MEDAN MAKNA AKTIVITAS MEMASAK
DALAM BAHASA PERANCIS
TESIS
Oleh
NURILAM HARIANJA
087009026/LNG
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010
SE K
O L A
H
P A
S C
A S A R JA N
▸ Baca selengkapnya: pada pemanasan basah, salah satu tekniknya adalah memasak dengan mencelupkan makanan dalam air mendidih dalam waktu pendek, disebut
(2)MEDAN MAKNA AKTIVITAS MEMASAK
DALAM BAHASA PERANCIS
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Humaniora dalam Program Studi Linguistik pada
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
NURILAM HARIANJA
087009026/LNG
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : MEDAN MAKNA AKTIVITAS MEMASAK DALAM BAHASA PERANCIS
Nama Mahasiswa : Nurilam Harianja
Nomor Pokok : 087009026
Program Studi : Linguistik
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Dr. Syahron Lubis, M.A) (Dr. Mahriyuni, M. Hum)
Ketua Anggota
Ketua Program Studi Direktur
(Prof. Tengku Silvana Sinar, Ph.D) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa, B., M.Sc)
Telah diuji pada
Tanggal 3 September 2010
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr. Syahron Lubis, M.A
Anggota : 1. Dr. Mahriyuni, M.Hum
2. Prof. Dr. Robert Sibarani, M.S
Judul Tesis : METAFORA Nama Mahasiswa : Nurismilida
Nomor Pokok : 087009027
Program Studi : Linguistik
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Robert Sibarani, M.S) (Dr. Eddy Setia, M.Ed. TESP)
Ketua Anggota
Ketua Program Studi Direktur
(Prof. Tengku Silvana Sinar, Ph.D) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa, B., M.Sc)
ABSTRAK
Tesis yang berjudul ”Medan Makna Aktivitas Memasak dalam Bahasa Perancis ini mengkaji makna leksem yang terdapat dalam aktivitas memasak. Objek penelitian ini adalah leksem-leksem aktivitas memasak yang berasal dari Dictionnaire français -indonésien dan kosa kata kuliner. Penelitian dalam tesis ini bertujuan untuk menentukan leksem aktivitas memasak dalam bahasa Perancis, merumuskan klarifikasi semantis leksem-leksem yang terdapat dalam aktivitas memasak bahasa Perancis, menemukan komponen makna yang terdapat dalam leksem-leksem bahasa Perancis yang berasal dari aktivitas memasak, dan menemukan relasi makna leksem-leksem aktivitas memasak bahasa Perancis. Cakupan penelitian ini dibatasi pada tataran leksem, khususnya leksem aktivitas memasak yang prosesnya melalui pemanasan. Untuk mencapai tujuan tersebut digunakan teori-teori semantis yang berhubungan dengan analisis komponen dan relasi makna. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam leksem aktivitas memasak yang menggunakan proses pemanasan terdapat 22 leksem. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa penentuan komponen makna leksem aktivitas memasak banyak ditentukan oleh faktor proses atau cara memasak dan bahan utama yang digunakan.
ABSTRACT
This thesis, entitled ”Medan Makna Aktivitas Memasak dalam Bahasa Perancis” discusses the meaning of lexemes in cooking activities. The objects of this study are the lexemes used in cooking activities. Those lexemes are provided in French-Indonesian dictionaries and also grouped as culinary vocabularies. The research is aimed not only determining the French lexemes in the cooking activities, but also finding the relations among the lexemes and formulating the semantical classification of French lexemes in cooking activities. This research is limited on the rank of lexemes, especially the lexemes related to cooking activities whose process is through heating. In order to achieve the aims of the research semantic theories are used which are related to componential analysis and meaning relations.. The results of the research show that there are 22 lexemes being used in the heating process of cooking activities. In addition, all those lexemes can be classified. These research also show that the choice of lexemes and the meaning component of the lexemes are determined by the style of cooking and main ingredients.
KATA PENGANTAR
Tesis ini berjudul “ Medan Makna Aktivitas Memasak Dalam Bahasa Perancis.
Tesis ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister
Humaniora pada Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti sebagai bahan
rujukan penelitian medan makna selanjutnya khususnya yang berhubungan dengan
aktivitas memasak dalam bahasa Perancis. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi
pakar dan pendidik bahasa dalam hal memperkaya khasanah kepustakaan linguistik
bahasa Perancis.
Penulis menyadari Tesis penelitian ini belum sempurna. Oleh sebab itu,
penulis mengharapkan kritik konstruktif dari pembaca demi penyempurnaannya.
Medan, September 2010
UCAPAN TERIMA KASIH
ﻢﻴﺣﺮﻟﺍﻦﻤﺣﺮﻟﺍﷲﺍﻢﺴﺑ
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah S.W.T. atas rahmad dan hidayahNya
sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Kemudian ucapan shalawat dan salam kepada
junjungan Rasulullah Muhammad S.A.W. karena syafaatnya manusia dapat menuntut
ilmu pengetahuan dan ilmu agama di bumi ini. Penulis menyadari tesis ini tidak akan
terwujud seperti ini tanpa bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada
kesempatan ini, dengan sepenuh hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih.
Dalam penyelesaian tesis ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan arahan
dari pembimbing I, Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A. dan Pembimbing II, Ibu Dr.
Mahriyuni, M.Hum. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih, semoga jasa baik
tersebut menjadi amal ibadah sepanjang hayat.
Selanjutnya penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan bantuan, baik moril maupun material dalam menyelesaikan
skripsi ini, terutama kepada :
1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM & H,M.Sc,(CTM), Sp.A(K). selaku
Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc. selaku Direktur Sekolah Pascasarjana.
3. Ibu Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D. dan Bapak Drs. Umar Mono, M.Hum.
selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Linguistik Universitas Sumatera
4. Semua Dosen Program Studi Linguistik USU yang telah memberikan bekal ilmu
kepada penulis sejak awal memasuki bangku kuliah sampai tahap penyelesaian
tesis ini.
5. Kepada seluruh staf administrasi pada Sekolah Pascasarjana USU yang telah
membantu saya dalam penyelesaian administrasi.
6. Kepangkuan Ayahanda M. Tahir Harianja dan Ibunda Farida Hanum Siregar, atas
tetesan keringat dan air mata telah membesarkan ananda. Rasa-rasanya ananda tak
kuasa membalas kebaikan kedua orang tua yang berhati mulia ini.
7. Istimewa suami dan anak-anakku tercinta, Erwin Daulay, S.T, Balqis Azzahra,
P.D. Daulay dan Nazwa Jiwa P.D. Daulay. Tanpa kehadiran, pengertian, dan
pengorbanan kalian tesis ini tidak pernah terwujud.
8. Untuk kakak-kakak dan adik-adik saya, terima kasih atas bantuan, doa, dukungan,
hiburan, dan semangat yang diberikan.
9. Rekan-rekanku seperjuangan, Mahasiswa/i Sekolah Pascasarjana angkatan
2008/2009, yang telah memberikan ketulusan dalam berbagi rasa dan saling
membantu selama dalam proses belajar bersama. Semoga Allah tetap
mempersatukan kita.
Akhirnya, semoga bantuan, dukungan dan budi baik yang telah diberikan oleh
berbagai pihak tersebut mendapat balasan yang berganda dari Allah Yang Maha
Pengasih dan Penyayang. Amin ya rabbal alamin.
Medan, Maret 2010
RIWAYAT HIDUP
Nama : NURILAM HARIANJA
Tempat/ Tgl. Lahir : Medan / 21 Januari 1977
Jenis Kelamin : Wanita
Alamat Tempat Tinggal : Jl. Sempurna No.92A Medan
Nomor Ponsel : 081361631356
Alamat Email : aqis@nazwa.com
PENDIDIKAN FORMAL
SD : SD INPRES 064036
SLTP : SLTP Negri 7 Medan
SMU : SMU Negri 5 Medan
Perguruan Tinggi : Universitas Negeri Medan
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK……….... i
ABSTRACT……… ii
KATA PENGANTAR... iii
UCAPAN TERIMA KASIH... iv
RIWAYAT HIDUP... vi
DAFTAR ISI……… vii
DAFTAR TABEL……… x
DAFTAR DIAGRAM……….. xii
BAB I PENDAHULUAN……….. 1
1.1 Latar Belakang Masalah..……….. 1
1.2 Batasan Penelitian………. 3
1.3 Permasalahan………... 4
1.4 Tujuan Penelitian………... 4
1.5 Manfaat Penelitian………. 5
1.5.1 Manfaat Teoritis... 5
1.5.2 Manfaat Praktis... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……… 8
2.1 Medan Makna...………... 8
2.2 Relasi Makna ... ……… 10
2.3 Komponen Makna………. 14
2.4 Aktivitas Memasak……… 16
2.5 Kajian Hasil-Hasil Penelitian yang Relevan...……… 19
BAB III METODE PENELITIAN……….. 22
3.1 Metode Penelitian………. 22
3.2 Data dan Sumber Data……….. 22
3.3 Teknik Pengumpulan Data……… 23
3.4 Prosedur Penelitian……… 23
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 25
4.1 Temuan Penelitian………. 25
4.1.1 Klasifikasi Semantis Leksem Aktivitas Memasak dalam Bahasa Perancis...……… 25
4.1.2 Analisis Kelas Kata Verbal...….………. 28
4.1.3 Analisis Aspek Semantis... 31
4.2 Pembahasan………... 33
4.2.1 Analisis Dimensi Semantis Leksem Aktivitas Memasak dalam Bahasa Perancis... 33
4.3 Relasi Makna Leksem Aktivitas Memasak dalam Bahasa Perancis... 35
4.4 Analisis Komponen dan Relasi Makna Leksem Aktivitas Memasak dalam Bahasa Perancis... 41
4.4.2 Analisis Komponen dan Relasi Makna Friture... 57
4.4.3 Analisis Komponen dan Relasi Makna Griller... 73
4.5 Medan Makna Aktivitas Memasak dalam Bahasa Perancis ... 86
BAB V SIMPULAN DAN SARAN……….. 88
5.1 Simpulan ……….. 88
5.2 Saran ………. 89
DAFTAR PUSTAKA ……….. 90
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
1. Daftar Aktivitas Memasak dari Dictionnaire Francais-Indonesien. 26
2. Daftar Leksem Aktivitas Memasak dari Dictionnaire Francais-
Indonesien yang Lulus pada Langkah Pertama ... 29
3. Leksem-Leksem yang Tidak Lolos Langkah Pertama... 31
4. Daftar Leksem yang Tidak Lolos Langkah Kedua………... 32
5. Makna Leksem dalam Kelompok Bouillir Berdasarkan Dictionnaire Francais-Indonesien... 37
6. Makna Leksem dalam Kelompok Aktivitas Memasak dengan Minyak atau Menggoreng Berdasarkan Dictionnaire Francais- Indonesien... 39
7. Makna Leksem dalam Kelompok Aktivitas Memasak dengan Panas Kering atau Memanggang Berdasarkan Dictionnaire Francais-Indonesien ... 40
8. Berdasarkan Sudut Pandang Bahan Utama... 43
9. Berdasarkan Sudut Pandang Bahan yang Dimasak... 44
10. Berdasarkan Sudut Pandang Proses atau Cara Memasak ... 47
11. Berdasarkan Sudut Pandang Wadah Tempat Memasak...…... 48
12 Berdasarkan Sudut Pandang Alat... 50
13 Berdasarkan Sudut Pandang Suhu... 52
14. Berdasarkan Sudut Pandang Cara Pengolahan ... 53
15 Distribusi Komponen Bouillir... 54
17 Defenisi Leksem-Leksem dalam Medan Makna Bouillir ... 56
18 Berdasarkan Sudut Pandang Bahan Utama... 58
19 Berdasarkan Sudut Pandang Bahan yang Dimasak ... 60
20 Berdasarkan Sudut Pandang Proses atau Cara Memasak... 63
21 Berdasarkan Sudut Pandang Wadah Tempat Memasak... 65
22 Berdasarkan Sudut Pandang Alat... 66
23 Berdasarkan Sudut Pandang Suhu... 68
24 Berdasarkan Sudut Pandang Cara Pengolahan ... 69
25 Distribusi Komponen Friture ... 70
26 Medan Makna Friture ... 72
27 Definisi Leksem-Leksem dalam Medan Makna Friture... 72
28 Berdasarkan Sudut Pandang Bahan Utama... 74
29 Berdasarkan Sudut Pandang Bahan yang Dimasak ... 76
30 Berdasarkan Sudut Pandang Cara Memasak... 78
31 Berdasarkan Sudut Pandang Wadah Tempat Memasak... 79
32 Berdasarkan Sudut Pandang Alat Memasak... 81
33 Berdasarkan Sudut Pandang Suhu Memasak... 82
34 Berdasarkan Sudut Pandang Cara Pengolahan ... 83
35 Distribusi Komponen Griller ... 83
36 Medan Makna Griller ... 85
37 Defenisi Leksem-Leksem dalam Medan Makna Griller... 86
DAFTAR DIAGRAM
Nomor Judul Halaman
ABSTRAK
Tesis yang berjudul ”Medan Makna Aktivitas Memasak dalam Bahasa Perancis ini mengkaji makna leksem yang terdapat dalam aktivitas memasak. Objek penelitian ini adalah leksem-leksem aktivitas memasak yang berasal dari Dictionnaire français -indonésien dan kosa kata kuliner. Penelitian dalam tesis ini bertujuan untuk menentukan leksem aktivitas memasak dalam bahasa Perancis, merumuskan klarifikasi semantis leksem-leksem yang terdapat dalam aktivitas memasak bahasa Perancis, menemukan komponen makna yang terdapat dalam leksem-leksem bahasa Perancis yang berasal dari aktivitas memasak, dan menemukan relasi makna leksem-leksem aktivitas memasak bahasa Perancis. Cakupan penelitian ini dibatasi pada tataran leksem, khususnya leksem aktivitas memasak yang prosesnya melalui pemanasan. Untuk mencapai tujuan tersebut digunakan teori-teori semantis yang berhubungan dengan analisis komponen dan relasi makna. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam leksem aktivitas memasak yang menggunakan proses pemanasan terdapat 22 leksem. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa penentuan komponen makna leksem aktivitas memasak banyak ditentukan oleh faktor proses atau cara memasak dan bahan utama yang digunakan.
ABSTRACT
This thesis, entitled ”Medan Makna Aktivitas Memasak dalam Bahasa Perancis” discusses the meaning of lexemes in cooking activities. The objects of this study are the lexemes used in cooking activities. Those lexemes are provided in French-Indonesian dictionaries and also grouped as culinary vocabularies. The research is aimed not only determining the French lexemes in the cooking activities, but also finding the relations among the lexemes and formulating the semantical classification of French lexemes in cooking activities. This research is limited on the rank of lexemes, especially the lexemes related to cooking activities whose process is through heating. In order to achieve the aims of the research semantic theories are used which are related to componential analysis and meaning relations.. The results of the research show that there are 22 lexemes being used in the heating process of cooking activities. In addition, all those lexemes can be classified. These research also show that the choice of lexemes and the meaning component of the lexemes are determined by the style of cooking and main ingredients.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Medan makna adalah salah satu kajian utama dalam semantik. Medan makna
merupakan bagian dari sistem semantik bahasa yang menggambarkan bagian dari
bidang kebudayaan atau realitas dalam alam semesta tertentu yang direalisasikan oleh
seperangkat unsur leksikal yang maknanya berhubungan. Di dalam medan makna,
suatu kata terbentuk oleh relasi makna kata tersebut dengan kata lain yang terdapat
dalam medan makna itu. Sebuah medan makna, menurut Trier (1934), dapat
diibaratkan sebagai mosaik. Jika makna satu kata bergeser, makna kata lain dalam
medan makna tersebut juga akan berubah (Trier, dalam Lehrer, 1974:16).
Pendefinisian kata aktivitas memasak belum dilakukan secara optimal di
dalam penyusunan kamus. Jika dirujuk ke dalam Dictionnaire français-indonésien
(2001) defenisi kata yang terdapat dalam aktivitas memasak tersebut akan berputar
pada kata-kata yang terdapat dalam lema kata yang akan didefinisikan. Misalnya
griller, rôtir, frire, faire sauter.
(1) griller ‘memanggang, membakar, menggoreng (sangan, tanpa minyak)
(2) rôtir ‘memanggang, membakar (daging)
(3) frire ‘menggoreng
(4) faire saute ‘(makanan) menggoreng (sebentar dalam minyak yang panas)
Dari empat contoh di atas pendefinisian makna griller, rôtir, frire, dan faire
sauter saling berputar. Dalam definisi tersebut juga terlihat bahwa kata menggoreng
muncul berulang dalam griller, frire, dan faire sauté. Hal ini menimbulkan masalah
dalam memilih leksem aktivitas memasak yang tepat bagi pengguna bahasa
Perancis, khususnya mahasiswa Program Studi Bahasa Perancis Unimed. Hal tersebut
menyebabkan perlunya dilakukan penelitian tentang Medan Makna Aktivitas
Memasak dalam Bahasa Perancis, khususnya bagi peneliti sendiri yang merupakan
pengajar pada pada mata kuliah L’hotellerie. Di Program Studi Bahasa Perancis
terdapat mata kuliah L’hotellerie, pada mata kuliah ini dipelajari la Cuisine
(masakan), khususnya penggunaan perkembangan masakan Perancis yang tersedia
pada menu hotel berbintang.
Negara Perancis sangat dikenal dengan keeleganan masakannya. Masakan
yang dihidangkan merupakan momen yang penting setiap harinya. Sebagai negara
gastronomie yaitu negara yang memiliki seni cita rasa masakan yang tinggi. Hampir
semua sekolah kuliner di seluruh dunia menggunakan masakan Perancis sebagai
landasan dalam hal memasak. Metode memasak di Perancis begitu istimewa karena
mampu menjadikannya sebagai yang terbaik di dunia. Tidak semua negara mampu
melakukan hal yang serupa. Metode memasak Perancis itu sendiri telah menunjukkan
ciri kebudayaannya. Salah satunya yaitu dengan memakai Bahasa Perancis itu sendiri
dalam pemberian nama metodenya. Hal ini menjadikan Perancis sebagai pusat tata
memasak di perhotelan dalam bahasa Perancis dan tidak menerjemahkannya ke
dalam bahasa sasaran.
Mengingat perkembangan dalam hal tata boga semakin pesat, yang dengan
sendirinya kosakata dalam tata boga ini pun semakin berkembang karena
leksem-leksem dalam hal aktivitas memasak ini sangat erat kaitannya dengan kehidupan
sehari-hari. Hal ini dapat menyebabkan pemilihan leksem aktivitas memasak tidak
tepat dalam penggunaannya.
Berdasarkan perkembangan penelitian saat ini penelitian medan makna
aktivitas memasak dalam bahasa Perancis belum pernah dilakukan. Oleh karena itu,
perlu kiranya dilakukan penelitian terhadap medan makna aktivitas memasak dalam
bahasa Perancis. Penelitian ini perlu dilakukan dengan harapan dapat menemukan
konsep makna khususnya di dibidang aktivitas memasak bahasa Perancis.
1.2 Batasan Penelitian
Penelitian ini dibatasi pada bidang semantik yang dikhususkan pada medan
makna aktivitas memasak dalam bahasa Perancis. Penelitan ini merupakan penelitian
tataran leksem dengan melihat aspek semantis leksem yang terdapat dalam aktivitas
memasak dalam bahasa Perancis. Leksem- leksem yang dianalisis dibatasi pada
1.3Permasalahan
Untuk dapat menjawab dan mengelompokkan leksem-leksem dalam suatu
ranah dengan tepat, perlu diketahui relasi makna dan komponen makna yang
terkandung dalam setiap leksem dalam ranah tersebut. Berdasarkan uraian di atas,
permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Leksem-leksem aktivitas memasak apakah yang termasuk dalam ranah
aktivitas memasak yang melalui proses pemanasan dalam bahasa Perancis?
2. Bagaimanakah relasi makna leksem-leksem yang berasal dari aktivitas
memasak yang melalui pemanasan dalam bahasa Perancis ?
3. Komponen semantis apa saja yang terkandung di dalam leksem aktivitas
memasak yang melalui proses pemanasan dalam bahasa Perancis ?
1.4Tujuan Penelitian
Berkenaan dengan masalah di atas, penelitian Medan Makna Aktivitas
memasak dalam bahasa Perancis ini bertujuan untuk:
1. Mendeskripsikan leksem-leksem aktivitas memasak yang melalui proses
pemanasan dalam bahasa Perancis
2. Mendeskripsikan relasi makna leksem-leksem aktivitas memasak yang
melalui proses pemanasan yang berasal dari dalam bahasa Perancis
3. Mendeskripsikan komponen semantis yang terkandung di dalam leksem
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini mempunyai kegunaan atau kemaknaan ganda, baik yang
bersifat praktis bagi kegiatan kebahasaan, seperti penelitian, pengajaran,
penerjemahan dan penyususnan kamus, dan tesaurus maupun yang bersifat teoritis
bagi pemahaman yang lebih baik tentang berbagai aspek medan makna dan aspek
semantik.
1.5.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan bagi khazanah ilmu bahasa,
linguistik, khususnya semantik. Temuan-temuan dalam penelitian ini selanjutnya
diharapkan menimbulkan inspirasi bagi peminat bahasa untuk meneliti lebih lanjut
mengenai medan makna.
1.5.2 Manfaat Praktis
1. Hasil penelitian ini bermakna bagi penyusunan kamus ekabahasa, kamus
dwibahasa, dan tesaurus. Analisis komponen makna yang antara lain
mengidentifikasi komponen distingtif berguna bagi penyusunan kamus.
2. Hasil penelitian ini bermakna bagi pengembangan pengajaran l’hotellerie
(Perhotelan) dan vocabulaire (kosa kata) khususnya kosa kata cuisiner.
memilih leksem secara tepat sesuai dengan konteksnya. Makin dalam
pemahaman leksem dalam sebuah medan makna , makin meningkat pula
kemampuan memilih leksem dalam berkomunikasi. Dengan demikian,
kualitas anak didik meningkat sehingga memilih pengetahuan dan wawasan
yang luas serta terampil dalam bidang yang ditekuninya.
3. Hasil penelitian ini bermakna bagi kegiatan penerjemahan. Hasil analisis
komponen makna dapat dimanfaatkan untuk menemukan ekuivalen
terjemahan yang tepat. Dengan mengetahui komponen makna spesifik dan
generik dalam bahasa sumber, dapat ditetapkan ekuivalen terjemahan yang
tepat dalam bahasa sasaran.
4. Hasil penelitian ini dapat membantu mahasiswa dalam pemilihan leksem
aktivitas memasak dalam bahasa Perancis dengan tepat.
1.6Klarifikasi Istilah
Dari seluruh paparan yang disajikan beberapa istilah yang dipakai dalam
penelitian Medan Makna Aktivitas Memasak dalam Bahasa Perancis, baik yang
sudah jelas-jelas dikemukakan dalam paparan pada latar belakang maupun yang
masih tersamar. Sebagian dari rumusan ini diharapkan sekaligus memberikan
gambaran ruang lingkup penelitian yang digarap.
Pengetahuan Medan Makna Aktivitas Memasak. Leksem yang
manusia dalam kehidupan sehari-hari. Yaitu dalam hal membuat (mengolah)
panganan, makanan gulai, dan sebagainya.
Leksem adalah keluarga (seperangkat) satuan leksikal : satuan leksikal adalah
paduan sebuah makna dengan sebuah bentuk leksikal.
Defenisi kata yang terdapat pada kamus membentuk relasi antarbutir leksem
yang maknanya bersinggungan, bertumpang tindih, berlawanan atau inklusif terhadap
makna butir lain. Sekelompok atau sejumlah leksem yang berelasi semantik
merupakan medan makna. .
Dimensi semantis adalah kategori penggolong untuk mengelompokkan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kerangka teori penelitian medan makna aktivitas memasak dalam bahasa
Perancis ini menggunakan kerangka teori medan makna yang diutarakan oleh
Lutzeire (1983), Teori analisis komponen yang dikemukakan oleh Nida (1975), teori
relasi makna yang dikemukakan oleh Cruse (1987). Teori medan makna dipilih
karena teori itu membatasi penggunaan intuisi dalam menentukan medan makna dan
analisis komponen makna yang dikemukakan Nida dipilih karena Nida
menjabarkannya sangat jelas dan rinci, mengklasifikasikan jenis komponen makna,
prosedur yang digunakan untuk mendeskripsikan sebuah makna satuan semantik, dan
prosedur analisis komponen diagnostik. Teori relasi makna yang dikemukakan Cruse
(1987) digunakan karena teori ini sangat detail menjabarkan relasi.
2.1 Medan Makna
Medan makna merupakan bagian dari sistem semantik bahasa yang
menggambarkan bagian dari bidang kebudayaan atau realitas dalam alam semesta
tertentu yang direalisasikan oleh seperangkat unsur leksikal yang maknanya
berhubungan. Hubungan dengan masalah relasi makna kata dari kurun waktu yang
konseptualisasinya, juga berhubungan secara internal antara kata yang satu dengan
yang lainnya (Aminuddin, 1998:109).
Kajian tentang medan kata lebih lanjut berhubungan erat dengan masalah
kolokasi. Pengertian kolokasi itu sendiri ialah asosiasi hubungan makna kata yang
satu dengan kata yang lain masing-masing memiliki hubungan ciri yang tetap. Kata
membaca berhubungan dengan buku, mengeong berhubungan dengan kucing,
memetik berhubungan dengan bunga, dan lain-lain. Masalah hubungan makna itu
baru ditentukan setelah masing-masing kata berada dalam konteks pemakaian melalui
beberapa tataran analisis (Palmer, 1999:76)
Medan makna ialah seperangkat leksem yang maknanya berelasi dan
eksistensinya merupakan salah satu ciri universal leksikon setiap bahasa. Nida
(1975), Lehrer (1974) dan Leech (1983) mengutarakan bahwa medan makna adalah
sekelompok atau sejumlah leksem yang berelasi secara semantis yang pada umumnya
dicakupi atau dipayungi oleh leksem yang menjadi superordinatnya (Lehrer, 1974:1).
Sekelompok leksem itu akan membentuk suatu medan jika seperangkat leksem itu
mempunyai komponen bersama (Lehrer, 1974:347).
Konsep medan makna Lehrer berpadanan dengan konsep ranah makna Nida
(1975). Menurut Nida ranah makna itu terdiri atas seperangkat makna tidak terbatas
pada makna yang dinyatakan dalam sebuah leksem yang berkomponen makna
bersama.
Sementara itu, menurut Lyons (1963: 268), medan makna adalah seperangkat
dapat berhubungan secara sintagmatis atau paradigmatis dapat termasuk dalam medan
makna yang sama. Contohnya menulis, memukul, membawa, dan mendorong
memiliki hubungan paradigmatis, dengan demikian termasuk dalam satu medan,
yaitu medan makna aktivitas dengan tangan.
2.2. Relasi Makna
Relasi makna itu, antara lain. meliputi hal sinonimi, antonimi, polisemi,
homonimi. Sehubungan dengan tata hubungan makna ini, Nida (1975:19)
menyatakan bahwa ada empat macam relasi semantik atau tata hubungan makna
kata-kata dalam suatu bahasa. Tata hubungan makna tersebut ialah (1) inklusi (hiponimik),
(2) tumpang tindih (sinonimik), (3) keberlawanan (oppositeness), dan (4) berdekatan
(kontiguitas).
Relasi inklusi (hiponimik) ditandai oleh makna kata yang satu termasuk
dalam lingkup makna lain, misalnya itik, ayam, burung termasuk dalam golongan
makna unggas. Relasi sinonimik menunjukkan adanya kesamaan makna, misalnya
bambu dan buluh. Relasi keberlawanan ditandai adanya pertentangan.makna,
misalnya jual dan beli, pria dan wanita. Relasi kontiguitas atau berdekatan, ditandai
oleh adanya seperangkat kata yang masuk ke dalam satu medan makna, misalnya
hubungan antara, mengolah, meracik, menggodok, dan memasak.
Relasi makna yang terdapat pada seperangkat kata yang bermakna
memperlihatkan hubungan arti leksikal yang sangat erat karena memiliki ciri
semantik umum yang sama sehingga termasuk ke dalam sebuah ranah (domain)
semantik yang sama (Nida, 1975:19).
Selain Nida, relasi makna dibicarakan juga oleh Cruse. Cruse (1987:85—110)
membagi tata hubungan makna atas dua golongan, yakni hubungan kesesuaian
(concurence) dan hubungan pertentangan (oppositeness). Hubungan kesesuaian
dibagi atas empat hubungan yang lebih kecil sebagai berikut:
a. Hubungan kesamaan (identity).
Hubungan ini biasa disebut kesinoniman, yakni hubungan makna antarunsur
leksikal yang bertalian dengan pemilikan ciri makna bersama antara anggota
kehiponiman, misalnya perempuan: ibu;
b. Hubungan peliputan (inklusi).
Hubungan ini menunjukkan makna suatu leksem masuk ke dalam makna leksem
yang lebih luas, misalnya unggas: burung.
c. Hubungan tumpang tindih (overlap).
Hubungan ini oleh adanya pemilikan hiperonim bersama, tetapi kedua leksem itu
bukan merupakan unsur kehiponiman, misalnya sapi: hewan: ternak.
d. Hubungan penolakan (disjunction). Hubungan ini ditandai oleh penolakan anggota
yang satu terhadap yang lain, misalnya hubungan antara pepaya: pisang,
Cruse (1987: 154) membedakan sinonimi atas tiga kelompok, yaitu:
(I) Sinonimi absolut adalah relasi makna antara dua kata atau lebih yang sama
bersinonimi absolut, berarti jika X memiliki makna Z dalam sebuah konteks,
demikian pula dengan Y; jika X dalam sebuah konteks memiliki makna yang
aneh, Y juga memiliki makna yang aneh; jika X dalam sebuah konteks
memiliki makna yang anomali, Y juga memiliki makna yang anomali. Dengan
kata lain, X dan Y dapat saling bersubstitusi tanpa memiliki perbedaan
makna sedikitpun, secara denotatif ataupun emotif. Dalam sebuah bahasa,
kata-kata yang bersinonim absolut biasanya sangat jarang ditemukan.
(2) Sinonimi proposisional adalah relasi makna antara dua kata atau lebih yang
dapat bersubstitusi dalam sejumlah ekspresi tanpa menimbulkan perbedaan
makna. Dalam sinonimi proposisional, perbedaan terjadi pada aspek tingkat
makna ekspresif , stilistik (berhubungan dengan colloquial dan formal),
medan pembicaraan. Misalnya isteri dan bini, saya dan aku, bual dan bikin.
(3) Sinonimi dekat adalah relasi makna antara dua kata atau lebih yang sebagian
makna yang dimilikinya sama, misalnya cantik dan ayu, besar dan luar biasa,
buta dan rabun.
Sementara itu, kelas yang mengekspresikan eksklusi dan oposisi terbagi atas:
1. Inkompatibilitas adalah relasi makna antara dua kata atau lebih yang tidak
mempunyai persamaan makna, tetapi memiliki hiperonim yang sama. Contoh:
tikus, kucing, anjing, kuda, dan gajah memiliki relasi inkompatibilitas, tetapi
kata-kata tersebut memiliki hiperonim yang sama, yaitu binatang.
Inkompatibilitas ini dapat diuji dengan menggunakan kerangka uji Jika sesuatu
itu bukan anjing. Inkompatibilitas adalah relasi makna yang mengekpresikan
prinsip disjungsi.
2. Pertentangan makna (oposisi) adalah relasi makna antara dua kata yang memiliki
bertolak belakang, misalnya panjang dan pendek, besar dan kecil. Pertentangan
makna dalam Cruse (1987) dibagi atas komplementer, antonim, pertentangan
direksional.
(1). Komplementer adalah pertentangan makna sederhana antara dua kata,
misalnya mati:hidup, benar:salah, masuk:keluar, perempuan:laki-laki. Secara
logis, komplementer dapat didefinisikan sebagai berikut:
Jika tidak/bukan X, maka Y atau Jika X maka tidak/bukan Y. Jadi, jika tidak
mati maka hidup. Jika dia perempuan, dia bukan laki-laki. Jika tidak salah
maka benar.
(2) Pertentangan antipodal (reversives) adalah pertentangan makna antara dua
kata berdasarkan sudut pandang kearahan. Pertentangan makna ini termasuk
dalam subtipe oposisi direksional. Pertentangan makna jenis reversif mi
ditemukan pada kelas kata verba yang dicirikan melalui pasangan verba yang
menunjukkan gerak atau perubahan dalam arah yang ber1awanan. misalnya
peningkatan:penurunan, masuk:keluar, muncul:menghilang, bebas:terikat.
(3) Pertentangan Relasional (converses) adalah pertentangan antara dua kata
berdasarkan sudut pandang kearahan yang hanya dilihat dan atas ke
2.3 Komponen Makna
Berkaitan dengan penjelasan tata hubungan makna di atas, salah satu cara
dalam menetapkan hubungan makna antara seperangkat leksem dan suatu medan
adalah dengan analisis komponen makna. Dalam penjelasannya, Lyons (1963:336)
menghubungkan analisis komponen makna bersama dan komponen makna pembeda.
Analisis komponen makna adalah analisis leksem berdasarkan komponen
pembedanya. Analisis tersebut berguna untuk melihat ‘kekontrasan’ antara leksem
yang satu dengan leksem yang lain di dalam medan leksikal. Komponen makna
bersama adalah ciri yang tersebar dalam semua leksem yang menjadi dasar makna
bersama, terutama dalam perangkat leksikal. Dalam hubungan ciri komponen
bersama tersebut, Lutzeier (1983:158—9) melengkapinya dengan dapat atau tidaknya
anggota satu perangkat saling menggantikan dalam sebuab konteks. Selanjutnya,
Lutzeier menjelaskan bahwa sifat tidak pertelingkahan, dalam hubungan itu,
perbedaan makna antara anggota kohiponim diuraikan dengan komponen pembeda.
Sehubungan dengan hal itu, penentuan ciri makna bersama dalam sebuah
leksem tidak hanya dilihat berdasarkan unsur makna yang terdapat pada sebuah
leksem karena kadang-kadang unsur-unsur dalam makna tersebut kurang lengkap.
Oleh karena itu, kita pun harus mengandalkan intuisi dan pengalaman yang kita
dapatkan. Jadi. mungkin saja penamaan ciri ini tidak akan sama antara yang satu dan
yang lainnya. Selain itu, beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam
komponen makna, antara lain, tanda plus (+ ), minus (— ), dan plus minus (± ).
Tanda plus digunakan jika komponen makna tertentu terdapat pada makna leksem
yang dianalisis. Tanda minus dipakai untuk menandai jika makna tertentu tidak
terdapat pada makna leksem itu. Tanda plus minus dipakai jika komponen makna
mungkin terdapat dan mungkin tidak terdapat pada makna leksem itu. Misalnya,
leksem laki-laki akan dianalisis +INSANI untuk mengontraskan dengan leksem
‘hewan’, leksem ‘tumbuhan’, dan dengan ciri makna —INSANI, kemudian
+DEWASA untuk mengontraskan dengan leksem ‘anak-anak’, leksem ‘bayi’ dan —
WANITA untuk mengontraskan dengan leksem ‘wanita’.
Penetapan keanggotaan leksem dalam hierarki didasarkan pada komponen
maknanya. Leksem yang mempunyai komponen makna lebih banyak memiliki
tingkat hierarki yang rendah. Oleh karena itu, leksem ‘laki-laki’ yang memiliki
komponen makna ÷INSANI + DEWASA dan — WANITA akan lebih rendah jika
dibandingkan dengan leksem ‘orang’ yang memiliki citi + INSANI.
Analisis komponen makna ini berguna untuk melihat hubungan makna antara
sesama kehiponiman atau ketaksoniman, Hal itu dapat dilakukan dengan cara
mendaftar semua unsur makna yang terdapat pada leksem-leksem tersebut, kemudian
makna-makna yang menjadi ciri bersama dan ciri khusus tiap-tiap leksem itu
2.4. Aktivitas Memasak
Untuk dapat mengerti lebih jelas batasan aktivitas memasak di dalam
penelitian ini didasarkan pada pengertian aktivitas memasak seperti yang dijabarkan
di dalam Dictionnaire français-indonésien (2001 : 243), cuisiner adalah masakan,
cara, seni masak. Dalam KBBI, edisi ke-3, (2001:718), batasan leksikal cuisiner
dijelaskan sebagai berikut. Cuisiner (Memasak) v membuat (mengolah) panganan,
makanan gulai, dsb: ibu-di dapur.
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia yang disusun Badudu dan Zain
(1994:868), leksem cuisiner dijelaskan sebagai berikut: (memasak) kerja merebus,
mengukus, membakar, menggoreng, memanggang sesuatu (nasi, ikan, sayur, daging,
dsb) sehingga dapat dimakan.
Dalam Merriam Webster’s Collegiate Dictionary, (1998:254), leksem
cuisiner dideskripsikan sebagai berikut:
Cook vi 1. To prepare food for eating by means of heat;
2 To undergo the action of being cooked (the rice is ~ ing now);
Dalam Kamus Modern Bahasa Indonesia yang disusun Badudu dan Zain
(1959 : 582), leksem memasak diuraikan sebagai berikut.
Memasak (makanan) menyediakan makanan dengan memakai panas api.
Dalam Wikipedia bahasa Indonesia (2009) dijelaskan Aktivitas Memasak
adalah kegiatan menyiapkan makanan untuk dimakan dengan cara memanaskan.
dapur untuk mengatur rasa memudahkan makanan untuk dicerna. Memasak secara
umum adalah persiapan dan proses memilih, mengatur kuantitas, dan mencampur
bahan makanan dengan urutan tertentu dengan tujuan untuk medapatkan hasil yang
diinginkan. Memanaskan bahan makanan umumnya, walaupun tidak selalu,
merubahan bahan makanan tersebut secara kimiawi, mengakibatkan adanya
perubahan rasa, tekstur, penampilan, dan nilai nutrisi. Perbedaan-perbedaan yang ada
di seluruh dunia mengenai cara memasak mencerminkan faktor-faktor sosial,
ekonomi, agama, agrikultur, budaya, dan estetika yang mempengaruhinya
Memasak di Perancis melibatkan sejumlah besar metode memasak Perancis,
gaya, dan peralatan yang sangat kompleks. Selain metode memasak, gaya dan
peralatan yang memerlukan keterampilan yang hebat juga pemahaman yang
mendalam mengenai bahan yang akan dimasak. Metode memasak Perancis gaya dan
peralatan sangat berkontribusi pada masakan Perancis dan membuat yang terbaik di
dunia. Tidak semua negara mampu melakukan hal yang serupa. Metode memasak
Perancis itu sendiri telah menunjukkan ciri kebudayaannya. Salah satunya yaitu
dengan memakai Bahasa Perancis itu sendiri dalam pemberian nama metodenya.
Memasak adalah proses menyiapkan makanan dengan memberikan
panas. Koki memilih dan mengombinasikan bahan-bahan menggunakan alat dan
metode yang luas. Dalam proses, rasa, tekstur, penampilan, dan sifat kimia dari
bahan dapat berubah. Teknik memasak dan bahan bervariasi di dunia,
merefleksikan lingkungan, ekonomi, dan tradisi budaya yang unik. Koki sendiri
Memasak dengan panas atau api adalah kegiatan yang hanya dilakukan
manusia, dan beberapa saintis percaya kemunculan memasak memainkan peranan
penting dalam evolusi manusia. Perkembangan agrikultur, perdagangan, dan
transportasi antara peradaban di daerah berbeda menyebabkan pertukaran bahan.
Penemuan baru dan teknologi, seperti panci untuk wadah dan mendidihkan air,
memperluas teknik memasak. Koki modern dapat mengaplikasikan teknik
saintifik maju untuk menyiapkan makanan.
Sejarah
Tidak ada bukti jelas kapan memasak diciptakan. Menurut ahli primata
Richard Wrangham, memasak diciptakan sekitar 1,8 sampai 2,3 juta tahun yang
lalu. Peneliti lain memperkirakan memasak baru diciptakan sekitar 40 hingga 10
ribu tahun yang lalu. Bekas api tidak dapat digunakan sebagai bukti karena api
liar akibat sambaran kilat sering terjadi di Afrika Timur dan daerah liar lain, dan
sulit menentukan apakah api digunakan untuk memasak, atau hanya untuk
menghangatkan dan menjauhkan hewan pemangsa. Mayoritas antropologis
berpendapat api masak bermula lebih kurang 250 ribu tahun lalu dari bukti
perapian kuno, oven tanah, tulang hewan yang terbakar, serta batu kapak
2.5. Kajian Hasil-Hasil Penelitian yang Relevan
Berdasarkan survei pustaka dan keterangan lain-lain, ternyata penelitian
tentang medan makna aktivitas memasak dalam bahasa Perancis belum pernah
dilakukan. Penelitian medan makna yang pernah dilakukan adalah sebagai berikut:
Medan makna leksikal “memasak” oleh Sitanggang (2007). Sitanggang
menderetkan 41 kosa kata yang termasuk dalam medan makna memasak itu dengan
maknanya secara alfabetis.
Dari deretan kata serta deskripsi yang terdapat dalam medan makna kata memasak di
atas tampak adanya seperangkat makna yang mempunyai komponen umum yang
sama. Berdasarkan analisis komponen makna terdapat seperangkat kata yang memilih
makna “memasak” didapati, antara lain, adanya:
a. bahan, yakni bahan utama yang dipakai untuk “memasak”, misalnya minyak
goreng, air, santan, kecap, uap.
b. Bahan yang akan dimasak, misalnya sayur, daging, ikan, ubi
c. Proses atau cara memasak, misalnya ditumis, direbus,dikukus, dibakar,
dipanggang, digoreng.
d. Tempat memasak yaitu wadah untuk tempat memasak, misalnya kuali, panci,
e. Alat, yaitu alat yang dipakai untuk memasak kompor, tungku, bara api, arang,
oven
f. Cara mengolah : - berkuah atau tidak berkuah
Konfigurasi Medan Leksikal Emosi Bahasa Melayu Serdang oleh Mahriyuni
(2009). Mahriyuni menemukan dalam leksem Melayu Serdang terdapat medan
leksikal yang anggotanya adalah leksem adjektiva simpleks internal yang
berkomponen emosi dengan jumlah leksem 153 buah.
Dengan analisis komponen makna ditemukan komponen makna bersama atau
komponen umum dengan relasi semantik bersama menjadi dasar terbentuknya medan
leksikal. Dari 153 emosi terbentuk tujuh medan leksikal emosi, yang merupakan
dasar bahasa Melayu Serdang yaitu (1) medan leksikal senang, (2) medan leksikal
sedeh, (3) medan leksikal marah, (4) medan leksikal bosan, (5) medan leksikal benci,
(6) medan leksikal takut, (7) medan leksikal malu. Penentuan medan leksikal emosi
Melayu Serdang tidak berbeda dengan sembilan medan leksikal bahasa Indonesia
berdasarkan Kamus Besar Indonesia yaitu, suka, senang, sedeh, marah, benci, takut,
heran, bosan, dan malu.
Medan Makna Ranah Emosi Dalam Bahasa Indonesia oleh Pramanik (2005).
Pramanik menemukan 80 kata emosi dalam bahasa Indonesia yang berasal dari
kategori adjektiva dasar. Dari 80 kata emosi itu, ada kata berani dan penasaran yang
tidak memiliki kelompok medan makna sehingga tidak dilakukan analisis komponen.
Dengan demikian tersisa 78 kata emosi yang ditemukan melalui analisis konteks
verbal, aspek semantis dan dimensi semantis. Ke- 78 kata itu adalah (asyik, antusias,
bahagia, bangga, benci, berahi, berang, bimbang, bosan, cemas, cinta, curiga,
cemburu, dengki, dongkol, galau, gamang, gelisah, gembira,gemas, gentar, geram,
girang, gondok, grogi, gundah, geram, heran, iba,iklas, iri, jemu, jengkel, jenuh,
marah,masgul, merana, muak, ngebet, ngeri, nikmat, panik, pilu, plong, prihatin,
puas, ragu,resah, rida, rindu, risau, risi, sangsi, sayang, sebel, sedih, segan, senang,
sentiment, sirik, suka, sungkan, takjub, takut, tegang,tenang, terenyuh, was-was).
Dari 78 kata emosi tersebut, terbentuk 9 medan makna kata emosi, yaitu
medan makna senang, suka, heran, sedih, marah, bosan, benci, takut dan malu.
Melalui analisis komponen makna terlihat bahwa setiap kata dalam medan makna
memiliki komponen makna yang hampir sama, tetapi dapat dibedakan dengan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode studi kepustakaan.
Dalam hal ini, penulis akan mengamati dan menganalisis secara analitis
leksem-leksem aktivitas memasak yang terdapat dalam bahasa Perancis. Perangkat leksem-leksem
yang terdapat dalam aktivitas memasak tersebut dianalisis untuk menentukan
klasifikasi semantis, komponen-komponen makna, dan relasi makna yang terdapat
pada perangkat leksem tersebut.
3.2Data dan Sumber Data
Data penelitian ini adalah sejumlah leksem bahasa Perancis yang
mengandung makna aktivitas memasak. Sumber data mencakup data tertulis. Data
tertulis diperoleh dari Dictionnaire français-indonésien yang disusun oleh
Soemargono (2001) dan Vocabulaire Culinaire (kosa kata memasak) bahasa Perancis
dari internet http:/www.google.fr.vocabulaire culinaire.
Dictionnaire français-indonésien (2001) dipilih karena merupakan sumber
leksikon terbesar dan dianggap sebagai sumber yang terpercaya. Vocabulaire
leksem-leksem aktivitas memasak dari Dictionnaire français-indonésien. Untuk
trianggulasi data diperlukan penutur asli untuk memvalidasikan data penelitian ini.
3.3Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara pemeriksaan data dari sumber
data yang didapat dari hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.
Pengumpulan data yang digunakan adalah metode dasar pembacaan sumber data
dengan cermat dan dilanjutkan dengan metode pencatatan/pengidentifikasian sumber
data. Teknik ini digunakan mengingat sumber data dalam penelitian ini adalah
sumber data tulis.
Teknik kedua dalam pengumpulan data adalah teknik pengamatan yang
dilakukan dengan cara pencatatan data, penganalisisan data dan penyimpulan.
3.4Prosedur Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian dalam tesis ini, penulis akan menganalisis
data melalui prosedur berikut:
(1) Pengidentifikasian leksem aktivitas memasak melalui proses pemanasan
(2) Pengidentifikasian leksem aktivitas memasak melalui proses pemanasan
melalui aspek semantis.
(3) Pengelompokan leksem aktivitas memasak melalui proses pemanasan dalam
(4) Penentuan komponen leksem aktivitas memasak melalui proses pemanasan
dalam bahasa Perancis
(5) Penentuan relasi makna aktivitas memasak melalui proses pemanasan dalam
bahasa Perancis
(6) Penentuan medan makna aktivitas memasak melalui proses pemanasan dalam
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Temuan Penelitian
Setelah data terkumpul dan dianalisis, ditemukan medan makna aktivitas
memasak dalam bahasa Perancis. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
leksem-leksem aktivitas memasak yang berasal dari hasil inventarisasi dictionnaire
français-indonésien. Analisis medan makna aktivitas memasak tersebut dilakukan
dengan cara menguraikan klasifikasi semantik kata-kata aktivitas memasak dalam
bahasa Perancis, melalui analisis komponen dan relasi makna.
4.1.1 Klasifikasi Semantis Leksem Aktivitas memasak dalam Bahasa Perancis
Leksem-leksem memasak yang diperoleh dari Dictionnaire français
-indonésien yang disusun oleh Soemargono (2001) telah melalui kriteria sebagai
berikut:
1. Kata-kata yang berhubungan dengan memasak
Lanjutan Tabel 1
untuk menentukan leksem aktivitas memasak dalam bahasa Perancis sehingga dapat
disusun sebuah klasifikasi semantis. Penentuan leksem aktivitas memasak dalam
Bahasa Perancis ini dilakukan menuruti prosedur yang dikemukakan oleh Lutzeier
(1983) dalam Paramanik. Lutzeier (1983) mengemukakan tiga langkah utama untuk
menentukan sebuah klasifikasi semantis, yaitu melalui konteks verbal, aspek
konteks verbal dan aspek semantis adalah langkah untuk menjaring data, sementara
langkah ketiga, yaitu analisis dimensi semantis adalah langkah pengelompokkan data.
4.1.2 Analisis Kelas Kata Verbal
Menentukan konteks verbal. Konteks verbal yang digunakan untuk
menyeleksi leksem-leksem dalam tabel di atas adalah “ Je …………. Le Pollet/ La
Viande/ La Poisson/ Les Legumes/ etc”. Untuk leksem-leksem yang dapat mengisi
bagian yang kosong dalam konteks verbal tersebut, ditentukan kriteria-kriteria
sebagai berikut:
1. Kata yang dapat mengisi gatra kosong dalam konteks verbal “Je ……. Le
Pollet/ La Viande/ La Poisson/ Les Legumes/ etc” adalah merupakan leksem
aktivitas memasak.
2. Kata yang dapat mengisi gatra kosong dalam konteks verbal “Je ……. Le
Pollet/ La Viande/ La Poisson/ Les Legumes/ etc” adalah leksem aktivitas
yang merupakan bahasa Perancis baku.
Berdasarkan kriteria di atas, diperoleh leksem aktivitas memasak sebagai
Tabel 2. Daftar Leksem Aktivitas Memasak dari Dictionnaire Français-Indonésien yang Lulus pada Langkah Pertama
No Leksem aktivitas memasak No Leksem aktivitas memasak No Leksem aktivitas memasak
Lanjutan Tabel 2
No Leksem aktivitas memasak No Leksem aktivitas memasak No Leksem aktivitas memasak
146 Mijoter 169 Paner à l’anglaise 192 Sabler
Dalam penyeleksian kata melalui konteks verbal, leksem-leksem yang
terjaring adalah leksem-leksem yang memenuhi kriteria yang telah disebutkan. Jadi,
untuk amidon de mais, beurrer, cassonade, fines herbes, jardinière, maizena,
pasteurization, saucer, saumure tidak terjaring karena termasuk dalam kelas kata
benda. Leksem aspic, blue buisson coulis dan lain-lain tidak terjaring karena tidak
dapat memenuhi konteks verbal “Je ……. Le Pollet/ La Viande/ La Poisson/ Les
Legumes/ etc”. Leksem abaisse, abattis, appareil tidak terjaring karena merupakan
bahan-bahan masakan. Leksem a point juga tidak dapat dapat dimasukkan dalam
paradigma leksem karena merupakan nama-nama peralatan memasak. Semua itu
Tabel 3. Leksem-Leksem yang tidak Lolos Langkah Pertama
Kelompok Leksem
Kata Benda amidon de mais, beurrer, cassonade, fines herbes,
jardinière, maizena, pasteurization, saucer, saumure
Nama Masakan Aspic, bleu, bougnet garni, buisson, canapé, confire, coulis,
croutons, caisson au lisse, darne, farce, fleurons, gelee, mirepoix, panpiette, roux, saignant, toast.
Peralatan Memasak A point, chinois, etamine, fumet, sangler, supreme, bain-mari, double boire
Bahan Masakan Abaisse, abattis, appareil, aromates, bardes, beurre
meuniere, beurre noisette, consommé, cuisson au parle,
caisson au petit poule, emulsion, epices, fecule de pomme de terre, fond blanc, fond brun, garniture macedoine, marinade, noisette, persillade, sucre vanilla, toilette, troncon, zeste.
4.1.3 Analisis Aspek Semantis
Setelah memperoleh paradigma leksem melalui langkah pertama, langkah
selanjutnya adalah menentukan paradigma leksem aktivitas memasak berdasarkan
aspek semantis. Aspek semantis untuk leksem-leksem aktivitas memasak adalah
“Pengolahan masakan di atas api, bara api dan oven” dengan menggunakan air,
misalnya bouillir, blanchir dengan uap air, misalnya cuison à la vapeur, dengan
panas kering misalnya, griller dan dengan minyak, misalnya frire dan lain-lain.
Melalui pengujian aspek semantis untuk leksem-leksem aktivitas memasak dengan
pengolahan masakan di atas api, bara api dan oven dengan kriteria sebagai berikut:
1. Pengolahan masakan dengan menggunakan air, atau uap air
3. Pengolahan masakan dengan panas kering
Dari ketiga kriteria tersebut diperoleh paradigma leksem sebagai berikut:
(‘bouillir’, ‘fremmissement’, ‘blanchir’, ‘braiser’, ‘griller’, ‘cuisson’, ‘rôtir’, ‘Frire’,
‘Sauté’, ‘flambé’, ‘friture’ ‘dorloter’, ‘braconnage’, ‘double cuisson à la vapeur,
‘pression de cuisson’, ‘cuisson à la vapeur’, ‘emonder’, ‘barbecue’, ‘sel friture
chaud’, ‘sable chaud’, ‘poêle à frire’, ‘pression á frire’)
Leksem-leksem yang terdapat dalam paradigma leksem di atas adalah
leksem aktivitas memasak dalam bahasa Perancis dengan pengolahan masakan
melalui pemanasan. Leksem-leksem lain yang ada dalam paradigma leksem yang
diperoleh melalui konteks verbal tidak terjaring karena tidak memiliki aspek semantis
“Pengolahan masakan di atas api, bara api dan oven dengan menggunakan air, uap
air, panas kering, dan minyak.
Tabel 4 akan memperlihatkan pengelompokkan leksem yang tidak memiliki
aspek semantis “Pengolahan masakan di atas api, bara api dan oven dengan
menggunakan air, uap air, panas kering, dan minyak.
Tabel 4. Daftar Leksem yang tidak Lolos Langkah Kedua
Kelompok Leksem
Leksem yang menerangkan persiapan memasak yang menggunakan air tapi tidak di atas api, bara api dan oven
Blanc de cuisson, blondir
Leksem yang menerangkan pengolahan masakan dengan cara pembekuan
Froid negatif, froid positif, grand boule, grand file, grand perle, grand soufflé.
Leksem yang menerangkan pengolahan masakan di atas api dengan gula
Jadi leksem froid negative, grand boule, reduction, dan lain-lain tidak
termasuk dalam leksem aktivitas memasak karena tidak memiliki aspek semantis
yang dimaksud. Pengelompokkan dalam Tabel 4 dilakukan berdasarkan makna yang
dimiliki oleh leksem-leksem tersebut berdasarkan Dictionnaire français-indonésien.
Setelah paradigma leksem aktivitas memasak diperoleh, langkah selanjutnya
adalah penentuan dimensi semantis leksem-leksem aktivitas memasak dalam bahasa
Perancis. Penentuan dimensi semantis ini dilakukan untuk mengelompokkan
leksem-leksem aktivitas memasak yang telah diperoleh melalui analisis aspek semantis.
4.2Pembahasan
4.2.1 Analisis Dimensi Semantis Leksem Aktivitas Memasak dalam Bahasa Perancis
Dalam analisis dimensi semantis, leksem-leksem aktivitas memasak yang
telah diperoleh melalui analisis aspek semantis akan dikelompokkan berdasarkan
dimensinya masing-masing. Dimensi semantis adalah makna leksem yang merupakan
bagian aspek semantis atau dengan kata lain adalah makna spesifik dari leksem.
Penentuan dimensi semantis ini dilakukan berdasarkan makna yang terdapat
dalam leksem-leksem tersebut dan juga berdasarkan metode dasar memasak Perancis.
Berdasarkan metode dasar memasak Perancis dan makna yang terdapat di dalamnya
1. Memasak dengan air yang dipanaskan dan mendidih atau dengan uap air.
Leksem-leksem aktivitas memasak yang termasuk dalam dimensi ini adalah
(bouillir, frémissement, blanchir, braiser, dorloter, double cuisson à la
vapeur, braconnage, pression de cuisson, cuisson à la vapeur).
2. Memasak dengan minyak atau menggoreng. Leksem-leksem aktivitas
memasak yang termasuk dalam dimensi ini adalah (Frire, Sauté, friture, sel
friture chaud, flambé , pression à frire , poêle à frire).
3. Memasak dengan panas yang kering. Leksem-leksem aktivitas memasak yang
termasuk dalam dimensi ini adalah (griller, cuisson, rôtir, torrefaction,
emonder, barbecue).
Dengan demikian, berdasarkan hasil pengelompokan yang diperoleh melalui
analisis dimensi semantis, dapat disusun diagram sebagai berikut:
Keterangan:
D1 = Memasak dengan air yang dipanaskan dan mendidih atau dengan uap air
D2 = Memasak dengan minyak atau menggoreng
D3 = Memasak dengan panas kering
Dalam diagram 1, penyusunan leksem-leksem aktivitas memasak masih
berdasarkan urutan abjad, belum berdasarkan hierarki.
Langkah analisis selanjutnya adalah analisis relasi makna terhadap 22 leksem
aktivitas memasak melalui proses pemanasan dalam bahasa Perancis berdasarkan
teori yang dikemukakan oleh Lutzeier.
4.3 Relasi Makna Leksem Aktivitas Memasak dalam Bahasa Perancis
Penentuan relasi makna ini dilakukan menurut teori Lutzeier (1982) dalam
Paramanik. Jadi, setiap leksem akan dipasangkan dengan leksem yang lain yang
terdapat dalam paradigma leksem aktivitas memasak untuk menentukan relasi makna
leksem tersebut. Tanda-tanda yang digunakan menuruti Lutzeier (1983) dalam
Paramanik, yaitu menggunakan tanda kurung siku (< >) untuk menandai pasangan
leksem dan tanda petik tunggal untuk menandai leksem. Pasangan leksem yang
memiliki relasi makna sinonim dan hiponim akan dikeluarkan dari paradigma.
Penentuan leksem-leksem tersebut merupakan sinonim dan hiponim dilakukan
terdapat dalam paradigma adalah pasangan leksem yang setara, yaitu pasangan
leksem yang memiliki persamaan makna. Urutan leksem yang terdapat dalam
paradigma leksem berdasarkan urutan abjad.
Dalam analisis relasi makna tersebut, leksem-leksem bouillir, frémissement,
blanchir, braiser, dorloter, double cuisson à la vapeur, braconnage, pression de
cuisson, cuisson à la vapeur, termasuk dalam kelompok bouillir. Hal tersebut dapat
Tabel 5. Makna Leksem dalam Kelompok Bouillir Berdasarkan Dictionnaire Français-Indonésien
No Leksem Makna
1 Blanchir (1) memutihkan, (2) melapis putih,
(3) mencuci (sampai putih), (4) menjernihkan
2 Bouillir (1) mendidih, (2) merebus, menggodok
3 Braconnage Perburuan tanpa izin atau yang dilarang
4 Braiser Mengungkep (memasak dalam panci tertutup
di api kecil : daging, ikan, sayur
5 Cuisson à la vapeur Memasaknya (perbuatan, cara) dengan uap.
6 Dorloter Memanja-manjakan
7 Double cuisson à la vapeur Memasak dengan uap dengan menggunakan,
dobel, rangkap (ber)ganda, atau (dua segi, hanya satu segi yang tampak
8 Pression de cuisson Memasak dengan menggunakan tekanan uap
9 Frémmissement Getaran yang menimbulkan bunyi
Berdasarkan makna dalam Dictionnaire français-indonésien terlihat makna
yang terdapat pada makna leksem bouillir, braiser, double cuisson à la vapeur,
pression de cuisson, cuisson à la vapeur, dimiliki dalam makna ‘bouillir’. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa leksem-leksem tersebut adalah hiponim dari
bouillir. Penentuan leksem bouillir sebagai hiperonim didasarkan pada makna yang
terkandung dalam leksem bouillir.
Leksem frémissement, blanchir, dorloter, braconnage berdasarkan makna
dalam Dictionnaire français-indonésien tidak dapat ditentukan secara jelas, apakah
leksem-leksem tersebut bersinonim. Keempat leksem tersebut tidak mempunyai
makna aktivitas secara jelas. Hal ini disebabkan karena dalam penentuan ke empat
memasak yang terdapat pada leksem-leksem tersebut, tetapi dengan menggunakan
istilah dari bagaimana proses memasak tersebut dilakukan atau apa yang akan
diharapkan dari hasil proses memasak tersebut.
Leksem blanchir mempunyai makna , 1. memutihkan, 2. melapis putih, 3.
mencuci (sampai putih), 4. menjernihkan, makna dari leksem blanchir tidak
menunjukkan aktivitas memasak tetapi hasil dari aktivitas memasak tersebut
merupakan proses dari leksem blanchir yaitu memasukkan daging, tulang atau sayur
ke dalam air mendidih dalam waktu yang singkat dengan maksud menghilangkan
kotoran atau zat-zat yang yang tidak bermanfaat yang terkandung pada tulang,
daging, sayur tetapi tidak merubah tekstur daging dan juga warna, melainkan
menguatkan warna daging, tulang atau sayur sehingga kelihatan lebih segar.
Leksem braconnage, mempunyai makna perburuan yang terlarang karena
bahan yang digunakan untuk braconnage adalah halus dan lembut yang mudah
berantakan dan kering seperti unggas, telur, ikan dan buah tetapi menggunakan proses
memasak direbus di dalam air atau anggur dengan menggunakan api kecil yang
memerlukan waktu yang tidak lama agar tidak merubah rasa. Dengan demikian
memerlukan kesabaran dan ketelitian yang tinggi. Proses itu dapat disamakan dengan
proses berburu yang memerlukan kesabaran dan ketelitian yang tinggi. Dikatakan
terlarang karena berburu biasanya di hutan bukan di panci ataupun kuali.
Leksem dorloter, mempunyai makna dimanja-manjakan karena dalam proses
memasak telur di dalam air dengan membuka cangkangnya harus diperlakukan
Leksem Frémmissement mempunyai makna getaran yang menimbulkan bunyi
karena dalam proses memasak tahu dan telur direbus dalam panci tertutup yang
menimbulkan bunyi dari air yang mendidih dan itu sebagai tanda matangnya
masakan.
Dengan demikian leksem fremissemment, blanchir, dorloter, braconnage,
memiliki makna bouillir. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa leksem-leksem
tersebut adalah hiponim dari bouillir. Penentuan leksem bouillir sebagai hiperonim
didasarkan pada proses memasak yang sama terhadap leksem bouillir.
Selanjutnya leksem Frire, Sauté, friture, sel friture chaud, flambé, pression à
frire, Pôele à frire dalam analisis relasi makan dapat dikelompokkan menjadi (frire,
friture, pression à frire, Pôele à frire), (sauter, sel friture chaud), (flambé). Hal
tersebut dapat dilihat pada tabel makna berikut.
Tabel 6. Makna Leksem dalam Kelompok Aktivitas Memasak dengan Minyak Atau Menggoreng Berdasarkan Dictionnaire Français-Indonésien
No Leksem Makna
1 Sauter (1) Melompat, meloncat, (2) (makanan) Menggoreng
(sebentar dalam minyak yang panas), menggongseng.
2 Frire (1) Menggoreng, (2) Masak karena digoreng
3 Friture (1) (Perbuatan, cara) menggoreng, (2) Minyak goreng,
(3) Gorengan
4 Sel friture chaud Memasak dalam wajan yang ditutup
5 Flambé Dibakar (setelah dituangi minuman keras)
6 Pression à frire Masak dengan tekanan dari minyak
7 Pôele à frire Penggorengan, masak karena digoreng
Berdasarkan Tabel 6 terlihat bahwa makna yang terdapat dalam leksem frire,
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa leksem friture adalah hiperonim
dari frire, friture, pression à frire, Pôele à frire, sauter.
Pada leksem sauter terdapat makna melompat. Sauter adalah salah satu
metode memasak Perancis yang artinya memasak makanan dalam mentega atau
minyak dalam wajan panas yang cukup tinggi. Sauter atau melompat dalam bahasa
Perancis, pada dasarnya adalah untuk menjaga makanan yang sedang bergerak atau
aduk tumis secara cepat di atas panas seperti melompat-lompat untuk menjaga agar
tidak mengurangi gizi pada bahan makanan.
Sedangkan pada leksem sel friture chaud dan flambé melalui relasi makna
belum dapat disimpulkan berhiponim atau tidak ini dapat diketahui berdasarkan
analisis komponen.
Selanjutnya leksem griller, cuisson, rôtir, emonder, barbecue, torrefaction
dalam analisis relasi makna memiliki makna ‘griller’. Hal tersebut dapat dilihat pada
tabel makna berikut.
Tabel 7. Makna Leksem dalam Kelompok Aktivitas Memasak dengan Panas Kering atau Memanggang Berdasarkan Dictionnaire Français-Indonésien
No Leksem Makna
1 Griller (1) Memanggang membakar, (2) Membakar, (3) Menggoreng
(sangan, tanpa minyak)
2 Cuisson (1) Memasaknya (perbuatan, cara), (2) Pembakaran, (3) Rasa
seperti terbakar, rasa (sakit yang) pedih, panas
3 Rôtir (1) Memanggang, membakar (daging), (2) Matang karena
dipanggang
4 Emonder Memasak dengan api untuk mengeringkan agar mudah
melepaskan kulit kacang
5 Barbecue Pembakaran, pemanggangan daging (digunakan di luar rumah)