• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Sosial Ekonomi dan Karakteristik Ekonomi Masyarakat Annuqayah Guluk-guluk Sumenep Madura Annuqayah Guluk-guluk Sumenep Madura

DATA SISWA PONDOK PESANTREN ANNUQAYAH GULUK- GULUK-GULUK SUMENEP MADURA

B. Kondisi Sosial Ekonomi dan Karakteristik Ekonomi Masyarakat Annuqayah Guluk-guluk Sumenep Madura Annuqayah Guluk-guluk Sumenep Madura

1. Letak dan Keadaan Demogarfi Desa Guluk-guluk

Desa Guluk-guluk merupakan salah satu desa di kecamatan Guluk-guluk, Sumenep Madura. Lokasinya yang berada di daerah dataran tinggi yaitu pada ketinggian 300 m dari permukaan laut. Desa ini terletak di sebelah barat daya kota Sumenep, kurang lebih 24 km. Ditengah-tengah desa ini dibelah oleh sebuah persimpangan jalan beraspal menuju Kecamatan Pakong Kabupaten Pamekasan, menuju kota Sumenep, dan Kecamatan Pragaan dan Bluto Sumenep Madura.25

Berdasarkan data laporan desa Guluk-guluk dalam angka, luas wilayah seluruhnya 1.322,174 ha (16,69 Km 2), sudah termasuk tanah teknis, setengah teknis, pakarangan dan lain-lain. Seperti dalam tabel berikut :

Tabel 5

LUAS DAERAH DESA GULUK-GULUK

No Jenis Tanah Luas Tanah

1 Tanah Teknis 57.000 ha 2 setengah Teknis 50.000 ha 3 pakarangan 335.287 ha 4 Tegalan 12.214,668 ha 5 Lain-lain 12.000 ha Jumlah 1.322.174 ha

Sumber: Bank data kecamatan guluk-guluk tahun 2010

Penduduk yang menempati atau yang bertempaat tinggal di desa Guluk-guluk terdiri dari penduduk asli dan penduduk pendatang. Motifasi penduduk pendatang di Desa ini disebabkan usaha dan tugas dinas, sehingga suami atau istrinya juga ikut menetap, sampai-sampai juga menjadi pegawai di desa ini.

25

Sedangkan jumlah penduduk desa Guluk-guluk sebesar 12.502 jiwa yang terdiri dari 6.679 laki-laki dan 5.823 perempuan (lihat dalam tabel 6)

Tabel 6

DATA PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN No Jenis Kelamin Jumlah (jiwa)

1 Laki- laki 6. 679

2 Perempuan 5. 823

Jumlah 12. 502

Sumber : data sensus desa guluk-guluk dalam angka tahun 2010

Dari jumlah jiwa tersebut, mayoritas bekerja sebagai petani, buruh tani, sedang lainnya ada yang menjadi pegawai negeri sipil, ABRI, wiraswasta, pertukangan dan lain-lain. Untuk itu lebih jelasnya dapat dilihat sebagaimana yang tertera dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 7

DATA PENDUDUK MENURUT PROFESI

No Mata Pencaharian Jumlah

1 Pegawai Negeri Sipil 134

2 A B R I 16 3 Pedagang 138 4 Petani 7. 516 5 Tukang Kayu/Batu 52 6 Buruh Tani 67 7 Purnawirawan 36 8 Lain-lain 147 Jumlah 8.106

Sumber : data sensus desa guluk-guluk dalam angka tahun 2010 2. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Guluk-guluk

Mayoritas masyarakat Guluk-guluk bermata pencaharian petani (95,124%), selebihnya bekerja sebagai pedagang kecil, pengrajin, buruh bangunan, peternak, pegawai negeri dan lain-lain. Dari luas wilayah desa Guluk-guluk (1.675.955 ha) dengan lahan yang dipergunakan hampir seluruhnya (1.329.69 ha) terdiri dari tanah yang tergantung pada kondisi musim dan hanya 94 ha. dari luas tanah pertanian itu yang mendapat pengairan dari sumber mata air dan sungai, sedangkan curah hujan hanya 1.000 mm/tahun.

Dari kondisi lingkungan alam yang kritis, menjadi salah satu faktor yang menyebabkan pendapatan perekonomian rata-rata rendah. Selain alasan tersebut, pendapatan tersebut masih tergantung pada penanaman, perawatan dan keadaan cuaca yang baik dan normal. Untuk memberikan kepastian pendapatan perkapita penduduk sulit sekali, namun begitu berdasarkan kenyataan yang ada di daerah Guluk-guluk, beberapa tokoh masyarakat di daerah ini memperkirakan bahwa pendapatan rata-rata perkapita penduduk antara 2.250-2.350 kg beras pertahun.26 atau antara Rp. 18.900.000,- sampai Rp. 19.740.000,- (data desa Guluk-guluk 2010). Dengan pendapatan perkapita seperti ini bisa digolongkan bahwa masyarakat Guluk-guluk termasuk kedalam kelas menengah kebawah. Di desa Guluk-guluk sendiri tanaman tembakau merupakan sumber mata pencaharian yang cukup besar, disamping tanaman musim kering seperti, kacang-kacangan dan ubi-ubian atau terkadang pula dengan tanaman padi ketika musim penghujan atau pada lahan yang berdekatan dengan sumber mata air.

3. Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat

Sebagai masyarakat yang kuat dan kental dalam mempertahankan eksistensi agama dan pengalaman agama, yang hal ini tertuang kedalam kehidupan sosial budaya masyarakat Guluk-guluk, sangat menjunjung tinggi tali persaudaraan, suka tolong manolong, antar sesama hubungan yang dibangun saling hormat menghormati, sehingga jalinan komunikasi interaktif selalu terjadi yang menjurus kepada pertalian erat hubungan persaudaraan, persahabatan, sehingga nuansa keharmonisan sangat tercermin dalam kehidupan masyarakat pedesaan.

26

Sumber dari hasil observasi lapangan dan olah data yang ada di Desa Guluk-guluk. Dan hal ini dibenarkan oleh Bpk. Aminullah, selaku Kepala Desa Di Desa Guluk, Kec. Guluk-guluk, Kabupaten Sumenep Madura.

Bentuk-bentuk ekspresi nilai keagamaan merupakan perwujudan tingkah laku masyarakat yaitu berakar kuat dalam adat istiadat. Sepanjang tahunnya masyarakat Guluk-guluk tidak lepas dari dan penuh dengan selamatan-selamatan islam, selamatan untuk mengenang arwah keluarga yang telah meninggal dunia

(haul), selamatan Kamis atau malam Jum‟at dengan membaca surat Yasin dan

Tahlilan, merupakan suatu yang dianggap cukup sakral oleh masyarakat Guluk-guluk sendiri.

Terdapat juga tradisi yang dikaitkan dengan nilai keagamaan yang beranekaragam jenis dan maksudnya, seperti kebiasaan selamatan Tajin Sorah (bubur ayam) pada bulam Muharram yang merupakan bulan pertama tahun Islam yang bertujuan mengenang hijrahnya Nabi Muhammad SAW. Dari Mekkah ke Madinah. Demikian pula pada bulan berikutnya yaitu selamatan Tajin Sappar (jenang yang terbuat dari tepung beras) dan selamatan-selamatan lainnya yang masih bertahan dalam kehidupan masyarakat Guluk-guluk

4. Karakteristik Ekonomi Masyarakat Guluk-guluk Di PP Annuqayah

Dinamika ekonomi masyarakat di sekitar pesantren sendiri terus berkembang atau dikembangkan, baik masyarakat yang hanya menitipkan barang dagangan di dalam pesantren, maupun masyarakat yang mendirikan usaha di sekitar pesantren mulai dalam bentuk usaha toko, warung, warnet, foto copy dan tempat dagangan lainnya. Potensi ekonomi tumbuh dan berkembang cukup dinamis. Setidaknya berdasarkan hasil observasi langsung (selama 3 hari berada di lingkungan pesantren) untuk mengamati usaha-usaha ekonomi yang ada di dalam pesantren, peneliti menemukan sedikitnya ada 27 unit usaha yang ada dan berkembang di dalam lingkungan pesantren, baik yang menjadi milik pesantren

sendiri, ataupun dimiliki oleh individu keluarga pesantren. Berikut usaha-usaha yang ada di lingkungan pesantren diantaranya:

Tabel 8

JUMLAH DAN JENIS USAHA DI LINGKUNGAN PESANTREN ANNUQAYAH

No Usaha Tempat Pemilik

1 Kantin Late Putra Pesantren

2 Koperasi Late Putra Pesantren

3 Kantin Late Putra Individu

4 Rental Komputer Late Putra Individu 5 Foto Copy Sebelah Late Utara II Individu 6 Kantin Selatan Kantor M.Ts masyarakat 7 Koperasi Selatan Kantor M.Ts An-nuqoyah Individu 8 Kantin Depan blok F lubangsa putra masyarakat

9 Kantin Nirmala masyarakat

10 Rental Komputer Nirmala Individu

11 toko Jalan Masuk Ke STIKA Yayasan

12 warnet sebelah barat toko yayasan Individu

13 Koperasi Lubangsa Selatan Pesantren

14 toko Lubangsa Putri masyarakat

15 Kantin Lubangsa Putri masyarakat

16 Toko Late II Individu

17 Toko Late II Individu

18 Toko Lubangsa Selatan Putri Individu 19 Kantin Lubangsa Selatan Putri masyarakat

20 Kantin kusuma Bangsa masyarakat

21 Toko Nirmala Putri masyarakat

22 Koperasi Sewajarin Yayasan

23 Koperasi Sewajarin Pesantren

24 Koperasi Sewajarin Pesantren

25 Kantin Sewajarin Individu

26 Koperasi Utara Kampus STIKA Putri Individu

27 Koperasi Lubangsa Tengah Yayasan

Sumber : Hasil observasi di lapangan

Dalam keterkaitan tersebut, khusus unit usaha yang menjadi milik pesantren, pada awalnya memang didanai oleh pengasuh, hanya saja dalam perkembangan berikutnya, toko atau unit usaha tersebut diserah-kelolakan kepada

pengurus pesantren dan BPM Annuqayah yang hasilnya masuk menjadi kas pesantren.27

Berdasarkan data yang diperoleh seteleh melakuan observasi di sekitar pesantren, karakteristik ekonomi masyarakat sekitar pesantren terklasifikasi menjadi beberapa karakter, sebagaimanama tampak dalam tabel berikut:

Tabel 9

KARAKTERISTIK EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR PESANTREN

No Karakteristik Jumlah Jenis Tempat Usaha

1

penyuplai dagangan ke dalam pesantren (dititipkan ke koperasi) / non permanen

18 orang koperasi-koperasi di dalam pesantren

2 mendirikan usaha permanen

seperti : toko, counter dan warung 11 orang

rumah sendiri atau bangunan resmi milik sendiri

3 semi permanen seperti : toko,

counter dan warung 1 orang sewa atau kontrak pada pihak lain Sumber : diolah dari hasil observasi langsung di lapangan

Data pada tabel di atas menjelaskan bahwa karakteristik ekonomi masyarakat sekitar pondok pesantren Annuqayah terpola menjadi tiga macam karakter.

1. Penyuplai dagangan kecil ke dalam pesantren

Karakteristik ini terdiri dari elemen masyarakat yang menitipkan barang dagangan mereka ke dalam pesantren, terutama toko, atau warung-warung yang berada dalam lingkungan pesantren. Karakteristik okonomi semacam ini, biasanya dilakukan setiap hari, lebih-lebih saat pagi hari. Hal ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan santri sarapan pagi, (gen langgen).28 Yang tersebar

27

Menurut keterangan Kyai Memeng, selaku direktur BPM Annuqayah, putra Kyai Abdul Basith

28

Gen langgen. Yaitu parebesan madura (bahasa Madura) yang artinya sarapan dengan memakan makanan yang ringan dahulu,, seperti makan kue dsb.

dalam semua daerah yang ada di dalam lingkungan pondok pesantren Annuqayah.

2. Mendirikan usaha permanen

Karakteristik ini, dilakukan oleh masyarakat sekitar pondok pesantren Annuqayah dengan cara mendirikan usaha dagang secara mandiri dan bersifat permanen, biasanya tempat usaha ini dibuka atau didirikan di dekat-dekat rumah mereka sendiri. Karakter ekonomi semacam ini dilakukan dengan cara bermacam-macam, ada toko, warung makan dan lain sebagainya.

3. Usaha semi permanen (bersifat sementara)

Masyarakat yang berada di sekitar lingkungan pondok pesantren Annuqayah, biasanya mendirikan beberapa jenis usaha, seperti toko, warung makan, warnet, burjo dan foto copy dengan cara sewa (kontrak) tempat kepada orang lain. Karakteristik semacam ini rata-rata dilakukan oleh masyarakat yang agak jauh dari lingkungan pondok pesantren Annuqayah, dan usaha-usaha tersebut dianggap sebagai salah satu media untuk menggali keuntungan di sekitar pesantren. Dengan obyek dan konsumen yang sama, yaitu para santri Annuqayah itu sendiri yang berada di dalam lingkungan pesantren dan masyarakat yang berada di sekitar pesantren.

BAB IV