• Tidak ada hasil yang ditemukan

Diversitas fittoplankton di Danau Tasikardi terkait dengan kandungan Karbondioksida dan Nitrogen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Diversitas fittoplankton di Danau Tasikardi terkait dengan kandungan Karbondioksida dan Nitrogen"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

DIVERSITAS FITOPLANKTON DI DANAU TASIKARDI TERKAIT DENGAN KANDUNGAN KARBONDIOKSIDA DAN

NITROGEN

SKRIPSI

ROBIATUL ADAWIYAH

PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

DIVERSITAS FITOPLANKTON DI DANAU TASIKARDI TERKAIT DENGAN KANDUNGAN KARBONDIOKSIDA DAN

NITROGEN

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Pada Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

ROBIATUL ADAWIYAH 105095003143

ROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(3)
(4)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Jakarta, Juni 2011

(5)

ABSTRAK

Robiatul Adawiyah. Diversitas Fitoplankton di Danau Tasikardi Terkait dengan Kandungan Karbondioksida dan Nitrogen. Skripsi. Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. 2011.

Kegiatan antropogenik yang berlangsung di sekitar danau dapat menimbulkan pencemaran dan mempengaruhi kandungan senyawa-senyawa yang terkandung di perairan danau, di antaranya karbon dioksida dan nitrogen. Penelitian dilakukan untuk mengetahui kaitan keanekaragaman fitoplankton dengan kandungan karbon dioksida dan nitrogen di perairan danau Tasikardi, Serang, Banten. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai dengan bulan Agustus 2009. Fitoplankton yang ditemukan sebanyak 16 jenis dengan jumlah sebanyak 728 individu. Jenis yang paling banyak ditemukan adalah Euglena sp dan yang paling sedikit adalah Navicula sp. Kelimpahan fitoplankton tertinggi terdapat pada titik sampel 2 yaitu 215 ind/cm2 dan terendah di titik sampel 1 yaitu 135 ind/cm2. Nilai rata-rata keanekaragaman fitoplankton adalah 1,1944 dengan nilai tertinggi terdapat pada titik sampel 1 yaitu 1,5612 dan yang terendah terdapat pada titik sampel 2 yaitu 0,5452. Indeks keseragaman fitoplankton tertinggi terdapat di titik sampel 1 yaitu 0,4472 dan yang terendah terdapat di titik sampel 2 yaitu 0,2792. Indeks dominansi yang tertinggi terdapat pada titik sampel 2 yaitu 0,7082, sedangkan yang terendah terdapat pada titik sampel 1 yaitu 0,311. Kandungan karbon dioksida dan nitrit di tiap titik sampling sama yaitu 22 ppm dan 0,02 ppm. Kandungan nitrat yang tertinggi terdapat pada titik sampel 4 yaitu 0,78 ppm dan terendah berada di titik sampel 1 yaitu 0,34 ppm, sedangkan kandungan ammonia tertinggi terdapat pada titik sampel 1 yaitu 0,83 ppm dan terendah berada di titik sampel 4 yaitu 0,02 ppm. Analisis korelasi sederhana menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara keanekaragaman fitoplankton dengan kandungan karbondioksida yang ditandai dengan nilai r = 0, sedangkan terhadap kandungan nitrogen terdapat hubungan yang kurang signifikan dengan nilai r = 0,1095

(6)

ABSTRACT

Robiatul Adawiyah. Diversity of Phytoplankton in Tasikardi Lake Associated with Carbondioxide and Nitrogen Concentration. Thesis. Department of Biology, Faculty Science and Technology, State Islamic University Syarif Hidayatullah, Jakarta. 2011.

Anthropogenic activities that took place around the lake could cause pollution and affect the concentration of compounds contained in the water of lake, such as carbondioxide and nitrogen. The porpose of study was determining the diversity of phytoplankton associated with carbon dioxide and nitrogen in the water of Tasikardi Lake, Serang, Banten, from June to August 2009. It was found 16 species with a total 728 individu of phytoplankton. The highest spesies was Euglena, and the lowest was Navicula. The highest abundance of phytoplankton present was in the sample point 2, namely 215 ind/cm2 and lowest at the sample point 1 which was 135 ind/cm2. The average value of phytoplankton diversity was 1.1944 with the highest values was at the sample point 1 (1.5612) and the lowest are at the sample point 2 (0.5452). The highest diversity index of phytoplankton was at the sample point 1 (0.4472) and the lowest available at the sample point 2 (0.2792). The highest dominance index found on sample point 2 (0.7082), while the lowest are at the sample point 1 (0.311).The concentration of carbon dioxide and nitrite in all sample point was 22 ppm and 0.02 ppm. The highest nitrate concentration found on the sample point 4 was 0.78 ppm and the lowest was in sample point 1 which was 0.34 ppm. The highest ammonia concentration contained at the sample point 1 was 0.38 ppm and the lowest was in sample point 4 which was 0.02 ppm. Simple correlation analysis showed that there was no relationship between the diversity of phytoplankton in the carbon dioxide concentration are marked with r = 0, whereas on the nitrogen concentration there is a less significant relationship with r = 0.1095.

(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya bagi Allah, Rabb sekalian alam yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada Penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam Penulis curahkan kehadirat Nabi besar Muhammad SAW.

Skripsi ini berjudul “Diversitas Fitoplankton di Danau Tasikardi Terkait dengan Kandungan Karbondioksida dan Nitrogen” disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada jurusan Biologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Skripsi ini Penulis persembahkan untuk Ayahanda dan Ibunda tercinta yang tak pernah lelah memberikan motivasi serta materi, semoga ini dapat menjadi penyempurna kebahagiaan di hati. Adik-adik ku tercinta yang selalu memberi dukungan. Terima kasih untuk segala doa yang tak pernah henti dipanjatkan hingga akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan.

Terwujudnya tulisan dalam bentuk skripsi ini, tentunya tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Rasa terima kasih Penulis ucapkan kepada :

1. Bapak Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis, selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi beserta staff akademik.

(8)

3. Dasumiati, M.Si selaku dosen pembimbing 2 yang telah memberikan bimbingan dan juga motivasi selama pembuatan hingga selesainya skripsi ini.

4. Dini Fardila, M.Si dan Etyn Yunita, M.Si selaku penguji pada seminar hasil. Kepada Narti Fitriana, M.Si dan drh. Bhintarti SH, M. Biomed selaku penguji pada ujian munaqosah.

5. Staff laboran biologi mba Ida, mba Puji dan Kak Bahri

6. Saudara-saudara ku tercinta Amin, Desi, Iwi, Evi, dan Ima yang selalu memberi dukungan dan tak pernah lelah dan bosan memberikan motivasi. 7. Teman-teman BIOMA (Biologi 2005) terima kasih atas persahabatan dan

kebersamaan yang begitu indah serta teman-temanku lainnya yang mungkin tak tersebutkan namanya namun kan kuingat selamanya lewat untaian doa.

Dalam penulisan skripsi ini, Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dan kesalahan serta sempurnanya skripsi ini. Hal ini karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki. Walaupun demikian Penulis berharap hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang Biologi. Amien.

Jakarta, Juni 2011

(9)

DAFTAR ISI

2.5. Faktor Fisik yang Mempengaruhi Keberadaan Fitoplankton ...11

2.5.1. Suhu ...11

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat...20

3.2. Alat dan Bahan ...20

3.3. Metode Penelitian ...20

3.4. Cara Kerja ...21

3.4.1. Penentuan Titik dan Pengambilan Sampel ...21

3.4.2. Pengukuran Parameter Fisik dan Kimia Lingkungan ...22

(10)

3.5. Analisis Data ...23

3.5.1. Analisis Data Fitoplankton ...23

3.5.2. Analisis Data Karbondioksida dan Nitrogen ...26

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Diversitas Fitoplankton di Danau Tasikardi ... 27

4.2. Kandungan Karbondioksida dan Nitrogen (Nitrat, Nitrit dan Ammonia) di Danau Tasikardi ... 34

4.3. Parameter Fisik dan Kimia Danau Tasikardi ... 38

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 41

5.2. Saran ... 42

DAFTAR PUSTAKA ... ..43

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kriteria Kualitas Air Berdasarkan Indeks Keanekaragaman

Shannon-Wiener ...24 Tabel 2. Jenis dan Jumlah Fitoplankton yang ditemukan di danau Tasikardi ...27 Tabel 3. Kadar Karbondioksida dan Nitrogen (Nitrat, Nitrit dan Ammonia)

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Danau Tasikardi ...5

Gambar 2. Siklus Karbon ...14

Gambar 3. Siklus Nitrogen ...17

Gambar 4. Jumlah Fitoplankton Rata-Rata selama Penelitian ...28

Gambar 5. Nilai Rata-Rata Keanekaragaman Fitoplankton di Danau Tasikardi ..31

Gambar 6. Nilai Rata-Rata Keseragaman Fitoplankton di Danau Tasikardi ...32

Gambar 7. Nilai Rata-Rata Dominansi Fitoplankton di Danau Tasikardi ...33

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Danau sebagai salah satu habitat air tawar memiliki fungsi yang sangat penting diantaranya sebagai pencegah kekeringan dan banjir, perikanan, pariwisata serta penyedia air bersih. Melihat pada fungsi dan peranan danau bagi manusia, maka danau juga tidak terlepas dari pencemaran akibat ulah manusia itu sendiri. Kegiatan masyarakat di sekitar danau, seperti keramba jaring apung dan pariwisata dapat mempengaruhi kualitas air karena dapat menghasilkan berbagai macam limbah domestik baik organik maupun anorganik.

Limbah domestik dapat mempengaruhi kandungan karbondioksida dan nitrogen di danau. Karbondioksida dan nitrogen merupakan sumber nutrisi utama bagi pertumbuhan fitoplankton. Karbondioksida dibutuhkan untuk fotosintesis, sedangkan nitrogen berperan penting bagi pertumbuhan fitoplakton dan pembentukan protein (Effendi, 2003).

(15)

karbondioksida pada malam hari dan akan diikuti oleh naiknya pH perairan. Nilai pH akan sangat berpengaruh dalam proses kehidupan fitoplankton (Malin, 1977 dalam Rusdiana, 2001).

Danau Tasikardi adalah salah satu danau buatan yang ada di Provinsi Banten. Danau Tasikardi dibangun sebagai penampung air dari Sungai Cibanten untuk mengairi daerah persawahan. Selain itu Danau Tasikardi juga dimanfaatkan untuk memenuhi pasokan air bagi masyarakat di sekitar danau tersebut.

Danau Tasikardi termasuk ke dalam salah satu Situs Banten Lama dan menjadi tempat tujuan wisata sejarah yang menarik. Banyaknya pengunjung dapat menghasilkan berbagai jenis limbah yang dikhawatirkan dapat mengakibatkan pencemaran di Danau Tasikardi. Untuk itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui kandungan karbondioksida serta nitrogen di perairan Danau Tasikardi serta diversitas fitoplanktonnya.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini meliputi:

1. Bagaimana diversitas fitoplankton di Danau Tasikardi?

2. Bagaimanakah kandungan karbondioksida dan nitrogen di Danau Tasikardi?

(16)

1.3. Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Diversitas fitoplankton di Danau Tasikardi tinggi.

2. Kandungan karbondioksida dan nitrogen di Danau Tasikardi adalah tinggi. 3. Terdapat hubungan antara diversitas fitoplankton dengan kandungan

karbondioksida dan nitrogen.

1.4. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk:

1. Mengetahui diversitas fitoplankton di Danau Tasikardi.

2. Mengetahui kandungan karbondioksida dan nitrogen di Danau Tasikardi. 3. Mengetahui ada tidaknya hubungan antara diversitas fitoplankton dengan

kandungan karbondioksida dan nitrogen.

1.5. Manfaat Penelitian

(17)

1.6. Kerangka Berfikir

Perubahan fungsi danau menjadi tempat wisata

Kandungan karbondioksida

dan nitrogen

Mempengaruhi kualitas air danau

Mempengaruhi pertumbuhan fitoplankton

Danau Tasikardi

Terjadi pencemaran air

Organik Anorganik

Perairan tawar

Identifikasi fitoplankton pada kondisi karbondioksida dan

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Profil Danau Tasikardi

Danau Tasikardi terletak di Desa Margasana, kecamatan Kramatwatu, Kabupaten Serang, Provinsi Banten ini berada sekitar 6 kilometer di sebelah barat Kota Serang. Danau ini dibuat pada masa pemerintahan Panembahan Maulana Yusuf (1570-1580 M) yang merupakan sultan kedua di Kesultanan Banten. Kata Tasikardi sendiri merupakan gabungan dua suku kata dari bahasa sunda, yaitu tasik dan ardi yang berarti danau buatan. Danau Tasikardi memiliki luas mencapai 5 hektar (Gambar 1) (Pagarah, 2009)

Gambar 1. Danau Tasikardi (sumber: Pagarah, 2009)

(19)

ini seiring dengan berkembangnya zaman, Danau Tasikardi sudah menjadi tempat tujuan wisata sejarah yang mengasyikkan bersama dengan Masjid Agung Banten, Keraton Surosowon, Keraton Kaibon, Pasar Lama Serang, Benteng Speelwijk dan vihara Avalokitesvara yang masuk ke dalam situs Banten Lama (Pagarah, 2009)

2.2. Danau

Danau adalah wilayah yang digenangi badan air sepanjang tahun serta terbentuk secara alami. Pembentukan danau terjadi karena gerakan kulit bumi sehingga bentuk dan luasnya sangat bervariasi (Tancung, 2007). Danau dicirikan dengan arus yang sangat lambat (0,001 – 0,01 m/detik) atau tidak ada arus sama sekali. Oleh karena itu, waktu tinggal air dapat berlangsung lama. Arus air danau dapat bergerak ke berbagai arah. Perairan danau biasanya memiliki stratifikasi kualitas air secara vertikal. Stratifikasi ini tergantung pada kedalaman dan musim (Effendi, 2003).

Stratifikasi vertikal kolom air (thermal stratification) pada perairan tergenang dibagi menjadi tiga, yaitu (Effendi, 2003):

a. Epilimnion, yaitu lapisan bagian atas perairan. Lapisan ini merupakan bagian yang hangat, dengan suhu relatif konstan atau perubahan suhu secara vertikal sangat kecil. Seluruh massa air pada bagian ini tercampur dengan baik karena adanya angin dan gelombang.

(20)

Setiap penambahan kedalaman 1 m terjadi penurunan suhu air sekurang-kurangnya 1o C.

c. Hipolimnion, yaitu lapisan di bawah lapisan metalimnion. Lapisan ini merupakan lapisan yang lebih dingin, ditandai oleh perbedaan suhu secara vertikal yang relatif kecil. Massa air pada lapisan ini bersifat stagnan, tidak mengalami percampuran dan memiliki densitas yang lebih besar. Di wilayah tropis, perbedaan suhu air permukaan dengan suhu air bagian dasar hanya sekitar 2o - 3o C.

Pada thermal stratification terjadi pencampuran massa air secara menyeluruh, yakni percampuran yang terjadi dari permukaan hingga dasar perairan. Perubahan stratifikasi pada thermal stratification lebih banyak disebabkan oleh perubahan suhu, yang selanjutnya menyebabkan perubahan panas dan berat jenis (Effendi, 2003).

Berdasarkan tingkat kesuburannya, danau dapat diklasifikasi menjadi 3 sebagai berikut (Effendi, 2003):

a. Oligotrofik (miskin unsur hara dan produktivitas rendah), yaitu perairan dengan produktivitas primer dan biomassa yang rendah. Perairan ini memiliki kadar unsur hara nitrogen dan fosfor rendah, namun cenderung jenuh dengan oksigen.

(21)

c. Eutrofik (kaya unsur hara dan produktivitas tinggi), yaitu perairan dengan kadar unsur hara dan tingkat produktivitas primer tinggi. Perairan ini memiliki tingkat kecerahan yang rendah.

Danau memiliki fungsi ekonomi yang sangat tinggi salah satunya adalah perikanan, baik budidaya maupun perikanan tangkap. Danau juga berfungsi sebagai pencegah kekeringan dan banjir, sebagai penyedia air bersih, irigasi maupun industry (Wulandari, 2006).

Fungsi lain dari danau dilihat dari segi ekosistem, danau merupakan tempat hidup berbagai organisme, termasuk yang bersifat endemik mulai dari ikan sampai burung air. Danau pun dapat berfungsi sebagai objek wisata. Masyarakat dapat menikmati aktivitas di danau seperti memancing, berperahu atau sekedar menikmati keindahan alam. Pemanfaatan danau sebagai objek wisata mampu memicu ekonomi masyarakat yang tinggal di sekitar danau. Hal ini harus disertai dengan pengelolaan yang baik dan terkendali (Wulandari, 2006).

2.3. Pencemaran Air

(22)

dapat menimbulkan gangguan, kerusakan dan bahaya bagi semua makhluk hidup yang bergantung pada sumber daya air (Effendi, 2003).

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 20 tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air mendefinisikan pencemaran air sebagai masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air menurun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan tidak lagi berfungsi sesuai dengan peruntukkannya. Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya perubahan atau tanda yang dapat diamati melalui (Wardhana, 1995):

1. adanya perubahan suhu air; 2. adanya perubahan pH;

3. adanya perubahan warna, bau dan rasa; 4. adanya mikroorganisme.

Pencemaran air diakibatkan oleh masuknya bahan pencemar (polutan) yang dapat berupa gas, bahan-bahan terlarut dan partikulat (Effendi, 2003). Pencemar memasuki badan air dengan berbagai cara, misalnya melalui atmosfer, tanah, limpasan (run off) pertanian, limbah domestik dan perkotaan, pembuangan limbah industri dan lain-lain.

2.4. Fitoplankton

(23)

kemampuan berfotosintesis (Davis, 1995). Berdasarkan kemampuannya, fitoplankton dinyatakan sebagai dasar dari jaring-jaring makanan di dalam ekosistem perairan.

Fitoplankton terdiri dari divisi Chrysophyta (diatom), Chlorophyta dan Cyanophyta. Biasanya Chlorophyta dan Cyanophyta mudah ditemukan pada komunitas plankton perairan tawar sedangkan Chrysophyta dapat ditemukan diperairan tawar dan asin. Komunitas fitoplankton umumnya didominasi oleh jenis fitoplankton yang berukuran lebih kecil dari 10 mm (Soetrisno, 2002).

Fitoplankton bersifat autotrof yaitu dapat menghasilkan sendiri makanannya. Selain itu fitoplankton juga mengandung klorofil yang mempunyai kemampuan berfotosintesis dengan menggunakan energi matahari untuk mengubah bahan anorganik menjadi bahan organik. Bahan organik inilah yang menjadi makanannya dan sebagai sumber energi yang menghidupkan seluruh fungsi ekosistem di perairan (Nontji, 2006).

Kemampuan fitoplankton yang dapat berfotosintesis dan menghasilkan senyawa organik membuat fitoplankton disebut sebagai produsen primer. Fitoplankton sebagai produsen primer di perairan merupakan sumber kehidupan bagi seluruh organisme hewani lainnya. Disamping penghasil oksigen, baik langsung maupun tidak langsung ia merupakan makanan bagi konsumer primer yaitu zooplankton (Prabandani, 2002).

(24)

kesuburan perairan, tetapi juga fase pencemaran yang terjadi dalam perairan (Basmi, 1998).

2.5. Faktor Fisik yang Mempengaruhi Keberadaan Fitoplankton 2.5.1. Suhu

Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses fisika, kimia dan biologi badan air. Suhu juga sangat berperan dalam mengendalikan kondisi ekosistem perairan. Organisme akuatik memiliki kisaran suhu tertentu, misalnya alga dari divisi Chlorophyta dan diatom akan tumbuh dengan baik pada kisaran suhu berturut-turut 30o - 35o C dan 20o - 30o C. Divisi Cyanophyta lebih dapat bertoleransi terhadap kisaran suhu yang lebih tinggi dibandingkan dengan Chlorophyta dan diatom (Effendi, 2003).

Suhu berhubungan erat dengan persediaan makanan. Di dalam air yang memiliki suhu tinggi, kebutuhan akan bahan makanan relatif lebih banyak dibandingkan dengan air yang bersuhu rendah. Suhu air juga mempengaruhi pertukaran zat dari makhluk hidup (Odum, 1993).

2.5.2. Kecerahan

(25)

Kecerahan ditentukan secara visual dengan menggunakan secchi disk. Nilai ini sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan, dan padatan tersuspensi serta ketelitian orang yang melakukan pengukuran (Effendi, 2003).

2.5.3. Derajat Keasaman (pH)

Air dapat bersifat asam atau basa tergantung pada besar kecilnya pH air atau besarnya konsentrasi ion hidrogen di dalam air. Perairan dengan tingkat kesuburan yang tinggi dan tergolong produktif memiliki kisaran pH antara 6-9 karena dapat mendorong proses pembongkaran bahan organik yang ada dalam perairan menjadi mineral-mineral yang dapat diasimilasikan oleh fitoplankton (Odum, 1993).

Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH sekitar 7-8,5 (Effendi, 2003). Pada umumnya alga biru lebih menyukai pH netral sampai basa dan respon pertumbuhan negatif terhadap asam (pH<6). Pada kisaran pH 4,5-8,5 dapat mendukung keanekaragaman jenis Chrysophyta sedangkan diatom pada kisaran pH yang netral (Weitzel, 1979).

(26)

2.5.4 Oksigen Terlarut (DO)

Oksigen terlarut (DO) selalu merupakan hal paling utama yang harus diukur dalam menetukan sifat biologis sungai atau danau (Saeni, 1989). Oksigen terlarut juga dapat digunakan sebagai petunjuk kualitas air (Odum, 1993). Kadar oksigen yang terlarut di perairan bervariasi tergantung pada suhu, salinitas dan tekanan atmosfer. Kadar oksigen terlarut juga berfluktuasi secara harian dan musiman tergantung pada pencampuran, dan pergerakan massa air, aktivitas fotosintesis, respirasi dan limbah yang masuk ke dalam air (Effendi, 2003).

Menurut Saeni (1989), faktor-faktor yang dapat mengurangi besarnya jumlah oksigen terlarut dalam perairan antara lain respirasi hewan dan tumbuhan air, proses penguraian bahan organik, suhu air yang relatif tinggi, reduksi oleh gas-gas melalui pembentukan gelembung-gelembung gas yang keluar dari air dan aliran air tanah ke dalam danau. Makhluk yang tinggal di dalam air baik hewan maupun tumbuhan bergantung kepada oksigen terlarut ini untuk mempertahankan hidupnya. Kandungan oksigen terlarut di perairan tawar berkisar antara 8 mg/liter pada suhu 25o C. Kadar oksigen terlarut di perairan alami biasanya kurang dari 10 mg/liter (Effendi, 2003).

2.6. Unsur Karbon

(27)

fosil, misalnya minyak bumi dan batu bara. Sekitar setengah dari karbondioksida yang merupakan hasil pembakaran ini berada di atmosfer dan setengahnya lagi tersimpan di perairan dan digunakan dalam proses fotosintesis oleh diatom dan alga laut lain. Hasil fotosintesis di bumi 88% merupakan sumbangan dari alga di perairan (Effendi, 2003).

Karbon yang terdapat di atmosfer dan perairan diubah menjadi karbon organik melalui proses fotosintesis, kemudian masuk kembali ke atmosfer melalui proses respirasi dan dekomposisi yang merupakan proses biologis makhluk hidup (Gambar 2). Karbon ini dapat berubah menjadi bahan organik yang berupa bahan bakar fosil atau menjadi bahan anorganik, misalnya batuan karbonat melalui proses kimia yang berlangsung sangat lama.

Gambar 2. Siklus Karbon (sumber: www.wikipedia.com)

(28)

2003). Karbondioksida yang terdapat di perairan berasal dari berbagai sumber, yaitu sebagai berikut (Effendi, 2003):

1. Difusi dari atmosfer

Karbondioksida yang terdapat di atmosfer mengalami difusi secara langsung ke dalam air.

2. Air hujan

Air hujan yang jatuh ke permukaan bumi secara teoritis memiliki kandungan karbondioksida sebesar 0,55 - 0,60 mg/liter berasal dari karbon dioksida yang terdapat di atmosfer.

3. Air yang melewati tanah organik

Tanah organik yang mengalami dekomposisi mengandung relatif banyak karbondioksida sebagai hasil proses dekomposisi. Karbondioksida hasil dekomposisi ini akan larut ke dalam air.

4. Respirasi tumbuhan, hewan dan bakteri aerob maupun anaerob

Respirasi tumbuhan dan hewan mengeluarkan karbondioksida. Dekomposisi bahan organik pada kondisi aerob menghasilkan karbon dioksida sebagai salah satu produk akhir. Demikian juga dekomposisi anaerob karbohidrat pada bagian dasar perairan akan menghasilkan karbondioksida sebagai produk akhir.

(29)

Kadar karbondioksida di perairan dapat mengalami pengurangan bahkan hilang akibat proses fotosintesis, evaporasi, dan agitasi air. Perairan yang diperuntukkan bagi kepentingan perikanan sebaiknya mengandung kadar karbondioksida bebas < 5 mg/liter. Kadar karbon dioksida bebas sebesar 10 mg/liter masih dapat ditolerir oleh organisme akuatik, asal disertai dengan kadar oksigen yang cukup. Sebagian besar organisme akuatik masih dapat bertahan hidup hingga kadar karbondioksida bebas mencapai 60 mg/liter (Boyd, 1988 dalam Effendi, 2003).

2.7. Unsur Nitrogen

Nitrogen merupakan salah satu unsur penting bagi pertumbuhan fitoplankton dan berperan dalam pembentukan protein. Nitrogen tidak dapat dimanfaatkan secara langsung oleh makhluk hidup. Nitrogen harus mengalami fiksasi terlebih dahulu menjadi NH3, NH4 dan NO3. Meskipun demikian, bakteri Azetobacter dan Clostridium serta beberapa jenis alga hijau-biru (Cyanophyta) seperti Anabaena dapat memanfaatkan gas N2 secara langsung dari udara sebagai sumber nitrogen (Tancung, 2007).

(30)

Sumber nitrogen yang dapat dimanfaatkan secara langsung oleh tumbuhan akuatik adalah nitrat, ammonium dan gas nitrogen (Muhazir, 2004).

.

Gambar 3. Siklus Nitrogen (sumber: www.wikipedia.com)

Ammonia di dalam perairan berasal dari ekskresi hewan akuatik sebagai hasil dari proses metabolisme dan proses ekskretori dari ginjal dan jaringan insang. Kotoran padat dan sisa pakan dari hewan akuatik adalah bahan organik dengan kandungan protein tinggi yang diuraikan menjadi polipeptida, asam-asam amino dan akhirnya ammonia sebagai produk akhir yang terakumulasi di dalam air (Tancung, 2007).

(31)

yang tinggi dapat dijadikan sebagai indikasi adanya pencemaran bahan organik yang berasal dari limbah domestik, industri dan limpasan (run-off) pupuk pertanian (Effendi, 2003).

Nitrit di perairan biasanya ditemukan dalam jumlah yang sangat sedikit daripada nitrat, karena nitrit bersifat tidak stabil dengan keberadaan oksigen. Nitrit merupakan bentuk peralihan antara ammonia dan nitrat (nitrifikasi) dan antara nitrat dan gas nitrogen (denitrifikasi) (Effendi, 2003).

Sumber nitrit dapat berupa limbah industri dan limbah domestik. Kadar nitrit pada perairan relatif kecil karena segera dioksidasi menjadi nitrat. Perairan alami mengandung nitrit sekitar 0,001 mg/liter dan tidak melebihi 0,06 mg/liter (Canadian Council of Resource and Environment Ministers, 1987 dalam Effendi, 2003). Kadar nitrit di perairan jarang melebihi 1 mg.liter (Sawyer and McCarty, 1978). Kadar nitrit yang lebih dari 0,05 mg/liter dapat bersifat toksik bagi organisme perairan yang sangat sensitif (Moore, 1991).

Nitrat adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami dan merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan alga. Nitrat nitrogen sangat mudah larut dalam air dan bersifat stabil. Senyawa ini dihasilkan dari proses oksidasi sempurna senyawa nitrogen di perairan. Nitrifikasi yang merupakan proses oksidasi ammonia menjadi nitrit dan nitrat adalah proses yang penting dalam siklus nitrogen dan berlangsung pada kondisi aerob (Effendi, 2003).

(32)
(33)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2009. Pengambilan sampel dilakukan di danau Tasikardi, Serang. Analisis air dan identifikasi fitoplankton selanjutnya dilakukan di Laboratorium Ekologi, Pusat Laboratorium Terpadu, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah plankton net no. 25, mikroskop cahaya, sedwig rafter, pipet, gelas ukur 10 ml, Water Quality Checker, meteran, secchi disk, thermometer air raksa, pH universal, ember, counter, kertas label, botol sampel dan alat tulis. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel fitoplankton yang diambil dari air danau Tasikardi, formalin 4%, tisu gulung dan minyak imersi.

3.3. Metode Penelitian

(34)

3.4. Cara Kerja

3.4.1. Penentuan Titik dan Pengambilan Sampel

Titik pengambilan sampel berjumlah empat titik yang diambil secara random sampling. Kondisi serta gambaran lokasi sampling terdapat pada Lampiran 1.

Titik sampling 1 merupakan daerah masuknya air ke danau atau inlet. Pada daerah ini terdapat tanaman air dan sampah serasah daun. Titik sampling 2 merupakan bagian tengah danau. Pada daerah ini terdapat bangunan yang di dalamnya terdapat pemandian bagi keluarga kesultanan Banten. Titik sampling 3 merupakan daerah keluarnya air dari danau. Pada daerah ini merupakan dermaga perahu yang diperuntukan bagi para pengunjung. Titik sampling 4 merupakan daerah peruntukan keramba. Pada titik ini terdapat keramba-keramba yang di kelola oleh masyarakat setempat.

Sampel yang diambil dalam penelitian ini berupa sampel air untuk analisis air dan sampel air untuk identifikasi fitoplankton. Adapun prosedur pengambilan sampel air yang dilakukan di setiap lokasi adalah:

a. Sampel air untuk analisis air

Air diambil menggunakan botol sampel sebanyak 500 ml dengan cara memasukkan botol sampel ke dalam danau sampai botol terisi penuh dan tidak ada gelembung air yang keluar. Kemudian botol ditutup dengan botol sampel masih berada di dalam danau.

(35)

Sampel air diambil pada lapisan permukaan air dengan kedalaman 30 cm menggunakan ember bervolume 5 liter sebanyak 6 kali sehingga didapat volume air 30 liter. Sampel air yang didapat dipekatkan menjadi 30 ml dengan cara menuangkan sampel air tersebut ke dalam plankton net yang di ujungnya terdapat botol penadah dengan volume 60 ml. Sampel air tersebut diberi formalin 4% sebanyak 3 ml yang bertujuan untuk mengawetkan fitoplankton. Setiap botol sampel diberi label dan dimasukkan ke dalam kotak tertutup dan dibawa ke Pusat Laboratorium Terpadu Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

3.4.2. Pengukuran Parameter Fisik dan Kimia Lingkungan

Pengambilan data fisik lingkungan meliputi pengukuran kecerahan, konduktivitas dan suhu air. Parameter kimia lingkungan melalui pengukuran pH, kadar oksigen (DO), kandungan karbon dioksida, nitrat, nitrit dan ammonia. Pengukuran faktor fisik dan kimia (pH dan DO) tersebut dilakukan langsung di lokasi sampling, sedangkan pengukuran kandungan karbondioksida, nitrat, nitrit dan ammonia dilakukan di laboratorium.

3.4.4. Pengamatan dan Identifikasi Fitoplankton

Sampel air untuk identifikasi fitoplankton ditempatkan pada botol sampel volume 30 ml dan diamati dengan menggunakan mikroskop cahaya. Langkah-langkah penelitian sampel tersebut sebagai berikut:

(36)

2. Sampel air diteteskan sebanyak 1 ml ke dalam sedwig rafter, lalu ditutup menggunakan gelas penutup.

3. Diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 100X. Fitoplankton yang ditemukan dihitung menggunakan counter dan didokumentasikan untuk keperluan identifikasi.

4. Fitoplankton yang didapat diidentifikasi berdasarkan Sachlan (1982). Penentuan kelimpahan sel dilakukan dengan menggunakan metode APHA dengan persamaan sebagai berikut (Astuti, 2009)

N = n x (a/b) x (c/d) x (1/e)

Keterangan:

N = Kelimpahan fitoplankton (ind/L)

n = Jumlah fitoplankton yang tercacah pada saat pengamatan a = Jumlah petak counting cell (1000 petak)

b = Jumlah total petak counting cell yang diamati (1000 petak) c = Volume sampel tersaring (ml)

d = Volume counting cell (1 ml) e = Volume sampel yang disaring (L)

3.5.Analisis Data

3.5.1. Analisis Data Fitoplankton

(37)

Untuk mengetahui keanekaragaman fitoplankton yang ada di dalam suatu komunitas digunakan persamaan indeks Shannon-Wiener sebagai berikut (Odum,1993):

Keterangan:

H’: indeks keanekaragaman Shannon-Wiener

Pi : kelimpahan relatif (ni/N) N : jumlah total individu

ni : jumlah individu semua jenis ke-i

Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener ini dapat dikategorikan seperti tersaji pada Tabel 1 sebagai berikut (Nugroho, 2006):

Tabel 1. Beberapa Kriteria Kualitas Air Berdasarkan Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener

No Indeks Keanekaragaman Kualitas Perairan

I

(38)

1<H’<3 menunjukkan bahwa stabilitas komunitas biota sedang atau kualitas air

tercemar sedang dan nilai H’>3 menunjukkan bahwa stabilitas komunitas dalam

kondisi prima (stabil) atau kualitas air bersih.

b. Indeks Keseragaman (E’)

Indeks keseragaman digunakan untuk menunjukkan sebaran fitoplankton dalam suatu komunitas. Indeks keseragaman dihitung menggunakan formula dari Shannon-Wiener (Odum, 1993), sebagai berikut:

E =

Keterangan:

E : Indeks keseragaman

H’ : Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener

Hmaks : ln S (indeks keanekaragaman maksimum) S : Jumlah genus yang ditemukan

(39)

c. Indeks Dominansi (C)

Untuk melihat dominansi jenis tertentu pada suatu populasi digunakan indeks dominansi Simpson (Odum, 1993), sebagai berikut:

C =

Keterangan:

C : Indeks dominansi Simpson ni : Jumlah individu jenis ke-i N : Jumlah total individu S : Jumlah genus

Nilai C berkisar antara 0-1. Apabila nilai C mendekati 0 berarti hampir tidak ada individu yang mendominasi dan biasanya diikuti dengan nilai E yang besar (mendekati 1), sedangkan apabila nilai C mendekati 1 berarti terjadi dominansi jenis tertentu dan dicirikan dengan nilai E yang lebih kecil atau mendekati 0 (Odum, 1993).

3.5.2. Analisis Data Karbondioksida dan Nitrogen

(40)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Diversitas Fitoplankton di Danau Tasikardi

Hasil pengamatan fitoplankton dari empat titik sampel di Danau Tasikardi ditemukan 16 jenis fitoplankton dengan jumlah total 728 individu. Genus yang paling banyak ditemukan adalah Euglena. Hal ini dapat dilihat dari jumlah total fitoplankton yang ditemukan di Danau Tasikardi yaitu mencapai 53,43% (gambar 4).

Tabel 2. Genus dan Jumlah Fitoplankton yang ditemukan di Danau Tasikardi

(41)

Keterangan :

Titik sampling 1 = inlet

Titik sampling 2 = bagian tengah Titik sampling 3 = outlet

Titik sampling 4 = peruntukan keramba

Jumlah Euglena yang melimpah dibanding genus yang lain disebabkan karena kandungan oksigen di Danau Tasikardi tergolong rendah yaitu 3,935 ppm. Kondisi perairan yang memiliki kandungan oksigen terlarut rendah didominasi oleh fitoplankton dari kelas Euglenophyceae (Wijaya, 2009). Euglena memiliki kemampuan adaptasi yang cukup tinggi. Euglena mampu melindungi dirinya dari zat-zat beracun yang berada di perairan sehingga Euglena mampu hidup pada perairan yang mengalami pencemaran dan dapat dijadikan sebagai indikator bagi perairan yang tercemar (Sachlan, 1982).

(42)

Genus yang paling sedikit ditemukan selama penelitian adalah Navicula. Hal ini disebabkan karena faktor fisik dan kimia di Danau Tasikardi tidak mendukung untuk pertumbuhan Navicula. Indeks keanekaragaman rata-rata di Danau Tasikardi adalah 1,1944. Berdasarkan indeks keanekaragaman Shannon-Wienner (Odum, 1993), kualitas air di Danau Tasikardi termasuk kriteria tercemar sedang. Menurut Wijaya (2009), Navicula tergolong salah satu fitoplankton yang hidup di air bersih.

Jumlah individu fitoplankton yang tidak merata disebabkan terjadinya persaingan terhadap kebutuhan hidup fitoplankton di suatu perairan. Jenis fitoplankton yang jarang ditemukan dapat diakibatkan oleh proses suksesi dan toleransi masing-masing jenis terhadap perubahan lingkungan, sehingga mengakibatkan perbedaan struktur komunitas fitoplankton pada setiap waktu. Menurut Nontji (1984), komponen komunitas fitoplankton di suatu perairan senantiasa mengalami perubahan dari waktu ke waktu hingga akan menimbulkan proses suksesi. Jenis tertentu pada suatu saat akan muncul, kadang-kadang mengalami ledakan populasi dan pada saat lain akan berkurang atau menghilang sama sekali dan tempatnya digantikan oleh jenis lain.

(43)

fitoplankton adalah 0,3 – 13 mg/l. Nitrat adalah bentuk utama dari nitrogen di perairan alami dan merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan fitoplankton (Wijaya, 2009).

Kelimpahan fitoplankton yang rendah di perairan Danau Tasikardi membuat kandungan oksigen terlarut rendah tetapi kandungan karbondioksida meningkat. Hal ini terjadi karena kandungan oksigen terlarut di perairan sangat dipengaruhi oleh aktifitas fotosintesis yang dilakukan oleh fitoplankton dan tanaman air. Kandungan oksigen terlarut yang dihasilkan melalui aktifitas fotosintesis fitoplankton dipengaruhi oleh cahaya (Goldman dan Horne, 1983). Kandungan karbondioksida di perairan digunakan oleh fitoplankton untuk proses fotosintesis. Kelimpahan fitoplankton yang tinggi membuat kandungan karbondioksida di perairan menjadi rendah karena digunakan dalam proses fotosintesis dan menghasilkan oksigen yang lebih banyak jika dibandingkan dengan kelimpahan fitoplankton yang lebih rendah.

Kelimpahan fitoplankton yang rendah juga disebabkan oleh kandungan nitrat di perairan Danau Tasikardi rendah. Nitrat adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami dan merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan fitoplankton.

Berdasarkan hasil perhitungan terhadap komunitas fitoplankton di perairan danau Tasikardi diperoleh nilai rata-rata keanekaragaman fitoplankton sebesar 1,1944. Menurut Odum (1993), nilai indeks diversity (H’) dikatakan rendah bila

H’< 1, sedang bila 1< H’< 3 dan tinggi bila H’> 3, sehingga makin tinggi nilai H’

(44)

Nilai indeks keanekaragaman tertinggi terdapat pada titik sampel 1 yaitu 1,5612, sedangkan yang terendah terdapat pada titik sampel 2 yaitu 0,5452. Pada titik sampel 1 kecerahannya lebih tinggi dibanding titik sampel yang lain. Hal ini yang menyebabkan keanekaragaman fitoplankton di titik sampel 1 lebih tinggi. Selain itu kandungan nitrat di titik sampel 1 sudah mencapai nilai optimum bagi pertumbuhan fitoplankton.

(45)

Kaswadji (1976) dalam Sinaga (2003) menyatakan bahwa suatu kondisi yang seimbang adalah apabila nilai indeks keanekaragaman (H’) meningkat dan

nilai indeks keseragaman (E) berbanding lurus dengan H’, atau dengan kata lain,

apabila suatu komunitas mempunyai genus atau spesies yang beranekaragam (indeks keanekaragamannya tinggi), maka jumlah individu dari masing-masing genus atau spesies itu akan seragam. Jika indeks keanekaragamannya rendah maka jumlah individu dari masing-masing genus atau spesies akan bervariasi. Diduga ketersediaan nutrien dan pemanfaatan nutrien oleh fitoplankton tidak merata, sehingga indeks kenaekaragaman (H’) dan indeks keseragaman (E)

bervariasi.

(46)

ketentuan Simpson (Odum, 1993), C<0,4 : dominansi rendah; 0,4<C<0,6: dominansi sedang; dan C>0,6: dominansi tinggi.

(47)

4.2. Kandungan Karbondioksida dan Nitrogen (Nitrat, Nitrit dan Amonia) di Danau Tasikardi

Nilai rata-rata kandungan karbondioksida di Danau Tasikardi adalah 22 ppm. Menurut Kembarawati (2003), berdasarkan PP RI No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, standar baku karbondioksida yang memenuhi syarat adalah 12 ppm. Ini berarti kandungan karbondioksida di Danau Tasikardi termasuk tinggi. Karbondioksida yang terdapat di dalam air merupakan hasil proses difusi karbondioksida dari udara, hasil proses respirasi organisme akuatik dan jumlahnya relatif cukup banyak dibandingkan di atmosfer, karena karbondioksida memiliki sifat kelarutan yang tinggi (Jeffries dan Mills, 1996).

Karbondioksidayang terkandung di Danau Tasikardi sudah melebihi baku mutu kualitas air, tetapi kondisi ini tidak mempengaruhi keanekaragaman fitoplankton. Hal ini sesuai dengan hasil uji statistik yang menggunakan korelasi sederhana dengan nilai r = 0, yang berarti tidak ada hubungan antara keanekaragaman fitoplankton dengan kandungan karbondioksida di danau Tasikardi.

(48)

Nilai rata-rata kandungan nitrat di Danau Tasikardi adalah 0,5452 ppm, dengan nilai tertinggi terdapat pada titik sampel 4 yaitu 0,78 dan yang terendah terdapat pada titik sampel 1 yaitu 0,34. Nilai kandungan nitrat ini sudah termasuk nilai optimum bagi pertumbuhan fitoplankton dan tingkat kesuburan perairannya dikategorikan sedang. Menurut Nugroho (2006), konsentrasi nitrat yang layak bagi pertumbuhan fitoplankton adalah 0,3 – 13 mg/l dan tingkat kesuburan perairan dikatakan sedang berada pada nilai 0,227 – 1,129 mg/l.

Tabel 3. Kadar Karbondioksida dan Nitrogen (Nitrat,Nitrit dan Amonia) di Danau Tasikardi

Parameter Titik sampling Nilai Rata-rata Baku mutu*

Ket: Baku mutu berdasarkan PP RI No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (Kembarawati, 2003)

Keterangan :

Titik sampling 1 = inlet

Titik sampling 2 = bagian tengah Titik sampling 3 = outlet

(49)

Nitrat merupakan sumber nitrogen yang baik bagi pertumbuhan fitoplankton. Nitrat dengan kadar tinggi dapat merangsang pertumbuhan fitoplankton yang akan menyebabkan blooming algae.

Kandungan nitrat di Danau Tasikardi cukup untuk pertumbuhan fitoplankton. Namun pertumbuhan fitoplankton yang baik tidak hanya dipengaruhi oleh kandungan nitrat tetapi harus didukung pula oleh faktor fisik lingkungan di perairan yang baik. Berdasarkan grafik regresi (Gambar 8) terlihat bahwa ada hubungan yang kurang signifikan antara kandungan nitrat dengan kelimpahan fitoplankton dengan nilai r = 0,1095. Menurut Putri (2007), koefisien korelasi selalu berada pada -1 < r < +1. Nitrat merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan fitoplankton.

(50)

tahun 2001 mengenai Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air yang mensyaratkan kandungan nitrit < 0,06 mg/l.

Kadar nitrit pada perairan relatif kecil karena segera dioksidasi menjadi nitrat dan sifatnya yang tidak stabil dengan keberadaan oksigen. Kandungan nitrit di perairan Danau Tasikardi diduga berasal dari masukan limbah pertanian dan limbah domestik dari wisatawan yang berkunjung ke danau tersebut.

Kandungan rata-rata ammonia di Danau Tasikardi adalah 0,47 ppm dengan kandungan tertinggi terdapat pada titik sampel 1 yaitu 0,83 ppm dan kandungan terendah terdapat pada titik sampel 4 yaitu 0,02 ppm (Tabel 3). Kandungan ammonia pada titik sampel 1 sudah melebihi baku mutu yang aman bagi kehidupan biota air, yaitu 0,4 ppm (Peraturan Pemerintah No 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air). Pada titik sampel 1 ini merupakan inlet atau pintu masuk limbah-limbah dari luar ke danau. Daerah sekitar Danau Tasikardi adalah areal persawahan, kemungkinan limbah yang masuk ke danau mengandung sisa-sisa pupuk yang digunakan oleh petani yang mengandung unsur nitrogen sehingga kandungan ammonia di titik sampel 1 lebih tinggi dan melebihi baku mutu yang telah ditentukan. Kandungan ammonia yang tinggi ini dapat juga berasal dari hasil dekomposisi senyawa organik serasah-serasah daun dari tumbuhan yang berada di sekitar danau.

4.3. Parameter Fisik dan Kimia Danau Tasikardi

(51)

Kecerahan rata-rata di perairan Danau Tasikardi adalah 9,75 cm. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kecerahan di Danau Tasikardi sangat rendah. Tingkat kecerahan yang rendah dapat disebabkan oleh jumlah dan jenis unsur atau bahan yang terlarut dalam perairan baik yang berbentuk mineral (tanah liat, lumpur) maupun yang berbentuk senyawa organik seperti plankton dan detritus (Nugroho, 2006).

Tabel 4. Data Parameter Fisik dan Kimia di Danau Tasikardi

Parameter Titik sampling Nilai Rata-rata

Kecerahan (cm)

Titik sampling 2 = bagian tengah Titik sampling 3 = outlet

(52)

Kecerahan air di bawah 100 cm tergolong tingkat kecerahan rendah (Akrimi dan Gatot, 2002). Tingkat kecerahan yang sangat rendah dapat menghambat proses pertumbuhan dari fitoplankton yang berkaitan dengan laju fotosintesis. Menurut Nugroho (2006) laju fotosintesis akan tinggi bila tingkat intensitas cahaya tinggi dan menurun bila intensitas cahaya menurun.

Nilai kecerahan di keempat titik sampel sangat berbeda. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh adanya perbedaan zat terlarut. Penetrasi cahaya di dalam air dipengaruhi oleh zat terlarut yang dapat menghambat proses fotosintesis (Sastrawijaya, 1991).

Derajat keasaman (pH) merupakan variabel penting dalam pengukuran kualitas air karena berpengaruh terhadap proses biologis dan kimia perairan (Welch, 1952 dalam Putra, 2007). Nilai pH rata-rata di perairan Danau Tasikardi berada pada kisaran 7 yang berarti perairan di Danau Tasikardi memiliki nilai pH netral. Nilai ini masih berada dalam kisaran normal untuk pertumbuhan fitoplankton. Menurut Effendi (2003), sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH sekitar 7-8,5.

(53)

Rendahnya kandungan oksigen di Danau Tasikardi disebabkan banyak bahan pencemar yang masuk ke perairan. Namun beberapa biota air masih dapat hidup di perairan yang tercemar. Kandungan oksigen yang rendah juga disebabkan oleh kecerahan di Danau Tasikardi tergolong rendah, karena kecerahan yang rendah proses fotosintesis yang dilakukan oleh fitoplankton tidak optimal sehingga kandungan oksigen terlarut pun rendah.

Nilai rata-rata konduktivitas air pada Danau Tasikardi adalah 0,44 S/cm. nilai konduktivitas ini relatif rendah. Rendahnya nilai konduktivitas pada air danau adalah karena air danau bersifat tawar, sehingga interaksi antara muatan-muatan listrik pada ion-ion garam dengan molekul-molekul air relatif rendah.

(54)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Kelimpahan fitoplankton di Danau Tasikardi berkisar antara 135-215 ind/cm2. Fitoplankton yang ditemukan sebanyak 16 jenis dengan jumlah total 728 individu. Jenis yang paling banyak ditemukan adalah Euglena dan yang paling sedikit adalah Navicula. Keanekaragaman fitoplankton di danau Tasikardi sedang dengan nilai rata-rata indeks keanekaragaman Shannon-Wiener (H’) 1,1944, indeks keseragaman berkisar anatara 0,2792 – 0,4472 dan indeks dominansi berkisar antara 0,311 – 0,7082.

2. Kandungan rata-rata karbondioksida di danau Tasikardi tinggi yaitu 22 ppm. Kandungan rata-rata nitrat, nitrit dan ammonia berturut-turut yaitu 0,5425 ppm, 0,02 ppm dan 0,47 ppm. Untuk kandungan nitrat yang tertinggi terdapat di titik sampel 4 yaitu 0,78 ppm sedangkan yang terendah berada di titik sampel 1 yaitu 0,34 ppm. Kandungan nitrit sama pada semua titik sampel yaitu 0,02 ppm dan untuk kandungan ammonia tertinggi terdapat pada titik sampel 1 yaitu 0,83 ppm sedangkan yang terendah terdapat pada titik sampel 4 yaitu 0,02 ppm.

(55)

dengan kandungan nitrogen di danau Tasikardi ditandai dengan nilai r = 0.1095.

5.2. Saran

(56)

DAFTAR PUSTAKA

Akrimi dan S. Gatot. 2002. Teknik Pengamatan Kualitas Air dan Plankton di Reservat Danau Arang-Arang Jambi. Buletin Teknik Pertanian. Vol 7, no 2. Hal 54-57.

Astirin, O. P., D. S. Ahmad dan H. Martini. 2001. Keragaman Plankton sebagai Bioindikator Kualitas Sungai di Kota Surakarta. Jurnal Biodiversitas. Vol.3. No. 2. Hal 236-241.

Astuti, L. P. dan S. Hendra. 2009. Kelimpahan dan Komposisi Fitoplankton di Danau Sentani, Papua. Jurnal Limnotek. Vol. XVI, No. 2, Hal 88-98. Basmi, J. 1988. Perkembangan Komunitas Fitoplankton sebagai Indikator

Perubahan Tingkat Kesuburan Kualitas Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor: Bogor

Davis, C. C. 1995. The Marine and Fresh Water Plankton. Associated Professor of Biology Westrn Reserve University: Michigan State University Press. Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air: Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan

Lingkungan Perairan. Kanisius: Yogyakarta.

Elfinurfajri, F. 2009. Struktur Komunitas Fitoplankton serta Keterkaitannya dengan Kualitas Perairan di Lingkungan Tambak Udang Intensif. Skripsi. Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor: Bogor.

Fachrul, M. F. 2006. Metode Sampling Bioekologi. Bumi Aksara: Jakarta

__________, H. E. Setijati dan W. Monika. 2008. Komposisi dan Model Kemelimpahan Fitoplankton di Perairan Sungai Ciliwung Jakarta. Jurnal Biodiversitas. Vol 9, no 4. Hal 296-300

Goldman, C. R. dan A. J. Horne. 1983. Limnology. McGraw Hill International Book Company: New York.

Hadi, A. 2005. Prinsip Pengelolaan Pengambilan Sampel Lingkungan. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

Kembarawati dan Lilia. 2003. Kondisi Awal Kualitas Perairan di Saluran Primer Induk (SPI) Eks-PLG 1 Juta Hektar dan di Wilayah Dusun Muara Puning Kalimantan Tengah. Laporan Penelitian. UNPAR.

(57)

Mason, C. F. 1981. Biology Fresh Water Polution. 2nd edition. Longman Scientific and Technical: New York.

McNeely, R. N., V. P. Nelmanis, dan L. Dwyer. 1979. Water Quality Source Book, A Guide to Water Quality Parameter. Inland Waters Directorate, Water Quality Branch: Canada

Moore, J. W. 1991. Inorganic Contaminants of Surface Water. Springer-Verlag: New York.

Muhazir, M. I. 2004. Struktur Komunitas Fitoplankton dan Kaitannya dengan Unsur Hara N dan P di Muara Sungai Cimandiri, Pelabuhan Ratu, JAwa Barat. Skripsi. Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Nemerow, N. L. 1991. Stream, Lake, Estuary and Ocean Pollution. Second edition. Van Nostrand Reinhold: New York.

Nontji, A. 2006. Plankton. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia: Jakarta.

Nugroho, A. 2006. Bioindikator Kualitas Air. Penerbit Universitas Trisakti: Jakarta.

Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut. Suatu Pendekatan Ekologis. Terjemahan dari Marine Biology: An Ecology Approach. Alih Bahasa: M. Eidman, Koesoebiono, D. G. Bengen & M. Hutomo. Gramedia: Jakarta.

Odum, E. P. 1993. Fundamental of Ecology. Philadelphia London Toronto. W. B: Souders Company.

Pagarah, Y. 2009. Danau Tasikardi. www.wisatamelayu.com. Diakses pada 6 Desember 2009, pukul 17.42 WIB.

Parson, T dan M. Takashi. 1984. Biological Oceanographic Processes. Third edition. Pergamon Press: New York.

Prabandani, D. 2002. Struktur Komunitas Fitoplankton di Teluk Semangka, Lampung Pada Bulan Juli, Oktober dan Desember 2001.Skripsi. Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor: Bogor

(58)

Reynold, C. S. 1984. The Ecology of Freshwater Phytoplankton. Cambridge University Press: New York.

Romimohtarto, K dan S. Juwana. 2001. Biologi Laut. Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut. Penerbit Djambatan: Jakarta.

Sachlan, M. 1982. Planktonologi. Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas Diponegoro: Semarang.

Saeni, M. S. 1989. Kimia Lingkungan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat IPB: Bogor.

Sastrawijaya, T. 1991. Pencemaran Lingkungan. Rineka Cipta: Jakarta

Sawyer, C.N and McCarty, P.L. 1978. Chemistry for Environmental Engineering. Third edition. McGraw-Hill Book Company: Tokyo

Soetrisno, H. 2002. Struktur Komunitas Fitoplankton dan Kaitannya dengan Unsur Hara N dan P di Muara Sungai Cimandiri, Pelabuhan Ratu, Jawa Barat. Skripsi. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor: Bogor..

Tancung, A. B dan M. Ghufran. 2007. Pengelolaan Kualitas Air dalam Budidaya Perairan. Rineka Cipta: Jakarta.

Wardhana, W. A. 1995. Dampak Pencemaran Lingkungan. Rineka Cipta: Jakarta. Weitzel, R. L. 1979. Methods and Measuremants of Perifiton Communities: A

Review American Society for Testing and Materials: Philadelphia.

Whitton, B. A. 1975. River Ecology. Blackwell Scientific Publications. Oxford: London.

Wijaya, H.B. 2009. Komunitas Perifiton dan Fitoplankton serta Parameter Fisik-Kimia Perairan sebagai Penentu Kualitas Air di Bagian Hulu Sungai Cisadane, Jawa Barat. Skripsi. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor: Bogor..

Wulandari, D. 2009. Keterkaitan Antara Kelimpahan Fitoplankton dengan Parameter Fisika Kimia di Estuari Sungai Brantas (Porong), Jawa Timur. Skripsi. Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

(59)

Lampiran 1. Lokasi Titik Sampling

Gambar 8. Titik Sampling 1 (inlet)

(60)

Gambar 10. Titik Sampling 3 (outlet)

(61)

Lampiran 2. Alat-Alat yang digunakan Selama Penelitian

Secchi disk Water Quality checker

Meteran Kertas Lakmus

(62)

Sedwig rafter Pipet tetes

(63)
(64)
(65)

Gambar

Tabel 4.  Data Parameter Fisik dan Kimia di Danau Tasikardi ............................38
Gambar 1. Danau Tasikardi ..................................................................................5 Gambar 2
Gambar 1. Danau Tasikardi (sumber: Pagarah, 2009)
Gambar 2. Siklus Karbon (sumber: www.wikipedia.com)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini berdasarkan hasil uji regresi secara parsial diperoleh bahwa solvabilitas ( debt to equity ratio ) berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap

Hasil perhitungan dengan menggunakan model regresi penuh ( Full Model Regression ) diperoleh dengan nilai koefisien regresi beberapa karakteristik perilaku

Sumber Daya Manusia merupakan faktor produktivitas yang tidak dapat di abaikan dan merupakan aset uatama suatu organisasi yang menjadi perencana dan pelaku aktif dari

As At 30/06/2013 UNDERWRITING YEAR 2013 B A ND F PERCENTA GE Rp PERCENTA GE OCCUPATION : ALL PROCESSING DATE 13/08/2013 GROSS PREMIUM (In M illio n Rp) INCURRED CLAIM (In M illio

dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah kepemimpinan, kompensasi, dan komitmen organisasi (Tjutju &amp; Suwatno 2009: 165). Berdasarkan hasil prasurvey

Analisis Prakiraan Produksi dan Konsumsi Beras Indonesia ……… (Apri Andani) 15 Berbasis pada kebijakan pembangunan sektor pertanian dan ketahanan pangan, maka pemecahan

Nyai Sabirah upacara yang dilakukan oleh masyarakat sekitar dan Pamong Desa diawali dengan membuka luwur yang menutupi sumur tersebut kemudian dicuci oleh juru kunci

Menurut Haris Mudjiman (2009: 20-21) kegiatan- kegiatan yang perlu diakomodasikan dalam pelatihan belajar mandiri adalah sebagai berikut: 1) adanya kompetensi-