• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan persepsi tentang iklim kelas dengan motivasi belajar siswa islam yayasan kesejahteraan sosial (LKS) Depok

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan persepsi tentang iklim kelas dengan motivasi belajar siswa islam yayasan kesejahteraan sosial (LKS) Depok"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh :

AGA ERISTIYAN

NIM. 101070022900

Skripsi diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana

Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk memenuhi

persyaratan

memperoleh gelar Sarjana Psikologi

Oleh:

AGA ERISTIYAN

NIM. 101070022900

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I

Pembimbing II

Dra. Diana Muti’ah, M.Si

Natris Indriyani, M.Si

NIP. 19671029 199603 2001

NIP. 150 411 200

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

DEPOK, telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 28 September

2010. Skripsi ini telah diterima sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi.

Sidang Munaqasyah

Dekan/

Pembantu Dekan/

Ketua Merangkap Anggota,

Sekretaris Merangkap Anggota

,

Jahja Umar, Ph.D

Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si

NIP. 130 885 522

NIP. 19561223 198303 2001

Anggota

Dra. Netty Hartati, M.Si

Dra. Diana Muti’ah, M.Si

NIP. 19531002 198303

2 001

NIP. 19671029 199603 2001

(4)

karena Semua itu

Adalah pelajaran dan akan menjadi rasa yang sangat

indah ketika mendapatkan keberhasilan”

Mario Teguh

Karena sungguh, bersama kesulitan itu ada kemudahan,

Sungguh bersama kesulitan itu ada kemudahan

_

QS Al-Insyirah : 5&6_

“Hanya Tindakan yang dapat menimbulkan

(5)

(D)

Hubungan Persepsi tentang Iklim Kelas Dengan Motivasi Belajar Siswa SMP Islam

Yayasan Kesejahteraan Sosial (YKS) Depok

(E)

74 halaman + v lampiran

(F)

Motivasi terkait dengan semua aktifitas manusia, misalnya motivasi bekerja, motivasi

untuk hidup dan motivasi belajar, dalam hal ini penulis ingin meneliti tentang motivasi

belajar. Motivasi belajar merupakan syarat mutlak untuk belajar, memegang peranan

penting dalam memberikan gairah atau semangat dalam belajar. Motivasi belajar di

antaranya dipengaruhi oleh lingkungan tempat dimana pelajar itu melakukan proses

pembelajaran, lingkungan keluarga, lingkungan tempat tinggalnya, dan lingkungan sekolah

tempat pelajar menuntut ilmu. Dalam kaitannya dengan lingkungan pembelajaran disekolah,

iklim kelas merupakan bagian dari sekolah yang dapat mempengaruhi besar kecilnya

motivasi belajar siswa.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat apakah ada Hubungan Antara Persepsi

Tentang Iklim Kelas Dengan Motivasi Belajar Siswa SMP Islam Yayasan Kesejahteraan

Sosial (YKS) Depok.

Persepsi tentang iklim kelas adalah suatu proses aktivitas seorang

siswa dalam memberikan kesan, penilaian, pendapat, merasakan dan menginterpretasikan

iklim kelas tempat siswa itu belajar yang dapat menimbulkan motivasi yang positif atau

motivasi yang negatif dalam proses belajar.

Proses tersebut dipengaruhi oleh aspek

keterlibatan,afiliasi,dukungan

guru,orientasi

tugas,kompetisi,

pengaturan

dan

organisasi,kontrol guru,kejelasan peraturan,inovasi. Motivasi belajar adalah : dorongan yang

ada pada setiap siswa dalam memotivasi dirinya untuk belajar bukan hanya untuk

mengetahui tetapi lebih kepada untuk memahami hasil pembelajaran.yang mencakup aspek

minat,kebutuhan,kenikmatan,rasa ingin tahu,pujian,tekanan sosial,hukuman.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan metode deskripsi korelasi untuk

mengetahui adakah hubungan antara persepsi tentang sekolah dengan minat bersekolah.

Responden penelitian berjumlah 60 orang yang ditentukan dengan teknik

probability

sampling. Instrumen penelitian yang digunakan berupa skala yang terdiri dari skala persepsi

tentang iklim kelas dengan jumlah 29 item dengan nilai reliabilitas sebesar 0,841 dan skala

motivasi belajar yang berjumlah 24 item dengan nilai reliabilitas sebesar 0,786 dengan

menggunakan skala model Likert.

Untuk menguji hipotesis peneliti menggunakan teknik statistik

Pearson Product

Moment, hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai r tabel lebih besar dari nilai r hitung

yang berarti H

o

ditolak.Ditolaknya H

0

ini berarti tidak terdapat hubungan antara persepsi

(6)

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat-Nya, saya dapat

menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu

syarat untuk mencapai gelar Sarjana Psikologi pada Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,

dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya untuk

menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu saya mengucapkan terima kasih kepada:

1.

Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Jahja Umar, Ph.D.

2.

Pembantu Dekan I, Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si

3.

Dosen Pembimbing I, Dra. Diana Muti’ah, M.Si dan Dosen Pembimbing II Natris Indriyani,

M.Si atas seluruh nasehat, masukkan, motivasi, inspirasi serta saran dan kritik yang

membangun sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

4.

Dosen penguji skripsi, Netty Hartati M.Si, terima kasih atas kritik, saran dan masukan yang

berguna untuk penulis.

5.

Untuk keluarga terutama Orang tuaku Bundaku, Ibu Nihaya dan Alm. Ayahku, Bapak A.

Sunarya yang selalu memberikan limpahan kasih sayang dan yang tak pernah berhenti

memberikan dukungan baik moril, spirituil maupun materil serta do’a yang selalu mengiringi

setiap langkah ini.

6.

Untuk Adikku Dennis Krisna Yudha, Zahra Dara Kasih, Terima kasih telah menjadi

adik-adik yang pengertian dan selalu memberikan dukungan penuh.

7.

Untuk My Wife , Mitra “TATA” Selvia, Teman sejati yang insya Allah Hingga di Sorga.

Tetaplah menjadi istri, sahabat sekaligus ibu dari buah hati kita Jelita Agatha Mardatillah

yang selalu menjadi penyemangatku.

8.

Seluruh dosen Fakultas Psikologi yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih tak

terhingga untuk ilmu pengetahuan yang telah diberikan.

(7)

Norma. Semoga Allah memudahkan Jalan kita untuk menempuh kesuksesan Amin.

12.

Keluarga besar SMP Islam YKS Depok, Pak Firdaus M.Si, Pak Endan Kusnendar S.Pd, Pak

Nasrullah S.Ag dan guru-guru lainnya. serta Teman-teman Siswa siswi SMP Islam YKS,

terima kasih atas keikhlasan kalian membantuku.

13.

Keluarga Besar H.Shalihun. terima kasih atas dukungannya.

14.

Semua Guru-guruku dari TK,SD,SMP,SMA yang dengan ikhlas dan sabar telah memberikan

ilmu pengetahuan. Semoga Allah SWT membalas amal baikmu. Amin

Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang

telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Jakarta, Desember 2010

Penulis,

(8)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk memenuhi

persyaratan memperoleh gelar

Sarjana Psikologi

Oleh

AGA ERISTIYAN

NIM : 101070022900

Di bawah bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Diana Mutiah, M.Si Dra. Natris Indriyani, M.Si

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(9)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama

: Aga Eristiyan

NIM

: 101070022900

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul

“Hubungan Persepsi Tentang Iklim

Kelas Dengan Motivasi Belajar Siswa SMP Islam Yayasan Kesejahteraan Sosial (YKS)

Depok”

adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam

penyusunan skripsi tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan skripsi ini

telah saya cantumkan sumber pengutipannya dalam daftar pustaka.

Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan Undang-Undang jika

ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari karya orang lain.

Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.

Jakarta, 15 September 2010

(10)

HALAMAN PERSETUJUAN... II

HALAMAN PENGESAHAN... III

LEMBAR PERNYATAAN... IV

MOTTO... V

DEDIKASI... VI

ABSTRAKSI... VII

KATA PENGANTAR... VIII

DAFTAR ISI... IX

DAFTAR TABEL... XII

DAFTAR LAMPIRAN... XIII

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Batasan dan Rumusan Masalah... 5

1.2.1 Batasan masalah... 5

1.2.2 Rumusan masalah... 6

1.3 Tujuan Penelitian... 6

1.4 Manfaat Penelitian…...……… 6

1.4.1 Manfaat teoritis... 7

1.4.2 Manfaat praktis... 7

(11)

2.1.2 Motivasi intrinsik dan motivasi ektrinsik ... 11

2.1.2.1 Motivasi intrinsik ……… 11

2.1.2.2 Motivasi ekstrinsik ...12

2.1.3 Prinsip-prinsip motivasi belajar………14

2.1.4 Fungsi motivasi belajar ………18

2.1.5 Bentuk-bentuk motivasi belajar………20

2.2 Persepsi …………......... 22

2.2.1 Definisi persepsi ………... 22

2.2.2 Proses terjadinya persepsi….... 29

2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi... 29

2.2.4 Ciri-ciri persepsi………... 32

2.2.5 Perbedaan persepsi………33

2.2.6 Hakekat persepsi ………34

2.2.7 Peran persepsi terhadap iklim kelas ………...36

2.3 Iklim Kelas...………38

2.3.1 Pengertian iklim kelas...38

2.4 Kerangka berpikir ...42

2.5 Hipotesis... ………...43

BAB 3 METODE PENELITIAN... 43

3.1 Jenis Penelitian... 43

(12)

3.1.3.2 Definisi operasional variabel...47

3.2 Subyek Penelitian... ..49

3.2.1 Populasi dan sampel... 49

3.2.2 Teknik pengambilan sampel...50

3.3 Teknik Pengumpulan Data... 50

3.3.1 Metode pengumpulan data... 50

3.3.2 Alat ukur penelitian...51

3.3.3 Teknik uji instrumen penelitian... .54

3.4 Teknik Analisis Data... ………... 61

3.5 Prosedur Penelitian... 62

BAB 4 HASIL PENELITIAN... 65

4.1 Gambaran Umum Responden...65

4.1.1 Gambaran umum berdasarkan jenis kelamin... 65

4.1.2 Gambaran umum berdasarkan usia...65

4.2 Deskripsi Data...66

4.2.1 Kategorisasi skala iklim kelas...66

4.2.2 Kategorisasi skala motivasi belajar...67

4.3 Hasil Uji Hipotesis penelitian...………...68

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN...71

(13)

5.3.2 Saran praktis………... 73

DAFTAR PUSTAKA

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Blue Print Skala Iklim Kelas

53

Tabel 3.2 Blue Print Skala Motivasi Belajar 54

Tabel 3.3 Hasil uji Validitas Skala Iklim Kelas 56

Tabel 3.4 Hasil uji Validitas Skala Motivasi belajar 58

Tabel 3.5 Blue Print Revisi Skala Iklim Kelas 59

Tabel 3.6 Blue Print Revisi Skala Motivasi Belajar 60

Tabel 3.7 Kaidah Reliabilitas Guilford 61

Tabel 4.1 Distribusi skor skala iklim kelas 66

Tabel 4.2 klasifikasi skor skala iklim kelas 66

Tabel 4.3 Distribusi skor skala Motivasi Belajar 67

Tabel 4.4 klasifikasi skor skala Motivasi Belajar 67

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Sekolah sering dijadikan tumpuan utama masyarakat dalam menilai berhasil

tidaknya pendidikan. Keberhasilan atau prestasi belajar siswa hanya sering dilihat

sebagai kesuksesan dan keunggulan pihak sekolah semata. Sebaliknya, kegagalan

atau rendahnya kualitas siswa sering dilihat sebagai ketidakmampuan pihak

sekolah menyelenggarakan proses pendidikan. Dengan kata lain masyarakat

banyak beranggapan bahwa sekolah adalah landasan dasar kualitas pendidikan.

Pernyataan legal formal tersebut menegaskan bahwa keberhasilan pendidikan

bukan hanya bertumpu dan menjadi tanggung jawab sekolah, yang sebagian besar

diselenggarakan oleh pemerintah. Peran serta aktif masyarakat dan keluarga

sangat dibutuhkan dan menentukan keberhasilan pendidikan.

Setiap manusia mempunyai cita-cita untuk sukses didalam hidupnya. Salah

satu cara untuk menggapai cita-citanya tersebut adalah dengan belajar di sekolah.

Untuk menggapai cita-cita dibutuhkan suatu dorongan atau keinginan yang kuat,

dan daya dorong atau keinginan yang kuat yang ada di dalam diri manusia itulah

yang disebut dengan motivasi. Motivasi yang terdapat di dalam diri manusia

menyebabkan ia berusaha dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan dan tujuan

(16)

Para ahli mengemukakan pengertian motivasi dengan berbagai sudut pandang

mereka masing-masing, namun intinya tetap sama, yakni sebagai suatu pendorong

yang mengubah energi dalam diri seseorang kedalam bentuk aktifitas nyata untuk

mencapai tujuan tertentu. Didalam buku Psikologi belajar menyatakan bahwa :

Motivasi adalah suatu perubahan energi didalam pribadi seseorang yang ditandai

dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan. (Oemar

Hamalik, 1992 : 173).

Motivasi terkait dengan semua aktifitas manusia, misalnya motivasi bekerja,

motivasi untuk hidup dan motivasi belajar, dalam hal ini penulis ingin meneliti

tentang motivasi belajar. Motivasi belajar merupakan syarat mutlak untuk belajar,

memegang peranan penting dalam memberikan gairah atau semangat dalam

belajar.

Motivasi belajar tidak hanya menjadi pendorong untuk mencapai hasil yang

baik tetapi mengandung usaha untuk mencapai tujuan belajar, dimana terdapat

pemahaman dan pengembangan dari belajar. Dengan motivasi belajar, setiap

pelajar memotivasi dirinya untuk belajar bukan hanya untuk mengetahui tetapi

lebih kepada untuk memahami hasil pembelajaran tersebut.

Motivasi belajar di antaranya dipengaruhi oleh lingkungan tempat dimana

pelajar itu melakukan proses pembelajaran, lingkungan keluarga, lingkungan

tempat tinggalnya, dan lingkungan sekolah tempat pelajar menuntut ilmu. Dalam

hal ini penulis ingin melihat peran dari lingkungan yaitu lingkungan sekolah

(17)

disekolah, iklim kelas merupakan bagian dari sekolah yang dapat mempengaruhi

besar kecilnya motivasi belajar siswa.

M.Busril (2004) pernah melakukan penelitian yang bertujuan untuk

mengetahui kontribusi iklim kelas terhadap motivasi belajar siswa SMP Negeri 68

Bogor Jawa Barat dan menunjukan bahwa iklim kelas tidak sepenuhnya

mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap motivasi belajar siswa di SMP

tersebut. Iklim kelas mengacu kepada berbagai dimensi psikologis dan sosial di

dalam kelas, pada iklim kelas yang positif, siswa akan merasa nyaman ketika

memasuki ruang kelas, mereka mengetahui bahwa akan ada yang memperdulikan

dan menghargai mereka, dan mereka percaya bahwa akan mempelajari sesuatu

yang berharga. Namun sebaliknya, pada iklim kelas negatif, siswa akan merasa

takut apabila berada di dalam kelas dan ragu apakah mereka akan mendapat

pengalaman yang berharga.

Kondisi dimensi iklim kelas pada tiap-tiap kelas dapat bervariasi dan

kemungkinan akan dapat mempengaruhi motivasi belajar setiap siswa. Melihat

fenomena akhir-akhir ini sering kita jumpai banyaknya pelajar yang tidak masuk

sekolah, padahal dari rumah mereka berangkat dan berpamitan dengan orang tua

mereka seringnya pelajar yang ada di warnet ataupun pusat perbelanjaan pada

jam-jam sekolah bisa saja menunjukan tidak adanya motivasi siswa untuk

meningkatkan prestasi belajar mereka.

Mengenai iklim kelas tersebut tentunya setiap siswa mempunyai pendapat

(18)

Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan

yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.

(Desiderato,1976)

Dengan persepsi kita dapat berinteraksi dengan dunia sekeliling kita,

khususnya dengan sesama manusia. Dalam kehidupan sosial di kelas pun tidak

lepas dari interaksi antara siswa dengan siswa dan antara siswa dengan guru,

melalui persepsi inilah siswa dapat membentuk motivasi yang ada pada dirinya

untuk mengikuti proses pembelajaran di kelas.

Persepsi yang positif dalam pengajaran di kelas akan membuat siswa

merasakan kesenangan dalam belajar, mendorong mereka untuk mempelajari

materi lebih mendalam dan pada akhirnya dapat membuat siswa lebih terlibat

dalam proses belajar mengajar. Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai

jika guru mampu mengatur anak didik dan sarana pengajaran, serta

mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan

pengajaran. Juga hubungan interpersonal yang baik antara guru dengan siswa dan

siswa dengan siswa merupakan syarat keberhasilan pengelolaan kelas

Studi lapangan yang dilakukan peneliti pada tanggal 5,6 dan7 Juni

menemukan seringnya beberapa siswa-siswi SMP dari beberapa sekolah di Depok

yang ketahuan berada di warnet dan pusat perbelanjaan di daerah Cinere dan

Depok pada jam-jam pelajaran, peneliti mengetahui beberapa hal yang membuat

mereka tidak termotivasi untuk belajar adalah penilaian siswa yang kurang baik

(19)

orang tua di rumah serta tidak adanya dukungan dari teman-teman yang lain

dalam hal kegiatan belajar di kelas.

Dengan adanya fenomena diatas dalam penelitian ini penulis mengambil judul

”Hubungan persepsi tentang iklim kelas dengan motivasi belajar siswa SMP Islam

Yayasan Kesejahteraan Sosial (YKS) di Kecamatan Pancoran Mas Depok”.

1.2 Batasan dan Rumusan Masalah

1.2.1. Batasan Masalah

Adapun masalah dalam penelitian ini hanya dibatasi pada judul penelitian atau

variabel yang diteliti yaitu mengenai :

Persepsi tentang iklim kelas yaitu: Suatu proses aktivitas seorang siswa dalam

memberikan kesan, penilaian, pendapat, merasakan dan menginterpretasikan iklim

kelas tempat siswa itu belajar yang dapat menimbulkan motivasi yang positif atau

motivasi yang negatif dalam proses belajar.

Motivasi belajar yaitu: pendorong, pengarah, dan sekaligus sebagai penggerak

perilaku siswa untuk mencapai prestasi belajar yang memuaskan. Yang terbagi

menjadi dua bagian yaitu:

Motivasi intrinsik: Motivasi yang timbul dari dalam diri siswa untuk belajar tanpa

adanya pengaruh dari orang lain.

Motivasi ekstrinsik: Motivasi yang timbul pada diri siswa karena adanya pengaruh

(20)

Subjek yang diteliti : Siswa kelas VIII SMP ISLAM Yayasan Kesejahteraan

Sosial (YKS) Kecamatan Pancoran Mas Depok

1.2.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dalam penelitian ini

permasalahan yang dirumuskan adalah : Adakah hubungan antara persepsi tentang

iklim kelas dengan motivasi belajar siswa kelas VIII SMP Islam Yayasan

Kesejahteraan Sosial (YKS) di Kecamatan Pancoran Mas Depok .

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini mempunyai tujuan:

1. Untuk mengetahui persepsi siswa tentang iklim kelas dengan motivasi

belajar di SMP Islam YKS (Yayasan Kesejahteraan Sosial) Kecamatan

Pancoran Mas Depok.

2. Untuk mengetahui hubungan persepsi tentang iklim kelas dengan motivasi

belajar siswa di SMP Islam YKS (Yayasan Kesejahteraan Sosial)

Kecamatan Pancoran Mas Depok.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini membahas mengenai persoalan dalam lingkup pembelajaran

(21)

siswa di SMP Islam YKS (Yayasan Kesejahteraan Sosial). Adapun manfaat dari

penelitian ini adalah :

1.4.2 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu menambah khasanah teoritis khususnya

dalam bidang psikologi Pendidikan

1.4.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pengetahuan praktis untuk

mengetahui hubungan persepsi tentang iklim kelas dengan motivasi belajar di

kalangan mahasiswa Universitas Islam Negeri Jakarta pada khususnya, dan

teman-teman siswa pelajar pada umumnya.

1.5 Sistematika Penulisan

Untuk dapat memberikan gambaran yang lebih rinci, maka penulisan skripsi

ini disusun dalam kerangka sistematis sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan

dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Membahas teori persepsi tentang iklim kelas dan motivasi belajar. Terdiri atas:

(22)

belajar, dan pengertian persepsi, pengertian persepsi tentang iklim kelas dan

kemampuan dalam persepsi serta kerangka berfikir dan hipotesa.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Menjelaskan tentang jenis penelitian. pendekatan penelitian, metode penelitian,

dan rancangan penelitian. Populasi dan sampel, teknik pengambilan sampel. dan

pengumpulan data. Instrumen penelitian, serta teknik uji instrumen.

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

Menguraikan gambaran umum subyek. presentasi data uji instrumen penelitian,

uji persyaratan, dan uji hipotesis dan hasil pengujian hipotesis.

BAB V PENUTUP

Mengemukakan kesimpulan yang diperoleh dari penelitian, diskusi

(23)

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

Dalam usaha untuk menjelaskan permasalahan yang telah diuraikan pada

BAB sebelumnya, penulis akan mencoba membahas beberapa teori yang

berkaitan dengan permasalahan ini, pembahasan mengenai hubungan persepsi

tentang iklim kelas dengan motivasi belajar siswa kelas VIII SMP Islam Yayasan

Kesejahteraan Sosial (YKS) Kecamatan Pancoran Mas Depok.

2.1. Motivasi

2.1.1. Pengertian motivasi belajar

Banyak para ahli yang sudah mengemukakan pengertian motivasi dengan

berbagai sudut pandang mereka masing-masing, namun intinya sama, yakni

sebagai suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang ke dalam

bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Mc. Donald mengatakan

bahwa, “Motivation is a energi change within the person characterized by

affective arousal and anticipatory goal reactions.”: Motivasi adalah suatu

perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya

afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dalam proses belajar,

motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi

(24)

Motivasi berpangkal dari kata “motif” yang dapat diartikan sebagai daya

penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas

tertentu demi tercapainya suatu tujuan (Pupuh Fathurohman 2007 : 19) Motivasi

dapat diartikan sebagai dorongan (daya penggerak) di dalam individu untuk

melakukan kegiatan guna mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Setiap orang

dalam hidupnya memerlukan kebutuhan, baik kebutuhan jasmani maupun rohani.

Dengan adanya kebutuhan tersebut akan mendorong adanya rangsangan

(stimulasi) dan tingkah laku balas (respon).

Menurut M. Manulang (1992 : 56), motivasi dapat dirumuskan sebagai

berikut:

1) Adalah setiap perasaan atau kehendak dan keinginan yang amat

mempengaruhi kemauan individu, sehingga individu tersebut terdorong

untuk berprilaku dan bertindak.

2) Adalah pengaruh kekuatan yang menimbulkan prilaku individu.

3) Adalah setiap tindakan atau kejadian yang menyebabkan berubahnya

prilaku seseorang.

4) Adalah proses dalam yang menentukan gerakan atau tingkah laku individu

kepada tujuan (goals).

Sedangkan menurut Wendell L. French New York (2000:95), motivasi adalah:

“Penyebab seseorang untuk berbuat sesuatu dalam jalan tertentu atau cenderung

pada tingkah laku spesifik”.

(25)

a. Dorongan dalam diri sendiri

b. Tingkah laku yang ditimbulkan dan terarah

c. Tujuan yang ingin dicapai tingkah laku tersebut.

Seseorang yang melakukan aktivitas belajar secara terus menerus tanpa

motivasi dari luar dirinya merupakan motivasi intrinsik yang sangat penting dalam

aktivitas belajar. Namun seseorang yang tidak mempunyai keinginan untuk

belajar, dorongan dari luar dirinya merupakan motivasi ekstrinsik yang

diharapkan. Oleh karena itu, motivasi ekstrinsik diperlukan bila motivasi intrinsik

tidak ada dalam diri seseorang sebagai subjek belajar.

Bukan hanya sekolah-sekolah yang berusaha memberi motivasi tingkah laku

manusia kearah perubahan tingkah laku yang diharapkan. Orang tua atau keluarga

pun telah berusaha memotivasi belajar anak-anak mereka. Kelompok yang

berkecimpung dibidang “Manajement“ yang membuat rencana “Insentive” baru

untuk meningkatkan produksi, adalah berusaha memotivasi perubahan-perubahan

dalam tingkah laku.

Dari uraian diatas, ternyata kesadaran tentang pentingnya motivasi bagi

perubahan tingkah laku manusia telah dimiliki, baik oleh para pendidik, para

orang tua murid maupun masyarakat.

2.1.2 Motivasi intrinsik dan ekstrinsik

(26)

Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi

aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap

individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Yang berhubungan

dengan minat, kebutuhan, kenikmatan dan rasa ingin tahu (woolfolk 1993).

Sebagai contoh seseorang yang senang membaca, tidak usah ada yang menyuruh

atau mendorongnya, ia sudah rajin mencari buku-buku untuk dibacanya.

Kemudian kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya (misalnya

kegiatan belajar), maka yang dimaksud dengan motivasi intrinsik ini adalah ingin

mencapai tujuan yang terkandung di dalam perbuatan belajar itu sendiri. Sebagai

contoh konkrit, seorang siswa itu melakukan belajar, karena betul-betul ingin

mendapat pengetahuan, nilai atau keterampilan agar dapat berubah tingkah

lakunya secara konstruktif, tidak karena tujuan yang lain-lain. Itulah sebabnya

motivasi intrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya

aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan dari dalam

diri dan secara mutlak berkait dengan aktivitas belajarnya. Seperti tadi

dicontohkan bahwa seorang belajar, memang benar-benar ingin mengetahui

segala sesuatunya, bukan karena ingin pujian atau ganjaran.

2. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena

adanya perangsang dari luar. Seperti pujian, tekanan sosial dan hukuman.

(woolfolk 1993). Sebagai contoh itu seseorang itu belajar,karena tahu besok

(27)

dipuji oleh pacarnya,atau temannya. Jadi yang penting bukan karena belajar ingin

mengetahui sesuatu, tetapi ingin mendapatkan nilai yang baik,atau agar mendapat

hadiah. Jadi kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya, tidak

secara langsung bergayut dengan esensi apa yang dilakukannya itu. Oleh karena

itu motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang

didalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari

luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.

Ada dua macam aspek motivasi yang bersifat statis adalah:

a. Merupakan kebutuhan pokok yang menjadi dasar bagi adanya harapan

yang akan diperoleh dan hasil tersebut sebagai penyelenggara organisasi.

b. Berupa alat perangsang yang diharapkan akan dapat memenuhi apa yang

menjadi kebutuhan pokok tersebut.

Dalam kaitannya dengan kegiatan belajar, maka motivasi belajar berarti

keseluruhan daya penggerak di dalam diri para siswa/warga belajar/peserta didik

yang dapat menimbulkan, menjamin, dan memberikan arah pada kegiatan belajar,

guna mencapai tujuan belajar yang diharapkan. Dengan motivasi belajar, maka

siswa/warga belajar/peserta didik dapat mempunyai intensitas dan kesinambungan

(28)

2.1.3 Prinsip-Prinsip Motivasi Belajar

Aktivitas belajar bukanlah suatu kegiatan yang dilakukan yang terlepas

dari faktor lain, aktivitas belajar merupakan kegiatan yang melibatkan unsure jiwa

dan raga. Belajar tak akan pernah dilakukan tanpa suatu dorongan yang kuat baik

dari dalam yang lebih utama maupun dari luar sebagai upaya lain yang tak kalah

pentingnya.

Faktor lain yang mempengaruhi aktivitas belajar seseorang itu dalam

pembahasan ini disebut motivasi. Motivasi adalah gejala psikologis dalam bentuk

dorongan yang timbul pada diri sesorang sadar atau tidak sadar untuk melakukan

suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Motivasi bisa juga dalam bentuk

usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak

melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau

mendapat kepuasan dengan perbuatannya

Motivasi mempunyai peranan yang strategis dalam aktivitas belajar seseorang.

Tidak ada seorang pun yang belajar tanpa motivasi. Tidak ada motivasi berarti

tidak ada kegiatan belajar. Agar peranan motivasi lebih optimal, maka

prinsip-prinsip motivasi dalam belajar tidak hanya diketahui, tetapi juga harus

diterangkan dalam aktivitas belajar mengajar. Ada beberapa prinsip motivasi

dalam belajar seperti dalam uraian berikut.

(29)

Seseorang melakukan aktivitas belajar karena ada yang mendorongnya,

motivasilah sebagai dasar penggeraknya yang mendorong seseorang untuk

belajar. Seseorang yang berminat untuk belajar belum sampai pada tataran

motivasi karena belum menunjukkan aktivitas nyata. Minat merupakan

kecenderungan psikologis yang menyenangi sesuatu objek, belum sampai

melakukan kegiatan. Namun, minat adalah motivasi dalam belajar. Minat

merupakan potensi psikologi yang dapat dimanfaatkan untuk menggali motivasi.

Bila seseorang sudah termotivasi untuk belajar maka dia melakukan aktivitas

belajar dalam rentangan waktu tertentu. Oleh karena itulah, motivasi diakui sebagi

dasar penggerak yang mendorong aktivitas belajar seseorang.

2. Motivasi Intrinsik Lebih Utama Daripada Motivasi Ekstrinsik Dalam

Belajar

Dari seluruh kebijakan pengajaran, guru lebih banyak memutuskan

memberikan motivasi ekstrinsik kepada setiap anak didik. Tidak pernah

ditemukan guru yang tidak memakai motivasi ekstrinsik dalam pengajaran. Anak

didik yang malas belajar sangat berpotensi untuk diberikan motivasi ekstrinsik

oleh guru supaya dia rajin belajar. Efek yang tidak diharapkan dari pemberian

motivasi ekstrinsik adalah kecendrungan ketergantungan anak didik terhadap

segala sesuatu di luar dirinya. Selain kurang percaya diri, anak juga bermental

pengharapan dan mudah terpengaruh. Oleh karena itu, motivasi intrinsik lebih

(30)

sangat sedikit terpengaruh dari luar. Semangat belajarnya sangat kuat. Dia belajar

bukan karena ingin mendapatkan nilai yang tinggi, mengharapkan pujian orang

lain atau mengharapkan hadiah berupa benda, tetapi karena ingin memperoleh

ilmu sebanyak-banyaknya. Tanpa diberikan janji-janji yang muluk-muluk pun

anak didik rajin belajar sendiri. Perintah tidak diperlukan, karena tanpa diperintah

anak sudah taat pada jadwal belajar yang dibuatnya sendiri.

3. Motivasi Berupa Pujian Lebih Baik Daripada Hukuman

Meski hukuman tetap diberlakukan dalam memicu semangat belajar anak

didik, tetapi masih lebih baik penghargaan berupa pujian. Setiap orang senang

dihargai dan tidak suka dihukum dalam bentuk apapun jaga. Memuji orang lain

berarti memberikan penghargaan atas prestasi kerja orang lain. Hal ini

memberikan semangat kepada seseorang untuk lebih meningkatkan prestasi

kerjanya. Tetapi pujian yang diucap itu tidak asal ucap, harus pada tempat dan

kondisi yang tepat. Kesalahan pujian bisa bermakna mengejek.

4. Motivasi Berhubungan Erat Dengan Kebutuhan Dalam Belajar

Kebutuhan yang tak bisa dihindari oleh anak didik adalah keinginan untuk

menguasai sejumlah ilmu pengetahuan. Oleh karena itulah anak didik belajar.

Karena bila tidak belajar berarti anak didik tidak akan mendapat ilmu

pengetahuan. Bagaimana untuk mengembangkan diri dengan memanfaatkan

(31)

melalui penguasaan ilmu pengetahuan. Jadi, belajar adalah santapan utama anak

didik.

5 Motivasi Dapat Memupuk Optimisme Dalam Belajar

Anak didik yang mempunyai motivasi dalam belajar selalu yakin dapat

menyelesaikan setiap pekerjaan yang dilakukan. Dia yakin bahwa belajar

bukanlah kegiatan yang sia-sia. Hasilnya pasti akan berguna tidak hanya kini,

tetapi dihari-hari mendatang. Setiap ulangan yang diberikan oleh guru bukan

dihadapi dengan pesimisme, hati yang resah gelisah. Tetapi dia hadapi dengan

tenang dan percaya diri. Biarpun ada anak didik yang lain membuka catatan

ketika ulangan, dia tidak terpengaruh dan tetap tenang menjawab setiap soal item

soal dari awal hingga akhir waktu yang ditentukan.

6. Motivasi Melahirkan Prestasi Dalam Belajar

Dari berbagai hasil penelitian selalu menyimpulkan bahwa motivasi

mempengaruhi prestasi belajar. Tinggi rendahnya motivasi selalu dijadikan

indikator baik buruknya prestasi belajar seseorang anak didik. Anak didik

menyenangi mata pelajaran tertentu dengan senang hati mempelajari mata

pelajaran itu. Selain memiliki bukunya, ringkasannya juga rapi dan lengkap.

Setiap ada kesempatan selalu mata pelajaran yang disenangi itu yang dibaca.

(32)

2.1.4 Fungsi Motivasi Dalam Belajar

Dalam kegiatan belajar mengajar pasti ditemukan anak didik yang malas

berpartisipasi dalam belajar. Sementara anak didik yang lain aktif berpartisipasi

dalam kegiatan, seorang atau dua orang anak didik duduk dengan santainya di

kursi mereka dengan alam pemikiran yang jauh entah kemana. Sedikitpun tidak

tergerak hatinya untuk mengikuti pelajaran dengan cara mendengarkan penjelasan

guru dan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan.

Ketiadaan minat terhadap suatu mata pelajaran menjadi pangkal penyebab

kenapa anak didik tidak bergeming untuk mencatat apa yang disampaikan oleh

guru. Itulah sebagai pertanda bahwa anak didik tidak mempunyai motivasi untuk

belajar. Kemiskinan motivasi intrinsik ini merupakan masalah yang memerlukan

bantuan yang tidak bisa ditunda-tunda. Guru harus memberikan suntikan dalam

bentuk motivasi ekstrinsik. Sehingga dengan bantun itu anak didik dapat keluar

dari kesulitan belajar.

Bila motivasi ekstrisik yang diberikan itu dapat membantu anak didik keluar

dari lingkaran masalah kesulitan belajar, maka motivasi dapat diperankan dengan

baik oleh guru. Peranan yang dimainkan oleh guru dengan mengandalkan

fngsi-fungsi motivasi merupakan langkah yang akurat untuk menciptakan iklim belajar

(33)

Baik motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrisik sama berfungsi sebagai

pendorong, penggerak, dan penyeleksi perbuatan. Ketiganya menyatu dalam sikap

terimplikasi dalam perbuatan. Dorongan adalah fenomena psikologis dari dalam

yang melahirkan hasrat untuk bergerak dalam menyeleksi perbuatan yang akan

dilakukan. Karena itulah baik dorongan atau penggerak maupun penyeleksi

merupakan kata kunci dari motivasi dalam setiap perbuatan dalam belajar.

Untuk jelasnya ketiga fungsi motivasi dalam belajar tersebut diatas, akan

diuraikan dalam pembahasan sebagai berikut.

1. Motivasi Sebagai Pendorong Perbuatan

Pada mulanya anak didik tidak ada hasrat untuk belajar, tetapi karena ada

sesuaru yang dicari muncullah minatnya untuk belajar. Sesuatu yang belum

diketahui itu akhirnya mendorong anak didik untuk belajar dalam rangka

mencari tahu. Jadi, motivasi yang berfungsi sebagai pendorong ini

mempengaruhi sikap apa yang seharusnya anak didik ambil dalam rangka

belajar.

2. Motivasi Sebagai Penggerak Perbuatan

Dorongan psikologis yang melahirkan sikap terhadap anak didik itu

merupakan suatu kekuatan yang tak terbendung, yang kemudian terjelma

dalam bentuk gerakan psikofisik. Disini anak didik sudah melakukan aktifitas

(34)

pada yang cenderung tunduk dengan kehendak perbuatan belajar. Sikap

berada dalam kepastian perbuatan dan akal pikiran mencoba membedah nilai

yang terpatri dalam wacana, prinsif, dalil, dan hukum, sehingga mengerti betul

isi yang dikandung.

3. Motivasi Sebagai Pengarah Perbuatan

Anak didik yang mempunyai motivasi dapat menyeliksi mana

perbuatan yang harus dilakukan dan mana perbuatan yang diabaikan. Seorang

anak didik yang ingin mendapatkan sesuatu dari suatu mata pelajaran tertentu,

ttidak mungkin dipaksakan untuk mempelajari mata pelajaran yang lain. Pasti

anak didik akan mempelajari mata pelajaran dimana tersimpan sesuatu yang

akan dicari itu. Sesuatu yang akan dicari anak didik merupakan tujuan belajar

yang akan dicapainya. Tujuan belajar itulah sebagai pengarah yang

memberikan motivasi kepada anak didik dalam belajar.

2.1.5 Bentuk-Bentuk Motivasi Dalam Belajar

Dalam proses interaksi belajar mengajar, baik motivasi intrinsik maupun

motivasi ekstrinsik, diperlukan untuk mendorong anak didik agar tekun

belajar. Motivasi ekstrinsik sangat diperlukan bila ada diantara anak didik

yang kurang berminat mengikuti pelajaran dalam jangka waktu tertentu.

Peranan motivasi ekstrinsik cukup besar untuk membimbing anak didik dalam

(35)

memanfaatkan motivasi ekstrinsik untuk meningkatkan minat anak didik agar

lebih bergairah belajar meski terkadang tidak tepat. Drs. Wasty Soemantoe

(1984) mengatakan, bahwa guru-guru sangat menyadari pentingnya motivasi

dalam bimbingan belajar murid.

Kesalahan dalam memberikan motivasi ekstrinsik akan berakibat

merugikan prestasi belajar anak didik dalam kondisi tertentu. Interaksi belajar

mengajar menjadi kurang harmonis. Tujuan pendidikan dan pengajaran pun

tidak akan tercapai dalam waktu yang relatif singkat, sesuai dengan target

yang dirumuskan. Oleh karena itu, pemahaman mengenai kondisi psikologis

anak didik sangat diperlukan guna mengetahui segala apa yang sedang

dihadapi anak didik sehingga gairah belajarnya menurun.

Ada beberapa bentuk motivasi yang dapat dimanfaatkan dalam rangka

mengarahkan belajar anak didik di kelas, sebagai berikut.

1. Memberi Angka

Angka dimaksud adalah sebagai simbol atau nilai dari hasil aktivitas

belajar anak didik. Angka atau nilai yang baik mempunyai potensi yang besar

untuk memberikan motivasi kepada anak didik lainnya. Namun, guru harus

menyadari bahwa angka/nilai bukanlah merupakan hasil belajar yang sejati,

hasil belajar yang bermakna, karena hasil belajar seperti itu lebih menyentuh

(36)

Untuk itu guru perlu memberikan angka/nilai yang menyentuh aspek efektif

dan keterampilan yang diperlihatkan anak didik dalam pergaulan/kehidupan

sehari-hari. Penilaian harus juga diarahkan kepadda aspek kepribadian anak

didik dengan cara mengamati kehidupan anak didik di sekolah, tidak hanya

semata-mata berpedoman pada hasil ulangan di kelas, baik dalam bentuk

formatif atau sumatif.

2. Hadiah

Hadiah adalah memberikan sesuatu kepada orang lain sebagai

penghargaan atau kenang-kenangan/cenderamata. Dalam dunia pendidikan,

hadiah bisa dijadikan sebagai alat motivasi. Hadiah dapat diberikan kepada

anak didik yang berprestasi, rangking satu, dua tau tiga dari anak didik

lainnya. Dalam pendidikan modern, anak didik yang berprestasi tinggi

memperoleh predikat sebagai anak didik teladan dan untuk perguruan

tinggi/universitas disebut sebagai mahasiswa teladan.sebagai penghargaan atas

prestasi mereka dalam belajar, uang beasiswa supersemar pun mereka terima

setiap bulan dengan jumlah dan jangka waktu yang ditentukan. Hadiah berupa

uang beasiswa supersemar diberikan adalah untuk memotivasi anak

didik/mahasiswa agar senantiasa mempertahankan prestasi belajar selama

berstudi.

(37)

Kompetisi adalah persaingan, dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk

medorong anak didik agar mereka bergairah belajar. Bila iklim belajar yang

kondusif terbentuk, maka setiap anak didik terlihat dalam kompetisi untuk

menguasai bahan pelajarran yang diberikan. Selanjutnya, setiap anak didik

sebagian individu melibatkan diri mereka masing-masing kedalam aktivitas

belajar. Kondisi inilah yang dikehendaki dalam pendidikan modern, yakni

cara belajar siswa aktif (CBSA), bukan catat buku sampai akhir pelajaran yang

merupakan kepanjangan dari CBSA pasaran.

4. Ego-Involvement

Menumbuhkan kesadaran kepada anak didik agar merasakan pentingnya

tugas dan menerimanya sebagai suatu tantangan sehingga beklerja keras

dengan mempertahankan harga diri, adalah sebagai salah ssatu bentuk

motivasi yang cukup penting. Seseorang akan berusaha dengan segenap

tenaga untuk mencapai prestasi yang baik dengan menjaga harga dirinya.

Penyelesaian tugas dengan baik adalah simbol kebanggaan dan harga diri.

Begitu juga dengan anak didik sebagai subjek belajar. Anak didik akan belajar

dengan keras bisa jadi karena harga dirinya

5. Memberi Ulangan

Ulangan bisa dijadikan sebagai motivasi, anak didik biasanya

mempersiapkan diri dengan belajar jauh-jauh hari untuk menghadapi ulangan.

(38)

memotivasi anak didik agar lebih giat belajar. Namun demikian, ulangan tidak

selamanya dapat digunakan sebagai alat motivasi. Ulangan yang guru lakukan

setiap hari dengan tak terprogram, hanya karena selera, akan membosankan

anak didik. Oleh karena itu, ulangan akan menjadi alat motivasi bila dilakukan

secara akurat dengan teknik dan setrategi yang sestematis dan terencana.

6. Mengetahui Hasil

Mengetahui hasil belajar bisa dijadikan sebagai alat motivasi. Bagi anak

didik yang menyadari betapa besarnya sebuah nilai prestasi belajar akan

meningkatkan intensitas belajarnya guna mendapatkan prestasi belajar yang

melebihi prestasi belajar diketahui sebelumnya. Prestasi belajar yang rendah

menjadikan anak didik giat belajar untuk memperbaikinya. Sikap seperti itu

bisa terjadi bila anak didik merasa rugi mendapat prestasi belajar yang tidak

sesuai dengan harapan.

7. Pujian

Pujian yang diucapkan pada waktu yang tepat dapat dijadikan sebagai alat

motivasi. Pujian adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus

merupakan motivasi yang baik. Guru bisa memanfaatkan pujian untuk memuji

keberhasilan anak didik dalam mengerjakan pekerjaan sekolah. Pujian

diberikan sesuai dengan hasil kerja, bukan dibuat-buat atau bertentangan sama

(39)

8.Hukuman

Meski hukuman sebagai reinforcement yang negatif, tetapi bila dilakukan

dengan tepat dan bijak akan merupakan alat motivasi yang baik dan efiktif.

Hukuman akan merupakan alat motivasi bila dilakukan dengan pendekatan

edukatif, bukan karena dendam. Pedekatan edukatif dimaksud di sini sebagai

hukuman yang mendidik dan bertujuan memperbaiki sikap perbuatan anak

didik yang dianggap salah. Sehingga dengan hukuman yang diberikan itu anak

didik tidak mengulangi kesalahan atau pelanggaran. Minimal mengurangi

frekuensi pelanggaran. Akan lebih baik bila anak didik berhenti melakukannya

dihari mendatang.

9. Hasrat Untuk Belajar

Hasrat untuk belajar adalah gejala psikologis yang tidak berdiri sendiri,

tetapi berhubungan dengan kebutuhan anak didik untuk mengetahui sesuatu

dari objek yang akan dipelajarinya. Kebutuhan itulah yang akan menjadi dasar

aktivitas anak didik dalam belajar. Tiada kebutuhan berarti tiada ada hasrat

untuk belajar. Itu sama saja tidak ada minat untuk belajar.

10. Minat

Minat adalah kecendrungan yang menetap untuk memperhatikan dan

mengenang beberapa aktivitas. Dengan kata lain, minat adalah suatu rasa lebih

suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang

(40)

menunjukkan anak didik lebih menyukai sesuatu dari pada yang lainnya,

tetapi dapat juga diimplementasikan melalui partisipasi aktif dalam suatu

kegiatan. Anak didik yang berminat terhadap sesuatu cenderung untuk

memberikan perhatian yang lebih besar terhadap sesuatu yang diminat itu dan

sama sekali tidak menghiraukan sesuatu yang lain. Minat terhadap sesuatu itu

dipelajari dan dapat mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi

penerimaan minat-minat baru. Jadi, minat terhadap sesuatu merupakan hasil

belajar dan cenderung mendukung aktivitas belajar berikutnya.

Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar. Anak didik yang

berminat terhadap suatu mata pelajaran akan mempelajarinya dengan

sungguh-sungguh, karena ada daya tarik baginya. Anak didik mudah

menghafal pelajaran yang menarik minatnya. Minat merupakan alat motivasi

yang utama yang dapat membangkitkan kegairahan belajar anak didik dalam

rentangan waktu tertentu. Oleh karena itu, guru perlu membangkitkan minat

anak didik agar pelajaran yang diberikan mudah anak didik pahami.

Dari beberapa uraian diatas, nampak jelas bahwa motivasi berfungsi

sebagai pendorong, pengarah, dan sekaligus sebagai penggerak perilaku

(41)

2.2

Persepsi

2.2.1 Definisi persepsi

Persepsi (perception) merupakan tahap paling awal dari serangkaian pemroses

informasi. Persepsi adalah suatu proses penggunaan pengetahuan yang telah

dimiliki (yang disimpan didalam ingatan) untuk mendeteksi atau memperoleh dan

menginterpretasi stimulus (rangsangan) yang diterima oleh alat indera seperti

mata, telinga dan hidung (Matlin,1989; Solso,1988).

Secara singkat dapat dikatakan bahwa persepsi merupakan suatu proses

menginterpretasi atau menafsirkan informasi yang diperoleh melalui sistem alat

indera manusia. Misalnya pada waktu seseorang melihat sebuah gambar,

membaca tulisan, atau mendengarkan suara tertentu, ia akan melakukan

interpretasi berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya dan yang relevan dengan

hal-hal itu.

Banyak ahli yang mencoba membuat definisi dari ‘persepsi’. Beberapa di

antaranya adalah:

1. Persepsi merupakan proses yang terjadi di dalam diri individu yang

dimulai dengan diterimanya rangsang, sampai rangsang itu disadari

dan dimengerti oleh individu sehingga individu dapat mengenali

dirinya sendiri dan keadaan di sekitarnya (Bimo Walgito).

2. Persepsi merupakan proses pengorganisasian dan penginterpretasian

(42)

sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam

diri individu (Davidoff).

3. Persepsi ialah interpretasi tentang apa yang diinderakan atau dirasakan

individu (Bower).

4. Persepsi merupakan suatu proses pengenalan maupun proses

pemberian arti terhadap lingkungan oleh individu (Gibson).

5. Persepsi juga mencakup konteks kehidupan sosial, sehingga dikenallah

persepsi sosial. Persepsi social merupakan suatu proses yang terjadi

dalam diri seseorang yang bertujuan untuk mengetahui,

menginterpretasi, dan mengevaluasi orang lain yang dipersepsi, baik

mengenai sifatnya, kualitasnya, ataupun keadaan lain yang ada dalam

diri orang yang dipersepsi sehingga terbentuk gambaran mengenai

orang lain sebagai objek persepsi tersebut (Lindzey & Aronson).

6. Persepsi merupakan proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh

seorang individu (Krech).

7. Persepsi merupakan suatu proses yang dimulai dari penglihatan hingga

terbentuk tanggapan yang terjadi dalam diri individu sehingga individu

sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera-indera

yang dimilikinya.

Jadi persepsi merupakan proses kognitif seseorang yang melibatkan indera sensorisnya, yaitu penglihatan, pendengaran, peraba perasa dan penciuman untuk

(43)

informasi itu diproses untuk diberikan arti atau makna agar manusia bisa

memahaminya.

2.2.2 Proses terjadinya persepsi

Seseorang dalam mempersepsikan sesuatu tidak terjadi begitu saja, tetapi ada

unsur yang menyebabkan terjadinya suatu proses persepsi. Secara alur dapat

dikemukakan bahwa proses persepsi berlangsung sebagaimana berikut:

1. Stimulus mengenai alat indera, ini merupakan proses yang bersifat

kealaman.

2. Stimulus kemudian dilangsungkan keotak oleh syaraf sensoris. Yang

disebut proses pisiologis.

3. Diotak sebagai pusat susunan urat syaraf terjadilah proses yang akhirnya

individu dapat menyadari atau mempersepsi tentang apa yang diterima

melalui alat indera. Proses yang terjadi dalam otak ini merupakan proses

psikologis. (Bimo Walgito, 1989).

2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi

Persepsi pada prinsipnya selalu melibatkan dua proses yang saling melengkapi

dan bukan berjalan sendiri-sendiri. Dua proses tersebut adalah bottom-up

processing dan top-down processing. Hal ini berarti bahwa hasil suatu persepsi

atau interpretasi mengenai suatu stimulus akan ditentukan oleh kombinasi antara

(44)

pengetahuan yang tersimpan didalam pengetahuan seseorang yang relevan dengan

stimulus itu (top-down).

Berkaitan dengan pemikiran tersebut maka ada dua sumber informasi yang

dapat digunakan untuk mempersepsi dunia luar secara tepat:

1. Informasi yang ditampilkan oleh stimulus sensori pada waktu itu.

2. Pengetahuan serta pengalaman yang relevan yang dimiliki dan

telah tersimpan didalam ingatan seseorang.

Berdasarkan penjelasan yang telah di ungkapkan, bisa terjadi perbedaan

seseorang dalam memberikan makna terhadap informasi yang ditangkap oleh

panca inderanya. Hal ini disebabkan pemaknaan terhadap apa yang di tangkap

oleh panca indera adalah subyektif. misalnya ada dua orang memperoleh stimulus

(informasi) yang sama, tetapi kedua orang tersebut dalam memberikan makna

(interpretasi) terhadap stimulus tersebut berbeda. Karena ada beberapa faktor yang

bisa mempengaruhi terjadinya perbedaan persepsi seseorang. Adapun

faktor-faktor tersebut menurut Robbins (2001) ada tiga, yaitu:

a. Orang yang melakukan persepsi

Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang antara lain:

1. Sikap individu yang bersangkutan dengan objek persepsi

2. Motif / keinginan yang belum terpenuhi yang ada di dalam diri seseorang

akan berpengaruh terhadap persepsi yang dimunculkan.

(45)

Fokus perhatian individu dipengaruhi oleh keterkaitan tentang sesuatu. Hal

ini menyebabkan obyek persepsi yang sama dapat dipersepsikan berbeda

oleh masing-masing individu.

4. Harapan.

Harapan dapat menyebabkan distorsi terhadap obyek yang di persepsikan.

Atau dengan kata lain seseorang akan mempersepsikan suatu obyek atau

kejadian sesuai dengan apa yang diharapkan pada orang tersebut.

b. Target atau objek persepsi

Karakteristik target / objek yang dipersepsikan bisa mempengaruhi apa

yang dipersepsikan. Karakteristik orang yang dipersepsi baik itu

karesteristik personal sikap maupun tingkah laku dapat berpengaruh

terhadap perceiver, karena manusia dapat saling mempengaruhi persepsi

satu sama lain. Guru yang berinteraksi dengan murid di kelas bertingkah

laku selalu antusias, hangat, humoris, dan lain sebagainya akan

berpengaruh terhadap persepsi siswa akan guru tersebut.

c. Faktor situasi

Yaitu situasi persepsi tersebut muncul. Konteks situasi saat melihat

obyek baik berupa lokasi, cahaya, dan suasana sangatlah penting. Pada

faktor situasi terhdap beberapa hal yang dapat memepengaruhi, antara lain:

(46)

Bagaimana lingkungan sosial memandang obyek persepsi seseorang ada

kecenderungan sesuai dengan apa yang di persepsikan lingkungan

sosialnya.

2. Konteks pekerjaan

Persepsi seseorang terhadap suatu peristiwa dalam lingkup pekerjaan

3. Waktu pada saat kapan objek persepsi tersebut kita persepsikan.

2.2.4. Ciri-Ciri persepsi

Penginderaan terjadi dalam suatu konteks tertentu, konteks ini disebut sebagai

dunia persepsi agar dihasilkan suatu penginderaan yang bermakna. Menurut

Shaleh dan Muhbib (2005) ada ciri-ciri umum tertentu dalam dunia persepsi

antara lain:

1. Modalitas: rangsang-rangsang yang diterima harus sesuai dengan

modalitas tiap-tiap indera, yaitu sifat sensoris dasar dan masing-masing

indera (cahaya untuk penglihatan, bau untuk penciuman, suhu bagi

perasa, bunyi bagi pendengaran, sifat permukaan bagi peraba dan

sebagainya).

2. Dimensi ruang: dunia persepsi mempunyai sifat ruang (dimensi

ruang), kita dapat mengatakan atas-bawah, tinggi-rendah,

luas-sempit,latar depan-latar belakang, dan lain-lain.

3. Dimensi waktu: dunia persepsi mempunyai dimensi waktu, seperti

(47)

4. Struktur konteks, keseluruhan yang menyatu: objek-objek atau

gejala-gejala dalam dunia pengamatan mempunyai struktur yang menyatu dengan

konteksnya. Struktur dan konteks ini merupakan keseluruhan yang

menyatu.

2.2.5. Perbedaan persepsi

Perbedaan persepsi menurut Sarwono (2000) dapat disebabkan oleh hal-hal

dibawah ini:

1. Perhatian: biasanya tidak menangkap seluruh rangsangan yang ada

disekitar kita sekaligus, tetapi memfokuskan perhatian terhadap satu

atau dua objek saja.

2. Kebutuhan: kebutuhan-kebutuhan sesaat maupun yang menetap pada

diri seseorang, mempengaruhi persepsi orang tersebut. Dengan

demikian, kebutuhan-kebutuhan yang berbeda menyebabkan bila

perbedaan persepsi.

3. Sistem nilai: sistem nilai yang berlaku pada suatu masyarakat

berpengaruh pula pada persepsi.

4. Ciri kepribadian: ciri kepribadian akan mempengaruhi persepsi

5. Gangguan kejiwaan:

Gangguan kejiwaan dapat menimbulkan kesalahan persepsi yang

disebut halusinasi. Berbeda dari ilusi, halusinasi bersifat individual,

(48)

2.2.6 Hakekat persepsi

Persepsi ternyata banyak sekali melibatkan kegiatan kognitif. Pada awal

pembentukan proses persepsi, orang telah menentukan dulu apa yang akan

diperhatikan. Setiap kali anda memusatkan perhatian lebih besar kemungkinannya

anda akan memperoleh makna dari apa yang anda tangkap, lalu

menghubungkannya dengan pengalaman lalu, kemudian hari akan diingat

kembali.

Beberapa hal yang mempengaruhi persepsi dalam kemampuan kognitif yaitu:

a. Kesadaran

Bila anda sedang merasa sangat bahagia, maka pemandangan yang

terhampar jauh akan sangat luar biasa indahnya. Tetapi sebaliknya, jika

anda sedang murung atau sedih, mungkin pemandangan yang indah itu

akan membosankan dipandang.

b. Ingatan

Indera secara teratur akan menyimpan data-data yang dapat diterima oleh

otak. Orang cenderung untuk terus menerus membanding-bandingkan

penglihatan, suara dan pengindraan lainnya dengan ingatan-ingatan

pengalaman lalu yang mirip.

c. Proses informasi

Seseorang sudah dapat menentukan dan memutuskan data mana yang akan

dihadapi berikutnya, dibandingkan dengan situasi lalu dan saat itu, lalu

(49)

Beberapa Psikolog melihat atensi memegang peranan dalam persepsi,

walaupun sampai saat ini masih saja merupakan topik yang penuh perdebatan.

Beberapa orang psikolog melihat atensi sebagai jenis alat saring (filter) yang akan

menyaring semua informasi pada titik-titik yang berbeda pada proses persepsi.

Sebaliknya psikolog lain yakin bahwa manusia mampu memusatkan atensinya

terhadap apa yang mereka kehendaki untuk dipersepsikan secara aktif dengan

mellibatkan pengalaman-pengalaman tanpa menutup rangsangan lain yang saling

bersaing. Atensi selalu aktif pada waktu tertentu, mula-mula ketika menerima

masukan dari organ indra, kemudian ketika harus memilih dan

menginterpretasikan data sensorik dan menentukan apakah akan memberikan

respon terhadap rangsangan itu, lalu bersiap-siap untuk mengambil langkah

tindakan tertentu.

Menurut Daniel Kahneman bahwa kemampuan atensi tergantung pada

sumber-sumber yang dituntut oleh tugas yang sedang akan dilakukan. Bila kontrol

kesadaran hanya sedikit dan sumber yang diperlukan juga sedikit seperti misalnya

dalam mengendarai mobil (bagi pengemudi yang mahir) maka orang tersebut akan

dapat melakukan banyak tugas lainnya sekaligus. Pengaruh yang penting di dalam

atensi adalah kebutuhan, minat dan nilai, misalnya seorang guru yang sedang

asyik mengajarkan pelajaran-pelajarannya, mungkin akan tidak mendengar sama

sekali lonceng berbunyi tanda usai pelajaran, sebaliknya, murid yang sudah lapar

dan ingin pulang, atau berbincang dengan temannya, justru sangat menyadari

(50)

2.2.7 Peran persepsi terhadap iklim kelas

Manusia sebagai mahluk sosial yang dalam realitasnya melakukan berbagai

interaksi dengan mahluk lain melalui berbagai situasi. Pendidikan dimana di

dalamnya terjadi rangkaian peristiwa menuju terbentuknya manusia sehat jasmani

dan rohani. Pengajaran sebagai bagian dari pendidikan dimana pengajaran

bertujuan untuk pencapaian tujuan pendidikan dan terikat oleh situasi atau

interaksi yang edukatif dalam bentuk hubungan bersama antara guru dengan

murid.

Dalam proses persepsi setiap individu mempunyai kesan tersendiri atas

kejadian atau peristiwa yang ditangkap oleh indera sensorisnya, sehingga bisa

terjadi perbedaan antara individu A dengan individu B dalam pemberian arti

tentang objek peristiwa yang ditangkap indera sensorisnya. Dunia pendidikan

tidak terlepas dari terjadinya proses interaksi antara guru dengan siswa dan siswa

dengan siswa lainnya. Persepsi dalam kaitannya dengan iklim kelas, guru

merupakan objek yang sangat penting yang akan dipersepsi, yang pada akhirnya

akan mempengaruhi orientasi tujuan siswa. Dari model-model pembelajaran yang

dikemukakan oleh Rameden (1992), Entwistle (1981) serta Cote dan Levine

(2000) terlihat bahwa persepsi terhadap pengajar, lingkungan pembelajaran dan

evaluasi merupakan hal yang mempengaruhi prestasi belajar secara tidak

langsung.

Dalam kaitannya dengan orientasi tujuan, siswa akan lebih berorientasi pada

(51)

dibandingkan jika ia mempersepsi bahwa materi tidak menarik dan tidak

bermanfaat. (Woolfolk,2004). Orientasi belajar dapat dibentuk maupun diubah,

tergantung dari lingkungan. Mengingat bahwa situasi kelas dapat membentuk

orientasi tujuan siswa, guru berperan penting dalam memfasilitasi pengadopsian

orientasi tujuan siswa. (Woolfolk,2004, Pintrich dan Schunk,1996).

Persepsi yang positif terhadap pengajaran akan membuat siswa merasakan

kesenangan dalam belajar, mendorong mereka untuk mempelajari materi lebih

mendalam dan pada akhirnya dapat membuat siswa lebih terlibat dalam proses

belajar mengajar. (Church, Elliot dan Gable,2001). Selanjutnya faktor evaluasi

sangat menentukan perilaku belajar siswa, karena pandangan mengenai evaluasi

yang diberikan oleh guru akan mempengaruhi pendekatan belajar yang dipilih

melalui orientasi yang diadopsi.

Faktor evaluasi berkaitan dengan situasi kelas yang terbentuk karena jenis

evaluasi yang diberikan. Jika evaluasi menekankan pada perbandingan

kemampuan kognitif secara sosial, siswa akan mengadopsi orientasi ego dan

orientasi work avoidance. Sebaliknya jika evaluasi menekankan pada peningkatan

diri, partisipasi, usaha dan pendekatan belajar secara efektif dari peserta didik,

siswa akan mengadopsi orientasi task. (Ames dan Arcer,1998). Dalam penelitian

ini persepsi mengenai iklim kelas merupakan persepsi yang dimiliki siswa

terhadap pembelajaran, dalam hal ini pengajaran guru dan situasi belajar mengajar

(52)

2.3 Iklim Kelas

2.3.1 Pengertian iklim kelas

Prestasi belajar dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal

meliputi motivasi inteligensi, bakat, minat, dan kondisi fisik. Faktor eksternal

meliputi faktor sosial termasuk hubungan siswa dengan guru. Manajemen

sekolah, kurikulum pendidikan serta sarana dan fasilitas sekolah (Purwanto,

1998). Lingkungan sekolah yang memberi pengaruh terbesar pada kondisi siswa

dalam proses belajar disekolah adalah iklim didalam kelas (winkel,2005).

Demikian juga menurut Kaluge (dikutip oleh Pudjibudojo & Rahayu, 2003), iklim

kelas merupakan pengaruh terbesar bagi prestasi belajar siswa.

Menurut Oemar Hamalik dalam Ilmu Pendidikan, 1991, kelas adalah suatu

kelompok orang-orang yang melakukan kegiatan belajar bersama yang mendapat

pengajaran dari seorang guru. Sebagai suatu kelompok sosial kelas pada

hakikatnya adalah suatu unit sosial yang bersama-sama memiliki tujuan dan

terbentuk secara formal yang berada di bawah suatu pimpinan, yaitu guru.

Bloom (1964) mendefinisikan iklim dengan kondisi, pengaruh, dan

rangsangan dari luar yang meliputi pengaruh fisik, sosial dan intelektual yang

mempengaruhi peserta didik. Hoy dan forsyth (1986) mengatakan bahwa iklim

kelas adalah organisasi sosial informal dan aktifitas guru kelas yang secara

spontan mempengaruhi tingkah laku. Selanjutnya Hoy dan Miskell (1982)

menambahkan istilah iklim seperti halnya keperibadian pada manusia. Artinya

(53)

kelas-kelas yang lain, meskipun kelas-kelas itu dibangun dengan fisik dan bentuk atau

arsitektur yang sama. Moos (1979) juga menambahkan bahwa iklim kelas seperti

halnya manusia, ada yang sangat berorientasi pada tugas, demokratis, formal,

terbuka, atau tertutup.

Dengan berdasarkan pada beberapa pengertian iklim dan iklim kelas di atas,

maka dapat dipahami bahwa iklim kelas adalah segala situasi yang muncul akibat

hubungan guru dan peserta didik atau hubungan antarp eserta didik yang menjadi

ciri khusus dari kelas dan mempengaruhi proses belajar mengajar.

Lingkungan fisik kelas mencakup kondisi dan materi fisik seperti ruangan

kelas, dan ragam perlengkapan didalam kelas (Parsons,Hinson, &Brown, 2001).

Sedangkan lingkungan sosial kelas merupakan iklim atau atmosfir psikologis

dalam kelas, dan lingkungan sosial kelas juga disebut lingkungan psikologis atau

iklim lingkungan kelas (Parsons, et al., 2001)

Persepsi siswa terhadap iklim lingkungan kelas juga mempunyai hubungan

yang positif dengan pencapaian akademik siswa (Moos & Moos dikutip oleh

Byer, 2000). Iklim kelas merupakan bagian dari sekolah atau institusi yang dapat

memengaruhi motivasi belajar. Iklim kelas mengacu kepada berbagai dimensi

psikologis dan sosial di dalam kelas, seperti tingkat formalitas, fleksibilitas,

struktur, kecemasan, kontrol dari guru, aktivitas dan juga dorongan (Reilly dan

Lewis, 1983).

Pada iklim kelas yang positif, siswa akan merasa nyaman ketika memasuki

(54)

menghargai mereka, dan mereka percaya bahwa akan mempelajari sesuatu yang

berharga. Namun sebaliknya, pada iklim kelas negatif, siswa akan merasa takut

apabila berada di dalam kelas dan ragu apakah mereka akan mendapat

pengalaman yang berharga.

Iklim kelas mencakup dimensi seperti keterlibatan, afiliasi, dukungan dari staf

pengajar, orientasi terhadap tugas, kompetisi, keteraturan dan pengorganisasian,

kejelasan peraturan, kontrol staf pengajar, serta inovasi (Trickett dan Moss dalam

Ramelan, 1989). Dimensi keterlibatan dan afiliasi merupakan dimensi yang

bekaitan dengan siswa, apabila siswa terlibat secara aktif dalam setiap aktifitas di

dalam kelas serta memiliki hubungan interpersonal yang baik dengan sesama

siswa maka akan tercipta iklim kelas yang positif.

Pada dimensi orientasi terhadap tugas, kompetisi, keteraturan dan

pengorganisasian yang berkaitan erat dalam menciptakan sistem belajar yang

kondusif. Siswa ditekankan bahwa penyelesaian suatu tugas adalah hal yang

sangat penting demi mencapai suatu prestasi tertentu yang diimbangi dengan

adanya persaingan untuk mencapai prestasi tersebut. Kejelasan peraturan, kontrol

dari staf pengajar merupakan dimensi yang berhubungan dengan staf pengajar,

kemampuan dari guru untuk mendukung dan memberikan perhatian terhadap

siswa, memberikan peraturan yang jelas untuk dijalankan sebagai kontrol di

dalam kelas. Dan dimensi inovasi berhubungan langsung dengan guru sebagai

pengajar harus berusaha mencari cara untuk menghindari kebosanan siswa

(55)

Kondisi yang merupakan dimensi iklim kelas tersebut pada tiap-tiap kelas

dapat bervariasi dan kemungkinan

Gambar

gambar dibawah ini
Tabel 3.1.
Tabel 3.2 Blue Print Skala Motivasi Belajar
Tabel 3.3 Hasil uji validitas skala iklim kelas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Akan mengadakan penelitian Stadion Jati Diri Semarang, dalam rangka Penyusunan Tugas Skripsi dengan Judul : “ Perilaku Agresif Suporter. Sepakbola Ditinjau Dari Kecerdasan

Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar

Dalam draf rancangan undang-undang dasar pertama, 16 terdapat tiga pasal yang eksplisit menyebut fungsi legislasi atau pembentukan undang-undang, yaitu Pasal 3 dalam

Jumlah daun pada umur 2 dan 3 MST berbeda nyata karena tanaman telah memberikan respon terhadap pengolahan tanah karena keadaan fisik, kimia, dan biologi tanah telah

Setelah A mendapat cukup banyak informasi merek, kualitas, harga, lokasi pendapatan produk tersebut maka A mengevaluasi terhadap pilihannya dengan cermat untuk

Berdasarkan adanya manfaat–manfaat sosial yang ditimbulkan dengan adanya proyek ini, baik yang dalam cakupan nasional ataupun hanya wilayah tertentu, maka PT Agro Lestari

Pengem- bangan lebih lanjut untuk penelitian lanjutan dapat dilakukan dalam beberapa aspek antara lain membentuk model persediaan untuk barang-barang yang selalu mengalami