• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh bimbingan orang tua terhadap kemampuan membaca al-qur’an anak di TPQ As-Sa’adah Ciputat- Tangerang Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh bimbingan orang tua terhadap kemampuan membaca al-qur’an anak di TPQ As-Sa’adah Ciputat- Tangerang Selatan"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Disusun Oleh:

Hilda Risdayani

NIM: 109011000087

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

(2)
(3)
(4)
(5)

iv

ABSTRAK

HILDA RISDAYANI (NIM: 109011000087), “Pengaruh Bimbingan Orang Tua Terhadap Kemampuan Membaca Al-Qur’an Anak di TPQ As-Sa’adah Ciputat -Tangerang Selatan”. Skripsi jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.

Kata kunci : bimbingan orang tuadan kemampuan membaca al-Qur’an anak. Penelitian ini berlatar belakang pada kenyataan bahwa berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara yang penulis lakukan dengan guru mengaji di TPQ

As-Sa’adah diperoleh kenyataan bahwa tidak sedikit dari para orang tua yang

kurang peduli dengan kemampuan membaca al-Qur’an anak. Hal ini terjadi karena orang tua kurang maksimal dalam membimbing bacaan al-Qur’an anak, masih banyak orang tua yang menyerahkan sepenuhnya tanggung jawab bimbingan membaca al-Qur’an kepada orang lain, dan kurangnya tanggapan orang tua dalam menindaklanjuti kegiatan anak dalam membaca al-Qur’an. Selain itu, masalah yang ditemui yaitu orang tua kurang komunikatif dan kurang memperhatikan perkembangan kemampuan membaca al-Qur’an anak karena terlalu sibuk berkarir di luar rumah sehingga kebutuhan anak secara kodrati kurang terpenuhi. Dan juga hasil wawancara terhadap orang tua bahwa orang tua yang sibuk menyerahkan pembelajaran al-Qur’an anaknya di TPQ As-Sa’adah, sehingga mereka kurang memberikan bimbingan secara rutin kepada anaknya. Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bimbingan orang tua terhadap kemampuan membaca al-Qur’an anak di TPQ As-Sa’adah Ciputat- Tangerang Selatan. penulis menggunakan penelitian populasi yaitu seluruh siswa TPQ As-Sa’adah yang berjumlah 60 siswa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh bimbingan orang tua terhadap kemampuan membaca al-Qur’an anak di TPQ As-Sa’adah di peroleh berdasarkan angket yang diisi oleh orang tua siswa di TPQ As-Sa’adah Ciputat. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode korelasi product moment diperoleh “r” hitung sebesar 0,609 berkisar antara 0,40-0,70 berarti korelasi positif termasuk dalam kategori sedang/cukup. Kemudian hasil tersebut dibandingkan dengan r tabel dengan df = 58 taraf signifikan 5% sebesar 0,254 dan 1% sebesar 0,214, berarti r hitung lebih besar dari r tabel. Dengan demikian hipotesa nol (Ho) di tolak dan hipotesa (Ha) diterima. Maka hal ini menunjukkan bahwa bimbingan orang tua berpengaruh terhadap kemampuan membaca al-Qur’an anak di TPQ As-Sa’adah Ciputat-Tangerang Selatan.

(6)

v

ABSTRACT

Hilda Risdayani (NIM: 109011000087), Influence Parents’ Guidance to

children’s Reciting Al Quran Ability in Islamic Beginner School As Sa’adah

Ciputat of south Tangerang”, Thesis Department of Islam Religion, Faculty of

Tarbiyah and Teacher’s Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University

Jakarta, 2014.

Key words: Influence Parents’ Guidance, children’s Reciting Al Quran Ability.

The research is back-grounded on the true based on values of observation

and interview wich writer and teacher’s room have done in TPQ As-Sa’adah

gotten a true that it is not little from parents who are careless to child reciting

al-Qur’an ability. Many parents who depend their guide reciting al-Qur’an

responsibility to others on, their respect is less to follow child’s activities up in reciting al-Qur’an. In otherwise, the problem met is the parents’ communicative was less and not attantion enough to child’s reciting al-Qur’an ability improving, for they are too busy work in out, so the child’s needs as natural are not enough.

They value of parents’ interview is the busy parents depend studying al-Qur’an of

their child in TPQ As-Sa’adah, so they didn’t give guide continued for their child.

The research aims to know the effect of parents to child’s reciting al-Qur’an

ability in TPQ As-Sa’adah at Ciputat of South Tangerang. The population that the writer used are 60 students of TPQ As-Sa’adah.

The result of this research indicates that Influence Parents’ Guidance to children’s Reciting Al Quran ability in Islamic Beginner School As Sa’adah are gotten by based on it’s questionnaire which are given to the students’ parent in the place. The method used in this research is quantitative correlation of product

moment and it are gotten “r” hitung 0,609 for about 0,40—0,70. It means positive

correlation includes high category, and the result compared by r table with df = 58 degrees of significance 5% is 0,254 and 1 % is 0,214, it means r hitung is bigger than r table, so Ho is refused, but Ha is accepted. Finally, it is showing that Parents’ Guidance influences to children’s Reciting Al Quran ability in Islamic

Beginner School As Sa’adah Ciputat of south Tangerang.

(7)

vi

Alhamdulillah segala puji dan syukur bagi Allah penulis panjatkan atas segala karunia, taufiq, inayah serta hidayah-Nya yang telah diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini. Shalawat beserta salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita penghulu alam yakni Nabi Muhammad SAW, rasul pilihan yang membawa umatnya dari zaman kegelapan hingga zaman yang terang dengan ilmu pengetahuan. Serta untaian doa semoga tercurahkan kepada keluarga, kerabat, sahabat, hingga kepada seluruh pengikutnya sampai akhir zaman.

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Bimbingan Orang Tua Terhadap

Kemampuan Membaca al-Qur’an Anak di Tpq As-Sa’adah Ciputat-Tangerang Selatan” ini, penulis susun dalam rangka memenuhi dan melengkapi syarat-syarat mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S1) pada jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa selesainya penyusunan

skripsi ini tidaklah semata-mata atas usaha sendiri, namun berkat bantuan, motivasi dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menghaturkan

ucapan terimakasih kepada :

1. Nurlena Rifai, M.A, Phd, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag dan Hj. Marhamah Saleh, Lc, MA selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(8)

vii

5. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN syarif Hidayatullah Jakarta yang penuh tanggung jawab dalam mendidik penulis selama menimba ilmu di sini.

6. Seluruh staf dan karyawan Jurusan Pendidikan Agama Islam .

7. Segenap pengelola perpustakaan, baik Perpustakaan Utama maupun

Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan fasilitas kepada penulis dalam mencari buku serta data yang dibutuhkan.

8. Puji Laksono S.T sebagai Ketua Tpq As-Sa’adah yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di sekolah yang dipimpinnya.

9. Bapak/Ibu Guru, beserta para staf Tpq As-Sa’adah yang telah membantu penulis dalam mengumpulkan data-data penelitian.

10.Ayahanda dan ibunda tercinta Bpk. Adih dan Ibu Musliha, yang menjadi penyemangat utama penulis, yang tak pernah lelah mendoakan dan memberikan dukungan secara moril dan materil serta selalu menyanyangi penulis dari kecil hingga dewasa ini. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang tidak dapat terhitung dan kasih sayang yang tak pernah putus yang diberikan untuk penulis.

11.Adik-adikku tersayang Haerul Yasir, Elda Marwah dan Multazam Azka yang selalu memberikan doa dan menjadi obat pelipur laraku.

12.Sahabat-sahabat seperjuangan jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2009 khususnya kelas PAI C, serta sahabat tercinta Citra Humaira Firdaus

S.Pd, Vigina Vanarika S.PdI dan Aa Saprudin terimakasih atas bantuan dan dukungannya, yang selalu setia menemani penulis selama masa perkuliahan baik dalam keadaan susah maupun senang.

(9)

viii

kepada penulis untuk selalu berada dalam jalan yang lurus dan yang diridhoi-Nya, majauhkan penulis dari ketidaktahuan, kesalahan berfikir, kesalahan berucap. Semoga karya tulis ini bermanfaat dan mendapat Berkah-Nya.

Jakarta, 12 September 2014

(10)

ix

LEMBAR PENGESAHANPANITIA UJIAN ... ii

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH ...iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ...xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. IdentifikasiMasalah ... 5

C. PembatasanMasalah ... 5

D. PerumusanMasalah ... 5

E. TujuanPenelitian ... 5

F. ManfaatPenelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI ... 7

A. Bimbingan Orang Tua ... 7

1. PengertianBimbingan Orang Tua ... 7

2. Tujuan dan Fungsi Bimbingan ... 9

3. Asas-asas Bimbingan dan BentukBimbingan Orang Tua ... 11

B. KemampuanMembaca al-Qur’an Anak ... 15

1. Pengertiandan Tujuan KemampuanMembaca ... 15

2. Unsur-unsurKemampuanMembaca al-Qur’an ... 18

3. Faktor-faktor yang MempengaruhiKemampuan Membaca al-Qur’an ... 20

(11)

x

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 25

A. MetodePenelitian ... 25

B. TempatdanWaktuPenelitian ... 25

C. PopulasidanSampel ... 25

D. TeknikPengumpulan Data ... 26

E. InstrumenPenelitian ... 27

F. TeknikPengolahandanAnalisis Data ... 31

G. HipotesisStatistik ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 37

A. ProfilTPQ As-Sa’adah ... 37

B. PengaruhBimbingan Orang TuaTerhadapKemampuan Membaca al-Qur’an Anak di TPQ As-Sa’adah ... 40

1. Deskripsi data ... 40

a. Bimbingan Orang Tua ... 41

b. KemampuanMembaca al-Qur’an Anak ... 56

2. HasilUjiInstrumenPenelitian ... 57

3. Analisis Data ... 60

4. Interpretasi Data ... 62

5. Pembahasan ... 64

BAB V PENUTUP ... 66

A. Kesimpulan ... 66

B. Saran ... 67

(12)

Tabel 3.1 Instrumen bimbingan orang tua ...28

Tabel 3.2 Hasil uji validitas bimbingan orang tua ...30

Tabel 3.3 Klasifikasi Interpretasi Reliabilitas Soal ...31

Tabel 3.4 Pengukuran secara deskriptif ...33

Tabel 3.5 Penilaian analisis mean angket bimbingan orang tua dan kemampuan membaca al-qur’an anak ...34

Tabel 3.6 Interpretasi data ...35

Tabel 4.1 Data pendidik dan tenaga kependidikan ...38

Tabel 4.2 Orang tua memotivasi anak untuk belajar...41

Tabel 4.3 Orang tua mengingatkan anak untuk belajar...42

Tabel 4.4 Orang tua mengajarkan cara belajar yang baik kepada anak ...42

Tabel 4.5 Orang tua membimbing anak apabila anak belum lancar membaca ...43

Tabel 4.6 Orang tua memberi pujian kepada anak atas prestasi yang telah diraihnya ... 43

Tabel 4.7 Orang tua menasehati apabila anak malas belajar ... 44

Tabel 4.8 Orang tua mencarikan pendidikan tambahan untuk Menambah pemahaman anak terhadap pelajaran ...44

Tabel 4.9 Orang tua memberikan fasilitas atau sarana untuk belajar ...45

Tabel 4.10 Orang tua membelikan buku latihan membaca untuk anak ...45

Tabel 4.11 Orang tua mengawasi anak dalam belajar...46

Tabel 4.12 Orang tua mengajarkan cara membaca huruf hijaiyah...46

Tabel 4.13 Orang tua mengontrol cara membaca al-qur’an anak ...47

Tabel 4.14 Orang tua ada waktu khusus untuk membimbing anak belajar membaca al-Quran ... 47

(13)

Tabel 4.18 Orang tua menanyakan prestasi anak kepada guru ...49

Tabel 4.19 Orang tua berkoordinasi dengan guru untuk melakukan komunikasi yang efektif terkait pelajaran-pelajaran yang sukar diikuti oleh anak ...50

Tabel 4.20 Orang tua mengetahui tingkat pemahaman/kemampuan anak dalam membaca al-qur’an ...50

Tabel 4.21 Orang tua membantu mengatasi kesulitan anak dalam belajar ...51

Tabel 4.22 Orang tua memberikan keterangan-keterangan yang diperlukan oleh anak ketika belajar ...51

Tabel 4.23 Orang tua meminta bantuan orang lain (guru privat) yang mampu memberikan bimbingan belajar kepada anak untuk mengatasi kesulitan dalam belajar ...52

Tabel 4.24 Orang tua menyuruh anak untuk mengulangi pelajaran ...52

Tabel 4.25 Orang tua menjawab pertanyaan anak bila anak bertanya tentang makhroj huruf ... 53

Tabel 4.26 Orang tua membetulkan apabila mengetahui anak salah membaca53 Tabel 4.27 Distribusi frekuensi tentang pengaruh bimbingan orang tua dari 30 responden ... 54

Tabel 4.28 Penilaian analisis mean angket bimbingan orang tua ... 55

Tabel 4.29 Nilai raport semester II siswa TPQ As-Sa’adah Ciputat... 56

Tabel 4.30 Uji validitas instrumen bimbingan orang tua ... 58

Tabel 4.31 Reliability statistics ... 59

Tabel 4.32 Perhitungan untuk memperoleh angka indeks korelasi antara variabel X dan variabel Y ... 60

(14)

Lampiran 2 Angket Bimbingan Orang Tua

Lampiran 3 Hasil Uji Reliabilitas Angket Bimbingan Orang Tua Lampiran 4 Tabel Nilai r

(15)

1

A.

Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha membimbing, mengarahkan, serta membina jasmani dan rohani anak agar menjadi manusia yang memiliki kecerdasan intelektual maupun spiritual keagamaan sesuai dengan ajaran Islam yang bersumber pada al-Qur’an dan hadits.

Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Abi Hurairah r.a:

Artinya: Dari Abi Hurairah r.a berkata Rasulullah SAW bersabda: “Anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka orang tuanyalah yang dapat

menjadikannya yahudi, nasrani ataupun majusi”. (H.R. Muslim)1

Berpijak dari hadits di atas, anak adalah anugerah dari Allah dan amanah bagi orang tua. Sebagai amanah, anak harus dijaga, dibimbing, dan diarahkan selaras dengan apa yang diamanatkan.2 Sebagaimana teori tabularasa yang dikemukakan oleh John Lock yaitu anak bagaikan kertas putih yang siap dibentuk sesuai dengan keinginan orang tuanya dimana dalam dirinya berpeluang untuk dapat menerima sesuatu yang baik dan buruk.3

Baik atau buruknya anak tergantung dari cara asuh orang tua dalam memberikan bimbingan yang baik, dengan menerapkan nilai-nilai pendidikan agama pada anak dalam lingkungan keluarga. Karena dari lingkungan keluarga,

1

Sayyid Ahmad, Mukhtar Al- Hadits An-Nabawiyah, (Daarul Kitab Al- Islami, 1999), Cet. I, h. 141.

2Muhammad „Ali Quthb,

Sang Anak Dalam Naungan Pendidika Islam, (Bandung: CV. Diponegoro, 1993), Cet.II, h.11.

3

(16)

pendidikan bagi anak dimulai oleh orang tua untuk menjadikan anak itu shaleh atau shalehah.

Sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Ar-Ruum ayat 30, yang berbunyi:

































































Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”.4

Lingkungan keluarga merupakan lembaga pendidikan pertama bagi anak. Tempat ia mengaktualisasikan diri sebagai makhluk sosial dan belajar menanamkan nilai-nilai pendidikan yang baik, dalam mengembangkan potensinya agar menjadi manusia yang berkepribadian, berguna bagi masyarakat, serta dapat memiliki kemampuan dalam menghadapi persaingan hidup seiring dengan perkembangan serta perubahan zaman tanpa meninggalkan syariat Islam.

Orang tua memiliki kewajiban untuk memberikan pendidikan yang layak, mengarahkan anak kepada masa depan yang baik dengan memberikan bekal

pendidikan dan pengetahuan yang cukup. Kegiatan pendidikan keagamaan yang baik dan ideal hendaknya mencakup bidang bimbingan dan bidang pengajaran yang mengarah pada peningkatan kualitas keimanan dan ketaqwaan.

Peran orang tua dalam membina anak di lingkungan keluarga juga dimotivasi oleh kekuatan spiritual agama dalam hal ini agama Islam sesuai dengan hadits Nabi yang berbunyi:

4

(17)

Artinya: “Didiklah anak-anak kalian dengan tiga perkara: Mencintai para Nabi, mencintai keluarganya, dan membaca al-Qur’an. Karena orang yang membawa al-Qur’an akan berada dalam naungan Allah pada saat tidak ada naungan kecuali naungan-Nya beserta para utusan-Nya dan para kekasih-Nya.”5

Berpijak dari hadits di atas, maka orang tua mempunyai kewajiban mendidik dan memberikan bimbingan kepada anak tidak hanya sebatas pengetahuan umum ataupun exact saja, orang tua juga harus sadar dengan kehidupan setelah di dunia akan ada akhirat. Maka dari itu para orang tua harus menyiapkan bekal di akhirat dengan cara memberikan bimbingan dan pendidikan keagamaan salah satunya dengan cara mengajarkan anak untuk mengaji ataupun membaca al-Kitab (al-Qur’an), karena al-Qur’an merupakan pedoman bagi manusia dan di dalamnya terdapat ilmu pengetahuan yang tidak dapat diragukan lagi kebenarannya.

Dari fenomena yang terjadi seperti sekarang ini, berdasarkan hasil

pengamatan dan wawancara yang penulis lakukan dengan guru mengaji di TPQ

As-Sa’adah diperoleh kenyataan bahwa tidak sedikit dari para orang tua yang

kurang peduli dengan kemampuan membaca al-Qur’an anak. Hal ini terjadi karena orang tua kurang maksimal dalam membimbing bacaan al-Qur’an anak, masih banyak orang tua yang menyerahkan sepenuhnya tanggung jawab bimbingan membaca al-Qur’an kepada orang lain, dan kurangnya tanggapan orang tua dalam menindaklanjuti kegiatan anak dalam membaca al-Qur’an. Selain itu, masalah yang ditemui yaitu orang tua kurang komunikatif dan kurang

5

(18)

memperhatikan perkembangan kemampuan membaca al-Qur’an anak karena terlalu sibuk berkarir di luar rumah sehingga kebutuhan anak secara kodrati kurang terpenuhi. Dan juga hasil wawancara terhadap orang tua bahwa orang tua yang sibuk menyerahkan pembelajaran al-Qur’an anaknya di TPQ As-Sa’adah, sehingga mereka kurang memberikan bimbingan secara rutin kepada anaknya.

Kemampuan anak dalam membaca al-Qur’an sangat dipengaruhi oleh latar belakang keluarga yang berbeda-beda. Hal ini diduga bahwa salah satu faktor penyebabnya adalah faktor kedua orang tua yang dalam membimbing anaknya di

rumah terutama pada usia pra sekolah tidak ditangani dengan baik.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 7 ayat (1) disebutkan bahwa “orang tua berperan serta dalam memilih satuan pendidikan dan memperoleh informasi tentang perkembangan pendidikan anaknya. Disebutkan lagi pada ayat (2) bahwa: orang tua dari anak usia wajib belajar, berkewajiban memberikan pendidikan dasar kepada anaknya”.6

Orang tua memiliki tugas untuk menuntun, mengarahkan, mengawasi, serta memberikan dorongan (motivasi) yang kuat kepada anak agar anak memiliki keinginan untuk bergerak mencapai suatu tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu pendidikan akan lebih efektif bila didorong dengan adanya motivasi yang kuat dan bimbingan dari orang tua.

Motivasi berperan penting sebagai daya penggerak atau pendorong bagi anak untuk melakukan suatu kegiatan, sehingga anak dapat memperoleh hasil yang maksimal dalam mencapai tujuannya. Tanpa adanya motivasi dari orang tua, seorang anak tidak akan melakukan suatu kegiatan ataupun pekerjaannya secara maksimal karena tidak adanya dorongan dari orang tua.

Dengan melihat uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk membahas masalah dengan judul “PENGARUH BIMBINGAN ORANG TUA TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN ANAK DI TPQ

AS-SA’ADAH CIPUTAT - TANGERANG SELATAN”.

6

(19)

B.

Identifikasi Masalah

Dari latar belakang tersebut, maka masalah yang dapat diidentifikasi dalam penelitian adalah:

1. Bimbingan orang tua dalam meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’an

kurang maksimal.

2. Masih banyak orang tua yang menyerahkan sepenuhnya tanggung jawab bimbingan membaca al-Qur’an kepada orang lain.

3. Kurangnya tanggapan orang tua dalam menindaklanjuti kegiatan anak dalam membaca al-Qur’an.

C.

Pembatasan Masalah

Agar permasalahan dalam penelitian ini tidak terlalu luas, maka penulis membatasi masalah sebagai berikut: Bimbingan orang tua dalam meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’an anak di TPQ As-Sa’adah yang berlokasi di Jl. Dewantoro RT. 003/ 05, Ciputat - Tangerang Selatan.

D.

Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah di atas, maka penulis

merumuskan masalah yang diteliti yaitu:

1. Bagaimanakah pelaksanaan bimbingan yang diberikan orang tua dalam meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’an terhadap anaknya di rumah? 2. Bagaimanakah kemampuan membaca al-Qur’an di TPQ As-Sa’adah?

3. Adakah pengaruh bimbingan orang tua di rumah terhadap peningkatan kemampuan membaca al-Qur’an bagi anak di TPQ As-Sa’adah ?

E.

Tujuan Penelitian

Dengan melihat pokok permasalahan di atas, maka tujuan yang ingin diperoleh penulis adalah:

(20)

2. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh bimbingan orang tua terhadap kemampuan membaca al-Qur’an anak.

F.

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menambah wawasan dan pengalaman penulis secara langsung di lapangan melalui penelitian ini.

2. Diharapkan mampu menambah khasanah ilmu pengetahuan bagi penulis guna memberikan manfaat kepada pihak- pihak yang memerlukan.

(21)

7

BAB II

KAJIAN TEORI

A.

Bimbingan Orang Tua

1. Pengertian Bimbingan Orang Tua

Istilah bimbingan merupakan terjemahan dari kata guidance dalam bahasa Inggris, berasal dari kata guide yang artinya menunjukkan jalan (showing the way); memimpin (leading); menuntun (conducting); memberikan petunjuk (giving instruction); mengatur (regulating); mengarahkan (governing), dan memberikan nasihat (giving advice).1Sesuai dengan istilahnya maka secara umum bimbingan dapat diartikan sebagai suatu bantuan atau tuntunan.2

Adapun pengertian bimbingan menurut para ahli, antara lain: a. Stoops dan Walquist

Guidance is continous process of helping the individual develop to the maximium of this capacity in the direction most beneficial to himself and society”.

Bimbingan adalah proses yang dilakukan secara terus menerus dalam membantu perkembangan individu untuk mencapai kemampuannya secara maksimum dalam mengarahkan manfaat yang sebesar-besarnya baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat.3

b. Rochman Natawidjaja

“Bimbingan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan

1

W.S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, (Jakarta: Grasindo, 1997), h. 65.

2

Hallen A, Bimbingan dan konseling Dalam Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), Cet. I, h. 3.

3

(22)

lingkungan sekolah, keluarga serta masyarakat, dan kehidupan pada umumnya.”4

Dengan demikian individu akan dapat menikmati kebahagiaan hidupnya, dan dapat memberi sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyarakat pada umumnya. Bimbingan membantu individu mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai makhluk sosial. c. Prayitno

“Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada seseorang (individu) atau sekelompok orang agar mereka dapat berkembang menjadi pribadi-pribadi yang mandiri.” Kemandirian ini mencakup lima fungsi pokok yang hendaknya dijalankan oleh pribadi mandiri yaitu:

1) Mengenal diri sendiri dan lingkungannya.

2) Menerima diri sendiri dan lingkungannya secara positif dan dinamis.

3) Mengambil keputusan. 4) Mengarahkan diri. 5) Mewujudkan diri.5

Dari beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan yaitu suatu proses yang diberikan oleh pembimbing kepada individu agar menjadi pribadi yang mandiri serta dapat mengoptimalkan potensi yang ada pada dirinya untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang dialaminya.

Sedangkan yang dimaksud bimbingan orang tua dalam penelitian ini adalah proses pemberian bantuan yang terencana oleh orang tua kepada anak dalam kegiatan belajarnya untuk meningkatkan kemampuan

membaca al-Qur’an yang dilakukan dengan kesabaran dan secara terus menerus untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

4

Syamsu Yusuf, Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), Cet. V, h.6.

5

(23)

Ada dua faktor yang perlu diperhatikan dalam membimbing anak dalam belajar, yaitu:

a. Kesabaran

Orang tua hendaknya tidak menyamakan jalan pikirannya dengan jalan pikiran anak. Di samping itu, perlu disadari bahwa kecerdasan setiap anak tidaklah sama, walaupun usianya sama. Dan juga sebaiknya orang tua tidak sekali-kali membentak-bentak anak pada saat anak melakukan kesalahan atau belum mengerti tentang apa yang ditanyakan.

b. Bijaksana

Orang tua perlu bersikap bijaksana untuk mengerti kemampuan yang dimiliki anak dimana kemampuan tersebut masih sangat terbatas. Sikap kasar justru tidak akan membantu, sebab anak menjadi bertambah gelisah dan takut, sehingga apa yang diperoleh dari bimbingan itu hanya akan menjadi tekanan jiwa dalam dirinya. 6

2. Tujuan dan Fungsi Bimbingan

Tujuan diadakan bimbingan adalah agar setiap individu yang mengalami kesulitan mampu menghindari dari segala gangguan atau hambatan serta mampu mengatasinya dengan mengoptimalkan potensi yang dimilikinya.

Adapun tujuan pemberian layanan bimbingan, yaitu:

a. Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupan dimasa yang akan datang.

b. Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin.

c. Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan

masyarakat serta lingkungan kerjanya.

6Kartini Kartono, “

Peranan Keluarga Memandu Anak”(Jakarta: Rajawali, 1992), Cet. II,

(24)

d. Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkunganpendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja.7

Berdasarkan tujuan bimbingan tersebut, maka bimbingan memiliki peran dalam membantu peserta didik agar dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangannya yang meliputi aspek pribadi-sosial, belajar(akademik), dan karir.

Untuk mencapai tujuan-tujuan bimbingan tersebut, bimbingan memiliki

beberapa fungsi, diantaranya: a. Fungsi Pemahaman

Membantu peserta didik (siswa) agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama).

b. Fungsi Preventif

Upaya untuk mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh peserta didik.

c. Fungsi Pengembangan

Fungsi ini membantu untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan siswa.

d. Fungsi Perbaikan (Penyembuhan)

Fungsi ini sebagai usaha pemberian bantuan kepada siswa yang telah mengalami masalah. Jadi fungsi perbaikan merupakan usaha penyembuhan yang dilakukan oleh pembimbing kepada individu untuk membantu memperbaiki masalah yang dialaminya.

e. Fungsi Penyaluran

Fungsi ini membantu individu (siswa) memilih kegiatan seperti ekstrakurikuler, jurusan atau program studi yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Dengan demikian akan tercapai perkembangan kepribadian secara optimal.

7

(25)

f. Fungsi Adaptasi

Fungsi ini membantu para pelaksana pendidikan khususnya konselor, guru atau dosen untuk mengadaptasikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan individu (siswa). Dengan menggunakan informasi yang memadai mengenai individu.

g. Fungsi Penyesuaian

Fungsi ini membantu individu (siswa) agar dapat menyesuaikan

diri secara dinamis dan konstruktif terhadap program pendidikan, peraturan sekolah, atau norma agama.8

Dengan demikian, bimbingan yang dilakukan orang tua dalam mengajarkan dan melatih anak dalam meningkatkan kemampuan membaca

al-Qur’an secara perlahan-lahan akan terserap kedalam pikirannya, tertanam

dalam jiwanya, dan terbiasa dalam perilakunya sehingga individu tersebut dapat menjadi pribadi yang mandiri, bertanggung jawab, berguna bagi dirinya sendiri serta lingkungan masyarakat.

Dilihat dari fungsi bimbingan tersebut, sasaran dari bimbingan adalah mengembangkan potensi yang ada pada setiap individu secara optimal. Agar sasaran tersebut dapat terlaksana dengan baik, ada beberapa asas yang perlu diperhatikan. Asas-asas ini merupakan rambu-rambu dalam pelaksanaan bimbingan.

3. Asas-asas Bimbingan

Asas adalah segala hal yang harus dipenuhi dalam melaksanakan suatu kegiatan, agar kegiatan tersebut dapat terlaksana dengan baik serta mendapatkan hasil yang memuaskan.

Menurut Soetjipto dan Raflis Kosasi, asas-asas bimbingan yang dimaksud adalah sebagai berikut:

8

(26)

a. Asas Kerahasiaan

Yaitu asas untuk menjaga kepercayaan dari klien karena seorang pembimbing harus merahasiakan masalah-masalah dari orang-orang yang tidak berkepentingan dalam hal ini.

b. Asas Kesukarelaan

Dengan asas kerahasiaan tadi lalu tumbuh kepercayaan pada diri klien untuk menyampaikan masalah-masalahnya dengan penuh sukarela kepada seorang pembimbing.

c. Asas Keterbukaan

Klien diharapkan dapat bicara sejujur mungkin sehingga pembimbing dengan mudah memberikan saran-saran/nasehatnya. Jadi keterbukaan ini dilakukan oleh pembimbing maupun klien agar bimbingan dapat tercapai dengan efektif dan efisien.

d. Asas Kekinian

Masalah-masalah yang ditanggulangi oleh pembimbing ialah masalah yang dirahasiakan kini(sekarang).

e. Asas Kemandirian

Pembimbing berusaha merealisasikan tujuan dari pembimbing tersebut yaitu menghidupkan kemandirian pada klien.

f. Asas Kegiatan

Upaya dari bimbingan menimbulkan suatu kegiatan dari klien agar tercapai kehendaknya.

g. Asas Kedinamisan

Tidak terjadi pada klien perubahan yang monoton melainkan perubahan yang selalu menuju ke suatu pembaharuan, sesuatu yang lebih maju.

h. Asas Kenormatifan

(27)

i. Asas Alih Tangan

Apabila pembimbing tidak mampu setelah mengerahkan segala daya dan upaya dalam bimbingan, maka hendaknya mengalihkan kepada badan lain yang lebih ahli.

j. Asas Tut Wuri Handayani

Setelah klien mendapatkan layanan, hendaknya klien merasakan bahwa layanan tersebut tidak hanya pada saat klien mengemukakan persoalannya. Maka hendaknya konselor dan klien selalu

melaksanakan hubungan yang baik, agar sewaktu-waktu jika klien mendapatkan masalah atau benturan-benturan lagi, konselor siap membantunya. 9

4. Bentuk Bimbingan Orang Tua

Upaya mencapai perkembangan sesuai dengan apa yang diinginkan, perkembangan seorang anak dipengaruhi oleh berbagai faktor baik faktor psikologis maupun faktor biologis. Perkembangan seseorang serta berhasil tidaknya seorang anak dalam belajar tergantung tiga unsur yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Hal ini dapat dimaklumi karena keluarga merupakan elemen penting pertama bagi anak karena di dalam keluarga mempunyai pengaruh yang paling kuat dalam mencapai keberhasilan anak. Begitu juga dalam keberhasilan anak dalam belajar, peran orang tua terutama ayah dan ibu sangat menentukan pelaksanaan proses belajar mengajar.

Ada beberapa macam kegiatan bimbingan belajar orang tua, di antaranya adalah:

a. Memotivasi anak untuk belajar

Motivasi merupakan hal yang penting dalam belajar, dengan

motivasi yang kuat maka anak akan merasa senang dan semangat untuk belajar.10 Motivasi ini bisa berupa pujian yang diberikan oleh orang tua

9

Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), Cet. I, h.75-79.

10

(28)

kepada anak atas prestasi yang telah diraihnya, kemudian memperlihatkan cara belajar yang baik kepada anaknya serta mencarikan pendidikan tambahan untuk menambah pemahaman anak terhadap pelajaran.

b. Menyediakan fasilitas atau sarana untuk belajar

Untuk belajar setiap anak membutuhkan fasilitas seperti alat tulis, buku tulis, buku-buku pelajaran dan tempat untuk belajar. Orang tua yang memenuhi fasilitas tersebut dapat mendorong anak untuk lebih giat belajar, sehingga anak dapat meningkatkan prestasi belajarnya. Sebab

dengan ketidaklengkapan sarana yang diperlukan anak, akan menjadi penghalang baginya dalam belajar serta dapat juga membawa kepada tingkat kesukaran.

c. Mengawasi anak dalam belajar di rumah

Orang tua perlu mengawasi belajar anaknya di rumah. Sebab dengan mengawasinya orang tua mengetahui apakah anaknya belajar dengan sebaik-baiknya. Pengawasan di sini dimaksudkan sebagai penguat disiplin supaya kegiatan belajar anak tidak terbengkalai. Seperti memberikan saran atau menemaninya ketika belajar.

d. Mengawasi penggunaan waktu belajar anak di rumah

Orang tua perlu mengawasi penggunaan waktu belajar anak- anaknya di rumah, karena dengan mengawasi penggunaan waktu belajar anaknya di rumah, orang tua dapat mengetahui apakah anaknya menggunakan waktu belajar dengan teratur dan dengan sebaik- baiknya. e. Mengenal kesulitan-kesulitan anak dalam belajar

Dalam mengenal kesulitan-kesulitan anak dalam belajar dapat membantu usaha anak mengatasi kesulitannya dalam belajar. Untuk mengenali kesulitan-kesulitan tersebut orang tua dapat melakukannya

(29)

f. Membantu mengatasi kesulitan anak dalam belajar

Jika orang tua berusaha mengatasi kesulitan anak dalam belajar, berarti orang tua berusaha menolong anak agar berhasil dalam proses belajarnya. Untuk rnengatasi kesulitan tersebut bisa dilakukan dengan cara memberikan keterangan-keterangan yang diperlukan oleh anaknya atau orang tua meminta bantuan orang lain yang mampu memberikan bimbingan belajar kepada anaknya untuk mengatasi kesulitan dalam belajar.11

Di samping kegiatan-kegiatan bimbingan belajar di atas, orang tua perlu bekerjasama dengan pihak sekolah. Selain memberikan keterangan kepada guru tentang anaknya, orang tua juga perlu mendapatkan keterangan dari guru tentang anaknya di sekolahsecara kontinuitas agar mengetahui perkembangan kemampuan anak. Dengan demikian komunikasi antara orang tua dengan guruharus terus dilakukan sebagai usaha untuk mengetahui tingkat perkembangan kemampuan serta potensi yang dimiliki anak secara maksimal.

B.

Kemampuan Membaca al-

Qur’an Anak

1. Pengertian dan Tujuan Kemampuan Membaca

Kemampuan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kesanggupan, kecakapan, dan kekuatan.12

Sedangkan membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis.13

Penelitian A.S. Broto yang dikutip oleh Mulyono Abdurrahman mengemukakan bahwa “membaca bukan hanya mengucapkan bahasa tulisan atau lambang bunyi bahasa, melainkan juga menanggapi dan memahami isi

11

Karrtono, op.cit.,h.91- 92. 12

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta: Balai Pustaka, 2001), Cet.I, h. 707.

13

(30)

bahasa tulisan”. Dengan demikian, membaca pada hakikatnya merupakan suatu bentuk komunikasi.14

Membaca mempunyai dua fase yang perlu diperhatikan apabila seorang guru membimbing pertumbuhan/perkembangan anak-anak dalam membaca, yaitu: a). Membaca adalah kegiatan “decoding print into sound

atau aktivitas menguraikan kode-kode cetakan (tulisan) kedalam bunyi; dengan kata lain membunyikan kode-kode cetakan/tulisan.b).Membaca

merupakan “decoding a graphic representative of languange into meaning

atau aktivitas menguraikan kode-kode grafis yang mewakili bahasa kedalam arti tertentu.15

Jadi kemampuan membaca adalah kecakapan dalam mengucapkan bahasa tulisan atau lambang bunyi bahasa dan menanggapi serta memahami isi bahasa tulisan untuk mengetahui serta memperoleh suatu ilmu pengetahuan yang luas dari proses membaca tersebut. Kemampuan membaca dalam hal ini yaitu belajar membaca al-Qur’an yang dimaksudkan agar anak memiliki kemampuan mengetahui bahasa tulisan atau mengingat simbol-simbol bahasa

al-Qur’an yang harus dimiliki anak untuk memulai salah satu perintah Allah

untuk membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar.

Allah telah menyampaikan wahyu pertama kepada Nabi Muhammad yaitu perintah membaca yang merupakan pedoman serta sumber petunjuk bagi umat manusia,karena melalui membaca Allah mengajarkan manusia suatu pengetahuan yang tidak diketahuinya.

Dalam al-Qur’an disebutkan perintah membaca yaitu dalam surat al-Alaq ayat 1-5:























14

Mulyono Abdurrahman, Anak Berkesulitan Belajar: Teori, Diagnosis, dan Remediasinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), Cet.I, h. 158.

15

(31)

Artinya:“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmu lah Yang Maha Mulia. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia

mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya”. (QS. Al-Alaq: 1-5).16

Perintah iqra’ (membaca) mendorong agar umat manusia berpikir dengan mempergunakan potensi akalnya, Dari ayat tersebut apabila bacaan dan materi al-Qur’an diberikan kepada generasi muda dengan benar, akan

lahir generasi yang qur’ani, bersahaja, dan progresif. Dan sebaliknya apabila

suatu generasi dijauhkan dari al-Qur’an maka akan muncul generasi yang hanya memikirkan kehidupan dunia tanpa memedulikan kehidupan akhirat kelak.

Seiring dengan adanya era globalisasi,maka umat Islam harus memiliki kecakapan dalam membaca al-Qur’an dan lebih meningkatkan kualitas keimanannya salah satunya dengan membaca al-Qur’an sebagai usaha peningkatan kemampuan membaca al-Qur’an bagi umat Islam dalam rangka meningkatkan penghayatan serta pengamalan al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari sehingga tercipta generasi-genarasi muda yang qur’ani, agar akidah dan akhlaknya tidak rusak. Karena pada dasarnya al-Qur’an adalah sumber pengetahuan tentang Islam.17

Menurut Farida Rahim, komponen dasar dari proses membaca meliputi

recording, decoding, dan meaning. Proses recording dan decoding biasanya berlangsung pada kelas-kelas awal yaitu SD kelas I, II, dan III yang dikenal dengan istilah membaca permulaan. Sementara proses meaning lebih ditekankan di kelas-kelas tinggi SD.18

Membaca di dalam penelitian ini termasuk pada tahap permulaan.

Yang dimaksud membaca permulaan yaitu belajar mengenal satuan huruf

16

Abudin Nata, Tafsir Ayat- Ayat Pendidikan(Tafsir Ayat- ayat Al- Tarbawiy), (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), Cet. IV, h. 41-42.

17

Abdullah Abbas Nadwi, Belajar Mudah Bahasa Al-Qur’an, (Bandung: Mizan), Cet. I, h.11.

18

(32)

hijaiyah seperti alif, ba’, ta’, dan seterusnya. Selanjutnya anak dikenalkanpada huruf-huruf yang diberi tanda baca dan cara membunyikannya, dalam bentuk suku kata dan kalimat dengan menggunakan Bahasa Indonesia.

Adapun tujuan dari membaca permulaan menurut GBPP Indonesia mencakup beberapa aspek penting, yaitu:

a. Siswa memahami bahasa dari segi bentuk, makna dan fungsi serta menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk bermacam tujuan, keperluan dan keadaan.

b. Siswa memiliki kemampuan menggunakan bahasa untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan, emosional, dan kematangan sosial.

c. Siswa memiliki disiplin dalam berpikir dan berbahasa.

Berdasarkan rumusan-rumusan diatas, maka ada 3(tiga) “pengajaran

membaca permulaan” yang harus dibina dan dikembangkan, yaitu:

a. Mengenalkan lambang/tanda bunyi bahasa. b. Melafalkan lambang/tanda bunyi bahasa. c. Memaknai lambang/tanda bunyi bahasa.19

Tujuan membaca permulaan seperti yang dikemukakan diatas, sejalan dengan tujuan membaca al-Qur’an pada tingkat permulaan, yaitu mengenalkan huruf-huruf al-Qur’an dan tanda bacanya supaya menjadi modal utama bagi anak dalam mengenal huruf-huruf bacaan ketika membaca al-Qur’an dengan baik dan benar.

2. Unsur-unsur Kemampuan Membaca al-Qur’an

Menurut Farida Rahim, tahap membaca permulaan ditekankan pada proses perseptual, yaitu pengenalan korespondensi rangkaian huruf dengan

bunyi-bunyi bahasa.20

Unsur- unsur dalam mengajarkan al-Qur’an menurut Mahmud Yunus yaitu:

19

Resmini, Sundari, op.cit., Cet. I, h. 29. 20

(33)

a. Anak lebih dahulu diajarkan huruf Qur’an baris-barisnya, tanda mati, tanda panjang, tasydid, baris dua, macam-macam alif lam dsb., yaitu dengan membacanya di papan tulis.

b. Setelah anak-anak pandai membaca huruf al-Qur’an, tuliskanlah surat yang pendek di papan tulis dengan tulisan nasakh yang terang. Kemudian guru membacanya dengan suara yang terang dan diikuti oleh murid.

c. Guru menyuruh murid untuk membacanya secara bergantian agar

mereka pandai membacanya serta terjaga cara membaca panjang pendeknya, dengung-dengungnya, wakafnya, dan betul mengeluarkan makhraj hurufnya.21

Adapun unsur-unsur kemampuan membaca permulaan adalah sebagai berikut:

a. Siswa mengenal nama dan bentuk huruf.

b. Siswa mengenal gabungan-gabungan huruf menjadi suku kata. c. Dapat membaca suku kata menjadi kata.

d. Dapat membaca rangkaian kata sehingga menjadi kalimat.

Kemampuan membaca al-Qur’an tahap permulaan yang dimaksud dalam penelitian ini ditekankan agar siswa mampu membaca al-Qur’an dengan benar sesuai makhroj dan tajwid.Tahap permulaan yang dibahas atau dipelajari dalam membaca al-Qur’an tersebut ialah:

a. Mengenal huruf-huruf hijaiyah, yaitu:

ھ

b. Tanda baca huruf al-Qur’an.22

[image:33.595.120.515.210.748.2]

Tabel 2.1

Tanda Baca Huruf al-Qur’an

No Nama Tanda Baca

1 Fathah

21

Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta: P.T. Hidaya Karya Agung Jakarta, 1983), Cet. XI, h. 62.

22

(34)

2 Kasrah

3 Dhomah

4 Tanwin

5 Sukun

6 Tasydid

c. Merangkai huruf

Yang dimaksud dengan merangkai huruf dalam pembelajaran Baca Tulis al-Qur’an adalah merangkai huruf hijaiyah yang diberi harakat menjadi sebuah susunan kata atau kalimat. Contoh:

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca al-Qur’an Kemampuan anak dalam membaca al-Qur’an dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

a. Faktor Fisiologis

Faktor fisiologis mencakup kesehatan fisik, pertimbangan

neurologis, dan jenis kelamin. Kelelahan juga merupakan kondisi yang tidak menguntungkan bagi anak untuk belajar. Beberapa ahli mengemukakan bahwa keterbatasan neurologis (misalnya berbagai cacat otak) dan kekurangmatangan fisik merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan anak gagal dalam meningkatkan kemampuan membaca.23

b. Faktor Intelektual

Istilah intelektual didefinisikan oleh Heins sebagai suatu kegiatan berpikir yang terdiri dari pemahaman yang esensial tentang situasi yang diberikan dan meresponnya secara tepat. Penelitian Ehansky dan Muehl

23

(35)

dan Forrel yang dikutip oleh Harris dan Sipay menunjukkan bahwa secara umum ada hubungan positif (tetapi rendah) antara kecerdasan yang diindikasikan oleh IQ dengan rata-rata peningkatan remedial membaca. Pendapat ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Rubin bahwa banyak hasil penelitian memperlihatkan tidak semua anak yang mempunyai kemampuan intelegensi tinggi menjadi pembaca yang baik.

c. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan juga mempengaruhi kemajuan kemampuan membaca siswa. Faktor sosio-ekonomi, orang tua, dan lingkungan tetangga merupakan faktor yang membentuk lingkungan rumah anak. Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa sosio-ekonomi anak mempengaruhi kemampuan verbal anak. Semakin tinggi status sosio-ekonomi anak, semakin tinggi pula kemampuan verbal anak. Anak-anak yang mendapat contoh bahasa yang baik dari orang dewasa serta orang tua yang berbicara dan mendorong anak-anak mereka berbicara akan mendukung perkembangan bahasa dan intelegensi anak. Begitu pula dengan kemampuan membaca anak. Anak-anak yang berasal dari rumah yang memberikan banyak kesempatan membaca, dalam lingkungan yang penuh dengan bahan bacaan yang beragam akan mempunyai kemampuan membaca yang tinggi.24

d. Faktor Psikologis 1) Motivasi

Crawleydan Mountain mengemukakan bahwa motivasi ialah sesuatu yang mendorong seseorang belajar atau melakukan suatu

kegiatan. Motivasi belajar mempengaruhi minat dan hasil belajar anak.25

2) Minat

24

Ibid., h.17-18. 25

(36)

Minat baca ialah keinginan yang kuat disertai usaha-usaha seseorang untuk membaca. Orang yang mempunyai minat yang kuat akan diwujudkannya dalam kesediaannya untuk mendapat bahan bacaan dan kemudian membacanya atas kesadarannya sendiri.

3) Kematangan sosio dan emosi serta penyesuaian diri a) Stabilitas emosi

Seorang anak harus mempunyai pengontrolan emosi pada

tingkat tertentu. Anak-anak yang mudah marah, menangis, dan bereaksi secara berlebihan ketika mereka tidak memdapatkan sesuatu, atau menarik diri, atau mendongkol akan mendapatkan kesulitan dalam pelajaran membaca. Sebaliknya, anak-anak yang lebih mudah mengontrol emosinya, akan lebih mudah memusatkan perhatiannya pada teks yang dibacanya. Pemusatan perhatian pada bahan bacaan memungkinkan kemajuan kemampuan anak-anak dalam memahami bacaan akan meningkat.

b) Kepercayaan diri

Percaya diri sangat dibutuhkan anak-anak. Anak-anak yang kurang percaya diri di dalam kelas, tidak akan bisa mengerjakan tugas yang diberikan kepadanya walaupun tugas itu sesuai dengan kemampuannya. Mereka sangat bergantung kepada orang lain sehingga tidak bisa mengikuti kegiatan mandiri dan selalu meminta untuk diperhatikan guru.

c) Kemampuan berpartisipasi dalam kelompok

Dalam aspek kemampuan berpartisipasi dalam kelompok, anak bisa dilibatkan dalam menganalisis masalah yang mereka

temui dalam membaca.26

26

(37)

C.

Kerangka Berpikir

Belajar sebagai perubahan perilaku terjadi setelah anak mengikuti atau mengalami suatu proses belajar mengajar, yaitu hasil belajar dalam bentuk penguasaan kemampuan atau keterampilan tertentu. Dengan kata lain, bentuk dari

hasil belajar adalah kemampuan atau keterampilan.

Kemampuan membaca merupakan bentuk dari hasil belajar anak dalam belajar membaca. Kemampuan anak dalam membaca dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya faktor lingkungan. Salah satu faktor lingkungan adalah bimbingan orang tua. Bimbingan orang tua yang dimaksud adalah proses pemberian bantuan orang tua kepada anak dalam kegiatan belajarnya, mulai dari memotivasi anak untuk belajar, memberi bantuan dalam hal mengatasi kesulitan belajar, menyediakan sarana (alat) untuk belajar, keadaan mengawasi anak dalam belajar, dan mengenal kesulitan-kesulitan anak dalam belajar.

Apabila orang tua dapat membimbing anaknya semaksimal mungkin dan dilakukan dengan sepenuh hati, maka hal tersebut dapat meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’an anak, mulai dari tahap permulaan hingga tahap dimana anak dapat membaca al-Qur’an dengan tajwid yang baik dan benar.

D.

Penelitian yang Relevan

Berdasarkan penelitian sebelumnya, penulis mendapatkan data bahwa ada beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini, antara lain:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Siti Nur Kholidah, mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang berjudul “Pengaruh Bimbingan Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar PAI Siswa Kelas VI di SDN 02 Korowelangkulon Kecamatan Cepiring Kabupaten Kendal Tahun

2003/2004”. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan

(38)

kepada anak, maka semakin meningkat prestasi belajar yang dicapai anak. Hal ini menunjukkan dari nilai regresi linear sederhana dengan 47,668.27 2. Penelitian yang dilakukan oleh Anim Maria Albait mahasiswa Jurusan

Pendidikan Islam Program Supervisi Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang berjudul “Bimbingan Orang Tua Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Anak Sekolah Dasar di Rw. 03 Kel. Kedaung Kec. Pamulang”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perhatian orang tua sangatlah penting dapat dilihat dari hasil belajar

yang diperoleh anak cukup baik terbukti dengan banyaknya anak-anak yang selalu mendapatkan peringkat kelas.28

3. Penelitian yang dilakukan oleh Mariatul Ulfah mahasiswa Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, yang berjudul “Aplikasi Metode Qiraati Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca al-Qur’an pada Siswa Kelas IV di

SD Plus al Kautsar Malang”. Hasil penelitian kemampuan membaca al

-Qur’an dengan diterapkannya metode qiraati hasilnya cukup memuaskan.

Hal tersebut dapat dilihat dari kemampuan siswa membaca al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid.29

E.

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis penelitian dalam penelitian ini adalah bimbingan orang tua mempengaruhi kemampuan membaca al-Qur’an anak di TPQ As-Sa’adah.

27

Siti Nur Kholidah, ”Pengaruh Bimbingan Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar PAI

Siswa Kelas VI di SDN. 02 Korowelangkulon Kecamatan Cepiring Kabupaten Kendal Tahun 2003/2004”,Skripsi tarbiyah IAIN Walisongo, 2005.

28

Anim Maria Albait, “Bimbingan Orang Tua dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Anak Sekolah Dasar di Rw.03 Kel. Kedaung Kec. Pamulang”, Skripsi Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2004.

29

(39)

25

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di TPQ As-Sa’adah yang berlokasi di Jl. Dewantoro RT. 003/ 05, Ciputat - Tangerang Selatan. Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan pada bulan April – Juni tahun 2014.

B.

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode kuantitatif, metode ini digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian. Metode kuantitatif yang digunakan adalah korelasi yaitu hubungan antara dua variabel atau lebih.1 Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui korelasi antara dua variabel (Bivariate Correlation), yaitu bimbingan orang tua dan kemampuan membaca Al-Qur’an anak.

Kemampuan membaca Al-Qur’an anak dijadikan sebagai variabel bebas dalam penelitian ini, sedangkan variabel terikatnya adalah bimbingan orang tua. Apabila dapat dibuktikan adanya hubungan positif yang signifikan antara variabel bebas dan variabel terikat, maka dapat dikatakan bahwa bimbingan orang tua mempunyai peranan yang bermakna dalam menentukan kemampuan membaca

Al-Qur’an anak.

C.

Populasi dan Sampel

Populasi adalah suatu kumpulan atau kelompok besar yang menjadi lingkup penelitian. Kelompok besar tersebut dapat berupa makhluk hidup, benda-benda, lembaga-lembaga, organisasi dan lain-lain.2

1

Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), Cet. XXI, h. 179.

2

(40)

Sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil dari anggota populasi dalam suatu penelitian. Dengan kata lain, sampel adalah himpunan bagian dari populasi.3

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa TPQ

As-Sa’adah tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 60 orang. Karena jumlah siswa

di TPQ As-Sa’adah hanya 60 orang jadi penulis menggunakan penelitian populasi yaitu seluruh siswa TPQ As-Sa’adah yang berjumlah 60 siswa.

D.

Teknik Pengumpulan Data

Penggalian data dilakukan dengan menggunakan beberapa teknik pengumpulan data. Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan angket. “Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau mengenai masalah yang akan diteliti.”4 Peneliti memberikan pertanyaan dan pernyataan secara tertulis kepada responden untuk dijawab dengan menggunakan skala likert. Skala ini dipergunakan apabila kita menginginkan data tentang pendapat responden mengenai masalah yang diteliti. Caranyadengan menetapkan bobot jawaban terhadap tiap-tiap item yang ditetapkan, pernyataannya berbentuk positif dan negatif.

Angket dijadikan sebagai sumber utama dalam penelitian ini, tetapi untuk mendukung objektivitas data, teknik observasi,dan wawancara juga digunakan. 1. Observasi

“Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan

pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun

dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu.”5 Observasi dalam

3

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), Cet.XI, h.109

4

Ibid, h. 128. 5

(41)

penelitian ini dilakukan untuk mengumpulkan data tentang profil sekolah dan bentuk bimbingan orang tua.

2. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan informasi melalui komunikasi secara langsung dengan responden. Teknik wawancara dilakukan sebagai upaya untuk memperoleh data tentang pendapat orang tua mengenai kemampuan membaca al-Qur’an anaknya.

E.

Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan instrumen non tes, salah satunya dengan menggunakan angket yang diberikan kepada para responden untuk mengetahui berbagai bentuk bimbingan orang tua yang diberikan kepada anak untuk meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’an anak.

[image:41.595.119.510.255.745.2]

Adapun instrumennya adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1

Instrumen Bimbingan Orang Tua

Variabel Indikator Nomor

Butir Item Jml Bimbingan Orang Tua

(X)

Memotivasi anak untuk belajar

1, 2, 3, 4, 5, 6 7

Memberikan fasilitas atau sarana untuk belajar

7, 8, 9, 10, 5

Mengawasi anak dalam

belajar

11, 12, 13, 14,

15, 16, 17,

6

Mengenal kesulitan-kesulitan anak dalam belajar

18, 19, 20, 21, 22

4

Membantu mengatasi kesulitan anak dalam belajar

23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30

(42)

Kemampuan

Membaca Al-Qur’an anak (Y)

Nilai Raport Tahun Ajaran 2013-2014

Supaya instrumen yang diberikan kepada responden benar-benar baik, terlebih dahulu dilakukan pengujian, antara lain:

1. Uji Validitas

Salah satu ciri instrumen itu baik adalah apabila tes itu dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur atau disebut valid. Validitas adalah suatu derajat ketepatan instrumen (alat ukur), maksudnya apakah instrumen yang digunakan betul-betul tepat untuk mengukur apa yang akan diukur.6 Dalam penelitian ini validitas tes diukur dengan rumus korelasi pearson product moment. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

= n ∑ X Y –(∑ X) (∑ Y)

√{n∑X² - (∑X)²} {n∑Y² - (∑Y)²}

Keterangan :

: koefisien korelasi

n : jumlah subyek X : skor setiap item Y : skor total

∑XY : hasil kali skor X dan Y untuk setiap responden ∑X : jumlah skor X

∑Y : jumlah skor Y

∑X² : jumlah kuadrat seluruh skor X ∑Y² : jumlah kuadrat seluruh skor Y

6

(43)

Untuk mengetahui valid tidaknya butir soal, maka r hitung dibandingkan dengan r tabel pearson product moment dengan taraf signifikansi 5%. Jika r hitung> r tabel maka soal tersebut valid, dan jika r hitung< r tabel maka soal tersebut tidak valid.

Hasil Uji Validitas Variabel Penelitian

Peneliti melakukan uji coba skala penelitian bimbingan orang tua kepada 60 responden. Hasil uji coba dari 30 item menunjukkan bahwa terdapat 5 item

yang tidak valid, yaitu nomor 10, 18, 21, 22 dan 29. Item yang tidak valid tidak dipakai dalam penelitian. Jumlah item yang dipakai dalam skala bimbingan orang tua adalah 25.

[image:43.595.116.526.249.739.2]

Untuk mengetahui hasil uji validitas variabel penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.2 sebagai berikut :

Tabel 3.2

Hasil Uji Validitas Bimbingan Orang Tua

Variabel Indikator Valid Tidak

Valid Bimbingan Orang Tua Memotivasi anak untuk

belajar

1, 2, 3, 4, 5, 6

Memberikan fasilitas atau sarana untuk belajar

7, 8, 9 10

Mengawasi anak dalam belajar

11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, Mengenal

kesulitan-kesulitan anak dalam belajar

19, 20 18, 21,

22

Membantu mengatasi kesulitan anak dalam belajar

23, 24, 25, 26, 27, 28, 30

29

(44)

2. Uji Reliabilitas

Setelah item-item tersebut diketahui validitasnya maka kemudian dihitung reliabilitasnya. Reliabilitas berkenaan dengan tingkat keajegan atau ketetapan hasil pengukuran. Suatu instrumen memiliki tingkat reliabilitas yang memadai, bila instrumen tersebut digunakan untuk mengukur aspek yang diukur beberapa kali hasilnya sama atau relatif sama.7 Uji reliabilitas dimaksudkan untuk melihat sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya dan menunjuk kepada konsistensi hasil pengukuran.

Cara yang digunakan untuk menguji reliabilitas instrument dalam penelitian ini menggunakan rumus Alpha Cronbach sebagai berikut:8

             

22

11 1 1 t i S S n n r Keterangan :

r11 : nilai reabilitas

2

i

S

 : jumlah varians skor tiap-tiap item

2

t

S : varians total

n : jumlah item

[image:44.595.109.510.246.707.2]

Adapun klasifikasi interpretasi untuk reliabilitas soal yang digunakan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3

Klasifikasi Interpretasi Reliabilitas Soal

7

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakaya, 2012), Cet. I, h.229.

8

Suharsimi Arikunto, Dasar- Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), Cet. III, h. 100.

IndeksReliabilitas Klasifikasi 0,80< ≤ 1,00 Sangat baik

0,60< ≤ 0,80 Baik

(45)

Berdasarkan kriteria koefisien reliabilitas, nilai r11 = 0,930 berada diantara

kisaran mulai 0,80< ≤ 1,00, maka dari 25 soal angket yang valid memiliki

derajat reliabilitas yang sangat baik.

F.

TeknikPengolahandanAnalisis Data

Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, langkah selanjutnya yaitu pengolahan data dan analisis data.

1. Teknik Pengolahan Data

Adapun teknik pengolahan data, sebagai berikut: a. Editing

Yang pertama kali dilakukan adalah mengedit atau memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh para pengumpul data. Tujuannya adalah mengurangi kesalahan atau kekurangan yang ada di

dalam daftar pertanyaan yang sudah diselesaikan sampai sejauh mungkin. b. Skoring

Setelah melalui tahap editing, maka selanjutnya penulis memberi

skor terhadap pertanyaan yang ada pada angket dengan ketentuan sebagai berikut:

Untuk pertanyaan positif (+) Selalu (a)diberi nilai 4 Sering (b) diberi nilai 3 Kadang-kadang (c) diberi nilai 2 Tidak pernah (d) diberi nilai 1

Untuk pertanyaan negatif (-) Selalu (a) diberi nilai 1 Sering (b) diberi nilai 2 Kadang-kadang (c) diberi nilai 3 Tidak pernah (d) diberi nilai 4

0,20 < ≤ 0,40 Rendah

(46)

c. Tabulating

Pada tahap ini, penulis memindahkan jawaban responden ke dalam blanko yang telah tersusun rapi dan rinci dalam bentuk tabel agar memudahkan pembacaan dan penghitungan data angket.

Untuk menganalisis data yang telah terkumpul, maka penulis menggunakan teknik analisa non-statistik. Analisa non-statistik menggunakan metode deskriptif, yaitu menuturkan dan menganalisis data yang berupa angka-angka yang diperoleh berdasarkan penelitian sebagai

[image:46.595.147.519.251.631.2]

berikut:

Tabel3.4

Pengukuran Secara Deskriptif Jawaban

Positif

Pengukuran Item

Jumlah

Item Nilai

Pengukuran Secara Deskriptif

Selalu 4 30 120 Sangat Tinggi

Sering 3 30 90 Tinggi

Pernah 2 30 60 Sedang

Tidak Pernah 1 30 30 Kurang

Jawaban Negatif

Pengukuran Item

Jumlah

Item Nilai

Pengukuran Secara Deskriptif

Selalu 1 30 30 Kurang

Sering 2 30 60 Sedang

Pernah 3 30 90 Tinggi

Tidak Pernah 4 30 120 Sangat Tinggi

2. Teknik Analisis Data

(47)

bimbingan orang tua terhadap kemampuan membaca al-Qur’an anak, penulis menggunakan teknik analisis data sebagai berikut:

a. Analisis Deskriptif

Analisis ini digunakan untuk mengetahui besarnya persentase jawaban angket dari responden. Rumus yang digunakan ialah:

Keterangan:

P : Persentase yang dicari F : Frekuensi

N : Number of cases (jumlah responden)

b. Analisis Mean

Analisis ini digunakan untuk mengetahui besarnya mean (rata-rata) nilai angket bimbingan orang tua dan kemampuan membaca al-Qur’an anak.

Rumus yang digunakan adalah:

Keterangan:

Mean (rata-rata)

∑x = Jumlah variabel x

N = Number of Cases

[image:47.595.127.515.188.705.2]

Penilaian analisis mean dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.5

Penilaian Analisis Mean Angket Bimbingan Orang Tua dan

Kemampuan Membaca al-Qur’an Anak

No Rentang Nilai Kriteria

1 91-120 Sangat Baik

2 61-90 Baik

3 31-60 Cukup

(48)

c. Analisis Korelasi

Dalam menganalisa, penulis juga menggunakan rumus korelasi karena adanya dua variabel yang saling mempengaruhi, maka dari data tersebut diolah dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment dari Carl Person, yaitu:

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑

Keterangan :

: Angka indeks “r” produk moment (antara variabel X dan Y)

n : Jumlah responden

∑ xy : Jumlah hasil perkalian antara skor X dan Y

∑ x : Jumlah seluruh skor X ∑ y : Jumlah seluruh skor Y. 9

d. Interpretasi Data

Cara memberikan interprestasi terhadap angka indeks korelasi “r”

product moment yang telah diperoleh dari perhitungan kita dapat memberikan interpretasi. Dalam hubungan ini ada dua macam cara yang ditempuh dalam menginterpretasikan data yang diperoleh, sebagaimana Anas Sudijono sebutkan dalam bukunya yang berjudul “Pengantar Statistik Pendidikan”, yaitu:

1) Memberikan interpretasi angka indeks korelasi product moment

[image:48.595.129.512.203.730.2]

dengan pedoman sebagai berikut: Tabel 3.6 Interpretasi Data Besarnya “r”

Product Moment ( ) Interpretasi

0,00 – 0,20 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sangat rendah sehingga

9

(49)

korelasi itu diabaikan.

0,20 – 0,40 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang lemah atau rendah.

0,40 – 0,70 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sedangataucukup.

0,70 – 0,90 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi tinggi.

0,90 – 1,00 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sangat tinggi.

2) Mencocokkan hasilnya dengan tabel nilai koefisien korelasi

Gambar

Tanda Baca Huruf al-Tabel 2.1 Qur’an
Tabel 3.1  Instrumen Bimbingan Orang Tua
Tabel 3.2 sebagai berikut :
Tabel 3.3 Klasifikasi Interpretasi Reliabilitas Soal
+7

Referensi

Dokumen terkait