• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Ekstrak Akar Ginseng Jawa (Talinum paniculatum) terhadap Kontraktilitas Otos Polos Vesika Urinaria Guinea Pig In Vitro

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Ekstrak Akar Ginseng Jawa (Talinum paniculatum) terhadap Kontraktilitas Otos Polos Vesika Urinaria Guinea Pig In Vitro"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH EKSTRAK AKAR GINSENG JAWA

(Talinum paniculatum) TERHADAP KONTRAKTILITAS

OTOT POLOS VESIKA URINARIA GUINEA PIG IN VITRO

Laporan penelitian sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

Muhamad Ichsan Pribadi

NIM:110103000076

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb

Puji serta syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya.

Judul penelitian ini adalah “Pengaruh Ekstrak Akar Ginseng Jawa (Talinum paniculatum) terhadap Kontraktilitas Otot Polos Vesika Urinaria Guinea Pig In Vitro”.

Peneliti ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Prof. Dr. (hc). dr. M. K. Tadjudin, Sp.And. selaku DEKAN Fakultas Kedokteran dam Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2. dr. Witri Ardini, M.Gizi., Sp.GK. selaku Kepala Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. dr. Nouval Shahab, Sp.U., Ph.D., FICS., FACS. dan Ibu Endah Wulandari, M.Biomed. selaku dosen pembimbing yang telah membantu, menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing peneliti dari awal hingga akhir penelitian ini.

4. Seluruh dosen dan segenap Civitas Akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu kepada peneliti.

5. Ayahanda dr. Panji Sulaksono, SpAn. dan Ibunda Ida fitriani SE yang memberikan dukungan moral dan material.

6. Adik kandung saya, Inayah Mutiara Pertiwi yang memberikan dukungan semangat dan doa.

7. Teman-teman kelompok penelitian yaitu Erwanda Desire Budiman, Muhammad Hafif kusasi, Muhammad Hazmi Anzhari dan Yesinta Diandra yang berjuang bersama-sama untuk menyelesaikan penelitian ini.

8. Pihak LIPI dan BALITRO yang telah membatu peneliti dalam pembuatan

(6)

vi

9. Teman-teman PSPD 2010 yang telah banyak sekali memberikan ilmu dan

pengalaman selama 3 tahun menjalani preklinik.

10.Cika Irlia Azzahra yang telah memberikan dukungan semangat dan doa dalam melaksanakan penelitian ini.

11.Teman-teman PSPD 2008, 2009, 2011, dan 2012 yang selalu memberi dukungan kepada peneliti.

12.Mba Lilis dan Mba Ai yang senantiasa membantu di Laboratorium Multiguna dan Laboratorium Biokimia FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

13.Bapak-bapak Satpam dan OB FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang senantiasa membuka pagar dan menunggu peneliti saat penelitian di hari libur.

Peneliti mengharapkan saran dan kritik yang membangun bagi peneliti. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Ciputat, 10 September 2013

(7)

vii

ABSTRAK

Muhamad Ichsan Pribadi. Program Studi Pendidikan Dokter. Pengaruh Ekstrak Akar Ginseng Jawa (Talinum paniculatum) terhadap Kontraktilitas Otos Polos Vesika Urinaria Guinea Pig In Vitro. 2013

Talinum paniculatum (ginseng jawa) merupakan tanaman sudah dikenal di Jawa dan digunakan sebagai tanaman obat untuk penyakit disfungsi seksual. Sampai saat ini belum pernah diteliti efek ekstrak akar Talinum paniculatum terhadap otot polos kandung kemih. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ekstrak akar Talinum paniculatum terhadap kontraktilitas otot polos kandung kemih guinea pig in vitro dengan menggunakan organ bath. Efek ekstrak akar

Talinum paniculatum dengan konsentrasi 0,001%, 0,01%, 0,1%, 1%, dan 10% dapat merelaksasi otot polos kandung kamih guinea pig yang telah diinduksi kontrasi dengan carbachol secara signifikan (p<0,05). Perlu diteliti lebih lanjut mekanisme kerjanya.

Kata kunci: ekstrak akar Talinum paniculatum, kontraksi otot polos, organ bath, vesika urinaria

ABSTRACT

Muhamad Ichsan Pribadi. Medical Education Study Program. Effect of Talinum Paniculatum on the Smooth Muscle Contractility of the Guinea Pig Vesica Urinaria In Vitro. 2013.

Talinum paniculatum (Java ginseng) is a well-known plant in Java, which is used as a medicinal plant for sexual dysfunction disease. The effects of Talinum paniculatum roots extract on detrusor smooth muscle contraction have not been reported recently. The aim of this study was to know the effect of Talinum paniculatum root extract on guinea pig detrusor smooth muscle contractility in vitro using the organ bath. The results of this study demonstrated that Talinum Paniculatum root extract relaxed detrusor smooth muscle contraction induced by carbachol with a concentration 10-6 %, 10-5 %, 10-4 %, 10-3 % 10-2 % significantly (p <0.05 ). Further study is required to know the underlying mechanisms.

(8)

viii

2.1 Talinum paniculatum ...4

2.2 Vesika Urinaria ... 5

2.3 Anatomi Vesika Urinaria ... 6

2.4 Histologi Vesika Urinaria ... 8

2.5 Fisiologi Vesika Urinaria ... 9

2.6 Otot Polos ... 10

2.7 Mekanisme Kontraksi dan Relaksasi Otot Polos ... 10

2.8 Organ Bath ... 11

2.9 Kerangka Teori ... 13

2.10 Kerangka Konsep ... 14

(9)

ix

BAB III ... 15

METODOLOGI PENELITIAN ... 15

3.1 Desain Penelitian ... 15

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ... 15

3.3 Alat dan Bahan Penelitian ... 15

3.4Identifikasi Variabel ... 16

3.4.1Variabel Bebas ... 16

3.4.2 Variabel Terikat ... 16

3.5 Alur Penelitian ... 16

3.6 Cara Kerja Penelitian ... 16

3.6.1 Tahap Persiapan ... 16

3.6.1.1 Persiapan Ekstrak Talinum Paniculatum ... 16

3.6.1.2 Persiapan Strip Otot Polos ... 17

3.6.2 Tahap Penyiapan Kontraktilitas ... 18

3.7Analisis Data ... 19

BAB IV ... 20

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20

4.1 Induksi Kontraksi Otot Polos Vesika Urinaria Oleh Carbachol ... 20

4.2 Efek Kontraktilitas Otot Polos Pada Pemberian Ekstrak ... 20

(10)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tanaman Talinum paniculatum ... 5

Gambar 2.2 Vesika urinaria laki-laki tampak lateral ... 7

Gambar 2.3 Vesika urinaria perempuan tampak lateral ... 7

Gambar 2.4. Histologi dinding vesika urinaria. ... 8

Gambar 2.5 Vesika urinaria laki-laki ... 9

Gambar 2.6. Vesika urinaria perempuan... 9

Gambar 2.7 Mekanisme kontraksi otot polos ... 11

Gambar 3.1 Skema organ bath ... 17

Gambar 3.2 Skema kontraksi otot polos pada pemberian charbacol ... 18

Gambar 3.3 Skema kontraksi otot polos pada pemberian ekstrak T.paniculatum ... 19

Gambar 4.2 Kontraksi otot polos vesika urinaria pada pemberian T.paniculatum .... 21

Gambar 4.3 Perubahan kontraktilitas otot polos pada pemberian DMSO ... 21

Gambar 4.4 Grafik persentase kontraktilitas otot polos DMSO dan T.paniculatum 22 Gambar 6.1. Surat hasil determinasi tumbuhan ... 27

Gambar 6.2. Surat pengujian ekstrak ... 28

Gambar 6.3. Alur pembuatan ekstrak ... 29

Gambar 6.4. Proses mematikan guinea pig ... 34

Gambar 6.5. Proses pembedahan guinea pig. ... 34

Gambar 6.6. Vesika urinaria yang telah diambil dari guinea pig ... 34

Gambar 6.7. Alat-alat untuk membuat strip otot polos ... 34

Gambar 6.8. Proses pemotongan strip otot polos ... 34

Gambar 6.9. Proses pengikatan strip otot polos ... 34

Gambar 6.10. Organ bath ... 35

Gambar 6.11. Water jacketed chamber ... 35

Gambar 6.12. Water heater ... 35

(11)

xi

Gambar 6.14. Proses pemberian tegangan pada strip otot polos... 36

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Komposisi Larutan Krebs Henseleit ... 16

Tabel 6.1 Persentase Kontraksi Strip Otot Polos dengan Pemberian DMSO ... 30

Tabel 6.2. Persentase Kontraksi Otot Polos dengan Pemberian T. paniculatum ... 30

Tabel.6.3. Uji normalitas data kontraksi otot polos dengan T. paniculatum 10-6% .. 31

Tabel 6.4 Uji normalitas data kontraksi otot polos dengan T. paniculatum 10-5% .... 31

Tabel 6.5 Uji normalitas data kontraksi otot polos dengan T. paniculatum 10-4% .... 31

Tabel 6.6 Uji normalitas data kontraksi otot polos dengan T. paniculatum 10-3% .... 31

Tabel 6.7 Uji normalitas data kontraksi otot polos dengan T.paniculatum 10-2% .... 31

Tabel 6.8 Uji normalitas data kontraksi otot polos dengan DMSO pertama ... 32

Tabel 6.9 Uji normalitas data kontraksi otot polos dengan DMSO kedua ... 32

Tabel 6.10 Uji normalitas data kontraksi otot polos dengan DMSO ketiga ... 32

Tabel 6.11 Uji normalitas data kontraksi otot polos dengan DMSO keempat ... 32

Tabel 6.12 Uji normalitas data kontraksi otot polos dengan DMSO kelima ... 32

(13)

xiii

DAFTAR SINGKATAN

Ach : Acetilcoline

ATP : Adenosin trifosfatase

Ca2+ : Calcium

cAMP : Cyclic adenosin monophospate

DAG : Diacylglycerol

DMSO : Dimethyl sulfoxide

IP3 : Inositol triphosphate

IP3R : Inositol triphosphate receptor

MLCK : Myosin light chain kinase

MLCP : Myosin light chain phosphatase

NO : Nitrit oxide

NOS : Nitrit oxide syntase

PIP2 : Phosphoinositide

PKC : Protein kinase C

PLC : Phospholipase-C

RyR : Reseptor ryanodine

µM : Mikro Molar

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Hasil Determinasi Tumbuhan ... 27

Lampiran 2 Surat Pengujian Ekstrak ... 28

Lampiran 3 Alur Pembuatan Ekstrak ... 29

Lampiran 4 Persentase Kontraksi Strip Otot Polos dengan Pemberian DMSO... 30

Lampiran 5 Persentase Kontraksi Otot Polos dengan Pemberian T. paniculatum ... 30

Lampiran 6 Uji Normalitas Data ... 31

Lampiran 7 Uji Independent Samples t Test ... 33

Lampiran 8 Gambar proses penelitian ... 34

(15)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Penggunaan tanaman sebagai obat sudah dilakukan sejak adanya peradaban manusia. Di hutan tropis Indonesia terdapat 30.000 spesies tanaman, 9.600 spesies berkhasiat sebagai tanaman obat dan baru 200 spesies yang telah dimanfaatkan sebagai bahan baku pada industri obat internasional.1

Salah satu tamanan obat yang beredar di Indonesia khususnya di Pulau Jawa adalah ginseng Jawa dengan nama latin Talinum paniculatum.2 Akar dari Talinum paniculatum

saat ini diduga memiliki khasiat untuk mengobati atau mengatasi enuresis, disfungsi seksual, stamina menurun, batuk, TB paru, haid tidak teratur, keputihan dan produksi ASI yang sedikit.3

Tanaman Talinum paniculatum saat ini diketahui memiliki kandungan kimia antara lain saponin, triterpen/sterol, polifenol.4 Pada penelitian sebelumnya diketahui bahwa saponin memiliki efek relaksasi pada otot polos vesika urinaria kelinci,uretra pars

prostatika kelinci,5corpus cavernosum kelinci,6 dan bronkus manusia.7

Vesika urinaria merupakan bagian dari saluran kemih bawah yang berfungsi untuk menampung urin sebelum berkemih. Dinding dari vesika urinaria memiliki lapisan otot polos sehingga dapat berkontraksi.8 Pada penelitian in vitro otot polos vesika urinaria

guinea pig sering digunakan sebagai bahan uji. Namun sampai saat ini belum terdapat penelitian yang membuktikan bahwa ekstrak akar Talinum paniculatum dapat menurunkan kontraktilitas pada otot polos.

(16)

2

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh ekstrak akar Talinum paniculatum terhadap kontraktilitas otot polos vesika urinaria guinea pig ?

1.3 Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah ekstrak akar Talinum paniculatum dapat menurunkan kontraktilitas otot polos vesika urinaria guinea pig

1.4 Tujuan 1.4.1 Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak akar Talinum paniculatum terhadap kontraktilitas otot polos vesika urinaria secara in vitro

1.4.2 Khusus

 Menilai pengaruh ekstrak akar Talinum paniculatum terhadap kontraktilitas otot polos vesika urinaria.

 Mengetahui kadar ekstrak ekstrak ginseng yang memiliki pengaruh terhadap kontraktilitas otot polos vesika urinaria secara fisiologis.

1.5 Manfaat

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:

 Bagi peneliti

Sebagai syarat kelulusan dari pendidikan pre-klinik Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

 Bagi institusi

Melaksanakan salah satu Tri Darma Perguruan Tinggi yaitu meningkatkan aspek penelitian.

 Bagi keilmuan

(17)

3

vitro) dengan mengetahui pengaruhnya terhadap kontraktilitas otot polos vesika urinaria.

 Bagi sosial

(18)

4

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Talinum paniculatum

Talinum paniculatum merupakan salah satu tanaman yang digunakan sebagai bahan baku obat, tanaman hias dan sayuran yang cukup populer dan potensial untuk dibudidayakan. Tanaman ini diperkenalkan dari Suriname ke Pulau Jawa (Kebun Raya Bogor) pada tahun 1915. Tanaman ini berasal dari Amerika Tropis.4

Talinum paniculatum di Jawa dapat tumbuh pada ketinggian 5 – 1.250 m dpl merupakan tanaman menahun, tumbuh tegak, tidak bercabang. Tinggi tanaman 30 – 60 cm, batang bercabang di bagian bawah dan mengeras di bagian pangkal. Daun tanaman ini berbentuk majemuk, berbentuk bulat telur, menjari dengan 5 helai, 3 helai di ujung lebih besar, bagian ujung meruncing, agak melengkung, bergerigi kecil, tinggi 30 – 60 cm, lebar 1,5 - 5 cm. Pada tahun pertama umumnya memiliki satu daun, dan setiap tahun bertambah hingga tahun keenam. Perbungaan secara majemuk, bunga berbentuk payung yang mekar

disore hari, berwarna merah keunguan, memiliki 5 kelopak dan 5 benang sari. Buah tanaman ini kecil dan berbentuk bulat gepeng, dengan diameter 3 mm, bijinya kecil dan

hitam. Ketika sudah matang, warna menjadi merah terutama pada musim gugur.3 Reproduksi Talinum paniculatum dapat secara generatif dengan biji dan vegetatif dengan stek batang.4

Akar pada Talinum paniculatum bercabang mulai dari bagian tengah. Simplisia akar berbentuk menyerupai gulungan atau bentuk silindris, panjang hingga 20 cm, diameter hingga 3 cm, warna bagian luar kuning keabu-abuan, kasar, memiliki dua hingga tiga cabang, rhizome panjang 1-4 cm dengan diameter 0,3-1,5 cm agak melengkung.3

Tata nama taksonomi dari Talinum paniculatum adalah:

(19)

5

5

Bagian dari tanaman Talinum paniculatum yang sering digunakan sebagai bahan baku obat adalah akar. Potongan akar Talinum paniculatum dikeringkan. Senyawa kimia utama pada akar tanaman Talinum paniculatum adalah ginsenosida.3

Ginsenosida merupakan saponin dan dapat dibagi lagi menjadi dua kelas. Kelas protopanaksatriol terdiri dari Rg1, Rg2, Rf dan Re. Kelas protopanaksatriol yang terdiri dari Rc, Rd, Rb1, Rb2 dan Rb3. Talinum paniculatum juga mengandung saponin lain, polisakarida, asam amino (terutama glutamin dan arginin), minyak atsiri. Tiga hidrokarbon Rh1, Rh2, Rg3. Ginsenosida merupakan produk dalam tubuh diubah oleh bakteri usus deglikosida dan esterifikasi asam lemak menjadi metabolit aktif.3

Akar serabut Talinum paniculatum memiliki nilai total ginsenosida yang lebih tinggi dibandingkan akar utama, akar utama dan lateral adalah bagian tanaman yang lebih banyak dipilih untuk pengobatan.3

Ginsenosida Rb1 dan Rg1 meningkatkan sintesis nitrit oksida dari otot polos endotelium vesika urinaria kelinci, uretra pars prostatika kelinci, corpus cavernosum

kelinci, bronkus manusia, ginjal, dan Jantung.3

Oleh karena itu Talinum paniculatumterapi alternatif untuk benign prostatic hyperplasia (BPH)/ gejala saluran kemih bawah (LUTS), asma dan hipertensi.3

Gambar 2.1 Tanaman Talinum paniculatum19

2.2 Vesika urinaria

Vesika urinaria merupakan organ tempat penampung urin yang berasal dari ginjal

(20)

6

6

Ketika urin dikeluarkan menuju uretra, maka urin di dalam rongga vesika urinaria akan berkurang dan lama-kelamaan vesika urinaria akan kolaps. Vesika urinaria yang terisi penuh oleh urin dapat dipalpasi dan diperkusi. Jika terjadi retensi urin, vesika urinaria akan terdistensi berlebihan sehingga akan terlihat menonjol.9

2.3 Anatomi Vesika Urinaria

Vesika urinaria terletak di posterior simfisis pubis di dalam rongga pelvis.Vesika urinaria pada orang dewasa dapat menampung urin kurang lebih 500 ml. Vesika urinaria pada laki-laki terletak di anterior dari rektum dan bagian posterior vesika urinaria laki-laki terdapat vesika seminalis dan vas deferens. Vesika urinaria perempuan terletak di bagian

anterior dari vagina dan inferior dari uterus.10

Vesika urinaria terdiri dari bagian apeks, basis dan fasies superior. Apeks vesika terletak di posterior pinggir atas simfisis pubis yang dihubungkan dengan umbilikus melalui ligamentum umbilikal medianum. Fasies superior vesika berbatasan dengan peritoneum, ileum dan kolon sigmoid. Collum vesika yang terletak pada fasies superior prostat yang berhubungan dengan ligamentum puboprostatikum pada laki-laki dan ligamentum pubovesika pada perempuan. Tunika mukosa vesika urinaria berlipat-lipat pada saat tidak terisi urin atau kosong, namun lipatan-lipatan tersebut akan menghilang bila terisi penuh oleh urin. Daerah tunika mukosa di permukaan basis vesika urinaria dinamakan trigonum vesika liutaudi. Sudut-sudut superior trigonum ini ialah tempat muara ureter dan sudut inferiornya merupakan ostium uretra internum.11

(21)

7

7

Gambar 2.2 Vesika urinaria laki-laki tampak lateral.12

Gambar 2.3 Vesika urinaria perempuan tampak lateral.12

Vesika urinaria mendapat perdarahan dari arteri vesikalis superior dan inferior yang merupakan cabang dari arteria iliaka interna. Kemudian pembuluh vena vesika urinaria membentuk pleksus venosus vesikalis, lalu di bawahnya terhubung dengan pleksus venosus prostatikus. Setelah itu bermuara ke vena iliaka eksterna. Pembuluh limfe vesika

urinaria akan bermuara ke nodi iliaka interni dan eksterni.11

(22)

8

8

vesika urinaria melalui pleksus hipogastrikus. Sedangkan serabut preganglionik parasimpatikus yang terletak di nervi splanchici pelciki berasal dari nervus sakralis kedua, ketiga dan ke-empat, berjalan melalui nervus hipogastrikus menuju ke vesika urinaria dan bersinaps dengan postganglionic neuron. Saraf simpatis menghambat kontraksi muskulus detrusor vesika dan merangsang penutupan muskulus spingter vesika. Saraf parasimpatis merangsang kontraksi muskulus detrusor vesika dan menghambat kontraksi muskulus sfingter vesika.10

2.4 Histologi Vesika Urinaria

Dinding vesika urinaria baik pada laki-laki dan perempuan memiliki tiga lapisan

yaitu lapisan mukosa, muskularis dan adventisia (jaringan ikat). Lapisan paling dalam dinding vesika urinaria adalah lapisan mukosa yang terdiri dari epitel transisional dan lamina propria. Lapisan mukosa dapat berubah bentuk menjadi lipatan-lipatan (rugae), sehingga dinding vesika urinaria dapat meluas atau meregang ketika rongga vesika urinaria terisi urin.9

Lapisan terdalam kedua adalah lapisan muskularis atau otot detrusor. Lapisan ini terdiri dari tiga lapis serat otot polos yaitu lapisan otot longitudinal dalam, sirkular tengah, dan longitudinal luar. Lapisan terluar dari bagian superior vesika urinaria terdiri dari jaringan ikat serosa yang membentuk lapisan viseral dari peritoneum. Lapisan terluar dari bagian inferior dan posterior vesika urinaria terdiri dari jaringan ikat areolar dan membentuk lapisan adventisia. Pada lapisan serosa atau disebut juga urotelium/ suburotelium dapat berfungsi sebagai sensorik terhadap sensasi.14

(23)

9

2.5 Fisiologi Vesika Urinaria

Bila volume urin mencapai kurang lebih 300 ml, reseptor regangan di dalam dinding vesika urinaria terangsang dan impuls tersebut diteruskan ke susunan saraf pusat. Sebagian besar impuls naik ke atas melalui nervi splanchnici pelvici dan masuk ke medulla spinalis segmen sakralis 2, 3 dan 4 medulla spinalis. Sebagian impuls aferen berjalan bersama dengan saraf simpatis yang membentuk pleksus hipogastrikus dan masuk segmen lumbalis 1 dan 2 medulla spinalis.10 Impuls eferen parasimpatis meninggalkan medulla spinalis dari segmen sakralis 2,3 dan 4 lalu menuju ke serabut preganglionik parasimpatis melalui nervi splanchnici pelvici dan pleksus dan pleksus hipogastrikus inferior ke dinding vesika urinaria, tempat saraf-saraf tersebut bersinaps dengan neuron postganglionik.

Melalui lintasan saraf ini, otot polos dinding vesika urinaria berkontraksi dan muskulus spingter vesika dibuat relaksasi. Impuls eferen juga berjalan ke muskulus spingter uretra melalui nervus pudendus (S2, S3 dan 4), dan menyebabkan relaksasi.15

Gambar 2.5. Vesika urinaria laki-laki.25

(24)

10

2.6 Otot Polos

Otot polos terdiri dari tiga filamen, yaitu filament miosin (tebal), filamen aktin (tipis) yang memiliki tropomiosin dan sedikit troponin, dan filamen intermediet.27 Pada otot polos gambaran serat-lintang tidak terdapat karena susunan dari filamen-filamennya tidak teratur. Hal tersebut berbeda dari otot rangka dan jantung. Kontraksi pada otot polos yang bersifat tonik bergantung dari pergeseran filamen aktin dan miosin II satu sama lain.9

Retikulum sarkoplasma pada otot polos tidak dapat berkembang dengan baik dan jumlah dari mitokondria hanya sedikit, sehingga untuk memenuhi kebutuhan

metabolismenya kebanyakan dari proses glikolisis.13

Otot polos di dalam tubuh memiliki struktur, fungsi dan letak yang berbeda-beda.Oleh karena itu terdapat beberapa jenis otot polos. Jenis yang pertama adalah otot polos viseral atau unitary berbentuk seperti lembaran yang luas, mempunyai banyak jembatan taut taut-celah yang berresistensi rendah dalam menghubungkan tiap sel otot. Jembatan taut-celah tersebut dapat berfungsi sebagai sinsitium untuk dapat menyebarluaskan kontraksi pada otot polos viseral.14

2.7 Mekanisme kontraksi dan relaksasi otot polos

Persarafan otot polos kandung kemih mendapatkan berasal dari inervasi saraf parasimpatis postganglion. Saraf parasimpatis terminal mensekresi asetilkolin yang berikatan dengan reseptornya yaitu M3. Kemudian reseptor M3 akan mengaktifkan protein

G. Setelah itu protein G mengaktifkan enzim phospholipase-C (PLC). PLC menghasilkan inositol triphosphate (IP3) dan diasilgliserol (DAG) dari membran phosphoinositides

(PIP2).Kemudian IP3 dapat mengeluarkan kalsium dari tempat penyimpanan di dalam

retikulum sarkoplasma intraseluler, sedangkan DAG memasukan kalsium melalui nifedipine-sensitive L-type Ca2+ channels dan juga dapat mengaktifkan protein kinase-C.Selain itukalsium yang masuk dari ekstrasel dapat menginduksi pengeluaran kalsium

dari retikulum sarkoplasma melalui reseptor rianodin.14

(25)

11

Peningkatan jumlah kalsium di dalam sel akan berikatan dengan calmodulin

menjadi Ca2+ calmodulin complex dan mengaktivasi MLCK yang merupakan enzim spesifik untuk memfosforilasi MLC menjadi MLC terfosforilasi yang aktif. Kemudian MLCp dapat mengaktivasi miosin ATPase. Sehingga miosin dapat berinteraksi dengan aktin dan menimbulkan kontraksi.16

Protein G mengaktivasi Rho.Selanjutnya Rho dapat bekerja sebagai

Ca2+sensitization.Kemudian Ca2+ sensitization dapat menghambat MLCP. MLCP menjadi tidak dapat mendefosforilasi MLC terfosforilasi, sehingga MLC terfosforilasi tidak dapat menjadi MLC. Oleh karena itu teraktivasinya Rho secara tidak langsung mendukung proses kontraksi otot polos.16

Saraf simpatis terminal mensekresi NE yang berikatan dengan reseptornya yaitu M2. Reseptor M2 berikatan dengan protein Gi.17

Gambar 2.7. Mekanisme kontraksi otot polos.21

2.8 Organ bath

(26)

12

menggunakan transduser isometric yang dapat menilai perubahan tegangan otot tanpa pemendekan serat otot.15

Kemudian strip otot polos direndam dalam larutan fisiologis berupa laruan

krebs-henseleit’s pada suhu 37oC dan diberikan saturasi oksigen (95% O2 + 5% CO2) agar pH

(27)

13

(28)
(29)

15

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental pada strip otot polos vesika urinaria guinea pig yang diberikan perlakuan dengan ekstrak akar Talinum paniculatum

secara in vitro dengan menggunakan alat organ bath untuk mengetahui pengaruh ekstrak akar Talinum paniculatum terhadap kontraktilitas otot polos vesika urinaria guinea pig.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitianini akan dilakukan pada bulan Januari s.d Juli 2013 di Ruang Multiguna Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Proposal penelitian telah diajukan ke Komite Etik Penelitian Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3.3 Alat dan Bahan Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen organ bath, water heater, papan bedah, timbangan, sendok, cawan petri, gunting jaringan, pinset mikro, kacamata pembesar, kulkas, laptop, gunting dan benang.

Sedangkan bahan-bahan yang digunakan penelitian ini adalah ekstrak akar

Talinum paniculatum, strip otot polos vesika urinaria, sarung tangan kapas, tissue,

carbachol, DMSO (dimetil sulfoksida), akuades, alkohol, gas karbogen (O2 97% dan CO2

3%), dan larutan Krebs-Henseleit. Larutan Krebs-Hanseleit dibuat dalam volume 500cc yang terdiri dari komposisi seperti pada tabel 3.1.

(30)

16

3.4 Identifikasi variabel 1.4.1Variabel Bebas

Variabel bebas pada penelitian ini adalah kadar larutan ekstrak akar Talinum paniculatum.

1.4.2Variabel terikat

Variabel terikat pada penelitian ini adalah persentase efek kontraksi dan relaksasi otot polos verika urinaria guinea pig.

1.5 Alur Penelitian

3.6 Cara Kerja Penelitian 3.6.1 Tahap Persiapan

3.6.1.1 Persiapan Ekstrak akar Talinum paniculatum

Bahan yang diuji pada penelitian ini adalah larutan ekstrak akar Talinum paniculatum. Akar Talinum paniculatum didapatkan dari Petak Pamer Balai Penelitian

Tanaman Obat dan Aromatik (BALITRO). Kemudian akar Talinum paniculatum

dideterminasi di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Selanjutnya akar Talinum paniculatum diekstrak di BALITRO. Proses ekstrak dapat dilihat dalam lampiran 3.

Sebelum pengujian dilakukan, ekstrak yang berupa stock solution dilarutkan dengan DMSO menjadi berbagai kadar yaitu 10%, 1%, 0.1%, 0.01%, dan 0.001%

(31)

17

3.6.1.2 Persiapan Strip Otot Polos

Hewan coba pada penelitian ini adalah guinea pig 2 ekor jantan dan 3 ekor betina dengan berat badan 500 sampai 700 gram dan usia 6 bulan. Kemudian peneliti menyiapkan cawan diseksi yang diisi dengan larutan Krebs-Henseleit bersuhu 4oC yang diberikan gas karbogen. Selanjutnya proses mematikan hewan coba yaitu dengan cara membenturkan kepala guinea pig pada benda keras dan menyembelihnya secepat mungkin. Kemudian peneliti mengambil vesika urinarianya dengan prinsip menghindari peregangan pada jaringan. Pengambilan vesika urinaria dengan mendiseksi bagian abdomen bawah, kemudian memotong jaringan-jaringan ikat atau ligamen-ligamen pada vesika urinaria. Kemudian vesika urinaria dipindahkan ke dalam cawan diseksi yang sudah dipersiapkan

lalu dipotong pada bagian anterolateral dan dibentuk strip sebanyak 4 buah dengan ukuran 0,5cm x 1cm. Selanjutnya lapisan mukosa dan serosa yang melapisi lapisan otot polos dibuang dengan menggunakan gunting jaringan dan dibantu dengan kaca pembesar.

Kemudian strip otot polos yang telah disiapkan diikat dengan benang pada kedua sisinya. Kemudian salah satu ujung benang tersebut digantung pada transducer alat organ bath dan ujung lainnya diselipkan antara saluran keluar sehingga preparat tersebut dapat ditegangkan dan tidak menempel pada dinding chamber organ bath.

Strip otot polos yang telah digantung, lalu direndam dalam larutan Krebs-Hanseleit dengan suhu 37oC dengan diberikan gas karbogen (O2 97% dan CO2 3%) pada chamber.

ditunggu selama 60 menit dengan resting tension atau tegangan istirahat sebesar 0,5 gram.

Transducer pada organ bath tersebut dihubungkan dengan laptop yang memiliki software

Labchart untuk membaca kontraktilitas strip otot polos tersebut.

(32)

18

3.6.2 Tahap Pengujian Kontraktilitas

Stelah strip otot polos diistirahatkan selama 60 menit diinduksi dengan pemberian

charbacol 1µM dan kembali diistirahatkan selama 60 menit dalam larutan Krebs-Henseleit yang baru. Kemudian strip otot polos kembali diberikan carbachol dengan konsentrasi 0,01µM, 0,1µM, 1µM, 10µM, dan 100µM secara kumulatif. Selanjutnya peneliti melihat

dan menganalisa hasil rekaman kontraktilitas strip otot polos yang diinduksi dengan

carbachol pada komputer yang memiliki software Labchart.

Gambar 3.2.Skema kontraksi otot polos pada pemberian carbachol.

Setelah otot polos diistirahatkan selama 60 menit, diinduksi kembali dengan

carbachol 1µM. Ketika kontraksi otot polos telah stabil, ekstrak akar Talinum paniculatum

dimasukan ke dalam chamber dengan konsentrasi yaitu yaitu 10-6%, 10-5%, 10-4%, 10-3%, dan 10-2% secara kumulatif. Tegangan otot polos akibat pemberian ekstrak akar Talinum paniculatum dengan berbagai konsentrasi tersebut dapat dihitung dalam persentase, relative terhadap tegangan yang dihasilkan dari carbachol 1µM.

(33)

19

Gambar 3.3. Skema kontraksi otot polos pada pemberian ekstrak akar Talinum paniculatum

Selain itu, harus dilakukan juga pengujian pelarut ekstrak akar Talinum paniculatum saja yaitu DMSO. Sehingga dapat dianalisa perbandingan antara besar tegangan otot polos yang dihasilkan dari pemberian ekstrak akar Talinum paniculatum

dengan pelarutnya (DMSO).

3.7Analisis Data

Hasil pengujian yang telah terekam di program LabChart v7.1 diambil dan dihitung persentase kontraksinya dengan program Microsoft Office Excel 2007. Efek kontraksi yang diinduksi carbachol dinilai sebagai 100% dari kontraksi otot polos dan kontraksi yang telah diberikan ekstrak akarTalinum paniculatum ataupun DMSO dinilai menurut 100% kontraksi tersebut. Selanjutnya data-data tersebut ditentukan reratanya dan dianalisis dengan program SPSS 16.0. Perbandingan tegangan antara strip otot polos yang diberikan ekstrak akar Talinum paniculatum dan DMSO ditentukan dengan Independent Samples t Test apabila distribusi sampel dan kelompok normal, serta analisis Mann-Whitney apabila distribusi sampel dan kelompok tidak normal.

(34)

20

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Induksi Kontraksi Otot Polos Vesika Urinaria olehCarbachol

Dalam penelitian ini, menggunakan guinea pig dengan rerata berat sebesar 587,62 ± 14,525 gram.

Sebelum dilakukan dengan bahan uji, dilakukan pemberian carbachol yaitu suatu senyawa agonis kuat yang berikatan dengan reseptor muskarinik (M3) otot polos vesika urinaria. Kontraksi otot polos vesika urinaria yang diinduksi oleh carbachol dimediasi oleh influks Ca2+ melalui kanal tipe L yang dipengaruhi dengan voltase dan aktivasi rho kinase.21

Efek kontraksi yang diinduksi oleh carbachol 1µM dinilai sebagai 100% kontraksi strip otot polos vesika urinaria dan didapatkan rerata persentase kontraksi otot polos dengan kadar carbachol 0,01µM, 0,1µM, 1µM, 10µM dan 100µM yaitu 0,81 ± 0,47%; 10,56 ± 6,09%; 102,39 ± 5,47%; 112,63 ± 10,55% dan 65,32 ± 9,89%.

Terjadi peningkatan kontraksi strip otot polos seiring dengan peningkatan konsentrasi carbachol yang diberikan hingga konsenstrasi mencapai 10 µM. Pada konsentrasi tersebut terjadi efek kontraksi paling maksimal. Strip otot polos yang diberikan carbachol dengan konsentrasi 100 µM hanya dapat menimbulkan efek kontraksi sebesar 65,32%, karena efek yang dihasilkan sudah mencapai titik jenuh. Apabila sudah mencapai titik jenuh, maka kontraksi yang dihasilkan tidak akan melewati besarnya kontraksi saat pemberian konsentrasi maksimal (10 µM).

Berdasarkan efek kontraksi yang didapatkan dari pemberian carbachol dengan konsentrasi yang berbeda, sehingga peneliti menggunakan dosis carbachol sebesar 1µM sebgai konsentrasi carbachol yang dapat digunakan untuk menginduksi kontraksi strip otot polos.

4.2 Efek pemberian ekstrak akar Talinum paniculatum dan DMSO terhadap kontraktilitas Otot Polos

Dalam penelitian ini, DMSO digunakan sebagai pelarut pada larutan ekstrak akar

(35)

21

Efek ekstrak akar Talinum paniculatum pada berbagai kadar (10-6 %, 10-5 %, 10-4 %, 10-3 %, dan 10-2 %) terhadap kontraktilitas strip otot polos vesika urinaria guinea pig, dapat dilihat pada gambar 4.2

Gambar 4.2. Kontraksi otot polos vesika urinaria pada pemberian ekstrak akar Talinum paniculatum

Pada awal pemberian ekstrak akar Talinum paniculatum dengan kadar 10-6% didapatkan rerata kontraksi strip otot polos sebesar 59,30 ± 6,18 % . Pemberian ekstrak akar Talinum paniculatum kedua dengan kadar 10-5% didapatkan rerata kontraksi strip otot polos sebesar 43,27 ± 5,24 %. Selanjutnya, pemberian ekstrak akar Talinum paniculatum ketiga dengan kadar 10-4%, didapatkan rerata kontraksi strip otot polos yaitu 36,28 ± 4,56 %. Pemberian ekstrak akar Talinum paniculatum yang keempat dengan kadar 10-3 % didapatkan rerata kontraksi strip otot polos sebesar 33,84 ± 4,79 %. Pemberian ekstrak akar Talinum paniculatum yang terakhir dengan kadar 10-2 % didapatkan rerata kontraksi strip otot polos sebesar 30,66 ± 4,69 %.

Perubahan kontraktilitas strip otot polos vesika urinaria guinea pig yang diberikan DMSO (pelarut) untuk masing-masing konsentrasi zat aktif (ekstrak akar Talinum paniculatum) dapat dilihat pada gambar 4.2.

Gambar 4.3. Perubahan kontraktilitas otot polos vesika urinaria guinea pig dengan pemberian DMSO

(36)

22

untuk masing-masing zat aktif yaitu 83,86 ± 2,20 %, 59,08 ± 2,67 %, 51,09 ± 2,47 %,

45,18 ± 3,22 %, dan 40,91 ± 3,26 %.

Perbedaan antara rerata persentase kontraksi dari kelompok perlakuan yaitu pemberian ekstrak akar Talinum paniculatum yang dilarutkan dalam DMSO dengan kelompok kontrol yaitu hanya pemberian DMSO saja dapat dilihat pada gambar 4.4

Persentase perubahan kontraktilitas strip otot polos

Gambar 4.4. Grafik perbandingan persentase kontraktilitas strip otot polos kelompok

kontrol (DMSO) dan kelompok perlakuan (ekstrak akar Talinum paniculatum)

Didapatkan nilai p<0,05 yang menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara kontraksirelatif otot polos yang diinduksi oleh ekstrak akar Talinum Paniculatum dengan konsentrasi 10-6%, 10-5%, 10-4%, 10-3%, 10-2% dibandingkan dengan kontraksi relatif otot polos yang hanya diinduksi oleh DMSO (pelarut).

Hal tersebut membuktikan bahwa pemberian ekstrak akar Talinum paniculatum

(37)

23

Efek relaksasi yang dihasilkan dari ekstrak akar Talinum paniculatum terhadap otot polos vesika urinaria guinea pig ini mendukung penelitian sebelumnya oleh Jang HA, dkk menyatakan bahwa kandungan kimia di dalam ekstrak akar Talinum paniculatum dapat meningkatkan produksi NO dan NOS dari endotelium. Kadar NO dan NOS yang tinggi dapat meningkatkan jumlah cGMP. cGMP meningkat dapat meningkatkan desensitisasi Ca2+ intraseluler. Ketika desensitisasi dari Ca2+ meningkat maka akan menurunkan kontraksi dari otot polos melalui tiga mekanisme.5

Mekanisme pertama adalah masuknya Ca2+ dari ekstraseluler ke intraseluler melalui L-Tipe Ca2+ channel di membrane sel otot polos akan dihambat sehingga Ca2+ tidak dapat berikatan dengan calmodulin, kemudian tidak dapat mengaktifkan MLCK, lalu proses fosforilasi dari MLC tidak terjadi dan terjadilah relaksasi otot polos. Mekanisme kedua adalah desensitisasi Ca2+ itu sendiri dapat meningkatkan kerja dari MLCP, sehingga MLC yang terfosforilasi menjadi defosforilasi, lalu terjadilah proses relaksasi otot polos. Mekanisme yang terakhir adalah desensitisasi dari Ca2+dapat meningkatkan reuptake Ca2+ dari retikulum sarkoplasma intraseluler, sehingga jumlah Ca2+ intraseluler semakin berkurang yang dapat menghambat proses kontraksi otot polos.9

Selain itu didukung pula pada penelitian Tamaoki dkk yang menyatakan bahwa ginsenosida dapat menginduksi relaksasi otot polos bronkus manusia dengan menstimulasi pembentukan NO dari epitelium saluran napas dan meningkatkan sintesis cGMP. Seperti yang telah dinyatakan sebelumnya bahwa, dengan meningkatkannya kadar NO dan cGMP dapat menginduksi relaksasi otot polos. Oleh karena itu dapat dijadikan terapi alternatif penyakit asma.7

Di Asia prevalensi overactive bladder sebesar 30% dari 2369 orang responden. Di Indonesia prevalensi overactive bladder sebesar 43% dari 242 orang responden. Namun di Asia pengobatan gejala overactive bladder lebih rendah dari pada Negara-negara barat. Oleh karena itu pada penelitian ini dapat dikembangkan tentang pengaruh ekstrak akar Talinum paniculatum terhadap otot polos vesika urinaria abnormal seperti yang terjadi pada overactive bladder.28

(38)

24

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan penelitian ini didapatkan perbedaan yang bermakna (p<0,05) antara rata-rata persentase kontraksi strip otot polos vesika urinaria guinea pig yang diberikan dimetil sulfoksida dengan ekstrak Talinum paniculatum pada kadar 10-6%, 10-5%, 10-4%, 10-3%, 10-2%. Hal tersebut menunjukan bahwa ekstrak akar Talinum paniculatum terbukti menurunkan kontraktilitas otot polos vesika urinaria guinea pig.

5.2 Saran

Bagi peneliti berikutnya,

 Kerusakan jaringan otot polos vesika urinaria dalam proses persiapan strip otot polos

akibat oksigenasi yang tidak adekuat harus dihindari karena akan mempengaruhi hasil kontraksi strip otot polos.

 Strip otot polos yang digantung tidak boleh terlalu tebal karena akan mempermudah

terjadinya hipoksia jaringan tersebut.

 Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme yang menyebabkan relaksasi pada otot polos yang diberikan ekstrak akar Talinum paniculatum.

 Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh lain ekstrak akar Talinum

(39)

25

DAFTAR PUSTAKA

1. Gunawan D, Mulyani S. Ilmu Obat Alam (Farmakologis). Jakarta: Penebar Swadaya. 2004.

2. Prajogo B. Studi Taksonomi Talinum Paniculatum (Jacq) Gaertn dan Talinum Triangulare (Jacq). Bogor: Warta Tanaman Obat Indonesia. 1994.

3. Munim A, Hanani E. Fitoterapi Dasar. Jakarta: Dian Rakyat. 2011.

4. Poerba YS. Penampilan Genotipe Talinum paniculatum Jacq (Gaertn) pada Generasi M2.

Bogor: Berita Biologi. 2004.

5. Jang HA, Cho S. The relaxant effect of saponin on the bladder and prostatic urethra: an in vitro and in vivo Study. Urologia Internationalis. 2012; 88(4): 9-463.

6. Kim HJ, Woo DS, Lee G, Kim JJ. The relaxation effects of ginseng saponin in rabbit corporal smooth muscle: is it a nitric oxide donor. British Journal of Urology. 1998; 82(5): 744-748.

7. Tamaoki J, Nakata J, Kawatani K, Tagaya E, Nagai A. Ginsenoside-induced relaxation of human bronchial smooth muscle via release of nitric oxide. British Journal of Pharmacology 2000; 130 (8): 1859-1864.

8. Martini FH, Nath JL, Bartholomew EF. Fundamentals of Anatomy & Physiology. San Francisco: Benjamin Cummings. 2012.

9. Fry CH, Meng E, Young JS. The Physiological Function of Lower Urinary Tract Smooth Muscle. Autonomic Neuroscience. Basic and Clinical 2010; 154: 3-13.

10.Tortora GJ, Derrickson BH. Principles of Anatomy and Physiology. Hoboken: John Wiley & Sons. 2009.

11.Snell RS. Clinical Anatomy For Medical Students. 6 Ed. USA: Lippincott Williams & Wilkins. 2006.

12.Tank PW, Gest TR. Atlas of Anatomy. USA: Lippincott William & Wilkins. 2009. 13.Sherwood L. Introduction to Human Physiology. Singapore: Brooks/Cole, Cengange

Learning. 2013.

14.Guyton AC, Hall JE. Textbook of Medical Physiology. Singapore: Elsevier Saunders. 2006.

15.Fry CH. Experimental Models to Study the Physiology, Pathophysiology, and Pharmacology of the Lower Urinary Tract. Journal of Pharmacological and Toxicological Methods. 2004; 49: 201-210.

16.Tanagho EA, Jack W. Mc Aninch Smith’s General Urology. The McGraw-Hill. 2008. 17.Barrett KE, Barman SM, Boitano S, Brooks HL. Ganong’s Review of Medical

Physiology. USA: The McGraw-Hill 2010.

18.Sibley GN. A Comparison of Spontaneous and Nerve-Mediated Activity in Bladder Muscle from Man, Pig, and Rabbit. J Physiol 1984; 354: 431-443.

19.Kimura Y, Okuda H, Arichi S. Effects of various ginseng saponins on 5-hydroxytryptamine release and aggregation in human platelets. The Journal of Pharmacy and Pharmacology. 1988; 40(12): 838-843.

20.Lee YJ, et al. Ginsenoside Rc and Re stimulate c-fos expression in MCF-7 human breast carcinoma cells. Achieves of Pharmacal Research 2003; 26(1): 53-57.

(40)

26

possible application as an antiemetic. Journal of Alternative and Complementary Medicine 2003; 9(4): 505-510.

22.Ahn JY, Song JY, Yun YS, Jeong G, Choi IS. Protection of Staphylococcus aureus-infected septic mice by suppression of early acute inflammation and enhanced antimicrobial activity by ginsan. FEMMS Immunology and Medical Microbiology 2006; 46(2): 187-197.

23.Jung KY, et al. Platelet activating factor antagonist activity of ginsenosides. Biological and Pharmaceutical Bulletin 1998; 21(1): 79-80.

24.Chen X. Cardiovascular protection by ginsenosides and their nitric oxide releasing action. Clinical and Experimental Pharmacology and Physiology 1996; 23(8): 728-732.

25.Sakakibara K, Shibata Y, Higashi T, Sanada S, Shoji J. Effect of ginseng saponins on cholesterol metabolism. I. The level and the synthesis of serum and liver cholesterol in rats treated with ginsenosides. Chemical and Pharmacological Bulletin 1975; 23(5): 1009-1016.

26.Schneider T, Fetscher C, Krege S, Michel MC. Signal Transduction Underlying Carbachol-Induced Contraction of Human Urinary Bladder. The Journal of Pharmacology and Experimental Therapeutics 2004; 309: 1148-1153.

27.Chapple CR, Khullar V, Gabriel Z, Muston D, Bitoun CE, Weinstein D. The Effects of Antimuscarinic Treatments in Overactive Bladder: an Update of a Systematic Review and Meta-Analysis. European Urology 2008; 54: 543-562.

(41)

27

LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat hasil determinasi tumbuhan

(42)

28

Lampiran 2 Surat Pengujian Ekstrak

(43)

29

Lampiran 3 Cara Pembuatan Ekstrak

Simplisia

dijadikan serbuk

Serbuk simplisia dicampur pelarut

Diaduk dengan stirrer ± 3 jam

Mengendapkan selama 24 jam Ampas

Filtrat 1 Ditambah pelarut

Aduk selama 1 jam

Saring dengan

kertas saring Ampas

Filtrat 2

Ekstrak adalah filtrat 1 dicampur dengan filtrat 2

(44)

30

Lampiran 4

Data Persentase Kontraksi Strip Otot Polos dengan Pemberian DMSO

Tabel 6.1 Persentase Kontraksi Strip Otot Polos dengan Pemberian DMSO

Lampiran 5 Data Persentase Kontraksi Strip Otot Polos dengan Pemberian Ekstrak akar

Talinum paniculatum

Tabel 6.2. Persentase Kontraksi Strip Otot Polos dengan Pemberian Ekstrak Akar

(45)

31

Lampiran 6

Uji Normalitas Data

Tabel.6.3. Uji normalitas data kontraksi strip otot polos dengan pemberian ekstrak akar Talinum paniculatum 10-6%

Tabel. 6.4. Uji normalitas data kontraksi strip otot polos dengan pemberian ekstrak akar Talinum paniculatum 10-5%

Tabel. 6.5. Uji normalitas data kontraksi strip otot polos dengan pemberian ekstrak akar Talinum paniculatum 10-4%

Tabel. 6.6. Uji normalitas data kontraksi strip otot polos dengan pemberian ekstrak akar Talinum paniculatum 10-3%

(46)

32

(Lanjutan)

Tabel 6.8. Uji normalitas data kontraksi strip otot polos dengan pemberian DMSO pertama

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

DMSO1 .200 8 .200* .887 8 .220

Tabel 6.9. Uji normalitas data kontraksi strip otot polos dengan pemberian DMSO kedua

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

DMSO2 .225 8 .200* .862 8 .125

Tabel 6.10. Uji normalitas data kontraksi strip otot polos dengan pemberian DMSO ketiga

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

DMSO3 .236 8 .200* .899 8 .281

Tabel 6.11. Uji normalitas data kontraksi strip otot polos dengan pemberian DMSO keempat

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

DMSO4 .212 8 .200* .914 8 .381

Tabel 6.12. Uji normalitas data kontraksi strip otot polos dengan pemberian DMSO kelima

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

(47)

33

Lampiran 7

Uji Independent Samples t Test

(48)

34

Lampiran 8

Gambar Proses Penelitian

Gambar 6.4. Proses mematikan guinea Gambar 6.5. Proses pembedahan

pig guinea pig

Gambar 6.6. Vesika urinaria yang telah Gambar 6.7. Alat-alat untuk membuat diambil dari guinea pig strip otot polos

(49)

35

(Lanjutan)

Gambar 6.10.Organ bath Gambar 6.11. Water jacketed chamber

(50)

36

(Lanjutan)

Gambar 6.14. Proses memberikan tegangan Gambar 6.15. Ekstrak akar pada strip otot polosTalinum paniculatum

Gambar 6.16. Proses pengujian ekstrak Gambar 6.17. Proses perekaman pada

(51)

37

Lampiran 9

Riwayat Penulis

Nama : Muhamad Ichsan Pribadi

Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 24 April 1992

Alamat : Jl. Intan No.1A, Cilandak Timur, Jakarta Selatan

No. HP : +6289630004446

Email : ichannnn@gmail.com

Riwayat Pendidikan :

1. TK Wisanggeni (1996-1998)

2. SD Don Bosco (1998-2004)

3. SMPN 56 JAKARTA (2004-2007)

4. SMAN 38 JAKARTA (2007-2010)

(52)

Gambar

Gambar 6.17. Proses perekaman kontraktilitas  otot polos pada software Labchart . 36
Gambar 2.1 Tanaman Talinum paniculatum19
Gambar 2.2 Vesika urinaria laki-laki tampak lateral.12
Gambar 2.4. Histologi dinding vesika urinaria.21
+7

Referensi

Dokumen terkait

Judul yang penulis ajukan adalah “Perbedaan Nilai Praktikum Anatomi Hewan Mahasiswa Pendidikan Biologi Fkip Universitas Muhammadiyah Surakarta Berdasarkan Media

[r]

Hasil studi ini adalah penggantian nazhir perseorangan kepada badan hukum mengacu kepada kemaslahatan umum yaitu penertiban aset wakaf yang dimiliki oleh badan hukum itu sendiri

1 Saya tidak keberatan untuk beralih ke e-commerce lain jika memiliki fungsionalitas yang lebih baik 2 Saya berniat untuk meningkatkan penggunaan e-.. commerce di

Adapun transaksi pada PT. Star Solusi Indonesia meliputi transaksi penjualan, pembelian, dan persediaan barang dimana pencatatan setiap transaksinya masih dicatat dalam bentuk

Metode latihan Jump To Box dan Double Leg Hop Progression meningkatkan kemampuan power kaki dan kekuatan otot tungkai, terdapat perbedan dalam latihan Jump To

Proses terbentukya delaminasi dengan variasi penyusunan komposit serat nanas yang berbeda diyakini akan meningkatkan kekuatan komposit serat nanas, sehingga perlu dilakukan