• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Pelelangan Ikan Terhadap Peningkatan Pendapatan Nelayan Dan Kaitannya Dengan Pengembangan Wilayah (Studi Perbandingan Aktivitas TPI Percut Dan TPI Pekalongan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Peranan Pelelangan Ikan Terhadap Peningkatan Pendapatan Nelayan Dan Kaitannya Dengan Pengembangan Wilayah (Studi Perbandingan Aktivitas TPI Percut Dan TPI Pekalongan)"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN PELELANGAN IKAN TERHADAP PENINGKATAN

PENDAPATAN NELAYAN DAN KAITANNYA DENGAN

PENGEMBANGAN WILAYAH (STUDI PERBANDINGAN

AKTIVITAS TPI PERCUT DAN TPI PEKALONGAN)

TESIS

Oleh

BETHARIA SINAGA

067003006/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

S

E K

O L

A

H

P A

S C

A S A R JA N

(2)

PERANAN PELELANGAN IKAN TERHADAP PENINGKATAN

PENDAPATAN NELAYAN DAN KAITANNYA DENGAN

PENGEMBANGAN WILAYAH (STUDI PERBANDINGAN

AKTIVITAS TPI PERCUT DAN TPI PEKALONGAN)

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

BETHARIA SINAGA

067003006/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : PERANAN PELELANGAN IKAN TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN NELAYAN DAN KAITANNYA DENGAN PENGEMBANGAN WILAYAH (STUDI PERBANDINGAN AKTIVITAS TPI PERCUT DAN TPI PEKALONGAN)

Nama Mahasiswa : Betharia Helena Rotua Sinaga Nomor Pokok : 067003006

Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Ir. Zulkifli Nasution, Ph.D Ketua

)

(Dr. Tavi Supriana, M.Si) (

Anggota Anggota

Kasyful Mahalli, SE, M.Si)

Ketua Program Studi Direktur

(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 4 Juli 2008

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Ir. Zulkifli Nasution, Ph.D

Anggota : 1. Dr. Ir. Tavi Supriana, M.Si

2. Kasyful Mahalli, SE, M.Si

3. Drs. Rujiman, MA

(5)

ABSTRAK

Penelitian ini tentang studi perbandingan antara pelelangan ikan yang terdapat di Pekalongan-Jawa Tengah dan pelelangan ikan di Percut Sei Tuan-Sumatera Utara.

Tujuan penelitian ini adalah (1) mengetahui sejauh mana aktivitas pelelangan ikan di Pekalongan dan Percut diatur oleh Pemerintah daerah dan bagaimana proses pelelangan ikan dilaksanakan (2) mengetahui komparasi pelelangan ikan di Pekalongan dan Percut (3) mengetahui berapa besar pendapatan nelayan akibat harga lelang dan harga pasar yang terbentuk (4) mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan.

Penelitian ini dilakukan di Pekalongan-Jawa Tengah dan Percut-Sumatera Utara. Adapun data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakuakan wawancara kepada para nelayan. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis Regresi.

(6)

ABSTRACT

This research is a comparison study between the fish auction at Pekalongan, Central Java and fish auction asdt Percut Sei Tuan, North Sumatera. This research aims (1) to study how far the activity of fish auction at Pekalongan and Percut that determined by the local government and how the implementation of fish auction process at Pekalongan and Percut, (3) to study how much the earning of the fisherman caused by the price of auction and market price (4) to study the factors influence the earning of the fisherman.

This research was conducted at Pekalongan, Central Java and Percut-North Sumatera. The data in this research are primary and secondary data. The primary data is collected by interview to the fishermen. The analysis in this research is a descriptive and regression analysis.

Based on the results of analysis it concluded that (1) both of the location of this research, the fish auction is determined by the local government in order to support the marketing by auction system and to sell the product of the fisherman on the competitive price without cause the loss to the collector and consumer, (2) the increasing of the price of auctioned fish and sold ast the market of Pekalongan is 35% in average, while at the market of Percut is 48.5% in average from the fisherman to the broker I, 32.3% from the broker I to the broker II and from the fisherman to the broker II is 98.4% totally. (3) Based on the results of multi regression analysis indicates that at Pekalongan and Percut, the volume of fish influence the earning of the fishermen significantly, (4). Based on the t-test analysis, the earning of the fisherman at Pekalongan and Percut is differ significantly. (5) Based on the discussion on the comparison between two location of fish auction, i.e. fish auction location at Pekalongan and Percut both of the location have the government rule that determine the fish auction system, and the fish auction of Pekalongan and Percut pay the daily retribution to the fishery office and the big factor influence the earning of the fisherman is the volume of fish. While the different between them is the auction system at Pekalongan is supervised by government, while at Percut is not supervised. The chain of fish marketing at Pekalongan is fisherman – auction operator – buyer, while at Percut is fisherman – broker I – Broker II – buyer. The increasinbg of the price from the auction price at Pekalongan is 35% while at Percut is 98.4%. the Fisherman who sell the fish ast the fish auction of Pekalongan are the member of KUD and the Fisherman association of Indonesia (HNSI), while at Percut the fisherman has not an organization. All of fish sold at Pekalongan is weight by kilogram unit while at Percut, there is not weighing and the fisherman at Pekalongan must report the type of fish and the volume of fish to the auction operator before selling, while there is not a process at Percut.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa penulis panjatkan yang telah

memberikan berkah dan kekuatan kepada hamba untuk dapat menyelesaikan penulisan

tesis ini yang berjudul: “PERANAN PELELANGAN IKAN TERHADAP

PENINGKATAN PENDAPATAN NELAYAN DAN KAITANNYA DENGAN

PENGEMBANGAN WILAYAH (STUDI PERBANDINGAN AKTIVITAS TPI

PERCUT DAN TPI PEKALONGAN)”. Tesis ini dibuat sebagai salah satu syarat

untuk meraih gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan

Wilayah dan Pedesaan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan.

Proses penulisan tesis ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan serta

dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu saya menyampaikan rasa terima kasih yang

tulus kepada beberapa pihak yang sangat berperan dalam proses penyusunan tesis ini,

yaitu kepada Bapak Prof. Ir. Zulkifli Nasution, Ph.D, sebagai Ketua Komisi

Pembimbing yang banyak memberikan saran dan masukan dalam penulisan tesis ini,

kepada Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, M. Si, Anggota Komisi Pembimbing yang bersedia

meluangkan waktu dan perhatian dalam penulisan dan penyelesaian tesis, kepada

Bapak Kasyful Mahalli, SE, M.Si, Anggota Pembimbing yang memberikan bantuan,

bimbingan, saran serta masukan dalam penulisan tesis ini.

Dalam pembuatan tesis ini tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc, selaku Direktur sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara.

2. Pegawai di Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Tengah yang telah memberikan

arahan dan data-data yang diperlukan dalam penulisan tesis ini.

3. Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Pekalongan yang telah

memberikan data dan kesediaannya dalam wawancara demi mendapatkan

(8)

4. Kepada Pegawai Badan Pusat Statistik Kabupaten Pekalongan yang telah

memberikan data-data untuk penyelesaian tesis.

5. Para staf administrasi seketariat Program Studi Perencanaan Pembanguan

Wilayah dan Pedesaan Sekolah Pascasarjana USU.

6. Rekan-rekan dan sahabat mahasiswa Sekolah Pascasarjana Program Studi

Perencanaan Wilayah dan Pedesaan yang banyak memberikan dukungan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada orangtua Ir. Bungaran Sinaga, M. Si

dan Lisbeth Simanjuntak yang telah membiayai dan mendukung penulis selama

mengikuti perkuliahan dan penyelesaian tesis ini. Juga kepada abang Lamsihar

Sinaga, ST, adik-adik Rumondang Sinaga, S, Hut, M. Si, Polma Uli Sinaga, ST,

dan August Sinaga, ST untuk semua dukungan dan doa-doanya bagi penulis.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi

bahasa maupun isinya, oleh karena itu penulis dengan senang hati akan menerima

kritikan sehat, saran dan masukan semua pihak. Akhir kata penulis berharap

semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak yang memerlukannya.

Medan, Juli 2008

Penulis

(9)

Penulis bernama Betharia Sinaga dilahirkan di Pematang Siantar pada tanggal 23

September 1980, merupakan anak kedua dari pasangan Bapak Ir. Bungaran Sinaga,

M. Si dan Ibu Lisbeth Simanjuntak.

Jenjang pendidikan dasar dilalui di Sekolah Dasar Swasta SD. St. Yosef Sidikalang

lulus tahun 1993, SMP Putri Cahaya Medan lulus tahun 1996, dan SMA Cahaya I

Medan lulus tahun 1999. Jenjang pendidikan tinggi dilalui di Politeknik Medan jurusan

Teknik Energy dan melajutkan pendidikan program extension jurusan Teknik Industi

di Institut TD. Pardede Medan. Pada tahun 2006 penulis melajutkan pendidikan ke

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dengan biaya sendiri.

Pengalaman penulis bekerja, pada tahun 2007 sampai sekarang di salah satu Organisasi

Non Profit (NGO) bagian Program Pengembangan Masyarakat.

(10)

Halaman

2.1.3. Struktur Organisasi Tempat Pelelangan Ikan ... 8

2.2 Pengembangan Wilayah ... 9

2.3 Karakteristik Masyarakat Nelayan ... 12

2.4 Penelitian Terdahulu ... 15

2.5 Kerangka Pemikiran ... 16

2.6 Hipotesis Penelitian ... 17

BAB III METODE PENELITIAN ... 18

3.1 Lokasi Penelitian ... 18

3.2 Sumber Data dan Teknik Penentuan Sampel ... 18

3.2.1. Sumber Data ... ... 18

3.2.2 Teknik Penentuan Sampel ... 19

3.3 Metode Analisis Data ... 19

(11)

3.3.2 Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap

Pendapatan Nelayan di Pekalongan dan Percut... 20

3.3.3 Analisis Perbedaan Pendapatan antara Nelayan di Percut dan Pekalongan ... 21

3.4 Definisi Variabel Operasional ... 22

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian dan Karakteristik Nelayan Pekalongan ... 24

4.2 Pelelangan Ikan di Pekalongan ... 31

4.2.1 Dasar dilakukannya Pelelangan Ikan ... 31

4.2.2 Kelembagaan Nelayan ... 38

4.2.3 Produksi Ikan ... ... 40

4.2.4 Intervensi Pemerintah dalam Melakukan Pelelangan Ikan di Pekalongan ... 43

4.2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan Pekalongan ... 45

4.3 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Percut ... 48

4.4 Tempat Pelelangan Ikan ... 55

4.4.1 Intervensi Pemerintah terhadap Pelelangan Ikan ... 56

4.4.2 Jenis Ikan terkangkap, Harga Lelang dan Harga Pasar di Percut ... 60

4.4.3 Pemasaran Ikan Percut ... 63

4.4.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan Percut ... 64

4.4.5 Analisis Perbedaan Pendapatan antara Nelayan di Percut dan Pekalongan ... 67

4.5 Komparasi Tempat Pelelangan Ikan di Pekalongan dan Percut ... 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 69

5.1 Kesimpulan ... 69

5.2 Saran ... 70

(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

4.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 27

4.2 Jenis Ikan Tertangkap di TPI Pekalongan ………... 42

4.3 Hasil Perhitungan Analisis ……….…... 45

4.4 Hasil Uji Asumsi Regresi... 47

4.5 Jarak Kantor Desa/Kelurahan ke Kantor Kecamatan ... 49

4.6 Luas Wilayah Kecamatan Percut Sei Tuan per Desa/Kelurahan ………... 50

4.7 Jumlah Rumah Tangga dan Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2006 ... 52

4.8 Banyaknya Murid dan Tenaga Pengajar Menurut Jenjang Pendidikan di Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2006 ... 53

4.9 Harga Lelang, Harga Pasar I, Harga Pasar II Jenis Ikan di TPI Percut ... 61

4.10 Besar Persentase Kenaikan Harga yang Diberlakukan oleh Tengkulak………. 62

4.11 Hasil Analisis …...…... 64

4.12 Hasil Analisis Asumsi …...………... 66

(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian ………... 16

4.1 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 28

4.2 Grafik Tingkat Pendidikan Nelayan Pekalongan ...……... 30

4.3 Grafik Usia Nelayan Pekalongan ... 30

4.4 Pengalaman Melaut Nelayan Pekalongan ... 31

4.5 Mekanisme Pelelangan Ikan di Pekalongan …..…... 35

4.6 Skema Penggunaan Hasil Retribusi ... 38

4.7 Grafik Produksi Jenis Ikan Dominan di Pekalongan ... 40

4.8 Skema Model Pembentukan Harga TPI Pekalongan ... 42

4.9 Grafik Tingkat Pendidikan Nelayan Percut ... 54

4.10 Gambaran Usia Nelayan Percut ... 54

4.11 Grafik Pengalaman Melaut Nelayan Percut ... 55

4.12 Skema Pelelangan Ikan Sesuai Perda ... 57

4.13 Skema Pelelangan Ikan di Percut ... 58

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Kuesioner Penelitian... 74

2 Data Nelayan Pekalongan ... 77

3 Hasil Analisis Regresi Berganda Data Pekalongan dan Percut ... 79

4 Foto-foto Hasil Penelitian Pekalongan ... 86

(15)

ABSTRAK

Penelitian ini tentang studi perbandingan antara pelelangan ikan yang terdapat di Pekalongan-Jawa Tengah dan pelelangan ikan di Percut Sei Tuan-Sumatera Utara.

Tujuan penelitian ini adalah (1) mengetahui sejauh mana aktivitas pelelangan ikan di Pekalongan dan Percut diatur oleh Pemerintah daerah dan bagaimana proses pelelangan ikan dilaksanakan (2) mengetahui komparasi pelelangan ikan di Pekalongan dan Percut (3) mengetahui berapa besar pendapatan nelayan akibat harga lelang dan harga pasar yang terbentuk (4) mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan.

Penelitian ini dilakukan di Pekalongan-Jawa Tengah dan Percut-Sumatera Utara. Adapun data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakuakan wawancara kepada para nelayan. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis Regresi.

(16)

ABSTRACT

This research is a comparison study between the fish auction at Pekalongan, Central Java and fish auction asdt Percut Sei Tuan, North Sumatera. This research aims (1) to study how far the activity of fish auction at Pekalongan and Percut that determined by the local government and how the implementation of fish auction process at Pekalongan and Percut, (3) to study how much the earning of the fisherman caused by the price of auction and market price (4) to study the factors influence the earning of the fisherman.

This research was conducted at Pekalongan, Central Java and Percut-North Sumatera. The data in this research are primary and secondary data. The primary data is collected by interview to the fishermen. The analysis in this research is a descriptive and regression analysis.

Based on the results of analysis it concluded that (1) both of the location of this research, the fish auction is determined by the local government in order to support the marketing by auction system and to sell the product of the fisherman on the competitive price without cause the loss to the collector and consumer, (2) the increasing of the price of auctioned fish and sold ast the market of Pekalongan is 35% in average, while at the market of Percut is 48.5% in average from the fisherman to the broker I, 32.3% from the broker I to the broker II and from the fisherman to the broker II is 98.4% totally. (3) Based on the results of multi regression analysis indicates that at Pekalongan and Percut, the volume of fish influence the earning of the fishermen significantly, (4). Based on the t-test analysis, the earning of the fisherman at Pekalongan and Percut is differ significantly. (5) Based on the discussion on the comparison between two location of fish auction, i.e. fish auction location at Pekalongan and Percut both of the location have the government rule that determine the fish auction system, and the fish auction of Pekalongan and Percut pay the daily retribution to the fishery office and the big factor influence the earning of the fisherman is the volume of fish. While the different between them is the auction system at Pekalongan is supervised by government, while at Percut is not supervised. The chain of fish marketing at Pekalongan is fisherman – auction operator – buyer, while at Percut is fisherman – broker I – Broker II – buyer. The increasinbg of the price from the auction price at Pekalongan is 35% while at Percut is 98.4%. the Fisherman who sell the fish ast the fish auction of Pekalongan are the member of KUD and the Fisherman association of Indonesia (HNSI), while at Percut the fisherman has not an organization. All of fish sold at Pekalongan is weight by kilogram unit while at Percut, there is not weighing and the fisherman at Pekalongan must report the type of fish and the volume of fish to the auction operator before selling, while there is not a process at Percut.

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Secara tradisional setelah nelayan memperoleh hasil ikan tangkapan, mereka

lalu mencoba menjual sendiri kepada konsumen setempat melalui cara barter atau

dengan nilai uang tertentu. Kegiatan ini tidak terorganisir dengan baik dan kurang

efisien dan tidak produktif, mutu ikan tidak dijaga sehingga harga ikan cenderung

menurun. Perkembangannya lain dengan adanya upaya bahwa pemasaran ikan harus

dirubah yakni dari ikan yang dijual sendiri-sendiri menjadi ikan dijual secara lelang

dan terorganisir sehingga harga tidak ditentukan oleh pembeli dan mutu ikan dapat

dipertahankan serta nilai jual yang diperoleh nelayan lebih besar. Melihat kenyataan

demikian, pelaksanaan lelang akhirnya menjadi kebutuhan nelayan.

Pelelangan ikan adalah suatu kegiatan disuatu tempat pelelangan ikan guna

mempertemukan antara penjual dan pembeli ikan sehingga terjadi tawar-menawar

harga ikan yang mereka sepakati bersama. Dengan demikian pelelangan ikan adalah

salah satu mata rantai tata niaga ikan.

Tempat Pelelangan Ikan (TPI) merupakan suatu unit usaha yang potensial,

sehingga dapat berperan dalam memberdayakan koperasi nelayan, apabila dikelola

sebagai unit usaha koperasi. Lebih dari itu, Tempat Pelelangan Ikan dapat

dimanfaatkan sebagai fasilitas dalam upaya peningkatan pengetahuan dan kemampuan

(18)

Pemerintah daerah berdasarkan kewenangan yang ada, mengatur, mengurus,

dan mengawasi pelelangan ikan dengan tujuan meningkatkan pendapatan, taraf hidup,

dan kesejahteraan nelayan, mendapatkan kepastian pasar dan harga ikan yang layak

bagi nelayan maupun konsumen, memberdayakan koperasi nelayan, meningkatkan

pengetahuan, dan kemampuan nelayan.

Pemerintah mengatur tata niaga ikan dan melaksanakan pembinaan mutu hasil

perikanan. Tujuan pengaturan tata niaga oleh Pemerintah agar proses tata niaga ikan

berjalan tertib sehingga nelayan sebagai produsen dan pembeli/konsumen sama-sama

memperoleh manfaat dan saling menguntungkan. Salah satu bentuk pengaturan yang

telah diatur oleh Pemerintah adalah mewajibkan setiap hasil tangkapan ikan agar

dilakukan proses pelelangan ikan kecuali ikan-ikan untuk ekspor, ikan-ikan dalam

jumlah kecil untuk konsumsi nelayan, ikan-ikan hasil tangkapan untuk penelitian.

Dengan demikian proses pelelangan ikan ini ditujukan untuk pengaturan tata niaga

ikan didalam negeri. Dengan pelelangan ikan demikian ditujukan kepada hasil

tangkapan ikan yang dijual bukan untuk tujuan ekspor.

Untuk memperlancar proses pelelangan ikan ini, Pemerintah telah membangun

tempat pelelangan ikan yang ada di Pelabuhan Perikanan atau Pangkalan Pendaratan

Ikan yang tersebar di seluruh Indonesia. Tempat pelelangan ikan di suatu Pelabuhan

Perikanan adalah merupakan sentral kegiatan perikanan. Dengan demikian semakin

berfungsinya tempat pelelangan ikan untuk aktivitas pelelangan ikan maka semakin

berfungsi pula suatu Pelabuhan Perikanan. Namun demikian tidak semua Pelabuhan

(19)

perikanan itu berada dan fungsi utamanya untuk apa, sebagai contoh pelabuhan

perikanan yang berada di Indonesia Bagian Timur dan lokasi pelabuhan perikanan

yang berada pada daerah terpencil yang jumlah penduduknya relatif sedikit dan

umumnya melayani aktivitas bongkar muat ikan untuk tujuan ekspor tidak

memerlukan tempat pelelangan ikan.

Secara umum dapat dikatakan bahwa pelelangan ikan bermanfaat antara lain

untuk meningkatkan nilai jual yang akan diperoleh nelayan yang pada akhirnya akan

merubah taraf hidupnya ke arah lebih sejahtera.

Di tempat pelelangan ikan desa nelayan Percut Sei Tuan sejak operasionalnya

tahun 1984 sampai sekarang aktivitas pelelangan ikan timbul tenggelam. Pada awal

pengoperasionalannya pernah terjadi aktivitas pelelangan, tetapi tidak berlangsung

lama dan memang dengan adanya lelang ini merangsang nelayan untuk meningkatkan

kapasitas usaha penangkapan ikan di laut dan mereka merasa manfaat dari pelelangan

tersebut.

Pada saat ini penjualan ikan tidak dilakukan dengan baik dan terkoordinir,

walaupun terlihat aktivitas pelelangan. Harga penjualan ikan bukanlah yang wajar

yang diterapkan kepada nelayan, serta tidak sebanding dengan tenaga ataupun usaha

yang dikorbankan nelayan dalam melakukan kegiatan menangkap ikan. Harga ikan

banyak ditetapkan oleh para tengkulak dan cenderung sangat rendah. Nelayan juga

tidak dapat menetapkan harga ikan standar, karena tidak mengetahui harga ikan yang

berlaku dipasaran, khususnya kota Medan dan juga faktor transportasi yang terbatas

(20)

Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pekalongan merupakan Tempat Pelelangan Ikan

terbaik secara Nasional yang melakukan sistem Pelelangan terbuka dan terkoordinir

dengan baik oleh Pemerintah. Tempat Pelelangan Ikan ini dipilih sebagai Tempat

Pelelangan Ikan perbandingan dan menjadi model bagi Tempat Pelelangan Ikan yang

belum berjalan baik.

1.2. Permasalahan

Berdasarkan uraian dari latar belakang, maka dapat dirumuskan beberapa

masalah yang akan ditelusuri dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana Pemerintah Daerah mengatur pelelangan ikan dan bagaimana proses

pelelangan ikan dilaksanakan?

2. Bagaimana perbandingan antara Tempat Pelelangan Ikan di Pekalongan dan

Tempat Pelelangan Ikan di Percut?

3. Berapa besar pendapatan Nelayan akibat harga lelang dan harga pasar yang

terbentuk?

4. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi pendapatan nelayan ?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui sejauh mana aktivitas Pelelangan Ikan di Pekalongan dan Percut

Sei Tuan yang diatur oleh Pemerintah Daerah dan bagaimana proses pelelangan

(21)

2. Untuk mengetahui komparasi Tempat Pelelangan Ikan di Pekalongan dan Tempat

Pelelangan Ikan di Percut.

3. Untuk mengetahui berapa besar pendapatan Nelayan akibat harga lelang dan harga

pasar yang terbentuk

4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:

1. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi Pemerintah Daerah.

2. Sebagai bahan masukan bagi pengelola Tempat Pelelangan Ikan untuk perbaikan

tata kelola Tempat Pelelangan Ikan.

3. Sebagai bahan referensi dalam penelitian lain yang berkaitan dengan aktivitas

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tempat Pelelangan Ikan (TPI)

2.1.1. Pengertian Tempat Pelelangan Ikan

TPI kalau ditinjau dari menejemen operasi, maka TPI merupakan tempat

penjual jasa pelayanan antara lain sebagai tempat pelelangan, tempat perbaikan jaring,

tempat perbaikan mesin dan lain sebagainya. Disamping itu TPI merupakan tempat

berkumpulnya nelayan dan pedagang-pedagang ikan atau pembeli ikan dalam rangka

mengadakan transaksi jual beli ikan. Nelayan ingin menjual hasil tangkapan ikannya

dengan harga sebaik mungkin, sedangkan pembeli ingin membeli dengan harga

serendah mungkin. Untuk mempertemukan penawaran dan permintaan itu,

diselenggarakan pelelangan ikan agar tercapai harga yang sesuai, sehingga

masing-masing pihak tidak merasa di rugikan.

Tempat Pelelangan Ikan (TPI), selain merupakan pintu gerbang bagi nelayan

dalam memasarkan hasil tangkapannya, juga menjadi tempat untuk memperbaiki

jaring, motor, serta kapal dalam persipan operasi penangkapan ikan. Tujuan utama

didirikannya TPI adalah menarik sejumlah pembeli, sehingga nelayan dapat menjual

hasil tangkapannya sesingkat mungkin dengan harga yang baik serta dapat

menciptakan pasaran yang sehat melalui lelang murni. Disamping itu, secara

fungsional, sasaran yang diharapkan dari pengelolaan TPI adalah tersedianya ikan bagi

(23)

Namun tidak tertutup kemungkinan bahwa pengelolaan TPI yang baik serta

professional akan memotivasi para nelayan untuk menambah dan mengembangkan

usahanya di bidang perikanan.

2.1.2. Fungsi, Tujuan dan Manfaat Tempat Pelelangan Ikan

Menurut petunjuk Operasional, fungsi TPI antara lain adalah:

a. Memperlancar kegiatan pemasaran dengan sistem lelang.

b. Mempermudah pembinaan mutu ikan hasil tangkapan nelayan

c. Mempermudah pengumpulan data statistik.

Tujuan dari sistem Pelelangan Ikan di TPI yang sesungguhnya adalah mencari

pembeli potensial sebanyak mungkin untuk menjual hasil tangkapannya pada tigkat

harga yang menguntungkan tanpa merugikan pedagang pengumpul.

Berbagai kegiatan yang dapat dilaksanakan di TPI untuk mencapai tujuan yang

diharapkan antara lain:

1. Meningkatkan animo masyarakat nelayan untuk melakukan transaksi jual beli

di TPI.

2. Meningkatkan jumlah pedagang pengumpul atau grosir yang menangani hasil

tangkapan.

3. Meningkatkan fungsi dan peranan KUD sebagai organisasi ekonomi dan mampu

bertindak sebagai penyangga pemasaran.

Manfaat diadakannya pelelangan ikan di TPI antara lain adalah:

(24)

c. Adanya peningkatan pendapatan daerah melalui pemungutan retribusi (bea)

Lelang.

d. Pengembangan Koperasi Unit Desa.

2.1.3. Struktur Organisasi Tempat Pelelangan Ikan

Penyelenggaraan pelelangan Ikan pada setiap TPI sebaiknya adalah dari

organisasi nelayan dalam bentuk KUD. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya,

KUD bertanggungjawab kepada Pemda setempat melalui Dinas Perikanan Daerah.

Adapun tujuan adanya struktur organisasi dalam suatu lingkungan kerja secara

garis besar, dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan tugas pekerjaa mempunyai kemungkinan dapat dilaksanakan secara

efisien dan efektif.

2. Pelaksanaan pekerjaan mempunyai kemungkinan dapat dilaksanakan lebih mudah.

3. Koordinasi mempunyai kemungkinan untuk dilaksanakan dengan baik.

4. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian kemungkinan lebih efektif dan efisien.

Disamping itu, adanya juga struktur organisasi pada lingkungan kerja, dapat

memberikan secara jelas tugas dan tanggung jawab serta kedudukan masing-masing

pelaksana, sehingga diharapkan tidak terjadi kesimpangsiuran dalam pekerjaan yang

dapat menghambat kelancaran pencapaian tujuan.

Struktur organisasi penyelenggara atau pelaksana pelelangan ikan di TPI pada

umumnya terdiri dari:

1. Pimpinan Pelelangan, tugasnya antara lain adalah memimpin dan mengkoordinir

(25)

2. Juru tulis atau tenaga administrasi pelelangan ikan, tugasnya antara lain membuat

catatan dan laporan kegiatan pelelangan meliputi jumlah kapal, produksi ikan, nilai

produksi dan bea lelang serta melaksanakan kegiatan tata usaha pelelangan

termasuk surat-menyurat.

3. Juru Lelang, tugasnya antara lain adalah melaksanakan tata pelelangan secara

terbuka, memgumuman pemenang lelang dan mencatat dalam buku catatan khusus

mengenai pemilik ikan, pedagang atau pembeli pemenang lelang, jumlah dan jenis

ikan yang dilelang serta besarnya nilai lelang.

4. Juru timbang, tugasnya adalah melaksanakan penimbangan ikan yang masuk TPI

dan memberi label atau nota yang berisi mengenai nama pemilik ikan, jenis dan

berat ikan yang telah ditimbang.

5. Kasir (Bendahara Khusus), tugasnya adalah menagih atau menerima uang lelang

secara tunai kepada atau dari pedagang atau pembeli yang melaksanakan

pelelangan, jumlahnya sesuai dengan yang tertera didalam karcis lelang. Tugas

lainnya adalah menyetorkan hasil pungutan bea lelang kepada Pemda Tingkat I dan

Pemda tingkat II. Penyetoran tersebut langsung diberikan kepada pemegang kas

Pemda setempat. Dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari baik bendaharawan

khusus, juru tulis atau administrasi, juru lelang maupun juru timbang

bertanggungjawab kepada pimpinan pelelangan ikan.

2.2. Pengembangan Wilayah

(26)

dilaksanakan dan diatur dalam rangka usaha-usaha untuk memperbaiki tingkat

kesejahteraan hidup masyarakat. Usaha-usaha tersebut pada dasarnya adalah bersifat

meningkatkan pemenuhan berbagai kebutuhan-kebutuhan, baik melalui produk-produk

maupun berbagai jenis kegiatan yang membawa pengaruh peningkatan kawasan.

Peningkatan kawasan dapat pula diartikan sebagai peristiwa pengembangan

wilayah pada wilayah yang bersangkutan sehingga seluruh usaha yang menjurus pada

perbaikan dalam tingkat kesejahteraan hidup masyarakat, dapat dipandang sebagai

penyebab berlangsungnya proses berkembangnya wilayah (Purnomisidi, 1981).

Sukirno (1985) memberikan pengertian wilayah ata daerah dalam tiga hal

yaitu: daerah homogen, daerah modal dan daerah administratif atau daerah

perencanaan. Pengertian daerah homogen adalah menganggap suatu daerah sebagai

suatu space atau ruang dimana kegiatan ekonomi berlaku di berbagai pelosok ruang

tersebut yang mempunyai sifat-sifat yang sama seperti pendapatan penduduk, agama,

suku bangsa atau struktrur ekonomi. Pengertian daerah modal adalah bahwa daerah

sebagai ruang ekonomi yang dikuasai oleh satu atau berbagai pusat kegiatan ekonomi.

Pengertian daerah administratif dari suatu negara, seperti propinsi, kabupaten, desa,

dan sebagainya.

Berdasarkan uraian diatas, maka wilayah pembangunan hendaknya sesuai

dengan wilayah administratif dan juga mempunyai ciri wilayah modal. Dalam praktek,

apabila membahas mengenai perencanaan pembangunan daerah, pengertian daerah

administratif paling banyak digunakan karena alasan kemudahan koordinasi dan

(27)

yang berdasarkan homogeneity dan bertujuan lebih banyak untuk analitis informasi

dalam wilayah itu, guna keperluan pengembangan. Batas wilayah tidak terikat pada

batas administrasi dan tidak perlu mempunyai pusat. Misalnya satu propinsi mungkin

mempunyai wilayah pengembangan seperti wilayah pantai Timur, wilayah pantai

Barat, wilayah pegunungan dan wilayah kepulauan yang masing-masing mempunyai

ciri geografis, fauna, dan flora yang sama.

Meskipun terdapat banyak konsep tentang wilayah tetapi para pakar ekonomi

regional sependapat bahwa tujuan pembangunan wilayah merupakan bagian dari

tujuan pembangunan nasional, yang antara lain:

1. Mencapai pertumbuhan pendapatan perkapita yang lebih tepat.

2. Menyediakan kesempatan kerja cukup.

Kedua tujuan tersebut merupakan dasar untuk memacu pendapatan perkapita

yang relatif masih rendah dan tingkat pengangguran yang cukup tinggi. Disamping ini,

tujuan tersebut diatas dapat mendorong terciptanya keseimbangan sektor-sektor

ekonomi antara sektor pertanian, sektor industri dan sektor jasa.

Selanjutnya diharapkan agar kegiatan perekonomian wilayah itu membuka

kesempatan kerja lebih banyak, sehingga tercapai pemerataan di segala bidang dalam

kehidupan wilayah (kota dan desa). Untuk pemerataan dan mengimbangi laju

pertumbuhan, maka setiap kebijaksanaan akan didasarkan pada daya dukung potensi

wilayah. Sejalan dengan itu, arah kebijaksanaan pembangunan ditempuh melalui

sistem perwilayahan pembangunan. Selain daya dukung wilayah, tingkat kemudahan

(28)

Menurut Purnomosidi (1981) bahwa konsep pengembangan wilayah nasional

mempunyai tujuan-tujuan yaitu:

1. Mewujudkan keseimbangan antar daerah dalam hal tingkat pertumbuhan.

2. Memperkokoh kesatuan ekonomi nasional.

3. Memelihara efisiensi pertumbuhan nasional.

Pencapaian tujuan pengembangan wilayah tidak terlepas dari perencanaan

pembangunan yang disesuaikan dengan potensi sumber daya yang ada di wilayah itu

sendiri. Pengembangan adalah usaha menambah potensi kepada sesuatu objek

pembangunan, sedangkan pembangunan adalah suatu aktifitas untuk mencapai yang

diinginkan dalam bidang ekonomi dan non ekonomi. Agar pengembangan wilayah itu

dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan masyarakat, maka

dalam pengelolaan sumber daya seyogianya pertimbangan ekonomi dan lingkunagn

harus cukup berimbang untuk mempertahankan kelestarian sumber daya tersebut

(Anwar, 1991).

2.3. Karakteristik Masyarakat Nelayan

Nelayan adalah orang yang melakukan penangkapan/budi daya di laut,

di tempat yang masih dipengaruhi pasang surut laut.

Berdasarkan sumber pendapatannya, nelayan dapat dibagi menjadi:

1. Nelayan tetap atau nelayan penuh, yakni nelayan yang pendapatan seluruhnya

berasal dari perikanan.

2. Nelayan sambilan utama, yakni nelayan yang sebagian besar pendapatannya

(29)

3. Nelayan sambilan tambahan, yakni nelayan yang sebagian kecil pendapatannya

berasal dari perikanan.

4. Nelayan Musiman, yakni orang yang dalam musim-musim tertentu saja aktif

sebagai nelayan.

Dari penelitian sebelumnya yaitu Studi tentang aksebilitas rumah tangga

nelayan dalam penanggulangan kemiskinan studi kasus di pedesaan pantai Jawa Timur

yang dilakukan oleh Sahri Muhammad, Irfan Islamy dan Eko Ganis Sukoharsono

(2005) mengatakan dengan kondisi perekonomian pedesaan pantai yang rentan

terhadap musim dan perubahan lingkungannya, nelayan memiliki aksesabilitas secara

berurutan dari yang paling tinggi sampai ke paling rendah, yaitu: modal (aset) sosial,

kemudian modal fisik (keberadaan pangkalan pendaratan ikan, modal SDM yaitu

pengetahuan nelayan tentang penangkapan ikan, modal finansial yaitu kemampuan

nelayan untuk mendapatkan modal untuk mengembangkan usaha dan paling rendah

adalah modal alam (stok ikan). Oleh karena itu, upaya untuk memperbaiki taraf hidup,

hendaknya dilakukan secara komprehensif dengan berbagai pendekatan, baik

pendekatan struktural maupun pendekatan kultural.

Faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan rumah tangga

nelayan adalah produksi melaut, curahan waktu kerja produktif, dan biaya produksi

atau biaya operasional melaut. Faktor yang berpengaruh terhadap kenaikan produksi

melaut adalah aset kapal, jenis alat tangkap, mutu SDM, harga ikan, daerah

penangkapan ikan, dan pengembangan usaha pasca panen dalam rumah tangga.

(30)

ikan adalah bahan bakar minyak (BBM). Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

biaya melaut adalah aset kapal, alat tangkap, mutu hasil, dan mut SDM.

Berdasarkan perahu/kapal penangkap yang digunakan, nelayan dapat dibagi

menjadi:

1. Nelayan berperahu tak bermotor, terdiri dari:

a. Nelayan Jukung

b. Nelayan perahu papan (kecil, sedang dan besar)

2. Nelayan berperahu motor tempel

3. Nelayan berkapal motor, menurut GT (Gross Ton) terdiri dari:

a. < 5 GT

b. 5 – 10 GT

c. 10 – 20 GT

d. 20 – 30 GT

e. 30 – 50 GT

f. 50 – 100 GT

g. 100 – 200 GT

h. 200 – 500 GT

i. > 500 GT

Alat penangkap yang dipakai nelayan, dapat dipakai menjadi pukat harimau

(trawl), pukat kantong, pukat cincin, jaring insang, jaring angkat, pancing, perangkap,

(31)

Menurut statusnya, nelayan dapat dibagi menjadi:

1. Nelayan Pemilik, terbagi menjadi nelayan pemilik perahu tak bermotor, dan

nelayan pemilik kapal motor yang sering disebut toke.

2. Nelayan Juragan, adalah pengemudi pada perahu bermotor atau sebagai kapten

kapal motor.

3. Nelayan buruh, adalah pekerja penangkap ikan pada perahu motor atau pada kapal

motor.

2.4. Penelitian Terdahulu

Penelitian-penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan yang berkaitan

dengan penelitian ini adalah:

1. Penelitian Bustami Mahyuddin (2001) yang berjudul “Peranan Tempat Pelelangan

Ikan terhadap Peningkatan Pendapatan Nelayan di Pelabuhan Ratu” menyatakan

bahwa proses pelelangan ikan maka nelayan dapat diuntungkan dengan adanya

harga jual ikan standar. Selain itu pembeli memperoleh keuntungan karena harga

beli ikan yang cukup wajar. Sedangkan pemerintah daerah mendapat keuntungan

berupa PAD. Kemudian masyarakat secara tidak langsung akan merasakan denyut

perekonomian karena adanya aktivitas pelelangan ini.

2. Penelitian Zaim Mukaffi (2004) yang berjudul ”Peranan Tempat Pelelangan Ikan

terhadap pendapatan nelayan di Pelabuhan Muncar”, hasil analisa menggunakan uji

beda dua rata-rata, penelitian ini menguji pendapatan nelayan yang menjual di TPI

(32)

Pendapatan Nelayan

TPI

Ikan Hasil Tangkapan

Sortasi Ikan

Kesimpulannya menyatakan bahwa ada perbedaan pendapatan antara nelayan

yang menjual ikannya melalui fasilitas TPI maupun tidak. Dari aspek sosial-budaya

terlihat bahwa masyarakat nelayan berkomunikasi satu sama lain dan mereka

memperoleh informasi di TPI sehingga pada akhirnya akan merubah sikap dan

perilaku ke arah yang lebih positif. Masyarakat nelayan sangat mendambakan

terselenggaranya pelalangan ikan sesuai dengan peraturan yang ada.

2.5. Kerangka Pemikiran

Adapun Kerangka pemikiran penelitian ini, dapat dilihat pada Gambar 1 adalah

sebagai berikut:

(33)

2.6. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, maka hipotesis yang akan menjadi

pedoman awal dalam penelitian adalah:

1. Faktor-faktor modal, jumlah jam melaut, pengalaman melaut dan jumlah tangkap

mempengaruhi Pendapatan Nelayan.

2. Terdapat perbedaan pendapatan antar Tempat Pelelangan Ikan di Percut dan

(34)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ditentukan secara purposive di daerah Tempat Pelelangan

Ikan di Percut dan di Pekalongan. Daerah Percut ini dipilih sebagai lokasi penelitian,

karena disana banyak aktivitas lokasi dan kegiatan nelayan. Memilih Tempat

Pelelangan Ikan Memilih Pekalongan sebagai perbandingan, karena Tempat

Pelelangan Ikan Pekalongan merupakan Tempat Pelelangan Ikan terbaik pada tahun

2006, dan sampai saat ini tetap menjalankan proses pelelangan dalam menentukan

harga ikan tangkapan nelayan.

3.2. Sumber Data dan Teknik Penentuan Sampel

3.2.1. Sumber Data

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data

sekunder. Data primer melalui kuesioner dan observasi langsung ke lapangan serta

wawancara untuk mengetahui: jumlah modal melaut, jumlah jam melaut, jumlah ikan

yang di tangkap, harga ikan, jumlah tanggungan keluarga, umur nelayan, tingkat

pendidikan, jumlah konsumsi sehari-hari serta data lain yang mendukung penelitian.

Data Sekunder diperoleh dari berbagai instansi pemerintah, telaah internet,

studi pustaka serta data hasil penelitian terdahulu dan literatur yang di lihat relevan

(35)

3.2.2. Teknik Penentuan Sampel

Tujuan penggunaan sampel adalah agar peneliti dapat memperoleh data yang

dapat mencerminkan keadaan populasi dengan biaya lebih murah dan waktu penelitian

lebih cepat.

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik random

sampling yakni proses pemilihan sampel dimana anggota populasi mempunyai

kesempatan yang sama untuk dipilih. Penetapan ukuran sampel didasarkan atas

pertimbangan Roscoe dalam (Sugiono, 2003), yang mengatakan: Pertama, ukuran

sampel yang layak digunakan dalam penelitian sosial adalah antara 30 sampai 500.

Kedua, bila sampel dibagi dalam kategori, maka jumlah anggota sampel setiap

kategori minimal 30.

3.3. Metode Analisis Data

Untuk menjawab beberapa tujuan penelitian dan hipotesis yang telah

ditetapkan sebelumnya, maka dalam hal ini dipergunakan metode analisis sebagai

berikut berikut:

3.3.1. Analisis Deskriptif

Untuk menganalisa sejauh mana aktivitas pelelengan ikan diatur oleh

Pemerintah Daerah dan bagaimana proses pelelangan ikan dilakukan, serta untuk

mengetahui kontribusi pelelangan ikan terhadap pengembangan wilayah

(36)

3.3.2. Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Pendapatan Nelayan di Pekalongan dan Percut

Analisis Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pendapatan nelayan di

Percut dan Pekalongan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh

terhadap pendapatan dianalisis dengan menggunakan persamaan regresi berganda,

yaitu:

Adapun indikator uji yang dipakai dalam analisis ini adalah uji F dan uji t.

ε = Error term

dimana:

Hipotesis untuk uji F adalah:

H0

H

:faktor jumlah tangkapan ikan, jumlah jam melaut, modal, pengalaman

melaut secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap pendapatan.

1 :faktor jumlah tangkapan ikan, jumlah jam melaut, pengalaman modal,

(37)

dengan dasar pengambilan keputusan adalah:

jika probabilitas > 0,05, H0

jika probabilitas < 0,05 H

diterima

0

Hipotesis untuk uji t adalah : ditolak

H0

H

:Variabel jumlah tangkapan, jumlah jam melaut, modal, pengalaman

melaut secara parsial tidak berpengaruh terhadap pendapatan nelayan.

1

dengan dasar pengambilan keputusan adalah :

:Variabel jumlah tangkapan, jumlah jam melaut, modal, pengalaman

melaut secara parsial berpengaruh terhadap pendapatan nelayan.

jika probabilitas > 0,05, H0

jika probabilitas < 0,05 H

diterima

0

3.3.3 Analisis Perbedaan Pendapatan antara Nelayan diPercut dan Pekalongan

ditolak

Uji t digunakan untuk membandingkan pendapatan nelayan di Tempat

Pelelangan Ikan di Percut dan di Pekalongan, dengan persamaan:

t =

X1 = Rata-rata pendapatan nelayan Percut

X2 = Rata-rata pendapatan nelayan Pekalongan

N1 = Jumlah sampel nelayan Percut

(38)

S1 = Standard deviasi nelayan Percut

S2 = Standard deviasi nelayan Pekalongan

Adapun indikator uji untuk analisis ini adalah:

Ho = kedua rata-rata pendapatan adalah identik (rata-rata pendapatan nelayan di Percut

dan di Pekalongan adalah tidak berbeda secara nyata).

H1 = kedua rata-rata pendapatan adalah tidak identik (rata-rata pendapatan nelayan

di Percut dan di Pekalongan adalah memang berbeda secara nyata).

dengan dasar pengambilan keputusan adalah :

jika probabilitas > 0,05, H0

jika probabilitas < 0,05 H

diterima

0 ditolak.

3.4. Definisi Variabel Operasional

Pengertian dan batasan dari variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian

ini adalah:

1. Pendapatan merupakan pendapatan yang berasal dari sumber yang secara aktual

diterima oleh seorang nelayan yaitu jumlah hasil penjualan tangkapan ikan dari

melaut perbulan (Rp).

2. Nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi

penangkapan ikan di laut.

3. Tempat Pelelangan Ikan (TPI) adalah suatu lingkungan kerja yang meliputi areal

perairan, daratan serta sarana-sarana yang dipergunakan untuk memberikan

(39)

kapal perikanan, usaha perikanan, dan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan

produksi perikanan.

4. Modal adalah segala sesuatu yang diupayakan untuk mendukung aktivitas nelayan

dalam melakukan kegiatannya selama melaut untuk menangkap ikan (Rp.)

5. Trip penangkapan adalah kegiatan operasi penangkapan yang dihitung sejak mulai

perahu meninggalkan pelabuhan atau tempat pendaratan menuju darah operasi

melakukan penangkapan ikan.

6. Harga adalah harga ikan yang berlaku dijual nelayan maupun harga yang sedang

berlaku di pasaran.

7. Harga Lelang adalah harga ikan yang berlaku pada proses pelelangan yang menjadi

harga kesepakatan antara nelayan dan pembeli.

8. Harga Pasar adalah harga ikan yang diberlakukan oleh tengkulak maupun

pedagang besar yang membeli ikan di Tempat Pelelangan Ikan dan dijual kepada

konsumen

9. Pengembangan Wilayah adalah terciptanya kesempatan kerja dan terjadinya

peningkatan pendapatan sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

10. Jumlah jam melaut adalah jumlah jam/waktu yang digunakan oleh nelayan untuk

melakukan aktivitas menangkap ikan di laut dengan menggunakan perahu, baik

bermotor maupun perahu tanpa motor dan menggunakan alat-alat tangkap ikan.

(40)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian dan Karakteristik Nelayan Pekalongan

Kota Pekalongan terletak didataran rendah Pantai Utara pulau Jawa dengan

ketinggian ±1m di atas permukaan laut dan posisi geografis antara -6050’42”-6055’44”

Lintang Selatan dan 109037’55”-1090

Batas-batas wilayah administratif sebagai berikut:

42’19” Bujur Timur serta berkoordinat fiktif

510,00 – 518,00 km membujur dan 517,75 – 526,75 km melintang.

Sebelah Utara : Laut Jawa

Sebelah Selatan : Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Batang

Sebelah Barat : Kabupaten Pekalongan

Sebela Timur : Kabupaten Batang

Jarak terjauh dari Utara ke Selatan ± 9 km, dan dari Barat ke Timur ± 7 km, Luas

daerah Pekalongan 45,25 km2 .

Pembangunan usaha Perikanan di Kotamadya Dati II Pekalongan di titik

bertakan pada sub sektor Perikanan. Hal ini disebabkan oleh usaha perikanan darat

khususnya usaha budidaya ikan air tawar dan air payau tidak memungkinkan

dikembangkan dengan baik, mengingat situasi dan kondisi Kodya Pekalongan yang

berada di daerah pantai. Usaha pengembangan budi daya air tawar sangat sulit

dilaksanakan karena sempitnya lahan serta sulitnya memperoleh sumber air tawar

(41)

mengalami hambatan, yaitu sempitnya lahan karena terdesak oleh pemukiman

penduduk. Luas kolam di Kotamadya Pekalongan 0,1 Ha dengan kemampuan produksi

rata-rata 62,8 ton/tahun, sedangkan luas perairan umumnya yang berasal dari sungai

adalah seluas 37,84 Ha dengan hasil produksi 2,10 ton/tahun. Oleh karena itu ditinjau

secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa usaha perikanan darat di Kodya Pekalongan

belum berarti jika dibandingkan dengan usaha perikanan lautnya.

Kegiatan usaha perikanan laut di Kotamadya Pekalongan secara keseluruhan

di pusatkan di sekitar Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan (PPNP) yang

terletak di desa Panjang Wetan, Kota Pekalongan Utara, Kotamadya Dati II

Pekalongan. Pelabuhan ini merupakan prasarana usaha Perikanan Laut paling penting

di wilayah kerja Dinas Perikanan Kotamadya Dati II Pekalongan.

Status Pelabuhan Khusus Perikanan yang diberikan pada pelabuhan

Pekalongan pada 1974 yaitu sejak SK Menteri Perhubungan RI Nomor:

KM.188/0/Phb/1974 pada tanggal 16 Juli 1974, tentang perubahan status dari

Pelabuhan Umum (PU) menjadi Pelabuhan Khusus Perikanan (PKP). Selanjutnya

dengan keputusan Menteri Pertanian RI Nomor: 310/Kpts/org/1978 tanggal 25 Mei

1978, Pelabuhan Perikanan Pekalongan dimasukkan dalam klasifikasi Pelabuhan

Perikanan Nusantara Pekalongan (PPNP) merupakan Unt Pelaksana Teknis (UPT)

yang berada dibawah dan bertanggungjawab langsung kepada Direktur Jenderal

Perikanan (DJP). Pelabuhan tersebut mempnyai fungsi dalam melaksanakan

(42)

1. Pusat Pengembangan Masyarakat Nelayan

2. Tempat berlabuh kapal Perikanan

3. Tempat Pendaratan ikan hasil tangkapan

4. Tempat untuk memperlancar kegiatan kapal-kapal perikanan.

5. Pusat Pemasaran dan distribusi ikan hasil tangkapan.

6. Pusat Pelaksanaan Pembinaan mutu hasil Perikanan

7. Pusat Pelaksanaan penyuluhan dan Pengumpulan Data.

Disamping itu ada peraturan daerah seperti Peraturan Daerah Propinsi tingkat I

Jawa Tengah No.1 tahun 1984 tentang Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Selanjutnya

Pemerintah mengeluarkan Peraturan (PP) No. 2 tahun 1990 tanggal 20 Januari 1990

tentang Perum Prasarana Perikanan Samudera (PPPS) yang meliputi juga Pelabuhan

Perikanan Nusantara Pekalongan (PPNP).

1. Kependudukan

Kesejahteraan penduduk merupakan sasaran utama dari pembangunan

sebagaimana tertuang dalam GBHN. Pembangunan yang dilaksanakan adalah dalam

rangka membentuk manusia Indonesia seutuhnya. Untuk itu pemerintah telah

melaksanakan berbagai usaha dalam rangka memecahkan berbagai masalah

kependudukan. Usaha-usaha yang mengarah pada pemerataan penyebaran penduduk

telah dilaksanakan pemerintah dengan cara transmigrasi, sedangkan usaha untuk

menekan laju pertumbuhan penduduk telah dilakukan pemerintah dengan program KB

(43)

Jumlah penduduk kota Pekalongan pada tahun 2006 adalah 268.470 jiwa terdiri

dari 132.557 laki-laki (49,37%) dan 135.913 perempuan (50,63%). Sedangkan

banyaknya rumah tangga adalah 66.778.

Kepadatan penduduk di kota Pekalongan cenderung meningkat seiring dengan

kenaikan jumlah penduduk. Rasio ketergantungan (Dependency Ratio) Kota

Pekalongan cukup kecil, hal ini disebabkan karena jumlah penduduk usia 15-64 tahun

lebih besar dari penduduk usia 0-14 tahun dan 65 tahun keatas.

Program KB di kota Pekalongan terus ditingkatkan, sehingga diharapkan

peserta KB semakin meningkat dari tahun ke tahun. Untuk tahun 2006 tercatat jumlah

peserta KB baru sebesar 6.729 orang.

Banyaknya penduduk Kota Pekalongan Menurut Jenis Kelamin Tahun 2006

dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini:

Tabel 4.1. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah

Pekalongan Barat 40.999 42.615 83.614

Pekalongan Timur 30.908 31.961 62.869

Pekalongan Selatan 25.366 24.996 50.362

Pekalongan Utara 35.284 36.341 71.625

Jumlah Total 132.557 135.913 268.47

2005 132.217 135.357 267.574

2004 130.983 133.949 264.932

2003 130.638 133.579 264.217

2002 130.276 133.264 263.54

(44)

Banyaknya penduduk kota Pekalongan Menurut Jenis Kelamin Tahun 2006

dapat dilihat pada Gambar 4.1.

2006 2005 2004 2003 2002

Laki-laki Perempuan

Gambar 4.1. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin

2. Pendidikan dan Sosial

Peningkatan partisipasi penduduk dalam bidang pendidikan tentunya harus

diimbangi dengan penyediaan sarana fisik pendidikan maupun tenaga guru yang

memadai.

Pada tahun 2006 di kota Pekalongan jumlah SD sebanyak 128 buah, SMP 27

buah dan SMU 20 buah. Dapat dilihat terjadi penurunan jumlah murid di beberapa

jenjang pendidikan. Banyaknya murid SD adalah 13.171 laki-laki, 12.454 perempuan.

Murid SMP sebanyak 6.230 laki-laki dan 4.949 perempuan. Tabel 4 dapat memberikan

gambaran yang jelas mengenai jumlah guru di tahun 2006 untuk seluruh jenjang

(45)

Peningkatan sarana kesehatan sangat diperlukan sebagai upaya dalam

peningkatan kesejahteraan masyarakat. Selain pemerintah, peran swasta dalam

menunjang sarana kesehatan juga cukup tinggi. Sarana kesehatan yang lain adalah

Puskesmas, yang merupakan sarana kesehatan yang dapat menjangkau masyarakat

hingga pedesaan. Puskesmas pembantu 27 buah dan Puskesmas Keliling sebanyak 10

buah.

Dalam penelitian ini, yang menjadi unit analisis adalah pendapatan usaha

nelayan yang menggunakan perahu/kapal motor berkapasitas ≤ 5 gross ton (GT).

Motor ini mempunyai daya mesin berkekuatan ≤40 daya kuda (PK), dengan ukuran

panjang 5-9 meter dan lebar 1-2 meter yang beranggotakan 5 orang anak buah. Status

kepemilikan perahu (armada) adalah milik toke. Peralatan yang digunakan untuk

menangkap ikan dilaut pada umumnya menggunakan gill net. Pada umum nya 1 trip

waktu melaut adalah 2 hari.

3. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan nelayan responden lebih banyak adalah tamatan SMP.

Tidak ditemukan nelayan yang tamat dari Perguruan Tinggi. Ini menunjukkan bahwa

tingkat pendidikan di Pekalongan masih rendah.

Gambaran tingkat pendidikan masyarakat nelayan responden di kota

(46)

Gambar 4.2. Grafik Tingkat Pendidikan Nelayan Pekalongan

4. Usia Responden

Gambaran tingkat usia nelayan responden adalah sebagai berikut:

3 3

6

3

8

7

25-30 31-36 37-42 43-48 49-54 ≥ 55

Usia Nelayan Pekalongan

Gambar 4.3. Grafik Usia Nelayan Pekalongan

Usia para nelayan responden di Pekalongan pada umumnya adalah nelayan

yang berumur 49 sampai 54 tahun sebanyak 8 orang, dan untuk kelompok umur 43

sampai 48 tahun sebanyak 3 orang, umur 37 sampai 42 tahun sebanyak 6 orang, umur

31 sampai 32 tahun sebanyak 3 orang dan 25 sampai 30 tahun sebanyak 3 orang SMP

43%

SD 27% SMU/STM/SMK

(47)

5. Pengalaman Melaut

Pada umumnya lama pengalaman melaut nelayan Pekalongan adalah 26 tahun

ke atas. Pengalaman melaut responden di Pekalongan dapat dilihat dari Gambar 4.4.

Gambar 5. Grafik Pengalaman Melaut Nelayan Pekalongan

Gambar 4.4. Pengalaman Melaut Nelayan Pekalongan

6. Jumlah Jam Melaut

Dari 30 responden yang diambil, rata-rata jumlah kerja Nelayan Pekalongan

yang memiliki trip 2 hari dan kapasitas kapal 5 GT adalah 5 jam. Jumlah kerja tersebut

meliputi penyebaran alat tangkap, menunggu ikan terkumpul dan menarik alat tangkap

yang sudah berisi ikan.

4.2. Pelelangan Ikan di Pekalongan

4.2.1. Dasar Dilakukannya Pelelangan Ikan

Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan (PPNP) yang dibangun dengan

daerah kelengkapan TPI dan fasilitas pengepakan ikan dimaksudkan untuk

(48)

umumnya cepat sekali membusuk, sehingga secara fungsional PPNP (Pelabuhan

Perikanan Nusantara Pekalongan) bergerak melayani dua fungsi sekaligus yaitu fungsi

produksi dan fungsi distribusi/pemasaran hasil. Dari aspek distribusi PPNP (Pelabuhan

Perikanan Nusantara Pekalongan) memiliki posisi strategis terhadap mata rantai

pemasaran ikan karena berfungsi sebagai pasar induk (whole sale market), dimana

ikan-ikan yang didaratkan tersebut setelah dilelang kemudian langsung didistribusikan

ke pasar eceran (retailer market) di daerah konsumen kota maupun di berbagai desa

terpencil atau dikirim dahulu ke tempat pengolahan ikan untuk diproses lebih lanjut

menjadi macam-macam produk olahan seperti ika asin, dipindang, dikaleng, diasap,

atau dijadikan tepung ikan, kemudian baru didistribusikan keberbagai daerah tujuan

seperti Jakarta, Bogor, Bandung, Lampung dan sebagainya. Dari sekitar rata-rata

51.525 ton setiap tahunnya ikan yang didaratkan dan dilelang di TPI, sekitar 25 %

dipasarkan secara segar, 40 % berupa ikan asin kering, dan 20 % ikan dipindang dan

sisanya di kaleng, diasap, atau dijadikan tepung ikan.

Semua hasil penangkapan ikan dari suatu daerah perikanan yang tidak

dipergunakan sebagai lauk pauk bagi nelayan sekeluarga harus dijual secara lelang di

Tempat Pelelangan Ikan. Tempat Pelelangan Ikan adalah merupakan salah satu

fasilitas yang disediakan oleh Pemerintah sebagai tempat penjualan ikan hasil

tangkapan nelayan.

Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, maka semua hasil penangkapan ikan

yang tidak dipergunakan untuk lauk, harus dijual secara lelang melalui tempat

(49)

Harga lelang di Tempat Pelelangan Ikan terbentuk setelah ada persetujuan

antara nelayan dan pedagang. Para pedagang selanjutnya akan membayar kepada

nelayan melalui TPI, sistem pembayaran dilakukan secara tunai langsung dibayar ke

kasir pelelangan. Dalam pelaksanaan pelelangan ikan dapat berjalan dengan tertib,

lancar, berdaya guna dan berhasil guna maka diatur dengan petunjuk dengan

pelaksanaan SK Gubernur KDH Tingkat I Jawa Tengah No. 523/344/87 tahun 1987.

Mekanisme Pelelangan Ikan dilaksanakan sebagai berikut :

1. Urutan Pembongkaran

a. Setelah kapal berlabuh dan merapat di dermaga PPNP (Pelabuhan Perikanan

Nusantara Pekalongan) kemudian melapor ke Pos Keamanan (Satpam, Koramil,

Polri,Syahbandar).

b. Setiap perahu dan kapal perikanan yang dengan membawa hasil tangkapannya

akan mendapat nomor urut pembongkaran dari petugas TPI yang ditunjuk.

c. Nomor Urut pembongkaran akan ditulis di papan tulis di papan tulis yang mudah

dibaca oleh umum.

2. Penimbangan

a. Ikan sebelum dilelang, dilakukan penimbangan

b. Penimbangan dilakukan untuk tiap jenis ikan dan satuannya keranjang/basket tiap

lelangan sebanyak 12 keranjang basket dengan berat berkisar antara 300-350 kg,

satu keranjang basket berisi sekitar 25-30 kg.

c. Hasil penimbangan (karcis timbang) diletakkan diatas tumpukan ikan sehingga

(50)

3. Pelelangan

a. Pelelangan di TPI dimulai pukul 6.30 sampai selesai. Para pedagang yang

berkecimpung dalam kegiatan pelelangan terdiri dari pedagang besar, menengah,

dan pengecer yang langsung terlibat dalam sistem pelelangan atau langsung

membeli ke pedagang besar.

b. Pelelangan ikan dilakukan berdasarkan urutan pembongkaran dari kapal dan

dilakukan berdasarkan kelompok jenis dan tiap satuan jumlah.

c. Pelelangan ikan dilakukan secara terbuka.

Penentuan harga lelang adalah penawaran tertinggi yang diajukan bakul peserta

lelang, setelah dilakukan pengulangan atas harga penawaran tertinggi tersebut

(51)

Sistem Pelelangan Ikan Pekalongan dapat dilihat pada Gambar 4.5.

Hasil siaran lelang dicatat oleh :

Juru tulis bukul bakul

102 %

97 % 5 %

Kaur Keuangan Diatur dikapal :

Ikan disortir menurut jenisnya dan dimasukkan ke basket

Ikan ditimbang di tempat Penimbangan

Ikan di bawa ketempat Pelelangan

• Pelelangan siap dimulai

• Juru lelang naik keatas kursi lelang • Jam 6.30 WIB, Pelelangan siap dimulai

Juru tulis karcis lelang

Karcis Lembar lelang I untuk nelayan Karcis Lelang II untuk bakul

Juru tulis buku nelayan oKarcis lelang total

oDibuatkan tanda kartu untuk mengambil uang ke kasir nelayan

oData sesuai kartu, di catat pada buku nelayan

Bakul membayar ke kasir bakul ditambah biaya lelang 2 %

Dengan tanda kartu, Nelayan minta uang ke Kasir dikurangi biaya lelang 3 %.

97 %

Kasir Nelayan

97 %

Kasir Bakul

Dibuatkan tanda kartu bagi bakul sebagai bukti pembayaran lunas.

102 %

5 %

Kepala TPI

(52)

Keterangan :

1. Kapal Perikanan yang masuk di PPNP melapor ke Pos bersama untuk pemeriksaan

dan mendapatkan nomor urut kemudian berlabuh.

2. Mulai kira-kira jam 24.00 malam, ikan di bongkar oleh para nelayan ABK dan

disortir sesuai dengan mutu maupun jenisnya untuk ditempatkan pada pada Fish

basket yang disediakan oleh KUD ”Makaryo Mino”

3. Mulai kira-kira jam 3 pagi, ikan diangkut oleh petugas menggunakan gerobak

dorong yang disediakan oleh KUD untuk ditimbang.

4. Mulai jam 6.30 pagi, setelah para bakul siap lelang, ikan dilelang sesuai dengan

nomor urut kapalnya, sekali lelang 12 basket, 300 kg.

5. Ikan dilelang secara terbuka untuk umum dengan penawaran meningkat dan

diberikan kepada bakul yang berani membeli dengan harga tertinggi.

6. Ikan segar/yang bermutu baik diprioritaskan , dan dilelang terlebih dahulu.

7. Nelayan menerima uang dari kasir TPI (kasir nelayan) setelah dipotong 3% dari

jumlah lelangnya.

8. Bakul membayar kepada kasir TPI (kasir bakul) dengan ditambah 2%.

9. Uang pungutan lelang 5 % disetorkan ke BPD dan Dispenda Propinsi Jawa Tengah

Cabang Pekalongan oleh TPI.

Adapun pembagian Retribusi dapat dilihat sebagai berikut:

1. Retribusi Tempat Pelelangan Ikan sebesar 5 % dibebankan pada:

a. 3 % dipungut dari nelayan

(53)

2. Penggunaan hasil pungutan Retribusi 5 % :

2.1. 0,90 % Pemda Tingkat I Jawa Tengah

2.2. 0,95 % Pemda Tingkat II

2.3. 0,50 % Tabungan Nelayan (dikelola KUD)

2.4. 0,25 % Tabungan Bakul (dikelola KUD)

2.5. 0,45 % Dana sosial nelayan dan kecelakaan di laut (dikelola KUD)

2.6. 0,25 % Dana Pengembangan KUD Mina

2.7. 0,50 % Dana Paceklik (dikelola PUSKUD

2.8. 0,20 % Dana Asuransi (Dikelola PUSKUD)

2.9. 0,85 % Dana Penyelenggaraan Lelang

2.10. 0,10 % Dana Perawatan TPI

Adapun skema penggunaan hasil pungutan retribusi di TPI Pekalongan sesuai

(54)

Gambar 4.6. Skema Penggunaan Hasil Retribusi

4.2.2. Kelembagaan Nelayan

Nelayan di Pekalongan pada umumnya bergabung dalam lembaga Koperasi

Unit Desa yang bernama KUD Makaryo Mino yang dibentuk sejak tahun 1996. KUD

berjalan dan terkoordinir baik sekali dari sisi program dan dari sisi pelaksanaan,

sehingga beberapa kali menjadi KUD teladan tingkat Nasional termasuk di tahun 2007.

Ada 1354 nelayan yang terdaftar di KUD Makaryo Mino, termasuk nelayan yang

berasal dari luar Pekalongan.

Adapun tujuan didirikannya KUD Makaryo Mino adalah untuk meningkatkan

Kesejahteraan Nelayan dalam bentuk:

(55)

1. Dana Sosial Nelayan

Dana ini berasal dari Pelelangan Ikan untuk membantu kesejahteraan hidup nelayan

dalam bentuk :

a. Bantuan Pendidikan

b. Bantuan Pengobatan

c. Bantuan Kelahiran

d. Bantuan Kecelakaan di Laut

e. Bantuan Pembinaan/penyuluhan

f. Bantuan Kematian

KUD Makaryo Mino telah memberikan bantuan berupa bea siswa terhadap

anak-anak nelayan yang terdaftar menjadi anggota KUD dari Taman Kanak-kanak

sampai Sekolah Lanjutan Atas. Kepada anak-anak nelayan yang berprestasi juga

telah diberikan bea siswa sampai ke Perguruan Tinggi.

2. Dana Tabungan

Tabungan Nelayan dan tabungan bakul ikan (pembeli) di cairkan setiap 6 (enam)

bulan sekali.

3. Dana Paceklik

Pada saat-saat musim Paceklik dimana nelayan tidak melaut, diberikan dalam

bentuk natura (beras) kepada Nelayan Aktif 12,5 kg dan Nelayan Jompo 7,5 kg.

Disamping itu, KUD juga menyediakan kebutuhan-kebutuhan Nelayan dalam

(56)

1. Solar 2. Garam

3. Premium 4. Toko Serba ada

5. Olie

Kelembagaan Nelayan yang lain yang ada di Pekalongan adalah (Himpunan

Nelayan Seluruh Indonesia) atau yang sering disingkat dengan HNSI. Lembaga ini

bertujuan untuk memikirkan hal-hal apa saja yang diperlukan nelayan dalam

pekerjaannya sebagai nelayan, mengawasi aktivitas pelelangan ikan agar tidak

merugikan nelayan, dan menjadi wadah untuk menampung aspirasi nelayan. Adapun

yang menjadi pengurus HNSI adalah para nelayan yang sudah memasuki usia pension

dan anak-anak nelayan.

4.2.3. Produksi Ikan

Ada banyak jenis ikan yang ditangkap oleh nelayan Pekalongan. Jenis ikan

yang dimaksud adalah Ikan Layang, Ikan Bawal, Ikan Tenggiri, Ikan Juwi, Ikan

Bentong, Ikan Banyar, Ikan Tongkol, Ikan Lemuru dan banyak jenis ikan lainnya.

Jenis Ikan Dominan yang terdapat di TPI Pekalongan adalah jenis ikan Layang.

Berikut di gambarkan rata-rata besar produksi ikan menurut jenisnya :

Gambar 4.7. Grafik Produksi Jenis Ikan Dominan Pekalongan

Produksi Ikan Dominan Bawal

(57)

Harga lelang di Tempat Pelelangan Ikan terbentuk setelah ada persetujuan

antara nelayan dan pedagang. Para pedagang selanjutnya akan membayar kepada

nelayan melalui pengelola TPI. Sistem pembayaran dilakukan secara tunai dan

langsung dibayar ke kasir pelelangan. Harga Pasar yang berlaku adalah harga ikan

yang dijual oleh para bakul ke pedangang berikutnya

Adapun Jenis, Harga Lelang dan Harga Pasar ikan yang berlaku di TPI

(58)

Tabel 4.2. Jenis Ikan Tertangkap di TPI Pekalongan

Sumber: Wawancara dengan Pembeli Ikan di Tempat Pelelangan Ikan

Pembentukan harga diatas dapat dimodelkan sebagai berikut:

Gambar 4.8. Skema Model Pembentukan Harga TPI Pekalongan

(59)

Dari data di atas, rata-rata kenaikan dari harga lelang ke harga pasar yang dijual

oleh pedagang besar (bakul) adalah 35 %.

Produksi ikan hasil tangkapan yang didaratkan di PPNP sekitar 54 % berupa

ikan asin (sudah digarami di kapal), selanjutnya oleh pedagang, ikan ini dijemur

menjadi ikan asin kering. Ikan asin kering ini selain dijual di Pulau Jawa (terutama

Jawa Barat) juga ke Pulau Sumatera bahkan sampai ke Timur Tengah. Selebihnya

berupa ikan basah (diawetkan dengan es) diolah dan dipasarkan sebagai berikut:

a. Dijual dalam bentuk segar ke berbagai daerah terutama Jakarta dan Bandung.

b. Diolah menjadi ikan pindang dan dijual ke berbagai daerah di Jawa.

c. Sebagai bahan baku pabrik ikan kaleng dan dipasarkan ke berbagai penjuru tanah

air.

d. Dijual dalam bentuk ikan panggang/baker untuk konsumsi daerah Pekalongan dan

sekitarnya.

4.2.4. Intervensi Pemerintah dalam Melakukan Pelelangan Ikan di Pekalongan

Tempat Pelelangan Ikan Pekalongan yang dibentuk berdasarkan Peraturan

Daerah Jawa Tengah Nomor 10 tahun 2003 dan Surat Keputusan Gubernur Kepala

Daerah Tingkat I Jawa Tengah Nomor 107 tahun 2003 tentang penyelenggaraan

pelelangan ikan, berada di dalam wilayah operasional Pelabuhan Perikanan Nusantara

Pekalongan untuk membantu menjual ikan melalui cara lelang di TPI.

Pada saat ini kegiatan pelelangan ikan di PPN Pekalongan diselenggarakan

Gambar

Gambaran Umum Lokasi Penelitian dan Karakteristik
Grafik Tingkat Pendidikan Nelayan Pekalongan .......……...................
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Tabel 4.1. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari penjelasan yang telah diuraikan maka dapat disimpulkan bahwa Kebijakan Kabupaten Lamongan dalam optimalisasi Tempat Pelelangan Ikan (TPI) adalah Keputusan Bupati nomor 04

Dalam perkembangannya Koperasi inilah yang selanjutnya mengelola TPI di Desa Karanganyar, (3) Keberadaan Tempat Pelelangan Ikan di Karanganyar membawa pengaruh yang

Analisis yang digunakan dalam menghitung nilai kesesuaian sarana dan prasarana TPI adalah dengan tolak ukur indikator persyaratan tempat pelelangan ikan berdasarkan Keputusan

Penyusunan sskripsi yang berjudul “Peran Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Terhadap Proses Penjualan Ikan Nelayan di Desa Puger Kulon Kecamatan Puger Kabupaten Jember” yang

STUD1 TENTANG TINGKAT PENDAPATAN DAN PEMASARAN SEBELUM DAN SESUDAH ADANYA TEMPAT PELELANGAN.. IKAN (TPI) Dl KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KODYA

bahwa dalam rangka pelaksanaan urusan bidang kelautan dan perikanan khususnya Tempat Pelelangan Ikan (TPI) berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007

Hasil penelitian menunjukkan implementasi fungsi dari TPI Oeba dalam proses pelelangan ikan belum dilaksanakan sesuai Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2021 dimana

Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa Peran Pemerintah Daerah dalam pengembangan usaha perikanan di tempat pelelangan ikan TPI lappa kabupaten sinjai, Dalam pengembangan