• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon Fisiologis dan Tingkah Laku Domba Ekor Tipis dengan Waktu Pemberian Pakan yang Berbeda

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Respon Fisiologis dan Tingkah Laku Domba Ekor Tipis dengan Waktu Pemberian Pakan yang Berbeda"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

RESPON FISIOLOGIS DAN TINGKAH LAKU DOMBA EKOR

TIPIS DENGAN WAKTU PEMBERIAN

PAKAN YANG BERBEDA

GAYUH SYAIKHULLAH

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Respon Fisiologis dan Tingkah Laku Domba Ekor Tipis dengan Waktu Pemberian Pakan Berbeda adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2014

Gayuh Syaikhullah

(4)

ABSTRAK

GAYUH SYAIKHULLAH. Respon Fisiologis dan Tingkah Laku Domba Ekor Tipis dengan Waktu Pemberian Pakan yang Berbeda. Dibimbing oleh SRI RAHAYU dan BRAMADA WINIAR PUTRA.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan waktu pemberian pakan terhadap respon fisologis dan tingkah laku pada domba ekor tipis (DET). Jumlah domba yang diteliti sebanyak 12 ekor. Komposisi pakan yang diberikan adalah 70% konsentrat + 30% rumput. Perlakuan dalam penelitian ini adalah waktu pemberian pakan pagi dan sore hari. Parameter respon fisiologis yang diamati yaitu denyut jantung, laju respirasi, dan suhu rektal. Sedangkan tingkah laku yang diamati adalah locomotive, ingestive dan resting. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok dengan perlakuan 2 waktu pemberian pakan dan terdiri dari 6 ulangan. Data dianalisis menggunakan ANOVA. Data tingkah laku dianalisis menggunakan student’s test. Hasil penelitian menunjukkan respon fisiologis domba ekor tipis dalam kondisi normal. Tingkah laku locomotive

siang hari pada domba dengan pemberian pakan pagi hari lebih tinggi dibanding domba dengan pemberian pakan sore hari. Tingkah laku ingestive domba dengan pemberian pakan pagi hari dan domba dengan pemberian pakan sore hari berbeda nyata pada waktu pengukuran pagi dan sore hari. Tingkah laku resting lebih banyak terjadi di malam hari baik pada perlakuan pemberian pakan pagi dan sore hari.

Kata kunci: domba ekor tipis, respon fisiologis, tingkah laku

ABSTRACT

GAYUH SYAIKHULLAH. Comparison of Physiological and Behavioral Responses in Thin Tailed Sheep with Feeding In a Different Time. Supervised by SRI RAHAYU and BRAMADA WINIAR PUTRA.

This study aimed to examine the relationship of feeding time on physiological response and the effect of feeding time on behavior of Javanesse thin tailed sheep. The composition of feed was 70% of concentrate + 30% of grass. The treatment in this study is the feeding time in the morning and evening. Parameters of physiological response that had been observed were heart rate, respiration rate, rectal temperature. Whilethe observed behavior were locomotive, ingestive and resting. This research was designed by completely randomized design with 2 treatments of feeding time with 6 replications for each of it. Data processed by ANOVA. The behavior data was analyzed by student’s test. The result showed that physiological responses of Javanese Thin Tailed Sheep were normal. Locomotive behavior of sheeps by feeding treatment in the morning was higher in the daytime. Ingestive behavior of sheeps by feeding treatment in the morning and afternoon completely reversed. Resting behavior was more frequently in the night in both paramaters.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

RESPON FISIOLOGIS DAN TINGKAH LAKU DOMBA EKOR

TIPIS DENGAN WAKTU PEMBERIAN

PAKAN YANG BERBEDA

GAYUH SYAIKHULLAH

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Respon Fisiologis dan Tingkah Laku Domba Ekor Tipis dengan Waktu Pemberian Pakan yang Berbeda

Nama : Gayuh Syaikhullah NIM : D14090049

Disetujui oleh

Ir Sri Rahayu, MSi Pembimbing I

Bramada Winiar Putra, SPt Msi Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Muladno, MSA Ketua Departemen

(8)
(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya tulis ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini adalah melihat hubungan respon fisiologis dan tingkah laku dengan waktu pemberian pakan domba lokal Indonesia dengan judul Perbandingan Respon Fisiologis dan Tingkah Laku Domba Ekor Tipis dengan Waktu Pemberian Pakan yang Berbeda.

Terimakasih penulis sampaikan kepada Ibu Ir Sri Rahayu, MSi dan Bapak Bramada Winiar Putra, SPt MSi selaku pembimbing skripsi. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Ahmad Baihaqi yang banyak membantu dalam penelitian saya, juga Bapak M Sriduresta, SPt MSi atas semua masukkan yang telah diberikan untuk skripsi ini. Di samping itu penulis juga menyampaikan terimakasih kepada Ibu Tuti Suryati, SPt MSi selaku dosen pembimbing akademik. Ungkapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada kedua orang tua, Eyang Supahak, Eyang Jaenah, Eyang Putri, Bapak Eko Puji Waluyo dan Ibu Sumining serta Izza Gemilang, beserta keluarga besar atas doa dan kasih sayangnya. Tak lupa terimakasih kepada teman-teman Pakuwojo (Pasukan Khusus Wong Jowo) yang telah memberikan support selama ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada sahabat-sahabat penulis serta seluruh keluarga besar IPTP 46 atas semua dukungannya. Terima kasih banyak penulis ucapkan untuk kawan Tim Penelitian (Listy, Monica, Ike, Syeh).Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada seluruh Personil Katchafire dan Kolohe Kai atas lagu-lagunya yang memberikan semangat kepada penulis. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Maret 2014

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Ruang Lingkup Penelitian 1

METODE 2

Lokasi dan Waktu Penelitian 2

Bahan 2

Alat 2

Prosedur 3

HASIL DAN PEMBAHASAN 4

Keadaan Umum 4

Respon Fisiologis Domba Ekor Tipis 5

Tingkah Laku Domba 8

SIMPULAN DAN SARAN 10

DAFTAR PUSTAKA 10

(11)

DAFTAR TABEL

1 Kandungan nutrien bahan pakan 2

2 Rataan suhu dan kelembaban udara didalam dan diluar kandang 5

3 Rataan pertambahan bobot badan harian domba 5

4 Rataan denyut jantung domba 6

5 Rataan laju respirasi domba 7

6 Rataan laju suhu rektal domba 7

7 Tingkah laku locomotive domba 8

8 Tingkah laku ingestive domba 9

9 Tingkah laku resting domba 9

DAFTAR LAMPIRAN

1 Analisis ragam denyut jantung domba terhadap waktu pemberian

pakan pada waktu pagi hari 11

2 Analisis ragam denyut jantung domba terhadap waktu pemberian pakan

pada siang hari 12

3 Analisis ragam denyut jantung domba terhadap waktu pemberian pakan

pada sore hari 12

4 Analisis ragam denyut jantung domba terhadap waktu pemberian pakan

pada malam hari 12

5 Analisis ragam laju respirasi domba terhadap waktu pemberian pakan

pada pagi hari 12

6 Analisis ragam laju respirasi domba terhadap waktu pemberian pakan

pada siang hari 13

7 Analisis ragam laju respirasi domba terhadap waktu pemberian pakan

pada sore hari 13

8 Analisis ragam laju respirasi domba terhadap waktu pemberian pakan

pada malam hari 13

9 Analisis ragam suhu rektal domba terhadap waktu pemberian pakan

pada pagi hari 13

10 Analisis ragam suhu rektal domba terhadap waktu pemberian pakan

pada siang hari 14

11 Analisis ragam suhu rektal domba terhadap waktu pemberian pakan

pada sore hari 14

12 Analisis ragam suhu rektal domba terhadap waktu pemberian pakan

pada malam hari 14

(12)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Domba merupakan salah satu jenis ternak yang banyak dibudidayakan di Indonesia untuk mencukupi kebutuhan protein hewani bagi masyarakat. Populasi domba di Indonesia ini mengalami peningkatan setiap tahunnya. Domba merupakan ternak yang mudah dipelihara dan mempunyai siklus produksi yang relatif pendek (Blakely dan Bade 1992). Ternak domba memiliki memiliki daya adaptasi tinggi terhadap lingkungan, memiliki kemampuan mengkonversi bahan pakan berkualitas rendah, menyukai hidup berkoloni, memiliki kemampuan reproduksi tinggi (Sodiq dan Abidin 2002). Saat ini usaha penggemukan domba semakin marak di Indonesia seiring dengan jumlah permintaan ternak domba sebagai hewan kurban yang semakin meningkat dari waktu ke waktu.

Kondisi dalam tubuh ternak pada dasarnya merupakan hasil dari serangkaian proses fisiologis. Rangkaian proses fisiologis akan mempengaruhi kondisi dalam tubuh ternak yang berkaitan dengan faktor cuaca, nutrisi dan manajemen (Awabien 2007). Respon fisiologis dapat berupa perubahan suhu tubuh, laju respirasi dan laju denyut jantung.Domba dapat melakukan berbagai tingkah laku untuk merespon rangsangan yang diberikan, baik rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh domba (Ma’ani 2011). Berbagai metode diterapkan untuk meningkatkan produktivitas ternak domba. Pakan, lingkungan serta manajemen pemberian pakan yang tidak tepat dapat mempengaruhi respon fisiologis dan tingkah laku ternak sehingga dapat menurunkan produktivitas domba. Oleh karena itu, manajemen pakan dan lingkungan sangat penting dalam upaya peningkatan produktivitas ternak.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan waktu pemberian pakan terhadap respon fisologis. Penelitian ini juga menguji pengaruh waktu pemberian pakan terhadap tingkah laku pada domba ekor tipis (DET).

Ruang Lingkup Penelitian

(13)

2

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok B, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan yaitu pada bulan Februari-Maret 2013.

Bahan

Ternak

Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah domba ekor tipis (DET) yang berjumlah 12 ekor dan berumur kurang dari satu tahun (I0). Rataan bobot awal 14.51±2.19 kg (KK=15.07%).

Pakan dan Minum

Pakan yang digunakan adalah konsentrat komersial dan rumput lapang yang diperoleh dari padang rumput Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok B, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Rasio konsentrat dan rumput adalah 70:30. Pakan diberikan sekali dalam sehari (pagi hari atau sore hari). Adapun kandungan nutrisi bahan pakan selama pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Kandungan nutrien bahan pakan

Bahan Makanan BK Abu PK SK LK Beta-N

Kandungan nutrien bahan pakan (%)

Rumput As fed 19.81 1.12 1.73 5.78 0.38 10.80 Lapang1) Kering 100.00 5.65 8.73 29.18 1.92 54.52 Konsentrat2) As fed 80.52 11.36 10.58 13.62 4.81 40.15 Kering 100.00 14.11 13.14 16.92 1.24 49.86 Sumber: 1) Hasil Analisis Laboratorium Pusat Antar Universitas (2013); 2) Ifafah (2012)

Pemberian air minum pada domba adalah dengan air bersih yang berasal dari sumur yang terdapat di kandang B Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pemberian air minum dilakukan dengan cara dimasukkan ke dalam ember kecil yang diletakkan di dalam kandang. Minum diberikan ad libitum.

Alat

(14)

3

Pengamatan respon fisiologis menggunakan alat berupa stetoskop untuk mengukur denyut jantung,laju respirasi diukur dengan melihat hembusan nafas , dan termometer sebagai alat pengukur suhu rektal. Pengamatan tingkah laku digunakan 6 set kamera webcam, laptop dan hardisk external. Selama pemeliharaan dibutuhkan obat cacing, obat tetes mata dan alat sanitasi kandang.

Prosedur

Persiapan Penelitian

Persiapan penelitian yang dilakukan meliputi sanitasi kandang, persiapan peralatan, obat-obatan dan pakan. Domba yang baru datang dicukur bulu, dipotong kuku, dan dimandikan. Domba diberi perlakuan prelim selama 2 minggu untuk adaptasi.

Pelaksanaan Penelitian

Penelitian yang meliputi pemeliharaan domba ini dilakukan selama 1 bulan. Domba Ekor Tipis yang berjumlah 12 ekor ini dibagi menjadi 2 kelompok berdasarkan kelompok bobot badan dari yang terkecil sampai dengan yang terbesar. Kelompok pertama dengan jumlah 6 ekor diberi pakan berupa konsentrat 70% dan rumput 30% dengan pemberian pakan pada jam 07.00 (W1). Kelompok kedua dengan jumlah 6 ekor diberi pakan konsentrat 70% dan rumput lapang 30% dengan pemberian pakan pada pukul 18.00 (W2). Pengukuran fisiologis berupa pengukuran denyut jantung, laju respirasi, dan suhu rektal dilakukan pada pagi, siang, sore dan malam hari yaitu sebanyak 6 kali pada awal, tengah, dan akhir pemeliharaan. Suhu dan kelembaban kandang diukur setiap hari, yaitu pada pagi hari pukul 07.00 WIB, siang hari pada pukul 13.00 WIB, serta sore hari pukul 18.00 WIB.

Pengamatan tingkah laku yang berupa tingkah locomotive, ingestive, dan

resting dilakukan dengan menggunakan bantuan kamera webcam, dan diamati pada awal, tengah, dan akhir pemeliharaan. Pengamatan tingkah laku domba ekor tipis dilakukan dengan mengihitung frekuensi tingkah laku selama 5 menit dan dilakukan setiap 6 jam sekali selama 24 jam penuh.

Rancangan Percobaan dan Analisis Data

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan perlakuan waktu pemberian pakan yang berbeda yaitu pagi dan sore hari. Perlakuan yang diberikan yaitu W1 dan W2 masing-masing perlakuan terdiri atas 6 ulangan. Model rancangan menurut Mattjik dan Sumertajaya (2002) adalah sebagai berikut :

Yij = μ + Kj +Pi + εij

Keterangan Yij = Nilai pengamatan dari perlakuan ke-i dan kelompok ke-j μ = Nilai tengah umum pengamatan waktu pemberian pakan Kj = Pengaruh waktu pemberian pakan pada kelompok ke-j (j = 1,2) Pi = Pengaruh perlakuan pada taraf ke-i

(15)

4

Data yang diperoleh dilakukan uji asumsi. Setelah memenuhi uji asumsi data dianalisis secara statistik dangan Analysis of variance atau ANOVA. Data diolah dengan software minitab 16.

Data tingkah laku yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan pengujian hipotesis student’s test berekor dua (sampel ganda) untuk membandingkan antara perlakuan pemberian pakan pagi hari dengan perlakuan pemberian pakan sore hari terhadap tingkah laku yang diamati. Formulasi matematika menurut Steel and Torrie (1991) adalah :

t = Xa − Xb − μa − μbSxa − xb

Keterangan :

t : Nilai t hitung yang akan dibandingkan dengan t tabel untuk menentukan penerimaan hipotesis Pengukuran denyut jantung dengan menghitung banyaknya detak jantung domba melalui stetoskop selama 1 menit pada bagian dada kiri yang dilakukan di pagi, siang, sore dan malam hari. Laju respirasi pada domba diukur dengan cara mendengar hembusan nafas domba melalui stetoskop pada bagian rongga dada selama 1 menit yang dilakukan di pagi, siang, sore dan malam hari. Pengukuran suhu rektal menggunakan thermometer digital dengan cara memasukkan termometer ada anus domba selama 1-2 menit yang dilakukan pada pagi, siang, sore dan malam hari.

Pengamatan tingkah laku menggunakan bantuan alat berupa kamera webcam sebanyak 6 buah. Setiap kamera mengamati 2 ekor domba yang dilakukan selama 10 menit pada pagi, siang, sore dan malam hari. Pengamatan tingkah laku ini dilakukan secara duplo dalam satu minggu dan dilakukan pada awal, tengah dan akhir pemeliharaan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum

Kondisi Lapang

(16)

5

Tabel 2 Rataan suhu dan kelembaban udara didalam dan diluar kandang

Tempat Waktu Suhu(°C) Kelembaban (%)

Dalam Kandang Pagi 24.6±1.20 91.2±1.53

Siang 28.2±2.75 87.0±4.36

Sore 26.7±1.90 88.6±4.59

Luar Kandang Pagi 22.3±1.75 88.2±2.61

Siang 30.2±0.85 63.0±2.86

Sore 23.3±2.16 77.2±4.55

Suhu adalah ukuran untuk mengetahui intensitas panas, sedangkan jumlah uap air diudara disebut kelembaban. Suhu optimal domba didaerah tropis adalah 24 °C. Menurut Silanikove (2000) suhu lingkungan 24 °C sesuai untuk tejadinya tingkah laku yang nyaman pada domba. Menurut Yousef (1985) daerah termoneutralzone untuk domba berkisar 23-31 °C dan kelembaban 75%. Suhu di dalam kandang pada pagi, siang maupun sore hari masih dalam kondisi normal. Kondisi Domba

Secara umum domba ekor tipis yang digunakan pada peneilitian ini dalam kondisi yang sehat. Hasil pertambahan bobot badan harian domba dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Rataan pertambahan bobot badan harian domba

Perlakuan Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 PBBH Total W1 47.14±13.49 -1.25±19.62 26.00±13.57 49.14±15.67 26.01±15.28 W2 48.57±11.46 -3.57±21.57 20.24±13.05 49.71±21.77 26.73±14.63 Keterangan : W1 = 70% konsentrat + 30% rumput pada pagi hari, W2 = 70% konsentrat + 30%

rumput pada sore hari.

Pertambahan bobot badan harian domba selama penelitian terjadi penurunan pada minggu ke-2. Hal ini terjadi karena pada minggu tersebut hampir semua domba terserang beberapa penyakit. Selama pemeliharaan penyakit yang sering diderita ternak adalah sakit mata dan diare. Diare ditandai dengan berubahnya tekstur feses yang lebih cair dan berbau menyengat. Domba yang sering menderita diare terjadi pada perlakuan W1 (pemberian pakan pagi hari) karena kondisi rumput yang diberikan masih basah akibat curah hujan di bulan tersebut tinggi. Sakit mata ditandai dengan mata merah, berlendir dan kelopak mata susah dibuka. Komposisi pakan konsentrat dalam jumlah yang banyak dimana tekstur konsentrat yang kering dan berdebu masuk kemata domba.

Respon Fisiologis Domba Ekor Tipis

(17)

6

menejemen (Awabien 2007). Respon fisiologis yang diamati pada penelitian ini adalah denyut jantung, laju respirasi dan suhu rektal.

Denyut Jantung

Jantung merupakan organ berongga dengan otot yang mampu mendorong darah ke berbagai bagian tubuh. Jantung berkontraksi secara periodik untuk menjamin kelangsungan sirkulasi darah. Jantung memiliki suatu mekanisme khusus yang menjaga denyut jantung dan menjalankan potensi aksi keseluruhan otot jantung untuk menimbulkan denyut jantung yang berirama (Isnaeni 2006). Hasil rataan denyut jantung selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Rataan denyut jantung domba Perlakuan Waktu Pengukuran (kali/menit)

Pagi Siang Sore Malam

W1 77.21±2.79a 80.65±3.49a 75.26±4.20b 82.60±3.05a W2 76.50±3.78a 74.63±3.32b 82.60±4.13a 79.41±3.95a Keterangan : W1 = 70% konsentrat + 30% rumput pada pagi hari, W2 = 70% konsentrat + 30%

rumput pada sore hari. Angka-angka pada kolom yang sama diikuti dengan huruf yang berbeda adalah berbeda nyata pada taraf uji 5% (a,b)

Kisaran denyut jantung domba normal yang dikemukakan Smith dan Mangkoewidjojo (1988) adalah antara 70-80 kali tiap menit. Hal ini menunjukkan bahwa selama penelitian denyut jantung domba dalam kondisi normal. Peningkatan laju denyut jantung yang tajam terjadi pada saat peningkatan suhu lingkungan, gerakan dan aktivitas otot (Edey 1983). Kelly (1974) menyatakan faktor-faktor fisiologis yang berpengaruh pada kecepatan denyut jantung adalah spesies, ukuran tubuh, umur, kondisi fisik, jenis kelamin, kehamilan, proses kalahiran, laktasi, rangsangan, postur tubuh (perawakan), proses pencernaan, ruminasi dan suhu lingkungan.

Hasil pengkuruan pagi hari, denyut jantung W1 dan W2 tidak berbeda nyata. Namun pada siang hari tampak perbedaan denyut jantung W1 lebih tinggi dibanding W2 disebabkan proses metabolisme tubuh W1 sedang berlangsung. Sebaliknya pada waktu pengukuran sore hari W2 memiliki denyut jantung yang lebih besar, hal ini disebabkan W2 sedang dalam proses pencernaan ditandai dengan frekuensi tingkah laku ingestive yang tinggi. Isnaeni (2006) mengatakan bahwa denyut jantung dapat meningkat hingga lebih dari dua kalinya pada saat aktif melakukan kegiatan. Denyut jantung pada malam hari antara W1 dan W2 tidak berbeda nyata, hal ini disebabkan karena aktivitasnya relatif sama.

Laju Respirasi

Respirasi merupakan proses pertukaran gas yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan O2 pada ternak. Laju respirasi ini terkait dengan termoregulasi dalam tubuh domba. Sebagian panas dari dalam tubuh domba akan dikeluarkan melalui respirasi. Panas dari tubuh domba sebesar 20% dikeluarkan melalui pernapasan pada domba yang hidup pada suhu 12 oC (Marai et al. 2007).

(18)

7

karbondioksida dari dalam tubuh. Hasil rataan laju respirasi selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Rataan laju respirasi domba Perlakuan Waktu Pengukuran (kali/menit)

Pagi Siang Sore Malam

W1 32.06±2.69b 41.54±1.13a 50.56±5.13a 51.88±3.43a W2 39.23±1.94a 45.17±3.99a 52.17±3.28a 47.38±2.63b Keterangan : W1 = 70% konsentrat + 30% rumput pada pagi hari, W2 = 70% konsentrat + 30%

rumput pada sore hari. Angka-angka pada kolom yang sama diikuti dengan huruf yang berbeda adalah berbeda nyata pada taraf uji 5% (a,b)

Frekuensi pernapasan bervariasai tergantung dari besar badan, umur, aktivitas tubuh, kelelahan dan penuh tidaknya rumen. Bersamaan dengan peningkatan suhu lingkungan, reaksi pertama ternak dalam menghadapi keadaan adalah dengan panting (terengah-engah) dan sweting (berkeringat berlebihan) (Smith dan Mangkoewidjojo 1987). Ali (1999) menjelaskan bahwa peningkatan konsumsi energi nyata meningkatkan laju pernapasan. Peningkatan konsumsi energi dan protein akan mengakibatkan peningkatan kebutuhan oksigen, karena terjadinya peningkatan metabolisme pada tubuh hewan. Peningkatan kebutuhan oksigen harus di imbangi dengan peningkatan pernapasan sehingga proses-proses tubuh berjalan normal.

Tabel 5 memaparkan bahwa pada waktu pengukuran pagi hari W1 memiliki laju respirasi yang lebih rendahdari W2 karena domba W2 memiliki aktifitas atau tingkah lakunya lebih banyak. Makin tinggi aktifitas maka makin banyak jumlah oksigen yang diperlukan dengan konsekuensi terjadi peningkatan frekuensi pernafasan (Soeharso 2010). Laju respirasi di setiap waktu pengukuran mengalami peningkatan karena suhu lingkungan pagi hari semakin meningkat pada siang dan sore hari.

Suhu Rektal

Suhu rektal merupakan suatu indikator yang baik untuk menggambarkan suhu internal dalam tubuh ternak. Suhu permukaan kulit, suhu rektal dan suhu tubuh meningkat dengan meningkatnya suhu lingkungan. Suhu rektal juga menunjukkan efek dari cekaman lingkungan terhadap domba (Purwanto et al. 1994). Rataan suhu rektal domba selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Rataan laju suhu rektal domba Perlakuan Waktu Pengukuran (kali/menit)

Pagi Siang Sore Malam

W1 37.76±0.05b 38.32±0.11a 38.88±0.16a 38.90±0.16a W2 38.45±0.22a 38.63±0.12a 38.71±0.11a 38.55±0.14b Keterangan : W1 = 70% konsentrat + 30% rumput pada pagi hari, W2 = 70% konsentrat + 30%

rumput pada sore hari. Angka-angka pada kolom yang sama diikuti dengan huruf yang berbeda adalah berbeda nyata pada taraf uji 5% (a,b)

(19)

8

W2. Hal ini disebabkan karena aktifitas atau tingkah laku lokomosi W2 lebih tinggi daripada W1. Baillie (1988), menjalaskan bahwa variasi suhu tubuh dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, konsumsi pakan, konsumsi minum, lingkungan, dan aktifitas. Hasil pengukuran suhu rektal di setiap kelompok domba tersebut masih dalam kisaran suhu rektal yag normal. Marai et al. (2007) menyatakan bahwa domba merupakan ternak yang memiliki kemampuan baik dalam proses homoiotermis. Suhu rektal domba yang normal antara 38.8-39.9 oC.

Tingkah Laku Domba

Tingkah laku hewan adalah cara dimana ternak bereaksi terhadap lingkungan disekitarnya atau terhadap suatu rangsangan tertentu. Tingkah laku yang diamati dalam penelitian ini adalah tingkah laku locomotive, ingestive dan

resting.

Tingkah Laku Locomotive

Locomotive merupakan tingkah laku ternak melakukan pergerakan, baik berjalan-jalan maupun mondar-mandir. Berikut merupakan Tabel 7 tingkah laku

locomotive domba.

Tabel 7 Tingkah laku locomotive domba

Waktu Awal Pemeliharaan Tengah Pemeliharaan Akhir Pemeliharaan

W1 W2 W1 W2 W1 W2

Pagi 2.83±0.75a 4.17±1.17b 3.50±0.55 4.17±1.17 3.00±1.55 3.83±1.94 Siang 4.50±0.55A 2.00±0.89B 4.00±0.89A 1.67±0.82B 4.33±2.25a 1.83±1.77b Sore 1.83±0.98A 4.33±1.03B 1.83±0.75A 4.17±0.98B 1.50±1.05a 3.67±2.07b Malam 1.17±0.98 1.50±0.55 1.50±0.55 1.67±0.52 1.00±0.89 1.50±0.84 Keterangan : W1 = 70% konsentrat + 30% rumput pada pagi hari, W2 = 70% konsentrat + 30%

rumput pada sore hari. Angka-angka pada kolom yang sama diikuti dengan huruf yang berbeda adalah berbeda nyata pada taraf uji 5% (a,b)

Tingkah laku lokomosi dapat meliputi berjalan, berlari dan mengelilingi kandang. Tingginya suatu aktivitas lokomosi berkaitan erat dengan sifat alami hewan, seperti dalam kegiatan mencari makan atau pun melakukan aktivitas lain (Wirdadeti dan Dahrudin 2011). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa tingkah laku locomotive domba W1 pada siang lebih tinggi dibanding dombaW2. Hal ini dikarenakan domba W1 masih mempunyai banyak cukup energi untuk melakukan tingkah laku locomotive. Tingkah laku lokomotive pada domba W2 menunjukkan peningkatan pada sore hari seiring dengan frekuensi tingkah laku ingestive.

Tingkah Laku Ingestive

Tingkah laku makan (ingestive) merupakan tingkah laku mengkonsumsi pakan baik padatan maupun cairan serta tingkah laku ruminasi yaitu proses memamah kembali makanan yang dari lambung dan masih kasar kemudian dikeluarkan lagi serta dikunyah dimulut dan ditelan kembali. Tingkah laku

(20)

9

Tabel 8 Tingkah laku Ingestive domba

Waktu Awal Pemeliharaan Tengah Pemeliharaan Akhir Pemeliharaan

W1 W2 W1 W2 W1 W2

Pagi 5.00±0.89A 2.00±0.63B 5.33±0.52A 2.00±0.89B 4.17±2.23a 1.83±1.17b Siang 3.33±0.82A 4.33±1.21B 3.33±0.82 4.00±0.89 2.83±1.72A 3.67±1.86B Sore 1.17±0.75A 5.83±0.75B 2.00±0.63 4.83±0.98 1.33±1.21A 4.17±2.23B Malam 0.33±0.52A 2.33±0.82B 1.00±0.63a 1.83±0.75b 1.00±0.89a 1.83±1.17b Keterangan : W1 = 70% konsentrat + 30% rumput pada pagi hari, W2 = 70% konsentrat + 30%

rumput pada sore hari. Angka-angka pada kolom yang sama diikuti dengan huruf yang berbeda adalah berbeda nyata pada taraf uji 5% (a,b)

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa frekuensi tingkah laku ingestive

pada pagi hari W1 lebih tinggi dibanding W2 karena kondisi pakan W1 penuh sehingga konsumsi meningkat serta rumen domba W1dalam kondisi kosong (lapar). Hal ini berbanding terbalik dengan hasil pengamatan pada sore hari, dimana frekuensi tingkah laku ingestiveW2 lebih tinggi. Frekuensi tingkah laku ingestive pada malam hari menunjukkan bahwa domba W2 melakukan tingkah laku tersebut lebih sering dibanding W1, hal ini dikarenakan persediaan makanan untuk domba W2 masih tersedia dan untuk domba W1 sudah habis. Pengamatan pada siang hari menunjukkan tingkah laku ingestive yang dilakukan kedua kelompok domba berbeda, yaitu domba W1 melakukan ingestive makan dan domba W2 lebih banyak minum. Domba W1 lebih banyak makan karena persediaan pakan masih tersedia. Berbeda dengan domba W2 yang persediaan pakan sudah habis, sehingga domba W2 lebih banyak minum seiring dengan peningkatan suhu lingkungan.

Tingkah Laku Resting

Tingkah laku istirahat (resting) merupakan tingkah laku saat ternak tidak melakukan apa-apa, bisa dilakukan dalam posisi berdiri atau berbaring. Berikut merupakan Tabel tingkah laku resting domba.

Tabel 9 Tingkah laku Resting domba

Waktu Awal Pemeliharaan Tengah Pemeliharaan Akhir Pemeliharaan

W1 W2 W1 W2 W1 W2

Pagi 0.33±0.52A 2.33±0.82B 1.17±0.75 2.00±0.89 1.00±0.89 2.17±1.17 Siang 3.00±0.63A 3.50±1.22B 3.50±0.84 3.83±1.17 2.33±1.37 2.83±2.04 Sore 4.33±1.03A 0.67±0.52B 4.67±0.82A 1.50±0.55B 3.17±1.94A 0.67±0.52B Malam 5.67±0.52A 4.83±0.75B 5.50±0.55 4.83±0.98 4.17±2.04 3.83±2.04 Keterangan : W1 = 70% konsentrat + 30% rumput pada pagi hari, W2 = 70% konsentrat + 30%

rumput pada sore hari. Angka-angka pada kolom yang sama diikuti dengan huruf yang berbeda adalah berbeda nyata pada taraf uji 5% (a,b)

(21)

10

dilakukan dengan posisi bersimpuh, berdiri dan berbaring dengan meletakkan kepala keatas tanah dengan mata terpejam atau terbuka. Tingkah laku resting ini dapat menjadi indikator bahwa ternak tidak dalam kondisi stress, dimana saat resting ternak tidak melakukan apa-apa baik dilakukan dengan cara berbaring maupun berdiri.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Respon fisiologis domba ekor tipis yang diberi pakan dengan waktu pemberian pakan yang berbeda menunjukkan bahwa denyut jantung, laju respirasi dan suhu rektal masih dalam kondisi normal. Tingkah laku locomotivesetiap kelompok domba berbeda pada tiap waktu pengukuran.Tingkah laku ingestive

pada domba dengan pemberian pakan pagi hari dan pemberian pakan sore hariberbeda nyata pada pagi dan sore hari. Tingkah laku resting lebih banyak terjadi pada malam hari dimana domba melakukan istirahat yang berfungsi untuk menghemat energi yang digunakan oleh tubuh, baik pada perlakuan pemberian pakan pagi hari dan sore hari.

Saran

Penelitian lanjutan perlu menggunakan alat atau teknologi yang lebih canggih, supaya bisa menangkap tingkah laku yang lebih bervariasi. Penelitian lanjutan juga perlu menambah durasi pengamatan tingkah laku.

DAFTAR PUSTAKA

Ali AIM. 1999. Respon fisiologis kambing jantan peranakan etawah pada tingkat konsumsi energi dan protein yang berbeda.[skripsi].Bogor (ID): Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.

Awabien RL. 2007. Respon fisiologis domba yang diberi minyak ikan dalam bentuk sabun kalsium. [skripsi].Bogor (ID): Fakultas Peternakan.Institut Pertanian Bogor. Production in The Tropics. ELBS. Longman Group Ltd, Essex.

Fraser AF, BroomDM. 1990. Farm Animal Behaviour and Welfare. London (UK): Bailliiere Tindal publisher.

(22)

11

Isnaeni W. 2006. Fisiologi Hewan. Kanisius. Jakarta.

Kelly WR. 1974. Veterinary Clinical Diagnose. Baltimore (US). The Williams and Wilkins Co. 21 – 38.

Ma’ani A. 2011. Tingkah laku domba garut akibat pencukuran serta produksi wol pada status fisiologis yang berbeda [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.

Marai IFM, El-Darawany AA, Fadiel A, Abdel-Hafez MAM. 2007. Physiological traits as affected by heat stress in sheep. Small Ruminant Research. 71: 1-12. Martin PR, Bateson PPG. 1993. Measuring Behaviour: An Introductory Guide.

New York (US): Cambridge University Pr.

Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2002. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Press.

Purwanto BP, Harada M, Yamamoto S. 1994. Effect of environmental temperature on heat production and It’s energy cost for thermoregulation in dairy heifers. Asian- Aus. J. Anim. Sci.(7) (2) 179 – 182.

Setianah R, Jayadi S, Herman R. 2004. Tingkah laku makan kambing local persilangan yang digembalakan di lahan gambut; studi kasus di kalampangan, palangkaraya, kalimantan tengah. Media Peternakan. (27) (3) 111 – 122.

Silanikove N. 2000. Effects of heat stress on the welfare of extensively managed domestic ruminants. Livest Prod Sci.(67) 1 – 18.

Smith JB, Mangkoewidjojo S. 1988. Pemeliharaan, pembiakan dan Penggunaan

Hewan Percobaan Di Daerah Tropis. Jakarta (ID): Universitas Indonesia Pr.

Sodiq A, Abidin Z. 2002. Penggemukan Domba. Cetakan Pertama. Jakarta (ID): Agro Media Pustaka.

Soeharsono, H. 2010. Fisiologi Ternak. Bandung (ID): WidyaPadjadjaran.

Steel RGD, Torrie JH. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika. Terjemahan Bambang S. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama.

Subronto. 1985. Ilmu Penyakit Ternak. Jilid II. Yogyakarta (ID): Gajah Mada Univ Pr.

Wirdadeti, Dahrudin H. 2011. Perilaku harian simpai (Presbytis melalophos) dalam kandang penangkaran. J. Vet. 12(1):136-141.

Yousef MK. 1985. Stress Physiology in LivestockBasic Principles. Boca Raton, Florida (US): CRC Pr.

LAMPIRAN

Lampiran 1 Analisis ragam denyut jantung domba terhadap waktu pemberian pakan pada waktu pagi hari

Sumber Keragaman Db JK KT F P

Perlakuan 1 1.51 1.51 0.14 0.719

Galat 10 110.15 11.01

(23)

12

Perlakuan Jumlah Rataan Pengelompokan

W1 6 77.2 A

W2 6 76.5 A

Lampiran 2 Analisis ragam denyut jantung domba terhadap waktu pemberian pakan pada siang hari

Sumber Keragaman Db JK KT F P

Perlakuan 1 108.50 108.50 9.35 0.012

Galat 10 116.02 11.60

Total 11 224.53

Perlakuan Jumlah Rataan Pengelompokan

W1 6 80.6 A

W2 6 74.6 B

Lampiran 3 Analisis ragam denyut jantung domba terhadap waktu pemberian pakan pada sore hari

Sumber Keragaman Db JK KT F P

Perlakuan 1 161.95 161.95 9.33 0.012

Galat 10 173.58 17.36

Total 11 335.52

Perlakuan Jumlah Rataan Pengelompokan

W1 6 75.3 B

W2 6 82.6 A

Lampiran 4 Analisis ragam denyut jantung domba terhadap waktu pemberian pakan pada malam hari

Sumber Keragaman Db JK KT F P

Perlakuan 1 30.61 30.61 2.46 0.148

Galat 10 124.52 12.45

Total 11 155.13

Perlakuan Jumlah Rataan Pengelompokan

W1 6 82.6 A

W2 6 79.4 A

Lampiran 5 Analisis ragam laju respirasi domba terhadap waktu pemberian pakan pada pagi hari

Sumber Keragaman Db JK KT F P

Perlakuan 1 154.08 154.08 28.06 0.000

Galat 10 54.91 5.49

Total 11 208.99

Perlakuan Jumlah Rataan Pengelompokan

W1 6 32.1 B

(24)

13

Lampiran 6 Analisis ragam laju respirasi domba terhadap waktu pemberian pakan pada siang hari

Sumber Keragaman Db JK KT F P

Perlakuan 1 39.422 39.422 4.58 0.058

Galat 10 86.135 8.614

Total 11 125.557

Perlakuan Jumlah Rataan Pengelompokan

W1 6 41.5 A

W2 6 45.2 A

Lampiran 7 Analisis ragam laju respirasi domba terhadap waktu pemberian pakan pada sore hari

Sumber Keragaman Db JK KT F P

Perlakuan 1 7.72 7.72 0.42 0.533

Galat 10 185.54 18.55

Total 11 193.26

Perlakuan Jumlah Rataan Pengelompokan

W1 6 52.2 A

W2 6 50.6 A

Lampiran 8 Analisis ragam laju respirasi domba terhadap waktu pemberian pakan pada malam hari

Sumber Keragaman Db JK KT F P

Perlakuan 1 60.750 60.750 6.50 0.029

Galat 10 93.438 9.344

Total 11 154.188

Perlakuan Jumlah Rataan Pengelompokan

W1 6 51.9 A

W2 6 47.4 B

Lampiran 9 Analisis ragam suhu rektal domba terhadap waktu pemberian pakan pada pagi hari

Sumber Keragaman Db JK KT F P

Perlakuan 1 1.4180 1.4180 56.38 0.000

Galat 10 0.2515 0.0252

Total 11 1.6695

Perlakuan Jumlah Rataan Pengelompokan

W1 6 37.8 B

(25)

14

Lampiran 10 Analisis ragam suhu rektal domba terhadap waktu pemberian pakan pada siang hari

Sumber Keragaman Db JK KT F P

Perlakuan 1 0.28393 0.28393 22.76 0.001

Galat 10 0.12477 0.01248

Total 11 0.40870

Perlakuan Jumlah Rataan Pengelompokan

W1 6 38.3 B

W2 6 38.6 A

Lampiran 11 Analisis ragam suhu rektal domba terhadap waktu pemberian pakan pada sore hari

Sumber Keragaman Db JK KT F P

Perlakuan 1 0.07990 0.7990 4.44 0.061

Galat 10 0.18008 0.01801

Total 11 0.25998

Perlakuan Jumlah Rataan Pengelompokan

W1 6 38.9 A

W2 6 38.7 A

Lampiran 12 Analisis ragam suhu rektal domba terhadap waktu pemberian pakan pada malam hari

Sumber Keragaman Db JK KT F P

Perlakuan 1 0.37926 0.37926 17.15 0.002

Galat 10 0.22110 0.02211

Total 11 0.60036

Perlakuan Jumlah Rataan Pengelompokan

W1 6 38.9 A

W2 6 38.5 B

0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00

JAM 06.00 JAM 12.00 JAM 18.00 JAM 00.00

W1

W2

(26)

15

0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00

JAM 06.00 JAM 12.00 JAM 18.00 JAM 00.00

W1

W2 0.00

1.00 2.00 3.00 4.00 5.00

JAM 06.00 JAM 12.00 JAM 18.00 JAM 00.00

W1

W2

0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00

JAM 06.00 JAM 12.00 JAM 18.00 JAM 00.00

W1

W2

Lampiran 14 Grafik tingkah laku locomotive pada tengah pemeliharaan

Lampiran 15 Grafik tingkah laku locomotive pada akhir pemeliharaan

(27)

16

0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00

JAM 06.00 JAM 12.00 JAM 18.00 JAM 00.00

W1

W2

0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00

JAM 06.00 JAM 12.00 JAM 18.00 JAM 00.00

W1

W1

0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00

JAM 06.00 JAM 12.00 JAM 18.00 JAM 00.00

W1

W2

Lampiran 17 Grafik tingkah laku ingestive pada tengah pemeliharaan

Lampiran 18 Grafik tingkah laku ingestive pada akhir pemeliharaan

(28)

17

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jember pada tanggal 4 Juli 1991 dari pasangan Bapak Eko Puji Waluyo dan Ibu Sumining. Penulis merupakan anak pertama dari 3 bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SMAN 2 Lumajang dan pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis diberi kepercayaan untuk menjadi penanggung jawab mata kuliah Dasar Teknologi Hasil Ternak. Selain itu penulis juga pernah lolos dalam PKM Penelitian sebanyak 2 kali yang didanai dikti pada tahun 2012. Penulis pernah lolos dalam program Career Development and Alumni Affairs (CDA) Institut Pertanian Bogor sebagai ajang pembinaan mahasiswa di bidang entrepreneurship pada tahun 2012. Penulis juga aktif sebagai Ketua di himpunan mahasiswa Pakuwojo ( Pasukan Khusus Wong Jowo) yakni himpunan yang menaungi anak-anak dari daerah jawa yang menempuh ilmu di Institut Pertanian Bogor.

0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00

JAM 06.00 JAM 12.00 JAM 18.00 JAM 00.00

W1

W2 0.00

1.00 2.00 3.00 4.00 5.00

JAM 06.00 JAM 12.00 JAM 18.00 JAM 00.00

W1

W2

Lampiran 20 Grafik tingkah laku resting pada tengah pemeliharaan

Gambar

Tabel 2 Rataan suhu dan kelembaban udara didalam dan diluar kandang

Referensi

Dokumen terkait

Dari latar belakang di atas, maka dapat ditarik beberapa rumusan masalah yang akan diteliti yaitu: Bagaimana pengaruh keberadaan modal sosial pada bank syariah (kepercayaan,

Sama halnya seperti yang terjadi kepada keseluruhan informan, walaupun mereka menyaksikan sinetron dengan adegan yang sama, yaitu aksi-aksi yang terkesan negatif

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Alloh SWT, penelitian dengan judul, “Pengembangan Industri Kreatif Digital: Rancang Bangun Animasi Edukasi Berbasis Tablet

SKPD (Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah) sesuai klasifikasi belanja daerah dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah.. • Penyusunan rencana

Pelaksanaan penelitian yang dilakukan adalah pembuatan media buatan, isolasi daun gulma C.odorata yang terinfeksi penyakit, pembiakan murni koloni jamur, identifikasi

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya Yusephine Herdiana Rahayu Ningtyas, menyatakan bahwa skripsi dengan judul : Analisis Pengaruh Agresivitas Pajak terhadap

Baiknya Peranan Bidang Humas pada Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Provinsi Bengkulu dapat ditunjukkan oleh terlaksananya sebagian besar dari rangkaian

Penelitian yang dilakukan oleh Septianingrum (2016) berjudul “Konjungsi dalam Kalimat Majemuk Siswa Kelas X SMK (Studi Kasus Multisitus).” Persamaan penelitian