• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS HASIL PENELITIAN

C. Keuntungan dan Hambatan pengembangan ekonomi terhadap masyarakat sekitar

Berdasarkan informasi yang penulis temukan di lapangan, usaha yang dikembangkan oleh masyarakat sekitar pesantren sangat berarti bagi kehidupan mereka. Rata-rata informan mengaku bahwa, usaha yang dikembangkan di sekitar pesantren tersebut menjadi tumpuan ekonomi keluarga mereka. Dengan unit usaha toko, warung, dan unit usaha yang lain menjadi satu-satunya penopang kehidupan mereka. Sementara bagi masyarakat sekitar yang menitipkan barang dagangan mereka di dalam pesantren, selain ada yang mengakui sebagai satu-satunya seumber penghasilan, ada juga yang menyatakan hanya sebagai sampingan saja dari pekerjaan utama mereka sebagai petani.

Berdasarkan beranekanya bentuk/jenis usaha dalam melakukan pengembangan ekonomi yang penulis temukan pada masyarakat sekitar pesantren Annuqayah sendiri, maka berbeda pula keuntngan dan hambatan yang mereka alami. Dimana bagi masyarakat yang bentuk usahanya tersebut bertumpu pada santri sebagai konsumennya (masyarakat sebagai suplier makanan), maka hambatan dan keuntungannya dapat dilihat sebagai berikut seperti yang dialami oleh Ibu. Lut berikut;

“napah ki... engki rintangnah ka‟dissah mun ka peten kauleh.. kun

teng la santreh mule liburan, engak tenglah bulen poasah,, seppeh pas kauleh, serah sengakanah juellnah kauleh pas.. engki ambu kelluh kauleh

ta‟ajuelen lamun ponduk libur. Ontonggah engki lamun santreh ampon

abelih kappi engki nyamanah, tekengan kauleh lekas totok”.66

Artinya; “apa ya.. kalau bagi saya sendiri sih hambatannya itu kalau satri udah pada pulang liburan, seperti bulan puasa, sepi banget, siapa yang mau belli dagangan saya..? ya.. terpaksa kalau pondok lagi liburan saya berhenti dulu gak jualan. Keuntungannya ya.. kalau santri udah pada balik dan pondok dah aktif,, ya dagangan saya cepet habis”.

66

Wawancara pribadi dengan ibu. Lut (penjual nasi bungkus yang dititipkan ke dalam pesantren) pada, 05 april 2011

Sama seperti apa yang dialamai oleh ibu Imam berikut, menurutnya;

“rintangnah engki mun ka kauleh tibik, teng la ponduk libur kun, pas sepeh tade se melleyah tekengan kalauleh pas. Ta‟ejuelen nasek pole kauleh pas mun tenglah ponduk libur, duh napah keyah ce‟rengan

santrenah mule kappi. Kaontongnah ki.. mun santreh teng la abelli kappi

ka‟dissak langsung cepet totok tekengan kauleh, peng mun nyabe kol 7 engki paleng kol 10 la totok”.67

Artinya; “hambatannya kalau bagi saya sendiri, kalau pondok ini sudah liburan, langsung sepi jualan saya gada yang mau beli, ya sementara waktu saya berhenti jualan nasi, mau gimana lagi.. kalau santri sudah pada pulang. Kaeuntungannya kalau santri ini udah pada balik ya.. nasi saya cepet habis mas..ya kalau naruh jam 07, jam 10 udah habis”.

Hal di atas sedikit berbeda dengan apa yang dialami oleh ibu Im, sebagai berikut;

“engki rintangnah mun ka kauleh tengla liburan ponduk ka‟sak..

sepeh langsung le.. salaen kinikah engki sering tekkor pole pessenah,, tapeh kun kangkuy pessenah ring-kuring, kadeng 1000, kadeng 1500 koranggah.. engki ta,oneng kauleh.. kadeng cet santreh bedeh se abele

ce‟aotangah. Kaontongnah engki cepet totok kinikah kun tengla ponduk

aktif.. ben pole kauleh ki bisah kaangkuy alakoh se laen pole. Karena

tekengnah kauleh tibik ta‟usa edantos bi kauleh kun nyaman etetep ka

santre ponduk”.68

Artinya; “ringtangannya ya.. kalau untuk saya pribadi kalau pondok liburan saya kesepian, selain itu uang gorengan sering kurang, kadang kurang 1000, kadang 1.500. ya saya tidak tahu, terkadang memang ada santri yang ngomong kalau mau hutang. Keuntungannya bagi saya dagangan saya cepet laku, dan karena dagangan saya tidak mangharuskan saya untuk menunggunya, maka saya bisa melakukan hal-hal lainnya, dagangan saya kan tinggal dititipkan ke satri”.

Hal ini juga sama seperti yang dialami oleh Ibu Erna, sebagai berikut;

“napah ki..? engki kun pessenah seiring korang din kauleh, kadang

1000 engki kadaeng 500. Kinikah kun mun can kauleh rintangnah. Kauleh kan kun ajuelen gorongan, ajuelleh nasek pon bennyak se ajuel..

67

Wawancara pribadi dengan ibu. Imam (penjual nasi bungkus yang dititipkan ke dalam pesantren) pada, 05 april 2011

68

Wawancara pribadi dengan ibu. Im (penjual nasi bungkus dan gorengan yang dititipkan ke dalam pesantren) pada, 06 april 2011

kaontongnah ki kalakoan nikah bisa etingkel,, ka ki bisah ka sabe kauleh.

Ta‟bennyak nyetah waktu ka‟sah le maksuddah kauleh”.69

Artinya; “apa ya dik..? hambatannya ya.. uangnya itu sering kurang, kadang 1000, kadang 500. Ini aja sih menurut saya rintangannya, saya kan hanya menjual gorengan, mau jualan nasi udah banyak yang jual. Keuntungannya bagi saya, jualan ini tidak banyak menyita waktu saya, jadinya kan saya masih bisa ke sawah dik”.

Berdasarkan data yang diperoleh dari informan, maka penulis menganalisa bahwa keuntungan dan hambatan bagi masyarakat yang pengembangan ekonominya berbentuk/jenis usahanya sebagai suplier makanan yang dititipkan ke dalam pondok pesantren, baik dititipkan ke koperasi atau kepada pengurus pondok atau ketua kamar pondok dapat disimpulkan bahwa hambatan dan keuntungannya adalah;

a) Bisnis ini terbatas, artinya masyarakat tidak dapat menjalankan bisnis ini secara terus-menerus karna tergantung kepada santri, disaat pondok libur dan santri pada pulang maka bentuk pengembangan ekonomi seperti ini tidak dapat dilakukan, tentunya usaha masyarakat yang seperti ini tidak dapat diandalkan, juga dapat gagal seumpama santri mulai berkurang. b) Keuntungannya bagi masyarakat yang pengembangan ekonominya

berbentuk usaha seperti ini, tidak banyak menyita waktu, perputaran uang yang cepat dan masyarakat dapat melakukan pekerjaan lainnya, seperti pergi ke sawah ngurus pertanian mereka.

Tetapi keuntungan dan hambatan di atas sedikit berbeda pula bagi masyarakat yang model pengembangan ekonominya berbentuk membuka warung makan, warung kopi, toko baju, atau konter HP, dimana sifatnya itu permanen, maka sebagai keuntungannya bisnis ini tetep berjalan, usaha tersebut tetap buka

69

Wawancara pribadi dengan ibu. Erna (penjual gorengan yang dititipkan ke dalam pesantren) pada, 06 april 2011

meskipun lagi liburan pondok, dan tidak bisa dipungkiri kalau lagi liburan pondok usaha mereka mengalami penurunan pemasukan, dan hal ini menjadi hambatan tersendiri bagi mereka, tetapi tidak langsung tutup karena konsumen mereka masyarakat umum tidak terbatas pada santri saja, seperti yang di ungkapkan oleh saudara Mufid (31 tahun), sebagai berikut;

“iya bener,, saya buka usaha ini udah dari tahun 2005 dulu, bagi saya pribadi satu-satunya hambatan usaha saya ini pemasukan kurang, kalau lagi liburan pondok tidak se rame waktu pondok aktif, tapi tetep usaha saya jalan terus meskipun liburan, ini untungnya”.70

Senada dengan saudara Mufid, Lizamah (29 tahun), juga menambahkan;

“ini saya nerusin usahanya mama, toko ini dah lama dari tahun

1998, mama emang buka toko ini awalnya karena faktor santri katanya, dan kebetulan disini memang gak ada toko baju selain punya mama waktu itu, seiring berjalannya waktu banyak pula masyarakat yang tahu dan beli disini, Alhamdulillah, sekarang bisa mandiri, jadi mau liburan pondok atau tidak, tetep saja tidak terlalu berpengaruh terhadap penghasilan saya, karena konsumen saya memang masyarakat umum, dan saya mengakui memang ada juga santri yang beli di sini”.71

seperti hal ini di atas ibu Mun (± 50 tahun), juga menambahkan;

“abit kauleh pon ajuelen.. paleng empeyan ki kenek omur 4 taonan

kauleh ampon ajuelen, muncan kauleh le‟ kaontongnah ki.. neng ka‟entoh rammeh sengakanah bennyak, engki salenah warga ka‟entoh tibi, santreh

benyak keyah sengakan, kempang kerus wa le.. rintangnah tadek mun ka kauleh le.. tengla totopan ponduk..? kauleh pakun ajuelen teros le‟ engki keng sakone‟an akebey nase.. engki mun ka kauleh tibi pade‟eh peih nikah le‟ antaranah bedeh totopan ponduk ben enjek, ce‟rengan benyya‟an oreng ka‟entoh tibi se bennyak melleh ka kauleh”.72

Artinya; “oh.. dah lama saya jualan, kira-kira ya.. paling kamu masih berumur 4 tahun, saya dah jualan disini. Kalau menurut saya pribadi ya dik, disini rame banyak orang yang mau makan di warung saya ini, ya selain dari warga disini, santri banyak juga yang makan disini, jadi dagangan saya cepet laris gitu dik, hambatannya kalau bagi saya

70

Wanwancara pribadi dengan Mufid (31 tahun), berbisnis counter HP, pada 07 April 2011

71

Wanwancara pribadi dengan Lizamah (29 tahun), berbisnis toko baju, pada 07 April 2011

72

Wanwancara pribadi dengan ibu Mun (±50 tahun), berbisnis warung makan, pada 08 April 2011

kayaknya g’ada dik. Liburan pondok.? Saya tetep berjualan, tapi lebih sedikit masak nasinya, takut gak habis, saya rasa hampir sama aja dik, antara liburan pondok atau gak, karena banyakan orang sini yang makan di warung saya”.

Hal di atas berbeda dengan apa yang di alami oleh Zuhairi (28 tahun), ia menjelaskan;

“wah mas.. sepi banget kalau lagi liburan pondok, jarang ada yang

beli, selama ini kebanyakan santri solanya yang beli ke saya, ne hambatan ni mas.. carikan solusi dong.. tapi emang ini toko baru sih.. baru tahun 2008 kemaren saya buka toko ini, semoga kedepan lebih rame lah mas.. keuntungannya apa ya.. menurut saya sih disini lokasinya rame mas.. banyak anak santri. Gak kayak di rumah saya di Ganding.. coba kalau saya

buka usaha ini di sana.. sepi kali”.73

Hal berbeda juga diungkapkan oleh Bapak Arif (45 Tahun), ia menjelaskan;

“saya memulai usaha ini sudah sejak tahun 1994, untuk sekarang

pesantren dan santri tidak berpengaruh pada perekonomian keluarga saya, mau ada liburan atau gak sama saja, karena terus terang aja, jarang sekali sekarang santri yang membeli sama saya, sehingga pada saat santri liburan atau tidak, tidak berdampak terhadap penghasilan saya, karena sekarang kan santri banyakan yang beli di warung kalau mau makan, kalau dulu ia.. karena santri masih masak sendiri untuk makan, jadi minyaknya itu beli ke saya, kalau sekarang santri dah jarang banget lah yang mau masak

sendiri”.74

Untuk pengembangan ekonomi yang berbentuk ternak, baik ternak sapi atau ternak ayam, maka hambatan dan keuntungannya yang penulis temukan dan tentunya dialami oleh masyarakat dalam hal ini menurut Bapak. Sabri (43 Tahun) menerangkan;

“mun ka kauleh tibi, rintangnah ki.. neng ka entoh nikah malengan sarah kelluh, ta‟lemele taka‟ah din pasantren pakkun ekecok. Tapi alhamdulillah se din kauleh ki ta‟pernah ecapo kecok, tapeh masossaan ten

kauleh, salaennah kinikah aman. Kaontongnah ka kauleh... engki bennyak

le‟ bisah andi pesse kalaban ta‟usa mekaloar modal sakaleh, bisah

eyangkuy abajak sabe pole sapenah, kauleh kun coma alakoh.. kan

73

Wanwancara pribadi dengan Zuhairi (28 tahun), berbisnis toko berjualan parfum dan perlengkapan mandi, pada 08 April 2011

74

Wanwancara pribadi dengan Bapak Arif (45 Tahun), berbisnis jualan minyak tanah, gas dan dll. pada 10 April 2011

sapenah pasantren se melleh kauleh kun ngubuaki, tapi teng la ejuel kauleh

eperri hasel”.75

“artinya; kalau saya pribadi, hambatannya ya.. disini ini terlalu banyak maling, gak milih-milih lagi walaupun punya pesantren tetep aja di curi. Tapi Alhamdulillah yang punya saya belum pernah kecurian, tapi cukup bikin saya khawatir, selain itu gak hambatan lain, ama.. keuntungannya bagi saya pribadi bnyak, bisa punya sapi, tanpa ngeluarin modal, sapinya bisa dijadikan untuk membajak sawah lagi, terus bisa punya duit kalau sapi tersebut dah dijual, sapinya kan pesantren yang beli, saya hanya memeliharanya”.

Hal yang sama juga di ungkapkan oleh Abd. Muiz ((37 Tahun) sebagai berikut;

“ia bener,, hambatannya disini maling banyak banget, tidak aman, saya sendiri kemalingan satu sapi, jadi gak enak saya sama pak kyai, tapi untunggnya tidak minta ganti. Keuntungannya sih.. ya.. aku bisa punya sapi, punya duit tanpa ngeluarin duit sepeserpun.. enak kan..?

Hal di atas dibenarkan oleh M. Zamiel E-Muttaqien, ia menuturkan;

“benar emang.. selama ini hanya itu saja hambatan yang saya

sendiri rasakan, kita gak tahu bagaimana cara mengatasi hal itu, pernah sekali sapi kita di curi orang, tapi biarlah.. semoga ada gantinya. Kalau untuk keuntungannya saya pikir masyarakat sendiri ya yang tahu, karena mereka yang menjalankan usaha ini, tapi selama ini respon yang masuk ke saya sangat baik, masyarakat sangat terbantu dengan adanya program ini, ini kerjasama yang baik menurut saya, juga sebagai wujud kepedulian pesantren terhadap masyarakt dalam membina, membimbing atau

mengarahkan pengembangan ekonomi mereka”.76

Untuk usaha ternak ayam sendiri, maka hambatan dan keuntungannya seperti yang dijelaskan oleh Moh. Zuhri (29 Tahun), sebagai berikut;

“hambatan saya, sekarang ini ya.. banyak tetangga yang ngeluh ke

saya.. katanya bau, emang sih saya akui kandang ayamnya emang dekat rumah tetangga, tapi mau gimana lagi, habis kalau kandang ayamnya saya taroh agak jauhan dari rumah.. jadi gampang dicuri orang, dah pernah sekali kecurian masalahnya saya, waktu itu langsung 5 ekor ayam yang dicuri, yang gede-gede lagi.. saya masih bingung ini gimana jalan

75

Wanwancara pribadi dengan Bapak Sabri (43 Tahun), selaku peternak sapip, ada 10 April 2011

76

Wanwancara pribadi dengan M, zamiel El-Muttaqien, selaku direktur utama BPM Annuqayah, yang menaungi bentuk usaha ternak sapi, pada, 12 April 2011

keluarnya. Keuntungannya ya.. aku punya usaha sampingan ini selain jadi tukang bengkel”.77

Maka dari data yang penulis dapatkan dari informan dapat disimpulkan bahwa, yang menjadi hambatan dalam pengembangan ekonomi yang berbentuk ternak tersebut kendalanya adalah masalah keamanan, kenyamanan, instabilitas, karena banyak maling (pencuri)

Sebagai keuntungannya bagi masyarakat sendiri adalah, bagi mereka selain bisa punya pekerjaan, juga bisa punya penghasilan, sedikitpun tanpa mengeluarkan modal. Masyarakat bisa punya sapi, bisa punya ayam dengan Cuma-Cuma. Kemudian inilah yang diterjemahkan oleh BPM-PP Annuqayah sendiri sebagai upaya penguatan masyarakat (civil society), dengan cara pendampingan, pembinaan dan pengembangan kemampuan melalui organisasi kemasyarakatan tersebut.

77

Wanwancara pribadi dengan Moh. Zuhri, (29 Tahun), peternak ayam, pada, 10 April 2011

BAB V PENUTUP A.KESIMPULAN

Berdasarkan analisis di atas, terdapat beberapa hal penting yang dapat dikemukakan sebagai kesimpulan dalam penelitian ini, adalah:

1. Secara faktual pesantren Annuqoyah guluk-guluk sumenep madura,

memberikan kontribusi positif terhadap pengembangan ekonomi masyarakat sekitar, atau untuk kalangan internal pesantren sendiri. Kondisi masyarakat sekitar pesantren yang penuh dengan keterbatasan ekonomi, menjadikan pesantren sebagai salah satu peluang besar untuk mengembangkan ekonomi mereka.

2. Bentuk-bentuk pengembangan ekonomi masyarakat sekitar pesantren

Annuqoyah Guluk-guluk Sumenep Madura, terpola menjadi dua macam, yaitu masyarakat dengan cara mendirikan unit usaha permanen di sekitar pesantren, dan masyarakat penyuplai dagangan ke dalam pesantren (terutama untuk bentuk dagangan nasi bungkus, snack dan gorengan). Dua pola ber-ekonomi masyarakat sekitar pesantren tersebut, antara satu dengan yang lain memiliki banyak perbedaan. Pola pertama, lebih memiliki peluang besar utuk

mendaparkan omset dan keuntungan, karena barang dagangan yang disediakan lebih beragam dan konsumennya lebih heterogen (santri dan sebagian besar masyarakat umum). Kemudian pola yang kedua, lebih terbatas selain karena konsumennya terbatas pada kalangan santri saja, barang yang dijual hanya makanan ringan dan nasi bungkus. Tetapi demikian kedua pola pengembangan ekonomi masyarakat tersebut tetap memiliki peluang mendapatkan

keuntungan karena usahanya tersebut dilakukan setiap hari dan dengan jumah konsumen yang cukup banyak.

3. Pengembangan ekonomi yang dilakukan BPM-PP Annuqoyah menurut hemat penulis mengacu pada konsep pengembangan masyarakat dikarenan sudah; a. berbasis masyarakat (community based), b. Berkelanjutan (sustainable), dan c. Berbasis sumber sumber daya setempat (local resource based). Ini artinya bahwa pengembangan ekonomi yang dilakukan oleh BPM-PP Annuqoyah tersebut asudah sampai pada tingkat community development.

4. Pengembangan ekonomi yang dilakukan BPM-PP Annuqoyah tersebut tidak hanya untuk internal pesantren saja, tetapi juga untuk masyarakat sekitar, ini dikarenakan model dan bentuk pengembangan ekonomi yang ada dan telah dilakukan secara langsung melibatkan masyarakat, sebagai partner saja, atau pelaksana utama di lapangan.

B.SARAN-SARAN

Penelitian ini penulis akui masih banyak terdapat kekurangan, baik dari segi penyajian struktur bahasa penulisan, kelngkapan teori yang digunakan, maupun data yang sudah penulis kumpulkan. Maka dari itu penulis membutuhkan kritik dan masukan demi kesempurnaan penelitian ini.

Namun apabila dalam penelitian ini terdapat sesuatu yang bermanfaat, maka penulis berharap semoga ini bisa menjadi acuan pengembangan ekonomi terutama untuk:

a. Pesantren, dengan adanya penelitian ini diharapkan menjadi salah satu bahan evaluasi dan koreksi terhadap program-program kerja BPM-PPA yang telah dilakukan selama ini.

b. Masyarakat, diharapkan penelitian bisa dijadikan bahan informasi

tambahan untuk mengenal/mengetahui PP Annuqoyah pada umumnya dan program BPM yang memang telah lama dijalankan, juga bisa menambah khazanah keilmuan.

c. Pemerintah daerah, diharapkan penelitian ini bisa dijadikan bahan referensi dalam melihat atau mempelajari serta menggali potensi-potensi pengembangan ekonomi yang ada di daerah kecamatan guluk-guluk dan pada daerah lainnya.

REFERENSI

Taufiq Abdullah, Islam dan Masyarakat Pantulan Sejarah Indonesia. Jakarta: LP3ES.1996

Qodri Azizi, Membangun Pondasi Ekonomi Umat Meneropong Prospek Berkembangnya Ekonomi Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2004

Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren Studi tentang Pandangan Hidup Kiai. Jakarta: LP3ES. 1994

Halim A., et al. Manajemen Pesantren. Yogyakarta: Pustaka Pesantren. 2005.

Maksum H, Madrasah, Sejarah dan Pengembangannya. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. 1999

Yusuf Qardawi, TT. Al Hill al Islami Faridhah Islamiah. Kairo: Bank al-Taqwa.

Ismail. SM, et al, Dinamika Pesantren dan Madrasah. Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang kerjasama dengan Pustaka Pelajar. 2002

Karel A. Steenbrink, Pesantren Madrasah dan Sekolah. Jakarta: LP3ES. 1984

Toto Tasmara, Etos Kerja Pribadi Muslim. Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa. 1995

P3M STAIN Purwokerto | Ahmad Faozan 12 Ibda` | Vol. 4 | No. 1 | Jan-Jun 2006 |88-102

Tim Penyusun IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedia Islam Indonesia. Jakarta: Djambatan. 1992

Marzuki, Wahid, et al. Pesantren Masa Depan Wacana Pemberdayaan dan Transformasi Pesantren. Jakarta: Pustaka Hidayah. 2001

Yasmadi, Modernisasi Pesantren, Kritik Nurcholish Madjid terhadap Pendidikan Islam Tradisional. Jakarta: Ciputat Press. 2002.

Wahid, Zaini, K.H. A. 1995. Dunia Pemikiran Kaum Santri. Yogyakarta: LKPSM NU DIY. 1995

Endang, Turmudi. Perselingkuhan Kyai dan Kekuasaannya. Yogyakarta: LkiS, 2004

Majalah Anugerah. Edisi II, 2003

Imam Suprayogo. Misi Metodologi Penelitian Sosial-Agama. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2001

Maimunah Ismail. Pengembangan Implikasi Ke-atas Pembangunan Masyarakat. Selangor: Dewan Bahasa dan Pustaka. 1988

Rosdiana Mustafa, Megi Budi Sumarno, Nanang sumantri, Rita Pranawati. Modul-modul Pemberdayaan Masyarakat Untuk Pembangunan Pemberdayaan. Jakarta: Center For Study Of Religion And Culture (CSRC). 2009

Edi Suharto, Ph.D. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial. Bandung: PT. Rafika Aditama. 2005

Jim Ife Frank Tesoriero, Community Development: Alternatif Pengembangan Masyarakat Di Era Globalisasi. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. 2008

George Ritzer, & Douglas J. Goodman. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prenada Media. 2004

Isbandi Rukminto Adi. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas (pengantar pada pemikiran dan pendekatan praktis). Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 2003

K.J. Veeger. Realitas Sosial, refleksi filsafat sosial atas hubungan individu-masyarakat dalam cakrawala sejarah sosiologi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 1993

NAMA P. Fauzi B. Rahwini Abu Yazid P. Kholilah Zaini/P. Eva

TAHAPAN Tahap 1 Tahap 2 Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 1 Tahap 2 Tahap 1 Tahap 2 Tahap 1 Tahap 2

TANGGAL 19/11/2007 13/04/2010 19/01/2007 21/01/2008 18/01/2010 8/10/2007 18/05/2009 22/10/2007 2/11/2009 30/04/2007 10/1/2010 MEMBELI 1.865.000 2.215.000 1.635.000 1.600.000 1.800.000 1.610.000 1.900.000 1.450.000 1.900.000 1.610.000 3.360.000 RINCIAN MODAL BPM-PPA 1.450.000 1.450.000 1.135.000 1.220.000 1.220.000 1.200.000 1.200.000 1.300.000 1.300.000 1.360.000 1.360.000 PETERNAK 415,000 515,000 250,000 380,000 580,000 110,000 200,000 150,000 600,000 50,000 2.000.000 KSM 250,000 250,000 - - 300,000 500,000 - 200,000 - TANGGAL 28/03/2010 - 10/1/2008 11/1/2010 7/2/2009 26/12/2010 1/10/2009 8/1/2010 JUAL 4.100.000 - 3.150.000 5.900.000 - 4.500.000 2.250.000 3.800.000 6.100.000 - LABA 2.235.000 - 1.515.000 4.300.000 - 2.890.000 350,000 2.350.000 4.490.000 - RINCIAN LABA BPM-PPA 223,500 - 151,500 430,000 - 289,000 35,000 235,000 449,000 - KSM 298,000 - 280,000 829,500 - 572,000 55,000 398,000 857,000 - MODAL PETERNAK - - - - - - - - - PETERNAK 1.713.500 - 1.083.500 3.040.500 - 2.028.900 260,000 1.717.000 3.184.000 -

NAMA H. Abd. Rahman Suhairi Zurni

TAHAPAN Tahap 1 Tahap 2 Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4 Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3

TANGGAL 31/12/2007 28/02/2010 5/2/2007 4/2/2008 11/5/2009 18/10/2010 1/5/2006 10/5/2008 22/03/2010 MEMBELI 1.660.000 1.760.000 1.635.000 1.550.000 1.750.000 1.770.000 1.750.000 2.100.000 2.650.000 RINCIAN MODAL BPM-PPA 1.660.000 1.660.000 1.335.000 1.250.000 1.250.000 1.250.000 1.400.000 1.500.000 1.500.000 PETERNAK - 100,000 - - 150,000 170,000 350,000 100,000 650,000 KSM - - 300,000 300,000 350,000 350,000 - 500,000 500,000 TANGGAL 15/02/2010 30/01/2008 19/04/2009 17/10/2010 - 29/04/2008 21/03/2010 JUAL 3.250.000 - 2.400.000 2.850.000 2.600.000 - 6.400.000 3.500.000 LABA 2.090.000 - 765,000 1.300.000 850,000 - 4.650.000 1.400.000 RINCIAN LABA BPM-PPA 209,000 - 76,500 1.300.000 85,000 - 465,000 140,000

NAMA P. Sabri Sadiq Abd. Mu'iz

TAHAPAN Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4

TANGGAL 10/1/2007 18/05/2008 1/11/2009 6/1/2007 14/09/2008 7/2/2010 12/12/2007 26/10/2008 10/11/2009 27/01/2010 MEMBELI 3.400.000 1.510.000 1.500.000 1.600.000 1.850.000 2.125.000 3.000.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 RINCIAN MODAL BPM-PPA 1.260.000 1.260.000 126000 1.140.000 1.140.000 1.140.000 1.350.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 PETERNAK 2.140.000 25000 240000 50000 50000 - 840000 1.860.000 1.860.000 1.860.000 KSM - - - 410000 410000 985000 810000 1.140.000 1.140.000 1.1400.000 TANGGAL 5/4/2007 27/04/2009 1/2/2010 6/3/2008 7/2/2010 - 26/10/2008 11/10/2009 17/10/2010 - JUAL 3.350.000 2.500.000 1.650.000 2.300.000 3.600.000 - 6.900.000 8.000.000 6.400.000 - LABA -50000 990000 150 700000 1/750.000 - 3.900.000 3.500.000 1.900.000 - RINCIAN LABA BPM-PPA - 99000 15000 70000 1.750.000 - 240000 3.500.000 190000 - KSM - 182000 23000 140000 350000 - 341000 700,000 380000 - MODAL PETERNAK - - - - - - - - - - PETERNAK - 709000 112000 490000 1.225.000 - 1.819.000 700,000 1.330.000 -

NAMA P. Aman P. Mukti Nardi

TAHAPAN Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 1 Tahap 2 Tahap 1

TANGGAL 10/11/2007 28/10/2008 6/4/2010 23/01/2009 25/05/2010 11/12/2006 MEMBELI 1.700.000 1.700.000 190,000 2.400.000 3.000.000 1.500.000 RINCIAN MODAL BPM-PPA 1.250.000 1.250.000 1.250.000 1.500.000 1.550.000 1.400.000 PETERNAK - - 100,000 600,000 1.200.000 100,000 KSM 450,000 450,000 550,000 250,000 250,000 - TANGGAL 26/10/2008 3/4/2010 - 25/05/2010 - - JUAL 2.350.000 3.000.000 - 3.300.000 - - LABA 650,000 1.100.000 - 900,000 - - RINCIAN LABA BPM-PPA 65,000 110,000 - 90,000 - - KSM 130,000 220,000 - 112,000 - -

Nama : M. Zamiel El-muttaqin Usia : 33 Tahun

Jabatan : Direktur BPM-PP Annuqoyah Tanggal : 26 Maret 2011

1. Kapan BPM_PP annuqoyah didirikan? Jawab : sekitar tahun 1978

2. Apa latar belakang berdirinya BPM-PP Annuqoyah ini.?

Jawab : berawal dari perkenalan dengan lembaga LP3ES pada tahun 1974 waktu mengadakan penelitian di pesantren ini

3. Secara umum apa tujutan BPM-PP Annuqoyah didirikan.?

Jawab : kalo secara umum ya.. BPM ini dikhususkan untuk memediasi antara masyarakat dan pesantren dalam bidang agama dan pemngembangan ekonomi kemasyarakatan

4. Pendekatan apa saja yang digunakan oleh BPM-PPA untuk program pengembangan masyarakat?

Jawab : kalo yang sudah berjalan sih pendekatan dakwah bil hal.. pengerus pesantren turun langsung membimbing dan membina masyarakat

5. Bagaimana respon masyarakat dengan adanya BPM di pesantren ini.?