• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bentuk-bentuk pengembangan ekonomi masyarakat di pesantren (studi kasus atas pengembangan ekonomi masyarakat di PP. Annuqoyah Guluk-guluk Semenep Madura)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Bentuk-bentuk pengembangan ekonomi masyarakat di pesantren (studi kasus atas pengembangan ekonomi masyarakat di PP. Annuqoyah Guluk-guluk Semenep Madura)"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

Guluk-guluk Sumenep Madura)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.sos)

Oleh: Achmad Faishal NTM: 103032227709

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKIJLTAS ILMLJ SOSIAL DAN POLITIK

UNWERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

BENTUK-BENTUK PENGEMBANGAN EKONOMI

MASYARAKAT DI PESANTREN

(Studi Kasus Atas Pengembangan Ekonomi Masyarakat di PP. Annuqoyah Guluk-guluk Sumenep Madura)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.sos)

Oleh: Achmad Faishal NTM: 103032227709

Dibawah Bimbingan

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKIJLTAS ILMLJ SOSIAL DAN POLITIK

UNWERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul Bentuk-bentuk Pengembangan Ekonomi Masyarakat Di Pesantren (Studi Kasus Atas pengembangan Ekonomi Masyarakat di PP. Annuqayah Guluk-guluk Sumenep Madura) telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 14 Agustus 2012. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Sosiologi.

(4)

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Achmad Faishal NIM : 103032227709

Dengan mi menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Bentuk-bentuk

Pengembangan Ekonomi Masyarakat di Pesantren” (studi kasus atas

pengembangan ekonomi masyarakat di PP. Annuqoyah Guluk-guluk Sumenep Madura) adalah benar karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan skripsi tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan karya mi telah saya cantumkan sumber kutipannya. Saya juga bersedia untuk menanggung resiko sesusi dengan undang-undang yang berlaku jika temyata skripsi im secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dan karya orang lain.

Demikianlah pernyataan im saya buat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

(5)

ABSTRAK

Nama : Achmad Faishal

NIM : 103032227709

Fakultas : Ilmu Sosial dan Politik Jurusan : Sosiologi

Pengembagan masyarakat (community development) merupakan salah satu metode pekerjaan sosial dimana locus dan tujuan utamanya adalah memperbaiki kualitas taraf hidup masyarakat dengan mendayagunakan potensi atau sumber daya yang disandang mereka. Sedangkan pesantren yang identik dengan tempat ideal untuk mencari atau mendalami ilmu-ilmu agama juga merupakan bagian dari salah satu lembaga aktif dan potensial untuk dijadikan basis atau motor penggerak yang tertuju kepada agenda perubahan tersebut, di pesantren tentunya tidak hanya diajarkan ilmu-ilmu agama saja melainkan juga ilmu-ilmu sosial yang berkaitan langsung dengan kehidupan mereka.

Dalam membangun ekonomi masyarakat terdapat asusmsi bahwa untuk melakukan pemerataan ekonomi harus didahului oleh pertumbuhan ekonomi, baru kemudian didistribusikan melalui trickle down effect, karena jika tidak maka yang terjadi adalah pemerataan kemiskinan. Untuk memacu pertumbuhan ekonomi tersebut BPM-PP Annuqoyah guluk-guluk sumenep madura mengorientasikan upayanya untuk membangun sektor ekonomi berbasis masyarakat, home industries, ternak, perkebunan, sampai kepada koperasi juga toko, semuanya merupakan sektor riil yang oleh BPM-PP Annuqyah coba dikembangkan. Dengan prinsip kuat yaitu partisipatif (pesantren dan masyarakat) pengembangan ekonomi tersebut bisa sejalan dengan apa yang diharapkan, Pesantren mendapatkan keutungan, masyarakat memperoleh pendapatan, tentunya dengan model pengembangan ekonomi semacam ini bisa menjadikan PP Annuqoyah dan masyarakat hubungannya menjadi lebih inten komunikatif.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Bentuk-bentuk pengembangan ekonomi masyarakat sekitar pondok pesantren, yang dilakukan oleh Badan Pengabdian Masyarakat (BPM) PP. Annuqoyah Guluk-guluk Sumenep Madura.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik, dengan pendekatan kualitatif untuk memperoleh informasi dan mengumpulkan data-data yang dibutuhkan dengan melakukan wawancara langsung kepada informan, observasi dan dokumentasi berupa artikel, jurnal, arsip atau buku-buku yang masih berkaitan dengan penelitian ini. Maka sampai pada interpretasi dan analisis hasil data penelitian yang telah dilakukan oleh penulis dapat disimpulkan bahwa; pengembangan ekonomi yang telah dilakukan oleh BPM PP. Annuqoyah tersebut tidak untuk kalangan internal pesantren saja malainkan khusus untuk membantu perekonomian masyarakat, yang juga dikenal dengan Community Development.

(6)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabaraakatuhu

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah

SWT, Tuhan Semesta Alam, yang telah memberikan segala kenikmatan-Nya

kepada penulis, baik itu nikmat iman, sehat , dan waktu serta nikmat kemudahan

jalan yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini. Shalawat

dan salam penulis haturkan kepada Nabi Besar umat manusia Muhammad SAW,

yang membawa risalah Allah SWT dan mengajarkannya kepada manusia sehingga

terhindar dari zaman kebodohan. Shalawat dan salam tidak lupa penulis haturkan

pula kepada para keluarga nabi, sahabat nabi, tabi’in, tabi-tabi’in, dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

Penulis melakukan penelitian ini untuk memenuhi persyaratan akan

kelulusan penulis untuk memperoleh gelar sarjana sosial di Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Jurusan Sosiologi

Agama. Dan alhamdulillah penelitian ini dapat penulis selesaikan.

Dengan selesainya penelitian ini, penulis ingin mengucapkan rasa terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Allah SWT atas berkah, rizki, rahmat, ridha dan kemudahan-Nya yang

membuat penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.

2. Nabi Besar Muhammad SAW yang telah memberikan segenap jiwa raganya

untuk mengajarkan kebenaran kepada umat manusia, sehingga terhindar dari

zaman kebodohan.

3. Kedua Orang tuaku; bpk. Romadhan ibuku Rasma, kakak ku tercinta Hj.

Hasanah binti romadhan, dan adiku tercinta Sumaena rahma neng tyasari,

terima kasih segala dukungan juga pengorbanannya baik dari segi moril

maupun materil, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.

4. To My Endless Love.. Tini Faisal binti

5. Ibu Joharotul Jamilah, M.Si selaku pembimbing utama. Terima kasih banyak

atas segala bimbingan; kritikan, saran, masukan pendapat dan waktu yang

(7)

6. Bapak Dr. Hendro Prasetyo. MA, Prof. Dr. Bachtiar Effendy dan seluruh staf

dekanat, terimakasih atas waktu yang telah diberikan kepada penulis selama

ini.

7. Dosen-Dosen UIN Jakarta FUF dan FISIP Reguler yang telah mengajar dan

mendidik penulis selama menjadi mahasiswa di FUF dan sekarang di FISIP

Reguler UIN Jakarta, terima kasih atas pengorbanan waktu dan ilmu yang

diberikan kepada penulis dan kawan-kawan mahasiswa lainnya. Semoga Allah

SWT mencatat semuanya sebagai amal ibadah yang tak akan terputus hingga

akhir zaman. Amin.

8. Untuk Mahasiwa Sosiologi Agama FUF angkatan tahun 2003-2007, terima

kasih setulus hati untuk sahabat tercinta; Hamami Naseruddin As-zuhery, Toto

Tri Atmojo, Rohmatullah, Juhadi As-sukry, Roni Tua Harahap, Reiy Ikhsan

El-Madury, atas persahabatan dan pengalaman yang telah diberikan kepada

penulis.

9. Kawan seperjuangan Abd. Wahid, Kanda Adi Prayetno, Laily Munasir, Anis

Kurniawan, tiada kata yang pantas penulis sampaikan selain bahasa perjuagan

demi masa depan yang selalu kalian dengungkan, mampu menggugah hati

penulis selama ini.

Dalam penelitian ini penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan

yang dilakukan penulis. Oleh karena itu penulis akan membuka diri untuk

menerima kritik dan saran dari semua pihak terkait penelitian ini sehingga penulis

dapat memperbaiki dan menyempurnakan penelitian ini. Akhir kata penulis

berharap semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada seluruh pihak

terkait.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Jakarta, 14 Agustus 2012

(8)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

1. Perkembangan daerah PP Annuqayah priode 1887 – 197 ... 25

2. Perkembangan jumlah santri PP Annuqayah selama 10 tahun terakhir (1978 – 1989) ... 26

3. Jumlah santri PP Annuqayah tahun pelajaran 2009 – 2010 ... 27

4. Data siswa PP Annuqoyah Guluk-guluk sumenep madura ... 28

5. Luas daerah desa guluk-guluk ... 31

6. Data penduduk menurut jenis kelamin ... 32

7. Data penduduk menurut profesi ... 32

8. Jumlah dan jenis usaha di lingkungan pesantren Annuqayah ... 35

9. Karakteristik ekonomi masyarakat sekitar pesantren ... 36

10. Jenis usaha pertokoan pesantren ... 41

11. Jenis usaha perkebunan 12. Jenis/bentuk usaha masyarakat di dalam lingkungan pesantren ... 45

13. Jenis/bentuk usaha masyarakat di luar pesantren ... 46

(9)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ...

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAKSI ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Literatur Review... 5

C. Batasan dan Rum………... 9

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10

E. Metodologi Penelitian ... 11

F. Sistematika Penulisan ... 13

BAB II KERANGKA TEORI A. Konsep dan Cakupan Pengembangan Masyarakat ... 14

B. Perspektif Teoritis Tentang Comunity Development ... 16

C. Proses Pengembangan Masyarakat ... 18

D. Model Pengembangan Masyarakat ... 20

BAB III TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Annuqoyah Guluk-guluk Sumenep Madura ... 22

(10)

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Bentuk-bentuk Pengembangan Ekonomi di Pesantren Annuqoyah.... 39

B. Kontribusi Pengembangan Ekonomi Terhadap Internal Pesantren

Annuqoyah dan Masyarakat Sekitar ... 51

C. Keuntungan dan Hambatan Pengembangan Ekonomi Terhadap

Masyarakat sekitar ... 58

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ... 65

B. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA

(11)
(12)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Salah satu penyebab kegagalan sistem perekonomian Indonesia ialah

adanya kebijakan pemerintah mengenai sistem ekonomi konglomerasi. Sistem

ekonomi berbasis konglomerasi ini kenyataannya hanya menguntungkan orang

atau kelompok yang telah memiliki kemampuan dan akses ekonomi, sehingga

hanya merekalah yang untung. Sementara itu, masyarakat yang tidak memiliki

kemampuan dan akses, tidak dapat melakukan kegiatan-kegiatan ekonomi yang

dapat menguntungkan usahanya.1

Setelah kegagalan sistem ekonomi konglomerasi, maka harapan ekonomi

itu ditumpahkan ke lembaga-lembaga rakyat yang sudah teruji dan lulus dalam

sejarah kehidupan masyarakat dan berbangsa. Ternyata, yang justru tahan di

tengah badai krisis ekonomi adalah lembaga-lembaga ekonomi mikro yang

berbasis rakyat. Industri kelas menengah kecil seperti home industries justru

memiliki daya ketika berhadapan dengan krisis ekonomi.

Tentunya ini menjadi motivasi tersendiri bagi lembaga pengelola ekonomi

kemasyarakatan, lebih-lebih pesantren yang dalam hal ini dijadikan objek

penelitian. Dalam teori Physiocrat, (gabungan antar alam dan fisik) beroperasi di

atas asumsi, bahwa perilaku ekonomi adalah pokok dalam hukum alam. Motivasi

ekonomi hanya satu aspek utama sifat manusia yang universal. Setiap orang

mengarahkan minat dan alasan tindakannya pada tujuan ini. Sehingga terdapat

keteraturan dalam tindakan ekonomi. Perilaku ekonomi sendiri diarahkan untuk

1

(13)

meningkatkan kesejahteraan.2 Pondok pesantren, kenyataannya adalah lembaga

potensial untuk bergerak ke arah ekonomi berbasis rakyat, sebagaimana kekuatan

yang dimilikinya. Jika Ponpes hanya menjadi penonton di era yang akan datang,

maka lembaga-lembaga ekonomi mikro lain boleh jadi bergerak ke arah

kemajuan. Oleh karena itu, kiranya diperlukan analisis yang cermat untuk

melakukan penguatan kelembagaan ekonomi ini, agar tidak salah melangkah.3

Sasaran akhir dari pengembangan pemberdayaan ekonomi Ponpes adalah

kemandirian pesantren. Selama ini Ponpes selalu dilabeli dengan nama lembaga

pengedar proposal dana bantuan, baik pada institusi formal atau non formal.

Labeling itu tentunya tidak mengenakan. Ponpes, akan terbebas dari anggapan itu

kalau Ponpes menjadi lembaga yang kuat, terutama dalam sektor ekonomi.

Dengan sendirinya, tidak setiap ada kegiatan, apakah membangun gedung atau

kegiatan lain, tidak selalu sibuk mengedarkan proposal kesana-kemari.4

Dan apabila mengingat lembaga yang telah berfungsi sebagai pengelola

dana yang digali dari masyarakat atas dasar ajaran keimanan belum dapat

berfungsi secara maksimal, maka masih perlu dipertimbangkan penciptaan

lembaga “baru” yang digerakkan oleh lembaga pesantren. Studi awal

menunjukkan bahwa pesantren sangat memadai untuk dikembangkan sebagai

model pengembangan ekonomi rakyat melalui suatu penelitian.5

2

Wardi Bahtiar, Prof. Dr. M.S., Sosiologi Klasik, Dari Comte Hingga Parsons, (Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 19

3

Nur Syam, H. Penguatan Kelembagaan Ekonomi Berbasis Pesantren, dalam A. Halim et al., Manajemen Pesantren, h. 247.

4

Nur Syam, H. Penguatan Kelembagaan Ekonomi Berbasis Pesantren, dalam A. Halim et al., Manajemen Pesantren, hal. 252-253.

5

(14)

Diharapkan dalam perkembangannya, Metode dan pola pengembangan

pendidikan pesantren, seyogyanya tidak lagi ditempatkan hanya sekedar

“mendidik”, tetapi juga melakukan upaya maksimal untuk menciptakan hasil yang

bisa diterima dalam semua level kehidupan sosial masyarakat. Sebagai lembaga

pendidikan Islam tradisional. Pesantren merupakan sarana penting untuk

melakukan transfer pengetahuan kepada masyarakat desa.6

Dengan semangat demikian, pesantren akan dianggap mampu bersenyawa

dengan kondisi riil masyarakat, guna memenuhi tuntutan terhadap realitas, karena

spirit dasar kehadiran pesantren adalah untuk menjadi Rahmat bagi masyarakat,

baik rahmat dalam konteks pendidikan agama ataupun umum, maupun rahmat

dalam aspek sosial yang lain, seperti aspek budaya, politik, hukum dan ekonomi.

Salah satu pesantren yang sejak awal memiliki komitmen untuk

mengembangkan ekonomi masyarakat dengan memanfaatkan potensi lokal adalah

Pondok Pesantren Annuqayah.7 Pesantren ini dalam derajat tertentu telah mampu menciptakan suatu terobosan yang signifikan untuk melakukan transformasi sosial

yang cukup berarti dalam memberdayakan kehidupan sosial ekonomi masyarakat.

Dari awal berdirinya PP. Annuqayah pada tahun 1887 M. Hingga tahun

1978, kegiatan pengembangan masyarakat secara formal ke-organisasian belum

ada di pesantren Annuqayah. Hanya saja kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang

kemudian disebut „pengembangan masyarakat‟ itu, sebelumnya sudah dilakukan

pesantren dalam bentuk pelayanan sosial, pendidikan keterampilan, unit-unit

6

Endang, Turmudi. Perselingkuhan Kyai dan Kekuasaannya. (Yogyakarta: LkiS, 2004), h. 1

7

(15)

koperasi dan kegiatan-kegiatan kemasyarakatan lewat organisasi-organisasi sosial

yang berpusat di pesantren Annuqayah.

Pengembangan masyarakat oleh pesantren Annuqayah dimulai sejak

terbentuknya Biro Pengabdian Masyarakat Pondok Pesantren Annuqayah

(BPM-PPA) yang didahului oleh perkenalan dengan Lembaga Penelitian, Pendidikan dan

Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES), sebuah LSM di Jakarta, pada tahun

1974. Waktu itu Bapak Drs. Soedomo, dari IKIP Malang disertai peneliti dari

LP3ES, berkunjung ke pesantren Annuqayah untuk melakukan penelitian,

bekerjasama dengan Bappeda Jawa Timur, dan IKIP Malang. Perkenalan ini

kemudian berlanjut dengan korespondensi sehubungan dengan akan diadakannya

Latihan Tenaga Pengembangan Masyarakat (LTPM) untuk kalangan pesantren di

Pabelan Magelang. Karena alasan masih minimnya pengetahuan tentang LSM

pada waktu itu, maka pihak pesantren tidak serta merta memenuhi tawaran

tersebut. Keputusan baru diambil setelah mengkaji berbagai aspek kegiatan, serta

didukung oleh surat pribadi Bapak Abdurrahman Wahid, (Allahu maghfir lahu)

kepada K.H. Moh. Amir Ilyas, sebagai pengasuh utama An-Nuqayah periode itu,

yang menjelaskan tentang arti pentingnya latihan tersebut. An-Nuqayah kemudian

mengirimkan dua orang pesarta, yaitu, K.H. Abdul Basith, kiai muda yang waktu

itu baru menyelesaikan studinya di perguruan tinggi, dan seorang santri senior,

yaitu Bapak M. Syafi‟ie Anshori.

Kemudian pada tahun 1987 BPM-PPA mengadakan Lokakarya

Perencanaan Program Pengembangan Unit usaha/Koperasi Lima Pondok

(16)

koperasi batik, koperasi pelayanan pupuk, koperasi alat-alat tulis, koperasi

pertukangan, dan koperasi pengrajin genting.8

Melalui Biro Pengabdian Masyarakat (BPM), Annuqayah antara lain, telah

melakukan program usaha ternak sapi. Program ini sebagai salah satu jembatan

bagi masyarakat untuk mendapatkan penghidupan yang layak dan meringankan

beban ekonomi masyarakat di tengah krisis yang belum terobati.9

Oleh karena itu, dengan pesantren, maka masyarakat memiliki peluang

yang besar untuk mengembangkan basis ekonomi mereka di sekitar pesantren atau

menjadi penyuplai (suplier) bagi kebutuhan santri yang berada di dalam

pesantren. Sehingga dapat saling menguntungkan. Santri bisa mendapatkan bahan

yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya santri, sementara

masyarakat memperoleh lahan untuk pengembangan ekonomi mereka dengan

baik.

B . Literatur Review

Penelitian terdahulu yang relevan dengan fokus penelitian penulis,

diantaranya adalah: yang tertuang dalam penelitian yang dilakukan oleh: M. Murtadho, “Pesantren dan Pemberdayaan Ekonomi”, penelitiannya menggunakan Studi Kasus Pada Pesantren Baitul Hamdi, dan Pesantren Turus di

Pandeglang, Serang-Banten.

Penelitian ini berangkat dari kenyataan yang ironis, yaitu banyak

pesantren, tetapi masyarakat di sekitar pesantren tersebut masih tradisional.

8

http://www.facebook.com/note.php?note_id=117199511629358. Data diakses pada Tanggal, 20 November 2010

9

(17)

Kenyataan ini mendorong M. Murtadho, untuk meneliti masalah ini, dengan pola

mengaitkan unsur keagamaan dengan kemajuan ekonomi.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan pendekatan

kualitatif, dengan memfokuskan masalah pada pesantren dan usaha ekonomi.

Alhasil pada tahun 1998 pesantren telah mendirikan Koperasi BMT Muamalat

Pertiwi. Terkait dengan usaha ekonomi, M, Murtadho, menemukan empat (4)

model pengembangan ekonomi yang sedang berjalan di kedua pondok pesantren

tersebut, diantaranya:

Pertama, usaha ekonomi yang berpusat pada Kyai. Dalam contoh ini

seorang Kyai mempunyai perkebunan cengkih yang luas. Untuk pemeliharaan dan

pemanenan, kyai melibatkan santrinya untuk mengerjakannya. Maka terjadilah

hubungan mutualisme saling menguntungkan: kyai dapat memproduksikan

perkebunannya, santri mempunyai pendapatan tambahan, dengan keuntungan

yang dihasilkan dari perkebunan cengkeh tersebut, kyai dapat menghidupi

kebutuhan pengembangan pesantrennya. Dalam kasus di Pandeglang, peneliti

menemukan pengembangan ekonomi semacam ini juga terdapat pada Pesantren

Nurul Hidayah Cilaja kec. Pandeglang.

Kedua, usaha ekonomi pesantren untuk memperkuat biaya operasional

pesantren. Contoh, pesantren memiliki unit usaha produktif seperti, menyewakan

gedung pertemuan, rumah dsb. Keuntungan usaha produktif ini, dialokasikan

untuk biaya operasional pesantren. Dalam kasus Pandeglang, peneliti menemukan

contoh pesantren jenis ini pada Pesantren Baitul Hamdi di kec. Menes.

Ketiga, usaha ekonomi untuk santri. Dengan membekali santri ketrampilan

(18)

santri agar mempunyai ketrampilan tambahan, dengan harapan menjadi bekal dan

alat untuk mencari pendapatan hidup. Pesantren Baitul Hamdi di Menes

Pandeglang dapat dijadikan sampel pesantren dalam jenis ini juga, karena di sana

santri diajak untuk bertani, dan berkebun.

Keempat, usaha ekonomi bagi para alumni santri. Pengurus pesantren

dengan melibatkan para alumni santri menggalang sebuah usaha tertentu dengan

tujuan untuk menggagas suatu usaha produktif bagi individu alumni, peneliti

menemukan contoh pesantren dalam jenis ini ada pada Pesantren Turus desa

Kabayan kec. Pandeglang. Pesantren Turus mendirikan usaha ekonomi berupa

koperasi yang bergerak dalam kegiatan usaha simpan pinjam dan perdagangan.10 Penelitian M. Murtado ini, lebih menekankan pada: pengembangan

ekonomi yang berpusat pada kalangan internal pesantren. Tidak ditemukannya

basis pengembangan ekonomi untuk masyarakat sekitar pesantren walaupun

pengelolaan pengembangan ekonomi itu melibatkan para santri dan alumni.

Literatur review lainnya yang sesuai dengan soal pengembangan ekonomi

masyarakat, ditulis oleh Abd. Hamid Wahid, M.Ag (2009) yang tertuang dalam

penelitiannya, disampaikan sebagai sumbang saran dalam Pertemuan Pesantren -

Departemen Agama 2003 di Puncak Bogor, dengan judul; Peran Pemberdayaan Potensi Pesantren: RMI dan Pengalaman BPPM Nurul Jadid. Yang menjadi fokus penelitiannya, adalah tentang peran BPPM (Badan Pengembangan

Pesantren dan masyarakat) dan RMI (Rabithatul Ma‟ahidil Islamiyah) dalam pemberdayaan potensi pesantren dan masyarakat. Bentuk riil peran BPPM dan

10

(19)

RMI dalam pemberdayaan potensi pesantren tertuang dalam peningkatan

wawasan dan keterampilan santri, melalui aktifitas pendidikan-pendidikan

singkat, penjaringan beasiswa bagi para santri yang berpotensi untuk dikirim studi

ke lembaga-lembaga profesional, baik di dalam maupun ke luar negeri.

Sedangkan pemberdayaan potensi masyarakat meliputi: (1) sektor pertanian, (2)

nelayan, (3) ternak, (4) niaga dan (5) industri kecil.

Biro Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (BPPM) ini,

Program-program rintisannya mengacu pada pengembangan masyarakat atau Community

Development (CD) dengan memberikan pinjaman lunak (soft loan) yang

sistemnya memakai pola modal atau dana berputar (revolving fund ). dan

memberikan bantuan dengan berbentuk dana hibah untuk dikelola oleh pesantren

atau masyarakat sendiri.

BPPM PP. Nurul Jadid, dalam melakukan aktifitas CD (community

development) yaitu, membuat masyarakat binaan, fokusnya pada masyarakat

petani, masyarakat nelayan atau pesisir, dengan memberikan pelatihan berternak

ayam potong, dan berternak sapi susu. Model pembinaannya dengan stimulasi,

penyadaran dan pembinaan ekonomi masyarakat berorientasi pasar.

Kelompok-kelompok masyarakat binaan yang ditunjuk, di latih membuat

industri kecil, penggunaan hasil tangkapan ikan secara efektif, pemberian

pinjaman modal bagi buruh tani untuk sewa lahan cocok tanam, dan pembelian

pupuk. Program-program CD tersebut terlaksana dengan bekerjasama, baik

dengan lembaga-lembaga founding agency NGO, maupun dengan instansi

pemerintahan yang berkompeten.11 Dibandingkan dengan penelitian M.

11

(20)

Murtadho, Penelitian Abd. Hamid Wahid, M.Ag ini sudah lebih maju: pertama,

dikarenakan pengembangan ekonomi yang ditelitinya tidak hanya untuk internal

pesantren saja, tapi sudah menyentuh pada ekonomi masyarakat dengan merujuk

pada pola community development (CD). Kedua, penelitian yang dilakukan Abd.

Hamid Wahid, lebih kepada optimalisasi peran BPPM dan RMI (Rabithatul

Ma‟ahidil Islamiyah) Nurul Jadid, sebagai instrumen lembaga pengembangan

masyarakat untuk menggali potensi-potensi yang ada di pesantren maupun pada

masyarakat.

Oleh karena itu penelitian saya yang berjudul: Bentuk-bentuk

Pengembangan Ekonomi Masyarakat Di Pesantren (studi kasus atas

pengembangan ekonomi masyarakat di PP. Annuqayah guluk-guluk sumenep

madura) ini bermaksud untuk mengetahui dan melihat pesantren dan

pengembangan ekonomi yang ditujukan tidak hanya untuk internal pesantren,

tetapi juga untuk masyarakat sekitar pesantren.

C. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Untuk mengarahkan penelitian agar lebih spesifik, maka masalahnya akan

dibatasi pada:

a. Bentuk-bentuk pengembangan ekonomi yang ada di lingkungan pondok

pesantren Annuqayah.

b. Kontribusi pengembangan ekonomi yang dilakukan oleh pesantren

Annuqayah.

(21)

2. Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Dengan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, Berkaitan

dengan pemaparan tentang pesantren dan pengembangan ekonomi masyarakat di

sekitar pondok pesantren, maka perumusan dan pertanyaan penelitian dibatasi

pada: Pertama, bagaimana bentuk, pola dan pengembangan ekonomi yang

dilakukan oleh masyarakat sekitar pondok pesantren Annuqayah.?

Kedua, apakah pengembangan ekonomi di pesantren Annuqayah tersebut

sudah sampai pada tingkat community development.?

Ketiga, apakah pengembangan ekonomi pesantren Annuqayah tersebut

hanya untuk internal atau eksternal pesantren.?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Dari latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas, maka tujuan

yang hendak penulis capai dari penelitian sekripsi ini :

a. Untuk mengetahui bentuk-bentuk dan pola pengembangan ekonomi yang

ada di masyarakat sekitar pesantren Annuqayah.

b. Untuk menganalisa dan menjelaskan ada dan tidaknya pengembangan

ekonomi untuk masyarakat sekitar pesantren Annuqayah.

c. Untuk mendeskripsikan kontribusi pengembangan ekonomi yang dilakukan pesantren Annuqayah terhadap internal pesantren dan

(22)

2. Menfaat Penelitian

Adapun menfaat penelitian ini diharapkan:

a. Dapat memberikan masukan dan dapat dijadikan rekomendasi untuk

pemerintah Kabupaten Sumenep, dalam meningkatkan kualitas

pengembangan ekonomi baik dilingkungan pesantren-pesantren pada

khususnya ataupun, pada masyarakat luas.

b. Semoga dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan bagi mahasiswa

c. Memenuhi tugas akhir perkuliahan program Strata Satu (S1) yang telah

ditetapkan oleh Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

E. Metodologi penelitian

Langkah-langkah metode yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian

penulisan skripsi ini adalah :

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian sosial yang dilakukan di lapangan (Field

Research), yaitu terjun langsung pada objek penelitian untuk memperoleh data

primer dengan menggunakan pendekatan kualitatif.

2. Teknik Pengumpulan data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

lapangan ini adalah :

a. Observasi (pengamatan), yaitu mengamati secara langsung prihal

pengembangan ekonomi yang ada pada masyarakat sekitar PP Annuqayah

(23)

pengamatan langsung terhadap objek penelitian guna mendapatkan data

yang berkaitan dengan masalah yang akan penulis teliti.

b. Wawancara, (interview) dalam hal ini penulis mewawancarai 10 orang responden yang terdiri dari 5 orang pengurus pesantren dan 5 orang

masyarakat sekitar pesantren.

c. Dokumentasi, teknik ini penulis gunakan untuk melengkapi data yang penulis perlukan, yaitu dengan cara melihat buku-buku, artikel-artikel,

dokumen atau arsip-arsip yang ada di perpustakaan Pondok Pesantren

Annuqayah, Guluk-guluk Sumenep Madura. Seperti buku profile PP

Annuqayah dan.

3. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini

adalah pedoman wawancara, buku catatan. Pedoman wawancara digunakan agar

lebih fokus menggali apa yang menjadi sasaran penelitian. Sedangkan buku

catatan digunakan untuk mencatat hal-hal yang tidak terekam atau yang terlewati

atau informasi yang belum jelas.

4. Sumber Data

Dalam penelitian ini data dikategorikan ke dalam dua jenis, yaitu ; data

primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dari hasil wawancara dan

observasi. Adapun data sekunder dalam penelitian ini adalah yang didapatkan dari

(24)

5. Subjek Penelitian

Istilah subjek penelitian merujuk kepada orang atau individu atau

kelompok yang menjadi sasaran unit atau satuan (kasus) yang diteliti, dimana

subjek penelitian ini adalah masyarakat yang berada di luar lingkungan PP.

Annuqayah, Guluk-guluk Sumenep Madura.

6. Pedoman Penulisan

Pedoman penulisan skripsi ini, penulis menggunakan buku Pedoman

Penelitian Karya Ilmiah CeQDA, cet-II, Jakarta: 2007, yang disusun oleh Tim

penulis Hamid Nasuhi, Ismatu Ropi, Oman Fathurohman, M. Syairoji Dimyati,

Netty Hartati, Syopiansyah Jaya Putra.

F. SISTEMATIKA PENULISAN

Bab I. Pendahuluan: terdiri dari Latar Belakang Masalah, Literatur

Review, Batasan dan rumusan Masalah, Tujuan dan Kegunaan Penelitian,

metodologi Penelitian dan Sistematika Penulisan.

Bab II. Kajian Teori: meliputi: Konsep dan Cakupan Pengembangan

Masyarakat (Communitu Development, Perspektif Teoritis Tentang Community

Development, Proses Pengembangan Masyarakat, Model Pengembangan

Masyarakat.

Bab III. Gambaran Umum: meliputi Gambaran Umum tentang pesantren

Annuqayah, Kondisi Sosial Ekonomi dan Karakteristik Ekonomi Masyarakat

Annuqayah Guluk-guluk Sumenep Madura.

Bab IV. Analisis Hasil Penelitian: Bab ini membahas: Bentuk-bentuk

(25)

ekonomi terhadap internal pesantren Annuqayah dan masyarakat sekitar,

Keuntungan dan hambatan pengembangan ekonomi terhadap masyarakat sekitar

(26)
(27)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Konsep dan Cakupan Pengembangan masyarakat (Community Development)

Pengembangan masyarakat (community developmet) memiliki sejarah

panjang dalam literatur dan praktek pekerjaan sosial, menurut Johnson,

pengembangan masyarakat merupakan spesialisasi atau setting praktek pekerjaan

sosial yang bersifat makro (macro practice). Memang telah menjadi perdebatan

panjang mengenai apakah pengembangan masyarakat dapat dan harus

didefinisikan sebagai kegiatan profesional dan ciri khas pekerjaan sosial. Yang

jelas PM memiliki tempat khusus dalam khazanah pendekatan pekerjaan sosial.

Dalam diskursus akademis pekerjaan sosial, PM lebih dikenal sebagai

Community Organization atau Community Development (CO/CD) (Gilbert dan

Specht, 1981) atau Bimbingan Sosial Masyarakat (Soetarso,1991). Di Australia,

Inggris dan beberapa negara Eropa, pengembangan masyarakat disebut sebagai

pekerjaan kemasyarakatan (community work), penyembuhan sosial (social

treatment), perawatan sosial (social care) atau perawatan masyarakat (community

care) (Twelvetrees, 1993; Payne, 1986).12

12

(28)

Adapun pengembangan itu sendiri bermakna suatu sistem penyebaran

maklumat dan ilmu pegetahuan daripada stesyen penyelidikan, pusat ilmu,

universiti atau agensi pembangunan kepada masyarakat luar yang bertujuan untuk

meningkatkan taraf kehidupan kemasyarakatan.2 Sebagimana asal katanya, yakni pengembangan masyarakat, PM terdiri dari dua konsep, yaitu “pengembangan dan

Masyarakat”. Secara singkat, pengembangan atau pembangunan merupakan usaha

bersama dan terencana untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia. Bidang

pembangunan biasanya meliputi beberapa sektor, yaitu ekonomi, pendidikan,

kesehatan dan sosial-budaya. Sementara itu, masyarakat dapat diartikan dalam dua

konsep, yaitu:

1. Masyarakat sebagai sebuah “tempat bersama”, yakni sebuah wilayah geografi yang sama. Sebagai contoh, sebuah rukun tetangga,

perumahan di daerah perkotaan, atau sebuah kampung di daerah

pedesaan.

2. Masyarakat sebagai “kepentingan bersama”, yakni kesamaan kepentingan berdasarkan kebudayaan dan identitas. Sebagai contoh,

kepentingan bersama pada masyarakat etnis minoritas atau

kepentingan bersama berdasarkan identifikasi kebutuhan tertentu

seperti halnya pada kasus para orang tua yang memiliki anak dengan

kebutuhan khusus (anak cacat fisik) atau bekas para pengguna

pelayanan kesehatan mental.13

2

Maimunah Ismail, Pengembangan, Implikasi ke atas Pembangunan Masyarakat, (Kuala Lumpur, 1990 ), cetakan ke-2, h. 55

13

(29)

Dunham, mendefinisikan pengembangan masyarakat sebagai “berbagai

upaya yang terorganisir yang dilakukan guna meningkatkan kondisi kehidupan

masyarakat, terutama melalui usaha yang kooperatif dan mengembangkan

kemandirian dari masyarakat pedesaan, tetapi hal tersebut dilakukan dengan

bantuan teknis dari pemerintah atau lembaga-lembaga sukarela”.14

B. Perspektif Teoritis Tentang Community Development

Secara teoritis, pengembangan masyarakat dapat dikatakan sebagai sebuah

pendekatan pekerjaan sosial yang dikembangkan dari dua perspektif yang

berlawanan, yakni aliran kiri (sosialis-marxis) dan kanan (kapitalis-demokratis).

Dewasa ini, terutama dalam konteks menguatnya sistem ekonomi pasar bebas dan

swastanisasi kesejahteraan sosial, PM/CD semakin menekankan pentingnya

swadaya dan keterlibatan informal dalam mendukung strategi penanganan

kemiskinan dan penindasan, maupun dalam memfasilitasi partisipasi dan

pemberdayaan masyarakat.

Twelvetrees, membagi perspektif teoritis PM ke dalam dua bingkai, yakni

pendekatan profesional dan pendekatan radikal. Pendekatan profesional menunjuk

pada upaya untuk meningkatkan kemandirian dan memperbaiki sistem pemberian

pelayanan dalam karangka relasi-relasi sosial. Sementara itu, berpijak pada teori

struktural neo-Marxis, feminisme dan analisis anti-rasis, pendekatan radikal lebih

terfokus pada upaya mengubah ketidakseimbangan relasi-relasi sosial yang ada

melalui pemberdayaan kelompok-kelompok lemah, mencari sebab-sebab

14

(30)

kelemahan mereka, serta menganalisis sumber-sumber ketertindasannya.

Sabagaimana diungkapkan oleh Payne berikut : (1995:166),

This is the type of approach which support minority ethnic communities, for example, in drawing attention to inequalities in service provision and in power which lie behind severe deprivation.”

Maksudnya adalah pendekatan profesional dapat diberi label sebagai pendekatan yang mematra tradisional, netral dan teknikal. Sedangkan pendekatan radikal dapat diberi label sebagai pendekatan yang bermatra tradisional.

Dua Perspektif Pengembangan Masyarakat

Pendekatan Perspektif Tujuan /Asumsi

Profesional (Tradisional, Radikal (Transformasional)  Aksi masyarakat

(31)

C. Proses Pengembangan Masyarakat

Pendekatan bottom-up, „perubahan dari bawah‟ dan partisipasi merupakan prinsip fundamental dalam pengembangan masyarakat. Tidak saja hanya pada

partisipasi proses itu berpijak, melainkan juga pada persoalan hasil dan tujuan,

adapun penekanan pengembangan masyarakat yang diarahkan pada proses, bukan

hasil, merupakan penekanan yang sama radikalnya pada perubahan dan partisipasi

dari bawah.

Penekanan ini sama-sama memerlukan reorientasi, utamanya bagi banyak

pekerja masyarakat yang telah terbiasa berfikir didasarkan pada hasil; dan sulit

menjelaskan kepada mereka yang menerima padangan umum bahwa tujuan

menjustifikasi sarana, dan bagi mereka „kemana kita menuju‟ lebih penting

daripada kita mencapainya. Partisipasi memang sangat penting untuk perubahan

dari bawah, dan sangat penting pula untuk mempertahankan fokus pada proses.

Adapun proses-proses pengembangan masyarakat tersebut sebagai berikut:

a) Integritas Proses

Gagasan mengenai intergritas proses berlandaskan pada; jika sarana dan

tujuan tidak dapat dipisahkan, dan jika kita menerima pandangan bahwa

mengubah sarana dapat mengubah tujuan, maka proses pengembangan

masyarakat memiliki nilai yang lebih dari sekedar instrumental. Sehingga sangat

penting untuk menjamin bahwa proses itu sendiri memiliki integrasi dan tidak

bertentangan dengan prinsip keadilan ekologis dan sosial.

Aspek terpenting dari integritas proses yaitu bahwa proses harus

(32)

partisipasi penuh. Proses pengembangan masyarakat tidak dapat dipaksakan dari

luar, dan tidak ditentukan oleh pekerja masyarakat, dewan lokal atau departemen

pemerintah. Proses pengembangan masyarakat harus menjadi proses masyarakat

yang memiliki, dikuasai dan dilangsungkan oleh mereka sendiri.

b) Peningkatan Kesadaran

Ada empat aspek dalam peningkatan kesadaran, meskipun perlu

ditekankan bahwa dalam proses peningkatan kesadaran, keempat aspek ini akan

terjadi pada saat yang sama; aspek-aspek tersebut bukan langkah-langkah dalam

progresi linear. Pertama, yaitu berkaitan dengan aspek personal dan politik.

Artinya adalah bahwa semua pengalaman personal dan pengalaman politik

mengharuskan keduanya dijalankan bersama-sama sebagai upaya menolong

masyarakat membuat koneksi antara pengalaman personal dan politik.

Kedua, membangun hubungan dialogis dengan para anggota masyarakat.

Ketiga,berbagi pengalaman penindasan, dengan cara menyelidiki setiap

pengalaman orang lain tentang apa pengertian dari penindasan, dan bagaimana

orang-orang memahami dan mendefinisikannya, sehingga kesadaran kolektif

dapat berkembang. Gagasan bergerak dari pengalaman individu ke pengalaman

yang terbagi dan selanjutnya kesadaran kolektif menjadi bagian terpenting dari

peningkatan kesadaran.

c) Langkah Pengembangan

Salah satu aspek penting dari proses pengembangan masyarakat adalah

(33)

diperlukan langkah yang „natural‟ untuk memulainya, dan untuk mendorong

proses tersebut menyelaraskan dengan langkah tersebut, artinya adalah bahwa

proses merupakan milik masyarakat, bukan milik pekerja, dengan demikian,

proses harus berjalan sesuai dengan langkah yang diinginkan oleh masyarakat.

d) Konsensus

Perspektif konflik dan konsensus yang berbeda telah menjadi sangat

penting dalam konseptualisasi pengembangan masyarakat. Konflik merupakan

bagian masyarakat yang tidak dapat dihidari, justru itu kemampuan untuk

menangani konflik merupakan bagian kerja masyarakat yang sangat penting,

namun demikian perspektif konsensus jauh lebih cocok untuk pengembangan

masyarakat.15

D. Model Pengembangan Masyarakat

Jack Rothman dalam karya klasiknya yang terkenal, Three Models Of

Community Organization Practice (1968), mengembangkan tiga model yang

berguna dalam memahami konsepsi tentang pengembangan masyarakat: (1)

pengembangan msyarakat lokal (locality development); (2) perencanaan sosial

(social planning); dan(3) aksi sosial (sosial action).16 Paradigma ini merupakan

format ideal yang dikembangkan terutama untuk tujuan analisis dan

konseptualisasi. Dalam prakteknya, ketiga model tersebut saling bersentuhan satu

15

Jim Ife dan frank Tesoriero, Community Development: Alternatif Pengembangan Masyarakat Di Era Globalisasi, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2008), cetakan ke-1, h. 335-362

16

(34)

sama lain, setiap komponennya dapat digunakan secara kombinasi dan simultan

sesuai dengan kebutuhan dan situasi yang ada.

Tiga Model Pengembangan Masyarakat

kepentingan umum Rationalist-unitary Idealist-unitary Realist-unitary

Orientasi terhadap

sistem perubahan Masyarakat secara keseluruhan

Seluruh atau

Warga masyarakat atau negara Konsumen korban

Peranan

(35)
(36)

BAB III

TEMUAN PENELITIAN

Letak Kecamatan Guluk-Guluk berada pada paling barat kecamatan yang

ada di kabupaten Sumenep, berjarak sekitar 30 km dari kota Sumenep, berbatasan

dengan Kecamatan Pakong, Kabupaten Pamekasan. Secara geografis, desa

Guluk-guluk berada di antara 6°00'-7°30' dengan ketinggian ± 117 meter dari permukaan

laut, dengan luas wilayah 1.675.955 ha dari luas kecamatan Guluk-Guluk yang

memiliki lahan seluas 6.691.316 ha.

Wilayah yang cukup luas ini ternyata tidak memberikan harapan

penghidupan bagi masyarakat Guluk-guluk karena susunan tanahnya,

sebagaimana daerah Madura lainnya cenderung terdiri dari batu-batu berkapur

(lime store rock) dan sebagian besar tanahnya berjenis mediteran. Sedangkan

curah hujan rata-rata pertahunnya 2176 mm, dengan jumlah hariannya kurang

lebih 100 hari per tahun.17

A. Gambaran Umum Tentang Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-guluk Sumenep Madura

1. Sejarah Singkat Berdirinya Pondok Pesantren Annuqayah

Pondok Pesantren Annuqayah (PPA) saat ini telah berusia lebih dari 13

dasawarsa,18 secara kuantitatif PP Annuqayah berkembang cukup pesat terutama

sejak dasawarsa 1980-an, dalam usia yang cukup tua dan populasi yang mencapai

hampir enam ribu peserta didik, tentu di dalamnya ada dinamika dan variasi

kegiatan pendidikan yang dilakukan PP Annuqayah.

17

http://www.berita-annuqayah.blogspot.com/ data diakses pada tanggal, 03 April 2011

18

(37)

Pondok Pesantren Annuqayah yang berlokasi di Guluk-Guluk Sumenep

Madura didirikan pada tahun 1887. Pendirinya K.H. Moh. Syarqawi. Beliau lahir

di Kudus Jawa Tengah. Kyai Syarqawi muda sebelum mendirikan pesantren

pernah menuntut ilmu di berbagai pesantren di Madura, Pontianak, merantau ke

Malaysia, Patani (Thailand Selatan), dan bermukim di Mekah. Pengembaraan

beliau dalam menuntut ilmu tersebut dilakukan selama sekitar 13 tahun.19 Dalam

kiprahnya menyebarkan ilmu, Kyai Syarqawi mula-mula membuka pengajian

al-Qur‟an dan kitab-kitab klasik di Prenduan Sumenep. 14 tahun kemudian, Kyai

Syarqawi bersama dua istrinya dan K. Bukhari (putra dari isteri pertama) pindah

ke Guluk-guluk dengan maksud mendirikan pesantren. Atas bantuan seorang

saudagar kaya bernama H. Abdul Aziz, beliau diberi sebidang tanah dan bahan

bangunan. Di atas sebidang tanah itu, beliau mendirikan rumah tinggal dan sebuah

langgar. Tempat ini kemudian disebut Dalem Tenga. Selain itu, beliau juga

membangun tempat tinggal untuk isterinya yang ketiga, Nyai Qamariyah berjarak

sekitar 200 meter ke arah barat dari Dalem Tenga. Kediaman Nyai Qamariyah ini

kemudian dikenal dengan Lubangsa.

Di langgar itulah Kyai Syarqawi mulai mengajar membaca al-Qur‟an dan dasar-dasar ilmu agama. Tempat itulah yang menjadi cikal bakal lahirny PP.

Annuqayah. Sekitar 23 tahun Kyai Syarqawi memimpin pesantren Annuqayah.

Setelah Kyai Syarqawi meninggal dunia pada bulan Januari 1911, pesantren

dipimpin oleh putra beliau dari isteri pertama, K.H. Bukhari, yang dibantu oleh

K.H. Moh. Idris dan K.H. Imam. Mulai tahun 1917, kepemimpinan pesantren

dilanjutkan oleh salah seorang putra Kyai Syarqawi, yakni K.H. Moh. Ilyas. Pada

19

(38)

masa kepemimpinan Kyai Ilyas inilah, Annuqayah mengalami banyak

perkembangan, misalnya pola pendekatan masyarakat, sistem pendidikan dan pola

hubungan dengan birokrasi pemerintah. Perkembangan lain yang terjadi adalah

ketika pada tahun 1923, K. Abdullah Sajjad, saudara Kyai Ilyas, membuka

pesantren sendiri. Tempat baru itu kemudian dikenal dengan nama Latee, berjarak

sekitar 100 meter di sebelah Timur kediaman K. Ilyas. Sejak K. Abdullah Sajjad

membuka pesantren sendiri, pesantren-pesantren daerah di Annuqayah terus

berkembang dan bermunculan, sehingga sekarang Annuqayah tampak sebagai

“pesantren federasi”. Setelah Kyai Ilyas meninggal dunia di penghujung 1959,

kepemimpinan di Annuqayah untuk selanjutnya berbentuk kolektif, yang terdiri

dari para Kyai sepuh generasi ketiga. Sepeninggal Kyai Ilyas, kepemimpinan

kolektif Annuqayah diketuai oleh K.H. Moh. Amir Ilyas (w. 1996), dan kemudian

dilanjutkan oleh K.H. Ahmad Basyir AS.20

1. Perkembangan Pondok Pesantren Annuqayah

Pondok Pesantren Annuqayah sendiri merupakan pesantren yang

berbentuk federasi.21 (pesantren bagian dalam satu-kesatuan dibawah satu

yayasan) Hal itu dimulai sejak Kyai Abdullah Sajjad, mendirikan pesantren

sendiri yang bernama Latee pada tahun 1923. Inisiatif itu dilakukan ketika

Annuqayah daerah Lubangsa yang didirikan Kyai Syarqawi, tidak mampu lagi

20

http://www.berita-annuqayah.blogspot.com/ data diakses pada tanggal, 03 April 2011. Informasi ini juga penulis peroleh dari penjelasan Moh. Miftahunaim S.H.i (sekretaris I pengurus yayasan Annuqayah) setelah melakukan kunjungan di kantor yayasan Annuqayah dan wawancara pribadi dengan beliau pada tanggal, 05 April 2011

21

(39)

menampung santrinya. Berdirinya daerah Latee kemudian diikuti oleh berdirinya

daerah-daerah lain. Hingga tahun 1972 Annuqayah sudah terdiri dari lima daerah

yang seluruhnya diasuh oleh keturunan dan menantu Kyai Syarqawi, sebagaimana

pada tabel berikut:

Tabel 1

PERKEMBANGAN DAERAH PONDOK PESANTREN ANNUQAYAH DARI PERIODE 1887 – 1972

Nama Daerah Pendiri Tahun Berdiri

Lubangsa KH. Moh. Syarqawi 1887 Latee KH. Abdullah Sajjad 1923 Nirmala K. M. Hasan Bashri 1963

Al-Furqan K. Husein 1917

Lubangsa Selatan KH. Moh. Ishomuddin AS 1972 sumber : dokumentasi buku profile lengkap PP Annuqoyah

Pada tahun 1972, luas areal tanah pesantren hanya sekitar 2,5 ha. Di

atasnya berdiri kurang lebih 150 asrama santri yang hampir seluruhnya terdiri dari

bangunan kecil terbuat dari bambu, dihuni oleh 981 orang santri yang menetap,

diasuh oleh enam orang Kyai dan 44 tenaga pengajar. Juga terdapat 325 santri

kalong yang setiap pagi belajar pada sekolah formal yang terdiri dari tingkat

Ibtidaiyah dan Muallimin. Sebagian besar para santri berasal dari Kabupaten

Sumenep, dan yang lain berasal dari beberapa Kabupaten di Jawa Timur yang

memang berasal dari keturunan Madura. Pada waktu itu Annuqayah memiliki satu

masjid dan tiga mushalla, dua gedung Madrasah dengan enam ruang sederhana,

juga terdapat sebuah kantor dengan dua ruang yang digunakan sebagai kantor

pesantren, Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Muallimin, dan sebuah ruang

workshop.22

22

(40)

a. Perkembangan Jumlah Santri Annuqayah Selama 10 Tahun Terakhir (1978 - 1989)

Selama ± hampir 30 tahun dari tahun 1950 sampai akhir tahun 1970-an,

perkembangan Pesantren Annuqayah sangat lambat. Tidak ada perubahan yang

signifikan baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Perkembangan Annuqayah

kembali pesat setelah periode itu hingga tahun 1980-an akhir. Perkembangan

jumlah santri dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2

PERKEMBANGAN JUMLAH SANTRI ANNUQAYAH SELAMA 10 TAHUN TERAKHIR (1978 - 1989)

Tahun Santri Ustadz/Ustadzah Luas Lokasi

1978/1979 981 44 2,5 ha

1984/1985 3.037 167 5 ha

1987/1989 3.543 210 8 ha

Sumber: dokumentasi/arsip-arsip di kantor pengurus PPA

Seiring dengan bertambahnya jumlah pondok daerah yang merupakan

bagian integral dari pesantren Annuqayah. Secara berangsung-angsur datang

masyarakat yang ingin belajar agama bahkan menetap/mondok, sehingga saat ini

Annuqayah telah terdiri dari 26 daerah. Berikut ini data jumlah santri dari

(41)

Tabel 3

JUMLAH SANTRI PP. ANNUQAYAH TAHUN PELAJARAN 2009-2010

No Nama Daerah Pengasuh Jumlah

Santri 1 PPA Daerah Lubangsa Putra KH. A. Waries Ilyas 807 2 PPA Daerah Lubangsa Putri Ny. Hj. Nafisah 752 3 PPA Daerah Lubangsa Tengan Putri KH. Abbasi 188 4 PPA Daerah Lubangsa Selatan Putra KH. Moh. Ishomuddin AS 248 5 PPA Daerah Lubangsa Selatan Putri Ny. Hj. Helyah Ishom 179 6 PPA Daerah Latee Putra KH. Ahmad Basyir AS 693 7 PPA Daerah Latee II Putri Ny. Hj. Ummamah 538 8 PPA Daerah Latee I Putra KH. A. Basith AS. BA 14 9 PPA Daerah Latee I Putri Ny. Hj. Magfuroh Ihsan 187 10 PPA Daerah Latee Utara Putra KH. Abussiri Ali Mufi 23 11 PPA Daerah Latee Utara Putra-putri Ny. Maryam mahfoudh 27 12 PPA Daerah Nirmala Putra KH. M. Afif Hasan 214 13 PPA Daerah Nirmala Putri Ny. Hj. Syifa Ilyas 227 14 PPA Daerah Al-Furqan Putra KH. M. Mahfoudh Husaini 32 15 PPA Daerah Al-Furqan Putri Ny. Hj. Arifah AS 43 16 PPA Daerah Karang Jati Putra KH. M. Abdul Basith Bahar 28 17 PPA Daerah Karang Jati Puttri Ny. Hj. Toyyibah 119 18 PPA Daerah Kusuma Bangsa Putra K. M. Hosnan A. Nafi' 9 19 PPA Daerah Kusuma Bangsa Putri Ny. Hj. Salma 30 20 Ppa Daerah Nurul Hikmah Putra KH. M. Tsabit Khazim 5 21 PPA Daerah Nurul Hikmah Putri Ny. Hj. Maltufah Mahfoudh 26 22 PPA Daerah Sumber Al-Anwar Ny. Muyassaroh 2 23 PPA Daerah Sumber Dadduwi Putri/iKH. M. Muhsin Amir 10 24 PPA Daerah Al-Amir Putra KH. Ah. Mutam Mukhtar 10 25 PPA Daerah al-Amir Putri Ny. Hj. Mahtiyah 5 26 PPA Daerah Al- Anwar Ny. Hj. Fatimah Al-Batul 6

total 4.431

Sumber: Update data PP Anuqoyah Tahun Pelajaran 2009/2010

Perbedaan adanya jumlah santri di atas yang sangat kontradiktif ini dipicu

karena PPA Lubangsa Putra, Lubangsa Putri, Latee Putra dan Latee Putri, serta

Nirmala merupakan pesantren yang pertama kali berdiri, selain karena nama

pengasuhnya yang sudah dikenal luas oleh masyarakat, juga karena nama daerah

pondoknya tersebut sudah akrab ditelinga masyarakat. Untuk jumlah santri yang

2-5 tersebut, awalnya Ibu Nyai memcari pembantu terus disekolahkan, oleh

(42)

Tabel 4

1 TK Annuqoyah 1986 Terdaftar 52 6 2 2010/2011

2 MI I Annuqoyah 1933 Akreditasi C 71 13 6 2010/2011 3 MD 2 Annuqoyah 1985 Akreditasi B 132 16 6 2010/2011

4 MI 3 Annuqoyah 1970 Akreditasi B 96 16 6 2010/2011 5 MTs I Annuqoyah Putra 1970 Akreditasi B 634 54 17 2010/2011

6 MTs I Annuqoyah Putri 1970 Akreditasi B 654 35 13 2010/2011 7 MTs 2 Annuqoyah 1982 Akreditasi C 54 13 3 2010/2011

8 MTs 3 Annuqoyah 1980 Akreditasi C 221 30 6 2010/2011 9 MA I Annuqoyah Putra 1979 Akreditasi B 574 43 12 2010/2011

10 MA I Annuqoyah Putri 2002 Akreditasi B 854 69 20 2010/2011 11 MA II Annuqoyah 1982 Akreditasi C 260 25 6 2010/2011

12 MAK Annuqoya Putra 1997 Akreditasi B 141 24 3 2010/2011 13 SMA I Annuqoyah 2002 Akreditasi B 312 39 7 2010/2011

14 SMA 3 Annuqoyah 2001 Akreditasi 147 26 6 2010/2011

15 SMK Annuqoyah 2002 Terdaftar 38 17 3 2010/2011

16 STIK Annuqoyah 1996 Akreditasi A 2460 86 16 2010/2011

6710 200 132

sumber : diambil dari dokumentasi pengurus yayasan periode tahun 2006/2010

Jumlah

2. Organisasi Pengelola

1. Pondok Pesantren Annuqayah.

Lembaga ini berupa kepengurusan yang terstruktur, terdiri dari Dewan

Pengasuh, Pengurus Harian dibantu oleh bidang kesekretariatan atau petugas

administrasi yang berkenaan dengan unit-unit kegiatan yang berupa biro-biro yang

ada di bawahnya. Biro ini membawahi unit-unit kegiatan santri, seperti program

khusus pendidikan bahasa asing, pendidikan kepesantrenan, kesehatan dan

lingkungan, pramuka, jurnalistik, pembinaan keterampilan, perpustakaan,

penerbitan, pengabdian masyarakat, dan lain-lain. Ada juga biro yang menangani

(43)

Dewan pengasuh yang terdiri dari tujuh Kyai sepuh, merupakan jajaran

pimpinan yang memegang kebijakan tertinggi sekaligus membina pelaksanaan

kegiatan pendidikan dan kepesantrenan. Sementara pengurus harian merupakan

pelaksana kebijakan-kebijakan dewan pengasuh, serta mengatur tata tugas dan

pendelegasian tugas melalui organ-organ di bawahnya, menurut aturan

mekanisme kerja yang telah ditentukan.

Pengurus Pusat Pondok Pesantren Annuqayah Masa Bakti 2006-2010

yayasan dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan mendirikan sekolah tinggi.

Tetapi akhirnya tugasnya diperluas yaitu pada mengelola pendidikan dasar dan

menengah. Selain itu, Yayasan Annuqayah memiliki unit usaha pertokoan, home KH. Ahmad Basyir AS. (Ketua) Sekretaris : K. Alawi Thaha

(44)

Bidang Donatur: 1. Jamal Rowi 2. H. Zubairi 3. Yusri Fath, S. Ag.

industri, peternakan, pertanian dan perkebunan, yang menjadi aset dan sumber

penghasilan yayasan.23

Struktur kepengurusan Yayasan Annuqayah terdiri dari Dewan Pembina

yang beranggotakan Kyai sepuh, Dewan Pengawas, dan Pengurus Harian dengan

dibantu sekretariat dan bidang-bidang. Sejak tahun 2006 ini, Yayasan tidak lagi

mengelola aktivitas pendidikan di lingkungan Annuqayah, tetapi lebih fokus

menangani pengelolaan aset dan usaha yang diarahkan sebagai sumber dana atau

pembiayaan aktivitas pesantren.24

Wakil Sekretaris : Muhammad Afnan : Moh. Miftahunaim, S.H. I.

Bendahara : KH. Ahmad Hazim

Wakil Bendahara : H. Asnawi Sholeh

23

Profil Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-guluk Sumenep Madura, h. 14

24

(45)

B. Kondisi Sosial Ekonomi dan Karakteristik Ekonomi Masyarakat Annuqayah Guluk-guluk Sumenep Madura

1. Letak dan Keadaan Demogarfi Desa Guluk-guluk

Desa Guluk-guluk merupakan salah satu desa di kecamatan Guluk-guluk,

Sumenep Madura. Lokasinya yang berada di daerah dataran tinggi yaitu pada

ketinggian 300 m dari permukaan laut. Desa ini terletak di sebelah barat daya kota

Sumenep, kurang lebih 24 km. Ditengah-tengah desa ini dibelah oleh sebuah

persimpangan jalan beraspal menuju Kecamatan Pakong Kabupaten Pamekasan,

menuju kota Sumenep, dan Kecamatan Pragaan dan Bluto Sumenep Madura.25 Berdasarkan data laporan desa Guluk-guluk dalam angka, luas wilayah

seluruhnya 1.322,174 ha (16,69 Km 2), sudah termasuk tanah teknis, setengah

teknis, pakarangan dan lain-lain. Seperti dalam tabel berikut :

Tabel 5

LUAS DAERAH DESA GULUK-GULUK

No Jenis Tanah Luas Tanah

1 Tanah Teknis 57.000 ha

2 setengah Teknis 50.000 ha

3 pakarangan 335.287 ha

4 Tegalan 12.214,668 ha

5 Lain-lain 12.000 ha

Jumlah 1.322.174 ha

Sumber: Bank data kecamatan guluk-guluk tahun 2010

Penduduk yang menempati atau yang bertempaat tinggal di desa

Guluk-guluk terdiri dari penduduk asli dan penduduk pendatang. Motifasi penduduk

pendatang di Desa ini disebabkan usaha dan tugas dinas, sehingga suami atau

istrinya juga ikut menetap, sampai-sampai juga menjadi pegawai di desa ini.

25

(46)

Sedangkan jumlah penduduk desa Guluk-guluk sebesar 12.502 jiwa yang terdiri

dari 6.679 laki-laki dan 5.823 perempuan (lihat dalam tabel 6)

Tabel 6

DATA PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN

No Jenis Kelamin Jumlah (jiwa)

1 Laki- laki 6. 679

2 Perempuan 5. 823

Jumlah 12. 502

Sumber : data sensus desa guluk-guluk dalam angka tahun 2010

Dari jumlah jiwa tersebut, mayoritas bekerja sebagai petani, buruh tani,

sedang lainnya ada yang menjadi pegawai negeri sipil, ABRI, wiraswasta,

pertukangan dan lain-lain. Untuk itu lebih jelasnya dapat dilihat sebagaimana

yang tertera dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 7

DATA PENDUDUK MENURUT PROFESI

No Mata Pencaharian Jumlah

1 Pegawai Negeri Sipil 134

2 A B R I 16

3 Pedagang 138

4 Petani 7. 516

5 Tukang Kayu/Batu 52

6 Buruh Tani 67

7 Purnawirawan 36

8 Lain-lain 147

Jumlah 8.106

Sumber : data sensus desa guluk-guluk dalam angka tahun 2010

2. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Guluk-guluk

Mayoritas masyarakat Guluk-guluk bermata pencaharian petani

(95,124%), selebihnya bekerja sebagai pedagang kecil, pengrajin, buruh

bangunan, peternak, pegawai negeri dan lain-lain. Dari luas wilayah desa

Guluk-guluk (1.675.955 ha) dengan lahan yang dipergunakan hampir seluruhnya

(1.329.69 ha) terdiri dari tanah yang tergantung pada kondisi musim dan hanya 94

ha. dari luas tanah pertanian itu yang mendapat pengairan dari sumber mata air

(47)

Dari kondisi lingkungan alam yang kritis, menjadi salah satu faktor yang

menyebabkan pendapatan perekonomian rata-rata rendah. Selain alasan tersebut,

pendapatan tersebut masih tergantung pada penanaman, perawatan dan keadaan

cuaca yang baik dan normal. Untuk memberikan kepastian pendapatan perkapita

penduduk sulit sekali, namun begitu berdasarkan kenyataan yang ada di daerah

Guluk-guluk, beberapa tokoh masyarakat di daerah ini memperkirakan bahwa

pendapatan rata-rata perkapita penduduk antara 2.250-2.350 kg beras pertahun.26 atau antara Rp. 18.900.000,- sampai Rp. 19.740.000,- (data desa Guluk-guluk

2010). Dengan pendapatan perkapita seperti ini bisa digolongkan bahwa

masyarakat Guluk-guluk termasuk kedalam kelas menengah kebawah. Di desa

Guluk-guluk sendiri tanaman tembakau merupakan sumber mata pencaharian

yang cukup besar, disamping tanaman musim kering seperti, kacang-kacangan

dan ubi-ubian atau terkadang pula dengan tanaman padi ketika musim penghujan

atau pada lahan yang berdekatan dengan sumber mata air.

3. Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat

Sebagai masyarakat yang kuat dan kental dalam mempertahankan

eksistensi agama dan pengalaman agama, yang hal ini tertuang kedalam

kehidupan sosial budaya masyarakat Guluk-guluk, sangat menjunjung tinggi tali

persaudaraan, suka tolong manolong, antar sesama hubungan yang dibangun

saling hormat menghormati, sehingga jalinan komunikasi interaktif selalu terjadi

yang menjurus kepada pertalian erat hubungan persaudaraan, persahabatan,

sehingga nuansa keharmonisan sangat tercermin dalam kehidupan masyarakat

pedesaan.

26

(48)

Bentuk-bentuk ekspresi nilai keagamaan merupakan perwujudan tingkah

laku masyarakat yaitu berakar kuat dalam adat istiadat. Sepanjang tahunnya

masyarakat Guluk-guluk tidak lepas dari dan penuh dengan selamatan-selamatan

islam, selamatan untuk mengenang arwah keluarga yang telah meninggal dunia

(haul), selamatan Kamis atau malam Jum‟at dengan membaca surat Yasin dan

Tahlilan, merupakan suatu yang dianggap cukup sakral oleh masyarakat

Guluk-guluk sendiri.

Terdapat juga tradisi yang dikaitkan dengan nilai keagamaan yang

beranekaragam jenis dan maksudnya, seperti kebiasaan selamatan Tajin Sorah

(bubur ayam) pada bulam Muharram yang merupakan bulan pertama tahun Islam

yang bertujuan mengenang hijrahnya Nabi Muhammad SAW. Dari Mekkah ke

Madinah. Demikian pula pada bulan berikutnya yaitu selamatan Tajin Sappar

(jenang yang terbuat dari tepung beras) dan selamatan-selamatan lainnya yang

masih bertahan dalam kehidupan masyarakat Guluk-guluk

4. Karakteristik Ekonomi Masyarakat Guluk-guluk Di PP Annuqayah

Dinamika ekonomi masyarakat di sekitar pesantren sendiri terus

berkembang atau dikembangkan, baik masyarakat yang hanya menitipkan barang

dagangan di dalam pesantren, maupun masyarakat yang mendirikan usaha di

sekitar pesantren mulai dalam bentuk usaha toko, warung, warnet, foto copy dan

tempat dagangan lainnya. Potensi ekonomi tumbuh dan berkembang cukup

dinamis. Setidaknya berdasarkan hasil observasi langsung (selama 3 hari berada di

lingkungan pesantren) untuk mengamati usaha-usaha ekonomi yang ada di dalam

pesantren, peneliti menemukan sedikitnya ada 27 unit usaha yang ada dan

(49)

sendiri, ataupun dimiliki oleh individu keluarga pesantren. Berikut usaha-usaha

yang ada di lingkungan pesantren diantaranya:

Tabel 8

JUMLAH DAN JENIS USAHA DI LINGKUNGAN PESANTREN ANNUQAYAH

No Usaha Tempat Pemilik

1 Kantin Late Putra Pesantren

2 Koperasi Late Putra Pesantren

3 Kantin Late Putra Individu

4 Rental Komputer Late Putra Individu 5 Foto Copy Sebelah Late Utara II Individu 6 Kantin Selatan Kantor M.Ts masyarakat 7 Koperasi Selatan Kantor M.Ts An-nuqoyah Individu 8 Kantin Depan blok F lubangsa putra masyarakat

9 Kantin Nirmala masyarakat

10 Rental Komputer Nirmala Individu

11 toko Jalan Masuk Ke STIKA Yayasan

12 warnet sebelah barat toko yayasan Individu

13 Koperasi Lubangsa Selatan Pesantren

14 toko Lubangsa Putri masyarakat

15 Kantin Lubangsa Putri masyarakat

16 Toko Late II Individu

17 Toko Late II Individu

18 Toko Lubangsa Selatan Putri Individu 19 Kantin Lubangsa Selatan Putri masyarakat

20 Kantin kusuma Bangsa masyarakat

21 Toko Nirmala Putri masyarakat

22 Koperasi Sewajarin Yayasan

23 Koperasi Sewajarin Pesantren

24 Koperasi Sewajarin Pesantren

25 Kantin Sewajarin Individu

26 Koperasi Utara Kampus STIKA Putri Individu

27 Koperasi Lubangsa Tengah Yayasan

Sumber : Hasil observasi di lapangan

Dalam keterkaitan tersebut, khusus unit usaha yang menjadi milik

pesantren, pada awalnya memang didanai oleh pengasuh, hanya saja dalam

(50)

pengurus pesantren dan BPM Annuqayah yang hasilnya masuk menjadi kas

pesantren.27

Berdasarkan data yang diperoleh seteleh melakuan observasi di sekitar

pesantren, karakteristik ekonomi masyarakat sekitar pesantren terklasifikasi

menjadi beberapa karakter, sebagaimanama tampak dalam tabel berikut:

Tabel 9

seperti : toko, counter dan warung 11 orang

rumah sendiri atau bangunan resmi milik sendiri

3 semi permanen seperti : toko,

counter dan warung 1 orang sewa atau kontrak pada pihak lain Sumber : diolah dari hasil observasi langsung di lapangan

Data pada tabel di atas menjelaskan bahwa karakteristik ekonomi

masyarakat sekitar pondok pesantren Annuqayah terpola menjadi tiga macam

karakter.

1. Penyuplai dagangan kecil ke dalam pesantren

Karakteristik ini terdiri dari elemen masyarakat yang menitipkan barang

dagangan mereka ke dalam pesantren, terutama toko, atau warung-warung

yang berada dalam lingkungan pesantren. Karakteristik okonomi semacam ini,

biasanya dilakukan setiap hari, lebih-lebih saat pagi hari. Hal ini dilakukan

untuk memenuhi kebutuhan santri sarapan pagi, (gen langgen).28 Yang tersebar

(51)

dalam semua daerah yang ada di dalam lingkungan pondok pesantren

Annuqayah.

2. Mendirikan usaha permanen

Karakteristik ini, dilakukan oleh masyarakat sekitar pondok pesantren

Annuqayah dengan cara mendirikan usaha dagang secara mandiri dan bersifat

permanen, biasanya tempat usaha ini dibuka atau didirikan di dekat-dekat

rumah mereka sendiri. Karakter ekonomi semacam ini dilakukan dengan cara

bermacam-macam, ada toko, warung makan dan lain sebagainya.

3. Usaha semi permanen (bersifat sementara)

Masyarakat yang berada di sekitar lingkungan pondok pesantren Annuqayah,

biasanya mendirikan beberapa jenis usaha, seperti toko, warung makan,

warnet, burjo dan foto copy dengan cara sewa (kontrak) tempat kepada orang

lain. Karakteristik semacam ini rata-rata dilakukan oleh masyarakat yang agak

jauh dari lingkungan pondok pesantren Annuqayah, dan usaha-usaha tersebut

dianggap sebagai salah satu media untuk menggali keuntungan di sekitar

pesantren. Dengan obyek dan konsumen yang sama, yaitu para santri

Annuqayah itu sendiri yang berada di dalam lingkungan pesantren dan

(52)

Gambar

TABEL
Tabel 1 PERKEMBANGAN DAERAH PONDOK PESANTREN ANNUQAYAH DARI
Tabel 2 PERKEMBANGAN JUMLAH SANTRI ANNUQAYAH SELAMA 10 TAHUN
Tabel 3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Zubaedi, 2007.Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Pesantren, Kontribusi Fiqih Sosial Kiai Sahal Mahfudh dalam Perubahan Nilai-nilai Pesantren, Yogyakarta: Pustaka

Tesis yang berjudul ‚ Peran Alumni dalam Pengembangan Unit Usaha Pesantren (Studi Kasus Pondok Pesantren Nurul Jadid) ‛ ini merupakan hasil penelitian yang

dahulu karena nantinya akan dijadikan bahan acuan untuk mengetahui bagaimana strategi dan bentuk pengembangan kelembagaan yang dilakukan oleh pesantren dalam bidang ekonomi,

Pondok pesantren ini adalah lembaga pendidikan, sosial, dan dakwah yang berada di bawah naungan salah satu organisasi terbesar di Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu,

Dari temuan penelitian ini telah teridentifikasi jenis usaha yang dikembangkan oleh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo berikut dengan manajemen

1423203004 yang berjudul : IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM EKONOMI PONDOK PESANTREN MELALUI KOMUNITAS PONDOK PENA (Studi Kasus di Pesma An Najah

Secara kelembagaan pesantren memiliki keunggulan dan keunikan bagi Indonesia dibandingkan dengan negara-negara lainnya di bidang pengembangan ekonomi dan

SMK yang dikembangkan oleh lembaga pesantren telah memformulasikan strategi pengembangan sekolah berlandaskan pada nilai keislaman, nilai sosial budaya masyarakat baik dari aspek