• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi pembangunan infrasruktur jalan dan peranannya terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lampung Barat:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi pembangunan infrasruktur jalan dan peranannya terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lampung Barat:"

Copied!
261
0
0

Teks penuh

(1)

-

STRATEGI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

JALAN DAN PERANANNYA TERHADAP

PERTUMBUHAN EKONOMI

KABUPATEN LAMPUNG BARAT

A. RIFKI ARDIANTO

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir "Strategi Pembangunan Infrastruktur

Jalan

Dan Peranannya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lampu~lg Barat" adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tugas akhir ini.

Bogor, Maret 2009

(3)

ABSTRACT

A. RIFKI ARDIANTO. Strategies for Development of Road Infrastructure and its Role in the Economic Growth of West Lampung Regency. Under the Supervision

of WSMAN SYAUKAT as the Chairperson and KOMARSA

GANDASASMITA as the member of Supervisory Board.

The Regency of West Lampung is one of the regencies in Lampung Province with its economy mainly supported by agricultural sector. This sector, which includes the subsectors of food crops, horticulture, plantation, fishery, animal husbandry and forestry, is the biggest contributor to the Regional Gross Domestic Product (RGDP) of West Lampung Regency, i.e. 60%. Topographically, West Lampung Regency is of hilly soil with varied altitudes on different locations. With such topography and agriculture-based economy, the infrastructure of road as the link between producers and markets and to open its isolated region will greatly promote the development of West Lampung Regency.

The general objective of this study was to formulate strategies in developing the infrastructure (road) and its role in the economic growth of West Lampung Regency. The specific objectives were (1) to identify the role of agricultural sector in the economy of West Lampung Regency, (2) to identify the role of road as the idmstructure in the economy of West Lampung Regency. A SWOT analysis was used to formulate alternative strategies, QSPM analysis to determine priorities in the strategies, and discussion and interview to formulate programs.

The results of the study showed that the agricultural sector had the major role in the economy of West Lampung Regency. The increased RGDP of West Lampung Regency can be used as an indicator of economic growth. Road also has a role in increasing the RGDP of agriculture in West Lampung Regency. This was indicated by the resulted regression for the road length on the RGDP of agriculture with a positive value. Based on such analyses, the policy (of the Regional Government in the development of roads as infiatructure) to obtain an increased allocated funding for the development of the infrastructure from the central government becomes the priority in the strategies for the development of infrastructure in West Lampung Regency.

(4)

RINGKASAN

A. RIFKI ARDIANTO, 2009. Strategi Pembangunan Infrastruktur Jalan dan Peranannya Tehadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lampung Barat. Komisi pembimbiig terdiri dari W S M A N SYAUKAT sebagai ketua, KOMARSA GANDASASMITA sebagai anggota komisi pembimbing.

Kabupaten Lampung Barat yang didiikan berdasarkan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1991 memiliki luas wilayah 4.950,4 ~ m Sebagian besar ~ . penduduk bermatapencaharian sebagai petani-nelayan, baik itu petani tanaman pangan, h o r t i k u l w tanaman perkebunan atau petani peternak dan petani yang mengandalkan pada pengelolaan h a i l hutan di sekitar tempat tinggalnya. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Barat (2006), sektor pertanian (meliputi tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, petemakan, perikanan dan kehutanan) merupakan penyumbang terbesar Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), yaitu sebesar 60%.

Dilihat dari wilayah kabupaten yang cukup luas, kondisi topografi wilayah yang berbukit-bukit, serta perekonomian kabupaten yang sebagian besar masih ditopang oleh sektor pertanian maka salah satu i n f r a s e yang akan

sangat menunjang pembangunan di Kabupaten Lampung Barat adalah tersedianya infrastruktur jalan yang cukup dan memadai. Pembangunan infkstruktur jalan bagi sektor pertanian memiliki peran strategis yang dapat dijelaskan antara lain dengan gambaran bahwa kondisi sebagian besar daerah sentra - sentra produksi pertanian umumnya berada di daerah pedesaan d i i a n a lokasinya relatif sulit dijangkau, sementara komoditas pertanian umumnya perishable (mudah rusak) sehingga diperlukan akses jalan dan tranportasi yang cepat, mudah dan murah untuk menjangkau lokasi pemasaran (calon pembeii/konsumen). Pembangunan inhstruktur jalan bagi sektor pertanian memiliki peran strategis yang dapat dijelaskan antara lain dengan gambaran bahwa kondisi sebagian besar daerah sentra - sentra produksi pertanian umumnya berada di daerah pedesaan dimana

lokasinya relatif sulit dijangkau, sementara komoditas pertanian umumnya

perishable (mudah rusak) sehingga diperlukan akses jalan dan tranportasi yang cepat, mudah dan murah untuk menjangkau lokasi pemasaran (calon pembelikonsumen).

Tujuan umum dari kajian adalah untuk merumuskan strategi pembangunan infrastruktur jalan dan peranannya tehadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Lampung Barat. Tujuan spesifiknya adalah (1) mengidentifikasi peran sektor pertanian terhadap perekonomian Kabupaten Lampung Barat, (2) mengidentifikasi peran infrastruktur jalan terhadap perekonomian Kabupaten Lampung Barat. Untuk merumuskan altematif strategi digunakan metode Analisis SWOT, untuk menentukan prioritas strategi digunakan Analisis QSPM dan untuk merumuskan program dilakukan melalui diskusi dan wawancara.

(5)

total Kabupaten Lampung Barat ( 5 ) Panjang Jalan aspal, kerikil, tanah Terhadap PDRB pertanian Kabupaten Lampung Barat (6) Panjang Jalan aspal, kerikil, tanah Terhadap PDRB kehutanan Kabupaten Lampung Barat

Hasil kajian menunjukkan bahwa sektor pertanian mempakan sektor utama yang berperan dalam perekonomian Kabupaten Lampung Barat. Kenaikan PDRB Lampung Barat dapat d i j a d i i sebagai salah satu indikator pertumbuhan ekonomi. Jalan juga berperan dalam meningkatkan PDRB pertanian Kabupaten Lampung Barat. Hal ini ditunjukkan dengan hasil regresi panjang jalan terhadap PDRB pertanian yang menunjukkan nilai positif. Jenis jalan yang berpengaruh signifikan terhadap perekonomian Kabupaten Lampung Barat adalah jalan aspal.

Perumusan alternatif strategi pembangunan inhtruktur jalan di Kabupaten Lampung Barat dilaksanakan melalui tiga tahap yaitu tahap masukan dengan melakukan identifikasi faktor ekstemal dan internal; tahap pengabungan; serta tahap pengambilan keputusan. Metode yang digunakan dalam merumuskan strategi adalah analisis SWOT (Sfrength-Weakness-Opportunity-Threat) dan analisis QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix). Dari perumusan strategi dengan menggunakan analisis SWOT didapatkan 11 rumusan strategi. Kemudian penentuan prioritas strategi dilakukan dengan menggunakan analisis QSPM maka didapatkan prioritas strategi Kebijakan Pemda dalam pembangunan infrastruktur jalan untuk mendapatkan peningkatan alokasi dana pembangunan infrastruktur jalan dari Pemerintah Pusat. Untuk rnemperoleh rumusan program dari strategi pembangunan jalan tersebut dilakukan dengan teknik wawancara dengan sejumlah individu dan pejabat daerah yang terkait dengan pembangunan infrastruktur jalan maka didapatkan rumusan program sebagai berikut : Memprioritaskan Pembangunan/peningkatan panjang jalan dan kondisi jalan yang ada di Kabupaten Lampung Barat, Menyusun RPJM pembangunan jalan Kabupaten Lampung Barat, Membuat Detail Engineering Design pembangunan jalan di Kabupaten Lampung Barat, Melakukan kajian dan evaluasi kelayakan pembangunan ruas- ruas jalan baru terhadap kondisi perekonomian masyarakat sekitar.

(6)

O

Hak Cipta milik IPB, tahun 2009

Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

tinjauan suatu masalah; dun pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

yang wajar IPB

Dilarang mengumumkan dun memperbanyak sebagian atau seluruh kmya tulis

(7)

STRATEGI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

JALAN DAN PERANANNYA TERHADAP

PERTUMBUHAN EKONOMI

KABUPATEN LAMPUNG BARAT

A. RIFKI ARDIANTO

Tugas Akhir

Sebagai salah satu syarat

untuk

memperoleh gelar

Magister Profesional Pada

Program Studi Manajemen Pembangunan Daerah

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)

Judul Tugas Akhir : Strategi Pembangunan uastruktur Jalan dan Peranannya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lampung Barat

Nama : A. Rifki Ardianto

NRP : H252070075

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Yusman Svaukat, M.Ec.

t

Lk

Dr. Ir. Komarsa Gandasasmita. M.Sc.

Ketua Anggota

Ketua Program Studi

Manajemen Pembangunan Da

(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga Kajian Pembanynan Daerah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam kajian ini adalah Strategi Pembangunan Ink-

Jalan Dan Peranannya Terhadap Perhmbuhan Ekonomi Kabupaten Lampung Barat.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec. dan Bapak Dr.

Ir.

Komarsa Gandasasmita, M.Sc. selaku komisi pembimbing, serta Bapak Dr. Ir. Dedi Budiian Hakim, M.Ec. selaku penguji luar komisi, yang telah banyak memberi saran.

Terima kasih juga penulis sampaikan kepada I

1. Bapak Bupati Lampung Barat yang telah memberikan kesempatan untuk menempuh pendidikan di PS-MPD IPB.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro selaku Dekan Sekolah Pascasajana dan seluruh staf pengajar Program Studi Magister Manajemen Pembanynan Daerah IPB, yang telah membantu penulis selama menempuh pendidikan. 3. Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Barat, khususnya Dinas Pekejaan

Umum, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Badan Pengelola Keuangan Daerah, Dinas Pertanian, Dinas Perkebunan, Dinas Kehutanan, Dinas Perhubungan, BPS, dan DPRD, atas kerjasama dan dukungan data selama penelitian.

4. Rekan-rekan MPD Lampung Barat, atas ke rjasama dan dukungannya.

5. Istri tercinta sebagai teman diskusi dan pemberi motivasi selama penulisan kajian ini.

6. Ayah, Emak, Bapak, Ibu, anak=anak (Rakha dan Raditya), serta adik=adikku (Wiwin, Yunus, Yusuf dan Diah) tercinta, atas do'a dan semangat yang selalu diberikan.

Semoga kajian ini bermanfaat.

(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Tanjung Karang pada tanggal 8 Oktober 1976, mempakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Ahrnad Roihan dan Ibu Maryati. Pada tahun 1983 - 1989 penulis menempuh pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 2 Kedaton. Tahun 1992, penulis menamatkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMPN 2 Kedaton. Pendidiian SMA ditempuh penulis di SMAN Way Halim selama tahun 1992 - 1995. Pada tahun 1995 penulis melanjutkan pendidikan pada Fakultas Teknik Sipil Universitas Lampung. Penulis berhasil menyelesaikan pendidikan Strata Satu pada Fakultas Teknik Sipil Universitas Lampung tahun 2002. Pada tahun yang sama penulis diterima beke rja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di unit ke rja Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Barat.

(11)

DAFTAR IS1

Halaman

...

...

DAFTAR TABEL XIII

...

DAFTAR GAMBAR xvi

...

DAFTAR LAMPIRAN xvii

...

I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang

...

1

1.2 Perumusan Masalah

...

2

1.3 Tujuan Penulisan

...

7

1.4 Manfaat dan Kegunaan

...

7

I1 TINJAUAN PUSTAKA

...

9

2.1 Pembangunan clan Pertumbuhan Ekonomi

...

9

...

2.2 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 10

2.3 Pertirnbangan Ekonomi dalam Pembangunan dan Pemeliharaan 1 1

...

Infiastruktur Jalan

...

2.4 Definisi clan Pengertian Infrastruktur Jalan 12

...

2.5 Perencanaan Strategik 14

...

...

2.6 Penelitian Sebelumnya ; 16

...

111 METODE KAJIAN

3.1 Kerangka Pemikiran

...

...

3.2 Lokasi dan Waktu Kajian

..

3.3 Metode Kajian

...

...

3.3.1 Penentuan Responden

3.3.2 Metode Pengumpulan Data

...

3.3.3 Metode Pengolahan dan Analisa Data

...

...

3.3.3.1 Analisis Regresi

3.3.3.2 Metode Penunusan Strategi dan Perancangan

...

Program

...

IV KONDISI UMUM WILAYAH 35

...

4.1 Kondisi Geografis 35

...

4.2 Perekonomian Daerah 37

...

4.3 Sosial Budaya Daerah 44

...

4.4 Prasarana dan Sarana Daerah 46

...

V HASIL DAN PEMBAHASAN 50

5.1 Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten 50

...

Lampung Barat

5.2 Peran I n f i e Jalan Terhadap Pertumbuhan 56

...

(12)

...

5.2.1 Pengamh Panjang Jalan Terhadap PDRB Total 56

5.2.2 Pengaruh Panjang Jalan Terhadap PDRB Pertanian

...

58

....

5.2.3 Pengaruh Panjang Jalan Terhadap PDRB Kehutanan 61 5.2.4 Pengamh Jenis Jalan Terhadap PDRB Total

...

63

5.2.5 Pengaruh Jenis Jalan Terhadap PDRB Pertanian

...

65

5.2.6 Pengamh Jenis Jalan Terhadap PDRB Kehutanan

...

67

5.3 Ikhtisar

...

68

VI PERUMUSAN STRATEGI

...

6.1 Analisis Faktor Internal dan Eksternal

...

...

6.1.1 Faktor Internal

...

6.1.2 Faktor Eksternal 6.2 Analisis Lingkungan Internal Dan Eksternal

...

...

6.2.1 Evaluasi Faktor Internal 6.2.2 Evaluasi Faktor Eksternal

...

6.3 Penentuan Prioritas Grand Strategi

...

...

6.4 Perurnusan Strategi 6.3.1 Strategi S - 0

...

6.3.2 StrategiW-0

...

6.3.3 Strategis-T

...

...

6.3.4 StrategiW-T 6.5 Penentuan Prioritas Strategi

...

VII PERANCANGAN PROGRAM

...

94

VIII KESIMPULAN DAN SARAN

...

99

...

8.1 Kesimpulan 99 8.2 Saran

...

100

DAFTAR PUSTAKA

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Daftar Panjang Jalan Menumt Keadaan dan Panjang Jalan Di 3 Kabupaten Lampung Barat Tahun 2007

... . .

.

. . .

. . .

.

.. . .

..

..

2. Proporsi Dana APBD Pembangunan Jalan Terhadap APBD Total 6 Tahun 1993 - 2007

.... . .

.

. . . .

.

.

.

.

. .

.

. .

.

.

. . .

.

. . .

..

.. ...

3. Metode Pengolahan Data Dalam Kajian

... . .. ... ... ... . . ...

26

4. Matriks Evaluasi Faktor Internal

.. . . .

. . .

.

.

. . .

. .

. . .

. . . .

.

. . .

29

5. Matriks Evaluasi Faktor Eksternal

... ... ... .. .

30

6. Matriks SWOT

...

32

7. Matriks QSPM

...

32

8. Luas Wilayah Kabupaten Lampung Barat menurut Kecamatan

... .. .

....

35

9. Produk Domestik Regional Bmto Kabupaten Lampung Barat Menurut 38 Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2001-2007 (dalam

juta rupiah)

. .

. . .

. . .

.

.

.

.

. .

. .

. .

.

. . .

. . .

.

. . . .-.

10. Produk Dornestik Regional Bmto Kabupaten Lampung Barat Menumt 39 Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2001-2007 (dalam juta rupiah)

...

...

. . . .. . . . ... ... ... . . .... ... . .

.... ... ...

.. .... .. . .

...

11. Distribusi Produk Domestik Regional Bmto Kabupaten Lampung 39 Barat Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2001-2007 (dalam persen)

. . .

. . .

. . .

.

.

. . .

.

. .

.

. . . ...

12. Distribusi Produk Domestik Regional Bmto Kabupaten Lampung 40 Barat Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan (Tahun 2000) Tahun 2001-2007 (dalam persen)

... ... ... ... ... .

..

...

.. . ... .. . . ...

13. Perbmbuhan Produk Domestik Bmto Kabupaten Lampung Barat 41 Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan (Tahun 2000) Tahun 2001-2007 (dalam persen)

14. Perkernbangan Kornoditas Pangan Kabupaten Lampung Barat Tahun 42 2001 - 2005

... ... ... ... . .. ... ... . .. .. . ... ... . ... ... .

..

. . . .... . . .... .. .. .

(14)

16. Panjang dan Status Jalan Nasional dan Provinsi di Kabupaten Lampung Barat Tahun 2007

...

...

...

...

17. Panjang Jalan Kabupaten Berdasarkan Jenis Permukaan dan Kondisi Jalan Tahun 2003

-

2007

... . .

. . .

.

.

. .

. .

.

...

18. Proporsi PDRB Pertanian Terhadap PDRB Kabupaten Lampung Barat

tahun 1993-2007

... ... ... ... ... ... ... . ... ... . ...

19. Nilai PDRB Sektor Pertanian Lampung Barat tahun 2001 - 2007 (dalam juta Rupiah)

.

. . . .

. .

.

. .

. .

.

.

. .. . .

. . .

.. . .

. . .

. .

. . .

20. Persentase PDRB Sektor Pertanian Kabupaten Lampung Barat Tahun 2001 - 2007

... . ... .

....

...

... ... ...

...

..

21. Proporsi PDRB Pertanian Kabupaten Lampung Barat Terhadap PDRB Pertanian Provinsi Lampung Tahun 1993 - 2007

.... . .

. .

. . .

. . ..

22. Proporsi PDRB subsektor Kehutanan Terhadap PDRB Kabupaten Lampung Barat 1993 - 2007

. . .

. .

. .

. .

..

.

.

.

.

. . . ..

.

.

.

. .

. . .

. . .

.

.

.

.

.

.

.

...

23. PDRB Total dan Panjang Jalan Total Kabupaten Lampung Barat Tahun 1993 - 2007

. . .

.

.

.

.

.

.

.

.

. .

.

.

. . . .

. .

.

.

.

.

. .

.

.

.

. . . ..

24. Pengaruh Panjang Jalan Terhadap PDRB Total

... ... . ... . ...

25. Panjang Jalan dan PDRB Pertanian Kabupaten Lampung Barat Tahun 1993 - 2007 ...

... ... .. . ... ... .. ....

. .

...

...

. . . .... . . .. .

.

. .

.

..

.

. .. . .

.

..

26. Pengaruh Panjang Jalan Total Terhadap PDRB Pertanian

...

.. .. ...

27. Panjang Jalan dan PDRB Kehutanan Kabupaten Lampung Barat Tahun 1993 - 2007

. . .

. . . .

. . .

.

. . .

28. Pengaruh Panjang Jalan Terhadap PDRB Kehutanan

. . .. . . .

. . .

.

...

29. PDRB Total dan Panjang jalan aspal, kerikil, tanah, Kabupaten Lampung Barat Tahun 1993-2007

... ..

...

....

.. ...

...

...

...

...

30. Pengaruh Jenis Jalan Terhadap PDRB Total

... ... ... ... ... ...

31. PDRB Pertanian dan Panjang jalan aspal, kerikil, tanah, Kabupaten Lampung Barat Tahun 1993-2007

32. Pengaruh Jenis Jalan Terhadap PDRB Pertanian

. ... .. . .. . . .... .. . ... . ..

(15)

34. Pengaruh Jenis Jalan Terhadap PDRB Kehutanan

... .. . . ...

68

35. Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE) Pembangunan Infiastruktur 83 Jalan di Kabupaten Lampung Barat

.. ... ... ... ...

...

...

....

... ...

36. Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) Pembangunan Infrastruktur 84

Jalan di Kabupaten Lampung Barat

... ... ...

... ...

... .. . ....

37. Matriks SWOT dalam Perumusan Strategi Pembangunan Infrastruktur 92 Jalan di Kabupaten Lampung Barat

. . .

. . .

.

. . .

.

38. Hasil Analisis QSPM Dalam Perumusan Strategi Pembangunan 93 Infrastmktur Jalan di Kabupaten Lampung Barat

...

...

...

(16)

DAFTAR

GAMBAR

...

1. Kerangka Analisa Penyusunan Strategi 15

. .

...

2. Kerangka Pemikiran Kajian 24

3. Kerangka Fomulasi Strategi

...

27

4. Konhibusi Sektor Pertanian Terhadap PDRB Kabupaten Lampung 51

...

Barat, 1993 - 2007

...

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Analisis Regresi Antara Panjang Jalan Terhadap PDRB Total Kabupaten Lampung

Analisis Regresi Antara Panjang Jalan Terhadap PDRB Pertanian Kabupaten Lampung

Analisis Regresi Antara Panjang Jalan Terhadap PDRB Kehutanan Kabupaten Lampung

Analisis Regresi Antara Panjang Jalan Aspal, Kerikil, Tanah Terhadap PDRB Total Kabupaten Lampung Barat

Analisis Regresi Antara Panjang Jalan Aspal, Kerikil, Tanah Terhadap PDRB Pertanian Kabupaten Lampung Barat

Analisis Regresi Antara Panjang Jalan Aspal, Kerikil, Tanah Terhadap PDRB Kehutanan Kabupaten Lampung Barat

Hasil Evaluasi Faktor Intemal

Hasil Evaluasi Faktor Ekstemal

Hasil Rekapitulasi IFE dan EFE

Hasil Peringkat IFE dan EFE

(18)

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kabupaten Lampung Barat yang didiikan berdasarkan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1991 memiliki luas wilayah 4.550,4 ~ m ' . Sebagian besar wilayah Kabupaten Lampung Barat memiliki topograf~ yang berbukit-bukit dengan ketinggian antar tempat bewariasi antara 150 meter dari permukaan laut (mdpl) sampai dengan 900 mdpl. Sebagian besar penduduk bermatapencaharian sebagai petani-nelayan, baik itu petani tanaman pangan, hortikultura, tanaman perkebunan atau petani petemak dan petani yang mengandalkan pada pengelolaan hasil hutan di sekitar tempat tinggalnya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Barat (2006), sektor pertanian (meliputi tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, petemakan, perikanan dan kehutanan) mempakan penyumbang terbesar Produk Domestik Regional Bmto (PDRB), yaitu sebesar 60%. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lampung Barat pada tahun 2006 sebesar 2,5%, lebih rendah 2,1% dibawah angka perturnbuhan yang dicapai pada tahun 2005 sebesar 4,6%. Penyebab turunnya perturnbuhan ekonomi tahun 2006 adalah turunnya produksi beberapa komoditas utama penyumbang nilai tambah bruto (NTB) terbesar yaitu pada subsektor perkebunan (kopi turun hingga 40%), tanaman hortikuitura (kubis, wortel, cabe, labu siam, dan beberapa komoditas laimya), petemakan (sapi, dan kambing).

(19)

jaringan jalan diperlukan untuk menembus isolasi daerah, menurunkan biaya transportasi (kelancaran dan kenyamanan), dan membuka daerah-daerah industri baru (kemudahan akses). Secara teoritis dengan adanya pembangunan jalan yang membuka keterisolasian suatu wilayah, mendorong berkembangnya sektor transportasi darat, baik berupa peningkatan lalu lintas kendaraan, barang maupun orang yang tidak hanya berdampak positif bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat di wilayah bersangkutan, tetapi juga memberikan andil bagi perekonomian wilayah (Rajudiior, 1999).

Pembangunan infrastruktur jalan bagi sektor pertanian memiliki peran strategis yang dapat dijelaskan antara lain dengan gambaran bahwa kondisi sebagian besar daerah sentra - sentra produksi pertanian umumnya berada di daerah pedesaan diiana lokasinya relatif sulit dijangkau, sementara komoditas pertanian umumnya perishable (mudah rusak) sehingga diperlukan akses jalan dan lranportasi yang cepat, mudah dan murah untuk menjangkau lokasi pemasaran (calon pembelilkonsumen). Menurut Antle (1983) dalam Sri Hartoyo (1994), melalui hasil penelitiannya di negara berkembang dan kurang berkembang menunjukkan bahwa keberadaan inhstruktur jalan telah mendorong berkembangnya aktivitas transportasi yang memacu pada peningkatan produktivitas agregat pertanian.

Dengan melihat laju pertumbuhan ekonorni pada tahun 2006 sebesar

2,5% dimana sektor pertanian menyumbang kontribusi terbesar pada PDRB Kabupaten Lampung Barat (sebanyak 60% dari total PDRB) dan peran strategis pembangunan infmtmktur jalan terhadap sektor pertanian, maka diperlukan sebuah kajian, "Bagaimana strategi pembangunan inf?astn&ur jalan dalam pengembangan ekonomi di Kabupaten Lampung Barat ?"

1.2 Perurnusan Masalah

(20)

dalam Provinsi Lampung maupun dalam wilayah Kabupaten Lampung Barat sendiri. Namun demikian, keuntungan jaringan jalan yang strategis ini keadaannya tidak memadai. Keadaan jalan di Kabupaten Lampung Barat berdasarkan jenis permukaan dan kondisi jalan disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Daftar panjang jalan menurut keadaan dan panjang jalan di Kabupaten Lampung Barat Tahun 2007

No KEADAAN Kilometer PANJANG JALAN

(km) yo

I JENIS PERMUKAAN

1 Asoal 387.79 33

2 ~eiikil 155;90 13

3 Tanah 632,83 54

Jumlah I 1 176,52 100

I1 KONDISI JALAN

1 Baik 255.58 22

2 Sedang

3 Rusak

4 Rusak Berat 782,82 66

Jumlah I1 1 176,52 100

Sumber : Dinas Pekejaan Umum Kabupaten Lampung Barat

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa status jalan di Kabupaten Lampung Barat masih didominasi oleh jalan tanah, yakni 54% dari total panjang jalan kabupaten. Pada saat musim hujan, jalan tanah ini sulit dilalui oleh kendaraan, terutama kendaraan roda empat. Akibatnya, arus barang dan jasa serta mobilitas masyarakat yang melalui jalan tersebut menjadi sangat rendah. Hal ini ditambah lagi dengan kondisi sebagian besar jalan rusak berat yaitu mencapai 66% dari total panjang jalan di Kabupaten Lampung Barat. Kondisi ini tidak menguntungkan bagi perkembangan perekonomian di Kabupaten Lampung Barat karena keberadaan infras&ddw jal& dengan kondisi yang baik di suatu wilayah sangat dibutuhkan untuk mendukung perekonomian di wilayah tersebut.

(21)

makro wilayah. Indikator makro ekonomi dimaksud antara lain pertumbuhan ekonomi. Adanya peningkatan nilai PDRB menjadi salah satu indikator peningkatan pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Upaya Pemerintah Daerah untuk meningkatkan nilai PDRB dapat dilakukan melalui investasi dana pembangunan dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD). Investasi APBD di suatu daerah antara lain dialokasikan untuk pembangunan infiastruktur jalan di daerah tersebut. Demikian halnya alokasi dana APBD untuk pembangunan jalan di Kabupaten Lampung Barat selama ini, diiarapkan dapat memberikan peningkatan terhadap nilai PDRB Kabupaten Lampung Barat.

Sementara itu penyumbang PDRB terbesar pada PDRB total Kabupaten Lampung Barat berasal dari sektor pertanian yang meliputi sub sektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, perikanan, petemakan dan kehutanan. Kemampuan sektor pertanian untuk menghasilkan produktivitas yang optimal di samping dipengaruhi oleh campur tangan manusia, di sisi lain juga sangat dipengaruhi oleh daya dukung d a m dan kelestarian lingkungan. Kemsakan lingkungan dapat menurunkan kemampuan dam untuk mendukung produktivitas optimal sektor pertanian. Pembangunan jalan selain memberikan pengamh positif pada pertumbuhan ekonomi juga dapat memberikan aspek negatif pada sumberdaya alam dan kelestarian lingkungan hidup di sekitarnya akibat terbukanya akses mobilitas barang, jasa dan manusia. Berdasarkan pennasalahan tersebut maka pertanyaan kajian yang pertama adalah "Bagaimana peran sektor pertanian tehadap perekonomian Kabupaten Lampung Barat ?"

Proses pembangunan di daerah tennasuk pemban,pnan infrastmktur jalan pada era otonomi saat ini menjadi salah satu bagian wewenang clan

(22)

Panjang Jaringan Jalan Kabupatenkota dalam Keputusan BupatiIWalikota. Kewenangan Pemerintah Daerah dalam pembangunan dan pemeliharaan jaringan jalan di Kabupatenkota termasuk dalam hal pembiayaan. Pembangunan dan pemeliharaan jaringan jalan di Kabupatenkota menjadi salah satu pernasalahan bagi Pemerintah Daerah setempat mengingat biaya investasi untuk infiilstruktur jalan ini sangat besx sementara kemampuan keuangan di daerah umumnya

terbatas.

Sumber dana bagi pembiayaan pembangunan termasuk pemban,wan dan

pemeliharaan jaringan jalan di Kabupaten Lampung Barat dalam kurun waktu tahun 1993 sampai dengan tahun 2007 berasal dari dana perimbangan (Dana Alokasi Umum/DAU, Dana Alokasi KhususlDAK, dana dekonsentrasi, dan lain lain pendapatan). Sementara dana pembangunan yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Lampung Barat belum ada, hal ini dikarenakan PAD Kabupaten Lampung Barat masih relatif rendah, sekitar Rp 7 milyar pada tahun 2007 (LPJ Bupati Lampung Barat, 2007). Proporsi Dana APBD Pembangunan Jalan Terhadap APBD Total Tahun 1993 - 2007 dapat dilihat pada Tabel 2.

(23)

infrastruktur jalan terhadap pertumbuhan perekonomian di Kabupaten Lampung Barat?"

Tabel 2. Proporsi Dana APBD Pembangunan Jalan Terhadap APBD Total Tahun

1993 - 2007.

PROPORSI APBD JALAN

TAHUN APBD JALAN APBD TOTAL TERHADAP APBD

TOTAL

(dim juta) (dlrn juta)

r/.)

1993 5.101,235337 22.302,932393 22,87 1994 5.847,883769 37.317,880211 15,67 1995 9.735,454254 38.060,180211 25,58 1996 4.937,580300 30,127,82283 1 16,39 1997 8,636,3571 83 39.916,161017 21,64 1998 6.004,289014 47,020,047428 12,77 1999 3339,827809 73,077,584443 5,25 2000 3.077,928845 67.71 8,640136 4 3 5 200 1 16,084,532299 136,266,489756 1 1,80 2002 20.506,800702 167.653,040202 12,23 2003 22,424,545208 206,076,114656 1 0,88 2004 17.143,874101 189.169,150808 9,06 2005 25,396,275576 227.165,003 166 11,18 2006 45,083,174551 3 1 1,949,324678 14,45 2007 66.150,066190 5 17.906,424695 12,77 Surnber : Badan Pengelola Keuangan Daerah Kabupaten Lampung Barat

Perencanaan pembangunan infrastruktur jalan di Kabupaten Lampung Barat tidak dapat dilepaskan dari Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) baik RTRW Nasional maupun RTRW Provinsi. Selain itu pembangunan infrastruktur jalan juga hams mempertimbangkan kondisi topografi, geologi dan kelestariaan

(24)

gempa dan tanah longsor (RPJM Kabupaten Lampung Barat, 2008). Kondisi ini menjadikan investasi pemban,man dan pemeliharaan infrastruktur jalan di Kabupidten Lampung Barat menjadi sangat tinggi.

Pada Tahun 2006 Pemerintah Kabupaten Lampung Barat mendeklamikan bahwa Kabupaten Lampung Barat diarahkan untuk menjadi "kabupaten konservasi". Hal ini mengingat kondisi alam Kabupaten Lampung Barat yang spesifik dimana sekitar 76,28% dari luas wilayahnya merupakan status kawasan lindung, yaitu meliputi sebagian Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, hutan lindung, dan hutan produksi terbatas (Dinas Kehutanan Kabupaten Lampung Barat, 2007). Memperhatikan berbagai kondisi Kabupaten Lampung Barat yang spesifik tersebut dan peimasalahan - pemasalahan di atas maka pertanyaan kajian yang ketiga adalah "Bagaimana perumusan strategi dan perancangan program pembangunan infrastruktur jalan dan peranannya terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Lampung Barat?".

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, tujuan utama dari kajian ini adalah merumuskan stmtegi pembangunan infrastruktur jalan dalam pengembangan ekonomi di Kabupaten Lampung Barat. Untuk menjawab tujuan utama tersebut maka tujuan spesifik dari kajian ini adalah :

1. Mengidentifikasi peran sektor pertanian terhadap perekonomian Kabupaten Lampung Barat.

2. Mengidentifikasi peran infrastruktur jalan terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lampung Barat.

3. Perumusan stmtegi dan perancangan program pembangunan infrastruktur jalan di Kabupaten Lampung Barat.

1.4 Manfaat dan Kegunaan

(25)
(26)

11.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi

Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan pembahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi (economic growth); pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi memperlancar proses pemban,aan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Suatu negara dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi apabila tejadi peningkatan GNP riil di negara tersebut. Adanya pertumbuhan ekonomi mempakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi.

Perbedaan antara keduanya adalah pertumbuhan ekonomi keberhasilannya lebih bersifat kuantitatif, yaitu adanya kenaikan dalam standar pendapatan dan tingkat output produksi yang dihasilkan, sedangkan pembangunan ekonomi lebih bersifat kualitatif, bukan hanya pertambahan produksi, tetapi juga terdapat pembahan-pembahan dalam struktur produksi dan alokasi input pada berbagai sektor perekonomian seperti dalam lembaga, pengetahuan, dan teknik. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi, namun pada hakikatnya faktor-faktor tersebut dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu faktor ekonomi dan faktor nonekonomi.

Faktor ekonomi yang mempengaruhi pertumbuhan dan pembangunan eko~lomi diantaranya adalah sumber daya dam, sumber daya manusia, sumber daya modal, dan keahlian atau kewirausahaan. Faktor nonekonomi mencakup kondisi sosial kultur yang ada di masyarakat, keadaan politik, dan sistem yang berkembang dan berlaku.

(27)

mempengaruhi pertumbuhan industri suatu negara, temtama dalam ha1 penyediaan bahan baku produksi. Sementara itu, keahlian dan kewirausahaan dibutuhkan untuk mengolah bahan mentah dari dam, menjadi sesuatu yang memiliki nilai lebih tinggi (disebut juga sebagai proses produksi).

Sumber daya manusia juga menentukan keberhasilan pembangunan nasional melalui jumlah dan kualitas penduduk. Jumlah penduduk yang besar merupakan pasar potensial untuk memasarkan hasil-hail produksi, sementara kualitas penduduk menentukan seberapa besar produktivitas yang ada. Sementara itu, sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah bahan mentah tersebut. Pembentukan modal dan investasi ditujukan untuk menggali dan mengolah kekayaan. Sumber daya modal bempa barang-barang modal sangat penting bagi perkembangan dan kelancaran pembangunan ekonomi karena barang-barang modal juga dapat meningkatkan produktivitas.

2.2 Produk Domestik Regional Bmto (PDRB)

Produk Domestik Regional Bmto (PDRB) merupakan salah satu indikator ekonomi yang biasa digunakan untuk melihat sampai sejauh mana perkembangan ekonomi suatu daerah. PDRB diartikan sebagai jumlah nilai tambah bruto yang ditimbulkan dari keseluruhan sektor perekonomian yang ada dalam suatu wilayadaerah dalam jangka waktu tertentu, atau mempakan nilai barang dan jasa akhir yang digunakan oleh seluruh pelaku ekonomi domestik untuk kegiatan konsmsi, investasi dan ekspor dalam satu tahun kalender. Data dari PDRB akan menggambarkan dengan jeias komponen ekonomi yang membentuk suatu wilayah yang terbagi dalam sembilan sektor baik dalam peranannya maupun tingkat perkembangannya Melalui beberapa nilai indeks yang diturunkan dari data PDRB dapat diketahui pula sampai sejauh mana pertumbuhan ekonomi suatu wilayah, struktur ekonomi suatu wilayah, dan pergeseran antat sektor usaha serta gambaran tingkat pendapatan per kapita penduduknya.

(28)

sekunder dan tersier. Lebih rinci ketiga sektor tersebut dibagi menjadi sembilan sektor dalam perhitungan PDRB yaitu meliputi :

1. Pertanian yang terdiri dari : tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, kehutanan, peternakan, dan penkanan;

2. Pertarnbangan dan Penggalian;

3. Industri Pengolahan, meliputi sub sektor usaha: Industri migas (pengilangan minyak bumi dan gas alam cair), Industn tanpa migas (makanan, minuman, tembakau, tekstil, barang kulif alas kaki, barang kayu dan hasil hutan lainnya, kertas, barang cetakan, pupuk, kimia, dan barang karet) yang diilasifikasikan lagi menurut kapasitasnya menurut BPS yaitu: industri besar, industri sedang, industri kecil dan kerajinan rumah tangga;

4. Listrik, Gas dan Air Bersih;

6. Perdagangan; hotel d m restoran meliputi: perdagangan besar dan eceran, perhotelan, restoran dan rumah makan;

7. Transportasi dan Komunikasi, meliputi: pengangkutan dan komunikasi;

8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Permahaan meliputi perbankan, iembaga keuangan bukan bank begadaim, pasar modal, bursa valuta asing, koperasi simpan pinjam, dll), sewa bangunan, jasa perusahaan (jasa akuntan, jasa pengolahan, jasa arsitek, jasa periklanan dan jasa persewaan mesin dan peralatan);

9. Jasa-jasa meliputi: pemerintahan umum, swasta meliputi sub sektor jasa sosial kemasyarakatan, hiburan dan rekreasi, dan perorangan serta rumah tangga (BPS Kabupaten Lampung Barat, 2006).

2.3 Pertimbangan Ekonomi dalam Pembangunan dan Pemeliharaan

Infrastruktur Jalan

(29)

diperlukan untuk menembus isolasi (memperluas pasar), menurunkan biaya transportasi (kelancaran dan kenyarnanan), membuka daerah-daerah industri baru (kemudahan akses).

Narnun pembangunan fasilitas infrastruktur jalan ini juga harus memperhitungkan nilai ekonomis dalam arti, terlalu dini menaruh dana investasi jaringan jalan akan menyedot dana pembangunan yang mungkin lebih produktif ditanamkan di sektor lainnya. Sebaliknya keterlambatan penyediaan jaringan jalan akan menghambat tumbuh kembangnya ekonomi dengan akibat luas seperti terhambatnya penyediaan lapangan kerja, mahalnya biaya transportasi dan produk pabrik, pertanian, pertambangan dan lain - lain.

Jalan tengah dari dilema ini adalah tingkat investasi yang cerdik yaitu penyediaan jaringan jalan dengan konstruksi bertahap sesuai dengan kebutuhan jangka pendek dan ditingkatkan tahap demi tahap mengarah ke umur rencana

yang lebih panjang.

Salah satu cara - cara pentahapan tersebut, dilihat dari segi perkerasan

jalan, dimensi geometri, konstruksi jembatan dan lain sebagainya (Depertemen Pekejaan Umum, 2005).

2.4 Definisi dan Pengertian Infrastruktur Jalan

Jalan, yaitu prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukan bagi lalu - lintas yang berada pada permukaan tanah, di bawah permukaan lanah danlatau air, serta di atas permukaan air kecuali jalan kereta api, jalan Ion dan jalan kabel (Depertemen Peke rjaan Umum, 2005).

Pengertian - pengertian :

a. Jalan m u m , adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas m u m .

b. Jalan desa, adalah jalan m u m yang menghubungkan kawasan dan atau antar permukiman di dalam desa, serta jalan lingkungan.

c. Jalan poros desa, adalah jalan m u m yang menghubungkan dua desa yang berdekatan, dan melayani aktifitas di kedua desa tersebut.

(30)

*

Pemeliharaan rutin, yaitu penanganan yang diberikan hanya terhadap lapis permukaan yang sifatnya untuk menjaga kualitas berkendaraan (riding

quality), tanpa meningkatkan kekuatan

struktural,

dan dilakukan sepanjang tahun.

Pemeliharaan berkala, yaitu penanganan yang dilakukan pada waktu - waktu tertentu (tidak tems-menerus sepanjang tahun), dan sifatnya meningkatkan kemampuan struktural.

*

Peningkatan Jalan, yaitu penanganan jalan guna memperbaiki pelayanan jalan yang berupa peningkatan struktural dan atau geometriknya agar dapat

dicapai tingkat pelayanan yang direncanakan.

Pembangunan Jalan Baru, yaitu pembangunan jalan untuk mendapatkanlmewujudkan mas jalan baru (Depertemen Peke jaan Umum, 2005).

e. Bagian - bagian Jalan

*

RUMAJA (Ruang Manfaat Jalan), yaitu ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, tinggi dan kedalaman yang ditetapkan oleh Penyelenggara Jalan, diperuntukkan bagi Badan Jalan, Median, Bahu Jalan, Trotoar, Saluran Tepi, Ambang Pengaman, Perlengkapan Jalan, dan Bangunan Pelengkap laimya.

RUMIJA (Ruang Milik Jalan), yaitu ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, dan tinggi tertentu yang dikuasai oleh penyelenggaran jalan, diperuntukkan bagi Daerah Manfaat Jalan, dan persiapan guna pelebaran jalan.

RUWASJA (Ruang Pengawasan Jalan), yaitu ruang sepanjang jalan diluar Rumija yang dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu yang ditetapkkan oleh penyelenggara jalan, diperlukan bagi pandangan bebas pemakai jalan dan pengamanan konstruksi jalan.

Badan Jalan, merupakan bagian jalan yang diperuntukkan bagi arus lalu- lintas kendaraan dengan atau tanpa jalur pemisah.

(31)

pemakai jalan, sebagai jalur pejalan kaki dan sepeda, atau tempat kendaraan berhenti sementara.

Saluran Tepi Jalan, adalah saluran disamping jalan yang diperuntukkan menarnpung air dari badan jalan.

*

Konstruksi Perkerasan Jalan, terdiri dari Tanah dasar, Lapis Pondasi Bawah, lapis Pondasi atas, dan Lapis Permukaan (Departemen Pekejaan Umurn, 2005).

2.5 Perencanaan Strategik

Perencanaan strategik diperlukan dalam suatu organisasi untuk menentukan dan memuat : visi, misi dan strategi (arah kebijakan). Perencanaan strategik di sektor publik memiliki perbedaan dibandingkan dengan perencanaan strategik di sektor swasta (bisnis). Pertimbangan perencmaan strategik dalam sektor publik mencakup antara lain : (1) Pemilihan stakeholder utama diantara sekian banyak stakeholder sektor publik yang saling bertentangan, (2) analisis lingkungan, (3) memilih isyu-isyu kunci, (4) menetapkan misi atau tujuan luas, (5) membuat analisis eksternal (di luar stakeholder utama) dan internal (di dalam din stakeholder utama), (6) mengembangkan tujuan, sasaran, dan strategi dalam melihat setiap isyu, (7) mengembangkan rencana implementasi dalam menjalankan tindakan strategis (Soesilo, 2002).

(32)

I

Tahap 1 : Tahap Masukan

(Input stage)

I

"

Tahap 2 : Tahap Penggabungan-Analisis (Matching Stage)

[image:32.599.79.478.68.823.2]

Tahap 3 : Tahap Pengambilan Keputusan (Decision Stage)

Gambar 1. Kerangka Analisis Penyusunan Strategi

Tahap 1 : Tahap Masukan

Pada tahap ini meliputi Analisis faktor-faktor eksternal dengan menggunakan matriks EFE (Ekstemal Factor Evaluation) clan Analisis faktor- faktor intemal dengan menggunakan matriks IFE (Internal Factor Evaluation). Analisis faktor ekstemal meliputi data : persoalan ekonomi, sosial budaya, demografi, lingkungan, politik, hukum dan tekologi.

Analisis faktor intemal dapat digali berkaitan dengan informasi kekuatan dan kelemahan dalam organisasi, meliputi aspek manajemen, kualitas dan kuantitas SDM, sistem informasi.

Tahap 2 : Tahap Penggabungan

Setelah melakukan tahap masukan, tahapan selanjutnya adalah melakukan tahapan penggabungan. Tahapan penggabungan ini dapat dilakukan menggunakan model matriks SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat).

Matriks SWOT mempakan matching tool yang penting dan dapat digunakan para pengambil keputusan dalam mengembangkan empat tipe sbategi yaitu :

(33)

Strategi ST (Sfrength-Threat) Strategi WT ( Weakness-Threat)

Strategi S-0 menggunakan kekuatan internal organisasi untuk meraih peluang-peluang yang ada di luar organisasi. Strategi W-0 bemijuan untuk memperkecil kelemahan-kelemahan intemal organisasi dengan memanfaatkan peluang-peluang ekstemal. Strategi S-T bertujuan untuk menghindari atau mengurangi dampak dari ancaman-ancaman eksternal. Strategi W-T merupakan taktik untuk bertahan dengan cara mengurangi kelemahan intemal serta menghindari ancaman.

Tahap 3 : Tahap Pengambilan Keputusan

Tahap pengambilan keputusan dlakukan setelah melalui tahap-tahap sebelumnya yaitu tahap masukan dan tahap penggabungan. Pengambilan keputusan untuk menentukan strategi atau decision stage menggunakan matriks QSPM (Quantitative Strategic Planning Mafrix). Teknik ini secara jelas menunjukkan strategi altematif mana yang paling baik untuk dipilih. QSPM m e ~ p a k a n alat yang direkomendasikan untuk melakukan evaluasi pilihan strategi alternatif secara objektif berdasarkan key succes factor internal-eksternal yang telah diidentifikasikan sebelumnya.

2.6 Penelitian Sebelumnya

Penelitian yang dilakukan oleh Ratman (2004) untuk mengetahui hubungan antara infrastruktur ekonomi @anjang jalan aspal, jalan kerikil, jalan tanah, telepon, listrik, angkatan k e j a dan tren waktu dengan pertumbuhan Produk Domestik Regional BrutoffDRB) pada 38 kabupaten kota di Jawa Timur menyebutkan bahwa daerah-daerah yang pertumbuhan PDRBnya dipengaruhi oleh variabel - variabel panjang jalan aspal, jalan kerikil dan jalan tanah

(34)

Banyuwangi, Kabupaten Bondowoso, Kabupaten Tulungagung dan Kabupaten Mojokerto.

Penelitian - penelitian yang berkaitan dengan infrastruktur ekonomi dan pertumbuhan PDRB dilakukan di Jepang oleh Yoshida (1990) dalam Ratman (2004), dengan melihat perkembangan perekonomian Jepang dari zaman Meiji abad 19 sampai dengan tahun 1990, sehingga didapat suatu informasi yang cukup penting terhadap pertumbuhan ekonomi dan perkembangan inhtruktur. Dalam penelitiannya Yoshida meyakini bahwa investasi infrastruktur sangatlah diperlukan dalam tahap awal era industrialisasi. Dalam penelitiannya bahwa Jepang memiliki perjalanan panjang dalam perencanaan infrastruktur meliputi transportasi, kelistrikan, dan telekomunikasi. Selain itu dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi para investor yang berniat untuk menanamkan modalnya di suatu n e g m

Penelitian Zawdie dan Langford (2002) dalam Ratman (2004), didaerah Sub Sahara Afrika mengatakan bahwa pentingnya ketahanan infrastmktur untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian, terutama bila te rjadi salah manajemen dan kurang b e h g s i n y a keteknikan. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa dengan rendahnya ketahanan infrastruktur maka rendah pula perkembangan perekonomian di negara - negara Sub Sahara Afrika.

Alexander dan Estache (2000) dalam Ratman (2004), mengadakan penelitian untuk negara - negara Amerika Latin dan mengatakan bahwa pertumbuhan perekonomian dipengaruhi oleh infiastrukturnya. Apabila kita memperkirakan untuk meningkatkan 1% PDRB maka dibutuhkan investasi 1% dari PDRB untuk energi, transportasi, telekomunikasi, dan air bersih dan sanitasi infrastruktur.

Bidang yang memiliki peranan dalam pembangunan wilayah adalah bidang ekonomi. Pengembangan suatu sektor yang menjadi prioritas utarna diarapkan akan dapat menarik perkembangan sektor - sektor laimya dan pada gilirannya akan dapat menarik perkembangan sektor-sektor lainnya dan pada gilirannya akan dapat meningkatkan laju pertumbuhan suatu wilayah.

(35)

Justifikasi pentingnya perencanaan pembangunan ini telah diiemukakan oleh Todaro (1985) yang menyebutkan bahwa perencanaan pembangunan telah diterima sebagai hal yang pokok dan meNpakaIl alat yang penting untuk membimbing dan mempercepat pertumbuhan ekonomi hampir diselwh negara- negara dunia ketiga Salah satu bidang yang memiliki arti penting dalam perencanaan pembangunan baik pada tingkat nasional maupun regional adalah bidang ekonomi. Untuk mendukung tercapainya keberhasilan perencanaan tersebut diperlukan data statistik yang dapat menggambarkan suatu sektor, peranan sektor terhadap sektor lainnya serta seberapa jauh eksistensinya terhadap pembangunan, baik untuk suatu periode ataupun prospek pengembangannya pada periode mendatang. Dengan demikian pengembangan suatu sektor yang menjadi prioritas utama diiarapkan akan dapat menarik perkembangan sektor-sektor lainnya dan pada gilirannya akan dapat meningkatkan laju pertumbuhan suatu wilayah.

Pembangunan infiastruktur jalan meNpakaII salah satu kegiatan pembangunan bidang ekonomi yang sangat penting untuk memacu pertumbuhan ekonomi wilayah maupun ekonomi nasional. Anwar (1997) mengemukakan bahwa fasilitas infrasttuktur seperti jalan, jembatan, transportasi, komunikasi, pasar, sekolah serta air bersih mempakan unsur-unur penting sebagai landasan sebagai 'prime mover' dalam mendukung pembangunan wilayah. Dalarn kaitan ini Queroz dan Gautam (1992) dalam penelitiannya melalui tinjauan makro membuktikan bahwa adanya hubungan yang nyata antara infhstruktur jalan dengan pembangunan ekonomi. Hubungan yang nyata tersebut terliiat baik pada Analisis data cross-section yang meliputi 98 negara maupun pada Analisis data

time series untuk tahun 1950 sampai tahun 1988 yang dilakukan di Amerika Serikat. Disisi lain menurut Cernea (1988) dalam Rajudiior (1999), keberadaan sebuah jalan dapat secara dramatis mengubah pola-pola pertumbuhan suatu daerah dengan memberikan kemudahan kepasar, pelayanan, dan kesempatan ke ja.

(36)

infrastruktur jalan daiam memperlancar arus transportasi yang ternyata memberi dampak pada peningkatan produktivitas agregat pertanian.

Dari hasil-hasil penelitian yang dilakukan di Indonesia terhadap keberadaan jalan l i t a s wilayah seperti yang dilakukan oleh Azis (1985) terhadap jalan lintas Sumatera (JLS), Priharjadi (1995) terhadap jalan lintas Poros Manado- Gorontalo d m Rajudiior (1999) terhadap jalan lintas Kalimantan Poros Palangkaraya-Banjamasin menyimpulkan bahwa dampak yang langsung ditimbulkan oleh adanya pembangunan jalan adalah terhadap perkembangan arus transportasi. Dengan adanya jalan yang dapat menghubungkan antar pusat kegiatan ekonomi menyebabkan terciptanya arus transportasi barang, maupun penumpang. Semakin baik kualitas suatu jalan maka akan semakin baik dan lancar pula arus transportasi yang melewati jalan tersebut. Dengan transportasi yang lancar menyebabkan biaya transportasi menjadi lebih murah yang pada gilirannya akan mendorong berkembangnya kegiatan di berbagai sektor ekonomi di suatu wilayah.

Narnun permasalahannya terkadang pembangunan infrastruktur jalan dibuat semata-mata sebagai suatu tugas rekayasa (engineering), (Carnea, 1988). Sementara faktor-faktor sosial yang berhubungan dengan dampak pembangunan jaringan jalan telah lama diabaikan dan didekati dengan suatu cara seadanya. Bagaimanapun, keberadaan suatu jalan mempunyai dampak yang luar biasa pada kehidupan sosial ekonomi dan budaya masyarakat.

Pembangunan infrastruktur jalan disamping memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi, di sisi lain memberikan dampak negatif pada kelestarian lingkungan hidup d m potensi sumberdaya alam di sekitarnya. Hal ini dapat memberikan dampak yang dapat mengancarn terhadap keberlangsungan pembangunan itu sendiri mengingat proses pembangunan membutuhkan sumber daya alam sebagai bahan baku guna meningkatkan mutu kehidupan rakyat (Kumurur, 2001). Sementara itu tuntutan pembangunan di masa kini diarahkan pada program pembangunan yang berkelanjutan (suistainable development).

(37)

luas hutan semakin berkurang. Pertumbuhan penduduk selama tujuh tahun terakhir rata-rata sangat tinggi (4,49% Itahun), lebih tinggi dari pada pertumbuhan penduduk di tingkat kabupaten (0,86% Itahun). Pertumbuhan penduduk lebih banyak diakibatkan oleh migrasi daripada kelahuan, sebagai akibat pembangunan jalan Sitas batas. Pertambahan jumlah prasarana dan sarana fisik baik untuk pendidikan, kesehatan, ekonomi, transportasi dan komunikasi, bangunan perurnahan, dan tempat ibadah cukup banyak bervariasi dari 50 persen hingga lebii dari 100 persen. Pertumbuhan penduduk rnaupun pertambahan prasarana dan sarana fisik, lebii banyak di desa dekat jalan lintas batas dari pada di desa jauh jalan lintas batas. Luas penggunaan lahan hutan selama tujuh tahun (1998- 2005) berkurang hingga 251 hektar, sebagian terbesar 200 hektar digunakan untuk perluasan perladangan, sebagian besar 23 hektar untuk sawah, dan 28 hektar untuk permukiman dan fasilitas fisik lainnya

(38)

III.

METODE KAJIAN

3.1 Kerangka Pemikiran

Kabupaten Lampung Barat mempakan salah satu daerah dengan pertumbuhan ekonomi yang masih rendah di Provinsi Lampung. Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Lampung Barat yang diukur berdasarkan PDRB dalam k m waktu lima tahun terakhir ini cendemng fluktuatif. Hal ini disebabkan antara lain akibat s t ~ k t u r perekonomian Kabupaten Lampung Barat masih didominasi sektor pertanian, dimana harga sebagian besar komoditasnya cenderung rentan dan fluktuatif. Selain itu produksi dan produktivitas komoditas sektor pertanian sangat dipengaruhi oleh pembahan kondisi iklim.

Secara geografis Kabupaten Lampung Barat terletak membujur di sepanjang Pantai Barat Sumatera, dimana wilayah Pantai Barat Sumatera ini secara nasional mempakan wilayah yang relatif tertinggal dibandingkan dengan wilayah konsentrasi pengembangan di Pantai Timur Pulau Sumatera. Kesenjangan perkembangan wilayah ini tergambar dari nilai ekonomi PDRB dan keberadaan sebaran penduduk yang diwujudkan dengan keberadaan perkotaan, sentra-sentra produksi (daratan dan kelautan), kawasan lindung (daratan dan kelautan), dan prasarana wilayah lintas provinsi, kabupaten dan kota. PDRB kabupatenlkota di Pantai Barat Sumatera sebanyak 33 kabupaten berjumlah Rp 17,869 milyar sedangkan PDRB Kabupatedkota di Pantai Timur Sumatera sebanyak 50 kabupatenkota berjumlah Rp 69,463 milyar (http://www.pu.go.id/index.asp?

link=Humas/news2003/ppw300508ind.htm).

(39)

jalan di wilayah Kabupaten Lampung Barat mempunyai panjang total 1560,88 km, menurut statusnya dapat dibedakan menjadi jalan nasional dengan panjang 158,88 km (10,18%), jalan provinsi dengan panjang jalan 225,48 km (14,45%) dan jalan kabupaten sepanjang 1176,52 km (75,37%) (RPJM Kabupaten Lampung Barat, 2008 - 2012). Melihat kondisi jaringan jalan yang ada, maka dapat terlihat

bahwa panjang jaringan jalan keseluruhan belum dapat menjangkau sebagian besar wilayah Kabupaten Lampung Barat. Dalam RPJM Kabupaten Lampung Barat tahun 2008-2012, direncanakan dalam lima tahun ke depan diperlukan penambahan panjang dan peningkatan kondisi jalan kabupaten, sehingga dapat lebih menjangkau s e l d wilayah kabupaten.

Alokasi APBD untuk pembangunan dan pemeliharaan idmstruktur jalan di Kabupaten Lampung Barat selama lima tahun terakhir rata-rata sebesar Rp 20 milyar. Sumber dana APBD untuk pembangunan dan pemeliharaan idmstruktur jalan ini berasal dari dana perimbangan dalam bentuk dana alokasi umum (DAU) dan pendapatan lain yang sah berupa dana hibah. Sementara sumber dana untuk pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur jalan di Kabupaten Lampung Barat yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) sampai saat ini belum ada. Keterbatasan sumber dana ini menjadi salah satu kendala dalam optimalisasi pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur jalan di Kabupaten Lampung Barat disamping kendala-kendala teknis lainnya. Kendala teknis tersebut antara lain keadaan topog.tf1s berbukit-bukit dan letak geografis berada pada patahan Sumatera sehingga mengakibatkan kondisi tanah yang labil dan rawan longsor. Posisi Kabupaten Lampung Barat dimana sebagian besar wilayahnya mempakan wilayah hutan konservasi sehingga perencanaan pembangunan infrastruktur jalan yang mempertimbangkan aspek daya dukung dam, kelestarian lingkungan dan

sumberdaya alam mutlak diperlukan.

(40)

terhadap lingkungannya dan menetapkan stmtegi mum. Hasil analisis SWOT yang dilanjutkan dengan QSPM akan memetakan posisi lembaga terhadap lingkungannya dan menyediakan pilihan strategi mum yang sesuai, serta dijadikan dasar dalam menetapkan sasaran-sasaran lembaga ke depan untuk memenuhi kebutuhan dan harapan para stakholder.

Pada RPJM Kabupaten Lampung Barat Tahun 2008 - 2012, salah satu

program prioritas yaitu penguatan penyelenggaraan penataan ruang, serta pengembangan prasarana dan sarana wilayah yang didalarnnya termasuk program pengembangan infrastntktur jalan. Dalam penjabaran program prioritas ini, Pemerintah Kabupaten Lampung Barat diharapkan dapat menentukan kebijakan pembangunan infrastruktur jalan yang akan berperan positif bagi pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lampung Barat tanpa mengabaikan aspek negatif yang ditimbulkan pada kondisi d a m dan kelestarian lingkungan. Kerangka pemikiran kajian pembangunan infrastruktur jalan dan peranannya terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Lampung Barat disajikan dalam Gambar 2.

3.2 Lokasi dan Waktu Kajian

Kajian dilaksanakan di Kabupaten Lampung Barat dengan pertimbangan penulis sehari-hari bekeja pada Dinas Pekejaan Umum Kabupaten Lampung Barat. Di sisi lain, sebagian besar infrastmktur jalan yang dimiliki Kabupaten ini kondisinya masih kurang memadai. Kajian dilaksanakan selama dua minggu dari minggu kedua Bulan Desember 2008 sampai dengan akhir bulan Desember 2008.

3.3 Metode Kajian

33.1 Penentuan Responden

(41)

KABUPATEN LAMPUNG BARAT

termasuk kategori daerah tertinggal dilihat dari aspek perekonomian masyarakat, SDM, infrastruktur dan

keuangan lokal

Pembangunan infrastruktur jalan untuk :

Membuka akses keterisolasian

Membuka akses pasar untuk komoditas

e Meningkatkan pertumbuhan ekonomi

wilayah I

1

Masalah :

I

1. Potensi SDA : Pertanian (tanaman pangan, hortikultura, perikanan, perkebunan dan kehutanan) belum dapat dipasarkan secara optimal karena kurangnya dukungan - .

I

infrastrukkrjalan yang memadai

-

2. Belum optimalnya rencana dan realisasi alokasi dana APBD Lampung Barat bagi pembangunan dan pemeliharaan infrastrukturjalan

3. Belum optimalnya peningkatan alokasi APBD untuk pembangunan jalan terhadap peningkatan nilai PDRB Kabupaten Lampung Barat

Program Pengembangan Infrastruktur jalan : 1993 - 2007

1

Kondisi Internal

Bagaimana peran sektor pertanian terhadap perekonomian Kabupaten Lampung Barat?

Strategi dan Program pengembangan jalan di Kabupaten Lampung Barat dimasa datang

i

Bagaimana peran i n h t r u k t u r jalan

terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lampung Barat ?

+

[image:41.595.49.509.34.765.2]

PENINGKATAN KONDISI JALAN BAG1 PENINGKATAN KONDISI SOSIAL EKONOMI KABUPATEN LAMPUNG BARAT

(42)

3.3.2 Metode Pengumpulan Data

Data yang dihmpulkan pada kajian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden untuk mendapatkan gambaran urnum serta informasi faktor

-

faktor internal dan faktor-faktor eksternal yang dapat mempengaruhi pengembangan inkastrukhr jalan. Data sekunder yang dikumpulkan meliputi data dari Dinas PU, Dinas Perhubungan, Bapeda, BPS Kabupaten Lampung Barat, BPS Provinsi Lampung dan sumber lainnya digunakan untuk 1) Mengidentifikasi peran sektor pertanian terhadap perekonomian Kabupaten Lampung Barat 2) Mengidentifikasi peran jalan terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lampung Barat. Data yang dikumpulkan antara lain : PDRB sektor pertanian, PDRB sektor kehutanan, nilai PDRB Kabupaten Lampung Barat, PDRB Provinsi Larnpung dan alokasi APBD untuk pembangunan jalan dan APBD total Kabupaten Lampung Barat selama kurun waktu dari tahun 1993 - 2007.

3.33 Metode Pengolahan dan Analisis Data

(43)

Tabel 3. Metode Pengolahan Data dalam Kajian -

DATA METODE

No TUJUAN ANALISIS

JENIS SUMBER

1 Mengidentifikasi peran Sekunder BPS Kab. Deskriptif

sektor pertanian terhadap Lampung Barat Kuantitatif

perekonomian Kabupaten BPS Provinsi

Lampung Barat Lampung

2 Mengidentifikasi peran Sekunder BPS Kab. Analisis

jalan terhadap Lampung Barat Regresi

pertumbuhan ekonomi BPS Provinsi

Kabupaten Lampung Barat Lampung

3 Merumuskan strategi dan

..,

Primer Dinas PU, Pertanian, Analisis

program pembangunan Kehutanan, SWOT,

infrastruktur jalan di Perkebunan, BPLH Q S ~ M

Kabupaten Lampung Barat Bapeda, DPRD dan

Dinas Pariwisata, dan Perhubungan

3.3.3.1 Analisis Regresi

Analisis regresi digunakan untuk melihat hubungan satu peubah dengan peubah lainnya. Model hubungan antara variable bebas dan terikat dalam bentuk regresi adalah sebagai berikut :

PDRB Total = a, + a , PJ

+

e, PDRB Pertanian = a, + a , PJ

+

G, PDRB Kehutanan = a, + a , PJ

+

G,

PDRB Total = a, + a , aspal+a, kerikil+a, tanah+ E, PDRB Pertanian = a, + a , aspal+a, kerikil+a, tanah+ E,

PDRB Kehutanan = a, + a , aspal+ a, kerikil+a, tanah+ G,

Dimana :

(44)

PJ = Panjang jalan total. (km)

Aspal = Panjang jalan aspal (krn)

Kerikil = Panjang jalan kerikil (km)

Tanah = Panjang jalan tanah (krn)

a,,a,,a,,a, = Koefisien Regresi

E, = Error Term

Data PDRB Pertanian, PDRB kehutanan, PDRB total Kabupaten Lampung Barat dan PDRB pertanian Provinsi Lampung yang digunakan dalarn pernbahasan bab ini atas dasar harga konstan tahun 1993 untuk PDRB tahun 1993 - 1999. Data PDRB Pertanian, PDRB kehutanan, PDRB total Kabupaten Lampung Barat dan PDRB pertanian Provinsi Lampung dalam kurun waktu tahun 2001 - 2007 atas dasar harga konstan tahun 2000.

3.33.2 Metode Perurnusan Strategi dan Perancangan Program

Dalam rnenyusun strategi pernbangunan infrastruktur jalan di Kabupaten Lampung Barat, dilakukan dengan rnelalui tiga tahap analisis, yaitu tahap rnasukan, tahap analisis, dan tahap keputusan. Setelah dilakukan penetapan strategi, maka selanjutnya melakukan perancangan program sesuai dengan visi- rnisi-tujuan Kabupaten Lampung Barat. Kerangka formulasi strategi menurut David (2004) ditunjukan pada Gambar 3.

1. TAHAP MASUKAN

Evaluasi Faktor Ekstemal (EFE)

Evaluasi Faktor Internal

2. TAHAP ANALISIS MATRIKS SWOT

3. TAHAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN

MATRIKS PERENCANAAN STRATEGI KUANTITATIF (QUANTITATIVE STRATEGIC PLANNING MATRIX)

(45)

1. Evaluasi Faktor Internal (IFE - Internal Factor Evaluation)

Evaluasi Faktor Internal (IFE) digunakan untuk mengetahui faktor-faktor internal lembaga berkaitan dengan kelcuatan dan kelemahan yang dianggap penting. Tahapan k e j a pada penyusunan Evaluasi Faktor Internal adalah sebagai berikut @avid, 2004) :

a. Menyusun daftar critical success factors untuk aspek internal kekuatan (strength) dan kelemahan (weaknesses) dengan melibatkan beberapa responden.

b. Menentukan derajat kepentingan relatif setiap faktor internal (bobot). Penentuan bobot faktor internal dilakukan dengan memberikan penilaian atau pembobotan angka pada masing-masing faktor. Penilaian angka pembobotan adalah sebagai berikut : 2 jika faktor vertikal lebih penting

dari faktor horizontal, 1 jika faktor vertikal sama pentingnya dengan faktor horizontal, dan 0 jika faktor vertikal kurang penting daripada faktor horizontal. Untuk mendapatkan bobot nilai, tiap faktor dibagi dengan total nilai dari analisis internal. Jumlah seluruh bobot adalah 1.

c. Memberikan skala rating (peringkat) 1 sampai 4 untuk setiap faktor untuk menunjukkan apakah faktor tersebut mewakili kelemahan utamdsangat lemah (peringkael), kelemahan kecillagak lemah (peringkat = 2), kekuatan keciY agak kuat (peringkat = 3), dan kekuatan utamd sangat kuat @eringkat =

4).

d. Mengalikan bobot dengan rating (peringkat) dari masing-masing faktor untuk menentukan nilai skornya.

(46)

Tabel 4. Matriks Evaluasi Faktor Internal

No. Faktor Internal Bobot Rating Bobot x

Rating Kekuatan (Strengths)

3.

...

Kelemahan (Weakness) 1.

...

2.

...

3.

...

Total

Evaluasi Faktor Eksternal (EFE - External Factor Evaluation)

Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor eksternal lembaga (pemerintah daerah Kabupaten Lampung Barat). Faktor eksternal menyangkut persoalan politik, ekonomi, sosial budaya, demo@, teknologi, hukum, dan faktor lingkungan berupa lingkungan usaha industri, pasar, serta data eksternal relevan lainnya. Faktor eksternal berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap lembaga Hasil analisis eksternal digunakan untuk mengetahui peluang dan ancaman yang ada serta seberapa baik strategi yang telah dilakukan selama ini. Tahapan keja pada penyusunan Evaluasi Faktor Eksternal adalah sebagai berikut:

a. Menyusun dafiar critical success factor untuk aspek eksternal yang

mencakup peluang (opportunnities) dan ancaman (threats) dengan melibatkan beberapa responden.

(47)

c. Memberi peringkat (rating) 1 sampai 4 pada peluang dan ancaman untuk menunjukkan seberapa efektif strategi marnpu merespon faktor-faktor eksternal yang berpengaruh tersebut. Angka 1 menunjukkan respon jelek, 2 respon rata-rata, 3 respon di atas rata-rat% 4 respon sangat bagus.

d. Menentukan nilai yang dibobot (skor tertimbang) dengan cara mengalikan bobot dengan peringkat (rating).

e. Menjumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor total. Skor total 4.0 mengindikasikan bahwa lembaga merespon dengan cara yang l u x biasa terhadap peluang-peluang yang ada dan menghindari ancaman-ancaman. Semenfara itu, skor total sebesar 1.0 menunjukkan bahwa lembaga tidak memanfaatkan peluang-peluang yang ada atau tidak menghindari ancaman-ancaman eksternal. Ma* Evaluasi Faktor Ekstemal tersaji dalam Tabel 5.

Tabel 5. Matriks Evaluasi Faktor Eksternal

No. Faktor Eksternal Bobot Rating Bobot x

Rating

Peluang (Opportunities)

3

...

Ancaman (Threats)

5 .

...

Total

3. Evaluasi Matriks Internal-Eksternal Untuk Menentukan Grand Strategi

(48)

perpotongan X dan Y, serta menggambarkan arah vektor dari titik asal melalui titik perpotongan yang baru. Vektor arah yang diasosiasikan dengan masing-masing profil menyiratkan tipe strategi yang harus dijalankan.

4. Analisis SWOT

Analisis SWOT merupakan alat untuk memaksimalkan peranan faktor yang bersifat positif, meminimalisasi kelemahan yang terdapat dalam tubuh organisasi dan menekan dampak ancaman yang timbul. Hasil analisis SWOT adalah berupa sebuah matriks yang terdiri atas empat kuadran. Masing- masing kuadran merupakan perpaduan strategi antara faktor intemal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor ekstemal (peluang dan ancaman). Secara lengkap matriks SWOT dapat dilihat pada Tabel 6. Menurut David (2004) langkah-langkah dalam menyusun matriks SWOT adalah sebagai berikut:

a. Mendaftar peluang ekstemal b. Mendaftar ancaman ekstemal c. Mendaftar kekuatan intemal d. Mendaftar kelemahan intemal

e. Memadukan kekuatan intemal dengan peluang ekstemal dan mencatat hasilnya pada sel S-0.

f. Memadukan kelemahan internal dengan peluang ekstemal dan mencatat hasilnya ke dalam sel W-0.

g. MemaGxkan kekuatan intemal dengan ancaman ekstemal dan mencatat hasilnya dalam sel S-T.

(49)

5. Analisis QSPM

Quantitative Sirategies Planning Matrix (QSPM) mempakan teknik yang dipakai pada Tahap Pengambilan Keputusan. Teknik ini secara jelas

Tabel 6 . Matriks SWOT (Strengths- Weakness-Opportunities-Threats)

menunjukkan strategi altematif mana yang paling baik untuk dipilih. Bentuk dasar QSPM disajikan pada Tabel 7.

Faktor Intemal Faktor Ekstemal

OPPORTUNITIES (0)

-

THREATS (T)

Tabel 7. Matriks Analisis QSPM

STRENGTHS (S)

STRATEGI S-0 Menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluwz

STRATEGI S-T Meng--&an

kekuatan untuk mengatasi ancaman

WMKNESSES (W)

STRATEGI W-0 Meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan pe1-g

[image:49.599.86.485.487.757.2]
(50)

Kolom sebelah kiri dari QSPM terdiri dari key success factors yang dihasilkan dari matriks IFE dan EFE yang didapat dari Input Stage. Barisan atas terdiri dari altematif strategi yang dapat direkomendasikan, hasil dari matriks SWOT. Kolom Weight adalah bobot kemenarikan yang diterima oleh masing-masing faktor dalam matriks EFE dan matriks IFE.

Komponen-komponen utama dari suatu QSPM terdiri dari : Key Factors, Strategic Alternatives, Weights, Attractiveness Score. Total Attractiveness

Score, dun Sum Total Attractiveness Score. Langkah-langkah dalam analisis QSPM adalah sebagai berikut:

a. Menyusun daftar kekuatan, kelemahan, peluang dan an

Gambar

Gambar 1. Kerangka Analisis Penyusunan Strategi
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Kajian
Tabel 7. Matriks Analisis QSPM
Tabel 9. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Lampung Barat Menumt
+7

Referensi

Dokumen terkait

Internet of things (IoT) adalah sebuah sistem dimana benda- benda di dunia fisik dapat dihubungkan ke internet oleh sensor [8], ditunjukkan pada Gambar 2.. IoT mengacu pada

Bagi ULP, panitia, serta pejabat pengadaan, pengetahuan mengenai KBLI ini penting untuk dasar pencantuman di dalam dokumen pengadaan, misalnya akan melelang pekerjaan

Perbedaan peningkatan kemampuan representasi matematis antara siswa kelompok atas, kelompok tengah, dan kelompok bawah pada siswa yang memperoleh pembelajaran

(1) Wakapolres sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf b merupakan unsur pimpinan Polres yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kapolres..

Penelitian untuk mengetahui sifat papan partikel yang dibuat dari limbah tersebut dilakukan dengan cara; partikel kulit manis baik dalam bentuk serbuk gergaji atau serpih,

Batasan tersebut meliputi kemasan tradisional yang berbahan utama bambu, khusus untuk kemasan kue mochi, rempang pala, dan paladang Sukabumi yang berkarakter kering, memiliki

Konsep penyutradaraan dalam dokumenter ini lebih pada penggunaan bentuk potret yang dipilih pada objek, karena dokumenter ini akan bercerita tentang segala

Kontribusi dari penambahan jumlah wajib pajak orang pribadi baru hasil kegiatan ekstensifikasi pada penerimaan pajak penghasilan orang pribadi KPP Pratama Kepanjen yaitu