• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PENGAWET BENZIL ALKOHOL 1,5% v/v PADA SEDIAAN INJEKSI DIFENHIDRAMIN HIDROKLORIDA DOSIS GANDA (Terhadap Bakteri Escherichia coli)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS PENGAWET BENZIL ALKOHOL 1,5% v/v PADA SEDIAAN INJEKSI DIFENHIDRAMIN HIDROKLORIDA DOSIS GANDA (Terhadap Bakteri Escherichia coli)"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

ANN

EFEKTI

ALKOHOL

DIFENH

(Terh

PRO

FAK

UNIVERSI

SKRIPSI

NISA LUTFIANA WIBOWO

TIVITAS PENGAWET BEN

L 1,5% v/v PADA SEDIAAN I

ENHIDRAMIN HIDROKLORI

DOSIS GANDA

rhadap Bakteri

Escherichia col

PROGRAM STUDI FARMASI

AKULTAS ILMU KESEHATAN

RSITAS MUHAMMADIYAH MAL

2016

O

BENZIL

N INJEKSI

RIDA

oli)

N

(2)
(3)
(4)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“EFEKTIVITAS PENGAWET BENZIL ALKOHOL 1,5 % v/v PADA SEDIAAN INJEKSI DIFENHIDRAMIN HIDROKLORIDA DOSIS GANDA (Terhadap Bakteri

Escherichia coli)” untuk memenuhi salah satu persyaratan akademik dalam menyelesaikan Program Sarjana Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang. Sholawat beserta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, amin.

Dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Yoyok Bekti P, M.kep, Sp.Kom, selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang

2. Ibu Nailis Syifa’,S.Farm,M.Sc,Apt selaku ketua program studi Farmasi

Universitas Muhammadiyah Malang.

3. Bapak Drs. Sugiyartono,MS., Apt sebagai pembimbing I dan Ibu Dian Ermawati, M.Farm.,Apt sebagai pembimbing II yang tulus ikhlas meluangkan waktunya untuk membimbing dengan sabar dan memberikan arahan terbaik kepada saya sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan baik.

4. Bapak Drs. H. Achmad Inoni, Apt dan Ibu Arina Swastika M., S.Farm.,Apt sebagai penguji yang telah memberikan saran, masukan, dan kritik yang membangun terhadap skripsi yang telah saya kerjakan.

5. Ibu Sendi Lia Yunita.S.Farm.,Apt selaku Sekprodi dan biro skripsi jurusan farmasi, terimakasih telah membantu untuk persyaratan selama seminar proposal dan seminar hasil, sehingga dapat berjalan dengan lancar.

6. Seluruh staf pengajar program studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang yang telah mendidik, mengajar dan memberikan ilmu pengetahuan selama saya menjalani program studi sarjana.

7. Staf laboran Laboratorium Teknologi Farmasi Sediaan Steril Mbak Susi, Mas Ferdi, dan laboratorium Biomedik Fakultas kedokteran Pak Joko yang telah membantu saya dalam melaksanakan penelitian dengan lancar.

8. Kepada bpk komandanku Supran Prabowo dan Bunda Persitku Astutik terimakasih selalu memberikan motivasi serta dukungan baik berupa materi dan

do’a tiada henti. Orang tua yang telah mendidik dan selalu memberikan kasih

(5)

v

untuk saudaraku terimakasih atas dukungannya selama ini buat dek Widya Nurul Fadila dan Kartika Novita sari, aku sayang kalian.

9. Untuk teman farmasi angkatan 2011 seperjuangan khususnya kelas E terimakasih atas kerjasama serta dukungannya tetap kompak sakoplek.

10. Teman-teman satu perjuangan skripsi steril Richa, Mbak Mega, dan Dewi (dedew). Terimakasih untuk kerjasamanya dan berjuang bersama-sama untuk menyelesaikan penelitian skripsi hingga akhir.

11. Sahabat-sahabat tercinta Rini Rahma (elung), Richa Elfira (bebeb), Inggar (momo), Rahil Bunga (neng dindud), Aini Zakiyah (neng aintul), Amelia Indri (Mbak Bro), Suka duka bersama kalian, terimakasih kalian telah menjadi sahabat saya yang terbaik, tetap selalu jaga silaturahmi kita aku sayang kalian.

12. Untuk teman-temanku kkn 29 Pagak Malang, teman suka duka selama kkn semoga tetap menjaga silaturahmi dengan baik, aku sayang kalian.

Akhir kata, Semoga Allah SWT membalas kebaikan Bapak, Ibu, dan saudara sekalian. Semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan kita semua. Amin. Terimakasih.

Malang, 6 Februari 2016

(6)

vi

RINGKASAN

EFEKTIVITAS PENGAWET BENZIL ALKOHOL 1,5% v/v

PADA SEDIAAN INJEKSI DIFENHIDRAMIN

HIDROKLORIDA DOSIS GANDA

(Terhadap Bakteri

Escherichia coli)

Sediaan injeksi merupakan sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan sebelum digunakan secara parenteral, salah satu wadah yang biasa digunakan yaitu dosis ganda dimana pemakaian berulang sangat rentan terkontaminasi bakteri, sehingga dapat menyebabkan sediaan tidak lagi memberikan efek farmakologi. Untuk meminimalkan kontaminasi mikroba dan untuk menjaga kesterilan dari sediaan diperlukan penambahan pengawet. Dalam penelitian ini menggunakan Benzil alkohol adalah salah satu pengawet yang bisa digunakan untuk sediaan dosis ganda (multiple dose) dengan kadar 1,5% v/v. Benzil alkohol digunakan untuk sediaan optalmik atau parenteral sebagai pengawet antimikroba sampai dengan konsentrasi (1%-2%). Benzil alkohol bersifat bakteriostatik dan digunakan sebagai pengawet antimikroba melawan bakteri, jamur, kapang dan khamir. Aktivitas antimikroba benzil alkohol optimum terjadi pada pH dibawah 5, aktivitas sedikit ditunjukkan diatas pH 8.

Pengawet benzil alkohol banyak digunakan dalam formulasi farmasi terutama pada sediaan injeksi, benzil alkohol bekerja dengan cara merusak mikroorganisme, terhadap toksisitas primernya, artinya diarahkan kembali pada kerja racun sel, yang dikembangkan pada dinding sel atau juga pada bagian dalam sel. Kadar toksik dalam benzil alkohol yaitu diatas 2%, Dimana pada suatu penelitian menunjukkan konsentrasi pada kadar 3% atau lebih besar benzil alkohol menyebabkan efek samping mengiritasi pada kulit. Sedangkan pada percobaan konsentrasi 0,65% benzil alkohol tidak menghasilkan iritasi pada kulit. Sehingga apabila kadar meningkat lebih dari 2% maka akan terjadi toksisitas sedangkan untuk kadar menurun dibawah 2% tidak menimbulkan toksisitas.

(7)

vii

steril. Kemudian dilakukan uji efektivitas, Pada uji efektivitas menggunakan standart McFarland yang digunakan sebagai pengendalian kepadatan suspensi bakteri yang digunakan untuk identifikasi dan uji kerentanan bakteri, untuk menentukan perkiraan konsentrasi sel pada suspensi atau larutan. Hasil perkiraan konsentrasi dalam rentang 100.000-1.000.000 satuan cfu/ml. Metode standart McFarland dilakukan dengan metode visual dengan pembuatan menggunakan H2SO4 1% dan Bacl 1%. Masukkan kedalam tabung reaksi H2SO4 1% sebanyak 3 ml dan Bacl 1% sebanyak 3 ml kemudian kocok dan tutup rapat tabung reaksi, sesuai dengan ketetapan standart McFarland sebagai uji pembanding untuk membuat suspensi bakteri E.coli. Didapatkan hasil 108cfu/ml dengan absorban 0,1. Inokulasikan masing-masing sampel dengan suspensi mikroba uji dengan menggunakan perbandingan 0,025 ml inokulum setara dengan 5 ml sampel. Setelah itu diambil 1 µL dengan menggunakan Loop Calibrated Transfer dan diratakan ke media agar. Kemudian diamati pada hari penyimpanan ke 0, 7, 14, dan 28 penelitian ini menggunakan 3 sampel sediaan injeksi dengan perlakuan yang sama.

(8)

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PENGUJIAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

RINGKASAN ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ...xvii

DAFTAR SINGKATAN ...xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 6

2.1. Tinjauan Tentang Sediaan Injeksi ... 6

2.1.1 Definisi Sediaan Injeksi ... 6

2.1.2 Persyaratan Sediaan Injeksi ... 6

2.1.3 Keuntungan dan Kelemahan Sediaan Injeksi... 6

2.1.4 Tinjauan Wadah dan Penutup Sediaan Dosis Ganda ... 7

2.1.5 Persyaratan Penggunaan Vial... 8

2.2 Tinjauan tentang Sterilisasi ... 9

2.2.1 Definisi Sterilisasi ... 9

2.2.2 Sterilisasi Uap (Lembap Panas/Autoklaf)... 10

2.2.3 Sterilisasi Panas Kering ... 10

2.2.4 Sterilisasi dengan Penyaringan ... 11

2.2.5 Sterilisasi Gas ... 11

(9)

ix

2.2.7 Tinjauan tentang Uji Sterilisasi ... 12

2.2.8 Prosedur Umum ... 12

2.2.8.1 Cara Membuka Wadah ... 13

2.2.8.2 Pemilihan Spimen Uji dan Masa Inkubasi ... 13

2.2.9 Metode Uji Sterilitas ... 14

2.2.9.1 Prosedur Uji Inokulasi Langsung ... 14

2.2.9.2 Penyaringan Membran ... 15

2.3 Media Uji Sterilitas ... 15

2.3.1 Pengambilan Sampel untuk Uji Sterilisasi ... 18

2.3.2 Kontrol dalam Uji Sterilisasi ... 18

2.3.2.1 Uji Fertilitas Media (Kontrol Positif)... 18

2.3.2.2 Kontrol Sterilitas Media (Kontrol Negatif)... 19

2.3.3 Penafsiran Hasil Uji Sterilitas ... 19

2.4 Tinjauan Difenhidramin Hidroklorida ... 20

2.4.1 Tinjauan Sifat Fisiko Kimia Difenhidramin Hidroklorida ... 20

2.4.2 Farmakologi Difenhidramin Hidroklorida ... 21

2.5 Tinjauan Efektivitas Bahan Pengawet ... 23

2.5.1 Definisi Pengawet ... 23

2.5.2 Tipe Pengawet... 23

2.5.3 Mekanisme Kerja Pengawet ... 23

2.6 Tinjauan Pengawet Benzil Alkohol ... 24

2.6.1 Identifikasi Benzil Alkohol ... 24

2.6.1.1 Organoleptik ... 24

2.6.1.2 pH Benzil Alkohol ... 25

2.6.1.3 Konsentrasi Penghambat Minimum (MICs) Benzil alkohol ... 25

2.6.1.4 Mekanisme Kerja Pengawet Benzil Alkohol ... 26

2.6.1.5 Stabilitas dan Kondisi Penyimpanan ... 26

2.6.1.6 Inkompatibilitas ... 26

(10)

x

2.7 Tinjauan tentang Mikrobiologi ... 27

2.7.1 Faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan Mikroorganisme... 28

2.7.2 Sumber-Sumber Kontaminasi Mikroorganisme ... 30

2.8 Teknik Aseptik ... 32

2.9 Mikroorganisme Uji ... 36

2.9.1 Tinjauan Uji Efektivitas Pengawet Mikroba ... 41

2.9.1.1 Kriteria Efektivitas Antimikroba ... 42

2.9.1.2 Mikroba Uji ... 43

2.9.1.3 Media ... 43

2.9.1.4 Pembuatan Inokula ... 43

2.9.1.5 Prosedur ... 44

2.9.1.6 Metode Perhitungan Mikroba ... 45

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL... 47

3.1. Uraian Kerangka Konseptual ... 47

3.2. Skema Kerangka Konseptual ... 51

BAB IV METODE PENELITIAN ... 52

4.1. Desain Penelitian ... 52

4.2. Lokasi Penelitian... 52

4.3. Waktu Penelitian ... 52

4.4. Sterilisasi Ruangan... 52

4.5. Pembuatan Sediaan ... 53

4.5.1 Alat dan Bahan ... 53

4.5.1.1 Alat ... 53

4.5.1.2 Bahan ... 53

4.6. Prosedur Pembuatan Sediaan ... 53

4.6.1 Formulasi ... 54

4.6.2 Prosedur Kerja ... 54

4.7. Prosedur Penelitian ... 55

4.7.1 Sterilisasi Alat ... 55

(11)

xi

4.7.3 Kontrol Lingkungan diluarLaminar Air Flow Cabinet

(LAFC) ... 56

4.7.5 Kontrol RuanganLaminar Air Flow Cabinet(LAFC)... 56

4.8 Uji Sterilitas Sediaan Injeksi Difenhidramin Hidroklorida... 57

4.8.1 Penyiapan Media... 57

4.8.2 Media Thioglycollate ... 57

4.8.3 Media Kasamino ... 57

4.8.4 Uji Fertilitas Media (Kontrol Positif) ... 58

4.8.5 Uji Sterilitas Media (Kontrol Negatif) ... 58

4.9 Uji Sterilitas Sediaan Injeksi Difenhidramin HCl ... 59

4.9.1 Pemeriksaan Pendahuluan ... 59

4.9.2 Perlakuan ... 59

4.9.2.1 Pembukaan segel kemasan ... 59

4.9.2.2 Inaktivasi Pengawet ... 59

4.9.2.3 Inokulasi Sampel ... 60

4.10 Uji Efektivitas ... 61

4.10.1 Kontrol Lingkungan di luar dan di dalam LAFC... 61

4.10.2 Inokulasi Bakteri Uji Efektivitas... 61

4.10.3 Perlakuan... 62

4.10.4 Pembuatan Standar Serapan McFarland (E.coli) ... 62

4.10.5 Cara Penggunaan AlatColony Counter(Alat menghitung jumlah koloni mikroba)... 63

4.11 Skema Kerangka Operasional ... 64

BAB V HASIL PENELITIAN ... 65

5.1. Hasil Uji Kontrol diluar Lingkungan LAFC ... 68

5.2 Hasil Uji Kontrol didalam LAFC sebelum pada Pembuatan Sediaan ... 69

5.3. Hasil Kontrol LAFC pada saat pembuatan sediaan ... 70

5.4. Hasil Uji Kontrol LAFC pada saat Inaktivasi Pengawet ... 70

5.5. Hasil Uji Inaktivasi Pengawet Media Thioglikolat ... 71

5.6. Hasil Uji Inaktivasi Pengawet Media Kasamino ... 72

(12)

xii

5.8. Hasil Uji kontrol diluar LAFC sebelum uji Sterilitas Sediaan ... 73

5.9. Hasil Uji Kontrol LAFC pada saat Uji Sterilitas ... 74

5.10. Hasil Uji Kontrol LAFC pada saat Uji Efektivitas ... 74

5.11. Hasil Uji Fertilitas Media tioglikolat dan kasamino Kontrol Positif ... 75

5.12. Hasil Uji Media Sterilitas tioglikolat dan kasamino Kontrol Negatif ... 76

5.13. Hasil Uji Media Sterilitas tioglikolat dan kasamino ... 76

5.14. Hasil Jumlah Awal Rata-Rata Mikroba Uji dalam cfu (Colony Counter) per ml ... 77

5.15. Hasil Uji Efektivitas Pengawet Benzil Alkohol 1,5% pada Penyimpanan hari ke-0 sampai hari ke-28 ... 78

BAB VI PEMBAHASAN... 79

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 85

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

II.1 Jumlah Volume dan Media untuk Bahan Cair (Depkes RI, 1995)... 13

II.2 Jumlah Minimum yang digunakan untuk Tiap Media (Depkes RI, 2009) ... 14

II.3 Jumlah Minimum Bahan yang Diuji sesuai dengan Jumlah Bahan Dalam Bets (Depkes RI, 2009) ... 14

II.4 Volume Pengambilan Sampel (Depkes RI, 2009)... 18

II.5 Pengawet yang sering digunakan dalam Preparat Farmasi dalam sediaan Parenteral (Lukas, 2006) ... 23

II.6 Konsentrasi Penghambat Minimum (MICs) Benzil Alkohol (Roweet al,2009) ... 25

II.7 Klasifikasi Ruangan Bersih (Akers, 2005)... 34

II.8 Perlengkapan Kuman dan Kandungan Kuman dari Manusia (Voight, 1995) ... 36

II.9 Kriteria Mikroba yang Diuji (Anonim, 2008) ... 42

II.10 Kondisi Kultur Preparasi Inokula (Anonim, 2008) ... 44

IV.1 Volume Pengambilan Sampel Uji ... 62

V.1 Hasil Uji Kontrol diLuar LAFC ... 69

V.3 Hasil Uji kontrol pada saat pembuatan sediaan di LAFC ... 70

V.4 Hasil Uji kontrol pada saat uji inaktivasi di LAFC ... 70

V.5 Tabel Hasil Uji inaktivasi media thioglikolat ... 71

V.6 Hasil Uji inaktivasi pengawet benzil alkohol media kasamino... 72

V.7 Hasil Uji kontrol didalam LAFC sebelum uji sterilitas... 73

V.8 Hasil Uji kontrol di luar LAFC sebelum uji sterilitas ... 73

V.9 Hasil Uji kontrol LAFC saat uji sterilitas... 74

V.10 Hasil Uji Kontrol pada saat Uji Efektivitas ... 74

V.11 Hasil Fertilitas media tioglikolat (kontrol positif)... 75

V.12 Hasil uji sterilitas thioglikolat dan kasamino kontrol negatif ... 76

V.13 Hasil Uji sterilitas perbandingan 1:1 media tioglikolat dan kasamino... 77

V.14 Hasil Jumlah rata-rata awal mikroba ... 77

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Struktur Difenhidramin Hidroklorida (Depkes RI, 1995 &

Sweetman, 2009)... 20

2.2 Struktur Benzil Alkohol (Roweet al,2009) ... 24

2.3 Mikroskopik Candida albicans berbentuk bulat, lonjong, bulat lonjong (Jawetz, 2005) ... 37

2.4 Mikroskopik Bacillus subtilis berbentuk batang (tebal maupun tipis), rantai maupun tunggal (Jawetz, 2005)... 38

2.5 Mikroskopik Escherichia coli pada pewarnaan gram bakteri berbentuk batang pendek (Jawetz, 2005) ... 39

2.6 Struktur tubuh bakteriEscherichia coli(Jawetz, 2005)... 39

4.1 Letak Media Agar dalamLaminar air flow Cabinet(LAFC)... 56

4.2 Letak Media Agar dalamLaminar air flow Cabinet(LAFC) saat Uji Sterilitas ... 57

5.1 Peletakan cawan petri di Luar LAFC sebelum Pengujian ... 67

5.2 Peletakan cawan petri di dalam LAFC sebelum Pengujian ... 68

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Daftar Riwayat Hidup ...88

2. Surat Anti-Plagiasi ...89

3. Perhitungan Bahan ...90

4. Perhitungan Jumlah Inokulan...91

5. Sertifikat Bahan Aktif Difenhidramin Hidroklorida ...92

6. Sertifikat Pengawet Benzil Alkohol...93

7. Sertifikat BakteriEscherichia coli...95

8. Sertifikat BakteriBacillus subtilis...96

9. Sertifikat JamurCandida albicans...97

10. Skema Kerja Pembuatan Sediaan Injeksi...98

11. Skema Uji Fertilitas kontrol positif dan Uji sterilitas Kontrol negatif...99

12. Skema Kerja Uji Inaktivasi Pengawet...100

13. Skema Kerja Uji Sterilitas Sediaan ...101

14. Skema Kerja Pembuatan Bakteri (Escherichia coli)...102

15. Skema Kerja Uji Efektivitas Pengawet ...103

16. Gambar Alat dan Bahan ...104

17. Gambar Hasil Uji Kontrol Ruang LAFC pada Pembuatan Sediaan, Uji Fertilitas Kontrol positif dan sterilitas kontrol negative, Uji Inaktivasi Pengawet ...111

18. Gambar Hasil Uji Kontrol Ruang LAFC pada Uji Sterilitas Sediaan...112

19. Gambar Hasil Uji Kontrol Ruang LAFC pada Uji Efektivitas Pengawet....113

20. Gambar Hasil Sediaan Injeksi Difenhidramin HCl dan Hasil pH ...114

21. Gambar Hasil Uji Fertilitas dan Uji Sterilitas Media...115

22. Gambar Hasil Uji Inaktivasi Pengawet Thioglikolat dan kasamino ...116

23. Gambar Hasil Uji Sterilitas Sediaan ...118

24. Gambar Hasil Jumlah Mikroba Standar 0,5 McFarland (E.coli) ...119

25. Gambar Hasil Jumlah Mikroba Awal ...120

26. Gambar Hasil Uji Efektivitas Pengawet ...121

(16)

xvi

DAFTAR SINGKATAN

APD : Alat Pelindung Diri

API : Aqua Pro Injection

ATP : Adenosin Trifosfat

ATCC :American Type Culture Collection

BPOM RI : Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia

cfu :Colony Forming Unit

CNS :Central Neuro System

Depkes RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia

E.Coli :Escherichia coli

EPEC : EnteropatogenikEscherichia coli

ETEC : EnterotoksigenikEscherichia coli

EIEC : EnteroinvansifEscherichia coli

EHEC : EnterohemoragikEscherichia coli

EAEC : EnteroagregatifEscherichia coli

FDA :Food And Drug Administration

HCL : Hidroklorida

HEPA :High Efficiency Particulate Air

HPMC :Hydroxypropylmethylcellulose

ISPE :International Society of Pharmaceutical Engineering

IV : Intravena

LAFC :Laminar Air Flow Cabinet

MICs :Minimum Inhibitory Concentration

MPN :Most Probable Number

NA :Nutrient Agar

NaCl :Natrium Chloride

pH :Potential of Hydrogen

TSA :Trypticase Soy Agar

TBUD : Terlalu Banyak Untuk Dihitung

UV : Ultraviolet

USP :United States of Pharmacopoeia

(17)

xvii

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Goeswin. 2009. Pengembangan Sediaan Farmasi Steril. Seri Farmasi Industri 4, Bandung : ITB hal 13–16.

Akers, M.J., 2005. Parenteral Preparations. Remington’S Pharmaceutical The

Science and Practice in Pharmacy Edition. Pennsylvania : Lippincott Williams & Wilkins. Halaman : 815

Ansel, H.C., 2005.Pengantar Sediaan Farmasi (Penerjemah Farida Ibrahim). Edisi ke-4, Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia, hal. 404-405, 410-418, 423, 426, 433.

Anonim. 2008. United State Pharmacopoeia. Edisi ke-32, Rockville : USP Convention, Inc.

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2006. Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta : Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, pp: 126–129.

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2014. Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jilid ke-2, Jakarta : Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia

Buchanan, E.C. dan Shneider, P.J., 2010. Peracikan Sediaan Steril Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, hal. 18–19.

Cloutz, 2009. Microbial Limit and Bioburden Tests. Second Edition : CRC. Hal: 40–41.

Debaun, Barbara,RN,CLC., 2008. Transmission of Infections with Multi-dose Vials.Volume 3: Hal: 1

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi: ke-3, Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi: ke-4, Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2000. Dir.Jen. Pengawasan Obat dan Makanan.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Pedoman Dasar Dispensing Sediaan Steril. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia

(18)

xviii

Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK-UI. 2007. Farmakologi dan Terapi, edisi 5 (Cetak ulang dengan perbaikan, 2008). Jakarta : Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK-UI, hal 273-281.

Dolan, S.A. at., 2010. AJIC Special Article APIC Position Paper: Safe Injections, Infution, and Vial Practices in Health Care. Washington DC, pp: 168–170.

Denyer, P.S., Rosamund, M.B., 2007. Guide to Microbiological Control in Pharmaceutical and Medical Devices. Second Editions. New York : CRC Press, pp: 92–95.

Goldman, E., Green, L.H., 2009. Practical Handbook of Microbiology. Edisi ke-2, Boca Raton : CRC Press Taylor & Francis Group

Gunn’s and Cooper, 1972. Dispensing for Pharmaceutical Student. Twelfth Edition. Pitman Medical, pp: 300–549.

Hadioetomo, R.S., 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, hal 102–140.

Hugo, W.B., Russel, A.D., 1998. Pharmaceutical Microbiology. Edisi ke-6, Oxford : Blackwell Science

Jawetz, E., Melnick J.L, Adelberg E.A., 2005.Review of Medical Microbiology, Lange Medical Publications, Los Altos-California, pp 284–425.

Katzung, Betram.G., 1998. Farmakologi Dasar dan Klinik, edisi VI. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, hal: 271.

Kumar, Surinder, 2012. Textbook of Microbiology. Edisi ke-1, New Delhi : Jaypee Brothers Medical Publishers.

Lachman. L. et al., 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi ke-3. UI-PRESS : Penerbit Universitas Indonesia, hal : 1310-1311.

Lukas, Stefanus, 2006. Formulasi Steril. Yogyakarta : Penerbit C.V Andi Publisher

Lukas, Stefanus, 2007. Formulasi Steril. Yogyakarta : Penerbit C.V Andi Publisher

Lynne, S. Garcia, 2010. Preparation of routine Media and Reagents Used in Antimicrobial Susceptibility Testing. Clinicil Microbiology Procedures Handbook.Edisi ke-3, Washington DC : ASM Press. Chapter 5.14

(19)

xix

Notoatmodjo, S.Dr., 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, hal.156

Nuraeni, K, Y.Wibisono dan idrial. 2000. Mikrobiologi Pangan dan Pengolahan. Politenik dan Pertanian Negeri Jember. Jember.

Pratiwi, Sylvia T., 2009. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta : Penerbit Erlangga, hal 111-114, 136-137.

Rowe, C. Raymond, dkk. 2009.Handbook of Pharmaceutical Excipients. Edisi ke-6, London : Pharmaceutical Press

Sweetman, S.C. 2009. Martindale Thirty-Sixth Edition. London : Pharmaceutical Press.

(20)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sediaan injeksi merupakan sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan sebelum digunakan secara parenteral, suntikan baik dengan cara menembus atau merobek jaringan kedalam atau melalui kulit atau selaput lendir (Lukas, 2006). Obat suntik didefinisikan secara luas sebagai sediaan steril bebas pirogen yang dimaksudkan untuk diberikan secara parenteral (Ansel, 2005). Pada umumnya pemberian dengan parenteral dilakukan bila diinginkan kerja obat yang cepat seperti pada keadaan gawat, tidak sadar, tidak dapat atau tidak tahan menerima pengobatan melalui mulut (oral) atau bila obat itu sendiri tidak efektif dengan cara pemberian lain (Ansel, 2005).

Wadah untuk sediaan injeksi ditempatkan didalam wadah dosis tunggal dan wadah dosis ganda (multiple dose). Wadah dosis tunggal merupakan suatu wadah kedap udara yang mempertahankan jumlah obat steril dengan tujuan pemberian parenteral sebagai dosis tunggal dan yang bila dibuka tidak dapat ditutup rapat kembali dengan jaminan tetap steril. Sedangkan wadah dosis ganda adalah wadah yang memungkinkan pengambilan isinya berturut-turut tanpa terjadi perubahan kekuatan, kualitas atau kemurnian bagian yang tertinggal (Ansel, 2005). Wadah dosis ganda dilengkapi dengan penutup karet dan plastik yang memungkinkan untuk melakukan penusukan jarum suntik tanpa membuka atau merusak tutup. Apabila jarum ditarik kembali ke wadah, lubang tusukan akan tertutup rapat kembali dan melindungi isi dari pengotoran udara bebas. Apabila dinyatakan lain dalam monografi, obat dosis ganda diharuskan mengandung zat pengawet antimikroba, dengan jumlah total yang ada didalam sediaan tidak boleh lebih besar dari 30 ml. sehingga dapat membatasi jumlah tusukan yang dibuat pada penutupnya dan dapat terjaga sterilitasnya serta untuk membatasi jumlah pengawet antimikroba yang ada dalam sediaan (Ansel, 2005).

(21)

2

antiemetik, antidiare, antispasmodik, dan reaksi ekstrapiramidal karena obat (Depkes RI, 2000). Dalam pemberian injeksi difenhidramin hidroklorida diabsorbsi baik dalam tubuh, memiliki efek samping sedasi, yang justru menguntungkan pasien yang dirawat di rumah sakit atau pasien yang perlu banyak tidur (Depkes RI, 2007). Difenhidramin hidroklorida mempunyai pH untuk sediaan : (antara 4 - 6,5 dan antara 5 - 6 ) sedangkan untuk pH larutan antara (4 - 6 pada larutan 5%) (Sweetman, 2009).

Difenhidramin hidroklorida pada kenyataannya penggunaan sediaan injeksi di beberapa puskesmas, rumah sakit, dan praktek dokter masih belum melakukan teknik aseptis dengan baik dikarenakan ketersediaan sarana dan prasarana yang tidak memadai dan kurangnya pengetahuan tentang teknik aseptis. Berdasarkan hasil penelitian penggunaan sediaan farmasi intravena pada salah satu rumah sakit swasta di Kota Bandung menyimpulkan bahwa penyiapan sediaan intravena belum dilakukan dengan teknik aseptik yang baik (Surahmanet al, 2008). Oleh karena itu perlu dilakukan uji untuk mengetahui adanya kontaminasi yang terjadi selama penggunaan sediaan injeksi dengan penusukan sekali dan penyimpanan selama 28 hari.

Sterilitas merupakan persyaratan dari sediaan injeksi, Injeksi yang dibuat secara tidak tepat dapat mengandung bermacam organisme, dan salah satu yang paling berbahaya adalahEscherichia coli. Tujuan dari sterlisasi adalah menjamin sterilitas produk maupun karakteristik kualitasnya, termasuk stabilitas produk. Sterilisasi adalah menghilangkan semua bentuk kehidupan, baik bentuk patogen, nonpatogen, vegetatif, maupun nonvegetatif dari suatu objek atau material (Agoes, 2009). Untuk menghilangkan terjadinya pertumbuhan mikroba pada sediaan multiple dose selain dilakukan sterilisasi kita perlu adanya pengawet antimikroba untuk melindungi sediaan obat dari kontaminasi mikroba. (Lukas, 2006).

(22)

3

penggunaan harus diusahakan agar pada kemasan akhir kadar pengawet yang masih efektif lebih rendah dari kadar yang dapat menimbulkan keracunan pada manusia (Depkes RI, 1995). Contoh pengawet yang lazim digunakan dalam formulasi sediaan parenteral adalah Benzil alkohol (1% - 2%), klorobutanol (0,2% - 0,5%), dan klorokresol (0,1% - 0,2%), Fenil etilalkohol (0,25%-0,5%), Fenol (0,5%), Fenil merkurinitrat 0,002%), Fenil merkuri asetat (0,001%-0,002%), Benzalkonium klorida (0,001%), Benzhetonium khlorida (0,01%), Kresol (0,3%-0,5%), metal-p-hidroksibenzoat (0,18%), Thimerosol (0,01%) (Agoes,2009).

Benzil alkohol adalah salah satu pengawet yang bisa digunakan untuk sediaan dosis ganda (multiple dose). Benzil alkohol digunakan untuk sediaan optalmik atau parenteral sebagai pengawet antimikroba sampai dengan konsentrasi 2%. Benzil alkohol bersifat bakteriostatik dan digunakan sebagai pengawet antimikroba melawan bakteri, jamur, kapang dan khamir. Aktivitas antimikroba benzil alkohol optimum terjadi pada pH dibawah 5, aktivitas sedikit ditunjukkan diatas pH 8. Aktivitas antimikroba berkurang karena adanya surfaktan nonionik, seperti polisorbat 80. berkurangnya aktivitas ini masih lebih kecil dibandingkan dengan ester hidroksibenzoat atau senyawa ammonium kuartener (Roweet al, 2009).

Pengawet benzil alkohol bekerja dengan cara merusak mikroorganisme, terhadap toksisitas primernya, artinya diarahkan kembali pada kerja racun sel, yang dikembangkan pada dinding sel atau juga pada bagian dalam sel. Salah satu mekanisme kerja pengawet benzil alkohol terhadap konsentrasi yang digunakan konsentrasi pengawet mikrobiosid, merupakan pengawet dengan konsentrasi yang menyebabkan kematian sel yaitu majunya permeabilitas dari membrane sel sehingga bahan pengawet yang didesak kedalam bagian sel mengakibatkan suatu pengacauan sistem koloid – fisika (desemulsifikasi, koagulasi dan presipitasi).

(23)

4

untuk kadar menurun dibawah 2% tidak menimbulkan toksisitas (Nair B et al, 2001).

Laporan efek samping dari benzil alkohol dalam penggunaannya sebagai eksipien termasuk toksisitas setelah pemberian intravena, neurotoksisitas pada pasien yang diberikan benzil alkohol dalam preparasi intratekal, hipersensitivitas meskipun jarang terjadi, dan sindrom toksik yang fatal pada bayi premature (Rowe et al, 2009). Pengawet antimikroba tidak boleh digunakan semata-mata untuk menurunkan jumlah mikroba viabel sebagai pengganti cara produksi yang baik dari produk steril dari formulasi dosis ganda selama produksi. Untuk menjaga keamanan saat penggunaan, konsentrasi pengawet yang efektif harus berada di bawah kadar yang mungkin dapat menimbulkan toksik (Anonim, 2008). Uji dan kriteria untuk efektivitas berlaku untuk produk dalam kemasan asli dan wadah yang belum dibuka. Uji efektivitas pengawet dilakukan dengan menggunakan mikroorganisme tertentu, yaitu Candida albicans (ATCC No. 10231),Aspergillus niger(ATCC No. 16404),Escherichia coli(ATCC No. 8739),

Pseudomonas aeruginosa (ATCC No. 9027), dan Staphylococcus aureus(ATCC No. 6538) (Anonim, 2008).

BakteriEscherichia coliatau biasa disebut dengan bakteri E.coli, Bakteri ini merupakan bakteri normal yang ditemukan di usus. E.coli berperan untuk membantu menjaga fungsi normal pencernaan. Bakteri ini umumnya tidak menimbulkan penyakit, namun pada kondisi tertentu bakteri ini dapat bersifat patogen. Beberapa tipe infeksi diantaranya Gastrointeritis (Diare), infeksi piogenik dan infeksi saluran kemih (Jawetz, 2005). Pada penelitian ini digunakan sediaan difenhidramin hcl, dikarenakan efek samping dari sediaan tersebut juga berpengaruh terhadap bakteri E.coli yaitu salah satunya diare. Bakteri ini salah satunya sering dijumpai pada media air yang tidak bersih, sehingga memungkinkan untuk sediaan difenhidramin hcl terkontaminasi oleh bakteri E.coli.

(24)

5

5 dan aktivitas sedikit ditunjukkan pada pH diatas 8 ,sehingga pada penelitian ini akan ditentukan untuk penetapan pada pH 5 apakah pengawet akan bekerja secara optimum. Penetapan untuk variabel terkendali dipilih pada pH 5 karena pH yang mendekati dengan kondisi fisiologis tubuh sekitar pH 7,4 sehingga untuk mengurangi rasa sakit pada pemakaiannya. Mekanisme kerja dari benzil alkohol dengan cara merusak mikroorganisme, yaitu terhadap toksisitas primernya, artinya diarahkan kembali pada kerja racun sel, yang dikembangkan pada dinding sel atau juga pada bagian dalam sel. Penggunaan benzil alkohol sebagai pengawet pada sediaan parenteral efektif pada kadar 1% - 2%, Sedangkan kadar toksik pada suatu pengawet benzil alkohol ditunjukkan pada konsentrasi diatas kadar 2% v/v (Rowe

et al, 2009). Sehingga pada penelitian ini ingin diketahui bagaimana efektivitas kadar benzil alkohol pada konsentrasi 1,5% v/v yang ditambahkan pada sediaan larutan injeksi difenhidramin hidroklorida dosis ganda (Terhadap Bakteri

Escherichia coli) dengan menghitung jumlah satuan pembentuk koloni mikroba tiap ml dari preparasi inokula pada hari ke 0, 7, 14, dan 28.

1.2 Rumusan Masalah

Dengan melihat latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang saya ajukan untuk penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana efektivitas benzil alkohol 1,5 % v/v pada sediaan injeksi difenhidramin hidroklorida dosis ganda, terhadap bakteri ujiEscherichia coli.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan efektivitas dari sediaan benzil alkohol 1,5% v/v pada sediaan injeksi difenhidramin hidroklorida dosis ganda terhadap bakteriEscherichia coli.

1.4 Manfaat Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, benzalkonium klorida 0,02% b/v efektif dalam mempertahankan sterilitas sediaan injeksi difenhidramin hidroklorida

Hasil penelitian yang diperoleh adalah bahwa untuk uji inaktivasi pengawet benzalkonium klorida 0,01% b/v pada sediaan injeksi difenhidramin HCl dosis ganda didapatkan

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberika rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul :

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa efektivitas klorobutanol sebagai pengawet dengan kadar 0,2% b/v mampu mempertahankan

Pada penelitian ini tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana efektivitas benzil alkohol 1% v/v dapat mempertahankan sterilitas sediaan injeksi difenhidramin

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, uji sterilitas dengan pengambilan berulang sebanyak lima kali dalam jangka waktu lima hari terhadap sediaan injeksi

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, benzalkonium klorida 0,02% b/v efektif dalam mempertahankan sterilitas sediaan injeksi difenhidramin hidroklorida dosis

Dalam formulasi sediaan injeksi difenhidramin HCl dosis ganda ini digunakan pengawet benzil alkohol 1% v/v dan sediaan disterilkan dengan panas basah (autoklaf)