REMAJA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Disusun Oleh:
EKA VERA RAHMI
206070004201
FAKULTAS PSIKOLOGI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
i
REMAJA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Oleh :
EKA VERA RAHMI
Nim : 206070004201
Dibawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
Zahrotun Nihayah, M.Si Natris Idriyani, M.Si
NIP. 19620724 198903 2001 NIP. 150 411 200
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
ii
MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MUSIK PADA
REMAJA”, telah dujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 15 Juni 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu prasyarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (Satu) pada Fakultas Psikologi.
Jakarta, 15 Juni 2011
Sidang Munaqosyah
Dekan / Ketua Merangkap Pembantu Dekan / Sekretaris
Anggota Merangkap Anggota
Jahja Umar, Ph.D Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si
NIP. 130855522 NIP. 195612231983032001
Anggota
Dra. Diana Mutiah, M.Si Dra. Zarotun Nihayah, M.Si
NIP.1967101996032001 NIP.19620724 198903 2001
Natris Idriyani, M.Si
iii Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Eka Vera Rahmi
Nim : 206070004201
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Dukungan Orang Tua dan Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Musik pada
Remaja” adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan skripsi tersebut. Adapun kutipan-kutipan dalam penyusunan skripsi ini telah saya cantumkan sumber pengutipannya dalam daftar pustaka.
Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan Undang-Undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari karya orang lain.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya. Jakarta, 15 Juni 2011
iv (B) Juni 2011
(C) Eka Vera Rahmi (D) 101 + lampiran
(E) Pengaruh Dukungan Orang Tua dan Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Musik pada Remaja
(F) Tidak ada seorang pun siswa yang tidak menginginkan suatu prestasi belajar yang baik. Namun untuk memperoleh semua itu tidaklah mudah karena mengingat adanya perbedaan setiap individu baik motivasinya, karakternya, cita-citanya dan lain-lain yang dimiliki oleh setiap siswa. Dengan perbedaan yang demikian akan menyebabkan tercapainya suatu prestasi belajar yang berbeda pula yaitu prestasinya ada yang tergolong tinggi, sedang dan rendah. Hal ini dapat terjadi karena banyaknya faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu inteligensi, bakat, minat, motivasi serta lingkungan siswa yang teridiri dari lingkungan sekolah dan lingkungan rumah seperti orang tua (Syah, 2005). Orang tua yang menyukai musik dan menyadari pentingnya pendidikan akan mendorong anak kearah kemajuan musiknya. Dan remaja yang memiliki motivasi belajar yang tinggi, cenderung menunjukkan semangat dan kegairahan dalam mengikuti pembelajaran, Arifudin, 2009)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dukungan orang tua dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar music pada remaja yang mengikuti kursus music di JM Music&Entertainment Pamulang. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kuantitatif dengan menggunakan jenis penelitian korelasional yaitu penelitian yang dirancang untuk menentukan tingkat hubungan variablel-variabel yang berbeda dalam suatu populasi.
v
sumbangsih sebesar 24.5% terhadap prestasi belajar musik pada remaja yang mengikuti kursus musik di JM Music&Entertainment Pamulang, sedangkan 75.5 % sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Bagi peneliti selanjutnya sebaiknya menambahkan atau menggunakan variabel lain selain dukungan orang tua dan motivasi belajar seperti inteligensi, bakat dan minat.
vi
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya setiap saat, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Dukungan Orang Tua dan Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar pada Remaja”. Shalawat serta salam semoga tetap Allah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, atas segala perjuangannya sehingga kita dapat merasakan indahnya hidup di bawah naungan Islam.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak dapat terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis untuk mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah, Bapak Jahja Umar, Ph.D, seluruh dosen dan seluruh staf karyawan fakultas yang telah banyak membantu dalam menuntut ilmu di Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah.
2. Ibu Zahrotun Nihayah, M.Si dosen pembimbing I dan juga sebagai Pudek III yang telah memberikan arahan dan bimbingan yang sangat berarti dengan segenap kesabarannya, sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan maksimal.
3. Ibu Natris Indriani, M.Si, dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan, dan masukan yang teramat bermanfaat dalam penyelesaian penelitian ini.
4. Untuk kedua orangtuaku Pamudjo dan Hanifah, serta adik-adikku Tika Hardiyati dan Azwa Najmi Ramadhani, terimakasih atas semua dukungan, sumber inspirasi, semangat, kasih sayang serta doa yang telah kalian berikan kepada peneliti.
5. Papauwa Usman dan mamauwa Munani serta Rizqy Rachman yang telah memberi dukungan, semangat serta doa kepada peneliti.
vii
7. Sahabat-sahabat terbaikku para anggota “MEJA BESI” Ilmi, Rendy, Firman, Fajri serta Wawa, Netha dan Sukma. Terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis.
8. Untuk Sutris Trescaver yang telah memberi memberi inspirasi, dukungan, semangat, dan doa selama penulis menyusun skripsi.
9. Bpk. Johanes selaku pemilik JM Music & Entertainment Pamulang yang telah mengizinkan peneliti untuk melakukan penelitian dan murid-murid JM Music & Entertainment terima kasih atas waktunya dan kesediaannya untuk menjadi responden.
10. Teman-teman Fakultas Psikologi Non-Reguler Angkatan 2006, terima kasih atas dukungan dan semangat yang kalian berikan kepada peneliti. 11. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu,
karena dukungan dan pengertian mereka sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Hanya doa yang dapat penulis panjatkan kepada semua pihak yang telah membantu penulis semoga mendapatkan balasan pahala berlipat ganda dari Allah SWT.
Peneliti menyadari dengan segala semua kemampuan dan keterbatasan yang dimiliki dalam penyusunan skripsi ini terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu peneliti mengucapkan maaf yang sebesar-besarnya. Mudah-mudahan penelitian ini dapat bermanfaat sebagai mana mestinya, terutama untuk peneliti sendiri.
Akhirnya penulis ucapkan terima kasih sekali lagi untuk semua pihak yang sudah membantu penyelesaian laporan penelitian ini. Wassalam.
Jakarta, 15 Juni 2011
viii
HALAMAN PENGESAHAN. ... ii
HALAMAN PERNYATAAN. ... iii
ABSTRAKSI. ... iv
KATA PENGANTAR. ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR………...xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ...1
1.2 Batasan dan Perumusan Masalah ...7
1.2.1 Pembatasan Masalah ...7
1.2.2 Perumusan Masalah ...8
1.3 Tujuan Penelitian ...9
1.4 Manfaat Penelitian ...9
1.5 Sistematika Penulisan ...10
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Prestasi Belajar Musik ...12
2.1.1 Definisi Prestasi belajar musik ...12
2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar ...14
2.1.3 Cara mengukur Prestasi Belajar ...20
2.2 Dukungan Orang Tua...20
ix
2.2.5 Dukungan Sosial dari Orang Tua ...28
2.3 Motivasi Belajar ...29
2.3.1 Definisi Motivasi Belajar...29
2.3.2 Macam-macam Motivasi Belajar ...31
2.3.3 Prinsip-prinsip Motivasi Belajar ...32
2.3.4 Fungsi Motivasi Belajar ...33
2.3.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar ...34
2.4 Masa Remaja ...35
2.4.1 Pengertian Remaja ...35
2.4.2 Ciri-ciri Masa Remaja ...35
2.4.3Tugas perkembangan remaja. ...39
2.4 JM Music&Entertainment. ...40
2.5 Kerangka Berpikir ...40
2.6 Hipotesis Penelitian ...43
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian ...45
3.2 Variabel Penelitian ...46
3.2.1 Identifikasi Variabel...46
3.2.2 Definisi Konseptual Variabel ...46
3.2.3 Definisi Operasional Variabel ...47
3.3 Subjek Penelitian ...48
3.3.1 Populasi dan Sampel...48
x
3.5 Prosedur Penelitian ...53
3.5.1 Persiapan penelitian ...53
3.5.2 Pengujian Alat Ukur ...54
3.5.3 Pelaksanaan Penelitian...56
3.5.4 Pengolahan Data ...56
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Responden ...57
4.2 Deskripsi Data Penelitian ...57
4.2.1 Data Skor Skala Dukungan Orang Tua ...57
4.2.2 Data Skor Skala Motivasi Belajar ...59
4.2.3 Data Skor Prestasi Belajar Musik ...61
4.3 Hasil Uji Hipotesis ...63
4.3.1 Hasil Uji Regresi Aspek Dukungan Orang Tua Dan Motivasi terhadap Prestasi Belajar Musik ...63
4.3.2 Hasil Uji Regresi Variabel Dukungan Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Musik. ...71
4.3.3 Hasil Uji Regresi Variabel Dukungan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Musik. ...76
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan. ...81
5.2 Diskusi ...82
xi
DAFTAR PUSTAKA ... 86-87
xii
Tabel 3.3 Blue Print Try Out Skala Motivasi Belajar ... 52
Tabel 3.4 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas ... 54
Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Skala Dukungan Orang Tua ... 54
Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Skala Motivasi Belajar ... 55
Tabel 4.1 Skor Perolehan Skala Dukungan Orang Tua ... 59
Tabel 4.2 Kategorisasi Skor Dukungan Orang Tua ... 60
Tabel 4.3 Skor Perolehan Skala Motivasi Belajar ... 61
Tabel 4.4 Kategorisasi Skor Skala Motivasi Belajar ... 62
Tabel 4.5 Skor Perolehan Skala Prestasi Belajar Musik ... 63
Tabel 4.6 Kategorisasi Skor Prestasi Belajar ... 64
Tabel 4.7 Model Summary Dukungan Orang tua Dan Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Musik ... 65
Tabel 4.8 Anova Dukungan Orang Tua dan Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar ... 66
Tabel 4.9 Coefficients Dukungan Orang Tua dan Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar ... 67
Tabel 4.10 Model Summary Aspek Reliable Alliance (Dukungan Orang Tua dan Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Musik) ... 67
Tabel 4.11 Model Summary Aspek Reassure of Worth (Dukungan Orang Tua dan Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Musik) ... 68
Tabel 4.12 Model Summary Aspek Attachment (Dukungan Orang Tua dan Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Musik) ... 68
Tabel 4.13 Model Summary Aspek Guidance (Dukungan Orang Tua dan Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Musik) ... 69
xiii
dan Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Musik) ... 70 Tabel 4.17 Model Summary Aspek Motivasi Ekstrinsik (Dukungan
Orang Tua dan Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar
Musik) ... 71 Tabel 4.18 Model Summary Dukungan Orang Tua terhadap Prestasi
Belajar Musik ... 72 Tabel 4.19 Anova Dukungan Orang tua terhadap Prestasi Belajar Musik ... 73 Tabel 4.20 Coefficient Dukungan Orang Tua terhadap Prestasi Belajar
Musik... 74 Tabel 4.21 Model Summary Aspek Reliable Alliance (Dukungan Orang Tua
terhadap Prestasi Belajar Musik) ... 74 Tabel 4.22 Model Summary Aspek Reassure of Worth (Dukungan
Orang Tua Prestasi Belajar Musik) ... 75 Tabel 4.23 Model Summary Aspek Attachment (Dukungan Orang Tua
terhadap Prestasi Belajar Musik) ... 75 Tabel 4.24 Model Summary Aspek Guidance (Dukungan Orang Tua
terhadap Prestasi Belajar Musik) ... 76 Tabel 4.25 Model Summary Aspek Sosial Integration (Dukungan Orang Tua
terhadap Prestasi Belajar Musik) ... 76 Tabel 4.26 Model Summary Aspek Opportunity to Provide (Dukungan
Orang Tua Prestasi Belajar Musik) ... 77 Tabel 4.27 Model Summary Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar
Musik ... 78 Tabel 4.28 Anova Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Musik ... 78 Tabel 4.29 Coefficients Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar
Musik... 79 Tabel 4.30 Model Summary Aspek Motivasi Instrinsik (Motivasi Belajar
terhadap Prestasi Belajar Musik) ... 80 Tabel 4.31 Model Summary Aspek Motivasi Ekstrinsik (Motivasi
xv
Lampiran 2 Skoring Dukungan Orang Tua Try Out
Lampiran 3 Skoring Motivasi Belajar Try Out
Lampiran 4 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 5 Angket Field Test
Lampiran 6 Skoring Aspek Dukungan Orang Tua
Lampiran 7 Skoring Aspek Motivasi Belajar
Lampiran 8 Hasil Uji Regresi variabel Dukungan Orang Tua dan Motivasi Belajar
Lampiran 9 Hasil Uji Regresi Aspek Reliable Alliance dari Variabel Dukungan Orang Tua dengan Prestasi Belajar Musik
Lampiran 10 Hasil Uji Regresi Aspek Reassure of Worth dari Variabel Dukungan Orang Tua dengan Prestasi Belajar Musik
Lampiran 11 Hasil Uji Regresi Aspek Attachment dari Variabel Dukungan Orang Tua dengan Prestasi Belajar Musik
xvi
Lampiran 14 Hasil Uji Regresi Aspek Opportunity to Provide Nurturance dari Variabel Dukungan Orang Tua dengan Prestasi Belajar Musik
Lampiran 15 Hasil Uji Regresi Aspek Motvasi Instrinsik dari Variabel Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Musik
1
Pada bab ini akan dipaparkan latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penelitian.
1.1. Latar Belakang Masalah
Belajar merupakan salah satu kegiatan yang tidak asing bagi manusia karena belajar merupakan salah satu ciri khas manusia sebagai makhluk yang memiliki kemampuan tertinggi diantara mahkluk lainnya dan selama hidupnya manusia selalu melakukan kegiatan tersebut. Manusia belajar untuk mengembangkan perilaku yang efektif dan efisien guna mencapai tujuannya.
Seorang guru dikatakan berhasil menjalankan program pembelajarannya apabila separuh atau lebih dari jumlah siswa telah mencapai tujuan instruksional baik tujuan instruksional khusus maupun umum. Sedangkan bagi siswa, prestasi belajar merupakan informasi yang berfungsi untuk mengukur tingkat kemampuan atau keberhasilan belajarnya, apakah mengalami perubahan yang bersifat positif maupun perubahan yang bersifat negatif.
Tidak ada seorang pun siswa yang tidak menginginkan suatu prestasi belajar yang baik. Namun untuk memperoleh semua itu tidaklah mudah karena mengingat adanya perbedaan setiap individu baik motivasinya, karakternya, cita-citanya dan lain-lain yang dimiliki oleh setiap siswa. Dengan perbedaan yang demikian akan menyebabkan tercapainya suatu prestasi belajar yang berbeda pula yaitu prestasinya ada yang tergolong tinggi, sedang dan rendah. Hal ini dapat terjadi karena banyaknya faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu inteligensi, bakat, minat, motivasi serta lingkungan siswa yang teridiri dari lingkungan sekolah dan lingkungan rumah (Syah, 2005)
Diantara beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, terdapat faktor motivasi dan lingkungan rumah. Lingkungan rumah yang dimaksud ialah bagaimana sikap, perhatian, dan minat orang tua. Dengan adanya motivasi yang muncul dari siswa tersebut dan adanya dukungan atau bentuk sikap dari orang tua akan menunjang prestasi belajar yang baik.
pun beragam, ada yang memang keinginan mereka, atau hanya sekedar mengikut-ikuti temannya yang lebih dulu mengmengikut-ikuti kursus musik. Dari hasil wawancara terhadap 20 remaja yang dilakukan oleh peneliti, 60 % remaja menunjukkan minat mereka terhadap kegiatan musik baik disekolah maupun diluar sekolah. Dan minat mereka dengan kegiatan disekolah seperti paskibra ditunjukan oleh 20% remaja, 15% remaja mengaku menyukai basket, dan 5% remaja tertarik dengan taekwondo.
Remaja adalah suatu masa yang antara lain ditandai oleh sifat-sifat yang idealis, romantis, berkhayal, berharapan tinggi dan berkeyakinan (Gunarsa,2006). Beragam khayalan dan harapan remaja bermain musik, yaitu ingin memainkan alat musik dengan baik dan benar. Keberhasilan dan kegagalan mempunyai akibat-akibat dalam penyesuaian diri individu dengan lingkungannya. Orang tua, guru, dan orang dewasa lain ikut berperan, mengarahkan kehidupan remaja yang akan datang agar dapat mengenal apa yang menjadi aspirasi atau cita-cita mereka dan berusaha mengarahkan sesuai dengan batas-batas potensi yang dimiliki remaja.
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan watak, budi pekerti dan kepribadian tiap-tiap manusia.
Untuk mencapai hasil belajar yang memuaskan selama mengikuti kursus musik, selain remaja harus berusaha semaksimal mungkin tentunya dibutuhkan dukungan atau support dari orang terdekat seperti orang tua. Bentuk dukungan dari orang tua bisa bermacam-macam bentuknya. Seperti yang dikemukakan Weiss (dalam Cutrona, 1994) reliable alliance (hubungan yang dapat diandalkan), reassurance of worth (adanya pengakuan), attachment (kedekatan emosional), guidance (bimbingan), social integration (integrasi sosial) dan opportunity for nurturance (kesempatan untuk mengasuh). Dengan adanya dukungan tersebut, maka remaja merasa lebih nyaman untuk melakukan aktivitas kursus musik tersebut. Setelah remaja merasa nyaman dengan kursus musiknya, anak semakin tertarik dengan kursus yang ia tekuni, secara tidak langsung hal ini membawa dampak yang positif bagi remaja untuk mencapai prestasi belajar musik dengan baik.
motivasi sudah melemah biasanya membuat orang tua berupaya habis-habisan agar anaknya belajar musik. Dari hasil penelitian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa, dukungan yang diberikan orang tua kepada anaknya dapat mempengaruhi keberhasilan anak dalam belajar musik. Orang tua yang menyukai musik dan menyadari pentingnya pendidikan akan mendorong anak kearah kemajuan musiknya. Perhatian yang besar serta dukungan dari orang tua dibutuhkan agar anak dapat memperoleh prestasi yang baik. Seperti misalnya orang tua menemani pada saat anak berlatih musik dan dengan antusias mendengarkan lagu yang dimainkan.
Motivasi adalah dorongan yang menyebabkan terjadinya suatu perbuatan atau tindakan. Proses belajar pada siswa terjadi karena adanya motivasi untuk melakukan kegiatan belajar. Motivasi belajar penting peranannya bagi siswa dalam usaha mencapai prestasi belajar yang tinggi. Siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi, cenderung menunjukkan semangat dan kegairahan dalam mengikuti pembelajaran, mereka biasanya kelihatan lebih menaruh perhatian bersungguh-sungguh dalam belajar dan aktif berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran, baik di kelas maupun di luar kelas.(Arifudin, 2009)
Dorongan berprestasi atau keinginan remaja untuk berprestasi berhubungan erat dengan aspek kepribadian yang perlu dibina sejak kecil khususnya dalam keluarga. Keluarga dan suasana keluarga menjadi tempat yang baik untuk menanamkan dan mengembangkan dorongan berprestasi. Cara orang tua bertindak sebagai orang tua yang melakukan pola asuh terhadap anak memegang peranan penting dalam menanamkan dan membina dorongan berprestasi pada anak dan remaja. Orang tua bisa secara langsung mengajarkan agar apa yang dilakukan oleh anak harus mencapai hasil sebaik-baiknya, karena dengan hasil yang baik, akan banyak membawa keuntungan bagi perkembangan diri dan hari depannya (Gunarsa, 2004).
keluarga merupakan suatu faktor yang sangat mempengaruhi siswa dalam menumbuhkan motivasi belajar, khususnya orang tua.
Mengingat begitu pentingnya dukungan orang tua dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar musik, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Dukungan Orang tua dan Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Musik pada remaja”.
1.2. Batasan dan Rumusan Masalah
1.2.1. Batasan Masalah
Dalam melakukan penelitian, dibawah ini akan kami jelaskan batasan masalah yang digunakan sebagai berikut:
1. Dukungan orang tua ialah keberadaan, kesediaan, kepedulian, dari orang-orang yang dapat diandalkan, menghargai dan menyayangi kita, yang bertujuan untuk membantu kita dalam mengatasi atau menghadapi suatu masalah pada situasi tertentu atau peristiwa yang menekan, serta membuat kita menjadi lebih berarti. Dalam penelitian ini dukungan orang tua yang dimaksud ialah reliable alliance, reassurance of worth, attachment, guidance, socialintegration dan opportunity for nurturance.
dimaksud adalah motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik.
3. Prestasi Belajar Musik ialah hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha memainkan tangga nada, mengatur tempo, dan memainkan lagu
dengan posisi duduk dan posisi jari saat memainkan alat musik dengan benar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport.
4. Subjek yang dimaksud dalam penelitian ini adalah remaja yang berusia 14-18 tahun. Yang mengikuti kursus musik di JM Music & Entertainment
1.2.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan maslaah yang telah disampaikan diatas, maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara dukungan orang tua dan
motivasi belajar terhadap prestasi belajar musik?
2. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara aspek reliable alliance dari
variabel dukungan orang tua terhadap prestasi belajar musik?
3. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara aspek reassurance of worth
dari variabel dukungan orang tua terhadap prestasi belajar musik?
4. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara aspek attachment dari
variabel dukungan orang tua terhadap prestasi belajar musik?
5. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara aspek guidance dari variabel
dukungan orang tua terhadap prestasi belajar musik?
6. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara aspek social integration dari
7. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara aspek opportunity for
nurturance dari variabel motivasi belajar terhadap prestasi belajar musik?
8. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara aspek motivasi instrinsik dari
variabel motivasi belajar terhadap prestasi belajar musik?
9. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara aspek motivasi ekstrinsik dari
variabel motivasi belajar terhadap prestasi belajar musik?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh Dukungan Orang Tua dan Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Musik pada Remaja. Dan ingin mengetahui bagaimana pengaruh dari aspek-aspek dukungan orang tua yaitu
reliable alliance , reassurance of worth, attachment, guidance, social integration,
opportunity for nurturance serta pengaruh dari aspek-aspek motivasi belajar yaitu
motivasi instrinsik, motivasi ekstrinsik terhadap prestasi belajar musik remaja.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Manfaat penelitian ini selain diharapkan dapat memperkaya khazanah keilmuwan dalam bidang psikologi, khususnya psikologi perkembangan dan
psikologi pendidikan mengenai peran dukungan orang tua serta motivasi belajar dalam prestasi belajar musik remaja.
1.4.2. Manfaat praktis
orang tua atau pun pada remaja tentang perlu tidaknya dukungan orang tua dan
motivasi belajar terhadap prestasi belajar musik pada remaja. Agar kelak remaja mendapat prestasi belajar yang memuaskan.
1.5. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini terbagi atas lima bab, sebagai berikut: BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini akan memuat latar belakang permasalahan, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.
BAB 2 LANDASAN TEORI
Didalam bab ini akan dibahas sejumlah teori dukungan orang tua, motivasi belajar dan prestasi belajar musik yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti secara sistematik, kerangka berfikir dan hipotesis penelitian.
BAB 3METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini terdiri dari pendekatan penelitian, definisi konseptual dan operasional variabel, populasi dan sampel, pengumpulan data, teknik analisis data.
BAB 4HASIL PENELITIAN
Pada bab ini, penulis akan menjelaskan hasil penelitian dalam mendeskripsikan hasil penelitian mengenai gambaran umum responden penelitian dan hasil uji hipotesis.
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bab ini akan dipaparkan beberapa landasan teori diantaranya mengenai dukungan orang tua, teori motivasi belajar dan prestasi belajar, serta kerangka berpikir dan hipotesa.
2.1. Prestasi Belajar Musik
2.1.1. Definisi prestasi belajar musik
Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil
dari proses belajar.
Belajar ialah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman (Morgan dalam Purwanto,1992). Sedangkan menurut Chaplin (dalam Syah, 2005) belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar ialah ialah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.
Menurut Apollo (2005) prestasi belajar adalah nilai yang telah diperoleh
siswa dalam kurun waktu tertentu yang menyangkut seluruh bidang studi yang nampak dalam bentuk angka raport. Selanjutnya, Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990) mengartikan prestasi belajar adalah penguasaan atau
keterampilan yang dikembangkan dalam mata pelajaran, yang ditunjukan dengan nilai tes atau nilai yang diberikan oleh guru. Prestasi belajar juga
dikatakan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang diukur melalui evaluasi (Akbar & Hawrdi dalam Apollo, 2000).
Selanjutnya Chaplin (2002) menyatakan bahwa prestasi belajar merupakan suatu ukuran mengenai kemampuan seseorang pada saat sekarang dalam melaksanakan suatu tugas
Sedangkan musik sendiri ialah bunyi-bunyian yang ditata enak dan rapi (Kamus Bahasa Indonesia Lengkap, 1997) . Menurut Shin Nakagawa (2000) musik merupakan kata serapan dari bahasa yunani yaitu mousike yang berarti musik. Jika membicarakan masalah musik tentu tidak akan lepas dari bahasa musikologi, yaitu bahasa mengenai musik dipandang sebagai keindahan. Musik merupakan suatu keindahan yang mengelilingi hampir seluruh kehidupan kita (Mirian Wood, 1983). Jadi, musik merupakan hasil dari menyusun dan mengkombinasikan suara untuk membentuk sesuatu yang indah ataupun tidak indah yang merupakan ekspresi emosi manusia.
Dan berdasarkan raport dari JM Music& Entertainment indikator-indikator dalam penilaian memainkan alat musik memainkan tangga nada, mengatur tempo, dan memainkan lagu dengan posisi duduk dan posisi jari saat memainkan alat musik dengan benar.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar musik hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha memainkan tangga nada, mengatur tempo, dan memainkan lagu dengan posisi duduk dan posisi jari
saat memainkan alat musik dengan benar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport.
2.1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
1. Faktor ekstern (dari luar siswa), meliputi:
a. Lingkungan alam : tempat tinggal, keadaan suhu, kelembaban udara berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Siswa yang belajar dalam kondisi udara yang segar hasilnya akan lebih baik dibandingkan siswa yang tinggal di daerah yang suhunya panas dan pengap.
b. Lingkungan sosial : lingkungan yang berkaitan dengan orang-orang yang berada di sekitar individu, seperti lingkungan keluarga, masyarakat, dan teman sebaya. Lingkungan sosial yang tidak aman atau tidak sehat akan menganggu konsentrasi siswa dalam belajar. c. Instrumental : faktor-faktor yang ada dan penggunannya dirancang
untuk memperoleh prestasi belajar yang diharapkan. Instrumental berfungsi sebagai sarana untuk mencapai tujuan belajar.
2. Faktor intern (dalam diri siswa), meliputi:
a. Kondisi fisiologis: keadaan fisik atau jiwa individu yang bersangkutan. Keadaan jasmani yang segar dan sehat akan berbeda hasilnya belajar dibandingkan dengan siswa yang sedang mengalami kelelahan atau sakit.
b. Kondisi psikologis: intelegensi atau kecerdasan
1. Faktor Internal Siswa (Faktor dari dalam diri siswa)
Faktor internal ini meliputi 2 aspek, yaitu aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah) dan aspek psikologis (yang bersifat rohaniah).
a. Aspek Fisiologis
Kondisi umum jasmaniah dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Untuk mempertahankan tonus jasmaniah agar tetap bugar, siswa sangat dianjurkan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi. Selain itu, siswa juga dianjurkan memilih pola istirahat dan olah raga ringan, sedapat mungkin terjadwal secara tetap dan berkesinambungan. Kondisi organ-organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan indera pendengar dan indera penglihat, juga sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan.
Selain kondisi fisiologis umum, berfungsinya alat panca indera dengan baik merupakan syarat yang memungkinkan belajar berlangsung dengan baik. Dengan sistem pendidikan dewasa ini, diantara panca indera manusia yang sangat memegang peranan penting dalam belajar adalah mata dan telinga. Hal ini penting karena sebagian hal yang dipelajari manusia melalui penglihatan dan pendengaran.
b.Aspek Psikologis
seseorang. Faktor psikologis sebagai faktor dari dalam tentu saja merupakan hal yang utama dalam menentukan intensitas belajar seorang anak. Dimana faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa, yaitu:
1. Inteligensi Siswa
Inteligensi pada umunya dapat diartikan sebagai kemampuan psikis-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Sebagaimana diungkapkan oleh Syah (2005) bahwa inteligensi sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan tetapi, memang harus diakui bahwa peran otak dalam hubungannya dengan inteligensi manusia lebih menonjol daripada peran organ-organ tubuh lainnya, lantaran otak merupakan “menara pengontrol” hampir seluruh aktivitas manusia.
Inteligensi atau kecerdasan merupakan faktor yang besar peranannya dalam menentukan berhasil atau tidaknya mengikuti program pendidikan. Pada umumnya orang yang mempunyai taraf kecerdasan tinggi akan lebih baik prestasinya bila dibandingkan dengan orang yang mempunyai taraf kecerdasan yang sedang maupun rendah.
2. Sikap Siswa
dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif (Syah, 2005). Sikap siswa yang positif terutama pada guru dan mata pelajaran yang guru sajikan merupakan pertanda awal yang baik untuk proses belajar siswa tersebut. Sebaliknya, jika sikap siswa negatif terhadap guru dan mata pelajarannya, apalagi bila diiringi dengan kebencian kepada guru atau mata pelajaran tertentu dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa tersebut sehingga prestasi belajar yang dicapai siswa tersebut akan kurang memuaskan.
3. Bakat Siswa
Secara umum bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Chaplin dalam Syah, 2005). Dengan demikian, sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing (Syah, 2005).
4. Minat Siswa
berminat pada suatu mata pelajaran tertentu akan cenderung untuk memusatkan perhatiannya secara terus menerus selama proses belajar mengajar berlangsung.
5. Motivasi Siswa
Pengertian dasar motivasi adalah keadaan internal organisme yang mendorong untuk berbuat sesuatu (Syah, 2005). Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah (Gleitmen dan Reber dalam Syah, 2005).
2. Faktor Eksternal Siswa (Faktor dari luar diri siswa)
Seperti faktor internal siswa, faktor eksternal siswa juga terdiri atas dua macam,
yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non-sosial.
A. Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial yang mempengaruhi prestasi belajar meliputi lingkungan sosial di sekolah adalah guru, staf administrasi, teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Selain itu yang termasuk lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan di sekitar tempat tinggal siswa, dan lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar adalah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri
pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan demografi keluarga (letak rumah), semuanya dapat memberi dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa (Syah, 2005).
B. Lingkungan Non-Sosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non-sosial meliputi gedung sekolah, rumah tempat tinggal keluarga siswa, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini yang dipandang turut menentukan tingkat prestasi belajar siswa (Syah, 2005).
2.1.4 Cara Mengukur Prestasi Belajar
Dalam pendidikan formal di kelas, tes prestasi belajar dapat berbentuk ulangan-ulangan harian, tes formatif, tes sumatif, bahkan ebtanas dan ujian-ujian masuk perguruan tinggi (Azwar, 2002). Dari penjelasan tersebut dapat diartikan bahwa kita dapat mengukur prestasi belajar siswa dari hasil atau nilai ulangan-ulangan harian dan berbagai macam jenis tes yang diadakan oleh pihak sekolah yang bersangkutan.
2.2. Dukungan Orang tua
2.2.1 Definisi Dukungan Sosial
Keluarga, khususnya orangtua sebagai lembaga yang pertama kali dikenal oleh individu mempunyai peranan yang cukup penting dalam bersosialisai terhadap lingkungannya.
non verbal, saran, bantuan yang nyata yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subyek atau berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Dalam hal ini, orang yang merasa memperoleh dukungan sosial secara emosional merasa lega karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya.
Sarafino (1990) yang mengatakan bahwa adanya dukungan sosial berarti adanya penerimaan dari orang tua atau sekelompok orang tua terhadap individu yang menimbulkan persepsi dalam dirinya bahwa ia disayangi, diperhatikan, dihargai dan ditolong.
Sarason (1991) dapat dianggap sebagai sesuatu keadaan yang bermanfaat bagi individu yang diperoleh dari orang lain yang dapat dipercaya. Dari keadaan tersebut individu akan mengetahui bahwa orang lain memperhatikan, menghargai, dan mencintainya.
Selanjutnya Taylor (2003) mengatakan bahwa dukungan sosial merupakan bentuk pemberian informasi, serta merasa dirinya dicintai dan diperhatikan, terhormat dan dihargai.
nurturance, Attachment, Social integration, Reassurance of worth
Sedangkan Brehm dan Kassin (1990) mengemukakan empat tipe dukungan sosial, yaitu:
a. Berdasarkan kontak sosial
Dukungan sosial dilihat dari banyaknya kontak sosial yang dilakukan oleh individu. Pengukuran kontak sosial dalam konteks ini dilihat dari status perkawinan, hubungan saudara atau teman, keanggotaan dalam organisasi informal
b. Berdasarkan jumlah pemberi dukungan
Dukungan sosial diartikan jumlah individu yang memberikan bantuan kepada seseorang yang membutuhkan. Semakin banyak individu memberikan bantuan, semakin sehat kehidupan individu itu.
c. Berdasarkan kedekatan hubungan
Dukungan sosial disini didasarkan pada kualitas hubungan yang terjalin antara pemberi dan penerima dukungan, bukan kuantitas pertemuan. d. Berdasarkan tersedianya pemberi dukungan
kepedulian, dari orang-orang yang dapat diandalkan, menghargai dan menyayangi kita, yang bertujuan untuk membantu kita dalam mengatasi atau menghadapi suatu masalah pada situasi tertentu atau peristiwa yang menekan, serta membuat kita menjadi lebih berarti
Dukungan sosial yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dukungan sosial yang berasal dari keluarga khususnya orang tua, karena orang tua merupakan orang terdekat yang berperan penting dalam proses belajar anak.
2.2.2 Jenis-jenis dukungan Sosial
Jenis-jenis dukungan sosial merupakan suatu cara yang mewujudkan bisa dalam bentuk ekspresi, ungkapan atau perwujudan bantuan dari individu yang satu ke individu yang membutuhkan. Weiss dalam (Cutrona , 1994), membagi dukungan sosial ke dalam 6 bagian yang berasal dari hubungan dengan individu lain yaitu:
a. Reliable alliance (Hubungan yang dapat diandalkan)
Pengetahuan yang dimiliki individu bahwa individu dapat mengandalkan bantuan yang nyata yang dibutuhkan, individu yang menerima bantuan ini akan merasa tenang karena individu menyadari ada orang yang dapat diandalkan untuk menolong bila individu mengahadapi kesulitan
b. Guidance (Bimbingan)
Dukungan sosial berupa nasehat dan informasi dari sumber yang dapat dipercaya.
c. Reassurance of worth (Adanya Pengakuan)
kemampuan dan kualitas individu, dukungan ini akan membuat individu merasa dihargai dan diterima, misalnya memberikan pujian kepada individu karena telah melakukan sesuatu yang baik.
d. Attachment (Kedekatan emosional)
Dukungan ini berupa pengekspresian dari kasih sayang dan cinta yang diterima individu, yang dapat memberikan rasa aman kepada individu yang menerimanya, kedekatan dapat memberikan rasa aman.
e. Social integration (Integrasi Sosial)
Dikaitkan dengan dukungan yang dapat menimbulkan perasaan memiliki pada individu karena menjadi anggota didalam kelompok dalam hal ini dapat membagi minat, serta aktifitas sosialnya sehingga individu merasa dirinya dapat diterima oleh kelompok tersebut.
f. Opportunity to nurturance (Kesempatan untuk Mengasuh)
Dukungan ini berupa perasaan bahwa individu dibutuhkan oleh orang lain, jadi dalam hal ini subjek merupakan sumber dukungan bagi orang yang mendukungnya.
Sedangkan menurut Sarafino (1998) membagi dukungan sosial ke dalam 4 bentuk, yaitu:
1. Dukungan emosi (Emotional Support)
bersangkutan
2. Dukungan penghargaan (Esteem support)
Dukungan penghargaan terjadi lewat ungkapan, penghargaan atau penilaian yang positif untuk individu, dorongan untuk maju dan pemberian semangat, dan juga perbadingan positif individu dengan orang lain. Dukungan ini menitikberatkan pada adanya ungkapan belajar penilaian yang positif atas individu dan penerimaan individu apa adanya. Bentuk dukungan ini membentuk perasaan dalam diri individu bahwa ia berharga, mampu dan berarti.
3. Dukungan instrumental (Tangible or instrumental support)
Merupakan suatu bentuk dukungan yang dapat diwujudkan dalam bentuk bantuan langsung misalnya pemberian dana atau memberi bantuan berupa tindakan nyata atau benda.
4. Dukungan informasi (Informational support)
Dukungan ini dapat diungkapkan dalam bentuk pemberian nasehat atau saran, penghargaan, pemberian umpan balik mengenai apa yang dilakukan individu
2.2.3 Sumber Dukungan Sosial
Hubungan non profesional atau disebut dengan significant others dalam kehidupan seseorang dikatakan oleh Gottlieb (1983) sebagai hubungan yang menempati bagian tersebar dari kehidupan seseorang dan menjadi sumber dukungan sosial yang potensial. Hal ini dimungkinan karena hubungan dengan non professional:
- Mudah diperoleh
- Memiliki kesesuaian norma dengan penerima dukungan. Seperti apa dan bagaimana seharusnya dukungan sosial yang diberikan
- Berakar pada hubungan yang setara antara pemberi dan penerima dukungan
- Variabilitas dukungan yang diberikan sangat luas dari sekedar menjadi pendengar sampai pemberi dukungan materi
- Bebas biaya dan label psikologis yang sering ditimbulkan bila berhubungan dengan professional, misalnya dicap sebagai orang yang tidak sehat mentalnya
2.2.3 Pengukuran Dukungan Sosial
Menurut Duffy and Wong (2006), ada berbagai cara untuk mengukur dukungan sosial seperti:
a. Social Embedness
memiliki hubungan yang lebih banyak dikatakan memiliki dukungan sosial yang lebih besar. Dengan demikian bentuk pengukuran ini tidak melihat kualitas interaksi yang terjalin bagi individu yang bersangkutan
b. Enacted Support
Ciri khas dari bentuk ini adalah bahwa dukungan sosial yang diterima seseorang didasarkan pada frekuensi tingkah laku dukungan yang diterima seseorang didasarkan pada frekuensi tingkah laku dukungan yang diterima individu. Jadi secara konkrit, berapa jumlah orang yang mendukung dan berapa kali dukungan tersebut diberikan tanpa melihat dari sudut persepsi individu penerima dukungan.
c. Perceived Social Support
2.2.4 Dukungan Sosial dari Orang Tua
Orang tua dalam keluarga berperan sebagai guru, penuntun, pengajar, serta sebagai pemimpin pekerjaan dan pemberi contoh (Shochib, 1998). Oleh karena itu, sebagai orang tua harus dapat membantu dan mendukung terhadap segala usaha yang dilakukan oleh anaknya serta dapat memberikan pendidikan informal guna membantu pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut serta untuk mengikuti atau melanjutkan pendidikan pada program pendidikan formal di sekolah. Bentuk dan isi serta cara-cara pendidikan didalam keluarga akan selalu mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan watak, budi pekerti dan kepribadian tiap-tiap manusia.
Orang tua memberi peranan penting dalam tahap belajar anak dan prestasinya, yaitu berupa dukungan atau support. Perhatian orang tua dapat memberikan dorongan dan motivasi sehingga anak dapat belajar dengan tekun, karena anak memerlukan waktu, tempat dan keadaan yang baik untuk belajar. Sama halnya dengan anak yang mengikuti les atau kursus musik. Orang tua bisa memberikan salah satu bentuk dukungannya kepada anak dengan mempertimbangkan beberapa hal ketika memilih les atau kursus untuk anak, yaitu melihat bakat anak, kualitas les atau kursus, lokasi tempat les, dan lingkungan tempat les serta biaya yang perlu dikeluarkan. (Novita, 2007)
2.3. Motivasi Belajar
2.3.1 Definisi Motivasi Belajar
energy change within the person characterized by affective arousal and
anticipatory goal reactions”. Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan.Pada dasarnya setiap anak dilahirkan dengan motivasi untuk belajar. Hal ini merupakan karakteristik dasar dari manusia. Sejak lahir sampai dewasa manusia tidak pernah berhenti untuk belajar.
Menurut Woolfolk (1995) motivastion is usually defined as an internal state that arouses, directs, and maintains behavior, yaitu keadaan internal yang membangkitkan, mengarahkan, dan memelihara perilaku.
Sedangkan menurut Purwanto (1992) motivasi adalah pendorong suatu usaha yang didasari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.
Dapat dikatakan bahwa motivasi yakni sebagai suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang ke dalam bentuk aktifitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu.
Sedangkan belajar merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Di mana dalam belajar manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalaman dan mengekspresikannya secara langsung lewat indera.
latihan dan pengalaman.
Dari berbagai macam definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar ialah ialah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak memiliki motivasi dalam belajar tidak akan melakukan aktivitas belajar. Hal ini pertanda bahwa sesuatu yang akan dikerjakan tidak menyentuh kebutuhannya.
Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Menurut Pintrich dan Schunk (1996) motivated learning is motivation to acquire skills and stratefies rather than to perform tasks yang berarti motivasi belajar ialah motivasi untuk menguasai keahlian dan strategi untuk mengerjakkan tugas.
Menurut Winkel (dalam Abror, 1993) motivasi belajar dapat diartikan sebagai keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan.
2.3.2 Macam-macam Motivasi Belajar
Dalam perwujuadannya motivasi belajar siswa berada antara satu sama lain, sesuai dari arah, tujuan, dan keinginan siswa tersebut. Motivasi dapat hadir dari dua faktor dalam diri individu, yakni dari dalam diri individu dan dari luar diri individu, keduanya sangat berperan dalam berperilaku. Faktor tersebut dikenal dengan faktor internal dan eksternal. Abror (1993) membagi motivasi berdasarkan atas macamnya menjadi dua, yaitu:
1. Motivasi intrinsik
Yang dimaksud dengan motivasi instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Yang berhubungan dengan minat, kebutuhan, kenikmatan dan rasa ingin tahu (Woolfolk 1995). Menurut Djamarah (2002) motivasi itu intrinsik bila tujuannya inheren dengan situasi belajar dan bertemu dengan kebutuhan dan tujuan anak didik untuk menguasai nilai-nilai yang terkandung di dalam pelajaran itu. Anak didik termotivasi untuk belajar semata-mata untuk menguasai nilai-nilai yang terkandung dalam bahan pelajaran, bukan karena keinginan lain seperti ingin mendapat pujian, nilai yang tinggi, atau hadiah dan sebagainya.
2. Motivasi ekstrinsik
didik mendapatkan tujuan belajarnya di luar faktor-faktor situasi belajar (resides in some factors outside the learning situasion). Anak didik belajar karena hendak mencapai tujuan yang terletak di luar hal yang dipelajarinya. Misalnya, untuk mencapai angka tinggi, diploma, gelar, kehormatan, san sebagainya. Motivasi ekstrinsik bukan berarti motivasi yang tidak diperlukan dan tidak baik dalam pendidikan. Motivasi ekstrinsik diperlukan agar anak didik mau belajar. Berbagai macam cara bisa dilakukan agar anak didik termotivasi untuk belajar (Djamarah, 2002).
2.3.3 Prinsip-prinsip Motivasi Belajar
Motivasi mempunyai peranan yang strategis dalam aktifitas belajar seseorang. Tidak ada seorang pun yang belajar tanpa motivasi. Tidak ada motivasi berarti tidak ada kegiatan belajar. Agar peranan motivasi lebih optimal, maka prinsip-prinsip motivasi dalam belajar tidak hanya sekedar diketahui, tetapi harus diterangkan dalam aktifitas belajar mengajar. Ada beberapa prinsip motivasi dalam belajar yang dikemukakan oleh Djamarah (2002) sebagai berikut:
Motivasi sebagai dasar penggerak yang mendorong aktivitas belajar
Motivasi instrinsik lebih utama daripada motivasi ekstrinsik dalam belajar
Motivasi berupa pujian lebih baik daripada hukuman
Motivasi berhubungan erat dengan kebutuhan dalam belajar
Motivasi dapat memupuk optimisme dalam belajar
2.3.4 Fungsi Motivasi dalam Belajar
Motivasi sangat diperlukan siswa dalam proses belajar. Hasil belajar akan menjadi optimal, kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran tersebut. Jadi, motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut, Djamarah (2002) menjelaskan ada tiga fungsi motivasi yaitu:
1. Motivasi sebagai pendorong perbuatan
Pada mulanya anak didik tidak ada hasrat untuk belajar, tetapi karena ada sesuatu yang dicari munculnya minat untuk belajar. Sesuatu yang akan dicari itu dalam rangka untuk memuaskan rasa ingin tahunya dari sesuatu yang akan dipelajari.
2. Motivasi sebagai penggerak perbuatan
Dorongan psikologis yang melahirkan sikap terhadap anak didik ini merupakan suatu kekuatan yang tak terbendung, yang kemudian akan terjelma dalam gerakan psikofisik.
3. Motivasi sebagai pengarah perbuatan
Anak didik yang mempunyai motivasi dapat meyeleksi mana perbuatan yang harus dilakukan dan mana perbuatan yang diabaikan.
2.3.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
mempengaruhinya motivasi belajar, yakni: a. Cita-cita atau aspirasi siswa
Cita-cita akan memperkuat semangat belajar dan mengarahkan perilaku belajar, disamping itu cita-cita akan memperkuat motivasi belajar instrinsik maupun ekstrinsik, sebab tercapainya suatu cita-cita akan mewujudkan aktualisasi diri.
b. Kemampuan siswa
Keinginan seseorang anak perlu dibarengi dengan kemampuan mengenal dan mengucapkan bunyi huruf-huruf . keberhasilan membaca suatu buku bacaan, akan menambah kekayaan pengalaman hidup. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa kemampuan akan memperkuat motivasi anak untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan
c. Kondisi siswa
Kondisi jiwa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi belajar. Seorang yang sedang sakit, marah, lapar akan menganggu perhatian belajar. Sebaliknya seorang siswa yang sehat, kenyang, dan gembira akan mudah memusatkan perhatian. Anak yang sakit akan enggan belajar, anak yang dalam keadaan marah-marah akan sukar memusatkan perhatian pada penjelasan pelajaran. Sebaliknya setelah siswa tersebut sehat ia akan mengejar ketinggalan pelajaran. Dengan kata lain, kondisi jasmani dan rohani siswa berpengaruh pada motivasi belajar. d. Kondisi lingkungan siswa
sebaya dan kehidupan kemasyarakatan. Sebagai anggota masyarakat maka siswa dapat terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Bencana alam, tempat tinggal yang kumuh.
2.4. Masa Remaja
2.4.1 Pengertian Remaja
Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti ”tumbuh atau ”tumbuh menjadi dewasa” (Hurlock,E.B 1991).
2.4.2 Ciri-ciri Masa Remaja
Seperti halnya dengan semua peiode yang penting selama rentang kehidupan, masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan periode sebelum dan sesudahnya. Adapun ciri-ciri tersebut akan diterangkan secara singkat dibawah ini. (Hurlock ,E.B 1991)
1. Masa Remaja sebagai periode yang penting
karena akibat fisik dan ada lagi karena akibat psikologis. Karena pada periode remaja ini, kedua-duanya sama penting.
2. Masa Remaja sebagai periode peralihan
Pada masa peralihan ini, peralihan tidak terputus dengan atau berubah dari apa yang telah terjadi sebelumnya, melainkan lebih-lebih sebuah peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya. Artinya apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekasnya pada apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalan bekasnya pada apa yang terjadi sekarang dan yang akan datang. Adapun perubahan fisik yang terjadi selama tahun awal masa remaja mempengaruhi tingkat perilaku individu dan mengakibatkan diadakannya penilaian kembali penyesuaian nilai-nilai yang telah bergeser.
Dalam setiap periode peralihan, status indvidu tidaklah jelas dan terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan. Pada masa ini, remaja bukan lagi sorang anak dan juga bukan orang dewasa.
3. Masa Remaja sebagai Periode Perubahan
Kedua perubahan tubuh. Ketiga Perubahan Minat dan peran. Keempat
perubahan minat dan pola perilaku, dan yang Kelima sebagian besar remaja bersikap ambivalen terhadap setiap perubahannya.
4. Masa Remaja sebagai Usia bermasalah
Setiap masa periode mempunyai masalahnya sendiri-sendiri, namun masalah masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh anak laki-laki maupun perempuan. Serta kebanyakan dari mereka yang ingin mengatasi masalahnya dengan sendiri, yaitu dengan menolak bantuan orang tua dan guru-guru. Namun banyak juga dari mereka yang tidak mampu mengatasinya dengan sendiri, sebab karena ketidakmampuannya mereka untuk mengatasi masalahnya tersebut dengan cara yang mereka yakini, banyak remaja yang pada akhirnya menemukan bahwa penyelesaiannya tidak selalu sesuai dengan harapan mereka.
5. Masa Remaja sebagai Masa Mencari Identitas
Identitas yang dicari para remaja yaitu berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya, apa perannya dalam masyarakat. Adapun salah satu cara remaja untuk mencoba mengangkat diri sendiri sebagai individu adalah dengan menggunakan simbol status atau dalam bentuk mobil, pakaian, dan kepemilikan barang-barang lain yang mudah terlihat. Dengan cara ini remaja menarik perhatian pada diri sendiri dan agar dipandang sebagai individu baik di dalam kelompoknya ataupun masyarakat.
Streotip populer juga mempengaruhi konsep diri dan sikap remaja terhadap dirinya sendiri. Dalam membahas masalah streotip budaya remaja, Anthony menjelaskan, ”streotip juga berfungsi sebagai cermin yang ditegakan masyarakat bagi remaja, yang menggambarkan citra diri remaja. Adapun anggapan adapula anggapan yang tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak, yang mengakibatkan orang dewasa untuk membimbing mereka para remaja.
7. Masa Remaja sebagai Masa yang Tidak Realistik
Remaja cenderung memandang kehidupan melaui kaca berwarna merah jambu, ia melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal cita-cita. Cita-cita yang tidak realistik ini, tidak hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi keluarga dan teman-temanya, yang menyebabkan meningginya emosi yang merupakan ciri awal masa remaja. Semakin tidak realistik cita-citanya semakin ia menjadi marah. Dan remaja juga mudah sakit hati apabila orang lain mengecewakannya apabila ia tidak berhasil mencapai tujuan yang ditetapkannya sendiri.
8. Masa Remaja sebagai Ambang Masa Dewasa
memberikan citra yang mereka inginkan.
2.4.3 Tugas Perkembangan Remaja
Adapun tugas-tugas perkembangan pada remaja yaitu,
1. Mencaai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita
2. Mencapai peran sosial pria dan wanita
3. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif 4. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab 5. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa
lainnya
6. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga
7. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku mengembangkan ideologi
2.5
JM Music & Entertainment
drum serta Rp. 300.000 untuk saxophone dan biola. Untuk mencapai level selanjutnya, diadakan tes atau semacam ujian. Dan jika berhasil menjalani ujian, siswa mendapat sertifikat serta raport sebagai tanda bahwa siswa mampu mencapai level selanjutnya.
2.6. Kerangka Berpikir
Orang tua dalam keluarga berperan sebagai guru, penuntun, pengajar, serta sebagai pemimpin pekerjaan dan pemberi contoh (Shochib, 1998). Oleh karena itu, sebagai orang tua harus dapat membantu dan mendukung terhadap segala usaha yang dilakukan oleh anaknya serta dapat memberikan pendidikan informal guna membantu pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut serta untuk mengikuti atau melanjutkan pendidikan pada program pendidikan formal di sekolah. Bentuk dan isi serta cara-cara pendidikan didalam keluarga akan selalu mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan watak, budi pekerti dan kepribadian tiap-tiap manusia.
Bentuk dukungan dari orang tua bisa bermacam-macam bentuknya. Seperti yang dikemukakan Weiss (dalam Cutrona, 1994) reliable alliance
(hubungan yang dapat diandalkan), reassurance of worth (adanya pengakuan), attachment (kedekatan emosional), guidance (bimbingan), social integration
langsung hal ini membawa dampak yang positif bagi remaja untuk mencapai prestasi belajar musik dengan baik.Dengan adanya dukungan diatas, maka remaja merasa lebih nyaman untuk melakukan aktivitas kursus musik tersebut. Setelah remaja merasa nyaman dengan kursus musiknya, anak semakin tertarik dengan kursus yang ia tekuni, secara tidak langsung hal ini membawa dampak yang positif bagi remaja untuk mencapai prestasi belajar musik dengan baik.
Adapun sebaliknya, jika remaja tidak mendapat dukungan dari orang tuanya akan membawa dampak yang negatif dalam pencapaian prestasi belajar musiknya. Seperti remaja tidak dihargai dalam bermusik, berkurangnya minat anak dalam bermusik.
Berdasarkan uaraian diatas, dapat disimpulkan bahwa dukungan orang tua dan motivasi belajar berperan dalam prestasi belajar musik pada remaja yang mengikuti kursus musik. Dukungan orang tua dapat dilihat dari sikap orang tua yang menyukai musik, menyadari akan pentingnya pendidikan yang mendorong remaja ke arah kemajuan musiknya, dan kepedulian orang tua seperti mengantar anaknya ke tempat kursus dan mendengarkan anaknya saat bermain musik. Dan motivasi remaja dalam belajar memainkan alat musik untuk mendapatkan prestasi yang baik.
Gambar 2.1
Bagan Kerangka Berpikir
DUKUNGAN ORANG TUA
1. Reliable Alliance
2. Reassurance of worth
3. Attachment
4. Guidance PRESTASI
5. Social Inegration BELAJAR
6. Opportunity for nurturance MUSIK
MOTIVASI BELAJAR
1. Motivasi Instrinsik
2. Motivasi ekstrinsik
2.6 Hipotesis Penelitian
Ha :Ada pengaruh yang signifikan antara dukungan orang tua dan motivasi belajar
terhadap prestasi belajar musik pada remaja
Ha1 :Ada pengaruh yang signifikan antara aspek relliable alliance dari variaebel dukungan orang tua terhadap prestasi belajar musik
Ha3 :Ada pengaruh yang signifikan antara aspek attachment dari variabel dukungan orang tua terhadap prestasi belajar musik
Ha4 :Ada pengaruh yang signifian antara aspek guidance variabel dukungan orang
tua terhadap prestasi belajar musik
Ha5 :Ada pengaruh yang signifikan antara aspek social integration dari variabel dukungan orang tua terhadap prestasi belajar musik
Ha6 :Ada pengaruhyang signifikan antara aspek opportunity for nurturance dari variabel dukungan orang tua terhadap prestasi belajar musik
Ha7 :Ada pengaruh yang signifikan antara aspek motivasi instrinsik dari variabel motivasi belajar terhadap prestasi belajar musik
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini dibahas mengenai pendekatan penelitian, variabel penelitian, definisi konseptual dan definisi operasional, populasi dan sampel, sampel dan teknik pengambilan sampel, instrumen pengumpulan data, teknik analisis data, prosedur penelitian.
3.1 Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif yaitu pendekatan yang diambil menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya (Arikunto, 2006). Asumsi dari penelitian kuantitatif adalah bahwa fakta-fakta dari obyek penelitian memiliki realitas dan variabel-variabel dapat diidentifikasikan, serta hubungannya dapat diukur.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis korelasional. Penelitian korelasi yaitu penelitian yang dirancang untuk menentukan tingkat hubungan variabel-variabel yang berbeda dalam suatu populasi. (Sevilla, 1993)
3.2 Variabel Penelitian
3.2.1 Identifikasi Variabel
Variabel adalah suatu karakteristik yang memiliki dua atau lebih dari nilai atau sifat yang berdiri sendiri-sendiri (Kerlinger dalam Sevila 1993) menyebut variabel sebagai suatu konstruk (properties) atau sifat yang diteliti. Dalam penelitian ini variabel-variabelnya adalah :
Variabel Independent 1 (X1): dukungan orang tua variabel Independent 2 (X2): motivasi belajar variabel Dependent (Y): prestasi belajar musik
3.2.2 Definisi Konseptual
Definisi Konseptual dari penelitian ini aialah:
1. Dukungan Orang Tua adalah keberadaan, kesediaan, kepedulian, dari orang-orang yang dapat diandalkan, menghargai dan menyayangi kita, yang bertujuan untuk membantu kita dalam mengatasi atau menghadapi suatu masalah pada situasi tertentu atau peristiwa yang menekan, serta membuat kita menjadi lebih berarti. Dukungan orang tua yang dimaksud ialah reiable alliance, reassurance of worth, attachment, guidance, social integration, dan opportunity for nurturance
ialah motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik.
3. Prestasi Belajar Musik ialah hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha memainkan tangga nada, mengatur tempo, dan memainkan lagu
dengan posisi duduk dan posisi jari saat memainkan alat musik dengan benar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport
3.2.3 Definisi Oprasional Variabel
Untuk mengukur setiap variable dibutuhkan indikator-indikkator atau aspek-aspek dari tiap variable, dan indikator-indikator atau aspek-aspek dari variabel dukungan orang tua dan motivasi belajar ialah:
1. Definisi operasional variabel Dukungan Orang Tua adalah skor yang diperoleh dari pengukuran skala dukungan orang tua dengan aspek-aspek sebagai berikut: Relliable alliance, Reassurance of worth, Attachment, Guidance, Social integration, Opportunity for nurturance. (Weiss dalam Cutrona, 1994)
2. Definisi operasional variabel Motivasi Belajar adalah skor yang diperoleh dari pengukuran skala motivasi belajar dengan aspek-aspek sebagai berikut: Motivasi instrinsik, Motivasi ekstrinsik (Woolfolk, 1995)
3.3 Subjek Penelitian
3.3.1 Populasi dan Sampel
Menurut Sugiyono (2009), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karekteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya. Populasi pada penelitian ini adalah remaja yang mengikuti kursus musik di JM Music & Entertainment, Pamulang sebanyak 150 orang.
Peneliti akan meneliti sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006). Menurut Arikunto (2006), sampel adalah sebagian atau beberapa bagian kecil, wakil populasi yang diteliti. Menurut Gay (dalam sevilla, 1993) Ukuran minimum sampel untuk penelitian korelasi sebanyak 30 orang. Maka sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 80 orang
3.3.2 Teknik Pengambilan Sampel
Menurut Ary, Jacob dan Razavieh (dalam Sevilla,1993) teknik pengambilan sampel adalah suatu proses yang meliputi pengambilan sebagian dari populasi, melakukan pengamatan pada populasi secara keseluruhan. Dalam penelitian ini, tekhnik yang digunakan adalah purposive sampling yaitu tekhnik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu dalam penelitian ini adalah :
a. Remaja yang berusia 14 tahun – 18 tahun
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil sampel kepada Remaja yang megikuti kursus music di JM Music & Entertainment, Pamulang yang berjumlah sebanyak 80 orang.
3.4 Pengumpulan data
3.4.1 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini penulis menggunakan skala dukungan orang tua dan skala motivasi belajar. Kedua skala ini menggunakan alat tes Skala Likert atau dikenal juga dengan The Method of Summated Rating, dengan variasi jawaban sebanyak empat (4) pilihan, yaitu : sangat tidak setuju, tidak setuju, setuju, dan sangat setuju. Adapun skor untuk masing-masing pilihan jawaban adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1
Skor Pernyataan
Pernyataan Sangat Setuju (SS)
Setuju (S)
Tidak Setuju (TS)
Sangat Tidak Setuju (STS)
FAVOREBEL 4 3 2 1
UNFAVOREBEL 1 2 3 4
1. Skala Dukungan Orang tua
Pada skala dukungan orang tua ini, peneliti akan membuat pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan enam aspek dukungan orang tua yaitu
Relliable alliance, Reassurance of worth, Attachment, Guidance, Social
integration, Opportunity for nurturance.
Dalam skala ini, pernyataan-pernyataan yang ada didalamnya terdiri dari 2 jenis pernyataan yaitu: pernyataan favorable dan unfavoreble dan jumlah item yang digunakan yaitu sebanyak 43 item.
[image:69.595.107.520.134.749.2]Blue Print skala dukungan orang tua dapat dilihat pada tabel 3.2 :
Tabel 3.2
Blue print Try out