• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Pembelajaran Generatif Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Larutan Penyangga : Sebuah penelitian tindakan kelas di Mas As-Syafi'iyah 01-Tebet Jakarta Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan Pembelajaran Generatif Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Larutan Penyangga : Sebuah penelitian tindakan kelas di Mas As-Syafi'iyah 01-Tebet Jakarta Selatan"

Copied!
200
0
0

Teks penuh

(1)

Sebuah Penelitian Tindakan Kelas di MAS AS-SYAFI'IY AH 01 Tebet Jakarta Selatan)

U111vei GNYlLMlセ@ bi<.ffn i'Jeqe11

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

OLEH:

NINAHUSNA 103016227135

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

(2)

Skripsi berjudul, PENERAPAN PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME BERBASIS GENERA TIF UNTUK MENINGKA TKAN PEMAHAMAN SISWA P ADA LARUT AN PENY ANGGA, yang disusun oleh mahasiswi yang bemama : NINA HUSNA, Nomor Induk Mahasiswa : 103016227135, Jurusan Pendidikan IP A, Program Studi Kimia, telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diajukan pada sidang munaqosah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan fakultas.

Pembimbing 1

rof.Dr.Aziz Fa rrozi NIP.150202343

Jakarta, 31 Juli 2008

Yang Menyatakan

Pembimbing 2

(3)

Nama : Nina Husna

NIM : 103016227135

Jurusan I semester Angkatan tahun Alam at

: Pendidikan IP A (Kimia) I XI : 2003

: JI. Mawar Raya Rt 03/02 No.21 Bekasi Timur

Menyatakan dengan sesunguh-sungguhnya

Bahwa skripsi yang berjudul "Pembelajaran Generatif Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Larutan Penyangga", adalah benar hasil karya saya sendiri di bawah bimbingan:

Nama : Prof.Dr.Aziz Fachrurrozi NIP :150 202 343

Nama : Munasprianto Ramli, S.Si.MA NIP :150377453

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila ternyata skripsi ini bukan hasil karya saya sendiri.

(4)

Penyangga, Skripsi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa pada larutan penyangga dengan menggunakan model pembelajaran generatif Penelitian ini dilaksanakan di MAS As-Syafi'iyah 01 Tebet, Jakarta Selatan pada bulan Maret sampai dengan Mei 2008. Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang terdiri dari dua siklus dan setiap siklus terdiri dari empat kegiatan yaitu : perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Siklus I dilakukan sebanyak empat kali pertemuan pada bahasan mengukur pH larutan penyangga dan bukan penyangga setelah ditambahkan asam, basa atau pengenceran dan menurunkan persamaan untuk menentukan

Ir

dan OH-. Siklus II dilakukan sebanyak empat kali pertemuan pada bahasan teori perhitungan pH dan pOH, perhitungan pH dan pOH jika ada penambahan asam, basa atau pengenceran, dan peran larutan penyangga dalam makhluk hidup dan industri.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes basil belajar yang diklasifikasikan dengan jenjang soal. Pada siklus I dan siklus II menggunakan jenjang soal pengetahuan (Cl), pemahaman (C2), aplikasi (C3), adan analisis (C4). Instrumen angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran generatif, dan lembar observasi.

Dari basil penelitian ini diperoleh gambaran bahwa penelitian ini telah mencapai criteria yang menjadi bahsan indikatior keberhasilan yang ditunjukkan melalui peningkatan nilai rata-rata siswa pada siklus 1 sebesar 60, 75 menjadi 75,87 pada siklus II. Dan pada siklus II tidak ada siswa yang mendapat nilai kurang dari 65, 0. begitu pula dengan angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran generatif terjadi peningkatan persentase pada seluruh pertanyaan dari siklus I ke siklus IL Penelitian ini membuktikan bahwa pendekatan dengan pembelajaran generatif memberikan dampak yang positif bagi siswa dalam proses belajar mengajar. Dan basil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan bagi para pendidik dalam memilih strategi mengajar yang tepat untuk meningkatkan kualitas belajar mengajar yang diharapkan.

(5)

suka dan duka.

11. Kepada adik-adikku di sekolah MAS As-Syafi' iyah O 1 Tebet, khususnya anak kelas XI IP A, yang terlibat langsung dalam penelitian ini.

12. Perpustakaan UlN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UlN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah melayani dan meminjamkan seperangkat buku-buku yang terdapat relevansinya dengan masalah yang dibahas dalam skripsi ini.

Hanya doa dan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya yang dapat penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah banyak terlibat dalam pelaksanaan penelitian ini. Semoga mendapatkan pahala dan anugerah dari Allah SWT. Amin.

Demikianlah, semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi yang membacanya.

Jakarta, September 2008

(6)

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISi ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR DAN DIAGRAM ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BABIPENDAHULUAN A. La tar Belakang . . . . .. . . .. . . .. . . .. . . .. . . 1

(L .B. Identifikasi Masai ah .. :: ... 7

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN TEORITIK A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti ... 9

B. Acuan Teori Rancangan-rancangan Alternatif atau Disain-disain Alternatiflntervensi Tindakan yang dipilih ... 9

1. Hakikat Pembelajaran Konstruktivisme ... 9

a. Pengertian Konstruktivisme ... 9

b. Lingkungan Pembelajaran Konstruktivisme ... 12

c. Model-model Pembelajaran Konstruktivisme ... 14

d. Prinsip-prinsip Dasar Konstruktivisme ... 15

e. Tahap-tahap Pembelajaran Konstruktivisme ... 16

f. Kelebihan dan Kelemahan Konstruktivisme ... 18

2. Hakikat Pembelajaran Generatif ... 19

a. Pengertian Generatif ... .19

b. Landasan Teoritik dan Empirik Pembelajaran Generatif. ... 21

(7)

b. Tingkatan Pemahaman ... .30

c. Kategori Pemahaman ... .32

4. Larutan Penyangga (Buffer) ... 36

a. Pengertian Larutan Penyangga ... 36

b. Sifat Larutan Penyangga ... .37

c. Komponen Larutan Penyangga ... .37

d. Kegunaan larutan Penyangga ... .38

C. Kerangka Berfikir ... 39

GMセゥーッエ・ウゥウ@

Penelitian Tindakan ... ':.'. ... 40

E. Penelitian yang relevan ... 40

F. Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan ... 41

l. Pengertian PTK ... 41

2. Karateristik PTK ... 42

3. Tahap-tahap PTK ... 43

BAB ill METODOLOGI PENELITIAN A Tempat dan Waktu Penelitian ... 45

B. Metode dan Rancangan Siklus Penelitian ... 45

c.

Subjek atau Partisipan yang Terkait.. ... 46

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ... 46

:2 E. Tahap Intervensi Tindakan ... 47

F. Has ii Intervensi Tindakan yang Diharapkan ... 48

G. Data dan Sumber Data ... 49

H. Instrumen-instrumen Pengumpul Data yang Digunakan ... ·: ... 49

I. Teknik Pengumpul Data ... 49

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan (Trusworthiness) Studi ... 50

K. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis ... 53

(8)

Efek/Hasil Intervensi Tindakan ... 61

1. Kegiatan Siklus 1 ... 61

a) Tahap Perencanaan ... 61

b) Tahap Pelaksanaan ... 61

c) Tahap Evaluasi ... 75

d) Tahap Refleksi ... 76

2. Kegiatan Siklus II ... 77

a) Tahap Perencanaan ... 77

b) Tahap Pelaksanaan ... 78

c) Tahap Evaluasi ... 88

B. Pemeriksaan Keabsahan Data ... 89

C. Analisis Data ... 90

D. Interpretasi Hasil Analisis ... 93

E. Pembahasan Temuan Penelitian ... 96

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN セ@ · A Kesimpulan ... 97

B. Saran ... 98

DAFTAR PUSTAKA ... 99

(9)

Pada Model Pembelajaran Konstruktivis ... 15

Tabel 2.2 Materi atau Strategi untuk Menstimulasi Pembelajaran Generatif ... 24

Tabel 4.1 Hasil Pemahaman Konsep Larutan Penyangga Siklus I Berdasarkan Soal Pilihan Ganda ... 66

Tabel 4.2 Hasil Pemahaman Konsep Larutan Penyangga Sik:lus I Berdasarkan Soal Essay ... 69

Tabel 4.3 Hasil Angket Siswa Siklus I ... 70

Tabel 4.4 Observasi Pemahaman Siswa Pada Siklus I ... 72

Tabel 4.5 Hasil dari presentasi siswa ... 82

Tabel 4.6 Hasil Pemahaman Konsep Larutan Penyangga Siklus II Berdasarkan Soal Pilihan Ganda ... 83

Tabel 4. 7 Hasil Pemahaman Konsep Larutan Penyangga Siklus II Berdasarkan Soal Essay ... 84

Tabel 4.8 Hasil Angket Siswa Siklus II ... 85

Tabel 4.9 Hasil Observasi Pemahaman Siklus II ... 86

Tabel 4.10 Perbandingan Hasil Pemahaman Siswa Konsep Larutan Penyangga Siklus I dan Siklus II ... 90

Tabel 4.11 Perbandingan Hasil Angket Siswa Siklus I dan II ... 91

[image:9.595.66.456.168.569.2]
(10)

Gambar 3 .I Desain Penelitian ... 55 Gambar 4.1 Siswa Membuat Larutan ... 80 Diagram 4 .1 Hasil Pemahaman Konsep Larutan Penyangga

[image:10.595.83.458.181.560.2]
(11)

2. Rencana Pelaksananaan Pembelajaran Larutan Penyangga ... 104

3. Kisi-kisi lnstrumen Soal Siklus 1 ... 119

4. Soal Tes Hasil Belajar Siklus I ... 120

5. Kunci Jawaban Siklus I ... 123

6. Kisi-kisi Instrumen Soal Siklus II ... 125

7. Soal Tes Hasil Belajar Siklus II ... 126

8. Kunci Jawaban Siklus II ... 129

9. Uji Validitas dan Reliabilitas Tes Hasil Belajar Siklus I ... 131

10. Uji Validitas dan Reliabilitas Tes Hasil Belajar Siklus II ... 133

11. Uji Validitas dan Reliabilitas Angket.. ... 135

12. Uji TarafKesukaran Tes Hasil Belajar Siklus I dan II ... 138

13. Uji Daya Beda Tes Hasil Belajar Siklus I dan 11.. ... 139

14. Perhitungan Uji Validitas Tes Soal ... 140

15. Perhitungan Uji Reliabilitas Tes Soal ... 142

16. Perhitungan Uji Validitas dan Reliabilitas Angketl ... 144

17. Daftar Nilai Has ii Belajar PG Ke las XI IP A ... 146

18. Daftar Nilai Hasil Essay Kelas XI IPA ... 147

19. Tabel Hasil Belajar Berdasarkan Jenjang Soal ... 148

20. Kriteria Penilaian Essay Siklus I ... 149

21. Kriteria Penilaian Essay Siklus II ... 150

22. Tanggapan Siswa Mengenai Penerapan Metode GeneratifSiklns I ... 151

23. Tanggapan Siswa Mengenai Penerapan Metode Generatif Siklus II ... 152

24. Lembar Angket Mengenai Pemahaman Siswa ... 153

25. Format Lembar Observasi Proses Pembelajaran ... 155

(12)

31. Format Catatan Lapangan Siklus I ... 167

32. Format Catatan Lapangan Siklus II ... 170

33. Hasil wawancaradari siswaXI IPA ... 173

34. Hasil Wawancara Guru Kimia XI IPA As-Syafi'iyah 01 ... 174

35. Hasil Kuisioner Awai SiswaXI IPA As-Syafi'iyah 01 ... 175

36. Hasil Angket Siswa Siklus I ... 176

37. Hasil Angket Siswa Siklus II ... 178

38. Perhitungan V aliditas Instrumen Soal Essay Siklus 1 ... 180

39. Perhitungan Validitas Instrumen Soal Essay Siklus 2 ... 181

(13)

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan tonggak perkembangan dari suatu Negara. Kemajuan dari pendidikan merupakan kemajuan sebuah Negara. Harapan tertumpu pada generasi muda yang akan meneruskan perjuangan para leluhur bangsa. Perubahan zaman yang semakin maju mendorong kebutuhan manusia yang semakin tinggi, menciptakan jurang sosialisasi yang semakin lebar. Kekuatan moral dan materiil dibutuhkan untuk bertahan meneruskan kehidupan yang semakin bergejolak oleh perubahannya. Bekal tersebut salah satunya diperoleh dari pendidikan. Semakin muda seseorang mengenyam pendidikan, maka akan semakin siap menghadapi hidupnya.

Berangkat dari ha! itu, lembaga dan institusi pendidikan memiliki tanggung jawab dalam mewujudkan tujuan semua bangsa yaitu mencerdaskan bangsa. Kesadaran pentingnya pendidikan merupakan awal yang baik menuju negara yang maJU.

Menurut Ahmad D. Marimba, "pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menu ju terbentuknya kepribadian yang utama". 1 Pendidikan harus mampu mengarahkan dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki masing-masing manusia agar menjadi suatu kegiatan hidup yang utuh menjadi manusia individu dan sosial serta hamba Tuhan yang mengabdi diri padaNya.

(14)

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.3

Sebagai seorang pendidik sangatlah penting mengetahui metode seperti apa yang baik dalam menyampaikan pembelajarannya. Metode yang sedang berkembang saat ini adalah metode pembelajaran berpusat pada siswa. Guru tidak berperan sebagai buku berjalan, yang menyampaikan konsep tanpa tahu siswa memahami atau tidak. Tapi guru berperan sebagai pembimbing siswa, mengarahkan siswa agar dapat menemukan sendiri ilmu tersebut. Dengan begitu, siswa tidak hanya bisa menjawab pertanyaan dari guru tapi siswa memahami isi dari jawaban tersebut.

Menurut pengamatan dari penulis, masih banyak sekolah yang menerapkan sistem lama, yaitu pembelajaran berpusat pada guru. Namun, ada beberapa sekolah yang sadar akan manfaat dari metode ini dan menerapkan sebagai sistem yang hams dipatuhi. Sekolah yang tidak menerapkan bukan berarti tidak 'aware', namun ban yak pertimbangan dari segi biaya yang dibutuhkan untuk menerapkan metode ini. Hal ini merupakan 'momok' dalam dunia pendidikan negara kita.

Penulis ingin mencoba menerapkan metode yang saat ini sedang berkembang, yaitu metode Pembelajaran Generatif pada sekolah MAS As-Syafi'iyah di Tebet Jakarta Selatan. Metode ini pernah dilakukan oleh

2

Pendidikan Nasional Sebagai Wabana Mencerdaskan Kehidupan Bangsa dan

Membangun Peradaban Negara Bangsa (Sebuah Usaha Memahami UUD' 45), (Jakarta: Center for Information and National Policy Studies, 2000) lial.62.

3

Undang Tentang Sisdiknas dan Peraturan Pelaksanaannya 2000-2004,

(15)

beberapa peneliti lain yang berkecimpung di dunia pendidikan. Dan berhasil mendapatkan hasil yang cukup memuaskan, meskipun banyak kendala dalam menjalani penelitian ini. Peneliti memilih sekolah ini karena menurut pengamatan peneliti, sekolah ini mempunyai bakat untuk berkembang. Tapi dari segi pengajaran, masih menerapkan metode konvensional, yaitu dengan metode ceramah. Didukung dengan keadaan struktur bangunan sekolah yang masih berantakan. Siswa SD, SMP, SMA dijadikan satu bangunan, sehingga suasana pembelajaran tidak terkondisikan. Ditambah dengan keadaan laboratorium yang masih dalam tahap pembangunan. Nilai kimia XI IP A yang diambil peneliti sebagai data acuan, menunjukkan hasil yang kurang bagus seimbang dengan alasan-alasan yang disebutkan diatas. Oleh karena itu, peneliti memulai kegiatan penelitiannya disini. Dalam penelitian ini, penulis Menerapkan Model Pembelajaran Generatif Pada Larutan Penyangga. Peneliti ingin mencoba mampukah metode ini meningkatkan pemahaman siswa terhadap mata pelajaran kimia di sekolah MAS As'Syafi'iyah 01, Tebet, Jakarta Selatan.

Sebelum melakukan penelitian di MAS As'Syafi'iyah, penulis mengadakan survey terlebih dahulu ke sekolah lain di Jakarta. Penulis mendapatkan bahwa nilai siswa pada pelajaran kimia masih di bawah rata-rata apalagi pada materi larutan penyangga. Pada bah ini, siswa banyak sekali mengalami kesulitan. Diantaranya, siswa mengalami kesulitan dalam perhitungannya, juga pada proses pembuatan larutan penyangga. Berangkat dari hal itu, penulis mengambil materi larutan penyangga sebagai bahan penelitian untuk ditindak lebih lanjut dengan menggunakan metode generatif.

Pendekatan pembelajaran konstruktivisme adalah merupakan proses pembelajaran yang menerangkan bagaimana pengetahuan disusun dalam benak atau pikiran manusia. 4 Ausubel , seorang ahli pendidikan, mencetuskan teori tentang belajar. Beliau mengatakan bahwa:

4

M. Khoiruddin, Konstruktivisme Dalam Strategi Pembe/ajaran,

(16)

a&channel=s&rls=org.mozilla:en-Belajar menerima dan belajar menemukan konsep. Pada belajar menerima siswa hanya menerima, jadi tinggal menghapalkannya sedangkan belajar menemukan konsep ditemukan oleh siswa, jadi tidak menerima pelajaran begitu saja. Pada belajar menghafal, siswa menghafalkan materi yang sudah diperolehnya., tetapi pada belajar bermakna materi yang telah diperoleh itu dikembangkan dengan keadaan lain sehingga belajarnya lebih dimengerti.5

DaJam kegiatan belajar mengajar, guru semestinya mengkondisikan pembelajaran sehingga konsep-konsep yang diajarkan dapat "bertahan lebih lama" dalam pikiran siswa. Hal ini dapat dicapai dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun gagasan-gagasannya sehingga terjadi proses pembentukan konsep secara bermakna. 6

Mengikuti paham konstruktivisme ini, pengetahuan tidak bisa dipindahkan dari guru secara sempuma kepada murid, akan tetapi membiarkan murid untuk membangun konsep sendiri dengan kemampuan mereka masing-masing. Disini ditekankan agar guru tidak boleh belajar untuk murid, guru cukup membimbing murid untuk menemukan sendiri pengetahuannya. Dengan begitu murid akan siap menghadapi kenyataan-kenyataan yang secara asing muncul dari lingkungannya.

Dalam penelitian ini penulis ingin mencoba meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi larutan penyangga dengan menggunakan metode konstruktivisme berbasis generatif. Penulis menggunakan metode ini, karena menurut Wittrock, "Model pembelajaran dengan metode generatif merupakan pendekatan yang spesifik untuk pengajaran aktif'7. Berpikir aktif sangat penting dalam suatu pembelajaran, karena dapat membantu menguatkan ingatan siswa dan memperdalam pemahaman.

Sebelum melaknkan penelitian, peneliti mengadakan prapenelitian. Kegiatan ini bertujuan untuk mengidentifikasikan masalah-masalah apa saja yang terjadi dalam kegiatan belajar mengajar di kelas XI IP A 2 untuk dapat

5

H. Ennan Suhennan, dkk, Strategi Pembelajaran Matematika ... , hal 32

6

I Way an Redhana clan I Dewa Ketut Sastrawidana, Pembelajaran Generatif Dengan Strategi Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Kimia Dasar II, Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Pendidikan MIP A, IKIP Negeri Singaraja.

7

(17)

dicari solusinya dengan menggunakan pembelajaran generatif dalam penelitian yang kan dilaksanakan.

Kegiatan prapenelitian dilakukan dalam kelas XI IP A 2 As-Syafi' iyah 01 Tebet. Peneliti mengamati kondisi dan situasi saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Hasil dari pengamatan dalam kelas XI IPA 2 diantaranya adalah: kondisi pembelajaran yang kurang tertib dan disiplin, guru yang masih menggunakan metode ceramah, sehingga kegiatan berpusat pada guru, siswa masih enggan mengajukan pendapat, dan dari hasil post test belum mencapai indikator keberhasilan yang menunjukkan siswa memahami pelajaran.

Setelah mengamati kegiatan belajar mengajar dalam kelas, peneliti mengadakan wawancara dengan guru kimia XI IPA 2 As-Syafi'iyah 01, Tebet. Penelitian ini diawali dengan kegiatan prapenelitian terhadap proses pembelajaran kimia khususnya yang dilakukan di kelas XI IP A MAS

As-Syafi'iyah 01 Tebet Jakarta Selatan. Dalam kegiatan prapenelitian ini peneliti melakukan observasi langsung terhadap kegiatan belajar mengajar di kelas XI IPA, wawancara pada siswa XI IPA Assyafi'iyah 01 dan wawancara pada guru kimia di kelas XI IP A tersebut. Dari hasil wawancara diperoleh informasi bahwa selama ini guru mengajar dengan metode ceramah, dengan begitu kegiatan belajar mengajar berpusat pada guru, sedangkan siswa kurang berpartisipasi dalam kegiatan belajar mengajar. Akibatnya banyak siswa yang mengalami miskonsepsi terhadap materi yang diajarkan dan masih banyak siswa yang memiliki nilai di bawah rata-rata.

Dari data yang diperoleh (data lengkap ada pada lampiran) bahwa guru

kimia XI IPA As-Syafi'iyah 01 menyatakan metode ceramah dan tanyajawab yang digunakan selama ini belum efektif. Metode ini kurang efektif karena berpusat pada guru, sedangkan siswa tidak dapat berpartisipasi secara optimal dalam kegiatan pembelajaran ini. Oleh karena itu, guru sangat mendukung kegiatan penelitian ini.

(18)

siswa masih belum menguasai materi yang diberikan oleh guru, karena tidak memahami konsep yang disampaikan guru.

Permasalahan di atas menjadi alasan untuk peneliti melanjutkan penelitian pada kelas XI IP A tersebut. Kualitas pembelajaran di atas tidak mendorong siswa untuk berfikir aktif dan kreatif Juga dilatar belakangi oleh permasalahan pembelajaran yang selama ini berkesan kurang menarik, kurang menantang dan membosankan bagi siswa sehingga pemahaman tidak maksimal. Menurut Khoiruddin :

Salah satu dari permasalahan pembelajaran adalah dengan mengorganisasikan pembelajaran yang lebih bermakna dan menyentuh realita kehidupan siswa, antara lain dengan mengembangakan pembelajaran pendekatan Pembelajaran Konstruktivisme Berbasis Generatif yang merupakan salah satu model pembelajaran yang perlu diangkat dalam proses belajar mengajar.8 Dari pembahasan data di atas, peneliti meneruskan kegiatan berikutnya yaitu penelitian yang diikuti dengan tindakan-tindakan kelas dengan metode pembelajaran generatif dalam kelas XI IP A tersebut dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa mengenai larutan penyangga. Larutan penyangga, merupakan salah satu materi yang dipelajari dalam Ilmu Kimia. Pada pembelajaran larutan penyangga, asam dan basa labih dahulu dipelajari. Oleh karena itu siswa harus lebih <lulu paham tentang asam dan basa. Terutama dalam perhitungan pH.

Seperti itulah gambaran sedikit tentang larutan penyangga yang akan diteliti oleh penulis. Penulis akan menggunakan metode konstruktivisme berbasis generatif dalam kegiatan belajar mengajar MAS Assyafi'iyah 01 .

Dalam penelitian ini, penulis mencoba menerapkan metode generatif dalam proses pembelajaran kimia SMU. Penulis ingin meneliti sejauh mana peningkatan yang terjadi pada pemahaman siswa terhadap materi larutan penyangga.

8

(19)

B. Identifikasi Masalah

Pada penelitian ini masalah dibatasi pada latar belakang kurangnya pemahaman siswa terhadap materi asam basa sehingga menyebabkan miskonsepsi.

Secara eksplisit, permasalahan yang diupayakan pemecahannya dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Pengetahuan awal siswa mengenai konsep-konsep yang terkandung dalam mata pelajaran kimia.

2. Hasil belajar siswa dalam mata pelajaran kimia setelah mengikuti perkuliahan dengan metode konstruktivisme berbasis generatif. 3. Efektivitas pembelajaran metode konstruktivisme berbasis

generatif dalam membantu siswa memecahkan masalah pada pembelajaran kimia larutan penyangga.

4. Tanggapan siswa terhadap metode konstruktivisme dalam pembelajaran ki.mia Iarutan penyangga.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Agar masalah ini dapat dibahas dengan jelas dan tidak meluas, maka masalah ini harus dibatasi. Dalam penelitian ini strategi pembelajaran yang digunakan adalah generatif learning atau pembelajaran generatif. Sedangkan pemahaman yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pemahaman konsep larutan penyangga.

Berdasarkan identifikasi masalah, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : "Apakah penggunaan metode pembelajaran konstruktivisme berbasis generatif dapat meningkatkan pemahaman siswa pad a konsep larutan penyangga ?"

D. Tujuan Penelitian

(20)

Tujuan penelitian ini adalah:

"Untuk mengetahui peningkatan pemahaman sJSwa pada konsep larutan penyangga setelah diterapkannya pembelajaran konstruktivisme berbasis generatif'.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian dalam skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat untuk : 1. Memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan siswa. 2. Pembinaan belajar siswa dalam upaya meningkatkan hasil belajar. 3. Sebagai sumber referensi bagi peneliti lain yang ingin meneliti meto4e

(21)

A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti

Berdasarkan hasil survey yang diambil penulis sebelum melakukan penelitian, yang menunjukkan bahwa ada kekurangan pada metode yang diajarkan di sekolah yang mempengaruhi pemahaman siswa. Maka penulis mencoba menerapkan metode pembelajaran generatif Pembelajaran generatif ini merupakan cabang dari pembelajaran konstruktivisme. Menurut Osborne dan Wittrock merupakan suatu model pembelajaran yang menekankan pada pengintegrasian secara aktif pengetahuan barn dengan menggunakan pengetahuan yang sudah dimiliki siswa sebelumnya. Pengetahuan barn itu akan diuji dengan cara menggunakannya dalam menjawab persoalan atau gejala yang terkait. Jika pengetahuan barn itu berhasil menjawab permasalahan yang dihadapi, maka pengetahuan barn itu akan disimpan dalam memori jangka panjang.1 Penelitian dengan metode pembelajaran generatif ini akan dilaksanakan pada kelas XI IPA 2 As-Syafi'iyah Tebet untuk meningkatkan pemahaman siswa pada larntan penyangga.

B. Acuan Teori Rancangan-rancangan Alternatif

1. Hakikat Pembelajaran Konstruktivisme

a. Pengertian Konstruktivisme

(22)

yang baru. 2 Metode pembelajaran seperti itu disebut metode konstruktivisme.

Piaget yang dikenal sebagai konstruktivis pertama (Dahar, 1989: 159) menegaskan bahwa "pengetahuan tersebut dibangun dalam pikiran anak melalui asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah penyerapan informasi baru dalam pikiran. Sedangkan, akomodasi adalah menyusun kembali struktur pikiran karena adanya informasi baru, sehingga informasi tersebut mempunyai tempat" (Russeffendi 1988: 133).3

Filsafat tentang pembelajaran, yang menunjukkan pembelajar butuh untuk dibangun pemahaman mereka, yang biasa disebut kontruktivisme. Sudah banyak diteliti dan ditulis oleh para ahli teori pembelajaran dan kognisi. Seperti Jean Piaget, Eleanor Duckworth, George Hein dan Howard Gardener telah mendalami metode pembelajaran ini.

Konstruktivisme berarti bersifat membangun, dalam konteks Filsafat Pendidikan, konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya dan modem.4 Dalam proses pembelajaran konsep ini menghendaki agar anak didik dapat mengembangkan kemampuannya secara konstruktif untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan dari ilmu pengetahuan dan teknologi.

Menurut Fensham (1994:5) penganut konstruktivisme memiliki pandangan tentang hal-hal yang dialami atau diceritakan secara aktif oleh diri mereka sendiri. Makna yang dibangun bergantung pada pengetahuan yang sudah ada pada diri seseorang. Oleh karena pengalaman dan hasil bacaan perorangan berbeda-beda, maka hasil

2 Constructivism and the Five E's,

http://www.constructivisme/expo.expo.edu.ph/pinatubo/page4.html, 20 Mei 2008, ha! 2

3

Pembe/ajaran Konstruktivisme,

http://guru-beasiswa.blogsoot.com/2007/12/pembelajarao-matematika-dengao-teori.html, l Juli 2008 hal 3.

(23)

pemaknaan juga boleh jadi menjadi amat berbeda.5 Salah satu ahli pendidikan dari Indonesia berpendapat bahwa pendekatan pembelajaran konstruktivisme merupakan proses pembelajaran yang menerangkan bagaimana pengetahuan disusun dalam benak atau pikiran manusia. 6

John Dewey mengutakan lagi teori konstruktivisme ini dengan mengatakan bahwa "pendidik yang cakap harus melaksanakan pembelajaran sebagai proses menyusun atau membina pengalaman secara terus menerus".7 Pendapat lain menyatakan bahwa: "Konstruktivisme merupakan cara pandang (filosofis) yang menganjurkan perubahan proses pembelajaran skolastik melalui pengenalan, penyusunan, dan penetapan tangkapan pengetahuan berdasar reaksi (di dalam pikiran) peserta didik."8 Ilmu pengetahuan tidak boleh dipindahkan kepada peserta didik (transfer knowledge) dalam bentuk yang serba "sempuma"/"jadi" melalui program pengajaran guru (Teacher Centered Leaming).

Menurut paham konstruktivisme di atas, ilmu pengetahuan sekolah tidak dapat dipindahkan begitu saja dari guru kepada murid, tapi murid perlu dibina untuk memperoleh pengetahuan itu sendiri dengan pengalaman masing-masing. Banyak ahli pskilogi dan pendidikan yang berkutat meneliti metode pembelajaran tersebut. Seperti yang sudah penulis jabarkan di atas. Berikut ini sumbangan pemikiran dari John Dewey tentang pendekatan konstruktivisme. Bagi Dewey, berfikir adalah mengubah, mengorganisasi kembali,

5

Nuryani Y. Rustaman Dkk, Strategi Be/ajar Mengajar Biologi, (Surabaya: Penerbit

Universitas Negeri Malang (UM Press), cet 1, 2005), ha!. 171

6

M. Khoiruddin, Konstruktivisme Dalam Strategi Pembe/qjaran,

http://www.google.eo.id/search?hl=id&lr=lang id&client=firefox-

a&channel=s&rls=org.mozilla:en-US:official&hs= 1 xJ&q=pcmbelajaran+konstruktivisme&start= lO&sa=N. I juli 2008, ha! 1.

7

M. Kl1oiruddin, Konstruktivisme Dalam Strategi Pembe/ajaran,

http://www.goocle.eo.id/search ... , I juli 2008, ha! 1.

8

(24)

membentuk makna. Dewey kerap berkata pada pembaca bahwa: "

'

Mind is active, a verb and not a noun" (fosnot, 1996, p.126).

Dewey menegaskan bahwa penting bagi siswa untuk memperoleh pengetahuan melalui pengalaman. Pengalaman yang dimaksud Dewey adalah lingkungan sosial, dimana siswa bersama-sama menganalisa objek permasalahan dan atau menciptakan sendiri komunitas untuk saling bertukar pikiran. 9

Dalam usaha meningkatkan kualitas pembelajaran sains maka akhir-akhir ini para ahli mengembangkan berbagai model pembelajaran yang dilandasi pandangan konstruktivisme dari Piaget. Pandangan ini berpendapat bahwa dalam proses belajar anak membangun pengetahuannya sendiri dan memperoleh banyak pengetahuan di luar sekolah (Dahar, 1989:160). Oleh karena itu setiap siswa akan membawa konsepsi awal mereka yang diperoleh selama berinteraksi dengan lingkungan dalam kegiatan belajar mengajar. Terdapat beberapa ha! yang perlu ditekankan dalam konstruktivisme, yaitu : ( 1) peran aktif siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna; (2) pentingnya membuat kaitan antar gagasan oleh siswa mengkonstruksi pengetahuan; (3) mengaitkan antara gagasan siswa dengan informasi barn di kelas (Tasker, 1992: 30). Konstruktivisme yang menggunakan kegiatan hands-on serta memberikan kesempatan yang luas untuk melakukan dialog dengan guru dan teman-temannya akan dapat meningkatkan pengembangan konsep dan keterampilan berpikir para siswa.

b. Lingkungan Pembelajaran Konstruktivisme

Ketika seseorang berinteraksi dengan lingkungannya, maka otaknya akan terbentuk struktur kognitif tertentu. Struktur kognitif itu disebut skemata yang merupakan suatu organisasi mental yang akan

9 Important People in the Development of the Theory of Constructivism,

ィエエーZOOキキキN」ッョウエイオ」エゥカゥウュ・N」ッュO」ィ、⦅ヲNャウセ@ trmP Mn/lmm"''"'"',... ... QQセセMᄋᄋᄋ QMMQMMセM

(25)

-memudahkan individu untuk menghadapi tuntutan lingkungannya semakin meningkat.

Siswa tidak boleh diberikan bagian.-bagian yang terpisah, penyerdehanaan masalah, dan pengulangan keterampilan dasar, tetapi sebaliknya: siswa dihadapkan pada lingkungan belajar yang kompleks, terlihat samar-samar, dan masalah yang tidak beraturan. Masalah-masalah yang kompleks itu harus dihubungkan pada aktivitas dan tugas yang otentik, karena keberagaman situasi yang dihadapi tersebut, seperti juga aplikasi yang mereka hadapi tentang dunia nyata.10

Masuknya informasi baru ke dalam skemata menurut Piaget melalui dua mekanisme yaitu asimilasi dan akomodasi. "Asimilasi adalah proses pengintegrasian secara langsung stimulus baru ke dalam skemata yang telah terbentuk. Sedangkan akomodasi adalah proses pengintegrasian stimulus baru ke dalam skema yang telah terbentuk secara tidak langsung." 11

Pada proses asimilasi seseorang menggunakan struktur kognitif dan kemampuan yang sudah ada untuk beradaptasi dengan masalah dari lingkungannya. Sedangkan pada proses akomodasi, seseorang harus memodifikasi struktur kognitif awalnya sudah ada, agar mereka dapat mengadakan respon terhadap lingkungannya.

Berkaitan dengan anak dan lingkungan belajarnya menurut pandangan konstruktivisme, Driver dan Bell ( dalam Susan, Marilyn dan Tony, 1995:222) mengajukan karakteristik sebagai berikut:

(1) siswa tidak dipandang sebagai suatu yang pasif melainkan memiliki tujuan, (2) belajar mempertimbangkan seoptimal mungin proses keterlibatan siswa, (3) pengetahuan bukan sesuatu yang datang dari luar melainkan dikonstruksi secara personal, ( 4) pembelajaran bukanlah transmisi pengetahuan, melainkan melibatkan pengaturan situasi kelas, ( 5) kurikulum

Konstruktivisme dan Pembelajaran, http://suciptoardi.wordpress.com/2007/12/04/48/, 1 Juli 2008.

11

Ennan Suhennan, dkk, Common Textbook Strategi Pembe/ajaran Matematika

(26)

bukanlah sekedar dipelajari, melainkan seperangkat pmbelajaran, materi, dan sumber.12

c. Model-Model Pembelajaran Konstruktivisme

Dalam usaha meningkatkan kualitas pembelajaran sains maka akhir-akhir ini para ahli mengembangkan berbagai model pembelajaran yang dilandasi pandangan konstruktivisme dari Piaget. Pandangan ini berpendapat bahwa dalam proses belajar anak membangun pengetahuannya sendiri dan memperoleh banyak pengetahuan di luar sekolah (Dahar, 1989: 160). Oleh karena itu setiap siswa akan membawa konsepsi awal mereka yang diperoleh selama berinteraksi dengan lingkungan dalam kegiatan belajar mengajar. Terdapat beberapa ha! yang perlu ditekankan dalam konstruktivisme, yaitu : (1) peran aktif siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna; (2) pentingnya membuat kaitan antar gagasan oleh siswa mengkonstruksi pengetahuan; (3) mengaitkan antara gagasan siswa dengan informasi baru di kelas (Tasker, 1992: 30). Konstruktivisme yang menggunakan kegiatan hands-on serta memberikan kesempatan yang luas untuk melakukan dialog dengan guru dan teman-temannya akan dapat meningkatkan pengembangan konsep dan keterampilan berpikir para siswa.

Ada beberapa model pembelajaran yang dilandasi konstruktivisme yaitu model siklus belajar (Learning Cycle). Model pembelajaran generatif (Generatif Learning Model), model pembelajaran interaktif (Interactive Learning Model), model CLIS

(Children learning in science), dan model strategi pembelajaran kooperatif atau CLS (Cooperative Learning Strategies). Masing-masing model tersebut memiliki kekhasan tersendiri, tetapi semuanya mengembangkan kemampuan struktur kognitif untuk membangun

12 Pembela_jaran

(27)

n•-pengetahuan sendiri melalui berpikir rasional. Kekhasan model-model tersebut tampak pada tahapan kegiatan pembelajaran yang dilakukan.

Tyler (1996: 11-17) menyatakan bahwa setiap model memiliki fase-fase dengan istilah berbeda, tetapi pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu menggali gagasan siswa, mengadakan klarifikasi dan perluasan terhadap gagasan tersebut, kemudian merefleksikannya secara eksplisit. Perbandingan fase-fase dari model-model tersebut tampak pada Tabel 1 u Model pembelajaran konstruktivisme juga dapat dibagi menjadi tiga model pembelajaran: dua model pembelajaran merupakan model pembelajaran yang telah ditawarkan secara populer oleh para pakar konstruktivis (Learning Cycle dan Generative Learning), dan satu model merupakan model konvensional (inkuiri ilmiah-jenis eksperimen)H

Tabel 2.1 Perbandingan Fase Pembelajaran pada Model Pembelajaran pada Model

l

em e aJaran

P b I . K ons ru t kf. IVJC!

.

.

Fase

..

embela

S klus Belajar I embelajanm , embelajanm .c>mbelaianm

jaran ·- , - - -·-- .. CLIS -·-·

---- Kooneratif

1 セ@

.

encas1 Oientasi

0

"

·--'o SI 1 E isitasi

3 Prngenalan .. Tmtangan P rtanyaan R struk:turisasi

セᄋ@

4 p, nerapan

..

A >likasi

-

A likasi ᄋGGGセ@

<

-

.l\..euef\.Sl " tleksi

d. Prinsip-prinsip Dasar Konstruktivisme

Menurut Wheatley dalam jurnal Hamzah, dua prinsip utama dalam pembelajaran konstruktivisme. Pertama, pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif oleh struktur kognitif

13

Nuryani Y. Rustaman Dkk, Strategi Be/ajar Mengajar .. ... , ha! 173-174.

14

Edi Henclri Mulyana, "Pengaruh Jmplementasi Model Pembe/ajaran Konstruktivisme

AlternatifTerhadap Perubahan Konseptual dan Keterampilan llmiah Mahasiswa Dalam Mata

[image:27.595.64.463.149.633.2]
(28)

siswa. Kedua, fungsi kognitif bersifat adaptif dan membantu pengorganisasian melalui pengalaman nyata yang dimiliki anak. 15

Prinsip-prinsip konstruktivisme dalam proses pembelajaran antara lain; 16

1) Pengetahuan muncul atau hanya ada dalam pikiran manusia 2) Arti atau interpretasi yang diberikan oleh individu terhadap

sesuatu tergantung pada pengetahuaanya

3) Pengetahuan dikonstruksi dari dalam diri in di vi du dan dalam hubungannya dengan dunia nyata

4) Pengetahuan tidak pernah pasti

5) Pengetahuan umum datang dari otak dan tubuh yang bersifat umum, yang menerapkan bagian dari alam semesta yang sama

Pendapat lain mengatakan prinsip dari konstruktivisme sebagai berikut17:

1) Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa.

2) Struktur pembelajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan.

3) Mencari dan menilai pendapat siswa.

4) Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa. 5) Menilai belajar siswa dalam konteks pengajaran.

e. Tahap- tahap Pembelajaran Konstruktivisme

Konstruktivisme memiliki beberapa tahap yang dapat menjadikan pembelajaran lebih efektif dan efisien, tahap-tahapnya adalah sebagai berikut:

1) Persia pan, pad a tahap ini terdapat aktivitas untuk menarik perhatian siswa, menstimulasi cara berfikir siswa dan menolong mereka untuk menerima pengetahuan yang baru. Biasanya dengan metode; demonstrasi, membaca dari media koran, jurnal, buku, literature, biografi, dan menganalisis grafik.

15 Hamzah, "Pembelajaran Matematika Menurut Teori Belajar Konstruktivisme"dalam

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, No. 040, Tahnn ke-8, November 2002. h. 67

16

H. A. Syukur Ghazali, "Menciptakan Lingknngan yang Kontruktivistik Bagi

Pembelajaran Bahasa'', dalam, Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, Tahnn 16 No. I, 2003, h. 13

17

Guru, PembelajaranKonstruktivistik,

(29)

2) Pencarian, pada tahap ini siswa diberi waktu untuk berfikir, berencana, berinvestigasi dan mengorganisasi informasi. Dengan melakukan metode-metode berikut; mengumpulkan informasi agar dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan open-ended dan untuk membuat keputusan, pemecahan masalah, mengkonstruksi model, eksperimen.

3) Penjelasan, siswa melakukan analisis terhadap pencarian yang dilakukan. Pemahaman mereka diklarifikasi dan dimodifikasi karena aktivitas bayangan. Dengan menggunakan metode-metode berikut ini: analisis dan penjelasan siswa, mengeluarkan gagasan, berdiskusi.

4) Perluasan, pad a tahap ini s1swa diberi kesempatan untuk meluaskan dan menguatkan pengertian mereka akan konsep dan menerapkan situasi yang sebenarnya. Dengan menggunakan metode pembelajaran berikut ini: pemecahan masalah, eksperimen inquiri, aktivitas kemampuan berpikir, membuat keputusan.

5) Evaluasi, dimana guru dan siswa menggenerasi alat dan rubrik. Konstruktivisme merupakan pembelajaran yang berfokus pada bagaimana siswa dapat memahami konsep tentang materi yang diajarkan. Dimana siswa dapat membangun sendiri pemahamannya dan mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata, tentunya dengan prosedur di atas.

Tahap-tahap dalam pembelajaran konstruktivisme tercantum dalam berbagai persepsi dari beberapa ahli. Tapi memiliki satu tujuan, diantaranya dari Ari Widodo, tahap-tahapnya adalah sebagai berikut: 18

I) Pendahuluan, tahap penyiapan pembelajaran untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.

2) Eksploitasi, tahap pengidentifikasian dan pengaktifan pengetahuan awal pembelajaran.

3) Restrukturisasi, tahap restrukturisasi pengetahuan awal pembelajaran agar terbentuk konsep yang diharapkan.

18

(30)

4) Aplikasi, tahap penerapan konsep yang telah dibangun pada konteks I kondisi yang berbeda dalam k.ehidupan sehari-hari.

Konstruktivis menurut Piaget adalah dimana siswa akan mempunyai pengalaman belajar jika mereka aktif berpartisipasi. Shapiro (1994) menyatakan bahwa "di dalam kelas yang mengaplikasikan metode konstruktivis, siswa mempunyai sifat dan perilaku yang sama dengan saintis: Siswa membangun hipotesa, mengumpulkan data dengan melakukan percobaan atau observasi, dan membangun konsep berdasarkan hipotesis dan fakta yang mereka peroleh". 19

f. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Konstruktivisme

Setiap model, strategi atau metode pendidikan memiliki keurangan dan kelebihan masing-masing. Adakalanya cocok menggunakan metode yang satu dan tidak cocok dengan metode lainnya. Berikut ini akan dijelaskan kelebihan dari metode konstruktivisme, diantaranya:

1) Pembelajaran melekat dalam lingkungan belajar yang komplek, realistis, dan relevan.

2) Menyediakan negosiasi sosial, dan tanggungjawab bersama sebagai bagian dari pembelajaran.

3) Mendukung pandangan beragam dan menggunakan representasi yang juga beragam terhadap isi yang dipelajari.

4) Meningkatkan kesadaran diri dan pengertian bahwa pengetahuan itu dibangun.

5) Mendorong kesadaran dalam pembelajaran.

19

(31)

Kekurangan dari metode konstruktivisme adalah sebagai berikut20:

I) Sulit mengubah keyakinan guru yang sudah bertahun-tahun menggunakan pendekatan tradisional.

2) Guru konstruktivis dituntut lebih kreatif dalam merencanakan pembelajaran dan memilih menggunakan media.

3) Pendekatan konstruktifis menuntut perubahan s1swa evaluasi, yang mungkin belum bisa diterima oleh otoritas pendidik dalam waktu dekat.

4) Fleksibilitas kurikulum mungkin masih sulit diterima oleh guru yang terbiasa dengan kurikulum terkontrol.

5) Siswa dan orang tua mungkin memerlukan waktu beradaptasi dengan proses belajar dan mengajar yang barn.

2. Hakikat Pembelajaran Generatif a. Pengertian Generatif

Menurut Osborne dan Wittrock dalam Katu (1995. b:l), "pembelajaran generatif merupakan suatu model pembelajaran yang menekankan pada pengintegrasian secara aktif pengetahuan barn dengan menggunakan pengetahuan yang sudah dimiliki siswa sebelumnya."21 Pengetahuan baru itu akan diuji dengan cara menggunakannya dalam menjawab persoalan atau gejala yang terkait. Jika pengetahuan barn itu berhasil dalam menjawab permasalahan yang dihadapi, maka pengetahuan baru itu akan disimpan dalam memori jangka panjang.

Pembelajaran generatif mernpakan pembelajaran sams yang bertolak dari filosofi belajar konstruktivisme di mana pembelajar mengkonstrnksi pengetahuan sainsnya sendiri dalam lingkungan

20

Guru, Pernbelajaran Konstruktivistik,

http://www.whandi.net/?pilih=new&aksi=lihat&id=66, ha! 4, 13 April 2007.

(32)

belajar konstrnktivisme. Menurnt Osborne, "Pembelajaran secara generatif adalah metode yang melatih murid untuk membentuk pengetahuan sesuai dengan cara mereka masing-masing, mengenal dan memberi pandangan tentang alam". 22

Pembelajaran generatif menekankan agar kepahaman siswa tentang suatu perkara diperoleh dari melatih proses mental yang terkait secara eksplisit antara pengetahuan yang barn dengan pengetahuan yang sudah ada. Dalam tahun-tahun terakhir ini, generatif mulai merambah pada beberapa prose& pendidikan, karena metode ini cukup efektif untuk mengembangkan motivasi dan potensi siswa. Berikut ini pendapat dari sekelompok ahli pendidikan di Barat tentang Generatij Leaming. "Pembelajaran generatif mernpakan proses dimana siswa secara aktif menghubungkan pengetahuan yang barn saja didapatnya dengan pengetahuan yang sudah ada". 23 Hasilnya, pemahaman siswa yang maksimal mengenai suatu topik dan hal itu sangat berguna untuk beradaptasi dengan situasi yang ada. Singkatnya, pembelajaran generatif adalah perolehan informasi dari siswa sendiri dan memperdalamnya dengan cara dan kemampuan masing-masing.

Pandangan Senge (1990), pembelajaran generatif itu adalah tentang kreatifitas, terdiri dari sistem berfikir, mencurahkan pendapat, tim belajar, kreatif dan pribadi yang berkembang.24 Berikut ini teori pembelajaran generatif menurnt Osborne dan Wittrock (1985):

Guru perlu memberikan kesempatan pada siswa untuk membangun pengetahuan mereka sendiri dan menyusun kembali dengan persepsi yang baru. Ketika siswa meganalisa suatu objek, menggabungkan dengan pengetahuan yang sudah diperoleh sebelumnya, dan mencocokkan dua pengetahuan itu,

22 Strategi Pembe/ajaran Generatif,

www.geocities.com/norizan 2000/Strategi Pembelajaran Generatifhnn, 20 Mei 2008

23 Generative Learning Group, Generative Learning, http://www.generative.com

24

(33)

disitulah mereka mulai memperoleh pemahaman secara mendalam. 25

Sedangkan menurut Liangbiao (1992), mengatakan bahwa: Pembelajaran generatif dapat menciptakan iklim pembelajaran

yang konstruktivis, yakni mahasiswa akan dapat mengajukan ide-ide, pertanyaan-pertanyaan, dan masalah-masalah, serta mendiskusikan perihaJ konsep yang berkaitan dengan pembelajaran dengan tanpa dibebani rasa takut dan mampu berargumentasi untuk menjelaskan konsep-konsep ilmiah.26 Dari beberapa teori di atas, penulis menyimpulkan bahwa pembelajaran Generatif merupakan pembelajaran yang melatih aktivitas kognitif siswa, sehingga siswa mampu mengembangkan potensinya. Metode ini mengindikasikan bahwa pikiran siswa pada saat mengikuti kegiatan belajar mengajar bukanlah 'kertas kosong' yang akan diisi pengetabuan dari guru dengan sempurna, tapi siswa membangun sendiri pengetabuannya dengan bantuan pengetahuan yang sudah terekam dalam memori ingatannya sehingga menciptakan konsep pengetabuan yang baru. Hal itu tidak terlepas dari bimbingan guru.

b. Landasan Teoritik dan Empirik Pembelajaran Generatif.

Pembelajaran generatif memiliki landasan teoritik yang berakar pada teori-teori belajar konstruktivis mengenai belajar dan pembelajaran. Butir-butir penting dari pandangan belajar menurut teori konstruktivis ini menurut Nur (2000:2-15) dan Katu (1995.a:l-2), diantaranya adalah27:

25

Ritchie, dkk, Effectiveness o/Two Generative Learning Strategies In The Science

C/assroon1,

http://findarticles.com/p/articles/mi_ qa3667 /is_ 200002/ai_ n88855 l 6/pg_ 6 ?tag=artBody;coll

26

I Wayan Redhana dan I Dewa Ketut Sastrawidana, "Pembelajaran Generatif Dengan

Strategi Pemecahan Masai ah Untuk Meningkatkan Kua/itas Pembelajaran Kimia Dasar If',

Fakultas Pendidikan MIPA IKIP Negeri Singaraja, Jurnal Pendidikan dan Pengajaran No. 1 TH.

(34)

I) Menekankan bahwa perubahan kognitif hanya bisa terjadi j ika konsepsi-konsepsi yang telah dipahami sebelumnya diolah melalui suatu proses ketidakseimbangan dalam upaya memahami informasi-informasi baru.

2) Seseorang belajar jika dia bekerja dalam zona perkembangan terdekat, yaitu daerah perkembangannya saat ini. Seseorang belajar konsep paling baik apabila konsep itu berada dalam zona tersebut. 3) Penekanan pada prinsip Scaffolding, yaitu pemberian dukungan

tahap demi tahap untuk belajar dan pemecahan masalah. Dukungan itu sifatnya lebih terstruktur pada tahap awal, dan kemudian secara bertahap mengalihkan tanggung jawab belajar tersebut kepada siswa untuk bekerja atas arahan dari mereka sendiri.

4) Lebih menekankan pada masalah top-down daripada bottom-up. Top-down berarti siswa langsung mulai dari masalah-maslah kompleks, utuh, dan autentik untuk keterarnpilan-keterampilan dasar yang diperlukan untuk memecahkan masalah kompleks tadi dengan bantuan guru/dosen atau teman sebaya yang lebih mampu. 5) Menganut asumsi sentral bahwa belajar itu ditemukan. Meskipun

jika kita menyarnpaikan informasi kepada siswa, tetapi mereka harus melakukan operasi mental atau kerja otak atas informasi tersebut untuk membuat informasi itu masuk ke dalam pemahaman mereka.

6) Menganut visi siswa ideal, yaitu seorang siswa yang dapat memiliki kemampuan pengaturan diri sendiri dalam belajar.

7) Menganggap bahwa jika seseorang memiliki strategi belajar yang efektif dan motivasi, serta tekun menerapkan strategi itu sampai suatu tugas terselesaikan demi kepuasan mereka sendiri, maka kemungkinan sekali mereka adalah pelajar yang efektif dan memiliki motivasi abadi dalam belajar.

(35)

pembelajaran generatif terhadap variabel-variabel hasil belajar tradisional, diantaranya adalah: dalam bidang matematika (Carpenter dan Fennema, 1992), bidang sains (Neale, Smith, dan Jhonson, 1992), membaca (Duffi dan Roehler, 1986), menulis (Bereiter dan Scardamalia, 1987). Penerapan Knapp (1995) menemukan suatu hubungan positif pendekatan-pendekatan konstruktivis dengan hasil belajar.

c. Ciri-ciri Pembelajaran Generatif

Good (1983) telah memperkenalkan instruksi langsung yang cukup bagus sebagai alat untuk mencapai tujuan pembelajaran dan direkomendasikan juga sebagai 'active teaching' yang dapat menjelaskan bagaimana cara mengajar yang benar dan baik.

Dalam model pembelajaran generatif, guru memiliki tanggung jaw ab sebagai berikut28 :

!) Mengajarkan kepada siswa bahwa belajar dengan pemahaman adalah 'generatif learning'.

2) Mengajarkan kepada siswa bahwa kesuksesan di sekolah bermula dari percaya diri pada kemampuan diri sendiri dan menghargai usaha.

3) Mengajarkan kepada siswa untuk mengikuti proses membangun pemahaman dari instruksi guru.

4) Mengajarkan kepada siswa untuk menggenerasi maksud mengapa mereka harus belajar.

Dari penjelasan di atas seorang guru dapat melakukan hal-hal dibawah ini sebagai bekal awal untuk lebih memahami tentang model pembelajaran generatif ini:

28

" Active dan Generative Teaching", 1990-1991,

(36)

1) Pelajari apa itu model, prakonsepsi, strategi pembelajaran, sikap, dan percaya bahwa kemampuan siswa relevan dengan apa yang diaj ark an guru.

2) Mendesain struktur yang akan mengetahui kemampuan siswa dalam menghubungkan antara konsep materi dengan model, pengetahuan, di!.

3) Menghubungkan self control strategi agar siswa dapat diketahui kemampuan kognitif dan afektif.

Setelah melakukan langkah-langkah di atas, guru dapat mengukur kegagalan siswa dengan memilih dan menentukan materi yang dapat membuat siswa memahami dengan benar-benar pembelajaran 'generatif learning'. Berikut ini beberapa materi dan strategi untuk menstimulasi pembelajaran generatif9 :

Tabel 2.2 Materi atau Strategi untuk Menstimulasi Pembelajaran Generatif

Materi atau Bagaimana cara Aplikasi pembelajaran Pembelajaran yang

strategi mengguuakauuya generatif tidak generatif

Judul Siswa mencari arti dari judul, Gunakanlah judul untuk Memperbaiki judul

membuat prediksi, atau memprediksi apakall bukan hal yang

menciptakan judul untuk bagian yang kita baca, menarik sama sekali

bagian yang belum ada kemudian pahami jika untuk siswa.

judulnya. memang tidak ada yang

salah.

Pertanyaan Guru memberikan Menjawab pertanyaan yang Melewati

pertanyaan dan siswa ada dalam teks buku atau pertanyaan, atau

menjawabnya, atau murid menambah pertanyaan siswaakan

aktif mencari pertanyaan sendiri. menjawab jika

sendiri, dan melemparkan benar-benar mau

pertanyaan untuk kelompok menjawab.

atau guru.

Pertanyaan Guru menjelaskan tujuan Menganalisis tujuan pada Melewati tujuan, ha!

spesi:fik yang dibutuhkan setiap bab untuk itu akan sama saja

untuk menambah meniugkatkan jika sudah ditulis

peugetahuan siswa. keobjektifaunya. sekalipun isinya.

[image:36.595.68.492.120.704.2]
(37)

Ringkasan Guru memberikan ringkasan Baca baik·baik Melewatkan

yang dapat membuat murid ringkasannya, lain lihat lagi ringkasan, karena

aktif mendengarkan dan teks sebelumnya untuk menurut mereka itu

membuat pertanyaan menghilangkan sama saja dengan

[image:37.595.66.487.89.684.2]

mengenai ringkasan tersebut. kebingungan. kata-kata yang tacli.

Grafik Siswa membaca dan Ketika ada diskusi, Melupakan grafik,

membuat paraphrase dari menunjukkan grafik dan danhanya

informasi yang ada di grafik, menjelaskan point -point mengulang apa yang

atau mereka membuat scndiri pentingnya. ada di teks.

grafik untuk dipresentasikan.

Tabel I skema Gurudapat Ketika ada tinjauan, ambil Menghindar

mempresentasikan informasi bagian-bagain terpenting membuat table.

secara sistematis dengan saja untuk dicantumkan

tabel, dan siswa merancang dalam tabel.

tabel untuk meringkas informasi, atau siswa mengambil informasi dari skema lain dirancang lagi dalam tabel.

Demonstrasi Guru mengadakan Aplikasikan konsep yang Tidak melakukan

demonstrasi konsep dan ada dalam buku dalam demonstrasi sam

siswa menyimak baik·baik kehidupan sehari-hari. sekali.

atau siswa

mendemonstrasikan konsep

kepada guru atau kelompok.

Kiasandan Guru menggunakan analogi Menyusun metafora dan

analogi dan kiasan yang berarti dan analogi sendiri pada buku

siswa menjelaskan konsep yang dibaca.

atau siswa membuat metafora sendiri.

Contoh Guru memberikan contoh Kapanpun konsep muncul, Membuat contoh

yang sering dan banyak berpikirlah bahwa contoh sendiri, tauap

diketahui siswa, dan siswa itu ada di sekelilingmu, menghiraukan

membuat sendiri contoh dan atau kamu sendiri pernah contoh yang sudal1

periksa keakuratannya. mencobanya. ada.Karena

mungkin contoh yang dibuat sendir tidak akurat.

Gambar Guru menunjukkan gambar Lihat garnbar di buku dan Melewati garnbar

yang dapat menjelaskan perllatikanlah apakah begitu saja, karena

.

セBGセMM _; MMMᄋセ@ mencari garnbar tersebut hanya menganggap

gambar yang berkaitan menjelaskan konsep. itu hanya sebuah

dengan konsep. hiasan.

Aplikasi Guru membantu siswa Aplikasikan konsep yang

(38)

Interpretasikan Guru menjelaskan kenapa Hadirkan penanya-penanya Tidak pernah

Membuat uraian

Menarik kesimpulan

sesuatu itu terjadi atau yang cukup rinci dalam mempertanyakan

tanyakan pada siswa apa bisa memberikan pertanyaan mengapa ha! tersebut

siswa menjelaskan kembali sebagai stimulus untuk terjadi, dan tidak

dan menyebutkan fungsinya menggeuerasikan pernal1

untuk mereka. penjelasan. Kemudian mempertimbangkan

periksa keakuratan keakuratannya.

pertanyaan.

Guru meminta siswa Mencoba untuk Tidak melakukan ha!

menguraikan konsep dengan mendefinisikan kembali tersebut sama sekali.

kata-kata sendiri, atau guru dengan kata-kata sendiri

memparafrase penjelasan kata kunci dari konsep.

dari siswa.

Guru meminta siswa untuk Membuat kesimpulan Tidak pernah

menggambarkan kesimpulan tentang apa yang akan berpikir sesuatu

terhadap apa yang akan terjadi apabila konsep yang tidak ada di

terjadi jika apa yang mereka diaplikasikan dalam buku, tidak pernah

pelajari adalah ha! yang kehidupan nyata, dan memperkirakan apa

benar. periksa kembali apakah ha! yang akan terjadi.

itu akan benar-benar terjadi.

Model pengajaran di atas akan membantu guru dalam untuk mengajar aktif di kelas. Pada pendekatan generatif, siswa tidak hanya belajar secara fokus tapi juga harus dapat menggenerasikan hubungan antara pengetahuan yang lama dan pengetahuan yang barn didapat, dan yang paling penting bagaimana siswa dapat mengaplikasikan pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari.

d. Model-model Pembelajal'an Generatif.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka model belajar generatif perlu diimplementasikan dalam proses pembelajaran, untuk mengubah miskonsepsi siswa menuju konsepsi ilmiah. Model belajar generatif berbasis pada pandangan konstruktivisme dalam belajar dan mengajar, asumsi dasarnya bahwa pengetahuan dibangun di dalam pikiran pembelajar (Bodner, 1986).

Model belajar generatifyang diajukan oleh Russel Tyler (1996) ---rd,...alarn I Kctttt Tika, tahap generatif diawali dengan'0

:

30 I Ketut Tika,

(39)

I. Fase pertama adalah eksplorasi prakonsepsi siswa.

2. Fase kedua adalah pemusatan, yang terarah pada konsep yang akan dipelajari siswa.

3. Fase ketiga adalah fase tantangan. Pada fase ini guru berfungsi sebagai fasilitator dalam mengubah miskonsepsi siswa menuju konsepsi ilmiah.

4. Model belajar generatif diakhiri dengan fase keempat yaitu fase aplikasi. Pada fase ini para siswa mencoba memecahkan masalah-masalah praktis berdasarkan konsep-konsep ilmiah.

Berikut ini adalah iahap pembelajaran generatif menurut Tyler (1996), yaitu: (!) Prelimenary (Eksplorasi), (2) Focusing (pemusatan) , (3) Challenge (tantangan), dan (4) Application (aplikasi). Pada fase I, pengajar mengetahui dengan pasti pengetahuan awal siswa yang relevan dengan topik pembelajaran, mengklasifikasikannya, mengaitkannya dengan konsep ilmiah atau sejarah penemuan ilmiah31.

Peneliti lain menemukan beberapa tahap pembelajaran generatif, dibawah ini tahap-tahap yang ditemukan oleh Cosgorove dan Osborne (1985), yaitu32:

1. Tahap pengingatan (Elicitation); pada tahap ini guru melibatkan siswa dalam diskusi yang bertujuan menggali pemahaman mereka. 2. Tahap tantangan dan konfrontasi (challenge and confrontation);

pada tahap ini guru mengajak siswa mengemukakan gejala yang diperkirakan muncul dari peristiwa yang akan didemonstrasikan. 3. Tahap reorganisasi kerangka kerja konsep (Restructuring of the

Conceptual Framework); pada tahap ini guru membantu siswa dengan mengusulkan alternative yang diterima pada siswa.

4. Tahap penerapan (Application); pada tahap ini guru memberikan berbagai persoalan dengan konteks yang berbeda untuk diselesaikan oleh siswa yang telah mengalami restrukturisasi. 5. Tahap menilai kembali (Review); pada tahap ini dalam suatu

diskusi, guru mengajak para siswa untuk membandingkan kerangka berfikir barn dari hasil reorganisasi dengan apa yang sebelumnya mereka miliki.

Singaraja" dalam Jurnal Pendidikan clan Kebudayaan Anelra Widya, No. 3 Th XXXIV, Juli 2001, Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Negeri Singaraja, ha! 46

31

Edi Hendri Mulyana, "Pengaruh lmplementasi Model Pembe/ajaran Konstruktivisme

AlternatifTerhadap Perubahan Konseptua/ dan Keterampilan llmiah Mahasiswa Dalam Mata Ku/iah Konsep Dasar IPA", dalam Laporan Hasil Penelitian: PGSD UPP3 Fakultas limn Pendidikan UPI, 2001, ha! 20.

32 Syaiful B. Arsyid, "Pengembangan Model Be/ajar Generatif Untuk Memperbaiki

(40)

U!l\I SY.C,,if(l JtlKARTA

I

----·--- - !

Driver dan Oldham dalam Katu (1994) mengembangkan model pengajaran dengan menggunakan pendekatan belajar generatif yang terdiri dari 5 tahap kegiatan yaitu33:

1. Tahap orientasi: siswa diberi kesempatan membangun kesan mengenai topik yang akan dibahas.

2. Tahap pengungkapan ide: siswa mendapat kesempatan mengemukakan ide atau gagasan tentang topik yang dibahas. 3. Tahap tantangan dan restrukturisasi: siswa membandingkan dan

berargumentasi tentang ide atau gagasannya, menguji kebenaran gagasan melalui pengamatan gejala pada kegiatan demonstrasi dan mendapat informasi tentang ide yang didukung kebenarannya secara ilmiah.

4. Tahap penerapan: siswa menerapkan pemahamannya yang baru untuk memecahkan berbagai persoalan.

5. Tahap melihat kembali: siswa mengevaluasi kelemahan bentuk pemahamannya yang lama dan merangkum segala informasi yang baru diperolehnya berkaitan dengan topik yang dibahas dalam proses pembelajaran.

Model generatif telah berkembang pesat, sehingga banyak bermunculan model generatif dengan tahap-tahap yang berbeda. Berikut ini tahap generatif yang lain, yaitu: "metode PQ4R yang dikembangkan oleh Thomas dan Robinson, dan sesuai dengan namanya metode PQ4R ini terdiri dari enam langkah yaitu Preview, Question, Read, Reflect, Recite dan Review (Muhammad Nur, 1999)".34 Sedangkan menurut Lingbiao (1992), tahap pembelajaran generatif terdiri dari: (1) tahap orientasi, (2) tahap aktivitas dan interaksi, (3) tahap penilaian dan umpan balik, dan (4) tahap perluasan. 35

33

Nyoman Rohadi, "Penyusunan Bah an Ajar Terpadu Remediasi Menerapkan Model

Generatif Untuk Mengatasi Kenda/a Kognitif Fisiska SLTP di Propinsi Bengku/u ", dalam Laporan Penelitian, Fakultas Matematika dan limn Pengetahuan Alam Universitas Bengku!u, 9 April 2002, hal6.

34

Ayn Malrayukti, l'engembangan Model Pembe/qjaran Generatif Dengan Metode

PQ4R Dalam Upaya lvfeningkatkan Kualitas Pembelajaran Matematika Siswa Ke/as II B SLTP Laboratorium !KIP Ngeri Singarqja" ,Institut Keguman dan limn Pendidikan Negeri Singaraja;

Jurnal Pendidikan dan Peugajaran ISSN 0215-8250 No. I TH. XXXVI Jauuari 2003. ha! 3.

35 I Wayan Redhana dan I Dewa Ketut Sastrawirlan:i

(41)

e. Penerapan Pembelajaran Generatif

Dalam proses akomodasi, yaitu dalam pembelajaran konstruktivisme, struktur kognitif individu mengalami reorganisasi untuk menyesuaikan dengan informasi yang baru. Dalam proses ini, suatu keadaan yang diinginkan terjadi adalah agar siswa melakukan restrukturisasi bagan konsep sehingga terjadi suatu pergeseran dari pemahaman yang salah ke arah pemahaman yang benar atau 'scientific undertanding' (Thorley dan Treagust, 1987; Sadya, 1996).

Dalam melaksanakan pembelajaran generatif, menurut Sutrisno (1995 :3), guru perlu memperhatikan beberapa ha!, diantaranya adalah sebagai berikut36:

1) Menyajikan demonstrasi untuk menantang intuisi siswa. Setelah guru mengetahui intuisi yang dimiliki siswa, guru mempersiapkan demonstrasi yang menghasilkan peristiwa yang dapat berbeda dari intuisi siswa. Dengan melihat peristiwa yang dapat berbeda dari dugaan mereka maka dalam pikiran mereka timbul perasaan kacau (dissonance) yang secara psikologis membangkitkan perasaan tidak tenteram sehingga dapat memotivasi mereka untuk mengurangi perasaan kacau itu dengan mencari alternative penjelasan.

2) Mengakomodasi keinginan siswa dalam mencari alternative penjelasan dengan berbagai kemungkinan kegiatan siswa antara lain berupa eksperimen/percobaan, kegiatan kelompok menggunakan

menggunakan

diagram, analogi, atau simulasi, pelatihan tampilan jamak (multiple representation) untuk mengaktifkan siswa dalam proses belajar. Variasi kegiatan dapat membantu siswa memperoleh penejalsan yang cukup memuaskan. 3) Untuk lebih memperkuat pemahaman mereka maka guru dapat

memberikan soal-soal terbuka (open-ended questios ), soal-soal

Fakultas Penclidikan MIP A !KIP Negeri Singaraja, Jurnal Pencliclikan dan Pengajaran No. I TH.

XXXVI, 2003. hill 97.

36 Pembe/ajaran Generatif Katu. httn://nasani ited

(42)

kaya konteks (context-rich problems) dan pertanyaan terbalik (reverse questions) yang dapat dikerjakan kelompok.

3. Hakikat Pemahaman

a. Pengertian Pemahaman

Pemahaman atau insight merupakan proses berpikir dan belajar. 37 Dikatakan demikian karena untuk ke arah pemahaman perlu diikuti dengan belajar dan berpikir. Pemahaman merupakan proses, perbuatan dan cara memahami.

Di dalam ranah kognitif menunjukkan tingkat-tingkat kemampuan yang dicapai dari yang terendah sampai yang lebih tinggi. Definisi pemahaman menurut Drs. Anas Sudjiono adalah "kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu itu diketahui dan diingat, atau kemampuan setingkat lebih tinggi dari ingatan dan hafalan".38 Menurut Bloom, Memahami adalah kemampuan mengkonstruk makna atau pengertian berdasarkan pengetahuan awal yang di mi liki, at au mengintegretasikan pengetahuan yang baru ke dalam skema yang telah ada dalam pemikiran siswa.39

b. Tingkatan Pemahaman

Dalam Wahyudi, Richard Skemp mengajukan gagasan-gagasannya tentang tingkatan-tingkatan pemahaman (the levels of understanding) siswa. Skemp membedakan tingkatan pemahaman siswa menjadi dua, yaitu Tingkatan pemahaman yang pertama disebut pemahaman instruksional (instructional understanding). Pada tingkatan ini dapat dikatakan bahwa siswa baru berada di tahap tahu atau hafal suatu rumus dan dapat menggunakannya untuk menyelesaikan suatu soal. Pada tahap kedua, yaitu pemahaman

----''"-!1::-ftmtltim;-dl<k.-;Per=naan Pengajaran, (Jakarta: PT Rffieka Cipta, Juli 2003), ha! 22.

38

Anas Sudjiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

(43)

relasional (relational understanding), siswa tidak hanya sekedar tahu dan hafal tentang suatu rumus, tetapi dia juga tahu bagaimana dan menganggap rumus itu dapat digunakan.40

Menjawab soal apa itu pemahaman. Skemp (1976) membagi tingkatan-tingkatan pemahaman, yang terdiri dari pemahaman instruksional dan pemahaman relasional. Pemahaman instruksional adalah pemahaman dimana siswa mengenal suatu informasi tanpa mengetahui seluk beluk dari informasi tersebut. Misal, seorang siswa mengetahui rumus konsentrasi asam kuat adalah [W] = x. Ma, tapi dia tidak mengetahui mengapa rumus itu digunakan dan dari mana asal rumus tersebut, sedangkan pemahaman relasional adalah dimana siswa mengenal suatu informasi dan mengetahui pula bagaimana dan mengapa rumus itu digunakan.

Byers dan Herscovics (1977) menganalisis ide Skemp itu dan mengembangkannya lebih jauh. Menurut mereka, siswa terlebih dahulu berada pada tingkatan pemahaman antara, yaitu tingkatan pemahaman intuitif (intuitive understanding) dan tingkatan pemahaman formal (formal understanding). Pertama, sebelum sampai pada tingkatan pemahaman instruksional, siswa terlebih dahulu berada pada tingkatan pemahaman intuitif. Mereka mendefinisikannya sebagai berikut. "intuitive understanding is the ability to solve a problem without prior analysis of problem" .41

Dijelaskan disini bahwa sebelum sampai pada tingkatan pemahaman relasional yang sebenarnya, siswa terlebih dahulu harus memahami\menguasai simbol-simbol dan notasi-notasi yang digunakan dalam matematika atau sams (IPA), kemudian menghubungkannya dengan konsep-konsep yang relevan di dalam matematika atau sains, dan menggabungkannya ke dalam rangkaian pemikiran yang logis.

40

Wahyudi, Tingkatan Pemahaman Siswa Terhadap Materi Pembelajaran IPA, (Jumal

(44)

Dalam pembelajaran yang optimal diperlukan sekali pemahaman seperti itu dan untuk menunjang ha! tersebut kepekaan guru untuk memilih metode, tekhnik atau media apa yang digunakan dalam penyampaian materi sangat diperlukan, guna tercapainya pemahaman relasional dan instruksional.

c. Kategori Pemahaman

Menurut Bloom, Memahami adalah kemampuan mengkonstruk makna atau pengertian berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki, atau mengintegretasikan pengetahuan yang baru ke dalam skema yang telah ada dalam pemikiran siswa. Kategori memahami mencakup tujuh proses kognitif : menafsirkan (interpreting), memberikan contoh

( exemplifYing), mengklasifikasikan ( classifYing), membandingkan

(comparing), dan menjelaskan (explaining).42

Benyamin S. Bloom telah mengembangkan taksonomi untuk ranah kognitif. Taksonomi adalah metode penggolongan berurutan dari tingkat rendah sampai tingkat tinggi. Berikut ini penggolongannya 43: 1. Pengetahuan: kemampuan mengingat, mengulang, atau

menceriterakan kembali informasi yang disajikan sebelumnya. Contoh: sebutkan bagian utama kamera 35 mm.

2. Pemahaman: kemampuan menafsirkan atau menyatakan kembali informasi yang diperoleh pada tingkat pengetahuan dengan kata-kata sendiri.

Contoh: Ceriterakan urutan mengisi film dalam kamera 35 mm. 3. Penerapan: kemampuan menggunakan atau menerapkan

informasi, teori, prinsip, atau hukum kepada situasi baru.

Contoh: pilih tiga keadaan pencahayaan kamera untuk berbagai situasi pengambilan gambar.

42

Nur

Gambar

Gambar 4.1 Siswa Membuat Larutan .........................................................
Tabel 2.1 Perbandingan Fase Pembelajaran pada Model Pembelajaran pada Model
Tabel 2.2 Materi atau Strategi untuk Menstimulasi
Grafik Siswa membaca dan Ketika ada diskusi, membuat paraphrase dari menunjukkan grafik dan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan melihat konsumtivisme wanita dewasa awal pada tiga wilayah konsumsi, yaitu konsumsi primer (makanan, minuman, minuman beralkohol, kopi,

PEMERINTAH KABUPATEN LAMPUNG BARAT.

Ranti’s Generic IS/IT Business Value merupakan kerangka yang terdiri dari 13 kategori dan 73 sub-kategori manfaat bisnis teknologi informasi.Penelitian ini diperoleh

Firman Allah Ta’ala, “Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; Maka

[r]

 Menyapih dimulai saat anak berusia diatas 24 bulan  Mengoleskan betadin/obat merah pada putting  Member perban/plester pada putting.  Dioleskan jamu, brotowali, atau kopi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa penggunaan kartu aksara melalui strategi permainan bahasa berdampak positif terhadap

Proses pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan bercerita melalui media puzzle adalah dengan memberikan kesempatan kepada anak-anak bermain puzzle yang mereka sukai dan kemudian