• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keadilan distribusi praproduksi : studi pemikiran muhammd baqir al-sadr tentang sumber daya mineral

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Keadilan distribusi praproduksi : studi pemikiran muhammd baqir al-sadr tentang sumber daya mineral"

Copied!
197
0
0

Teks penuh

(1)

i

KEADILAN DISTRIBUSI PRAPRODUKSI

(Studi Pemikiran Muh{ammad Ba>qir al-S{adr

tentang Sumber Daya Mineral)

TESIS

Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Magister dalam Bidang Ilmu Agama Islam

OLEH:

F AU Z AN I

NIM: 08.2.00.1.08.01.0026

Pembimbing:

Prof. Dr. M. Amin Suma, SH, MA, MM

SEKOLAH

PASCASARJANA

UNIVERSITAS

ISLAM

NEGERI

(UIN)

SYARIF

HIDAYATULLAH

(2)

ii

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Fauzani

NIM : 08.2.00.1.08.01.0026

Temp/ Tgl Lahir : Gurun Mudo, 13 Februari 1983

Alamat : Jl. Sumatera Jawa Desa Bukit KM. 09 Polres Sarolangun

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang berjudul ‚Keadilan Distribusi Praproduksi (Studi Pemikiran Muh{ammad Ba>qir al-S{adr tentang Sumber Daya Mineral‛ adalah benar-benar karya asli saya, kecuali kutipan-kutipan yang saya sebut sumbernya. Segala kesalahan dan kekurangan di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya. Apabila, di kemudian hari kebenaran pernyataan ini palsu, maka saya bersedia menerima sanksi berupa pencabutan gelar.

Jakarta, 21 Juni 2010

Yang Membuat Pernyataan,

(3)

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Tesis dengan judul, ‚Keadilan Distribusi Praproduksi (Studi Pemikiran Muh{ammad Ba>qir al-S{adr tentang Sumber Daya Mineral‛ yang ditulis oleh Fauzani, Nomor Induk Mahasiswa: 08.2.00.1.08.01.0026, mahasiswa Konsentrasi Ekonomi Islam telah diperiksa dan dinyatakan layak serta disetujui untuk dimajukan ke sidang ujian tesis.

Jakarta, 18 Juni 2010

Pembimbing,

(4)

iv

PENGESAHAN TIM PENGUJI

Tesis dengan judul: ‚Keadilan Distribusi Praproduksi (Studi Pemikiran Muh{ammad Ba>qir al-S{adr tentang Sumber Daya Mineral),‛ yang ditulis oleh Fauzani, Nomor

Induk Mahasiswa: 08.2.00.1.08.01.0026, telah diperbaiki sesuai dengan

saran-saran Tim Penguji pada sidang munaqasah, Kamis 01 Juli 2010 dan telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji.

Jakarta, 07 Juli 2010

Tim Penguji:

1. Dr. Udjang Tholib, MA ( ___________________ )

(Ketua/Merangkap Penguji) Tanggal: 2010

2. Prof. Dr. M. Amin Suma, SH, MA, MM ( ___________________ )

(Pembimbing/Merangkap Penguji) Tanggal: 2010

3. Prof. Dr. Fathurrahman Djamil, MA ( ___________________ )

(Penguji) Tanggal: 2010

4. Dr. Asep Saepuddin Jahar, MA ( ___________________ )

(5)

v

ABSTRAK

Fauzani, NIM. 08.2.00.1.08.01.0026, ‚Keadilan Distribusi Praproduksi (Studi Pemikiran Muh{ammad Ba>qir al-S{adr tentang Sumber Daya Mineral)‛

Kesimpulan utama tesis ini menunjukkan bahwa persoalan utama dalam ekonomi disebabkan oleh masalah distibusi praproduksi yang tidak berkeadilan pada setiap individu masyarakat.

Tesis ini membuktikan kelemahan pemikiran J. Barkley Rosser Jr. dan Marina V. Rosser dalam Comparative Economics in a Transforming World Economy (2004), menurutnya bahwa persoalan utama dalam ekonomi terutama kesenjangan kekayaan dan pendapatan disebabkan oleh masalah produksi dan kewirausahaan (entrepreneurship). Diperkuat oleh pendapat Richard Worthington dalam Rethinking Globalization Production, Politics, Actions (2000), menurutnya bahwa produksi adalah masalah utama dalam ekonomi, karena itu penting untuk meningkatkan produksi barang dan jasa secara efisien. Pernyataan yang senada ungkapkan oleh Simons, H.C. dalam bukunya Economic Policy for a Free Society (1948), bahwa persoalan utama dalam ekonomi terutama masalah kemiskinan adalah terletak pada masalah produksi. Karena itu menurutnya, penting untuk meningkatkan produksi dalam negeri dan memberikan kebebasan bagi setiap individu, sehingga setiap individu dibiarkan bebas memperoleh kekayaan sejumlah yang dia mampu sesuai dengan faktor-faktor produksi yang dimilikinya.

Sebaliknya, tesis ini memperkuat pemikiran Geoffrey E. Schneider dalam Journal Review of Social Economy (2003), menurutnya bahwa persoalan utama dalam ekonomi adalah terletak pada distribusi yang tidak berkeadilan. Hal ini sebagaimana yang terjadi di Afrika Selatan. Pendapat yang senada dari David Ricardo dalam Works and Correspondence of David Ricardo (1951), menurutnya bahwa persoalan utama dalam ekonomi adalah masalah distribusi, karena persoalan distribusi termasuk dalam masalah politik ekonomi. Untuk itu penting untuk menetapkan hukum yang mangatur (regulasi) terhadap persoalan distribusi.

Dalam konteks ekonomi Islam, temuan tesis ini memperkuat pemikiran antara lain: Umer Chapra dalam bukunya Islam and The Economic Challenge (1995), Yu>suf al-Qard{a>widalam Dawr al-Qiyam wa al-Akhla>q fī al-Iqtis}a>di al-Isla>mi>> (1995), Syed Nawab Haider Naqfi dalam Islam, Economics, and Society (1994),

(6)

vi

(1986),dan Muh{ammad Ba>qir al-S}adr dalam bukunya Iqtis}a>duna> (1973). Mereka semua sepakat bahwa konsep ekonomi Islam bertujuan untuk mewujudkan keadilan distribusi kepada seluruh individu masyarakat di atas nilai moral Islam atas dasar maslah}ah. Menurut mereka dalam ekonomi Islam semua orang memiliki hak yang sama untuk memanfaatkan sumber daya mineral yang ada berdasarkan kemampuan yang dimiliki dengan cara yang halal. Adanya pengakuan kepemilikan pribadi tanpa menafikan hak sosial, sistem zakat, larangan eksploitasi dan pentingnya peran negara dalam pengaturan ekonomi adalah pilar utama dalam upaya penegakan keadilan distribusi tersebut.

(7)

vii

ABSTRACT

Fauzani, NIM. 08.2.00.1.08.01.0026, ‚The Justice of Preproduction

Distribution (The thought of Muhammad Baqir al-Sadr upon mineral resources)‛ The core finding of the study indicates that the main problem of economy is the injustice of preproduction distribution to community.

This thesis refuses the thought of J. Barkley Rosser Jr. and Marina V. Rosser’s thought in Comparative Economics in a Transforming World Economy (2004) saying that the asymmetrical wealth and wages that caused by problem of production and entrepreneurship is the main problem of economy. Other economy experts including Richard Worthington in Rethinking Globalization Production, Politics, Actions (2000) and Simon, H.C. in Economic Policy for a Free Society (1948) express the same idea that the production is the main problem of economy. To cope with the problem, Worthington suggests to increase the commodity of production and services efficiently, while Simon tends to increase domestic production and give freedom for community to get wealthy as they can in accordance with their own production factors.

Conversely, this thesis reinforces Geoffrey E. Schneider in Journal Review of Social Economy (2003) and David Ricardo in Works and Correspondence of David Ricardo (1951), saying that injustice distribution is the primary economy problem as this happened in South Africa. They propose to have law enforcement since distribution problems obviously are related to economic politic.

(8)

viii

(9)

ix

ثحبلا ص لم

ي

اي ي،يا ف

ي:

٬

٠٨

٫

٢

٫

٠٠

٫

١

٫

٠٨

٫

٠١

٫

٠٠٢٦

ي

"

لبق ام عي وت ي ةلا علا

جاتنإا

(

ةين عما راوما ىلع ر صلا قاب مح راكفأ ةسار

)

"

اي أي ي

اي ي ي ئ اي

اي

ي كي ي

ايرغي إاي ي

ااي ييي ك ش ايركأي

اي ي جاي ا فأي ي ف

ي.

ي فيف ضي ي

اي

ي.

في

ي ااي

ي ك

ي.

ي

)

٢٠٠ض

(

ييي

Comparative Economics in a Transforming World Economy

ييي ك ش اي أي أي أ ي حي،

أاييي

ا ي إاي أ ي ي م ي، خ ا يىغ اي

ي ش ي اي،

اا

ي.

ي

ي

ي ش ي أ ايا ي كأ

(

۲۰۰۰

ي

Rethinking Globalization Production, Politics,

Action ي

ي ش ي

ا ي اي ي ي اي في،

ااييي ض اي أي ي إاي ي

ف

ي.

ي

ي أ اي ي كأ

ي.

ش

ي.

(

۱۹ض٨

ي كيي

Economic Policy for a Free

Society

إاي أ ي ي ي، اي ش ي اي،

ااييي ا ش اي أي ي ي،

ي.

ي ف

ي ي اي اي ي ح يص شي ي ايء ط ي حاي إاي ي،

ي ي ا

إاي ا ي ي ي ي ف ي ط اي

ي.

ي ف جي ي ي ي ك ي

اي ي في،

ي.

ي ش

(

٢٠٠ص

يي

Journal

Review of Social Economy

ي كي،

ايرغي

اي حي ي

ااييي ئ اي ش اي أي،

ي

ي فا ي في ك ي كي، فأي جيييك ي ح

(

١٩٥١

يي

Works and

Correspondence of David Ricardo

ي هأي،

ااي ض اي أي ي

اي أ ي ي ي حي

ااي

ي ض ي ضي

ي.

(10)

x

يارش ي في ي صا اي ي أي، ا إاي

ااي صيي

(

١٩٩٥

ي كيي

Islam and the Economic Challenge

ي ض ايف ي،

(

١٩٩٥

ي كيي

ٌ

ي اخأا ي اي

ا إاي

اايي

ٌ

ي

اي حي ا ي ا ي،

(

١٩٩ض

ي كيي

Islam, Economics, and

Society

ي ض حيم اي

ي،

(

١٩٨٦

ي كيي

Contribution to Islamic Economic Theory

(11)

xi

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillāh penulis persembahkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat taufik, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan tesis dalam rangka penyelesaian tugas akhir ini. Shalawat berkuntumkan salam semoga selalu tercurahkan keharibaan baginda Rasulullah, Muhammad Saw.

Penyelesaian tesis ini tidak akan selesai dengan baik tanpa motivasi, bimbingan, saran, kritik, dan partisipasi semua pihak. Mereka adalah orang-orang yang berjasa bagi penulis dalam penyelesaian tesis ini. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini dari lubuk hati yang dalam, penulis haturkan ribuan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya, terutama penulis tujukan kepada:

Bapak Prof. Dr. M. Amin Suma, SH. MA, MM., yang telah berkenan memberikan bimbingan dalam penulisan tesis ini, meskipun sibuk dengan tugasnya selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah jakarta, ternyata masih bersedia meluangkan waktunya untuk membaca, mengoreksi, dan memberikan masukan bagi perbaikan penulisan tesis ini.

Secara kelembagaan, penulis sampaikan terima kasih pada Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, yang telah memberikan kepada penulis kesempatan menimba ilmu di Universitas ini.

Direktur Sekolah Pascasarjana, Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA. dan seluruh jajarannya yang telah memberikan bantuan berupa kelancaran penelitan tesis ini.

Para karyawan perpustakaan, baik bagi mereka yang bertugas di Perpustakaan Utama maupun Perpustakaan Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, atas bantuannya yang diberikan kepada saya untuk dapat menelaah berbagai literatur yang diperlukan selama penulisan tesis.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Bahrul Ulum, S. Ag., MA.,

(12)

xii

penulis dapat menyelesaikan studi dari sebahagian dana tersebut. Jujur tanpa bimbingan darinya, mungkin penulis tidak sempat menimba ilmu di Universitas ini.

Saya juga mengucapkan terima kasih pada semua teman-teman Pascasarjana angkatan 2008 yang senantiasa bersedia meluangkan waktunya, hari demi hari menjadi terasa indah dan tidak membosankan, terutama Bang Wahyu Hidayat, Musholli, Teguh, Habibi, Anre Ilham, dan teman-teman lainnya yang belum sempat penulis sebut satu-persatu secara personal, terima kasih atas bantuannya.

Dengan tulus, penulis juga sampaikan terima kasih pada adinda Nurul Hikmah dengan tulus dan ikhlas telah memberikan pinjaman Note Book dari awal pembuatan sampai rampungnya tesis ini. Tidaklah mampu untuk membalas semua kebaikan dan pengorbanan yang ia berikan, kecuali hanya untaian do’a yang terucap, mudah -mudahan ia bisa secepatnya menyelesaikan strata satu (S1) di Fakultas Syariah IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi dengan yudisium cumlaude dan dapat meraih cita-citanya.

Terakhir dan yang paling berhak mendapat ucapan terima kasih dengan penuh ketulusan, adalah kedua orang tua tercinta ayanda Iliyasak dan ibunda Siti Fatimah. Tanpa keduanya, hampir mustahil penulis mampu meraih pendidikan hingga ke jenjang strata dua (S2) untuk meraih gelar magister agama. Meski keduanya hidup dengan penuh kesederhanaan dan jauh dari dinamika dunia akademik, namun kedua orang tua penulislah yang menjadi sumber inspirasi awal dalam menumbuhkan pentingnya mencari ilmu pengetahuan demi menyongsong hari esok yang lebih cerah.

Akhirnya, penulis hanya bisa berdoa kehadirat Allah SWT semoga kebaikan dan partisipasi dari semua pihak tersebut mendapat balasan pahala yang berlipat ganda dari sisi-Nya. Semoga juga tesis ini dapat membawa manfaat khususnya bagi penulis dan bagi kemajuan bangsa ini.

Jakarta, 21 Juni 2010

(13)

xiii

PEDOMAN TRANSLITERASI (ARAB-LATIN)

A. Konsonan

Arab Latin Arab Latin

ء

’ (apostrof)

ض

d{

B

ط

t}

ت

T

ظ

z}

ث

Th

ع

‘ (petik satu)

ج

J

غ

gh

ح

h{

ف

f

خ

Kh

ق

q

د

D

ك

k

ذ

Dh

ل

l

ر

R

م

m

ز

Z

ن

n

س

S

و

w

ش

Sh

ـه

h

ص

S{

ي

y

B. Vokal

Vokal Tunggal : ... = a ... = i ... = u

Vokal Panjang : ــ = ā يــ = ī وــ = ū

(14)

xiv C. Shaddah ( ّ )

Shaddah dilambangkan dengan konsonan ganda.

D. Kata Sandang

Kata sandang alif lam (al) dalam lafazh atau kalimat, baik yang bersambung dengan huruf qamariyah atau shamsiyah, ditulis dengan huruf kecil (al) dan diikuti dengan penghubung ‚-‚, kecuali jika terletak pada awal kalimat ditulis dengan huruf besar (Al).

E. Ta’ Marbūt}ah

(15)

xv DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN PENULIS ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... xi

PEDOMAN TRANSLITERASI ... xiii

DAFTAR ISI ... xv

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Permasalahan ... 15

C. Tujuan Penelitian ... 17

D. Siginifikansi Penelitian ... 17

E. Kajian Terdahulu yang Relevan ... 17

F. Metodologi Penelitian ... 22

G. Sistematika Penulisan ... 24

BAB II : KONSEP KEADILAN DISTRIBUSI DAN PENINGKATAN PRODUKSI A. Perbandingan Sistem Ekonomi dalam Upaya Mewujudkan Keadilan Ekonomi ... 26

B. Prinsip dan Teori Keadilan Distribusi dalam Ekonomi Kontemporer: Sebuah Kritik ... 31

C. Keadilan Distribusi Perspektif Ekonomi Islam ... 36

(16)

xvi

BAB III : M. BA<QIR AL-S{ADR DAN KARAKTERISTIK

PEMIKIRANNYA

A. Riwayat Akademik M. Ba>qir al-S{adr ... 53 B. Karya-karya M. Ba>qir al-S{adr ... 56 C. Karakteristik Pemikiran M. Ba>qir al-S{adr ... 59

BAB IV: PERSPEKTIF AL-S{ADR TENTANG URGENSI KEADILAN

DISTRIBUSI PRAPRODUKSI ATAS SUMBER DAYA

MINERAL

A.Konsep Kepemilikan Multi Jenis (multitype ownership) ... 65 B.Jenis-jenis Sumber Daya Mineral dan Hak Kepemilikannya ... 70 C.Kepemilikan Sumber Daya Mineral pada Tanah Milik Individu ... 92 D.Keadilan Distribusi sebagai Solusi terhadap Masalah Ekonomi .... 100 E. Peran Negara dalam Mewujudkan Keadilan Distribusi Sumber

Daya Mineral ... 115

BAB V : RELEVANSI PEMIKIRAN AL-S{ADR ATAS SUMBER DAYA

MINERAL DI INDONESIA

A.Nilai Dasar Penguasaan dan Pemanfaatan Sumber Daya Mineral di Indonesia ... 142 B.Ketidakadilan Penguasaan Sumber Daya Mineral ... 148 C. Tanggungjawab Pemerintah dalam Mewujudkan Distribusi

Sumber Daya Mineral yang Berkeadilan ... 159

BAB VI : PENUTUP

A. Kesimpulan ... 165 B. Implikasi Penelitian ... 166

(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

J. Barkley Rosser, Jr. dan Marina V. Rosser, dalam Comparative Economics in a Transforming World Economy, menemukan bahwa persoalan utama dalam ekonomi terutama masalah kesenjangan pendapatan dan kekayaan disebabkan oleh masalah produksi dan kewirausahaan (entrepreneurship), bukan disebabkan oleh korupsi atau masalah warisan.1 Akibat yang ditimbulkan dari kesenjangan tersebut, akan terjadi pemogokan, perlawanan, revolusi, dan kemiskinan. Hal ini dapat dilihat bahwa ada beberapa negara tingkat pertumbuhan ekonominya terus meningkat, seperti negara di Asia Timur yang dikenal sebagai negara-negara industri baru (newly industrializing countries), sedangkan banyak di negara lain yang masih terjadi kesenjangan dalam pertumbuhan ekonomi yang hidup dalam kemiskinan, seperti yang terjadi di Amerika Latin.2

Pandangan di atas, senada dengan pemikiran Richard Worthington, bahwa produksi adalah masalah utama dalam ekonomi yang harus segera diatasi, karena itu penting untuk meningkatkan produksi barang dan jasa secara efisien. Dengan demikian, ketika memproduksi harus membuat pilihan-pilihan normatif terhadap jenis barang yang dibutuhkan untuk kehidupan masyarakat. Begitu penting perhatian

1J. Barkley Rosser, Jr. dan Marina V. Rosser, Comparative Economics in a Transforming

World Economy (London: The MIT Press Cambridge, 2004), 13.

2Terjadinya kemiskinan di Amerika Latin tidak terlepas dari globalisasi neoliberal (Amerika

Serikat). Faktor lain karena di sana eksprimen awal terhadap kebijakan neoliberal diterapkan. Jika kita ambil contoh realistis kemiskinan dengan ukuran pendapatan $5/hari saja, lebih dari 70% rakyat Amerika Latin hidup dalam kemiskinan. Di Argentina, hampir 60% rakyat hidup miskin. Juga di Mexico, Uruguay, Bolivia, Kolombia, dan Venezuela berada dalam krisis yang parah, karena model neoliberal yang berdasarkan pada ekspor menyebabkan transfer pendapatan ekspor ke luar negeri

dalam bentuk pembayaran profit, hutang, dan pengelakan pajak. Lihat Zely Ariane,‚Kebangkitan

(18)

terhadap produksi ditandai dengan pertumbuhan ilmu pengetahuan modern sehingga banyak yang menerapkan sistem produksi global, dengan memberikan kebebasan tanpa dibatasi oleh waktu, ruang, dan batas-batas politik. 3

Pernyataan di atas menunjukkan bahwa persoalan produksi mendapat perhatian besar dari para ekonom dalam mengatasi persoalan ekonomi, seperti kemiskinan, pengagguran, kesenjangan kekayaan dan pendapatan masyarakat, dan lain sebagainya.

Hal ini sebagaimana diungkapkan sebelumnya oleh Simons H.C., menurutnya bahwa persoalan utama dalam ekonomi terutama masalah kemiskinan adalah terletak pada masalah produksi. Oleh karena itu, penting untuk meningkatkan produksi dalam negeri dan memberikan kebebasan bagi setiap individu sehingga setiap individu dibiarkan bebas memperoleh kekayaan sejumlah yang ia mampu sesuai dengan faktor-faktor produksi yang dimilikinya.4

Pernyataan di atas sejalan dengan sistem ekonomi kapitalisme,5 bahwa untuk mengatasi masalah ekonomi, seperti kemiskinan dan kekurangan dalam suatu negara dengan cara meningkatkan produksi dalam negeri dan memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk mengambil hasil produksi sebanyak yang mereka produksi

3Richard Worthington, Rethinking Globalization Production, Politics, Actions (New York:

Peter Lang Publishing, 2000), 4.

4Simons H. C., Economic Policy for a Free Society (Chicago: University of Chicago Press,

1948), 5.

5Kapitalisme adalah sistem ekonomi yang berasal dan tumbuh di Inggris pada pasca abad

(19)

untuk negara.6 Sebagai asumsi, dengan teratasinya masalah kemiskinan di dalam negeri, maka dengan sendirinya kemiskinan individu juga dapat diselesaikan. 7

Berdasarkan beberapa pernyataan di atas, maka dapat dipahami bahwa sistem ekonomi kapitalis hanya fokus pada penyediaan alat untuk memuaskan kebutuhan masyarakat yang tidak terbatas, dengan cara menaikkan tingkat produksi barang dan jasa serta pendapatan nasional, sebab dengan meningkatnya pendapatan nasional maka seketika itu terjadilah pendistribusian pendapatan dan kekayaan dengan cara memberikan kebebasan memiliki dan kebebasan berusaha bagi semua individu masyarakat sesuai dengan faktor-faktor produksi yang dimilikinya.

Namun, ternyata sistem ekonomi kapitalis tidak bisa diharapkan menjadi solusi atas problem tersebut. Kendati secara teoritis kapitalisme memberikan kesempatan yang sama (equality of opportunity) kepada setiap anggota masyarakat, namun realita yang sebenarnya bersifat diskriminatif.8 Dengan demikian, bahwa salah satu konsep pokok orde ekonomi yang belum terpecahkan dalam ekonomi kapitalis adalah masalah distribusi kekayaan di antara anggota-anggota masyarakat.9

Beberapa pernyataan di atas berbeda halnya dengan pemikiran Geoffrey E. Schneider, berpendapat bahwa persoalan utama dalam ekonomi adalah pada

6Maksudnya, bahwa persoalan ekonomi terletak pada tidak terbatasnya keinginan manusia,

sementara sumber daya yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan manusia sangat terbatas, maka sebagai solusi untuk menghilangkan gap ini harus dengan melakukan peningkatan produksi. Karena itu, hitungan angka rata-rata statistik seperti GDP (Gros Domestik Product) dan GNP (Gross National Product) adalah persoalan penting, tanpa melihat orang-perorang, apakah mereka sejahtera atau tidak. Sebaliknya, dalam Islam persolan ekonomi terletak pada masalah distribusi kekayaan. Sebenarnya terdapat sumber-sumber daya yang cukup untuk kebutuhan-kebutuhan pokok 6 miliar penduduk dunia. Namun, tidak jelasnya masalah distribusi menyebabkan terjadinya kesenjangan yang luar biasa antara Negara Maju dan Dunia Ketiga. Lihat M. Arif Adiningrat dan Farid Wadjdi

‚Ekonomi Islam VS Ekonomi Neo-Liberal,‛ artikel diakses pada 19 November 2009 dari http://www.khilafah1924.org/index.php? ?option=com_content&id=70&Itemid= 47

7Abd al-Rah{man al-Maliki, Politik Ekonomi Islam. Penerjemah Ibnu Sholah (Bangil: Izzah,

2001), 12.

8Rokhmat S. Labib, ‚Metode Distribusi Harta dalam Islam,‛ artikel diakses pada 09

November 2009 dari http://hizbut-tahrir.or.id/2007/07/02

(20)

distribusi bukan pada produksi. Hal ini sebagaimana yang terjadi di Afrika Selatan, adanya perbedaan ras dan warna kulit (apartheid) masih berpengaruh terhadap sistem perekonomian. Di mana sistem ekonomi neoliberal lebih dominan berperan di Afrika Selatan, dengan lebih menekankan pentingnya produksi agar sistem pasar bisa berjalan secara luas, kebijakan tersebut tidak terlepas dari keterikatan ideologi pasar bebas. Dengan lebih fokus pada pentingnya produksi sebagai asumsi akan meningkatkan pendapatan PDB (Product Domestic Bruto) dan efisiensi alokatif sehingga akan mengangkat persoalan kemiskinan dan menciptakan keadilan di Afrika Selatan, namun yang terjadi adalah sebaliknya.10 Hal ini terjadi sebagai akibat dari mengabaikan pentingnya potensi pemanfaatan distribusi.

Pendapat lain yang sama juga diungkapkan oleh Tawney, yang menyatakan apabila lebih mengutamakan memproduksi barang dan jasa atas sumber daya alam yang terbatas dengan asumsi untuk meningkatkan kekayaan, pada hakikatnya hanya akan terjadi pemborosan, karena barang yang diproduksi meskipun dianggap sebagai bagian dari pendapatan negara akan tetapi tidak sejalan dengan kebutuhan mayoritas konsumen.11

Akibat yang ditimbulkan dari produksi yang berlebih-lebihan ini, meskipun GNP (Gross National Product) sebagai pendapatan negara akan meningkat, tetapi tanpa ada peningkatan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Dengan demikian, bahwa adanya peningkatan GNP hanya akan berakibat buruk bagi kesejahteraan penduduk dalam sebuah negara.12

10Geoffrey E. Schneider, ‚Neoliberalism and Economic Justice in South Africa: Revisiting the Debate on Economic Apartheid,‛ Journal Review of Social Economy, Vol. 61 (New York: Taylor and Francis Group, March 2003), 23 – 50.

11Richard Henry Tawney, The Acquisitive Soceity (New York: Harcourt Brace and Home,

1952), 12.

12M. Umer Chapra, Islam and the Economic Challenge (New York: The Islamic Foudation

(21)

Pernyataan di atas senada dengan pendapat David Ricardo,13 menurutnya bahwa persoalan utama dalam ekonomi adalah masalah distribusi, karena persoalan distribusi termasuk dalam masalah politik ekonomi. Untuk itu penting untuk menetapkan hukum yang mangatur (regulasi) terhadap persoalan distribusi.14

Jhon Rawls15 juga berpendapat bahwa persoalan keadilan distribusi sangat penting (urgen) untuk diperhatikan. Hal ini dapat dilihat dalam bukunya A Theory of Justice, di mana terdapat bab khusus yang membahas pentingnya keadilan distribusi. Rawls merumuskan konsep keadilan distribusi, bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama atas kebebasan dasar yang paling luas, seluas kebebasan yang sama pada semua orang (the greatest equal principle).16 Dengan kata lain, bahwa dengan adanya kebebasan yang sama bagi semua orang, maka keadilan dapat terwujud.

Pernyataan yang sama disampaikan oleh beberapa pakar ekonomi Islam, antara lain, M. Umer Chapra, dalam Islam and The Economic Challenge,

13David Ricardo adalah seorang ahli politik ekonomi dari Inggris dan merupakan salah satu

ekonom klasik yang sangat berpengaruh, selain Thomas Malthus dan Adam Smith. Di mana ia pernah menjadi anggota DPR, pengusaha, pemodal, dan spekulan yang telah banyak mengumpulkan kekayaan untuk pribadi. Salah satu teorinya yang sangat terkenal adalah teori keunggulan komparatif, sebagai argumen mendasar yang mendukung perdagangan bebas di antara negara-negara dan spesialisasi di antara individu. Ricardo berpendapat bahwa akan terjadi timbal balik yang saling menguntungkan dari adanya perdagangan bebas. Lihat David Stead, "David Ricardo," artikel diakses pada 19 November 2009 dari http://eh.net/encyclopedia/article/stead.ricardo

14David Ricardo, ‚Principles of Political Economy,‛ in Piero Sraffa, ed., Works and

Correspondence of David Ricardo, vol. 1 (Cambridge: Cambridge University Press, 1951), 5.

15Teori keadilan Rawls merupakan teori yang dianggap fenomenal, berangkat dari kritiknya

atas kegagalan teori-teori keadilan yang bekembang sebelumnya. Kegagalan tersebut dipengaruhi oleh utilitarianisme dan intuisionisme. Dengan mengambil pelajaran dari kegagalan dua teori

sebelumnya, Rawls mencoba menawarkan suatu teori baru yang disebut dengan ‚Keadilan berbasis kontrak.‛ Menurutnya, suatu teori keadilan harus dibentuk dengan pendekatan kontrak, di mana azas -azas keadilan yang dipilih bersama-sama benar-benar merupakan hasil kesepakatan bersama dari person yang bebas, rasional dan sederajat. Lihat Jhon Rawls, A Theory of Justice (Cambridge: Harvard University, 1995), 335

16Prinsip The greatest equal principle adalah ‚Prinsip kesamaan hak. Lihat Agus Yudha

Hernoko, ‚Azas Proporsionalitas (Argumentasi Baru dalam Khazanah Hukum Kontrak Kontemporer),‛ makalah dipresentasikan pada acara International Comperence on Corporate Law

(22)

mengatakan bahwa masalah utama terjadi kesenjangan dan kemiskinan di masyarakat bukan disebabkan persoalan produksi, namun lebih kepada distribusi sumber daya yang tidak berjalan sebagaimana mestinya. Lebih lanjut, ia mengakui bahwa dalam Islam memang tidak ada larangan terjadi perbedaan-perbedaan sepanjang penyebabnya adalah perbedaan dalam keahlian (skill), inisiatif, jenis usaha, dan resiko (risk), namun kenyataannya terjadi penyimpangan distribusi yang akumulatif berakibat kesenjangan kesempatan dalam memperoleh kekayaan atas sumber-sumber produksi.17

Pernyataan lain dikemukakan oleh Yu>suf al-Qard}a>wi>, dalam Dawr al-Qiyam wa al-Akhla>q fī al-Iqtis}a>d al-Isla>mi>, bahwa dalam hal pendistribusian harus berdasarkan dua sendi, yaitu sendi kebebasan dan keadilan kepemilikan (property). Kebebasan dalam artian adalah kebebasan dalam bertindak yang di bingkai oleh nilai-nilai agama dan keadilan, tidak seperti pemahaman kaum kapitalis yang menyatakan bahwa memberikan kebebasan kepada setiap individu untuk berbuat dan bertindak tanpa campur tangan pihak mana pun.18

Hal senada disampaikan oleh Choudhury, dalam Contribution to Islamic Economic Theory, menurutnya bahwa keadilan distributi (distributional equity) sangat penting untuk diperhatikan dan diterapkan dalam perekonomian sebagai pilar utama dalam penegakan keadilan ekonomi, agar masalah ekonomi dapat diatasi dengan baik terutama dalam masalah kemerataan kekayaan.19

Pernyataan lain, Syed Nawab Haider Naqfi, dalam Islam, Economics, and Society, mengatakan bahwa salah satu yang menjadi pusat (central) perhatian dalam sistem ekonom Islam adalah pentingnya keadilan dalam distribusi (distributive justice). Dengan demikian, tidak adanya keseimbangan dalam ekonomi harus diganti

17M. Umer Chapra, Islam and the Economic Challenge, 49.

18Yu>suf al-Qard}a>wi>, Dawr al-Qiyam wa al-Akhla>q fī al-Iqtis}a>d al-Isla>mi> , (Kairo: Maktabah

Wahbah, 1995), 349.

19Masudul Alam Chaudhury, Contribution to Islamic Economic Theory (New York: St

(23)

dengan keseimbangan (equilibrium), dengan cara menanamkan sifat adil dan ihsan pada setiap anggota masyarakat.20

Hal senada dikemukakan oleh Afzalur Rah}man, menurutnya bahwa dengan memperhatikan distribusi sehingga harta kekayaan tidak menumpuk pada segolongan kecil masyarakat, akan tetapi dapat beredar kepada seluruh aggota masyarakat.21 Hal ini sebagaimana tercermin dalam al-Qur’an, agar sirkulasi harta kekayaan tidak menjadi barang dagangan yang hanya beredar di antara orang-orang kaya saja, akan tetapi diharapkan dapat memberi kontribusi kepada seluruh masyarakat.22

Begitu pentingnya persoalan distribusi sehingga Muh{ammad Ba>qir al-S{adr (1935-1980) membahasnya secara terperinci. Ia berpendapat bahwa persoalan ekonomi bukan terletak pada produksi atau faktor kelangkaan sumber daya, akan tetapi lebih dikarenakan pada persoalan distribusi yang tidak merata dan tidak adil sebagai akibat sistem ekonomi yang membolehkan eksploitasi pihak yang kuat terhadap pihak yang lemah. Dengan demikian, pertama yang harus diperhatikan adalah masalah sumber-sumber produksi baru kemudian produksi karena manusia baru bisa melakukan aktivitas produktif setelah terlebih dahulu mendistribusikan sumber-sumber produksi.23

Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh al-S{adr dalam bukunya Iqtis}a>duna> kepada dua macam. Pertama, distribusi praproduksi yang berkaitan dengan sumber-sumber produksi, seperti tanah, sumber-sumber daya mineral, air, dan sumber-sumber kekayaan alam

20Syed Nawab Haider Naqfi, Islam, Economics, and Society (New York: Kegan Paul

International, 1994), 61.

21Afzalur Rah{man, Doktrin Ekonomi Islam. Penerjemah Soeroyo dan Nastangin

(Yogyakarta: PT. Dhana Bakti Wakaf, 1995), 82-88.

22QS. al- H{ashr (59): 7.

(24)

lainnya. Kedua, distribusi pascaproduksi sebagai hasil (output) dari proses produksi itu sendiri yang didistribusikan kepada masyarakat.24

Lebih jauh, ia menjelaskan bahwa salah satu upaya untuk mewujudkan keadilan distribusi atas sumber-sumber produksi adalah dengan memperhatikan hak kepemilikannya. Doktrin kepemilikan tanah misalnya, menurut al-S{adr bahwa kepemilikan tanah dalam Islam pada dasarnya adalah milik imam atau pemerintah yang penguasaannya ada pada negara. Sehingga tiada seorang individu pun yang mempunyai hak kepemilikan permanen atasnya, kepemilikan individu hanya sebatas dalam hal menggarap dan mengekploitasinya dan imam berhak membebankan pajak atas tanah tersebut demi kebutuhan umat, agar keadilan distribusi kekayaan dapat tercapai kepada masyarakat secara umum. Oleh karenanya, atas dasar otoritas yang dimiliki oleh pemerintah, bisa saja mengambil hak milik individu apabila tanah tersebut ditelantarkan sehingga menjadi tidak lagi produktif. Hal ini menunjukkan bahwa kepemilikan bersama jauh lebih penting dibandingkan kepemilikan individu.25

Selain itu, sumber-sumber produksi yang lain adalah dalam masalah sumber daya mineral, yang dibagi atas dua macam. Pertama, terbuka (z}a>hir) terkait dengan kekayaan alam yang tidak membutuhkan proses lebih lanjut agar dapat dimanfaatkan, seperti garam dan minyak. Kedua, tersembunyai (ba>t}in), sebaliknya, di mana perlu ada proses lebih lanjut agar sifat-sifat mineralnya tampak, seperti emas dan besi.

Adanya kesalahan dalam mengekploitasi distribusi kekayaan inilah yang pada akhirnya menyebabkan terjadi monopoli dan individualis terhadap kekayaan alam, dengan tidak memperhatikan kepemilikan pribadi (private ownership), kepemilikan pubilik (public ownership), dan kepemilikan negara (state ownership).26

24Muh{ammad Ba>qir al-S{adr, Iqtis}a>duna>, 396.

25Muh{ammad Ba>qir al-S{adr, Iqtis}a>duna>, 400.

(25)

Oleh karena itu, penting untuk menjaga keseimbangan di tengah-tengah masyarakat agar keadilan distribusi terhadap sumber-sumber produksi dapat diterapkan kepada seluruh anggota masyarakat.

Berkenaan dengan teori distribusi, terdapat kesalahan paradigma yang selama ini dibangun di atas sistem ekonomi sosialis dan kapitalis. Sistem sosialis tidak mengakui kepemilikan individu kecuali hanya sebatas untuk kebutuhan hidup dan pada sektor-sektor tertentu, seperti alat-alat yang sederhana dan tanah yang terbatas, begitu pula tidak diakui adanya istilah pemindahan kekayaan melalui warisan dan investasi sehingga menyebabkan tidak terpenuhinya keadilan distribusi pendapatan dan kekayaan.27 Oleh karena itu, pendapatan masyarakat menurut sistem sosialis ditentukan oleh negara itu sendiri disesuaikan dengan pendapatan negara dan ke mana pendapatan itu diinvestasikan ditentukan oleh kebijakan pemerintah tanpa memperhatikan kesejahteraan masyarakat, dengan kata lain distribusi pendapatan dalam sistem sosialis tidak memperhatikan skill dan etos kerja masyarakat serta sejauh mana kontribusi mereka dalam proses produksi.

Di samping itu, akibat dari sistem yang dibangun oleh sistem sosialis tidak akan mampu mendorong pertumbuhan pada sektor ekonomi dengan baik, karena setiap individu tidak ada dorongan atau semangat untuk berprestasi dan meningkatkan produktivitas kerja.

Berbeda halnya dengan sistem sosialis, sistem kapitalis dilakukan dengan cara memberikan kebebasan memiliki dan kebebasan berusaha bagi semua individu masyarakat sehingga setiap individu bebas memperoleh kekayaan sejumlah yang ia mampu dan sesuai dengan faktor produksi yang dimilikinya, tanpa memperhatikan apakah pendistibusian tersebut merata dirasakan oleh semua individu masyarakat atau hanya sebagian saja. Perilaku ekonomi tidak lagi mempertimbangkan tindakan monopoli (ih}tika>r), penimbunan (iktina>z), dan yang lainnya, sehingga akan berakibat

(26)

ketidakadilan distribusi dan kecemburuan sosial di kalangan masyarakat banyak.28 Asas distribusi yang diterapkan oleh sistem kapitalis ini pada akhirnya berdampak pada realitas bahwa yang menjadi penguasa sebenarnya adalah para pemilik modal (investor) sementara rakyat dijadikan mesin penggerak untuk meningkatkan kekayaannya. Hal ini bisa dilihat di mana kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah selalu berpihak kepada para pemilik modal dan selalu mengorbankan kepentingan rakyat sehingga terjadilah ketidakadilan pendistribusian pendapatan dan kekayaan di dalam negara tersebut.

Teori yang diterapkan oleh sistem kapitalis ini tentunya sangat bertentangan dengan sistem ekonomi Islam, sebab apabila teori tersebut diterapkan maka berimplikasi pada penumpukan kekayaan pada sebagian pihak dan ketidakmampuan di pihak lain. Sistem ekonomi Islam menghendaki bahwa dalam hal pendistribusian harus berdasarkan dua sendi, yaitu sendi kebebasan dan keadilan kepemilikan (property).29

Teori ekonomi konvensional yang mendominasi kajian ilmu ekonomi menimbulkan problem besar bagi umat manusia. Karena teori-teori ekonomi yang telah ditawarkan kepada publik terbukti tidak dapat mewujudkan ekonomi berkeadilan, justru yang terjadi ketidakjelasan antara kepentingan individu, masyarakat, negara, dan hubungan antar negara. Selain itu, teori ekonomi yang ada juga tidak mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi sehingga berakibat meningkatkatnya jumlah kemiskinan dan ketimpangan kekayaan. Lebih parah lagi adalah terjadinya kerusakan pelestarian sumber daya alam (nonrenewable resources).30

28Muh{ammad ‘Abdul Ghafār, al-Iqtis}a>d al-Isla>mi>, 408.

29Yu>suf al-Qard}a>wi>, Dawr al-Qiyam wa al-Akhla>q fī al-Iqtis}a>dial-Isla>mi> , 368.

30Murasa Sarkaniputra, Adil dan Ihsan dalam Perspektif Ekonomi Islam (Jakarta: P3EI,

(27)

Dalam aktivitas perekonomian, di mana aktivitas distribusi harus dilakukan dengan secara benar dan tepat sasaran, untuk mewujudkan keadilan distribusi tersebut, kezaliman struktural yang berlaku selama ini harus diberantas sehingga semua pihak mempunyai hak yang sama untuk mengeksploitasi sumberdaya kekayaan alam dan pendapatan (income) yang diperoleh.

Adapun target utama yang ingin dicapai dalam keadilan distibusi adalah agar kesenjangan di antara masyarakat dapat dikurangi. Memang diakui adanya perbedaan di masyarakat adalah hal yang wajar dan merupakan sunnatulla>h.31 Namun, adanya perbedaan pendapatan yang tidak wajar, di mana segolongan kecil masyarakat hidup dengan kekayaan yang melimpah, pada lain sisi mayoritas masyarakat hidup dalam garis kemiskinan.32 Dengan demikian, bahwa dalam Islam tidak ada larangan adanya perbedaan dalam memiliki harta dalam batas kewajaran, sehingga setiap individu termotivasi untuk mengembangkan keahlian (skill) dan keterampilan yang dimiliki dalam menjalankan usaha dengan optimal. Adanya batasan kekayaan pribadi tersebut juga bertujuan agar tidak terjadi monopoli kapital dan eksploitasi kekayaan sumber daya produktif pada golongan tertentu saja.

Oleh karena itu, prinsip keadilan merupakan ajaran yang sangat penting dan mencakup keseluruhan aspek kehidupan baik ekonomi, sosial, politik, bahkan lingkungan hidup. Luasnya dimensi aplikasi keadilan, al-Qur’an memaknakannya dengan berbagai arti, seperti sesuatu yang benar, sikap tidak memihak, penjagaan

31Kaya dan miskin serta besar kecilnya rizki yang didapat manusia merupakan sunnatullāh.

QS. al-Nahl (16): 71. Adanya melakukan usaha dalam kehidupan merupakan kemungkinan-kemungkinan untuk memperoleh rizki dari hasil usaha yang dijalankan. Dalam berusaha manusia telah dibekali berbagai kemampuan. Di mana kemampuan manusia berbeda satu dengan lain baik secara vertikal maupun horizontal. Secara vertikal manusia berbeda tingkat kemampuan secara teknis dan manajerial. QS. al-An‘am. (6): 165. Secara horizontal manusia hanya memiliki kemampuan satu bidang atau beberapa bidang keahlian sehingga dalam masyarakt muncul berbagai spesialisasi dalam lapangan pekerjaan. Perbedaan tingkatan kemampuan dan spesialisasi menunjukkan keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing manusia dalam kehidupan. Keterbatasan dalam kemampuan disebabkan baik karena waktu maupun kemampuan seseorang. QS. al-Ah{qaf (46): 19.

(28)

hak-hak seseorang, cara yang tepat dalam mengambil keputusan, keseimbangan, dan pemerataan.33

Dari uraian di atas, keadilan pada aspek ekonomi salah satunya adalah bicara mengenai keadilan distribusi. Menurut Bertens, untuk mewujudkan keadilan distribusi tersebut bahwa pemerintah atau negara harus membagi kesempatan yang sama kepada anggota masyarakat.34

Sedangkan menurut pemikiran Keraf, prinsip dasar dalam keadilan distribusi adalah distribusi ekonomi yang merata atau yang dianggap adil bagi semua warga negara. Dengan kata lain, keadilan distribusi berkaitan dengan pembagian kekayaan ekonomi atau hasil-hasil pembangunan.35

Dalam Islam, agar distribusi terhadap sumber daya atau kekayaan alam tidak hanya beredar dan terkonsentrasi pada sekelompok kecil orang atau golongan (in a few hands) saja, maka dapat dilakukan selain pola distribusi ekonomi juga dapat melalui distribusi non ekonomi guna mendistribusikan kekayaan kepada pihak-pihak yang secara ekonomi tetap belum mendapatkan kekayaan, yakni melalui instrumen zakat, sedekah, wakaf, dan lain sebagainya, yang berfungsi sebagai distributor aliran kekayaan dari tangan orang kaya kepada miskin. Dengan harapan taraf hidup masyarakat dapat ditingkatkan.36

Lebih lanjut, sebagaimana diungkapkan oleh Sarkaniputra, bahwa teori sistem ekonomi kapitalis dijadikan sebagai alat oleh negara-negara industri maju seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Uni Eropa, dengan tujuan untuk memperkaya negaranya sendiri dengan cara melakukan eksploitasi kekayaan alam negara-negara

33Nejatullah Siddieqi, The Economic Enterprise in Islam (Lahore: Islamic Publications Ltd.,

1979), 125.

34Lebih jauh Bertens melihat bahwa ada beberapa teori keadilan distributisi. Pertama, teori

egalitarianisme, kedua, teori sosialistis, Ketiga, teori liberalistis. Lihat Bertens, K, Pengantar Etika Bisnis (Yogyakarta: Kanisius, 2000), 35.

35Keraf A.S, Pasar Bebas, Keadilan dan Peran Pemerintah (Yogyakarta: Kanisius, 1996), 2.

36Muhammad Mar’uf, ‚The Islamic Economic System; Approach to World Problems,‛

(29)

berkembang dan terbelakang melalui investasi dan bunga pinjaman.37 Investasi yang didapat dari lembaga keuangan multilateral, seperti Bank Dunia (World Bank) dan Dana Moneter Internasional (IMF). Program-program yang dilakukan oleh IMF tersebut bukan dijadikan sebagai dewa penolong bagi negara dunia ketiga tetapi lebih pada upaya pemiskinan dan menjebak dalam lingkaran setan kemiskinan.38

Indonesia misalnya, menurut Bank Indonesia dalam Laporan Perekonomian Indonesia 2007, di mana pemerintah Indonesia dan pihak swasta mempunyai total utang luar negeri mencapai US$ 136,64 milyar. Pada APBN 2009, pembayaran cicilan pokok utang luar negeri mencapai Rp. 61,6 trilyun. Fakta ini menunjukkan, bahwa utang Indonesia lebih besar ketimbang pinjaman baru yang jumlahnya hanya Rp. 52,2 trilyun. Dengan demikian, total utang Indonesia keseluruhan sudah mencapai 35% dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB), di mana totalnya, 16% adalah utang luar negeri dan 19% adalah utang dalam negeri yang berasal dari Surat Utang Negara, obligasi, dan lain sebagainya.39

Fakta ini merupakan hal yang sangat ironis, mengingat Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki kekayaan alam yang luar biasa hebatnya.40 Namun, kondisi ini tidak dapat dimanfaatkan dengan baik, sehingga yang terjadi justru sebaliknya. Hampir di setiap wilayah kita menyaksikan, fenomena ekploitasi terhadap kekayaan alam yang tidak terkendali. Hal ini menyebabkan kerugian negara yang mencapai 30 trilyun rupiah (3 miliar dolar AS) setiap tahunnya. Sumber daya

37Murasa Sarkaniputra, Adil dan Ihsan dalam Perspektif Ekonomi Islam, dalam Jurnal

Iqtishadiyyah (Jakarta: PT3EI UIN, 2004), 2. Lihat juga, Joseph E. Stiglitz, Making Globalization Work (New York: W.W. Norton & Company, 2006), 142.

38Euis Amalia, Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam Penguatan Peran LKM dan UKM

di Indonesia (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2009), 105.

39 Diakses pada 19 November 2009 dari http://www.mediaumat.com/content/view/709/2/

(30)

alam lainnya, seperti sumber daya mineral dan barang tambang, juga tidak dapat dioptimalkan pemanfaatnnya bagi sebesar-besarnya kepentingan rakyat.41 Yang terjadi adalah semua kekayaan tersebut terkonsentrasi di tangan segelintir kelompok sehingga menciptakan kesenjangan yang luar biasa besarnya.

Kesenjangan ini dapat dilihat dari GNP (Gross National Product) yang diperoleh, di mana terdapat kesenjangan yang tidak kalah besarnya. Sebagai contoh, konglomerasi bisnis mampu menyumbang GNP bagi Indonesia sebanyak 58%, sementara BUMN sendiri mampu menyumbang 24% dan sisanya, yaitu sebesar 18%, disumbang oleh mayoritas pengusaha kecil dan menengah yang jumlahnya mencapai lebih dari 40 juta jiwa. Dengan demikian, berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan, bahwa wajar jika kemudian muncul kesenjangan sosial di kalangan masyarakat berakibat terjadi potensi konflik sosial yang berkelanjutan.42

Selain dengan GNP untuk mengukur pertumbuhan ekonomi, juga dengan GDP (Gross Domestic Product) atau disebut juga PDB (Produk Domestik Bruto), akan tetapi bukan segalanya untuk mengukur pembangunan ekonomi secara keseluruhan. Bisa saja pemerintah untuk meningkatkan PDB dengan cara merusak lingkungan, menguras habis sumber daya alam yang ada, atau meminjam dari pihak asing, namun tidak ada jaminan kesejahteraan akan tercapai dan berkelanjutan.

Memang diakui, terkadang peningkatan PDB akan mengurangi kasus kemiskinan, seperti yang terjadi di Asia Timur, akan tetapi semuanya tidak terjadi begitu saja. Di mana jauh sebelumnya pemerintah telah merancang kebijakan untuk memastikan agar kelompok miskin ikut merasakan keuntungan dari pertumbuhan tersebut. Namun, tidak sedikit di tempat lain, yang terjadi bahwa pertumbuhan ekonomi dibarengi oleh peningkatan angka kemiskinan dan bahkan terkadang

41Padahal di Indonesia telah diatur oleh konstitusi. Yaitu adanya Undang-Undang No.5/1960

Pasal 1. Sebagai wujud terjemahan langsung dari konstitusi negara yakni Undang-undang Dasar RI

1945 pasal 33 ayat 3, yang berbunyi, ‚Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.‛

42Didin Hafidhuddin, Agar Harta berkah dan bertambah (Jakarta: Gema Insani, 2007),

(31)

berakibat penurunan pendapatan penduduk kelas menengah. Hal ini sebagaimana yang terjadi di Amerika Serikat, pada 1994-2004, pengeluaran rata-rata penduduk di negara tersebut naik 11%, tetapi pendapatan keluarga yang berada di kelas menengah terjadi penurunan hingga 1.500 dolar, disesuaikan dengan tingkat inflasi sekitar 3%. Di Amerika Latin, terhitung dari 1981-1993, PDB naik sebesar 25% , sementara jumlah penduduk yang hidup di bawah 2,15 dolar perhari bertambah dari semua hanya 26,9% meningkat hingga 29,5%. Dengan demikian, maka dapat dipastikan bahwa pertumbuhan ekonomi yang tidak dapat dinikmati oleh masyarakat secara keseluruhan, sebagai bukti pembangunan yang di maksud belum dapat dikatakan sukses.43

Sehubungan dengan kompleksnya masalah ekonomi, sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, maka dengan ini penulis merasa perlu melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui seberapa penting keadilan distribusi praproduksi terhadap sumber daya mineral dapat mengatasi persoalan ekonomi yang melanda masyarakat secara keseluruhan.

B. Permasalahan

1. Identifikasi masalah

Berdasarkan dari pemaparan latar belakang masalah di atas, maka ada beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi, antara lain sebagai berikut:

a. Persoalan pertama harus diperhatikan adalah masalah distribusi praproduksi baru kemudian produksi itu sendiri. Karena manusia baru bisa melakukan aktivitas produktif setelah terlebih dahulu mendistribusikan sumber-sumber produksi, yang terbagi kepada empat macam: pertama, tanah, kedua sumber daya mineral dari perut bumi, ketiga air, keempat, berbagai kekayaan alam lainnya;

43Joseph E. Stiglitz, Making Globalization Work (New York: W.W. Norton & Company,

(32)

b. Dalam memproduksi barang dan jasa tidak hanya bertujuan untuk kebutuhan bagi manusia hidup sekarang, tetapi juga harus memikirkan generasi mendatang. Oleh karena itu, penting adanya efisiensi dalam pruduksi, sebab dengan cara ini maka kelangsungan dan kesinambungan (subtainability) pembangunan akan terjaga;

c. Meningkatkan produksi barang dan jasa ditandai dengan meningkatnya GNP (Gross National Product) atau GDP (Gross Domestic Product) sebagai pendapatan negara sehingga dengan sendirinya pertumbuhan ekonomi akan meningkat, akan tetapi bukan sebagai jaminan akan mensejahterakan masyarakat secara keseluruhan.

2. Batasan masalah

Mengingat begitu luasnya permasalahan di atas, maka dalam penelitian ini penulis perlu memberikan suatu batasan, sehingga tidak terlalu luas dan keluar dari masalah inti yang dibahas. Untuk itu penulis memfokuskan permasalahan pada distribusi praproduksi atas sumber daya mineral, kemudian melakukan perbandingan dengan peningkatan produksi barang dan jasa dalam mengatasi persoalan utama dalam ekonomi.

3. Rumusan masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka yang akan menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini pada dasarnya adalah: Benarkah bahwa persoalan utama ekonomi disebabkan oleh ketidakadilan distribusi praproduksi atau lebih disebabkan oleh masalah produksi?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

(33)

2. Membuktikan bahwa persoalan keadilan distribusi praproduksi atas sumber daya mineral penting untuk diprioritaskan dari persoalan meningkatkan produksi barang dan jasa;

3. Membuktikan bahwa meningkatkan produksi barang dan jasa ditandai dengan meningkatnya pendapatan GNP (Gros National Product) atau PDB (Produk Domestik Bruto) sehingga pertumbuhan ekonomi akan meningkat, bukan sebagai jaminan dapat dinikmati oleh masyarakat secara keseluruhan sehingga persoalan ekonomi dapat teratasi.

D. Signifikansi Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk:

1. Mewujudkan keadilan distribusi praproduksi sehingga kesenjangan antara yang kaya dengan yang miskin dalam hal memperoleh kekayaan dapat terpecahkan; 2. Menjadi acuan dan bahan pertimbangan bagi pemertintah sebagai pembuat

kebijakan dalam hal mencari solusi terhadap berbagai persoalan ekonomi.

E. Kajian Terdahulu yang Relevan

(34)

produksi dan konsep kepemilikan, namun pembahasannya hanya dalam persoalan penguasaan tanah dalam Islam, sementara faktor-faktor produksi lain seperti distribusi praproduksi atas sumber daya mineral tidak ada dibahas.44

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Yuke Rahmawati, dalam Kapabilitas Sistem Distribusi Syariah pada Lembaga-lembaga Filantropi Islam Dalam Perspektif Pembangunan Ekonomi di Indonesia. Dalam tesis ini membicarakan distribusi, akan tetapi dengan konteks yang berbeda yaitu lebih kepada distibusi filantropi Islam dalam mewujudkan pembangunan ekonomi di Indonesia. Walaupun pada salah satu babnya ada sedikit membahas persoalan sistem distribusi kekayaan dalam perspektif ekonomi Islam, berkaitan masalah kepemilikan dalam Islam yang dibagi dalam dua macam yaitu kepemilikian individu dan kepemilikan umum. Lebih lanjut, ia juga membahas pemanfaatan harta kekayaan melalui zakat, wakaf dan waris. Namun demikian, ia tidak secara spesifik membahas pentingnya keadilan distribusi kekayaan.45

Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Zaki Fuad, dalam Wawasan Ekonomi Islam Tentang Pemenuhan kebutuhan dan Distribusi Pendapatan. Dalam disertasi tersebut membicarakan distribusi keadilan ekonomi. Penulis berpendapat, bahwa terjadi ketidakadilan distribusi selama ini bukan disebabkan oleh keterbatasan sumber daya ciptaan Allah SWT. akan tetapi hal ini semata-mata karena ulah dari manusia itu sendiri. Dalam tulisan ini juga dibahas masalah kepemilikan dan pemenuhan kebutuhan barang dan jasa.46

Uraian komprehensif terkait dengan konsep keadilan distribusi dalam sistem ekonomi Islam adalah disertasi dari Euis Amalia dengan judul Reformasi Kebijakan

44M.A.Mannan, Ekonomi Islam: Teori dan Praktek (dasar-dasar Ekonomi Islam). Penerjemah

Potan Arif Harahap (Jakarta: Intermasa, 1992), 111.

45Yuke Rahmawati, "Kapabilitas Sistem Distribusi Syariah pada Lembaga-lembaga

Filantropi Islam Dalam Perspektif Pembangunan Ekonomi Indonesia," (Tesis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006).

(35)

Bagi Penguatan Peran Lembaga Keuangan Mikro dan Usaha Kecil Mikro di Indonesia (Analisis Keadilan Distributif Dalam Ekonomi Islam), yang kemudian dijadikan buku Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam Penguatan Peran LKM dan UKM di Indonesia, penulis secara spesifik menjelaskan konsep keadilan distribuf dalam ekonomi Islam. Di dalamnya mengkritisi sistem ekonomi konvensional, sejarah pemikiran ekonomi Islam sampai kepada konsep keadilan itu sendiri dalam sistem ekonomi Islam, yang meliputi keadilan distribusi, keseimbangan ekonomi dan keadilan sosial. Namun demikian, disertasi ini secara khusus lebih difokuskan pada microfinance dalam hal peran Lembaga Keuangan Mikro (LKM) dan Usaha Kecil Mikro (UKM) di Indonesia dalam upaya transformasi nilai-nilai ekonomi Islam mewujudkan keadilan distributif kepada masyarakat menengah ke bawah.47

Taqiyuddi>n al-Nabha>ni>, dalam bukunya al-Niz}a>m al-Iqtis}a>di> fi> al-Isla>m, tulisan ini menjelaskan asas sistem ekonomi, kepemilikan dan sebab-sebabnya, cara-cara pengembangan harta yang dilarang, perdagangan luar negeri, hukum perseroan, persoalan riba dan distribusi kekayaan di tengah masyarakat. Akan tetapi distribusi kekayaan yang di maksud hanya terbatas pada pentingnya mewujudkan keseimbangan (equilibrium) ekonomi dalam masyarakat dan larangan penimbunan emas dan perak.48

M. Umer Chapra, dalam Islam and the Economic Challenge, bahwa distribusi pendapatan dan kekayaan yang merata akan dapat memberikan bobot yang sama dalam mempengaruhi proses pembuatan keputusan dalam pasar. Namun, hal ini tidak dapat didistribusikan karena terjadi ketidakadilan sehingga berakibat bagi golongan yang berpenghasilan tinggi, yang memiliki saham besar membelokkan

47Euis Amalia, Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam Penguatan Peran LKM dan UKM

di Indonesia (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2009), 105.

48Taqiyuddi>n al-Nabha>ni>, al-Niz}a>m al-Iqtis}a>di> fi> al-Isla>m (Beirut: Da>rul Ummah, 1990),

(36)

sumber-sumber daya alam yang langka untuk diproduksi, di mana secara sosial kurang dibutuhkan oleh masyarakat. Karena itu, konfigurasi barang dan jasa yang diproduksi oleh sistem pasar yang dijalankan oleh masyarakat sekuler tidak dapat berjalan sesuai yang diharapkan oleh mayoritas konsumen.49

Pembicaraan distribusi kekayaan juga ditulis oleh M. Sholahuddin, dalam Asas-asas Ekonomi Islam menyebutkan, pentingnya keseimbangan ekonomi (economic equilibrium), sehingga dengan demikian kesenjangan kekayaan di masyarakat dapat teratasi dalam mewujudkan keseimbangan pasar tersebut, yaitu melalui mekanisme pasar yang dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu, mekanisme ekonomi dan mekanisme non ekonomi (zakat, wakaf, infak, dan lain sebagainya) sampai kepada pembahasan beberapa hambatan dalam melakukan distribusi.50

Sedangkan pembahasan yang berkaitan dengan produksi, dalam buku-buku atau penelitian diakui juga sudah banyak yang membahasnya. Beberapa kajian yang berkaitan dengan produksi antara lain buku yang ditulis oleh Richard Worthington, dalam Rethinking Globalization Production, Politics, Actions, banyak berbicara masalah produksi. Akan tetapi isinya lebih banyak membahas keterkaitan produksi global dengan politik. Di mana dengan adanya produksi global terdapat perkembangan penting pada manusia, salah satunya produksi global telah membantu membuat kesatuan umat manusia dan alam dan memberikan kebebasan tanpa dibatasi oleh waktu, ruang dan batas-batas politik antar negara. Di dalamnya juga membahas transformasi terhadap produksi, membahas mobilisasi dalam ekonomi kapitalis terhadap faktor produksi termasuk di dalamnya modal (capital), pekerja (labor), dan teknologi sebagai komoditas dalam proses produksi.51

49M. Umer Chapra, Islam and the Economic Challenge, 49.

50M. Sholahuddin, Asas-asas Ekonomi Islam (Jakarta: RajaGrafindo, 2007), 198.

(37)

Marcus Taylor, dalam Power, Conflict and the Production of the Global Economy.52 Dalam buku tersebut membahas persoalan produksi dan pembagian kerja internasional dalam ekonomi global. Menurutnya, penting untuk memperhatikan keadilan sosial buruh sebagai tenaga kerja dalam malakukan produksi. Sebab selama ini, sistem ekonomi global hanya akan berakibat tidak meratanya pembangunan, terjadinya kesenjangan yang luas dan kemiskinan. Untuk mewujudkan keadilan buruh tersebut, maka setiap tindakan produksi tidak hanya bertujuan menghasilkan barang material saja tetapi juga membangun hubungan sosial. Oleh karena tersebut, ada dua pendekatan yang bisa dilakukan. Pertama, pendekatan komoditas global, yaitu adanya upaya untuk memadukan ekonomi-politik dengan wawasan sosiologi-ekonomi. Kedua, adanya regulasi hukum, yang menekankan pentingnya lembaga-lembaga sosial dalam perekonomian global.

Dalam buku yang berjudul Ekonomi Islam ditulis oleh Pusat Pengkajian dan Pembangunan Ekonomi Islam (P3EI) UII Yogyakarta bekerjasama dengan Bank Indonesia, banyak membahas persoalan produksi, akan tetapi lebih kepada konsep produksi dalam ekonomi Islam tanpa ada menghubungkan produksi secara umum. Menurut penulis, bahwa prinsip-prinsip yang berlaku dalam kegiatan produksi Muslim pada dasarnya juga menjadi prinsip dalam kegiatan konsumsi. Karena dua hal tersebut ibarat satu mata rantai yang tidak bisa dipisahkan satu dengan lainnya agar dapat dimanfaatkan. Misalnya, dalam konsumsi kita dilarang untuk mengkonsumi makanan dan minuman yang haram, seperti alkohol, bangkai, babi, binatang yang disembelih atas nama selain nama Allah, dan binatang puas. Maka sebagai seorang konsumen Muslim sulit untuk menghindarinya, jika produsen masih memasarkan barang haram tersebut dengan berbagai cara dilakukan agar konsumen tertarik untuk membelinya. Dengan demikian, penting diterapkan bahwa perilaku produsen harus sepenuhnya sejalan dengan perilaku konsumen. Hal ini sesuai dengan

52Marcus Taylor, Power, Conflict and the Production of the Global Economy (New York:

(38)

tujuan dari produksi dan konsumsi itu sendiri adalah untuk menciptkan maslahat yang optimum bagi manusia secara keseluruhan.53

Dari berbagai penelitian tersebut terdapat hal yang belum dilakukan yaitu menganalis secara mendalam tentang distribusi praproduksi yang berkeadilan dengan melakukan komparasi peningkatan produksi dalam mencari solusi menyikapi persoalan ekonomi. Penelitian ini kelanjutan dari penelitian sebelumnya, mengeksplorasi sisi-sisi lainnya, yakni distribusi praproduksi bukan distribusi setelah proses produksi (pascaproduksi) yang telah banyak dilakukan penelitian sebelumnya terutama tentang keadilan distribusi praproduksi yang merupakan tujuan intinya.

F. Metodologi Penelitian

Sumber data dalam penelitian ini menggunakan penelitian kepustakaan (library research), yaitu dengan mengumpulkan secara maksimal bahan-bahan pustaka yang relevan untuk menjawab permasalahan penelitian. Sumber data diperoleh dari literatur, dokumentasi atau sumber tertulis berupa buku ilmiah, koran, majalah, jurnal ilmiah,54 serta penulis juga memanfaatkan teknologi internet, yaitu sebagai upaya mencari artikel atau tulisan-tulisan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan bahasan yang sedang dikaji.

Sebagai bahan kepustakaan primer dalam penelitian ini adalah karya Muh{ammad Ba>qir al-S{adr yang berjudul Iqtis}a>duna>. Adapun tulisan dan karya-karya lainnya dari al-S{adr serta berbagai pemikiran ekonomi Islam lainnya hanya sebagai bahan kepustakaan pendukung yang diharapkan mampu melengkapi penelitian ini.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis (Shar‘i) dan ekonomi (economy), yakni berbagai persoalan yang didapat dalam tesis

53Pusat Pengkajian dan Pembangunan Ekonomi Islam (P3EI) UII Yogyakarta bekerjasama

dengan Bank Indonesia, Ekonomi Islam (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2008).

54Lexy J. Mowleong, Metedologi Penelitian Kualitatif, Cet. Ke-13 (Bandung: Remaja

(39)

ini menurut bingkai syariah, sehingga diperoleh data-data secara deskriptif, yang penulis merasa perlu menganalisanya dari kaca mata shar‘i. Di mana tujuan utama dari syariah (maqa>s}id shari>‘ah) itu sendiri adalah adanya kemaslahatan. Selanjutnya formulasi ini diaplikasikan ke dalam sistem ekonomi yang pada gilirannya akan menimbulkan pemahaman yang lebih besar mengenai persoalan yang diteliti.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode dokumentasi.55 Metode ini dilakukan dengan melacak data-data penelitian yang bersifat kepustakaan, berupa dokumen tertulis, baik dari al-Qur’an dan hadits maupun buku-buku yang berkaitan dengan penelitian. Teknik dokumentasi menurut penulis dinilai tepat dalam penelitian ini, karena data-data tersebut dapat mengatasi ruang dan waktu dan mampu menyediakan pengetahuan tentang gejala sosial atau data-data suatu zaman yang telah musnah.56

Data yang diperoleh dalam penelitian ini lebih lanjut dianalisis dengan menggunakan metode kajian isi (content analysis) atau yang sering dikatakan sebagai analisis isi57 secara kualitatif. Yaitu suatu teknik sistematik untuk menganalisis isi pesan dan mengolahnya, kemudian menarik kesimpulan melalui

55Ada tiga cara yang bisa digunakan untuk mendapatkan informasi, yaitu melalui tulisan

(paper), tempat (place) dan kertas atau orang (people). Dalam mengadakan penelitian yang bersumber pada tulisan inilah kita telah menggunakan metode dokumentasi. Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan lain sebagainya. Lihat I Made Wirartha, Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Yogyakarta: Andi Offset, 2006), 230.

56Untuk keterangan lebih lanjut lihat Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian

Masyarakat (Jakarta: Gramedia, 1977), 63.

57Content Analysis adalah upaya untuk menelaah maksud dari isi sesuatu bentuk informasi

(40)

usaha memunculkan karakteristik pesan yang dilakukan secara objektif dan sistematis.58

Dengan menggunakan metode ini akan mendapatkan pemahaman terhadap isi pesan penulis atau pengarang buku dan substansi hukum yang diberlakukan di dalamnya secara objektif, sistematis, dan relevan.

Pada tahap lebih lanjut, penelitian juga dianalisis dengan menggunakan metode komparatif, 59 yaitu sebuah metode yang digunakan dengan menghubungkan suatu situasi atau fenomena yang diteliti dan membandingkan dengan faktor lain. Metode ini digunakan untuk memetakan konsep-konsep dasar yang digagas oleh sistem ekonomi Islam yang kemudian dilakukan analisis kritis terhadap sistem ekonomi kapitalis dan sosialis tentang distribusi praproduksi atas sumber daya mineral.

G. Sistematika Penulisan

Pembahasan dalam penelitian ini direncanakan akan disajikan dalam lima bab yang disusun secara sistematis dan saling terkait.

Bab pertama, merupakan bab pendahuluan, yang akan memuat pembahasan latar belakang masalah, permasalahan, tujuan penelitian, signifikansi penelitian, kajian terdahulu yang relevan, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

Bab kedua, konsep keadilan distribusi dan peningkatkan produksi, yang akan membahas tentang: Perbandingan sistem ekonomi dalam upaya mewujudkan keadilan ekonomi; prinsip-prinsip dan teori keadilan distribusi dalam ekonomi kontemporer: sebuah kritik; keadilan distribusi perspektif ekonomi Islam; dan konsep dan prinsip peningkatan produksi.

58Bagong Suryanto dan Sutinah, ed., Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif

Pendekatan (Jakarta: Kencana, 2005), 125.

(41)

Bab ketiga, M. Ba>qir al-S{adr dan karakteristik pemikirannya, yang akan membahas: Riwayat akademik M. Ba>qir al-S{adr; karya-karya; dan karakteristik pemikirannya.

Bab keempat, perspektif al-S{adr tentang urgensi keadilan distribusi praproduksi atas sumber daya mineral, yang akan membahas: Konsep kepemilikan multi jenis (multitype ownership); jenis-jenis sumber daya mineral dan hak kepemilikannya; kepemilikan sumber daya mineral pada tanah milik individu; dan keadilan distribusi sebagai solusi terhadap masalah ekonomi.

Bab kelima, relevansi pemikiran al-S{adr atas sumber daya mineral di Indonesia, yang akan membahas: Nilai dasar penguasaan dan pemanfaatan sumber daya mineral Indonesia; ketidakadilan penguasaan sumber daya mineral; dan peran negara dalam mewujudkan keadilan distribusi sumber daya mineral.

Bab keenam, merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran yang diaggap perlu untuk dibahas.

(42)

BAB II

KONSEP KEADILAN DISTRIBUSI DAN PENINGKATAN PRODUKSI

Persoalan ekonomi sebagai masalah penting yang harus dicari penyelesaiannya, hal ini karena menyangkut kepentingan masyarakat secara keseluruhan. Baik sistem ekonomi kapitalis, sosialis, Islam maupun sistem ekonomi lainnya, mempunyai permasalahan yang sama, seperti terjadinya kesenjangan, kemiskinan, pengangguran, dan lain sebagainya. Karena itu, dalam mencari solusinya masih terjadi perbedaan pendapat di kalangan para ekonom. Masing-masing pihak memberikan argumen dan teori yang berbeda untuk mempertahankan pendapatnya masing-masing.

Berdasarkan persoalan tersebut, sehingga terjadi perbedaan pendapat antara konsep keadilan distribusi dan peningkatan produksi dalam upaya menyikapi persoalan-persoalan dalam perekonomian. Berikut ini ada beberapa pendapat yang diungkapkan oleh masing-masing pihak.

A. Perbandingan Sistem Ekonomi dalam Upaya Mewujudkan Keadilan Ekonomi Menurut K. Bertens bahwa antara ekonomi dan keadilan mempunyai hubungan yang sangat erat, karena kedua-duanya berasal dari sumber masalah yang sama, yakni masalah kelangkaan. Lebih jauh, ia menguraikan bahwa masalah ekonomi muncul karena keterbatasan sumber daya, sementara barang yang tersedia selalu langka, karena itu kita mencari cara untuk mendistribusikannya dengan baik.1

Dengan demikian, persoalan keadilan atau ketidakadilan tidak akan menjadi suatu masalah apabila barang dan jasa atau sumber daya yang ada berlimpah ruah, karena barang itu tidak akan dijual belikan dan tidak ada harganya, seperti air laut, angin, dan matahari, atau apabila di suatu wilayah yang sangat luas dan sangat kaya

(43)

akan sumber daya alam, namun hanya ada segelintir manusia yang tinggal di tempat tersebut. Pernyataan ini menunjukkan, bahwa semakin langka barang dan jasa atau sumber daya (sementara jumlah penduduk bertambah terus), maka semakin besar pula masalah ketidakadilan distribusi dalam ekonomi.

Oleh karena itu, ketidakadilan distribusi merupakan masalah utama yang hampir dihadapi oleh semua sistem ekonomi. Hampir semua bagian belahan dunia, sistem-sistem ekonomi yang dilandaskan pada ketamakan dan materialistik telah mengalami kebuntuan dalam melahirkan sebuah konsep keadilan ekonomi. Persoalan ini terjadi biasanya berakar pada ekstrem-ekstrem ideologis yang kurang berhasil mengantarkan kondisi ekonomi yang lebih baik bagi seluruh masyarakat.

Untuk mengetahui perbandingan dari setiap sistem ekonomi tersebut, maka dalam hal ini penulis akan menjelaskannya, sebagai berikut:

1. Sistem ekonomi kapitalisme

Kapitalisme berasumsi bahwa dalam sistem ekonominya telah terdapat suatu distribusi pendapatan dan kekayaan yang merata (equal distribution) atau fair dalam perekonomian. Namun, yang terjadi adalah sebaliknya, di mana pendapatan yang diperoleh tidak didistribusikan secara merata kepada seluruh masyarakat sehingga kelompok yang berpendapatan (income) tinggi mem

Gambar

Konsep Dasar Sistem ProduksiGambar 1 47
gambar di bawah ini:
Total Utility dan Marginal UtiliyTabel 113

Referensi

Dokumen terkait

Ruang lingkup pada penelitian ini dibatasi pada pembahasan mengenai hubungan antara sanitasi lingkungan yang meliputi sumber air minum, kualitas fisik air bersih, kepemilikan

Logogram ini juga memiliki bentuk perspektif ujung sebuah gedung yang berasal dari tujuan perusahaan ini yaitu membangun kemewahan sebuah arsitektur untuk kebutuhan setiap

lingkungannya maka free body diagramnya hanya menunjukkan 2 gaya saja yang bekerja pada. ujungnya Yaitu

Berdasarkan hasil uji Chi-Square didapatkan nilai signifikansi (p) sebesar 0,473, yang berarti tidak ada hubungan antara lama kerja dalam kegiatan pertanian dengan

Besaran pokok Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud Pasal 56, dengan dasar pengenaan

Gula merah kelapa merupakan sumber penghasilan utama warga Desa Medono Kecamatan Kaliwiro Kabupaten Wonosobo. Adanya nilai ekonomis dari usaha pengolahan gula merah

TUJUAN Menjadi pedoman dalam menilai resiko infeksi yang dapat terjadi akibat debu pembangunan baru atau perbaikan gedung di rumah sakit.. KEBIJAKAN SK Direktur Utama

Bakteri intraseluler terbagi atas dua jenis, yaitu bakteri intraseluler fakultatif   dan obligat. Bakteri intraseluler fakultatif adalah bakteri yang mudah difagositosis