Oleh :
AGA ERISTIYAN
NIM. 101070022900
Skripsi diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana
Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk memenuhi
persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Oleh:
AGA ERISTIYAN
NIM. 101070022900
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
Dra. Diana Muti’ah, M.Si
Natris Indriyani, M.Si
NIP. 19671029 199603 2001
NIP. 150 411 200
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
DEPOK, telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 28 September
2010. Skripsi ini telah diterima sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi.
Sidang Munaqasyah
Dekan/
Pembantu Dekan/
Ketua Merangkap Anggota,
Sekretaris Merangkap Anggota
,
Jahja Umar, Ph.D
Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si
NIP. 130 885 522
NIP. 19561223 198303 2001
Anggota
Dra. Netty Hartati, M.Si
Dra. Diana Muti’ah, M.Si
NIP. 19531002 198303
2 001
NIP. 19671029 199603 2001
karena Semua itu
Adalah pelajaran dan akan menjadi rasa yang sangat
indah ketika mendapatkan keberhasilan”
Mario Teguh
Karena sungguh, bersama kesulitan itu ada kemudahan,
Sungguh bersama kesulitan itu ada kemudahan
_
QS Al-Insyirah : 5&6_
“Hanya Tindakan yang dapat menimbulkan
(D)
Hubungan Persepsi tentang Iklim Kelas Dengan Motivasi Belajar Siswa SMP Islam
Yayasan Kesejahteraan Sosial (YKS) Depok
(E)
74 halaman + v lampiran
(F)
Motivasi terkait dengan semua aktifitas manusia, misalnya motivasi bekerja, motivasi
untuk hidup dan motivasi belajar, dalam hal ini penulis ingin meneliti tentang motivasi
belajar. Motivasi belajar merupakan syarat mutlak untuk belajar, memegang peranan
penting dalam memberikan gairah atau semangat dalam belajar. Motivasi belajar di
antaranya dipengaruhi oleh lingkungan tempat dimana pelajar itu melakukan proses
pembelajaran, lingkungan keluarga, lingkungan tempat tinggalnya, dan lingkungan sekolah
tempat pelajar menuntut ilmu. Dalam kaitannya dengan lingkungan pembelajaran disekolah,
iklim kelas merupakan bagian dari sekolah yang dapat mempengaruhi besar kecilnya
motivasi belajar siswa.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat apakah ada Hubungan Antara Persepsi
Tentang Iklim Kelas Dengan Motivasi Belajar Siswa SMP Islam Yayasan Kesejahteraan
Sosial (YKS) Depok.
Persepsi tentang iklim kelas adalah suatu proses aktivitas seorang
siswa dalam memberikan kesan, penilaian, pendapat, merasakan dan menginterpretasikan
iklim kelas tempat siswa itu belajar yang dapat menimbulkan motivasi yang positif atau
motivasi yang negatif dalam proses belajar.
Proses tersebut dipengaruhi oleh aspek
keterlibatan,afiliasi,dukungan
guru,orientasi
tugas,kompetisi,
pengaturan
dan
organisasi,kontrol guru,kejelasan peraturan,inovasi. Motivasi belajar adalah : dorongan yang
ada pada setiap siswa dalam memotivasi dirinya untuk belajar bukan hanya untuk
mengetahui tetapi lebih kepada untuk memahami hasil pembelajaran.yang mencakup aspek
minat,kebutuhan,kenikmatan,rasa ingin tahu,pujian,tekanan sosial,hukuman.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan metode deskripsi korelasi untuk
mengetahui adakah hubungan antara persepsi tentang sekolah dengan minat bersekolah.
Responden penelitian berjumlah 60 orang yang ditentukan dengan teknik
probability
sampling. Instrumen penelitian yang digunakan berupa skala yang terdiri dari skala persepsi
tentang iklim kelas dengan jumlah 29 item dengan nilai reliabilitas sebesar 0,841 dan skala
motivasi belajar yang berjumlah 24 item dengan nilai reliabilitas sebesar 0,786 dengan
menggunakan skala model Likert.
Untuk menguji hipotesis peneliti menggunakan teknik statistik
Pearson Product
Moment, hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai r tabel lebih besar dari nilai r hitung
yang berarti H
oditolak.Ditolaknya H
0ini berarti tidak terdapat hubungan antara persepsi
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat-Nya, saya dapat
menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu
syarat untuk mencapai gelar Sarjana Psikologi pada Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya untuk
menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu saya mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Jahja Umar, Ph.D.
2.
Pembantu Dekan I, Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si
3.
Dosen Pembimbing I, Dra. Diana Muti’ah, M.Si dan Dosen Pembimbing II Natris Indriyani,
M.Si atas seluruh nasehat, masukkan, motivasi, inspirasi serta saran dan kritik yang
membangun sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
4.
Dosen penguji skripsi, Netty Hartati M.Si, terima kasih atas kritik, saran dan masukan yang
berguna untuk penulis.
5.
Untuk keluarga terutama Orang tuaku Bundaku, Ibu Nihaya dan Alm. Ayahku, Bapak A.
Sunarya yang selalu memberikan limpahan kasih sayang dan yang tak pernah berhenti
memberikan dukungan baik moril, spirituil maupun materil serta do’a yang selalu mengiringi
setiap langkah ini.
6.
Untuk Adikku Dennis Krisna Yudha, Zahra Dara Kasih, Terima kasih telah menjadi
adik-adik yang pengertian dan selalu memberikan dukungan penuh.
7.
Untuk My Wife , Mitra “TATA” Selvia, Teman sejati yang insya Allah Hingga di Sorga.
Tetaplah menjadi istri, sahabat sekaligus ibu dari buah hati kita Jelita Agatha Mardatillah
yang selalu menjadi penyemangatku.
8.
Seluruh dosen Fakultas Psikologi yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih tak
terhingga untuk ilmu pengetahuan yang telah diberikan.
Norma. Semoga Allah memudahkan Jalan kita untuk menempuh kesuksesan Amin.
12.
Keluarga besar SMP Islam YKS Depok, Pak Firdaus M.Si, Pak Endan Kusnendar S.Pd, Pak
Nasrullah S.Ag dan guru-guru lainnya. serta Teman-teman Siswa siswi SMP Islam YKS,
terima kasih atas keikhlasan kalian membantuku.
13.
Keluarga Besar H.Shalihun. terima kasih atas dukungannya.
14.
Semua Guru-guruku dari TK,SD,SMP,SMA yang dengan ikhlas dan sabar telah memberikan
ilmu pengetahuan. Semoga Allah SWT membalas amal baikmu. Amin
Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang
telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.
Jakarta, Desember 2010
Penulis,
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk memenuhi
persyaratan memperoleh gelar
Sarjana Psikologi
Oleh
AGA ERISTIYAN
NIM : 101070022900
Di bawah bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Dra. Diana Mutiah, M.Si Dra. Natris Indriyani, M.Si
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: Aga Eristiyan
NIM
: 101070022900
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul
“Hubungan Persepsi Tentang Iklim
Kelas Dengan Motivasi Belajar Siswa SMP Islam Yayasan Kesejahteraan Sosial (YKS)
Depok”
adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam
penyusunan skripsi tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan skripsi ini
telah saya cantumkan sumber pengutipannya dalam daftar pustaka.
Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan Undang-Undang jika
ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari karya orang lain.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.
Jakarta, 15 September 2010
HALAMAN PERSETUJUAN... II
HALAMAN PENGESAHAN... III
LEMBAR PERNYATAAN... IV
MOTTO... V
DEDIKASI... VI
ABSTRAKSI... VII
KATA PENGANTAR... VIII
DAFTAR ISI... IX
DAFTAR TABEL... XII
DAFTAR LAMPIRAN... XIII
BAB I PENDAHULUAN... 1
1.1 Latar Belakang Masalah... 1
1.2 Batasan dan Rumusan Masalah... 5
1.2.1 Batasan masalah... 5
1.2.2 Rumusan masalah... 6
1.3 Tujuan Penelitian... 6
1.4 Manfaat Penelitian…...……… 6
1.4.1 Manfaat teoritis... 7
1.4.2 Manfaat praktis... 7
2.1.2 Motivasi intrinsik dan motivasi ektrinsik ... 11
2.1.2.1 Motivasi intrinsik ……… 11
2.1.2.2 Motivasi ekstrinsik ...12
2.1.3 Prinsip-prinsip motivasi belajar………14
2.1.4 Fungsi motivasi belajar ………18
2.1.5 Bentuk-bentuk motivasi belajar………20
2.2 Persepsi …………......... 22
2.2.1 Definisi persepsi ………... 22
2.2.2 Proses terjadinya persepsi….... 29
2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi... 29
2.2.4 Ciri-ciri persepsi………... 32
2.2.5 Perbedaan persepsi………33
2.2.6 Hakekat persepsi ………34
2.2.7 Peran persepsi terhadap iklim kelas ………...36
2.3 Iklim Kelas...………38
2.3.1 Pengertian iklim kelas...38
2.4 Kerangka berpikir ...42
2.5 Hipotesis... ………...43
BAB 3 METODE PENELITIAN... 43
3.1 Jenis Penelitian... 43
3.1.3.2 Definisi operasional variabel...47
3.2 Subyek Penelitian... ..49
3.2.1 Populasi dan sampel... 49
3.2.2 Teknik pengambilan sampel...50
3.3 Teknik Pengumpulan Data... 50
3.3.1 Metode pengumpulan data... 50
3.3.2 Alat ukur penelitian...51
3.3.3 Teknik uji instrumen penelitian... .54
3.4 Teknik Analisis Data... ………... 61
3.5 Prosedur Penelitian... 62
BAB 4 HASIL PENELITIAN... 65
4.1 Gambaran Umum Responden...65
4.1.1 Gambaran umum berdasarkan jenis kelamin... 65
4.1.2 Gambaran umum berdasarkan usia...65
4.2 Deskripsi Data...66
4.2.1 Kategorisasi skala iklim kelas...66
4.2.2 Kategorisasi skala motivasi belajar...67
4.3 Hasil Uji Hipotesis penelitian...………...68
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN...71
5.3.2 Saran praktis………... 73
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Blue Print Skala Iklim Kelas
53
Tabel 3.2 Blue Print Skala Motivasi Belajar 54
Tabel 3.3 Hasil uji Validitas Skala Iklim Kelas 56
Tabel 3.4 Hasil uji Validitas Skala Motivasi belajar 58
Tabel 3.5 Blue Print Revisi Skala Iklim Kelas 59
Tabel 3.6 Blue Print Revisi Skala Motivasi Belajar 60
Tabel 3.7 Kaidah Reliabilitas Guilford 61
Tabel 4.1 Distribusi skor skala iklim kelas 66
Tabel 4.2 klasifikasi skor skala iklim kelas 66
Tabel 4.3 Distribusi skor skala Motivasi Belajar 67
Tabel 4.4 klasifikasi skor skala Motivasi Belajar 67
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Sekolah sering dijadikan tumpuan utama masyarakat dalam menilai berhasil
tidaknya pendidikan. Keberhasilan atau prestasi belajar siswa hanya sering dilihat
sebagai kesuksesan dan keunggulan pihak sekolah semata. Sebaliknya, kegagalan
atau rendahnya kualitas siswa sering dilihat sebagai ketidakmampuan pihak
sekolah menyelenggarakan proses pendidikan. Dengan kata lain masyarakat
banyak beranggapan bahwa sekolah adalah landasan dasar kualitas pendidikan.
Pernyataan legal formal tersebut menegaskan bahwa keberhasilan pendidikan
bukan hanya bertumpu dan menjadi tanggung jawab sekolah, yang sebagian besar
diselenggarakan oleh pemerintah. Peran serta aktif masyarakat dan keluarga
sangat dibutuhkan dan menentukan keberhasilan pendidikan.
Setiap manusia mempunyai cita-cita untuk sukses didalam hidupnya. Salah
satu cara untuk menggapai cita-citanya tersebut adalah dengan belajar di sekolah.
Untuk menggapai cita-cita dibutuhkan suatu dorongan atau keinginan yang kuat,
dan daya dorong atau keinginan yang kuat yang ada di dalam diri manusia itulah
yang disebut dengan motivasi. Motivasi yang terdapat di dalam diri manusia
menyebabkan ia berusaha dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan dan tujuan
Para ahli mengemukakan pengertian motivasi dengan berbagai sudut pandang
mereka masing-masing, namun intinya tetap sama, yakni sebagai suatu pendorong
yang mengubah energi dalam diri seseorang kedalam bentuk aktifitas nyata untuk
mencapai tujuan tertentu. Didalam buku Psikologi belajar menyatakan bahwa :
Motivasi adalah suatu perubahan energi didalam pribadi seseorang yang ditandai
dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan. (Oemar
Hamalik, 1992 : 173).
Motivasi terkait dengan semua aktifitas manusia, misalnya motivasi bekerja,
motivasi untuk hidup dan motivasi belajar, dalam hal ini penulis ingin meneliti
tentang motivasi belajar. Motivasi belajar merupakan syarat mutlak untuk belajar,
memegang peranan penting dalam memberikan gairah atau semangat dalam
belajar.
Motivasi belajar tidak hanya menjadi pendorong untuk mencapai hasil yang
baik tetapi mengandung usaha untuk mencapai tujuan belajar, dimana terdapat
pemahaman dan pengembangan dari belajar. Dengan motivasi belajar, setiap
pelajar memotivasi dirinya untuk belajar bukan hanya untuk mengetahui tetapi
lebih kepada untuk memahami hasil pembelajaran tersebut.
Motivasi belajar di antaranya dipengaruhi oleh lingkungan tempat dimana
pelajar itu melakukan proses pembelajaran, lingkungan keluarga, lingkungan
tempat tinggalnya, dan lingkungan sekolah tempat pelajar menuntut ilmu. Dalam
hal ini penulis ingin melihat peran dari lingkungan yaitu lingkungan sekolah
disekolah, iklim kelas merupakan bagian dari sekolah yang dapat mempengaruhi
besar kecilnya motivasi belajar siswa.
M.Busril (2004) pernah melakukan penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui kontribusi iklim kelas terhadap motivasi belajar siswa SMP Negeri 68
Bogor Jawa Barat dan menunjukan bahwa iklim kelas tidak sepenuhnya
mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap motivasi belajar siswa di SMP
tersebut. Iklim kelas mengacu kepada berbagai dimensi psikologis dan sosial di
dalam kelas, pada iklim kelas yang positif, siswa akan merasa nyaman ketika
memasuki ruang kelas, mereka mengetahui bahwa akan ada yang memperdulikan
dan menghargai mereka, dan mereka percaya bahwa akan mempelajari sesuatu
yang berharga. Namun sebaliknya, pada iklim kelas negatif, siswa akan merasa
takut apabila berada di dalam kelas dan ragu apakah mereka akan mendapat
pengalaman yang berharga.
Kondisi dimensi iklim kelas pada tiap-tiap kelas dapat bervariasi dan
kemungkinan akan dapat mempengaruhi motivasi belajar setiap siswa. Melihat
fenomena akhir-akhir ini sering kita jumpai banyaknya pelajar yang tidak masuk
sekolah, padahal dari rumah mereka berangkat dan berpamitan dengan orang tua
mereka seringnya pelajar yang ada di warnet ataupun pusat perbelanjaan pada
jam-jam sekolah bisa saja menunjukan tidak adanya motivasi siswa untuk
meningkatkan prestasi belajar mereka.
Mengenai iklim kelas tersebut tentunya setiap siswa mempunyai pendapat
Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan
yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.
(Desiderato,1976)
Dengan persepsi kita dapat berinteraksi dengan dunia sekeliling kita,
khususnya dengan sesama manusia. Dalam kehidupan sosial di kelas pun tidak
lepas dari interaksi antara siswa dengan siswa dan antara siswa dengan guru,
melalui persepsi inilah siswa dapat membentuk motivasi yang ada pada dirinya
untuk mengikuti proses pembelajaran di kelas.
Persepsi yang positif dalam pengajaran di kelas akan membuat siswa
merasakan kesenangan dalam belajar, mendorong mereka untuk mempelajari
materi lebih mendalam dan pada akhirnya dapat membuat siswa lebih terlibat
dalam proses belajar mengajar. Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai
jika guru mampu mengatur anak didik dan sarana pengajaran, serta
mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan
pengajaran. Juga hubungan interpersonal yang baik antara guru dengan siswa dan
siswa dengan siswa merupakan syarat keberhasilan pengelolaan kelas
Studi lapangan yang dilakukan peneliti pada tanggal 5,6 dan7 Juni
menemukan seringnya beberapa siswa-siswi SMP dari beberapa sekolah di Depok
yang ketahuan berada di warnet dan pusat perbelanjaan di daerah Cinere dan
Depok pada jam-jam pelajaran, peneliti mengetahui beberapa hal yang membuat
mereka tidak termotivasi untuk belajar adalah penilaian siswa yang kurang baik
orang tua di rumah serta tidak adanya dukungan dari teman-teman yang lain
dalam hal kegiatan belajar di kelas.
Dengan adanya fenomena diatas dalam penelitian ini penulis mengambil judul
”Hubungan persepsi tentang iklim kelas dengan motivasi belajar siswa SMP Islam
Yayasan Kesejahteraan Sosial (YKS) di Kecamatan Pancoran Mas Depok”.
1.2 Batasan dan Rumusan Masalah
1.2.1. Batasan Masalah
Adapun masalah dalam penelitian ini hanya dibatasi pada judul penelitian atau
variabel yang diteliti yaitu mengenai :
Persepsi tentang iklim kelas yaitu: Suatu proses aktivitas seorang siswa dalam
memberikan kesan, penilaian, pendapat, merasakan dan menginterpretasikan iklim
kelas tempat siswa itu belajar yang dapat menimbulkan motivasi yang positif atau
motivasi yang negatif dalam proses belajar.
Motivasi belajar yaitu: pendorong, pengarah, dan sekaligus sebagai penggerak
perilaku siswa untuk mencapai prestasi belajar yang memuaskan. Yang terbagi
menjadi dua bagian yaitu:
Motivasi intrinsik: Motivasi yang timbul dari dalam diri siswa untuk belajar tanpa
adanya pengaruh dari orang lain.
Motivasi ekstrinsik: Motivasi yang timbul pada diri siswa karena adanya pengaruh
Subjek yang diteliti : Siswa kelas VIII SMP ISLAM Yayasan Kesejahteraan
Sosial (YKS) Kecamatan Pancoran Mas Depok
1.2.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dalam penelitian ini
permasalahan yang dirumuskan adalah : Adakah hubungan antara persepsi tentang
iklim kelas dengan motivasi belajar siswa kelas VIII SMP Islam Yayasan
Kesejahteraan Sosial (YKS) di Kecamatan Pancoran Mas Depok .
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini mempunyai tujuan:
1. Untuk mengetahui persepsi siswa tentang iklim kelas dengan motivasi
belajar di SMP Islam YKS (Yayasan Kesejahteraan Sosial) Kecamatan
Pancoran Mas Depok.
2. Untuk mengetahui hubungan persepsi tentang iklim kelas dengan motivasi
belajar siswa di SMP Islam YKS (Yayasan Kesejahteraan Sosial)
Kecamatan Pancoran Mas Depok.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini membahas mengenai persoalan dalam lingkup pembelajaran
siswa di SMP Islam YKS (Yayasan Kesejahteraan Sosial). Adapun manfaat dari
penelitian ini adalah :
1.4.2 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu menambah khasanah teoritis khususnya
dalam bidang psikologi Pendidikan
1.4.2 Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pengetahuan praktis untuk
mengetahui hubungan persepsi tentang iklim kelas dengan motivasi belajar di
kalangan mahasiswa Universitas Islam Negeri Jakarta pada khususnya, dan
teman-teman siswa pelajar pada umumnya.
1.5 Sistematika Penulisan
Untuk dapat memberikan gambaran yang lebih rinci, maka penulisan skripsi
ini disusun dalam kerangka sistematis sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan
dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Membahas teori persepsi tentang iklim kelas dan motivasi belajar. Terdiri atas:
belajar, dan pengertian persepsi, pengertian persepsi tentang iklim kelas dan
kemampuan dalam persepsi serta kerangka berfikir dan hipotesa.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Menjelaskan tentang jenis penelitian. pendekatan penelitian, metode penelitian,
dan rancangan penelitian. Populasi dan sampel, teknik pengambilan sampel. dan
pengumpulan data. Instrumen penelitian, serta teknik uji instrumen.
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
Menguraikan gambaran umum subyek. presentasi data uji instrumen penelitian,
uji persyaratan, dan uji hipotesis dan hasil pengujian hipotesis.
BAB V PENUTUP
Mengemukakan kesimpulan yang diperoleh dari penelitian, diskusi
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
Dalam usaha untuk menjelaskan permasalahan yang telah diuraikan pada
BAB sebelumnya, penulis akan mencoba membahas beberapa teori yang
berkaitan dengan permasalahan ini, pembahasan mengenai hubungan persepsi
tentang iklim kelas dengan motivasi belajar siswa kelas VIII SMP Islam Yayasan
Kesejahteraan Sosial (YKS) Kecamatan Pancoran Mas Depok.
2.1. Motivasi
2.1.1. Pengertian motivasi belajar
Banyak para ahli yang sudah mengemukakan pengertian motivasi dengan
berbagai sudut pandang mereka masing-masing, namun intinya sama, yakni
sebagai suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang ke dalam
bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Mc. Donald mengatakan
bahwa, “Motivation is a energi change within the person characterized by
affective arousal and anticipatory goal reactions.”: Motivasi adalah suatu
perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya
afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dalam proses belajar,
motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi
Motivasi berpangkal dari kata “motif” yang dapat diartikan sebagai daya
penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas
tertentu demi tercapainya suatu tujuan (Pupuh Fathurohman 2007 : 19) Motivasi
dapat diartikan sebagai dorongan (daya penggerak) di dalam individu untuk
melakukan kegiatan guna mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Setiap orang
dalam hidupnya memerlukan kebutuhan, baik kebutuhan jasmani maupun rohani.
Dengan adanya kebutuhan tersebut akan mendorong adanya rangsangan
(stimulasi) dan tingkah laku balas (respon).
Menurut M. Manulang (1992 : 56), motivasi dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1) Adalah setiap perasaan atau kehendak dan keinginan yang amat
mempengaruhi kemauan individu, sehingga individu tersebut terdorong
untuk berprilaku dan bertindak.
2) Adalah pengaruh kekuatan yang menimbulkan prilaku individu.
3) Adalah setiap tindakan atau kejadian yang menyebabkan berubahnya
prilaku seseorang.
4) Adalah proses dalam yang menentukan gerakan atau tingkah laku individu
kepada tujuan (goals).
Sedangkan menurut Wendell L. French New York (2000:95), motivasi adalah:
“Penyebab seseorang untuk berbuat sesuatu dalam jalan tertentu atau cenderung
pada tingkah laku spesifik”.
a. Dorongan dalam diri sendiri
b. Tingkah laku yang ditimbulkan dan terarah
c. Tujuan yang ingin dicapai tingkah laku tersebut.
Seseorang yang melakukan aktivitas belajar secara terus menerus tanpa
motivasi dari luar dirinya merupakan motivasi intrinsik yang sangat penting dalam
aktivitas belajar. Namun seseorang yang tidak mempunyai keinginan untuk
belajar, dorongan dari luar dirinya merupakan motivasi ekstrinsik yang
diharapkan. Oleh karena itu, motivasi ekstrinsik diperlukan bila motivasi intrinsik
tidak ada dalam diri seseorang sebagai subjek belajar.
Bukan hanya sekolah-sekolah yang berusaha memberi motivasi tingkah laku
manusia kearah perubahan tingkah laku yang diharapkan. Orang tua atau keluarga
pun telah berusaha memotivasi belajar anak-anak mereka. Kelompok yang
berkecimpung dibidang “Manajement“ yang membuat rencana “Insentive” baru
untuk meningkatkan produksi, adalah berusaha memotivasi perubahan-perubahan
dalam tingkah laku.
Dari uraian diatas, ternyata kesadaran tentang pentingnya motivasi bagi
perubahan tingkah laku manusia telah dimiliki, baik oleh para pendidik, para
orang tua murid maupun masyarakat.
2.1.2 Motivasi intrinsik dan ekstrinsik
Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi
aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap
individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Yang berhubungan
dengan minat, kebutuhan, kenikmatan dan rasa ingin tahu (woolfolk 1993).
Sebagai contoh seseorang yang senang membaca, tidak usah ada yang menyuruh
atau mendorongnya, ia sudah rajin mencari buku-buku untuk dibacanya.
Kemudian kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya (misalnya
kegiatan belajar), maka yang dimaksud dengan motivasi intrinsik ini adalah ingin
mencapai tujuan yang terkandung di dalam perbuatan belajar itu sendiri. Sebagai
contoh konkrit, seorang siswa itu melakukan belajar, karena betul-betul ingin
mendapat pengetahuan, nilai atau keterampilan agar dapat berubah tingkah
lakunya secara konstruktif, tidak karena tujuan yang lain-lain. Itulah sebabnya
motivasi intrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya
aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan dari dalam
diri dan secara mutlak berkait dengan aktivitas belajarnya. Seperti tadi
dicontohkan bahwa seorang belajar, memang benar-benar ingin mengetahui
segala sesuatunya, bukan karena ingin pujian atau ganjaran.
2. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena
adanya perangsang dari luar. Seperti pujian, tekanan sosial dan hukuman.
(woolfolk 1993). Sebagai contoh itu seseorang itu belajar,karena tahu besok
dipuji oleh pacarnya,atau temannya. Jadi yang penting bukan karena belajar ingin
mengetahui sesuatu, tetapi ingin mendapatkan nilai yang baik,atau agar mendapat
hadiah. Jadi kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya, tidak
secara langsung bergayut dengan esensi apa yang dilakukannya itu. Oleh karena
itu motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang
didalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari
luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.
Ada dua macam aspek motivasi yang bersifat statis adalah:
a. Merupakan kebutuhan pokok yang menjadi dasar bagi adanya harapan
yang akan diperoleh dan hasil tersebut sebagai penyelenggara organisasi.
b. Berupa alat perangsang yang diharapkan akan dapat memenuhi apa yang
menjadi kebutuhan pokok tersebut.
Dalam kaitannya dengan kegiatan belajar, maka motivasi belajar berarti
keseluruhan daya penggerak di dalam diri para siswa/warga belajar/peserta didik
yang dapat menimbulkan, menjamin, dan memberikan arah pada kegiatan belajar,
guna mencapai tujuan belajar yang diharapkan. Dengan motivasi belajar, maka
siswa/warga belajar/peserta didik dapat mempunyai intensitas dan kesinambungan
2.1.3 Prinsip-Prinsip Motivasi Belajar
Aktivitas belajar bukanlah suatu kegiatan yang dilakukan yang terlepas
dari faktor lain, aktivitas belajar merupakan kegiatan yang melibatkan unsure jiwa
dan raga. Belajar tak akan pernah dilakukan tanpa suatu dorongan yang kuat baik
dari dalam yang lebih utama maupun dari luar sebagai upaya lain yang tak kalah
pentingnya.
Faktor lain yang mempengaruhi aktivitas belajar seseorang itu dalam
pembahasan ini disebut motivasi. Motivasi adalah gejala psikologis dalam bentuk
dorongan yang timbul pada diri sesorang sadar atau tidak sadar untuk melakukan
suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Motivasi bisa juga dalam bentuk
usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak
melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau
mendapat kepuasan dengan perbuatannya
Motivasi mempunyai peranan yang strategis dalam aktivitas belajar seseorang.
Tidak ada seorang pun yang belajar tanpa motivasi. Tidak ada motivasi berarti
tidak ada kegiatan belajar. Agar peranan motivasi lebih optimal, maka
prinsip-prinsip motivasi dalam belajar tidak hanya diketahui, tetapi juga harus
diterangkan dalam aktivitas belajar mengajar. Ada beberapa prinsip motivasi
dalam belajar seperti dalam uraian berikut.
Seseorang melakukan aktivitas belajar karena ada yang mendorongnya,
motivasilah sebagai dasar penggeraknya yang mendorong seseorang untuk
belajar. Seseorang yang berminat untuk belajar belum sampai pada tataran
motivasi karena belum menunjukkan aktivitas nyata. Minat merupakan
kecenderungan psikologis yang menyenangi sesuatu objek, belum sampai
melakukan kegiatan. Namun, minat adalah motivasi dalam belajar. Minat
merupakan potensi psikologi yang dapat dimanfaatkan untuk menggali motivasi.
Bila seseorang sudah termotivasi untuk belajar maka dia melakukan aktivitas
belajar dalam rentangan waktu tertentu. Oleh karena itulah, motivasi diakui sebagi
dasar penggerak yang mendorong aktivitas belajar seseorang.
2. Motivasi Intrinsik Lebih Utama Daripada Motivasi Ekstrinsik Dalam
Belajar
Dari seluruh kebijakan pengajaran, guru lebih banyak memutuskan
memberikan motivasi ekstrinsik kepada setiap anak didik. Tidak pernah
ditemukan guru yang tidak memakai motivasi ekstrinsik dalam pengajaran. Anak
didik yang malas belajar sangat berpotensi untuk diberikan motivasi ekstrinsik
oleh guru supaya dia rajin belajar. Efek yang tidak diharapkan dari pemberian
motivasi ekstrinsik adalah kecendrungan ketergantungan anak didik terhadap
segala sesuatu di luar dirinya. Selain kurang percaya diri, anak juga bermental
pengharapan dan mudah terpengaruh. Oleh karena itu, motivasi intrinsik lebih
sangat sedikit terpengaruh dari luar. Semangat belajarnya sangat kuat. Dia belajar
bukan karena ingin mendapatkan nilai yang tinggi, mengharapkan pujian orang
lain atau mengharapkan hadiah berupa benda, tetapi karena ingin memperoleh
ilmu sebanyak-banyaknya. Tanpa diberikan janji-janji yang muluk-muluk pun
anak didik rajin belajar sendiri. Perintah tidak diperlukan, karena tanpa diperintah
anak sudah taat pada jadwal belajar yang dibuatnya sendiri.
3. Motivasi Berupa Pujian Lebih Baik Daripada Hukuman
Meski hukuman tetap diberlakukan dalam memicu semangat belajar anak
didik, tetapi masih lebih baik penghargaan berupa pujian. Setiap orang senang
dihargai dan tidak suka dihukum dalam bentuk apapun jaga. Memuji orang lain
berarti memberikan penghargaan atas prestasi kerja orang lain. Hal ini
memberikan semangat kepada seseorang untuk lebih meningkatkan prestasi
kerjanya. Tetapi pujian yang diucap itu tidak asal ucap, harus pada tempat dan
kondisi yang tepat. Kesalahan pujian bisa bermakna mengejek.
4. Motivasi Berhubungan Erat Dengan Kebutuhan Dalam Belajar
Kebutuhan yang tak bisa dihindari oleh anak didik adalah keinginan untuk
menguasai sejumlah ilmu pengetahuan. Oleh karena itulah anak didik belajar.
Karena bila tidak belajar berarti anak didik tidak akan mendapat ilmu
pengetahuan. Bagaimana untuk mengembangkan diri dengan memanfaatkan
melalui penguasaan ilmu pengetahuan. Jadi, belajar adalah santapan utama anak
didik.
5 Motivasi Dapat Memupuk Optimisme Dalam Belajar
Anak didik yang mempunyai motivasi dalam belajar selalu yakin dapat
menyelesaikan setiap pekerjaan yang dilakukan. Dia yakin bahwa belajar
bukanlah kegiatan yang sia-sia. Hasilnya pasti akan berguna tidak hanya kini,
tetapi dihari-hari mendatang. Setiap ulangan yang diberikan oleh guru bukan
dihadapi dengan pesimisme, hati yang resah gelisah. Tetapi dia hadapi dengan
tenang dan percaya diri. Biarpun ada anak didik yang lain membuka catatan
ketika ulangan, dia tidak terpengaruh dan tetap tenang menjawab setiap soal item
soal dari awal hingga akhir waktu yang ditentukan.
6. Motivasi Melahirkan Prestasi Dalam Belajar
Dari berbagai hasil penelitian selalu menyimpulkan bahwa motivasi
mempengaruhi prestasi belajar. Tinggi rendahnya motivasi selalu dijadikan
indikator baik buruknya prestasi belajar seseorang anak didik. Anak didik
menyenangi mata pelajaran tertentu dengan senang hati mempelajari mata
pelajaran itu. Selain memiliki bukunya, ringkasannya juga rapi dan lengkap.
Setiap ada kesempatan selalu mata pelajaran yang disenangi itu yang dibaca.
2.1.4 Fungsi Motivasi Dalam Belajar
Dalam kegiatan belajar mengajar pasti ditemukan anak didik yang malas
berpartisipasi dalam belajar. Sementara anak didik yang lain aktif berpartisipasi
dalam kegiatan, seorang atau dua orang anak didik duduk dengan santainya di
kursi mereka dengan alam pemikiran yang jauh entah kemana. Sedikitpun tidak
tergerak hatinya untuk mengikuti pelajaran dengan cara mendengarkan penjelasan
guru dan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan.
Ketiadaan minat terhadap suatu mata pelajaran menjadi pangkal penyebab
kenapa anak didik tidak bergeming untuk mencatat apa yang disampaikan oleh
guru. Itulah sebagai pertanda bahwa anak didik tidak mempunyai motivasi untuk
belajar. Kemiskinan motivasi intrinsik ini merupakan masalah yang memerlukan
bantuan yang tidak bisa ditunda-tunda. Guru harus memberikan suntikan dalam
bentuk motivasi ekstrinsik. Sehingga dengan bantun itu anak didik dapat keluar
dari kesulitan belajar.
Bila motivasi ekstrisik yang diberikan itu dapat membantu anak didik keluar
dari lingkaran masalah kesulitan belajar, maka motivasi dapat diperankan dengan
baik oleh guru. Peranan yang dimainkan oleh guru dengan mengandalkan
fngsi-fungsi motivasi merupakan langkah yang akurat untuk menciptakan iklim belajar
Baik motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrisik sama berfungsi sebagai
pendorong, penggerak, dan penyeleksi perbuatan. Ketiganya menyatu dalam sikap
terimplikasi dalam perbuatan. Dorongan adalah fenomena psikologis dari dalam
yang melahirkan hasrat untuk bergerak dalam menyeleksi perbuatan yang akan
dilakukan. Karena itulah baik dorongan atau penggerak maupun penyeleksi
merupakan kata kunci dari motivasi dalam setiap perbuatan dalam belajar.
Untuk jelasnya ketiga fungsi motivasi dalam belajar tersebut diatas, akan
diuraikan dalam pembahasan sebagai berikut.
1. Motivasi Sebagai Pendorong Perbuatan
Pada mulanya anak didik tidak ada hasrat untuk belajar, tetapi karena ada
sesuaru yang dicari muncullah minatnya untuk belajar. Sesuatu yang belum
diketahui itu akhirnya mendorong anak didik untuk belajar dalam rangka
mencari tahu. Jadi, motivasi yang berfungsi sebagai pendorong ini
mempengaruhi sikap apa yang seharusnya anak didik ambil dalam rangka
belajar.
2. Motivasi Sebagai Penggerak Perbuatan
Dorongan psikologis yang melahirkan sikap terhadap anak didik itu
merupakan suatu kekuatan yang tak terbendung, yang kemudian terjelma
dalam bentuk gerakan psikofisik. Disini anak didik sudah melakukan aktifitas
pada yang cenderung tunduk dengan kehendak perbuatan belajar. Sikap
berada dalam kepastian perbuatan dan akal pikiran mencoba membedah nilai
yang terpatri dalam wacana, prinsif, dalil, dan hukum, sehingga mengerti betul
isi yang dikandung.
3. Motivasi Sebagai Pengarah Perbuatan
Anak didik yang mempunyai motivasi dapat menyeliksi mana
perbuatan yang harus dilakukan dan mana perbuatan yang diabaikan. Seorang
anak didik yang ingin mendapatkan sesuatu dari suatu mata pelajaran tertentu,
ttidak mungkin dipaksakan untuk mempelajari mata pelajaran yang lain. Pasti
anak didik akan mempelajari mata pelajaran dimana tersimpan sesuatu yang
akan dicari itu. Sesuatu yang akan dicari anak didik merupakan tujuan belajar
yang akan dicapainya. Tujuan belajar itulah sebagai pengarah yang
memberikan motivasi kepada anak didik dalam belajar.
2.1.5 Bentuk-Bentuk Motivasi Dalam Belajar
Dalam proses interaksi belajar mengajar, baik motivasi intrinsik maupun
motivasi ekstrinsik, diperlukan untuk mendorong anak didik agar tekun
belajar. Motivasi ekstrinsik sangat diperlukan bila ada diantara anak didik
yang kurang berminat mengikuti pelajaran dalam jangka waktu tertentu.
Peranan motivasi ekstrinsik cukup besar untuk membimbing anak didik dalam
memanfaatkan motivasi ekstrinsik untuk meningkatkan minat anak didik agar
lebih bergairah belajar meski terkadang tidak tepat. Drs. Wasty Soemantoe
(1984) mengatakan, bahwa guru-guru sangat menyadari pentingnya motivasi
dalam bimbingan belajar murid.
Kesalahan dalam memberikan motivasi ekstrinsik akan berakibat
merugikan prestasi belajar anak didik dalam kondisi tertentu. Interaksi belajar
mengajar menjadi kurang harmonis. Tujuan pendidikan dan pengajaran pun
tidak akan tercapai dalam waktu yang relatif singkat, sesuai dengan target
yang dirumuskan. Oleh karena itu, pemahaman mengenai kondisi psikologis
anak didik sangat diperlukan guna mengetahui segala apa yang sedang
dihadapi anak didik sehingga gairah belajarnya menurun.
Ada beberapa bentuk motivasi yang dapat dimanfaatkan dalam rangka
mengarahkan belajar anak didik di kelas, sebagai berikut.
1. Memberi Angka
Angka dimaksud adalah sebagai simbol atau nilai dari hasil aktivitas
belajar anak didik. Angka atau nilai yang baik mempunyai potensi yang besar
untuk memberikan motivasi kepada anak didik lainnya. Namun, guru harus
menyadari bahwa angka/nilai bukanlah merupakan hasil belajar yang sejati,
hasil belajar yang bermakna, karena hasil belajar seperti itu lebih menyentuh
Untuk itu guru perlu memberikan angka/nilai yang menyentuh aspek efektif
dan keterampilan yang diperlihatkan anak didik dalam pergaulan/kehidupan
sehari-hari. Penilaian harus juga diarahkan kepadda aspek kepribadian anak
didik dengan cara mengamati kehidupan anak didik di sekolah, tidak hanya
semata-mata berpedoman pada hasil ulangan di kelas, baik dalam bentuk
formatif atau sumatif.
2. Hadiah
Hadiah adalah memberikan sesuatu kepada orang lain sebagai
penghargaan atau kenang-kenangan/cenderamata. Dalam dunia pendidikan,
hadiah bisa dijadikan sebagai alat motivasi. Hadiah dapat diberikan kepada
anak didik yang berprestasi, rangking satu, dua tau tiga dari anak didik
lainnya. Dalam pendidikan modern, anak didik yang berprestasi tinggi
memperoleh predikat sebagai anak didik teladan dan untuk perguruan
tinggi/universitas disebut sebagai mahasiswa teladan.sebagai penghargaan atas
prestasi mereka dalam belajar, uang beasiswa supersemar pun mereka terima
setiap bulan dengan jumlah dan jangka waktu yang ditentukan. Hadiah berupa
uang beasiswa supersemar diberikan adalah untuk memotivasi anak
didik/mahasiswa agar senantiasa mempertahankan prestasi belajar selama
berstudi.
Kompetisi adalah persaingan, dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk
medorong anak didik agar mereka bergairah belajar. Bila iklim belajar yang
kondusif terbentuk, maka setiap anak didik terlihat dalam kompetisi untuk
menguasai bahan pelajarran yang diberikan. Selanjutnya, setiap anak didik
sebagian individu melibatkan diri mereka masing-masing kedalam aktivitas
belajar. Kondisi inilah yang dikehendaki dalam pendidikan modern, yakni
cara belajar siswa aktif (CBSA), bukan catat buku sampai akhir pelajaran yang
merupakan kepanjangan dari CBSA pasaran.
4. Ego-Involvement
Menumbuhkan kesadaran kepada anak didik agar merasakan pentingnya
tugas dan menerimanya sebagai suatu tantangan sehingga beklerja keras
dengan mempertahankan harga diri, adalah sebagai salah ssatu bentuk
motivasi yang cukup penting. Seseorang akan berusaha dengan segenap
tenaga untuk mencapai prestasi yang baik dengan menjaga harga dirinya.
Penyelesaian tugas dengan baik adalah simbol kebanggaan dan harga diri.
Begitu juga dengan anak didik sebagai subjek belajar. Anak didik akan belajar
dengan keras bisa jadi karena harga dirinya
5. Memberi Ulangan
Ulangan bisa dijadikan sebagai motivasi, anak didik biasanya
mempersiapkan diri dengan belajar jauh-jauh hari untuk menghadapi ulangan.
memotivasi anak didik agar lebih giat belajar. Namun demikian, ulangan tidak
selamanya dapat digunakan sebagai alat motivasi. Ulangan yang guru lakukan
setiap hari dengan tak terprogram, hanya karena selera, akan membosankan
anak didik. Oleh karena itu, ulangan akan menjadi alat motivasi bila dilakukan
secara akurat dengan teknik dan setrategi yang sestematis dan terencana.
6. Mengetahui Hasil
Mengetahui hasil belajar bisa dijadikan sebagai alat motivasi. Bagi anak
didik yang menyadari betapa besarnya sebuah nilai prestasi belajar akan
meningkatkan intensitas belajarnya guna mendapatkan prestasi belajar yang
melebihi prestasi belajar diketahui sebelumnya. Prestasi belajar yang rendah
menjadikan anak didik giat belajar untuk memperbaikinya. Sikap seperti itu
bisa terjadi bila anak didik merasa rugi mendapat prestasi belajar yang tidak
sesuai dengan harapan.
7. Pujian
Pujian yang diucapkan pada waktu yang tepat dapat dijadikan sebagai alat
motivasi. Pujian adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus
merupakan motivasi yang baik. Guru bisa memanfaatkan pujian untuk memuji
keberhasilan anak didik dalam mengerjakan pekerjaan sekolah. Pujian
diberikan sesuai dengan hasil kerja, bukan dibuat-buat atau bertentangan sama
8.Hukuman
Meski hukuman sebagai reinforcement yang negatif, tetapi bila dilakukan
dengan tepat dan bijak akan merupakan alat motivasi yang baik dan efiktif.
Hukuman akan merupakan alat motivasi bila dilakukan dengan pendekatan
edukatif, bukan karena dendam. Pedekatan edukatif dimaksud di sini sebagai
hukuman yang mendidik dan bertujuan memperbaiki sikap perbuatan anak
didik yang dianggap salah. Sehingga dengan hukuman yang diberikan itu anak
didik tidak mengulangi kesalahan atau pelanggaran. Minimal mengurangi
frekuensi pelanggaran. Akan lebih baik bila anak didik berhenti melakukannya
dihari mendatang.
9. Hasrat Untuk Belajar
Hasrat untuk belajar adalah gejala psikologis yang tidak berdiri sendiri,
tetapi berhubungan dengan kebutuhan anak didik untuk mengetahui sesuatu
dari objek yang akan dipelajarinya. Kebutuhan itulah yang akan menjadi dasar
aktivitas anak didik dalam belajar. Tiada kebutuhan berarti tiada ada hasrat
untuk belajar. Itu sama saja tidak ada minat untuk belajar.
10. Minat
Minat adalah kecendrungan yang menetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa aktivitas. Dengan kata lain, minat adalah suatu rasa lebih
suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang
menunjukkan anak didik lebih menyukai sesuatu dari pada yang lainnya,
tetapi dapat juga diimplementasikan melalui partisipasi aktif dalam suatu
kegiatan. Anak didik yang berminat terhadap sesuatu cenderung untuk
memberikan perhatian yang lebih besar terhadap sesuatu yang diminat itu dan
sama sekali tidak menghiraukan sesuatu yang lain. Minat terhadap sesuatu itu
dipelajari dan dapat mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi
penerimaan minat-minat baru. Jadi, minat terhadap sesuatu merupakan hasil
belajar dan cenderung mendukung aktivitas belajar berikutnya.
Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar. Anak didik yang
berminat terhadap suatu mata pelajaran akan mempelajarinya dengan
sungguh-sungguh, karena ada daya tarik baginya. Anak didik mudah
menghafal pelajaran yang menarik minatnya. Minat merupakan alat motivasi
yang utama yang dapat membangkitkan kegairahan belajar anak didik dalam
rentangan waktu tertentu. Oleh karena itu, guru perlu membangkitkan minat
anak didik agar pelajaran yang diberikan mudah anak didik pahami.
Dari beberapa uraian diatas, nampak jelas bahwa motivasi berfungsi
sebagai pendorong, pengarah, dan sekaligus sebagai penggerak perilaku
2.2
Persepsi
2.2.1 Definisi persepsi
Persepsi (perception) merupakan tahap paling awal dari serangkaian pemroses
informasi. Persepsi adalah suatu proses penggunaan pengetahuan yang telah
dimiliki (yang disimpan didalam ingatan) untuk mendeteksi atau memperoleh dan
menginterpretasi stimulus (rangsangan) yang diterima oleh alat indera seperti
mata, telinga dan hidung (Matlin,1989; Solso,1988).
Secara singkat dapat dikatakan bahwa persepsi merupakan suatu proses
menginterpretasi atau menafsirkan informasi yang diperoleh melalui sistem alat
indera manusia. Misalnya pada waktu seseorang melihat sebuah gambar,
membaca tulisan, atau mendengarkan suara tertentu, ia akan melakukan
interpretasi berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya dan yang relevan dengan
hal-hal itu.
Banyak ahli yang mencoba membuat definisi dari ‘persepsi’. Beberapa di
antaranya adalah:
1. Persepsi merupakan proses yang terjadi di dalam diri individu yang
dimulai dengan diterimanya rangsang, sampai rangsang itu disadari
dan dimengerti oleh individu sehingga individu dapat mengenali
dirinya sendiri dan keadaan di sekitarnya (Bimo Walgito).
2. Persepsi merupakan proses pengorganisasian dan penginterpretasian
sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam
diri individu (Davidoff).
3. Persepsi ialah interpretasi tentang apa yang diinderakan atau dirasakan
individu (Bower).
4. Persepsi merupakan suatu proses pengenalan maupun proses
pemberian arti terhadap lingkungan oleh individu (Gibson).
5. Persepsi juga mencakup konteks kehidupan sosial, sehingga dikenallah
persepsi sosial. Persepsi social merupakan suatu proses yang terjadi
dalam diri seseorang yang bertujuan untuk mengetahui,
menginterpretasi, dan mengevaluasi orang lain yang dipersepsi, baik
mengenai sifatnya, kualitasnya, ataupun keadaan lain yang ada dalam
diri orang yang dipersepsi sehingga terbentuk gambaran mengenai
orang lain sebagai objek persepsi tersebut (Lindzey & Aronson).
6. Persepsi merupakan proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh
seorang individu (Krech).
7. Persepsi merupakan suatu proses yang dimulai dari penglihatan hingga
terbentuk tanggapan yang terjadi dalam diri individu sehingga individu
sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera-indera
yang dimilikinya.
Jadi persepsi merupakan proses kognitif seseorang yang melibatkan indera sensorisnya, yaitu penglihatan, pendengaran, peraba perasa dan penciuman untuk
informasi itu diproses untuk diberikan arti atau makna agar manusia bisa
memahaminya.
2.2.2 Proses terjadinya persepsi
Seseorang dalam mempersepsikan sesuatu tidak terjadi begitu saja, tetapi ada
unsur yang menyebabkan terjadinya suatu proses persepsi. Secara alur dapat
dikemukakan bahwa proses persepsi berlangsung sebagaimana berikut:
1. Stimulus mengenai alat indera, ini merupakan proses yang bersifat
kealaman.
2. Stimulus kemudian dilangsungkan keotak oleh syaraf sensoris. Yang
disebut proses pisiologis.
3. Diotak sebagai pusat susunan urat syaraf terjadilah proses yang akhirnya
individu dapat menyadari atau mempersepsi tentang apa yang diterima
melalui alat indera. Proses yang terjadi dalam otak ini merupakan proses
psikologis. (Bimo Walgito, 1989).
2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi
Persepsi pada prinsipnya selalu melibatkan dua proses yang saling melengkapi
dan bukan berjalan sendiri-sendiri. Dua proses tersebut adalah bottom-up
processing dan top-down processing. Hal ini berarti bahwa hasil suatu persepsi
atau interpretasi mengenai suatu stimulus akan ditentukan oleh kombinasi antara
pengetahuan yang tersimpan didalam pengetahuan seseorang yang relevan dengan
stimulus itu (top-down).
Berkaitan dengan pemikiran tersebut maka ada dua sumber informasi yang
dapat digunakan untuk mempersepsi dunia luar secara tepat:
1. Informasi yang ditampilkan oleh stimulus sensori pada waktu itu.
2. Pengetahuan serta pengalaman yang relevan yang dimiliki dan
telah tersimpan didalam ingatan seseorang.
Berdasarkan penjelasan yang telah di ungkapkan, bisa terjadi perbedaan
seseorang dalam memberikan makna terhadap informasi yang ditangkap oleh
panca inderanya. Hal ini disebabkan pemaknaan terhadap apa yang di tangkap
oleh panca indera adalah subyektif. misalnya ada dua orang memperoleh stimulus
(informasi) yang sama, tetapi kedua orang tersebut dalam memberikan makna
(interpretasi) terhadap stimulus tersebut berbeda. Karena ada beberapa faktor yang
bisa mempengaruhi terjadinya perbedaan persepsi seseorang. Adapun
faktor-faktor tersebut menurut Robbins (2001) ada tiga, yaitu:
a. Orang yang melakukan persepsi
Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang antara lain:
1. Sikap individu yang bersangkutan dengan objek persepsi
2. Motif / keinginan yang belum terpenuhi yang ada di dalam diri seseorang
akan berpengaruh terhadap persepsi yang dimunculkan.
Fokus perhatian individu dipengaruhi oleh keterkaitan tentang sesuatu. Hal
ini menyebabkan obyek persepsi yang sama dapat dipersepsikan berbeda
oleh masing-masing individu.
4. Harapan.
Harapan dapat menyebabkan distorsi terhadap obyek yang di persepsikan.
Atau dengan kata lain seseorang akan mempersepsikan suatu obyek atau
kejadian sesuai dengan apa yang diharapkan pada orang tersebut.
b. Target atau objek persepsi
Karakteristik target / objek yang dipersepsikan bisa mempengaruhi apa
yang dipersepsikan. Karakteristik orang yang dipersepsi baik itu
karesteristik personal sikap maupun tingkah laku dapat berpengaruh
terhadap perceiver, karena manusia dapat saling mempengaruhi persepsi
satu sama lain. Guru yang berinteraksi dengan murid di kelas bertingkah
laku selalu antusias, hangat, humoris, dan lain sebagainya akan
berpengaruh terhadap persepsi siswa akan guru tersebut.
c. Faktor situasi
Yaitu situasi persepsi tersebut muncul. Konteks situasi saat melihat
obyek baik berupa lokasi, cahaya, dan suasana sangatlah penting. Pada
faktor situasi terhdap beberapa hal yang dapat memepengaruhi, antara lain:
Bagaimana lingkungan sosial memandang obyek persepsi seseorang ada
kecenderungan sesuai dengan apa yang di persepsikan lingkungan
sosialnya.
2. Konteks pekerjaan
Persepsi seseorang terhadap suatu peristiwa dalam lingkup pekerjaan
3. Waktu pada saat kapan objek persepsi tersebut kita persepsikan.
2.2.4. Ciri-Ciri persepsi
Penginderaan terjadi dalam suatu konteks tertentu, konteks ini disebut sebagai
dunia persepsi agar dihasilkan suatu penginderaan yang bermakna. Menurut
Shaleh dan Muhbib (2005) ada ciri-ciri umum tertentu dalam dunia persepsi
antara lain:
1. Modalitas: rangsang-rangsang yang diterima harus sesuai dengan
modalitas tiap-tiap indera, yaitu sifat sensoris dasar dan masing-masing
indera (cahaya untuk penglihatan, bau untuk penciuman, suhu bagi
perasa, bunyi bagi pendengaran, sifat permukaan bagi peraba dan
sebagainya).
2. Dimensi ruang: dunia persepsi mempunyai sifat ruang (dimensi
ruang), kita dapat mengatakan atas-bawah, tinggi-rendah,
luas-sempit,latar depan-latar belakang, dan lain-lain.
3. Dimensi waktu: dunia persepsi mempunyai dimensi waktu, seperti
4. Struktur konteks, keseluruhan yang menyatu: objek-objek atau
gejala-gejala dalam dunia pengamatan mempunyai struktur yang menyatu dengan
konteksnya. Struktur dan konteks ini merupakan keseluruhan yang
menyatu.
2.2.5. Perbedaan persepsi
Perbedaan persepsi menurut Sarwono (2000) dapat disebabkan oleh hal-hal
dibawah ini:
1. Perhatian: biasanya tidak menangkap seluruh rangsangan yang ada
disekitar kita sekaligus, tetapi memfokuskan perhatian terhadap satu
atau dua objek saja.
2. Kebutuhan: kebutuhan-kebutuhan sesaat maupun yang menetap pada
diri seseorang, mempengaruhi persepsi orang tersebut. Dengan
demikian, kebutuhan-kebutuhan yang berbeda menyebabkan bila
perbedaan persepsi.
3. Sistem nilai: sistem nilai yang berlaku pada suatu masyarakat
berpengaruh pula pada persepsi.
4. Ciri kepribadian: ciri kepribadian akan mempengaruhi persepsi
5. Gangguan kejiwaan:
Gangguan kejiwaan dapat menimbulkan kesalahan persepsi yang
disebut halusinasi. Berbeda dari ilusi, halusinasi bersifat individual,
2.2.6 Hakekat persepsi
Persepsi ternyata banyak sekali melibatkan kegiatan kognitif. Pada awal
pembentukan proses persepsi, orang telah menentukan dulu apa yang akan
diperhatikan. Setiap kali anda memusatkan perhatian lebih besar kemungkinannya
anda akan memperoleh makna dari apa yang anda tangkap, lalu
menghubungkannya dengan pengalaman lalu, kemudian hari akan diingat
kembali.
Beberapa hal yang mempengaruhi persepsi dalam kemampuan kognitif yaitu:
a. Kesadaran
Bila anda sedang merasa sangat bahagia, maka pemandangan yang
terhampar jauh akan sangat luar biasa indahnya. Tetapi sebaliknya, jika
anda sedang murung atau sedih, mungkin pemandangan yang indah itu
akan membosankan dipandang.
b. Ingatan
Indera secara teratur akan menyimpan data-data yang dapat diterima oleh
otak. Orang cenderung untuk terus menerus membanding-bandingkan
penglihatan, suara dan pengindraan lainnya dengan ingatan-ingatan
pengalaman lalu yang mirip.
c. Proses informasi
Seseorang sudah dapat menentukan dan memutuskan data mana yang akan
dihadapi berikutnya, dibandingkan dengan situasi lalu dan saat itu, lalu
Beberapa Psikolog melihat atensi memegang peranan dalam persepsi,
walaupun sampai saat ini masih saja merupakan topik yang penuh perdebatan.
Beberapa orang psikolog melihat atensi sebagai jenis alat saring (filter) yang akan
menyaring semua informasi pada titik-titik yang berbeda pada proses persepsi.
Sebaliknya psikolog lain yakin bahwa manusia mampu memusatkan atensinya
terhadap apa yang mereka kehendaki untuk dipersepsikan secara aktif dengan
mellibatkan pengalaman-pengalaman tanpa menutup rangsangan lain yang saling
bersaing. Atensi selalu aktif pada waktu tertentu, mula-mula ketika menerima
masukan dari organ indra, kemudian ketika harus memilih dan
menginterpretasikan data sensorik dan menentukan apakah akan memberikan
respon terhadap rangsangan itu, lalu bersiap-siap untuk mengambil langkah
tindakan tertentu.
Menurut Daniel Kahneman bahwa kemampuan atensi tergantung pada
sumber-sumber yang dituntut oleh tugas yang sedang akan dilakukan. Bila kontrol
kesadaran hanya sedikit dan sumber yang diperlukan juga sedikit seperti misalnya
dalam mengendarai mobil (bagi pengemudi yang mahir) maka orang tersebut akan
dapat melakukan banyak tugas lainnya sekaligus. Pengaruh yang penting di dalam
atensi adalah kebutuhan, minat dan nilai, misalnya seorang guru yang sedang
asyik mengajarkan pelajaran-pelajarannya, mungkin akan tidak mendengar sama
sekali lonceng berbunyi tanda usai pelajaran, sebaliknya, murid yang sudah lapar
dan ingin pulang, atau berbincang dengan temannya, justru sangat menyadari
2.2.7 Peran persepsi terhadap iklim kelas
Manusia sebagai mahluk sosial yang dalam realitasnya melakukan berbagai
interaksi dengan mahluk lain melalui berbagai situasi. Pendidikan dimana di
dalamnya terjadi rangkaian peristiwa menuju terbentuknya manusia sehat jasmani
dan rohani. Pengajaran sebagai bagian dari pendidikan dimana pengajaran
bertujuan untuk pencapaian tujuan pendidikan dan terikat oleh situasi atau
interaksi yang edukatif dalam bentuk hubungan bersama antara guru dengan
murid.
Dalam proses persepsi setiap individu mempunyai kesan tersendiri atas
kejadian atau peristiwa yang ditangkap oleh indera sensorisnya, sehingga bisa
terjadi perbedaan antara individu A dengan individu B dalam pemberian arti
tentang objek peristiwa yang ditangkap indera sensorisnya. Dunia pendidikan
tidak terlepas dari terjadinya proses interaksi antara guru dengan siswa dan siswa
dengan siswa lainnya. Persepsi dalam kaitannya dengan iklim kelas, guru
merupakan objek yang sangat penting yang akan dipersepsi, yang pada akhirnya
akan mempengaruhi orientasi tujuan siswa. Dari model-model pembelajaran yang
dikemukakan oleh Rameden (1992), Entwistle (1981) serta Cote dan Levine
(2000) terlihat bahwa persepsi terhadap pengajar, lingkungan pembelajaran dan
evaluasi merupakan hal yang mempengaruhi prestasi belajar secara tidak
langsung.
Dalam kaitannya dengan orientasi tujuan, siswa akan lebih berorientasi pada
dibandingkan jika ia mempersepsi bahwa materi tidak menarik dan tidak
bermanfaat. (Woolfolk,2004). Orientasi belajar dapat dibentuk maupun diubah,
tergantung dari lingkungan. Mengingat bahwa situasi kelas dapat membentuk
orientasi tujuan siswa, guru berperan penting dalam memfasilitasi pengadopsian
orientasi tujuan siswa. (Woolfolk,2004, Pintrich dan Schunk,1996).
Persepsi yang positif terhadap pengajaran akan membuat siswa merasakan
kesenangan dalam belajar, mendorong mereka untuk mempelajari materi lebih
mendalam dan pada akhirnya dapat membuat siswa lebih terlibat dalam proses
belajar mengajar. (Church, Elliot dan Gable,2001). Selanjutnya faktor evaluasi
sangat menentukan perilaku belajar siswa, karena pandangan mengenai evaluasi
yang diberikan oleh guru akan mempengaruhi pendekatan belajar yang dipilih
melalui orientasi yang diadopsi.
Faktor evaluasi berkaitan dengan situasi kelas yang terbentuk karena jenis
evaluasi yang diberikan. Jika evaluasi menekankan pada perbandingan
kemampuan kognitif secara sosial, siswa akan mengadopsi orientasi ego dan
orientasi work avoidance. Sebaliknya jika evaluasi menekankan pada peningkatan
diri, partisipasi, usaha dan pendekatan belajar secara efektif dari peserta didik,
siswa akan mengadopsi orientasi task. (Ames dan Arcer,1998). Dalam penelitian
ini persepsi mengenai iklim kelas merupakan persepsi yang dimiliki siswa
terhadap pembelajaran, dalam hal ini pengajaran guru dan situasi belajar mengajar
2.3 Iklim Kelas
2.3.1 Pengertian iklim kelas
Prestasi belajar dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal
meliputi motivasi inteligensi, bakat, minat, dan kondisi fisik. Faktor eksternal
meliputi faktor sosial termasuk hubungan siswa dengan guru. Manajemen
sekolah, kurikulum pendidikan serta sarana dan fasilitas sekolah (Purwanto,
1998). Lingkungan sekolah yang memberi pengaruh terbesar pada kondisi siswa
dalam proses belajar disekolah adalah iklim didalam kelas (winkel,2005).
Demikian juga menurut Kaluge (dikutip oleh Pudjibudojo & Rahayu, 2003), iklim
kelas merupakan pengaruh terbesar bagi prestasi belajar siswa.
Menurut Oemar Hamalik dalam Ilmu Pendidikan, 1991, kelas adalah suatu
kelompok orang-orang yang melakukan kegiatan belajar bersama yang mendapat
pengajaran dari seorang guru. Sebagai suatu kelompok sosial kelas pada
hakikatnya adalah suatu unit sosial yang bersama-sama memiliki tujuan dan
terbentuk secara formal yang berada di bawah suatu pimpinan, yaitu guru.
Bloom (1964) mendefinisikan iklim dengan kondisi, pengaruh, dan
rangsangan dari luar yang meliputi pengaruh fisik, sosial dan intelektual yang
mempengaruhi peserta didik. Hoy dan forsyth (1986) mengatakan bahwa iklim
kelas adalah organisasi sosial informal dan aktifitas guru kelas yang secara
spontan mempengaruhi tingkah laku. Selanjutnya Hoy dan Miskell (1982)
menambahkan istilah iklim seperti halnya keperibadian pada manusia. Artinya
kelas-kelas yang lain, meskipun kelas-kelas itu dibangun dengan fisik dan bentuk atau
arsitektur yang sama. Moos (1979) juga menambahkan bahwa iklim kelas seperti
halnya manusia, ada yang sangat berorientasi pada tugas, demokratis, formal,
terbuka, atau tertutup.
Dengan berdasarkan pada beberapa pengertian iklim dan iklim kelas di atas,
maka dapat dipahami bahwa iklim kelas adalah segala situasi yang muncul akibat
hubungan guru dan peserta didik atau hubungan antarp eserta didik yang menjadi
ciri khusus dari kelas dan mempengaruhi proses belajar mengajar.
Lingkungan fisik kelas mencakup kondisi dan materi fisik seperti ruangan
kelas, dan ragam perlengkapan didalam kelas (Parsons,Hinson, &Brown, 2001).
Sedangkan lingkungan sosial kelas merupakan iklim atau atmosfir psikologis
dalam kelas, dan lingkungan sosial kelas juga disebut lingkungan psikologis atau
iklim lingkungan kelas (Parsons, et al., 2001)
Persepsi siswa terhadap iklim lingkungan kelas juga mempunyai hubungan
yang positif dengan pencapaian akademik siswa (Moos & Moos dikutip oleh
Byer, 2000). Iklim kelas merupakan bagian dari sekolah atau institusi yang dapat
memengaruhi motivasi belajar. Iklim kelas mengacu kepada berbagai dimensi
psikologis dan sosial di dalam kelas, seperti tingkat formalitas, fleksibilitas,
struktur, kecemasan, kontrol dari guru, aktivitas dan juga dorongan (Reilly dan
Lewis, 1983).
Pada iklim kelas yang positif, siswa akan merasa nyaman ketika memasuki
menghargai mereka, dan mereka percaya bahwa akan mempelajari sesuatu yang
berharga. Namun sebaliknya, pada iklim kelas negatif, siswa akan merasa takut
apabila berada di dalam kelas dan ragu apakah mereka akan mendapat
pengalaman yang berharga.
Iklim kelas mencakup dimensi seperti keterlibatan, afiliasi, dukungan dari staf
pengajar, orientasi terhadap tugas, kompetisi, keteraturan dan pengorganisasian,
kejelasan peraturan, kontrol staf pengajar, serta inovasi (Trickett dan Moss dalam
Ramelan, 1989). Dimensi keterlibatan dan afiliasi merupakan dimensi yang
bekaitan dengan siswa, apabila siswa terlibat secara aktif dalam setiap aktifitas di
dalam kelas serta memiliki hubungan interpersonal yang baik dengan sesama
siswa maka akan tercipta iklim kelas yang positif.
Pada dimensi orientasi terhadap tugas, kompetisi, keteraturan dan
pengorganisasian yang berkaitan erat dalam menciptakan sistem belajar yang
kondusif. Siswa ditekankan bahwa penyelesaian suatu tugas adalah hal yang
sangat penting demi mencapai suatu prestasi tertentu yang diimbangi dengan
adanya persaingan untuk mencapai prestasi tersebut. Kejelasan peraturan, kontrol
dari staf pengajar merupakan dimensi yang berhubungan dengan staf pengajar,
kemampuan dari guru untuk mendukung dan memberikan perhatian terhadap
siswa, memberikan peraturan yang jelas untuk dijalankan sebagai kontrol di
dalam kelas. Dan dimensi inovasi berhubungan langsung dengan guru sebagai
pengajar harus berusaha mencari cara untuk menghindari kebosanan siswa
Kondisi yang merupakan dimensi iklim kelas tersebut pada tiap-tiap kelas
dapat bervariasi dan kemungkinan