• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Perebusan Kerang Darah (Anadara granosa) Terhadap Penurunan Kadar Logam Kadmium Menggunakan Akuades dan Larutan Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia Swingle) Secara Spektrofotometri Serapan Atom

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Perebusan Kerang Darah (Anadara granosa) Terhadap Penurunan Kadar Logam Kadmium Menggunakan Akuades dan Larutan Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia Swingle) Secara Spektrofotometri Serapan Atom"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH PEREBUSAN KERANG DARAH (Anadara granosa) TERHADAP PENURUNAN KADAR LOGAM KADMIUM (Cd) MENGGUNAKAN AKUADES DAN LARUTAN JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia Swingle) SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

Oleh:

MERY YULIANDA

NIM 060804028

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PENGESAHAN SKRIPSI

PENGARUH PEREBUSAN KERANG DARAH (Anadara granosa) TERHADAP PENURUNAN KADAR LOGAM KADMIUM (Cd) MENGGUNAKAN AKUADES DAN LARUTAN JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia Swingle) SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

Oleh:

MERY YULIANDA NIM 060804028

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada tanggal September 2010

Disetujui Oleh:

Pembimbing I, Panitia Penguji,

(Drs. Syafruddin, MS., Apt.) (Prof. Dr. rer. Nat. Effendy De Lux Putra, SU., Apt.) NIP 194811111976031003 NIP 195306191983031001

(Drs. Syafruddin, MS., Apt.) Pembimbing II, NIP 194811111976031003

(Dra. Salbiah, M.Si., Apt.) (Drs. Muchlisyam, M.Si., Apt.) NIP 194810031987012001 NIP 195006221980021001

(Dra. Sudarmi, M.Si., Apt.) NIP 195409101983032001

Dekan,

(3)

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim,

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala limpahan

rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan

penyusunan skripsi ini, serta shalawat beriring salam untuk Rasulullah

Muhammad SAW sebagai suri tauladan dalam kehidupan.

Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat mencapai gelar

Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, dengan

judul:“Pengaruh Perebusan Kerang Darah (Anadara granosa) Terhadap

Penurunan Kadar Logam Kadmium Menggunakan Akuades dan Larutan Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia Swingle) Secara Spektrofotometri Serapan Atom”.

Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ayahanda Iswandi dan Ibunda Misnurwati yang telah memberikan cinta dan

kasih sayang yang tidak ternilai dengan apapun, pengorbanan baik materi

maupun motivasi beserta doa yang tulus yang tidak pernah berhenti.

2. Bapak Drs. Syafruddin, M.Si, Apt dan Dra. Salbiah, M.Si, Apt yang telah

membimbing dan memberikan petunjuk serta saran-saran selama penelitian

hingga selesainya skripsi ini.

3. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi

USU Medan, yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan dalam

(4)

4. Ibu Dra. Marline Nainggolan, M.Si, Apt selaku penasihat akademik yang telah

memberikan bimbingan kepada penulis selama masa perkuliahan.

5. Bapak Drs. Fathur Rahman Harun, M.Si, Apt selaku Kepala Laboratorium

Kimia Farmasi Kuantitatif Farmasi USU yang telah memberikan izin dan

fasilitas untuk penulis sehingga dapat mengerjakan dan menyelesaikan

penelitian.

6. Bapak Baharuddin AR selaku penanggung jawab Laboratorium Balai Pusat

Penelitian Kelapa Sawit (BPPKS) Medan dan Bapak Hambali selaku Operator

Laboratorium Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan yang telah

memberikan fasilitas kepada penulis selama melaksanakan penelitian.

7. Adik-adik tercinta ( Zuryandi dan Desy Febriani), serta seluruh keluarga yang

selalu mendoakan dan memberikan semangat.

8. Kakak-kakak Farmasi angkatan 2005, teman-teman Farmasi Reguler angkatan

2006, 2007, 2008, dan 2009, terima kasih untuk perhatian, semangat, doa, dan

kebersamaannya selama ini.

9. Serta seluruh pihak yang telah ikut membantu penulis namun tidak tercantum

namanya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih

jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis

menerima kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberi manfaat

bagi kita semua.

Medan, Agustus 2010

(5)

PENGARUH PEREBUSAN KERANG DARAH (Anadara granosa) TERHADAP PENURUNAN KADAR LOGAM KADMIUM (Cd) MENGGUNAKAN AKUADES DAN LARUTAN JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia Swingle) SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

ABSTRAK

Kerang darah (Anadara granosa) yang terdapat di perairan belawan telah

tercemar dengan berbagai logam berat diantaranya Kadmium (Cd). Logam ini

sangat berbahaya bagi konsumen kerang darah, jika mengkonsumsi kerang darah

secara terus menerus. Jeruk nipis (Citrus aurantifolia Swingle) mengandung

senyawa organik yang dapat mengikat logam berat seperti Kadmium (Cd). Tujuan

dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh perebusan kerang darah dalam

akuades dan larutan jeruk nipis selama 1 menit dan 15 menit terhadap penurunan

kadar logam Kadmium (Cd) pada kerang darah.

Pemeriksaan logam Kadmium (Cd) secara kualitatif dilakukan dengan

menggunakan pereaksi dithizon 0,005% b/v pada pH=12, dan pengukuran kadar

logam Kadmium (Cd) dilakukan secara kuantitatif dengan spektrofotometer

serapan atom pada panjang gelombang 228,8 nm.

Hasil penelitian secara kualitatif menunjukkan bahwa kerang darah positif

mengandung logam Kadmium (Cd), dimana dengan reaksi dithizon 0,005% b/v

pada pH=12 menghasilkan warna merah muda, sedangkan secara kuantitatif

menunjukkan kadar logam Kadmium (Cd) sebelum perebusan adalah

2,2432 0,0060 mcg/g. Perebusan dalam akuades selama 1 menit menunjukkan

kadar logam Kadmium (Cd) 2,0594 0,0449 mcg/g dengan penurunan sebesar

8,83%, dan perebusan selama 15 menit adalah 1,4967 0,0083 mcg/g dengan

penurunan sebesar 33,23%, sedangkan kadar logam Kadmium (Cd) setelah

kerang direbus selama 1 menit dalam larutan jeruk nipis adalah 0,9614 0,0143

mcg/g dengan penurunan sebesar 55,95%, dan perebusan selama 15 menit adalah

0,6678 0,0011 mcg/g dengan penurunan sebesar 69,97%. Menurut SNI

7387-2009, batas maksimum cemaran logam berat Kadmium (Cd) pada

kerang-kerangan (bivalvia) sebesar 1,0 mcg/g.

Kata kunci : Kerang darah, logam Kadmium, perairan belawan, jeruk nipis

(6)

BOILINGEFFECT OF BLOOD CLAM (Anadara granosa) DECREASE IN CONCENTRATION OF CADMIUM METAL (Cd) USING AQUADEST

and THE LIME SOLUTION (Citrus aurantifolia Swingle) By ATOMIC ABSORPTION SPECTROPHOTOMETRY

ABSTRACT

Blood clam (Anadara granosa) was found in belawan waters are polluted

with various heavy metals such as Cadmium (Cd). This metal is very dangerous

for blood clam consumers if consumed continuously. Lime fruit (Citrus

aurantifolia Swingle) contain organic compounds that can bind heavy metals such

as Cadmium (Cd). The purpose of this study was to see the impact of blood clam

boiling in aquadest and lime solution for 1 minute and 15 minutes to decrease the

metal content of Cadmium (Cd) in blood clam.

A qualitative examination of Cadmium (Cd) metal was done by the

dithizon reagent 0.005% w/v at pH = 12, and the quantitative assay of Cadmium

(Cd) metal was done by means atomic absorption spectrophotometer at a

wavelength of 228.8 nm.

The qualitative results showed that blood clam positive contain the

Cadmium (Cd) metal, with the dithizon reagent 0.005% w/v at pH=12 result the

pink colour, while with the quantitative assay showed the content of Cadmium

(Cd) metal before boiling was 2.2432±0.0060 mcg/g. Boiling in aquadest for 1

minute show the content of Cadmium (Cd) metal was 2.0594±0.0449 mcg/g with

decrease of 8.83%, and boiling for 15 minutes was 1.4967±0.0083 mcg/g with

decrease of 33.23%, while the content of Cadmium (Cd) metal after blood clam

boiled for 1 minute in the lime solution was 0.9614±0.0143 mcg/g with decrease

of 55.95%, and boiling for 15 minutes was 0.6678±0.0011 mcg/g with decrease of

69.97%. According to ISO 7387-2009, the limit of heavy metal contamination of

Cadmium (Cd) in blood clam (bivalves) equal to 1.0 mcg/g.

Keywords: Blood clam, Cadmium metal, belawan waters, lime fruit (Citrus

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL………... i

HALAMAN PENGESAHAN………... iii

KATA PENGANTAR... iv

ABSTRAK………... vi

ABSTRACT... vii

DAFTAR ISI………... viii

DAFTAR TABEL………... xi

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR LAMPIRAN……….. xiii

BAB I. PENDAHULUAN………. 1

1.1 Latar Belakang………... 1

1.2 Perumusan Masalah………... 3

1.3 Hipotesis……….. 3

1.4 Tujuan Penelitian………... 3

1.5 Manfaat Penelitian………... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 4

2.1 Uraian Kerang Darah (Anadara granosa)... 4

2.2 Uraian Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia Swingle)... 6

2.3 Asam Sitrat... 6

2.4 Pencemaran Laut... 7

2.5 Logam Berat... 8

(8)

2.6 Toksisitas Logam Pada Jenis Kerang... 10

2.7 Pengikatan Logam... 11

2.8 Destruksi Basah... 11

2.9 Spektrofotometri Serapan Atom... 12

2.9.1 Instrumen Spektrofotometer Serapan Atom... 13

2.9.2 Bahan Bakar dan Bahan Pengoksidasi... 14

2.9.3 Gangguan-gangguan Pada Spektrofotometri Serapan Atom... 15

2.10 Validasi Metode Analisis... 16

2.10.1 Perolehan Kembali... 16

2.10.2 Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi... 16

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN………... 17

3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian………... 17

3.2 Bahan-bahan………... 17

3.2.1 Sampel………... 17

3.2.2 Pereaksi………... 17

3.3 Alat………... 17

3.4 Pembuatan Pereaksi………... 18

3.5 Rancangan Penelitian………... 19

3.6 Prosedur penelitian………... 20

3.6.1 Pengambilan Sampel………... 20

3.6.2 Penyiapan Sampel………... 20

3.6.3 Proses Destruksi Basah Untuk Kadmium………... 21

3.6.4 Analisa Kualitatif………... 22

(9)

3.6.5.1 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum... 22

3.6.5.2 Penentuan Kurva Kalibrasi Logam Kadmium... 22

3.6.5.3 Penentuan Kadar Logam Kadmium dalam Kerang Darah... 23

3.6.5.4 Uji Perolehan kembali... 23

3.6.5.4.1 Pembuatan Larutan Standar... 23

3.6.5.4.2 Prosedur Uji Perolehan Kembali... 23

3.6.5.5 Analisa Data Secara Statistik... 24

3.6.5.6 Penentuan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi... 25

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 26

4.1 Hasil Uji Kualitatif... 26

4.2 Hasil Uji kuantitatif... 26

4.2.1 Kurva Kalibrasi Logam Kadmium... 26

4.2.2 Analisa Kadar Logam Kadmium... 27

4.2.3 Uji Perolehan Kembali... 31

4.2.4 Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi... 31

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 32

5.1 Kesimpulan... 32

5.2 Saran... 32

DAFTAR PUSTAKA... 34

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Jenis-jenis Kerang Yang Bernilai Ekonomis Penting

Yang Ada Di Perairan Indonesia... 4

Tabel 2. Temperatur Nyala dengan Berbagai Konsentrasi Bahan

Bakar dan Bahan Pengoksidasi... 15

Tabel 3. Hasil Uji Kualitatif Logam Kadmium dengan pereaksi

Dithizon 0,005 % b/v ………... 26

Tabel 4. Data Kadar Logam Kadmium (Cd) ………... 28

Tabel 5. Data kadar logam Cd dengan perebusan menggunakan

alat masak berbahan logam ………... 30

Tabel 6. Persen Uji Perolehan Kembali (recovery)

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Sistem Peralatan Spektrofotometer Serapan Atom... 13

Gambar 2. Kurva Kalibrasi Logam Kadmium………... 27

Gambar 3. Hasil Analisa Kualitatif Kerang Tanpa Perebusan... 66

Gambar 4. Hasil Analisa Kualitatif Kerang dengan Perebusan Dalam Akuades... 66

Gambar 5. Hasil Analisa Kualitatif Kerang dengan Perebusan Dalam Larutan Jeruk Nipis... 67

Gambar 6. Alat Spektrofotometer Serapan Atom... 68

Gambar 7. Kerang Darah (Anadara granosa)... 69

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Bagan Proses Penyiapan Sampel………... 37

Lampiran 2. Bagan Proses Destruksi Logam Kadmium………... 38

Lampiran 3. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar

Kadmium (Cd)………... 39

Lampiran 4. Contoh Perhitungan Persamaan Regresi Logam

Kadmium………... 40

Lampiran 5. Hasil Analisa Logam Kadmium dalam Kerang Darah (Anadara granosa)………... 42

Lampiran 6. Contoh Perhitungan Kadar Logam Kadmium (Cd)

Dalam Kerang Darah (Anadara granosa)………... 44

Lampiran 7. Perhitungan Statistik Kadar Logam Kadmium dalam

Kerang Darah (Anadara granosa)………... 45

Lampiran 8. Data Hasil Uji Perolehan Kembali Cd dalam Kerang

Darah (Anadara granosa)………... 62

Lampiran 9. Contoh Perhitungan Uji Perolehan Kembali Logam

Kadmium Dalam Kerang Darah………... 63

Lampiran 10. Perhitungan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

Logam Kadmium (Cd)………... 64

Lampiran 11. Hasil Orientasi Analisa Logam Kadmium dalam Kerang Darah (Anadara granosa) dengan

Perebusan Menggunakan Alat Masak yang

Berbahan Logam... 65

Lampiran 12. Gambar Hasil Analisa Kualitatif Logam Kadmium

(Cd) dengan Pereaksi Dithizon 0,005% b/v………... 66

Lampiran 13. Gambar Alat Spektrofotometer Serapan atom…... 68

Lampiran 14. Gambar Kerang Darah (Anadara granosa) dan Buah Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia Swingle)…... 69

(13)

PENGARUH PEREBUSAN KERANG DARAH (Anadara granosa) TERHADAP PENURUNAN KADAR LOGAM KADMIUM (Cd) MENGGUNAKAN AKUADES DAN LARUTAN JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia Swingle) SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

ABSTRAK

Kerang darah (Anadara granosa) yang terdapat di perairan belawan telah

tercemar dengan berbagai logam berat diantaranya Kadmium (Cd). Logam ini

sangat berbahaya bagi konsumen kerang darah, jika mengkonsumsi kerang darah

secara terus menerus. Jeruk nipis (Citrus aurantifolia Swingle) mengandung

senyawa organik yang dapat mengikat logam berat seperti Kadmium (Cd). Tujuan

dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh perebusan kerang darah dalam

akuades dan larutan jeruk nipis selama 1 menit dan 15 menit terhadap penurunan

kadar logam Kadmium (Cd) pada kerang darah.

Pemeriksaan logam Kadmium (Cd) secara kualitatif dilakukan dengan

menggunakan pereaksi dithizon 0,005% b/v pada pH=12, dan pengukuran kadar

logam Kadmium (Cd) dilakukan secara kuantitatif dengan spektrofotometer

serapan atom pada panjang gelombang 228,8 nm.

Hasil penelitian secara kualitatif menunjukkan bahwa kerang darah positif

mengandung logam Kadmium (Cd), dimana dengan reaksi dithizon 0,005% b/v

pada pH=12 menghasilkan warna merah muda, sedangkan secara kuantitatif

menunjukkan kadar logam Kadmium (Cd) sebelum perebusan adalah

2,2432 0,0060 mcg/g. Perebusan dalam akuades selama 1 menit menunjukkan

kadar logam Kadmium (Cd) 2,0594 0,0449 mcg/g dengan penurunan sebesar

8,83%, dan perebusan selama 15 menit adalah 1,4967 0,0083 mcg/g dengan

penurunan sebesar 33,23%, sedangkan kadar logam Kadmium (Cd) setelah

kerang direbus selama 1 menit dalam larutan jeruk nipis adalah 0,9614 0,0143

mcg/g dengan penurunan sebesar 55,95%, dan perebusan selama 15 menit adalah

0,6678 0,0011 mcg/g dengan penurunan sebesar 69,97%. Menurut SNI

7387-2009, batas maksimum cemaran logam berat Kadmium (Cd) pada

kerang-kerangan (bivalvia) sebesar 1,0 mcg/g.

Kata kunci : Kerang darah, logam Kadmium, perairan belawan, jeruk nipis

(14)

BOILINGEFFECT OF BLOOD CLAM (Anadara granosa) DECREASE IN CONCENTRATION OF CADMIUM METAL (Cd) USING AQUADEST

and THE LIME SOLUTION (Citrus aurantifolia Swingle) By ATOMIC ABSORPTION SPECTROPHOTOMETRY

ABSTRACT

Blood clam (Anadara granosa) was found in belawan waters are polluted

with various heavy metals such as Cadmium (Cd). This metal is very dangerous

for blood clam consumers if consumed continuously. Lime fruit (Citrus

aurantifolia Swingle) contain organic compounds that can bind heavy metals such

as Cadmium (Cd). The purpose of this study was to see the impact of blood clam

boiling in aquadest and lime solution for 1 minute and 15 minutes to decrease the

metal content of Cadmium (Cd) in blood clam.

A qualitative examination of Cadmium (Cd) metal was done by the

dithizon reagent 0.005% w/v at pH = 12, and the quantitative assay of Cadmium

(Cd) metal was done by means atomic absorption spectrophotometer at a

wavelength of 228.8 nm.

The qualitative results showed that blood clam positive contain the

Cadmium (Cd) metal, with the dithizon reagent 0.005% w/v at pH=12 result the

pink colour, while with the quantitative assay showed the content of Cadmium

(Cd) metal before boiling was 2.2432±0.0060 mcg/g. Boiling in aquadest for 1

minute show the content of Cadmium (Cd) metal was 2.0594±0.0449 mcg/g with

decrease of 8.83%, and boiling for 15 minutes was 1.4967±0.0083 mcg/g with

decrease of 33.23%, while the content of Cadmium (Cd) metal after blood clam

boiled for 1 minute in the lime solution was 0.9614±0.0143 mcg/g with decrease

of 55.95%, and boiling for 15 minutes was 0.6678±0.0011 mcg/g with decrease of

69.97%. According to ISO 7387-2009, the limit of heavy metal contamination of

Cadmium (Cd) in blood clam (bivalves) equal to 1.0 mcg/g.

Keywords: Blood clam, Cadmium metal, belawan waters, lime fruit (Citrus

(15)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Laut merupakan suatu komponen yang berinteraksi dengan lingkungan

daratan, dimana buangan limbah dari daratan akan bermuara ke laut. Limbah

tersebut yang mengandung polutan kemudian masuk kedalam ekosistem perairan,

pantai dan laut. Sebagian larut dalam air, sebagian tenggelam ke dasar laut, dan

sebagian masuk kedalam jaringan tubuh organisme laut (termasuk fitoplankton,

ikan, udang, cumi-cumi, kerang, dan lain-lain) (Purnomo, 2009).

Berdasarkan penelitian lain tentang kadar logam Cd pada kerang yang

terdapat di perairan belawan adalah 0,4310 mcg/g (Nurjanah, 2009). Kadar logam

Kadmium (Cd) ini terus meningkat, karena begitu pesatnya pertumbuhan industri

yang ada di sekitar perairan belawan tersebut dan menyebabkan pembuangan

limbah pabrik ke laut belawan juga akan semakin meningkat dari hari ke hari.

Akibatnya kadar logam Kadmium (Cd) dalam kerang darah (Anadara granosa)

dalam hasil orientasi ini meningkat yaitu menjadi 2,2161 mcg/g, kadarnya lebih

tinggi dibandingkan dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Sedangkan

menurut SNI 7387-2009, batas maksimum cemaran logam Kadmium (Cd) pada

kerang-kerangan (bivalvia) sebesar 1,0 mcg/g.

Kerang adalah salah satu makanan laut yang banyak dikonsumsi dan

diminati masyarakat karena mengandung protein, vitamin, mineral, lemak tak

jenuh yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan kecerdasan. Keberadaannya

(16)

pengaruh pencemaran akibat air laut yang tercemar dibandingkan ikan yang

cenderung berpindah-pindah (Anonima, 2005).

Dasar pertimbangan untuk meneliti kadar Kadmium (Cd) dalam kerang

darah adalah karena logam tersebut merupakan logam yang bersifat toksik dan

mengingat kadar logam Kadmium (Cd) dalam perairan belawan telah melewati

baku mutu yang diizinkan. Disamping itu karena banyaknya industri-industri yang

berada di sekitar perairan belawan seperti industri pabrik bahan kimia, industri

cat, baterai, pabrik pipa PVC dan lain-lain (PT. Pelindo I, 2004).

Pada umumnya masyarakat Indonesia menggunakan buah jeruk nipis

(Citrus aurantifolia Swingle) untuk menghilangkan bau amis pada makanan yang

berasal dari laut, namun banyak masyarakat kita yang belum mengetahui bahwa

buah jeruk nipis yang rasanya sangat asam itu mengandung beberapa senyawa

organik seperti asam sitrat, yang berguna sebagai chelator (pengikat logam)

terhadap logam yang terdapat pada hewan laut tersebut (Sarwono, 2001).

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang pengaruh perebusan kerang darah selama 1 menit dan 15 menit

dalam akuades dan larutan jeruk nipis untuk menurunkan logam berat Kadmium

(Cd) pada kerang darah dan menentukan kadarnya dengan Spektrofotometer

Serapan Atom.

Kerang darah dipilih sebagai sampel karena jenis kerang ini merupakan

indikator yang baik dalam memonitor suatu pencemaran lingkungan oleh logam.

Hal tersebut disebabkan oleh sifat kerang yang menetap dalam suatu habitat

tertentu yaitu di dasar laut sehingga proses biokonsentrasi dan bioakumulasi

(17)

1.2Perumusan Masalah

Apakah perebusan dalam akuades dan larutan jeruk nipis selama 1 menit dan

15 menit dapat menurunkan kadar logam Kadmium (Cd) pada kerang darah?

1.3Hipotesis

Perebusan dalam akuades dan larutan jeruk nipis selama 1 menit dan 15 menit

dapat menurunkan kadar logam Kadmium (Cd) pada kerang darah.

1.4Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui penurunan kadar logam Kadmium (Cd) pada kerang darah

setelah perebusan dalam akuades dan larutan jeruk nipis selama 1 menit dan 15

menit.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasill penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menurunkan

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Kerang Darah (Anadara granosa)

Menurut data produksi Statistik Perikanan Indonesia (1994), kerang

(bivalvia) tersebar luas di seluruh perairan Indonesia seperti:Bengkulu, Jawa,

Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur,

Sulawesi Selatan, Maluku dan Irian Jaya (Djamali, 1998).

Beberapa jenis kerang-kerangan yang memiliki nilai ekonomis dapat dilihat

pada tabel dibawah ini:

Tabel 1. Jenis-jenis kerang yang bernilai ekonomis penting yang ada di perairan Indonesia.

Jenis-jenis kerang yang sering menjadi konsumsi masyarakat, yaitu kerang

darah (Anadara granosa), kerang bulu (Anadara antiquata), kerang hijau (Mytilus

(19)

Kerang Anadara terdapat di pantai laut pada substrat lumpur berpasir dengan

kedalaman 10 m sampai 30 m. Kerang Anadara termasuk kedalam subkelas

Lamellibranchia, dimana filament insang memanjang dan melipat, seperti huruf

W, antar filamen dihubungkan oleh cilia (filiaranchia) atau jaringan

(eulamellibranchia). Anadara juga merupakan ordo Toxodonta, dimana gigi pada

hinge banyak dan sama, kedua otot aduktor berukuran kurang lebih sama,

pertautan antar filament insang tidak ada (Oemarjati, 1990).

Anadara granosa hidup dengan cara membenamkan diri di pantai-pantai

yang berpasir. Anadara granosa umumnya dikenal dengan nama “kerang darah”

(Oemarjati, 1990).

Kerang darah (Anadara granosa) dan kerang bulu (Anadara antiquata)

adalah famili arcidae dan genus anadara. Secara umum kedua kerang ini memiliki

morfologi yang hampir sama. Cangkang memiliki belahan yang sama melekat

satu sama lain pada batas cangkang (Sudrajat, 2008).

Perbedaan dari kedua kerang ini adalah morfologi cangkangnya. Kerang bulu

(Anadara antiquata) memiliki cangkang yang ditutupi oleh rambut-rambut serta

cangkang tersebut lebih tipis daripada kerang darah (Anadara granosa). Kerang

darah memiliki cangkang yang lebih tebal, lebih kasar, lebih bulat dan bergerigi di

bagian puncaknya serta tidak ditumbuhi oleh rambut-rambut (Suwignyo, 2005).

Kerang darah (Anadara granosa) adalah sejenis kerang yang biasa dimakan

oleh warga Asia Timur dan Asia Tenggara. Anggota famili arcidae ini disebut

kerang darah karena menghasilkan hemoglobin dalam cairan merah yang

(20)

Budidaya kerang darah sudah dilakukan dan ia memiliki nilai ekonomi yang

baik. Meskipun biasanya direbus atau dikukus, kerang ini dapat pula digoreng

atau dijadikan sate. Ada pula yang memakannya mentah (Anonimb, 2010).

2.2 Uraian Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia Swingle) Klasifikasi ilmiah

Kerajaan : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledone

Ordo : Rutales

Famili : Rutacea

Genus : Citrus

Spesies : Citrus aurantifolia Swingle

(Sarwono, 2001)

Jeruk nipis termasuk tipe buah buni. Bentuknya bulat sampai bulat telur.

Diameter buahnya sekitar 3-6 cm. Ketebalan kulit buahnya berkisar 0,2-0,5 mm.

Pohonnya tumbuh sebagai pohon kecil bercabang lebat, tetapi tak beraturan.

Tinggi pohon berkisar antara 1,5-5 m. Ranting-rantingnya berduri pendek, kaku,

dan tajam. Daunnya berselang-seling berbentuk jorong sampai bundar, pinggiran

daunnya bergerigi kecil (Sarwono, 2001).

Jeruk nipis memiliki rasa yang sangat asam, karena kandungan asam sitratnya

tinggi. Rasa jeruk nipis yang sangat asam itu membuat jeruk nipis tidak dapat

(21)

2.3Asam Sitrat

Rumus struktur asam sitrat:

Asam sitrat memiliki sifat asam-basa yang dapat dilihat dari nilai pKa nya,

yaitu:

1. pKa1 : 3,13

2. pKa2 : 4,76

3. pKa3 : 6,40 (Karlaganis, 2000)

Asam sitrat merupakan asam organik lemah yang ditemukan pada daun dan

buah tumbuhan genus Citrus (jeruk-jerukan). Senyawa ini merupakan bahan

pengawet yang baik dan alami, selain digunakan sebagai penambah rasa masam

pada makanan dan minuman ringan (Anonimc, 2010).

Asam sitrat terdapat pada berbagai jenis buah dan sayuran, namun paling

banyak ditemukan pada jeruk lemon dan limau (misalnya jeruk nipis dan jeruk

purut) (Anonimc, 2010).

Ion sitrat dapat bereaksi dengan banyak ion logam membentuk garam sitrat.

Selain itu, sitrat dapat mengikat ion-ion logam dengan membentuk kompleks,

sehingga dapat menghilangkan ion-ion logam yang terakumulasi sebagai

kompleks sitrat (Anonimc, 2010).

2.4Pencemaran Laut

Kehidupan manusia di bumi ini sangat bergantung pada lautan, manusia

harus menjaga kebersihan dan kelangsungan kehidupan organisme yang hidup di

(22)

asing dan pengendapan barang sisa yang diproduksi oleh manusia. Lautan juga

merupakan tempat bahan-bahan yang terbawa oleh air dari daerah pertanian dan

limbah rumah tangga, sampah dan bahan buangan dari kapal, tumpahan minyak

dari kapal tanker dan pengeboran minyak lepas pantai, dan masih banyak lagi

bahan yang terbuang ke lautan (Darmono, 2001).

Lautan dapat melarutkan dan menyebarkan bahan-bahan tersebut sehingga

konsentrasinya menjadi menurun, terutama di daerah laut dalam. Kehidupan laut

dalam juga terbukti lebih sedikit terpengaruh daripada laut dangkal. Daerah

pantai, terutama daerah muara sungai, sering mengalami pencemaran berat, yang

disebabkan karena proses pencemaran yang berjalan sangat lambat (Darmono,

2001).

2.5Logam Berat

Logam berat masih termasuk golongan logam dengan kriteria-kriteria yang

sama dengan logam-logam lain. Perbedaanya terletak dari pengaruh yang

dihasilkan bila logam berat ini masuk kedalam tubuh organisme hidup. Unsur

logam berat baik itu logam berat beracun seperti Kadmium (Cd), bila masuk

kedalam tubuh dalam jumlah berlebihan akan menimbulkan pengaruh-pengaruh

buruk terhadap fungsi fisiologis tubuh (Palar, 2008).

Berbeda dengan logam biasa, logam berat biasanya menimbulkan efek-efek

khusus pada makhluk hidup. Dapat dikatakan bahwa semua logam berat dapat

menjadi bahan racun yang akan meracuni tubuh makhluk hidup (Palar, 2008).

Di Indonesia, pencemaran logam berat cenderung meningkat sejalan dengan

(23)

bisa menimbulkan bahaya bagi kesehatan, baik pada manusia, hewan, tanaman,

maupun lingkungan. Logam berat dibagi dalam 2 jenis, yaitu:

1. Logam berat esensial, yakni logam dalam jumlah tertentu yang sangat

dibutuhkan oleh organisme. Dalam jumlah yang berlebihan logam tersebut bisa

menimbulkan efek toksik. Contohnya adalah Zn, Cu, Fe, Co, Mn dan lain

sebagainya (Widowati, 2008).

2. Logam berat tidak esensial, yakni logam yang keberadaannya dalam tubuh

masih belum diketahui manfatnya, bahkan bersifat toksik, seperti Hg, Cd, Pb,

Cr, dan lain-lain (Widowati, 2008).

2.5.1Kadmium (Cd)

Kadmium (Cd) adalah logam berwarna putih perak, lunak, mengkilap, tidak

larut dalam basa, mudah bereaksi, serta menghasilkan Kadmium oksida bila

dipanaskan. Kadmium (Cd) umumnya terdapat dalam kombinasi dengan klor (Cd

klorida) atau belerang (Cd Sulfit). Kadmium bisa membentuk Cd2+ yang bersifat

tidak stabil. Kadmium (Cd) memiliki nomor atom 48, berat atom 112,4 g/mol,

titik leleh 321oC, dan titik didih 767oC (Widowati, 2008).

Logam Kadmium (Cd) akan mengalami proses biotransformasi dan

bioakumulasi dalam organisme hidup (tumbuhan, hewan, dan manusia). Logam

ini masuk kedalam tumbuhan bersama makanan yang dikonsumsi, tetapi makanan

tersebut telah terkontaminasi oleh logam Kadmium (Cd) dan atau persenyawaan.

Dalam tubuh biota perairan jumlah logam yang terakumulasi akan terus

mengalami peningkatan. Disamping itu, tingkatan biota dalam sistem rantai

makanan turut menentukan jumlah Kadmium (Cd) yang terakumulasi (Darmono,

(24)

Sumber pencemaran dan paparan Kadmium (Cd) berasal dari polusi udara,

rokok, air sumur, makanan yang tumbuh di daerah pertanian yang tercemar

Kadmium (Cd), fungisida, pupuk, serta cat. Paparan dan toksisitas Kadmium (Cd)

berasal dari rokok, tembakau, pipa rokok yang mengandung Kadmium (Cd),

perokok pasif, plastik berlapis Kadmium (Cd), serta air minum (Widowati,

20008).

Kadmium (Cd) banyak digunakan sebagai pigmen warna cat, keramik,

plastik, industri baterai, bahan fotografi, pembuatan tabung TV, PVC, dan

percetakan tekstil (Widowati, 2008).

Kasus toksisitas Kadmium (Cd) dilaporkan sejak pertengahan tahun 1980-an

dan kasus tersebut semakin meningkat sejalan dengan perkembangan ilmu kimia

di akhir abad 20-an. Sampai sekarang diketahui bahwa Kadmium (Cd) merupakan

logam berat yang paling banyak menimbulkan toksisitas pada makhluk hidup

(Darmono, 2001).

Logam berat Kadmium (Cd) bisa masuk kedalam tubuh hewan atau manusia

melalui berbagai cara, yaitu:

1. Melalui udara yang tercemar, misalnya asap rokok dan asap pembakaran

batu bara

2. Melalui wadah/tempat berlapis Kadmium (Cd) yang digunakan sebagai

tempat makanan dan minuman

3. Melalui kontaminasi perairan dan hasil pertanian yang tercemar Kadmium

(25)

2.6Toksisitas Logam Pada Jenis Kerang

Hewan air jenis kerang-kerangan (bivalvia) atau jenis binatang lunak

(moluska), baik jenis klam (kerang besar) atau oister (kerang kecil),

pergerakannya sangat lambat di dalam air. Mereka biasanya hidup menetap di

suatu lokasi tertentu di dasar air (Darmono, 2001).

Jenis kerang baik yang hidup di air tawar maupun di air laut banyak

digunakan sebagai indikator pencemaran logam. Hal ini disebabkan karena habitat

hidupnya yang menetap atau sifat bioakumulatifnya terhadap logam berat. Karena

kerang banyak dikonsumsi oleh manusia maka sifat bioakumulatif inilah yang

menyebabkan kerang harus diwaspadai bila dikonsumsi terus-menerus (Darmono,

2001).

Logam berat dapat juga terakumulasi pada jaringan kerang. Kerang dapat

mengakumulasi logam lebih besar daripada hewan air lainnya karena sifatnya

yang menetap, lambat untuk dapat menghindarkan diri dari pengaruh polusi, dan

mempunyai toleransi yang tinggi terhadap konsentrasi logam tertentu. Karena itu

jenis kerang ini merupakan indikator yang sangat baik untuk memonitor suatu

pencemaran lingkungan (Darmono, 2001).

2.7Pengikatan Logam

Logam-logam pada umumnya dapat membentuk ikatan dengan bahan-bahan

organik alam maupun bahan-bahan organik buatan. Proses pembentukan ikatan

tersebut dapat terjadi melalui pembentukan garam organik dengan gugus

karboksilat seperti misalnya asam sitrat, tartrat, dan lain-lain. Disamping itu,

logam dapat berikatan dengan atom-atom yang mempunyai elektron bebas dalam

(26)

2.8Destruksi Basah

Teknik destruksi basah adalah dengan memanaskan sampel organik dengan

penambahan asam mineral pengoksidasi atau campuran dari asam-asam mineral

tersebut. Penambahan asam mineral pengoksidasi dan pemanasan yang cukup

dalam beberapa menit dapat mengoksidasi sampel secara sempurna, sehingga

menghasilkan ion logam dalam larutan asam sebagai sampel anorganik untuk

dianalisis selanjutnya. Destruksi basah biasanya menggunakan H2SO4, HNO3, dan

HClO4 atau campuran dari ketiga asam mineral tersebut (Anderson, 1987).

2.9 Spektrofotometri Serapan Atom

Spektrofotometri serapan atom adalah suatu metode yang digunakan untuk

mendeteksi atom-atom logam dalam fase gas. Metode ini sering kali

mengandalkan nyala untuk mengubah logam dalam larutan sampel menjadi

atom-atom logam berbentuk gas yang digunakan untuk analisis kuantitatif dari logam

dalam sampel (Bender, 1987).

Spektrofotometri serapan atom digunakan untuka analisis kuantitatif

unsur-unsur logam dalam jumlah sekelumit (trace) dan sangat sekelumit (ultratrace).

Cara analisis ini memberikan kadar total unsur logam dalam suatu sampel dan

tidak tergantung pada bentuk molekul logam dalam sampel tersebut. Cara ini

cocok untuk analisis sekelumit logam karena mempunyai kepekaan yang tinggi

(batas deteksi kurang dari 1 ppm), dan pelaksanaanya relatif sederhana.

Spektrofotometri atom didasarkan pada penyerapan energi sinar oleh atom-atom

netral, dan sinar yang diserap biasanya sinar tampak atau ultraviolet. Dalam garis

(27)

spektrofotometri sinar tampak dan ultraviolet. Perbedaan terletak pada bentuk

spektrum, cara pengerjaan sampel dan peralatanya (Rohman, 2007).

Metode spektrofotometri serapan atom berdasarkan pada prinsip absorbsi

cahaya oleh atom. Atom-atom akan menyerap cahaya pada panjang gelombang

tertentu, tergantung pada sifat unsurnya (Rohman, 2007).

Kelemahan spektrofotometri serapan atom adalah sampel harus dalam

bentuk larutan dan tidak mudah menguap dan satu lampu katoda hanya digunakan

untuk satu unsur saja (Fifield, 1983).

2.9.1 Instrumen Spektrofotometer Serapan atom

a. Sumber Sinar

Sumber sinar yang lazim dipakai adalah lampu katoda berongga (hollow

cathode lamp). Lampu ini terdiri atas tabung kaca tertutup yang mengandung

suatu katoda dan anoda. Katoda berbentuk silinder berongga yang terbuat dari

logam dan dilapisi dengan logam tertentu. Tabung logam ini diisi dengan gas

mulia (neon atau argon). Bila antara anoda dan katoda diberi selisih tegangan

yang tinggi (600 volt), maka katoda akan memacarkan berkas-berkas elektron

yang bergerak menuju anoda yang mana kecepatan dan energinya sangat tinggi.

(28)

akan bertabrakan dengan gas-gas mulia yang diisikan tadi. Akibat dari

tabrakan-tabrakan ini membuat unsur-unsur gas mulia akan kehilangan elektron dan

menjadi bermuatan positif. Ion-ion gas mulia yang bermuatan positif ini

selanjutnya akan bergerak ke katoda dengan kecepatan dan energi yang tinggi

pula. Pada katoda terdapat unsur-unsur yang sesuai dengan unsur yang akan

dianalisis. Unsur-unsur ini akan ditabrak oleh ion-ion positif gas mulia. Akibat

tabrakan ini, unsur-unsur akan terlempar keluar dari permukaan katoda.

Atom-atom unsur dari katoda ini mungkin akan mengalami eksitasi ke tingkat

energi-energi elektron yang lebih tinggi dan akan memancarkan spektrum pancaran dari

unsur yang sama dengan unsur yang akan dianalisis (Rohman, 2007).

b. Monokromator

Monokromator dimaksudkan untuk memisahkan dan memilih panjang

gelombang yang digunakan dalam analisis. Dalam monokromator terdapat

chopper (pemecah sinar), suatu alat yang berputar dengan frekuensi atau

kecepatan perputaran tertentu (Rohman, 2007).

c. Detektor

Detektor digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang melalui tempat

pengatoman. Biasanya digunakan tabung penggandaan foton (photomultiplier

tube) (Rohman, 2007).

d. Readout

Readout merupakan suatu alat penunjuk atau dapat juga diartikan sebagai

pencatat hasil. Hasil pembacaan dapat berupa angka atau berupa kurva yang

(29)

2.9.2 Bahan Bakar dan Bahan Pengoksidasi

Umumnya bahan bakar yang digunakan adalah hidrogen, asetilen, dan

propan, sedangkan oksidatornya adalah udara, oksigen, dan NO2, temperatur dari

berbagai nyala dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2. Temperatur nyala dengan berbagai kombinasi bahan bakar dan bahan pengoksidasi

Bahan Bakar Oksidasi Temperatur Maksimum (oK)

Asetilen Udara 2400-2700

Asetilen Nitrogen Oksida 2900-3100

Asetilen Oksigen 3300-3400

Hidrogen Udara 2300-2400

Hidrogen Oksigen 2800-3000

Sianogen Oksigen 4800

(Harris, 1982)

2.9.3 Gangguan-gangguan pada Spektrofotometri Serapan Atom

Gangguan-gangguan (interference) yang ada pada AAS adalah

peristiwa-peristiwa yang menyebabkan pembacaan absorbansi unsur yang dianalisis

menjadi lebih kecil atau lebih besar dari nilai yang sesuai dengan konsentrasinya

dalam sampel (Rohman, 2007).

Gangguan-gangguan yang dapat terjadi dalam AAS adalah sebagai berikut:

1. Gangguan yang berasal dari matriks sampel yang dapat mempengaruhi

banyaknya sampel yang mencapai nyala.

Sifat-sifat tertentu matriks sampel dapat mengganggu analisis yakni

matriks tersebut dapat berpengaruh terhadap laju aliran bahan bakar/gas

pengoksidasi. Sifat-sifat tersebut adalah:viskositas, tegangan permukaan, berat

jenis, dan tekanan unsur (Rohman, 2007).

Gangguan matriks yang lain adalah pengendapan unsur yang dianalisis sehingga

jumlah atom yang mencapai nyala menjadi lebih sedikit dari konsentrasi yang

(30)

2. Gangguan kimia yang dapat mempengaruhi jumlah/banyaknya atom yang

terjadi didalam nyala.

Terbentuknya atom-atom netral yang masih dalam keadaan azas di dalam

nyala sering terganggu oleh dua peristiwa kimia, yaitu :

a. Disosiasi senyawa-senyawa yang tidak sempurna (Rohman, 2007).

b. Ionisasi atom-atom di dalam nyala (Rohman, 2007).

3. Gangguan oleh absorbansi yang disebabkan bukan oleh absorbansi atom yang

dianalisis, yakni absorbansi oleh molekul-molekul yang tidak terdisosiasi di

dalam nyala (Rohman, 2007).

2.10 Validasi Metode Analisis

Validasi metode analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap

parameter tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium untuk membuktikan

bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya (Harmita,

2004).

2.10.1 Uji Perolehan Kembali (Recovery Test)

Persen uji perolehan kembali digunakan untuk menyatakan kecermatan.

Kecermatan merupakan ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil

analisis dengan kadar analit sebenarnya (Harmita, 2004).

Menurut Miller (2005), suatu metode dikatakan teliti jika nilai

recoverynya antara 80-120%. Recovery dapat ditentukan dengan menggunakan

metode standar adisi (Miller, 2005).

Metode standar adisi adalah menambahkan sejumlah tertentu larutan

(31)

2.10.2 Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

Batas deteksi merupakan jumlah terkeci analit dalam sampel yang dapat

dideteksi. Batas deteksi merupakan parameter uji batas (Harmita, 2004).

Batas kuantitasi merupakan kuantitas terkecil analit dalam sampel yang

(32)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara dan Pusat Penelitian Kelapa Sawit

(PPKS) Medan.

3.2 Bahan-bahan 3.2.1 Sampel

Sampel yang diperiksa dalam penelitian ini adalah kerang darah (Anadara

granosa) yang berasal dari perairan laut belawan.

3.2.2 Pereaksi

Bahan yang digunakan semua pro analisis keluaran E.Merck, kecuali

disebutkan lain, yaitu asam nitrat 65% b/b, asam sulfat 95% b/b, ammonium

hidroksida 25% b/b, dithizon, kloroform, larutan jeruk nipis (dibuat sendiri),

akuades (Lab. Kimia Farmasi Kuantitatif), akuabides (IKA), dan larutan standar

Cd 1000 ppm.

3.3 Alat

Alat-alat yang digunakan yaitu Spektrofotometer Serapan Atom (GBC

Avanta ∑) dengan nyala udara asetilen, neraca analitik (Boeco Germany), neraca

kasar, blender, spatula, penangas air, kaki tiga, bunsen gas, selang gas, dan

(33)

3.4 Pembuatan Pereaksi 1. Larutan HNO3 5N

Larutan HNO3 65% b/b sebanyak 340 ml diencerkan dengan air suling

hingga 1000 ml (Ditjen POM, 1995).

2. Larutan Dithizon 0,005% b/v

Dithizon sebanyak 5 mg dilarutkan dalam 100 ml kloroform (Vogel,

1990).

3. Larutan NH4OH 1N

Ammonium hidroksida 25% b/b sebanyak 7,4 ml diencerkan dalam 100 ml

air suling (Ditjen POM, 1995).

4. Larutan Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia Swingle)

Delapan buah jeruk nipis ( 285 gram) diperas, lalu air perasan jeruk nipis

(34)

3.5 Rancangan Penelitian

Cara Penelitian dilakukan berdasarkan bagan berikut ini:

Kerang darah dengan kadar Cd tinggi

(35)

3.6Prosedur Penelitian 3.6.1 Pengambilan sampel

Metode pengambilan sampel dilakukan secara sampling purposif yang

dikenal juga sebagai sampling pertimbangan dimana pengambilan sampel

dilakukan berdasarkan pertimbangan bahwa semua jenis kerang darah yang dijual

di daerah Pantai Belawan adalah homogen.

3.6.2Penyiapan Sampel

Kerang darah sebanyak 2 kg dicuci bersih, dan dibagi menjadi 5 bagian.

Bagian pertama (400 gram) dikeluarkan daging kerang dari cangkangnya, dicuci

bersih, lalu ditiriskan selama 15 menit. Setelah itu diblender hingga halus. Sampel

yang telah halus ditimbang sebanyak 10 gram (sampel tanpa perebusan).

Bagian Kedua (400 gram) kerang dicuci bersih. Setelah kerang dicuci bersih,

dididihkan akuades terlebih dahulu. Setelah akuades mendidih, dimasukkan

kerang yang telah bersih kedalamnya dan direbus selama 1 menit. Setelah 1 menit,

kerang diangkat dan ditiriskan hingga dingin lalu dikeluarkan daging kerang dari

cangkangnya. Setelah itu diblender hingga halus. Sampel yang telah halus

ditimbang sebanyak 10 gram (sampel dengan perebusan dalam akuades

selama 1 menit).

Bagian ketiga (400 gram) kerang dicuci bersih. Setelah kerang dicuci bersih,

dididihkan akuades terlebih dahulu. Setelah akuades mendidih, dimasukkan

kerang yang telah bersih kedalamnya dan direbus selama 15 menit. Setelah 15

menit, kerang diangkat dan ditiriskan hingga dingin lalu dikeluarkan daging

(36)

halus ditimbang sebanyak 10 gram (sampel dengan perebusan dalam akuades

selama 15 menit).

Bagian Keempat (400 gram) kerang dicuci bersih. Setelah kerang dicuci

bersih, dididihkan larutan jeruk nipis terlebih dahulu. Setelah larutan jeruk nipis

mendidih, dimasukkan kerang yang telah bersih kedalamnya dan direbus selama 1

menit. Setelah 1 menit, kerang diangkat dan ditiriskan hingga dingin lalu

dikeluarkan daging kerang dari cangkangnya. Setelah itu diblender hingga halus.

Sampel yang telah halus ditimbang sebanyak 10 gram (sampel dengan

perebusan dalam larutan jeruk nipis selama 1 menit).

Bagian kelima (400 gram) kerang dicuci bersih. Setelah kerang dicuci

bersih, dididihkan larutan jeruk nipis terlebih dahulu. Setelah larutan jeruk nipis

mendidih, dimasukkan kerang yang telah bersih kedalamnya dan direbus selama

15 menit. Setelah 15 menit, kerang diangkat dan ditiriskan hingga dingin lalu

dikeluarkan daging kerang dari cangkangnya. Setelah itu diblender hingga halus.

Sampel yang telah halus ditimbang sebanyak 10 gram (sampel dengan

perebusan dalam larutan jeruk nipis selama 15 menit).

3.6.3Proses Destruksi Basah Untuk Kadmium (Modifikasi dari Haswell, 1991)

Sampel kerang yang telah dihaluskan untuk setiap perlakuan, ditimbang

masing-masing sebanyak 10 gram dalam erlenmeyer. Sampel yang telah diketahui

beratnya selanjutnya ditambahkan H2SO4 (p) sebanyak 5 ml. Lalu ditambahkan

HNO3 (p) sebanyak 20 ml dan diamkan selama 24 jam. Setelah 24 jam, sampel di

destruksi di penangas air hingga larutan sampel berwarna kuning jernih.

Kemudian dipindahkan kedalam labu tentukur 100 ml dan ditepatkan sampai

(37)

dengan membuang 10 ml larutan pertama hasil penyaringan. Larutan hasil

destruksi ini digunakan untuk uji kualitatif dan uji kuantitatif logam Kadmium

(Cd).

3.6.4Analisa Kualitatif

Kedalam tabung reaksi dimasukkan 2 ml larutan sampel, diatur pH=12

dengan penambahan ammonium hidroksida 1 N, ditambahkan 2 ml dithizon

0,005% b/v, dikocok kuat, dibiarkan larutan memisah. Terbentuk warna merah

muda berarti sampel mengandung Cd (Fries, 1977).

3.6.5Analisa Kuantitatif

3.6.5.1Penentuan Panjang Gelombang Maksimum

Penentuan panjang gelombang maksimum dilakukan berdasarkan

pengaturan alat spektrofotometer serapan atom yang telah di standardisasi, yaitu

panjang gelombang untuk logam Kadmium (Cd) 228,8 nm.

3.6.5.2Penentuan Kurva Kalibrasi Logam Kadmium (Cd)

Larutan standar Kadmium (Cd) (1000 mcg/ml) dipipet sebanyak 10 ml,

dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml, kemudian ditambahkan 10 ml HNO3

5N, ditepatkan sampai garis tanda dengan akuabides (konsentrasi 100 mcg/ml).

Larutan standar Kadmium (Cd) (100 mcg/ml) dipipet sebanyak 10 ml,

dimasukkan kedalam labu tentukur 100 ml, kemudian ditambahkan 10 ml HNO3

5N, ditepatkan sampai garis tanda dengan akuabides (konsentrasi 10 mcg/ml).

Larutan kerja Kadmium (Cd) dibuat dengan memipet 0,5; 1; 2; 4; 6 ml

larutan baku 10 mcg/ml, dimasukkan kedalam labu tentukur 100 ml, ditambahkan

(38)

(larutan kerja ini mengandung 0,05; 0,1; 0,2; 0,4; dan 0,6 mcg/ml) dan diukur

pada panjang gelombang 228,8 nm.

3.6.5.3 Penentuan Kadar logam Dalam Kerang Darah

Larutan sampel yang telah didestruksi diukur absorbansinya dengan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 228,8 nm.

Nilai absorbansi yang diperoleh berada dalam rentang kurva kalibrasi

larutan baku Kadmium (Cd). Konsentrasi Kadmium (Cd) dalam sampel

ditentukan berdasarkan persamaan linier dari kurva kalibrasi. Kadar logam

kadmium (Cd) dalam sampel dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:

Kadar logam (mcg/g)

3.6.5.4Uji Perolehan Kembali (Recovery Test) 3.6.5.4.1Pembuatan Larutan Standar

Larutan standar Kadmium (Cd) (1000 mcg/ml) dipipet sebanyak 10 ml,

dimasukkan larutan kedalam labu tentukur 100 ml, kemudian ditambahkan 10 ml

HNO3 5N, ditepatkan sampai garis tanda dengan akuabides (konsentrasi 100

mcg/ml).

Larutan standar Kadmium (Cd) (100 mcg/ml) dipipet sebanyak 10 ml,

dimasukkan larutan kedalam labu tentukur 100 ml, kemudian ditambahkan 10 ml

HNO3 5N, ditepatkan sampai garis tanda dengan akuabides (konsentrasi 10

mcg/ml).

3.6.5.4.2Prosedur Uji Perolehan Kembali (Recovery Test)

Uji perolehan kembali dilakukan dengan cara menentukan kadar logam

dalam sampel, selanjutnya dilakukan penentuan kadar logam dalam sampel

(39)

Larutan standar yang ditambahkan yaitu 0,5 ml larutan standar Kadmium (Cd)

(konsentrasi 10 mcg/ml). Uji perolehan kembali dilakukan terhadap sampel yang

sama dan dianalisa dengan cara yang sama dengan pengerjaan sampel awal.

Persen uji perolehan kembali dapat dihitung dengan persamaan berikut:

=

3.6.5.5Analisa Data Secara Statistik

Untuk menentukan kadar logam di dalam sampel dengan interval

kepercayaan 95%, α = 0,05, dk = n-1 , dapat digunakan rumus:

Kadar logam = μ = ( (α/2, dk) x SD / )

Keterangan : = Kadar rata-rata sampel

SD = Standar deviasi

dk = Derajat kebebasan (dk = n-1)

α = interval kepercayaan

n = jumlah pengulangan (Wibisono, 2005)

Untuk menentukan standar deviasi dapat digunakan rumus:

SD =

(Sudjana, 2002)

Untuk menentukan data diterima atau ditolak, dapat digunakan rumus:

t hitung =

Data diterima jika -ttabel thitung ttabel

Keterangan : Xi = Kadar Sampel n = jumlah pengulangan

(40)

3.6.5.6 Penentuan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

Batas deteksi merupakan jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat

dideteksi yang masih memberikan respon signifikan. Sedangkan batas kuantitasi

merupakan kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi

kriteria cermat dan seksama.

Batas deteksi dan batas kuantitasi ini dapat diperoleh dari kalibrasi standar

yang diukur sebanyak 6 sampai 10 kali, dan dapat dihitung dengan rumus sebagai

berikut (Harmita, 2004):

Batas deteksi =

Batas kuantitasi =

Keterangan : SB = Simpangan Baku

(41)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Uji Kualitatif

Untuk mengidentifikasi adanya logam berat di dalam kerang darah, maka

dilakukan uji kualitatif dengan menggunakan pereaksi dithizon 0,005% b/v.

Tabel 3. Hasil Uji Kualitatif Logam Kadmium (Cd) dengan Pereaksi Dithizon 0,005% b/v

No Logam pH Reaksi dengan Larutan

Dithizon Sampel Hasil

1 Cd 12 Merah Muda

+ :Mengandung Logam

KTP :Kerang darah tanpa perebusan

KPA :Kerang darah dengan perebusan dalam akuades selama 1 menit KPA 15’ :Kerang darah dengan perebusan dalam akuades selama 15 menit KPJ :Kerang darah dengan perebusan dalam larutan jeruk nipis selama

1 menit

KPJ 15’ :Kerang darah dengan Perebusan dalam larutan jeruk nipis selama 15 menit

Tabel diatas menunjukkan adanya logam berat Kadmium (Cd) yang

terdapat di dalam kerang darah. Dimana dengan reaksi dithizon 0,005% b/v pada

pH 12 menghasilkan warna merah muda. Warna yang terbentuk adalah karena

terbentuknya kompleks logam dithizonat (Fries, 1997).

4.2 Hasil Uji Kuantitatif

4.2.1 Kurva Kalibrasi Logam Kadmium (Cd)

(42)

Gambar 2. Kurva Kalibrasi Logam Kadmium (Cd)

Berdasarkan data kalibrasi logam Kadmium (Cd) pada gambar 2 diperoleh

persamaan garis regresi yang linier yaitu: Y = 0,3041X - 0,0047 dengan nilai

koefisien korelasi (r) sebesar 0,9988 (data dapat dilihat pada lampiran 3). Contoh

perhitungan persamaan regresi dapat dilihat pada lampiran 4.

Nilai koefisien korelasi ini menunjukkan hubungan korelasi yang positif

antara konsentrasi dengan absorbansi yang berarti dengan meningkatnya

konsentrasi logam maka absorbansi juga meningkat (Rohman, 2007).

4.2.2 Analisa Kadar Logam Kadmium (Cd) dalam Kerang Darah Sebelum dan Sesudah Perebusan dalam Akuades dan Larutan Jeruk Nipis Selama 1 menit dan 15 menit

Data hasil penetapan kadar logam Kadmium (Cd) dalam sampel, dapat

dilihat pada tabel 4 dibawah ini. Konsentrasi logam Kadmium (Cd) dalam sampel

ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi linier kurva kalibrasi larutan

standar Kadmium (Cd). Data dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 5 -

(43)

Tabel 4. Data Kadar Logam Kadmium (Cd) Dalam Sampel

Keterangan : Data diatas rata-rata dari 6 kali pengulangan KTP :Kerang darah tanpa perebusan

KPA :Kerang darah dengan perebusan dalam akuades selama 1 menit KPA 15’ :Kerang darah dengan perebusan dalam akuades selama 15 menit KPJ :Kerang darah dengan perebusan dalam larutan jeruk nipis selama

1 menit

KPJ 15’ :Kerang darah dengan perebusan dalam larutan jeruk nipis selama 15 menit

Dari data pada tabel 4 menunjukkan bahwa kadar rata-rata logam

Kadmium (Cd) tanpa perebusan menggunakan akuades dan larutan jeruk nipis

adalah 2,2432 0,0060 mcg/g. Nilai ini lebih besar daripada kadar logam

Kadmium (Cd) setelah perebusan dalam akuades selama 1 menit (2,0594 0,0449

mcg/g) dan 15 menit (1,4967 0,0083 mcg/g). Begitu juga kadar logam Kadmium

(Cd) akan semakin menurun setelah kerang darah direbus dalam larutan jeruk

nipis selama 1 menit (0,9614 0,0143 mcg/g) dan 15 menit (0,6678 0,0011

mcg/g). Menurut SNI 7387-2009, batas maksimum cemaran logam Kadmium

(Cd) pada kerang (bivalvia) sebesar 1,0 mcg/g. Dengan demikian, kadar logam

Kadmium (Cd) pada kerang darah tanpa perebusan telah melebihi ambang batas

maksimum yang diperbolehkan. Dengan adanya perebusan selama 1 menit dan 15

menit dalam akuades, dapat menurunkan kadar logam Kadmium (Cd). Walaupun

penurunan kadar logam Kadmium (Cd) dalam kerang darah tersebut masih belum

efektif karena masih melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan untuk

(44)

dalam larutan jeruk nipis selama 1 menit dan 15 menit, kadar logam Kadmium

(Cd) menjadi lebih rendah dibawah kadar maksimum yang diperbolehkan.

Sehingga larutan jeruk nipis ini efektif untuk menurunkan kadar logam Kadmium

(Cd).

Terjadinya penurunan kadar logam Kadmium (Cd) dalam kerang darah

(Anadara granosa) setelah perebusan dengan akuades, disebabkan karena

komponen metallothionine yang terdapat dalam daging kerang darah (Anadara

granosa) mengalami degradasi (Nurjanah, dkk; 2005). Degradasi merupakan

suatu pemecahan protein dari ikatan-ikatan yang terdapat di dalamnya. Salah

satunya adalah Metallothionine, yang mempunyai kemampuan mengikat

logam-logam yang dapat bersifat toksik seperti Kadmium (Anonimd, 2010).

Terjadinya penurunan kadar logam Kadmium (Cd) dalam kerang darah

(Anadara granosa) setelah perebusan dalam larutan jeruk nipis disebabkan karena

dalam larutan jeruk nipis tersebut mengandung beberapa senyawa organik (seperti

asam sitrat) yang memiliki kemampuan sebagai chelator (pengikat logam). Kadar

logam Kadmium (Cd) akan terus menurun setelah kerang direbus dalam larutan

jeruk nipis selama 15 menit. Hal ini disebabkan dengan direbus selama 15 menit,

maka logam Kadmium (Cd) yang terdapat dalam kerang darah akan lebih banyak

diikat oleh senyawa organik yang terdapat dalam jeruk nipis. Sehingga dapat

dilihat bahwa kerang darah yang direbus dalam larutan jeruk nipis selama 15

menit kadarnya lebih rendah dibandingkan dengan kerang darah yang direbus

dalam larutan jeruk nipis selama 1 menit.

Dengan demikian, salah satu cara yang dapat dilakukan oleh masyarakat

(45)

dengan cara di rebus dalam larutan jeruk nipis. Karena telah terbukti bahwa jeruk

nipis dapat menurunkan kadar logam kadmium (Cd) yang terdapat dalam kerang

darah.

Dalam merebus kerang darah perlu juga diperhatikan alat yang digunakan.

Karena jika alat yang digunakan untuk merebus terbuat dari bahan logam akan

menyebabkan kadar logam Kadmium (Cd) dalam kerang darah akan bertambah

bukan menurun. Alat yang digunakan untuk merebus kerang darah dalam

penelitian ini adalah yang terbuat dari bahan kaca (beaker glass). Karena

berdasarkan hasil orientasi dengan merebus kerang dengan alat yang terbuat dari

logam (seperti panci berbahan logam), menyebabkan kadar logam Kadmium (Cd)

pada kerang darah tersebut lebih besar daripada kadar tanpa perebusan. Hal ini

dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Data kadar logam Kadmium (Cd) dengan perebusan menggunakan alat masak berbahan logam

No Sampel Kadar rata-rata (mcg/g)

1 KTP 1,0879

2 KPA 15 menit 1,7627

3 KPJ 15 menit 1,9087

Dari tabel 5 tersebut, dapat dilihat bahwa kadar logam Kadmium (Cd) pada

perebusan dalam larutan jeruk nipis lebih tinggi dibandingkan dengan perebusan

dalam akuades dan tanpa perebusan. Hal ini disebabkan karena alat masak yang

terbuat dari logam (panci, dsb) akan bereaksi kimia bila terkena asam cuka, asam

jawa, asam jeruk, dan sebagainya (Silargan, 2009) serta logam Kadmium (Cd)

dapat larut dan masuk kedalam makanan yang direbus menggunakan alat masak

berbahan logam (Sartono, 2001). Sehingga kadar logam Kadmium pada kerang

(46)

logam lebih tinggi daripada kerang dengan perebusan dalam akuades dan tanpa

perebusan.

4.2.3 Uji Perolehan Kembali (Recovery Test)

Hasil uji perolehan kembali logam Kadmium (Cd) dalam kerang darah

setelah penambahan larutan standar kadmium (Cd) dapat dilhat pada lampiran 8.

Contoh perhitungan persen uji perolehan kembali logam dalam sampel dapat

dilihat pada lampiran 9. Persen uji perolehan kembali (recovery test) Kadmium

(Cd) dalam kerang darah dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Persen Uji Perolehan Kembali (recovery test) Logam Kadmium (Cd) Dalam Kerang Darah.

No Logam yang dianalisa Recovery rata-rata (%)

1 Cd 117, 11%

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa rata-rata hasil uji perolehan

kembali untuk logam Kadmium (Cd) adalah 117,11%. Persen recovery tersebut

menunjukkan ketepatan kerja pada saat pemeriksaan kadar logam dalam sampel.

Menurut Miller (2005), suatu metode dikatakan teliti jika nilai recoverynya antara

80-120%.

4.2.4 Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

Dari hasil perhitungan diperoleh batas deteksi (LOD) untuk Kadmium (Cd)

adalah 0,0306 mcg/ml. Sedangkan batas kuantitasinya (LOQ) sebesar 0,1019

(47)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kadar logam Kadmium (Cd) dalam

kerang darah (Anadara granosa) tanpa perebusan sebesar 2,2432 0,0060 mcg/g.

Kadar logam Kadmium (Cd) setelah perebusan dalam akuades selama 1 menit

mengalami penurunan dari 2,2432 0,0060 mcg/g menjadi 2,0594 0,0449 mcg/g,

begitu juga dengan yang direbus selama 15 menit mengalami penurunan dari

2,2432 0,0060 mcg/g menjadi 1,4967 0,0083 mcg/g.

Kadar logam Kadmium (Cd) setelah perebusan dalam larutan jeruk nipis

selama 1 menit mengalami penurunan dari 2,2432 0,0060 mcg/g menjadi 0,9614

0,0143 mcg/g dan direbus selama 15 menit mengalami penurunan dari 2,2432

0,0060 mcg/g menjadi 0,6678 0,0011 mcg/g.

Adanya perbedaan waktu perebusan pada kerang darah memberikan

pengaruh yang berbeda terhadap penurunan kadar logam Kadmium (Cd). Setelah

perebusan dalam akuades selama 1 menit dan 15 menit terjadi penurunan

berturut-turut sebesar 8,83% dan 33,23%. Perebusan dalam larutan jeruk nipis selama 1

menit dan 15 menit terjadi penurunan berturut-turut sebesar 55,95% dan 69,97%.

5.2 Saran

Disarankan agar dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap penurunan

kadar logam Kadmium (Cd) dengan variasi konsentrasi larutan jeruk nipis dan

(48)

Disarankan agar dilakukan penelitian terhadap penurunan kadar logam

Kadmium (Cd) dengan perebusan menggunakan asam-asam lain yang

(49)

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, R. (1987). Food Analysis. Edisi kedua. New York:Avi Book. Hal.

613-615.

Anonima. (2005). Kerang dan Habitatnya. Tanggal akses 21 Mei 2010.

Anonimb. (2010). Metallothionein dan Detoksifikasi Logam.

Tanggal akses 01 Juni 2010.

Anonimc. (2010). Kerang Darah.

Tanggal akses 21 Juli 2010.

Anonimd. (2010). Asam Sitrat.

Tanggal akses 21 Juli 2010.

Badan Standarisasi Nasional. (2009). Batas Maksimum Cemaran Logam Berat Dalam Pangan. SNI 7387-2009. Hal. 4.

Bender, G.T. (1987). Principal of Chemical Instrumentation. Philadhelphia:W.B. Sounders Company. Page. 98.

Darmono. (2001). Lingkungan Hidup dan Pencemaran. Cetakan I. Jakarta: Universitas Indonesia. Hal. 47, 104-105, 137.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi IV. Departemen Kesehatan RI. Jakarta. Hal. 1126, 1213, 1135.

Djamali, A. (1998). Potensi dan Penyebaran sumber Daya Ikan Laut di Perairan Indonesia. Fakultas Perikanan IPB. Institut Pertanian Bogor. Hal. 158.

Fifield, F.W. (1983). Principles and Practice of Analytical Chemistry. Edisi Kedua. London:International Textbook Company Limited. Pages. 10, 277.

Fries, J,.and Getrost, H. (1997). Organic Reagents For Trace Analysis. E. Merck Darmstadt. Pages. 208-209.

Harmita. (2004). Petunjuk Pelaksanaan Validasi, Metode dan Cara Perhitungannya. Majalah Ilmu Kefarmasian. Vol. I. No.3. Hal. 119, 130, 131.

(50)

Haswell, S. J., (1991). Atomic Absorption Spectrometry Theory, Design and Application. New York:Elsevier. Page. 219.

Karlaganis, G. (2000). Citric Acid. Switzerland:SIDS Initial Assesment Report. Page. 5.

Miller. (2005). Method Validation in Pharmaceutical Analysis. Weinheim:Wiley-VCH. Page. 171.

Nurjanah, L. (2009). Pengaruh Perebusan Kerang Bulu (Anadara ferruginea) Terhadap Penurunan Kadar Logam Pb dan Cd Menggunakan Akuades dan Asam Gelugur Secara Spektrofotometer Serapan Atom. Skripsi Fakultas Farmasi. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Nurjanah, dkk. (2005). Kandungan Mineral dan Proksimat Kerang Darah (Anadara granosa) yang Diambil Dari Kabupaten Boalemo, Gorontalo. Buletin teknologi Hasil Perikanan. Vol. VIII. No. 2. Hal. 21.

Palar. (2008). Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Cetakan IV. Jakarta:Rineka Cipta. Hal. 23, 25, 53.

Purnomo, D. (2009). Logam Berat Sebagai Penyumbang Pencemaran Laut.

Tanggal akses 13 Mei 2010.

PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I. (2004). Pemantauan Lingkungan Pelabuhan Belawan. Laboratorium Lingkungan BAPEDALDA Propinsi Sumatera Utara. Medan. Hal. 4.

Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta:Pustaka Pelajar. Hal. 18, 31, 298, 305-311, 319-321.

Sartono, Drs. (2001). Racun dan Keracunan. Jakarta:Widya Medika. Hal. 81, 219.

Sarwono, B. (2001). Khasiat dan Manfaat Jeruk Nipis. Jakarta:Agromedia Pustaka. Hal. 4.

Silargan, S. (2009). Bahaya Di Balik Alat Masak.

Tanggal akses 21 Mei 2010.

Sudjana. (2001). Metode Statistika. Edisi Keenam. Bandung:Tarsito. Hal. 206.

Sudrajat. (2008). Budidaya 23 Komunitas Laut Yang Menguntungkan. Jakarta: Penebar Swadaya. Hal. 41.

(51)

Vogel, A.I. (1990). Kimia Analisis Kualitatif Anorganik. Penerjemah:Setiono, L., dkk. Edisi Kelima. Bagian I. Jakarta:PT Kalman Media Pustaka. Hal. 620

Wibisono. (2005). Metode Statistik. Cetakan I. Yogyakarta:Gadjah Mada University Press. Hal. 451-452.

(52)

Lampiran 1. Bagan Proses Destruksi Logam Kadmium (Cd)

Ditimbang 10 gram

Dimasukkan kedalam erlenmeyer Ditambahkan 5 ml H2SO4 (p) Ditambahkan 20 ml HNO3 (p) Didiamkan selama 24 jam

Didestruksi sampai larutan berwarna kuning jernih

Didinginkan

Dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml

Ditepatkan dengan akuabides sampai garis tanda

Disaring dengan kertas saring whatman no.42 dengan membuang 10 ml larutan pertama hasil penyaringan

Diuji kualitatif

Diuji kuantitatif dengan Spektrofotometri Serapan Atom pada 228,8 nm

Sampel yang sudah halus

Sampel + H2SO4 (p) + HNO3 (p)

100 ml larutan sampel

Larutan sampel

(53)

Lampiran 2. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Kadmium (Cd)

No Konsentrasi (mcg/ml) Absorbansi (A)

1 0,000 0,0000

2 0,050 0,0097

3 0,100 0,0227

4 0,200 0,0540

5 0,400 0,1165

(54)

Lampiran 3. Contoh Perhitungan Persamaan Regresi Logam Kadmium (Cd)

No X Y XY X2 Y2

1 0,000 0,0000 0,000000 0,0000 0,00000000

2 0,050 0,0097 0,000485 0,0025 0,00009409

3 0,100 0,0227 0,002270 0,0100 0,00051529

4 0,200 0,0540 0,010800 0,0400 0,00291600

5 0,400 0,1165 0,046600 0,1600 0,01357225

6 0,600 0,1793 0,107580 0,3600 0,03214849

∑ 1,35 0,3822 0,1677 0,5725 0,04924612

Rata-rata 0,2250 0,0637 0,0279 0,0954 0,00820769

a

a

a

a

a = 0,3041

a + b

b = 0,0637 – (0,3041) ( 0,2250)

b = 0,0637 – 0,0684

b = 0,0047

Maka persamaan regresinya adalah : Y= 0,3041 X –

r

(55)

r

– –

r

r

r

(56)
(57)

Keterangan : KTP :Kerang darah tanpa perebusan

KPA :Kerang darah dengan Perebusan dalam Akuades selama 1 menit

KPA 15’ :Kerang darah dengan Perebusan dalam Akuades selama 15 menit

KPJ :Kerang darah dengan Perebusan dalam Larutan Jeruk Nipis selama 1 menit

KPJ 15’ :Kerang darah dengan Perebusan dalam Larutan Jeruk Nipis selama 15 menit

(58)

Lampiran 5. Contoh Perhitungan Kadar Logam Kadmium (Cd) dalam Kerang Darah (Anadara granosa)

Berat sampel yang ditimbang = 10,0085 gram

Absorbansi (Y) = 0,0602

Persamaan regresi : Y= 0,3041 X –

X =

X =

X = 0,2134

Konsentrasi logam Cd = 0,2134 mcg/ml

Kadar logam Cd dalam sampel :

=

=

= 2,1322 mcg/g

Selanjutnya dilakukan perhitungan kadar logam kadmium dengan cara

yang sama terhadap sampel KTP2, KTP3, KTP4, KTP5, KTP6, KPA1, KPA2,

KPA3, KPA4, KPA5, KPA6, KPA 15’ 1, KPA15’ 2, KPA15’ 3, KPA15’ 4,

KPA15’ 5, KPA15’ 6, KRJ1, KRJ2, KRJ3 ,KRJ4, KRJ5, KRJ6, KRJ15’ 1,

(59)

Lampiran 6. Perhitungan Statistik Kadar Logam Kadmium dalam Kerang Darah

1. Perhitungan statistik kadar logam kadmium (Cd) pada kerang darah tanpa

perebusan

No Sampel Xi

Kadar (mcg/g) (Xi– )

1 KTP 1 2,1322 -0,0838 0,00702244

2 KTP 2 2,1913 -0,0247 0,00061009

3 KTP 3 2,2385 0,0225 0,00050625

4 KTP 4 2,2426 0,0266 0,00070756

5 KTP 5 2,2438 0,0278 0,00077284

6 KTP 6 2,2477 0,0317 0,00100489

13,2961 0,01062407

Rata-rata 2,2160 0,00177068

SD

SD

SD = 0,0460

Pada interval kepercayaan 95% dengan nilai α = 0.05, dk = 5 diperoleh

nilai t tabel = 2,5706.

Data diterima jika t hitung < t tabel

(60)

t hitung data 1 = = 4,4574 (Data Ditolak)

t hitung data 2 = = 1,3138

t hitung data 3 = = 1,1968

t hitung data 4 = = 1,4149

t hitung data 5 = = 1,4787

t hitung data 6 = = 1,6862

Untuk itu perhitungan diulangi dengan cara yang sama tanpa

mengikutsertakan data ke-1.

No Sampel Xi

Kadar (mcg/g)

(Xi– )

1 KTP 2 2,1913 -0,0415 0,00172225

2 KTP 3 2,2385 0,0057 0,00003249

3 KTP 4 2,2426 0,0098 0,00009604

4 KTP 5 2,2438 0,0110 0,00012100

5 KTP 6 2,2477 0,0149 0,00022201

∑ 11,1639 0,00219379

Rata-rata 2,2328 0,00043876

SD =

(61)

SD = 0,0234

Pada interval kepercayaan 95% dengan nilai α = 0.05, dk = 4 diperoleh

nilai t tabel =2,7765.

Data diterima jika t hitung < t tabel

t hitung data 2 = = 3,9524 (Data Ditolak)

t hitung data 3 = = 0,5429

t hitung data 4 = = 0,9333

t hitung data 5 = = 1,0476

t hitung data 6 = = 1,4190

Untuk itu perhitungan diulangi dengan cara yang sama tanpa

mengikutsertakan data ke-2.

No Sampel Xi

Kadar (mcg/g)

(Xi–

1 KTP 3 2,2385 -0,0047 0,00002209

2 KTP 4 2,2426 -0,0006 0,00000036

3 KTP 5 2,2438 0,0006 0,00000036

4 KTP 6 2,2477 0,0045 0,00002025

∑ 8,9726 0,00004306

Rata-rata 2,2432 0,00001077

Gambar

Tabel 1. Jenis-jenis kerang yang bernilai ekonomis penting yang ada di perairan Indonesia
Tabel 2. Temperatur nyala dengan berbagai kombinasi bahan bakar dan bahan pengoksidasi
Tabel 3. Hasil Uji Kualitatif Logam Kadmium (Cd) dengan Pereaksi Dithizon  0,005% b/v
Gambar 2. Kurva Kalibrasi Logam Kadmium (Cd)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sampai saat ini, seni dan industri batik sudah tumbuh subur di Indonesia, bahkan menyebar hampir ke seluruh pelosok Indonesia.Nuryanti mengemukan bahwa pada tahun

wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut UUD 1945. Pasca Amandemen UUD 1945 terdapat berbagai perubahan terkait dengan sistem ketatanegaraan. Perubahan tersebut

Mata kuliah ini mempelajari tentang sejarah munculnya hukum perlindungan konsumen, prinsip-prinsip pertanggungjawaban, hak dan kewajiban konsumen dan pelaku usaha,

posttest dan aktivitas siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol terlihat bahwa nilai rata-rata hasil belajar dan aktivitas siswa yang diajar menggunakan

Abstrak: Masalah umum dalam penelitian ini adalah Apakah dengan menggunakan metode inquiry pada pembelajaran sifat-sifat cahaya dapat menigkatkan hasil belajar siswa

kombinasi permainan Minefield memberikan perbedaan terhadap pemahaman nilai- nilai Persatuan Indonesia pada Pemuda Muhammadiyah dan Nasyiatul Aisyiyah cabang Mojolaban

Dalam pembiayaan mikro maupun regular, akad yang digunakan oleh Bank BRI Syariah adalah akad murabahah dengan cara bank memberi barang akan tetapi di Bank

Setiap pemilik modal berhak turut serta dalam menentukan kebijakan usaha yang di jalankan oleh pelaksanaan proyek dan pemilik modal tidak boleh melakukan