Guluk-guluk Sumenep Madura)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.sos)
Oleh: Achmad Faishal NTM: 103032227709
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKIJLTAS ILMLJ SOSIAL DAN POLITIK
UNWERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
BENTUK-BENTUK PENGEMBANGAN EKONOMI
MASYARAKAT DI PESANTREN
(Studi Kasus Atas Pengembangan Ekonomi Masyarakat di PP. Annuqoyah Guluk-guluk Sumenep Madura)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.sos)
Oleh: Achmad Faishal NTM: 103032227709
Dibawah Bimbingan
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKIJLTAS ILMLJ SOSIAL DAN POLITIK
UNWERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul Bentuk-bentuk Pengembangan Ekonomi Masyarakat Di Pesantren (Studi Kasus Atas pengembangan Ekonomi Masyarakat di PP. Annuqayah Guluk-guluk Sumenep Madura) telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 14 Agustus 2012. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Sosiologi.
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Achmad Faishal NIM : 103032227709
Dengan mi menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Bentuk-bentuk
Pengembangan Ekonomi Masyarakat di Pesantren” (studi kasus atas
pengembangan ekonomi masyarakat di PP. Annuqoyah Guluk-guluk Sumenep Madura) adalah benar karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan skripsi tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan karya mi telah saya cantumkan sumber kutipannya. Saya juga bersedia untuk menanggung resiko sesusi dengan undang-undang yang berlaku jika temyata skripsi im secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dan karya orang lain.
Demikianlah pernyataan im saya buat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
ABSTRAK
Nama : Achmad Faishal
NIM : 103032227709
Fakultas : Ilmu Sosial dan Politik Jurusan : Sosiologi
Pengembagan masyarakat (community development) merupakan salah satu metode pekerjaan sosial dimana locus dan tujuan utamanya adalah memperbaiki kualitas taraf hidup masyarakat dengan mendayagunakan potensi atau sumber daya yang disandang mereka. Sedangkan pesantren yang identik dengan tempat ideal untuk mencari atau mendalami ilmu-ilmu agama juga merupakan bagian dari salah satu lembaga aktif dan potensial untuk dijadikan basis atau motor penggerak yang tertuju kepada agenda perubahan tersebut, di pesantren tentunya tidak hanya diajarkan ilmu-ilmu agama saja melainkan juga ilmu-ilmu sosial yang berkaitan langsung dengan kehidupan mereka.
Dalam membangun ekonomi masyarakat terdapat asusmsi bahwa untuk melakukan pemerataan ekonomi harus didahului oleh pertumbuhan ekonomi, baru kemudian didistribusikan melalui trickle down effect, karena jika tidak maka yang terjadi adalah pemerataan kemiskinan. Untuk memacu pertumbuhan ekonomi tersebut BPM-PP Annuqoyah guluk-guluk sumenep madura mengorientasikan upayanya untuk membangun sektor ekonomi berbasis masyarakat, home industries, ternak, perkebunan, sampai kepada koperasi juga toko, semuanya merupakan sektor riil yang oleh BPM-PP Annuqyah coba dikembangkan. Dengan prinsip kuat yaitu partisipatif (pesantren dan masyarakat) pengembangan ekonomi tersebut bisa sejalan dengan apa yang diharapkan, Pesantren mendapatkan keutungan, masyarakat memperoleh pendapatan, tentunya dengan model pengembangan ekonomi semacam ini bisa menjadikan PP Annuqoyah dan masyarakat hubungannya menjadi lebih inten komunikatif.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Bentuk-bentuk pengembangan ekonomi masyarakat sekitar pondok pesantren, yang dilakukan oleh Badan Pengabdian Masyarakat (BPM) PP. Annuqoyah Guluk-guluk Sumenep Madura.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik, dengan pendekatan kualitatif untuk memperoleh informasi dan mengumpulkan data-data yang dibutuhkan dengan melakukan wawancara langsung kepada informan, observasi dan dokumentasi berupa artikel, jurnal, arsip atau buku-buku yang masih berkaitan dengan penelitian ini. Maka sampai pada interpretasi dan analisis hasil data penelitian yang telah dilakukan oleh penulis dapat disimpulkan bahwa; pengembangan ekonomi yang telah dilakukan oleh BPM PP. Annuqoyah tersebut tidak untuk kalangan internal pesantren saja malainkan khusus untuk membantu perekonomian masyarakat, yang juga dikenal dengan Community Development.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabaraakatuhu
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah
SWT, Tuhan Semesta Alam, yang telah memberikan segala kenikmatan-Nya
kepada penulis, baik itu nikmat iman, sehat , dan waktu serta nikmat kemudahan
jalan yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini. Shalawat
dan salam penulis haturkan kepada Nabi Besar umat manusia Muhammad SAW,
yang membawa risalah Allah SWT dan mengajarkannya kepada manusia sehingga
terhindar dari zaman kebodohan. Shalawat dan salam tidak lupa penulis haturkan
pula kepada para keluarga nabi, sahabat nabi, tabi’in, tabi-tabi’in, dan para pengikutnya hingga akhir zaman.
Penulis melakukan penelitian ini untuk memenuhi persyaratan akan
kelulusan penulis untuk memperoleh gelar sarjana sosial di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Jurusan Sosiologi
Agama. Dan alhamdulillah penelitian ini dapat penulis selesaikan.
Dengan selesainya penelitian ini, penulis ingin mengucapkan rasa terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Allah SWT atas berkah, rizki, rahmat, ridha dan kemudahan-Nya yang
membuat penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.
2. Nabi Besar Muhammad SAW yang telah memberikan segenap jiwa raganya
untuk mengajarkan kebenaran kepada umat manusia, sehingga terhindar dari
zaman kebodohan.
3. Kedua Orang tuaku; bpk. Romadhan ibuku Rasma, kakak ku tercinta Hj.
Hasanah binti romadhan, dan adiku tercinta Sumaena rahma neng tyasari,
terima kasih segala dukungan juga pengorbanannya baik dari segi moril
maupun materil, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.
4. To My Endless Love.. Tini Faisal binti
5. Ibu Joharotul Jamilah, M.Si selaku pembimbing utama. Terima kasih banyak
atas segala bimbingan; kritikan, saran, masukan pendapat dan waktu yang
6. Bapak Dr. Hendro Prasetyo. MA, Prof. Dr. Bachtiar Effendy dan seluruh staf
dekanat, terimakasih atas waktu yang telah diberikan kepada penulis selama
ini.
7. Dosen-Dosen UIN Jakarta FUF dan FISIP Reguler yang telah mengajar dan
mendidik penulis selama menjadi mahasiswa di FUF dan sekarang di FISIP
Reguler UIN Jakarta, terima kasih atas pengorbanan waktu dan ilmu yang
diberikan kepada penulis dan kawan-kawan mahasiswa lainnya. Semoga Allah
SWT mencatat semuanya sebagai amal ibadah yang tak akan terputus hingga
akhir zaman. Amin.
8. Untuk Mahasiwa Sosiologi Agama FUF angkatan tahun 2003-2007, terima
kasih setulus hati untuk sahabat tercinta; Hamami Naseruddin As-zuhery, Toto
Tri Atmojo, Rohmatullah, Juhadi As-sukry, Roni Tua Harahap, Reiy Ikhsan
El-Madury, atas persahabatan dan pengalaman yang telah diberikan kepada
penulis.
9. Kawan seperjuangan Abd. Wahid, Kanda Adi Prayetno, Laily Munasir, Anis
Kurniawan, tiada kata yang pantas penulis sampaikan selain bahasa perjuagan
demi masa depan yang selalu kalian dengungkan, mampu menggugah hati
penulis selama ini.
Dalam penelitian ini penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan
yang dilakukan penulis. Oleh karena itu penulis akan membuka diri untuk
menerima kritik dan saran dari semua pihak terkait penelitian ini sehingga penulis
dapat memperbaiki dan menyempurnakan penelitian ini. Akhir kata penulis
berharap semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada seluruh pihak
terkait.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Jakarta, 14 Agustus 2012
DAFTAR TABEL
TABEL HALAMAN
1. Perkembangan daerah PP Annuqayah priode 1887 – 197 ... 25
2. Perkembangan jumlah santri PP Annuqayah selama 10 tahun terakhir (1978 – 1989) ... 26
3. Jumlah santri PP Annuqayah tahun pelajaran 2009 – 2010 ... 27
4. Data siswa PP Annuqoyah Guluk-guluk sumenep madura ... 28
5. Luas daerah desa guluk-guluk ... 31
6. Data penduduk menurut jenis kelamin ... 32
7. Data penduduk menurut profesi ... 32
8. Jumlah dan jenis usaha di lingkungan pesantren Annuqayah ... 35
9. Karakteristik ekonomi masyarakat sekitar pesantren ... 36
10. Jenis usaha pertokoan pesantren ... 41
11. Jenis usaha perkebunan 12. Jenis/bentuk usaha masyarakat di dalam lingkungan pesantren ... 45
13. Jenis/bentuk usaha masyarakat di luar pesantren ... 46
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ...
KATA PENGANTAR ... i
ABSTRAKSI ... iii
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Literatur Review... 5
C. Batasan dan Rum………... 9
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10
E. Metodologi Penelitian ... 11
F. Sistematika Penulisan ... 13
BAB II KERANGKA TEORI A. Konsep dan Cakupan Pengembangan Masyarakat ... 14
B. Perspektif Teoritis Tentang Comunity Development ... 16
C. Proses Pengembangan Masyarakat ... 18
D. Model Pengembangan Masyarakat ... 20
BAB III TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Annuqoyah Guluk-guluk Sumenep Madura ... 22
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Bentuk-bentuk Pengembangan Ekonomi di Pesantren Annuqoyah.... 39
B. Kontribusi Pengembangan Ekonomi Terhadap Internal Pesantren
Annuqoyah dan Masyarakat Sekitar ... 51
C. Keuntungan dan Hambatan Pengembangan Ekonomi Terhadap
Masyarakat sekitar ... 58
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ... 65
B. Saran ... 66
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Salah satu penyebab kegagalan sistem perekonomian Indonesia ialah
adanya kebijakan pemerintah mengenai sistem ekonomi konglomerasi. Sistem
ekonomi berbasis konglomerasi ini kenyataannya hanya menguntungkan orang
atau kelompok yang telah memiliki kemampuan dan akses ekonomi, sehingga
hanya merekalah yang untung. Sementara itu, masyarakat yang tidak memiliki
kemampuan dan akses, tidak dapat melakukan kegiatan-kegiatan ekonomi yang
dapat menguntungkan usahanya.1
Setelah kegagalan sistem ekonomi konglomerasi, maka harapan ekonomi
itu ditumpahkan ke lembaga-lembaga rakyat yang sudah teruji dan lulus dalam
sejarah kehidupan masyarakat dan berbangsa. Ternyata, yang justru tahan di
tengah badai krisis ekonomi adalah lembaga-lembaga ekonomi mikro yang
berbasis rakyat. Industri kelas menengah kecil seperti home industries justru
memiliki daya ketika berhadapan dengan krisis ekonomi.
Tentunya ini menjadi motivasi tersendiri bagi lembaga pengelola ekonomi
kemasyarakatan, lebih-lebih pesantren yang dalam hal ini dijadikan objek
penelitian. Dalam teori Physiocrat, (gabungan antar alam dan fisik) beroperasi di
atas asumsi, bahwa perilaku ekonomi adalah pokok dalam hukum alam. Motivasi
ekonomi hanya satu aspek utama sifat manusia yang universal. Setiap orang
mengarahkan minat dan alasan tindakannya pada tujuan ini. Sehingga terdapat
keteraturan dalam tindakan ekonomi. Perilaku ekonomi sendiri diarahkan untuk
1
meningkatkan kesejahteraan.2 Pondok pesantren, kenyataannya adalah lembaga
potensial untuk bergerak ke arah ekonomi berbasis rakyat, sebagaimana kekuatan
yang dimilikinya. Jika Ponpes hanya menjadi penonton di era yang akan datang,
maka lembaga-lembaga ekonomi mikro lain boleh jadi bergerak ke arah
kemajuan. Oleh karena itu, kiranya diperlukan analisis yang cermat untuk
melakukan penguatan kelembagaan ekonomi ini, agar tidak salah melangkah.3
Sasaran akhir dari pengembangan pemberdayaan ekonomi Ponpes adalah
kemandirian pesantren. Selama ini Ponpes selalu dilabeli dengan nama lembaga
pengedar proposal dana bantuan, baik pada institusi formal atau non formal.
Labeling itu tentunya tidak mengenakan. Ponpes, akan terbebas dari anggapan itu
kalau Ponpes menjadi lembaga yang kuat, terutama dalam sektor ekonomi.
Dengan sendirinya, tidak setiap ada kegiatan, apakah membangun gedung atau
kegiatan lain, tidak selalu sibuk mengedarkan proposal kesana-kemari.4
Dan apabila mengingat lembaga yang telah berfungsi sebagai pengelola
dana yang digali dari masyarakat atas dasar ajaran keimanan belum dapat
berfungsi secara maksimal, maka masih perlu dipertimbangkan penciptaan
lembaga “baru” yang digerakkan oleh lembaga pesantren. Studi awal
menunjukkan bahwa pesantren sangat memadai untuk dikembangkan sebagai
model pengembangan ekonomi rakyat melalui suatu penelitian.5
2
Wardi Bahtiar, Prof. Dr. M.S., Sosiologi Klasik, Dari Comte Hingga Parsons, (Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 19
3
Nur Syam, H. Penguatan Kelembagaan Ekonomi Berbasis Pesantren, dalam A. Halim et al., Manajemen Pesantren, h. 247.
4
Nur Syam, H. Penguatan Kelembagaan Ekonomi Berbasis Pesantren, dalam A. Halim et al., Manajemen Pesantren, hal. 252-253.
5
Diharapkan dalam perkembangannya, Metode dan pola pengembangan
pendidikan pesantren, seyogyanya tidak lagi ditempatkan hanya sekedar
“mendidik”, tetapi juga melakukan upaya maksimal untuk menciptakan hasil yang
bisa diterima dalam semua level kehidupan sosial masyarakat. Sebagai lembaga
pendidikan Islam tradisional. Pesantren merupakan sarana penting untuk
melakukan transfer pengetahuan kepada masyarakat desa.6
Dengan semangat demikian, pesantren akan dianggap mampu bersenyawa
dengan kondisi riil masyarakat, guna memenuhi tuntutan terhadap realitas, karena
spirit dasar kehadiran pesantren adalah untuk menjadi Rahmat bagi masyarakat,
baik rahmat dalam konteks pendidikan agama ataupun umum, maupun rahmat
dalam aspek sosial yang lain, seperti aspek budaya, politik, hukum dan ekonomi.
Salah satu pesantren yang sejak awal memiliki komitmen untuk
mengembangkan ekonomi masyarakat dengan memanfaatkan potensi lokal adalah
Pondok Pesantren Annuqayah.7 Pesantren ini dalam derajat tertentu telah mampu menciptakan suatu terobosan yang signifikan untuk melakukan transformasi sosial
yang cukup berarti dalam memberdayakan kehidupan sosial ekonomi masyarakat.
Dari awal berdirinya PP. Annuqayah pada tahun 1887 M. Hingga tahun
1978, kegiatan pengembangan masyarakat secara formal ke-organisasian belum
ada di pesantren Annuqayah. Hanya saja kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang
kemudian disebut „pengembangan masyarakat‟ itu, sebelumnya sudah dilakukan
pesantren dalam bentuk pelayanan sosial, pendidikan keterampilan, unit-unit
6
Endang, Turmudi. Perselingkuhan Kyai dan Kekuasaannya. (Yogyakarta: LkiS, 2004), h. 1
7
koperasi dan kegiatan-kegiatan kemasyarakatan lewat organisasi-organisasi sosial
yang berpusat di pesantren Annuqayah.
Pengembangan masyarakat oleh pesantren Annuqayah dimulai sejak
terbentuknya Biro Pengabdian Masyarakat Pondok Pesantren Annuqayah
(BPM-PPA) yang didahului oleh perkenalan dengan Lembaga Penelitian, Pendidikan dan
Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES), sebuah LSM di Jakarta, pada tahun
1974. Waktu itu Bapak Drs. Soedomo, dari IKIP Malang disertai peneliti dari
LP3ES, berkunjung ke pesantren Annuqayah untuk melakukan penelitian,
bekerjasama dengan Bappeda Jawa Timur, dan IKIP Malang. Perkenalan ini
kemudian berlanjut dengan korespondensi sehubungan dengan akan diadakannya
Latihan Tenaga Pengembangan Masyarakat (LTPM) untuk kalangan pesantren di
Pabelan Magelang. Karena alasan masih minimnya pengetahuan tentang LSM
pada waktu itu, maka pihak pesantren tidak serta merta memenuhi tawaran
tersebut. Keputusan baru diambil setelah mengkaji berbagai aspek kegiatan, serta
didukung oleh surat pribadi Bapak Abdurrahman Wahid, (Allahu maghfir lahu)
kepada K.H. Moh. Amir Ilyas, sebagai pengasuh utama An-Nuqayah periode itu,
yang menjelaskan tentang arti pentingnya latihan tersebut. An-Nuqayah kemudian
mengirimkan dua orang pesarta, yaitu, K.H. Abdul Basith, kiai muda yang waktu
itu baru menyelesaikan studinya di perguruan tinggi, dan seorang santri senior,
yaitu Bapak M. Syafi‟ie Anshori.
Kemudian pada tahun 1987 BPM-PPA mengadakan Lokakarya
Perencanaan Program Pengembangan Unit usaha/Koperasi Lima Pondok
koperasi batik, koperasi pelayanan pupuk, koperasi alat-alat tulis, koperasi
pertukangan, dan koperasi pengrajin genting.8
Melalui Biro Pengabdian Masyarakat (BPM), Annuqayah antara lain, telah
melakukan program usaha ternak sapi. Program ini sebagai salah satu jembatan
bagi masyarakat untuk mendapatkan penghidupan yang layak dan meringankan
beban ekonomi masyarakat di tengah krisis yang belum terobati.9
Oleh karena itu, dengan pesantren, maka masyarakat memiliki peluang
yang besar untuk mengembangkan basis ekonomi mereka di sekitar pesantren atau
menjadi penyuplai (suplier) bagi kebutuhan santri yang berada di dalam
pesantren. Sehingga dapat saling menguntungkan. Santri bisa mendapatkan bahan
yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya santri, sementara
masyarakat memperoleh lahan untuk pengembangan ekonomi mereka dengan
baik.
B . Literatur Review
Penelitian terdahulu yang relevan dengan fokus penelitian penulis,
diantaranya adalah: yang tertuang dalam penelitian yang dilakukan oleh: M. Murtadho, “Pesantren dan Pemberdayaan Ekonomi”, penelitiannya menggunakan Studi Kasus Pada Pesantren Baitul Hamdi, dan Pesantren Turus di
Pandeglang, Serang-Banten.
Penelitian ini berangkat dari kenyataan yang ironis, yaitu banyak
pesantren, tetapi masyarakat di sekitar pesantren tersebut masih tradisional.
8
http://www.facebook.com/note.php?note_id=117199511629358. Data diakses pada Tanggal, 20 November 2010
9
Kenyataan ini mendorong M. Murtadho, untuk meneliti masalah ini, dengan pola
mengaitkan unsur keagamaan dengan kemajuan ekonomi.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan pendekatan
kualitatif, dengan memfokuskan masalah pada pesantren dan usaha ekonomi.
Alhasil pada tahun 1998 pesantren telah mendirikan Koperasi BMT Muamalat
Pertiwi. Terkait dengan usaha ekonomi, M, Murtadho, menemukan empat (4)
model pengembangan ekonomi yang sedang berjalan di kedua pondok pesantren
tersebut, diantaranya:
Pertama, usaha ekonomi yang berpusat pada Kyai. Dalam contoh ini
seorang Kyai mempunyai perkebunan cengkih yang luas. Untuk pemeliharaan dan
pemanenan, kyai melibatkan santrinya untuk mengerjakannya. Maka terjadilah
hubungan mutualisme saling menguntungkan: kyai dapat memproduksikan
perkebunannya, santri mempunyai pendapatan tambahan, dengan keuntungan
yang dihasilkan dari perkebunan cengkeh tersebut, kyai dapat menghidupi
kebutuhan pengembangan pesantrennya. Dalam kasus di Pandeglang, peneliti
menemukan pengembangan ekonomi semacam ini juga terdapat pada Pesantren
Nurul Hidayah Cilaja kec. Pandeglang.
Kedua, usaha ekonomi pesantren untuk memperkuat biaya operasional
pesantren. Contoh, pesantren memiliki unit usaha produktif seperti, menyewakan
gedung pertemuan, rumah dsb. Keuntungan usaha produktif ini, dialokasikan
untuk biaya operasional pesantren. Dalam kasus Pandeglang, peneliti menemukan
contoh pesantren jenis ini pada Pesantren Baitul Hamdi di kec. Menes.
Ketiga, usaha ekonomi untuk santri. Dengan membekali santri ketrampilan
santri agar mempunyai ketrampilan tambahan, dengan harapan menjadi bekal dan
alat untuk mencari pendapatan hidup. Pesantren Baitul Hamdi di Menes
Pandeglang dapat dijadikan sampel pesantren dalam jenis ini juga, karena di sana
santri diajak untuk bertani, dan berkebun.
Keempat, usaha ekonomi bagi para alumni santri. Pengurus pesantren
dengan melibatkan para alumni santri menggalang sebuah usaha tertentu dengan
tujuan untuk menggagas suatu usaha produktif bagi individu alumni, peneliti
menemukan contoh pesantren dalam jenis ini ada pada Pesantren Turus desa
Kabayan kec. Pandeglang. Pesantren Turus mendirikan usaha ekonomi berupa
koperasi yang bergerak dalam kegiatan usaha simpan pinjam dan perdagangan.10 Penelitian M. Murtado ini, lebih menekankan pada: pengembangan
ekonomi yang berpusat pada kalangan internal pesantren. Tidak ditemukannya
basis pengembangan ekonomi untuk masyarakat sekitar pesantren walaupun
pengelolaan pengembangan ekonomi itu melibatkan para santri dan alumni.
Literatur review lainnya yang sesuai dengan soal pengembangan ekonomi
masyarakat, ditulis oleh Abd. Hamid Wahid, M.Ag (2009) yang tertuang dalam
penelitiannya, disampaikan sebagai sumbang saran dalam Pertemuan Pesantren -
Departemen Agama 2003 di Puncak Bogor, dengan judul; Peran Pemberdayaan Potensi Pesantren: RMI dan Pengalaman BPPM Nurul Jadid. Yang menjadi fokus penelitiannya, adalah tentang peran BPPM (Badan Pengembangan
Pesantren dan masyarakat) dan RMI (Rabithatul Ma‟ahidil Islamiyah) dalam pemberdayaan potensi pesantren dan masyarakat. Bentuk riil peran BPPM dan
10
RMI dalam pemberdayaan potensi pesantren tertuang dalam peningkatan
wawasan dan keterampilan santri, melalui aktifitas pendidikan-pendidikan
singkat, penjaringan beasiswa bagi para santri yang berpotensi untuk dikirim studi
ke lembaga-lembaga profesional, baik di dalam maupun ke luar negeri.
Sedangkan pemberdayaan potensi masyarakat meliputi: (1) sektor pertanian, (2)
nelayan, (3) ternak, (4) niaga dan (5) industri kecil.
Biro Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (BPPM) ini,
Program-program rintisannya mengacu pada pengembangan masyarakat atau Community
Development (CD) dengan memberikan pinjaman lunak (soft loan) yang
sistemnya memakai pola modal atau dana berputar (revolving fund ). dan
memberikan bantuan dengan berbentuk dana hibah untuk dikelola oleh pesantren
atau masyarakat sendiri.
BPPM PP. Nurul Jadid, dalam melakukan aktifitas CD (community
development) yaitu, membuat masyarakat binaan, fokusnya pada masyarakat
petani, masyarakat nelayan atau pesisir, dengan memberikan pelatihan berternak
ayam potong, dan berternak sapi susu. Model pembinaannya dengan stimulasi,
penyadaran dan pembinaan ekonomi masyarakat berorientasi pasar.
Kelompok-kelompok masyarakat binaan yang ditunjuk, di latih membuat
industri kecil, penggunaan hasil tangkapan ikan secara efektif, pemberian
pinjaman modal bagi buruh tani untuk sewa lahan cocok tanam, dan pembelian
pupuk. Program-program CD tersebut terlaksana dengan bekerjasama, baik
dengan lembaga-lembaga founding agency NGO, maupun dengan instansi
pemerintahan yang berkompeten.11 Dibandingkan dengan penelitian M.
11
Murtadho, Penelitian Abd. Hamid Wahid, M.Ag ini sudah lebih maju: pertama,
dikarenakan pengembangan ekonomi yang ditelitinya tidak hanya untuk internal
pesantren saja, tapi sudah menyentuh pada ekonomi masyarakat dengan merujuk
pada pola community development (CD). Kedua, penelitian yang dilakukan Abd.
Hamid Wahid, lebih kepada optimalisasi peran BPPM dan RMI (Rabithatul
Ma‟ahidil Islamiyah) Nurul Jadid, sebagai instrumen lembaga pengembangan
masyarakat untuk menggali potensi-potensi yang ada di pesantren maupun pada
masyarakat.
Oleh karena itu penelitian saya yang berjudul: Bentuk-bentuk
Pengembangan Ekonomi Masyarakat Di Pesantren (studi kasus atas
pengembangan ekonomi masyarakat di PP. Annuqayah guluk-guluk sumenep
madura) ini bermaksud untuk mengetahui dan melihat pesantren dan
pengembangan ekonomi yang ditujukan tidak hanya untuk internal pesantren,
tetapi juga untuk masyarakat sekitar pesantren.
C. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah
Untuk mengarahkan penelitian agar lebih spesifik, maka masalahnya akan
dibatasi pada:
a. Bentuk-bentuk pengembangan ekonomi yang ada di lingkungan pondok
pesantren Annuqayah.
b. Kontribusi pengembangan ekonomi yang dilakukan oleh pesantren
Annuqayah.
2. Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian
Dengan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, Berkaitan
dengan pemaparan tentang pesantren dan pengembangan ekonomi masyarakat di
sekitar pondok pesantren, maka perumusan dan pertanyaan penelitian dibatasi
pada: Pertama, bagaimana bentuk, pola dan pengembangan ekonomi yang
dilakukan oleh masyarakat sekitar pondok pesantren Annuqayah.?
Kedua, apakah pengembangan ekonomi di pesantren Annuqayah tersebut
sudah sampai pada tingkat community development.?
Ketiga, apakah pengembangan ekonomi pesantren Annuqayah tersebut
hanya untuk internal atau eksternal pesantren.?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Dari latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas, maka tujuan
yang hendak penulis capai dari penelitian sekripsi ini :
a. Untuk mengetahui bentuk-bentuk dan pola pengembangan ekonomi yang
ada di masyarakat sekitar pesantren Annuqayah.
b. Untuk menganalisa dan menjelaskan ada dan tidaknya pengembangan
ekonomi untuk masyarakat sekitar pesantren Annuqayah.
c. Untuk mendeskripsikan kontribusi pengembangan ekonomi yang dilakukan pesantren Annuqayah terhadap internal pesantren dan
2. Menfaat Penelitian
Adapun menfaat penelitian ini diharapkan:
a. Dapat memberikan masukan dan dapat dijadikan rekomendasi untuk
pemerintah Kabupaten Sumenep, dalam meningkatkan kualitas
pengembangan ekonomi baik dilingkungan pesantren-pesantren pada
khususnya ataupun, pada masyarakat luas.
b. Semoga dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan bagi mahasiswa
c. Memenuhi tugas akhir perkuliahan program Strata Satu (S1) yang telah
ditetapkan oleh Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
E. Metodologi penelitian
Langkah-langkah metode yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian
penulisan skripsi ini adalah :
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian sosial yang dilakukan di lapangan (Field
Research), yaitu terjun langsung pada objek penelitian untuk memperoleh data
primer dengan menggunakan pendekatan kualitatif.
2. Teknik Pengumpulan data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
lapangan ini adalah :
a. Observasi (pengamatan), yaitu mengamati secara langsung prihal
pengembangan ekonomi yang ada pada masyarakat sekitar PP Annuqayah
pengamatan langsung terhadap objek penelitian guna mendapatkan data
yang berkaitan dengan masalah yang akan penulis teliti.
b. Wawancara, (interview) dalam hal ini penulis mewawancarai 10 orang responden yang terdiri dari 5 orang pengurus pesantren dan 5 orang
masyarakat sekitar pesantren.
c. Dokumentasi, teknik ini penulis gunakan untuk melengkapi data yang penulis perlukan, yaitu dengan cara melihat buku-buku, artikel-artikel,
dokumen atau arsip-arsip yang ada di perpustakaan Pondok Pesantren
Annuqayah, Guluk-guluk Sumenep Madura. Seperti buku profile PP
Annuqayah dan.
3. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah pedoman wawancara, buku catatan. Pedoman wawancara digunakan agar
lebih fokus menggali apa yang menjadi sasaran penelitian. Sedangkan buku
catatan digunakan untuk mencatat hal-hal yang tidak terekam atau yang terlewati
atau informasi yang belum jelas.
4. Sumber Data
Dalam penelitian ini data dikategorikan ke dalam dua jenis, yaitu ; data
primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dari hasil wawancara dan
observasi. Adapun data sekunder dalam penelitian ini adalah yang didapatkan dari
5. Subjek Penelitian
Istilah subjek penelitian merujuk kepada orang atau individu atau
kelompok yang menjadi sasaran unit atau satuan (kasus) yang diteliti, dimana
subjek penelitian ini adalah masyarakat yang berada di luar lingkungan PP.
Annuqayah, Guluk-guluk Sumenep Madura.
6. Pedoman Penulisan
Pedoman penulisan skripsi ini, penulis menggunakan buku Pedoman
Penelitian Karya Ilmiah CeQDA, cet-II, Jakarta: 2007, yang disusun oleh Tim
penulis Hamid Nasuhi, Ismatu Ropi, Oman Fathurohman, M. Syairoji Dimyati,
Netty Hartati, Syopiansyah Jaya Putra.
F. SISTEMATIKA PENULISAN
Bab I. Pendahuluan: terdiri dari Latar Belakang Masalah, Literatur
Review, Batasan dan rumusan Masalah, Tujuan dan Kegunaan Penelitian,
metodologi Penelitian dan Sistematika Penulisan.
Bab II. Kajian Teori: meliputi: Konsep dan Cakupan Pengembangan
Masyarakat (Communitu Development, Perspektif Teoritis Tentang Community
Development, Proses Pengembangan Masyarakat, Model Pengembangan
Masyarakat.
Bab III. Gambaran Umum: meliputi Gambaran Umum tentang pesantren
Annuqayah, Kondisi Sosial Ekonomi dan Karakteristik Ekonomi Masyarakat
Annuqayah Guluk-guluk Sumenep Madura.
Bab IV. Analisis Hasil Penelitian: Bab ini membahas: Bentuk-bentuk
ekonomi terhadap internal pesantren Annuqayah dan masyarakat sekitar,
Keuntungan dan hambatan pengembangan ekonomi terhadap masyarakat sekitar
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Konsep dan Cakupan Pengembangan masyarakat (Community Development)
Pengembangan masyarakat (community developmet) memiliki sejarah
panjang dalam literatur dan praktek pekerjaan sosial, menurut Johnson,
pengembangan masyarakat merupakan spesialisasi atau setting praktek pekerjaan
sosial yang bersifat makro (macro practice). Memang telah menjadi perdebatan
panjang mengenai apakah pengembangan masyarakat dapat dan harus
didefinisikan sebagai kegiatan profesional dan ciri khas pekerjaan sosial. Yang
jelas PM memiliki tempat khusus dalam khazanah pendekatan pekerjaan sosial.
Dalam diskursus akademis pekerjaan sosial, PM lebih dikenal sebagai
Community Organization atau Community Development (CO/CD) (Gilbert dan
Specht, 1981) atau Bimbingan Sosial Masyarakat (Soetarso,1991). Di Australia,
Inggris dan beberapa negara Eropa, pengembangan masyarakat disebut sebagai
pekerjaan kemasyarakatan (community work), penyembuhan sosial (social
treatment), perawatan sosial (social care) atau perawatan masyarakat (community
care) (Twelvetrees, 1993; Payne, 1986).12
12
Adapun pengembangan itu sendiri bermakna suatu sistem penyebaran
maklumat dan ilmu pegetahuan daripada stesyen penyelidikan, pusat ilmu,
universiti atau agensi pembangunan kepada masyarakat luar yang bertujuan untuk
meningkatkan taraf kehidupan kemasyarakatan.2 Sebagimana asal katanya, yakni pengembangan masyarakat, PM terdiri dari dua konsep, yaitu “pengembangan dan
Masyarakat”. Secara singkat, pengembangan atau pembangunan merupakan usaha
bersama dan terencana untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia. Bidang
pembangunan biasanya meliputi beberapa sektor, yaitu ekonomi, pendidikan,
kesehatan dan sosial-budaya. Sementara itu, masyarakat dapat diartikan dalam dua
konsep, yaitu:
1. Masyarakat sebagai sebuah “tempat bersama”, yakni sebuah wilayah geografi yang sama. Sebagai contoh, sebuah rukun tetangga,
perumahan di daerah perkotaan, atau sebuah kampung di daerah
pedesaan.
2. Masyarakat sebagai “kepentingan bersama”, yakni kesamaan kepentingan berdasarkan kebudayaan dan identitas. Sebagai contoh,
kepentingan bersama pada masyarakat etnis minoritas atau
kepentingan bersama berdasarkan identifikasi kebutuhan tertentu
seperti halnya pada kasus para orang tua yang memiliki anak dengan
kebutuhan khusus (anak cacat fisik) atau bekas para pengguna
pelayanan kesehatan mental.13
2
Maimunah Ismail, Pengembangan, Implikasi ke atas Pembangunan Masyarakat, (Kuala Lumpur, 1990 ), cetakan ke-2, h. 55
13
Dunham, mendefinisikan pengembangan masyarakat sebagai “berbagai
upaya yang terorganisir yang dilakukan guna meningkatkan kondisi kehidupan
masyarakat, terutama melalui usaha yang kooperatif dan mengembangkan
kemandirian dari masyarakat pedesaan, tetapi hal tersebut dilakukan dengan
bantuan teknis dari pemerintah atau lembaga-lembaga sukarela”.14
B. Perspektif Teoritis Tentang Community Development
Secara teoritis, pengembangan masyarakat dapat dikatakan sebagai sebuah
pendekatan pekerjaan sosial yang dikembangkan dari dua perspektif yang
berlawanan, yakni aliran kiri (sosialis-marxis) dan kanan (kapitalis-demokratis).
Dewasa ini, terutama dalam konteks menguatnya sistem ekonomi pasar bebas dan
swastanisasi kesejahteraan sosial, PM/CD semakin menekankan pentingnya
swadaya dan keterlibatan informal dalam mendukung strategi penanganan
kemiskinan dan penindasan, maupun dalam memfasilitasi partisipasi dan
pemberdayaan masyarakat.
Twelvetrees, membagi perspektif teoritis PM ke dalam dua bingkai, yakni
pendekatan profesional dan pendekatan radikal. Pendekatan profesional menunjuk
pada upaya untuk meningkatkan kemandirian dan memperbaiki sistem pemberian
pelayanan dalam karangka relasi-relasi sosial. Sementara itu, berpijak pada teori
struktural neo-Marxis, feminisme dan analisis anti-rasis, pendekatan radikal lebih
terfokus pada upaya mengubah ketidakseimbangan relasi-relasi sosial yang ada
melalui pemberdayaan kelompok-kelompok lemah, mencari sebab-sebab
14
kelemahan mereka, serta menganalisis sumber-sumber ketertindasannya.
Sabagaimana diungkapkan oleh Payne berikut : (1995:166),
“This is the type of approach which support minority ethnic communities, for example, in drawing attention to inequalities in service provision and in power which lie behind severe deprivation.”
Maksudnya adalah pendekatan profesional dapat diberi label sebagai pendekatan yang mematra tradisional, netral dan teknikal. Sedangkan pendekatan radikal dapat diberi label sebagai pendekatan yang bermatra tradisional.
Dua Perspektif Pengembangan Masyarakat
Pendekatan Perspektif Tujuan /Asumsi
Profesional (Tradisional, Radikal (Transformasional) Aksi masyarakat
C. Proses Pengembangan Masyarakat
Pendekatan bottom-up, „perubahan dari bawah‟ dan partisipasi merupakan prinsip fundamental dalam pengembangan masyarakat. Tidak saja hanya pada
partisipasi proses itu berpijak, melainkan juga pada persoalan hasil dan tujuan,
adapun penekanan pengembangan masyarakat yang diarahkan pada proses, bukan
hasil, merupakan penekanan yang sama radikalnya pada perubahan dan partisipasi
dari bawah.
Penekanan ini sama-sama memerlukan reorientasi, utamanya bagi banyak
pekerja masyarakat yang telah terbiasa berfikir didasarkan pada hasil; dan sulit
menjelaskan kepada mereka yang menerima padangan umum bahwa tujuan
menjustifikasi sarana, dan bagi mereka „kemana kita menuju‟ lebih penting
daripada kita mencapainya. Partisipasi memang sangat penting untuk perubahan
dari bawah, dan sangat penting pula untuk mempertahankan fokus pada proses.
Adapun proses-proses pengembangan masyarakat tersebut sebagai berikut:
a) Integritas Proses
Gagasan mengenai intergritas proses berlandaskan pada; jika sarana dan
tujuan tidak dapat dipisahkan, dan jika kita menerima pandangan bahwa
mengubah sarana dapat mengubah tujuan, maka proses pengembangan
masyarakat memiliki nilai yang lebih dari sekedar instrumental. Sehingga sangat
penting untuk menjamin bahwa proses itu sendiri memiliki integrasi dan tidak
bertentangan dengan prinsip keadilan ekologis dan sosial.
Aspek terpenting dari integritas proses yaitu bahwa proses harus
partisipasi penuh. Proses pengembangan masyarakat tidak dapat dipaksakan dari
luar, dan tidak ditentukan oleh pekerja masyarakat, dewan lokal atau departemen
pemerintah. Proses pengembangan masyarakat harus menjadi proses masyarakat
yang memiliki, dikuasai dan dilangsungkan oleh mereka sendiri.
b) Peningkatan Kesadaran
Ada empat aspek dalam peningkatan kesadaran, meskipun perlu
ditekankan bahwa dalam proses peningkatan kesadaran, keempat aspek ini akan
terjadi pada saat yang sama; aspek-aspek tersebut bukan langkah-langkah dalam
progresi linear. Pertama, yaitu berkaitan dengan aspek personal dan politik.
Artinya adalah bahwa semua pengalaman personal dan pengalaman politik
mengharuskan keduanya dijalankan bersama-sama sebagai upaya menolong
masyarakat membuat koneksi antara pengalaman personal dan politik.
Kedua, membangun hubungan dialogis dengan para anggota masyarakat.
Ketiga,berbagi pengalaman penindasan, dengan cara menyelidiki setiap
pengalaman orang lain tentang apa pengertian dari penindasan, dan bagaimana
orang-orang memahami dan mendefinisikannya, sehingga kesadaran kolektif
dapat berkembang. Gagasan bergerak dari pengalaman individu ke pengalaman
yang terbagi dan selanjutnya kesadaran kolektif menjadi bagian terpenting dari
peningkatan kesadaran.
c) Langkah Pengembangan
Salah satu aspek penting dari proses pengembangan masyarakat adalah
diperlukan langkah yang „natural‟ untuk memulainya, dan untuk mendorong
proses tersebut menyelaraskan dengan langkah tersebut, artinya adalah bahwa
proses merupakan milik masyarakat, bukan milik pekerja, dengan demikian,
proses harus berjalan sesuai dengan langkah yang diinginkan oleh masyarakat.
d) Konsensus
Perspektif konflik dan konsensus yang berbeda telah menjadi sangat
penting dalam konseptualisasi pengembangan masyarakat. Konflik merupakan
bagian masyarakat yang tidak dapat dihidari, justru itu kemampuan untuk
menangani konflik merupakan bagian kerja masyarakat yang sangat penting,
namun demikian perspektif konsensus jauh lebih cocok untuk pengembangan
masyarakat.15
D. Model Pengembangan Masyarakat
Jack Rothman dalam karya klasiknya yang terkenal, Three Models Of
Community Organization Practice (1968), mengembangkan tiga model yang
berguna dalam memahami konsepsi tentang pengembangan masyarakat: (1)
pengembangan msyarakat lokal (locality development); (2) perencanaan sosial
(social planning); dan(3) aksi sosial (sosial action).16 Paradigma ini merupakan
format ideal yang dikembangkan terutama untuk tujuan analisis dan
konseptualisasi. Dalam prakteknya, ketiga model tersebut saling bersentuhan satu
15
Jim Ife dan frank Tesoriero, Community Development: Alternatif Pengembangan Masyarakat Di Era Globalisasi, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2008), cetakan ke-1, h. 335-362
16
sama lain, setiap komponennya dapat digunakan secara kombinasi dan simultan
sesuai dengan kebutuhan dan situasi yang ada.
Tiga Model Pengembangan Masyarakat
kepentingan umum Rationalist-unitary Idealist-unitary Realist-unitary
Orientasi terhadap
sistem perubahan Masyarakat secara keseluruhan
Seluruh atau
Warga masyarakat atau negara Konsumen korban
Peranan
BAB III
TEMUAN PENELITIAN
Letak Kecamatan Guluk-Guluk berada pada paling barat kecamatan yang
ada di kabupaten Sumenep, berjarak sekitar 30 km dari kota Sumenep, berbatasan
dengan Kecamatan Pakong, Kabupaten Pamekasan. Secara geografis, desa
Guluk-guluk berada di antara 6°00'-7°30' dengan ketinggian ± 117 meter dari permukaan
laut, dengan luas wilayah 1.675.955 ha dari luas kecamatan Guluk-Guluk yang
memiliki lahan seluas 6.691.316 ha.
Wilayah yang cukup luas ini ternyata tidak memberikan harapan
penghidupan bagi masyarakat Guluk-guluk karena susunan tanahnya,
sebagaimana daerah Madura lainnya cenderung terdiri dari batu-batu berkapur
(lime store rock) dan sebagian besar tanahnya berjenis mediteran. Sedangkan
curah hujan rata-rata pertahunnya 2176 mm, dengan jumlah hariannya kurang
lebih 100 hari per tahun.17
A. Gambaran Umum Tentang Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-guluk Sumenep Madura
1. Sejarah Singkat Berdirinya Pondok Pesantren Annuqayah
Pondok Pesantren Annuqayah (PPA) saat ini telah berusia lebih dari 13
dasawarsa,18 secara kuantitatif PP Annuqayah berkembang cukup pesat terutama
sejak dasawarsa 1980-an, dalam usia yang cukup tua dan populasi yang mencapai
hampir enam ribu peserta didik, tentu di dalamnya ada dinamika dan variasi
kegiatan pendidikan yang dilakukan PP Annuqayah.
17
http://www.berita-annuqayah.blogspot.com/ data diakses pada tanggal, 03 April 2011
18
Pondok Pesantren Annuqayah yang berlokasi di Guluk-Guluk Sumenep
Madura didirikan pada tahun 1887. Pendirinya K.H. Moh. Syarqawi. Beliau lahir
di Kudus Jawa Tengah. Kyai Syarqawi muda sebelum mendirikan pesantren
pernah menuntut ilmu di berbagai pesantren di Madura, Pontianak, merantau ke
Malaysia, Patani (Thailand Selatan), dan bermukim di Mekah. Pengembaraan
beliau dalam menuntut ilmu tersebut dilakukan selama sekitar 13 tahun.19 Dalam
kiprahnya menyebarkan ilmu, Kyai Syarqawi mula-mula membuka pengajian
al-Qur‟an dan kitab-kitab klasik di Prenduan Sumenep. 14 tahun kemudian, Kyai
Syarqawi bersama dua istrinya dan K. Bukhari (putra dari isteri pertama) pindah
ke Guluk-guluk dengan maksud mendirikan pesantren. Atas bantuan seorang
saudagar kaya bernama H. Abdul Aziz, beliau diberi sebidang tanah dan bahan
bangunan. Di atas sebidang tanah itu, beliau mendirikan rumah tinggal dan sebuah
langgar. Tempat ini kemudian disebut Dalem Tenga. Selain itu, beliau juga
membangun tempat tinggal untuk isterinya yang ketiga, Nyai Qamariyah berjarak
sekitar 200 meter ke arah barat dari Dalem Tenga. Kediaman Nyai Qamariyah ini
kemudian dikenal dengan Lubangsa.
Di langgar itulah Kyai Syarqawi mulai mengajar membaca al-Qur‟an dan dasar-dasar ilmu agama. Tempat itulah yang menjadi cikal bakal lahirny PP.
Annuqayah. Sekitar 23 tahun Kyai Syarqawi memimpin pesantren Annuqayah.
Setelah Kyai Syarqawi meninggal dunia pada bulan Januari 1911, pesantren
dipimpin oleh putra beliau dari isteri pertama, K.H. Bukhari, yang dibantu oleh
K.H. Moh. Idris dan K.H. Imam. Mulai tahun 1917, kepemimpinan pesantren
dilanjutkan oleh salah seorang putra Kyai Syarqawi, yakni K.H. Moh. Ilyas. Pada
19
masa kepemimpinan Kyai Ilyas inilah, Annuqayah mengalami banyak
perkembangan, misalnya pola pendekatan masyarakat, sistem pendidikan dan pola
hubungan dengan birokrasi pemerintah. Perkembangan lain yang terjadi adalah
ketika pada tahun 1923, K. Abdullah Sajjad, saudara Kyai Ilyas, membuka
pesantren sendiri. Tempat baru itu kemudian dikenal dengan nama Latee, berjarak
sekitar 100 meter di sebelah Timur kediaman K. Ilyas. Sejak K. Abdullah Sajjad
membuka pesantren sendiri, pesantren-pesantren daerah di Annuqayah terus
berkembang dan bermunculan, sehingga sekarang Annuqayah tampak sebagai
“pesantren federasi”. Setelah Kyai Ilyas meninggal dunia di penghujung 1959,
kepemimpinan di Annuqayah untuk selanjutnya berbentuk kolektif, yang terdiri
dari para Kyai sepuh generasi ketiga. Sepeninggal Kyai Ilyas, kepemimpinan
kolektif Annuqayah diketuai oleh K.H. Moh. Amir Ilyas (w. 1996), dan kemudian
dilanjutkan oleh K.H. Ahmad Basyir AS.20
1. Perkembangan Pondok Pesantren Annuqayah
Pondok Pesantren Annuqayah sendiri merupakan pesantren yang
berbentuk federasi.21 (pesantren bagian dalam satu-kesatuan dibawah satu
yayasan) Hal itu dimulai sejak Kyai Abdullah Sajjad, mendirikan pesantren
sendiri yang bernama Latee pada tahun 1923. Inisiatif itu dilakukan ketika
Annuqayah daerah Lubangsa yang didirikan Kyai Syarqawi, tidak mampu lagi
20
http://www.berita-annuqayah.blogspot.com/ data diakses pada tanggal, 03 April 2011. Informasi ini juga penulis peroleh dari penjelasan Moh. Miftahunaim S.H.i (sekretaris I pengurus yayasan Annuqayah) setelah melakukan kunjungan di kantor yayasan Annuqayah dan wawancara pribadi dengan beliau pada tanggal, 05 April 2011
21
menampung santrinya. Berdirinya daerah Latee kemudian diikuti oleh berdirinya
daerah-daerah lain. Hingga tahun 1972 Annuqayah sudah terdiri dari lima daerah
yang seluruhnya diasuh oleh keturunan dan menantu Kyai Syarqawi, sebagaimana
pada tabel berikut:
Tabel 1
PERKEMBANGAN DAERAH PONDOK PESANTREN ANNUQAYAH DARI PERIODE 1887 – 1972
Nama Daerah Pendiri Tahun Berdiri
Lubangsa KH. Moh. Syarqawi 1887 Latee KH. Abdullah Sajjad 1923 Nirmala K. M. Hasan Bashri 1963
Al-Furqan K. Husein 1917
Lubangsa Selatan KH. Moh. Ishomuddin AS 1972 sumber : dokumentasi buku profile lengkap PP Annuqoyah
Pada tahun 1972, luas areal tanah pesantren hanya sekitar 2,5 ha. Di
atasnya berdiri kurang lebih 150 asrama santri yang hampir seluruhnya terdiri dari
bangunan kecil terbuat dari bambu, dihuni oleh 981 orang santri yang menetap,
diasuh oleh enam orang Kyai dan 44 tenaga pengajar. Juga terdapat 325 santri
kalong yang setiap pagi belajar pada sekolah formal yang terdiri dari tingkat
Ibtidaiyah dan Muallimin. Sebagian besar para santri berasal dari Kabupaten
Sumenep, dan yang lain berasal dari beberapa Kabupaten di Jawa Timur yang
memang berasal dari keturunan Madura. Pada waktu itu Annuqayah memiliki satu
masjid dan tiga mushalla, dua gedung Madrasah dengan enam ruang sederhana,
juga terdapat sebuah kantor dengan dua ruang yang digunakan sebagai kantor
pesantren, Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Muallimin, dan sebuah ruang
workshop.22
22
a. Perkembangan Jumlah Santri Annuqayah Selama 10 Tahun Terakhir (1978 - 1989)
Selama ± hampir 30 tahun dari tahun 1950 sampai akhir tahun 1970-an,
perkembangan Pesantren Annuqayah sangat lambat. Tidak ada perubahan yang
signifikan baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Perkembangan Annuqayah
kembali pesat setelah periode itu hingga tahun 1980-an akhir. Perkembangan
jumlah santri dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2
PERKEMBANGAN JUMLAH SANTRI ANNUQAYAH SELAMA 10 TAHUN TERAKHIR (1978 - 1989)
Tahun Santri Ustadz/Ustadzah Luas Lokasi
1978/1979 981 44 2,5 ha
1984/1985 3.037 167 5 ha
1987/1989 3.543 210 8 ha
Sumber: dokumentasi/arsip-arsip di kantor pengurus PPA
Seiring dengan bertambahnya jumlah pondok daerah yang merupakan
bagian integral dari pesantren Annuqayah. Secara berangsung-angsur datang
masyarakat yang ingin belajar agama bahkan menetap/mondok, sehingga saat ini
Annuqayah telah terdiri dari 26 daerah. Berikut ini data jumlah santri dari
Tabel 3
JUMLAH SANTRI PP. ANNUQAYAH TAHUN PELAJARAN 2009-2010
No Nama Daerah Pengasuh Jumlah
Santri 1 PPA Daerah Lubangsa Putra KH. A. Waries Ilyas 807 2 PPA Daerah Lubangsa Putri Ny. Hj. Nafisah 752 3 PPA Daerah Lubangsa Tengan Putri KH. Abbasi 188 4 PPA Daerah Lubangsa Selatan Putra KH. Moh. Ishomuddin AS 248 5 PPA Daerah Lubangsa Selatan Putri Ny. Hj. Helyah Ishom 179 6 PPA Daerah Latee Putra KH. Ahmad Basyir AS 693 7 PPA Daerah Latee II Putri Ny. Hj. Ummamah 538 8 PPA Daerah Latee I Putra KH. A. Basith AS. BA 14 9 PPA Daerah Latee I Putri Ny. Hj. Magfuroh Ihsan 187 10 PPA Daerah Latee Utara Putra KH. Abussiri Ali Mufi 23 11 PPA Daerah Latee Utara Putra-putri Ny. Maryam mahfoudh 27 12 PPA Daerah Nirmala Putra KH. M. Afif Hasan 214 13 PPA Daerah Nirmala Putri Ny. Hj. Syifa Ilyas 227 14 PPA Daerah Al-Furqan Putra KH. M. Mahfoudh Husaini 32 15 PPA Daerah Al-Furqan Putri Ny. Hj. Arifah AS 43 16 PPA Daerah Karang Jati Putra KH. M. Abdul Basith Bahar 28 17 PPA Daerah Karang Jati Puttri Ny. Hj. Toyyibah 119 18 PPA Daerah Kusuma Bangsa Putra K. M. Hosnan A. Nafi' 9 19 PPA Daerah Kusuma Bangsa Putri Ny. Hj. Salma 30 20 Ppa Daerah Nurul Hikmah Putra KH. M. Tsabit Khazim 5 21 PPA Daerah Nurul Hikmah Putri Ny. Hj. Maltufah Mahfoudh 26 22 PPA Daerah Sumber Al-Anwar Ny. Muyassaroh 2 23 PPA Daerah Sumber Dadduwi Putri/iKH. M. Muhsin Amir 10 24 PPA Daerah Al-Amir Putra KH. Ah. Mutam Mukhtar 10 25 PPA Daerah al-Amir Putri Ny. Hj. Mahtiyah 5 26 PPA Daerah Al- Anwar Ny. Hj. Fatimah Al-Batul 6
total 4.431
Sumber: Update data PP Anuqoyah Tahun Pelajaran 2009/2010
Perbedaan adanya jumlah santri di atas yang sangat kontradiktif ini dipicu
karena PPA Lubangsa Putra, Lubangsa Putri, Latee Putra dan Latee Putri, serta
Nirmala merupakan pesantren yang pertama kali berdiri, selain karena nama
pengasuhnya yang sudah dikenal luas oleh masyarakat, juga karena nama daerah
pondoknya tersebut sudah akrab ditelinga masyarakat. Untuk jumlah santri yang
2-5 tersebut, awalnya Ibu Nyai memcari pembantu terus disekolahkan, oleh
Tabel 4
1 TK Annuqoyah 1986 Terdaftar 52 6 2 2010/2011
2 MI I Annuqoyah 1933 Akreditasi C 71 13 6 2010/2011 3 MD 2 Annuqoyah 1985 Akreditasi B 132 16 6 2010/2011
4 MI 3 Annuqoyah 1970 Akreditasi B 96 16 6 2010/2011 5 MTs I Annuqoyah Putra 1970 Akreditasi B 634 54 17 2010/2011
6 MTs I Annuqoyah Putri 1970 Akreditasi B 654 35 13 2010/2011 7 MTs 2 Annuqoyah 1982 Akreditasi C 54 13 3 2010/2011
8 MTs 3 Annuqoyah 1980 Akreditasi C 221 30 6 2010/2011 9 MA I Annuqoyah Putra 1979 Akreditasi B 574 43 12 2010/2011
10 MA I Annuqoyah Putri 2002 Akreditasi B 854 69 20 2010/2011 11 MA II Annuqoyah 1982 Akreditasi C 260 25 6 2010/2011
12 MAK Annuqoya Putra 1997 Akreditasi B 141 24 3 2010/2011 13 SMA I Annuqoyah 2002 Akreditasi B 312 39 7 2010/2011
14 SMA 3 Annuqoyah 2001 Akreditasi 147 26 6 2010/2011
15 SMK Annuqoyah 2002 Terdaftar 38 17 3 2010/2011
16 STIK Annuqoyah 1996 Akreditasi A 2460 86 16 2010/2011
6710 200 132
sumber : diambil dari dokumentasi pengurus yayasan periode tahun 2006/2010
Jumlah
2. Organisasi Pengelola
1. Pondok Pesantren Annuqayah.
Lembaga ini berupa kepengurusan yang terstruktur, terdiri dari Dewan
Pengasuh, Pengurus Harian dibantu oleh bidang kesekretariatan atau petugas
administrasi yang berkenaan dengan unit-unit kegiatan yang berupa biro-biro yang
ada di bawahnya. Biro ini membawahi unit-unit kegiatan santri, seperti program
khusus pendidikan bahasa asing, pendidikan kepesantrenan, kesehatan dan
lingkungan, pramuka, jurnalistik, pembinaan keterampilan, perpustakaan,
penerbitan, pengabdian masyarakat, dan lain-lain. Ada juga biro yang menangani
Dewan pengasuh yang terdiri dari tujuh Kyai sepuh, merupakan jajaran
pimpinan yang memegang kebijakan tertinggi sekaligus membina pelaksanaan
kegiatan pendidikan dan kepesantrenan. Sementara pengurus harian merupakan
pelaksana kebijakan-kebijakan dewan pengasuh, serta mengatur tata tugas dan
pendelegasian tugas melalui organ-organ di bawahnya, menurut aturan
mekanisme kerja yang telah ditentukan.
Pengurus Pusat Pondok Pesantren Annuqayah Masa Bakti 2006-2010
yayasan dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan mendirikan sekolah tinggi.
Tetapi akhirnya tugasnya diperluas yaitu pada mengelola pendidikan dasar dan
menengah. Selain itu, Yayasan Annuqayah memiliki unit usaha pertokoan, home KH. Ahmad Basyir AS. (Ketua) Sekretaris : K. Alawi Thaha
Bidang Donatur: 1. Jamal Rowi 2. H. Zubairi 3. Yusri Fath, S. Ag.
industri, peternakan, pertanian dan perkebunan, yang menjadi aset dan sumber
penghasilan yayasan.23
Struktur kepengurusan Yayasan Annuqayah terdiri dari Dewan Pembina
yang beranggotakan Kyai sepuh, Dewan Pengawas, dan Pengurus Harian dengan
dibantu sekretariat dan bidang-bidang. Sejak tahun 2006 ini, Yayasan tidak lagi
mengelola aktivitas pendidikan di lingkungan Annuqayah, tetapi lebih fokus
menangani pengelolaan aset dan usaha yang diarahkan sebagai sumber dana atau
pembiayaan aktivitas pesantren.24
Wakil Sekretaris : Muhammad Afnan : Moh. Miftahunaim, S.H. I.
Bendahara : KH. Ahmad Hazim
Wakil Bendahara : H. Asnawi Sholeh
23
Profil Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-guluk Sumenep Madura, h. 14
24
B. Kondisi Sosial Ekonomi dan Karakteristik Ekonomi Masyarakat Annuqayah Guluk-guluk Sumenep Madura
1. Letak dan Keadaan Demogarfi Desa Guluk-guluk
Desa Guluk-guluk merupakan salah satu desa di kecamatan Guluk-guluk,
Sumenep Madura. Lokasinya yang berada di daerah dataran tinggi yaitu pada
ketinggian 300 m dari permukaan laut. Desa ini terletak di sebelah barat daya kota
Sumenep, kurang lebih 24 km. Ditengah-tengah desa ini dibelah oleh sebuah
persimpangan jalan beraspal menuju Kecamatan Pakong Kabupaten Pamekasan,
menuju kota Sumenep, dan Kecamatan Pragaan dan Bluto Sumenep Madura.25 Berdasarkan data laporan desa Guluk-guluk dalam angka, luas wilayah
seluruhnya 1.322,174 ha (16,69 Km 2), sudah termasuk tanah teknis, setengah
teknis, pakarangan dan lain-lain. Seperti dalam tabel berikut :
Tabel 5
LUAS DAERAH DESA GULUK-GULUK
No Jenis Tanah Luas Tanah
1 Tanah Teknis 57.000 ha
2 setengah Teknis 50.000 ha
3 pakarangan 335.287 ha
4 Tegalan 12.214,668 ha
5 Lain-lain 12.000 ha
Jumlah 1.322.174 ha
Sumber: Bank data kecamatan guluk-guluk tahun 2010
Penduduk yang menempati atau yang bertempaat tinggal di desa
Guluk-guluk terdiri dari penduduk asli dan penduduk pendatang. Motifasi penduduk
pendatang di Desa ini disebabkan usaha dan tugas dinas, sehingga suami atau
istrinya juga ikut menetap, sampai-sampai juga menjadi pegawai di desa ini.
25
Sedangkan jumlah penduduk desa Guluk-guluk sebesar 12.502 jiwa yang terdiri
dari 6.679 laki-laki dan 5.823 perempuan (lihat dalam tabel 6)
Tabel 6
DATA PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN
No Jenis Kelamin Jumlah (jiwa)
1 Laki- laki 6. 679
2 Perempuan 5. 823
Jumlah 12. 502
Sumber : data sensus desa guluk-guluk dalam angka tahun 2010
Dari jumlah jiwa tersebut, mayoritas bekerja sebagai petani, buruh tani,
sedang lainnya ada yang menjadi pegawai negeri sipil, ABRI, wiraswasta,
pertukangan dan lain-lain. Untuk itu lebih jelasnya dapat dilihat sebagaimana
yang tertera dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 7
DATA PENDUDUK MENURUT PROFESI
No Mata Pencaharian Jumlah
1 Pegawai Negeri Sipil 134
2 A B R I 16
3 Pedagang 138
4 Petani 7. 516
5 Tukang Kayu/Batu 52
6 Buruh Tani 67
7 Purnawirawan 36
8 Lain-lain 147
Jumlah 8.106
Sumber : data sensus desa guluk-guluk dalam angka tahun 2010
2. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Guluk-guluk
Mayoritas masyarakat Guluk-guluk bermata pencaharian petani
(95,124%), selebihnya bekerja sebagai pedagang kecil, pengrajin, buruh
bangunan, peternak, pegawai negeri dan lain-lain. Dari luas wilayah desa
Guluk-guluk (1.675.955 ha) dengan lahan yang dipergunakan hampir seluruhnya
(1.329.69 ha) terdiri dari tanah yang tergantung pada kondisi musim dan hanya 94
ha. dari luas tanah pertanian itu yang mendapat pengairan dari sumber mata air
Dari kondisi lingkungan alam yang kritis, menjadi salah satu faktor yang
menyebabkan pendapatan perekonomian rata-rata rendah. Selain alasan tersebut,
pendapatan tersebut masih tergantung pada penanaman, perawatan dan keadaan
cuaca yang baik dan normal. Untuk memberikan kepastian pendapatan perkapita
penduduk sulit sekali, namun begitu berdasarkan kenyataan yang ada di daerah
Guluk-guluk, beberapa tokoh masyarakat di daerah ini memperkirakan bahwa
pendapatan rata-rata perkapita penduduk antara 2.250-2.350 kg beras pertahun.26 atau antara Rp. 18.900.000,- sampai Rp. 19.740.000,- (data desa Guluk-guluk
2010). Dengan pendapatan perkapita seperti ini bisa digolongkan bahwa
masyarakat Guluk-guluk termasuk kedalam kelas menengah kebawah. Di desa
Guluk-guluk sendiri tanaman tembakau merupakan sumber mata pencaharian
yang cukup besar, disamping tanaman musim kering seperti, kacang-kacangan
dan ubi-ubian atau terkadang pula dengan tanaman padi ketika musim penghujan
atau pada lahan yang berdekatan dengan sumber mata air.
3. Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat
Sebagai masyarakat yang kuat dan kental dalam mempertahankan
eksistensi agama dan pengalaman agama, yang hal ini tertuang kedalam
kehidupan sosial budaya masyarakat Guluk-guluk, sangat menjunjung tinggi tali
persaudaraan, suka tolong manolong, antar sesama hubungan yang dibangun
saling hormat menghormati, sehingga jalinan komunikasi interaktif selalu terjadi
yang menjurus kepada pertalian erat hubungan persaudaraan, persahabatan,
sehingga nuansa keharmonisan sangat tercermin dalam kehidupan masyarakat
pedesaan.
26
Bentuk-bentuk ekspresi nilai keagamaan merupakan perwujudan tingkah
laku masyarakat yaitu berakar kuat dalam adat istiadat. Sepanjang tahunnya
masyarakat Guluk-guluk tidak lepas dari dan penuh dengan selamatan-selamatan
islam, selamatan untuk mengenang arwah keluarga yang telah meninggal dunia
(haul), selamatan Kamis atau malam Jum‟at dengan membaca surat Yasin dan
Tahlilan, merupakan suatu yang dianggap cukup sakral oleh masyarakat
Guluk-guluk sendiri.
Terdapat juga tradisi yang dikaitkan dengan nilai keagamaan yang
beranekaragam jenis dan maksudnya, seperti kebiasaan selamatan Tajin Sorah
(bubur ayam) pada bulam Muharram yang merupakan bulan pertama tahun Islam
yang bertujuan mengenang hijrahnya Nabi Muhammad SAW. Dari Mekkah ke
Madinah. Demikian pula pada bulan berikutnya yaitu selamatan Tajin Sappar
(jenang yang terbuat dari tepung beras) dan selamatan-selamatan lainnya yang
masih bertahan dalam kehidupan masyarakat Guluk-guluk
4. Karakteristik Ekonomi Masyarakat Guluk-guluk Di PP Annuqayah
Dinamika ekonomi masyarakat di sekitar pesantren sendiri terus
berkembang atau dikembangkan, baik masyarakat yang hanya menitipkan barang
dagangan di dalam pesantren, maupun masyarakat yang mendirikan usaha di
sekitar pesantren mulai dalam bentuk usaha toko, warung, warnet, foto copy dan
tempat dagangan lainnya. Potensi ekonomi tumbuh dan berkembang cukup
dinamis. Setidaknya berdasarkan hasil observasi langsung (selama 3 hari berada di
lingkungan pesantren) untuk mengamati usaha-usaha ekonomi yang ada di dalam
pesantren, peneliti menemukan sedikitnya ada 27 unit usaha yang ada dan
sendiri, ataupun dimiliki oleh individu keluarga pesantren. Berikut usaha-usaha
yang ada di lingkungan pesantren diantaranya:
Tabel 8
JUMLAH DAN JENIS USAHA DI LINGKUNGAN PESANTREN ANNUQAYAH
No Usaha Tempat Pemilik
1 Kantin Late Putra Pesantren
2 Koperasi Late Putra Pesantren
3 Kantin Late Putra Individu
4 Rental Komputer Late Putra Individu 5 Foto Copy Sebelah Late Utara II Individu 6 Kantin Selatan Kantor M.Ts masyarakat 7 Koperasi Selatan Kantor M.Ts An-nuqoyah Individu 8 Kantin Depan blok F lubangsa putra masyarakat
9 Kantin Nirmala masyarakat
10 Rental Komputer Nirmala Individu
11 toko Jalan Masuk Ke STIKA Yayasan
12 warnet sebelah barat toko yayasan Individu
13 Koperasi Lubangsa Selatan Pesantren
14 toko Lubangsa Putri masyarakat
15 Kantin Lubangsa Putri masyarakat
16 Toko Late II Individu
17 Toko Late II Individu
18 Toko Lubangsa Selatan Putri Individu 19 Kantin Lubangsa Selatan Putri masyarakat
20 Kantin kusuma Bangsa masyarakat
21 Toko Nirmala Putri masyarakat
22 Koperasi Sewajarin Yayasan
23 Koperasi Sewajarin Pesantren
24 Koperasi Sewajarin Pesantren
25 Kantin Sewajarin Individu
26 Koperasi Utara Kampus STIKA Putri Individu
27 Koperasi Lubangsa Tengah Yayasan
Sumber : Hasil observasi di lapangan
Dalam keterkaitan tersebut, khusus unit usaha yang menjadi milik
pesantren, pada awalnya memang didanai oleh pengasuh, hanya saja dalam
pengurus pesantren dan BPM Annuqayah yang hasilnya masuk menjadi kas
pesantren.27
Berdasarkan data yang diperoleh seteleh melakuan observasi di sekitar
pesantren, karakteristik ekonomi masyarakat sekitar pesantren terklasifikasi
menjadi beberapa karakter, sebagaimanama tampak dalam tabel berikut:
Tabel 9
seperti : toko, counter dan warung 11 orang
rumah sendiri atau bangunan resmi milik sendiri
3 semi permanen seperti : toko,
counter dan warung 1 orang sewa atau kontrak pada pihak lain Sumber : diolah dari hasil observasi langsung di lapangan
Data pada tabel di atas menjelaskan bahwa karakteristik ekonomi
masyarakat sekitar pondok pesantren Annuqayah terpola menjadi tiga macam
karakter.
1. Penyuplai dagangan kecil ke dalam pesantren
Karakteristik ini terdiri dari elemen masyarakat yang menitipkan barang
dagangan mereka ke dalam pesantren, terutama toko, atau warung-warung
yang berada dalam lingkungan pesantren. Karakteristik okonomi semacam ini,
biasanya dilakukan setiap hari, lebih-lebih saat pagi hari. Hal ini dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan santri sarapan pagi, (gen langgen).28 Yang tersebar
dalam semua daerah yang ada di dalam lingkungan pondok pesantren
Annuqayah.
2. Mendirikan usaha permanen
Karakteristik ini, dilakukan oleh masyarakat sekitar pondok pesantren
Annuqayah dengan cara mendirikan usaha dagang secara mandiri dan bersifat
permanen, biasanya tempat usaha ini dibuka atau didirikan di dekat-dekat
rumah mereka sendiri. Karakter ekonomi semacam ini dilakukan dengan cara
bermacam-macam, ada toko, warung makan dan lain sebagainya.
3. Usaha semi permanen (bersifat sementara)
Masyarakat yang berada di sekitar lingkungan pondok pesantren Annuqayah,
biasanya mendirikan beberapa jenis usaha, seperti toko, warung makan,
warnet, burjo dan foto copy dengan cara sewa (kontrak) tempat kepada orang
lain. Karakteristik semacam ini rata-rata dilakukan oleh masyarakat yang agak
jauh dari lingkungan pondok pesantren Annuqayah, dan usaha-usaha tersebut
dianggap sebagai salah satu media untuk menggali keuntungan di sekitar
pesantren. Dengan obyek dan konsumen yang sama, yaitu para santri
Annuqayah itu sendiri yang berada di dalam lingkungan pesantren dan