• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Fungsi Pengaman dan Estetika Jalur Hijau Jalan Pajajaran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi Fungsi Pengaman dan Estetika Jalur Hijau Jalan Pajajaran"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI FUNGSI PENGAMAN DAN ESTETIKA

JALUR HIJAU JALAN PAJAJARAN

KOTA BOGOR

IKHWAN MA’RIFATULLAH

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

ABSTRAK

IKHWAN MA’RIFATULLAH. Evaluasi Fungsi Pengaman dan Estetika Jalur Hijau Jalan Pajajaran Kota Bogor. Dibimbing oleh BAMBANG SULISTYANTARA.

Jalan Pajajaran merupakan salah satu jalan utama di Kota Bogor yang banyak digunakan oleh masyarakat, namun jalan ini juga termasuk kedalam daerah rawan kecelakaan. Penelitian ini menggunakan metode survey dengan beberapa parameter kuantitatif. Tujuan penelitian ini adalah menilai fungsi pengaman dan estetika jalur hijau Jalan Pajajaran Kota Bogor serta merumuskan suatu bentuk rekomendasi penataan jalur hijau yang mengakomodasikan fungsi pengaman dan estetika. Fungsi pengaman pada jalur hijau jalan meliputi fungsi peneduh, kontrol pandangan, kontrol kesilauan, pengarah dan peredam kecelakaan sedangkan fungsi estetika meliputi pemilihan jenis tanaman serta pengaturan tanaman. Evaluasi fungsi pengaman jalur hijau Jalan Pajajaran menunjukkan bahwa dari 9 segmen lokasi pada daerah pinggir jalan, terdapat 4 segmen lokasi yang dinyatakan dalam kondisi tidak baik, sedangkan dari 6 segmen lokasi pada daerah median jalan terdapat 1 segmen lokasi dikategorikan tidak baik. Evaluasi pada aspek estetika terdapat 6 segmen pada tepi jalan tidak dalam kondisi baik sedangkan 3 segmen pada median jalan dalam kondisi yang sama. Pada segmen yang telah memenuhi kriteria pengaman dan estetika perlu dipertahankan keberadaannya sedangkan pada segmen yang belum baik diperlukan peningkatan untuk memenuhi kriteria tersebut.

Kata kunci: Evaluasi, fungsi pengaman, fungsi estetika, jalur hijau.

ABSTRACT

IKHWAN MA’RIFATULLAH. Evaluation of Safety and Aesthetics Function of Roadside Trees on Pajajaran Street in Bogor City. Supervised by BAMBANG SULISTYANTARA.

Pajajaran street is one of the main street in Bogor City that intensively used by the citizen, but this street included into one of accident prone street in Bogor. This study used survey methode with some quantitative parameters. The purpose of this study are to assess the safety and aesthetics function of the roadside trees on Pajajaran street and to formulate a form of recommendations for the roadside trees which accommodate a safety and aesthetic function. Safety functions on the roadside trees consist of shade function, view control, glare control, steering guide and accident reducer, while aesthetics function consist of the selection type of plant and plant management. Evaluation of the safety functions of roadside trees on Pajajaran street showed that from 9 segments locations on the roadside, there were 4 segments were in not good condition, while from 6 segments locations on the median road there was one segment which was stated in not good condition. Evaluation of aesthetics aspect showed there are 6 segments which were stated in not good condition on the roadside, while on the median road there were 3 segments which were stated in not good condition. Existence of segments which had met safety and aesthetic criteria were needed to be maintained, and segments which had not in good condition needed to be improved to meet the criteria.

(3)

EVALUASI FUNGSI PENGAMAN DAN ESTETIKA

JALUR HIJAU JALAN PAJAJARAN

KOTA BOGOR

IKHWAN MA’RIFATULLAH

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Sarjana Pertanian

pada

Departemen Arsitektur Lanskap

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Evaluasi Fungsi Pengaman dan Estetika Jalur Hijau Jalan Pajajaran Kota Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2014

Ikhwan Ma’rifatullah

(5)

©

Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencatumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya tulis ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(6)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi dengan judul “Evaluasi Fungsi Pengaman dan Estetika Jalur Hijau Jalan Pajajaran Kota Bogor” dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapat gelar Sarjana Pertanian yang telah dilaksanakan di Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Terima kasih penulis ucapkan kepada pihak-pihak yang terlibat dan berkontribusi dalam proses penelitian serta penyelesaian penulisan skripsi ini, yaitu kepada:

1. Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, M.Agr. selaku pembimbing yang telah memberikan saran dan pengarahan selama kegiatan penyusunan skripsi ini.

2. Dr. Ir. Nizar Nasrullah, M.Agr. selaku dosen pembimbing akademik atas bimbingan, masukkan, dan arahannya selama penulis menjalani kuliah. 3. Dr. Ir. Aris Munandar, MS. Dan Pingkan Nuryanti, ST, M.Eng selaku

dosen penguji atas masukan, bimbingan, kritik dan saran dalam penyempurnaan skripsi ini.

4. Eko Priyono, S.Pd., M.Pd. dan Anggraiwati S.Pd., M.Pd. selaku kedua orang tua atas kasih sayang, doa dan dukungannya dalam penyususnan skripsi ini.

5. Teman-teman Arsitektur Lanskap Angkatan 47, Teman-teman Wisma

Camar dan seluruh sahabat IPB yang telah memberikan do’a, dukungan

serta motivasi, saran dan nasehatnya.

Penulis berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat untuk pihak-pihak yang memerlukan dan bermanfaat sebagai referensi bagi penelitian lain yang dilaksanakan pada masa yang akan datang.

Bogor, September 2014

(7)

DAFTAR ISI

Manusia Sebagai Pemakai Jalan 5

Peranan Jalur Hijau Dalam Peningkatan Fungsi Pengaman 6 Peranan Jalur Hijau Dalam Peningkatan Nilai Estetika Lingkungan 7

METODOLOGI 8

Fungsi Pengaman Berdasarkan Jarak Tanam 27

Fungsi Pengaman Berdasarkan Massa Daun 30

Fungsi Pengaman Berdasarkan Tinggi Tanaman 33

Fungsi Pengaman Berdasarkan Bentuk Tajuk, Batang dan Percabangan 37

Fungsi Estetika 40

Fungsi Estetika Berdasarkan Variasi Warna Daun, Bunga dan Buah 41 Fungsi Estetika Berdasarkan Tekstur Tanaman 43 Fungsi Estetika Berdasarkan Bentuk Tajuk dan Percabangan 45

Fungsi Estetika Berdasarkan Jarak Tanam 47

Pengkategorian Fungsi Pengaman 51

Pengkategorian Fungsi Estetika 53

Fungsi Pengaman dan Estetika 55

Fungsi Jalur Hijau Jalan Bagi Lingkungan 55

(8)

Fungsi Pengaman 57 2. Cara Penilaian/Pengkategorian Fungsi Pengaman 13 3. Cara Penilaian/Pengkategorian Fungsi Estetika 13

4. Jenis dan jumlah pohon di Jalan Pajajaran 18

5. Jenis dan jumlah pohon pada segmen lokasi 1 19 6. Jenis dan jumlah pohon pada segmen lokasi 2 19 7. Jenis dan jumlah pohon pada segmen lokasi 3 20 8. Jenis dan jumlah pohon pada segmen lokasi 4 21 9. Jenis dan jumlah pohon pada segmen lokasi 5 21 10. Jenis dan jumlah pohon pada segmen lokasi 6 22 11. Jenis dan jumlah pohon pada segmen lokasi 7 23 12. Jenis dan jumlah pohon pada segmen lokasi 8 23 13. Jenis dan jumlah pohon pada segmen lokasi 9 23 14. Kondisi lingkungan jalan setiap segmen lokasi 25 15.Penilaian fungsi pengaman dengan indikator penataan 26

(jarak tanam)

16. Penilaian fungsi pengaman dengan indikator karakter 30 tanaman (massa daun)

17.Penilaian fungsi pengaman dengan indikator karakter 34 tanaman (tinggi tanaman)

18.Penilaian fungsi pengaman dengan indikator karakter 37 tanaman (bentuk tajuk, batang dan percabangan)

19.Penilaian fungsi estetika dengan indikator 41 pemilihan jenis tanaman (variasi warna daun, bunga dan buah)

20.Penilaian fungsi estetika dengan indikator 43 pemilihan jenis tanaman (tekstur tanaman)

21.Penilaian fungsi estetika dengan indikator pemilihan jenis tanaman 46 (bentuk tajuk dan percabangan)

22. Penilaian fungsi estetika dengan indikator penataan tanaman 48 (jarak tanam)

(9)

27. Hasil penilaian fungsi pengaman 57

28. Hasil penilaian fungsi estetika 58

29. Rekomendasi penataan tanaman 59 Baranangsiang (b) Pohon mati pada pinggir jalan dekat persimpangan

Jalan Achmad Sobana

15. Fungsi pengaman dengan indikator jarak tanam pada pinggir jalan 27 16. Fungsi pengaman dengan indikator jarak tanam pada median jalan 27 17. (a) Jarak tanam yang baik pada pinggir jalan di depan MB IPB 28 (b) Jarak tanam yang baik pada pinggir jalan di dekat persimpangan Jalan

Pajajaran Indah

18. Fungsi pengaman dengan indikator massa daun pada pinggir jalan 31 19. Fungsi pengaman dengan indikator massa daun pada median jalan 31 20. (a) massa daun yang kurang baik pada pinggir jalan di dekat 33 MB IPB (b) massa daun yang kurang baik pada median jalan di dekat persimpangan Jalan Achmad Sobana

21. Fungsi pengaman dengan indikator tinggi tanaman pada pinggir jalan 34 22. Fungsi pengaman dengan indikator tinggi tanaman pada median jalan 34 23. Tinggi pohon pada pinggir jalan di dekat persimpangan 35 jalan Achmad Sobana

24. Fungsi pengaman dengan indikator bentuk tajuk, batang dan 38 percabangan pada pinggir jalan

25. Fungsi pengaman dengan indikator bentuk tajuk, batang dan 38 percabangan pada median jalan

26. Tajuk yang saling bersinggungan pada median jalan 40 di dekat di dekat Jambu Dua

27. Fungsi estetika dengan indikator variasi warna daun, 41 bunga dan buah pada pinggir jalan

(10)

29. (a) Variasi warna dari nurseri pada pinggir jalan di dekat 42 persimpangan Jalan Achmad Sobana (b) Variasi warna

pada median jalan di dekat Tugu Kujang

30. Fungsi estetika dengan indikator tekstur tanaman pada pinggir jalan 43 31. Fungsi estetika dengan indikator tekstur tanaman pada median jalan 43 32. (a) Tekstur tanaman yang halus pada median jalan di dekat 44 persimpangan Jalan Pajajaran Indah (b) tekstur tanaman

yang halus pada pinggir jalan di dekat Persimpangan Achmad Sobana

33. Fungsi estetika dengan indikator bentuk tajuk dan percabangan pada 45 pinggir jalan

34. Fungsi estetika dengan indikator bentuk tajuk dan percabangan pada 45 median jalan

35. Bentuk tajuk dan percabangan tanaman pada median jalan di dekat 47 Masjid Raya Bogor

36. Fungsi estetika dengan indikator pengaturan tanaman pada pinggir 48 jalan

37. Fungsi estetika dengan indikator pengaturan tanaman pada median 48 jalan

38. (a) Jarak tanam yang berjauhan pada pinggir jalan di 50 dekat persimpangan Jalan Pangrango (b) Jarak tanam

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jalan merupakan jalur sirkulasi penting di Indonesia yang menjadi jalur penghubung suatu daerah ke daerah lainnya. Perkembangan suatu kota diikuti dengan perkembangan jalur sirkulasinya. Pembangunan fisik seperti jalan perlu diimbangi dengan pembangunan tata hijaunya. Salah satu bentuk hutan kota menurut Dahlan (1992) adalah jalur hijau jalan dengan elemen utama pohon tepi jalan. Kehadiran pohon tepi jalan sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang menyenangkan bagi pengguna jalan karena memiliki sifat fisiologis antara lain kemampuan menyerap polusi dan penghasil oksigen. Selain itu pohon memiliki sifat fisik yang dapat memberikan nilai estetika dari bentuk, testur, warna, aroma dan bagian lainnya.

Bogor merupakan salah satu kota yang sedang mengalami pertumbuhan pembangunan di berbagai bidang seperti sarana sistem transportasi. Semakin banyaknya jumlah kendaraan di wilayah perkotaan telah mengakibatkan gangguan terhadap lingkungan. Jalan-jalan utama di perkotaan perlu dilengkapi fasilitas untuk menjaga keamanan pengguna jalan termasuk penataan jalur hijau. Kualitas visual pada jalan utama perkotaan dibutuhkan perhatian untuk menghindari kemonotonan para pengguna jalan. Konfigurasi dan struktur tata hijau diharapkan mampu meningkatkan fungsi keamanan serta kualitas visual pada jalan.

Carpenter et al. (1975) mengemukakan bahwa tanaman dapat merekayasa estetika, disamping memberikan hasil juga dapat mengontrol erosi dan air tanah, mengurangi polusi udara, menurunkan suhu, mengurangi kebisingan, mengendalikan air limbah, mengontrol lalu-lintas dan cahaya yang menyilaukan, mengurangi pantulan cahaya serta mengurangi bau. Lebih lanjut Carpenter et.al (1975) mengemukakan, perencanaan lanskap jalan memerlukan pemikiran yang seksama, tidak hanya memikirkan nilai fungsi seperti keamanan, kesenangan dan ekonomi, tetapi juga harus mempertimbangkan nilai estetika terutama keindahan alam dan lingkungan sekitarnya. Dari berbagai aspek fungsional tanaman yang diungkapkan oleh Carpenter et al. (1975), terdapat tiga aspek penting tanaman mengenai pengaruh lanskap jalan terhadap lingkungan sekitarnya, yaitu fungsi pereduksi polusi, fungsi peredam kebisingan dan fungsi pembatas fisik (barrier). Hal ini disebabkan, ketiga aspek tersebut merupakan aspek yang langsung berpengaruh terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar lanskap jalan.

(12)

Jalur hijau jalan pajajaran

Penilaian fungsi jalur hijau jalan

Fungsi estetika Fungsi pengaman

Variasi dan kontrol pandangan Pengarah, kontrol

kesilauan, dan peredam kecelakaan

Deskripsi hasil penilaian

Tingkat efektifitas jalur hijau dalam menunjang aspek pengaman dan

estetika

Perumusan rekomendasi penataan penanaman jalur hijau Jalan Pajajaran

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. menilai fungsi pengaman dan estetika jalur hijau Jalan Pajajaran Kota Bogor. 2. merumuskan suatu bentuk rekomendasi jalur hijau Jalan Pajajaran Kota Bogor yang mengakomodasikan fungsi pengaman dan estetika bagi pengguna jalan.

Manfaat Penelitian

Hasil studi ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi Pemerintah Kota Bogor khususnya bagi pihak perencana, pengelelola lanskap Jalan Pajajaran untuk meningkatkan kualitas lanskap Jalan Pajajaran yang aman, nyaman dan juga indah.

Kerangka Pikir

Gambar 1 Skema kerangka pikir

(13)

TINJAUAN PUSTAKA

Lingkungan Hidup

UU RI No. 32 Tahun 2009, tentang lingkungan hidup menyatakan bahwa kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan mahkluk hidup dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta mahkluk hidup lain. Lingkungan hidup merupakan jumlah semua komponen biotik maupun abiotik serta kondisi yang ada dalam ruangan yang ditempati. Antara manusia dan lingkungan hidupnya terdapat hubungan yang dinamis. Manusia akan menyesuaikan kegiatannya dengan kondisi lingkungan sesuai dengan perubahan lingkungan hidup yang tidak statis. Perubahan perilaku manusia ini akan mengakibatkan perubahan nilai sumberdaya dalam lingkungan hidup. Sastrawijaya (1991) menyimpulkan bahwa dengan semakin meningkatnya perkembangan industri, baik industri migas, pertanian, maupun industri non-migas lainnya, maka semakin meningkatnya tingkat pencemaran pada perairan, udara dan tanah yang disebabkan oleh buangan industri-industri tersebut.

Lanskap Jalan

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 tahun 2004, jalan adalah suatu prasarana perhubungan darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah, dan/atau air serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel. Harris dan Dines (1988) menjelaskan bahwa adanya jalan atau sirkulasi kendaraan di jalan raya mengakomodasikan tiga tujuan utama yaitu menyediakan akses untuk masuk ke suatu lahan dan bangunan, menghubungkan antar tata guna lahan yang ada, dan menyediakan jalur pergerakan untuk orang dan barang.

Jalan umum dikelompokkan lebih lanjut menurut fungsi, status dan kelasnya. Jalan umum menurut statusnya dikelompokkan ke dalam jalan nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten, jalan kota, dan jalan desa. Menurut fungsinya, jalan umum dikelompokkan menjadi jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal, dan jalan lingkungan.

a. Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna.

b. Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.

c. Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.

(14)

Jalan umum juga dikelompokan berdasarkan kelas jalan (UU RI No. 22 Tahun 2009). Pengelompokkan jalan menjadi beberapa kelas didasarkan pada fungsi dan intensitas lalu lintas serta daya dukung untuk menerima muatan sumbu terberat dan dimensi kendaraan bermotor. Berdasarkan kelas jalannya, jalan umum dikelompokkan menjadi jalan kelas I, jalan kelas II, jalan kelas III, dan jalan kelas khusus. Jalan kelas I, yaitu jalan arteri dan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2500 mm, ukuran panjang tidak melebihi 18000 mm, ukuran paling tinggi 4200 mm, dan muatan sumbu terberat 10 ton. Jalan kelas II, yaitu jalan arteri, jalan kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat dilalui kendaraan bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2500 mm, ukuran panjang tidak melebihi 12000 mm, ukuran paling tinggi 4200 mm, dan muatan sumbu terberat 8 ton. Jalan kelas III, yaitu jalan arteri, jalan kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat dilalui kendaraan bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2100 mm, ukuran panjang tidak melebihi 9000 mm, ukuran paling tinggi 3500 mm, dan muatan sumbu terberat 8 ton. Jalan kelas khusus, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2500 mm, ukuran panjang tidak melebihi 18000 mm, ukuran paling tinggi 4200 mm, dan muatan sumbu terberat lebih dari 10 ton.

Jalan memiliki beberapa bagian jalan. Bagian-bagian jalan tersebut meliputi ruang manfaat jalan, ruang milik jalan, dan ruang pengawasan jalan (UU RI No 38 tahun 2004 ; UU RI No 13 tahun 1980).

a. Daerah manfaat jalan adalah suatu daerah yang dimanfaatkan untuk konstruksi jalan terdiri dari badan jalan, saluran tepi jalan, dan ambang pengamannya. b. Daerah milik jalan meliputi daerah manfaat jalan dan sejalur tanah tertentu, di

luar daerah manfaat jalan. Daerah milik jalan dibatasi tanda batas daerah milik jalan.

c. Daerah pengawasan jalan merupakan sejalur tanah tertentu di luar daerah milik jalan yang ada di bawah pengawasan Pembina jalan. Adanya daerah pengawasan jalan dimaksudkan agar tidak mengganggu pandangan pengemudi dan konstruksi jalan, dalam hal tidak cukup luasnya daerah milik jalan.

Lanskap kehidupan manusia terdiri dari tempat dan jalan. Jalan-jalan kota merupakan jalur atau garis pusat kegiatan dimana jalan dan tempat berkombinasi serta terdapat kehidupan dan pergerakan yang intensif (Simonds, 1978). Lanskap jalan adalah wajah dari karakter lahan atau tapak yang terbentuk dari elemen lanskap alamiah seperti bentuk topografi lahan yang mempunyai panorama indah, maupun yang terbentuk dari elemen lanskap buatan manusia yang disesuaikan dengan kondisi lahannya (Direktorat Jenderal Bina Marga, 1996). Sementara itu, definisi streetscape menurut JAANUS (Japanese Architecture and Art Net Users System) dalam Roychansyah (2007) yaitu ruang linear yang dibatasi oleh jalan itu sendiri dan bagian muka gedung pada deretan bangunan, dinding dan lain-lain di sekitarnya.

(15)

(Dahlan, 2004). Adanya tanaman pada jalan menurut Carpenter et al (1975) dapat memberi karakter dan melembutkan struktur jalan yang keras dan kaku.

Direktorat Jenderal Bina Marga (1996) menjelaskan bahwa persyaratan utama dalam memilih jenis tanaman lanskap jalan yaitu perakaran tidak merusak konstruksi jalan, mudah dalam perawatan, batang/percabangan tidak mudah patah, daun tidak mudah rontok/gugur. Selain itu, pemilihan tanaman jalan perlu mempertimbangkan faktor keamanan pemakai jalan. Carpenter et. al (1975) juga menjelaskan bahwa tanaman jalan harus toleran pada polusi udara, ruang pertumbuhan akar yang terbatas serta toleran pada kondisi panas, dingin, angin dan kondisi lainnya pada jalan. Tanaman pada lanskap jalan sebaiknya tidak mudah patah, tanaman tidak berantakan, tidak menyulitkan, tahan hama penyakit dan tidak memiliki berbahaya

Jalur Hijau Jalan

Jalur hijau jalan merupakan salah satu bentuk penyediaan ruang terbuka hijau pada kota. Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia nomor 26 tahun 2007, RTH atau ruang terbuka hijau sendiri didefinisikan sebagai area memanjang, jalur, dan atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, dan merupakan tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alami maupun sengaja ditanam. Proporsi luas ruang terbuka hijau pada kota paling sedikit 30% luas wilayah kota. Proporsi ruang terbuka hijau 30 % tersebut merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan ekosistem kota, meningkatkan ketersediaan udara bersih bagi masyarakat dan juga meningkatkan nilai estetika kota (UU No. 26 tahun 2007).

Fungsi utama ruang terbuka hijau yaitu fungsi ekologis untuk menjamin sistem sirkulasi udara kota, pengatur iklim mikro, peneduh, produsen oksigen, penyerap air hujan, penyerap polutan, habitat satwa, dan penahan angin. Ruang terbuka hijau selain memiliki fungsi ekologis juga memiliki fungsi sosial budaya, fungsi ekonomi, dan fungsi estetika. RTH juga memiliki fungsi sosial budaya dan fungsi ekonomi. Ruang terbuka hijau juga berfungsi untuk memperindah lingkungan kota dan menciptakan keseimbangan dan keserasian suasana pada area yang terbangun dan tidak terbangun (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05 Tahun 2008). Manfaat adanya RTH yaitu terbentuknya keindahan dan kenyamanan. Manfaat lain RTH antara lain pembersihan udara, menjamin ketersediaan air tanah, dan konservasi hayati. RTH juga memberi manfaat bagi kesehatan antara lain karena tanaman dalam RTH dapat menyerap karbondioksida serta zat pencemar udara lain dan menghasilkan oksigen (Direktorat Jendral Penataan Ruang, 2006).

Manusia Sebagai Pemakai Jalan

(16)

Menurut Direktorat Jenderal Bina Marga (1996) permasalahan yang paling umum dijumpai oleh pengendara adalah kebosanan dan kejenuhan selama perjalanan, dimana penyebabnya adalah kondisi fisik pengendara, kendaraan yang digunakan, jalur jalan yang dipakai dan lingkungan disekitar jalur jalan tersebut. Harris dan Dines (1988) menyatakan bahwa hal-hal yang mempengaruhi pengemudi adalah 1) Faktor visual yang membicarakan mengenai ketajaman pemandangan sekeliling, kedalaman persepsi, kesilauan, memperkirakan jarak dan daya lihat warna 2) Faktor keragaman pengemudi yang dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, pengetahuan, keterampilan pengemudi, kegugupan dan ketidak sabaran 3) tingkah laku pengemudi 4) pengaruh iklim dalam mengemudi yaitu angin, suhu, kabut, asap, hujan dan sudut datangnya sinar matahari. Sudut datangnya sinar matahari yang kecil pada pagi atau sore hari akan membaurkan pandangan bagi pengemudi, sehingga pengemudi tidak dapat melihat objek dengan jelas.

Peranan Jalur Hijau Jalan Dalam Peningkatan Fungsi Pengaman

Tanaman pada lanskap jalan raya memiliki peran yang cukup besar. Menurut Both (1983), tanaman yang ditanam diperkotaan memiliki tiga fungsi utama yaitu fungsi struktural, fungsi lingkungan dan fungsi visual. Fungsi struktural meliputi fungsi tanaman sebagai dinding, atap dan lantai dalam membentuk suatu ruang serta mempengaruhi pemandangan dan arah pergerakan (fungsi pengaman). Fungsi lingkungan meliputi peran tanaman dalam meningkatkan kualitas udara dan kualitas air, mencegah erosi serta peran tanaman dalam memodifikasi iklim. Fungsi visual merupakan peran tanaman sebagai titik dominan dan sebagai penghubung visual melalui karakteristik yang dimilikinya yaitu ukuran, bentuk, warna dan tekstur. Berdasarkan lingkungan di sekitar jalan yang direncanakan dan ketentuan ruang yang tersedia untuk penempatan tanaman lansekap jalan. Maka untuk menentukan pemilihan jenis tanaman pada hutan kota dan untuk meningkatkan fungsi pengaman dari tumbuhan ada 2 (dua) hal lain yang perlu diperhatikan yaitu fungsi tanaman dan persyaratan penempatannya. Ketentuan untuk perletakan tanaman pada jalur tepi dan jalur tengah (median) disesuaikan dengan potongan melintang standar tergantung pada klasifikasi fungsi jalan yang bersangkutan (arteri, kolektor atau lokal). Menurut Departemen Pekerjaan Umum (1996) ada beberapa fungsi dan persyaratan tanaman yang ditanam pada jalur hijau supaya dapat meningkatkan fungsi pengaman :

1. Peneduh, pohon tinggi sedang . 15 m, tajuk bersinggungan, massa daun padat dan rimbun, percabangan 5 m diatas tanah, ditanam secara kontinyu, bentuk tajuk dome, spreading dan irregular. Contoh tanaman Krai payung, Angsana dan Tanjung,

2. Kontrol pandangan, tanaman tinggi,perdu, semak, bermassa daun padat, ditanam berbaris atau membentuk massa dan jarak tanam rapat. Contoh tanaman Bambu, Cemara dan Kembang sepatu.

3. Kontrol kesilauan, tanaman perdu/semak, ditanam rapat ketinggian 1,5 m dan bermassa daun padat. Contoh tanaman berupa Bugenvil dan Kembang sepatu. 4. Pengarah, tanaman perdu atau pohon ketinggian > 2m, ditanam secara missal

(17)

tanaman yang memiliki warna daun hijau muda agar dapat dilihat pada malam hari. Contoh pohon Mahoni, Cemara, Kembang merak

5. Peredam kecelakaan, tanaman perdu/semak tinggi 1,5 m, batang dan cabang lentur, percabangan rapat dan tajuk tidak menghalangi pengguna jalan atau rambu lalu lintas.

Peranan Jalur Hijau Dalam Peningkatan Nilai Estetika Lingkungan

Manusia dalam hidupnya tidak saja membutuhkan tersedianya makanan, minuman, namun juga membutuhkan keindahan. Keindahan merupakan kebutuhan rohani. Menurut Grey dan Deneke (1978) benda-benda disekeliling manusia dapat ditata dengan indah menurut garis, bentuk, warna, ukuran dan tekstur sehingga dapat diperoleh suatu bentuk komposisi yang menarik

Menurut Dahlan (1992) tanaman dengan bentuk, warna dan tekstur tertentu dapar dipadu dengan benda-benda buatan seperti gedung, jalan, dan sebagainya untuk mendapatkan komposisi yang baik. Peletakan dan pemilihan jenis tanaman harus dipilih sedemikian rupa, sehingga pada saat pohon tersebut telah dewasa akan sesuai dengan kondisi yang ada. Warna daun, bunga atau buah dapat dipilih sebagai komponen yang kontras atau untuk memenuhi rancangan yang nuansa (bergradasi lembut).

Keindahan suatu benda buatan atau alami dapat terbentuk karena bentuk, warna maupun teksturnya. Setiap jenis tanaman mempunyai karakteristik sendiri baik menurut bentuk, warna dan teksturnya. Begitu juga tanaman mempunyai nilai kecocokan dengan bentuk, warna dan tekstur dari benda-benda yang tidak alami seperti gedung, jalan dan sebagainya (Fakuara, 1986).

Both (1983) mengemukakan bahwa fisiognami vegetasi dapat digunakan sebagai akses dan penghubung visual, yang dipengaruhi oleh ukuran, bentuk, warna dan tekstur. Vegetasi memberikan kesan alami lingkungan, khususnya lingkungan perkotaan, dimana vegetasi memberikan kesegaran visual terhadap lingkungan yang serba keras, akan tetapi dengan ketidakteraturannya akan membuat lingkungan yang harmonis. Dalam hal ini, vegetasi berfungsi sebagai pelengkap pemersatu, penegas, pengenal, pelembut dan pembingkai.

(18)

METODOLOGI

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian bertempat di Kota Bogor Provinsi Jawa Barat. Kegiatan penelitian ini mengambil lokasi di Jalan Pajajaran yaitu jalur hijau kota di jalan tersebut. Pemilihan Jalan Pajajaran ini karena jalan ini merupakan salah satu jalan utama bagi sirkulasi kendaraan. Kedudukan geografis Kota Bogor di tengah-tengah wilayah Kabupaten Bogor serta lokasinya sangat dekat dengan Ibukota Negara. Jalan sepanjang 6,4 Km ini dibagi dalam 9 segmen untuk memudahkan penelitian yang akan dilakukan. Pembagian tersebut didasarkan pada komposisi tanaman dan fungsi penggunaan lahan disekitar jalan. Penelitian ini dilakukan selama 5 bulan dimulai dari bulan Februari sampai dengan Juni 2014.

Gambar 2 Lokasi penelitian

Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah peta Jalan Pajajaran, foto-foto dan data sekunder tentang tempat penelitian tersebut. Alat-alat yang digunakan adalah kamera digital, meteran, hagameter, dan alat tulis.

Metode Penelitian

(19)

Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan meliputi data sekunder dan primer. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan disertai pemotretan, pengukuran. Data yang dikumpulkan meliputi jenis tanaman, jarak tanaman, bentuk tajuk dan percabangan, tekstur, massa daun,variasi warna dan tinggi tanaman. Data sekunder diperoleh melalui studi pustaka meliputi data lokasi, iklim, dan tata guna lahan. Lokasi yang diamati yaitu daerah pinggir jalan dan median jalan.

Proses/Tahapan penilaian

Tahapan penilaian atau proses penilaian sebelum melakukan penilaian fungsi pengaman dan estetika :

(1). Inventarisasi tiap segmen lokasi. Data yang diinventarisasi meliputi jenis tanaman, jarak tanam, massa daun, tinggi tanaman, bentuk batang dan percabangan, tekstur tanaman, variasi warna (buah, bunga dan daun).

(2). Setelah inventarisasi, melakukan penilaian berdasarkan kriteria/tabel.

Tabel 1 Kriteria/standar penilaian fungsi pengaman dan estetika

(20)
(21)

Lanjutan Tabel 1 Kriteria/standar penilaian fungsi pengaman dan estetika

(3). Data hasil inventarisasi dianalisis dengan menggunakan perhitungan : a. Fungsi pengaman

a.1 Berdasarkan indikator penataan dengan verifier jarak tanam, rumus yang digunakan:

ℎ � � �

� ℎ � x 100%

a.2 Berdasarkan indikator karakter tanaman dengan verifier massa daun, rumus yang digunakan:

� � �

� ℎ � x 100%

a.3 Berdasarkan indikator karakter tanaman dengan verifier tinggi pohon, rumus yang digunakan :

�� ℎ � � �

� ℎ � x 100%

a.4 Berdasarkan indikator karakter tanaman dengan verifier bentuk tajuk, batang dan percabangan, rumus yang digunakan:

, � � � � �

� ℎ � x 100%

b. Fungsi estetika

b.1 Berdasarkan indikator pemilihan jenis tanaman dengan verifier variasi warna bunga, buah dan daun, rumus yang digunakan :

� � �

� ℎ � x 100%

(22)

ℎ � � �

� ℎ � x 100%

b.3 Berdasarkan indikator pemilihan jenis tanaman dengan verifier bentuk tajuk dan percabangan, rumus yang digunakan :

� � � �

� ℎ � x 100%

b.4 Berdasarkan indikator pengaturan tanaman dengan verifier jarak tanam, rumus yang digunakan :

ℎ � � �

� ℎ � x 100%

(4). Langkah selanjutnya, melakukan pengkategorian dari setiap verifier. Nilai persentase yang diperoleh dimasukkan kedalam kategori baik, sedang dan kurang. Analisis dilakukan pada setiap segmen jalan secara deskriptif.

Pengkategorian setiap verifier yaitu:

Baik, persentase nilai baik lebih besar dari nilai sedang dan kurang. Sedang, persentase nilai sedang lebih besar dari nilai baik dan kurang. Kurang, persentase nilai kurang lebih besar dari nilai baik dan sedang.

(5). Setelah diperoleh kategori masing-masing verifier, selanjutnya dilakukan penilaian fungsi pengaman dan estetika. Menurut Departemen Pekerjaan Umum (1996) ada beberapa fungsi dan persyaratan tanaman yang ditanam pada jalur hijau supaya dapat meningkatkan fungsi pengaman :

a. Peneduh, pohon tinggi berkisar 15 m, tajuk bersinggungan, massa daun padat dan rimbun, percabangan 5 m diatas tanah, ditanam secara kontinyu, bentuk tajuk dome, spreading dan irregular. Contoh tanaman Krai payung, Angsana dan Tanjung,

b. Kontrol pandangan, tanaman tinggi,perdu, semak, bermassa daun padat, ditanam berbaris atau membentuk massa dan jarak tanam rapat. Contoh tanaman Bambu, Cemara dan Kembang sepatu.

c. Kontrol kesilauan, tanaman perdu/semak, ditanam rapat ketinggian 1,5 m dan bermassa daun padat. Contoh tanaman berupa Bugenvil dan Kembang sepatu.

d. Pengarah, tanaman perdu atau pohon ketinggian > 2m, ditanam secara massal atau berbaris, jarak tanam rapat, untuk tanaman perdu/semak digunakan tanaman yang memiliki warna daun hijau muda agar dapat dilihat pada malam hari. Contoh pohon Mahoni, Cemara, Kembang merak e. Peredam kecelakaan, tanaman perdu/semak tinggi 1,5 m, batang dan cabang lentur, percabangan rapat dan tajuk tidak menghalangi pengguna jalan atau rambu lalu lintas.

(23)

Tabel 2 Cara penilaian/pengkategorikan fungsi pengaman

Tabel 3 Cara penilaian/pengkategorian fungsi estetika

No Kategori Fungsi Estetika

Jenis tanaman Tata letak tanaman 1

Data dianalisis secara deskriptif dibandingkan dengan dasar penilaian untuk kriteria-kriteria yang ditetapkan. Hasil evaluasi yang didasarkan pada hasil penilaian ditunjang dengan sumber pustaka untuk melihat penempatan tanaman yang sesuai dengan karakteristik dan fungsi yang ingin diterapkan pada suatu lokasi, serta mengetahui bagian mana terjadi kekurangan atau kelebihan sehingga dapat ditentukan alternatif perbaikannya.

Sintesis/Rekomendasi

(24)

KONDISI UMUM

Lokasi

Kota Bogor yang terletak di Provinsi Jawa Barat memiliki bentukan alam berupa perbukitan bergelombang dengan ketinggian bervariasi antara 0 - 350 m di atas permukaan laut dengan kemiringan lereng berkisar 0 – 2 % (datar), 2 – 15 % (landai), 15 – 25 % (agak curam), 25 – 40 % (curam), dan > 40 % (sangat curam). Jalan Pajajaran terletak di atas dataran yang relatif datar dan berombak. Jalan Pajajaran memiliki kemiringan berkisar antara kelompok 0 - 8 %, 8 – 15 %, dan 15 – 25 % (Pemda Bogor). Jalan Pajajaran melalui dua wilayah administrasi yaitu Kecamatan Bogor Utara dan Kecamatan Bogor Timur serta meliputi 5 kelurahan. Wilayah Kecamatan Bogor Utara terdiri dari Kelurahan Tegal Gundil dan Kelurahan Babakan. Wilayah Bogor Timur terdiri dari Kelurahan Tegal Lega, Kelurahan Baranangsiang dan Kelurahan Sukasari.

Iklim

Suhu udara rata-rata wilayah Kota Bogor berada pada suhu 260 C. Suhu udara maksimum sekitar 30,40 C dengan kelembaban udara rata-rata kurang lebih 70 %.Curah hujan rata-rata di wilayah Kota Bogor berkisar antara 3000 sampai 4000 mm/tahun. Curah hujan bulanan berkisar antara 137 – 445 mm dengan curah hujan minimum terjadi pada bulan April sekitar 47 mm, sedangkan curah hujan maksimum terjadi di bulan Januari sekitar 460 mm. (Pemda Bogor dan BMKG).

Panjang Jalan

Secara keseluruhan Jalan Pajajaran memiliki panjang sebesar 6,4 Km dengan lebar daerah milik jalan (damija) sebesar 40 m yang merupakan jenis jalan beraspal. Jalan Pajajaran termasuk ke dalam kategori jalan nasional dengan fungsi sebagai jalan arteri (Dinas Bina Marga dan Pengairan, 2007). Berdasarkan UU No 13 tahun 1980 dan PP no 25 tahun 1985 tentang jalan yang dikeluarkan oleh Direktorat Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum, jalan arteri memiliki karakteristik dimensi sebagai berikut : 1) jalan arteri dirancang berdasarkan kecepatan rencana minimal 30 Km/jam dengan lebar jalan tidak kurang dari 20 m, 2) mempunyai kapasitas yang sama atau lebih dari volume lalu lintas rata-rata, 3) lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat dan 4) persimpangan pada jalan arteri dan pengaturan tertentu harus dapat memenuhi ketentuan yang termasuk di atas. Jalan Pajajaran merupakan jalan dua arah dengan kondisi jalan sedang (bergelombang atau berlubang) serta tingkat kepadatan ramai, yang dilalui berupa angkutan berat maupun angkutan umum (Dinas Bina Marga dan Pengairan, 2007).

Tata Guna Lahan

(25)

jalur sirkulasi utama pejalan kaki dengan lebar 2 m namun pada lokasi tertentu jalur pedestrian ini ada yang digunakan untuk menjual tanaman hias sehingga jalur pedestrian yang tersisa hanya 0,5 m. Namun tidak disepanjang Jalan Pajajaran memiliki jalur pedestrian. Jalan Pajajaran dilengkapi oleh fasilitas pelengkap jalan dan perlengkapan jalan. Fasilitas pelengkap jalan berupa jembatan penyeberangan, saluran drainase, pagar pembatas, dan halte bus, sedangkan perlengkapan jalan terdiri dari rambu-rambu lalu lintas yang ada di sepanjang Jalan Pajajaran.

(a) (b)

Gambar 3 (a) Jalur pedestrian di tepi jalan dekat Tol Jagorawi (b) Tidak tersedia Jalur pedestrian dekat Mall Jambu dua

Vegetasi

Jalan Pajajaran pada umumnya memiliki pohon-pohon yang telah tumbuh lama dan pohon-pohon yang baru ditanam. Bentuk tajuknya juga beraneka ragam di sepanjang Jalan Pajajaran Bogor. Penataan jalur hijau Jalan Pajajaran berupa jalur hijau tepi jalan dan jalur hijau median jalan. Jalur hijau median hanya terdapat beberapa bagian ruas jalan yaitu dari arah Warung Jambu sampai depan MAB IPB serta dari Baranangsiang sampai dengan Ekalokasari.

Pohon yang umum ditemukan di sepanjang Jalan Pajajaran adalah mahoni

(Swietenia mahagoni), angsana (Pterocarpus indicus), dan glodogan (Polyalthia longifolia). Selain itu juga terdapat jenis pohon akasia (Acasia auriculiformis),

beringin (Ficus benjamina), bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea), damar(Agathis dammara), jambu (Syzygium guajava), kamboja (Plumeria rubra),

ketapang (Terminalia catappa), mangga (Mangifera indicai), Nangka (Artocarpus integra), palm (Roystonea regia), palm putri (Veitchia merilii) pinus (Pinus merkusii), pete cina (Laucaena glauca), saga (Adenanthera precatorius), sawit

(Elaeis guinuensis), tanjung (Mimusops elengi), bintaro (Cerbera manghas),

kersen (Muntingia calabura), pucuk merah (Oleina syzygium), dan kapuk (Ceiba pentadra).

(26)

(Carex morrowii), pandan (Pandanus pygmaeus), peace liliy (Spathiphyllum sp.), kana (Canna sp.), Palisota (Palisota barteri), dan nanas hias (Bromeliad sp.).

Namun diantara vegetasi-vegetasi yang berada di jalan Pajajaran terdapat beberapa kondisi fisik yang dapat membahayakan para pengguna jalan seperti adanya beberapa pohon yang sudah mati atau dalam keadaan tidak sehat.

(a) (b)

Gambar 4 (a) Pohon tidak sehat pada median jalan dekat Terminal Baranangsiang. (b) Pohon mati pada pinggir kanan jalan dekat persimpangan Jalan Achmad

Sobana

Segmentasi Lokasi

Penelitian dilakukan dengan membagi Jalan Pajajaran menjadi 9 segmen yang ditetapkan berdasarkan konfigurasi tanaman (komposisi pohon, semak dan perdu) serta penggunaan lahan disekitar jalan. Pembagian 9 segmen Jalan Pajajaran ialah sebagai berikut:

Segmen 1: Warung Jambu – Depan Toko Kurnia Alam.

Segmen 2: Depan Toko Kurnia Alam – Persimpangan (simpang tiga) Jalan Achmad Sobana.

Segmen 3: Persimpangan (simpang tiga) Jalan Achmad Sobana - persimpangan (simpang empat) Jalan Salak.

Segmen 4: Persimpangan (simpang empat) Jalan Salak – Persimpangan (simpang empat) Jalan Pangrango.

Segmen 5: Persimpangan (simpang empat) jalan Pangrango – persimpangan (simpang empat) Jalan Jalak Harupat.

Segmen 6: Persimpangan (simpang empat) Jalan Jalak Harupat – Tugu Kujang. Segmen 7: Tugu Kujang – depan Toko Hoka-Hoka Bento.

Segmen 8: Depan Toko Hoka-Hoka Bento – persimpangan (simpang tiga) Jalan Pajajaran Indah.

(27)
(28)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jenis Tanaman

Pada jalur hijau Jalan Pajajaran yang memiliki panjang 6,4 Km ini terdapat berbagai jenis pepohonan dengan kondisi yang berbeda. Pada jalur hijau ini terdapat 1477 pohon dari 46 jenis pohon yang didominasi oleh pohon mahoni yang tersebar disepanjang jalan. Secara keseluruhan jenis pepohonan pada jalur hijau Jalan Pajajaran dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4 Jenis dan jumlah pohon di Jalan Pajajaran

No Nama ilmiah Nama lokal Jumlah

1 Swietenia mahagoni Mahoni 1000 78,1

2 Oleina syzygium Pucuk merah 82 100

3 Polyathea longifolia Glodogan tiang 61 86,8

4 Veitchia merilii Palem putri 45 93,3

5 Pterocarpus indicus Angsana 43 88,3

6 Mimusoph elengi Tanjung 27 77,8

7 Agathis damara Damar 16 100

8 Bauhinia purpurea Bunga kupu-kupu 16 100

9 Ficus benjamina Beringin 15 73,3

10 Plumeria sp Kamboja 13 61,5

11 Ceiba petandra Kapuk 12 46,7

12 Muntingia calabura Kersen 12 83,3

13 Tabebuia chrysotricha Tabebuya 12 100

14 Roystenea regia Palem Raja 10 40

15 Samanea saman Ki hujan 10 100

16 Acacia mangium Akasia 9 88,9

23 Crytostachis lakka Palem merah 5 100

24 Laucaena glauca Petai cina 5 60

25 Thevetia peruviana Kembang jepun 5 100

26 Canarium indicum Kenari 4 100

27 Filicium decipiens Kerai payung 4 100

28 Poisonus manihot esculenta Singkong genderuwo 4 100

29 Terminalia catappa Ketapang 3 100

30 Elaeuis guinensis Sawit 2 100

31 Erythrina crista galli Dadap merah 2 100

32 Ficus lyrata Biola cantik 2 100

33 Saraca indica Saraka 2 100

34 Araucaria heteropylla Cemara Norflok 1 100

35 Artocarpus communis Sukun 1 100

36 Artocarpus integra Nangka 1 100

37 Bambusa sp Bambu 1 0

38 Casia javanica Kasia bunga pink 1 100

39 Dialium indum Asam keranji 1 100

40 Eucalyptus camaldulensis Kayu putih 1 100

41 Ficus elastica Beringin karet 1 100

42 Ficus fistulosa Ficus babi 1 100

43 Gliricidia sepium Gamal 1 100

44 Phoenis cannariensis Phoenix 1 100

45 Schefflera Schefflera 1 100

46 Theobroma cacao Coklat 1 100

1477 78,3

Kondisi Baik (%)

(29)

No Nama ilmiah Nama lokal Jumlah

1Swietenia mahagoni Mahoni 76 68

2Acacia mangium Akasia 2 50

3Pterocarpus indicus Angsana 2 100

4Filicium decipiens Kerai payung 1 100

5Mangifera indica Mangga 1 100

6Muntingia calabura Kersen 1 100

83 67,8

Kondisi Baik (%)

Total

No Nama ilmiah Nama lokal Jumlah

1Swietenia mahagoni Mahoni 202 73,5

2Veitchia merilii Palem putri 14 78,5

3Bauhinia purpurea Bunga kupu-kupu 8 100

4Agathis damara Damar 7 100

5Ficus benjamina Beringin 6 83,3

6Samanea saman Ki hujan 6 100

Kondisi Baik (%)

Jalur hijau Jalan Pajajaran dibagi menjadi 9 segmen lokasi. Pada segmen lokasi 1 dengan panjang 500 m terdapat 83 pohon dari 6 jenis pohon dengan pohon yang mendominasi ialah pohon mahoni. Dimensi jalan pada segmen 1 dapat dilihat pada gambar 6 sedangkan jenis pepohonan dapat dilihat pada tabel 5.

Gambar 6 Potongan segmen lokasi 1

Tabel 5 Jenis dan jumlah pohon pada segmen lokasi 1

Pada segmen lokasi 2 dengan panjang 900 m terdapat 288 pohon dari 25 jenis pohon dengan pohon mahoni yang paling dominan di segmen lokasi ini. Dimensi jalan pada segmen 2 dapat dilihat pada gambar 7 sedangkan jenis pepohonan dapat dilihat pada tabel 6.

Gambar 7 Potongan segmen lokasi 2

(30)

No Nama ilmiah Nama lokal Jumlah

7Acacia mangium Akasia 5 100

8Crytostachis lakka Palem merah 5 100

9Leucaena leucocephala Flamboyan 5 100

10Mangifera indica Mangga 5 100

11Ceiba petandra Kapuk 4 100

12Roystenea regia Palm 4 100

13Pterocarpus indicus Angsana 3 100

14Ficus lyrata Biola cantik 2 100

15Plumeria sp Kamboja 2 100

16Casia javanica Kasia bunga pink 1 100

17Cerbera manghas Bintaro 1 100

18Elaeuis guinensis Sawit 1 100

19Eucalyptus camaldulensis Kayu putih 1 100

20Ficus elastica Beringin karet 1 100

21Filicium decipiens Kerai payung 1 100

22Muntingia calabura Kersen 1 100

23Phoenis cannariensis Phoenix 1 100

24Syzigium aquenum Jambu 1 100

25Theobroma cacao Coklat 1 100

288 77,7

2 Polyathea longifolia Glodogan tiang 17 100

3 Thevetia peruviana Kembang jepun 17 41,2

4 Plumeria sp Kamboja 11 36,4

5 Pterocarpus indicus Angsana 10 90

6 Agathis damara Damar 6 100

7 Laucaena glauca Petai cina 4 50

8 Samanea saman Ki hujan 4 100

9 Leucaena leucocephala flamboyan 3 100

Kondisi Baik (%)

Lanjutan Tabel 6 Jenis dan jumlah pohon pada segmen lokasi 2

Pada segmen lokasi 3 dengan panjang 605 m terdapat 201 pohon dari 20 jenis pohon dengan pohon mahoni yang paling dominan di segmen lokasi ini. Dimensi jalan pada segmen 3 dapat dilihat pada gambar 8 sedangkan jenis pepohonan dapat dilihat pada tabel 7.

.

Gambar 8 Potongan segmen lokasi 3

(31)

No Nama ilmiah Nama lokal Jumlah

1Polyathea longifolia Glodogan tiang 44 81,8

2Swietenia mahagoni Mahoni 30 36,7

3Roystenea regia Palm 4 0

4Artocarpus communis Sukun 1 100

5Tectona grandis Jati 1 100

80 58,7

Kondisi Baik (%)

Total

Lanjutan Tabel 7 Jenis dan jumlah pohon pada segmen lokasi 3

Pada segmen lokasi 4 dengan panjang 615 m terdapat 37 pohon dari 3 jenis pohon dengan pohon mahoni yang paling dominan di segmen lokasi ini. Dimensi jalan pada segmen 4 dapat dilihat pada gambar 9 sedangkan jenis pepohonan dapat dilihat pada tabel 8.

Gambar 9 Potongan segmen lokasi 4

Tabel 8 Jenis dan jumlah pohon pada segmen lokasi 4

Pada segmen lokasi 5 dengan panjang 300 m terdapat 80 pohon dari 5 jenis pohon dengan pohon mahoni yang paling dominan di segmen lokasi ini. Jenis pepohonan pada segmen lokasi 5 dapat dilihat pada tabel 9 sedangkan dimensi jalan dapat dilihat pada gambar 10.

Tabel 9 Jenis dan jumlah pohon pada segmen lokasi 5

No Nama ilmiah Nama lokal Jumlah

10 Muntingia calabura Kersen 3 66,7

11 Canarium indicum Kenari 2 100

12 Ficus benjamina Beringin 2 100

13 Acacia mangium Akasia 1 100

14 Araucaria heteropylla Cemara Norflok 1 100

15 Ceiba petandra Kapuk 1 0

16 Cerbera manghas Bintaro 1 100

17 Elaeuis guinensis Sawit 1 100

18 Ficus fistulosa Ficus babi 1 100

(32)

No Nama ilmiah Nama lokal Jumlah

1 Swietenia mahagoni Mahoni 58 67,2

2 Mimusoph elengi Tanjung 27 77,7

3 Tabebuia chrysotricha Tabebuya 12 100

4 Ficus benjamina Beringin 5 40

5 Syzigium aquenum Jambu 5 80

6 Agathis damara Damar 3 100

7 Ceiba petandra Kapuk 3 100

8 Pterocarpus indicus Angsana 2 100

9 Saraca indica Saraka 2 100

10 Acacia mangium Akasia 1 100

11 Artocarpus integra Nangka 1 100

12 Dialium indum Asam keranji 1 100

13 Schefflera Schefflera 1 100

121 70,2

Kondisi Baik (%)

Total

Gambar 10 Potongan segmen lokasi 5

Pada segmen lokasi 6 dengan panjang 715 m terdapat 121 pohon dari 13 jenis pohon dengan pohon mahoni yang paling dominan di segmen lokasi ini. Dimensi jalan pada segmen 6 dapat dilihat pada gambar 11 sedangkan jenis pepohonan dapat dilihat pada tabel 10.

Gambar 11 Potongan segmen lokasi 6

Tabel 10 Jenis dan jumlah pohon pada segmen lokasi 6

(33)

No Nama ilmiah Nama lokal Jumlah

1Oleina syzygium Pucuk merah 82 100

2Swietenia mahagoni Mahoni 34 79,4

3Veitchia merilii Palm putri 31 6,4

4Muntingia calabura Kersen 5 100

5Pterocarpus indicus Angsana 1 100

153 76,4

Kondisi Baik (%)

Total

No Nama ilmiah Nama lokal Jumlah

1Swietenia mahagoni Mahoni 235 92,7

2Pterocarpus indicus Angsana 11 81,8

3Cerbera manghas Bintaro 6 100

4Ceiba petandra Kapuk 4 0

5Laucaena glauca Petai cina 4 75

6Poisonus manihot esculenta singkong genderuwo 4 100

7Adenanthera pavonina Saga 3 100

8Bauhinia purpurea Bunga kupu-kupu 3 100

9Erythrina crista galli dadap merah 2 100

Kondisi Baik (%)

Gambar 12 Potongan segmen lokasi 7

Tabel 11 Jenis dan jumlah pohon pada segmen lokasi 7

Pada segmen lokasi 8 dengan panjang 1030 m terdapat 279 pohon dari 14 jenis pohon dengan pohon mahoni yang paling dominan di segmen lokasi ini. Dimensi jalan pada segmen 8 dapat dilihat pada gambar 13 sedangkan jenis pepohonan dapat dilihat pada tabel 12.

Gambar 13 Potongan segmen lokasi 8

(34)

No Nama ilmiah Nama lokal Jumlah

10Roystenea regia Palm 2 0

11Terminalia catappa Ketapang 2 100

12Ficus benjamina Beringin 1 100

13Muntingia calabura Kersen 1 100

14Tectona grandis Jati 1 100

279 88,2

Kondisi Baik (%)

Total

Lanjutan Tabel 12 Jenis dan jumlah pohon pada segmen lokasi 8

Pada segmen lokasi 9 dengan panjang 1130 m terdapat 250 pohon dari 8 jenis pohon dengan pohon mahoni yang paling dominan di segmen lokasi ini. Dimensi jalan pada segmen 9 dapat dilihat pada gambar 14 sedangkan jenis pepohonan dapat dilihat pada tabel 13.

Gambar 14 Potongan segmen lokasi 9

Tabel 13 Jenis dan jumlah pohon pada segmen lokasi 9

Pepohonan pada jalur hijau Jalan Pajajaran turut menunjang kefektifan jalur hijau tersebut dalam menjalankan fungsi pengaman dan fungsi estetika. Jalan Pajajaran yang termasuk kedalam kategori jalan arteri primer selalu dipadati kendaraan yang melewati jalan tersebut sehingga keefektifan fungsi pengaman dan estetika dari jalur hijau tersebut penting untuk diperhatikan.

No Nama ilmiah Nama lokal Jumlah

1Swietenia mahagoni Mahoni 225 91,5

2Pterocarpus indicus Angsana 14 85,7

3Bauhinia purpurea Bunga kupu-kupu 5 100

4Adenanthera pavonina Saga 2 100

5Bambusa sp Bambu 1 0

6Cerbera manghas Bintaro 1 100

7Cerbera manghas Kersen 1 0

8Ficus benjamina Beringin 1 100

250 90,8

Kondisi Baik (%)

(35)

Tabel 14 Kondisi lingkungan jalan setiap segmen lokasi

Lokasi Bad view Good view

Segmen 1

Segmen 2

Segmen 3

Segmen 4

(36)

Lanjutan tabel 14 Kondisi lingkungan jalan setiap segmen lokasi

Lokasi Bad view Good view

Segmen 6

Segmen 7

Segmen 8

(37)

Penilaian

(%) 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Pinggir Penataan Jarak Baik 8,23 47,80 56,08 13,01 16,22 71,91 21,32 50,20 64,7

jalan tanam Sedang 1,76 17,88 11,25 3,27 7,44 17,85 16,17 16,69 11,58

Kurang 90 34,30 33,34 83,71 76,32 10,22 62,5 33,10 23,77

Penilaian

(%) 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Median Penataan Jarak Baik 42,55 55,38 30,88 - - - 100 80,17 73,17

jalan tanam Sedang 31,91 6,92 4,41 - - - 0,00 5,17 13,41

Kurang 25,53 37,69 64,70 - - - 0,00 14,65 13,41

83 288 201 37 80 121 153 279 225

Daerah Indikator Verifier Segmen Lokasi

Daerah Indikator Verifier Segmen Lokasi

Jumlah pohon tiap segmen Fungsi Pengaman

Fungsi pengaman dalam penataan jalur hijau sangat terkait dengan tanaman yang ada seperti pohon, perdu dan semak. Menurut Departemen Pekerjaan Umum (1996) fungsi pengaman pada jalur hijau yang diperoleh dari penataan tanaman meliputi 5 fungsi utama yaitu fungsi peneduh, pengarah, kontrol kesilauan, peredam kecelakaan dan kontrol pandangan. Fungsi pengaman pada jalur hijau jalan berperan untuk meningkatkan keamanan para pengguna jalan khususnya secara fisik terkait dengan mengurangi resiko kecelakaan bagi kendaraan yang keluar dari jalurnya serta mengurangi benturan apabila terjadi kecelakaan melalui penataan tanaman.

Fungsi Pengaman Berdasarkan Jarak Tanam

Penilaian fungsi pengaman terhadap Jalan Pajajaran yang meliputi fungsi peneduh, pengarah, kontrol kesilauan, peredam kecelakaan dan kontrol pandangan berdasarkan indikator penataan (jarak tanam) dapat dilihat pada tabel 15.

Tabel 15 Penilaian fungsi pengaman dengan indikator penataan (jarak tanam)

Grafik penilaian fungsi pengaman dengan indikator penataan (jarak tanam) dapat dilihat pada gambar 15 dan 16.

Gambar 15 Fungsi pengaman dengan indikator jarak tanam pada pinggir jalan

Gambar 16 Fungsi pengaman dengan indikator jarak tanam pada median jalan (%)

(%)

Seg 1 Seg 2 Seg 3 Seg 4 Seg 5 Seg 6 Seg 7 Seg 8 Seg 9

(38)

Jarak tanam pada pinggir jalan bervariasi antar satu dengan lainnya mulai dari jarak tanam yang sangat jarang hingga jarak tanam yang memiliki kerapatan yang baik, sedangkan jarak tanam pada median jalan pada umumnya memiliki kerapatan yang baik yaitu berkisar 3 – 5 m. Jarak tanam pada pinggir jalan dengan kategori baik terdapat pada segmen lokasi 2, 3, 6, 8, dan 9 dengan persentase paling tinggi pada segmen lokasi 6 yaitu sebesar 71,91%, sedangkan kategori buruk terdapat pada segmen lokasi 1, 4, 5, dan 7 dengan persentase paling tinggi pada segmen lokasi 4 yaitu sebesar 83,71%. Pada daerah median jalan jarak tanam dengan kategori baik yaitu pada segmen lokasi 1, 2, 3, 7, 8, dan 9 dengan persentase paling tinggi pada segmen lokasi 7 yaitu sebesar 100%, sedangkan jarak tanam dengan kategori buruk hanya terdapat pada satu segmen lokasi yaitu segmen lokasi 3 dengan persentase sebesar 64,70%.

Salah satu kriteria fungsi pengaman pada jalur hijau ialah jarak tanam yang rapat yaitu berkisar 3 – 5 meter. Fungsi peneduh pada daerah pinggir jalan berfungsi dengan baik pada segmen lokasi 2, 3, 6, 8 dan 9, sedangkan pada daerah median jalan fungsi peneduh berfungsi baik pada segmen lokasi 1, 2, 8, dan 9 . Hal ini dikarenakan jarak tanam yang rapat membuat tajuk antar pohon bersinggungan antara satu dengan lainnya sehingga membentuk suatu lingkungan iklim mikro yang sejuk dan teduh. Pada daerah median jalan segmen lokasi 3 fungsi peneduh masuk dalam kategori sedang walau jarak tanam dinyatakan buruk. Dominasi jarak tanam pada segmen lokasi ini terlalu rapat berkisar 1-1,5 meter, hal ini dapat membuat ruang tumbuh yang tidak ideal bagi tanaman sehingga jarak tanam dinyatakan buruk. Walaupun jarak tanam yang rapat pada segmen lokasi 3, fungsi peneduh termasuk kedalam kategori sedang karena pada segmen lokasi ini mayoritas tanaman masih muda sehingga massa daun belum padat serta tajuk tidak bersinggungan satu sama lain. Fungsi peneduh dinyatakan kurang pada daerah pinggir jalan segmen lokasi 1, 4, 5, dan 7. Fungsi peneduh dinyatakan kurang karena jarak tanam yang jarang membuat tajuk antar pohon tidak saling bersinggungan sehingga fungsi peneduh tidak dapat berfungsi secara efektif. Pada daerah median jalan segmen lokasi 7 fungsi peneduh dinyatakan kurang karena jenis tanaman pada lokasi ini adalah Oleina syzigium (pucuk merah) sehingga tinggi tanaman tersebut tidak efektif untuk berfungsi sebagai tanaman peneduh karena terlalu pendek.

(a) (b)

Gambar 17 (a) Jarak tanam yang baik pada pinggir jalan di depan MB IPB (b) Jarak tanam yang baik pada pinggir jalan di dekat persimpangan Jalan Pajajaran

(39)

Fungsi pengarah berfungsi dengan baik pada daerah pinggir jalan segmen lokasi 2, 3, 6, 8 dan 9, sedangkan pada daerah median jalan fungsi pengarah berfungsi dengan baik pada segmen lokasi 1, 2, 3, 7, 8 dan 9. Hal ini dikarenakan jarak tanam memberikan kesan rapi dan orientasi. Pada daerah pinggir jalan segmen lokasi jalan tersebut didominasi oleh tegakan pohon mahoni dengan penataan pola penanaman berjajar mengikuti bentuk jalan sehingga terbentuk koridor yang mengarahkan pengemudi melakukan pergerakan ke satu titik tertentu. Sedangkan pada median jalan tegakan pohon mahoni menjadi dominan. Pada daerah median jalan segmen lokasi 3 fungsi pengarah dinyatakan baik walaupun jarak tanam dinyatakan buruk. Hal ini disebabkan dominasi jarak tanam yang terlalu dekat antar tanaman sehingga jarak tanam dinilai buruk, namun kondisi itu masih memunculkan kesan rapi dan orientasi dengan baik. Fungsi pengarah dinyatakan kurang pada daerah pinggir jalan segmen lokasi 1, 4, 5, dan 7 karena jarak tanam yang jarang membuat tidak terbentuknya kesan rapi dan orientasi yang mengarahkan pengemudi ke suatu titik tertentu.

Fungsi kontrol kesilauan berfungsi baik pada pinggir jalan segmen lokasi 2, 3, dan 6, sedangkan pada median jalan segmen lokasi 1, 2, dan 7. Hal ini dikarenakan tanaman yang ditanam cukup rapat serta adanya semak/perdu diantara pepohonan sehingga ketika siang hari sinar matahari yang masuk kedalam tegakan terhalau, sehingga mengakibatkan fungsi kontrol kesilauan berjalan optimal. Pada pinggir jalan segmen lokasi 2 dan 3 digunakan sebagai area penjualan tanaman hias yang terdiri dari semak/perdu sehingga hal ini membantu fungsi kontrol kesilauan. Pada median jalan segmen lokasi 1 dan 2 terdapat semak diantara pepohonan serta pada segmen lokasi 7 ditanami jenis perdu yaitu Oleina Syzigium (pucuk merah) yang ditanam rapat yaitu 3 m sehingga dapat meredam cahaya dari arah berlawanan. Fungsi kontrol kesilauan dinyatakan sedang pada median jalan segmen lokasi 3 dan 8 karena kurangnya tanaman semak/perdu yang ditanam diantara pepohonan walaupun penanaman pohon dilakukan cukup rapat sehingga fungsi kontrol kesilauan tidak berjalan sebaik pada segmen lokasi yang ditanami semak/perdu diantara pepohonan. Fungsi kontrol kesilauan dinyatakan kurang pada pinggir jalan segmen lokasi 1, 4, 5, 7, 8, dan 9. Hal ini dikarenakan pada segmen lokasi 1, 4, 5, dan 7 jarak tanam relatif jarang serta tidak terdapat semak/perdu diantara pepohonan sehingga fungsi kontrol kesilauan tidak berfungsi secara efektif. Pada pinggir jalan segmen lokasi 8 dan 9 walaupun jarak tanam dinyatakan baik namun tidak terdapat semak/perdu yang ditanam diantara pepohonan sehingga fungsi kontrol kesilauan tidak berfungsi efektif pada segmen lokasi ini.

(40)

Fungsi peredam kecelakaan dinyatakan sedang pada pinggir jalan segmen lokasi 8 dan 9, sedangkan median jalan segmen lokasi 3, 8 dan 9 karena tidak terdapat tanaman semak/perdu yang ditanam diantara pepohonan walaupun penanaman pohon dilakukan cukup rapat sehingga fungsi peredam kecelakaan tidak berjalan begitu optimal. Fungsi peredam kecelakaan dinyatakan kurang pada pinggir jalan segmen lokasi 1, 4, 5, dan 7. Hal ini dikarenakan pada segmen lokasi 1, 4, 5, dan 7 jarak tanam relatif jarang serta tidak terdapat semak/perdu diantara pepohonan sehingga fungsi peredam kecelakaan tidak berfungsi secara efektif.

Fungsi kontrol pandangan berjalan baik pada pinggir jalan segmen lokasi 2, 3, 6, 8 dan 9, sedangkan pada median jalan segmen lokasi 1, 2, 8 dan 9. Hal ini disebabkan pada daerah pinggir jalan tanaman cukup rapat sehingga pemandangan yang tidak menyenangkan pada bangunan disepanjang jalan dapat terhalangi oleh tanaman, dengan demikian pengguna jalan dapat berkonsentrasi pada jalan. Pada median jalan jarak tanam yang rapat turut menunjang fungsi kontrol pandangan menjadi optimal. Fungsi kontrol pandangan dinilai sedang pada median jalan segmen lokasi 3 dan 7. Hal ini dikarenakan pada segmen lokasi 3 jarak tanam yang rapat belum mampu menghalangi dengan baik pemandangan dari arah berlawanan karena dominasi kondisi tanaman yang relatif masih muda, sedangkan pada segmen lokasi 7 tanaman Oleina syzigium (pucuk merah) tidak secara optimal berfungsi sebagai kontrol pandangan karena tingginya hanya 1,5 m. Fungsi kontrol pandangan dinyatakan kurang pada daerah pinggir jalan segmen lokasi 1, 4, 5 dan 7 karena jarak tanam yang jarang menyebabkan fungsi kontrol pandangan tidak berjalan efektif.

Fungsi Pengaman Berdasarkan Massa Daun

Penilaian fungsi pengaman terhadap Jalan Pajajaran yang meliputi fungsi peneduh, pengarah, kontrol kesilauan, peredam kecelakaan dan kontrol pandangan berdasarkan indikator karakter tanaman (massa daun) dapat dilihat pada tabel 16.

Tabel 16 Penilaian fungsi pengaman dengan indikator karakter tanaman (massa daun)

Grafik penilaian fungsi pengaman dengan indikator karakter tanaman (massa daun) dapat dilihat pada gambar 18 dan 19.

Penilaian

(%) 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Pinggir Karakter Massa Baik 15,29 75,04 58,31 25,17 33,50 72,57 25,73 61,40 93,40

jalan tanaman daun Sedang 4,76 23,38 40,35 3,27 25,08 26,42 25,73 4,45 6,04 Kurang 79,91 1,56 1,35 71,54 41,40 1,00 48,52 34,14 0,54 Penilaian

(%) 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Median Karakter Massa Baik 49,20 80,00 44,11 - - - 100 81,03 86,58

jalan tanaman daun Sedang 23,80 15,38 54,41 - - - 0,00 16,37 13,41

Kurang 26,98 4,61 1,47 - - - 0,00 2,58 0,00

83 288 201 37 80 121 153 279 225

Daerah Indikator Verifier Segmen Lokasi

Daerah Indikator Verifier Segmen Lokasi

(41)

Gambar 18 Fungsi pengaman dengan indikator massa daun pada pinggir jalan

Gambar 19 Fungsi pengaman dengan indikator massa daun pada median jalan

Penataan jalur hijau membutuhkan tanaman dengan massa daun yang rimbun dan padat untuk menunjang fungsi pengaman. Massa daun pada pinggir jalan dengan kategori baik terdapat pada segmen lokasi 2, 3, 6, 8, dan 9 dengan persentase paling tinggi pada segmen lokasi 9 yaitu sebesar 93,40%, sedangkan kategori kurang terdapat pada segmen lokasi 1, 4, 5, dan 7 dengan persentase paling tinggi pada segmen lokasi 1 yaitu sebesar 79,41%. Pada daerah median jalan massa daun dengan kategori baik yaitu pada segmen lokasi 1, 2, 7, 8 dan 9 dengan persentase paling tinggi pada segmen lokasi 7 yaitu sebesar 100%, sedangkan massa daun dengan kategori sedang hanya terdapat pada satu segmen lokasi yaitu segmen lokasi 3 dengan persentase sebesar 54,41%.

Fungsi peneduh pada daerah pinggir jalan berfungsi dengan baik pada segmen lokasi 2, 3, 6, 8 dan 9, sedangkan pada daerah median jalan fungsi peneduh berfungsi baik pada segmen lokasi 1, 2, 8, dan 9 . Hal ini dikarenakan massa daun yang rimbun dan padat serta tajuk antar pohon bersinggungan antara satu dengan lainnya sehingga mampu menghalangi sinar matahari pada siang hari pada daerah dibawahnya. Pada daerah median jalan segmen lokasi 3 fungsi peneduh dinyatakan sedang karena mayoritas tanaman masih muda sehingga massa daun yang terbentuk belum ideal. Fungsi peneduh dinyatakan kurang pada daerah pinggir jalan segmen lokasi 1, 4, 5, dan 7 karena jarangnya jarak antar tanaman membuat tajuk tidak saling bersinggungan dan massa daun yang ada tidak efektif sebagai fungsi peneduh. Pada daerah median jalan segmen lokasi 7 fungsi peneduh dinyatakan kurang walaupun massa daun dinyatakan baik karena jenis tanaman pada lokasi ini adalah Oleina syzigium (pucuk merah) sehingga tinggi tanaman tersebut tidak efektif untuk berfungsi sebagai tanaman peneduh karena tinggi yang terlalu pendek.

Fungsi pengarah berfungsi dengan baik pada daerah pinggir jalan segmen lokasi 2, 3, 6, 8 dan 9, sedangkan pada daerah median jalan fungsi pengarah berfungsi dengan baik pada segmen lokasi 1, 2, 3, 7, 8 dan 9. Pada daerah pinggir

(%)

(%)

Seg 1 Seg 2 Seg 3 Seg 4 Seg 5 Seg 6 Seg 7 Seg 8 Seg 9

(42)

jalan tegakan pohon didominasi oleh mahoni dan angsana. Massa daun yang rimbun dan padat memberikan kesan rapi dan orientasi sehingga hal tersebut membantu mengarahkan pengemudi melakukan pergerakan ke satu titik tertentu. Sedangkan pada median jalan tegakan pohon didominasi oleh mahoni. Pada daerah median jalan segmen lokasi 3 fungsi pengarah dinyatakan baik walaupun massa daun dinyatakan sedang. Hal ini dikarenakan dominasi tanaman yang masih muda sehingga massa daun yang terbentuk belum optimal, namun kondisi itu masih memunculkan kesan rapi dan orientasi dengan baik. Fungsi pengarah dinyatakan kurang pada daerah pinggir jalan segmen lokasi 1, 4, 5, dan 7 karena jauhnya jarak antar tanaman membuat massa daun yang ada tidak mampu memberikan kesan rapi dan orientasi yang mengarahkan pengemudi ke suatu titik tertentu.

Menurut Dahlan (1992) kemampuan pohon dalam meredam cahaya bergantung pada ukuran dan kerapatannya. Fungsi kontrol kesilauan berfungsi baik pada pinggir jalan segmen lokasi 2, 3, dan 6, sedangkan pada median jalan segmen lokasi 1, 2, dan 7. Hal ini dikarenakan tanaman memiliki kerapatan dan kerimbunan daun yang mengakibatkan cahaya dari depan maupun belakang tegakan dapat terkurangi sehingga mengakibatkan fungsi kontrol kesilauan berjalan optimal. Pada pinggir jalan segmen lokasi 2 dan3 digunakan sebagai area penjualan tanaman hias yang terdiri dari semak/perdu sehingga hal ini membantu fungsi kontrol kesilauan. Pada median jalan segmen lokasi 1 dan 2 terdapat semak diantara pepohonan serta pada segmen lokasi 7 ditanami jenis perdu yaitu Oleina Syzigium (pucuk merah) yang ditanam rapat yaitu 3 m sehingga dapat meredam cahaya dari arah berlawanan. Fungsi kontrol kesilauan dinyatakan sedang pada median jalan segmen lokasi 3 dan 8 karena kurangnya tanaman semak/perdu yang ditanam diantara pepohonan walaupun massa daun di segmen lokasi 8 dinyatakan baik sehingga fungsi kontrol kesilauan tidak berjalan sebaik pada segmen lokasi yang ditanami semak/perdu diantara pepohonan. Fungsi kontrol kesilauan dinyatakan kurang pada pinggir jalan segmen lokasi 1, 4, 5, 7, 8, dan 9. Hal ini dikarenakan pada segmen lokasi 1, 4, 5, dan 7 jarak antar pohon saling berjauhan sehingga massa daun yang ada tidak efektif sebagai fungsi kontrol kesilauan, selain itu tidak terdapat semak/perdu diantara pepohonan sehingga fungsi kontrol kesilauan tidak berfungsi secara efektif. Pada pinggir jalan segmen lokasi 8 dan 9 walaupun massa daun dinyatakan baik namun tidak terdapat semak/perdu yang ditanam diantara pepohonan sehingga fungsi kontrol kesilauan tidak berfungsi efektif pada segmen lokasi ini.

Fungsi peredam kecelakaan berfungsi baik pada daerah pinggir jalan segmen lokasi 2, 3 dan 6, sedangkan pada median jalan segmen lokasi 1, 2, dan 7. Hal ini dikarenakan massa daun yang padat dan rimbun menciptakan elastisitas yang cukup untuk menahan benturan serta adanya semak/perdu diantara pepohonan sehingga kondisi tersebut mampu menunjang fungsi peredam kecelakaan. Pada pinggir jalan segmen lokasi 2, 3, dan 6 digunakan sebagai area penjualan tanaman hias yang terdiri dari semak/perdu sehingga hal ini membantu fungsi peredam kecelakaan. Pada median jalan segmen lokasi 1 dan 2 terdapat semak diantara pepohonan serta pada segmen lokasi 7 ditanami jenis perdu yaitu

Gambar

Gambar 1  Skema kerangka pikir
Gambar 2  Lokasi penelitian
Tabel 1 Kriteria/standar penilaian fungsi pengaman dan estetika
Tabel 3 Cara penilaian/pengkategorian fungsi estetika
+7

Referensi

Dokumen terkait

adalah perencanaan jalur hijau jalan berdasarkan klasifikasi jalan dan penggunaan lahan meliputi jalan arteri, jalan kolektor dan jalan lokal pada kawasan industri, pemukiman

Peningkatan kemampuan jalur hijau jalan dalam menjerap partikel pada area tersebut dapat dilakukan dengan penambahan jumlah pohon atau elemen tanaman lainnya yang

Evaluasi yang dilakukan diantaranya dilakukan penataan ulang tanaman yang terdapat pada jalur hijau jalan dengan cara menambah maupun mengganti tanaman (Jenis Pohon,

Sebagai penunjang kelancaran lalu lintas, Jalan Jenderal Sudirman dibangun pelengkap jalan (Gambar 4). Bangunan pelengkap jalan terdiri dari jembatan

9 (sembilan) jenis RTH publik tersebut di antaranya taman kota, hutan kota, pulau jalan dan median jalan, jalur pejalan kaki, sempadan rel kereta api, jalur hijau jaringan

Lima jalan diantaranya dipilih sebagai kawasan penelitian karena keberadaannya yang dekat dengan area perkuliahan serta memiliki komposisi tanaman jalur hijau jalan

Lima jalan diantaranya dipilih sebagai kawasan penelitian karena keberadaannya yang dekat dengan area perkuliahan serta memiliki komposisi tanaman jalur hijau jalan

Sebagai penunjang kelancaran lalu lintas, Jalan Jenderal Sudirman dibangun pelengkap jalan (Gambar 4). Bangunan pelengkap jalan terdiri dari jembatan