• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Fertilitas Keturunan Asli Kepala Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Dalam Perkembangannya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Fertilitas Keturunan Asli Kepala Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Dalam Perkembangannya"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi Kasus di Desa Krimun Kecamatan Losarang Kabupaten

Indramayu

Jawa Barat)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

ADITYA FAJAR SETIAWAN

1111015000067

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

-/*:

1---{

Drs. H. Sv.arinulloh. M.Si NIP: 196709092007001 1033

Jurusan Pendidikan Ilmu pengetahuan Sosial Program Studi Sosiologi Antropologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatuttah Jakarta

Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi salah

Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana pendidikan

Disusun Oleh:

Aditva T'aiar Setiawan

NIM:

1111015000067

Panbimbing

I

Pembimbing

II

Sodikin. M.Si

(3)

skripsi yang berjudul Kajian Fertilitas Keturunan Asli Kepala Suku Dayak

Hindu Budha Bumi Segandu Dalam perkembangannya di susun oleh Aditya Fajar Setiawan,

NIM.

1111015000067, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengatahuan

Sosial

/

Sosiologi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah

sebagai Karya Ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang muaqosah sesuai

ketetapan yang ditentukan oleh fakultas.

Jakarta, November 2015

Yang Mengesahkan

Pembimbing I Pembimbing

II

M

Drs. H. Svaripulloh. M.Si NIP: 1967 09092007 00 1 I 033

(4)
(5)

Saya yang bertanda tangan dibawatr ini, Nama

TempaVTgl.Lahir

NIM

Jurusan/ Prodi

Judul Skripsi

Doseo Pembimbing

I

Dosen Pembimbing

II

Aditya Fajar Setiawan

Tegal, 19 Desember 1992 I I I 1015000067

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial / Sosiologi

Kajian Fertilitas Keturunan

Asli

Kepala Suku Dayak

Hindu Budha Bumi Segandu Dalam Perkembangannya

Drs. H. Syaripulloh, M. Si

Sodikin, M.Si

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri

dan sudah diuji dalam Ujian Munoqosah pada tanggat 26 November 2015, dan saya

bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis. Pemyataan ini dibuat

sebagai salah satu syarat pendaftaran Wisuda.

Jakarta, 8 Desember 2015 Mahasiswa Ybs,

(6)

Kepala Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Dalam Perkembangannya”

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan dari suatu budaya atau komunitas yang terdapat di lokasi desa Krimun Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu. Yaitu komunitas yang menyebut namanya dengan Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu. Komunitas ini lahir dari pemikiran seorang Kepala Sukunya yaitu Takmad Diningrat. Beliau adalah orang asli Indramayu yang memiliki ideologi yang berbeda, yang kemudian dikembangkan untuk keturunan dan pengikutnya.

Metode yang digunakan selama penelitian adalah kualitatif deskriptif. Fokus penelitian ini lebih memusatkan bagaimana kehidupan keturunannya dalam perkembangannya. Untuk menjawab semua pertanyaan, maka peneliti mengambil data menggunankan tiga instrumen dasar dari penelitian kualitatif, yaitu dengan Wawancara, Observasi Lapangan, dan Dokumentasi. Teknik Wawancara digunakan guna memperoleh data – data yang perlu diketahui, Teknik Obervasi Lapangan digunakan untuk pembuktian di dalam hasil Wawancara, dan Dokumentasi digunakan untuk mengambil hasil rekaman atau foto – foto guna memperkuat data.

Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa dalam perkembangannya, terdapat hasil yang positif yaitu adanya peningkatan kualitas hidup dari keturunan kepala Suku Dayak. Untuk pembuktian dalam metode penelitian kualitatif deskriptif perlu adanya keabsahaan data, yang disebut dengan Kredibilitas. Meliputi memperpanjang pengamatan, meningkatkan Ketekunan, Triangulasi, dan menggunakan bahan referensi.

(7)

Department of Social Education, Faculty of Tarbiyah and Teachers’ Training, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta, skripsi entitled “The Study of Fertility of the Development of the Original Generation of the Leader of Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Ethnic.”

The objective of this study is to know the development of a culture or a community that is located in Krimun village, District Losarang, Indramayu city. It is a community that called themselves as Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Ethnic. This community was born from the idea of their Ethnic Leader named Takmad Diningrat. He is an original Indramayu people who has a different ideology, which then was developed into his generation and followers.

The method used in this study is descriptive qualitative. This research focused on the development of their generation’s life. To answer all of the questions, the researcher collect the data using three basic instruments of qualitative research, these are Interview, Field Observation, and Documentation. Interview is used to gain the data that is needed to be known, Field Observation is used to prove the result of the interview, and Documentation is used to take records and pictures that aims to strengthen the data.

Based on the result of the research, it is found that in the development, there is a positive result that is the improvement of life quality from the generation of the Leader of Dayak Ethnic. To verifying in descriptive qualitative research method, it is need the validity of the data that is called credibility. It includes lengthening observation, increasing diligence, triangulation, and using references.

(8)

viii

menyelesaikan laporan akhir SKRIPSI. Shalawat serta salam semoga selalu Allah curahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, kepada para keluarga juga para Sahabat – Sahabat beliau dan mudah – mudahan termasuk pula kita selaku Umat-Nya.

Dalam Penyusuan laporan akhir skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan, masukan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

2. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial

3. Bapak Drs. H. Syaripulloh, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial sekaligus dosen pembimbing I

4. Bapak Sodikin, M.Si selaku dosen pembimbing II

5. Bapak Teuku Ramli Zakaria Dr. MA selaku dosen penasehat akademik 6. Para dosen – dosen yang memberikan ilmunya kepada penulis selama

mengikuti perkuliahan di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan khususnya di Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial.

7. Riki Andrian dan Fari Agung Setiadi selaku teman dan team dalam penyusunan skripsi ini

8. Kedua orang tua yang saya hormati dan saya cintai, yang selalu mendoakan di setiap doa dan selalu memberikan dukungan moril maupun materil

9. Kedua kakak saya yang ikut memberikan dukungan dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

(9)

ix

Auliya, Annisa Marifah, dan Dhiya) atas semangat, dan motivasinya selama pelaksanaan proses penyelesaian skripsi ini.

12. Dan Teman – Teman Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial seluruh angkatan 2011, terutama teman – teman satu kosan. (Imam Munandar, Antoni widodo,Moh. Ibnu Ardhani, dan M. Nurul Huda) yang senantiasa berbagi dalam segala hal.

Semoga Allah SWT membalas amal kebaikan dari pihak – pihak yang telah membantu di dalam pembuatan dan penyusunan laporan ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan untuk perbaikan penulisan selanjutnya. Akhirnya, penulis mengharapkan semoga laporan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembacanya.

Jakarta, November 2015

(10)

x

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Rumusan Masalah ... 9

E. Tujuan dan Signifikasi Masalah ... 8

BAB II KAJIAN TEORI DAN KONSEPTUAL A. Komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu ... 11

B. Definisi Fertilitas ... 18

C. Faktor – Faktor Fertilitas ... 20

D. Pendidikan ... 23

E. Pekerjaan ... 24

F. Pandangan hidup ... 26

G. Kerangka Konseptual ... 33

BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 34

B. Pendekatan Penelitian ... 36

C. Metodelogi Penelitian ... 36

D. Teknik Pengumpulan Data ... 37

(11)

xi

d. Menggunakan bahan referensi ... 40

F. Teknik Analisis Data ... 41

a. Reduksi Data ... 41

b. Data Display / Penyajian Data ... 42

c. Verifikasi / Menarik Kesimpulan ... 42

BAB IV PEMBAHASAN A. Sejarah Singkat Berdirinya Komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu ... 43

B. Biografi Takmad Diningrat ... 50

C. Pandangan Dinas Pendidikan Terhadap Perkembangan Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu ... 55

D. Pandangan Dinas Pemuda, Olahraga,Budaya,dan Pariwisata Terhadap Perkembangan Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu ... 57

E. Pandangan Dinas Catatan Sipil Terhadap Perkembangan Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu ... 59

F. Pandangan Kantor Kuwu Terhadap Perkembangan Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu ... 60

G. Pandangan Tokoh Masyarakat Sekitar Terhadap Perkembangan Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu ... 62

H. Deskripsi Analisis Data ... 64

(12)

xii

DAFTAR PUSTAKA ... 73

(13)

xiii

4.2 Anak Keturunan Kepala Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu ... 64

(14)

xiv

4.1 Anggota Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu ... 43

(15)

Lampiran 2 : Surat Izin Penelitian

Lampiran 3 : Surat Keterangan Penelitian

Lampiran 4 : Menetapkan Informan

Lampiran 5 : Catatan Lapangan

Lampiran 6 : Menentukan Tema Budaya

Lampiran 7 : Mencatat dan Menulis Profil Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu

Lampiran 8 : Foto – Foto Suku Dayak Losarang

Lampiran 9 : Denah Lokasi

Lampiran 10 : Pedoman Wawancara

(16)

1

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah salah satu negara kepulauan yang memiliki beribu – ribu pulau seperti yang dikemukan Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia tahun 2004 adalah sebanyak 17.504 buah. 7.870 diantaranya telah mempunyai nama, sedangkan 9.634 belum memiliki nama. Dari sekian banyak pulau yang ada di indonesia inilah yang menjadikan salah satu faktor timbulnya beragam budaya, seperti beragamnya bahasa,pakaian, rumah adat serta adat istiadatnya, maka dari itu indonesia sering disebut juga masyarakat multikultural.

Pembahasan tentang masyarakat, seperti yang diungkapakan di atas, tidak lengkap tanpa membahas mengenai kebudayaan, masyarakat yang ungkapan di atas, sifatnya masih statis, sementara sisi dinamis dari masyarakat itu terletak dalam kebudayaan, yang mana Indonesia adalah negara yang memiliki banyak kebudayaan.

Secara etimologis kebudayaan artinya culture berasal dari kata budi, yang diambil dari bahasa sangsekerta, artinya kekuatan budi atau akal. Sehingga kebudayaan diartikan sebagai hal – hal yang berkaitan dengan akal. Adapun secara terminologis, terdapat beberapa definisi mengenai kebudayaan, diantaranya, sebagaimana yang dikemukakan oleh Paul B. Horton dan Chester L Hunt, Sebagai segala sesuatu yang dipelajari dan dialami berssama secara sosial oleh para anggota suatu masyarakat.1

Bukan hanya faktor geografi yang membuat Indonesia memiliki banyak budaya, namun tidak dipungkiri ada faktor sosial di dalamnya, seperti pertemuan – pertemuan dengan budaya luar yang masuk ke Indonesia dan

1

(17)

membentuk kebudayaan yang baru (Asimilasi). Kemudian juga berkembangnya dan meluasnya agama – agama besar di Indonesia turut mendukung perkembangan kebudayaan Indonesia, sehingga mencerminkan kebudayaan agama atau aliran tertentu. Sehingga bisa dikatakan bahwa Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat keanekaragaman budaya atau tingkat heterogeenitasnya yang tinggi. Tidak saja keanekaragaman budaya dalam konteks peradaban, tradisional hingga ke modern, dan kewilayahan. Dengan keanekaragaman kebudayaannya sehingga Indonesia dapat dikatakan mempunyai keunggulan dibandingkan dengan negara lain.

Dalam Kamus Inggris – Inggris, Oxford, kebudayaan diartikan sebagai culture yang berarti perkembangan pemikiran (mind) dan kerohanian (spirit) sekelompok manusia, melalui latihan dan pengalaman. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kebudayaan adalah keseluruhan ngkungan serta pengalamannya yang menjadi pedoman tingkah laku manusia.2

Berbicara tentang berbagai macam budaya yang ada di Indonesia ternyata sangat sedikit masyarakat Indonesia yang mengetahui tentang keberadaan Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu, masyarakat hanya mengetahui keberadaan dayak yang berada di Kalimantan, namun sangat wajar karena suku dayak ini sangat berbeda dengan suku dayak yang ada di Kalimantan, mereka cenderung ekstrim tentang pemikiran agama,ideologi,serta apa yang mereka yakini.

Jika di Kalimantan adalah Suku Dayak yang merupakan suatu etnis asli dari Kalimantan, namun di Indramayu memiliki arti yang sangat jauh berbeda, di Indramayu sendiri muncul kebudayaan baru ini dikarenakan pemikiran atau ideologi dari salah seorang ketuanya yaitu Takmad Diningrat, beliau adalah pendiri dari “Suku Dayak Hindu - Budha Bumi Segandhu” singkat cerita Suku

yang ia maksud artinya adalah kaki (tempat berpijak),dan dayak artinya diayak (pilihan) begitu juga Hindu artinya kandungan, Budha artinya wudha

2

(18)

(telanjang) serta Bumi Segandu adalah nama tempat pertama suku ini didirikan. Dari penjabaran itu bisa disimpulkan manusia dilahirkan dengan keadaan telanjang dari rahim seorang wanita, maka dari itulah seorang pria harus patuh terhadap istri dan anaknya sebagai titipin dari sang pemberi.

Menurut Coomans (1987) Istilah Dayak mempunyai konotasi merendahkan sehingga ada yang lebih suka menamakannya dayak. Di kalangan Dayak itu sendiri terdapat keragaman yang besar antara suku yang satu dengan yang lainya dari sudut bahasa, kesenian, upacara - upacara, arsitektur rumah dll. Namun ciri – ciri yang penting dari suku – suku Dayak adalah bertempat tinggal di pedalaman, di teori dan di lembah – lembah sungai, sistem pertanian berladang, mempraktekkan mengayau di masa silam, dan agama tradisional yang menamakan Kaharingan.3

Dayak merupakan sekumpulan masyarakat atau komunitas yang memiliki ciri khas dan adat istiadat yang unik, seperti cara mereka berpakaian, mencari makanan, melakukan ritual di hari tertentu, ciri khas rumah adatnya. Namun ciri yang paling khas adalah mereka hidup di pedalaman masyarakat, dan bekerja sebagai petani dan nelayan. Agama atau keyakinan mereka pun adalah agama keyakinan dari nenek moyang terdahulu.

Dayak Hindu – Budha Bumi Segandu atau lebih dikenal secara umum dengan sebutan “Dayak Losarang Indramayu” merupakan sebuah komunitas yang memiliki kepercayaan, adat istiadat dan gaya hidup yang unik dayak ini berasal asli dari Indramayu, Dayak indramayu adalah nama panggilan Suku Hindu Budha Bumi Segandu yang bermukim di kampung Krimun kecamatan Losarang kabupaten Indramayu. Aliran ini ada semenjak tahun 1973 yang terbentuk atas prakarsa Takmad Diningrat.4

Dulunya beliau adalah seorang guru pencak silat, namun karena keprihatinannya atas orang – orang yang menyalah gunakan pencak silat untuk kejahatan dan kesombongan maka beliau membentuk perkumpulan yang

3

Masri Singarimbun, Penduduk dan Perubahan, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1996), h. 258.

4

(19)

mengajarkan hidup yang bersahaja, tentang kebaikan dan tata cara hidup yang bersahabat dengan alam atau dengan kata lain mereka menyebutnya ngaji rasa.

Perbedaan dari kebanyakan orang yang telah mengundang banyak perhatian. Terlihat dari cara berpakai yang unik seperti : Celana kolor warna hitam Putih, sabuk bambu bertuliskan matra – matra yang dijadikan jimat, penutup kepala yang berbentuk kerucut, kalung yang melingkari leher dan gelang di tangan disandangnya hingga terlihat garang. Tempat tinggalnya pun berbaur bersama penduduk kampung Krimun.5

Dulu, pada masa penjajahan nama dayak sering digunakan sebagai kata ejekan, ketika seorang menyimpang dari norma – norma Islam. Bahkan ikan dan terasi busus di took pun disebut Dayak. Anjing kurus dan kurap disebut Dayak. Dayak mempunyai arti negatif, kafir, tidak tahu aturan liar, terbelakang dan tidak berbudaya.6

Namun Suku Dayak di Indramayu tidak ada sama sekali hubungannya dengan dayak kalimatan, arti Dayak di indramayu bermakna manusia bersatu dengan lingkungan alam atau menurut mereka disebut dengan ngaji rasa. Dayak berasal dari kata ayak (nama sebuah alat penyaring). Jadi banyak Dayak artinya orang – orang pilihan, hasil seleksi, saringan atau ayakan alam. Dan Hindu - Budha itu pun bukan sebuah agama. Ini yang membuat masyarkat salah paham terhadap komunitas ini. Arti sebenarnya adalah Hindu berarti lahir dan Budha bermakna telanjang yang bisa disimpulkan kita terlahir dari kandungan seorang wanita dalam keadaan telanjang. Sedangkan Bumi Segandhu adalah nama tempat tinggal.7

Masyarakat suku Dayak bekerja sebagai petani dengan cara yang masih tergolong tradisional, menurut mereka kerja apa saja yang penting berusaha untuk mencari makan. Keberadaan komunitas ini sudah sangat lama serta

5 Dikutip dari Skrispi: Saripuddin “Integrasi Sosial Suku Dayak Indramayu”,

Skripsi pada sekolah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2009, h. 3, tidak diterbitkan

6 Dikutip dari Skripsi : Saripuddin “Integrasi Sosial Suku Dayak Indramayu”,

Skripsi pada sekolah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2009, h. 3, tidak diterbitkan

(20)

pengikut dari aliran ini semakin lama semakin bertambah, bukan hanya masyarakat sekitar tapi banyak dari daerah lain yang menganut ajaran pak Takmad.

Eksistensi Dayak Indramayu tidak saja tanpa hambatan, pada tahun 2007 mereka menerima tuduhan dari MUI (Majelis Ulama Indonesia) menegenai fatwa sesat Walaupun demikian eksistensi komunitas ini tetap berjalan seperti biasa.8 Karena yang namanya komunitas apapun itu tidak terlepas dari dukungan masyarakat sekitarnya. Hal ini di buktikan dari bagaimana aliran ini beradaptasi dengan lingkungan sekitar.

Fatwa sesat yang dikeluarkan oleh MUI tidak merubah apapaun, nyatanya aliran ini tetap ada. Walaupun sudah dikatakan sesat namun tetap berjalan bahkan semakin banyak pengikut dari kota / daerah lainnya dan bertambahnya dari faktor perkawinan serta kelahiran. Inilah yang menjadi pertanyaan besar untuk penelitian, aliran atau pemikiran apa sehingga MUI menentang serta berapa angka kelahiran per tahunnya sehingga suku dayak Takmad diningrat semakin berkembang dan tetap eksis.

Selain mendapat fatwa sesat dari MUI Kabupaten Indramayu, Komunitas ini juga mendapat perlakuan diskriminasi dari Dinas Kabupaten Indramayu, mereka di diskriminasi karena komunitas ini tidak mau membuat KTP, KK dan Akta Kelahiran sebagai identitas dan sebagai tanda penduduk Indramayu. Sehingga mereka tidak pernah dianggap sebagai budaya Indramayu, bukan karena hal itu saja budaya mereka dianggap menyimpang dari budaya asli indramayu sendiri.

Semakin banyaknya persoalan yang dihadapi masyarakat maupun komunitas tentang masalah pertumbuhan dari beberapa kelompok minoritas maka perlu untuk mengkaji yang ada dengan bebagai alternatif. Banyak

(21)

kelompok minoritas yang dianggap sudah hilang karena tidak adanya antisipasi pembacaan dan pengetahuan mengenai potensi untuk bertahan dan menjaga eksistensinya.

Dalam kasus diatas maka perlu adanya penelitian dan observasi agar semuanya lebih mudah, maka pengamatan akan fertilitas sangat penting guna mencari informasi tentang keberadaan komunitas serta informasi tentang perkembangan keturunannya. Pengamatan akan adanya pendataan bisa mencegah atau menimimalisir adanya diskriminasi sosial, dan usaha untuk mendapat pengakuan.

Fertilitas sebagai Istilah demografi diartikan sebagai hasil repoduksi yang nyata dari seorang wanita atau sekelompok wanita. Dengan kata lain fertilitas ini menyangkut banyaknya bayi yang lahir hidup. Fertilitas mencakup peranan kelahiran pada perubahan penduduk sedangkan natalitas mencakup peranan kelahiran pada perubahan penduduk dan repoduksi manusia.

Fertilitas merupakan performan repoduksi actual dari seoarang atau sekelompok individu, yang pada umumnya dikenakan pada seorang wanita atau sekelompok wanita, atau bisa diartikan fertilitas adalah kemampuan – kemampuan menghasilkan keterunan yang dikatikan dengan kesuburan wanita.9 Pengetahuan yang cukup dapat dipercaya mengenai proporsi dari wanita yang tergolong subur dan tidak subur belum tersedia.

Menurut Easterlin tingkat fertilitas sebagiannya ditentukan oleh karakteristik latar belakang seperti persepsi nilai anak, agama, kondisi pemukiman, pendidikan, status kerja, umur kawin pertama, pendapatan, kematian bayi/anak. Setiap keluarga mempunyai norma-norma dan sikap

fertilitas yang didasarkan atas karakteristik di atas.10

9Jurnal Sri Yuniarti “Analisis yang berhubungan dengan Fertilitas suatu kajian

(22)

Berbicara tentang fertilitas (kelahiran), fertilitas sangat dekat kaitannya dengan yang namanya pertambahan atau pertumbuhan penduduk disuatu desa, kota, komunitas maupun sebuah negara, yang bisa dihitung dengan data statistic. Fertilitas merupakan salah satu upaya untuk mengetahui banyak atau sedikitnya jumlah penduduk dalam wilayah tertentu apakah wilayah tersebut merupakan wilayah dalam kategori cepat atau lambat dilihat dari pertumbuhan penduduk dari segi kelahiran.

Namun penulis lebih memfokuskan dalam penelitian ini kepada jumlah angka kelahiran anak yang hidup dan melihat kualitas anak dari kepala suku dayak hindu budha bumi segandhu, apakah angka fertilitas keturunannya (anak dan cucunya) merupakan salah satu faktor dari pengakuan keberadaan komunitas ini hingga sekarang, serta bagaimana pendidikan, pekerjaan serta bagaimana pandangan hidup anak dan cucu dari Kepala Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu dalam perkembangannya. Di tengah – tengah kebudayaan Komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu tidak mementingkan pendidikan , pekerjaan yang layak dan pandangan hidup yang kembali lagi ke arah primitif, apakah ajaran – ajaran mereka berkembang dan turun – temurun hingga ke anak cucu mereka.

Berdasarkan latar belakang di atas,untuk merucutkan penelitian penulis tertarik untuk mengetahui jumlah keturunan Kepala Suku Dayak losarang serta bagaiamana gerak perkembangannya, apakah keturunannya mengikuti ajaran yang selama ini ia kembangkan atau memilih kehidupan yang normal seperti masyarakat pada umumnya, pembuktiaannya dapat dilihat dari data tingkat pendidikan, pekerjaan serta pengamatan akan Pandangan hidup anak dan cucunya. Adapun judul penelitian ini adalah : KAJIAN FERTILITAS KETURUNAN ASLI KEPALA SUKU DAYAK “HINDU BUDHA BUMI

(23)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat di identifikasi beberapa masalah yang berkaitan dalam pembahasan dari suku dayak losarang atau dayak hindu budha bumi segandu

a. Sejarah Komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu lahir dari perenungan seorang Kepala Suku

b. Terdapat Data fertilitas anak hidup keturunan Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu

c. Keterkaitan fertilitas dengan perkembangan keluarga kepala Komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian lebih terpusat atau terarah dari sasaran pokok pembahasan penelitian, maka peneliti menfokuskan kepada pembahasan masalah – masalah yang di batasi dalam konteks permasalahan sebagai berikut:

a. Meniliti sejarah singkat tentang awal berdirinya Suku Dayak Hindu – Budha Bumi Segandhu

b. Meneliti data fertilitas anak hidup keturunan asli Kepala Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu

(24)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas maka rumusan masalah yang dapat membuat dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut :

a. Bagaimana awal terjadinya Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandhu b. Bagiamana keadaan angka kelahiran (Fertilitas) keturunan hidup kepala

suku dayak losarang

c. Bagaimana gerak perkembangan Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandhu jika dilihat dari pendidikan, pekerjaan dan pandangan hidup keturunannya (Kepala Suku Dayak Losarang)?

E. Tujuan dan Signifikansi Masalah

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

a. Untuk mengkaji dan menganalisis tentang sejarah komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu.

b. Untuk mengetahui jumlah anak yang hidup dari kepala Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu.

c. Untuk mendata dan menganalisis gerak perkembangan Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu dilihat dari keturunan Kepala Suku.

2. Signifikasi penelitian

a. Manfaat teoritis

1. Menjadi bahan referensi bagi para ilmuwan dan peneliti khususnya di bidang ilmu pengetahuan sosial konsentrasi Sosiologi – Antropologi 2. Untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan dalam kajian Sosiologi

(25)

b. Manfaat praktis

Secara praktis manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Mejadi bahan masukan bagi para mahasiswa dan masyarakat dalam memahami kehidupan sosial yang terjadi pada suatu kelompok budaya atau komunitas.

(26)

11

A. Komunitas Suku Dayak Hindu – Budha Bumi Segandhu

Pasti kita pernah mendengar kata suku dayak, suku dayak adalah suku asli dari Kalimantan. Namun yang perlu diketahui di suatu perkampungan di desa Krimun Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu ada yang mengaku dan menyebut dirinya Suku Dayak, mereka menyebutnya dengan Suku Dayak Hindu – Budha Bumi Segandu Dermayu. Namun suku ini tidak ada kaitannya sama sekali dengan dayak Kalimantan. Suku Dayak Losarang muncul dari pemikiran seorang Takmad yang dulunya seorang guru silat, yang kemudian belajar ilmu bathiniah tentang ilmu alam. Walapun penampilan mereka seperti halnya Suku Dayak pada umumnya, mereka merupakan bagian dari Wong Dermayu atau penduduk dayak Indramayu. Hanya saja mereka memiliki cara pandang, kepercayan, dan berpakaian yang berebeda .

Suku Dayak Indramayu” hidup di tengah-tengah masyarakat sekitarnya, akan tetapi dalam beberapa hal, mereka mengisolasikan diri dari lingkungan masyarakatnya. Misalnya, untuk tempat tinggal dan tempat peribadatan (ritual) mereka, dibentengi dengan dinding yang cukup tinggi dan diberi ornamen lukisan-lukisan. Di dalam benteng ini terdapat beberapa bangunan yang terdiri atas: rumah pemimpin suku, pendopo, pesarean, pesanggrahan, dan sebuah bangunan rumah tinggal salah seorang pemimpin suku. 1

1. Asal – Asul Kelompok Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu

Menurut Toto Sucipto, asal mula kelompok Suku Dayak Indramayu ini terkait erat dengan perjalanan hidup Takmad Diningrat (ketua komunitas Suku Dayak Losarang). Ia seseorang yang berasal dari

1

Toto Sucipto,dkk. (www.rajaebookgratis.com) diakses pada tanggal 10 September pukul

(27)

sebuah desa yang bernama desa Segandu. Menurut penuturannya, Ia adalah seorang yatim dalam kandungan, yaitu ayahnya meninggal ketika ia sedang dikandung oleh ibunya dalam usia kandungan 3 bulan. Ia pun selama ini tidak mampu untuk mengikuti pendidikan formal dan tidak pernah mengaji (belajar ilmu agama) seperti anak lain seusianya, karena terbentur masalah biaya. Itu pula sebabnya, hingga sekarang ia tidak bisa membaca dan menulis. Ia tidak begitu fasih berbahasa Indonesia. Ia hanya menguasai bahasa Jawa Indramayu. Menginjak remaja, Takmad bekerja sebagai kuli pelabuhan yang berpindah-pindah dari satu pelabuhan ke pelabuhan lain. Di beberapa tempat yang disinggahinya, ia belajar ilmu bela diri (silat). Salah seorang guru silat yang diseganinya adalah Midun (orang Aceh). Ketika ia kembali ke daerah asalnya di desa Segandu, ia menyunting seorang gadis dari desa itu dan kemudian memperistrinya. Dari hasil perkawinannya itu, mereka mempunyai 11 orang anak, terdiri atas 3 anak wanita, dan 8 anak pria. Dari kesebelas orang anaknya, 6 diantaranya telah meninggal akibat terserang penyakit. Kini ia hidup bersama istri dan 5 (lima) orang anak.Komunitas ini menamakan dirinya dengan sebutan Suku dayak hindu Budha Bumi Segandu Indramayu, berdasarkan penjelasan warga komunitas ini adalah sebuah penanaman Suku Dayak yang memiliki arti sendiri menurut mereka2

Di desa tempat kelahirannya, ia pun kemudian mengembangkan ilmu yang dimilikinya baik ilmu kebathinan maupun ilmu kanuragan. Semula hanya istri dan anak-anaknya saja yang menjadi pengikutnya, akan tetapi kemudian ada juga beberapa warga masyarakat terdekat yang menjadi anggota perguruannya.

Tahun 1974, ia mendirikan perguruan yang mengajarkan ilmu kanuragan dengan nama Silat Serbaguna. Pada tahun 1976 berganti nama menjadi Jaka Utama. Beberapa tahun kemudian, perguruan ini mulai ditinggalkan murid – muridnya karena beberapa hal, antara lain ingin mendalami ilmu di tempat lain. Takmad sendiri tidak pernah mengikat dan memaksa murid – muridnya untuk selalu mengikuti ajaran – ajarannya.3

Setelah ditinggalkan murid-muridnya, Takmad memperdalam ilmunya, khususnya ilmu kebathinannya dengan berguru pada alam, Setelah sekian lama

2

Toto Sucipto, Sekilas Mengenai Suku Dayak Bumi Segandu Indramayu, 1999, h. 5, (http//www.rajaebookgratis.com).

3

(28)

memperdalam ilmu kebathinannya, ia pun merasa mendapat pemurnian diri. Dari hasil pengkajian ilmu kebathinannya ini, akhirnya ia menemukan falsafah hidup tentang kebenaran yang ia yakini bersumber dari Nur Alam (cahaya alam), yaitu bumi dan langit. Bumi dan langit ini kemudian diungkapkan dalam bentuk simbol warna hitam dan putih pada celana kutung yang dipergunakan dalam keseharian dan menjadi identitas mereka. Warna putih melambangkan langit/kesucian, sedangkan warna hitam adalah lambang bumi.

Pada tahun 1990-an, Takmad mendirikan Padepokan Nyi Ratu Kembar Jaya di Desa Krimun, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu. Sejak itu, pengikutnya semakin banyak. Adapun tanah yang kini menjadi padepokan kelompok ini adalah warisan dari mertua Pak Takmad.4

Asal mula Komunitas Suku Dayak Losarang tidak akan pernah lepas dari seorang kepala suku komunitas ini dan tidak ada campur tangan dari pemerintahan. Komunitas Suku Dayak Losarang muncul dari hasil pemikiran perenungan dari Takmad, tidak ada campur tangan dari pemerintah karena berawal dari sejarah alam guna mencari pemurnian diri dari hasil pengkajian ilmu kebathinannya yang menjadi falsafah hidup dan identitas diri pada komunitas ini.

2. Penanaman Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu

Suku Dayak Losarang atau Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu bukan sebuah suatu suku bangsa (etnik) yang biasa kita tahu suku dayak yang berada di Kalimantan, secara visual mempunyai beberapa kesamaan, yakni mereka (Kaum Lelaki) sama – sama tidak memakai baju dan hanya mengenakan aksesoris berupa kalung dan gelang kayu (tangan dan kaki).

Penyebutan Suku pada komunitas ini bukan dalam konteks terminologi Suku Bangsa (etnik) dalam pengertian antropologis, melainkan penyebutan istilah yang diambil dari makna kata – kata dalam bahasa daerah indramayu.

4

(29)

Adapun filosofi dari sebuah nama Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu yang mereka jabarkan dari arti perkatanya yaitu :

a. Kata Suku artinya kaki, yang mengandung makna bahwa setiap manusia berjalan dan berdiri diatas kaki masing – masing untuk mencapai tujuan sesuai dengan kepercayaan dan keyakinannya masing – masing.

b. Kata Dayak berasal dari kata ayak atau ngayak yang artinya memilih atau menyaring. Makna kata dayak di sini adalah menyaring, memilah dan memilih mana yang benar dan mana yang salah.

c. Kata Hindu artinya kandungan atau rahim. Filosofinya adalah bahwa setiap manusia dilahirkan dari kandungan sang ibu (perempuan).

d. Sedangkan kata Budha, asal dari kata wuda, yang artinya telanjang. Makna filosofinya adalah bahwa setiap manusia dilahirkan dalam keadaan telanjang.

e. Selanjutnya adalah kata Bumi Segandu Indramayu. Bumi mengandung makna wujud, sedangkan segandu bermakna sekujur badan. Gabungan kedua kata ini, yakni “ Bumi Segandu” mengandung makna filosofis sebagai kekuatan hidup.

f. Adapun kata Indramayu, mengandung pengertian : In maknanya adalah

inti; Darma artinya orang tua, dan kata Ayu, maknanya perempuan. Makna filosofisnya adalah bahwa ibu (perempuan) merupakan sumber hidup, karena dari rahimnyalah kita semua dilahirkan. Itu sebabnya mereka sangat menghormati kaum perempuan, yang tercemin dalam ajaran dan kehidupan mereka sehari – hari.

3. Ritual Komunitas Suku Dayak Hindu-Budha Bumi Segandu

(30)

bersama-sama. Salah satu bait dari Pujian Alam tersebut berbunyi sebagai berikut:

“Ana kita ana sira, wijile kita cukule sira

jumlae hana pira,

hana lima

Ana ne ning awale sira,

Robahna ya rohbana

Robahna ya rohbana

Robahna batin kita

Ning dunya sabarana

Benerana, jujurana

nerimana, uripana,

warasana, cukulana,

openana, bagusana”5

Bacaan – bacaan diatas merupakan ritual yang selalu Komunitas ini panjatkan setiap malam jumat kliwon, bacaan tersebut menggunakan bahasa jawa Cirebon ,yang mana merupakan karangan dari filosofi pengalaman hidup seorang kepala sukunya yaitu Takmad Diningrat, dalam bahasa indonesia artinya :

Ada (pada) saya ada (pada) kamu, lahirnya saya tumbuhnya kamu, jumlahnya ada berapa, Jumlahnya ada lima. Adanya di badan kita, Robahna ya robana, rubahnya batin kita. Di dunia sabar, benar, jujur, nerima, hidup, sembuh (sadar), tumbuh dirawat, (supaya) bagus

Melantunkan kidung dan pujian alam adalah kegiatan ritual mereka yang dilakukan oleh setiap anggota kelompok ini sehari-hari. Kegiatan secara masal hanya dilakukan pada setiap malam jumat kliwon.

5

(31)

Selesai melantunkan kidung dan pujian alam, pemimpin kelompok, Takmad Diningrat, Medar (menceritakan) pewayangan,tentang kisah Pendawa lima dan guru spritual meraka, Semar. Usai paparan wayang, Takmad memberikan petuah-petuah kepada para pengikutnya. Paparan wayang dan petuah ini berlangsung hingga tengah malam. Usai itu, para lelaki menuju ke sungai yang terletak di belakang benteng Padepokan. Di sungai dangkal itu mereka berendam dalam posisi terlentang, yang muncul hanya mukanya saja. Mereka berendam hingga matahari terbit. Ritual berendam tersebut disebut

kungkum. Siang harinya, di saat matahari sedang terik, mereka berjemur diri yang berlangsung mulai dari sekitar jam 9 pagi sampai tengah hari, ritual berjemur ini disebut pepe.

Setiap kebudayaan atau komunitas pasti memiliki ciri khas dan adat istiadat masing - masing,baik dari cara mereka berpakaian, rumah adat dan ritual – ritual yang dijalakan, seperti halnya komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu pun memiliki ritual yang dijelaskan diatas yaitu Ritual

Kungkum (Rendam) dan Pepe (Berjemur), mereka melakukan ritual seperti itu dengan ada tujuan dan fungsinya.

Laku Kungkum atau ritual rendam berfungsi sebagai menahan rasa sabar dari rasa dingin yang menusuk dimalam hari, dan Laku Pepe atau ritual berjemur berfungsi untuk belajar rasa sabar dari rasa panasnya terik matahari disiang hari

Ritual-ritual pada dasarnya adalah sebagai upaya mereka menyatukan diri dengan alam, serta cara mereka melatih kesabaran. Semua ini dilakukan tanpa ada paksaan. Bagi yang mampu silakan melakukannya, tapi bagi yang tidak mampu, tidak perlu melakukan, atau lakukan semaunya saja.6

6

(32)

4. Partisipasi Kelompok Suku Dayak Hindu-Budha Bumi Segandu terhadap Pemerintahan, Sosial, dan Politik

Komunitas Suku Dayak Losarang tidak mau untuk terikat dengan aturan-aturan formal, terbukti dari keengganan mereka membuat Kartu Tanda Penduduk (KTP). Padahal kepemilikan KTP dan identitas kependudukan atau kewarganegaraan adalah hak sipil bagi semua warga negara yang telah cukup umur. Salah satu penyebab keengganan warga kelopok ini untuk memenuhi hak sipil mereka adalah karena adanya keharusan mengisi kolom agama/kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam format KTP, sementara mereka tidak mengikatkan diri pada salah satu agama maupun organisasi kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Sikap komunitas ini bersikap demikian karena selama perjalanan hidup ketua Sukunya banyak mengalami penderitaan, kesengsaraan, dan kemiskinan. Komunitas ini merasa kecewa dengan sikap dan perilaku para pemimpin pemerintahan, para politisi dan pemimpin partai, serta para penganut agama yang menurut pandangannya sudah banyak menyimpang dari hukum formal maupun ajaran-ajaran agamanya. Akibat dari rasa kecewa ini, memutuskan untuk tidak mengikatkan diri dengan segala peraturan pemerintahan, maupun peraturan agama manapun. yang berprinsip bahwa kebaikan dan kebenaran tidak bisa dipaksakan, melainkan datang dari diri sendiri masing-masing orang. Oleh sebab itu, Takmad dan pengikutnya, tidak mau menjadi umat atau penganut dari salah satu agama besar yang ada di Indonesia.7

Di samping itu, merekapun tidak mau mengikatkan diri dengan salah satu kelompok, golongan, maupun partai politik. Itu pula sebabnya, ketika negara ini tengah melangsungkan pesta demokrasi pemilihan umum, baik pemilu legislatif maupun pemilihan presiden, mereka memutuskan untuk tidak memilih salah satu kandidat maupun partai, dan mereka lebih memilih untuk tidak menggunakan hak pilihnya.

Dalam hal hubungan kemasyarakatan, mereka biasa bergaul dengan warga masyarakat sekitar walaupun sangat terbatas, karena penampilan keseharian mereka yang sangat berbeda dengan warga masyarakat lainnya.

7

(33)

Warga masyarakat sekitar mereka dalam keseharian biasa mengenakan baju kemeja atau kaos oblong (nglambi), sedangkan warga komunitas Suku Dayak Losarang hanya bertelanjang dada (blegiran).

Keterbatasan mereka dalam hubungan kemasyarakatan ditandai dengan tidak aktifnya mereka berpartisipasi dalam kegiatan gotong royong kerja bakti yang biasanya diarahkan oleh aparat desa melalui pengurus daerah (RW) setempat. Untuk kegiatan-kegiatan seperti ini mereka biasanya mengabaikan.

B. Definisi Fertilitas

Kelahiran atau Fertilitas merupakan salah satu indikator, kualitas penduduk, karena indikator – indikator kelahiran ini sangat berguna untuk menentukan kebijakan dan perencanaan program pembangunan sosial terutama kesejahteraan ibu dan anak.8

Fertilitas sebagai istilah demografi diartikan sebagai hasil reproduksi yang nyata dari seseorang wanita atau sekelompok wanita. Dengan kata lain fertilitas ini menyangkut banyaknya bayi yang lahir hidup. Fekunditas, sebaliknya, merupakan potensi fisik untuk melahirkan anak. Jadi merupakan lawan arti kata sterilitas. Natalitas mempunyai arti sama dengan fertilitas hanya berbeda ruang lingkupnya. Fertilitas mencakup peranan kelahiran pada perubahan penduduk sedangkan natalitas mencakup peranan kelahiran pada perubahan penduduk dan reproduksi manusia.

Istilah fertilitias sering disebut dengan kelahiran hidup (live birth), yaitu terlepasnya bayi dari rahim seorang wanita dengan adanya tanda-tanda kehidupan, seperti bernapas, berteriak, bergerak, jantung berdenyut dan lain sebagainya. Sedangkan paritas merupakan jumlah anak yang telah dipunyai oleh wanita. Apabila waktu lahir tidak ada tanda-tanda kehidupan, maka disebut dengan lahir mati (still live) yang di dalam demografi tidak dianggap sebagai suatu peristiwa kelahiran.

Salah satu komponen yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk adalah kelahiran (fertilitas) yang bersifat menambah jumlah penduduk.

8

(34)

Fertilitas adalah kemampuan menghasilkan keturunan yang dikaitkan dengan kesuburan wanita (fekunditas).9

Pengetahuan yang cukup dapat dipercaya mengenai proporsi dari wanita yang tergolong subur dan tidak subur belum tersedia. Ada petunjuk bahwa di beberapa masyarakat yang dapat dikatakan semua wanita kawin dan ada tekanan sosial yang kuat terhadap wanita/ pasangan untuk mempunyai anak, hanya sekitar satu atau dua persen saja dari mereka yang telah menjalani perkawinan beberapa tahun tetapi tidak mempunyai anak. Seorang wanita dikatakan subur jika wanita tersebut pernah melahirkan paling sedikit seorang bayi.

Pengukuran fertilitas lebih kompleks dibandingkan dengan pengukuran mortalitas (kematian) karena seorang wanita hanya meninggal sekali, tetapi dapat melahirkan lebih dari seorang bayi. Kompleksnya pengukuran fertilitas ini karena kelahiran melibatkan dua orang (suami dan istri), sedangkan kematian hanya melibatkan satu orang saja (orang yang meninggal). Seseorang yang meninggal pada hari dan waktu tertentu, berarti mulai saat itu orang tersebut tidak mempunyai resiko kematian lagi. Sebaliknya, seorang wanita yang telah melahirkan seorang anak, tidak berarti resiko melahirkan dari perempuan tersebut menurun.10

Persepsi nilai terhadap anak akan mempengaruhi keputusan orang tua untuk

menentukan jumlah anak yang diinginkan. Banyak manfaat yang bisa diperoleh

orang tua dengan adanya kehadiran anak dalam keluarga, diantaranya adalah

manfaat secara ekonomi, bio-fisiologis, emosional dan spiritual. Persepsi tentang

nilai anak dari segi bio-fisiologis adalah kehadiran anak merupakan sebagai

penerus keturunan keluarga dan dapat membuktikan bahwa seseorang itu subur.

Untuk persepsi tentang nilai anak dari segi emosional yaitu kehadiran anak dapat

mendatangkan suatu kebahagiaan dan kebanggaan tersendiri bagi orang tuanya

serta dapat menghilangkan rasa sepi yang selama ini telah dialami.

9

Jurnal Sri Yuniarti, Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Fertilitas Suatu Kajian Literatur, h. 3

10

(35)

Persepsi tentang nilai anak jika dilihat dari segi spiritual adalah anak

diharapkan bisa mendoakan orang tua dan menjadi anak yang taat pada agama.

Menurut Robinson (2000) ada tiga macam kegunaan anak, yaitu: 1) sebagai suatu

barang konsumsi, misalnya sebagai sumber hiburan, 2) sebagai suatu sarana

produksi, yakni anak diharapkan untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu yang

menambah pendapatan keluarga, 3) sebagai sumber ketenteraman, baik pada hari

tua maupun sebaliknya. Berdasarkan kajian yang telah dilakukan bahwa banyak

faktor yang mempengaruhi fertilitas, diantaranya pendidikan, pekerjaan,

pendapatan, umur kawin pertama, persepsi nilai anak, kematian bayi/balita dan

unmet need 11

C. Faktor – Faktor Fertilitas

Ada beragam faktor yang mempengaruhi dan menentukan fertilitas baik yang berupa faktor demografi maupun faktor non-demografi. Yang berupa faktor demografi diantaranya adalah struktur umur, umur perkawinan, lama perkawinan, paritas, distrupsi perkawinan dan proporsi yang kawin sedangkan faktor non-demografi dapat berupa faktor sosial, ekonomi maupun psikologi.

1. Teori Sosiologi tentang Fertilitas (Davis dan Blake: Variabel Antara)

Kajian tentang fertilitas pada dasarnya bermula dari disiplin sosiologi. Sebelum disiplin lain membahas secara sistematis tentang fertilitas, kajian sosiologis tentang fertilitas sudah lebih dahulu dimulai. Sudah amat lama kependudukan menjadi salah satu sub-bidang sosiologi. Sebagian besar analisa kependudukan (selain demografi formal) sesungguhnya merupakan analisis sosiologis. Davis and Blake (1956), Freedman (1962), Hawthorne (1970) telah mengembangkan berbagai kerangka teoritis tentang perilaku fertilitas yang pada hakekatnya bersifat sosiologis.

Dalam tulisannya yang berjudul “The Social structure and fertility: an analytic framework (1956)” Kingsley Davis dan Judith Blake melakukan

11

(36)

analisis sosiologis tentang fertilitas. Davis and Blake mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi fertilitas melalui apa yang disebut sebagai “variabel antara” (intermediate variables).

Menurut Davis dan Blake faktor-faktor sosial, ekonomi dan budaya yang mempengaruhi fertilitas akan melalui “variabel antara”. Ada 11 variabel antara yang mempengaruhi fertilitas, yang masing-masing dikelompokkan dalam tiga tahap proses reproduksi sebagai berikut :12

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hubungan kelamin (intercouse variables):

Faktor-faktor yang mengatur tidak terjadinya hubungan kelamin:

a. Umur mulai hubungan kelamin

b. Selibat permanen: proporsi wanita yang tidak pernah mengadakan hubungan kelamin

c. Lamanya masa reproduksi sesudah atau diantara masa hubangan kelamin:

i. Bila kehidupan suami istri cerai atau pisah

ii. Bila kehidupan suami istri terakhir karena suami meninggal dunia

Faktor-faktor yang mengatur terjadinya hubungan kelamin

a. Abstinensi sukarela

b. Berpantang karena terpaksa (oleh impotensi, sakit, pisah sementara) c. Frekuensi hubungan seksual

12

Jurnal Mundiharno, Kingsley Davis dan Judith Blake, Struktur Sosial dan Fertilitas (Social structure and fertility: an analytical framework) (Yogyakarta: Lembaga Kependudukan

(37)

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya konsepsi (conception variables):

a. Kesuburan atau kemandulan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor yang tidak disengaja

b. Menggunakan atau tidak menggunakan metode kontrasepsi: i.Menggunakan cara-cara mekanik dan bahan-bahan kimia ii.Menggunakan cara-cara lain

c. Kesuburan atau kemandulan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor yang disengaja (sterilisasi, subinsisi, obat-obatan dan sebagainya)

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan dan kelahiran (gestation variables)

a. Mortalitas janin yang disebabkan oleh faktor-faktor yang tidak disengaja

b. Mortalitas janin oleh faktor-faktor yang disengaja

2. Ronald Freedman: Variabel Antara dan Norma Sosial

Menurut Freedman variabel antara yang mempengaruhi langsung terhadap fertilitas pada dasarnya juga dipengaruhi oleh norma-norma yang berlaku di suatu masyarakat. Pada akhirnya perilaku fertilitas seseorang dipengaruhi norma-norma yang ada yaitu norma tentang besarnya keluarga dan norma tentang variabel antara itu sendiri. Selanjutnya norma-norma tentang besarnya keluarga dan variabel antara di pengaruhi oleh tingkat mortalitas dan struktur sosial ekonomi yang ada di masyarakat.

Menurut Freedman intermediate variables yang dikemukakan Davis-Blake menjadi variabel antara yang menghubungkan antara “norma-norma fertilitas” yang sudah mapan diterima masyarakat dengan jumlah anak yang dimiliki (outcome). Ia mengemukakan bahwa “norma fertilitas” yang sudah

(38)

Menurut Freedman, Salah satu prinsip dasar sosiologi adalah bahwa bila para anggota suatu masyarakat menghadapi suatu masalah umum yang timbul berkali-kali dan membawa konsekuensi sosial yang penting, mereka cenderung menciptakan suatu cara penyelesaian normatif terhadap masalah tersebut. Cara penyelesaian ini merupakan serangkaian aturan tentang bertingkah laku dalam suatu situasi tertentu, menjadi sebagian dari kebudayaannya dan masyarakat mengindoktrinasikan kepada para anggotanya untuk menyesuaikan diri dengan norma tersebut baik melalui ganjaran (rewards) maupun hukuman (penalty) yang implisit dan eksplisit. Karena jumlah anak yang akan dimiliki oleh sepasang suami isteri itu merupakan masalah yang sangat universal dan penting bagi setiap masyarakat, maka akan terdapat suatu penyimpangan sosiologis apabila tidak diciptakan budaya penyelesaian yang normatif untuk mengatasi masalah ini.13

Jadi norma merupakan “resep” untuk membimbing serangkaian tingkah laku tertentu pada berbagai situasi yang sama. Norma merupakan unsur kunci dalam teori sosiologi tentang fertilitas.

D. Pendidikan

Pendidikan merupakan suatu proses yang sangat penting untuk meningkatkan kecerdasan, dan keterampilan, serta memperkuat kepribadian dan semangat kebangsaan agar dapat membangun diri sendiri maupun bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Menurut UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 dinyatakan bahwa:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”

Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiaanya sesuai dengan nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam perkembangannya, istilah pendidikan atau pedagogic berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang

13

(39)

dewasa agar ia menjadi dewasa.14 Selanjutnya, pendidikan diartikan sebagai usaha yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam anti mental.15

Dapat diartikan pendidikan adalah sebuah kegiatan dimana seseorang mencari ilmu dan mendewasankan pemikiran, dan guna untuk mendapatkan penghidupan yang layak dari segi sosial dan ekonomi. Pendidikan juga bisa berfungsi untuk memanusiakan manusia, artinya manusia tanpa pendidikan tidak bisa memiliki pemikiran seperti manusia yang dapat berpikir kritis.

Pengertian pendidikan ini selalu mengalami perkembangan, meskipun secara esensial tidak jauh berbeda. Berikut ini akan dikemukan oleh para ahli (pendidikan).

1. Jhon Dewey

Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan – kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia. Yaitu pendidikan bisa dikatakan proses dalam pengembangan intelektual manusia sebagai mahluk berpikir, pendidikan pula guna untuk dapat berinteraksi dengan manusia dengan baik

2. J. J Rousseau

Pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang tidak ada pada masa kanak – kanak, akan tetapi kita membutuhkan pada waktu dewasa.

3. Ahmad D. Marimba

Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.

14

Hasbullah. Dasar – dasar Ilmu Pendidikan. Edisi Revisi (Jakarta : PT RajaGrafinndoPersada.2008). h. 1

15

(40)

4. Ki Hajar Dewantara

Pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak – anak, adapun maksdnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak – anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagian yang setinggi tingginya.16

E. Pekerjaan

Pekerjaan adalah sesuatu yang dilakukan oleh manusia untuk tujuan tertentu yang dilakukan dengan cara yang baik dan benar, manusia perlu bekerja untuk mempertahankan hidup, dengan bekerja akan mendapatkan uang atau penghasilan. Dalam arti lain pekejaan berasal dari kata kerja yang merupakan kerja adalah sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia. Kebutuhan itu bermacam - macam, berkembang dan berubah, bahkan seringkali tidak disadari oleh pelakunya. Seseorang bekerja ada sesuatu yang hendak dicapainya, dan orang berharap bahwa aktivitasnya kerja yang dilakukannya akan membawanya kepada suatu keadaan yang lebih memuaskan dari pada keadaan sebelumnya.

Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa pada diri manusia terdapat kebutuhan – kebutuhan yang pada saat membentuk tujuan – tujuan itu, orang terdorong melakukan suatu aktivitas yang disebut kerja. Namun semua kegiatan belum tentu dikatakan kerja.

Menurut Franz Von Magins, pekerjaan adalah kegiatan yang direncanakan. Jadi pekerjaan itu memerlukan pemikiran yang khusus dan tidak dapat dijalankan oleh binatang. Yang dilaksanakan tidak hanya karena pelaksanaan kegiatan itu sendiri menyenangkan, melainkan karena kita mau sungguh – sungguh mencapai suatu hasil yang kemudian berdiri sendri atau sebagai benda, karya, tenaga dan sebagainya, atau sebagai pelayanan terhadap masyarakat, termasuk dirinya sendiri. Kegiatan itu dapat berupa pemakaian tenaga jasmani maupun rohani.17

16

Habullah. Dasar – dasar Ilmu Pendidikan. Edisi Revisi (Jakarta : PT RajaGrafinndoPersada.2008). h. 4

17

(41)

Jadi pekerjaan adalah sebuah aktivitas fisik maupun pemikiran yang khusus yang secara sistematis atau direncanakan untuk mendapat pendapatan untuk kebutuhan hidup sehari - hari, dimana pekerjaan dilakukan secara sungguh – sungguh.

Bekerja adalah kewajiban dan dambaan bagi setiap orang untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kehidupan sepanjang masa, selama ini mampu berbuat untuk membanting tulang memeras keringat dan memutar otak, bekerja bukannlah sekedar memperoleh penghasilan bagi kepentingan keluarga, namun terkait mengejar “ Status Sosial” (derajat, pangkat dan jabatan), agar ia terpadang di mata masyarakat, lebih beribawa dan dihormati. Lebih – lebih di lingkungan masyarakat yang bisa membantu dan memberi eguh pretikel mengatasi permasalahan.

F. Pandangan Hidup

a) Pengertian

Pandangan hidup merupakan cara berpikir dan cara interpretasi tentang pengalaman sosial dan kultural. Hal ini didasarkan atas nilai – nilai yng diyakini kebaikan dan kebenarannya. Pandangan hidup itu akan mempengaruhi norma, sikap, dan perilaku, serta mempengaruhi hasil karya manusia sebagai individu maupun komunitasnya.

Lebih dari itu, padangan hidup merupakan suatu abstraksi dari pengalaman hidup yang kemudian dijadikan pedoman bagi pelaksanaan dan perbuatan di kemudian hari. Pandangan hidup itu kemudian menjadi logika dari pengalaman, penafsiran, dan pengharapan, dari proses sosial bagi mereka yang ikut serta dalam proses kehidupan. Ujung – ujungnya, pandangan hidup itu menentukan persepsi sosial. Sebagai implikasinya, pandangan hidup dibentuk oleh suatu cara berpikir dan cara merasakan tentang nilai – nilai, organisasi sosial, kelakuan, peristiwa – peristiwa, dan segi – segi laninya. Akibatnya, dapat menggerakkan pengaturan mental dan pada gilirannya dapat mengembangkan suatu sikap hidup.18

18

(42)

Pandangan Hidup setiap manusia mempunyai tujuan yang berbeda karena itu didasarkan oleh sifat kodrati dari alam, karena itu menentukan masa depan seseorang. Pandangan hidup juga dapat diartikan pendapat atau pertimbangan yang dijadikan pegangan, pedoman, arahan. Pendapat atau pertimbangan itu merupakan hasil pemikiran manusia berdasarkan pengalaman sejarah menurut waktu dan lingkungan hidupnya.

Dengan demikian pandangan hidup yang ada di setiap manusia muncul begitu saja dan dalam waktu yang singkat, namun melalui proses waktu yang cukup lama dan berjalan terus menerus, sehingga pemikiran itu dapat diuji kenyataannya. Hasil pemikiran itu dapat diterima oleh akal, sehinggga diakui kebenarannya.

Pandangan hidup banyak sekali macam dan ragamnya, akan tetapi pandangan dapat diklasifikasikan berdasarkan asalnya. Terdiri dari 3 macam : 1. Pandangan hidup berasal dari agama yaitu pandangan hidup yang mutlak

kebenerannya

2. Pandangan hidup berupa idologi yang disesuaikan dengan kebudayaan dan norma yang terdapat pada negara tersebut

3. Pandangan hidup hasil renungan yaitu pandangan hidup yang relatif kebenerannya

b) Keyakinan / Kepercayaan

Keyakinan / Kepercayaan yang menjadi dasar pandangan hidup berasal dari akal atau kekuasaan Tuhan. Menurut Harun Nasution, ada tiga aliran filsafat, yaitu aliran naturalisme, aliran intelektual dan aliran gabungan.

1. Aliran Naturalisme

(43)

dikuasai Tuhan. Manusia hanya dapat berusaha/berencana tetapi Tuhan yang menentukan

Aliran naturalisme berintikan spekulasi, mungkin ada Tuhan mungkin juga tidak ada Tuhan. Lalu mana yang benar ? Yang benar adalah keyakinan. Jika kita yakin Tuhan itu ada, maka kita katakan Tuhan ada. Bagi yang tidak yakin, dikatakan Tuhan tidak ada yang ada hanya natur.

Bagi yang percaya Tuhan. Tuhan itulah kekuasaan tertinggi. Manusia adalah mahluk ciptaan Tuhan. Karena itu manusia mengabdi kepada Tuhan berdasarkan ajaran – ajaran Tuhan yaitu agama. Ajaran agama itu ada dua macam yaitu :

1. Ajaran agama dogmatis, yang disampaikan oleh Tuhan melalui nabi – nabi. Ajaran agama yang dogmatis bersifat mutlak (obsolut), terdapat dalam kitab suci Al – Quran dan Hadist, Sifat tetap, tidak berubah – ubah. 2. Ajaran agama dari pemuka – pemuka agama, yaitu sebagai hasil pemikiran

manusia, sifatnya relatif (terbatas). Ajaran agama dari pemuka – pemuka agama termasuk kebudayaan, terdapat dalam buku – buku agama yang ditulis oleh pemuka – pemuka agama. Sifatnya dapat berubah – ubah sesuai dengan perkembangan jaman.

2. Aliran Intelektualisme

Dasar aliran ini adalah logika / akal. Manusia mengutamakan akal. Dengan akal manusia berpikir. Mana yang benar menurut akal itulah yang baik, walapaun bertententangan dengan kekutan hati nurani. Manusia yakin bahwa kekuatan pikir (akal) kebajikan itu dapat dicapai dengan sukses. Dengan akal diciptakan teknologi. Teknologi adalah alat bantu mencapai kebajikan yang maksimal, walaupun mungkin teknologi memberi akibat yang bertentangan dengan hati nurani.

(44)

menipis, justru yang menonjol adalah akal yaitu logika berpikir. Karena itu aliran ini banyak dianut di kalangan Barat. Di Timur orang mengutamakan hati nurani, yang baik menurut akal belum tentu baik menurut hati nurani

Apabila aliran ini dihubungkan dengan pandangan hidup, maka keyakinan manusia itu bermula dari akal. Jadi pandangan hiduo ini dilandasi oleh keyakinan bahwa kebajikan hanya dapa diperoleh dengan akal (ilmu dan teknologi). Pandangan hidup ini disebut liberalisme. Kebebasan perbuatan itu bertentangan dengan hati nurani. Kebebasan akal lebih ditekankan pada setiap indivisu, karena itu individu yang berakal (berilmu dan berteknologi) dapat mengusai individu yang berpikir rendah (bodoh).

3. Aliran Gabungan

Dasar aliran ini ialah kekuatan gaib dan juga akal, kekuatan gaib artinya kekuatan yang berasal dari Tuhan, percaya adanya Tuhan sebagai dasar keyakinan. Sedangkan akal adalah dasar kebudayaan, yang menentukan benar tidaknya sesuatu, segala sesuatu dinilai dengan akal, baik sebagai logika berpikir juga dapat diterima oleh hati nurani.

Apabila aliran ini dihubungkan dengan pandangan hidup, maka akan timbul dua kemungkinan dengan pandangan hidup. Apabila keyakinan lebih berat didasarkan pada logika berpikir, sedangkan hati nurani dinomor duakan, kekuatan gaib dari Tuhan diakui adanya tetapi tidak menentukan, dan logika berpikir tidak ditekankan pada logika berpikir individu, melainkan logika berpikir kolektif (masyarakat), pandangan hidup ini disebut sosialisme.

(45)

Apabila kita kaji maka antara dua pandangan hidup ini terdapat perbedaan pokok. Pandangan hidup sosialisme menekankan pada logika berpikir kolektif, sedangkan pandangan hidup sosialisme religius menekankan pada logika berpikir kolektif individual. Pandangan hidup sosialisme mengutamakan logika berpikir dari pada hati nurani. Pandangan hidup sosialisme tidak begitu menghiraukan kekuasaan Tuhan, sebaliknya sosialisme religius kukuasaan Tuhan begitu menentukan.19

G. Hasil Penelitian yang Relevan

No Nama dan Instansi Peneliti

Judul Skripsi Kesimpulan

1 Ropi’I NIM 02210098, Mahasiswa Fakultas ilmu syariah Universitas Islam Negeri (UIN) Malang Eksklufitas Konsep Sekufu Dalam Perkawinan Masyarakat Suku Rawayan Indramayu

Masyarakat Suku Dayak Losarang adalah masyarakat Islam yang melaksanakan perkawinannya dengan merapkan kafa’ah

2 Saripuddin NIM: 05720002 Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Integrasi Sosial Suku

Dayak Indramayu (Study

Kasus Suku Dayak Hindu

Budha Bumi Segandu).

Suku Dayak Losarang

dinyatakan sesat namun masih memiliki intergritas yang kuat, bentuk intergras dari proses adaptasi yaitu upaya – upaya dalam penyusuaian yang dilakukan dalam kondisi masyrakat.

3 Abdul Muiz NIM: Makna Simbol Ritual Dalam masyarakat Jawa

19

(46)

02521186. Fakultas Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

dalam Ritual Agung

Sejarah Alam Ngaji Rasa

di Komunitas Bumi

Segandu Indramayu

dikenal ungkapan “Wong Jowo

Iku Nggoning Semu”(orang jawa itu peka terhadap bahasa lambang). Masyarakat jawa mempercayai simbol

menyimpan daya magis lewat kekuatan absatarnya melalui dunia lewat pancaran makna. Hasil penelitian menunjukan bahwa : Tiga macam ritual dalam komunitas suku dayak bersifat tidak mengikat, dan simbol – simbol ritual dalam komunitas Suku Dayak Losarang mengandung pesan moril etis yang dijadikan pedoman

4 Caerih Nurlinda Sari, NIM: 109015000062, Jurusan Pendidikan IPS, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Persepsi Komunitas Suku Dayak Hindu-Budha Bumi Segandu Terhadap Pendidikan Formal

Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu atau Suku Dayak Losarang, dilihat sangat unik, yaitu secara penampilan dan cara mereka berfikir. Terutama persepsi mereka tentang pendidikan yang sangat rendah

(47)

Nuryanto,NIM 109032100029, Program Study Perbandingan Agama, Fakultas Ushuludin. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Hindu Budha Bumi

Segandu.

dijadikan sebagai tolak ukur dan dapat tumbuh berkembang karena beberapa faktor, yaitu faktor genetik yang dimiliki orang tuanya, maupun pengaruh lingkungan sekitar. Komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu,

(48)
[image:48.595.89.555.140.631.2]

H. Kerangka Konseptual

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandhu

Pendidikan dan Pekerjaan Jumlah kelahiran

anak yang hidup

Pandangan hidup

Penelitian

Hasil Penelitian

(49)

34

A. Tempat dan Waktu Penelitian

[image:49.595.125.515.241.641.2]

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Krimun Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Juli 2015.

Gambar 3.1

(50)
[image:50.595.129.512.212.607.2]

Adapun kegiatan selama penelitian di Desa Krimun Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu yang di perlihatkan melalui tabel.

Tabel 3.1

Time schedule selama penelitian berlangsung

Adapaun perincian kegiatan selama penelitian baik sebelum di lapangan maupun pada saat di lapangan

a. Kegiatan sebelum dilapangan (di hitung dalam bulan)

1. Awal Oktober : Penyusunan Proposal 2. Pertengahan Oktober : Pengumpulan Informasi 3. Awal November : Pengumpulan Proposal 4. Pertengahan November : Seminar Proposal

5. Febuari – Juni : Konsultasi Dosen sebelum penelitian

b. Kegiatan selama di lapangan

1. Senin, 29 Juni 2015 : Wawancara Dinas Pendidikan 2. Rabu, 1 Juli 2015 : Wawancara Disbukpar

(51)

B. Pendekatan Penelitian

Fokus penelitian ini sebagai bentuk upaya untuk mengetahui mengenai tingkat fertilitas serta pengaruh fertilitas terhadap perkembangan Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu. Dalam hal ini, jenis penelitian yang dianggap tepat adalah menggunakan metode kualitatif deskriptif untuk mengetahui perkembangannya dilihat dari kualitas anak keturunan seperti tingkat pendidikan dan pekerjaan dan pandangan hidup yang di teliti. Karena dengan metode ini diharapkan dapat memeperoleh informasi secara detail dan lebih mendalam melalui wawancara, pengolahan data dan observasi langsung.

C. Metode Penelitian

Adapun dalam penelitian ini,penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan induktif.

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme,digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci,teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian lebih menekankan makna generalisasi.1

Menurut Sugiyono, “ metode penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variable mandiri atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan atau menggabungkan antara variable satu dengan yang lain.”

Maka dengan cara deskritif. Peneliti dapat memberikan penggambarannya mengenai bagaimana angka kelahiran dari komunitas itu sendiri sehingga membuat komunitas ini tetap eksis. Selain itu peneliti ini mencoba untuk menggambarkan perkembangan Suku Dayak bila dikaji dari garis keturunan dari ketua suku dayak Losarang yang dilihat dari tingkat pendidikan, pekerjaan dan pola hidup mereka , sehingga nantinya dapat di

1

(52)

analisa menjadi sebuah jawaban atas pertanyaan – pertanyaan yang menjadi penelitian.

Sasaran dari penelitian ini adalah komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu yang berada di desa Krimun Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu Jawa Barat.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data menggunakan metode wawancara yang disertai dengan pedoman wawancara dan Observasi mendalam guna menulusuri informasi yang lebih banyak mengenai komunitas yang diteliti. Hal ini akan lebih memungkinkan mendapatkan data yang lebih akurat. Wawancara melibatkan narasumber, yang potensial untuk menjawab pertanyaan penelitian.

o Interview (Wawancara)

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila penelitian ingin mengetahui permasalahan yang akan ditelitinya, dan apabila juga ingin mengetahui informasi yang lebih mendetail dari informan :

Wawancara pokok

a. Ketua penganut Suku Dayak Losarang Indramayu (Takmad Diningrat)

b. Para pengikut penganut Takmad Diningrat

c. Kantor Pemerintahan Daerah Kabupaten Indramayu

Wawancara penunjang data

a. KUWU, RW dan RT di Desa Krimun,

(53)

Dalam penilitian ini data yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan teori dengan terfokus pada masalah yang telah menjadi tujuan dari penelitian. Sehingga hal – hal yang tidak berkaitan dihilangkan.

o Observasi non partisipatif

Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang tingkat spesifiknya lebih tinggi bila dibandingkan dengan teknik yang lain. Obesrvasi partisipatif adalah teknik yang langsung mengetahui situasi kondisi tempat yang akan di amati namun tidak mengi

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu
Tabel 3.1
Gambar 4. 1
+5

Referensi

Dokumen terkait