• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konjungsi Antarklausa Dalam Kalimat Majemuk Bertingkat Pada Karangan Eksposisi Siswa Di SMA Negeri 1 Mojolaban

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Konjungsi Antarklausa Dalam Kalimat Majemuk Bertingkat Pada Karangan Eksposisi Siswa Di SMA Negeri 1 Mojolaban"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

KONJUNGSI ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA KARANGAN EKSPOSISI SISWA DI SMA NEGERI 1 MOJOLABAN

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Oleh:

SINTA CANDRA TIMUR A310130058

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

(2)
(3)
(4)
(5)

KONJUNGSI ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA KARANGAN EKSPOSISI SISWA

DI SMA NEGERI 1 MOJOLABAN Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk untuk (1) Mendeskripsikan wujud penggunaan konjungsi antarklausa dalam kalimat majemuk bertingkat pada karangan eksposisi siswa di SMA Negeri 1 Mojolaban dan (2) Menganalisis ketepatan penggunaan konjungsi subordinatif terhadap kejelasan isi paragraf pada karangan eksposisi siswa di SMA Negeri 1 Mojolaban. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik simak, kemudian dilanjutkan dengan teknik catat. Teknik analisis data menggunakan metode agih, teknik lesap, dan teknik baca markah. Teknik keabsahan data yang digunakan adalah trianggulasi teori. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan 5 wujud penggunaan konjungsi subordinatif, yaitu konjungsi subordinatif penyebaban, konjungsi subordinatif persyaratan, konjungsi subordinatif tujuan, konjungsi subordinatif kewaktuan, dan konjungsi subordinatif pengakibatan. Ketepatan penggunaan konjungsi subordinatif ditemukan pada konjungsi subordinatif penyebaban, konjungsi subordinatif persyaratan, konjungsi subordinatif tujuan, konjungsi subordinatif kewaktuan, dan konjungsi subordinatif pengakibatan. Ketidaktepatan penggunaan konjungsi subordinatif ditemukan pada konjungsi subordinatif penyebaban, konjungsi subordinatif persyaratan, konjungsi subordinatif tujuan, dan konjungsi subordinatif pengakibatan. Kata kunci: kalimat majemuk, konjungsi, teks eksposisi.

Abstract

This study aims to (1) Describe the use of conjunctions between clusters in compound sentences in the exposition of students in SMA Negeri 1 Mojolaban and (2) Analyze the accuracy of subordinate conjunction use on clarity of the contents of the paragraph on the exposition of students in SMA Negeri 1 Mojolaban. The type of this research is descriptive qualitative. Technique of data collecting using technique of refer to, then continued with technique note. The technique of data validity used is triangulation theory. Technique of data analysis using method of agih, technique of lesap, and technique of read markah. Based on the result of the research, there are 5 forms of subordinate conjunctive usage, subordinate conjunction causation, subordinative conjunction of requirement, subordinate conjunction of purpose, subordinate conjunction of timority, and subordinative conjunction of involvement. The accuracy of the use of subordinate conjunctions is found in subordinating conjunctions of causes, subordinative conjunctions of requirements, subordinative conjunctions of goals, subordinate conjunctions of timor, and subordinative conjunctive engagement. Inaccurate use of subordinate conjunctions is found in subordinate conjunctive conjunctions, subordinative conjunctions of requirements, subordinate conjunctive goals, and subordinative engagement conjunctions.

(6)

2 1. PENDAHULUAN

Keterampilan menggunakan konjungsi atau kata hubung merupakan keterampilan yang harus dimiliki oleh siswa dalam kegiatan menulis agar menghasilkan kalimat yang efektif. Konjungsi dibagi menjadi dua, yaitu konjungsi koordinatif dan konjungsi subordinatif. Walaupun ada dua jenis konjungsi, fokus peneliti mengkaji penggunaan konjungsi subordinatif karena penggunaannya paling dominan dalam penulisan teks eksposisi siswa. Kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia tingkat SMA kelas X semester 1 dalam kurikulum 2013 salah satunya adalah menulis teks eksposisi. Tulisan tersebut tidak lepas dari penggunaan konjungsi untuk menghubungkan dua klausa atau lebih dalam kalimatnya.

Tulisan teks eksposisi siswa SMA Negeri 1 Mojolaban tahun ajaran 2016/2017 banyak ditemukan kesalahan, baik penggunaan maupun penempatan khususnya konjungsi subordinatif dalam kalimat majemuk bertingkat. Hal ini disebabkan pada kurikulum 2013, materi konjungsi tidak terdapat materi khusus dan tidak dibahas secara mendalam. Hal tersebut yang melatarbelakangi masih banyaknya kesalahan penulisan konjungsi dalam kalimat majemuk bertingkat. Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk menganalisis wujud penggunaan konjungsi subordinatif pada karangan eksposisi siswa. Penelitian itu diberi judul “Konjungsi Antarklausa dalam Kalimat Majemuk Bertingkat pada Karangan Eksposisi Siswa di SMA Negeri 1 Mojolaban.” Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mendeskripsikan wujud penggunaan konjungsi antarklausa dalam kalimat majemuk bertingkat pada karangan eksposisi siswa di SMA Negeri 1 Mojolaban, (2) Menganalisis ketepatan dan dampak penggunaan konjungsi subordinatif terhadap kejelasan isi paragraf pada karangan eksposisi siswa di SMA Negeri 1 Mojolaban.

Konjungsi adalah kategori yang berfungsi untuk meluaskan satuan yang lain dalam konstruksi hipotaksis, dan selalu menghubungkan dua satuan lain atau lebih dalam konstruksi. Konjungsi menghubungkan bagian-bagian ujaran yang setataran atau yang tidak setataran (Kridalaksana, 2005:102).

(7)

Konjungsi adalah kategori yang menghubungkan kata dengan kata, klausa dengan klausa, atau kalimat dengan kalimat; bisa juga paragraf dengan paragraf (Chaer, 2009:81-82). Konjungsi subordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua konstituen yang kedudukannya tidak sederajat. Ada konstituen atasan dan ada konstituen bawahan (Chaer, 2009:82).

Penelitian yang dilakukan oleh Ratnawati (2015) berjudul “Penggunaan Konjungsi pada Bahasa Tulis Pembelajar Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing.” Persamaan penelitian Ratnawati dengan penelitian ini adalah sama-sama ditemukan penggunaan konjungsi subordinatif tujuan, konjungsi subordinatif pengakibatan/hasil, dan konjungsi subordinatif kewaktuan. Perbedaannya adalah peneliti menemukan penggunaan konjungsi subordinatif penyebaban dan konjungsi subordinatif persyaratan sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Ratnawati ditemukan penggunaan konjungsi subordinatif perbandingan, konjungsi subordinatif alat, konjungsi subordinatif atributif, dan konjungsi subordinatif konsesif.

Penelitian yang dilakukan oleh Septianingrum (2016) berjudul “Konjungsi dalam Kalimat Majemuk Siswa Kelas X SMK (Studi Kasus Multisitus).” Persamaan penelitian Septianingrum dengan penelitian ini adalah sama-sama ditemukan penggunaan konjungsi subordinatif penyebaban, konjungsi subordinatif tujuan, konjungsi subordinatif kewaktuan, dan konjungsi subordinatif persyaratan. Perbedaannya adalah peneliti menemukan penggunaan konjungsi subordinatif pengakibatan sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Septianingrum ditemukan penggunaan konjungsi subordinatif konsesif dan konjungsi subordinatif atributif.

Penelitian yang dilakukan oleh Martinez (2015) berjudul Use of Conjunctions in the Compositions of Secondary Education Students. Persamaan penelitian Martinez dengan penelitian ini adalah sama-sama ditemukan sedikit variasi penggunaan konjungsi dari peserta didik. Perbedaannya adalah peneliti menemukan kesulitan yang dialami peserta didik dalam menggunakan konjungsi penyebaban dan persyaratan sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Martinez

(8)

4

ditemukan kesulitan yang dialami peserta didik dalam menggunakan konjungsi berlawanan dan aditif.

Penelitian yang dilakukan oleh Markhamah (2015) berjudul “Peran yang Diisi oleh Satuan Lingual Berpronomina Persona Pertama pada Teks Terjemahan Alquran.” Hasil penelitian ini menunjukkan peran yang diisi oleh satuan lingual yang ber-PPI meliputi peran pelaku, peran diterangkan/digolongkan, peran arah/tujuan, peran tindakan/perbuatan, peran dikenal, peran tindakan pasif, peran penjelas, peran pemerolehan, peran keberadaan, peran objektif, peran penerima, peran waktu, peran pengalam, peran peruntukkan, peran penderita, dan peran milik.

Penelitian yang dilakukan oleh Markhamah (2014) berjudul “Efektivitas Model Materi Ajar Sintaksis Berbasis Teks Terjemahan Alquran dan Persepsi Mahasiswa terhadap Model Itu.” Hasil penelitian ini menunjukkan terjadi kenaikan nilai rata-rata pretes ke postes, nilai terendah pretes dan postes, dan nilai tertinggi pretes dan postes. Peningkatan nilai rata-rata pretes ke postes sebesar 53 poin (dari nilai rata-rata 23,5 menjadi 76,5). Nilai terendah pretes 5 naik menjadi 35 pada postes dan nilai tertinggi pada postes naik dari 35 menjadi 95.

Penelitian yang dilakukan oleh Markhamah (2014) berjudul “Bentuk Campur Kode pada Teks Terjemahan Alquran.” Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk campur kode yang ditemukan pada TTA terdiri atas kalimat, frasa, kata berimbuhan, dan kata tunggal. Campur kode yang berupa kata tunggal kebanyakan berupa nomina dan yang berupa kata berimbuhan kebanyakan berupa verba. Campur kode yang berbentuk frasa kebanyakan berupa frasa yang kedua unsurnya BA dan termasuk frasa nomina.

2. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Bogdan dan Tylor (dalam Moleong, 2007:4) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Data dalam penelitian ini berupa kalimat

(9)

yang menunjukkan adanya konjungsi subordinatif dalam kalimat majemuk bertingkat pada karangan eksposisi siswa di SMA Negeri 1 Mojolaban. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik simak, kemudian dilanjutkan dengan teknik catat yakni teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan pencatatan hasil penyimakan penggunaan bahasa.

Teknik analisis data menggunakan metode agih, teknik lesap, dan teknik baca markah. Metode agih adalah metode yang alat penentuannya di dalam menjadi bagian dari bahasa (langue) yang bersangkutan (Sudaryanto, 2015:15). Teknik keabsahan data yang digunakan adalah trianggulasi teori. Patton (dalam Sutopo, 2006:98) menyatakan bahwa triangulasi teori dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan yang dikaji.

3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Konjungsi subordinatif pada karangan eksposisi siswa di SMA Negeri 1 Mojolaban kelas X IPA 1 terdiri dari konjungsi subordinatif penyebaban, konjungsi subordinatif persyaratan, konjungsi subordinatif tujuan, konjungsi subordinatif kewaktuan, dan konjungsi subordinatif pengakibatan. Berikut ini disajikan wujud dan ketepatan penggunaan konjungsi subordinatif dalam karangan eksposisi siswa.

3.1 Wujud Penggunaan Konjungsi Subordinatif 3.1.1 Konjungsi Subordinatif Penyebaban

(1) Hutan merupakan sumber daya alam yang tidak ternilai karena di dalamnya terkandung keanekaragaman hayati sebagai sumber plasma nutfah, sumber hasil hutan kayu dan non kayu, pengatur tata air, pencegah banjir, dan erosi tanah. (KE9/P1/K2)

Kalimat pada data (1) menggunakan konjungsi subordinatif penyebaban dengan kata hubung karena. Konjungsi subordinatif KE1 : Karangan Eksposisi ke-1

P1 : Paragraf ke-1 K1 : Kalimat ke-1

(10)

6

karena berfungsi menyatakan hubungan sebab. Hubungan sebab

yang dimaksud, yaitu karena di dalamnya terkandung keanekaragaman hayati sebagai sumber plasma nutfah, sumber hasil hutan kayu dan non kayu, pengatur tata air, pencegah banjir, dan erosi tanah maka hutan merupakan sumber daya alam yang tidak ternilai.

3.1.2 Konjungsi Subordinatif Persyaratan

(2) Jika penebangan hutan dilakukan terus menerus tanpa ada penanaman kembali maka hutan akan gundul. (KE3/P2/K2)

Kalimat pada data (2) menggunakan konjungsi subordinatif persyaratan dengan kata hubung jika. Konjungsi subordinatif jika

berfungsi menyatakan hubungan syarat. Konjungsi persyaratan menghubungkan klausa jika penebangan hutan dilakukan terus menerus tanpa ada penanaman kembali dengan klausa hutan akan gundul. Hubungan syarat yang dimaksud, yaitu jika penebangan hutan dilakukan terus menerus tanpa ada penanaman hutan kembali, hutan akan gundul.

3.1.3 Konjungsi Subordinatif Tujuan

(3) Peraturan tersebut dibuat agar alam di Indonesia tetap terjaga. (KE6/P3/K3)

Kalimat pada data (3) menggunakan konjungsi subordinatif tujuan ditandai dengan kata hubung agar yang terletak di tengah kalimat. Konjungsi subordinatif tujuan berfungsi menyatakan hubungan tujuan dilakukannya tindakan yang disebutkan pada induk kalimat. Konjungsi subordinatif tujuan menghubungkan klausa peraturan tersebut dibuat dengan klausa agar alam di Indonesia tetap terjaga. Tujuan yang dimaksud adalah agar alam di Indonesia tetap terjaga.

3.1.4 Konjungsi Subordinatif Kewaktuan

(4) Banjir adalah peristiwa alam yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan. (KE11/P1/K1)

Kalimat pada data (4) menggunakan konjungsi subordinatif kewaktuan ditandai dengan kata hubung ketika yang terletak di

(11)

tengah kalimat. Konjungsi subordinatif kewaktuan berfungsi menyatakan hubungan waktu antara dua peristiwa. Konjungsi kewaktuan menghubungkan klausa banjir adalah peristiwa alam yang terjadi dengan klausa ketika aliran air yang berlebihan

merendam daratan. Hubungan waktu yang dimaksud adalah

ketika air merendam daratan, banjir terjadi. 3.1.5 Konjungsi Subordinatif Pengakibatan

(5) Selain itu, banyaknya sampah di sungai juga menyebabkan tersumbatnya aliran sungai sehingga drainase tidak lancar. (KE11/P2/K3)

Kalimat pada data (5) menggunakan konjungsi subordinatif pengakibatan dengan kata hubung sehingga. Konjungsi subordinatif sehingga berfungsi menyatakan hubungan akibat. Konjungsi subordinatif pengakibatan menghubungkan klausa banyaknya sampah di sungai juga menyebabkan tersumbatnya aliran sungai dengan klausa sehingga drainase tidak lancar. Akibat dari banyaknya sampah di sungai, yaitu drainase tidak lancar.

3.2 Ketepatan Penggunaan Konjungsi Subordinatif 3.2.1 Penggunaan Konjungsi Subordinatif yang Tepat

3.2.1.1 Konjungsi Subordinatif Penyebaban

(1) Hutan merupakan sumber daya alam yang tidak ternilai

karena di dalamnya terkandung keanekaragaman hayati

sebagai sumber plasma nutfah, sumber hasil hutan kayu dan non kayu, pengatur tata air, pencegah banjir, dan erosi tanah. (KE9/P1/K2)

Penggunaan konjungsi karena dalam kalimat pada data (1) sudah tepat karena dapat diletakkan di tengah kalimat. Konjungsi subordinatif karena dapat menyatakan hubungan sebab. Anak kalimat pada data (1) karena di dalamnya terkandung keanekaragaman hayati sebagai sumber plasma nutfah, sumber hasil hutan kayu dan non kayu, pengatur tata air, pencegah banjir, dan erosi tanah bersifat tegar, apabila posisinya diubah kalimatnya tidak gramatikal.

(12)

8

3.2.1.2 Konjungsi Subordinatif Persyaratan

(2) Jika kita ingin membangun pemukiman, kita harus

mempertimbangkan dampak baik dan buruknya.

(KE36/P4/K2)

Penggunaan konjungsi jika dalam kalimat pada data (2) sudah tepat karena dapat diletakkan di awal kalimat. Konjungsi subordinatif persyaratan menghubungkan klausa jika kita ingin membangun pemukiman dengan klausa kita harus mempertimbangkan dampak baik dan buruknya. Anak kalimat pada data (2) jika kita ingin membangun pemukiman bersifat longgar sehingga posisinya dapat diubah tanpa mengubah kegramatikalan kalimat.

3.2.1.3 Konjungsi Subordinatif Tujuan

(3) Peraturan tersebut dibuat agar alam di Indonesia tetap terjaga. (KE6/P3/K3)

Penggunaan konjungsi agar dalam kalimat pada data (3) sudah tepat karena dapat diletakkan di tengah kalimat. Konjungsi subordinatif agar dapat menyatakan hubungan tujuan. Konjungsi subordinatif tujuan menghubungkan klausa peraturan tersebut dibuat dengan klausa agar alam di Indonesia tetap terjaga. Anak kalimat pada data (3) agar alam di Indonesia tetap terjaga bersifat tegar, apabila posisinya diubah kalimatnya tidak gramatikal.

3.2.1.4 Konjungsi Subordinatif Kesewaktuan

(4) Banjir adalah peristiwa alam yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan. (KE11/P1/K1)

Penggunaan konjungsi ketika dalam kalimat pada data (4) sudah tepat karena dapat diletakkan di tengah kalimat. Konjungsi subordinatif ketika dapat menyatakan hubungan waktu. Anak kalimat pada data (4) ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan bersifat tegar, apabila posisinya diubah kalimatnya tidak gramatikal.

(13)

3.2.1.5 Konjungsi Subordinatif Pengakibatan

(5) Selain itu, banyaknya sampah di sungai juga menyebabkan tersumbatnya aliran sungai sehingga drainase tidak lancar. (KE11/P2/K3)

Penggunaan konjungsi sehingga dalam kalimat pada data (5) sudah tepat karena dapat diletakkan di tengah kalimat. Konjungsi subordinatif sehingga dapat menyatakan hubungan akibat. Anak kalimat pada data (5) sehingga drainase tidak lancar bersifat tegar, apabila posisinya diubah kalimatnya tidak gramatikal.

3.2.2 Penggunaan Konjungsi Subordinatif yang Tidak Tepat 3.2.2.1 Konjungsi Subordinatif Penyebaban

(1) Sebaiknya kebiasaan masyarakat yang buruk tersebut ditegur dan dilarang. Karena hal tersebut berdampak buruk bagi alam dan juga masyarakat. (KE13/P3/K3)

Penggunaan konjungsi karena dalam kalimat pada data (1) tidak tepat karena penempatan konjungsi yang tidak tepat. Kalimat pada data (1) konjungsi karena tidak dapat diletakkan di awal kalimat karena tidak ada keterangan yang menduduki fungsi sebagai induk kalimat sehingga posisinya tidak dapat diubah. Hubungan sebab pada kalimat tersebut menjadi tidak jelas.

Pembetulan:

(1a) Masyarakat sebaiknya ditegur dan dilarang karena

kebiasaan tersebut berdampak buruk bagi alam dan masyarakat.

3.2.2.2 Konjungsi Subordinatif Persyaratan

(2) Jika penebangan hutan dilakukan terus menerus tanpa ada

penanaman kembalimaka hutan akan gundul. (KE3/P2/K2)

Penggunaan konjungsi jika dalam kalimat pada data (2) tidak tepat karena penggunaan konjungsi rangkap yang tidak tepat. Kalimat pada data (2) induk kalimat dan anak kalimat sama-sama didahului oleh konjungsi sehingga mengaburkan kedudukan induk kalimat dan anak kalimatnya. Konjungsi

maka sebaiknya dihilangkan agar diketahui induk kalimat dan anak kalimatnya sehingga dapat menyatakan hubungan syarat.

(14)

10

Jika konjungsi terletak di awal kalimat, anak kalimat dan induk kalimat harus dipisahkan dengan tanda koma.

Pembetulan:

(2a) Jika penebangan hutan dilakukan terus menerus tanpa

ada penanaman kembali, hutan akan gundul. 3.2.2.3 Konjungsi Subordinatif Tujuan

(3) Semakin meningkatnya populasi manusia dan menyempitnya lahan untuk tempat tinggal menjadi alasan orang untuk

membakar hutan dan membuka lahan baru. (KE21/P1/K2) Penggunaan konjungsi untuk dalam kalimat pada data (3) tidak tepat karena penggunaan konjungsi rangkap yang tidak tepat. Konjungsi untuk pada klausa lahan untuk tempat tinggal sebaiknya dihilangkan agar diketahui induk kalimat dan anak kalimatnya sehingga dapat menyatakan hubungan tujuan.

Pembetulan:

(3a) Semakin meningkatnya populasi manusia dan

menyempitnya lahan untuk tempat tinggal menjadi

alasan orang untuk membakar hutan dan membuka

lahan baru.

3.2.2.4 Konjungsi Subordinatif Pengakibatan

(4) Ketiga, banjir juga menyebabkan jatuhnya korban jiwa.

Sehingga banjir banyak menyebabkan efek negatif.

(KE35/P2/K5)

Penggunaan konjungsi sehingga dalam kalimat pada data (4) tidak tepat karena penempatan konjungsi yang tidak tepat. Konjungsi sehingga tidak dapat diletakkan di awal kalimat. Klausa banjir juga menyebabkan jatuhnya korban jiwa dengan klausa sehingga banjir banyak menyebabkan efek negatif sebaiknya diubah menjadi satu kalimat agar dapat menyatakan hubungan akibat.

Pembetulan:

(4a) Ketiga, banjir juga menyebabkan jatuhnya korban jiwa

sehingga banjir banyak menyebabkan efek negatif.

Berkaitan dengan penelitian yang relevan tentang penggunaan konjungsi subordinatif pada karangan eksposisi siswa, akan dipaparkan persamaan dan

(15)

perbedaan yang ditemukan dari hasil penelitian terdahulu. Penelitian yang dilakukan oleh Ratnawati (2015) berjudul “Penggunaan Konjungsi pada Bahasa Tulis Pembelajar Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing.” Persamaan penelitian Ratnawati dengan penelitian ini adalah sama-sama ditemukan penggunaan konjungsi subordinatif tujuan, konjungsi subordinatif pengakibatan/hasil, dan konjungsi subordinatif kewaktuan. Perbedaannya adalah peneliti menemukan penggunaan konjungsi subordinatif penyebaban dan konjungsi subordinatif persyaratan sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Ratnawati ditemukan penggunaan konjungsi subordinatif perbandingan, konjungsi subordinatif alat, konjungsi subordinatif atributif, dan konjungsi subordinatif konsesif.

Penelitian yang dilakukan oleh Septianingrum (2016) berjudul “Konjungsi dalam Kalimat Majemuk Siswa Kelas X SMK (Studi Kasus Multisitus).” Persamaan penelitian Septianingrum dengan penelitian ini adalah sama-sama ditemukan penggunaan konjungsi subordinatif penyebaban, konjungsi subordinatif tujuan, konjungsi subordinatif kewaktuan, dan konjungsi subordinatif persyaratan. Perbedaannya adalah peneliti menemukan penggunaan konjungsi subordinatif pengakibatan sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Septianingrum ditemukan penggunaan konjungsi subordinatif konsesif dan konjungsi subordinatif atributif.

Penelitian yang dilakukan oleh Martinez (2015) berjudul Use of Conjunctions in the Compositions of Secondary Education Students. Persamaan penelitian Martinez dengan penelitian ini adalah sama-sama ditemukan sedikit variasi penggunaan konjungsi dari peserta didik. Perbedaannya adalah peneliti menemukan kesulitan yang dialami peserta didik dalam menggunakan konjungsi penyebaban dan persyaratan sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Martinez ditemukan kesulitan yang dialami peserta didik dalam menggunakan konjungsi berlawanan dan aditif.

4. PENUTUP

Penelitian didasarkan pada hasil karangan eksposisi siswa di SMA Negeri 1 Mojolaban berjumlah 32 karangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukan lima wujud penggunaan konjungsi subordinatif berupa konjungsi

(16)

12

subordinatif penyebaban, konjungsi subordinatif persyaratan, konjungsi subordinatif tujuan, konjungsi subordinatif kewaktuan, dan konjungsi subordinatif pengakibatan.

Pada karangan eksposisi siswa ditemukan penggunaan konjungsi subordinatif yang tepat dan tidak tepat. Ketepatan penggunaan konjungsi subordinatif ditemukan pada konjungsi subordinatif penyebaban, konjungsi subordinatif persyaratan, konjungsi subordinatif tujuan, konjungsi subordinatif kewaktuan, dan konjungsi subordinatif pengakibatan. Ketidaktepatan penggunaan konjungsi subordinatif ditemukan pada konjungsi subordinatif penyebaban, konjungsi subordinatif persyaratan, konjungsi subordinatif tujuan, dan konjungsi subordinatif pengakibatan.

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia: Pendekatan Proses. Jakarta: Rineka Cipta.

Kridalaksana, Harimurti. 2005. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Markhamah, Abdul Ngalim, dan Muhammad Muinuddinilah Basri. 2014. “Efektivitas Model Materi Ajar Sintaksis Berbasis Teks Terjemahan Alquran dan Persepsi Mahasiswa terhadap Model Itu.” Makalah disajikan pada Seminar Internasional PIBSI, pada 11-12 Oktober, Hotel HOM, Yogyakarta. (https://www.researchgate.net/publication/273144999). Diakses pada 17 Juli 2017.

Markhamah, dkk. 2014. “Bentuk Campur Kode pada Teks Terjemahan Alquran.” Makalah disajikan pada Musyawarah dan Seminar Nasional Asosiasi, pada 24-25 Oktober 2014, Universitas Sebelas Maret. (https://www.researchgate.net/publication/273145077). Diakses pada 17 Juli 2017.

Markhamah, dkk. 2015. “Peran yang Diisi oleh Satuan Lingual Berpronomina Persona Pertama pada Teks Terjemahan Alquran.” Makalah disajikan pada The 1st University Research Qolluquium, pada 24 Januari, Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

(https://www.researchgate.net/publication/273145091). Diakses pada 17 Juli 2017.

Martinez, Ana Cristina Lahuerta. 2015. “Use of Conjunctions in the Compositions of Secondary Education Students.” Procedia-Social and Behavioral Sciences, 212(2):42-46. (http://www.sciencedirect.com). Diakses pada 25 Januari 2017.

(17)

Moleong, Lexy. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remadja Roesdakarya.

Ratnawati. 2015. “Penggunaan Konjungsi pada Bahasa Tulis Pemelajar Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing.” Sawerigading, 21(3):367—379. (http://sawerigading.web.id/index.php/sawerigading/article/view/96). Diakses pada 25 Januari 2017.

Septianingrum, Dwi Angga, Sumadi, dan Sunaryo. 2016. “Konjungsi dalam Kalimat Majemuk Siswa Kelas X SMK (Studi Kasus Multisitus).” Jurnal Pendidikan

(Teori, Penelitian, dan Pengembangan), 1(2):214—221.

(http://journal.um.ac.id/index.php/jptpp/article/view/6124). Diakses pada 25 Januari 2017.

Sudaryanto. 2015. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistik. Yogyakarta: Sanata Dharma University Press.

Sutopo, H.B. 2002. 2006. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Aplikasinya dalam Penelitian. Surakarta: Sebelas Maret University Press.

(https://www.researchgate.net/publication/273144999) (https://www.researchgate.net/publication/273145077). (https://www.researchgate.net/publication/273145091) 46. (http://www.sciencedirect.com) (http://sawerigading.web.id/index.php/sawerigading/article/view/96) (http://journal.um.ac.id/index.php/jptpp/article/view/6124)

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Dua faksi protein hasil isolasi menunjukkan kemampuan antioksidan, dimana protein dengan berat molekul sekitar 30 kD mempunyai aktivitas antioksidan tertinggi

This paper presents an optimized look-up table (i.e. voltage vector selection) and a Constant Frequency Torque Controller (CFTC) proposed in [7] to achieve constant

Dalam tinjauan pustaka ini, penulis mencoba untuk memberikan informasi bagaimana struktur genom HCV, cara virus bereplikasi dan keragaman variabilitas subtipe mutan yang

Tahap selanjutnya menguji coba kesembilan belas butir instrumen di lapangan yang dianalisis menggunakan analisis faktor Exploratori dengan melihat nilai korelasi setiap butir,

Menjemur rumput laut dengan menggunakan metode para–para selain rumput laut tidak langsung menyentuh permukaan tanah, waktu pengeringan menjadi lebih efisien karena sirkulasi

Penelitian dilakukan dalam tiga tahapan yaitu: pengujian/analisis metabolit (asam organik dan enzim fosfatase), uji antagonis BPF dengan patogen kedelai secara in

a) Teori sosiologi pertama berbicara tentang perilaku kewirausahaan dikemukakan oleh Max Webermenurutnya perilaku kewirausahaan ada hubungannya dengan kepercayaan yang