison D. Influence of dressing changes on wound temperature. Australia: Journal of Wound Care Vol 13, No 9,

(58)

Lampiran 1

(Tahapan cara pengukuran luas luka)

Cara pengukuran luas:

1. Membuat garis berjarak 1 cm sesuai panjang skala pada penggaris

Gambar 6.1 Tahap 1 pengukuran luas luka

Sumber: Printscreen aplikasi Macbiophotonics

2. Pilih menu Analyze-Set Scale

Gambar 6.2 Tahap 2 pengukuran luas luka

(59)

47

3. Keluar jendela seperti di bawah, ubah Known Distance menjadi 1 (sesuai hasil panjang garis hasil pembuatan di langkah 1) dan ubah Unit of length menjadi centimeter

Gambar 6.3 Tahap 3 pengukuran luas luka

Sumber: Printscreen aplikasi Macbiophotonics

4. Buat pola sesuai bentuk luka seperti gambar di bawah

Gambar 6.4 Tahap 4 pengukuran luas luka

(60)

5. Pilih menu Analyze dan Measure

Gambar 6.5 Tahap 5 pengukuran luas luka

Sumber: Printscreen aplikasi Macbiophotonics

6. Akan keluar jendela seperti pada gambar dibawah, hasil pengukuran luas berupa area

Gambar 6.6 Tahap 6 pengukuran luas luka

(61)

49

Lampiran 2

(Alat, bahan dan pembuatan salep)

Gambar 6.7 Bahan-bahan salep

(62)

Lampiran 3

(Bahan, alat dan perlakuan terhadap tikus Sprague dawley)

Gambar 6.9 Salep Gambar 6.10 Kandang tikus

Gambar 6.11 Alas kawat kandang Gambar 6.12 Pencukuran rambut tikus

(63)

51

Lampiran 4

(Surat keterangan tikus)

(64)

Lampiran 5

(Surat keterangan ekstrak daun binahong)

(65)

53

Lampiran 6

(Surat keterangan determinasi)

Gambar

Tabel 4.2 Hasil PostHoc Tests yang membandingkan antar kelompok ................ 35
Gambar 2.1 Binahong
Gambar 2.2 Bagan kerangka teori
Gambar 2.3 Bagan kerangka konsep
+7

Referensi

Dokumen terkait

sampel. 4) Pada kelompok sampel diberi jus daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis ) mulai dari hari ke-1 sampai hari ke-12, dan pada kelompok kontrol negatif diberi

Untuk mengetahui basis salep dari ekstrak daun binahong yang efektif dalam.. penyembuhan

Hasil penelitian yang di peroleh berupa pengukuran panjang luka dari pemberian ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.) steenis) dengan konsentrasi 10%,

Dari hasil penelitian uji efektivitas ekstrak daun Binahong ( Anredera cordifolia (TEN) Steenis) terhadap jumlah fibroblas dan ketebalan kolagen pada luka insisi tikus

sampel. 4) Pada kelompok sampel diberi jus daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) mulai dari hari ke-1 sampai hari ke-12, dan pada kelompok kontrol negatif diberi air

Salep ekstrak etanolik daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) dengan berbagai macam basis salep (hidrokarbon, absorpsi, dan larut air) memiliki perbedaan

Uji Aktivitas Salep Extract Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) Sebagai Penyembuhan luka Bakar Pada Kulit Punggung Kelinci.. Universitas Muhammadiyah

KOMBINASI EKSTRAK ALBUMIN IKAN GABUS Channa strita DAN EKSTRAK BINAHONG Anredera cordifolia SEBAGAI SENYAWA AKTIF DALAM SALEP PENYEMBUH LUKA TUGAS AKHIR Chyntia Roma Uli