• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Multisistem Silvikultur Pada Areal Hutan Produksi (IUPHHK) di Indonesia: Tinjauan Aspek Teknik Silvikultur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan Multisistem Silvikultur Pada Areal Hutan Produksi (IUPHHK) di Indonesia: Tinjauan Aspek Teknik Silvikultur"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)

PENEMPAN MULTISISTEM SILVHKULTUR PAQA

AREAL HUTAN PROBUKSI (PCBPHHK)

DI

HNDONESIA

:

T'BINJAUAN ASPEK

BEKNIEK

SILVIKULTUBP

Oleh :

Sri

Wilarss Budi R.

Staf Pengajar Fakultas Kehutanan IPB

Kekayaan sumber daya hutan Indonesia telah memberikan sumbangan yang sangat besar bagi perkembangan pembangunan di Indonesia. Sejarah perjalanan pengelolaan hutan produksi secara intensif telah dimulai sejak tahun 1967 setelah dikeluarkannya Undang-Undang No. I tahun I967 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Undang-Undang No.

6

tahun 1968

tentang Penanaman Modal k i n g (PMA). Berbagai sistem silvikultur telah diterapkan untuk mengelola hutan secara lestari melalui SK. Dirjen Kehutanan No. 35jKpts-dd/1972 tentang Tebang Pilih Indonesia (TPI), dan Tebang Habis dengan Permudaan Buatan (THPB) serta Tebang Habis dengan Permudaan Alam (THPA) kemudian diperbaharui dengan SK Menteri Kehutanan No. 485jkpts- II/1989 tentang TPI, THPB dan THPA. Penerapan Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPR) dan THPB juga diatur melalui SK. Menteri Kehutanan No. 10172jkpts-II/2002, Disamping itu Uji Coba penerapan sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ) juga tertuang dalarn SK. Menhutbun No. 625/kpts-1111998 serta saat ini juga sedang dilangsungkan uji coba Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia-Intensif (SILIN) di 25 IUPHHKA. Terakhir Permenhut No. P.301Menhut-II/2005 dan PP. No. 6 tahun 2007 tentang pemiiihan/penerapan Multisistem Silvikultur yang sarnpai saat

ini

belum ada kesepahaman penerapannya di lapangan.
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)

ISBN | 978-979-926 1 -66-3

LOKAKARYA

NASIONAL

i;? &{^', [.-iXT ii 5

]t]*#

Kerjasama

Antara

i-" x lqu

itxs

K*i:

*{m

*t*

r:

lnstitut Pertanian Bogor

Dengan

*

{

r*

iq.'l*i'*{

J

*

n

t

*

rx

3 S i n

x

il

r*:*:*

*

$t*

;

K*

f-l q-; hm r-: m R

Departemen Kehutanan

(40)

r

"_i€

PEN

ERAPAN MULTISISTEM SILVIKUTTUR

PADA PENGUSAHAAN HUTAN PRODUKSI

DALAM RANGKA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS

DAN PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN

PROSIDING

LOKAIGRYA NASIONAL

Di IPB

International

Convention

Center

Bogor,

23 Agustus

2008

Penyunting

:

Prof.

Dr.

Ir.

Andry Indrawan,

MS.

Dr.

Ir. Istomo,

MS.

Dn

Ir.

Cahyo

Wibowo,

MS.

Ir.

Kasno,

MS.

Ati

Dwi Nurhayati, S.Hut.,

MS.

Diterbitkan oleh

:

Fakultas

Kehutanan IpB

Bekerjasama dengan

Direktorat Jenderal

Bina

produksi

Kehutanan

Departemen Kehutanan

RI

(41)

DAFTAR

ISI

KATA PENGANTAR,,...,...

RUMUSAN HASIL LOKAKARYA.''

".''

""

"

SAMBUTAN-SAMBUTAN

Laporan Ketua Panitia'.

"'.

Sambutan Rektor Institut Pertanian

Bogor."','.'

Sambutan Menteri Kehutanan

Sambutan Dekan Fakultas Kehutanan

IPB,',"".."'

DAFTAR

ISI,..,..,.,..

MAKALAH UTAMA

Sejarah Perkembangan Sistem Silvikultur di Indonesia

(A'ndry

Indrawan

-

Kepala Eagian Ekologl

Hutan Fak.

Kehutanan

IPA"...-"..

""""""'

j"

Kebijakan Penerapan Lebih

Dari

Satu Sistem Silvikultur Pada Areal IUPHK di Indonesia

(Hadi S. Pasaribu

-

Dirlen Bina Produksi Kehutanan Dephufi

Kondisi Hutan Produksi Saat Ini

(Yetti Rusli - Kepala Badan Planologi Dephu\

Aspek sosio-ekonomi dan Kebijakan Multisistem Silvikultur

(Iman Santoso - Kepala Pusat Penelitian Sosek dan Kebijakan Hutan

Puslitbanghul Depaftemen

Kehutanan)'..."'

Penerapan Multisistem

Silvikultur Untuk

Meningkatkan

investasi

di

Sektor Kehutanan Pada Areal Hutan Produksi di Indonesia

(tJntung Iskandar - Senior Konsultan PT. Prakarsa)

Multisistem

Silvikultur Pilihan

Terbaik

Untuk

Mengakomodir Kompleksnya Persoalan Dalam Pengelolaan Hutan Alam Froduksi (Nana Suparna - Direktur PT. Sari Bumi Kusuma)

.'..""""

Multisistem Silvikultur Dalam Perspektif Ilmu Manajemen Hutan

(Endang Suhendang

-

Guru Besar Fakultas Kehutanan IPEI

Kebijakan Penerapan Multisistem Silvikultur Pada Hutan Produksi di

Indonesia

(42)

Kebijakan Penerapan Multisistem Silvikultur Pada Areal Hutan Produksi

(Moh.

sambas sabarnurdin, Budiadi

dan

widiyatno

-

staf

Pengajar

7L

Fakultas Kehutanan UGtf) ...

Prospek Penerapan Multisistem Silvikultur Pada Unit Pengelolaan Hutan

Produksi

(Djoko

wahiono dan Anwar

-

Puslitbanghut

dan

Konseruasi

Alam

g3

Bogof,

Aplikasi Sistem Silvikultur Dalam Praktek Kebijakan Sistem Pengelolaan

Hutan Alam Produksi

(Sofyan P,Warsito - Staf Pengajar Fakultas Kehutanan

UGt'f)

91

Tinjauan Aspek Silvikultur

Dalam Penerapan Multisistem Silvikultur

Pada Areal Hutan Produksi

(Harry Santoso, Syaffari Kosasih dan Nina Mindawati - Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman Dephut RI)

..-"..'...

Sistem Silvikultur Untuk Pengelolaan Hutan Alam

(Irdika Mansur - Staf Pengajar Fakultas Kehutanan IPEI

Penerapan Multisistem Silvikultur Pada Areal Hutan Produksi (IUPHHK)

di Indonesia : Tinjauan aspek teknik silvikultur

99

119

(Sri

Wilarso Budi R

-

Staf Pengaiar Fakultas Kehutanan IPE)

Tinjauan

Aspek Ekologi Penerapan Multisistem Silvikultur

t27

Pada Unit Pengelolaan Hutan Produksi

(CeZep Kusmana - Guru Besar Fakultas Kehutanan IPB).."".... 139

Multisistem

Silvikultur

:

Pilihan-Pilihan Usaha

Atraktif

dan

Layak

Kombinasi Dalam Satu Unit Pengelolaan Hutan (Konsep Subsidi Silang

Hasil Usaha Berjangka)

(E.G.Togu

Manurung

-

Fakultas Kehutanan

IPB dan

Bambano

Widyantoro -

Direkti

PT. Finnantara

Intiga)

"...'.'.."'...'-

153

Tinjauan Aspek

Ekonomi/Finansial Penerapan Multisistem Silvikultur

Pada Areal Hutan Produksi di Indonesia

(Elias - Kepala Bagian Pemanfaatan Hutan Fakultas Kehutanan IPB)

....

161

Analisis Finansial Dalam Rangka Penerapan Multisistem Silvikultur Pada Areal Hutan Produksi di Indonesia

(Odang Kariana - Direktur lltama PT' ITCI Kaftika

Utama)

'.

L73

Prospek Pemanfaatan

Hasil Hutan Dari Areal Hutan

Produksi

di

Indonesia

(Maman Mansyur ldris, Agustinus P, Tampubolon, lamaludin Malik dan Ratih Damayanti - Pusat Penelitan Hasil Hutan Dephut RI)

'.'...""....""

181
(43)

PHI\I ER,APAru M

UI-TISISTEM SITVIKU[.TUR

PADA

AREAL HUTAN

PR.ODUKST

(ILIPHHK) Dr

trI{DONESTA ;

TXN]AI..IAN ASPEK

TEKNIK

StrL\fIKT"ILTUR.

Oleh :

Sri

Wilarso Budi

R.

Staf Pengajar Fakultas Kehutanan IPB

PENDAHULTJAN

l{ekaya;:i'i si-JiilL}ei- r"i;iy'a

hutan

Indonesia telaf"r mremberilc,ri-l s*nlbai-lelait yailg

sanejat

besar

hagi

perkernbangan pembangunan

d;

Itrdonesia.

Sejarah

perjalanan pengeiolaan

hutan

produksi secara intensif

t*iah

rlirrrulai sejak tahun

1967 setelah

dikeiuarkannya Undang-l"jndarig

l'{t:.

.:.

tahun

1967

tentang Penanaman Modal Dalani Negeri (PF{DN) dan Undang-tJneian-q f{CI' 6 t.ahun 1968

tentang

Penanaman Modal

Asing

(PMA)"

Berbaga!

sistttit

silvikriltur

telah

diterapkan

untuk

mengelola hutan secara lestari melaluli

5K.

Dirjen Kehutanan

No. 3S/Kpts-ddi1972 tentang Tebang Pilih Indonesia (TFli), dan Tei:ang Habis

dengan PerrnLtdaan Buatan (THPts) serta'febang Habis denEan Pernrudaan Alam

(THPA) kenrudian diperbaharui dengan

SK

Menteri Kehi"itanan

No'

485lkpts-it/tggg

tentang TPI, Tt"lPB dan THPA. Penerapan Sistem Silvikultur Tetrang Pilih

Tanam indonesia {TPTi} dan THPB

juga diatur

melalui

5K.

Menteri Kehutanan

No. I0172/kpts-II/2002,

Disamping

itu

Uji

Coba penerapan sistenr Silvikultur

Tebang Pilih Tanam Jalur

(TPTJ)

juga

tertuang dalam

5K.

Menhutbun No.

625/kpts-Ill199S serta saat

ini

juga

sedang dilangsungkan

uji

coba

Sistem

Silvikuitur Tebang Pilih Tanam

Indonesia-Intensif

(5Iilf'j)

d!

25

IuPHl"'lKA,

Terakhir Permenhut ttto" P.30iMenhut-il/2005 dan PP. No. 6 tahun 2007 tentang

pemilihan/penerapan Multisistem Silvikultur

yang

sampai

saat

ini

belum ada

kesepahanran penerapannya di lapangan'

pada dasarnya secara teoritis, semua Sistem Silvikultur cii atas dapat digunakan

untuk

mengelola

hutan

secara lestari

pada suatu

kawasan konsesi

hak

pengusahaan

hutan

sepanjang dalam kawasan hutan tersebut sesuai dengan

karakteristik yang dipersyaratkan oleh suatu Sistem silvikultur dan tidak terjadi

gangguan-gangguan

yang

luar

biasa

pada

kawasan

tersebut"

Fada

t<enyataannya

saat

ini

sumber

daya hutan

di

Indonesia

dar! tahun ke

tahun

mengalami penurunan

produktivitas

lahan,

penurunan

fungsi

ekologis dan

ekonomis sebagai

akibat

adanya penebangan

kayu yang

tidak

benivawasan

lingkungan, penebangan

liar,

perambahan

hutan dan

kebakaran

hutan.

Laju

kerusakan

hutan yang paling

besar

terjadi

pada periccle

tahun

1997 sampai

dengan tahun 2000 yaitu sebesar 2,8

juta

ha per tahun kemudian pada periode

2000 sampai 2006

laju

kerusakannya sebesar 1,2 sampai 1,7

juta

ha per tahun

(Departemen Kehutanan, 2006)" Kerusakan hutan ini apabiia tidak ditanggulangi

akan menurunkan pendapatan devisa negara

dari

sektor kehutanan, selain itu

tentu saja akan

menyebabkan penurunan

fungsi

periinciungan

dan

hutannya

sencliri.Akihatadanyagangguan-ganggLranhutaniiangterjadi,makaterjadi

(44)

pROSIDING LokaKary'a Nasianal Penerdpan Multisisten Sllvtkultur pada Pengusdhaan Hutan Produkst, 2008

perubahan karakteristik siruiktur

dan

komposisi tegakan

yang

bervariasi dalam

satu kawasan konsesl serta tentunya terdapat variasi yang cukup lebar dalam hal

kondisi biofisik

lapangan"

Adanya variasi tersebut, maka memungkinkan dalam

satu

kawasan konsesi ciapat diterapkan sistem silvikultur

lebih

dari

satu

(multisistenr) dan karena dalam setiap sistem silvikultur mempunyai karakteristik

yang berbeda-becla dalam perlakuan silvikulturnya, maka teknik silvikultur yang

digunakan pada setiap sistern silvikulturpun akan berbeda pula.

Dalam makalah

ini

akan

dibahas

mengenai penEeftian

Silvikultur,

Sistem

Silvikultur

serta Teknik Silvikultur,

Prospek Penerapan Multisistem Silvikultur

dalam Peningkatan Produktivitas

Hutan,

Dasar-dasar Pemilihan Sistem Silvikultur serta Teknik Silrrikiritun Elalarn Penerapan Mulltisistem Silvikultur.

sstvrKu

LTU $?" sgsrffi M SSLVIKU LTU R DAN TEKSd r K SILWSKI.$ e-TU R

Silvikultur

Kehutanan adalah pengeNolaan hutan secara ilmiah untuk mernproduksi barang

dan jasa

secara

lestari

(Daniel

&

Baker, 1979)

dan

berguna

bagi

manusia.

Menurut Manan (1976) Kehutanan adalah suatu pengetahuan terpakai

-

applied

science, dapat diumpanrakan sebagai suatu bangunan yang terletak cliatas suatu

fondasi

dari

ilmu-ilmu dasar (basic

scince).

Silvikultur merupakan

tiang

bagi

bangunan

itu, dan

bukan merupakan bagian yang paling penting, tetapi tanpa

Silvikuitur, tidak akan ada ilmu Kehutanan,

Menurut Soeiety of American Foresters (1950) Silvikultur diartikan sebagai :

(1)

The art of producing and tending a forest

(2)

Tke app/ication of knowledge of silvics in the treatment of forest

(3)

The theory and practice of controlling forest establishment, composition and growth.

Silvikultur

meliputi

metode-metode

untuk

membangun

dan

memelihara

ksnrunitas pohon-pohon dan vegetasi lain yang mempunyai nilai bagi manusia.

Nila-nilai

tersebut

baik

seeara langsung maupun

tidak

langsung berasal dari

pol-lon

itu

sendiri, tanaman

lain,

binatang

liar,

dan mineral yang ditemukan di

areal

hutan

dan

juga

hutan

merupakan sumber keuntungan

yang tak

ternilai

dimana manusia

dapat

melakukan rekreasi dan kegiatan

lain.

Silvikultur juga dalam janEka panjanE dapat secara terus menerus memellhara

fungsi

penting ekologi dan kesehatan serta pnoduktivitas ekosistem hutan (N)'land, i996).

Di dalam "The Silvicultura/ Systems Guidebook"(1995) Silviculture is defined as

managing

farest

vegetation

by

controlling

stand

establishment, growth,

compositian,

quality

and

structure,

for

the

fu//

range

ttf

farcst

resource objectives.

Silvikultur berkenaan dengan kontrol pembentukan, peftumbuhan, kornposisi dan

kualitas vegetasi hutan sesuai dengan tujuan pengelolaannya, dengan demikian

maka Silvikultur didasarkan pada suatu ilmu dasar yang mempelajari interaksi

(45)

PROSIDING Lokakarya Nasional Penerapan Multlsistem Silvikultur pada Pengusahaan Hutan Produksi, 2008

tumbuhan dengan

lingkungannya

atau silvika,

sehinEga perlakuan-perlakuan

yang diberikan balam praktek silvikultur akan selalu menEikuti prinsip dasar yang

b.ru]frt

universal, sedangkan perlakuan silvikulturnya sendirl dapat bersifat lokal"

Sistenr

Silviktlltur

Matthews (1ggg) mendefinisikan sistem Silvikultur "as the pracess

by

which the Crops constituting

a

forest are

tended, removed,

and

replaced

by

new Cr1psl

resulting

in

the production of stand of distinctive

forri'"

Sistem Silvikultur terbangun oleh tiga ide utama (Matthews, 1989) :

a" Metclcla regenerasi individu pohon dalam hutan b. Bentuk tegakan vang elihasilkan

c. Susunanlkomposisi

tegakan

di

dalam hutan secara

keseluruhan dengan

melihat pertimbangan pada silvikulturnya,

perlindungannya

dan

efisiensi

pemanenannya.

Sedangkan Departemen Kehutanan

(1989)

mendefinisikan

Sistem

Silvikultur

sebagJi

Rangkaian

kegiatan

berencana mengenai pengelolaan

hutan

yang

meliputi;

Penebangan, Peremajaan

dan

Pemeliharaan

tegakan hutan

g.una

r.1iu*in

kelestarian produksi kayu atau hasil hutan lainnya, kemudian melalui

Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 150/kpts-Itr/2003, definisi praktis Sistem

Silvikultur adalah sistenr tsudidaya hutan atau teknik bercocak tanam hutan yang

dimulai dari pemilihan bibit, pembuatan tanaman, sampai pada pemanenan atau

penebangannya"

Di

dalam

"The

Silvt'cultural Systems Guidebook

(1995)

"

Sistem

Silvikultuf' didefi nisikan sebagai berikut:

A silvicultural system is a planned program

of

treatments throughout the

life

of

the stand

to

achieve stand structural objectives based

on

integrated resource management goals.

A

silvicultural system includes haruesting, regeneration and

stanitending-

methods or phases.

It

covers all activities

for

the entire length of a

rotation or cutting cYcle.

Dalam prakteknya,

telah

banyak Sistem Silvikultur yang digunakan

di

berbagai

Negara. Matthews (1989) menyebutkan terdapat 15 Sistem Silvikultur yang telah digi.rnakan

yaitu;

(1)

The clear cuffing

system,

(2)

Shelterwood systems, (3).

Tie

uniform system,

(4).

The

group

system,

(5)'

The irregular shelterwood system,

(6)

Strip systenn

(7)

The tropical shelterwood

systen

$)

fhe

selection

iVstem

(gj

The

group

selection system,

(L0)

Accessory systems,

(lt)

The

coppiaes

system,

(12)

The

coppice selection system,

(13)

Coppice with

standards,

(L4).

Conversion dan (15) Agro-forestry systems. Adapun TPI, TPTI, TPTJ, SILIN, pada dasarnya adalah modifikasi dari sistem yang telah ada.

Teknik

Silvikultur

(46)

PRoslDlNGLokakaryaNasionalPenerapanMultislstemsih'ikutturpadaPengusahaanHutanProduksi,2008

perlakuan(treatmenfiterhadap.!.g?runhutanuntukdapatmempeftahankan

dan bahkan meningkatkan

produkfvitasnya.

Setiap perlakuan

yang

diberikan mempunyai cara-ca-ra

atau teknik yang

berbeda tergantung pada level m?na

p.ifuluun

itu

eiinerit<an, Dengan Oemit

ian

pengertian

dari Teknik

Silvikultur

sebenarnya lebilr mengarah ke-pada suatu metode atau cara dalam memberikan

p.irirr.ri

terhadap tJgakan hutan sesui dengan

tuiuan

yang

telah

ditetapkan

ot.n p*ng.lola hutann/a.

Ferlakuan yang diberikan dapat pada fase Permudaan'

Pemeliharaan mauPun Pemanenan'

Dari uraian mengenai silvikultur, sistem silvikultur dan Teknik silvikultur, maka

dapat dibuat suatu lesimpulan bahwa Silvikultur merupakan suatu

ilmu

untuk

mengetola

tegakan

hutan

melalui

pengontrolan pembanqunan

tegakan,

b*,tui*n*f.rn

?un

kompnsisinya

sefta kuilitas dari tegakan yang

dihasiikan

sesuai denEan

tujuan

pengeloiannya yang telah.ditetapkan sejak

awal'

Agar

iuiuan penlelolain

terseblt

dapat tercapai, maka diperlukan perlakuan yang

terencana

dan terpi"gta*

untuk

seluruh siklus

tebangnya

mulai

dari

regenerasinya, pemeliharaan,

monitoring

pertumbuhan

dan

pemanenannya,

y;;';

t.*ufuuni

dalam

satu

sistem

yaitu

Sistem

Silvikultur'

Di

dalam setiap perlakuan,

terdapat

teknik-teknik

yang

digunakan dgn. bersifat spesifik untuk

setiap fase kegiatan yang terwadahi dalam Teknik silvikultur'

DASAR-DASAR PEMITIhIAN SISTEM SILVIKULTUR

Di dalam trTTO Policy Development series l,Principle

16

dijelaskan bahwa. The choice

of

silvieultiril

concept shauld

be

aimed

at

sustalned

yield

at

minimum

cost,

enabling

haiesting

now and

in

the future,

while respecting recognized

secondary obiectives

untuk

mencapai

tujuan

tersebut telah diarahkan kegiatan-kegiatan y-ang harus

dilakukan

yaitu:

io

gather

information which provides

the

basis

for

rational choice

of

silvicultural practices, such

as

inventories

and

measurements from

irii*tn

ana yieU

/toi,

as well as data on market demand

for

various end uses

of

timber products.

A tiue

progressive silvicultural system should be developed by

graauity

improving on

inri"

practlces as better information becornes available' The haruesting

intZniity

and

ihe

design of haruesting pattern should be integral

pafts of the silvicultural concePt,

Di

dalam

The

silvicuitural Systems Guidebook (1995) dijelaskan bahwa ketika

menentukan sistem silvikultur pada suatu areal, maka :

1.

Pastikan bahwa sistem silvikultur yang digunakan konsisten dengan tujuan

pengelolaan hutan

2.

Pastikan bahwa sistem silvikultur tersebut secara ekologis sesuai dengan

jenis-jenis yang akan dikelola di daerah tersebut

3.

Pastikan

bahwl

sistem silvikultur tersebut dapat meningkatkan dan menjaga

kesehatan dan produktivitas hutannya

4.

System silvikultur tersebut

di

disain untuk mencapai struktur dan komposisi

tegakan

yang

telah

mempertimbangkan tujuan

keanekaragaman biologi

yang tercantum dalam Rencana Pengelolaan Hutan'

(47)

PROSIDING Lokakarya I'lasional Penerapan Multisistem Silvikultur pada Pengusahaan Hutan produksi, 2008

Pemilihan

sistem silvikultur yang akan

diterapkan

dalam

pengelolaan hutan

tidaklah

mudah.

Berbagai

faktor

harus dipertimbangkan diantaranya adalah ;

tujuan

pengelolaan

hutan, iklim dan

kondisi tapak, tegakan

dan

karakteristik

jenis sefta jenis yang diinginkan, (Anonimous, 1999),

Tujuan pengelolaan

Apakah hutan yang dikelola hanya akan diambil kayunya atau

juga

non kayu?

Bila

tujuannya adalah

multipurpouse, maka kemungkinan

dapat

menerapkan

lebih dari satu sistem silvikultur dalam satu areal IUPHHK.

Iklim

dan Kondisi Tapak

Banyak

jenis

eiapat

turntiuh

dalam kisaran ekologis ynng cukup luas, namun

demikian,

peftunrbuhan

dan tingkat daya tahan

hidupnya sangat bervariasi tergantung konclisi iklimnya dan karakteristik tapaknya" Ferlu diidentifikasi jenis

apakah yanE tumbuhnya

paling baik pada

kondisi

iklirn

clan tapak tersebut.

selanjutnya perlu

juga

diidentifikasi dampak

dari

penebangan kayu terhadap erosi dan peRUrunan produktivitasnya,

Karakteristik

"E-egmkan

dan Jenis

Pohon

Penghitungan

d*nsit*s

pohon, kesehatan tegakan dan kornposisi jenis di dalam

hutan akan

rnernbantu

kiia

dalam menentukan volume r.lan

nilai

pohon dari

hutan tersebut cl*n

berapa

yang dapat

diambil dalam rotasi tertentu sesuai

dengan

tujuan yang telah

diiinginkan.

Beberapa pertanyaan

yang

dapat

membaniu clalanr hai ini aclalah sebagai berikut :

.

Seberapa luas tegakan yang ada?

.

Berapa jumlah pohon dalam tegakan?

.

Jenis apa saja yang terdapat dalam tegakan tersebut?

.

Berapa unrur

dan

berapa ukuran

dari

setiap

jenis

yang ada dalam tegakan

tersebut?

.

Berapa jenis pohon i/ang menghasilkan buah untuk binatang liar?

.

Apakah

ada

jenis

pohon

yang

secara khusus sebagai habitat burung dan

mamalia?

.

Apakah ada lapisan bahan organik

di

lantai hutan dan kayu yang membusuk

untuk mernperkaya nutrisi tanah hutan?

Jenis

Pohon

yang diinginkan

Jenis pohon yang diinginkan terkait dengan tujuan penEelolaan hutannya sendiri.

Dengan

mengidentifikasi

jenis-jenis yang akan

diregenerasikan, maka akan

membantu pernllihan sistem silvikultur yang akan diterapkan, Bila menginginkan

jenis-jenis intoleran, maka sistem THPB lebih tapat, bila menginginkan jenis-jenis

semi toleran, maka sistem Shelterwood, TPTI lebih tepat dan bila menginginkan

jenis-jenis toleran maka sistem TPTI lebih tepat.

(48)

PROSIDING Lokakarya Nasional Penerapan Mu/tisistem Silvikulturpada Pengusahaan Hutan Produksi, 2008

Pertimbangan lain yang harus dilakukan adalah biaya tenaga kerja dan biaya lain

untuk

meregenerasikan

hutan,

Berikut

beberapa pertanyaan

yang

dapat membantu untuk memutuskan pihak pengelola :

.

Jenis apakah yang dibutuhkan sesuai dengan tujuan pengelolannya?

.

Metode terbaik manakah yang akan digunakan untuk meregenerasikan jenis yang diinginkan?

r

Apakah

ada sumber benih untuk

regenerasi

alami

di

hutan yang

dikelola sekarang?

.

Apakah ada sumber benih terdekat untuk regenerasi alaminya?

.

Apakah dapat meregenerasikan jenis yang diinginkan dengan cara trubusan?

n

Apakah akan menggunakan mulsa,

api atau

herbisida

untuk

mengendalikan gulma.

PROSPEK

PENERAPAN

MULTISISTEM SILVIKULTUR

DALAM

PENING KATAN PRODT' KTIVITAS

Pada bagian diatas

telah

dijelaskan bahwa pemilihan

suatu

sistem silvikultur

pada suatu

areal

memerlukan

berbagai macam

pertimbangan,

salah

satu

peftimbangan utama adalah Tujuan pengelolaan

hutannya.

Oleh karena tujuan pengelolaan hutan

terkait

dengan kebijakan pada level Makro yang ditetapkan

oleh Departemen Kehutanan, maka pengelola IUPHHK

juga

tidak akan terlepas

dari kebijakan makro yang telah ditetapkan oleh Departemen Kehutanan.

Penerapan multisistem Silvikultur akan mempunyai prospektif yang cukup baik

dalam

hal

peningkatan produktivitas kawasan

hutan

apabila

ditunjang

oleh

kebijakan makro yang mendukung terlaksananya penerapan sistem tersebut di

lapangan,

tidak

hanya

menyangkut

aspek

teknisnya

saja tetapi

juga pemanfaatan hasil

yang

tercermin

juga dari

adanya

multi tujuan

pengeloaan

hutan.

Dalam

kontek

ini

maka perlu

adanya

aturan yang

memperbolehkan

pemegang IUPHHK memanfaatkan kayu hasil tanamannya sendiri yang ditanam

pada areal-areal kosong.

Dengan diterapkannya multisistem silvikultur dalam

satu

areal IUPHHK, maka peluang peningkatan produktivitas dapat dicapai dengan tetap mempertahankan

biodiversitas

secara

keseluruhan

di

areal tersebut,

hal

ini

mudah

difahami sebagai berikut :

1.

Dengan sistem silvikultur

TPTI,

maka dapat dipertahankan komposisi dan

struktur hutan alam

beserta

flora dan fauna

lainnya

yang ada

di

areal

tersebut, dan kondisi ini dapat dipeftahankan secara terus menerus.

2.

Sistem Silvikultur TPTJ

memungkinkan peningkatan

produktivitas

pada

tegakan yang ditanam

di

dalam

jalur,

dengan pemilihan

bibit

yang unggul

dan

pemeliharaan

yang

intensif, maka produktivitas

akan

meningkat, sedangkan pada

jalur

yang tidak dibuka akan tetap mempertahankan kondisi

alamiahnya,

3.

Pada areal-areal yang

tidak

produktif dapat dilakukan sistem THPB, dengan

sistem

ini

maka teknik silvikultur intensif dapat diterapkan, mulai

dari

pemilihan

jenis

unggul, penyiapan lahan, pemeliharaan secara intensif yang kesemuanya akan mengarah kepada peningkatan produktivitas lahan.
(49)

PROSIDING Lokakarya Nasional Penerapan Multisistem Silviku/tur pada pengusahaan Hutan produksi, 2A0B

4.

Sistem

AEroforestry

jLrga dapat

diterapkan

produktif" areal-areal

yang

kurang

TEKNIK SITVTKULTUR DALAM PENERAPAN MULTTSISTEM

SILVIKULTUR

Pada setiap sistent silvikultur terdapat teknik silvikultur yanq kemungkinan bisa

sama

atau

berbeda tergantung

dari

sistem silvikultur

yang

digunakan.

Persamaan

rnaupun

perbedaan

yang terjadi bisa

dilihat

dari

tingkat

intensifltasnya rnaupun teknik silvikulturnya sendiri,

Seeara

ilrnurn l.eknik silvikultur

yang

harus

diperhatikan

dalam

penerapan

Multisisteii: Siirrikultur meliputi;

Pernilihan

jenis

tanan'tran, Ferbenihan dan

Persetnaiarr, Sei*ksi dari Pengangkutan

bibit,

Penyiapan Lahan dan penanaman

termasuk

penentuari

jarak tanam, dan

pemeriharaan tanaman

yang

meliputi

penyulaman

tanamaRn pemberantasan

gulma,

pemupukan, pemlngkasan,

penjarangan dan pengendalian hama dan penyakit.

Femili[iam

Jen*s

Tanaman

Pemilihan jenis tanaman merupakan kegiatan yang sangat penting yang biasanya

dikaitkan dengan tuJuan penanarnan. Dalam sistem silvikuitur

up#u'i

kegiatan penanaman

bertujuan

untuk

meninqkatkan produktivitas sumberdaya hutan sehingga

dapat

memberikan

manfait

ekologi

dan

ekonomi

bagi

pengelola

maupun masyarakat sekitarnya. Jika tujuan penanaman telah ditet;pkan,

haka

tahapan pemilihan jenis selanjutnya adalah mempeftimbangkan beberapa aspek

penting lainnya seperti kondisi lingkungan tempat tumbuh dan keberadaan

jenis-jenis

potensial, baik

jenis

pohon maupun tanaman pertanian tergantung slstem

silvikultur

yang

dipilih.

Faktor

ringkungan biofisik

yang

dipertim6angkan

diantaranya adalah tanah, topografi, dan ikrim, sedangkan raktor budidaya

ienis

mencakup keberadaan

dan

pertumbuhan

jenis

di

lokasi

target,

keteriediaan

benih,

mutu

benih, ketahanan hama-penyakit, interaksi asat benitr dan tempat

tumbuh,

pertumbuhan, kemudahan integrasi dengan

tata

guna

lahan.

Peftimbangan konseptual pemilihan

jenis

tanaman dalam rangka peningkatan

produktivitas

hutan

disajikan

pada

Gambar

1.

pemilihan -

ienis

taiaman sebagaimana pada Gambar 1 berlaku untuk semua sistem silvikultur yang dipilih, sehingga bersifat universal.

Perbenihan dan

Persernaian

1.

Perbenihan

Benih yang akan digunakan untuk kegiatan penanamaR dianjurkan berasal

dari sumber benih yang diketahui asal usulnya, sedapat rnungkin dari Kebun

Benih,

Namun karena keterbatasan sumber benih dari Kebun Benih, maka

paling

tidak

benih dapat

diusahakan

dari

Tegakan Benih teridentifikasi,

dimana sumben benih ini cukup

tersedia

untuk berbagai jenis baik kelnrnpok

Dipterocarpdr-eae yang paela urnilmnya menggunakan"sistem $ilvikrrltur T'pTI

[image:49.595.66.516.29.400.2]
(50)

PRosrDrNG Lokakarya Nasional Penerapan Mu/tlsistem

sr/vikurturpadd pengusahadn Hutan produksL

2008

maupun

TprJ

rnaupun

noR

DJpterocarpaceae

.yang

pada

umumnya

menggunakan sistem sislvikultur

THPB.

Bila sumber -o.nTr..r

-j.ri

lii

sutit diperoreh,

maka

arternatif rain

dapat

r.runruuikan

pembiakan vegetatif

yang

sudah cukup tersedia

teknoroginyu

uui[-

oot,ik

,.0,;;;..rpaceae

maupun non Dipterocarpaceae.

2.

Persemaian

Pembangunan

.persemaian

dapat dibuat

permanen maupun

sementara

tergantung

dari jumiah

bibit

yang oiproautsi

per

tahunnya

dan

rokasi

penanaman dengan

tempat persemaiannya.

o[n

d;.;;

liu

llprtrrun

mernburat persemalan permanen maupun sementara

juga dapat etilihat sistem

sirvikurtur apa yang akan diterapkan pada

arear IUpHFIK-nya.

Dalarn sistem sirvikurtur

TprI

pada umumnya rokasi kegiatan penanamannya terpencar-pencar dan hanya bersifat p.nguyuun;'lurunu

itu

persemaian yang dibuat sebaiknya persemaian sementaraj

rraungri;n

untuk

TprJ

dan THPB,

sebaiknya membuat

persemaian

permanen,

sekarigus

sebagai

tempat peneritian pembibitan

di

lapangan.

, Namrn

o.rik",r,

bira jarak seluruh arear

tidak

merebihi

1CIO

km,

'kes6ruruhan

p.muioiiao

untuk

berbagai sistem

Silvikultur seba iknya cJiban g un persemaia n perma nen.

Penyiapan

Lahan

dan penanaman

1.

Penyiapan lahan

Setiap kegiatan penanaman seraru

didahurui dengan penyiapan rahan, namun

terdapat

perbedaan penyiapan lahan

pada

,iriur"riruikultur

Tpri,

TprJ,

THPB maupun sistem sirvikurtur

rainnya, ruurrn

alrikian,

penyiapan rahan

untuk kegiatan penanaman hendaknya

r.ngkrii

liinrip-prinsip

yang sudah

digariskan

daram.ITro policy

oeielopment

siiiiri

oan

+.

Beberapa prinsip

yang harus diperhatikan dalam penyiapan tahan Jianiaranya adalah

:

prinsip

No

40

trro

po/icy Developmeit

sbnes

,+,

yu,!, p.nvi.pun

Lapangan harus

dilakukan secara

tepat

untuk

memperbaiki

kondiri'firik

tanah dan

tidak merusak ringkungan. Karena itu daram punviupun

ra"han baik secara manuar,

mekanis maupun penggunaan bahan t<imia

iarui

oiratur<an secara hati-hati.

Di

daram sistem

sirvikuttur

rpn,

penyiapin

-

rur".,lnnvu

tidak

dirakukan

seintensif sistem silvikultur THpB maupun TPTJ.

2.

Penanaman

waktu

tanam tidak ada perbedaan diantara berbagai

sistem silvikultur, yang

berbeda adarah penentuan jarak

tanam.

pada

sisiem siivikurtur

TprI,

jarak

tanam tidak

teratur,

se.rri

rapih karen. p.nunri,unnyu

tergantung dari

ketersediaan permudaan atam

yang aoa

setetir..,-

p.n.ouogan,

sedangkan

pada sistem THPB,

Tffi,

Sarak

iinamnya

terah ditentukan

secara tepat di awal perencanaan pembuatan tanaman.

(51)

PRosrDrNG Lokakarya Nasional Penerapan Multisistem

silvikulturpada pengusahaan Hutan produksi 2008

(rt

z

UJ

o

c

ul

z

lrJ

z

o

d UJ lo ut Y Fs

€3

EE@€ cc lo J \L -d3 = >lJ

*'s

E
(52)

PRosrDrNG Lokakarya Nasional Penerapdn Mu/tisistem

silviku/tur pada pengusahaan Hutan produksr,

200g

3.

Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman yang

berlaku secara umum disemua sistem silvikultur

adalah

penyuraman, pemSersihan_

gurma,

oan p"mrpukan.

Beberapa

pemeriharaan

yang bersifat

ongT-.g11

r.rprniai

teknik yang

berbeda

misalnya penjarangan. pada sistem

TH'B

puou

LrJrnya

ditanam jenis_jenis

cepat tumbuh

yang

sudah

ada

tabef

;;d;,

sehingga pada

saat

dilakukan penlarangin akan

o,grnuk;t.ai.'t.tnl.runnun

Jumiah pohon,

sedangkan pada siJtem

TprI,

g:ri

ry.rird;#uran

dan berum tersedia

Taber Vorume

dan

Jumrat.' pohon optimat, maka-Metode

penjarangannya

menggunakan metode rain seperii.

rv"toou

ruiu[-*uuprn

Metode

Mekanik.

pengendarian hama

dan penyat

it

3rgu

u*un r.nir,'intensif

pada hutan yang

dikelola dengan sistem Sitvit<uitui f-lf pg

*urprn

fpf:.

PENUTUP

Adanya variasi kondisi biofisik

dan

gangguan

yang

hebat

yang

mengarah ke fragmentasi daram suatu

,nit

rupunr,

rir.u

,*#

m'ungrdn untuk diterapkan

lebih

dari satu

sistem

silvikultui

oaiam pengelolain hutannya. pemilihan suatu sistem sirvikurtur harus mempertimbangkan

t.rrunir, Jurrrr, tujuan

pengeroraan

hutannya

baru

kemuoian metitrul

'rut-rirut

v.rg"r#h

mi1ro seperti

kondisi

spesifik

site, struktur dan

t<omposisi,

tegakan,

i[rir,-

iur.nik

pemanenan,

dan

teknik regenerasinya'. Penerupun r.uir't

oiri

iaiu

,iriJr"riruikultur

memberikan

peluang

yang rebih o"rur-

r,itrt

'"m'.ningkatlan

-projur.tiuitas

tegakan secara

keseluruhan

dengan,

.l"lup

r.rp.ir,utir..n

ir:,lin-

u*ur

dari

pengeroraan

hutannya'

Teknik,sirvikurtur vung

iiguna*an ua6m"p.i-urup.n

rebih dari satu

sistem sirvikurtur daram

satu

rup'Hil[

*ou

o.riirvJiapat

dibagi dua

yaitu,

Ii|lll,|,il"illtT.l;ii,

iff:fl:;'iu.''ur

ouru'-p.,igurJLun

hutai

oan

tern'<

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous.

1995.

The Silvicultural

British Columbia Act. Systems Guidebook. Forest practices Code

of

l3??;

jl.":,:s_

j^s l"l:u

ttu re sysre

m.

Exre n s io n N otes. La n d own er

Resource Centre,

Ontlrio,

Canada.

DeparLemen

Kehu-tanan.

7972.

surat

Keputusan

Dirjen

Kehutanan

No,

35rDD/rr/L972, tentang

:

neoo;an

Tebbng pii*.,

rnoonesia, Tebang Habis

dengan

penlnamal,

-tebanj

Habjs

;;ng;;

-p"rruouun

Atam

dan

Pedoman-Pedoman Pengawasa-nnya,

Deparlui,an Kehutanan Jakarta. Departemen

Kehutanan,

1ggg.

Surat

Keputusan

Menteri

Kehutanan

No.

485/kpts-Il/989,

tentang:

sistem,siroir.u,iri"Renletoraan

Hutan

Aram Produksi di Indonesia.

Oupurt.r.n

Kehutanan. Jakafta.
(53)

PRosrDrt'lG Lokakarya llasional Penerapan Muitisistem si/vikiltur pada pengusahaan Hutan produksi, 2008

Depar[emen Kelrutanan.

1993.

Surat Keputusan Dirjen Pengusahaan Hutan No.

151/kpts-IV-BPl-lH/1993, tentang

;

Pedornan Tebang Pilih

tanam

Indonesia.

Departemen Kehutanan, Jakarta.

Depaftemen

Kehutanan"

1998.

Surat

Keputusan

Menteri

Kehutanan dan

Perkebunan

No'

625/kpts-Il/1998 tentang: Sistem Silvikultur tebang pilih

dan

tanam

Jalur

(TprJ)

dalam

penqelolaan

Hutan

produksi

iiur.

Departemen Kehutanan, Jakafta,

Depaftemen Kehutanan.

1993.

Pedoman

dan

Petunjuk Teknis Tebang pilih

Tanam

Indonesia

Opn)

pada

Hutan

Alam

Daratan.

Departemen

Kehutanan, Direktorat Jenderal pengusahaan Hutan. -lakarta,

Departernen

Kehutanan. 2006.

Eksekutif Data StrateEis KehLitanan.

Bidang

Statistik Kehutanan-Departemen Kehutanan, Jakarta"

Daniels,

T'W.,

J.A. Helms dan F.S. Baker. 1979. Principi*s

nf

Silviculture. John Wiiey & Sons, ltJew York"

Evans,

J. 1992.

Piantation Forestry in the Tropics. Clarenejon press, Oxford.

ITTO.

L992.

Guidelines For

The

Sustainable Management

of

Natural Tropical

Forests. ITTO Policy Development Series L" iniernational Tropical Tlmber

Organization

(ITIO)

International

Organization

Center, 5th

Floorpacifico-Yokohama, 1-1-1, Minato-MiraiNishi-ku, yokohama zza-atarzJapan.

ffTO, 1993.

Guidelines For The Establishment and Sustainable Management of

Planted Tropical Fonests.

ITIO

Policy Development

4.

IniernationJl Tropical

Timber

Organization

(ITTO)

International

Organization

Center,

5,n

FloorPacifico-yokohama, 1-1-1, Minato-MiraiNishi-l<u, yokohama

zz1-ag;-Japan.

Manan,

5.

t976.

silvikultur. proyek

pengembangan/peningkatan perguruan Tinggl. IPB, Bogor"

MatLhews, J"D. 1989" silviculturar systems. clarendon press, cxford.

Nyland,

R.D.

l996.

silvicurture. concepts

and

ApplicaUon.McGraww-Hill,

Singapore.

smith,

L962. The Practice of sirvicurture. -lohn wiley & sons, New york,

Gambar

Gambar 1. sehingga bersifat sebagaimana pada Gambar 1 berlaku untuk ienis taiamansemua sistem silvikultur yang dipilih,universal.

Referensi

Dokumen terkait

Misal: harga 1 buah mangga adalah x dan harga 1 buah jeruk adalah y Maka model matematika soal tersebut di atas

[r]

Dengan kata lain, tingkat kembali internal adalah tingkat bunga (diskonto) yang akan menyebabkan nilai sekarang bersih sama dengan 0 (nol) sebab jika nilai sekarang bersih

The Parenting Plan is a legal sign that the parents can cooperate and handle maintenance, contact and other issues in the best interests of their children.. The Route to a

konseptual, prosedural, dan  metakognitif  dalam ilmu  pengetahuan, teknologi, seni,  budaya, dan humaniora dengan  wawasan kemanusiaan, 2.

De esta manera queremos contarte cómo se formó el Canal Beagle, alcanzarte las posibilida- des productivas de las marismas y el aprovechamiento de Salicornia; realizar un

Semua kembali seperti hanya sedikit yang tersisa Baris dan bait hanya sejenak mengisi kembara Menari indah dalam tanya mana mimpi dan mana nyata Jka terbangun dari mimpi

Hal ini berarti tidak ada perbedaan nyata dan signifikan kualitas pelayanan antara minimarket Alfamart dengan Indomart.Sedangkan pada minat membeli