PENENTUAN UMUR BERCAK DARAH MANUSIA
BERDASARKAN PERUBAHAN WARNA
TESIS
DESSY DARMAYANI HARIANJA
077113001/IKF
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS
DEPARTEMEN KEDOKTERAN FORENSIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENENTUAN UMUR BERCAK DARAH MANUSIA
BERDASARKAN PERUBAHAN WARNA
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Spesialis dalam Program Pendidikan Dokter Spesialis Kedokteran Forensik pada Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara
Oleh
DESSY DARMAYANI HARIANJA
077113001
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PENENTUAN UMUR BERCAK DARAH MANUSIA
BERDASARKAN PERUBAHAN WARNA
T E S I S
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah dIajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah dituliskan atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis mengacu dalam naskah ini dan disebutkan didalam daftar pustaka.
Hormat saya,
Penulis
UCAPAN TERIMAKASIH
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kedokteran Forensik pada umumnya dan khususnya dalam penyusunan tesis ini, yaitu :
1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, dan Ketua TKP PPDS I Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kepada saya kesempatan untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kedokteran Forensik di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2. dr. H.Mistar Ritonga, SpF, selaku Ketua Program Studi PPDS-I Kedokteran Forensik FK USU, guru dan pembimbing penulis dalam penyusunan tesis ini, yang dengan penuh kesabaran dan ketelitian membimbing, mengoreksi, dan memberi masukan-masukan berharga kepada penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan.
3. dr. H. Guntur Bumi Nasution, SpF , selaku Ketua Departemen Kedokteran Forensik FK USU dan guru penulis, yang banyak memberikan masukan-masukan berharga kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
4. Prof.dr. H. Amri Amir, SpF(K), DFM, SH, SpAk, selaku guru penulis, yang banyak memberikan semangat dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
5. Prof.dr. H. Amar Singh, SpF(K), DFM, selaku guru penulis, yang banyak memberikan semangat dan dorongan kepada penulis selama mengikuti pendidikan spesialisasi.
6. dr.Rita Mawarni, SpF, selaku guru, yang banyak membagikan ilmu, bimbingan dan nasehat kepada penulis selama mengikuti pendidikan spesialisasi.
7. dr. Surjit Singh, SpF, DFM selaku guru, yang banyak memberikan bimbingan, pengetahuan dan dorongan kepada penulis selama mengikuti pendidikan spesialisasi.
8. dr. Alfred C Satyo, SpF(K) selaku guru penulis, yang banyak membagikan pengetahuan dan bimbingan kepada penulis selama mengikuti pendidikan spesialisasi.
kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk belajar dan bekerja selama penulis mengikuti Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kedokteran Forensik.
10. Rekan-rekan sejawat peserta PPDS-I Kedokteran Forensik FK USU: dr.Ismurrizal, dr.Agustinus Sitepu, dr.Abdul Karim Lubis, dr. Netty Herawati, dr.Jims Ferdinan, dr.Rosmawaty, yang banyak memberikan masukan berharga kepada penulis melalui diskusi-diskusi kritis dalam berbagai pertemuan formal maupun informal, serta selalu memberikan dorongan-dorongan yang membangkitkan semangat kepada penulis menyelesaikan Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kedokteran Forensik.
11. Para pegawai di berbagai tempat dimana penulis pernah bertugas selama menjalani pendidikan spesialisasi ini, serta berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah banyak membantu penulis dalam menjalani Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kedokteran Forensik.
12. Kedua orang tua yang sangat penulis hormati dan sayangi S. Harianja (Alm) dan ibunda Asni Simatupang yang telah bersusah payah membesarkan, memberikan rasa aman, cinta dan doa restu kepada penulis sejak lahir hingga saat ini, dalam menjalani segala hal.
13. Mertua, Bapak St. D.Purba, yang banyak memberikan semangat dan doa kepada penulis selama menjalani Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kedokteran Forensik.
14. Akhirnya kepada suami tercinta, Josua Purba,ST, dan putri-putri tersayang, Joysi Maria Katlya Purba, Divania Trecya Anjelina Purba terima kasih atas segala doa dan dukungan, kesabaran dan pengertian yang mendalam serta pengorbanan atas segala waktu dan kesempatan yang tidak dapat penulis habiskan bersama-sama dalam suka cita dan keriangan selama penulis menjalani pendidikan spesialisasi dan menyelesaikan tesis ini. Tanpa semua itu, penulis tidak akan mampu menyelesaikan pendidikan Dokter Spesialis dan tesis ini dengan baik.
Akhir kata, Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih memberkati kita semua.
Penulis
ABSTRAK
Latar Belakang : Pada kebanyakan kasus kejahatan dengan kekerasan fisik, seperti pembunuhan, penganiayaan, perkosaan, dan lain-lain, mungkin ditemukan darah, cairan mani, air liur, urin, rambut dan jaringan tubuh lain di tempat kejadian perkara (TKP). Untuk menentukan waktu terjadinya suatu peristiwa kekerasan fisik yang mengakibatkan korban terluka dan meninggalkan bercak-bercak darah yang ditemukan di tempat kejadian perkara (TKP), dimana tidak ada saksi yang menyaksikan peristiwa tersebut diperlukan pengamatan dan tehnik yang cermat dan tepat. Penelitian mengenai perubahan warna bercak darah pernah dilakukan oleh Shahrom Wahid dan James H Stuart.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan menentukan umur bercak darah yang ditemukan di Tempat Kejadian Perkara (TKP) berdasarkan perubahan warna yang terjadi.
Metode : Dilakukan terhadap 50 orang subjek laki-laki dan perempuan, dengan jumlah Hb Laki-laki 13-15 g/dl, Hb perempuan 12-14 g/dl, dan tidak memiliki riwayat penyakit kelainan darah. Dengan menggunakan metode penelitian sekat
lintang (cross sectional) deskriptif, dan menggunakan alat pembanding warna
berupa kartu warna (Natural Color System = NCS) yang dikeluarkan oleh
Scandinavian Colour Institute (SCI) of Stockholm, Sweden, dapat ditentukan umur bercak darah manusia berdasarkan perubahan warna yang terjadi.
ABSTRAC
Background: Most criminal cases with physical abuse such as murder, torturing, raping and so on may be found blood, sperm, saliva, urine, hair or others anatomic tissue in crime scene. To identify the time of physical abuse that resulting injured victim and leave blood spots that can be found in crime scene, where there’s no eye witness that seen the incident need observations and accurate and proper method. Observation regarding the changing color of the blood spots have ever been done by Shahrom Wahid and James H. Stuart.
Objective: This observation is objected to identify the age of blood spots that found in crime scene based on blood changing color.
Method : This observations are conducted towards 50 men and women with Hb count up for men is 13-15 g/dl and for women 12-14 g/dl and with no blood aberration (disorder) history. By using descriptive cross sectional observation method and using color equivalent equipment in sort of color card (Natural Color System = NCS) issued by Scandinavian Color Institute (SCI) of Stockholm, Sweden, can identify age of human blood spots based on changing color.
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Distribusi sampel penelitian menurut umur…..….……..…...23
Tabel 2 Distribusi Sampel Penelitian Menurut Jenis Kelamin ...…24
Tabel 3 Distribusi Sampel Penelitian Menurut Status Perkawinan ……..25
Tabel 4 Distribusi Sampel Penelitian Menurut Jumlah Hb ………25
Tabel 5 Warna Bercak Darah pada Jam ke‐1.………..……..26
Tabel 6 Warna Bercak Darah pada Jam ke‐2.………..……..2
Tabel 7 Warna Bercak Darah pada Jam ke‐3.………..……..28
Tabel 8 Warna Bercak Darah pada Jam ke‐4.………..……..28
Tabel 9 Warna Bercak Darah pada Jam ke‐5.………..……..29
Tabel 10 Warna Bercak Darah pada Jam ke‐6.………..……..30
Tabel 11 Warna Bercak Darah pada Jam ke‐7.………..……..30
Tabel 12 Warna Bercak Darah pada Jam ke‐8..………..………..31
Tabel 13 Warna Bercak Darah pada Jam ke‐9..………..………..32
Tabel 14 Warna Bercak Darah pada Jam ke‐10………..……..32
Tabel 15 Warna Bercak Darah pada Jam ke‐12………..……..33
Tabel 16 Warna Bercak Darah pada Jam ke‐24………..……..34
Tabel 17 Warna Bercak Darah pada Jam ke‐48………..……..34
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan Tesis ... ii
Ucapan Terima Kasih ... vi
Abstrak ... xii
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembentukan sel darah ……… 5
2.2. Eritrosit ………. 10
2.3. Hemoglobin….. ……….. 13
2.4 Pemberi warna merah pada darah……….. 16
2.5 Kerangka Konsep ……….. 16
BAB 3. KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian……… 17
3.2. Defenisi Operasional……….. 17
BAB 4. METODE PENELITIAN 4.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ………19
4.1.1 Populasi ……….. 19
4.1.3 Perkiraan Besar Sampel……… 19
4.1.4 Tehnik Pengambilan Sampel……….19
4.1.5. Kriteria Inklusi ... 20
4.1.6 Kriteria Eksklusi ... 20
4.2 Variabel Penelitian……… 20
4.3 Alat dan Bahan Penelitian 4.3.1 Alat ……….. 20
4.4.2 Bahan………..……… 21
4.4 Waktu dan Tempat Penelitian 4.4.1 Waktu Penelitian ………... ………….……….. 21
4.4.2 Tempat Penelitian………... 21
4.5 Cara Kerja ………..……… 21
4.6 Pengolahan dan Analisa Data ………….……… 22
BAB 5. HASIL PENELITIAN DAN pEMBAHASAN ... 23
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 40
REFERENSI ... 41
RIWAYAT HIDUP PENELITI... 50
ABSTRAK
Latar Belakang : Pada kebanyakan kasus kejahatan dengan kekerasan fisik, seperti pembunuhan, penganiayaan, perkosaan, dan lain-lain, mungkin ditemukan darah, cairan mani, air liur, urin, rambut dan jaringan tubuh lain di tempat kejadian perkara (TKP). Untuk menentukan waktu terjadinya suatu peristiwa kekerasan fisik yang mengakibatkan korban terluka dan meninggalkan bercak-bercak darah yang ditemukan di tempat kejadian perkara (TKP), dimana tidak ada saksi yang menyaksikan peristiwa tersebut diperlukan pengamatan dan tehnik yang cermat dan tepat. Penelitian mengenai perubahan warna bercak darah pernah dilakukan oleh Shahrom Wahid dan James H Stuart.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan menentukan umur bercak darah yang ditemukan di Tempat Kejadian Perkara (TKP) berdasarkan perubahan warna yang terjadi.
Metode : Dilakukan terhadap 50 orang subjek laki-laki dan perempuan, dengan jumlah Hb Laki-laki 13-15 g/dl, Hb perempuan 12-14 g/dl, dan tidak memiliki riwayat penyakit kelainan darah. Dengan menggunakan metode penelitian sekat
lintang (cross sectional) deskriptif, dan menggunakan alat pembanding warna
berupa kartu warna (Natural Color System = NCS) yang dikeluarkan oleh
Scandinavian Colour Institute (SCI) of Stockholm, Sweden, dapat ditentukan umur bercak darah manusia berdasarkan perubahan warna yang terjadi.
ABSTRAC
Background: Most criminal cases with physical abuse such as murder, torturing, raping and so on may be found blood, sperm, saliva, urine, hair or others anatomic tissue in crime scene. To identify the time of physical abuse that resulting injured victim and leave blood spots that can be found in crime scene, where there’s no eye witness that seen the incident need observations and accurate and proper method. Observation regarding the changing color of the blood spots have ever been done by Shahrom Wahid and James H. Stuart.
Objective: This observation is objected to identify the age of blood spots that found in crime scene based on blood changing color.
Method : This observations are conducted towards 50 men and women with Hb count up for men is 13-15 g/dl and for women 12-14 g/dl and with no blood aberration (disorder) history. By using descriptive cross sectional observation method and using color equivalent equipment in sort of color card (Natural Color System = NCS) issued by Scandinavian Color Institute (SCI) of Stockholm, Sweden, can identify age of human blood spots based on changing color.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Dari jaman dahulu orang telah memikirkan bagaimana mendapatkan cara
untuk menegakkan keadilan dengan berbagai cara. Dan pada masa sekarang
dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi orang mendapatkan
pembuktian secara ilmiah yang disebut dengan saksi diam (silent witness). Disini
diperlukan peran ahli untuk memeriksa barang bukti (corpus delicti) secara ilmiah
sehingga barang bukti tersebut dapat bercerita tentang apa yang terjadi.1
Pada kebanyakan kasus kejahatan dengan kekerasan fisik, seperti pembunuhan, penganiayaan, perkosaan, dan lain-lain, mungkin ditemukan darah, cairan mani, air liur, urin, rambut dan jaringan tubuh lain di tempat kejadian perkara (TKP). Bahan-bahan tersebut mungkin berasal dari korban atau pelaku kejahatan atau dari keduanya, dan dapat digunakan untuk membantu
mengungkapkan peristiwa kejahatan tersebut secara ilmiah. Bahan-bahan sepeti
ini umumnya dijumpai dalam jumlah yang sangat sedikit, tetapi semakin cermat
dan terampil seorang ahli, semakin banyaklah yang dapat diungkapkan.3
Diantara berbagai cairan tubuh, darah merupakan yang paling penting
karena merupakan cairan biologik dengan sifat-sifat potensial lebih spesifik untuk
golongan manusia tertentu. Tujuan utama pemeriksaan darah forensik sebenarnya
adalah untuk membantu identifikasi pemilik darah tersebut, dengan
membandingkan bercak darah yang ditemukan di TKP pada obyek-obyek tertentu
(lantai, meja, kursi, karpet, senjata dan sebagainya), manusia dan pakaiannya
dengan darah korban atau darah tersangka pelaku kejahatan.4
Penelitian mengenai perubahan warna bercak darah pernah diteliti oleh
Shahrom menemukan bahwa sifat darah ada yang masih basah, telah beku atau
kering maupun telah berubah warna perlu diperiksa. Darah yang masih basah
menunjukkan perdarahan baru terjadi. Setitik darah yang membeku dan menjadi
kering dapat terjadi lebih kurang dalam waktu setengah hingga satu jam pada
cuaca biasa di Malaysia. Darah yang kering pada pakaian yang terkena noda
menjadikan pakaian itu keras. Apabila dilipat, beberapa serpihan darah kering
kelihatan gugur dari pakain. Darah kering masih berwarna merah dalam masa
lebih kurang 12 jam, bertukar menjadi warna coklat pekat dalam masa lebih
kurang 24 jam, dan menjadi hitam dalam masa beberapa hari hingga beberapa
tahun. Pertukaran warna terjadi karena pertukaran hemoglobin bertukar menjadi
methemoglobin dan hematin mengikuti masa. Dokter hanya boleh memberi
pendapat sama ada kesan darah itu sangat baru (jika masih basah), masih baru
(jika kering berwarna merah) atau telah lama (jika kering berwarna hitam). Darah
yang kering berwarna hitam sukar untuk dikesan dengan mata pada pakaian
berwarna gelap. Walau bagaimanapun, dokter tidak perlu bimbang akan hal ini
karena ahli ilmu forensik mempunyai fungsi tersendiri untuk mempelajari bercak
darah serta sifat – sifatnya yang lain (seperti golongan darah, jenis hemoglobin,
penentuan jenis kelamin dari pada sempel darah dan sebagainya pada pakaian.5
Stuart H James yang tergabung dalam IABPA (International Association
of Bloodstain Pattern Analysists) pada tahun 1999 juga pernah melakukan
penelitian mengenai interpretasi warna bercak darah yang ditemukan di tempat
kejadian perkara di Amerika. Namun Stuart hanya meneliti warna bercak darah
pada saat bercak darah tidak mengalami perubahan lagi.6
Dari itu saya ingin melakukan penelitian mengenai umur bercak darah
manusia berdasarkan perubahan warnanya, sesuai dengan jam yang telah
ditentukan.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
Dapatkah umur bercak darah manusia ditentukan berdasarkan perubahan warna?
1.3. TUJUAN PENELITIAN 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk melihat apakah umur bercak darah manusia dapat ditentukan berdasarkan perubahan warna yang terjadi.
1.3.2. Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :
1. Mengetahui warna apa saja yang timbul pada bercak darah manusia sesuai
dengan jam yang telah ditentukan.
2. Membuat kartu standar perubahan warna bercak darah manusia yang dapat
dibawa ke TKP (Tempat Kejadian Perkara).
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :
1. Digunakan oleh para dokter di Indonesia, khususnya dikalangan dokter
2. Digunakan oleh para penyidik dan para ahli laboratorium forensik sebagai salah satu bahan masukan dalam menentukan waktu terjadinya suatu peristiwa kekerasan fisik yang mengakibatkan korban terluka dan meninggalkan bercak-bercak darah yang ditemukan di tempat kejadian perkara (TKP).
3. Digunakan sebagai rujukan pada penelitian berikutnya.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Darah merupakan komponen esensial mahluk hidup, mulai dari binatang primitif sampai manusia. Dalam keadaan fisiologik, darah selalu berada dalam pembuluh darah sehingga dapat menjalankan fungsinya sebagai pembawa oksigen, mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi, dan mekanisme
hemostasis.7
Pembentukan sel darah (Hemopoesis/Hematopoiesis)
Hemopoesis atau hematopoiesis ialah proses pembentukan darah. Tempat
hemopoesis pada manusia berpindah-pindah sesuai dengan umur :
a) Janin : umur 0-2 bulan (kantung kuning telur)
umur 2-7 bulan (hati, limpa)
umur 5-9 bulan (sumsum tulang)
b) Bayi : Sumsum tulang
c) Dewasa. : vertebra, tulang iga, sternum, tulang tengkorak, sacrum
dan pelvis, ujung proksimal femur.8
Pada orang dewasa dalam keadaan fisiologik semua hemopoesis terjadi pada sumsum tulang. Untuk kelangsungan hemopoesis diperlukan :
1. Sel induk hemopoetik (hematopoietic stem cell)
Sel induk hemopoetik ialah sel-sel yang akan berkembang menjadi sel-sel darah, termasuk eritrosit, lekosit, trombosit, dan juga beberapa sel dalam sumsum tulang seperti fibroblast. Sel induk yang paling primitif sebagai
pluripotent (totipotent) stem cell.
a. Self renewal : kemampuan memperbarui diri sendiri sehingga tidak akan pernah habis meskipun terus membelah;
b. Proliferative : kemampuan membelah atau memperbanyak diri;
c. Diferensiatif : kemampuan untuk mematangkan diri menjadi sel-sel
dengan fungsi-fungsi tertentu.9
Menurut sifat kemampuan diferensiasinya maka sel induk hemopoetik dapat dibagi menjadi :
a. Pluripotent (totipotent)stem cell : sel induk yang mempunyai yang mempunyai kemampuan untuk menurunkan seluruh jenis sel-sel darah.
b. Committeed stem cell : sel induk yang mempunyai komitmet untuk
berdiferensiasi melalui salah satu garis turunan sel (cell line). Sel
induk yang termasuk golongan ini ialah sel induk myeloid dan sel induk limfoid.
c. Oligopotent stem cell : sel induk yang dapat berdiferensiasi
menjadi hanya beberapa jenis sel. Misalnya CFU-GM (colony
forming unit-granulocytelmonocyte) yang dapat berkembang hanya menjadi sel-sel granulosit dan sel-sel monosit.
d. Unipotent stem cell : sel induk yang hanya mampu berkembang
menjadi satu jenis sel saja. Contoh CFU-E (colony forming
unit-erythrocyte) hanya dapat menjadi eritrosit, CFU-G (colony forming unit-granulocyte) hanya mampu berkembang menjadi granulosit.
2. Lingkungan mikro (microenvirontment) sumsum tulang
a) Mikrosirkulasi dalam sumsum tulang
b) Sel-sel stroma :
i. Sel endotel
ii. Sel lemak
iii. Fibroblast
iv. Makrofag
v. Sel reticulum
c) Matriks ekstraseluler : fibronektin, haemonektin, laminin, kolagen,
Gbr 1. Fisiologi dan Patologi Haemopoesis (Haematology at a Glance, oleh Victor Hoffbrand,
Lingkungn mikro sangat penting dalam hemopoesis karena berfungsi untuk :
a. Menyediakan nutrisi dan bahan hemopoesis yang dibawa oleh
peredaran darah mikro dalam sumsum tulang.
b. Komunikasi antar sel (cell to cell communication), terutama
ditentukan oleh adanya adhesion molecule.
c. Menghasilkan zat yang mengatur hemopoesis : hematopoietic
growth factor, cytokine, dan lain-lain.
3. Bahan-bahan pembentuk darah
Bahan-bahan yang diperlukan untuk pembentukan darah adalah :
1. Asam folat dan vitamin B12 : merupakan bahan pokok pembentuk inti
sel.
2. Besi : sangat diperlukan dalam pembentukan hemoglobin.
3. Cobalt, magnesium, Cu, Zn.
4. Asam amino.
5. Vitamin lain : vitamin C. vitamin B kompleks dan lain-lain10
4. Mekanisme regulasi
Mekanisme regulasi sangat penting untuk mengatur arah dan kuantitas pertumbuhan sel dan pelepasan sel darah yang matang dari sumsum tulang ke darah tepi sehingga sumsum tulang dapat merespon kebutuhan tubuh dengan tepat. Produksi komponen darah yang berlebihan ataupun kekurangan (defisiensi) sama-sama menimbulkan penyakit. Zat-zat yang berpengaruh dalam mekanisme regulasi ini adalah :
i. Granulocyte-macrophage colony stimulating factor (GM-CSF)
ii. Granulocyte colony stimulating factor (G-CSF)
iii. Macrophage-colony stimulating factor (M-CSF)
iv. Thrombopoietin
v. Burst promoting activity (BPA)
vi. Stem cell factor (kit ligand)
b. Sitokon (Cytokine) seperti misalnya IL-3 (interleukin-3), IL-4, IL-5, IL-7,
IL-8, IL-9, IL-9, IL-10.
Growth factor dan sitokin sebagian besar dibentuk oleh sel-sel darah sendiri, seperti limfosit, monosit, atau makrofag, serta sebagian oleh sel-sel penunjang, seperti fibroblast dan endotil. Sitokin ada yang merangsang
pertumbuhan sel induk (stimulatory cytokine), sebagian lagi menekan
pertumbuhan sel induk (inhibitory cytokine). Keseimbangan kedua jenis
sitokin ini sangat menentukan proses hemopoesis normal.
c. Hormon hemopoetik spesifik yaitu Erythrpoietin : merupakan hormon
yang dibentuk diginjal khusus merangsang precursor eritroid.
d. Hormon nonspesifik
Beberapa jenis hormone diperlukan dalam jumlah kecil untuk hemopoesis, seperti :
i. Androgen : berfungsi menstimulasi eritropoesis.
ii. Estrogen : menimbulkan inhibisi eritropoesis.
iii. Glukokortikoid.
iv. Growth hormon
Dalam regulasi hemopoesis normal terdapat feed back mechanism : suatu mekanisme umpan balik yang dapat merangsang hemopoesisjika
tubuh kekurangan komponen darah (positive loop) atau menekan
hemapoesis jika tubuh kelebihan komponen darah tertentu (negative
loop).11
Gbr 2. Diagram tabung yang berisi darah dengan plasma darah
(A Beginner’s Guide to Blood Cells, oleh Barbara J Bain, 2nd Edition, by
Blackwell Publishing Ltd, 2004, halaman 2)
ERITROSIT
fleksibel dengan kemampuan menghasilkan energy sebagai adenosin trifosfat (ATP) melalui jalur glikolisis anaerob (Embden-meyerhof) dan menghasilkan kekuatan pereduksi sebagai NADH melalui jalur ini serta sebagai nikotinamida adenine dinukleotida fosfat tereduksi (NADPH) melalui jalur pintas heksosa
monofosfat.12
Gbr.3 gambar eritrosit normal
(A Beginner’s Guide to Blood Cells, oleh Barbara J Bain, 2nd Edition, by
Blackwell Publishing Ltd, 2004, halaman 3)
Eritropoiesis
Pembentukan eritrosit (eritropoiesis) merupakan suatu mekanisme umpan balik. Ia dihambat oleh peningkatan kadar eritrosir bersirkulasi dan dirangsang oleh anemia. Ia juga dirangsang oleh hipoksia dan peningkan aklimatisasi ke tempat tinggi. Eritropoiesis dikendalikan oleh suatu hormon glikoprotein
bersirkulasi yang dinamai eritropoietin yang terutama disekresikan oleh ginjal.13
Setiap orang memproduksi sekitar 1012 eritrosit baru tiap hari melalui
menggumpal. Pronormoblas menyebabkan terbentuknya suatu rangkaian normoblas yang makin kecil melalui sejumlah pembelahan sel. Normoblas ini juga mengandung sejunlah hemoglobin yang makin banyak (yang berwarna merah muda) dalam sitoplasma, warna sitoplasma makin biru pucat sejalan dengan hilangnya RNA dan apparatus yang mensintesis protein, sedangkan kromatin inti menjadi makin padat. Inti akhirnya dikeluarkan dari normoblas lanjut didalam sumsum tulang dan menghasilkan stadium retikulosit yang masih mengandung
sedikit RNA ribosom dan masih mampu mensintesis hemoglobin.14
Gbr. 4. Gambar sel-sel darah dalam hematopoiesis (Colour Atlas of Hematology, Practical Microscopic and Clinical Diagnosis, oleh Harald
Theml,M.D.Professor,Newyork 2004, hal 2-3)
(normoblas) tampak dalam darah apabila eritropoiesis terjadi diluar sumsum tulang (eritropoiesis ekstramedular) dan juga terdapat pada beberapa penyakit sumsum tulang. Normoblas tidak ditemukan dalam darah tepi manusia yang
normal.15
Membran Eritrosit
Membran eritrosit terdiri atas lipid dua lapis (lipid bilayer), protein
membran integral, dan suatu rangka membrane. Sekitar 50% membran adalah protein, 40% lemak, dan 10 % karbohidrat. Karbohidrat hanya terdapat pada permukaan luar sedangkan protein dapat diperifer atau integral, menembus lipid
dua lapis.15
HEMOGLOBIN
Pigmen merah pembawa oksigen didalam eritrosit vertebrata merupakan hemoglobin, suatu protein dengan berat molekul 64.450. Hemoglobin suatu molekul globin yang dibentuk 4 subunit. Tiap subunit mengandung suatu gugus hem yang dikonjugasi ke suatu poplipeptida. Hem merupakan turunan porfirin yang mengandung besi. Polipeptida dinamai secara bersama-sama sebagai bagian globin dari molekul hemoglobin. Ada 2 pasangan polipeptida dalam tiap molekul hemoglobin, 2 subunit mengandung satu jenis polipeptida dan 2 mengandung lainnya. Pada hemoglobin manusia dewasa normal (hemoglobin A), 2 jenis
polipeptida dinamai rantai α, masing-masingnya mengandung 141 gugusan asam
amino dan rantai β, yang masing-masingnya mengandung 146 gugusan asam
amino. Sehingga hemoglobin A dinamai α2β2. Tidak semua hemoglobin dalam
darah dewasa normal merupakan hemoglobin A. sekitar 2,5% hemoglobin
merupakan hemoglobin A2, tempat rantai β digantikan oleh δ (α2δ2). Rantai δ
juga mengandung 146 gugusan asam amino, tetapi 10 gugusan tersendiri berbeda
Ada sejumlah kecil dari rantai 3 turunan hemoglobin A yang berhubungan
erat dengan hemoglobin A yang diglikolisasi. Salah satu dari ini, hemoglobin A1c
(HbA1c), mempunyai suatu glukosa yang dilekatkan ke valin terminal dalam tiap
rantai β dan mempunyai minat khusus karena jumlah dalam darah meningkat
didalam diabetes mellitus terkontrol buruk.17
Hemoglobin mengikat O2 untuk membentuk oksihemoglobin, O2 yang
melekat ke Fe2+ didalam hem. Afinitas hemoglobin bagi O2 dipengaruhi oleh pH,
suhu, dan dan konsentrasi 2,3-difosfogliserat (2,3-DPG). 2,3-DPG dan H+
bersaing denganO2 dalam pengikatan ke hemoglobin di deoksigenasi, yang
menurunkan afinitas hemoglobin bagi O2 dengan memindahkan posisi 4 rantai
polipeptida (struktur kuatener).18
Bila darah terpapar ke berbagai obat dan zat pengoksidasi lain in vitro atau
in vivo, maka besi fero (Fe2+) dalam molekul diubah ke ion feri (Fe3+), yang
membentuk methemoglobin. Methemoglobin berwarna gelap dan bila ia ada didalam jumlah besar didalam sirkulasi, maka ia akan menyebabkan pewarnaan kulit berwarna kehitaman yang menyerupai sianosis. Normalnya timbul sejumlah oksidasi hemoglobin ke methemoglobin, tetapi system enzim didalam eritrosit, system NADH-methemoglobin reduktase, mengubah methemoglobin kembali ke
hemoglobin.19
Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin membentuk
karbonmonoksi hemoglobim (karboksihemoglobin). Afinitas hemoglobin bagi O2
jauh lebih rendah dibandingkan afinitasnya bagi karbon monoksida, yang
akibatnya menggeser O2 dari hemoglobin, yang mengurangi kapasitas darah
membawa oksigen.20
Sintesis Hemoglobin
Kandungan hemoglobin normal rata-rata 16 g/dl pada pria dan 14 g/dl pada wanita, yang semuanya terdapat dalam eritrosit. Didalam badan pria 70 kg ada sekitar 900 g hemoglobin serta 0,3 g hemoglobin dirusak dan 0,3 g disintesis setiap jam. Bagian hem dari molekul hemoglobin disintesis dari glisin dan
suksinil-KoA.21
Katabolisme Hemoglobin
Bila eritrosit tua dirusak di dalam system retikuloendotel, maka bagian globin molekul hemoglobin dipecah dan hem diubah ke biliverdin. Pada manusia, kebanyakan biliverdin diubah ke bilirubin dan diekskresikan ke dalam empedu. Besi dari hem digunakan kembali untuk sintesis hemoglobin; jika darah hilang dari badan dan defisiensi besi tidak dikoreksi, maka timbul anemia defisiensi
besi.22
Struktur 3-dimensi hemoglobin
oleh Victor Hoffbrand, edisi ke-2, London 2005, hal 11)
Pemberi warna merah pada darah
Protein heme berfungsi dalam pengikatan dan pengangkutan O2, serta
fotosintesis. Gugus prostetik heme merupakan senyawa tetrapirol siklik, yang
jejaring ekstensifnya terdiri atas ikatan rangkap terkonjugasi, yang menyerap cahaya pada ujung bawah spektrum visibel sehingga membuatnya berwarna merah gelap. Senyawa tetrapirol terdiri atas 4 molekul pirol yang dihubungkan
dalam cincin planar oleh 4 jembatan metilen-α. Substituen β menentukan bentuk
sebagai heme atau senyawa lain. Terdapat 1 atom besi fero (Fe2+) pada pusat
cincin planar, yang bila teroksidasi, akan menghancurkan aktivitas biologik.22
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka kerangka konsep dalam penelitian
ini adalah:
Perubahan
warna
‐
Jenis
Kelamin
‐
Hb
Umur
bercak
darah.
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian
3.2 DEFENISI OPERASIONAL
1. Bercak darah manusia adalah dua tetes darah yang diambil dari ujung
jari tengah, kemudian diteteskan diatas marmer berwarna putih ukuran
30x30 cm.
2. Umur bercak darah manusia adalah waktu yang dihitung sejak darah
diteteskan hingga terjadi perubahan warna. yang dinilai dalam satuan
3. Alat pembanding warna yang digunakan adalah kartu warna (Natural
Color System = NCS) yang dikeluarkan oleh Scandinavian Colour
Institute (SCI) of Stockholm, Sweden. Kartu ini pertama sekali di
terbitkan oleh A.S. Forsius dalam bukunya yang berjudul Physica pada
tahun 1611. Kartu ini kemudian disempurnakan oleh seorang ahli
Fisiologis Jerman yang bernama Ewald Hering. Kartu warna ini
berlaku secara internasional, dengan menggunakan kode-kode tertentu
untuk tiap warna.
4. Perubahan warna adalah perubahan pada bercak darah yang diamati
sesuai dengan jam yang telah ditentukan, kemudian dibandingkan
dengan kartu warna dan diberi kode-kode sesuai dengan kode yang
tertera pada kartu warna.
Skala yang dipakai adalah kategorikal nominal.
5. Hb 12-14 g/dl,13-15 g/dl adalah kadar hemoglobin darah yang
diperiksa dengan menggunakan tehnik pemeriksaan Sian.
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Dan Rancangan Penelitian.
Rancangan/ desain penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional.
4.1.1. Populasi
1. Populasi target: Semua tenaga kerja yang terdapat di PJTKI PT.
Sekar Tanjung Medan.
2. Populasi terjangkau: semua tenaga kerja yang terdapat di PJTKI PT.
Sekar Tanjung Medan, yang melakukan pemeriksaan kesehatan
menyeluruh (General Medical Check up) dan bersedia dijadikan
objek penelitian.
4.1.2 Sampel
Sampel penelitian : semua tenaga kerja pada PJTKI PT. Sekar Tanjung Medan yang telah melakukan pemeriksaan kesehatan (general medical check up).
4.1.3 Perkiraan Besar Sampel
Besar sampel dalam penelitian ini 50 orang.
4.1.4 Tehnik Pengambilan Sampel
4.1.5 Kriteria inklusi.
1. Semua calon tenaga kerja yang bersedia ikut serta dalam
penelitian.
2. Semua calon tenaga kerja laki-laki dengan Hb 13-17 gr/dl, calon
tenaga kerja wanita dengan Hb 12-14 gr/dl.
4.1.6 Kriteria eksklusi.
1. Memiliki riwayat penyakit kelainan darah seperti thalasemia,
polisitemia, penyakit-penyakit keganasan (kanker), penyakit malaria, dan penyakit-penyakit infeksi lain.
2. Sedang mengkonsumsi obat-obat yang mempengaruhi proses
pembentukan sel-sel darah, obat-obat yang merubah viskositas darah, obat-obat yang mempengaruhi proses pembekuan darah, dan obat-obat yang menyebabkan kerusakan sel-sel darah.
4.2 Variabel Penelitian
Variabel bebas : laki-laki Hb 13-17 gr/dl,
perempuan Hb 12-14 gr/dl
Variabel tergantung : warna bercak darah
4.3 Alat dan Bahan Penelitian : 4.3.1 Alat :
1. Lembaran hasil pemeriksaan kesehatan menyeluruh subjek
penelitian.
2. Jam / stop watch.
3. Jarum suntik (nald).
5. Alat pengatur suhu ruangan.
6. Kartu warna (Natural Colour System/NCS)
4.3.2 Bahan
1. Dua tetes darah subjek penelitian.
4.4 Waktu Dan Tempat Penelitian. 4.4.1 Waktu penelitian
Dilaksanakan dalam periode waktu 2 bulan (1 Maret 2011 sampai dengan 26 April 2011).
4.4.2 Tempat penelitian
Dilakukan di Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia PT.Sekar Tanjung Medan.
4.5 Cara Kerja
1. Pengumpulan data subjek penelitian dilakukan meliputi : nama,
umur, jenis kelamin, alamat.
2. Pengecekan terhadap hasil pemeriksaan kesehatan subjek
penelitian secara menyeluruh yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
3. Mengambil darah subjek penelitian dari ujung jari tengah sebanyak
dua tetes dengan cara menusuk kulit dengan jarum suntik, meneteskan ke marmer dan membandingkan perubahan warna yang terjadi pada jam ke-1, jam ke-2, jam ke-3, jam ke-4, jam ke-5, jam ke-6, jam ke-7, jam ke-8, jam ke-10, jam ke-12, jam ke-24, jam ke-48, dengan menggunakan alat penelitian.
5. Menentukan warna yang terjadi sesuai dengan waktu (jam) yang telah ditentukan berdasarkan persentase jumlah warna yang paling banyak muncul.
4.6 Pengolahan dan Analisa data
1. Editing
Memeriksa ketepatan dan kelengkapan semua data yang diperoleh. Data yang belum lengkap atau ada kesalahan dilengkapi dengan mewawancarai ulang subjek penelitian.
2. Coding
Data yang telah terkumpul dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudian diberi kode secara manual sebelum diolah dengan computer.
3. Entri
Memasukkan data yang telah dibersihkan kedalam program computer.
4. Cleaning Data
Memeriksa semua data yang telah dimasukkan kedalam program computer agar tidak terjadi kesalahan dalam pemasukan data.
5. Saving
Menyimpan data untuk siap dianalisis.
Data dianalisis dengan menggunakan tehnik komputerisasi,
menggunakan program SPSS 17.0 (Statistic Product and Service
Solution), dan akan disajikan dalam tabel distribusi frekwensi.
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. HASIL PENELITIAN
Penelitian penentuan umur bercak darah manusia berdasarkan perubahan warna ini dilakukan terhadap 50 orang (28 orang laki-laki dan 22 orang perempuan) Calon Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang telah melakukan pemeriksaan kesehatan menyeluruh di PT. Sekar Tanjung Medan, dan disusun dalam tabel dengan kolom isian : nomor urut, nama, umur (dalam tahun), jenis kelamin, status perkawinan, dan jumlah hemoglobin (Hb) (dalam mg/dl). Berikut ini dipaparkan perincian tabel dan data deskriptifnya.
Tabel 1 Distribusi Sampel Penelitian Menurut Umur
Umur (Tahun) N %
sebanyak 8%, umur 28 tahun sebanyak 4%, dan yang paling sedikit umur 27 tahun sebanyak 2%.
Gbr.5.1 Diagram Distribusi Sampel Penelitian Menurut Umur
Tabel 2 Distribusi Sampel Penelitian Menurut Jenis Kelamin
N %
Laki-laki 28 56
Perempuan 22 44
Jumlah 50 100
Dari tabel 2 didapatkan bahwa jumlah responden laki-laki lebih banyak dari jumlah responden perempuan, dengan perbandingan responden laki-laki sebanyak 56% dan perempuan 44%.
0 20 40
Laki‐laki Perempuan
N
Tabel 3 Distribusi Sampel Penelitian Menurut Status Perkawinan
Status Perkawinan N %
Belum Menikah 22 44
Menikah 28 56
Total 50 100
Dari tabel 3 didapatkan jumlah responden yang menikah sebesar 56% dengan jumlah responden 28 orang, lebih besar dari jumlah responden yang belum menikah yang besarnya 44% dengan jumlah responden 22 orang.
Gbr. 5.3 Diagram Distribusi Sampel Penelitian Menurut Status Perkawinan
Tabel 4 Distribusi Sampel Penelitian Menurut Jumlah Hb (Hemoglobin)
Hb (mg/dl) N %
12,00-12,20 14 28
12,30-12,50 6 12
12,60-12,80 2 4
12,90-13,10 0 0
13,20-13,40 5 10
13,50-13,70 11 22
13,80-14,00 12 24
Dari tabel 4 didapatkan kelompok Hb terbanyak adalah kelompok Hb 12,00-12,20 sebanyak 28%, kelompok Hb 13,80-14,00 sebanyak 24%, kelompok Hb 13,50-13,70 sebanyak 22%, kelompok Hb 12,30-12,50 sebanyak 12%, kelompok Hb 13,20-13,40 sebanyak 10%, kelompok Hb 12,60-12,80 sebanyak 4%, sedangkan kelompok Hb 12,90-13,10 tidak memiliki jumlah atau nol.
Gbr. 5.4 Diagram Distribusi Sampel Penelitian Menurut jumlah Hemoglobin
Tabel 5 Warna Bercak Darah pada Jam ke-1
Kode S0580-Y90R % Kode S0585-Y80R %
Laki-laki 24 4
Perempuan 4 18
JUMLAH 28 56 12 44
Gbr. 5.5 Diagram Warna Bercak Darah pada Jam ke-1
Tabel 6 Warna Bercak Darah pada Jam ke-2
Kode S1080-Y90R %
Dari tabel 6 didapatkan pada jam ke-2 100% warna yang muncul dengan kode S1080-Y90R sebanyak 50 orang (28 orang laki-laki dan 22 orang perempuan).
0
Tabel 7 Warna Bercak Darah pada Jam ke-3
Dari tabel 7 didapatkan pada jam ke-3 warna yang paling banyak muncul dengan kode S2070-Y90R sebanyak 56% dengan jumlah 28 orang (laki-laki 28 orang) dan kode S1580-Y90R sebanyak 44% dengan jumlah 22 orang (perempuan 22 orang.
Gbr. 5.7 Diagram Warna Bercak Darah pada Jam ke-3
Tabel 8 Warna Bercak Darah pada Jam ke-4
Kode S2070-Y70R % Kode S2060-Y90R % Kode S2570-Y90R %
Laki-laki 12 12 4
Perempuan 8 5 9
Dari tabel 8 didapatkan pada jam ke-4 warna yang paling banyak muncul dengan kode S2070-Y70R sebanyak 40% dengan jumlah 20 orang (laki-laki 12 orang dan perempuan 8 orang), kode S2060-Y90R sebanyak 34% dengan jumlah 17 orang (laki-laki12 orang dan perempuan 5 orang) dan kode S2570-Y90R sebanyak 26% dengan jumlah 13 orang (laki-laki 4 orang dan perempuan 9 orang).
Gbr. 5.8 Diagram Warna Bercak Darah pada Jam ke-4
Tabel 9 Warna Bercak Darah pada Jam ke-5
Kode S2570-Y90R % KodeS3050-Y90R %
Laki-laki 18 10
Perempuan 12 10
JUMLAH 30 60 20 40
Gbr. 5.9 Diagram Warna Bercak Darah pada Jam ke-5
Tabel 10 Warna Bercak Darah pada Jam ke-6
Kode S3560-Y60R % Kode S2070-Y90R %
Laki-laki 16 12
Perempuan 12 10
JUMLAH 28 56 22 44
Dari tabel 10 didapatkan pada jam ke-6 warna yang paling banyak muncul dengan kode - S3560-Y60R sebanyak 56% dengan jumlah 28 orang ( laki-laki 16 orang dan perempuan 12 orang) dan kode S2070-Y90R sebanyak 44% dengan jumlah 22 orang (laki-laki 12 orang dan perempuan 10 orang).
Tabel 11 Warna Bercak Darah pada Jam ke-7
Dari tabel 11 didapatkan pada jam ke-7 sebanyak 100% warna yang muncul dengan kode S2070-R sebanyak 50 orang (laki-laki 28 orang dan perempuan 22 orang).
Gbr. 5.11 Diagram Warna Bercak Darah pada Jam ke-7
Tabel 12 Warna Bercak Darah pada Jam ke-8
Kode S4050-Y80R % Kode S3050-Y60R %
Laki-laki 25 3
Perempuan 20 2
JUMLAH 45 90 5 10
Gbr. 5.12 Diagram Warna Bercak Darah pada Jam ke-8
Tabel 13 Warna Bercak Darah pada Jam ke-9
Kode S2060-R20B % Kode S3060-R10B %
Laki-laki 21 7
Perempuan 21 1
JUMLAH 42 84 8 16
Dari tabel 13 didapatkan pada jam ke-9 warna yang paling banyak muncul dengan kode – S2060-R20B sebanyak 84 % dengan jumlah 42 orang (laki-laki 21 orang dan perempuan 21 orang) dan kode S3060-R10B sebanyak 16% dengan jumlah 8 orang (laki-laki 7 orang dan perempuan 1 orang).
0
Tabel 14 Warna Bercak Da
Dari tabel 14 didapatkan pada jam ke-10 warna yang paling banyak muncul dengan kode – S2065-R20B sebanyak 54 % dengan jumlah 27 orang (laki-laki 15 orang dan perempuan 12 orang) dan kode SOB3055-R3 sebanyak 46% dengan jumlah 23 orang (laki-laki 13 orang dan perempuan 10 orang).
Gbr. 5.14 Diagram Warna Bercak Darah pada Jam ke-10
abel 15 ar Bercak D
Gbr. 5.15 Diagram Warna Bercak Darah pada Jam ke-12
Tabel 16 Warna Bercak Darah pada Jam ke-24
Kode S2570-Y90R %
Laki-laki Perempuan
28 22
JUMLAH 50 100
Dari tabel 16 didapatkan pada jam ke-24 sebanyak 100% warna yang muncul dengan kode S2570-Y90R sebanyak 50 responden (laki-laki 28 orang dan perempuan 22 orang).
Tabel 17 Warna Bercak Darah pada Jam ke-48
Kode S5040-Y80R %
Laki-laki Perempuan
28 22
JUMLAH 50 100
Dari tabel 17 didapatkan pada jam ke-48 sebanyak 100% warna yang muncul dengan kode S5040-Y80R sebanyak 50 orang (laki-laki 28 orang dan perempuan 22 orang).
5.2. PEMBAHASAN
Penelitian mengenai Penentuan Umur Bercak Darah Manusia Berdasarkan Perubahan Warna ini merupakan penelitian cross sectional (sekat lintang) deskriptif, bertujuan memperoleh perubahan-perubahan warna bercak darah manusia diluar tubuh sesuai dengan lamanya waktu (jam) yang sudah ditentukan, yang kemudian akan dihitung berdasarkan persentase jumlah warna yang paling banyak muncul.
Penelitian yang dilakukan pada 50 responden dengan nilai Hb 12-14 mg/dl
dan rentang usia 27-34 tahun ini mendapatkan hasil yaitu bahwa pada jam pertama, terjadi perubahan warna darah dimana sebanyak 56% sampel menghasilkan warna dengan kode S0580-Y90R.
Pada jam kedua, sebanyak 100% sampel menghasilkan warna dengan kode S1080-Y90R.
Pada jam keempat, didapati kode S2070-Y70R sebanyak 40%.
Pada jam kelima sebanyak 60% sampel menghasilkan warna dengan kode S2570-Y90R.
Pada jam keenam didapati kode warna S3560-Y60R sebanyak 56% sampel.
Pada jam kedelapan didapati kode warna S4050-Y80R sebanyak 90% sampel.
Pada jam kesembilan, warna yang didapatkan sebanyak 84% adalah warna dengan kode S2060-R20B.
Pada jam kesepuluh, didapati kode S2065-R20B sebanyak 54%.
Pada jam keduapuluh empat, sebanyak 100% sampel menghasilkan warna dengan kode S2570-Y90R.
Dan pada jam keempat puluh delapan didapati kode warna S5040-Y80R sebanyak 100% sampel.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dan pembahasan didapati bahwa :
1. Warna bercak darah pada jam ke-1 adalah warna dengan kode
S0580-Y90R sebanyak 56%.
2. Warna bercak darah pada jam ke-2 adalah warna dengan kode
S1080-Y90R sebanyak 100%.
3. Warna bercak darah pada jam ke-3 adalah warna dengan kode
S2070-Y90R sebanyak 56%.
4. Warna bercak darah pada jam ke-4 adalah warna dengan kode
S2070-Y70R sebanyak 40%.
5. Warna bercak darah pada jam ke-5 adalah warna dengan kode
S2570-Y90R sebanyak 60%.
6. Warna bercak darah pada jam ke-6 adalah warna dengan kode
S3560-Y60R sebanyak 56%.
7. Warna bercak darah pada jam ke-7 adalah warna dengan kode S2070-R
sebanyak 100%.
8. Warna bercak darah pada jam ke-8 adalah warna dengan kode
S4050-Y80R 90%.
9. Warna bercak darah pada jam ke-9 adalah warna dengan kode S2060-R20B
10.Warna bercak darah pada jam ke-10 adalah warna dengan kode S3060-R10B sebanyak 54%.
11.Warna bercak darah pada jam ke-12 adalah warna dengan kode S2070-R10B sebanyak 74%.
12.Warna bercak darah pada jam ke-24 adalah warna dengan kode S2570-Y90R sebanyak 100%.
13.Warna bercak darah pada jam ke-48 adalah warna dengan kode S5040-Y80R sebanyak 100%.
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa umur bercak darah
manusia dapat dinilai berdasarkan perubahan warna yang terjadi.
6.2 SARAN
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah jam (waktu) yang
lebih lama, sehingga diperoleh hasil yang lebih lengkap dan baik.
REFERENSI
1. Amir A. Sejarah Perkembangan Ilmu Kedokteran
Forensik.
Dalam: Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi kedua.
Bagian Ilmu Kedokteran FK-USU. Medan : 2005. h.2-5
2. Nandy A. Identification From Trace Substances and Their Other
Evidential Values. In : Principles of Forensic Medicine. New Central Book Agency (P) Ltd. Calcutta – India. 1996.P. 110-130.
3. Camps F.E. Identification By Examination of The Blood and Identification
by Trace Evidence. In : Gradwohl’s Legal Medicine. A John Wright and Sons Ltd. Publication. Chicago. 1976. P. 147-190.
4. Parikh C.K. Forensic Examination of Biological Fluids, Stains and Other
Materials. In : Parikh’s Textbook of Medical Jurisprudence and Toxiology. Medicolegal Centre. Bombay – India. 1989.P. 606-656.
5. Wahid S. Bukti Fisikal. Dalam : Patologi Forensik. Dewan Bahasa dan
Pustaka Kementrian Pendidikan Malaysia. Kuala Lumpur. 1993. H. 307-324.
6. Stuart HJ, Eckert, William G. Interpretation of Bloodstain Evidence
at Crime Scenes, 2nd Edition, CRC Press 1999.
7. Kubic T. Petraco N. Bloodstain Pattern Geometry. In : Forensic Science
Laboratory Experiment Manual and Workbook. CRC Press. New York. 2003.P.153-160.
8. Hamdani N. Darah. Dalam : Ilmu Kedokteran Kehakiman. Edisi II. PT.
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 1992. H. 89-101.
9. Idries A. M. Pemeriksaan Darah. Dalam : Pedoman Ilmu Kedokteran
Forensik. Edisi Pertama. Binarupa Aksara. Jakarta. 1992. H. 271-283.
Toksikologi. Edisi V. Alih Bahasa Johan Hutauruk. Widya Medika. Jakarta. 1995. H.197-204.
11.Lichtman Marshall A, MD, et.all. Examination of The Blood, Williams
Hematology, Seventh Edition, McGraw-Hill Medical Publishing Division, New York, 2006, p 11-21.
12.Ganong WF. Cairan Tubuh Bersirkulasi, Fisiologi Kedokteran, Edisi 14,
Penerbit Buku Kedokteran ECG, 1995, hal 486-97.
13.Hoffbrand AV, et all. Hemopoiesis, Kapita Selekta Hematologi, Penerbit
Buku Kedokteran ECG, hal 1-24.
14.Jhon PG, et.all. Normal Hematologic System, Wintrobe’s Clinical
Hematology, Eleventh Edition, Volume 1, Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia, 2003, p 169-249.
15.Bain J Barbara. A Beginner’s Guide to Blood Cells, 2nd Edition,
Bllackwell Publishing Ltd, Australia, 2004, p 1-10.
16.Gonzales, Thomas A. Et.all. Examination of Blood, Legal Medicine
Pathology and Toxicology, second Edition, Appleton-Century-Crofts, Inc, New York, 1954, p 622-33.
17.Polson JC. Blood Stain, The Essential of Forensic Medicine, Second
Edition Revised, Pergamon Press Ltd, Hungary, 1964, p219-28.
18.Parikh,C.K, Forensic Examination of Biological Fluids, Stains and Other
Material, Parikh’s Textbook of Medical Jurisprudence and Toxicology, Fifth Edition, CBS Publisher & Distributors, New Delhi, India, 1992, p 606-16.
19.Kosasih EN,dr, Hematologi, Pemeriksaan Laboratorium Klinik, Penerbit
Alumni, Bandung, 1984, hal 101-63.
20.Murray, Robert K, et.all. Protein : Mioglobin dan Hemoglobin, Biokimia
Harper, Edisi 24, Penerbit buku Kedokteran ECG, 2005, hal 57-68.
21.Siegel Sidney, Statistik Nonparametrik, PT. Gramedia Pustaka Umum,
1994.
ECG, Jakarta 2004.
23.Notoatmodjo S, Metodologi Penelitian Kesehatan, Penerbit Rineka Cipta,
Jakarta 2005.
24. Fairchild, Mark. "A Color Scientist Looks at Video".
http://www.cis.rit.edu/fairchild/PDFs/PRO29.pdf. Retrieved 2008-05-09.
Color Management: Color Space Conversion, Cambridge in Color
Upton, Steve (February 2008). Vista's New Color Management System:
WCS.
25.James, Stuart H.; Kish, Paul Erwin; Sutton, T. Paulette (2005).
Principles of Bloodstain Pattern Analysis (3rd, illustrated, revised
ed.). Taylor and Francis/CRC Press. ISBN0-8493-2014-3.
http://books.google.ca/books?id=aM6hNdjHRSgC. Retrieved
2009-01-30. 26. Microsoft (1997-04-23).
"Microsoft Licenses LinoColorCMM Technology To Improve Color
Lampiran 1
BIAYA PENELITIAN
1. Bahan dan Peralatan Penelitian : Rp. 5.500.000,-
2. Perjalanan : Rp. 1.000.000,-
3. Laporan Penelitian : Rp. 1.500.000,-
4. Seminar Penelitian : Rp. 2.500.000,-
5. Lain-lain : Rp 500.000,-
Lampiran 2
JADWAL KEGIATAN
JADWAL PENELITIAN
NO. FEBRUARI JENIS KEGIATAN MARET APRIL
5-10 11-17 18-24 25-31 1-7 8-14 15-21 22-3 1-5 6-12
1. Proposal penelitian
2. Persiapan
3. Pelaksanaan Penelitian
4. Pnenyusunan Laporan
Lampiran 3
LEMBAR PENJELASAN UNTUK PENELITIAN PENENTUAN UMUR
BERCAK DARAH MANUSIA BERDASARKAN PERUBAHAN WARNA
Bapak/Ibu/Sdr/i Yth,
Bapak/Ibu/Sdr/i Yth,
Saya sedang meneliti tentang penentuan umur bercak darah
manusia berdasarkan perubahan warna. Dimana perubahan warna pada bercak darah yang temukan di tempat kejadian perkara (TKP) dapat digunakan dalam menentukan waktu terjadinya suatu peristiwa perlukaan atau pembunuhan.
Partisipasi anda dalam penelitian ini bersifat sukarela dan tanpa paksaan maupun tekanan dari pihak manapun. Seandainya Bapak/Ibu/Sdr/i menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, maka tidak akan kehilangan hak sebagai pasien.
Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini, diharapkan Bapak/Ibu/Sdr/i yang terpilih sebagai sukarelawan dalam penelitian ini, dapat mengisi lembar persetujuan turut serta dalam penelitian yang telah disiapkan.
Apabila setelah menyatakan kesediaan, kemudian Bapak/Ibu berubah pikiran dan ingin membatalkannya, maka dapat menghubungi saya :
Nama : dr. Dessy Darmayani Harianja
Alamat Kantor : Instalasi Kedokteran Forensik RSUP.H.Adam Malik
Jl. Bunga Lau No. 17 Medan
Alamat Rumah : Jl.Sunggal Kompleks Taman Prima E-24 Medan
HP : 081260109773
Demikianlah penjelasan ini saya sampaikan kiranya Bapak/Ibu/Sdr/Sdri dapat memahami maksud dan tujuannya.
Atas perhatian Bapak/Ibu/Sdr/Sdri saya ucapkan terimakasih.
Medan, Maret 2011
dr. Dessy Darmayani Harianja
Lampiran 4
SURAT PERSETUJUAN IKUT DALAM PENELITIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Jenis Kelamin :
Umur :
Alamat :
Setelah mendapat keterangan secara terperinci dan jelas mengenai penelitian ”penentuan umur bercak darah manusia berdasarkan perubahan warna” dan setelah mendapat kesempatan tanya jawab tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian tersebut, termasuk risikonya, maka dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia bahwa pasien diikutkan dalam penelitian tersebut.
Medan...2011
Lampiran 5
DATA PENELITIAN PASIEN
Nomor : Tanggal
Nomor Medical Record :
A. Data Demografik
1. Nama :
2. Umur : / ( Tahun/bulan ) 3. Jenis Kelamin : L / P
4. Alamat :
5. Status pernikahan : Kawin/ tidak kawin/janda/duda
B. Jumlah Hb (Hemoglobin) :
C. Penyakit yang diderita/ pernah diderita :
a. Anemia
b. thalassemia c. Polisitemia
d. Penyakit-penyakit Keganasan (Kanker) e. Malaria
e. Dll...
NAMA UMUR
(TAHUN)
JENIS KELAMIN
STATUS PERKAWINAN Hb (mg/dl)
1 2 3 4 5 6
UMUR BERCAK DARAH
JAM KE‐1 JAM KE‐2
JAM KE‐3
JAM KE-4 JAM KE-5
JAM KE-6
JAM KE-10 JAM KE-12 JAM KE-24
JAM KE-48
RIWAYAT HIDUP PENELITI
Data Pribadi
Nama Dessy Darmayani Harianja Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat tanggal lahir : Medan 4 Desember 1977
Agama : Kristen
Tahun 1997 – 2002 : Pendidikan dokter umum di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Tahun 2007 – Sekarang : Pendidikan spesialis di bidang ilmu Kedokteran Forensik Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Riwayat Pekerjaan
Tahun 2004 –Sekarang : PNS Dinas Kesehatan Kabupaten Samosir