(Kuasi Eksperimen di SMP Muhammadiyah 22 Pamulang)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
KHOIRUNNISA
NIM: 109016100056
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
LE MtrAR PEi.'{ G ESAiiAi{ P E rlliiiMBiI\,i G SirR i PS
i
Skripsi yarg be+udr;l Peugarulr Peuggunaan Medla Animasi dengan Aualoe! Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa pada Konsep Sistem Peredaran Darah
disusun oleh Khoirunnisa,
NIM
109016100056, Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Kegru-uan. Universitas isiam i.iegen Syanf Hitiayatuiiah iakarta. 'i'eiair meiaiuibimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.
iakarta, 6 September 2Al4
Yang mengesahkan:
Pembimbing ii,
v4,:*
NIP. 19681228 2AA3A3 I 004
disusun oieli Khoirunnisa, Niir,t tOqCt61CC055, diajukan kepada Fakuitas Iirnu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayahrllah .Iakarta dan telah dinyatakan
lulus daiam Ujian Munaqasah pada tanggal 7 Oktober 2014 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd) pada Jimsan Pendidikan llmu Pengeiahum:' Aiam (iPA) Pragram Studi Psadidikan Biologi.
Jakarta, November 20tr4
f)^...'+i^ I ;::^^ l{ ;,..^^ ^^^^L
r dlltilcl LlJldll tvrtU ldq6i5dll
r\utLt(r r dlurrd uJ r4lr -vrLtildqas(ur
Dr. Zulflani. M.Pd
NrP. 19760309 200501 2 402
Penguji I
Dr. Ahmad So*,'an. L,l.Fd. NrP. 196s0115 198703 1020
Penguji II
Eny S. Rosyidatun. MA NrP. 19750924 244604 2 001
/4 - tt
-20lq
asi\
R J^--^r^L...i.IvtEuB\rt(UtUl.
Dekan Fakultas Ihnu Tarbiyah dan Kegwuan,
Saya yang bertanda tan Nama
NIM
Jurusan/Prodi
Alamat
1.
Namapembimbing INIP
Jurusan/Program Studi
2. Namapembimbing
II
NIP
Jurusan/Program Studi
Dr. Sujiyo Miranto, M.pd
1968t228 200303
I 004
Pendidikan IPA/Pendidikan Biologi Dr. Yanti Herlanti, M.pd
19710119 200801 2 Ot}
Pendidikan IPA/Pendidikan Biologi SURAT PERNYATAAN KARYA
ILMIAH
gan dibawah ini: Khoirunnisa
109016100056
Pendidikan IPA/ pendidikan Biologi
Jl. Joglo Baru Rt 03106 Joglo, Kembangan, JakartaBarat
MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHI{YA
Bahwa skripsi yang berjudur pengaruh penggunaan Media Animasi
dengan Analogi terhadap Hasil Berajar Biorogi Siswa pada Konsep sistem peredaran Darah adalahbenar hasil karya sendiri di bawah bimbingan
dosen:
Demikian surat pernyataan
ini
saya buat dengan sesu,gguhnyaclan saya siap menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bgkan hasil karya sendiri.
J akarla, 22 S eptemb er 20 I 4 Yang menyatakan
i ABSTRAK
Khoirunnisa. NIM. 109016100056. Pengaruh Penggunaan Media Animasi dengan Analogi terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa pada Konsep Sistem Peredaran Darah (Kuasi Eksperimen di SMP Muhammadiyah 22 Pamulang). Skripsi, Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan media animasi dengan analogi terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep sistem peredaran darah manusia. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 22 Pamulang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen dengan rancangan penelitian Nonequivalent Control Group Design. Pengambilan sampel pada penelitian ini adalah teknik random sampling. Sampel penelitian pada kelas eksperimen dan kelas kontrol masing-masing berjumlah 32 siswa. Kelas eksperimen menggunakan media animasi dengan analogi, sedangkan kelas kontrol menggunakan media animasi tanpa analogi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes objektif pilihan ganda dengan empat pilihan (option). Analisis data kedua kelompok menggunakan uji t, diperoleh hasil thitung
sebesar 2,32 dan ttabel pada taraf signifikan α = 0,05 sebesar 2,04, maka thitung >
ttabel. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh penggunaan media animasi
dengan analogi terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep sistem peredaran darah.
ii ABSTRACT
Khoirunnisa. 109016100056. The Influence of Using Animation Media with Analogy toward The Result of Biology Learning of Student on Concepts of Circulatory System. (A Quasi Experiment at SMP Muhammadiyah 22 Pamulang). Thesis of Biology Education Study Program, Department of Natural Science Education, Faculty of Tarbiya and Teaching Sciences, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2014.
This research aimed to find out the influence of animation media with analogy toward the result of biology learning of student on the concepts of circulatory system. The research was conducted at SMP Muhammadiyah 22 Pamulang. The method used in this research was the quasi experimental method with nonequivalent control group design research. The sampling technique used in this research was a random sampling technique. The research sample of experiment class and control class totalled 32 students. The experiment class used animation media with analogy while the control class used animation media without analogy. The instrument used in this research was the objective test through multiple choice type with four options. A t-test was applied in the data analysis. This obtained tcount 2,32 and ttable 2,04 in the significant level a = 0,05, the tcount >
ttable. It indicated that there is influence of animation media with analogy toward
the result of biology’s learning on the concept circulatory system.
iii
Puji syukur yang tak terhingga penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena
berkat rahmat, ridho dan kasih sayang-Nya penulis memperoleh kemudahan
dalam menyusun skripsi yang berjudul Pengaruh Penggunaan Media Animasi
dengan Analogi terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa pada Konsep Sistem Peredaran Darah.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terima kasih. Dengan ketulusan dan kerendahan hati,
penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Ibu Nurlena Rifai, M.A Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Zulfiani, M.Pd, Ketua Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd, Dosen Pembimbing I yang penuh kesabaran
dan keikhlasan dalam membimbing penulis selama ini.
5. Ibu Dr. Yanti Herlanti, M.Pd, Dosen Pembimbing II yang penuh kesabaran
dan keikhlasan dalam membimbing penulis selama ini.
6. Ibu Meiry Fadilah Noor, M.Si, Dosen Pendidikan Biologi yang telah
memberikan arahan dan bimbingan terkait uji kelayakan konten media animasi
dengan analogi yang digunakan dalam penelitian ini.
7. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan IPA Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta
bimbingan kepada penulis selama perkuliahan.
8. Bapak Drs. Hudaefi, Kepala Sekolah SMP Muhammadiyah 22 Pamulang,
iv
skripsi. Bapak Suswanto, S.Pd, Guru bidang studi IPA yang telah memberikan
arahan dan bantuan selama pelaksanaan penelitian skripsi.
9. Bapak Nasehadin, S.Kom, Staf Divisi Multimedia Pustekkom yang telah
memberikan bimbingan dan arahan terkait uji kelayakan media animasi
dengan analogi yang penulis gunakan dalam penelitian.
10.Teruntuk keluarga tercinta, Ayahanda Margono dan Ibunda Endang
Dayaningsih yang tiada henti melantunkan doa, memberikan motivasi dan
pengorbanannya baik segi moril maupun materi kepada penulis. Kakak-kakak
tersayang yang senantiasa memberikan motivasi dan dukungan kepada
penulis.
11.Sahabat-sahabat terbaik, Reni Agustini, Rosita dan Taufik Hidayat, Indria
Yuni Putami dan Vickry Wahyudi yang tiada henti mendampingi, memotivasi
dan mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
12.Sahabat-sahabat pendidikan Biologi 2009 yang senantiasa memotivasi dan
mendukung penulis, khususnya untuk Dwi Septiana, Istiqomah Nuraini, Unti
Ayuningtyas, Karina Koestiarti, dan Fitri Nurjannah.
13.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca
pada umumnya.
Jakarta, September 2014
v LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Pembatasan Masalah ... 5
D. Rumusan Masalah ... 5
E. Tujuan Penelitian ... 5
F. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoretis ... 7
1. Hakikat Media Pembelajaran ... 7
2. Media Animasi ... 15
3. Analogi ... 18
4. Model Pengajaran Langsung (Direct Instuction) ... 23
5. Konsep Sistem Peredaran Darah ... 25
6. Hasil Belajar ... 27
B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 32
C. Kerangka Berpikir ... 35
vi BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 38
B. Metode dan Desain Penelitian ... 38
C. Prosedur Penelitian ... 39
D. Variabel Penelitian ... 41
E. Populasi dan Sampel Penelitian ... 41
F. Teknik Pengambilan Sampel ... 41
G. Teknik Pengumpulan Data ... 42
H. Instrumen Penelitian ... 42
I. Kalibrasi Instrumen ... 45
J. Teknik Analisis Data ... 48
K. Hipotesis Statistik ... 51
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 52
1. Hasil Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 52
2. Hasil Uji Data Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 53
3. Deskripsi Nilai N-Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 55
B. Pengujian Prasyarat Analisis Data ... 56
1. Uji Normalitas ... 57
2. Uji Homogenitas ... 57
C. Uji Hipotesis ... 58
D. Deskripsi Data Hasil Lembar Observasi ... 59
E. Deskripsi Data Hasil Wawancara tentang Penggunaan Media Animasi dengan Analogi ... 60
F. Pembahasan ... 61
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 66
B. Saran ... 66
DAFTAR PUSTAKA ... 68
vii
Tabel 2.1. Klasfikasi Media Berdasarkan Bentuk Fisiknya ... 11
Tabel 2.2 Taksonomi Media Berdasarkan Indera yang Terlibat ... 12
Tabel 2.3 Sintaks Model Pengajaran Langsung ... 24
Tabel 2.4 Analogi Sistem Peredaran Darah dengan Sistem Transportasi Bus Transjakarta ... 27
Tabel 3.1 Desain Penelitian ... 39
Tabel 3.2 Teknik Pengumpulan Data ... 42
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Tes Objektif ... 43
Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrument Daftar Cek Pengetahuan Siswa tentang Bus Transjakarta ... 44
Tabel 3.5 Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran dengan ANATES ... 47
Tabel 4.1 Data Pretest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 52
Tabel 4.2 Data Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 53
Tabel 4.3 Rekapitulasi Data Pretest dan Posttest Per Indikator Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 54
Tabel 4.4 Kategori N-Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 56
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 57
Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 58
viii
DAFTAR GAMBAR
[image:12.595.118.511.198.580.2]Halaman
Gambar 2.1 Kerucut Pengalaman Edgar Dale ... 14
Gambar 2.2 Peta Konsep Sistem Peredaran Darah ... 26
Gambar 2.3 Penjenjangan Domain Kognitif ... 29
Gambar 2.4 Bagan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses
dan Hasil Belajar ... 32
ix
Lampiran 1. RPP Kelas Eksperimen ... 72
Lampiran 2. RPP Kelas Kontrol ... 96
Lampiran 3. LKS Pertemuan Pertama ... 107
Lampiran 4. LKS Pertemuan Kedua ... 111
Lampiran 5. LKS Pertemuan Ketiga ... 117
Lampiran 6. Kisi-kisi Instrumen ... 122
Lampiran 7. Kisi-kisi Instrumen Penelitian Tes Objektif ... 123
Lampiran 8. Uji Coba Instrumen ... 138
Lampiran 9. Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen ... 148
Lampiran 10. Soal Uji Kompetensi Sistem Peredaran Darah Manusia ... 158
Lampiran 11. Kunci Jawaban Uji Kompetensi (Penelitian) ... 165
Lampiran 12. Data Nilai N-Gain Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 166
Lampiran 13. Data Nilai LKS Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 167
Lampiran 14. Uji Normalitas Data Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 169
Lampiran 15. Uji Normalitas Data Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 175
Lampiran 16. Uji Homogenitas Data Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 181
x
Lampiran 18. Uji Hipotesis ... 183
Lampiran 19. Analogi Sistem Peredaran Darah dengan Sistem Transportasi Bus Transjakarta ... 187
Lampiran 20. Storyboard Media Animasi dengan Analogi pada Konsep Sistem Peredaran Darah ... 190
Lampiran 21. Media Animasi dengan Analogi pada Konsep Sistem Peredaran Darah ... 195
Lampiran 22. Media Animasi ... 200
Lampiran 23. Daftar Cek Pengetahuan Siswa tentang Bus Transjakarta ... 206
Lampiran 24. Lembar Observasi Mengajar ... 212
Lampiran 25. Perhitungan Lembar Observasi ... 216
Lampiran 26. Hasil Wawancara tentang Media Animasi dengan Analogi ... 218
Lampiran 27. Lembar Observasi Sekolah ... 228
Lampiran 28. Dokumentasi Foto Penelitian ... 230
Lampiran 29. Uji Referensi ... 231
Lampiran 30. Lembar Penilaian Media Animasi dengan Analogi ... 239
1
A. Latar Belakang Masalah
Aktivitas pembelajaran dan keberhasilan proses pembelajaran dipengaruhi
oleh beberapa komponen. Komponen-komponen tersebut memiliki hubungan
dan pengaruh yang cukup besar dalam motivasi dan perolehan pemahaman
siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan. Komponen-komponen itu
diantaranya yaitu tujuan pembelajaran, guru sebagai salah satu sumber belajar
dan fasilitator dalam pembelajaran, siswa sebagai sasaran pembelajaran, bahan
ajar, strategi, metode pembelajaran serta media pembelajaran yang digunakan.
Pemilihan strategi pembelajaran yang tepat merupakan salah satu proses
yang dilakukan dalam pembelajaran. Menurut Sugandi yang dikutip oleh
Sigit, komponen strategi pembelajaran antara lain yaitu metode mengajar dan
media pembelajaran yang digunakan.1 Setiap materi ajar yang akan
disampaikan kepada siswa memiliki tujuan pembelajaran dan karakteristik
yang berbeda, sehingga dibutuhkan kemampuan dan keterampilan guru dalam
mengemas pembelajaran dengan menggunakan strategi, metode dan media
pembelajaran yang tepat sesuai dengan karakteristik materi ajar tersebut. Hal
tersebut diharapkan agar tujuan pembelajaran tercapai dan dapat
meningkatkan motivasi siswa terhadap pembelajaran sehingga pada akhirnya
dapat berpengaruh baik terhadap hasil belajar siswa.
Media pendidikan merupakan bagian integral dari proses pendidikan di
sekolah, oleh sebab itu media pendidikan harus dikuasai oleh setiap guru
profesional.2 Media pembelajaran merupakan salah satu komponen yang
penting dalam penyampaian materi ajar kepada siswa. Penggunaan media
pembelajaran sangat membantu ketika guru kesulitan dalam menjelaskan
1 Sigit Widigdo Prayogo, Basyirun, Winarno Dwi Rahardjo, “Keefektifan
Penggunaan Media Animasi Macromedia Flash pada Materi Kompresor”, Automotive Science and Education Journal, 1(1), 2012, h. 34, tersedia on line di http://journal.unnes.ac.id/sju/index/php/asej/article/
View/171.pdf.
2
2
materi pelajaran tertentu yang kurang maksimal apabila hanya dijelaskan
melalui kata-kata atau ceramah. Hal ini menjadi sebuah tuntutan bagi guru
agar memiliki kompetensi dalam penggunaan media pembelajaran sebagai alat
dalam penyampaian materi ajar, agar tujuan pembelajaran dapat diperoleh
secara maksimal.
Menurut Thomas Wibowo terdapat tujuh alasan yang menyebabkan
sejumlah guru enggan menggunakan media pembelajaran. Pertama
menggunakan media pembelajaran itu repot. Kedua media itu cenderung
canggih dan mahal. Ketiga guru tidak terampil dalam menggunakan media.
Keempat media itu dianggap sebagai hiburan sedangkan belajar itu serius.
Kelima tidak tersedia di sekolah. Keenam terbiasanya menikmati ceramah
atau penjelasan verbal. Ketujuh kurangnya penghargaan dari atasan ketika
guru menggunakan media pembelajaran. Untuk mengatasi semua alasan
tersebut hanya satu hal yang diperlukan, yaitu perubahan sikap guru.3
Keterbatasan pendidik dalam menggunakan media pembelajaran dan
mengaplikasikannya dalam pengajaran menjadi masalah yang perlu
diperhatikan. Tak jarang hal tersebut menjadi kendala dalam terciptanya
suasana pembelajaran yang komunikatif, kreatif, efektif dan efisien. Kegiatan
pembelajaran yang dilakukan secara searah melalui penjelasan verbal
menciptakan suasana yang monoton dan membosankan bagi siswa.
Berbagai faktor yang terkadang menjadi penyebab kurang maksimalnya
penggunaan media pembelajaran yang komunikatif dan kreatif tersebut perlu
menjadi perhatian tersendiri bagi para pendidik. Peranan guru sebagai sumber
belajar dan fasilitator akan lebih maksimal jika didukung dengan penggunaan
media pembelajaran yang baik pula.
Melalui penggunaan contoh-contoh dalam media pembelajaran yang
menarik berupa gambar, foto, video, media asli atau animasi diharapkan
mampu menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan
sehingga siswa pun termotivasi dalam pembelajaran yang dilakukan.
3
Penggunaan media pembelajaran yang beranekaragam tentunya melalui
tahap pemilihan media pembelajaran terlebih dahulu yang disesuaikan dengan
keadaan di sekolah. Pemilihan media pembelajaran disesuaikan dengan tujuan
pembelajaran, karakteristik pembelajaran, peserta didik dan sarana dan
prasarana yang teradapat di sekolah tersebut.
Karakteristik konsep yang diajarkan juga patut menjadi pertimbangan
dalam pemilihan media pembelajaran yang digunakan. Konsep yang menuntut
siswa untuk memahami proses urutan suatu kejadian tertentu seperti sistem
peredaran darah, akan lebih sulit jika dijelaskan dengan kata-kata saja berupa
ceramah. Salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan untuk
menjelaskan konsep tersebut yaitu media animasi. Hal tersebut juga
diungkapkan oleh Sekar Dwi Ardianti dkk dalam penelitiannya, bahwa
beberapa animasi yang digunakan khususnya pada sistem organ
mempermudah siswa dalam memahami materi yang tidak dapat dilihat dengan
mata biasa.4
Berdasarkan hasil observasi peneliti di sekolah yang dijadikan tempat
penelitian, konsep seperti sistem peredaran darah memiliki beberapa bagian
yang cukup sulit untuk diingat dan dipahami oleh siswa, seperti pada bagian
proses peredaran darah besar dan kecil. Hal itu menyebakan kurangnya
pemahaman siswa terhadap konsep yang dipelajari sehingga berpengaruh pada
hasil belajar siswa yang kurang maksimal.
Sulitnya pemahaman siswa tersebut juga dapat disebabkan karena siswa
masih belum mengenal dan sukar dalam membayangkan konsep yang akan
dipelajari. Salah satu cara yang mungkin dapat digunakan agar siswa lebih
mudah mengenal dan memahami konsep yang diajarkan yaitu dengan
penggunaan analogi dalam pembelajaran. Menurut buku yang diedit oleh
Allan G. Harrison dan Richard K. Coll bahwa analogi membuat konsep
4 Sekar Dwi Ardianti, Wulan Christijanti, Pramesti Dewi, “Peran Media Animasi dengan
4
abstrak yang asing menjadi lebih dikenal dengan membandingkan konsep
tersebut dengan objek dan pengalaman keseharian.5
Penggunaan analogi dalam pembelajaran juga disesuaikan dengan konsep
yang akan dipelajari. Salah satu konsep yang dapat diajarkan dengan
mengggunakan analogi yaitu sistem peredaran darah yang sering dikenal
dengan sistem transportasi. Pemilihan analogi yang digunakan juga
disesuaikan dengan pengetahuan umum yang sudah dikenal sebelumnya oleh
siswa. Dalam penelitian ini akan digunakan perumpamaan sistem peredaran
darah dengan sistem transportasi Bus Transjakarta yang mayoritas telah siswa
ketahui dan kenal sebelumnya. Untuk mengetahui persentase pengetahuan
siswa tentang Bus Transjakarta, peneliti terlebih dahulu mengumpulkan data
melalui daftar cek pengetahuan siswa tentang Bus Transjakarta. Hasil yang
diperoleh menunjukkan bahwa mayoritas siswa di sekolah yang akan
diberikan perlakuan media animasi dengan analogi mengetahui tentang Bus
Transjakarta.6 Penggunaan analogi tersebut disesuaikan dengan keadaan yang
ada di sekitar lingkungan siswa agar dapat lebih mudah dipahami dan dilihat
secara nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Penggunaan media animasi yang dipadukan dengan analogi diharapkan
mampu menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan
sehingga mampu membantu siswa dalam memahami materi yang dipelajari
dan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa tersebut.
Berdasarkan pemaparan diatas peneliti tertarik untuk melakukan suatu
penelitian mengenai pengaruh media animasi dengan analogi terhadap hasil
belajar siswa pada konsep sistem peredaran darah. Oleh karena itu judul penelitian ini adalah: “Pengaruh Penggunaan Media Animasi dengan Analogi terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa pada Konsep Sistem Peredaran Darah”
5
Allan G. Harrison and Richard K. Coll, Analogi dalam Kelas Sain: Panduan FAR – Cara Menarik untuk Mengajar dengan Menggunakan Analogi, Terj. dari Using Analogies in Middle and Secondary Science Classrooms: The FAR Guide – An Interesting Way to Teach With Analogies oleh Akhlis Nursetiadi, (Jakarta: PT Indeks, 2013), Cet.I, h. 2.
6
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan penjelasan di atas dapat diidentifikasi beberapa masalah di
antaranya:
1. Kurangnya pemanfaatan media yang tepat dalam proses pembelajaran
yang umumnya dilakukan di sekolah.
2. Siswa sulit memahami materi ajar yang bersifat abstrak dan terdiri dari
penjelasan berupa proses kejadian tertentu jika hanya dijelaskan oleh guru
melalui uraian kata-kata saja.
3.
Kurangnya gambaran umum yang dimiliki siswa tentang konsep yangakan dipelajari.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, agar permasalahan yang dibahas
jelas dan tidak meluas, maka permasalahan dibatasi pada pengaruh
penggunaan media animasi dengan analogi pada proses pembelajaran.
Sedangkan hasil belajar siswa dalam penelitian ini dibatasi pada aspek
kognitif siswa pada konsep sistem peredaran darah manusia.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka masalah yang akan diteliti
pada penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: “Apakah terdapat pengaruh
penggunaan media animasi dengan analogi terhadap hasil belajar biologi
siswa pada konsep sistem peredaran darah?”
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan
media animasi dengan analogi terhadap hasil belajar biologi siswa pada
6
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Memberikan informasi mengenai pemanfaatan media animasi dengan
analogi dalam pembelajaran sebagai upaya meningkatkan hasil belajar
siswa.
2. Memberikan salah satu alternatif bagi pendidik dalam mengatasi
kejenuhan yang sering terjadi pada proses pembelajaran sehingga mampu
meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran.
3. Memberikan informasi pembelajaran yang dapat memotivasi siswa dan
mempermudah siswa dalam memahami materi pelajaran dengan baik dan
menyenangkan melalui penggunaan media animasi dengan analogi
7 A. Deskripsi Teoretis
1. Hakikat Media Pembelajaran
a. Pengertian Media Pembelajaran
Pemahaman tentang media pembelajaran akan lebih bermakna jika
mengetahui terlebih dahulu mengenai arti dari kata media dan pembelajaran.
Kata media berasal dari bahasa latin, yaitu medius yang secara harfiah berarti „tengah’, „perantara’ atau „pengantar’.1
Media adalah perantara atau pengantar
pesan dari pengirim ke penerima pesan.2 Menurut Gagne dalam buku yang
ditulis oleh Arief S. Sadiman dikatakan bahwa media adalah berbagai jenis
komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar.
Adapun Brigss berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat
menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Buku, film, kaset,
film bingkai adalah contoh-contohnya.3
Pembelajaran adalah suatu proses komunikasi. Dalam suatu proses
komunikasi selalu melibatkan tiga komponen pokok, yaitu komponen
pengirim pesan (guru), komponen penerima pesan (siswa), dan komponen
pesan itu sendiri yaitu berupa materi pelajaran.4
Komunikasi memegang peranan penting dalam pengajaran. Agar
komunikasi antara guru dan siswa berlangsung dengan baik dan informasi
yang disampaikan dapat diterima oleh siswa, guru perlu menggunakan media
1
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009), h. 3.
2
Arief S. Sadiman, dkk., Media Pendidikan, (Jakarta: Grafindo Persada, 2007), h. 6.
3 Ibid.
4
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
8
pengajaran. Kegiatan belajar mengajar melalui media terjadi bila terdapat
komunikasi antara guru (sumber) dan murid (penerima).5
Setelah mengetahui pengertian tentang media dan pembelajaran, berikut
ini disajikan beberapa pengertian tentang media pembelajaran. Menurut Rossi
dan Breidle dalam buku yang ditulis oleh Wina Sanjaya dikatakan bahwa
media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk
tujuan pendidikan, seperti radio, televisi, buku, koran, majalah dan
sebagainya.6
Media pembelajaran dapat dipahami sebagai segala sesuatu yang mampu
menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga
dapat tercipta lingkungan belajar yang kondusif dimana penerima pesan dapat
melakukan proses belajar secara efisien dan efektif.7
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menjadi perantara atau
penyalur pesan yang berisikan materi pelajaran yang sudah terencana dari
pengirim pesan ke penerima pesan yaitu peserta didik guna menciptakan
kondisi pembelajaran yang kondusif.
b. Manfaat dan Fungsi Media Pembelajaran
Sudjana dan Rivai mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam
proses belajar siswa, yaitu: 8
1) pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga mampu
menumbuhkan motivasi belajar siswa
2) bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih
dipahami oleh siswa dan memungkinkan siswa untuk menguasai dan
mencapai tujuan pembelajaran
5
Usman, M. Basyiruddin – Asnawir, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 7.
6
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 204.
7
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran; Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2012), h. 7.
8
3) metode mengajar yang digunakan akan lebih bervariasi, tidak hanya
komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru.
4) siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar karena siswa tidak
hanya mendengarkan penjelasan guru, tetapi juga dapat melakukan
aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan,
memerankan, dan lain-lain.
Berdasarkan beberapa manfaat yang telah disebutkan di atas, dapat
disimpulkan bahwa media pembelajaran bermanfaat untuk menciptakan
kondisi pembelajaran yang kondusif, efektif dan efisien. Media pembelajaran
bermanfaat untuk meningkatkan motivasi siswa yang akan berpengaruh pada
pemahaman dan penguasaan siswa terhadap materi, sehingga pada akhirnya
berpengaruh positif pada peningkatan hasil belajar siswa.
Mengenai fungsi media pembelajaran, Nana Sudjana seperti dikutip oleh
Pupuh Faturrohman dan M. Sobry Sutikno mengatakan bahwa media memiliki
beberapa fungsi yaitu:9
1) Penggunaan media dalam proses belajar mengajar bukan merupakan
fungsi tambahan, media memiliki fungsi sebagai alat bantu untuk
mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif.
2) Penggunaan media pengajaran merupakan bagian integral dari
keseluruhan situasi mengajar. Media pengajaran merupakan salah satu
unsur yang harus dikembangkan guru.
3) Media dalam pengajaran, penggunaannya bersifat integral dengan tujuan
dan isi pelajaran.
4) Penggunaan media dalam pengajaran bukan semata-mata sebagai alat
hiburan yang digunakan hanya sekedar melengkapi proses belajar supaya
lebih menarik perhatian siswa.
5) Penggunaan media lebih diutamakan untuk mempercepat proses belajar
mengajar dan membantu siswa dalam menangkap pengertian yang
diberikan guru.
9
10
6) Penggunaan media dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi
mutu belajar mengajar.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa fungsi media
pembelajaran sebagai alat bantu mewujudkan situasi belajar yang efektif
sehingga membantu siswa dalam memahami penjelasan guru, bukan
semata-mata sebagai alat hiburan sesemata-mata tetapi diutamakan untuk mempertinggi
mutu belajar mengajar.
c. Klasifikasi Media Pembelajaran
Para ahli media telah banyak yang membuat klasifikasi media
pembelajaran dengan berbagai pendekatan, salah satunya yatitu klasifikasi
media pembelajaran berdasarkan indera yang terlibat.
Menurut Rudi Bretz dalam buku Media Pembelajaran yang ditulis oleh
Yudhi Munadi mengatakan bahwa ia mencoba membagi media berdasarkan
indera yang terlibat, sehingga ia memilih tiga unsur pokok sebagai dasar dari
setiap media, yaitu suara, visual, dan gerak. Klasifikasi media tersebut yaitu:
media audiovisual gerak, audiovisual diam, audiovisual semi gerak, visual
gerak, visual diam, semi gerak, audio, dan media cetak.10
Media auditif (audio) merupakan media yang hanya mengandalkan
kemampuan suara saja, seperti radio, cassete recorder, dan piringan hitam. Media visual merupakan media yang hanya mengandalkan indera penglihatan.
Media visual ada yang menampilkan gambar atau simbol yang bergerak
seperti film strip, foto, gambar atau lukisan, cetakan. Ada pula media visual
yang menampilkan gambaran atau simbol yang bergerak seperti film bisu, film
kartun. Sedangkan media audio visual merupakan media yang mempunyai
unsur suara dan unsur gambar.11 Pelibatan pancaindera dalam penggunaan
media dimungkinkan mampu mempermudah siswa dalam memperoleh
pengetahuan atau informasi yang berguna bagi dirinya.
10
Yudhi Munadi, op. cit., h. 52.
11
Dengan demikian, media yang digunakan dalam proses pembelajaran
dapat dikelompokkan menjadi 4 kelompok besar, yaitu media audio, media
visual, media audio visual dan multimedia, seperti yang terlihat dalam tabel
2.2 pada halaman 12.12 Berdasarkan klasifikasi tersebut, media animasi
termasuk ke dalam multimedia. Dalam buku Azhar Arsyad dikatakan bahwa
meskipun definisi multimedia masih belum jelas, secara sederhana multimedia
[image:25.595.115.517.166.578.2]diartikan sebagai lebih dari satu media. Ia dapat berupa kombinasi antara teks,
grafik, animasi, suara, dan video.13
Klasifikasi lain yang mudah dipelajari adalah klasifikasi yang disusun
oleh Heinich dan kawan-kawan. Klasifikasi tersebut disajikan dalam Tabel 2.1
berikut:14
Tabel 2.1 Klasifikasi Media Berdasarkan Bentuk Fisiknya
KLASIFIKASI JENIS MEDIA
Media yang tidak diproyeksikan (non projected media)
Realita, model, bahan grafis (graphic material), display
Media yang diproyeksikan (project media)
OHT, Slide, Opaque
Media video (Video) Audio kaset, audio vission, active audio vission
Media video (Video) Video
Media berbasis computer (computer based media)
Computer Assisted Instruction (CAI) Computer Managed Instruction (CMI)
Multimedia kit Perangkat praktikum
Pengklasifikasian yang dilakukan oleh Heinich ini pada dasarnya
merupakan penggolongan media berdasarkan bentuk fisiknya, yaitu apakah
media tersebut masuk dalam golongan media yang tidak dapat diproyeksikan,
atau yang dapat diproyeksikan atau apakah media tersebut masuk dalam
golongan media yang dapat didengar lewat audio atau dapat dilihat secara
visual, dan seterusnya.15
12
Yudhi Munadi, op. cit., h. 54-55.
13
Azhar Arsyad, op. cit., h. 170.
14
Hamzah B. Uno dan Nina Lamatenggo, Teknologi Komunikasi dan Informasi Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 123.
12
Tabel 2.2. Taksonomi Media Berdasarkan Indera yang Terlibat
Indera yang Terlibat
Nama Media
Sifat pesan Program (Software) Penyalur (Hardware)
Peralatan Proyeksi Pendengaran Media
Audio
Audio verbal dan nonverbal
Program Radio
Siaran langsung
Siaran tunda (rekam)
Radio
Program Audio Rekam:
Sajian bahan diskusi
Entertainment (Musik)
Narasi
Dongeng
Drama, Poetry
Pengemb.Kosaka ta
Belajar konsep
Model (meniru suara, nada, dll)
Dan lain-lain
Alat-alat Rekam:
Phonograph (Gramaphone)
Audio Tape - Open reel tapes (reel-to-reel) - Cassette
tapes
Compac Disc
Penglihatan Media Visual Visual-verbal Visual nonverbal-grafis Tulisan Verbal Sketsa, lukisan, photo, grafik, diagram, bagan, peta Buku Majalah Koran Poster Modul Komik Atlas Papan Visual Opaque Projector
Transparansi OHP Komputer Digital
Projector Visual
nonverbal-Tiga Dimensi
Model Maket (miniatu) Mock Up (alat tiruan) Specimen (barang contoh) Diorama Pendengaran dan Penglihatan Media Audio Visual
Verbal dan nonverbal, terdengar dan terlihat
Program audio visual:
Film Dokumenter
Film
Docudokumenter
Film Drama
dan lain-lain
Film 8 mm, 16 mm, 35 mm
Film Projector Video:
Pita Magnetik
Video Disc
Chip Memory
Digital Projector
Televisi Multiindera Multimedia Pengalaman
langsung
Komputer
Pengalaman Berbuat: Lingkungan nyata dan Karyawisata
Pengalaman Terlibat : Permainan dan Simulasi, Bermain Peran dan Forum Teater
d. Dasar Pertimbangan dan Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran
Penggunaan media pembelajaran bertujuan untuk membantu komunikasi
dalam penyampaian pesan dari guru ke peserta didik guna menciptakan
kondisi pembelajaran yang kondusif. Dalam penggunaan media pembelajaran
tersebut, tentunya terlebih dahulu guru harus memilih media pembelajaran
yang sesuai.
Terdapat tiga faktor yang perlu dipertimbangkan terhadap pemilihan
prioritas pengadaan media pendidikan. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai
berikut. 16
1) Relevansi pengadaan media pendidikan edukatif
2) Kelayakan pengadaan media pendidikan edukatif
3) Kemudahan pengadaan media pendidikan edukatif.
Setiap media pembelajaran tentunya memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing, guna memperkecil kelemahan pada media
pembelajaran diperlukan adanya pengetahuan terlebih dahulu tentang
kelebihan dan kekurangan media tersebut. Pemilihan dan penggunaan media
pembelajaran sebaiknya juga didasarkan pada kriteria yang dikehendaki.
Kriteria pemilihan dan pemanfaatan media pembelajaran yaitu: 17
1) Tujuan, hendaknya media yang digunakan mendukung tujuan pengajaran
yang telah dirumuskan
2) Keterpaduan (validitas), media yang digunakan hendaknya tepat dan
berguna bagi pemahaman bahan yang diperlajari
3) Keadaan peserta didik, kemampuan daya pikir, daya tangkap dan besar
kecilnya kelemahan peserta didik perlu dipertimbangkan
4) Ketersediaan, perlu diperhatikan ketersediaan media tersebut di sekolah
dan tingkat kesukaran pemerolehan media tersebut
5) Mutu teknik, media yang digunakan hendaknya memiliki kelajasan dan
kualitas yang baik
16
Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 238.
14
6) Biaya, adanya pertimbangan apakah biaya yang dikeluarkan seimbang
dengan hasil yang dicapai serta ada kesesuaian atau tidak.
Dalam pemanfaatan media diperlukan pemahaman mengenai peranan
media pembelajaran. Untuk memahami peranan media dalam proses
mendapatkan pengalaman belajar bagi siswa, Edgar Dale melukiskannya
dalam sebuah kerucut yang dinamakan kerucut pengalaman (cone of
experience). Kerucut pengalaman Edgar Dale pada saat ini digunakan secara luas untuk menentukan alat bantu atau media apa yang sesuai agar siswa
[image:28.595.118.520.180.602.2]memperoleh pengalaman belajar secara mudah.18
Gambar 2.1 Kerucut Pengalaman Edgar Dale
Guru tidak cukup hanya memiliki pengetahuan tentang kemediaan saja, akan tetapi juga harus memiliki keterampilan memilih dan menggunakan
media tersebut dengan baik.19
18
Wina Sanjaya, op. cit., h. 165.
19
Oemar Hamalik, Media Pendidikan, (Jakarta: Alumni, 1994), h. 16. Verbal
Lambang Visual
Visual
Radio
Film
Televisi
Karyawisata
Demonstrasi
Pengalaman Melalui Drama
Pengalaman Melalui Tiruan
Pengalaman Langsung KONKRET
Memilih dan menggunakan media pendidikan harus sesuai dengan
kriteria-kriteria tertentu, yaitu tujuan mengajar, bahan pelajaran, metode
mengajar, tersedianya alat yang dibutuhkan, jalan pelajaran, penilaian hasil
belajar, pribadi guru, minat dan kemampuan siswa, dan situasi pengajaran
yang sedang berlangsung.20
Berdasarkan pemaparan tentang kriteria dan cara pemilihan media di
atas, guru diharapkan mampu memilih media pembelajaran yang sesuai
dengan tujuan pembelajaran, karakteristik materi ajar, kondisi siswa dan
fasilitas yang tersedia. Hal tersebut dilakukan agar media pembelajaran yang
digunakan mampu menyampaikan pesan kepada siswa dengan baik.
2. Media Animasi
a. Pengertian Media Animasi
Menurut Reiber pada buku Multimedia Konsep dan Aplikasi dalam
Pendidikan yang ditulis oleh Munir mengatakan bahwa bagian penting lain
pada multimedia adalah animasi. Animasi berasal dari bahasa latin yaitu “anima” yang memiliki arti jiwa, hidup dan semangat. Dalam kamus Indonesia Inggris, kata animasi berasal dari kata animation yang berasal dari kata dasar to anime yang berarti menghidupkan.21 Animasi dapat diartikan sebagai gambar yang memuat objek baik tulisan, bentuk benda, warna atau
spesial efek yang seolah-olah hidup karena kumpulan gambar itu berubah
beraturan dan ditampilkan secara bergantian.22
Animasi adalah rangkaian gambar yang disusun secara berurutan. Ketika
rangkaian gambar tersebut ditampilkan dengan kecepatan yang memadai,
rangkaian gambar tersebut akan terlihat bergerak.23
Jadi dapat disimpulkan bahwa media animasi merupakan salah media
yang memiliki nilai estetika dan mampu menyajikan objek baik tulisan,
20
Ibid.
21
Munir, Multimedia Konsep dan Aplikasi dalam Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 317.
22
Ibid., h. 318.
23
16
gambar, atau warna termasuk konsep dalam pembelajaran yang seolah-olah
hidup karena ditampilkan melalui perubahan kumpulan gambar secara teratur
dan bergantian, sehingga mampu menarik perhatian dan motivasi siswa untuk
terlibat dalam pembelajaran.
b. Macam-macam Animasi dalam Macromedia Flash
Ada beberapa macam animasi dalam Macromedia Flash, antara lain
tweened animation. Teknik tweened Animation memiliki dua tipe animasi, di antaranya yaitu Shape Tweening dan Motion Tweening. Penjelasan mengenai tipe-tipe animasi tersebut yaitu: 24
1) Shape Tweening
Shape tweening biasa digunakan untuk membuat animasi perubahan
bentuk. Shape tweening hanya dapat diterapkan untuk menganimasi obyek
shape. Jika menggunakan banyak shape, semuanya harus dalam layer yang
sama.
2) Motion Tweening
Animasi motion tweening biasa digunakan untuk membuat animasi objek bergerak dari satu posisi ke posisi lain, berputar, dan perubahan
ukuran atau skala. Motion tweening tidak dapat diterapkan pada objek
shape dan hanya dapat diterapkan pada objek instance (symbol), group, dan teks.
3) Frame by Frame
Frame by frame animation merupakan teknik animasi yang tersusun
dari banyak rangkaian gambar yang berbeda. Pada animasi frame by frame, setiap perubahan gerak atau bentuk sebuah objek diletakan pada frame secara berurutan. Animasi yang dihasilkan akan semakin halus jika
semakin banyak frame yang digunakan untuk menampung setiap detil
gerakan sebuah benda.
24
[image:30.595.116.514.208.576.2]4) Animasi Motion Guide
Animasi motion guide merupakan animasi yang dapat digunakan
untuk membuat suatu gerakan yang mengikuti suatu jalur yang dibuat.
5) Animasi Masking
Animasi masking merupakan animasi yang digunakan untuk
menampilkan objek yang semula disembunyikan.
6) Animasi Motion Tween Rotate
Animasi motion tween rotate merupakan animasi yang digunakan
untuk membuat animasi perputaran, baik berputar di tempat maupun
sambil berjalan.
c. Manfaat Media Animasi
Animasi memiliki manfaat yang cukup banyak termasuk di dalam
multimedia. Manfaat animasi dalam multimedia diantaranya sebagai berikut. 25
1) Mampu menunjukkan obyek dengan idea (misalnya efek gravitasi pada
suatu obyek
2) Menjelaskan konsep yang sulit dipahami
3) Menjelaskan konsep yang abstrak menjadi lebih konkrit
4) Memperlihatkan dengan jelas suatu langkah prosedural
Manfaat tersebut juga merupakan manfaat yang dapat diperoleh melalui
pemanfaatan media animasi di dalam proses pembelajaran. Melalui
pemanfaatan animasi diharapkan akan tercipta situasi pembelajaran yang
kondusif sehingga siswa mampu memahami materi ajar dengan lebih efektif,
efisien dan menarik. Hal tersebut mampu meningkatkan motivasi belajar siswa
dan mampu meningkatkan pemahaman dan penguasaan siswa terhadap materi
ajar sehingga akhirnya berdampak positif terhadap hasil belajar siswa.
25
18
3. Analogi
a. Pengertian Analogi
Terdapat beberapa pengertian analogi dari beberapa pendapat yang dapat
membantu dalam memahami makna dari analogi. Analogi menurut kamus
berasal dari kata kerja yaitu analogous yang berarti terdapat dua persamaan
dalam fungsi dua buah benda tetapi tidak sama pada bentuknya. Sedangkan
Analogy sebagai kata benda memiliki dua pengertian, yaitu: 26
1. Berhubungan pada beberapa hal terutama pada fungsi atau posisi diantara
dua buah benda yang tidak sama.
2. Dua benda dikatakan sama jika memiliki kesamaan dalam beberapa hal,
maka keduanya akan memiliki kesamaan pula pada hal lainnya.
Menurut jurnal yang ditulis oleh Ahmad Harjono dikatakan bahwa
pengertian analogi adalah pembanding yang dibuat untuk menunjukkan
kesamaan antara ciri-ciri pokok suatu benda atau ide-ide atau seluruh cirinya
berbeda, seperti jantung dengan pompa. Slavin menjelaskan bahwa analogi
mengaitkan konsep-konsep baru dengan informasi yang telah dipahami.27
Pendapat lain juga diungkapkan dalam jurnal yang ditulis Khairurrijal dkk
bahwa analogi adalah proses pembandingan keserupaan-keserupaan antara dua
konsep berbeda.28 Dengan pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa analogi
menghubungkan kesamaan antara satu benda yang telah diketahui dengan
benda lain yang informasinya baru akan diketahui.
Pemikiran secara analogi mempunyai tiga hal dasar yaitu kesamaan,
struktur/susunan dan kegunaan. Analogi ditekankan untuk mengidentifikasi
struktur/susunan paralel antara sumber dan beda obyek. Setiap elemen beda
obyek benda harus terhubung dengan hanya satu elemen pada sumber (dan
26 Lucia Ina Trisjanti, Hari Purnomo, dan Muhammad Faqih, “Penggunaan Analogi Sebagai Metoda Rancang Arsitektur”, Jurnal ITS Master, 2011, 16785, h. 6.
27Ahmad Harjono, “Penerapan Strategi Belajar pada Model Pengajaran Langsung ( Direct Instruction)”, Jurnal Dinamika Pendidikan, 2 (1), 2006, h. 22.
28
Khairurrijal, dkk., “Konsep Komponen Listrik (Kapasitor, Induktor, dan Memristor)
sebaliknya).29 Analogi berusaha mengaitkan antara kesamaan baik struktur
maupun fungsi antara satu objek dengan objek yang lain.
Dalam analogi terdapat istilah analog dan target, objek keseharian,
kejadian atau cerita yang cukup dipahami disebut analog, sedangkan konsep sains yang sedang dibandingkan disebut target. Hubungan antara analog dengan target disebut pemetaan. Pemetaan (mappings) dapat menjadi,
Positif : Memiliki sifat bersama di mana terdapat kesamaan antara target
dengan analog.
Negatif : Memiliki sifat bukan bersama di mana terdapat ketidaksamaan
antara target dan analog.30
b. Tipe Analogi
Menurut Donna P. Duerk terdapat empat tipe analogi, yaitu: 31
1) Analogi Langsung: Digunakan untuk membandingkan suatu obyek
dengan beberapa fungsi bangunan yang kita desain, dimana analogi
tersebut digunakan untuk menstimulasi ide desain.
2) Analogi Personal: Bergantung pada persepsi seseorang jika orang
tersebut berada pada keadaan obyek yang didesain.
3) Analogi Simbolik: Merupakan suatu pengibaratan dari sesuatu yang
sudah dikenal umum.
4) Analogi Fantasi: Mengibaratkan keadaan yang indah atau ideal untuk
menciptakan sumber ide bagi pemecahan masalah.
Curtis dan Reigeluth pada tahun 1984 meninjau 26 buku teks IPA dan
menemukan 216 analogi dan menggolongkannya menjadi tiga tipe. Tiga
tipe analogi tersebut yaitu: 32
29
Lucia Ina Trisjanti, Hari Purnomo, dan Muhammad Faqih, op. cit., h. 2.
30
Allan G. Harrison and Richard K. Coll, Analogi dalam Kelas Sain: Panduan FAR – Cara Menarik untuk Mengajar dengan Menggunakan Analogi, Terj. dari Using Analogies in Middle and Secondary Science Classrooms: The FAR Guide –An Interesting Way to Teach With Analogies oleh Akhlis Nursetiadi, (Jakarta: PT Indeks, 2013), Cet.I, h. 11.
31
Lucia Ina Trisjanti, Hari Purnomo, dan Muhammad Faqih, op. cit., h. 7-8.
32
20
1) Analogi sederhana. Analogi yang paling umum dikenal, dasar yang
digunakan sebagai perbandingan tidaklah tetap. Tipe analogi ini lebih
kepada analogi struktur yang deskriptif.
2) Analogi diperkaya. Menjelaskan analogi prosesnya, fungsinya
senantiasa dinamis tidak terbatas pada bentuk permukaannya saja.
Analogi ini ditambah dengan penjelasan cara kerja.
3) Analogi diperluas. Analogi yang diperluas mengandung pemetaan
yang sederhana dan diperkaya.
Mengenai tipe yang manakah yang lebih baik, Gentner dalam
penelitiannya menekankan bahwa analogi struktur membuka kesempatan
munculnya analogi-analogi yang lain, namun hanya hubungan fungsi yang
dapat membangun pemahaman konsep yang lebih utuh. Dia berpandangan
akan banyak ditemukan kemiripan-kemiripan pada analogi, namun para murid
akan lebih mendapatkan manfaatnya saat ditemukan “bukan hanya kemiripan biasa namun kemiripan yang sudah diidentifikasi dengan sistematis”, sehingga mudah dikenali dan dipahami.33
c. Langkah-langkah Penggunaan Analogi
Menurut model pengajaran dengan analogi dari Glynn (ADA Glynn)
terdapat enam langkah yang dapat dilakukan untuk memperoleh
analogi-analogi yang baik, yaitu: 34
1) Mengenalkan konsep target
2) Mengulas lengkap konsep analogi
3) Mengidentifikasi atribut-atribut relevan antara target dan analogi
4) Memetakan keserupaan antara konsep-konsep analogi dan target
5) Mengidentifikasi atau mencari keadaan pengecualian yang mana analogi
tersebut tidak bekerja
6) Mengambil kesimpulan-kesimpulan tentang konsep target.
33
Allan G. Harrison and Richard K. Coll, op. cit., h. 24.
34
Penjelasan mengenai langkah-langkah yang digunakan dalam
mengajarkan analogi juga dijelaskan dalam buku yang ditulis oleh Allan G.
Harrison dan Richard K. Coll. Langkah-langkah tersebut dilakukan melalui
tiga tahapan, yaitu: 35
1) Fokus : Pastikan para murid mengetahui mengapa anda ingin
menggunakan analogi
2) Aksi : Pastikan para murid mengenal objek atau pengalaman
keseharian yang ingin digunakan sebagai analogi.
3) Refleksi : Evaluasi keefektifan penggunaan analogi.
Selain langkah-langkah tersebut, terdapat beberapa hal penting yang harus
diingat ketika menggunakan analogi dalam pembelajaran, yaitu: 36
1) Sebuah analogi seharusnya dikenal murid dan mudah dibayangkan
2) Pemetaan analog-target seharusnya disusun sistematis dan dimulai dari
analogi bentuk sederhana dan berkembang menuju pemikiran tingkat
tinggi
3) Titik kelemahan setiap analogi seharusnya didiskusikan
4) Mengajar analogi seharusnya menarik dan menawarkan gagasan baru.
Terdapat prosedur yang perlu diperhatikan jika terjadi kesulitan dalam
penggunaan analogi, diantaranya yaitu: 37
1) Pertanyaan yang ditujukan untuk target dibuat secara eksplisit sehingga
tidak menimbulkan miskonsepsi pada siswa.
2) Pengajar menyarankan sebuah kasus analogi yang akan menjadi
pembanding bagi intuisi siswa.
3) Jika siswa tidak yakin terhadap analogi yang dicapai, maka pengajar
berupaya dalam membangun hubungan dengan analogi yang digunakan,
dengan cara meminta siswa untuk membuat perbandingan secara eksplisit
antara pengetahuan dasar yang telah dimiliki dan target.
35
Allan G. Harrison and Richard K. Coll, op. cit., h. 3.
36
Allan G. Harrison and Richard K. Coll, op. cit., h. 25.
22
4) Jika siswa tetap tidak dapat menerima analogi yang diberikan, maka
pengajar berupaya untuk menemukan analogi lain yang dapat
menjembatani secara konseptual antara target dan pengetahuan dasar yang
telah dimiliki.
d. Manfaat Analogi
Manfaat penggunaan analogi diantaranya yaitu: 38
1) Membandingkan konsep yang sudah dikenal sebelumnya dengan konsep
yang baru.
2) Merangsang kreatifitas dan berfikir kritis.
3) Mendorong penalaran abstrak.
4) Menghidupkan berbagai pengiriman konten.
5) Menyederhanakan ide-ide yang kompleks dan membantu siswa untuk
lebih mudah mengkonseptualisasikan model yang abstrak.
6) Fungsinya seperti advance organizers.
7) Memungkinkan siswa untuk menghasilkan wawasan baru berdasarkan
pengalaman hidup mereka.
8) Mengajarkan sesuatu yang sesuai dengan kebutuhan lingkungan belajar.
9) Sebagai alat penilaian diagnostik.
Penggunaan analogi dapat membantu siswa dalam memahami suatu
pelajaran atau bacaan yang diberikan.39 Analogi adalah agen pengubah
konseptual yang efektif karena dapat meningkatkan pemahaman dengan
menghubungkan antara konsep ilmiah dengan pengalaman hidup siswa, dan
menolong siswa untuk membayangkan ide-ide yang abstrak.40
38Joseph Mayo, “Reflective Pedagogy Through Analogy Construction”,
Southeastern Journal of Psychology, 2006, 1 (1), h. 1-2, tersedia on line di http://www.georgiapsychological Society.org/SEJP%20Volume%201%20Number%201%20Mayo.pdf.
39
Ahmad Harjono, op. cit., h. 22.
40Allan G. Harrison, “Analogical Transfer –
Interest Is Just as Important as Conceptual
4. Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)
a) Pengertian Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)
Menurut Arends dalam jurnal yang ditulis oleh Ahmad Harjono dikatakan
bahwa model pembelajaran langsung merupakan suatu pendekatan mengajar
yang membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh
informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah. Model
pembelajaran langsung dirancang khusus untuk menunjang proses belajar
siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan prosedural yang
terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang
bertahap, selangkah demi selangkah.41 Tujuan yang dapat dicapai melalui
model pembelajaran ini terutama adalah penguasaan pengetahuan prosedural
dan atau pengetahuan deklaratif, serta keterampilan belajar siswa.42
Menurut Kardi dan Nur dalam jurnal yang ditulis oleh Ahmad Harjono
dikatakan bahwa para pakar teori belajar umumnya membedakan dua macam
pengetahuan, yakni pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural.
Pengetahuan deklaratif (dapat diungkapkan dengan kata-kata) yaitu
pengetahuan tentang sesuatu, sedangkan pengetahuan prosedural adalah
pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu.43
Pengajaran secara langsung (direct instruction) merupakan pendekatan
terstruktur dan berpusat pada guru yang digolongkan berdasarkan arahan dan
pengendalian guru, harapan guru yang tinggi untuk kemajuan siswa, waktu
maksimum yang dihabiskan oleh para siswa untuk menyelesaikan tugas
akademis, serta upaya-upaya dari guru untuk meminimalisasi pengaruh
negatif.44
41
Ahmad Harjono, op. cit., h. 24.
42
Jumadi, Jurnal Model-Model Pembelajaran IPA, 2014, h. 4, tersedia on line di http:staff.uny.ac.id%2Fsystem%2Ffiles%2Fpendidikan%2FJumadi%2C%2520M.Pd.%2C%2520 Dr.%2FModel%2520Pembelajaran%2520IPA.pdf.
43
Ahmad Harjono, op. cit., h.25.
44
24
Menurut Kardi dalam buku yang ditulis oleh Trianto, pengajaran langsung
dapat berbentuk ceramah, demonstrasi, pelatihan atau praktik, dan kerja
kelompok.45
b) Sintak Pengajaran Langsung
Dalam penggunaan model pembelajaran perlu diperhatikan
langkah-langkah yang dilakukan. Terlaksananya langkah-langkah-langkah-langkah tersebut dengan baik
akan memberikan dampak yang baik bagi proses pembelajaran dan hasil yang
diperoleh oleh siswa.
Pengajaran langsung adalah suatu model pengajaran yang berpusat pada
guru.46 Pada model pengajaran langsung terdapat lima fase yang ditunjukkan
[image:38.595.115.534.204.649.2]pada Tabel 2.2.47
Tabel 2.3 Sintaks Model Pengajaran Langsung
Fase Peran Guru
1. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
2. Mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan
3. Membimbing pelatihan
4. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
5. Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan
Guru menjelaskan TPK, Informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, dan mempersiapkan siswa untuk belajar.
Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar, atau menyajikan informasi tahap demi tahap
Guru merencanakan dan memberikan bimbingan pelatihan awal.
Mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberikan umpan balik.
Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan terhadap situasi lebih kompleks dalam kehidupan sehari-hari.
45
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat SatuanPendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana, 2010), hal. 43.
46
Ahmad Harjono, loc. cit.
47
Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik adalah salah satu
fase pada pembelajaran langsung yang mirip dengan resitasi. Fase ini ditandai
dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh guru kepada siswa dan siswa
menjawab pertanyaan menurut pendapat yang meraeka anggap benar. Guru
selanjutnya merespon jawaban siswa tersebut. Kegiatan ini merupakan aspek
penting dalam pembelajaran langsung karena tanpa mengetahui hasilnya,
latihan kurang bermanfaat bagi siswa. Guru dapat memberikan umpan balik
kepada siswa, baik secara lisan, tes, atau komentar tertulis. Tanpa umpan balik
siswa tak mungkin dapat memperbaiki kekurangan atau kesalahannya dan
tidak mencapai tingkat penguasaan keterampilan yang mantap.48
5. Konsep Sistem Peredaran Darah
Materi pembelajaran bahan ajar merupakan sekumpulan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap atau nilai. Pengetahuan dapat diklasifikasikan sebagai
pengetahuan fakta, konsep, prinsip dan prosedur.49 Dalam penyampaian materi
ajar tersebut perlu dilakukan perencanaan pembelajaran yang baik agar tujuan
pembelajaran tercapai dengan maksimal. Dalam perencanaan terdapat banyak
hal yang perlu diperhatikan, diantaranya berupa karakteristik materi ajar dan
standar minimal yang digunakan sebagai acuan bagi siswa dalam menguasi
materi ajar tersebut.
Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SMP/MTs
merupakan sebuah standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh
peserta didik, standar minimum ini juga menjadi acuan dalam pengembangan
kurikulum di setiap satuan pendidikan.50
Berkaitan dengan konsep sistem peredaran darah pada manusia yang
dipelajari untuk tingkat SMP/MTs, memiliki Standar Kompetensi (SK) dan
Kompetensi Dasar (KD) sebagai berikut:51
48
Ahmad Harjono, op. cit., h. 26.
49
Zulfiani, dkk., Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 37.
50
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, (Jakarta: Depdiknas, 2006), h. 377.
51
26
1) Standar Kompetensi (SK) : Memahami berbagai sistem dalam
kehidupan manusia
2) Kompetensi Dasar (KD : Mendeskripsikan sistem peredaran darah
pada manusia dan hubungannya dengan
kesehatan
Pada buku sekolah elektronik yang berjudul IPA untuk SMP/MTs Kelas
VIII karangan Henry G, dkk, materi sistem peredaran darah pada manusia
disesuaikan dengan SK dan KD yang telah ditetapkan untuk tingkat
SMP/MTs. Dalam materi sistem peredaran darah tersebut akan dibahas
tentang darah, alat peredaran darah, sistem peredaran darah serta beberapa
penyakit yang terjadi dalam sistem peredaran darah.52 Dalam penelitian ini
materi sistem peredaran darah akan dianalogikan dengan sistem transportasi
Bus Transjakarta. Berikut ini disajikan secara singkat gambaran tentang materi
sistem peredaran darah yang akan dipelajari.
[image:40.595.111.553.200.697.2]
Gambar 2.2 Peta Konsep Sistem Peredaran Darah
52
Henry G, Kuswanto, dan Tuti Hartiningsih, IPA untuk SMP/MTs Kelas VIII, (Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009), h.79-80.
Sistem Peredaran Darah pada Manusia
Darah
Butir-butir Darah
Plasma Darah
Sel Darah Merah
Sel Darah Putih
Trombosit A, B, AB, O
Alat Peredaran Darah
Jantung Pembuluh Darah
Ventrikel Atrium
Kapiler Vena Arteri
Sistem Peredaran Darah
Kelainan dan Gangguan pada Sistem Peredaran
Darah
Peredaran Darah Besar Peredaran Darah Kecil
Hemofilia
Leukimia
Jantung Koroner
Varises
Ambeien
Arterosklerosis
Berikut ini disajikan beberapa komponen dalam sistem peredaran darah
yang dianalogikan dengan sistem transportasi Bus Transjakarta. Komponen
sistem transportasi Bus Transjakarta yang telah diketahui sebelumnya oleh
siswa disebut dengan analog, sedangkan komponen-komponen pada sistem
peredaran darah yang akan dipelajari oleh siswa disebut dengan target. Berikut
ini disajikan pada Tabel 2.3 mengenai komponen-komponen pada sistem
peredaran darah yang dianalogikan dengan sistem transportasi Bus
[image:41.595.120.513.198.556.2]Transjakarta.
Tabel 2.4 Analogi Sistem Peredaran Darah dengan Sistem Transportasi Bus Transjakarta53
Analog Target
Bus Transjakarta Darah
Komponen Bus Transjakarta - Bensin
- Bangku penumpang
- Petugas dalam Bus Transjakarta - Supir
Komponen penyusun darah - Plasma darah
- Sel darah merah - Sel darah Putih - Trombosit Jalan Bus Transjakarta Pembuluh darah
Halte Harmoni Jantung
Rute Bus Transjakarta Peredaran darah
Macam-macam transportasi di darat Macam-macam golongan darah Perbaikan jalan Bus Transjakarta Pembekuan Darah
Gangguan pada jalan seperti pohon tumbang
Gangguan pada sistem peredaran darah
6. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang guna
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.54
Menurut Winkel dalam buku yang ditulis oleh Purwanto, dikatakan
bahwa belajar adalah aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi
aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan, keterampilan dan sikap.55
53
Keterangan lengkap pada lampiran 20.
54
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h.2.
55
28
Perubahan tingkah laku pada diri seseorang tidak semuanya masuk ke
dalam kategori perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh proses belajar.
Untuk memahami tentang perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar
perlu diketahui terlebih dahulu ciri-ciri perubahan tingkah laku tersebut.
Ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar yaitu: 56
1) Perubahan terjadi secara sadar
2) Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional
3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
6) Perubahan mencangkup seluruh aspek tingkah laku
Keenam ciri-ciri tersebut dapat digunakan untuk mengidentifikasi apakah
perubahan tingkah laku pada diri seseorang adalah hasil dari proses belajar
yang ia lakukan dengsan melakukan interaksi di lingkungannya.
Dalam kegiatan penyampaian pesan yang disebut belajar tersebut terjadi
perubahan tingkah laku dari individu melalui pengalaman-pengalaman.
Sudjana mendefinisikan hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan
yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya.57
Menurut Winkel dalam buku yang ditulis oleh Purwanto, dikatakan
bahwa hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah
dalam sikap dan tingkah lakunya.58
Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran guna mengetahui
seberapa jauh individu tersebut menguasai bahan yang sudah diajarkan. Untuk
mengaktualisasikan hasil belajar tersebut diperlukan serangakaian pengukuran
dengan menggunakan alat evaluasi yang baik dan memenuhi syarat yang
ada.59
56
Slameto, Ibid., h. 3-4.
57
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001), h.22
58
Purwanto, op. cit., h. 45.
59
Salah satu prinsip dasar yang harus senantiasa diperhatikan dan dipegangi
dalam rangka evaluasi hasil belajar adalah prinsip kebulatan, dengan prinsip
mana elevator dalam melaksanakan evaluasi hasil belajar dituntut untuk
mengevaluasi secara menyeluruh terhadap peserta didik, baik dari segi
pemahamannya terhadap materi atau bahan pelajaran yang telah diberikan
(aspek kognitif), maupun dari segi penghayatan (aspek afektif) dan
pengalamanny