• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perencanaan Beton Prategang Pada Portal Single Beam Mengacu Kepada Eurocode 2 : Design Of Concrete Structure

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perencanaan Beton Prategang Pada Portal Single Beam Mengacu Kepada Eurocode 2 : Design Of Concrete Structure"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

PERENCANAAN BETON PRATEGANG PADA PORTAL

SINGLE BEAM MENGACU KEPADA EUROCODE 2 : DESIGN

OF CONCRETE STRUCTURE

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat untuk menempuh ujian sarjana teknik sipil

Disusun Oleh :

DANIEL DIANTO A

07 0404 113

BIDANG STUDI STRUKTUR

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

(2)

KATA PENGANTAR

Pertama sekali penulis ucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus

atas berkat yang luar biasa yang diberikan Tuhan sehingga peny\usunan tugas akhir

ini dapat selesai dengan baik di mana tugas akhir ini merupakan salah satu syarat

yang harus dipenuhi dalam menyelesaikan program Sarjana di Departemen Teknik

Sipil,Fakultas Teknik,Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan tugas akhir ini menggunakan peraturan Eropa yaitu

Eurocode 2.Tidak hanya itu,Eurocode 1 atau BS juga digunakan untuk menurunkan

beban dalam perencanaan.

Dalam kesempatan ini,tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepda :

1. Bapak Prof.Dr.Ing.Johannes Tarigan sebagai dosen pembimbing penulis yang

banyak memberi masukan serta memberikan buku untuk boleh

menyelesaikan Tugas Akhir ini.Juga selaku ketua Departemen Teknik

Sipil,Fakultas Teknik,Universitas Sumatera Utara.

2. Kedua orang tua penulis yaitu Bapak M.Aritonang dan Ibu.br.Simanjuntak

yang sangat membantu baik dalam doa dan dana serta semangat.

3. Bapak Ir.Syahrizal,MT sebagai sekretaris Departemen Teknik Sipil,Fakultas

Teknik,Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak/Ibu dosen pengajar di Departemen Teknik Sipil,Fakultas

Teknik,Universitas Sumatera Utara.

Seluruh pegawai jurusan yang juga membantu dalam pengurusan

(3)

5. Kepada saudara-saudara saya baik abang,kakak dan adik yang juga selalu

memberikan motivasi.

6. Kepada teman-teman stambuk 07 khususnya Juwita atas bantuannya

,Raynelda,Friska,TRT,Ria,Desmond,Marco dan teman-teman yang lain yang

tidak dapat saya sebutkan semuanya terima kasih atas bantuannya.Juga

kepada kakak stambuk 06 dan 05 terkhususnya K’Elli.Juga bagi adik-adik

stambuk 2010,2009,2008.

7. Khususnya bagi teman satu pelayananku semuanya yang mendukung saya

dalam doa dan memberi motivasi.

Medan, Agustus 2011

(4)

Abstrak

Prategang pada dasarnya merupakan beban yang menimbulkan tegangan

dalam awal sebelum pembebanan luar dengan besar dan distribusi tertentu bekerja

sehingga tegangan yang dihasilkan dari beban luar dapat dilawan sampai tingkat

yang diinginkan. Ada dua sistem prategang yaitu pratarik dan pascatarik.

Kuat tekan dan tarik beton dapat ditabelkan dalam Eurocode 2. Sifat beton

yang merupakan bagian dari kehilangan gaya prategang yaitu susut dan rangkak. Ada

3 jenis baja prategang yang digunakan menurut Eurocode 2 yaitu kawat/wires dan

strands relaksasi tinggi, kawat/wires dan strands relaksasi rendah,dan bars(batang

tulangan.Nilai modulus elastisitas dapat dilihat dari Eurocode 2.Pembebanan

berdasarkan Eurocode 2 ada 4 yaitu,beban tetap berupa berat sendiri dan beban yang

ada pada struktur sepanjang struktur itu ada; beban sementara yaitu berupa beban

hidup yang diwajibkan(imposed load),beban angin dan salju; beban tak terduga yaitu

berupa ledakan atau dampak kendaraan dan beban/gaya prategang.

Kehilangan gaya prategang ada dua yaitu kehilangan seketika

berupa,perpendekan elastisitas beton,dan kehilangan tergantung waktu yaitu berupa

rangkak dan susut pada beton, dan relaksasai baja.Beban beban yang bekerja pada

struktur balok yaitu beban tetap terdiri dari berat sendiri g1’ = 13.319 kN/m’dan g1” =

8.631 kN/m’; beban atap+ gording g2 = 0.75 kN/m’; beban hidup qk1= 1.14 kN/m’

dan Qk1 = 0.57 kN,beban angin w = 2.815 kN/m’. Profil beton yang digunakan yaitu

T roof dengan ukuran h/b = 1600/700 untuk tengah bentang dan tumpuan h/b=

850/700.Baja prategang menggunakan 9 strands diameter 0.5” .Digunakan tulangan

baja nonprategang yaitu 6D21,tulangan geser balok D10/20.Sementara dimensi

kolom yaitu 30X50 cm.Tulangan utama kolom yaitu 3D 25 dan begel D10.

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………i

ABSTRAKSI ………iii

DAFTAR ISI……….iv

DAFTAR NOTASI………v

DAFTAR GAMBAR……….ix

DAFTAR TABEL………..x

BAB 1 PENDAHULUAN………..… 1

1.1 Umum ………..1

1.2 Perumusan Masalah………..4

1.3.Tujuan……….….5

1.4.Batasan Masalah………..5

1.5.Sistematika ……….6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………..8

2.1 Prinsip-prinsip Dasar Beton Prategang………...8

2.2 Riwayat Perkembangan Beton Prategang……….11

2.3.Metode Pemberian Prategang………13

2.4.Tahap Pembebanan………17

2.5.Material Beton Prategang………..18

2.6.Pembebanan Portal Single Beam………...29

BAB 3 TINJAUAN BETON PRATEGANG MENURUT EUROCODE 2…….34

3.1 Beton………..34

3.2.Baja Prategang ………..36

(6)

3.4.Kehilangan Gaya Prategang………..39

BAB 4.APLIKASI……….45

4.1.Perencanaan Balok………45

4.1.1Perhitungan Beban………..46

4.1.2.Mutu Bahan………...59

4.1.3.Analisa Statika Balok……….60

4.1.4.Perencanaan Gaya Prategang………...66

4.1.5 Kehilangan Seketika………..69

4.1.6 Perhitungan Kehilangan Tergantung Waktu……….71

4.1.7 Pemeriksaan Kapasitas/Kondisi Ultimit………76

4.1.8 Desain Terhadap Geser ……….80

4.1.9 Pemeriksaan Batas Kemampuan Layan……….84

4.1.10 Ketentuan Konstruksi ……….92

4.2 Perencanaan Kolom………..95

4.2.1 Mutu Bahan………95

4.2.2 Dimensi Kolom………..96

4.2.3 Analisa Beban………96

4.2.4 Periksa Kelangsingan Kolom……….97

4.2.5 Perhitungan Eksentrisitas Tambahan……….98

4.2.6 Tinjauan Batas Kapasitas Ultimit………..98

BAB 5 KESIMPULAN………102

5.1 Kesimpulan………..102

5.2.Saran………....103

(7)

DAFTAR NOTASI

Ecm Modulus Elastisitas Beton

Es Modulus Elastisitas Baja

Ed Total kombinasi pembebanan

Gk Nilai karakteristik beban tetap

Qk Nilai karakteristik beban tidak tetap/sementara

A Nilai beban tak terduga

γG faktor beban untuk beban tetap

γQ faktor beban untuk beban sementara

γP faktor beban untuk gaya prategang

γGA faktor beban untuk beban tidak terduga

Ψ0,Ψ1Ψ2 Nilai koefisien untuk faktor beban sementara

γC faktor bahan untuk beton

γS faktor bahan untuk baja prategang/non prategang

ρ berat jenis beton

h0 Nilai perbandingan antara Ac/U

Ac Luas tampang beton

Ap Luas tampang baja prategang

As Luas tampang tulangan baja non prategang

U Keliling penampang beton prategang

fctm nilai kekuatan tarik beton

(8)

fctm0.05 nilai tertinggi kekuatan tarik beton(95 % keretakan)

fck nilai karakteristik kekuatan tekan silinder beton

P m,t Nilai rata-rata gaya prategang yaitu nilai gaya prategang setelah di-

kurangi seluruh kehilangan gaya prategang.

Po Nilai gaya prategang awal pada saat penarikan tendon.

∆Pu(x) Kehilangan gaya prategang akibat friksi antara tendon dan angkur.

∆Psl Kehilangan gaya prategang akibat slip pada angkur

∆Pc Kehilangan gaya prategang akibat perpendekan elastis beton pada saat

transfer.

∆Pt(t) Kehilangan gaya prategang akibat rangkak dan susut pada beton serta

relaksasi pada baja.

∆σp,c+s+r total kehilangan tegangan pada tendon/baja prategang akibat rangkak

beton,susut beton,dan relaksasi pada baja prategang.

εs(t,to) koefisien susut beton yang didapat dari tabel 3.5

α perbandingan antara Es/Ecm

∆σpr tegangan akibat relaksasi baja

φ(t,to) koefisien rangkak yang didapat dari tabel 3.4

σcg tegangan yang terjadi akibat berat sendiri beton prategang

σcp0 tegangan yang terjadi akibat gaya prategang dan momen prategang

Ic Inersia beton prategang

zcp jarak antara pusat massa beton prategang dengan pusat massa baja

prategang

e eksentrisitas tendon.

(9)

ya letak titik berat beton terhadap sisi bawah balok

yp jarak titik berat beton terhadap letak titik berat strands prategang

Wa momen tahanan balok terhadap sisi atas balok

Wb momen tahanan balok terhadap sisi bawah balok

Wp momen tahanan balok terhadap pusat massa prategan

MG momen akibat beban tetap/beban amti

MQ momen akibat beban sementara yaitu imposed load

MW momen akibat beban angin.

σC tegangan pada beton akibat beban yang bekerja

σs tegangan tarik tulangan baja untuk kondisi retak.

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gamabr 2.1 Ilustrasi Cara Mendasar Pemberian Prategang………9

Gambar 2.2 Metode Pemberian Pratarik………14

Gambar 2.3 Metode Pemberian Pascatarik………15

Gambar 2.4 Live dan Dead Angkur………..16

Gambar 2.5 Tipikal Diagram Tegangan Regangan Beton………19

Gambar 2.6 Kurva Susut-Terhadap Waktu………21

Gambar 2.7 Kurva Regangan-Terhadap Waktu………22

Gambar 2.8 Strands Prategang 7 kawat………25

Gambar 2.9 Bentuk Kawat Batangan………...25

Gambar 2.10 Diagram Tegangan Regangan Baja Prategang………..26

Gambar 3.1 Tampak Depan Portal………45

Gambar 3.2 Tampak Balok………46

Gambar 3.3 Sketsa Penulangan Balok………..94

Gambar 3.5 Pemodelan Kolom……….95

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tipikal Baja Prategang……….26

Tabel 2.2 Faktor Beban ………. ……….…….30

Tabel 2.3 Faktor Keamanan Untuk Material ……….………..30

Tabel 3.1 Nilai Kekuatan Tekan dan Tarik Beton………..…………..…35

Tabel 3.2 Nilai Modulus Elastisitas ………. …………..……...36

Tabel 3.3 Hubungan Antara Kehilangan Relaksasi dan Waktu………37

Tabel 3.4 Koefisien Rangkak………41

(12)

Abstrak

Prategang pada dasarnya merupakan beban yang menimbulkan tegangan

dalam awal sebelum pembebanan luar dengan besar dan distribusi tertentu bekerja

sehingga tegangan yang dihasilkan dari beban luar dapat dilawan sampai tingkat

yang diinginkan. Ada dua sistem prategang yaitu pratarik dan pascatarik.

Kuat tekan dan tarik beton dapat ditabelkan dalam Eurocode 2. Sifat beton

yang merupakan bagian dari kehilangan gaya prategang yaitu susut dan rangkak. Ada

3 jenis baja prategang yang digunakan menurut Eurocode 2 yaitu kawat/wires dan

strands relaksasi tinggi, kawat/wires dan strands relaksasi rendah,dan bars(batang

tulangan.Nilai modulus elastisitas dapat dilihat dari Eurocode 2.Pembebanan

berdasarkan Eurocode 2 ada 4 yaitu,beban tetap berupa berat sendiri dan beban yang

ada pada struktur sepanjang struktur itu ada; beban sementara yaitu berupa beban

hidup yang diwajibkan(imposed load),beban angin dan salju; beban tak terduga yaitu

berupa ledakan atau dampak kendaraan dan beban/gaya prategang.

Kehilangan gaya prategang ada dua yaitu kehilangan seketika

berupa,perpendekan elastisitas beton,dan kehilangan tergantung waktu yaitu berupa

rangkak dan susut pada beton, dan relaksasai baja.Beban beban yang bekerja pada

struktur balok yaitu beban tetap terdiri dari berat sendiri g1’ = 13.319 kN/m’dan g1” =

8.631 kN/m’; beban atap+ gording g2 = 0.75 kN/m’; beban hidup qk1= 1.14 kN/m’

dan Qk1 = 0.57 kN,beban angin w = 2.815 kN/m’. Profil beton yang digunakan yaitu

T roof dengan ukuran h/b = 1600/700 untuk tengah bentang dan tumpuan h/b=

850/700.Baja prategang menggunakan 9 strands diameter 0.5” .Digunakan tulangan

baja nonprategang yaitu 6D21,tulangan geser balok D10/20.Sementara dimensi

kolom yaitu 30X50 cm.Tulangan utama kolom yaitu 3D 25 dan begel D10.

(13)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Umum

Jenis konstruksi bangunan di Indonesia memiliki jenis yang beragam.Ada

bangunan gedung untuk rumah tinggal,gedung sekolah,rumah sakit, hotel,toko,

perkantoran,gedung olah raga dan gedung untuk bangunan industri atau pabrik.Pada

dasarnya,seluruh bangunan ini memiliki komponen struktur balok.Oleh karena

itu,perencanaan struktur merupakan faktor yang sangat penting untuk diperhatikan.

Bangunan industri baik itu industri ringan/rumahan ataupun pabrik memiliki

komponen struktur balok.Yang mana pada perencanaannya menggunakan material

beton bertulang ataupun baja untuk balok,terutama,pada saat sekarang

ini,pabrik-pabrik atau bangunan industri menggunakan baja untuk komponen strukturnya.Balok

yang digunakan dapat berupa balok tunggal ataupun rangka batang.

Jarang terlihat bangunan industri di Indonesia menggunakan material beton

prategang untuk mendesain suatu bangunan industri.Sebagian besar sekarang ini

menggunakan material baja,tetapi juga menggunakan baja komposit ataupun beton

bertulang.

Padahal,jika dilihat dari perkembangan sekarang ini,material beton prategang

bukanlah suatu hal yang baru lagi.Perkembangan penggunaan sistem beton prategang

sebenarnya sudah pesat.Sebagian besar beton prategang dipakai untuk perencanaan

jembatan,terutama untuk bentang yang panjang.

Pemakaian beton prategang sangat efektif digunakan pada konstruksi

(14)

seperti segmental atau jembatan cable-stayed hanya dapat dilaksanakan dengan

menggunakan beton prategang.Demikian juga halnya untuk bangunan yang memiliki

bentang yang panjang dan relatif tinggi adalah efektif untuk memakai prategang

untuk perencanaan..

Prategang pada dasarnya merupakan suatu beban yang menimbulkan

tegangan dalam awal sebelum pembebanan luar dengan besar dan distribusi tertentu

bekerja sehingga tegangan yang dihasilkan dari beban luar dilawan sampai tingkat

yang diinginkan. Gaya pratekan dihasilkan dengan menarik kabel tendon yang

ditempatkan pada beton dengan alat penarik. Setelah penarikan tendon mencapai

gaya/tekanan yang direncanakan, tendon ditahan dengan angkur, agar gaya tarik

yang tadi dikerjakan tidak hilang. Penarikan kabel tendon dapat dilakukan baik

sebelum beton dicor (pre-tension) atau setelah beton mengeras (post-tension)..

Sistem prategang untuk mengubah beton menjadi bahan elastis. Beton yang

tidak mampu menahan tarikan dan kuat memikul tekanan pada umumnya dengan

baja mutu tinggi yang ditarik sedemikian rupa sehingga beban yang getas dapat

memikul tegangan tarik. Dari konsep inilah lahir kriteria tidak ada tegangan tarik

pada beton. Umumnya telah diketahui bahwa jika tidak ada tegangan tarik pada

beton, berarti tidak akan terjadi retak dan beton tidak merupakan bahan yang getas

lagi, melainkan berubah menjadi bahan yang elastis.

(15)

keretakan,mempunyai modulus elastisitas yang tinggi dan mengalami rangkak yang lebih kecil.

Metode pemberian Prategang ada dua jenis,yaitu sistem Pratarik (Pre-Tension) dan sistem Pascatarik(Post-Tension).Pada sistem pratarik,tendon pertama-tama ditarik hingga mencapai gaya yang diinginkan dan diangkur pada abutmen tetap.Beton dicor pada cetakan yang sudah disediakan dengan melingkupi tendon yang sudah ditarik tersebut.Jika kekuatan beton sudah mencapai yang disyaratkan maka tendon dipotong atau angkurnya dilepas.Pada saat baja yang ditarik berusaha untuk berkontraksi,beton akan tertekan.Pada cara ini tidak digunakan selongsong pada tendon.

Metode Pascatarik dilakukan mula-mula cetakan disediakan,beton dicor

disekeliling selongsong.Posisi selongsong diatur sesuai dengan bidang momen

strukturnya.Biasanya baja tendon tetap berada di dalam selongsong selama

pengecoran.Jika beton sudah mencapai kekuatan tertentu atau beton sudah

mengeras,tendon ditarik hingga mencapai gaya yang diinginkan. Untuk mencegah

kabel tendon kehilangan tegangan akibat slip pada ujung angkur terdapat baji. Gaya

tarik akan berpindah pada beton sebagai gaya tekan internal akibat reaksi angkur.

Beton dapat mengalami susut(shrinkage) maupun rangkak(creep) yang mana

sifat-sifat ini merugikan karena dapat mengurangi tegangan yang terjadi pada

beton.Hal ini tentu akan diperhitungkan dalam sebuah perencanaan sehingga dapat

diperoleh suatu desain yang efisien dan ekonomis.

Seperti halnya beton,baja juga memiliki sifat-sifat mekanis baja di antaranya

relaksasi baja,pengaruh suhu,kelelahan dan korosi.Yang mana sifat-sifat mekanis ini

dapat mengurangi tegangan pada baja prategang sehingga kekuatannya tentu akan

(16)

1.2 Perumusan Masalah

Umumnya bangunan industri di Indonesia menggunakan material baja untuk

mendesain balok maupun kolom.Ada juga yang menggunakan baja komposit

ataupun beton bertulang .Seperti yang diketahui bahwa pada umumnya bangunan

industri tersebut memiliki bentang yang cukup panjang atau tinggi bangunan yang

cukup tinggi.Penggunaan material beton prategang merupakan suatu alternatif dalam

mendesain struktur tersebut..

Hal inilah yang menyebabkan atau memotivasi penulis ingin mendesian

bangunan industri dengan menggunakan material beton prategang dengan bentang

yang panjang dan tinggi bangunan yang besar.Sehingga dapat dilihat suatu

perbandingan antara beton prategang dengan baja ataupun beton bertulang.Hal ini

tentu bermanfaat bagi seorang perencana.Dan nanti ini dapat menjadi suatu alternatif

baru bagi seorang perencana

Dalam melakukan desain ataupun perencanaan pada struktur portal,maka hal

yang pertama dilakukan adalah melakukan analisa struktur terhadap komponen

struktur tersebut baik pada kolom maupun pada balok..Setelah melakukan analisa

struktur baik didapatkan nilai momen,lintang maupun gaya normal.Kemudian harus

dicari juga tegangan yang terjadi pada struktur balok tersebut.Setelah itu, dilakukan

perhitungan kehilangan tegangan pada komponen struktur balok kemudian baru

didapat tegangan efektif yang bekerja pada penampang balok.

Biasanya total kehilangan untuk pascatarik sebesar 20% dan pratarik sebesar

25%.Dalam hal ini,balok prategang yang dipakai adalah sistem pratarik(pre-tension)

sehingga total kehilangannya maksimal 25%.Tegangan awal fpi setelah dikurangi

(17)

Total kehilangan ini akan diperhitungkan seluruhnya dalam mendesain

ataupun merencanakan balok prategang.Sehingga perlu perhitungan yang akurat

untuk menghitungnya.

Setelah melakukan perhitungan kehilangan gaya prategang,kemudian juga

dilakukan desain terhadap tulangan baja non prategang/reinforcement steel pada

balok.Didesain juga tulangan geser pada balok.

Kemudian.setelah itu melakukan pemeriksaan terhadap kondisi ultimit

struktur dan juga kondisi/kemampuan layan/service dari pada struktur balok.

1.3 Tujuan

Tujuan dari penulisan ini untuk mendesain secara benar dan ekonomis portal

balok tunggal dengan menggunakan material prategang dan kolom dengan beton

bertulang. Perencanaan beton hingga baja prategangnya didesain/direncanakan

dengan menggunakan ketentuan ataupun peraturan berdasarkan Eurocode 2 1991.

1.4 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah dalam tugas akhir ini adalah:

• Yang direncanakan/didesain adalah hanya struktur balok dan kolom portal.

• Panjang bentang balok adalah 30 m.

• Tinggi portal total = 8 m.

• Section properties yang dipakai untuk balok T berdasarkan standard negara

Eropa.

• Metode pemberian beton prategang yang digunakan adalah sistem

(18)

• Kuat tekan beton yang digunakan adalah kelas C 40/50 berdasrkan kelas

beton Eurocode 2 yaitu fck = 40N/mm2

• Baja prategang yang digunakan adalah kawat/strands dengan fpk = 1770

N/mm2 dan fpk0.1 = 1500 N/mm2

• Digunakan baja non prategang/reinforcement steel 500 N/mm2

• Beban yang diperhitungkan adalah beban permanen/tetap,beban

sementara(imposed load),dan beban angin sesuai dengan Eurocode 1.

• Penyelesain gaya dalam struktur balok diselesaikan dengan perhitungan

secara manual.

1.5 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan laporan tugas akhir ini adalah :

Bab 1 PENDAHULUAN.Bab ini berisikan tentang gambaran umum

perkembangan beton prategang,perumusan masalah tentang perencanaan beton

prategang,tujuan dari penulisan tugas akhir,batasan masalah yang dikerjakan dalam

penulisan serta sistematika penulisan/penyusunan tugas akhir.

Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA.Bab ini berisikan tentang prinsip-prinsip dasar

beton prategang,riwayat perkembangan beton prategang dari waktu ke waktu,metode

pemberian gaya prategang,tahap pembebanan beton prategang,material beton

prategang, serta pembebanan pada portal single beam.

Bab 3.TINJAUAN BETON PRATEGANG MENURUT EUROCODE 2.Bab

ini berisikan tentang gambaran umum beton dan baja prategang menurut Eurocode 2,

(19)

Bab 4 APLIKASI.Bab ini berisikan tentang perencanaan struktur balok dan

kolom.Perencanaan balok dimulai dari analisa beban,analisa statika

balok,perencanaan gaya prategang,perhitungan kehilangan gaya prategang tinjauan

kondisi ultimit,desain terhadap geser,tinjauan kondisi servis(layan) serta penulangan

balok prategang.Sedangkan perencanaan kolom mulai dari dimensi kolom,analisa

beban,analisa kelangsingan kolom serta penulangan kolom.

Bab 5 KESIMPULAN DAN SARAN.Bab ini berisikan tentang kesimpulan

dari keseluruhan isi tulisan/tugas akhir dan saran yang diberikan penulis untuk

(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Prinsip-Prinsip Dasar Beton Prategang

Beton adalah material yang kuat dalam kondisi tekan, tapi lemah dalam

kondisi tarik. Kuat tariknya bervariasi dari 8 sampai 14 persen dari kuat tekannya.

Karena rendahnya kapasitas tarik tersebut, maka retak lentur terjadi pada taraf

pembebanan yang masih rendah. Untuk mengurangi atau mencegah berkembangnya

retak tersebut, gaya konsentris atau eksentris diberikan dalam arah longitudinal

elemen struktural. Gaya ini mencegah berkembangnya retak dengan cara

mengeliminasi atau sangat mengurangi tegangan tarik di bagian tumpuan dan daerah

kritis pada kondisi beban tersebut. Penampang dapat berperilaku elastis, dan hampir

semua kapasitas beton dalam memikul tekan dapat secara efektif dimanfaatkan

diseluruh tinggi penampang beton pada saat semua beban bekerja di struktur

tersebut.

Gaya longitudinal yang diterapkan seperti di atas disebut gaya prategang,

yaitu gaya tekan yang memberikan prategangan pada penampang di sepanjang

bentang suatu elemen struktural sebelum bekerjanya beban mati dan beban hidup

transversal atau beban hidup horizontal transien.Jenis pemberian gaya prategang,

bersama besarnya, ditentukan terutama berdasarkan jenis sistem yang dilaksanakan

dan panjang bentang serta kelangsingan yang dikehendaki. Karena gaya prategang

diberikan secara longitudinal di sepanjang atau sejajar dengan sumbu komponen

(21)

Prategang pa

tegangan dalam awal

bekerja sehingga tega

yang diinginkan. Ga

ditempatkan pada be

gaya/tekanan yang di

yang tadi dikerjakan

sebelum beton dicor (

Gambar

Gambar diata

prategang pada beber

beton yang bekerja s

tekan yang besar. Me

vertikal, namun pada

tekan tersebut yang m

Salah satu def

ACI dalam Beton Pra

Beton Pratega

internal dengan besar

mengimbangi sampa

eksternal.Pada elemen

dengan menarik tulanga

pada dasarnya merupakan suatu beban y

al sebelum pembebanan luar dengan besar dan

egangan yang dihasilkan dari beban luar dilaw

Gaya pratekan dihasilkan dengan menarik k

beton dengan alat penarik. Setelah penarikan

g direncanakan, tendon ditahan dengan angkur

kan tidak hilang. Penarikan kabel tendon dapa

or (pre-tension) atau setelah beton mengeras (pos

bar 2.1 Ilustrasi Cara Mendasar Pemberian Pr

atas mengilustrasikan , dengan cara mendasa

berapa buku. Buku buku diatas dianggap sama

a sama sebagai sebuah balok akibat pemberi

Meskipun mungkin blok blok tersebut bisa terg

da kenyataannya tidak demikian karena adanya

mencegah gelinciran.

definisi terbaik mengenai beton prategang dibe

rategang.

egang berdasarkan ACI yaitu beton yang me

sar dan distribusi sedemikian rupa sehingga t

pai batas tertentu tegangan yang terja

en-elemen beton bertulang,sistem prategang bi

ulangannya.

n yang menimbulkan

dan distribusi tertentu

lawan sampai tingkat

k kabel tendon yang

an tendon mencapai

kur, agar gaya tarik

dapat dilakukan baik

post-tension).

an Prategang

ndasar, aksi pemberian

ma seperti blok blok

berian gaya prategang

tergelincir dalam arah

nya gaya longitudinal

diberikan oleh Komisi

mengalami tegangan

ngga tegangan itu dapat

rjadi akibat beban

(22)

Ada 3 konsep yang berbeda-beda yang dapat dipakai untuk menjelaskan dan

menganalisis sifat-sifat dasar dari beton prategang.Hal ini penting bagi seorang

perencana untuk mengerti ketiga konsep tersebut agar dapat mendesain beton

prategang dengan sebaik dan seefisien mungkin.Ketiga konsep tersebut sebagai

berikut.

Konsep Pertama:Sistem Prategang untuk Mengubah Beton menjadi Bahan

yang Elastis. Beton yang tidak mampu menahan tarikan dan kuat memikul tekanan

(umumnya dengan baja mutu tinggi yang ditarik) sedemikian rupa sehingga bahan

yang getas dapat memikul tegangan tarik. Dari konsep inilah lahir kriteria “tidak ada

tegangan tarik”pada beton. Umumnya telah diketahui bahwa jika tidak ada tegangan

tarik pada beton, berarti tidak terjadi retak dan beton tidak merupakan bahan yang

getas lagi, melainkan berubah menjadi bahan yang elastis.

Atas dasar pandangan ini, beton divisualisasikan sebagai benda yang

mengalami dua sistem pembebanan, gaya internal prategang dan beban eksternal

dengan tegangan tarik akibat gaya eksternal dilawan oleh tegangan tekan akibat gaya

prategang. Begitu juga retak pada beton akibat gaya elastisnya dicegah atau

diperlambat dengan pratekan yang dihasilkan oleh tendon.

Konsep Kedua,Sistem Prategang merupakan kombinasi Baja Mutu Tinggi

dengan Beton.Pada beton prategang,baja mutu tinggi dipakai dengan jalan

menariknya sebelum kekuatannya dimanfaatkan sepenuhnya.Jika baja mutu tinggi

ditanamkan pada beton seperti pada beton bertulang biasa,beton sekitarnya akan

mnejadi retak sebelum kekuatan baja digunakan .Oleh karena itu,baja perlu ditarik

sebelumnya terhadap beton.Dengan menarik dan menjangkarkan baja ke

(23)

tarik apa baja.Kombinasi ini memungkinkan pemakaian atau perencanaan yang aman

dan ekonomis dari kedua bahan tersebut di mana hal ini tidak akan tercapai jika baja

hanya ditanamkan pada beton saja seperti beton bertulang

Konsep ketiga,Sistem Prategang untuk mencapai Perimbangan

Beban.Konsep ini menggunakan prategang sebagai suatu usaha untuk membuat

seimbang gaya-gaya pada sebuah batang.

2.2 Riwayat Perkembangan Beton Prategang

1. Beton prategang bukan merupakan konsep baru, pada tahun 1872, pada saat

Jackson, seorang insinyur dari California, mendapatkan paten untuk sistem

struktural yang menggunakan tie rod untuk membuat balok atau pelengkung

dari blok-blok. Pada tahun 1888, C.W.Doehring dari Jerman memperoleh

paten untuk pemberian prategang pada slab dengan kawat-kawat metal. Akan

tetapi, upaya awal untuk pemberian tegangan tersebut tidak benar-benar

sukses karena hilangnya prategang dengan berjalannya waktu.

2. Sesudah selang waktu yang sangat lama, pada saat hanya ada sedikit

kemajuan karena sulitnya mendapatkan baja berkekuatan tinggi untuk

mengatasi masalah kehilangan prategang, Dill dari Alexandria, Nebraska,

mengetahui adanya pengaruh susut dan rangkak ( aliran material arah

transversal ) pada beton terhadap hilangnya prategang. Selanjutnya , ia

mengembangkan ide bahwa pemberian pascatarik batang berpenampang bulat

tanpa lekatan secara berturutan dapat mengganti kehilangan tegangan yang

bergantung pada waktu pada batang tersebut akibat berkurangnya panjang

(24)

tahun 1920-an.Hewett dari Minneapolis mengembangkan prinsip-prinsip

pemberian prategang melingkar. Ia memberikan tegangan melingkar

horisontal di sekeliling tangki beton dengan menggunakan trekstang untuk

mencegah retak akibat tekanan cairan internal. Setelah itu, pemberian

prategang pada tangki dan pipa berkembang pesat diAmerika Serikat, dengan

ribuan tangki penyimpan air, cairan dan gas dibangun dan banyak sekali pipa

tekanan prategang yang dibuat pada dua sampai tiga dekade setelah itu.

3. Pemberian prategang linier teruse berkembang di Eropa dan Prancis,

khususnya dikembangkan oleh Eugene Freyssinet, yang pada tahun 1926

sampai 1928 mengusulkan metode metode untuk mengatasi kehilangan

prategang dengan cara menggunakan baja berkekuatan tinggi dan

berdaktilitas tinggi. Pada tahun 1940, ia memperkenalkan sistem Freyssinet

yang sangat terkenal yang menggunakan jangkar konus untuk tendon 12

kawat.

4. Selama perang dunia II dan setelah itu, pembangunan kembali secara cepat

jembatan jembatan utama yang hancur selama perang menjadi suatu

kebutuhan. G Magnel dari Gghent, Belgia dan Guyon dari Paris

mengembangkan dan menggunakan konsep pemberian prategang untuk

desain dan pelaksanaan banyak jembatan di Eropa Barat dan Tengah. Sistem

Magnel juga menggunakan blok-blok untuk menjangkar kawat-kawat

prategang. Blok-blok tersebut berbeda dengan yang digunakan dalam sistem

Freyssinet dalam hal bentuknya yang datar, sehingga memungkinkan

(25)

5. Abeles dari Inggris memperkenalkan dan mengembangkan konsep pemberian

prategang parsial diantara tahun 1930-an dan 1960-an. Leonhardt dari

Jerman dan Mikhailov dari Rusia dan T.Y.Lin dari Amerika Serikat juga

memberikan kontribusi banyak pada seni dan ilmu pengetahuan tentang

desain beton prategang. Metode pemberian keseimbangan beban dari Lin ini

sangat dihargai. Perkembangan pada abad kedua puluh ini telah menjadikan

banyak penggunaan beton prategang di seluruh dunia, dan khususnya di

Amerika Serikat.

6. Dewasa ini, beton prategang digunakan pada gedung seperti apartemen

tingkat 40,bangunan industri, struktur bawah tanah menara TV, struktur lepas

pantai dan gudang apung, stasiun stasiun pembangkit, cerobong reaktor

nuklir, dan berbagai jenis sistem jembatan termasuk jembatan segmental dan

cable-stayed. Suksesnya perkembangan dan pelaksanaan semua struktur

terkanal di dunia ini adalah karena banyaknya kemajuan dalam teknologi

bahan, khususnya baja prategang, dan bertambahnya pengetahuan untuk

mengestimasi kehilangan jangka pendek dan panjang pada gaya prategang

2.3 Metode Pemberian Prategang

2.3.1 Metode Pratarik(Pre-Tension Method)

Kabel tendon dipersiapkan terlebih dahulu pada sebuah angkur yang mati

(fixed anchorage) dan sebuah angkur yang hidup (live anchorage). Kemudian live

anchorage ditarik dengan dongkrak (jack) sehingga kabel tendon bertambah panjang.

Jack biasanya dilengkapi dengan manometer untuk mengetahui besarnya gaya yang

(26)

dicor. Setelah beton mencapai umur yang cukup, kabel perlahan-lahan dilepaskan

dari kedua angkur dan dipotong. Kabel tendon akan berusaha kembali ke bentuknya

semula setelah pertambahan panjang yang diakibatkan oleh penarikan pada awal

pelaksanaan. Hal inilah yang menyebabkan adanya gaya tekan internal pada beton.

Pada cara ini tidak digunakan selongsong pada tendon.

Metode ini digunakan untuk beton-beton pracetak dan biasanya digunakan

untuk konstruksi-konstruksi kecil.

Gambar 2.2 Metode Pemberian Pratarik(Pretension) (Sumber : Desain Beton Prategang.Lin,T.Y)

2.3.2 Metode Pascatarik(Post-Tensioning Method)

Mula-mula cetakan disediakan dan selongsong dimasukkan dalam cetakan

beton dengan salah satu ujungnya diberi angkur hidup(live anchorage) dan ujung

lainnya angkur mati(dead anchorage) atau kedua ujungnya dipasang angkur hidup

(27)

dicor di sekeliling selongsong(duct).Biasanya baja tendon tetap berada di dalam

selongsong selama pengecoran. Jika beton sudah mencapai kekuatan tertentu atau

beton sudah mengeras,tendon ditarik hingga mencapai gaya yang diinginkan. Untuk

mencegah kabel tendon kehilangan tegangan akibat slip pada ujung angkur terdapat

baji. Gaya tarik akan berpindah pada beton sebagai gaya tekan internal akibat reaksi

angkur.Gaya prategang ditransfer melalui penjangkaran ujung seperti chucks dari

supreme products. Setelah terjadi prategang penuh, kemudian selongsong tempat

dimasukkannya baja prategang tersebut disuntikkan dengan cairan beton ( di

grouting ).Adapun material yang disuntikkan adalah semen Portland yang memenuhi

spesifikasi ASTM C 150 tipe I,II,III, air yang layak minum,dan bahan tambahan

yang tidak mengandung bahan kimiawi yang dapat membahayakan semen dan baja

prategang itu sendiri.

Selongsong

Cetakan beton disiapkan dan beton dicor

Tendon ditarik dan gaya prategang ditransfer

Tendon diangkur dan cairan beton di grouting

Gambar 2.3 Metode Pemberian Pascatarik(Post-tension)

(28)

Gambar.2.4 Live dan Dead Angkur

Beton prategang yang diproduksi atau yang dicetak oleh pabrik-pabrik beton prategang memiliki bentuk profil atau section properties yang beragam pula.Tergantung pada kebutuhan daripada struktur yang direncanakan.Seperti untuk jembatan beton biasanya section properties yang dipakai adalah bentuk I girder,U-beam.M-beam.Untuk plat/slab prategang pada rumah tinggal tinggal biasanya digunakan F slab ataupun T-beam.

(29)

2.4 Tahap Pembebanan

Tidak seperti beton bertulang,beton prategang mengalami beberapa tahap

pembebanan.Pada setiap tahap pembebanan,harus dilakukan pengecekan atas kondisi

serat tertekan dan serat tertarik dari setiap penampang.Pada tahap tersebut berlaku

tegangan ijin yang berbeda-beda sesuai kondisi beton dan tendon.Ada dua tahap

pembebanan pada beton prategang,yaitu kondisi transfer dan service.

2.4.1 Transfer

Tahap transfer adalah tahap pada saat beton sudah mulai mengering dan

dilakukan penarikan kabel prategang.Pada saat ini biasanya yang bekerja hanya

beban mati struktur saja,yaitu berat sendiri dan beban pekerja ditambah alat.Pada saat

ini belum bekerja beban hidup sehingga momen yang bekerja adalah

minimum,sementara gaya yang bekerja adalah maksimum karena belum ada

kehilangan gaya prategang.

2.4.3 Servis

Kondisi servis(service) adalah kondisi pada saat beton prategang digunakan

sebagai komponen struktur.Kondisi ini dicapai setelah semua kehilangan gaya

prategang diperhitungkan.Pada saat ini beban laur pada kondisi yang maksimum

sedangkan gaya prategang mendekati harga minimum karena sudah terjadi

kehilangan sebagian gaya prategang.

Pada setiap tahapan diatas,ditentukan hasil analisis untuk dievaluasi.Hal ini

tentunya sangat penting dalam perencanaan karena kekuatan daripada beton

prategang itu sendiri tidak sepenuhnya lagi bekerja akibat kehilangan sebagian gaya

(30)

adalah gaya prategang efektif yaitu gaya prategang awal(kondisi transfer) setelah

dikurangi kehilangan sebagian gaya prategang.

Pada tahap transfer maupun servis,ditetapakan tegangan ijin beton prategang

untuk melihat apakah tegangan yang terjadi melampaui tegangan ijin beton

prategang itu sendiri.Tegangan ijin ini sendiri berbeda antara serat atas beton

prategang maupun serat bawah beton prategang sendiri.

2.5 Material Beton Prategang

2.5.1 Beton

Beton adalah material campuran antara semen,pasir,air dan agrerat serta suatu

bahan tambahan.Setelah beberapa jam dicampur,bahan-bahan tersebut akan langsung

mengeras sesuai bentuk pada waktu basahnya.Tipikal campuran beton yang

digunakan untuk beton prategang adalah 44% agregat kasar,31% agregat halus,18%

semen,dan 7% air.Kekuatan beton ditentukan oleh kuat tekan karakteristik pada usia

28 hari atau f’c.Kuat tekan karakteristik adalah tegangan yang melampaui 95% dari

pengukuran kuat tekan uniaksial yang diambil dari tes penekanan standard,yaitu

dengan kubus 15x15 cm,atau silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm.

Pengukuran kekuatan dengan kubus adalah lebih tinggi daripada dengan

silinder.Kekuatan kubus beton yang digunakan untuk beton prategang di Eropa

ditentukan kira-kira sebesar 450kg/cm2,berdasarkan atas ukuran kubus 10,15,20

cm.Jika diambil kekuatan kubus 1,25 kali kekuatan silinder,maka untuk kekuatan

silinder beton didapat 450/1,25 = 360 kg/cm2= 35,5 MPa kekuatan silinder.Angka ini

(31)

Beton yang di

kekuatan tekan yang

diperlukan untuk m

tendon,mencegah reta

[image:31.595.188.432.250.442.2]

rangkak yang lebih ke

grafik berikut.

Gambar

Kuat tarik be

Untuk tujuan desain kua

fctm = 0.30 fck(2/3)

Dengan fctm adalah ku

fck adalah kua

Atau nilai ke

berdasarkan kelas kekua

Hal ini menunj

tarik beton dapat me

digunakan untuk desain beton prategang adalah

ng cukup tinggi dengan nilai f’c antara 30-45M

menahan tegangan tekan pada serat terte

retak,mempunyai modulus elastisitas yang tingg

h kecil.Tipikal diagram tegangan-regangan beton

bar 2.5 Tipikal Diagram Tegangan Regangan B

beton memiliki harga yang cukup jauh denga

n kuat tarik beton ditetapkan sebagai berikut :

(Eurocode 2),

lah kuat tarik beton

h kuat tekan beton.

kekuatan tarinya dapat dilihat dari tabel

kekuatan silinder beton yang digunakan.

nunjukkan bahwa beton itu sangat lemah terhad

menjadi nol apabila terjadi retak-retak sebaga

alah yang mempunyai

45Mpa.Kuat tekan ini

ertekan,pengangkuran

inggi dan mengalami

ton dapat dilihat pada

gangan Beton

ngan kuat tekannya.

bel 3.1 Eurocode 2

hadap tarik.Kekuatan

(32)

ataupun lainnya.Sementara untuk kuat gesernya jarang digunakan dalam

desain/perencanaan.

Nilai modulus elastisitas beton adalah nilai perbandingan antara tegangan dan

regangan yang dihasilkan oleh beton ketika beton itu diberi beban.Eurocode 2

menetapkan sendiri harga Ec atau modulus elastisitas beton prategang

Berdasarkan Eurocode 2 nilai modulus elastisitas

Ec = 9.5(fck + 8 )(1/3)

Dengan Ec dalam satuan KN/mm2

fck = kuat tekan beton dalam satuan N/mm2

Atau nilai Modulus elastisitasnya dapat dilihat dari tabel 3.2 Eurocode

2,berdasarkan kelas kekuatan silinder beton yang digunakan.

Perubahan bentuk(deformation) pada beton ada dua yaitu perubahan langsung

dan tergantung waktu(time dependent).Pada beban tetap,perubahan bentuk

bertambah dengan waktu dan jauh lebih besar dibandingkan harga langsungnya.

Perubahan regangan sepanjang waktu disebabkan oleh rangkak(shrinkage) dan

susut(creep).Perubahan bentuk langsung(regangan elastis) adalah perubahan bentuk

beton pada saat gaya prategang bekerja padanya.Regangan langsung(deformasi

langsung) dapat dituliskan sebagai berikut :

=

di mana adalah tegangan yaitu gaya prategang awal dibagi luas penampang beton.

Ec adalah Modulus elastisitas beton.

Sementara susut terjadi karena akibat berkurangnya air dari beton selama proses

pengeringan beton.Dan rangkak adalah perubahan bentuk yang diakibatkan

(33)

lokal antara baja dan

tentu.Susut dan ran

mempengaruhi kemam

2.5.1.1 Susut

Susut pada beton

yang tergantung pada

Pada dasarnya ada dua

plastis terjadi selama

cetakan.Dalam hal ini

beton.Sementara susut

apabila terjadi kehilan

sesudah beton menge

telah terjadi.

Susut pada beton

mengalami kehilangan

Gambar 2.6 K

Rumus susut pa

SH = cs.Es di mana Es = E

dan beton serta redistribusi aksi internal pada

rangkak juga bisa mengakibatkan kereta

ampuna layan dan keawetan struktur.

on adalah kontraksi akibat pengeringan dan pe

pada waktu dan keadaan kelembaban tetapi tida

dua jenis susut yaitu,susut plastis dan susut

ma beberapa jam pertama sesudah pengecor

ini,kandungan air mengalir dari lapisan-lapis

usut pengeringan adalah berkurangnya volum

hilangan kandungan air akibat penguapan.Susut pe

gering dan sebagian besar proses hidrasi kimia

ton dapat meningkatkan defleksi pada balok

gan gaya prategang.

2.6 Kurva susut-terhadap waktu(umur beton)

ut pada beton secara umum dapat dituliskan :

= Elastisitas baja.

da struktur statis tak

etakan yang dapat

n perubahan kimiawi

tidak pada tegangan.

ut pengeringan.Susut

coran beton segar di

pisan bawah elemen

volume elemen beton

ut pengeringan terjadi

miawi di pasta semen

[image:33.595.154.416.525.632.2]
(34)

εcs = regangan susut sisa total

εcs = 300x10-6 unruk pratarik

εcs = untuk pascatarik dan t adalah usia beton setelah

transfer gaya prategang dalam hari.

2.5.1.2 Rangkak

Rangkak merupakan peningkatan regangan terhadap waktu akibat beban yang

terus menerus bekerja.Regangan tambahan akibat beban yang sama yang terus

menerus bekerja disebut regangan rangkak.

Gambar 2.7 Kurva regangan-waktu.

Dari grafik tersebut tampak bahwa laju rangkak berkurang terhadap waktu

seperti kasus pada susut.Rangkak sangat berkaitan dengan susut dan secara

umum,betony nag menahan susut juga cenderung mengalami sedikit rangkak.Dengan

demikian,rangkak pada beton dipengaruhi oleh komposisi campuran beton,kondisi

lingkungan dan ukuran benda uji,tetapi secara prinsip rangkak bergantung pada

pembebanan sebagai fungsi dari waktu.Seperti pada susut,rangkak juga dapat

mengakibatkan defleksi pada balok dan menyebabkan kehilangan prategang.

Secara umum rumus untuk menghitung rangkak adalah

(35)

di mana: Kcr = koefisien rangkak, 1,6 untuk pasca tarik dan 2,0 untuk pratarik

fci = tegangan beton pada level baja sesaat setelah transfer.

fcd = tegangan beton akibat beban mati pada pusat berat tendon.

Maka,deformasi total atau regangan total pada beton adalah regangan

langsung ditambah regangan akibat susut ditambah regangan akibat rangkak.Dalam

bentuk rumus dapat dituliskan = + + .

2.5.2 Baja Prategang

Sementara baja merupakan material yang memiliki kekuatan tarik yang tinggi

tetapi sangat lemah terhadap tekan.Akibatnya,tegangan tekan yang timbul akibat

suatu momen lentur dapat mengakibatkan struktur tersebut melentur dengan defleksi

yang besar.Demikian juga,material baja mengalami masalah tekuk yang merupakan

fungsi dari kelangsingan suatu penampang.Maksudnya pada bentang yang

panjang,material baja akan mengalami tekuk.Sehingga untuk bentang yang tinggi

ataupun panjang,penggunaan baja akan mengalami masalah tekuk akibat fungsi

kelangsingan material baja tersebut.Maka dari itu,untuk perencanaan masalah tekuk

akan dikontrol atau diperhatikan dengan baik.Itulah sebabnya,dalam perencanaan

beton prategang baja yang dipakai adalah baja mutu tinggi yang memiliki nilai

tegangan tarik yang tinggi.

Baja yang dipakai untuk prategang dalam praktik ada 4 macam yaitu,

1. Kawat tunggal(wire) biasanya digunakan untuk baja prategang sistem

pratarik dan biasanya tidak menggunakan selongsong.

2. Untaian kawat(Strand) biasanya digunakan untuk baja prategang sistem

(36)

3. Kawat batangan(bar) juga digunakan biasanya untuk sistem pratarik.

4. Tulangan biasa,sering digunakan untuk tulangan non-prategang(tidak ditarik)

seperti tulangan memanjang,sengkang,tulangan untuk pengangkuran dll.

Menurut Eurocode 2 baja prategang menurut tingkat relaksasinya dibagi menjadi 3

bagian yaitu :

• Kelas 1 wires dan strand relaksasi tinggi.

• Kelas 2 wires dan strand relaksasi rendah

• Kelas 3 bars

Kawat-kawat tunggal(wires)yang dipakai untuk sistem prategang adalah yang

sesuai dengan spesifikasi ASTM(American Standard for Testing Materials) A 421

Amerika Serikat.Ukuran dari kawat tunggal bervariasi dengan diameter antara 3-8

mm dengan tegangan tarik (fp) antara 1500-1700 Mpa dengan modulus

elastisitasnya,Ep=200x103Mpa.Untuk tujuan desain, nilai tegangan lelehnya dapat

diambil 0.85 dari tegangan tariknya.

Untaian kawat(strand) banyak digunakan untuk beton prategang dengan

sistem pascatarik.Untaian kawat yang dipakai harus memenyhi syarat ASTM A

416.Untaian kawat yang banyak dipakai adalah untaian tujuh kawat dengan dua

kualitas Grade 250 dan Grade 270(seperti di Amerika Serikat).Diameter untaian

kawat bervariasi antara 7,9-15,2 mm.Tegangan tariknya(fp) berkisar antara

1750-1860 Mpa..Untuk tujuan desain,nilai tegangan lelehnya dapat diambil 0.85 dari

tegangan tariknya.

Selain tipe wires dan strands,,untuk baja prategang juga digunakan kawat

batangan(bars) dari bahan alloy yang sesuai dengan spesifikasi ASTM A 722.Baja

(37)

batangan ini antara 1000-1100 Mpa.. Untuk tujuan desain,tegangan leleh diambil

0,85 dari tegangan tariknya.

Gambar 2.8 Strands prategang 7 kawat.(a).Penampang strands standard. (b).Penampang strands yang dipadatkan.

[image:37.595.151.414.142.276.2]

(1) (2)

Gambar 2.9 Bentuk Kawat Batangan(Bars).(1).Bars Ulir.(2).Bars Polos

Sementara berdasarkan Eurocode 2 1991-1 untuk keperluan perencanaan

nilai modulus elastisitas baja prategang Ep untuk kawat tunggal(wires) dan kawat

batangan(bars) dapat diasumsikan 200 Gpa.Sementara nilai aktualnya memiliki

range dari 195-205 Gpa.

Selain baja prategang yang ditarik,beton prategang juga menggunakan

tulangan non-prategang,yang terdiri dari bentuk batang,kawat atau jalinan kawat

yang dilas yang dibuat berdasarkan standard ASTM.Jika tendon berfungsi untuk

(38)

berfungsi untuk me

menambah kekuatan t

Gambar 2.10 D

Keterangan : 100.000ps

0.1 in =

Tabel.2.1

Jenis Material Dia

Kawat Tunggal (Wires) Untaian kawat (Strands) Kawat Batangan(Bars) (Sumber B

menahan terjadinya retak,menambah kekua

n terhadap beban yang tidak diharapkan.

2.10 Diagram tegangan-regangan baja prategang.

000psi = 689.5 Mpa.

n = 2.54 mm,

l.2.1 Tipikal Baja Prategang

iameter(mm) Luas(mm2) Beban Putus (KN) 3 4 5 7 8 7.1 12.6 19.6 38.5 50.3 13.5 22.1 31.4 57.8 70.4 9.3 12.7 15.2 54.7 100 143 102 184 250 23 26 29 32 38 415 530 660 804 1140 450 570 710 870 1230

r Buku Desain Praktis Beton Prategang.Andri B

kuatan ultimit serta

(39)

Baja memiliki sifat mekanis di antaranya relaksasi baja,pengaruh

temperatur,kelelahan (fatigue) dan korosi.Yang mana sifat-sifat mekanis ini dapat

mengurangi tegangan pada baja prategang sehingga kekuatannya tentu akan

berkurang.

2.5.2.1 Relaksasi Baja

Relaksasi baja adalah kehilangan prategang pada kawat atau strand akibat

regangan tetap.Hal ini identik dengan rangkak pada beton,perbedaannya adalah

rangkak merupakan perubahan regangan sementara relaksasi adalah kehilangan

tegangan pada baja.Relaksasi bertambah secara cepat dengan penambahan

temperatur pada baja Pengukuran terhadap relaksasi ini dinyatakan dalam persentase

nilai relaksasi dasar yang diukur pada periode 1000 jam pada temperature 20°

Kehilangan akibat relaksasi dapat dihitung dengan rumus

! = "#$%&'( [ "#

")− (. ,,]

Di mana, fpiadalah tegangan awal tendon baja,t adalah waktu dan

fpy adalah kuat leleh baja.dengan ketentuan fpi/fpy ≥0.55.

2.5.2.2 Pengaruh Temperatur

Penambahan temperature biasanya mengurangi kekuatan,modulus elastisitas

dan relaksasi baja.Pengurangan temperatur akan berakibat kebalikannya serta

mengakibatkan berkurangnya daktilitas baja.

Perubahan temperature yang tidak signifikan(kurang dari 10 ۨ◌C tidak terlalu

berpengaruh pada baja,tetapi apabila sudah mencapai 20-40 ۨ◌C maka bisa

(40)

2.5.2.3 Kelelahan(Fatigue)

Kelelahan adalah ketahanan material baja terhadap perubahan dan

pengulangan tegangan.Tegangan yang berulang ini terjadi akibat bekerjanya beban

hidup pada struktur.Ketahanan baja terhadap kelelahan tentunya akan mengurangi

kekuatan baja dan dapat mengakibatkan kegagalan struktur.

2.5.2.4Korosi

Pengaruh korosi pada baja prategang lebih berbahaya daripada pada baja

non-prategang.Hal ini disebabkan korosi dapat mengurangi luas penampang baja.Pada

baja prategang,pengurangan luas penampangnya lebih berbahaya karena tegangan

yang bekerja lebih tinggi daripada baja non-prategang.Hal ini mengakibatkan

pengurangan secara drastis kuat momen nominal penampang prategang yang dapat

menyebabkan kegagalan premature pada sistem structural.Pada komponen struktur

prategang,proteksi terhadap korosi diberikan oleh beton di sekeliling tendon,asalkan

ada selimut beton yang memadai.Pada pascatarik,proteksi dapat diperoleh dengan

(41)

2.6 Pembebanan pada Portal Single Beam

Berdasarkan Eurocode 2,adapun beban-beban yang diperhitungkan untuk

struktur adalah :

Pembebanan Tetap/Permanent Action(G)

Pembebanan tetap adalah beban yang terus-menerus bekerja pada

struktur dan tidak tergantung waktu artinya sepanjang struktur itu

ada.Pembebanan tetap terdiri dari : Berat Sendiri struktur(bs),sambungan

dan alat-alat atau benda mati yang tidak dapat berubah

tempat.Pembebanan tetap sering juga beban mati(dead load).

Pembebanan Sementara/Variable Action(Q).

Pembebanan sementara yaitu pembebanan yang tidak terus membebani

struktur atau tergantung waktu.Contohnya adalah beban hidup yang

diwajibkan (imposed load) ,beban angin(wind load) dan beban salju (snow

load).

Pembebanan Tak Terduga/Accidental Action (A)

Pembebanan tak terduga yaitu pembebanan yang datang dan nilainya tidak

bisa dipastikan.Contohnya :Ledakan(explosions) atau dampak kendaraan

Prestressing(P) gaya prategang adalah sebuah aksi tetap/permanent action

tetapi untuk alasan praktis hal ini dipisahkan atau tidak dikelompokkan

dengan pembebanan/aksi tetap.Gaya prategang dihasilkan oleh penarikan

(42)

2.6.1 Faktor Beban(Safety Factor) dan Kombinasi Beban kondisi Ultimate Limit States

Faktor beban adalah suatu angka keamanan yang digunakan dalam

perencanaan atau desain.Berdasarkan Tabel 2.2 Eurocode 2,nilai faktor keamanan

[image:42.595.112.515.241.386.2]

untuk beban dapat dikelompokkan sebagai berikut:

Tabel 2.2 Nilai Faktor Keamanan Untuk Beban Berdasarkan Eurocode 2

Aksi/beban Tetap/ (γG)

Aksi/beban Sementara(γQ)

Gaya Prategang (γP)

Efek yang tidak terlalu bahaya

Efek yang ditimbulkan berbahaya

1.0

1.35

1.5

1.5

0.9 atau 1.0

1.2 atau 1.0

Sementara untuk faktor keamanan untuk material berdasarkan Tabel 2.3 Eurocode 2

adalah :

Tabel 2.3 Faktor Keamanan Untuk Material Berdasarkan Eurocode 2

Kombinasi Beton/Concrete

γc

Baja non-prategang/tendon

prategang γs

Fundamental 1.5 1.15

Aksi terburuk

(Kecuali gempa) 1.3

[image:42.595.117.515.485.675.2]
(43)

Maka,nilai kombinasi beban untuk kondisi Ultimate Limit States berdasarkan

Eurocode 2 untuk Kombinasi dasar(fundamental combination) yaitu beban

tetap,beban sementara dapat dituliskan sebagai berikut

Ed = ΣΣΣΣ(γG.GK) + γQ1.Qk,1 + ΣΣΣΣ(γQ,i. ψ0 Qk,i) i>1

Untuk desain,apabila hanya ada satu beban sementara Qk1,maka kombinasi

bebannya dapat dituliskan :

Ed = ΣΣΣΣ(γG.GK) + 1,5.Qk,1

Untuk desain,bila ada dua atau lebih beban sementara Qk1,maka kombinasi

bebannya dapat dituliskan :

Ed = ΣΣΣΣ(γG.GK) + 1,35.ΣΣΣΣψ0Qk,1 i>1 Nilai ψ0 untuk :

1.Imposed load(semua jenis bangunan kecuali bertingkat) 0.7

2. Imposed load untuk bangunan bertingkat 1.0

2.Wind load 0.6

4.Snow load(beban salju) 0.6

Apabila beban tak terduga/accidental action turut diperhitungkan berdasarkan

Eurocode 2 kombinasi beban dapat dituliskan sebagai berikut :

Ed = ΣΣΣΣ(γGA.GK) + Ad +. ψ1Qk,1 + ΣΣΣΣ( ψ2,i Qk,i) i>1

(44)

2.6.2 Kombinasi Pembebanan Untuk Kondisi Serviceabilty Limit States

Ed ≤ Cd(Rd)

Ada 3 kombinasi untuk keadaan serviceability limit states yaitu :

1. Rare Combination

Ed = ΣΣΣΣGK,j (+P) + Qk,1 + ΣΣΣΣ( ψ0,i Qk,i) i> 1

2. Frequent Combination

Ed = ΣΣΣΣGK,j (+P) + ψ1,1 Qk,1 + ΣΣΣΣ( ψ2,i Qk,i) i> 1

3. Quasi permanent Combination

Ed = ΣΣΣΣGK,j (+P) + ΣΣΣΣ( ψ2,i Qk,i) i> 1

Untuk desain,apabila hanya ada satu beban sementara Qk1,maka kombinasi

bebannya dapat dituliskan :

Ed = ΣΣΣΣ GK,j (+P) + Qk,1

Untuk desain,bila ada dua atau lebih beban sementara Qk1,maka kombinasi

bebannya dapat dituliskan :

Ed = ΣΣΣΣGK,j (+P) + 0.9 Qk,1 i>1

Di mana :

Ed = beban total yang bekerja

Cd = nilai kekuatan material

(45)

Gk = nilai karakteristik beban tetap

Qk,1= nilai karakteristik dari satu beban sementara

Qk,i = nilai karakteristik beban sementara yang lainnya(lebih dari satu

beban sementara).

Ad = nilai desain untuk beban tak terduga/accidental action

γG = faktor beban untuk beban tetap

γGA = faktor beban untuk beban tak terduga

γQ = faktor beban untuk beban sementara

ψ0,ψ1,ψ2 = koefisien untuk faktor beban sementara dapat dilihat dari

(46)

BAB 3

TINJAUAN BETON PRATEGANG

MENURUT EUROCODE 2

3.1. Beton

3.1.1 Berat Beton Normal

Beton normal menurut Eurocode 2 pasal 3.1.2 adalah beton yang dalam

keadaan kering pada suhu 105 ۨ◌C memiliki kepadatan/density lebih dari 2000 kg/3

dan tidak melebihi dari 2800 Kg/m3.

Berat jenis beton normal untuk :

• Reinforced concrete/beton bertulang ρ = 2400 kg/m3

• Prestressing concrete/beton prategang ρ = 2500 kg/m3.

3.1.2 Kekuatan Tarik dan Tekan Beton

3.1.2.1 Kekuatan Tarik Beton(Tensile Strength Concrete)

Nilai actual kekuatan tarik beton dapat dirumuskan sebagai berikut :

fctn = 0.30*fck2/3

fctk0.05 = 0.7 fctm

fctk0.95= 1.3 fctm

Di mana fctm = nilai kekuatan tarik beton

fctm0.05 = nilai terendah kekuatan tarik beton(5%-keretakan)

fctm0.05 = nilai tertinggi kekuatan tarik beton(95 % keretakan)

(47)

3.1.2.2 Kekuatan Tekan Beton(Compressive Strenght Concrete)

Nilai karakteristik kekuatan tekan beton dapat digambarkan dengan kekuatan

tekan silinder beton,fck maupun kubus beton,fck,cube.Nilai kekuatan tekan beton ini

tergantung dari ukuran diameter dan tinggi untuk silinder beton dan ukuran sisi untuk

kubus beton.Tetapi,untuk Eurocode 2 yang dibahas adalah silinder beton.

Kelas kekuatan beton yang lebih rendah dari C12/15(maksudnya d=12 dan t=

15) dan lebih tinggi dari C50/60 tidak dapat digunakan baik untuk beton normal/

reinforced concrete maupun beton prategang/prestressed concrete.

Nilai kekuatan tekan maupun kekuatan tarik beton berdasarkan kelas silinder

[image:47.595.110.543.378.544.2]

dapat dilihat dari tabel 3.1 Eurocode 2.Nilainya tertera seperti tabel di bawah ini :

Tabel 3.1 Nilai Kekuatan Tekan dan Tarik Kelas Silinder Berdasarkan Eurocode 2

Kelas kekuatan beton C 12/15 C 16/20 C 20/25 C 25/30 C 30/37 C 35/45 C 40/50 C 45/55 C 50/60

fck 12 16 20 25 30 35 40 45 50

fctm 1.6 1.9 2.2 2.6 2.9 3.2 3.5 3.8 4.1

fctk0.05 1.1 1.3 1.5 1.8 2.0 2.2 2.5 2.7 2.9

fctk0.95 2.0 2.5 2.9 3.3 3.8 4.2 4.6 4.9 5.3

Sumber Eurocode 2

3.1.3 Modulus Elastisitas Beton

Modulus elastisitas beton berdasarkan Eurocode 2 dapat dirumuskan :

Ecm = 9.5(fck + 8)1/3

(48)

Nilai modulus elastisitas tergantung dari kelas kekuatan silinder beton.Maka

tabel 3.2 Eurocode 2 memberikan nilai modulus elastisitas berdasarkan kelas silinder

[image:48.595.111.539.195.275.2]

beton.Hal ini dapat dilihat di bawah ini:

Tabel 3.2 Nilai Modulus Elastisitas Beton Berdasarkan Eurocode 2

Kelas kekuatn

beton C 12/15 C 16/20 C 20/25 C 25/30 C 30/37 C 35/45 C 40/50 C 45/55 C 50/60

E cm 26 27.5 29 30.5 32 33.5 35 36 37

Sumber .Eurocode 2

Nilai poisson’s ratio beton menurut Eurocode 2 dapat diambil = 0.2

Koefisien thermal dari beton adalah 10*10-6/ ۨ◌c

3.2. Baja Prategang

3.2.1 Klasifikasi Baja Prategang

Menurut tingkat relaksasinya baja prateganag dapat dibagi 3 yaitu :

• Kelas 1 untuk kawat(wires) dan untuaian kawat(strands) relaksasi tinggi

• Kelas 2 untuk kawat(wires) dan untuaian kawat(strands) relaksasi rendah

• Kelas 3 untuk batang

3.2.2 Modulus Elastisitas

• Nilai efektif untuk wire dan bars( batang) adalah 200 kN/mm2 tetapi nilai

aktualnya memiliki range dari 195-205 kN/mm2.

• Nilai efektif untuk strands adalah 195 kN/mm2 tetapi nilai aktualnya memiliki

(49)

3.2.3 Relaksasi pad

Relaksasi pada

sampai dengan 20 ۨ◌C

prategang dihitung se

[image:49.595.125.517.446.679.2]

waktu sampai dengan 10

Tabel 3.3 Hubungan

Waktu (dalam jam

Persentase kehi

relaksasi setelah 1000 j

Relaksasi pada

relaksasi ynag lebih

yang terlihat :

Sumber.Euroc

ada Baja Prategang

pada baja prategang dipengaruhi oleh tempera

C. Untuk perhitungan desain,kehilangan aki

ung setelah 1000 jam.Hubungan antara kehilanga

an 1000 jam dapat ditabelkan sebagai berikut :

an antara kehilangan relaksasi dan waktu sampa

am) 1 5 20 100 200

ehilangan

h 1000 jam

15 25 35 55 65

pada temperature struktur di atas 20 ۨ◌C akan men

bih tinggi.hal ini dapat dilihat dari grafik 4.8

urocode 2

perature dari struktur

akibat relaksasi baja

gan relaksasi dengan

pai dengan 1000 jam

200 500 1000

65 85 100

engalami kehilangan

(50)

Dari grafik Eurocode 2 tersebut,terlihat bahwa kawat tunggal(wires)

mengalami relaksasi yang lebih besar,kemudian diikuti oleh batang tulangan(bars)

dan kemudian yang paling rendah tingkat relaksasinya adalah kawat/strands.Karena

alasan tingkat relaksasi yang paling rendah,kawat strands lebih banyak dipakai dalam

sistem prategang karena kehilangan relaksasinya lebih kecil.

3.3 Perencanaan Gaya Prategang(P)

Menurut Eurocode 2 nilai rata-rata gaya prategang(prestressing force) yaitu :

Untuk Sistem Pratarik

./, = .1 − . − .

Untuk Sistem Pascatarik

./, = .1 − . − . − . 2 − .3 4

Di mana:

P m,t = Nilai rata-rata gaya prategang yaitu nilai gaya prategang setelah di-

kurangi seluruh kehilangan gaya prategang.

Po = Nilai gaya prategang awal pada saat penarikan tendon.

∆Pu(x) = Kehilangan gaya prategang akibat friksi antara tendon dan angkur.

∆Psl = Kehilangan gaya prategang akibat slip pada angkur

∆Pc = Kehilangan gaya prategang akibat perpendekan elastis beton pada

saat transfer.

∆Pt(t) = Kehilangan gaya prategang akibat rangkak dan susut pada beton

(51)

3.3.1 Gaya Prategang Awal(Pi)

Gaya prategang awal adalah gaya prategang yang yang diberikan pada saat

dilakukan penarikan tendon baik pada sistem pratarik dan sistem pascatarik.Gaya

prategang awal ini dihitung.Gaya prategang awal ini bekerja pada saat transfer bukan

pada masa layan(servis).Sehingga tegangan yang terjadi pada saat penarikan adalah

tegangan akibat gaya prategang awal dan beban mati.Besarnya gaya prategang awal

ini sangat mempengaruhi tegangan yang terjadi pada saat transfer gaya prategang.

3.3.2 Gaya Prategang Akhir(Pe)

Gaya prategang akhir adalah gaya prategang awal setelah dikurangi seluruh

kehilangan tegangan baik akibat friksi,slip pada angkur,perpendekan elastis

beton,maupun relaksasi pada baja ataupun beton.Gaya prategang akhir atau gaya

prategang efektif ini merupakan gaya prategang yang bekerja sepanjang struktur itu

tetap ada.Sehingga gaya prategang akhir sangat mempengaruhi tegangan yang terjadi

pada masa servis(layan).Untuk sistem pratarik(pretension member) gaya prategang

efektif biasanya 0.7589 − 0.80 89 atau sebesar 75-80% Gaya Prategang

awal(Po).Sedangkan untuk sistem pascatarik(posttension member) gaya prategang

efektif antara 0.80 − 0.8589 atau sebesar 80-80% Gaya prategang awal(Po).

3.4 Kehilangan Gaya Prategang(Losses Prestressing Force)

Kehilangan gaya prategang menurut Eurocode 2 dapat dituliskan yaitu:

1. Kehilangan Seketika,

Kehilangan setika secara umum disebabkan oleh kondisi beton dari keadaan

basah menjadi kering,gesekan antara selongsong dengan tendon pada struktur

(52)

seketika terjadi pada saat dimulainya penarikan tendon sampai saat terjadinya

transfer gaya prategang.

2. Kehilangan Tergantung Waktu.

Kehilangan tegangan tergantung waktu diakibatkan oleh proses penuaan

beton selama dalam pemakaian,kehilangan ini berupa susut(shrinkage) dan

rangkak(creep) pada beton dan relaksasi pada baja.Kehilangan tergantung

waktu ini terjadi pada saat beton dalam kondisi servis atau layan.

Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa kehilangan pada struktur pratarik

adalah akibat perpendekan elastisitas beton,akibat susut,rangkak dan relaksasi pada

baja prategang.Untuk tugas akhir ini,menggunakan struktur prategang

pratarik.Jadi,yang akan dibahas adalah kehilangan pada struktur prategang pratarik

saja.

3.4.1 Kehilangan Seketika

3.4.1.1 Akibat Perpendekan Elastisitas Beton

Perpendekan elastis beton ini terjadi karena proses pengeringan beton

sehingga adanya pengurangan volume beton walaupun dalam jumlah kecil.Akibatnya

apabila berkurangnya volume beton,maka otomatis gaya prategang juga akan

berkurang.Secara umum,kehilangan prategang akibat perpendekan elastis beton

dapat dituliskan :

; =

= <.=;<..#

Di mana: n = angka rasio modular pada saat transfer,dengan harga

n =

>?

>@

Pi = gaya prategang awal.

(53)

Ac = luas penampang beton.

Es,Ec = modulus elastistisitas baja dan modulus elastisitas beton.

3.4.2 Kehilangan Tergantung Waktu 3.4.2.1 Akibat Rangkak Pada Beton

Rangkak merupakan kehilangan pada beton prategang yang tergantung

waktu.Rangkak terjadi akibat beban yang terus menerus bekerja pada beton.Rangkak

dapat meningkat seiring bertambahnya usia beton.Koefisien rangkak dapat dituliskan

φ(t,to) atau bisa juga dituliskan koefisien rangkak φ(∞,to),.

Rangkak juga dipengaruhi oleh keadaan/kondisi kelembaban relative sekitar

pada struktur .Temperature rata-rata beton untuk menentukan koefisien rangkak

berdasarkan Eurocode 2 adalah antara 10 ۨ◌C dan 20 ۨ◌C.Dan dengan nilai kelembaban

relative(RH) antara RH = 20% sampai RH= 100%.

[image:53.595.111.545.489.747.2]

Koefisien rangkak pada beton berdasarkan Eurocode 2 dapat ditabelkan :

Tabel 3.4 Koefisien rangkak φ(∞,to) untuk beton berbobot normal

Umur

Pembebanan

t0(hari)

Ukuran perbandingan ho(2Ac/U)

50 150 600 50 150 600

Kelembaban relative(RH= 50%) (Inside)

Kelembaban relative(RH= 80%) (Outside)

1 5.5 4.6 3.7 3.6 3.2 2.9

7 3.9 3.1 2.6 2.6 2.3 2.0

28 3.0 2.5 2.0 1.9 1.7 1.5

90 2.4 2.0 1.6 1.5 1.4 1.2

(54)

Di mana h0 = 2Ac/U

Ac = luas penampang beton

U = keliling penampang beton

3.4.2.2 Kehilangan Akibat Susut Pada Beton

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya di bab II,bahwa susut merupakan

berkurangnya volume penampang beton akibat pengeringan beton yang tergantung

pada waktu.Berkurangnya volume beton tentunya

Gambar

Gambar 2.2 Metode Pemberian Pratarik(Pretension) (Sumber : Desain Beton Prategang.Lin,T.Y)
grafik berikut.
Gambar 2.6 K 2.6 Kurva susut-terhadap waktu(umur beton)
Gambar 2.9 Bentuk Kawat Batangan(Bars).(1).Bars Ulir.(2).Bars Polos
+7

Referensi

Dokumen terkait

Data Identitas Responden Kelompok Tani Limao Kahade III di Desa Terentang III Tahun 2017... Data Identitas Responden Kelompok Tani Kerunse di Desa Terentang III

12 Pada umumnya, Numbered Heads Together (NHT) digunakan untuk melibatkan peserta didik dalam penguatan pemahaman

PPK yang menerbitkan SPD, pegawai yang melakukan perjalanan dinas, para pejabat yang mengesahkan tanggal berangkat / tiba, serta bendahara pengeluaran bertanggung jawab

Institut Pertanian Bogor Optimasi Teknologi Ekstraksi dengan Tekanan Tinggi. untuk Bahan Herbal

Sebagaimanadimaklumibersamabahwa para pelaksana Penelitian Unggulan Strategis Nasional, Penelitian Strategis Nasional, Penelitian Hibah Kompetensi, Penelitian Kerjasama

yang berkondisi baik % 50 5 Program Peningkatan Sarana Prasarana Kebinamargaan 6 % penduduk berakses sanitasi % 61,30 6 Program Penelitian Pengembangan Data dan Sistem Informasi 7

The overall objective of this research is to improve conservation management practice of cultural heritage places. The specific objectives are to gather data then analyse

Pemerintah Kabupaten Probolinggo, maka Rencana Strategis Badan Ketahanan Pangan Dan. Pelaksana Penyuluhan Pertanian Kabupaten Probolinggo ini juga menjadi