• Tidak ada hasil yang ditemukan

Isolasi dan Optimasi Produksi Senyawa Antimikrob Bakteri Asam Laktat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Isolasi dan Optimasi Produksi Senyawa Antimikrob Bakteri Asam Laktat"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

1

ISOLASI DAN OPTIMASI PRODUKSI SENYAWA ANTIMIKROB

BAKTERI ASAM LAKTAT

NOVAN KURNIAWAN

PROGRAM STUDI BIOKIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2007

(2)

2

ABSTRACT

NOVAN KURNIAWAN. Isolation and Optimation of Antimicrobial Compound

Production of Lactic Acid Bacteria. Under the direction of LAKSMI AMBARSARI dan

SURYANI.

Lactic acid bacteria is the bacteria that naturally held in milk. Lactic acid bacteria is

able to produce antimicrobial compound that can be used as food preservatives. Thie

aim of this research is to isolate lactic acid bacteria from milk and yoghurt and to

optimize antimicrobial compound production by doing variation of production time, pH,

and temperature. Production time will be variated from 10, 15, 20, 25, 30, 35 hours, pH

from 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, and temperature from 50, 60, 70, 80, 90, 100 ºC.

Lactic acid bacteria has been isolated and were grown in

de Man Ragosa Sharpe

(3)

3

ABSTRAK

NOVAN KURNIAWAN. Isolasi dan Optimasi Produksi Senyawa Antimikrob Bakteri

Asam Laktat. Dibimbing oleh LAKSMI AMBARSARI dan SURYANI.

Bakteri asam laktat adalah bakteri yang secara alamiah terdapat pada susu. Bakteri

asam laktat mampu memproduksi senyawa antimikrob yang dapat digunakan sebagai

alternatif bahan pengawet produk pangan alami yang aman. Penelitian ini bertujuan

untuk mengisolasi bakteri asam laktat yang berasal dari susu dan yoghurt serta

mengoptimalisasikan produksi senyawa antimikrob yang dihasilkan dengan melakukan

variasi terhadap waktu produksi, pH, dan suhu. Waktu produksi di variasikan pada 10,

15, 20, 25, 30, 35 jam, pH pada 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan suhu pada 50, 60, 70, 80, 90, 100

°C.

Bakteri asam laktat telah berhasil diisolasi dan ditumbuhkan dalam media

de Man

Rogosa Sharpe

Agar (MRS). Hasil percobaan diperoleh 3 bentuk isolat, yaitu satu jenis

isolat berasal dari yoghurt (YI) dan dua jenis isolat berasal dari susu (SI dan SII). Hasil

penentuan aktivitas antimikrob terhadap bakteri

Salmonella thypimurium

dengan

metode sumur agar pada media

treptose proteose peptone yeast

(TPPY) diperoleh:

isolat YI memiliki aktivitas tertinggi dengan zona hambat sebesar 23 mm, isolat SII

sebesar 20 mm, sedangkan isolat SI tidak menunjukkan adanya aktivitas antimikrob.

Hasil penentuan optimasi produksi terhadap isolat YI diperoleh waktu produksi 15 jam,

pH 3, dan suhu 80 °C. Isolat YI mempunyai aktivitas antimikrob terhadap bakteri Gram

positif (

Bacillus subtilis

) dan Gram negatif (

Eschericia coli

) dengan zona hambat

masing-masing adalah 33 mm dan 29 mm.

(4)

4

ISOLASI DAN OPTIMASI PRODUKSI SENYAWA ANTIMIKROB

BAKTERI ASAM LAKTAT

NOVAN KURNIAWAN

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains pada

Program Studi Biokimia

PROGRAM STUDI BIOKIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

5

Judul Skripsi : Isolasi dan Optimasi Produksi Senyawa Antimikrob Bakteri

Asam Laktat

Nama : Novan Kurniawan

NIM : G44102016

Disetujui

Komisi Pembimbing

Diketahui

Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Institut Pertanian Bogor

Prof. Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, M.S

NIP 131473999

Tanggal Lulus :

Dr. Laksmi Ambarsari, M.S.

Ketua

Dr. Suryani, M.Sc.

Anggota

(6)

6

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di kota Palembang, Sumatra Selatan, pada tanggal 24 November

1984 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Rustam dan Hidayati. Penulis

menjalani pendidikan formal di TK Muhamadiah Lubuk Linggau Sumatera Selatan

(SUM-SEL), SD Xaverius Lubuk Linggau (SUMSEL), SD St. Yosep Lahat SUMSEL,

SMP Xaverius I Palembang SUMSEL, SMP St. Yosep Lahat SUMSEL, SMU Negeri I

Kolaka Sulawesi Tenggara (SULTRA), SMU Dwiwarna Bogor Jawa Barat (JABAR)

dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB

melalui jalur undangan seleksi masuk IPB di Program Studi Biokimia, Jurusan Kimia,

yang saat ini sudah menjadi Departemen Biokimia.

Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah aktif di BEM TPB IPB Departemen

Olahraga dan Seni periode 2002/2003, wakil ketua turnamen Futsal IPB, ketua

Dormitory Farewell Party

, Anggota Aktif

International Asosiation Agricultural Student

(IAAS), kepala Departemen Pengembangan Bahasa Inggris Himpunan Mahasiswa

Kimia IPB, ketua UKM (unit kegiatan mahasiswa) tenis lapangan, asisten mata kuliah

olahraga dan seni, dan wakil komandan tingkat Biokimia angkatan 39.

(7)

7

PRAKATA

Syukur alhamdullilah penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat serta

hidayah-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan karya

ilmiah dengan judul Isolasi dan Optimasi Produksi Senyawa Antimikrob Bakteri Asam

Laktat. Tak lupa pula penulis menyampaikan sholawat serta salam terhadap Rasulullah

SAW beserta para sahabatnya sampai akhir zaman kelak. Karya ilmiah ini merupakan

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Program Studi Biokimia pada

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam yang dilakukan penulis sejak bulan

Januari 2007 sampai bulan Mei 2007, di laboratorium Biokimia, Fakultas Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam

penyelesaian karya ilmiah ini, terutama kepada kedua dosen pembimbing yaitu Dr.

Laksmi Ambarsari, MS dan Dr. Suryani, M.Sc yang telah memberikan arahan,

bimbingan, dan dorongan semangat selama menyusun karya ilmiah ini. Ucapan terima

kasih juga penulis sampaikan kepada teman-teman seperjuangan Yayu, Sunanti, Solina,

Eka, Dewi, Efi, Tisha, Putu atas kebersamaan dan bantuannya. Juga tak lupa untuk staf

laboratorium Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, dan Ir. AE

Zaenal Hasan, M.Si atas bantuan dan kerjasamanya. Penghargaan juga saya sampaikan

kepada mentor non akademik saya pak Rosadi dan pak Basith atas bimbingan tentang

kesabaran yang hakiki. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada keluargaku

tercinta Ayah, Ibu, adikku Rico dan Aldi, serta Marisa Puspitasari yang telah

memberikan dukungan baik moril maupun materi serta segala doa dan kasih sayangnya.

Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna, karena itu

penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan karya ilmiah ini.

Akhirnya penulis berharap agar karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Agustus 2007

(8)

8

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN ... 1

TINJAUAN PUSTAKA

Senyawa Antimikrob ... 2

Yoghurt... 3

BAHAN DAN METODE

Bahan dan Alat ... 4

Metode ... 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Isolat Bakteri Asam Laktat ... 5

Ekstrak Kasar Senyawa Antimikrob... 5

Waktu Optimum Produksi Antimikrob ... 6

pH dan Suhu Optimum Aktivitas Antimikrob... 7

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan ... 9

Saran ... 9

DAFTAR PUSTAKA... 9

(9)

9

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Pengaruh pH terhadap aktivitas senyawa antimikrob pada bakteri

S. thypimurium

... 7

2 Pengaruh suhu terhadap aktivitas senyawa antimikrob pada bakteri

S. thypimurium

... 8

3 Zona hambat senyawa antimikrob pada

E. coli

dan

B. subtilis

... 8

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Isolat-isolat bakteri yang diisolasi dari susu dan ditumbuhkan di dalam

media MRS pada 42 °C selama 18 jam ... 6

2 Isolat-isolat bakteri yang diisolasi dari yoghurt dan ditumbuhkan

di dalam media MRS pada 42 °C selama 18 jam... 6

3 Perbandingan aktivitas antimikrob dari isolat yang diperoleh yang

ditumbuhkan didalam media NA pada 37 °C selama 18 jam... 6

4 Grafik hasil uji penentuan waktu optimum produksi senyawa

antimikrob pada selang waktu 10, 15, 20, 25, 30, dan 35 jam ... 7

5 Kurva pertumbuhan bakteri terhadap waktu... 7

6 Hasil uji senyawa antimikrob yang telah mengalami optimasi terhadap

bakteri

E.coli

yang ditumbuhkan di dalam media NA dengan waktu

inkubasi 18 jam pada suhu 37 °C ... 8

7 Hasil uji senyawa antimikrob yang telah mengalami optimasi terhadap

bakteri

B.subtilis

yang ditumbuhkan di dalam media NA dengan waktu

inkubasi 18 jam ada suhu 37 °C... 8

(10)

10

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Alur strategi penelitian ... 12

2 Isolasi dan pengujian waktu optimum produksi senyawa antimikrob .. 13

3 Penentuan pH optimum untuk produksi senyawa antimikrob... 14

4 Penentuan suhu optimum untuk produksi senyawa antimikrob ... 15

(11)

1

ISOLASI DAN OPTIMASI PRODUKSI SENYAWA ANTIMIKROB

BAKTERI ASAM LAKTAT

NOVAN KURNIAWAN

PROGRAM STUDI BIOKIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2007

(12)

2

ABSTRACT

NOVAN KURNIAWAN. Isolation and Optimation of Antimicrobial Compound

Production of Lactic Acid Bacteria. Under the direction of LAKSMI AMBARSARI dan

SURYANI.

Lactic acid bacteria is the bacteria that naturally held in milk. Lactic acid bacteria is

able to produce antimicrobial compound that can be used as food preservatives. Thie

aim of this research is to isolate lactic acid bacteria from milk and yoghurt and to

optimize antimicrobial compound production by doing variation of production time, pH,

and temperature. Production time will be variated from 10, 15, 20, 25, 30, 35 hours, pH

from 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, and temperature from 50, 60, 70, 80, 90, 100 ºC.

Lactic acid bacteria has been isolated and were grown in

de Man Ragosa Sharpe

(13)

3

ABSTRAK

NOVAN KURNIAWAN. Isolasi dan Optimasi Produksi Senyawa Antimikrob Bakteri

Asam Laktat. Dibimbing oleh LAKSMI AMBARSARI dan SURYANI.

Bakteri asam laktat adalah bakteri yang secara alamiah terdapat pada susu. Bakteri

asam laktat mampu memproduksi senyawa antimikrob yang dapat digunakan sebagai

alternatif bahan pengawet produk pangan alami yang aman. Penelitian ini bertujuan

untuk mengisolasi bakteri asam laktat yang berasal dari susu dan yoghurt serta

mengoptimalisasikan produksi senyawa antimikrob yang dihasilkan dengan melakukan

variasi terhadap waktu produksi, pH, dan suhu. Waktu produksi di variasikan pada 10,

15, 20, 25, 30, 35 jam, pH pada 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan suhu pada 50, 60, 70, 80, 90, 100

°C.

Bakteri asam laktat telah berhasil diisolasi dan ditumbuhkan dalam media

de Man

Rogosa Sharpe

Agar (MRS). Hasil percobaan diperoleh 3 bentuk isolat, yaitu satu jenis

isolat berasal dari yoghurt (YI) dan dua jenis isolat berasal dari susu (SI dan SII). Hasil

penentuan aktivitas antimikrob terhadap bakteri

Salmonella thypimurium

dengan

metode sumur agar pada media

treptose proteose peptone yeast

(TPPY) diperoleh:

isolat YI memiliki aktivitas tertinggi dengan zona hambat sebesar 23 mm, isolat SII

sebesar 20 mm, sedangkan isolat SI tidak menunjukkan adanya aktivitas antimikrob.

Hasil penentuan optimasi produksi terhadap isolat YI diperoleh waktu produksi 15 jam,

pH 3, dan suhu 80 °C. Isolat YI mempunyai aktivitas antimikrob terhadap bakteri Gram

positif (

Bacillus subtilis

) dan Gram negatif (

Eschericia coli

) dengan zona hambat

masing-masing adalah 33 mm dan 29 mm.

(14)

4

ISOLASI DAN OPTIMASI PRODUKSI SENYAWA ANTIMIKROB

BAKTERI ASAM LAKTAT

NOVAN KURNIAWAN

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains pada

Program Studi Biokimia

PROGRAM STUDI BIOKIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(15)

5

Judul Skripsi : Isolasi dan Optimasi Produksi Senyawa Antimikrob Bakteri

Asam Laktat

Nama : Novan Kurniawan

NIM : G44102016

Disetujui

Komisi Pembimbing

Diketahui

Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Institut Pertanian Bogor

Prof. Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, M.S

NIP 131473999

Tanggal Lulus :

Dr. Laksmi Ambarsari, M.S.

Ketua

Dr. Suryani, M.Sc.

Anggota

(16)

6

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di kota Palembang, Sumatra Selatan, pada tanggal 24 November

1984 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Rustam dan Hidayati. Penulis

menjalani pendidikan formal di TK Muhamadiah Lubuk Linggau Sumatera Selatan

(SUM-SEL), SD Xaverius Lubuk Linggau (SUMSEL), SD St. Yosep Lahat SUMSEL,

SMP Xaverius I Palembang SUMSEL, SMP St. Yosep Lahat SUMSEL, SMU Negeri I

Kolaka Sulawesi Tenggara (SULTRA), SMU Dwiwarna Bogor Jawa Barat (JABAR)

dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB

melalui jalur undangan seleksi masuk IPB di Program Studi Biokimia, Jurusan Kimia,

yang saat ini sudah menjadi Departemen Biokimia.

Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah aktif di BEM TPB IPB Departemen

Olahraga dan Seni periode 2002/2003, wakil ketua turnamen Futsal IPB, ketua

Dormitory Farewell Party

, Anggota Aktif

International Asosiation Agricultural Student

(IAAS), kepala Departemen Pengembangan Bahasa Inggris Himpunan Mahasiswa

Kimia IPB, ketua UKM (unit kegiatan mahasiswa) tenis lapangan, asisten mata kuliah

olahraga dan seni, dan wakil komandan tingkat Biokimia angkatan 39.

(17)

7

PRAKATA

Syukur alhamdullilah penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat serta

hidayah-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan karya

ilmiah dengan judul Isolasi dan Optimasi Produksi Senyawa Antimikrob Bakteri Asam

Laktat. Tak lupa pula penulis menyampaikan sholawat serta salam terhadap Rasulullah

SAW beserta para sahabatnya sampai akhir zaman kelak. Karya ilmiah ini merupakan

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Program Studi Biokimia pada

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam yang dilakukan penulis sejak bulan

Januari 2007 sampai bulan Mei 2007, di laboratorium Biokimia, Fakultas Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam

penyelesaian karya ilmiah ini, terutama kepada kedua dosen pembimbing yaitu Dr.

Laksmi Ambarsari, MS dan Dr. Suryani, M.Sc yang telah memberikan arahan,

bimbingan, dan dorongan semangat selama menyusun karya ilmiah ini. Ucapan terima

kasih juga penulis sampaikan kepada teman-teman seperjuangan Yayu, Sunanti, Solina,

Eka, Dewi, Efi, Tisha, Putu atas kebersamaan dan bantuannya. Juga tak lupa untuk staf

laboratorium Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, dan Ir. AE

Zaenal Hasan, M.Si atas bantuan dan kerjasamanya. Penghargaan juga saya sampaikan

kepada mentor non akademik saya pak Rosadi dan pak Basith atas bimbingan tentang

kesabaran yang hakiki. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada keluargaku

tercinta Ayah, Ibu, adikku Rico dan Aldi, serta Marisa Puspitasari yang telah

memberikan dukungan baik moril maupun materi serta segala doa dan kasih sayangnya.

Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna, karena itu

penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan karya ilmiah ini.

Akhirnya penulis berharap agar karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Agustus 2007

(18)

8

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN ... 1

TINJAUAN PUSTAKA

Senyawa Antimikrob ... 2

Yoghurt... 3

BAHAN DAN METODE

Bahan dan Alat ... 4

Metode ... 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Isolat Bakteri Asam Laktat ... 5

Ekstrak Kasar Senyawa Antimikrob... 5

Waktu Optimum Produksi Antimikrob ... 6

pH dan Suhu Optimum Aktivitas Antimikrob... 7

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan ... 9

Saran ... 9

DAFTAR PUSTAKA... 9

(19)

9

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Pengaruh pH terhadap aktivitas senyawa antimikrob pada bakteri

S. thypimurium

... 7

2 Pengaruh suhu terhadap aktivitas senyawa antimikrob pada bakteri

S. thypimurium

... 8

3 Zona hambat senyawa antimikrob pada

E. coli

dan

B. subtilis

... 8

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Isolat-isolat bakteri yang diisolasi dari susu dan ditumbuhkan di dalam

media MRS pada 42 °C selama 18 jam ... 6

2 Isolat-isolat bakteri yang diisolasi dari yoghurt dan ditumbuhkan

di dalam media MRS pada 42 °C selama 18 jam... 6

3 Perbandingan aktivitas antimikrob dari isolat yang diperoleh yang

ditumbuhkan didalam media NA pada 37 °C selama 18 jam... 6

4 Grafik hasil uji penentuan waktu optimum produksi senyawa

antimikrob pada selang waktu 10, 15, 20, 25, 30, dan 35 jam ... 7

5 Kurva pertumbuhan bakteri terhadap waktu... 7

6 Hasil uji senyawa antimikrob yang telah mengalami optimasi terhadap

bakteri

E.coli

yang ditumbuhkan di dalam media NA dengan waktu

inkubasi 18 jam pada suhu 37 °C ... 8

7 Hasil uji senyawa antimikrob yang telah mengalami optimasi terhadap

bakteri

B.subtilis

yang ditumbuhkan di dalam media NA dengan waktu

inkubasi 18 jam ada suhu 37 °C... 8

(20)

10

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Alur strategi penelitian ... 12

2 Isolasi dan pengujian waktu optimum produksi senyawa antimikrob .. 13

3 Penentuan pH optimum untuk produksi senyawa antimikrob... 14

4 Penentuan suhu optimum untuk produksi senyawa antimikrob ... 15

(21)

PENDAHULUAN

Kerusakan makanan sering kali terjadi pada produk-produk olahan hasil industri. Kerusakan ini biasanya ditimbulkan oleh mikroorganisme pembusuk dan bakteri pembentuk spora. Untuk mengatasi hal tersebut maka diperlukan suatu bahan tambahan makanan yang berfungsi untuk menghindari kerusakan akibat mikroorganisme sehingga tidak menimbulkan bahaya bagi kesehatan konsumen. Salah satu upaya untuk mencegah kerusakan oleh mikroorganisme adalah dengan penambahan zat pengawet. Zat pengawet dapat dibedakan dalam tiga golongan utama berdasarkan banyaknya dosisi yang dapat diterima per harinya. Pertama, zat pengawet yang termasuk dalam golongan GRAS (Generally Recognized as Safe) yang umumnya bersifat alami, sehingga aman dikonsumsi oleh masyarakat dengan dosisi yang tinggi (tidak menimbulkan efek samping). Kedua, zat pengawet yang termasuk dalam golongan ADI (Acceptable Daily Intake), yang selalu ditetapkan batas penggunaan hariannya

(daily intake) untuk melindungi kesehatan

konsumen. Ketiga, zat pengawet yang memang tidak layak dikonsumsi, seperti formalin karena dapat menyebabkan kanker paru-paru, gangguan pada alat pencernaan dan jantung (Broughton 1990).

Ada beberapa contoh pengawet yang berbahaya jika dikonsumsi secara berlebihan, yaitu kalsium benzoat. Bahan pengawet ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri penghasil toksin (racun), bakteri spora dan bakteri bukan pembusuk. Asam benzoat digunakan untuk mengawetkan minuman ringan, minuman anggur, saus sari buah, sirup, dan ikan asin. Bahan ini bisa menyebabkan dampak negatif pada penderita asma dan bagi orang yang peka terhadap aspirin. Kalsium benzoat bisa memicu terjadinya serangan asma dan natrium benzoat dapat menyebabkan

sistemic lupus erythematosus (SLE) yang

menyerang sistem kekebalan tubuh. Menurut data yang dikutip dari rumah sakit Hasan Sadikin Bandung selama tahun 2006 ini sudah 350 orang yang terkena penyakit (anonymus 2006).

Kasus-kasus yang terjadi pada masyarakat mengindikasikan bahwa menggunakan zat pengawet alami adalah solusi yang tepat. Pengawet alami yang berasal dari mikroorganisme, tumbuhan, dan hewan seharusnya sudah mulai digunakan untuk menggantikan pengawet yang berbahaya. Sebagai contoh adalah zat pengawet yang berasal dari selasih. Selasih memiliki aktivitas

antibakteri terhadap Saphylococcus aureus,

Salmonella enteritidis, Escherichia coli ;

aktivitas antiseptik terhadap Proteus vulgaris,

Bacillus subtilis, Salmonella paratyph; aktivitas

antifungi terhadap Candida albicans,

Penicillium notatum, Microsporeum gyseum;

aktivitas larvasida terhadap lalat rumah dan nyamuk, serta repelan terhadap serangga (Adnyana 2006).

Bahan pengawet yang aman juga dapat berasal dari mikroorganisme, antara lain adalah bakteriosin yang dihasilkan oleh bakteri asam laktat. Hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya disebutkan bahwa bakteriosin dapat menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif dan Gram negatif (Oryazabal 1998). Bakteriosin juga dapat menghambat pertumbuhan bakteri S.

thypimurium, B.subtilis, dan E.coli (Wiryawan

2005).

Salah satu jenis bekteriosin yang telah diproduksi dalam skala industri adalah nisin. Nisin tidak dapat diproduksi secara sintetik melainkan oleh bakteri asam laktat. Nisin juga stabil dalam suhu tinggi dan stabil dalam kondisi asam sehingga dapat digunakan pada proses industri yang menggunakan suhu tinggi dan kondisi asam tanpa merusak kinerjanya. Penyimpanan yang dilakukan pada suhu antara 4-25 °C dapat menstabilkan nisin sampai dua tahun (anonymus 2001). Nilai LD50 nisin sama dengan nilai LD50 garam yaitu 7 g/kg berat badan (Naidu 2000).

Produksi senyawa antimikroba dari bakteri asam laktat belum dilakukan dalam skala industri di Indonesia, sehingga dibutuhkan penelitian pendahuluan untuk mendapatkan parameter yang valid agar diperoleh hasil yang optimal. Mengkombinasikan media produksi dengan waktu, pH, dan suhu, yang telah optimum, diharapkan dapat mengefektifkan produksi senyawa antimikrob agar dapat diperoleh manfaat maksimal sebagai pengganti bahan pengawet sintetik yang sangat merugikan kesehatan masyarakat.

(22)

13

TINJAUAN PUSTAKA

Senyawa Antimikrob

Senyawa antimikrob adalah senyawa yang memiliki aktivitas penghambatan terhadap pertumbuhan mikroba, terutama mikroba patogen. Senyawa tersebut umumnya berasal dari tumbuhan maupun mikroorganisme. Salah satu senyawa antimikrob yang terkenal adalah bawang putih yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri S. thypimurium dengan konsentrasi 2% (Sunanti 2007).

Produksi dan penggunaan senyawa antimikrob yang berasal dari tanaman telah lama digunakan terutama pada pengobatan tradisional. Contohnya, kemangi dan selasih secara empiris telah digunakan dalam pengobatan tradisional untuk berbagai macam penyakit. Teh yang dibuat dari daun selasih atau herbanya digunakan untuk mengatasi mual, disentri, atau menurunkan panas (sebagai antipiretik). Dalam kitab pengobatan “Ayurveda”, selasih memiliki khasiat sebagai antibakteri, antiseptik, antispasmodik (sakit perut), diaforetik (peluruh keringat), sakit kepala, demam, sakit telinga, obat sakit ginjal dan sebagai afrodisiaka (peningkat libido). Penggunaannya dapat dalam bentuk jus, infus, dan serbuk (Adnyana 2006).

Senyawa antimikrob yang berasal dari mikroorganisme juga telah banyak digunakan antara lain nisin, nisin merupakan bagian dari bakteriosin yang dihasilkan oleh bakteri asam laktat. Nisin telah digunakan di banyak negara sebagai bahan pengawet yang aman, dan nisin memiliki aktivitas antimikroba khususnya pada bakteri Gram positif (Broughton 1990).

Bakteriosin

Bakteriosin adalah senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan oleh bakteri asam laktat selama proses fermentasi yang bersifat menghambat petumbuhan mikroorganisme merugikan. Oyarzabal (1998), menyatakan bakteri asam laktat dapat menghasilkan substansi bakteriosin yang bersifat antimikrob terhadap pertumbuhan bakteri Gram positif dan atau Gram negatif. Pendapat ini telah didukung dengan beberapa penelitian diantaranya bakteriosin Plantaricin C yang mampu menghambat Bacillus subtilis, (Gonzalez et al., 1994), bakteriosin Pediocin L50, bersifat

broad spectrum”, diantaranya menghambat E.

faecalis (Cintas et al. 1995), dan Salmonella

typhimurium (Steven et al. 1991).

Secara in vitro Audisio et al. (1999), melaporkan aksi hambat terhadap bakteri patogenik pada manusia dan unggas yaitu

Salmonella spp. (Galinarum, Pulorum,

Enteridis dan Typhymurium) didapat dengan

cara menggabungkan bakteri asam laktat dengan bakteriosin, sehingga berpeluang untuk dijadikan sebagai avian probiotics yang mahal saat ini. Hambatan pertumbuhan bakteri

Salmonella typhymurium FNCC 0050, E. coli

FNCC 0091 dan Bacillus cereus oleh bakteriosin juga dilaporkan oleh Djaafar et al., (1995). Hambatan pertumbuhan ditunjukkan dengan adanya perpanjangan fase lag maupun penekanan populasi pasca 12 jam inkubasi setelah ditambah metabolit bakteriosin, masing-masing pada S. thypimurium FNCC 0050 dari fase lag 1 jam menjadi 6 jam, E. coli FNCC 0091 dari 1 jam menjadi 3 jam, dan pada B.

cereus dari 3 jam menjadi 7 jam.

Nisin

Nisin, termasuk bakteriosin, merupakan senyawa polipeptida anti bakteri yang diproduksi dari hasil fermentasi bakteri asam laktat (BAL) Lactobacillus bulgaricus (Hoover & Davidson 1993) yang diakui penggunaannya oleh banyak negara sebagai pengawet alami makanan mentah atau makanan olahan yang aman dikonsumsi serta terbukti dapat mengontrol dan menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk dan patogen. Nisin juga tidak menimbulkan efek samping pada manusia karena tidak toksik dan tidak aktif oleh enzim proteolitik dalam saluran pencernaan.

Nama nisin diturunkan dari “Grup N

streptococci (sekarang lebih dikenal dengan lactococci) Inhibitory Substances IN (yang merupakan akhiran untuk nama sebuah antibiotik)”. Bahan ini aktif melawan bakteri lain, terutama spora bakteri Gram positif (Broughton 1990).

(23)

14

sejalan dengan kelarutannya. Dalam HCl pada pH 2,5 atau kurang dan nisin akan tetap stabil sekalipun mengalami pemanasan tinggi (Adam 2000).

Nisin sebgai antimikrob memiliki kemampuan terbatas. Nisin tidak dapat menghambat bakteri Gram negatif (kecuali

Neisseria dan Flavobacter), khamir, virus serta

bakteri Gram positif tertentu, seperti beberapa spesies Lactobacillus dan Enterococcus

faecalis. Akan tetapi bakteri Gram negatif dapat

dihambat jika membran sel bakteri mengalami kerusakan (Steven et al.1991). Nisin menghambat bakteri Gram positif, terutama bakteri pembentuk spora seperti klostridia dan basili serta jenis-jenis bakteri lain yaitu stafilokoki, laktokoki, korinebakteria, leukonostok, pediokoki, pneumokoki, aktinomisetes, streptokoki, mikrokoki, laktobasili dan Mycobacteria. Sensitivitas mikrob terhadap nisin berbeda-beda (Broughton

1990). Pertumbuhan Bacillus

stearothermophillus dapat dihambat pada kadar

nisin kurang dari 2 IU/mL, B.cereus perlu 75-100 IU/mL. B. megaterium perlu 25-100 IU/mL

dan B. polymixa perlu 50 IU/mL, sedangkan

Clostridum botulinum tipe A dan B dihambat

pada taraf 500-2500 IU/mL serta untuk tipe B perlu 50-1000 IU/mL (Broughton 1990). Target penghambatan pada sel vegetatif mikrob adalah membran sitoplasma. Nisin menimbulkan kebocoran dengan keluarnya adenosin trifosfat, sehingga terjadi lisis pada membran. Kebocoran membran sitoplasma terjadi karena nisin mengaktifkan gugus sulfidril pada membran tersebut (Abee 1995). Pada spora, nisin lebih bersifat sporosidal daripada sporostatik. Nisin menghambat pertunasan spora pada saat awal penggembungan untuk tumbuh; spora yang rusak karena pemanasan lebih peka terhadap nisin (Broughton 1990).

Yoghurt

Yoghurt merupakan salah satu jenis produk fermentasi yang terkenal. Berbagai jenis susu dapat digunakan untuk membuat yoghurt, antara lain susu segar, susu krim, susu yang telah dihilangkan sebagian lemaknya dan susu skim (susu tanpa lemak). Pembuatan yoghurt merupakan salah satu metode yang tertua dalam sejarah pengawetan susu. Dewasa ini yoghurt telah mengalami perkembangan dalam proses pembuatannya sehingga menghasilkan yoghurt dengan cita rasa dan flavor yang semakin baik dan bervariasi. Yoghurt berasal dari bahasa Turki yaitu “jughurt” yang berarti susu asam.

Menurut SNI 01.2981.1982, yoghurt adalah produk yang diperoleh dari susu yang dipasteurisasi kemudian difermentasi dengan menggunakan bakteri tertentu sampai diperoleh bau dan rasa yang khas dengan atau tanpa penambahan bahan lain yang diizinkan.

Tamime dan Robinson (1989), mengklasifikasikan yoghurt komersial ke dalam tiga kelompok yaitu plain atau natural yoghurt,

fruit yoghurt, dan flavoured yoghurt. Natural

atau plain yoghurt merupakan tipe tradisional dengan bau tajam dan rasa asam, sedangkan

fruit yoghurt dibuat dengan penambahan

buah-buahan dan pemanis pada plain yoghurt dan

flavoured yoghurt dibuat dengan penggunaan

aroma buah dan senyawa sintesis.

Klasifikasi yoghurt berdasarkan metode pembuatannya, dibagi dalam tiga tipe, yaitu : set

yoghurt, stirred yoghurt, dan fluid yoghurt.Set

yoghurt diproduksi dengan inkubasi didalam

tempat-tempat kecil khusus, yoghurt yang dihasilkan berupa cairan kental dan setengah padat. Stirred yoghurt diinkubasi pada tempat besar dan selanjutnya koagulan yang terbentuk dipotong-potong dan didinginkan pada tempat-tempat khusus yang lebih kecil. Fluid yoghurt dibuat secara hampir sama dengan stirred

yoghurt, tetapi hasil yang diperoleh

kekentalannya berbeda yaitu lebih encer (Tamime dan Robinson 1989).

Kultur starter yoghurt pada umumnya terdiri dari bakteri asam laktat Lactobacillus

bulgaricus dan Streptococus thermophilus yang

merupakan pasangan bakteri utama dalam pembuatan yoghurt. Bergabungnya kedua bakteri ini akan menghasilkan nilai organoleptik yang lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan kultur tunggalnya. Keadaan ini disebabkan karena adanya simbiosis antara L.

bulgaricus dengan S. thermophilus yang saling

menguntungkan, karena bakteri yang satu mensintesis dan membebaskan senyawa yang saling menguntungkan atau menstimulasi bakteri lainnya (Tamime & Robinson 1999). Spesies L. bulgaricus merupakan bakteri berbentuk batang, gram positif, tidak berspora, non motil. Suhu optimum pertumbuhan 40-43 °C, masih dapat tumbuh pada suhu 45 °C atau kadang-kadang pada suhu 50-52 °C dan tidak dapat tumbuh pada suhu 15 °C (Deibel & Seeley 1974). Spesies L. bulgaricus bersifat anaerobik, yaitu lebih senang hidup tanpa atau dengan sedikit oksigen. Pada pembuatan yoghurt, L. bulgaricus berperan dalam penurunan pH sampai sekitar 4. selain itu,

L.bulgaricus juga memberi kontribusi terhadap

(24)

15

2003). L. bulgaricus di dalam susu lebih bersifat proteolitik yang berkontribusi pada tekstur dan aroma produk susu fermentasi, yaitu dengan membebaskan valin, histidin, dan glisin yang diperlukan oleh S. thermophilus selama pertumbuhannya. Bakteri penghasil asam laktat seperti L. bulgaricus ini juga menghasilkan senyawa yang berisfat antimikroba yang disebut nisin (Adams 2000).

Prinsip dasar fermentasi yoghurt adalah inokulasi bakteri kultur starter pada susu yang telah dipanaskan. Komponen karbohidrat utama pada susu adalah laktosa. Laktosa digunakan oleh kultur starter sebagai sumber energi untuk pertumbuhannya. Laktosa akan dihidrolisis dengan produk akhir asam piruvat. Selanjutnya asam piruvat akan diubah menjadi asam laktat oleh enzim laktat dehidrogenase. Selain menghasilkan aroma yang khas, asam laktat juga berperan dalam pembentukan gel yoghurt. Secara sederhana, reaksi perubahan laktosa menjadi asam laktat adalah sebagai berikut (Tamime & Robinson 1989):

Laktosa + air Æ Asam laktat C12H22O11 H2O 4C3H6O3

Asam yang terbentuk selama fermentasi yoghurt terutama adalah asam laktat. Asam laktat yang diproduksi berbeda dalam konfigurasi struktur dan rotasi optik. Dua isomer yang mungkin terjadi asam laktat leavo- dan dekstro-rotasi (Tamime & Deeth 1980).

Manfaat yoghurt bagi kesehatan tubuh telah banyak dibuktikan oleh banyak peneliti di dunia. Yoghurt memiliki kandungan nilai gizi yang baik dan mudah dicerna oleh tubuh. Selain untuk tujuan kesehatan, yoghurt juga sering dikonsumsi untuk tujuan diet. Yoghurt yang dikonsumsi secara teratur dapat menyeimbangkan mikroflora usus sehingga bakteri-bakteri yang merugikan dapat ditekan jumlahnya dan sebaliknya usus akan didominasi oleh bakteri yang menguntungkan bagi kesehatan (Silvia 2002).

Yoghurt pada umumnya digunakan sebagai bahan pencegah penyakit saluran pencernaan seperti diare. Khususnya pada bayi yang mengalami tidak dapat untuk mencerna laktosa, gastroenteritis (sakit perut), dan pengobatan konstipasi (sembelit). Bagi orang yang menderita tidak dapat mencerna laktosa, yoghurt adalah makanan alternatif yang sangat bermanfaat karena bakteri asam laktat, melalui proses fermentasi akan mengubah laktosa menjadi asam laktat, begitu pula penderita tidak toleran terhadap laktosa dapat mengkonsumsi yoghurt dengan aman (Gillian & Kim 1984).

BAHAN DAN METODE

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan adalah susu sapi perah, dengan jarak 30 menit setelah diperah, dan yoghurt tanpa rasa (plain yoghurt), bakteri uji Salmonella thypimurium, Bacillus

subtilis, Escherichia coli yang berasal dari

Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor, Media produksi antimikroba yang digunakan adalah treptose proteose peptone

yeast (TPPY) pH 6.0, dengan komposisi

(sukrosa 1 g, pepton 1 g, ekstrak khamir 1 g, K2HPO4 1 g, NaCl 0,2 g, MgSO4 0,02 g, akuades 95,78 mL). de Man Rogosa Sharpe Agar/MRS agar digunakan sebagai media seleksi bakteri dengan komposisi (pepton 10 g,

beef extract 10 g, yeast extract 5 g, K2HPO4 2

g, amonium sitrat 2 g, glukosa 2 g, sodium asetat 3H2O 20 g, MgSO4 7H2O 0,58 g, MnSO4

4H2O 0,28 g, agar 15 g, akuades sampai 1000 mL), alkohol 70%. Nutrien agar (NA) sebagai media tumbuh bakteri uji dengan komposisi

(beef extract 3 g, pepton 5 g, bacto agar 15 g,

akuades sampai 1000 mL).

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah autoklaf, inkubator, oven, neraca analitik, bunsen, labu Erlenmeyer, tabung reaksi, kapas, sudip, gelas ukur, pipet, alumunium foil, karet, kertas, ruang laminar, magnetik stirer, sentrifus Beckman dengan rotor JA 20 untuk volume contoh 500 mL, cawan petri, jarum ose.

Metode Penelitian

Isolasi Bakteri Penghasil Senyawa Antimikrob dari Yoghurt dan Susu (Dwijoseputro 1978)

Sampel yoghurt dan susu masing-masing sebanyak 1 mL diencerkan 0-100 kali, kemudian dari masing-masing pengenceran diambil 0,1 mL dan disebar dengan menggunakan alat sebar pada media MRS agar yang telah padat pada cawan petri. Selanjutnya diinkubasi selama 18 jam, suhu 42 °C.

Isolasi Senyawa Antimikrob

(25)

16

diendapkan dengan menggunakan etanol absolut sebanyak dua kali volume dalam keadaan dingin, sambil diaduk, kemudian diendapkan selama satu malam pada suhu dingin. Selanjutnya disentrifugasi kembali pada kecepatan 10000 rpm selama 30 menit. Pelet yang diperoleh diuapkan di dalam oven pada suhu 40 °C selama 12 jam. Pelet yang sudah bebas dari pelarut etanol dilarutkan kembali dengan buffer Tris-HCl dengan konsentrasi 0,1 M kurang lebih 2 kali bobot pelet dan ditetesi 1-2 tetes HCl 0,5 M sampai pelet tersebut larut kembali. Pelet tersebut merupakan ekstrak kasar senyawa

antimikrob yang akan diujikan pada bakteri

S. thypimurium dengan menggunakan metode

sumur agar.

Uji Aktivitas Senyawa Antimikrob dari Isolat Bakteri

Pengujian terhadap bakteri uji (S.

thypimurium) dilakukan dengan menggunakan

metode sumur agar (well diffusion agar) (Bintang 1982). Biakan bakteri uji yang telah disegarkan dalam media NB, diambil sebanyak 0,1 mL dan diinokulasikan ke dalam cawan petri steril. Setelah petri yang berisi biakan bakteri dan media NA memadat, sumur (lubang) dibuat dengan menggunakan pangkal pipet Pasteur dengan diameter 6-7 mm. Ekstrak kasar senyawa antimikrob dari isolat yoghurt dan susu dipipet sebanyak 0,05 mL serta kontrol (pelarut Tris-HCl). Selanjutnya cawan diinkubasi pada suhu 25 °C selama 18 jam. Aktivitas antimikrob ditentukan dengan cara mengukur diameter zona bening yang terbentuk.

Penentuan Waktu Optimum Produksi Antimikrob

Isolat bakteri YI disegarkan di dalam media produksi TPPY sambil dilakukan pengocokan dengan menggunakan shaker water bath pada suhu 37 ºC selama 18 jam. Sebanyak 1% dari volume isolat yang telah disegarkan dipipet kedalam Erlenmeyer yang telah berisi media produksi TPPY. Ekstrak antimikroba diisolasi setelah melalui inkubasi dengan menggunakan variasi waktu 10, 15, 20, 25, 30, dan 35 jam pada suhu 37 ºC. Ekstrak kasar senyawa antimilrob selanjutnya akan diuji aktivitasnya terhadap bakteri S. thypimurium dengan menggunakan metode sumur agar.

Karakterisasi Antimikrob

Senyawa antimikrob diproduksi sesuai dengan waktu optimum yang telah diperoleh pada tahap sebelumnya. Hasil yang didapat kemudian diperlakukan dengan variasi pH dan suhu.

Penentuan pH dan suhu optimum produksi senyawa antimikrob dilakukan dengan memvariasikan pH pada 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 dan suhu pada 50, 60, 70, 80, 90, 100 °C. Masing-masing ekstrak kasar senyawa antimikrob diujikan aktivitas antimikrobnya dengan menggunakan bakteri S. thypimurium. Setelah diperoleh pH optimum dan suhu optimum maka dilakukan pengujian selanjutnya terhadap bakteri uji B. subtilis dan E. coli.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Isolat Bakteri Asam Laktat

Isolat yang diperoleh diisolasi dari plain yoghurt (yoghurt murni yang belum diberikan zat tambahan dan mengalami pemanasan) dan susu yang telah mengalami pengenceran 0 sampai 100 kali. Hasil pengenceran selanjutnya ditumbuhkan di dalam media MRS, yang merupakan media selektif untuk pertumbuhan bakteri asam laktat, dengan cara disebar.

Hasil percobaan diperoleh 14 isolat dari susu dan 14 isolat dari yoghurt (Gambar 1 dan 2). Isolat-isolat yang didapat muncul setelah dilakukan inkubasi pada suhu 42 °C selama 18 jam. Isolat-isolat tersebut kemudian diseleksi dan didapatkan tiga bentuk isolat yang berbeda, satu bentuk isolat berasal dari yoghurt (YI) dan dua bentuk isolat berasal dari susu (SI dan SII). Isolat YI memiliki ciri-ciri berwarna putih, permukaan licin, dan berbentuk bulat memanjang; isolat SI berwarna coklat muda, permukaan kasar, dan berbentuk seperti akar; dan isolat SII berwarna putih kecoklatan, permukaan halus, dan berbentuk bulat. Ketiga bentuk isolat tersebut dipilih untuk pengujian aktivitas antimikrob.

(26)

17

dalam media MRS pada 42 °C selama 18 jam.

Gambar 2 Isolat-isolat bakteri yang diisolasi dari yoghurt dan ditumbuhkan di-

dalam media MRS pada 42 °C selama 18 jam.

Ekstrak Kasar Senyawa Antimikrob

Ekstrak kasar senyawa antimikrob diperoleh setelah melalui beberapa tahap. Tahap pertama adalah produksi senyawa antimikrob di dalam media TPPY selama 18 jam pada suhu 37 ºC. Tahap kedua adalah pemisahan sel dengan senyawa antimikrob. Pemisahan sel dilakukan dengan melakukan sentrifugasi pada kecepatan 10000 rpm selama 30 menit. Supernatan diambil dan ditambahkan etanol absolut, sambil diaduk, pada suhu dingin sebanyak dua kali volume dari volume supernatan. Penambahan etanol absolut dilakukan untuk mengendapkan senyawa antimikrob yang sebagian besar disusun oleh protein, selain itu juga merupakan tahap awal pemurnian senyawa antimikrob dari pengotor yang ada. Tahap ketiga adalah pemisahaan hasil pengendapan. Pemisahan dilakukan dengan sentrifugasi pada kecepatan 10000 rpm selama 30 menit. Pelet yang diperoleh kemudian dikeringkan pada oven untuk menguapkan etanol absolut. Tahap terakhir atau tahap keempat adalah pelarutan kembali hasil pengeringan pada bufer Tris-HCl sebanyak dua kali bobot pelet kering. Pelet yang telah dilarutkan didalam bufer Tris-HCl yang merupakan ekstrak kasar senyawa antimikrob yang akan diuji aktivitasnya. Pengujian dilakukan terhadap bakteri uji S. thypimurium yang ditumbuhkan di dalam media NA dan diinkubasi pada suhu 37 °C selama 18 jam. Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh zona hambat dari isolat YI sebesar 23 mm, isolat SII 20 mm, dan isolat SI tidak menunjukan aktivitas penghambatan (Gambar 3). Zona hambat yang diamati menunjukkan aktivitas ekstrak kasar senyawa antimikrob terhadap pertumbuhan bakteri uji. Semakin besar zona hambat yang diamati maka semakin baik aktivitas senyawa antimikrob dari

masing-masing isolat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa isolat YI lebih unggul dibandingkan isolat SI dan SII.

Waktu Optimum Produksi Antimikrob

Penentuan waktu optimum produksi senyawa antimikrob dilakukan untuk mengetahui waktu produksi terbaik bakteri asam laktat dalam menghasilkan senyawa antimikrob. Waktu optimum produksi senyawa antimikrob diperoleh dengan melakukan variasi waktu produksi dari 10, 15, 20, 25, 30, dan 35 jam. Produksi senyawa antimikrob dilakukan pada media TPPY dengan suhu inkubasi 37 °C dan variasi konsentrasi uji 5 mg/mL, 15 mg/mL, dan 20 mg/mL (b/v) terhadap bakteri

S.thypimurium. Variasi konsentrasi uji

dilakukan untuk mengetahui konsentrasi hambat efektif dari senyawa antimikrob.

Berdasarkan hasil pengamatan (Gambar 4) diperoleh waktu optimum produksi pada jam ke 15 dengan zona hambat terhadap bakteri S.

thypimurium,pada konsentrasi 20 mg/mL dan

15 mg/mL, adalah 16 mm dan 10 mm. Pada

Gambar 3 Aktivitas antimikrob isolat YI, SI, dan SII dengan kontrol KpH 2. Semua isolat ditumbuhkan di dalam media NA dan zona hambat isolat YI sebesar 23 mm.

Gambar 4 Grafik hasil uji penentuan waktu optimum produksi senyawa antimikrob. Zona hambat isolat YI

SII

SI

Y I

KpH2

Z o n a H a m b a t

Waktu Inkubasi (jam)

(27)

18

dengan konsentrasi 20 (biru muda), 15 (biru tua), dan 5 mg/mL (ungu) pada selang waktu 10, 15, 20, 25, 30, dan 35 jam.

jam ke 10, tidak terdapat zona hambat pada konsentrasi 5 mg/mL dan 15 mg/mL, sedangkan pada waktu 20 sampai 35 jam kemampuan menghambat bakteri cenderung menurun. Kondisi ini dimungkinkan terjadi karena senyawa antimikrob yang merupakan metabolit sekunder telah di produksi pada jam ke 15 (tepat pada akhir fase log) sehingga pada jam ke 20 sampai 35 bakteri telah memasuki fase stasioner yang produksi senyawa antimikrobnya telah menurun dan perbandingan jumlah selnya telah konstan akibat metabolit sekunder yang diproduksi (Gambar 5). Pada konsentrasi uji 5 dan 15 mg/mL zona hambat yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan dengan konsentrasi 20 mg/mL, sehingga dapat disimpulkan bahwa konsentrasi hambat efektif adalah 20 mg/mL. Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa waktu optimum produksi diperoleh pada 15 jam setalah inkubasi dengan konsentrasi 20 mg/mL. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang menunjukkan bahwa konsentrasi hambat efektif untuk penghambatan bakteri S.

thypimurium terdapat pada konsentrasi 20

mg/mL dengan waktu inkubasi selama 18 jam (Suarsana 2005).

pH dan Suhu Optimum Aktivitas Antimikrob

Karakterisasi senyawa antimikrob dilakukan dengan perlakuan pH dan suhu yang berbeda-beda. Variasi pH yang digunakan adalah pH 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8. pH optimum yang diperoleh akan digunakan

untuk menentukan suhu optimum produksi

Gambar 5 Kurva pertumbuhan bakteri terhadap waktu

senyawa antimikrob. Variasi suhu yang digunakan adalah 50, 60, 70, 80, 90, 100 °C.

Data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa pada pH 2 senyawa antimikrob menunjukkan zona hambat terbesar yaitu 27 mm. Kontrol pH 2 yang digunakan juga menunjukkan zona hambat sebesar 11 mm. Walaupun kinerja penghambatan pertumbuhan bakteri tertinggi terjadi pada pH 2, pH optimum untuk perlakuan adalah pada pH 3. Hal ini disebabkan karena zona hambat yang dihasilkan adalah murni dari aktivitas senyawa antimikrob tanpa dipengaruhi derajat keasaman yang tinggi dari pelarut yang digunakan. Jika pH optimum yang dipakai adalah pH 2, dikhawatirkan untuk produksi dalam skala industri, aktivitas penghambatan yang terjadi disebabkan karena keasaman pelarut bukan karena kinerja senyawa antimikrob itu sendiri. Kontrol pH 8 tidak digunakan dalam percobaan karena pada pH 8 senyawa antimikrob tidak larut (tidak ada aktivitas) sehingga efek yang ditimbulkan pada kontrol dan sampel uji adalah sama, murni aktivitas bufer.

Pada variasi pH yang lebih basa senyawa antimikrob menunjukan efektifitas zona hambat yang cenderung menurun. Menurunnya aktivitas ini dikarenakan berkurangnya kelarutan senyawa antimikrob terhadap bufer yang digunakan sehingga mengakibatkan kestabilan senyawa antimikrob terganggu.

Senyawa antimikrob yang dihasilkan menunjukkan efektivitas tinggi terhadap bakteri uji sampai pada pemanasan 80 °C selama 15 menit dengan zona hambat sebesar 24 mm. Pada suhu diatas 80 °C aktivitas senyawa antimikrob tersebut mengalami penurunan. Penurunan aktivitas tersebut disebabkan pemanasan dengan suhu yang tinggi, sehingga protein yang merupakan komponen utama senyawa antimikrob, menjadi rusak (terdenaturasi) dan cenderung untuk mengendap.

Tabel 1 Pengaruh pH terhadap aktivitas Senyawa antimikrob pada bakteri S. thypimurium

Perlakuan pH Zona hambat (mm)

2 27 3 24 4 24 5 19 6 14 7 14 8 13

K 2 11

K 3 -

K 4 -

K 5 -

K 6 -

(28)

19

Pada Tabel 2 terlihat jelas penurunan kemampuan hambat seiring dengan bertambahnya suhu. Pada suhu 90 °C zona hambat yang dihasilkan sebesar 15 mm, dan pada suhu 100 °C zona hambat yang dihasilkan lebih kecil yaitu 12 mm. Walaupun kemampuan hambat menurun akan tetapi senyawa antimikrob ini masih dapat melakukan penghambatan pada suhu tinggi, sehingga dapat dikatakan bahwa senyawa antimikrob bersifat termostabil. Hal ini dapat terjadi juga karena kestabilan dan kelarutan senyawa antimikrob yang baik pada pH rendah.

Senyawa antimikrob yang dihasilkan menunjukan kelarutan yang tinggi pada pH rendah. Kelarutan senyawa antimikrob pada pH 2 adalah 57 mg/mL, pada pH 6 adalah 1,5mg/mL dan pH 8,5 adalah 0,25 mg/mL. kestabilan senyawa ini sejalan dengan kelarutannya. Nisin dalam HCl pH 2,5 atau lebih rendah, akan tetap stabil sekalipun didihkan hingga suhu 115 °C selama 20 menit (Adam 2000).

Senyawa antimikrob yang telah diketahui kondisi optimumnya, kemudian diujikan terhadap bakteri Gram positif dan Gram negatif lainnya. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk melihat efektifitas kerja dari senyawa antimikrob terhadap bakteri yang memiliki karakteristik berbeda. Bakteri yang digunakan adalah E. coli dan B. subtilis. Kedua bakteri ini adalah bakteri yang sering mencemari makanan. Hasil pengujian akitivitas senyawa antimikrob terhadap B. subtilis dan E. coli dapat dilihat pada Tabel 3. Data pada Tabel 3 menunjukkan bahwa zona hambat terbesar terjadi pada bakteri Gram positif B. Subtilis sebesar 33 mm, sedangkan pada bakteri Gram Tabel 2 Pengaruh suhu terhadap aktivitas senyawa antimikrob pada bakteri S. thypimurium

Perlakuan suhu (°C) Zona hambat (mm)

50 24 60 24 70 24 80 23 90 15 100 12

K pH 3 -

negatif E. coli sebesar 29 mm. Zona hambat yang diperoleh dapat dilihat pada Gambar 6 dan 7.

Bakteri Gram positif lebih peka terhadap senyawa antimikrob dibandingkan dengan bakteri Gram negatif (Fardiaz 1989). Hal ini dapat terjadi karena perbedaan pada komponen penyusun dinding sel bakteri. Struktur dinding

sel bakteri Gram positif lebih sederhana dibandingkan dengan bakteri Gram negatif. Struktur dinding sel bakteri Gram positif memiliki lebih banyak peptidoglikan, dan tidak memiliki membran terluar yang melindungi permukaan dinding sel sehingga memudahkan masuknya senyawa antimikrob langsung kedalam sel menuju sasaran kerja. Sedangkan bakteri Gram negatif memiliki struktur membran yang kompleks, berlapis tiga, yaitu lapisan luar yang berupa lipoprotein, lapisan tengah yang berupa peptidoglikan, dan laipsan dalam lipopolisakarida (Pelczar & Chan 1986).

Tabel 3 Zona hambat senyawa antimikrob pada E.coli dan B. subtilis

Jenis bakteri Zona hambat (mm)

E. coli 29

B. subtilis 33

Kontrol bufer -

Gambar 6 Hasil uji senyawa antimikrob terhadap bakteri E. coli yang ditumbuhkan di dalam media NA dengan waktu inkubasi 18 jam pada suhu 37 °C

Gambar 7 Hasil uji senyawa antimikrob terhadap bakteri B. subtilis yang

(29)

20

SIMPULAN dan SARAN

Simpulan

Pada penelitian ini didapatkan tiga bentuk isolat bakteri asam laktat. Isolat pertama (YI) berasal dari yoghurt sedangkan kedua isolat lainnya, (SI dan SII), berasal dari susu sapi. Isolat bakteri asam laktat yang berasal dari yoghurt (YI) memiliki aktivitas antimikrob terbesar dibandingkan dua isolat yang diperoleh dari susu (SI dan SII).

Senyawa antimikrob isolat Y1 memiliki aktivitas optimum pada waktu inkubasi 15 jam, dengan konsentrasi 20 mg/mL, pada pH 3, dan suhu 80 °C.

Aktivitas senyawa antimikrob terhadap bakteri B. subtilis memiliki zona hambatsebesar 33 mm,, E. coli 29 mm, dan S. thypimurium sebesar 24 mm. Zona hambat terbesar yaitu pada B. subtilis yang merupakan aktifitas penghambatan terbaik terhadap bakteri Gram positif.

Saran

Perlu dilakukan identifikasi isolat yang diperoleh agar dapat diketahui jenis bakteri yang berperan. Pemurnian lebih lanjut juga perlu dilakukan terhadap senyawa antimikrob dengan menggunakan metode kromatografi.

DAFTAR PUSTAKA

Abee T, Krockel L, Hill C. 1995. Bacteriocins: modes of action and potential in food preservation and

Control of food poisoning. Int. J Food Microbial. 28: 169-185.

Adams. 2000. Nisin in Multifactorial Food

Preservation. UK: University of

Surrey.

Adnyana, Firmansyah. 26 Jan 2006. Dari pecel lele, obat herba, sampai parfum.

Pikiran Rakyat:8(kolom 2).

Audisio MC, Olicer G, Apella MC. 1999. Antagonistic effect of Enterococcus

faecum against human and poultry

pathogenic Salmonella spp.. J Food

Prot. 62: 751-755.

Bintang ML. 1982. Perbaikan mutu simpan ikan pindang dengan pembubuhan bahan antimikroba dari Str. Lactis [tesis]. Bogor. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Broughton JD. 1990. Nisin and Its Uses as a

Food Preservative. UK: Food

Technology.

Broughton JD. 2005. Nisin as a Food

Preservative. UK: Danisco.

Buchanan RE, Gibbons. 1975. Bergey’s Manual

of Determinative Bacteriology. Ed

ke-8. Baltimore: Woverly.

Cintas LM, Rodriguez JM, Fernandez MF, Sletten K, Nes IF, Hernandez PE , Holo H. 1995. Isolation and characterization of pediocin L50, a new bacteriocin from Pediococcus

acidilactici with a broad inhibitory

spectrum. App. J Environ Microbiol 7: 2643-2648.

Diebel RH, Seeley H. 1974. Stertococaceae in Bergeys Manual of Determinative

Bacteriology. Baltimore: Williams &

Wilkins.

Djaafar TF, Rahayu ES, Wibowo D, Sudarmadji S. 1995. Substansi antimikrobia bakteri asam laktat Lactobacillus casei subsp.

rhamnosus TGR-2 yang diisolasi dari

Growol. Seminar Nasional

Perhimpunan Biokimia dan Biologi

Molekuler Indonesia XII; Bali, 15-16

Mei 1994. Hlm 1-15.

Dwijoseputro. 1978. Dasar-dasar Mikrobiologi. Malang: Djambatan Press.

Fardiaz S. 1989. Mikrobiologi Pangan. Bogor: Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor.

Gilliand SE, Kim HS. 1984. Effect of viable started culture bacteria in yoghurt on lactose utilization in humans. J Dariy Sci. 67: 1-6.

Gonzalez B, Arca P, Mayo B, Suarez JE. 1994. Detection, purification, and partial characterization of plantaricin C, a bacteriocin produced by a

Lactobacillus plantarum strain of dairy

origin. App. J Environ. Microbiol 6: 2158-2163.

Hudayanti M. 2004. Aktivitas antibakteri rimpang temulawak (Curcuma

xanthorrhiza Roxb.) [skripsi]. Bogor:

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Davidson PM, Branen AL, editor. 1993. Bacteriocins with Potential for Use in

Foods. Ed ke-2. New york: DBC Press.

Naidu AS. 2000. Natural Food Antimicrobiol

System. New York: CRC Press.

(30)

21

Pelczar MJ, Chan ECS. 1986. Microbial

Physiology. Ed ke-2. Singapore: A

Wiley Intersciensce Publication. Silvia. 2002. Pembuatan yoghurt kedelai

(soyghurt) dengan menggunakan kultur campuran Bifidobacterium dan

Streptococus thermophilus [skripsi].

Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Smid EJ. 2001. Biopreservation with Nisin. Netherland. Agrotechnological Research Institute.

Steven KA, Sheldon BW, Klapes NA, Klaenhammer TR. 1991. Nisin treatment for inactivation of

Salmonella and other Gram negatif

bacteria spp. J Environ. Microbiol 57: 3613-3615.

Stumbo CR. 1973. Thermobacteiology in Food

Processing. New York: Academic

Press.

Suarsana IN. 2005. Aktivitas In vitro Senyawa Antimikroba dari Sterptococus lactis.J

Veteriner Universitas Udayana 6:

34-41.

Sunanti. 2007. Aktivitas antibakteri ekstrak tunggal bawang putih (Allium sativum Linn.) dan rimpang kunyit (Curcuma

domestica Val.) terhadap Salmonella

thypimurium [skripsi]. Bogor: Fakultas

Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Tamime AY, Deeth HC. 1980. Yoghurt technology and biochemistry. J Food

Protection 43: 77-93.

Tamime AY, Robinson RK. 1989. Yoghurt

science and tecnology. London:

Peramon Press.

Widowati S, Misgiyarta. 2000. Efektifitas bakteri asam laktat (BAL) dalam pembuatan produk fermentasi berbasis protein / susu fermentasi. J Balai Penelitian dan Sumber Daya Genetik

Pertanian 7: 23-43.

Winarno FG. 2003. Flavor Bagi Industri

Pangan. Bogor: Mbrio Press.

Wiryawan. 2005. Isolasi bakteri asam laktat penghasil antimikroba. J Veteriner

(31)

22

(32)

23

Isolasi bakteri

Seleksi melalui pengujian

aktifitas antimikrob

Penentuan Waktu Optimum

Produksi Antimikrob

Karakterisasi Antimkrob

(penentun suhu & pH optimum)

Uji Aktivitas Senyawa

Antimikrob Terhadap Bakteri

E.

Coli

dan

S. thypimurium

Lampiran 1 Alur strategi penelitian

Sumber Isolat

(susu & yoghurt)

Isolat-isolat Bakteri

Isolat Penghasil Antimikrob

Waktu Optimum Produksi Antimikrob

pH dan Suhu Optimum Aktivitas Antimikrob

(33)

24

Lampiran 2 Isolasi dan pengujian waktu optimum produksi senyawa antimikrob

1 Cara isolasi bakteri dari sample

1mL 1mL 1 mL

Sampel

100mL 100mL 100mL

akuades akuades akuades

0,1 mL 0,1mL 0,1mL

petri berisi MRS agar diinkubasi 24 jam 42°C

2 Penentuan Waktu Optimum Produksi Antimikrob

2

ose

Diinkubasi

37°C

24 jam

0,1mL

5 mL TPPY

10 jam 15 jam 20 jam 25 jam 30 jam 35jam

Setiap tabung berisi 5 mL media TPPY diinkubasi dengan suhu 37 °C

Disentrifugasi dengan kecepatan 10000 rpm 30 menit

(Isolasi Senyawa Antimikrob )

Supernatan diambil

0,05 mL 0,05 mL

(34)

25

Lampiran 3 Penentuan pH optimum untuk produksi senyawa antimikrob

1 ose

Kultur Stok

50 mL 50 mL 50 mL 50 mL

Media produksi TPPY, inkubasi waktu optimum

Disentrifugasi dengan kecepatan 10000 rpm

30 menit superntan diambil

Supernatan diendapkan dengan etanol

absolut 2 kali volume, didiamkan 24 jam.

disentrifugasi 10000 rpm 30 menit.

Endapan

Dikeringkan 40 °C selama 12 jam

Endapan kering

Dicampurkan dengan bufer Tris-HCl 0,1 M

pH 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8

(35)

26

Lampiran 4 Penentuan suhu optimum untuk produksi senyawa antimikrob

1 ose

Kultur Stok

50 mL 50 mL 50 mL 50 mL

Media produksi TPPY, inkubasi waktu optimum

Disentrifugasi dengan kecepatan 10000 rpm

30 menit superntan diambil

Supernatan diendapkan dengan etanol

absolut 2 kali volume, didiamkan 24 jam.

disentrifugasi 10000 rpm 30 menit.

Endapan

Dikeringkan 40 °C selama 12 jam

Endapan kering

Dicampurkan dengan buffer Tris-HCl 0,1 M

pH optimum dan dipanaskan dengan suhu 50, 60,

70, 80, 90, 100 °C

(36)

27

Lampiran 5 Uji hasil optimasi terhadap

B. subtilis

dan

E. coli

Endapan kering

Dicampurkan dengan bufer Tris-HCl 0,1 M

pH optimum, suhu optimum, waktu

inkubasi optimum

I II

Gambar

Gambar 1  Isolat-isolat bakteri yang diisolasi   dari susu dan ditumbuhkan di
Gambar 4  Grafik hasil uji penentuan waktu optimum produksi senyawa antimikrob. Zona hambat isolat YI
Gambar 5 Kurva pertumbuhan bakteri
Tabel 3 Zona hambat senyawa antimikrob                pada E.coli dan B. subtilis

Referensi

Dokumen terkait

Secara keseluruhan terjadi kecenderungan keseragaman hasil observasi dari ketiga kelas (IPA 5, IPA 6, dan IPA 7) dimana peserta didik memiliki keterampilan proses

metode TOPSIS untuk merekomendasikan Tablet PC yang akan dipilih dikarenakan TOPSIS dapat memberikan rekomendasi kandidat dari sejumlah alternatif merek Tablet PC, dengan

Diharapkan melalui perancangan ini, Sistem Informasi Akademik Institut Seni Indonesia dapat menjadi platform utama untuk berhubungan dengan pihak akademis, maupun

Pencarian dan pengumpulan literatur-literatur dan kajian-kajian yang berkaitan dengan masalah-masalah yang ada pada tugas akhir ini, baik berupa artikel, buku referensi, internet,

Sedangkan pada media Polybag Putih (W2) interaksi perlakuan Mikoriza dan Pupuk P menunjukkan hasil yang tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi bibit..

Tingkat kemampuan dalam pengelolaan limbah cair RS, pengelolaan sampah dan pengelolaan house keeping RS yang diukur melalui wawancara mendalam, observasi tempat

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai p-value = 0,166 hal tersebut menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh slow deep breathing terhadap penurunan tekanan darah

Output yang digunakan dalam penelitian ini yaitu hasil tes kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. Tes kemampuan pemahaman konsep matematis disesuaikan dengan