• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fermentasi dan Kecernaan Berbagai Substrat Serat yang Mengalami Proses Biokonversi oleh Ganoderma lucidum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Fermentasi dan Kecernaan Berbagai Substrat Serat yang Mengalami Proses Biokonversi oleh Ganoderma lucidum"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

[Type text]

FERMENTASI DAN KECERNAAN BERBAGAI SUBSTRAT

SERAT YANG MENGALAMI PROSES BIOKONVERSI

OLEH Ganoderma lucidum

SKRIPSI

RAISSA RAHMADEA

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(2)

[Type text]

RINGKASAN

RAISSA RAHMADEA. D24061064. 2010. Fermentasi dan Kecernaan Berbagai Substrat Serat yang Mengalami Proses Biokonversi oleh Ganoderma lucidum. Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Dr. Ir. Dwierra Evvyernie Amirroenas, MS., M.Sc. Pembimbing Anggota : Dr.Ir. Idat Galih Permana, M.Sc.Agr

Ganoderma lucidum adalah salah satu dari suplemen pakan mengandung anti bakteri dan mendukung fungsi imunitas pada sapi perah. Jamur ini memiliki kemampuan mendegradasi lignin yang sangat signifikan dibandingkan jamur lainnya. G. lucidum dapat mencerna batang sawit maupun jenis kayu lain yang memiliki kadar lignin tinggi. Proses budidaya jamur G. lucidum memerlukan sumber serat berlignin tinggi akan tetapi awal pertumbuhan miselium jamur ini memerlukan sumber energi tersedia yang berasal dari substrat yang tinggi akan kandungan energi. Pembudidayaan jamur pada berbagai macam serat sangat penting untuk mengetahui potensi media serat yang baik untuk pakan ternak tetapi informasi tersedia untuk media tanam G. lucidum masih kurang. Penelitian ini bertujuan mempelajari berbagai jenis media serat untuk pertumbuhan G. lucidum melalui pengamatan pertumbuhannya, kecernaan dan fermentabilitas secara in vitro.

Penelitian ini menggunakan empat jenis media serat antara lain akar pakis, daun rami, serbuk gergaji serta serat dan tandan sawit sedangkan media tanam menggunakan dua pengisi yaitu dedak padi dan onggok. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial 4x2 dengan faktor A empat jenis serat dan faktor B adalah dua jenis pengisi dengan 3 ulangan. Perlakuan media tanam yaitu melakukan pencampuran dengan komposisi 84% media serat, 15% bahan tambahan dan 1% kapur, campuran ditempatkan di dalam botol selai setelah tiga bulan, selanjutnya dilakukan pemanenan miselium G. lucidum. Peubah yang diamati berupa pertumbuhan miselium G. lucidum, konsentrasi NH3, konsentrasi VFA, kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan organik. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam (ANOVA) dengan uji lanjut Duncan.

Berdasarkan pada pertumbuhan miselium dalam penelitian ini media tanam serat dan tandan sawit-onggok, serat dan tandan sawit–dedak, serbuk gergaji-dedak, dan serbuk gergaji-onggok adalah media yang paling sesuai untuk G. lucidum dengan indikator miselium pada media relatif tebal dan jalinan antar hifa kuat serta warnanya putih bersih. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa kecernaan bahan kering dan organik berbeda nyata (P<0,05) dengan nilai kecernaan rami paling tinggi setelah itu diikuti oleh serat dan tandan sawit sebagai media yang menghasilkan nilai kecernaan bahan kering dan organik tertinggi kedua. Hasil NH3 untuk semua media tanam berbeda nyata (P<0,05) dengan media rami, pakis dan serbuk gergaji memiliki nilai yang paling baik. Hasil VFA untuk semua media tidak berbeda nyata. Substrat serat rami dan serat sawit dapat diaplikasikan sebagai media G. lucidum.

(3)

[Type text]

penambahan onggok maupun dedak padi. Konsentrasi Volatil Fatty Acid (VFA) pada seluruh media dapat menjadi sumber energi yang baik bagi ternak. Berdasarkan pertumbuhan G. lucidum pada tiap sumber serat umumnya pertumbuhannya seragam. Hasil uji analisis ragam didapatkan bahwa kesemua peubah tidak ada interaksi terhadap perlakuan.

(4)

[Type text]

ABSTRACT

Various Substrate Fermentation and Digestibility of Fiber After Bioconversion Process by Ganoderma lucidum

Raissa Rahmadea, Dwierra Evvyernie A. and Idat G. Permana

Ganoderma lucidum a kind of fungi that have anti bacterial substance, support lactating dairy cattle immunity. Cultivation of this fungi in several media was important for its production, but lack information about that were available. The aim of this research was to study various of crude fibers as media for growth of G. lucidum through observation of their growth, in vitro digestibility and fermentability. Treatment in this experiment consist of RD (hay ramie leaf plus rice bran), RO (hay ramie leaf plus cassava), PD (fern roots plus rice bran), PD (fern roots plus cassava), GD (sawdust plus rice bran), GO (sawdust plus cassava), SD (palm press fibre plus rice bran) and SO (palm press fibre plus cassava). Experimental design used was 4x2 factorial completely randomized design with three replications. The first factor was four kinds of fiber substrate, i.e. hay ramie, fern roots, sawdust, palm press fibre and the second factor was two kinds of additive such as rice bran and onggok. The variables observed in this experiment was growth of G. lucidum micelium on various fiber substrate, temperature and humidity of the environment, in vitro digestibility and fermentability of various fiber substrate after bioconversion by G. lucidum. The data obtained were analyzed using analysis of variance (ANOVA), while differences between treatments were analyzed with Duncan test. Based on growth and miselium spread in the experiment, that SD, SO, GD, and GO are the suitable media for G. lucidum. The results indicate that hay ramie was the best value increasing dry matter and organic matter digestibilities and followed with palm oil fibre as the second best value increasing dry matter and organic material. The fermentability result for all the media are significantly different for producing amonia ( NH3)which is hay ramie and fern roots plus cassava and rice bran had the highest value and VFA from all the media on the range for the maximum supply for cattle in rumen. All the factors was not having any interaction.

The conclusion of this experiment is all the factor was not having any interaction with hay ramie and palm press fibre with addition of rice bran or cassava was the best media according to the higher value of digestibility. Based on amonia production, hay ramie and fern roots with addition of rice bran or cassava have the high value of it. Keywords : Ganoderma lucidum, cultivation, fiber substrate, digestibility,

(5)

[Type text]

FERMENTASI DAN KECERNAAN BERBAGAI SUBSTRAT

SERAT YANG MENGALAMI PROSES BIOKONVERSI

OLEH Ganoderma lucidum

RAISSA RAHMADEA

D24061064

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(6)

[Type text]

Judul : Fermentasi dan Kecernaan Berbagai Substrat Serat yang Mengalami Proses Biokonversi oleh Ganoderma lucidum

Nama : Raissa Rahmadea NIM : D24061064

Menyetujui,

Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota,

(Dr. Ir. Dwierra Evvyernie A., MS., M.Sc.) (Dr. Ir. Idat G. Permana, M.Sc.Agr) NIP. 19610602 198603 2 001 NIP. 19670506 199103 1 001

Mengetahui Ketua Departemen

Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

(Dr. Ir. Idat G. Permana, M.Sc.Agr) NIP. 19670506 199103 1 001

(7)

[Type text]

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 2 Maret 1989. Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Bambang Sindhu Pramana dan Dewi Sumiyati. Penulis dilahirkan dan bertempat tinggal di Jakarta.

Penulis mengawali pendidikan dasar pada tahun 1994 di Sekolah Dasar Negeri 08 pagi Cilandak dan diselesaikan pada tahun 2000. Pendidikan lanjutan tingkat pertama dimulai pada tahun 2000 dan diselesaikan pada tahun 2003 di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 68 Jakarta. Penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Jakarta pada tahun 2003 dan diselesaikan pada tahun 2006.

(8)

[Type text]

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan hadirat Allah SWT, atas rahmat, kasih sayang dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Fermentasi dan Kecernaan Berbagai Substrat Serat yang Mengalami Proses Biokonversi Oleh Ganoderma lucidum”. Skripsi ini disusun berdasarkan penelitian yang telah dilakukan penulis pada bulan Agustus 2009 sampai Februari 2010 di Laboratorium Nutrisi Ternak Perah, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Skripsi ini memuat informasi tentang pertumbuhan jamur G. lucidum pada berbagai media serat serta fermentabilitas dan kecernaan setelah fermentasi G.lucidum pada berbagai media serat (daun rami, serat dan tandan sawit, serbuk gergaji, dan pakis) dengan pengisi onggok dan dedak padi secara in vitro dengan lama fermentasi tiga bulan.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Bogor, Juni 2010

(9)

[Type text]

Konsentrasi Volatile Fatty Acid (VFA) ...……… 11

Konsentrasi Amonia ...………... 11

Bahan Analisis Fermentatif dan Kecernaan ………. 14

Metode ……… 15

Penumbuhan Bibit Ganoderma lucidum ………. 15

(10)

[Type text]

Pengukuran Miselium Ganoderma lucidum ……… 16

Suhu dan Kelembaban ………. 16

Kecernaan dan Fermentabilitas in vitro Tiap Substrat .…. 16 Rancangan Percobaan ……… 16

Peubah yang Diamati ……… 17

Prosedur Analisa ……… 17

Kecernaan Berbagai Jenis Substrat ……… 17

Analisis Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik ... 18

Pengukuran Amonia ...………..…... 18

Pengukuran Volatile Fatty Acid ……… 19

HASIL DAN PEMBAHASAN ……….. 20

Pertumbuhan Ganoderma lucidum pada Berbagai Substrat ... .. 20

Fermentabilitas Substrat Serat ………..…………. 23

Konsentrasi NH3 ... 23

Konsentrasi VFA ... 23

Kecernaan Substrat ... ……… 24

Kecernaan Bahan Kering Substrat ...………. 24

Kecernaan Bahan Organik Substrat ………. 25

KESIMPULAN DAN SARAN ……… 27

UCAPAN TERIMAKASIH ……… 28

DAFTAR PUSTAKA ………. 29

(11)

[Type text]

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Kandungan Nutrisi Empulur Kelapa Sawit Tanpa dan Setelah

Ditanami Ganoderma lucidum ... 4 2. Karakteristik dari Kayu Keras, Kayu Lunak dan Kayu Keras Tropis 6 3. Persentase Komposisi Kimia Beberapa Bagian dari Tanaman Pakis

Jenis N. cordifolia ... 7 4. Komposisi Nutrien Rumput Gajah, Jerami Padi dan Serat Sawit … 8 5. Kandungan Nutrien dan Antinutrisi Daun Rami (% BK) ... 10 6. Kandungan Nutrien Onggok ……….. 10 7. Rataan Pertumbuhan Ganoderma lucidum pada Berbagai

Media ... 21 8. Rataan Konsentrasi NH3 Berbagai Jenis Substrat Serat yang

Diperkaya Dedak dan Onggok (mM) ...……... 23 9. Rataan Konsentrasi Volatile Fatty Acid (VFA) Berbagai Jenis

Substrat Serat yang Diperkaya Dedak dan Onggok (mM) …...….. 24 10. Rataan Kecernaan Bahan Kering Berbagai Jenis Substrat Serat yang

Diperkaya Dedak dan Onggok (%) ...…... 25 11. Rataan Kecernaan Bahan Organik Berbagai Jenis Substrat Serat yang

(12)

[Type text]

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Ganoderma lucidum ……… 3

2. Akar Pakis .……….………. 7

3. Tanaman Rami ………..………..………..………..….. 9

(13)

[Type text]

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Hasil Sidik Ragam Konsentrasi Amonia ( NH3 ) ………. 32

2. Hasil Uji Lanjut Konsentrasi Amonia ( NH3 ) ... 32

3. Hasil Sidik Ragam Konsentrasi Volatille Fatty Acid ( VFA ) ….…. 32

4. Hasil Sidik Ragam Kecernan Bahan Kering ……… 32

5. Hasil Uji Lanjut Kecernaan Bahan Kering pada Serat ... 33

6. Hasil Uji Lanjut Kecernaan Bahan Kering ... 33

7. Hasil Sidik Ragam Kecernaan Bahan Organik ……….... 33

8. Hasil Uji Lanjut Kecernaan Bahan Organik pada Serat ... 33

(14)

[Type text]

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Suplementasi merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan menambah kandungan zat makanan tertentu dalam pakan yang bertujuan untuk melengkapi kebutuhan ternak. Suplementasi dapat bermanfaat dalam mengatasi defisiensi dan meningkatkan kapasitas mencerna pakan, disebabkan adanya perbaikan metabolisme dan peran mikroba rumen yang lebih baik. Sapi perah membutuhkan suplementasi pakan untuk mendukung proses metabolisme tubuhnya. Salah satu suplementasi sapi perah berasal dari Ganoderma lucidum berfungsi untuk menunjang imunitas tubuh ternak disebabkan jamur tersebut memiliki banyak khasiat antara lain memperkuat kemampuan tubuh dalam proses penyembuhan secara alami dan membantu mengaktifkan sistem kekebalan tubuh (Jin, 2000). Disamping itu, G. lucidum juga memiliki kemampuan mendegradasi lignin yang sangat baik dibandingkan jamur lainnya sehingga dapat mencerna batang sawit maupun jenis kayu lain yang memiliki kadar lignin tinggi (Lubnah, 2003).

Pembudidayaan G. lucidum dilakukan untuk menghasilkan jamur yang berkualitas baik, sehingga dapat dikonsumsi menjadi obat maupun sebagai suplemen pada ternak. Kendala produksi jamur G. lucidum yaitu pada bahan baku media berupa sumber serat dengan kandungan lignin yang tinggi. Selama ini media yang umum digunakan adalah serbuk gergaji, yang ketersediaannya terbatas dan terpencar. Oleh karena itu diperlukan penggalian informasi untuk berbagai sumber bahan baku yang dapat dimanfaatkan sebagai media tumbuh G. lucidum. Diperlukan media yang spesifik untuk pertumbuhannya sehingga perlu penelitian tentang berbagai sumber serat yang dapat ditumbuhi oleh G. lucidum.

(15)

[Type text]

penelitian ini, sumber serat dan pengisinya dikombinasikan menjadi media yang sesuai untuk penumbuhan jamur.

Berdasarkan penelitian Lubnah (2003) bahwa miselium G. lucidum dapat berpotensi menjadi pakan. Diversifikasi terjadi pada media tanam sehingga memiliki nilai nutrisi bagi ternak. Rami dan serat sawit sudah pernah pernah diteliti dan dapat diaplikasikan sebagai pakan ruminansia (Lubnah, 2003; Despal dan Permana, 2008). Serbuk gergaji sudah umum digunakan media tanam jamur serta serat dan tandan sawit yang merupakan sumber serat yang dapat digunakan sebagai pakan ternak ruminansia (Lubnah, 2003).

Pada penelitian ini, diteliti sumber serat yang terbaik untuk pertumbuhan serta kecernaan in vitro dari masing-masing perlakuan. Media tanam dimanfaatkan atau difermentasikan oleh G. lucidum secara utuh, pertumbuhan miselium optimal serta kecernaan dan fermentasi yang baik untuk ternak ruminansia merupakan indikator media yang baik untuk pertumbuhan G. lucidum.

Tujuan

(16)

[Type text]

TINJAUAN PUSTAKA

Ganoderma lucidum

Jamur Ganoderma lucidum atau yang lebih terkenal di Cina dengan nama Ling-Zhi merupakan jamur yang termasuk dalam kelas Basidiomycotina. Nama Ganoderma lucidum diberikan oleh Karsten pada tahun 1881 untuk jamur pembusuk berwarna putih yang mempunyai stem (Hseu, 1999). Sistematika dari jamur G. lucidum (Alexopous, 1979) adalah sebagai berikut :

Gambar 1. Ganoderma lucidum Kingdom : Mycophyta Divisi : Basidiomycotina Kelas : Basidiomycetes Subkelas : Holobasidiomycetidae Ordo : Aphyllophorales Familia : Polyporaceae Genus : Ganoderma

Species : Ganoderma lucidum

Tubuh G. lucidum mengandung lebih dari 200 senyawa aktif yang dapat dibagi menjadi tiga kelompok utama, yakni 30% senyawa larut dalam air, 65% senyawa larut dalam pelarut organik, dan 5% senyawa volatil. Polisakarida dan germanium organik merupakan senyawa larut dalam air. Adenosin dan triterpenoid adalah senyawa yang larut dalam pelarut organik, sedangkan asam ganoderat termasuk senyawa volatil (Sumardi dan Widyastuti, 2001).

(17)

[Type text]

Menurut Rahayu et. al. (1994) batang kelapa sawit mengandung pati sebesar 11,16%. Pada Tabel 1 dicantumkan kandungan lignin empulur kelapa sawit berkurang setelah ditanami G. lucidum.

Tabel 1. Kandungan Nutrisi Empulur Kelapa Sawit Tanpa dan Setelah Ditanami Ganoderma lucidum

Ganoderma lucidum menghasilkan enzim ekstraseluler diantaranya Lignin Peroksidase (LiP) dan Mangan Peroksidase (MnP). Harvey et. al. (1993) mengemukakan bahwa enzim Lignin Peroksidase (LiP) yang terlibat dalam proses degradasi dapat mengkatalisis proses oksidasi sebuah elektron dari cincin aromatik lignin dan akhirnya membentuk kation-kation radikal. Selanjutnya senyawa-senyawa radikal ini, secara spontan atau bertahap akan melepaskan inti pada cincin aromatik. Selain itu, dilaporkan bahwa enzim Mangan Peroksidase (MnP) yang dihasilkan jamur busuk putih dapat mengoksidasi Mn2+ menjadi Mn3+ dan H2O2 sebagai katalis untuk menghasilkan gugus peroksida (Camarero et. al., 1996). Mn3+ yang dihasilkan dapat berdifusi ke dalam substrat dan mengaktifkan proses oksidasi. Hal ini didukung pula oleh aktivitas kation radikal dari veratril alcohol dan enzim penghasil H2O2. Proses ini akan diakhiri dengan bergabungnya O2 ke dalam struktur lignin (De Jong et. al., 1994).

(18)

[Type text]

1. Bentuk atau sifat media atau substrat tumbuh

2. Lingkungan yang mendukung, misalnya lingkungan fisik (cahaya dan temperatur), lingkungan kimia (pH dan kadar air), dan lingkungan biologis (kehadiran jasad lain, misalnya bakteri atau jamur liar lain)

3. Jenis atau strain jamur. Dalam keadaan normal, waktu yang diperlukan untuk berkecambahnya spora sampai terbentuknya tubuh buah pada G. lucidum antara 5-8 bulan.

Pada umumnya jamur yang berpotensi mendegradasi lignin termasuk kelompok mesofil yang hidup pada suhu antara 5-37oC dan optimum pada suhu 39-40oC dan kisaran pH 4-7 (Febrina, 2002). Tubuh buah G. lucidum siap dipanen setelah jamur berumur tiga bulan dari waktu inokulasi di media produksi serbuk gergaji, ditandai dengan hilangnya warna putih di pinggir tubuh buah G. lucidum.

Lignin

Lignin merupakan komponen kimia dan morfologi karakteristik dari jaringan tumbuhan tinggi, dimana terdapat dalam jaringan vaskuler yang khusus untuk pengangkutan cairan dan kekuatan mekanik. Jumlah lignin yang terdapat pada tumbuhan yang berbeda sangat bervariasi. Pada spesies kayu kandungan lignin berkisar antara 20-40%. Bila dibandingkan dengan kayu, kandungan lignoselulosa pada tandan dan serat (sabut) sawit relative kecil, akan tetapi persentasenya dapat ditingkatkan dengan mengurangi kadar zat ekstraktif yang dikandungnya.

Sumber Serat Media Tanam

Serbuk Gergaji

(19)

[Type text]

Permasalahan dalam pemanfaatan limbah pertanian atau hasil sampingan agroindustri, seperti sekam padi, atau serbuk gergaji kayu adalah kandungan serat kasarnya yang tinggi termasuk selulosa, lignin, dan tanin yang sangat sukar dicerna oleh ternak non-ruminansia termasuk unggas. Serbuk gergaji kayu mengandung: 81,94 % serat kasar, 1,38 % abu, 0,90 % protein kasar, dan 0,32 % lemak kasar (Bidura et al., 1996). Ransum yang mengandung serat kasar tinggi ternyata daya cernanya rendah untuk ternak monogastrik. Menurut Nurhayati (1988) serbuk kayu jeunjing mempunyai kandungan lignin 27,28% dan selulosa 48,33%.

Tabel 2. Karakteristik dari Kayu Keras, Kayu Lunak dan Kayu Keras Tropis Karakteristik Gymnosperma/

Tipe sel Satu Bervariasi Bervariasi

Selulosa 40-50% 40-50% -

Polyposes 15-30% 25-35% -

Lignin 25-35% 20-30%

Ekstraktif sampai 10% 1-10% sampai 30%

Non-polar Tinggi Rendah Rendah

Polar Tinggi Tinggi Tinggi

Sumber : IARC (1995) Akar Pakis

(20)

[Type text]

Sifat dari akar pakis adalah media yang mampu menyerap serta menahan air yang baik untuk dijadikan media tanam yang baik bagi anggrek. Berikut Gambar 2 akar pakis yang telah dikeringkan terlebih dahulu sebelum dicacah.

Gambar 2. Akar Pakis

Tabel 3. Persentase Komposisi Kimia beberapa Bagian dari Tanaman Pakis Jenis N. cordifolia

Sumber : Gauchan et. al. (2008)

Serat dan Tandan Kelapa Sawit

Sejalan dengan produksi minyak kelapa sawit yang semakin meningkat, maka limbah serat dari hasil pengolahan kelapa sawit akan semakin meningkat pula. Hasil samping dari produksi minyak kelapa sawit yang berupa limbah serat kelapa sawit (LSKS) adalah Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) dan Sabut Kelapa Sawit (SKS).

Bagian Tanaman

Bahan Kering

Karbohidrat Protein Serat Kasar --- (%) ---

Daun 21,60 11,38 1,63 37,90

Rachis 31,48 8,09 3,84 62,16

Rhizoma 33,85 9,31 11,90 41,33

Akar 30,80 6,72 16,02 38,94

(21)

[Type text]

TKKS merupakan limbah utama dari industri pengolahan kelapa sawit. Persentase limbah TKKS adalah 23% dari tandan buah segar, sedangkan persentase serabut sawit dan cangkang biji masing-masing sekitar 13,5% dan 5,5% dari tandan buah segar dengan komponen yaitu lignin, selulosa dan hemiselulosa (Darnoko, 1992). Limbah TKKS ini belum dimanfaatkan secara maksimal. Tandan kosong baru dimanfaatkan sebagai pupuk kalium atau sekedar dibakar untuk mengurangi jumlah serat yang bertumpuk. Sabut dan cangkang digunakan sebagai bahan bakar atau dibuang dijalan untuk mengeraskan jalan. Sabut Kelapa Sawit (SKS) merupakan hasil ikutan pengolahan kelapa sawit yang dipisahkan dari buah setelah pengutipan minyak dan biji dalam proses pemerasan (Purwaningrum, 2003).

Tabel 4. Komposisi Nutrien Rumput Gajah, Jerami Padi dan Serat Sawit Komponen

(%)

Rumput Gajah Jerami Padi Serat Sawit

1 2 1 2 3 1 2*

Tanaman Rami (Boehmeria nivea, L. GAUD)

(22)

[Type text]

tanaman antara 2 - 3 m, diameter batang antara 1,2 - 2 cm bergantung pada kondisi pertumbuhan. Tanaman ini tumbuh pada ketinggian 0 - 1500 m dpl dengan curah hujan rata-rata 1200 – 2200 mm/tahun. Sistem perakaran (dimorfis) yang dimiliki rami memiliki dua fungsi yakni sebagai akar reproduksi (rhizom) yang menjalar di bawah permukaan tanah dan akar umbi sebagai penyimpan cadangan makanan. Terdapat mata tunas pada bagian rhizoma yang dapat digunakan sebagai perbanyakan tanaman rami (Dhomiri, 2002).

Gambar 4. Tanaman Rami

Taksonomi daun rami menurut Peterson (2002) adalah sebagai berikut :

Produksi serat mentah dari tanaman rami tiap hektarnya cukup tinggi. Produksi serat mentah tanaman rami di daerah Wonosobo yang mencapai 1 ton/ha (Dhomiri, 2002). Selain pemanfaatan batang sebagai bahan baku pembuatan tekstil tanaman ini menghasilkan limbah hijauan berupa daun dan pucuk. Daun dan pucuk ini dapat digunakan sebagai makanan ternak (FAO, 2005). Menurut FAO (2005) tanaman rami dapat menghasilkan hijauan hingga 300 ton bahan segar/ha/tahun atau setara dengan 42 ton bahan kering (BK).

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliosida

Subkelas : Hammamelidae

Ordo : Ulesric

Familia : Uricacea

Genus : Boehmeria

(23)

[Type text]

Tabel 5. Kandungan Nutrien dan Antinutrisi Daun Rami (dalam % BK)

Zat Makanan Kandungan (%) sampingan berupa onggok. Dalam proses pengolahan ubi kayu (Manihot utilissima) menjadi tapioka dihasilkan limbah padat dan cairan. Haroen (1993) merinci lengkap persentase dari produk utama pengolahan tapioka yang berupa tepung tapioka berkisar 20-24%. Sementara limbah yang dihasilkan selama proses pengolahan berturut-turut untuk kulit luar, kulit dalam dan onggok adalah ; 2%, 15%, dan 5-15%.

Onggok atau cassava merupakan sisa pembuatan tepung tapioka. Zat pati yang terdapat dalam onggok menjadi sumber nutrisi bagi pertumbuhan mikroba rumen. Hasil degradasi zat pati tersebut dipakai untuk sumber energi bagi perkembangan mikroba rumen (Sutardi, 1980). Kandungan nutrien onggok diperlihatkan pada Tabel 6.

Tabel 6. Kandungan Nutrien Onggok

Zat Makanan Farada (2002) Rizal (2008)

Kadar Air (%) 15,23

Abu (%) 0,65 -

Protein (%) 0,76 2,65

Lemak kasar (%) 0,8 1,09

(24)

[Type text] Dedak

Dedak padi merupakan sisa penumbukan atau penggilingan padi. Kualitas dedak padi dipengaruhi oleh banyaknya kulit gabah yang tercampur di dalamnya. Dedak padi mengandung serat kasar antara 11-19 % (Parakkasi, 1999). Dedak padi dapat diberikan pada ternak ruminansia hingga taraf 60% dari pakan konsentrat. Kandungan nutrien dedak padi menurut Hartadi et. al. (1993) adalah abu sebesar 11,7%; protein sebesar 15,6%; lemak kasar 14,1% serta serat kasar 11,6%.

Fermentabilitas

Konsentrasi Volatile Fatty Acid (VFA)

Karbohidrat di dalam rumen mengalami dua tahap pencernaan oleh enzim-enzim yang dihasilkan oleh mikroba rumen. Tahap pertama, karbohidrat mengalami hidrolisis menjadi monosakarida, seperti glukosa, fruktosa, dan pentose, selanjutnya, gula sederhana tersebut dipecah menjadi asam asetat, asam propionat, asam butirat, CO2, dan CH4 (McDonald et al., 2002). Ransum dengan komposisi 40% hijauan dan 60% konsentrat, akan menghasilkan VFA total sebesar 96 mM dengan perbandingan 61% asetat, 18% propionat dan 8% butirat pada sapi, sedangkan pada domba akan menghasilkan VFA total sebesar 76 mM dengan perbandingan 52% asetat, 34% propionat dan 12% butirat (Mc Donald et al., 2002).

Lebih lanjut dikemukakan bahwa sekitar 75% dari total VFA yang diproduksi akan diserap langsung di retikulo-rumen, sekitar 20% diserap di abomasum dan omasum, dan sisanya sekitar 5% diserap usus halus. Parakkasi (1999) menambahkan bahwa sebagian besar VFA diserap langsung melalui dinding rumen, hanya sedikit asetat, beberapa propionat dan sebagian besar butirat termetabolisme dalam dinding rumen. VFA yang terbentuk merupakan sumber energi yang merupakan salah satu ciri khas dari ruminansia.

Konsentrasi Amonia (NH3)

(25)

[Type text]

digunakan oleh mikroba rumen dalam pembentukan protein mikroba (Mc Donald et al., 2002). Hal ini didukung dengan pernyataan Sutardi (1981), bahwa protein bahan makanan yang masuk ke dalam rumen mula-mula mengalami proteolisis oleh enzim-enzim protease menjadi oligopeptida, sebagian dari oligopeptida akan dimanfaatkan oleh mikroba rumen untuk menyusun protein selnya, sedangkan sebagian lagi akan dihidrolisis lebih lanjut menjadi asam amino yang kemudian secara cepat dideaminasi menjadi asam keto alfa dan amonia.

Produksi NH3 berasal dari protein yang didegradasi oleh enzim proteolitik di dalam rumen, protein dihidrolisis pertama kali oleh mikroba rumen. Tingkat hidrolisis protein tergantung dari daya larutnya yang berkaitan dengan kenaikan kadar NH3 (Arora, 1989). Amonia merupakan sumber nitrogen utama dan penting untuk sintesis protein mikroba (Sakinah, 2005). Konsentrasi nitrogen amonia sebesar 5% sudah mencukupi kebutuhan nitrogen mikroba. Kadar amonia di atas nilai tersebut akan diserap dan disekresikan dalam urin. Amonia di dalam rumen akan diproduksi terus-menerus walaupun sudah terjadi akumulasi (Sutardi, 1980). Faktor utama yang mempengaruhi penggunaan NH3 adalah ketersediaan karbohidrat dalam ransum yang berfungsi sebagai sumber energi untuk pembentukan protein mikroba. Menurut Sutardi (1980), agar NH3 dapat dimanfaatkan oleh mikroba penggunaannya perlu disertai dengan sumber energi yang mudah difermentasi.

Kecernaan Pakan

Nilai kecernaan adalah persentase bahan makanan yang dapat dicerna dan diserap oleh saluran pencernaan, jika dinyatakan dalam persen maka disebut koefisien cerna. Kecernaan zat–zat makanan merupakan salah satu ukuran dalam menentukan kualitas suatu bahan pakan. Kecernaan dapat diukur dengan teknik fermentasi in vitro (Tilley and Terry, 1966).

(26)

[Type text]

Kecernaan zat-zat makanan merupakan salah satu ukuran dalam menetukan kualitas suatu bahan pakan. Kecernaan adalah perubahan fisik dan kimia yang dialami bahan makanan dalam alat pencernaan. Perubahan tersebut dapat berupa penghalusan bahan makanan menjadi butir-butir atau partikel kecil, atau penguraian molekul besar menjadi molekul kecil. Selain itu pada ruminansia, pakan juga mengalami perombakan sehingga sifat-sifat kimianya berubah secara fermentatif sehingga menjadi senyawa lain yang berbeda dengan zat makanan asalnya. Kecernaan bahan makanan erat hubungannya dengan komposisi kimianya dan serat kasar mempunyai pengaruh paling besar terhadap kecernaan.

(27)

[Type text]

MATERI DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2009 sampai bulan Februari 2010 di Laboratorium Nutrisi Ternak Perah, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Materi

Penumbuhan Ganoderma lucidum

Alat yang digunakan antara lain penangas air, cawan petri, autoclave, lampu spiritus, skalpel, botol selai, sprayer, thermohygrometer, laminar air flow, rak penumbuhan, penggaris, timbangan analitik, pipet mohr, bulp, gelas piala, pH meter, shaker water bath (suhu air pemanas 39-40°C), sentrifuse, magnetic stirer, cawan porselen, tabung kaca fermentor 100 ml dan tutup karet berventilasi, pompa vakum, corong Buchner, oven, tanur, gegep, eksikator, cawan Conway, vaselin, labu pendingin, tabung destilasi, labu penyulingan, dan labu Erlenmeyer.

Bahan-bahan yang digunakan antara lain bibit jamur Ganoderma lucidum, sumber serat (serat dan tandan sawit, rami, serbuk gergaji, akar pakis) serta bahan tambahan media serat (onggok dan dedak padi), PDA (Potato Dextrose Agar), aquadest, kapas, plastik tahan panas, spiritus, alumunium foil, alkohol 70%,.

Bahan Analisis Fermentatif dan Kecernaan

(28)

[Type text]

Metode

Penumbuhan Bibit Ganoderma lucidum

Pembuatan bibit Ganoderma lucidum melalui beberapa tahap, yaitu media PDA (Potato Dextrose Agar) digunakan sebagai media penumbuhan stok miselium G. lucidum. Masing-masing cawan petri dituangkan 15 ml media PDA yang telah disterilisasi dan didinginkan. Stok miselium G. lucidum didapatkan dari Laboratorium BIOTEK di Taman Kencana, Bogor. Satu cawan petri yang berisi miselium G. lucidum, dapat diinokulasikan untuk empat botol selai media serat.

Penanaman Jamur pada Berbagai Jenis Substrat

Serat yang akan digunakan direndam terlebih dahulu ±12 jam sebelum digunakan agar air meresap kedalam serat, serat ditiriskan lalu dicampur dengan bahan pengisi lainnya serta dicampur merata hingga tidak ada air yang menetes (kandungan air 45-65%) dengan persen perbandingan antara bahan serat : bahan tambahan : kapur sebesar 84% : 15% : 1%.

Media dimasukkan ke dalam botol selai ditutupi dengan menggunakan alumunium foil setelah itu diberi nama pada tiap botol selai. Substrat kemudian disterilisasi menggunakan autoclave selama 30 menit pada suhu 121oC dan tekanan 1 atm (dilakukan pengulangan sterilisasi tiga kali agar substrat benar-benar steril). Setelah semua proses sterilisasi selesai maka pada hari selanjutnya substrat dapat ditanami oleh bibit Ganoderma lucidum. Penanaman bibit ke botol selai menggunakan skalpel dengan sterilisasi menggunakan alkohol 70% dan spiritus.

(29)

[Type text]

Pengukuran Miselium Ganoderma lucidum

Pengukuran dilakukan per hari selama dua minggu sampai miselium tumbuh dengan optimal dengan panjang maksimal botol 6-7 cm. Pengukuran menggunakan penggaris dengan skala 0 sampai 30 cm. Setelah diukur lalu dicatat ukuran (cm) perkembangan panjang miseliumnya.

Suhu dan Kelembaban

Pengamatan suhu dan kelembaban yang berpengaruh terhadap laju pertumbuhan Ganoderma lucidum. Pengukuran dilakukan sehari satu kali waktu antara pukul 10.00-12.00 dengan menggunakan alat thermohygrometer yang diletakkan di tengah rak penumbuhan sejajar dengan botol selai yang diamati.

Kecernaan dan Fermentabilitas in vitro Tiap Substrat

Pengukuran nilai kecernaan dan fermentabilitas dilakukan setelah pemanenan substrat serat yang telah difermentasi jamur G. lucidum. Pengukuran kecernaan dan fermentabilitas menggunakan cairan rumen sapi.

Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial 4x2 dengan 3 ulangan. Penelitian ini menggunakan empat macam sumber serat sebagai Faktor A yaitu campuran serat dan tandan sawit, rami, akar pakis, serbuk gergaji dan dua macam bahan tambahan sebagai Faktor B yaitu onggok dan dedak padi. Model matematik dari rancangan yang digunakan adalah :

Yijk = μ + αi + βj + (αβ)ij + εijk

Keterangan :

Yijk = Hasil pengamatan jenis substrat serat terhadap pengisi serat μ = Rataan umum jenis substrat serat terhadap pengisi serat

αi = Pengaruh jenis substrat serat (Daun rami, akar pakis, serbuk gergaji, serat dan tandan sawit)

βj = Pengaruh pengisi serat (Dedak padi dan onggok)

(30)

[Type text]

Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Analisa Ragam (analysis of variance, ANOVA) sedangkan perbedaan antar perlakuan diuji dengan Uji Duncan (Steel dan Torrie, 1993).

Peubah yang Diamati

Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Pertumbuhan dan Perkembangan Miselium Ganoderma lucidum

Pertumbuhan dinilai dari panjangnya miselium menembus substrat sampai mencapai batas maksimal botol selai, yaitu 6-7 cm.

2. Suhu dan Kelembaban

Pengamatan suhu dan kelembaban yang berpengaruh terhadap laju pertumbuhan Ganoderma lucidum.

3. Kecernaan in vitro masing-masing media serat

Nilai kecernaan yang paling baik berpengaruh pada kesesuaian media serat setelah mengalami fermentasi oleh G. lucidum digunakan sebagai pakan ternak. 4. Fermentabilitas masing-masing media serat

Nilai yang dihasilkan berasal dari hasil pengukuran NH3 dan VFA sebagai indikator pakan ruminansia yang baik.

Prosedur Analisa

Kecernaan Berbagai Jenis Substrat

(31)

[Type text]

Analisis Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik

Residu atau endapan dari fermentasi tahap I diberi larutan pepsin 0,2% sebanyak 50 ml ke dalam tabung fermentor tersebut, dan diinkubasi kembali di dalam shaker water bath suhu 39°C selama 48 jam tanpa ditutup. Setelah 48 jam dengan pepsin, tabung fermentor yang berisi sampel diangkat dari shaker water bath, dan disaring dengan menggunakan kertas saring Whatman 41 (bobot kosongnya sudah diketahui) pada pompa vakum, dan dimasukkan ke dalam cawan porselin (bobot kosongnya sudah diketahui). Kemudian dimasukkan ke dalam oven 105°C selama 24 jam. Cawan yang berisi sampel setelah dioven dikeluarkan, dimasukkan ke dalam eksikator (15 menit) lalu ditimbang. Kemudian dimasukkan ke dalam tanur 600°C selama 6 jam atau suhu 900°C selama 3 jam (Metode Tilley dan Terry, 1966). Sebagai blanko dipakai residu asal fermentasi tanpa sampel Ganoderma lucidum. Konsentrasi KCBK dan KCBO dihitung dengan rumus :

Pengukuran konsentrasi NH3 menggunakan metode Mikrodifusi Conway, (1985) yaitu dengan cara bibir cawan Conway dan tutup diolesi dengan vaselin. Supernatan yang berasal dari proses fermentasi diambil 1 ml kemudian ditempatkan disalah satu ujung alur cawan Conway. Setelah itu larutan Na2CO3 jenuh ditempatkan pada salah satu ujung cawan Conway berseblahan dengan supernatan (tidak boleh campur). Kemudian larutan asam borat berindikator warna merah sebanyak 1 ml ditempatkan dalam cawan kecil yang terletak ditengah cawan Conway. Cawan Conway yang sudah diolesi vaselin ditutup rapat hingga kedap udara, larutan Na2CO3 dicampur dengan supernatan hingga merata dengan cara menggoyang-goyangkan dan memiringkan cawan tersebut. Setelah itu dibiarkan selama 24 jam dalam suhu kamar. Setelah 24 jam pada suhu kamar tutup cawan dibuka, asam borat berindikator dititrasi dengan H2SO4 0,005 N sampai terjadi perubahan warna dari merah menjadi biru.

Keterangan:

a = BK sampel(g) d = BO sampel(g)

b = BK residu(g) e = BO residu(g)

(32)

[Type text]

Kemudian konsentrasi NH3 dihitung dengan rumus: N NH3= ml H2SO4 x N H2SO4 x 1000

g sampel x BK sampel Pengukuran Volatile Fatty Acid

Pengukuran konsentrasi VFA menggunakan steam destilation method (General Laboratory Procedures, 1966) yaitu dengan cara supernatan yang sama dengan analisa NH3 diambil sebanyak 5 ml, kemudian dimasukkan ke dalam tabung destilasi. H2SO4 15% ditambahkan, kemudian segera ditutup dengan tutup karet yang mempunyai lubang dan dihubungkan labu pendingin.

Segera setelah ditambahkan H2SO4 ke dalam supernatan, tabung destilasi dimasukkan ke dalam labu penyulingan yang berisi air mendidih (dipanaskan terus selama destilasi). Uap air panas akan mendesak VFA dan akan terkondensasi dalam pendingin. Air yang terbentuk ditampung dalam labu Erlenmeyer yang berisi 5 ml NaOH 0,5 N sampai mencapai 300 ml. Indikator PP (Phenolpthalin) ditambahkan sebanyak 2-3 tetes dan dititrasi dengan HCl 0,5 N sampai warna titrat berubah dari merah jambu menjadi tidak berwarna. Konsentrasi VFA total dihitung dengan rumus:

VFA total= (a – b) x N HCl x 1000/5mM g sampel x BK Keterangan : a = volume titran blanko

(33)

[Type text]

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertumbuhan Ganoderma lucidum pada Berbagai Substrat

Sesuai atau tidaknya pertumbuhan tubuh buah G. lucidum pada berbagai jenis media tanam dipengaruhi beberapa faktor seperti suhu, kelembaban, nutrisi, konsentrasi CO2, cahaya dan kejutan fisik ( Kirk and Seo, 2000). Berdasarkan Oei (1996), waktu yang diperlukan untuk tiap stadia atau tingkatan daur hidup tergantung beberapa faktor, antara lain bentuk, sifat media atau substrat tumbuh, lingkungan yang mendukung, misalnya lingkungan fisik (cahaya dan temperatur), lingkungan kimia (pH dan kadar air), dan lingkungan biologis (kehadiran jasad lain, misalnya bakteri atau jamur liar lain), jenis atau strain jamur. Dalam keadaan normal, waktu yang diperlukan untuk berkecambahnya spora sampai terbentuknya tubuh buah pada G. lucidum antara 5-8 bulan (Suriawiria, 2001). Media tanam yang dapat ditumbuhi G. lucidum adalah substrat spesifik yaitu media tanam yang mempunyai lignin tinggi. Persaingan G. lucidum dengan kapang atau mikroorganisme lain juga dapat menghambat pertumbuhan bahkan mematikan sel hidup G. lucidum (Oei, 1996).

Data pengamatan berbeda pada data literatur, yaitu idealnya pH yang sesuai untuk pertumbuhan G. lucidum menurut Chang (2004) adalah antara 5,0-5,5. Pada umumnya jamur yang berpotensi mendegradasi lignin termasuk kelompok mesofil yang hidup pada suhu antara 5-37oC dan optimum pada suhu 39-40oC dan kisaran pH 4-7 (Febrina, 2002). Hasil penelitian Lubnah (2003) menyebutkan bahwa pertumbuhan G. lucidum pada pH tinggi ( >7) tidak terjadi karena pH berada diluar kisaran optimum.

(34)

[Type text]

pada daerah tropis pemanfaatan sumber serat sebagai hijauan pakan ternak dengan fermentasi miselium G. lucidum sangat berpotensi pada musim kemarau.

Pada Tabel 7 dicantumkan rataan pertumbuhan G. lucidum pada berbagai media tanam yang diamati setiap harinya. Hasil pengamatan menunjukkan rataan pertumbuhan setiap media tidak jauh berbeda karena nilai dan standar deviasi serta laju pertumbuhannya hampir sama pada tiap substrat. Hasil analisis ragam didapatkan bahwa tidak ada interaksi antar perlakuan. Berdasarkan pemeliharaan selama dua bulan fermentasi G. lucidum, perlakuan dedak serat dan tandan sawit, onggok serat dan tandan sawit, dedak gergaji, dan onggok gergaji adalah media yang relatif baik karena miselium tumbuh cepat dan tebal, jalinan antar hifa kuat serta warnanya putih bersih. Berdasarkan hasil pengamatan media tanam yang difermentasikan paling optimal adalah keempat media tersebut karena G. lucidum dapat memanfaatkan nutrien media tersebut sehingga pertumbuhannya optimal. Berdasarkan penelitian Lubnah (2003), kecepatan pertumbuhan G. lucidum pada media tanam yang paling tinggi adalah kombinasi antara 2 tandan sawit dan 1 serat sawit dikarenakan kombinasi tersebut memiliki kandungan lignin yang tinggi.

Hasil pengamatan penyebaran miselium G. lucidum diperoleh data bahwa hari ke-1 setelah inokulasi penyebaran miselium pada media tanam belum tampak, setelah hari ke-2 setelah inokulasi penyebaran miselium mulai tampak setelah itu pertumbuhan miselium berhenti diukur pada hari ke-15 ketika miselium mulai memenuhi botol selai. Umur dua bulan pertumbuhan G. lucidum mulai menjadi gumpalan warna putih khususnya pada media serat dedak sawit, onggok sawit, dedak gergaji, dan onggok gergaji. Gumpalan warna putih yang tampak pada pengamatan tidak berubah menjadi

Tabel 7. Rataan Pertumbuhan Ganoderma lucidum pada Berbagai Media

Serat

Serat dan Tandan Sawit 0,5±0,4 0,49±0,4 0,5±0,41

(35)

[Type text]

tubuh buah melainkan hanya berupa miselium dikarenakan faktor lingkungan yang kurang mendukung pertumbuhan tubuh buah G. lucidum. Ganoderma lucidum dapat mencerna serat dengan kandungan lignin yang cukup tinggi, yaitu salah satunya tandan dan serat sawit yang memiliki serat kasar dan lignin sebesar 49.73% dan 17.77% (Purwaningrum, 2003). Budidaya dengan menggunakan serbuk gergaji kayu dapat menggunakan limbah gergaji kayu serta dapat diberikan nutrisi tambahan pada media seperti dedak, kapur, dan gypsum (Oei, 1996). Menurut Nurhayati (1988) serbuk kayu jeunjing mempunyai kandungan lignin 27,28% dan selulosa 48,33% serta berdasarkan IARC (1995), kandungan lignin pada kayu keras tropis dapat mencapai 30%. Berdasarkan hasil pengamatan penyebaran miselium membuktikan bahwa media tanam yang optimal adalah serat tandan sawit serta serbuk gergaji dikarenakan memiliki kandungan lignin yang cukup tinggi pada medianya.

Onggok Gergaji Dedak Gergaji Onggok Pakis

Dedak Pakis Dedak Sawit Onggok Sawit

Onggok Rami Dedak Rami

(36)

[Type text]

Fermentabilitas Substrat Serat

Tabel 8 merupakan hasil uji NH3 masing-masing substrat yang telah difermentasikan G. lucidum. Berdasarkan Tabel 8 didapatkan interaksi antar faktor tidak signifikan dengan faktor pengisi tidak berpengaruh pada peubah yang diamati tetapi faktor serat berpengaruh signifikan terhadap peubah yang diamati dengan serat yang memiliki nilai konsentrasi amonia yang paling baik adalah rami, pakis dan gergaji. Kisaran NH3 media yang ditanami G. lucidum yaitu 8,02-12,01 mM.

Konsentrasi NH3 merupakan indikator jumlah protein ransum yang di degradasi didalam rumen dalam mendegradasi protein ransum (Prihandono, 2001). Substrat serat sebagai media tumbuh G. lucidum cukup baik karena hampir seragam dalam menghasilkan NH3 dalam jumlah cukup sehingga semua substrat mampu memenuhi kebutuhan ternak. Selain itu, hasil dari perhitungan didapatkan angka NH3 yang memenuhi kisaran optimum kadarnya dalam rumen antara 6–21 mM (Mc Donald et al., 2002).

Tabel 9 merupakan hasil uji VFA masing-masing substrat yang telah difermentasikan G. lucidum. Volatille Fatty Acid (VFA) merupakan produk akhir fermentasi karbohidrat dan merupakan sumber energi utama bagi ternak ruminansia (Arora, 1989). Dari Tabel 9 dapat terlihat bahwa tidak ada interaksi antar perlakuan serta faktor serat maupun pengisi tidak berbeda nyata terhadap peubah yang diamati. Kisaran VFA media yang ditanami G. lucidum yaitu 110.88-152.52 mM. Hal ini dikarenakan setiap substrat memiliki serat kasar yang cukup tinggi sehingga bakteri

Tabel 8. Rataan Konsentrasi NH3 Berbagai Jenis Substrat Serat yang Diperkaya Dedak dan Onggok (mM)

Serat

Bahan Tambahan

Rataan

Dedak Onggok

Rami 12,014±0,65 10,081±2,22 11,05±1,43b

Pakis 10,603±0,22 11,429±1,80 11,02±0,84b

Gergaji 9,956±0,87 9,103±0,63 9,53±0,15ab

Serat dan Tandan Sawit 8,020±0,81 9,008±2,52 8,51±0,9a

Rataan 10,15±1,61 9,91±1,94

Keterangan: Superskrip yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05).

(37)

[Type text]

pencerna serat dalam rumen dapat mengkonversi serat kasar menjadi VFA. Seperti serat tandan sawit memiliki serat kasar sebesar 49,73% (Purwaningrum, 2003), serat kasar serbuk gergaji sebesar 81,94 % (Bidura et al., 1996), akar pakis memiliki serat kasar sebesar 38.94% (Gauchan et. al., 2008) serta rami memiliki serat kasar yang paling kecil yaitu sebesar 13,61 % (Despal dan Permana, 2008).

Setiap substrat serat memiliki nilai VFA yang cukup tinggi tetapi masih

Tabel 10 merupakan hasil uji kecernaan bahan kering masing-masing substrat yang telah difermentasikan G. lucidum. Berdasarkan Tabel 10 kecernaan bahan kering perlakuan berbeda nyata terhadap peubah dan tidak terjadi interaksi diantara perlakuan. Uji lanjut memperlihatkan hasil kecernaan bahan kering pada media rami dengan penambahan dedak dan onggok paling tinggi karena serat kasar rami paling rendah dibandingkan sumber serat lainnya, yaitu 13,61 % (Despal dan Permana, 2008).

Media yang memiliki nilai paling kecil adalah media pakis dikarenakan serat kasar yang cukup tinggi yaitu sebesar 38.94% (Gauchan et. al., 2008). Kisaran nilai kecernaan bahan kering media yang ditanami G. lucidum yaitu 21,36-54,23%.

Tabel 9. Rataan Konsentrasi Volatile Fatty Acid (VFA) Berbagai Jenis Substrat Serat yang Diperkaya Dedak dan Onggok (mM)

Serat

Pengisi

Rataan

Dedak Onggok

Rami 139,52±21,82 133,380±45,05 136,45±33,36

Pakis 138,225±30,04 110,883±34,69 124,55±5,85

Gergaji 124,269±47,66 152,517±26,42 138,39±34,51

Serat dan Tandan Sawit 121,785±16,41 120,352±21,11 121,07±16,24

(38)

[Type text]

Hal ini mencerminkan bahwa media rami dengan penambahan dedak maupun onggok dapat digunakan dalam penumbuhan G. lucidum karena kecernaan bahan keringnya tinggi sehingga ternak dapat memanfaatkan substrat ini secara menyeluruh. Rami tinggi dalam hal kecernaan bahan keringnya dikarenakan rami merupakan berasalkan dari hijauan makanan ternak (sejenis legume) sehingga komposisi nutriennya khususnya serat kasar yang tidak terlalu tinggi dapat dimanfaatkan oleh mikroba rumen dalam mencerna bahan kering substrat. Apabila dibandingkan dengan kecernaan bahan kering rumput gajah berdasarkan penelitian Amrin et. al. (2003) yaitu sebesar 50.43%, kecernaan bahan kering media tanam rami termasuk cukup tinggi. Karena rami memiliki serat kasar yang relatif lebih sedikit dibandingkan rumput gajah. Menurut Duarte et al. (1997), daun rami mengandung bahan kering berkisar 9%, protein 21%, lemak 4%, dan serat kasar 20% yang menyisakan bahan ekstrak tanpa nitrogen sekitar 46%.

Pada Tabel 11 dicantumkan hasil uji kecernaan bahan organik masing-masing substrat yang telah difermentasikan G. lucidum. Berdasarkan Tabel 11 didapatkan bahwa tidak terjadi interaksi antar perlakuan dengan faktor serat dan perlakuan berbeda nyata terhadap peubah. Uji lanjut kecernaan bahan organik perlakuan berbeda nyata serta menunjukkan hasil yang hampir sama dengan kecernaan bahan kering, yaitu memperlihatkan bahwa media rami yang mendapatkan tambahan dedak dan onggok merupakan media yang baik untuk menghasilkan kecernaan bahan organik yang tinggi dikarenakan serat kasar rami paling rendah dibandingkan serat lainnya sehingga serat dapat lebih mudah untuk dicerna ternak. Sedangkan pada sumber serat antara lain serat

Tabel 10. Rataan Kecernaan Bahan Kering Berbagai Jenis Substrat Serat yang Diperkaya Dedak dan Onggok (%)

Serat

Bahan Tambahan

Rataan

Dedak Onggok

Rami 51,577±2,44bc 54,228±3,21c 52,90±1,06a

Pakis 21,357±5,21a 22,740±1,33a 22,05±1,94d

Gergaji 24,480±2,64a 31,173±6,14a 27,83±3,50c

Serat dan Tandan Sawit 46,423±4,08b 40,147±3,11d 42,66±2,46b

Rataan 35,65±13,84 37,07±12,62

Keterangan: Superskrip yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (p<0,05).

(39)

[Type text]

dan tandan sawit dengan penambahan dedak atau onggok memiliki serat kasar yang tinggi dengan kecernaan yang cukup tinggi dibandingkan sumber serat pakis dan serbuk gergaji dengan penambahan dedak atau onggok. Kisaran kecernaan bahan organik media yang ditanami G. lucidum yaitu 17.37-53.89%.

Hasil ini dikarenakan rami merupakan sejenis leguminosa sehingga rami dapat dimanfaatkan secara optimal pada rumen sapi. Sedangkan serat tandan sawit merupakan limbah dari industri kelapa sawit yang memiliki nilai tambah serat kasarnya menurun setelah mengalami fermentasi G. lucidum. Fermentasi dengan G.lucidum pada dasarnya memaksimalkan komponen nutrien yang mampu diserap terutama serat kasar yang dapat dimanfaatkan oleh ternak ruminansia.

Tabel 11. Rataan Kecernaan Bahan OrganikBerbagai Jenis Substrat Serat yang Diperkaya Dedak dan Onggok (%)

Serat

Pengisi

Rataan

Dedak Onggok

Rami 50.285±2.33d 53.385±1.80e 51.83±1.74a

Pakis 17.370±8.00a 18.917±2.84a 18.14±2.98d

Gergaji 20.010±2.62ab 21.763±5.99b 20.85±3.07c

Serat dan Tandan Sawit 42.098±1.55cd 35.553±4.83c 38.83±3.19b

Rataan 32.44±15.19 32.40±14.70

(40)

[Type text]

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Ganoderma lucidum merupakan sumber suplemen pakan yang baik karena mengandung polisakarida. Sumber serat yang baik berdasarkan kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan organik adalah rami dan serat tandan sawit dengan penambahan onggok dan dedak padi sedangkan pada peubah NH3 media yang baik berdasarkan jumlah produksinya adalah rami dan pakis dengan penambahan onggok maupun dedak padi. Konsentrasi Volatil Fatty Acid (VFA) pada seluruh media dapat menjadi sumber energi yang baik bagi ternak. Berdasarkan pertumbuhan Ganoderma lucidum pada tiap sumber serat umumnya pertumbuhannya seragam. Hasil uji analisis ragam didapatkan bahwa kesemua peubah tidak ada interaksi terhadap perlakuan.

Saran

(41)

[Type text]

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillah, puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, taufik dan nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian, seminar dan skripsi ini sebagai salah satu syarat penulis untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW.

Penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada Ibunda Dewi Sumiyati, Ayahanda Bambang Sindhu Pramana serta adik-adik tersayang atas kasih sayang, nasihat, do’a, kesabaran, pengorbanan dan bimbingannya selama ini serta dukungan moral dan materil dengan ikhlas.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Dwierra Evvyernie A., MS. M.Sc., selaku dosen pembibing skripsi dan pembibing akademik dan Dr. Ir. Idat Galih Permana, M.Sc.Agr., selaku dosen pembimbing skripsi. Tak lupa juga ucapan terima kasih kepada Dr. Despal, S.Pt., M.Sc., Agr. selaku penguji seminar serta kepada Dr. Ir. Didid Diapari MS. serta Irma Isnafia Arief, SPt., Msi. selaku penguji sidang. Kepada Pak Makki pengurus Koppontren Darussalam Garut atas kerja sama dalam penyediaan daun rami untuk penelitian ini, Ibu Dian Anggraeni selaku teknisi laboratorium nutrisi ternak perah yang membantu penulis selama analisa di laboratorium, Pak Ahmad selaku teknisi kandang yang telah membantu dalam pengambilan cairan rumen serta pengeringan bahan, kepada JKD, Tina, Pebri, Vira, Efi, Lukman, Bayang, Irin, Sukma, Agustening dan Lia, teman-teman Lab. Perah Diki, Iky, Yue, Ayu, Ninuk, Hadziq, Ina serta teman-teman Nutrisi 43 atas bantuan dan semangat yang selalu diberikan kepada penulis selama penelitian ini. Serta semua pihak yang telah memberikan bantuan, hanya Allah Yang Maha Mengetahui, Pemurah dan Penyayang yang akan membalasnya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Amin.

Bogor, November 2010

(42)

[Type text]

DAFTAR PUSTAKA

Alexopoulos, C.J. 1979. Introductory Micology. 3rd Ed. John Wiley. New York.

Amrin, M. Abduh & M. A. Amril. 2003. Kecernaan in vitro bahan kering campuran rumput gajah (Pennisetum purpureum) bersama beberapa tingkat penambahan daun gamal (Gliricidia maculate). Buletin Nutrisi dan Makanan Ternak, Vol. 4 (1), 2003 : 43 – 49.

Arora, S.P. 1989. Pencernaan Mikroba pada Ruminansia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Bidura, I.G.N.G., I.G.A. Udayana, & I.M. Suasta. 1996. Pengaruh tingkat serat kasar dalam ransum terhadap produksi dan kandungan kolesterol telur ayam Lohmann brown umur 32 – 40 minggu. Laporan Penelitian, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Denpasar.

Camarero, S., B. Bockle, M. J. Martinez & A. T. Martinez. 1996. Manganese mediated degradation by Pleurotus pulmonarium. Appl. Environ. Microbiol. 62 : 1070-1072.

Chang, S.T & P.G. Miles. 2004. Mushrooms: Cultivation, Nutritional Value, Medicinal Effect and Environmental Impact. 2nd ed. CRC Press. New York.

Conway, E.J. 1985. Microdiffusion Analysis and Volumetric Error. MacMillan Publishing Co.

Darnoko. 1992. Potensi pemanfaatan limbah lignoselulase kelapa sawit melalui biokonversi. Berita Penelitian Perkebunan Medan 2 : 85-97.

De Jong. J. A. Field & J. A. M. de Bont. 1994. Aryl Alcohols in the physiology of ligninolytic fungi. Microbiol. Reviews 13 : 153-188.

Despal & I.G. Permana. 2008. Penggunaan berbagai teknik preservasi untuk optimalisasi pemanfaatan daun rami sebagai hijauan sumber protein dalam ransum kambing peranakan etawah. Laporan Penelitian Hibah Bersaing, Institut Pertanian Bogor.

Dhomiri, A. 2002. Mencoba kain satin dari serat rami. Majalah Teknologi Edisi Februari.http://www.centraljava.com [17 Juni 2008]

Duarte, A. A., V. C. Sgarbieri & E. R. B. Juniar. 1997. Composition and nutritive value of ramie leaf flour for monogastric animals. Revista PAB :32 (12).

Farada, L.E. 2002. Evaluasi penggunaan perekat berbahan baku singkong dengan taraf berbeda terhadap sifat fisik ransum ayam broiler bentuk crumble. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

FAO. 2005. Animal Feed Resources Information System. http://www.fao.org. [1 Mei 2008].

(43)

[Type text]

Febrina, R. 2002. Karakterisasi isolate jamur berpotensi mendegradasi lignin. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Gauchan D.P., Dina M., Nisha S. & Shyam K.S. 2008. Nutrient Analysis of Nephrolepis cordifolia. Katmandhu University J. of Science, Engineering and Technology Vol. I, No. V, September 2008, pp 68-72.

General Laboratory Procedures. 1966. Department of Dairy Science. University of Wisconsin. Madison.

Haroen, U. 1993. Pemanfaatan onggok dalam ransum dan pengaruh terhadap performans ayam broiler. Tesis. Fakultas Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Harvey, P. J., G. F. Gilardi, M. L. Goble & J. M. Palmer. 1993. Charge transfer reaction and feedback control of lignin peroxidase by phenolic compounds : significance in lignin degradation. J. Biotech. 30 : 57-69.

Haygreen, J. G., & J.L. Bowyer. 1989. Suatu Pengantar Hasil Hutan dan Ilmu Kayu. Gajah Mada university press, Yogyakarta.

Hseu, R. S. 1999. Recent Advances in Moleculer Systematics of G. lucidum Complex. Department of Agricultural Chemistry National. Taiwan University.

IARC. 1995. Monographs on the Evaluation of Carcinogenic Risks to Humans: Wood dust and Formaldehyde. J. World Health Organization.Vol 62 : 5-6

Kirk, P. M & G. S. Seo. 2000. Ganodermataceae : Nomenclature and Classification. In. Flood, J, P. D. Bridge & M. Holderness (Eds). Ganoderma Diseases of Perennial Crops. CABI Publishing. New York.

Lubnah. 2003. Kajian in vitro biomassa limbah kelapa sawit hasil penumbuhan Ganoderma lucidum untuk pakan ruminansia. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

McDonald P, RA. Edwards, JFD. Greenhalgh & CA. Morgan. 2002. Animal Nutrition. 6th Ed. London: Prentice Hall.

Nurhayati, T. 1988. Analisis Kimia 75 Jenis Kayu dari Beberapa Lokasi di Indonesia. J. Pendidikan Hasil Hutan. 5 : 6-11.

Oei, P. 1996. Manual on mushroom cultivation. Tech. commercial application in developing countries. Tools Publications. Amsterdam.

Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Peterson, J. S. 2002. Plant profile for Boehmeria nivea. USDA. http://plants.usda.gov [22 November 2009].

Purwaningrum, I. F. 2003. Kajian in vitro biomassa limbah padat domba. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

(44)

[Type text]

Rahmawati I. G. A. W. D. 2001. Evaluasi in vitro kombinasi lamtoro merah (Acacia villosa) dan gamal (Gliricidia maculate) untuk meningkatkan kualitas pakan pada ternak domba. Skripsi. Fakultas Peternakan, IPB. Bogor.

Rizal, A. 2008. Produktivitas ulat tepung (Inebrio molitor. L) pada fase larva dengan media mengandung onggok. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor

Sakinah, D. 2005. Kajian suplementasi probiotik bermineral terhadap produksi VFA, NH3 dan kecernaan zat makanan pada domba. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Selly. 1994. Peningkatan kualitas mutu pakan bermutu rendah dengan amoniasi dan inokulasi digesta rumen. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Steel, R. G. D. & J. H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu Pendekatan Biometrik. Terjemahan : M. Syah. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Sulistiani, A. 2005. Degradasi in vitro pakan sumber serat oleh isolate murni bakteri selulolitik simbion rayap. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Sumardi & S.M. Widyastuti. 2001. Pemanfaatan Sabut Kelapa untuk Pengembangan Budidaya Jamur Ganoderma Sebagai Bahan Obat Tradisional Di Daerah Sekitar Hutan. J. of Biological Sci. Vol. II, No.5 (1):336-340.

Suryahadi & W. G. Piliang. 1994. Manfaat kelapa sawit (Elaeis guianensis Jaguin) ewsebagai pellet ransum komplit ruminansia. Laporan Penelitian. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sutardi, T. 1980. Landasan Ilmu Nutrisi. Jilid 1. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sutardi, T. 1981. Sapi Perah dan Pemberian Makanannya. Departemen Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Taniwiryono, D., Siswanto, Suharyanto, E. S. Hartani & H. Sutejo. 1997. Analisis molekuler keragaman genetic Ganoderma spp. yang berasosiasi dengan penyakit busuk pangkal batang kelapa sawit. Pros. Seminar Perhimpunan Bioteknologi Pertanian Indonesia. Bogor.

(45)

[Type text]

LAMPIRAN

(46)

[Type text]

LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Sidik Ragam Konsentrasi Amonia (NH3)

Lampiran 2. Hasil Uji Lanjut Konsentrasi Amonia (NH3)

Lampiran 3. Hasil Sidik Ragam Konsentrasi Volatille Fatty Acid (VFA)

SK db JK KT Fhit F0,05

(47)

[Type text]

Lampiran 6. Hasil Uji Lanjut Kecernaan Bahan Kering

Perlakuan Rata-rata Duncan

Pakis Dedak 21,36 a

Pakis Onggok 22,74 a

Gergaji Dedak 24,48 a

Gergaji Onggok 31,17 a

Serat dan Tandan Sawit Onggok 40,15 d

Serat dan Tandan Sawit Dedak 46,42 b

Rami Dedak 52,49 bc

Rami Onggok 56,78 c

Lampiran 7. Hasil Sidik Ragam Kecernaan Bahan Organik

SK db JK KT Fhit F0,05

Lampiran 8. Hasil Uji Lanjut Kecernaan Bahan Organik pada Serat

Serat Rata-rata Duncan

Pakis 54,43 d

Gergaji 62,66 c

Serat dan Tandan Sawit 124,41 b

Rami 177,26 a

Lampiran 9. Hasil Uji Lanjut Kecernaan Bahan Organik

Serat Rata-rata Duncan

Pakis Dedak 17,37 a

Pakis Onggok 18,92 a

Gergaji Dedak 20,01 ab

Gergaji Onggok 21,76 b

Serat dan Tandan Sawit Onggok 35,55 c

Serat dan Tandan Sawit Dedak 47,39 cd

Rami Dedak 55,33 d

Rami Onggok 62,84 e

Lampiran 5. Hasil Uji Lanjut Kecernaan Bahan Kering pada Serat

Serat Rata-rata Duncan

Rami 163,91 a

Serat dan Tandan Sawit 129,86 b

Gergaji 83,48 c

Gambar

Tabel 2. Karakteristik dari Kayu Keras, Kayu Lunak dan Kayu Keras Tropis
Tabel 4. Komposisi Nutrien Rumput Gajah, Jerami Padi dan Serat Sawit
Tabel 5.  Kandungan Nutrien dan Antinutrisi Daun Rami (dalam % BK)
Gambar 5. Hasil Penumbuhan Ganoderma lucidum pada Berbagai Media Tanam
+2

Referensi

Dokumen terkait

In the previous study of cerebellar vermis, patients were found to have a positive correlation between the size of the vermis and the size of the temporal lobe, with both of

pemilik tanah Bagi hasil pengelolaan lahan pertanian ini, yang terjadi di Desa Karangan, Kecamatan Kepohbaru, Kabupaten Bojonegoro yang menurut sebagian para pelaku di

Metode dan rancangan aplikasi ini dengan menggunakan perangkat lunak Visual Basic 6.0 sebagai bahasa pemrogramannya, editor skrip program, dan juga digunakan untuk

Sementara itu komponen biotik mencakup beberapa hal yang dapat dikelompokkan berdasarkan fungsinya.. Berdasarkan fungsinya komponen biotik dibagi menjadi dua komponen

Penelitian menggunakan kayu siwak sebagai antibakteri telah dilakukan oleh Suryani (2007) dimana aquades digunakan sebagai pelarut ekstraksinya dan pada

(pengargaan dan hukuman), Pemberian nasehat, dan Melalui kegiatan ekstrakulikuler. Adapun faktor pendukung dan penghambatdalam proses pembinaan mental keagamaan santri Pondok

PEI,AIGANAAN PEMEERL{N KREDIT USASA KECIL INFORMAL (KUKI) OLEE BANi&lt;

Berdasarkan uraian tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah (1) mengetahui ketersediaan makanan jajanan olahan di sekolah dasar (2) mempelajari