• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI JALUR HIJAU JALAN DI KECAMATAN JEPARA KOTA JEPARA JAWA TENGAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EVALUASI JALUR HIJAU JALAN DI KECAMATAN JEPARA KOTA JEPARA JAWA TENGAH"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI JALUR HIJAU JALAN DI KECAMATAN JEPARA KOTA JEPARA JAWA TENGAH

Skripsi

Diajukan oleh : M. Jamaludin Malik

20100210005

Program Studi Agroteknologi

Kepada

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA

(2)

iv

EVALUASI JALUR HIJAU JALAN DI KECAMATAN

JEPARA KOTA JEPARA JAWA TENGAH

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Pertanian

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian dari Persyaratan Guna Memperoleh

Derajat Sarjana Pertanian

Oleh:

Muchammad. Jamaludin Malik 20100210005

Program Studi Agroteknologi

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA

(3)

v

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan :

1. Karya tulis saya, skripsi ini, adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik, baik di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta maupun di perguruan tinggi lainnya.

2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing.

3. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan dan penilaian saya setelah mendapatkan arahan dan saran dari Tim Pembimbing. Oleh karena itu, saya menyetujui pemanfaatan karya tulis ini dalam berbagai forum ilmiah, maupun pengembangannya dalam bentuk karya ilmiah lain oleh Tim Penguji.

4. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan dalam daftar pustaka.

5. Peryataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam peryataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah saya peroleh karena karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.

Yogyakarta, 22 Agustus 2016

Yang membuat peryataan

(4)

vi

PERSEMBAHAN

Ucap syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT yang mana berkat Rakhmat dan Karunia-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini dipersembahkan :

Untuk kakak, Eko Fakhrudin Junianto dan Luqman Johanuddin Terima kasih selama ini memberi nasihat dan motivasinya, atas dorongan Do’a dan Suportnya, semoga kakak selalu diberi kesehatan oleh allah SWT. Untuk bunda (Umi sa’adah S.pd) dan ayah (Masduki sunaki) tiada hentinya mendo’akan dan memberi dukungan moral maupun materil, hanya Allah SWT yang bisa membalas semua kebaikan ayah dan bunda. Dan juga Untuk keluarga yang tak henti-hentinya memberikan dukungan semangat sehingga skripsi ini bisa terselesaikan.

Untuk teman dan sahabat-sahabatku: seluruh penghuni kontrakan sidoarum yg tidak bisa saya sebutkan satu persatu, sudah 3 tahun bersama sudah seperti keluarga susah senang kita jalani bersama. tanpa kalian tidak akan pernah ada banyak cerita dilalui bersama, juga untuk angkatan veteran yang belum skripsi semoga kalian cepat menyusul.

Tafrokhul fuadyah, orang yang selalu mendukung, mendengarkan, mengingatkan, dan memberikan bantuan-bantuan terbaiknya, yang setia menemani ketika penelitian menelusuri sepanjang jalan walau kepanasan, terima kasih untuk segalanya.

(5)

v

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr Wb

Puji Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan pada ke hadirat ALLAH SWT atas Rahmat dan Kasih-Nya serta shalawat dan salam kepada junjungan ummat Rasulullah Muhammad SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Evaluasi Jalur Hijau Jalan Di Kecamatan Jepara Kota Jepara

Jawa Tengah. Studi Kasus: Jl. Wakhid Hasyim, Jl. Kartini, dan Jl. MT. Haryono, Kota Jepara, sebagai syarat untuk mendapat gelar sarjana Pertanian pada Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa selama penelitian dan penyusunan dengan baik tanpa bantuan, bimbingan, petunjuk dan saran dari semua pihak. Maka dengan penuh rasa hormat dan tulus ikhlas, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Lis Noer Aini, S.P, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah berkenan meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, memberi saran, kritik dan

motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, M,P. selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang telah berkenan meluangkan waktu untuk membimbing, memberi saran, kritik

dan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Ir. Nafi Ananda Utama, M.S. selaku dosen penguji yang berkenan meluangkan waktu untuk memberi saran, kritik, dan motivasi kepada penulis untuk

(6)

vi

4. Ir. Sukuriyati Susilo Dewi, M.S., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, motivasi dan dukungannya.

5. Ir. Sarjiyah, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

6. Seluruh Dosen Program Studi Agroteknologi yang telah banyak memberikan ilmu yang tak ternilai harganya.

7. Seluruh Staf dan Karyawan Fakultas Pertanian yang telah memberikan fasilitas dan bantuannya.

8. Pemerintah Kota Jepara yang telah memberikan izin, informasi dan data-data untuk menunjang skripsi ini.

9. Secara khusus penghargaan, rasa hormat dan terima kasih yang tak terhingga kepada ayah dan bunda ya g selalu e beri do’a, motivasi dan dukungan baik

secara moral maupun materil.

10.Teman-teman Agroteknologi 2010, terima kasih atas persaudaraan, pertemanan, serta kebersamaannya.

11.Teman-teman yang senasib seperjuangan Aris paijo, Ardi codot, Aim, Browi, Bekti, Cak Shodiq, Dian kekwo S.P, Faisal icong, Lian Ihir, Mama Dita, Mbah

Widi, sapto. Terima Kasih Keceriaan yang kalian berikan.

12.Seluruh pihak yang telah membantu

(7)

vii

kekeliruan ataupun hal-hal yang belum tercantumkan. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar menjadi bahan evaluasi bagi penulis supaya menjadi lebih baik di kemudian hari. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Aamiin.

Yogyakarta, 29 Agustus 2016

(8)

viii INTISARI ... Error! Bookmark not defined. ABSTRACK ... Error! Bookmark not defined. I. PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. A. Latar Belakang ... Error! Bookmark not defined. B. Perumusan masalah ... Error! Bookmark not defined. C. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. D. Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined. E. Batasan Studi ... Error! Bookmark not defined. F. Kerangka Pikir Penelitian ... Error! Bookmark not defined. II. TINJAUAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined. A. Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan Jalur Hijau JalanError! Bookmark not defined.

(9)

ix

(10)

x

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Klasifikasi menurut kelas jalan ... Error! Bookmark not defined. Tabel 2. Klasifikasi menurut medan jalan ... Error! Bookmark not defined. Tabel 3. Luas Kecamatan Jepara ... Error! Bookmark not defined. Tabel 4. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Jepara.Error! Bookmark not defined.

Tabel 5. Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikanError! Bookmark not defined.

Tabel 6. Jumlah penduduk Kabupaten Jepara tahun 2014Error! Bookmark not defined.

Tabel 7. Jumlah proporsi tenaga kerja/angkatan kerja di Kabupaten Jepara . Error! Bookmark not defined.

Tabel 8. Data Volume Lalu Lintas ... Error! Bookmark not defined. Tabel 9. Jenis data yang diperoleh... Error! Bookmark not defined. Tabel 10. Data jalan yang menjadi objek penelitianError! Bookmark not defined.

Tabel 11. Jenis tanaman yang terdapat di masing-masing lokasi. ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 12. Persepsi responden tentang pengertian RTHError! Bookmark not defined.

Tabel 13. Persepsi responden tentang kondisi jalan dan jalur hijau jalan ... Error! Bookmark not defined.

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Kerangka pikir penelitian ... Error! Bookmark not defined. Gambar 2. Peta Wilayah per Kecamatan ... Error! Bookmark not defined. Gambar 3. Kondisi Jl. Kartini... Error! Bookmark not defined. Gambar 4. Kondisi Jl. MT. Haryono ... Error! Bookmark not defined. Gambar 5 Kondisi Jl. Wakhid Hasyim ... Error! Bookmark not defined. Gambar 6. Tanaman Angsana Pada jalan Kartini .. Error! Bookmark not defined. Gambar 7. Tanaman Beringin Pada jalan Kartini .. Error! Bookmark not defined. Gambar 8. Tanaman Glodogan Pada Jalan wakhid hasyim dan Jalan Kartini ... Error! Bookmark not defined. Gambar 9. Tanaman Ketapang Pada jalan Kartini Error! Bookmark not defined. Gambar 10. Tanaman palem raja Pada Jalan Kartini dan Jalan MT. Haryono ... Error! Bookmark not defined. Gambar 11. Tanaman Bougenville Pada Jalan wakhid hasyimError! Bookmark not defined.

Gambar 12. Pucuk merah Pada Jalan Wakhid hasyim dan Jalan Kartini ... Error! Bookmark not defined.

Gambar 13. Adam hawa Pada jalan Wakhid hasyim dan Jalan Kartini ... Error! Bookmark not defined.

Gambar 14. Lili paris Pada Jalan Kartini ... Error! Bookmark not defined. Gambar 15. Teh-tehan Pada Jalan Wakhid hasyim dan Jalan Kartini ... Error! Bookmark not defined.

Gambar 16. Tanaman Heliconia Pada Jalan Wakhid hasyim dan Kartini ... Error! Bookmark not defined.

Gambar 17. Tanaman rumput gajah mini ... Error! Bookmark not defined. Gambar 18. Bagian Jl. Wakhid Hasyim ... Error! Bookmark not defined. Gambar 19. Jalur Hijau JL. Wakhid Hasyim kurang perawatanError! Bookmark not defined.

Gambar 20. Jalur hijau JL. Kartini ... Error! Bookmark not defined. Gambar 21. Jalan Kartini kurang perawatan ... Error! Bookmark not defined. Gambar 22. Jalur hijau Jalan MT. Haryono ... Error! Bookmark not defined. Gambar 23. Jalan MT. Haryono kurang perawatanError! Bookmark not defined.

(12)
(13)

EVALUASI JALUR HIJAU JALAN DI KECAMATAN JEPARA KOTA JEPARA JAWA TENGAH

Evaluation of the road Green line of Jepara sub-district, Jepara City Central java

M. Jamaludin Malik

Lis Noer Aini, SP, M. Si, Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, M.P. Agrotechonolgy Departement Faculty og Agriculture

Muhammadiyah University of Yogyakarta

Abstract

EVALUATION OF THE ROAD GREEN LINE OF JEPARA SUB-DISTRICT, JEPARA CITY CENTRAL JAVA. A research entitled “Evaluation of the road Green line of Jepara sub-district, Jepara City Central java”, was conducted from March up to April 2016. This study aims to identify and evaluate the road green line in the district of Jepara. The research was using dawn observation metode true primary and secondary data collection. The primary data true site observation and respondent interview, while secondary data often from relevan goverment agencies. The results showed that the percentage of the green line road of Jepara sub-district amounted to 0.0636%, while the percentage of road green line towards the green open space in Jepara sub-district amounted to 0.8096%. based on the analysis Kartini street is most ideal road green line, with a predominance of tree-shaped vegetation.

(14)

1

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, dibawah permukaan tanah dan atau air (Peraturan Pemeritah Nomor 34 Tahun 2006). Selain sebagai sarana transportasi, jalan juga merupakan area yang selalu menjadi tempat interaksi masyarakat, terutama pada bagian tepi jalan atau pedestrian. Tanaman tepi jalan sering kali ditanami berbagai tanaman dengan tujuan untuk peneduh, membantu mengurangi polusi, peresapan air, serta tujuan estetika (Carpenteret al., 1990).

(15)

2

pengamanan timbunan, dan galian gorong-gorong perlengkapan jalan dan bangunan pelengkap lainnya.

Lebar daerah manfaat jalan ditetapkan oleh pembina jalan sesuai dengan keperluannya. Tinggi minimum 5.0 meter dan kedalaman 1,5 meter diukur dari permukaan perkerasan. Daerah milik jalan merupakan ruas sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu yang dikuasai oleh pembina jalan guna peruntukan daerah manfaat jalan dan perlebaran jalan, penambahan jalur lalu lintas dikemudian hari, serta kebutuhan ruangan untuk pengamanan jalan. Kehidupan perkotaan di dunia termasuk Indonesia tidak lepas dari berbagai isu pencemaran lingkungan seperti halnya Kota Jepara. Kota Jepara merupakan pusat bisnis, pusat perdagangan, jasa, dan pusat industri yang ada di Jawa bagian Utara. Kota Jepara terus mengalami perkembangan baik dibidang ekonomi, infrastruktur dan teknologi terutama teknologi transportasi darat. Fenomena dan efek dari perkembangan tersebut adalah kepadatan penduduk, menurunnya beberapa kawasan seperti kawasan hijau, pencemaran lingkungan yang berujung pada penurunan kualitas lingkungan kota.

(16)

3

RTH dalam kota tersebut yaitu keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan wilayah perkotaan tersebut. Menurut Undang-Undang No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang bahwa luas RTH di wilayah Perkotaan minimum 30 % dari luas wilayahnya. Sedangkan menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 Tentang Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kawasan Perkotaan, luas ideal RTHKP minimal 20% dari luas kawasan perkotaan yang mencakup RTHKP publik dan privat (Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007).

Jalur hijau jalan di Kota Jepara merupakan salah satu jenis ruang terbuka hijau publik yaitu, Berdasarkan struktur dan jenis RTH Jalur Hijau yang dikeluarkan oleh Direktorat Perkotaan DITJEN Penataan Ruang, Kementerian Pekerjaan Umum, RTH Jalur Hijau yang ada di wilayah perencanaan secara umum dibagi menjadi dua yaitu RTH Jalur Hijau Jalan dan RTH Jalur Hijau Tepian Air. RTH jalur hijau jalan yang ada di wilayah perencanaan berupa jalur hijau jalan yang meliputi jalan kolektor dan jalan lokal. Secara keseluruhan, RTH Jalur Hijau Jalan tersebar di semua kecamatan wilayah perencanaan.

(17)

4

mengganggu pertumbuhan tanaman, tanaman tidak dilakukan pemangkasan sehingga bentuk tajuknya tidak teratur maupun ranting atau dahan yang patah atau jatuh tidak dibersihkan, pertumbuhan tanaman kurang subur karena tidak dilakukan pemupukan, tanaman layu karena tidak dilakukan penyiraman dan pengendalian hama dan penyakit tanaman (HPT) tidak dilakukan sehingga tanaman rentan terserang hama dan penyakit.

Keberadaan RTH khususnya tanaman pengisi pada ruas-ruas jalan atau yang sering disebut sebagai Jalur Hijau Jalan sangat dibutuhkan dan akan bermanfaat besar bagi peningkatan kualitas lingkungan Kota Jepara terutama dalam mereduksi polutan, dalam mereduksi Polusi tidak semua tanaman dapat dijadikan sebagai tanaman bioreduktor polutan Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, agar tanaman yang diperuntukkan dapat benar-benar berfungsi dan tidak menambah permasalahan yang tidak diinginkan. Pemilihan tanaman sebagai upaya pereduksi polutan perlu didasarkan pada ketahanan tanaman akan partikel polutan maupun kemampuan tanaman dalam menyerap polutan serta lingkungan dimana tanaman tersebut ditanam. Selain itu komposisi baik jumlah, jenis dan fungsi tanaman sangat berpengaruh terhadap penyerapan konsentrat polutan.

A. Perumusan masalah

(18)

5

lingkungan perkotaan yang berdampak keberbagai sendi kehidupan perkotaan antara lain sering terjadi banjir, peningkatan pencemaran udara dan menurunnya produktivitas masyarakat akibat terbatasnya ruang yang tersedia untuk interaksi sosial. Perencanaan tata ruang wilayah kota harus memuat rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau yang luas minimalnya sebesar 30% dari luas wilayah kota, dan mewujudkan ruang kawasan perkotaan yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan. penataan RTH memerlukan perencanaan yang baik agar kegiatan pengelolaannya dapat berjalan sesuai dengan kenyamanan pemakai jalan, lahan untuk pengembangan jalan, kawasan penyangga, jalur hijau, tempat pembangunan fasilitas pelayanan dan perlindungan terhadap bentukan alam (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008).

Pengelolaan yang tidak berjalan dengan baik dan minimnya ketersediaan RTH publik jalur hijau jalan. memerlukan adanya identifikasi dan evaluasi terhadap pengelolaan jalur hijau di Kota Jepara yang diharapkan dapat memberikan gambaran tentang kegiatan pengelolaan jalur hijau jalan tersebut.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi dan mengevaluasi jalur hijau jalan di Kota Jepara.

C. Manfaat Penelitian

(19)

6

D. Batasan Studi

Penelitian ini dijalur hijau jalan Kota Jepara yang bertujuan untuk mengevaluasi kegiatan tentang jalur hijau jalan dilakanakan disepanjang jalur hijau.

E. Kerangka Pikir Penelitian

Kecamatan Jepara mempunyai ruang terbuka hijau dan ruang terbangun, Salah satu bentuk ruang terbuka hijau yang selalu bersinggungan dengan

masyarakat adalah jalur hijau jalan. Kecamatan Jepara mempunyai RTH yaitu taman kota, hutan kota, jalur hijau, dan salah satu dari RTH Kecamatan Jepara yakni jalur hijau jalan Jl. Wakhid Hasyim, Jl. MT Haryono, Jl. Kartini.

Kegiatan penelitian yang dilakukan oleh penulis hanya mengenai tentang Ruang Terbuka Hijau (RTH) jalur hijau di Kota Jepara. Penelitian dimulai dengan identifikasi kondisi eksisting yang meliputi kondisi tapak, tanaman tepi jalan, tanaman median dan Traffic Island yang disesuaikan dengan UU No. 26 Th 2007 yang menjadi landasan dasar Ruang Terbuka Hijau (RTH). Sesuai peraturan menteri pekerjaan umum No. 26 Th 2007 Pasal 1” Tentang penataan ruang

(20)

7

Kegiatan penelitian akan dimulai dengan pengambilan data yang terdapat pada objek penelitian yang dalam studi ini adalah Kota Jepara, hasil data yang diperoleh kemudian dievaluasi untuk kemudian dijadikan bahan evaluasi jalur Hijau Jalan di Kota Jepara. Proses kegiatan penelitian secara singkat dapat dilihat dalam Gambar 1.

Gambar 1. Kerangka pikir penelitian Kota Jepara

Ruang Terbuka Hijau

Jalur Hijau Jalan

Hutan Kota Taman Kota

UU jalur hijau jalan 1. UU No. 26 Th. 2007

Pasal1

2. RTRW Kecamatan Kota Jepara

3. Permendagri No. 1 Th. 2007 pasal 1

Identifikasi KondisiExisting

1. Kondisi tapak 2. Tanaman Tepi jalan 3. Tanaman Median 4. Traffic Island

Evaluasi

(21)
(22)

1

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ruang Terbuka Hijau Perkotaan

Ruang terbuka hijau (RTH) kota adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (open space) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi (endemik, introduksi) guna mendukung manfaat langsung dan/atau tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut yaitu keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan wilayah perkotaan tersebut (Direktorat Jendral Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum, 2010). Dalam peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan perkotaan, ditulis bahwa ruang terbuka hijau perkotaan adalah bagian dari ruang terbuka dari suatu kawasan perkotaan yang diisi oleh tumbuhan dan tanaman guna mendukung manfaat ekologis, sosial, budaya, ekonomi dan estetika. Selanjutnya disebutkan pula bahwa dalam ruang terbuka hijau pemanfaatannya lebih bersifat pengisian hijau tanaman atau tumbuh-tumbuhan secara alamiah ataupun budidaya tanaman (Nor, 2009).

A. Jalur Hijau Jalan

(23)

2

(RTH), 20% RTH publik dan 10% RTH privat. Pengalokasian 30% RTH ini ditetapkan dalam Peraturan Daerah (Perda) tentang RTRW Kota dan RTRW kabupaten.

Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel (Peraturan Pemerintah Nomor 34 tahun 2006). Sedangkan jalan raya adalah jalur-jalur tanah diatas permukaan bumi yang dibuat oleh manusia dengan bentuk, ukuran-ukuran dan jenis konstruksinya sehingga dapat digunakan untuk menyalurkan lalu lintas orang, hewan dan kendaraan yang mengangkut barang dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan mudah dan cepat (Oglesby, 1999).

Menurut Direktorat Jenderal Bina Marga (1997), jalan raya pada umumnya dapat digolongkan dalam 4 klasifikasi yaitu:

a. Klasifikasi menurut fungsi jalan terdiri atas 3 golongan:

1) Jalan arteri yaitu jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien.

(24)

3

3) Jalan lokal yaitu jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.

Klasifikasi menurut kelas jalan, klasifikasi menurut kelas jalan berkaitan dengan kemampuan jalan untuk menerima beban lalu lintas, dinyatakan dalam muatan sumbu terberat (MST) dalam satuan ton. Klasifikasi menurut kelas jalan tersebut dapat dilihat dalam Tabel 1.

Tabel 1. Klasifikasi menurut kelas jalan

Fungsi Kelas MuatanSumbu

b. Klasifikasi menurut medan jalan,medan jalan diklasifikasikan berdasarkan kondisi sebagian besar kemiringan medan yang diukur tegak lurus garis kontur. Keseragaman kondisi medan yang diproyeksikan harus mempertimbangkan keseragaman kondisi medan menurut rencana trase jalan dengan mengabaikan perubahan-perubahan pada bagian kecil dari segmen rencana jalan tersebut. Klasifikasi menurut medan jalan tersebut dapat dilihat dalam Tabel 2.

Tabel 2. Klasifikasi menurut medan jalan

(25)

4

Klasifikasi menurut wewenang pembinaan jalan, klasifikasi menurut wewenang pembinaanya terdiri dari jalan nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten/kotamadya dan jalan desa.

Menurut Direktorat Jenderal Bina Marga (1990), jalan dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:

1) Daerah manfaat jalan (Damaja), merupakan ruas sepanjang, jalan yang dibatasi oleh lebar, tinggi, dan kedalaman ruang bebas tertentu yang ditetapkan oleh pembina jalan dan diperuntukkan bagi median jalan, perkerasan jalan, pemisahan jalur, bahu jalan, saluran tepi jalan, trotoar, lereng, ambang pengaman timbunan, dan galian gorong-gorong perlengkapan jalan dan bangunan pelengkap lainnya. Lebar damaja ditetapkan oleh pembina jalan sesuai dengan keperluannya. Tinggi minimum 5.0 meter dan kedalaman minimum 1.5 meter diukur dari permukaan perkerasan.

2) Daerah milik jalan (Damija), merupakan ruas sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu yang dikuasai oleh pembina jalan guna peruntukan daerah manfaat jalan dan perlebaran jalan,

penambahan jalur lalu lintas di kemudian hari, serta kebutuhan ruangan untuk pengamanan jalan.

(26)

5

4). Kondisi eksisting Ruang Terbuka Hijau (RTH) di wilayah perkotaan Jepara

1. Luasan ruang terbuka hijau

Menurut Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang disebutkan bahwa setiap wilayah diwajibkan untuk mengalokasikan sedikitnya 30% dari ruang atau wilayahnya untuk RTH, dimana 20% diperuntukan bagi RTH publik yang merupakan ruang terbuka hijau yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah kota dan digunakan untuk kepentingan masyarakat secara umum, serta 10% diperuntukan bagi RTH privat pada lahan-lahan yang dimiliki oleh swasta atau masyarakat.

2. Bentuk ruang terbuka hijau

Ruang terbuka hijau ada dua bentuk yaitu bentuk jalur atau memanjang dan bentuk pulau atau mengelompok. RTH berbentuk jalur biasanya mengikuti pola ruang yang berdampingan, misalnya jalur hijau di pinggir atau di median jalan, jalur hijau di sepanjang sungai, jalur hijau sepanjang rel kereta api, jalur hijau di bawah SUTET, dan sabuk hijau kota. Sedangkan RTH yang berbentuk mengelompok seperti taman, hutan kota, tempat pemakaman umum, pengaman bandara, dan kebun raya.

3. Taman Kota

(27)

6

ruang terbuka atau open space yang digunakan oleh orang banyak untuk beraktifitas di setiap waktu. Pengertian mengenai taman kota ini adalah taman yang berada di lingkungan perkotaan dalam skala yang luas dan dapat mengantisipasi dampak-dampak yang ditimbulkan oleh perkembangan kota. Taman kota dapat dinikmati semua orang tanpa harus mengeluarkan biaya. Ada tiga macam taman kota berdasarkan aktifitasnya:

a. Taman untuk rekreasi aktif

Taman untuk rekreasi aktif adalah taman yang didalamnya dibangun suatu kegiatan pemakai taman, sehingga pemakai taman secara aktif menggunakan fasilitas didalamnya, sekaligus memperoleh kesenangan, kesegaran, dan kebugaran, misalnya taman olah raga, aerobic, fitness, camping ground, taman bermain anak, taman pramuka, taman jalur jalan, kebun binatang, danau, pemancingan dan taman-taman.

b. Taman untuk rekreasi pasif

Taman untuk rekreasi pasif adalah taman yang dibentuk agar dapat dinikmati keindahan dan kerindangannya, tanpa mengadakan aktivitas dan kegiatan apapun, misalnya waduk, hutan buatan, penghijauan tepi kali, dan jalur hijau.

c. Taman untuk rekreasi aktif dan pasif.

(28)

7

community parkadalah suatu taman yang dibuat dan merupakan bagian dari suatu pemukiman, selain rumah ibadah, pasar, dan sekolah.

d. Hutan Kota

Definisi hutan kota adalah ruang terbuka yang ditumbuhi vegetasi berkayu di wilayah perkotaan. Hutan kota memberikan manfaat lingkungan sebesar-besarnya kepada penduduk perkotaan, dalam kegunaan-kegunaan proteksi, estetika, rekreasi dan kegunaan khusus lainnya.

Pelaksanaan pembangunan hutan kota dan pengembangannya, ditentukan berdasarkan pada objek yang akan dilindungi, hasil yang dicapai, dan letak dari hutan kota tersebut. Berdasarkan letaknya, hutan kota dapat dibagi menjadi lima kelas yaitu:

a. Hutan Kota Pemukiman, yaitu pembangunan hutan kota yang bertujuan untuk membantu menciptakan lingkungan yang nyaman dan menambah keindahan dan dapat menangkal pengaruh polusi kota terutama polusi udara yang diakibatkan oleh adanya kendaraan bermotor yang terus meningkat dan lain sebagainya di wilayah pemukiman.

b. Hutan Kota Industri, berperan sebagai penangkal polutan yang berasal dari limbah yang dihasilkan oleh kegiatan-kegiatan perindustrian, antara lain limbah padat, cair, maupun gas.

(29)

8

perlindungan dari polutan berupa gas, debu dan udara, serta merupakan tempat produksi oksigen.

d. utan Kota Konservasi, mengandung arti penting untuk mencegah kerusakan, memberi perlindungan serta pelestarian terhadap objek tertentu, baik flora maupun faunanya di alam.

e. Hutan Kota Pusat Kegiatan, berperan untuk meningkatkan kenyamanan, keindahan, dan produksi oksigen di pusat-pusat kegiatan seperti pasar, terminal, perkantoran, pertokoan dan lain sebagainya. Di samping itu hutan kota juga berperan sebagai jalur hijau di pinggir jalan yang berlalu lintas padat (Damandiri, 2010).

B. Pengelolaan Lanskap

Pengelolaan merupakan suatu upaya manusia untuk mendayagunakan, memelihara, dan melestarikan lanskap atau lingkungan agar memperoleh manfaat yang maksimal dengan mengusahakan kontinuitas kelestariannya. Pengelolaan lanskap adalah upaya terpadu dalam penataan dan pemanfaatan, pemeliharaan, pelestarian, pengendalian, dan pengembangan lingkungan hidup sehingga tercipta lanskap yang bermanfaat bagi manusia dan makhluk hidup lainnya (Arifin dan Arifin, 2005).

(30)

9

1. Perencanaan (planning), merupakan konsep dasar dari suatu manajemen, yang dengannya tugas-tugas manajemen disusun, tujuan dan sasaran ditetapkan, kebijaksanaan dan tata cara pelaksanaan dibuat, dan perencanaa jangka panjang dan jangka pendek dirumuskan. Proses perencanaan ini juga meliputi informasi-informasi dasar dan merupakan fase awal yang berkelanjutan.

2. Pengorganisasian (organizing), merupakan tahapan manajemen yang dengannya struktur organisasi dan tanggung jawab masing-masing bagian dibentuk, garis komunikasi, koordinasi, dan wewenang ditetapkan, serta sumber daya yang dialokasikan.

3. Pengaturan (directing), merupakan proses koordinasi kegiatan-kegiatan yang dilakukan. Proses ini berkaitan erat dengan upaya memotivasi para pekerja untuk mencapai tujuan organisasi.

4. Pengawasan (controlling), fungsi ini mencakup pengawasan tehadap standar kerja dan metode pelaksanaan yang dilakukan. Fungsi ini juga mengawasi apakah semua berjalan sesuai dengan tujuan dan kebijakan yang telah ditetapkan. Fungsi controlling juga mencakup pelaporan, evaluasi yang berkelanjutan, serta pengambilan langkah-langkah yang tepat dalam melakukan perbaikan atau antisipasi program.

(31)

10

mungkin mempertahankan pada keadaan yang sesuai dengan tujuan dan fungsi awal. Selain itu, pemeliharaan juga bertujuan agar suatu areal lanskap memiliki suatu keindahan secara estetika serta nyaman dan aman. Menurut (Sternloff dan Warren 1984), terdapat tiga tipe organisasi pemeliharaan:

1. Sistem pemeliharaan unit (unit maintenance), yaitu pemeliharaan yang didasarkan pada unit-unit taman yang ada sehingga setiap unit taman mempunyai tim pemelihara sendiri;

2. Sistem tim pemeliharaan khusus (specialized maintenance crew), yaitu pemeliharaan didasarkan pada keahlian tertentu dari pegawainya, seperti pegawai khusus potong rumput atau pekerja khusus lainnya, berdasarkan jadwal pindah dari unit satu ke unit lainnya;

3. Sistem pemeliharaan secara kontak (maintenance by contract), yaitu pemeliharaan diserahkan pada kontraktor sehingga seluruh pekerjaan pemeliharaan dikerjakan oleh kontraktor.

Menurut (Sternloff dan Warren 1984), tujuan kegiatan pemeliharaan adalah menjaga tapak beserta fasilitasnya supaya tetap dalam keadaan awal atau desain semula. Untuk mencapai hasil yang diinginkan, perlu diperhatikan beberapa hal meliputi (a) menetapkan prinsip-prinsip operasi; (b) memelihara fasilitas dengan standar yang telah ditentukan; dan (c) melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan.

(32)

11

fungsi awal. Selain itu kegiatan pemeliharaan ini bertujuan agar suatu areal lanskap memiliki suatu keindahan secara estetika serta nyaman dan aman pemeliharaan tersebut meliputi pemeliharaan ideal dan fisik.

1. Pemeliharaan Ideal

Pemeliharaan ideal merupakan kegiatan pemeliharaan elemen-elemen lanskap baik soft material maupun hard material sehingga sesuai dengan tujuan dan fungsi semula (Arifin, 2009). Dalam kegiatan pemeliharaan ini diharapkan jalur hijau jalan dapat memberikan keindahan dan kenyamanan bagi pengguna jalan dengan tetap mempertahankan desain awal yang telah dibentuk. Sedangkan, untuk mempertahankan agar tujuan dan fungsi semula dalam pemeliharaan ideal tetap terjaga, diperlukan usaha yang menunjang pemeliharaan fisik, antara lain (a) pembuatan jadwal pemeliharaan fisik elemen lunak dan elemen keras; dan (b) pengunaan tanaman lokal untuk memudahkan pergantian/penyulaman pada renovasi tata hijau.

Pemeliharaan dapat dikurangi jika didukung oleh upaya-upaya sebagai berikut (Carpenter et al., 1990) : (a) perencanaan dan perancangan taman dengan pola yang sederhana sehingga memudahkan untuk melakukan pemeliharaan; (b) pemeliharaan elemen tanaman dengan baik; dan (c) perancangan dengan pendekatan terhadap alam.

(33)

12

sehingga alur kegiatan didalamnya akan selalu lancar; (c) memilih sistem struktur yang kuat dan awet serta memilih bahan-bahan perkerasan yang sesuai; dan (d) melengkapi taman dengan fasilitas yang memadai, misalnya lampu penerangan dan jaringan utilitas.

2. Pemeliharaan fisik

Pemeliharaan fisik adalah kegiatan pemeliharaan terhadap elemen-elemen lanskap baik hard material maupun soft material. Hard material terdiri dari perkerasan/paving, bangku shelter, dan lampu jalan, sedangkan soft material berupa tanaman. Kegiatan pemeliharaan fisik ini bertujuan menjaga kondisi fisik elemen hard material dan soft material agar tetap berfungsi dengan baik, indah, dan berkelanjutan. Konsep pemeliharaan fisik merupakan pemeliharaan taman untuk mengimbangi pemeliharaan secara ideal sehinga taman tetap rapih, indah, asri, nyaman, serta aman. secara umum, pemeliharaan fisik untuk hard material merupakan pemeliharaan pencegahan, yaitu pembersihan terhadap lumut dan karat, pengecetan dan pengatian, serta perbaikan elemen yang rusak. Pemeliharan fisikuntuk tanaman terdiri dari penyiraman, pemangkasan, penyiangan, serta pemupukan (Arifin, H. S dan N.H.S Arifin. 2005.).

(34)

13

dapat mengurangi kebisingan, menyaring udara kotor, menahan tiupan angin kencang, dan menahan panas dan silau matahari (Murdaningsih, 2006).

Ketersediaan RTH pada jalur hijau jalan ditempatkan pada sempadan jalan dan dalam sempadan tersebut ditempatkan pohon-pohon yang berfungsi sebagai RTH jalur jalan. Menurut ketentuan DPU tahun 2007 untuk lebar sempadan jalan adalah 1,5 m dan sempadan jalan tersebut dimanfaatkan untuk RTH dengan keberadaan sempadan jalan di kanan dan kiri jalan. RTH jalur pengaman jalan terdiri dari RTH jalur pejalan kaki, taman pulau jalan yang terletak di tengah persimpangan jalan, dan taman sudut jalan yang berada di sisi persimpangan jalan. Median jalan adalah ruang yang disediakan pada bagian tengah dari jalan untuk membagi jalan dalam masing-masing arah yang berfungsi mengamankan ruang bebas samping jalur lalu lintas. Beberapa fungsi jalur hijau jalan yaitu sebagai penyegar udara, peredam kebisingan, mengurangi pencemaran polusi kendaraan, perlindungan bagi pejalan kaki dari hujan dan sengatan matahari, pembentuk citra kota, dan mengurangi peningkatan suhu udara.

Tanaman jalan ialah tanaman yang digunakan didalam perencanaan lanskap jalan, yang mempunyai sistem perakaran yang tidak merusak konstruksi jalan, percabangan tanaman tidak mudah patah dan mudah dalam pemeliharaannya (Direktorat Jenderal Bina Marga, 1996). Tanaman yang terdapat pada jalur hijau jalan dapat digolongkan menjadi:

(35)

14

2. cadangan air tanah, pengatur iklim mikro, dan mampu memberi kesan psikologis kepada pengguna jalan.

3. Semak/perdu, berfungsi sebagai pembatas visual, memberikan nilai estetika, menahan sinar lampu kendaraan, sebagai penahan kecelakaan dan pembatas jalur median.

4. Penutup tanah/rumput, berfungsi sebagai penahan air hujan supaya tidak mengalir langsung ke jalan bebas hambatan.

(Menurut Departement Pekerjaan Umum, 2008), terdapat kriteria khusus yang harus diperhatikan untuk:

1. Tanaman jalan perkotaan :

a. Pohon penaung dengan tinggi sedang atau tinggi kurang dari 15 meter. b. Bentuk tajuk pohon bulat.

c. Tinggi cabang paling bawah 5 meter.

d. Tidak menggunakan tanaman berdaun besar dan tidak menggurkan daun secara serempak.

e. Tanaman semak untuk median memiliki tinggi maksimum 1,5 meter dan mempunyai percabangan yang lunak.

f. Baik pohon maupun semak memiliki karakter fisik yang menarik seperti bentuk tekstur dan warna daun, serta bunga yang menarik. g. Menggunakan tanaman penutup tanah yang tahunan.

2. Tanaman pada media jalan a. Tanaman semak.

(36)

8

c. Menyukai matahari berlimpah.

d. Toleran lingkungan kering atau terbatas. e. Daun berukuran kecil.

f. Daun memiliki rambut, sisik atau gerigi.

g. Memiliki toleransi sedang sampai tinggi atau tidak sensitif terhadap polusi udara.

h. Memiliki kemampuan tinggi mengurangi polusi. i. Tanaman berbunga atau hiasan daun.

3. Tanaman pada simpang susun :

a. Tanaman penutup tanah, semak dan pohon pendek. b. Tajuk kolumnar atau tajuk tidak menyebar horizontal. c. Memiliki warna atau bentuk atraktif.

(37)

III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI

Sumber : Dinas CIPTARU

Gambar 1. Peta Wilayah per Kecamatan

A. Kondisi Geografis

(38)

Jepara terletak antara 110º9’48.02” sampai dengan 110°58’37.40” bujur timur dan

5º43’20.67” sampai dengan 6°74’25.83” lintang selatan.

Dari 16 desa di Kecamatan Jepara yang masuk dalam kawasan perkotaan sebanyak 12 desa. Luas Kawasan Perkotaan Jepara sebesar 2.444 hektar, 1.094 hektar, dimana penggunaan RTH 1.427 hektar merupakan kawasan pertanian, 235 hektar merupakan kawasan RTH jalur hijau dan 122,5 hektar merupakan RTH pertamanan, kehutanan dan olahraga. Potensi pengembangan RTH publik ini masih sangat dimungkinkan untuk dikembangkan, mengingat dari potensi RTH pekarangan yang masih dapat dikembangkan secara kualitas sebagai RTH. kebutuhan luas RTH berdasarkan perhitungan pendekatan kependudukan tersebut adalah untuk taman RT seluas 73.796 m2, taman RW seluas 36.898 m2, taman kelurahan seluas 22,139 m2, dan taman kecamatan seluas 147,592.000 m2.

Secara administratif Kecamatan Jepara mempunyai jarak tempuh ke ibu kota provinsi ± 76 km dan dapat ditempuh dalam waktu lebih kurang 2 jam. Jarak terdekat dari ibukota kabupaten adalah Kecamatan Tahunan yaitu 7 km dan jarak terjauh adalah Kecamatan Karimunjawa yaitu 90 km. batas dengan Kecamatan yang lain sebagai berikut :

1. Sebelah Timur : Kecamatan Pakisaji 2. Sebelah Tenggara : Kecamatan Batealit 3. Sebelah Selatan : Kecamatan Kalinyamatan 4. Sebelah Barat Daya : Kecamatan Kedung 5. Sebelah Barat : Laut Jawa

(39)

Dipandang dari ketinggian permukaan tanah dari permukaan air laut, wilayah Kecamatan Jepara terletak mulai dari 0 m sampai dengan 50 mdpl.

Tabel 1. Luas Kecamatan Jepara

Sumber : Dinas CIPTARU

B. Tata Guna Lahan

Kecamatan Jepara pada tahun 2014 mempunyai luas wilayah 2.466,699 hektar yang terdiri dari 403 hektar lahan sawah dan 2.062 hektar lahan kering. Penggunaan lahan yang termasuk dalam lahan sawah terdiri dari pengairan teknis, pengairan setengah teknis, pengairan sederhana, tadah hujan, pasang surut, tanah sawah, lebak, polder, tanah sawah yang sementara tidak diusahakan, dan lain-lain. Sedangkan yang masuk kategori lahan kering adalah tanah untuk bangunan dan halaman sekitarnya, tegal, padang rumput, tambak, kolam, tanah yang sementara

(40)

tidak diusahakan, tanah untuk tanaman kayu-kayuan, hutan negara, perkebunan negara, tanah lainnya (jalan, sungai, kuburan, tanah gege, lapangan olah raga dan lain-lain).

C. Kondisi Hidrologi

Kondisi hidrologi di Kota Jepara dibagi menjadi dua yaitu : 1. Air Tanah Dangkal

Air tanah ini memiliki kedalaman tanah efektif 2–6 meter. Dengan kondisi air tanah yang relatif dangkal, Kota Jepara dapat dikembangkan menjadi areal terbangun. Keberadaan air tanah tersebut akan sangat mendukung fungsi permukiman dan kegiatan industri lainnya yang dalam aktivitasnya sangat membutuhkan air. Daerah air tanah dangkal ini meliputi seluruh Kecamatan Tahunan dan sebagian besar Kecamatan Jepara bagian timur.

2. Air Tanah Payau

Air tanah ini merupakan campuran antara air laut dan air tanah. Namun untuk Kota Jepara kondisi air payau masih relatif baik karena belum terintrusi air laut. Hal ini terjadi karena adanya hutan bakau di sepanjang pantai yang mencegah terjadinya intrusi tersebut. Daerah dengan jenis tanah air payau terdapat di daerah sekitar pantai yaitu di Kecamatan Jepara bagian barat.

(41)

40

3. Keadaan iklim

Jepara memiliki iklim tropis, hampir sebagian besar bulan ditandai dengan curah hujan yang signifikan. Musim kemarau singkat memiliki dampak yang kecil, iklim di jepara diklasifikan suhu rata-rata di jepara adalah 27.0 ° C, curah hujan di jepara rata-rata 2.643 mm. Bulan terkering adalah agustus, dengan 20 mm curah hujan. Presipitasi paling besar terlihat pada januari, dengan rata-rata 6.46 mm. suhu terhangat sepanjang tahun adalah oktober, dengan suhu rata-rata 28.2 °C. Suhu terendah dalam setahun terlihat di januari, saat suhu ini berkisar 26.4 °C. Perbedaan dalam presipitasi antara bulan terkering dan bulan basah adalah 6.26 mm, variasi suhu sepanjang tahun adalah 1.8 °C.

D. Kondisi sosial 1. Ekonomi

(42)

41

Tabel 2. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Jepara. Propinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun 2009-2013.

Tingkat pendidikan merupakan salah satu ukuran untuk kualitas penduduk. Semakin tinggi tingkat yang ditamatkan semakin baik kualitas SDM di wilayah tersebut. Namun ukuran ini masih harus ditambah dengan etos kerja dan ketrampilan baikhardskill maupunsoftskill. Beberapa pelaku usaha menyatakan bahwa yang dibutuhkan tidak saja ketrampilan tetapi juga kepribadian, karena ketrampilan bisa ditingkatkan melalui pelatihan-pelatihan. Tamat sekolah didefinisikan sebagai jenjang pendidikan yang telah berhasil diselesaikan oleh seseorang dengan dibuktikan adanya ijazah atau surat tanda tamat belajar. Tetapi jika menggunakan ukuran menurut jenjang tertinggi merupakan jenjang atau kelas tertinggi yang pernah ditempuh oleh seseorang.

Tabel 3. Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan tinggi yang ditamatkan

No Jenjang Pendidikan Laki-Laki Perempuan Jumlah

Jiwa % Jiwa % N %

1 Tidak/belum sekolah 87,020 15.05 88,657 15.75 175,677 15.39

2 Belum tamat SD/

Sederajat 70,543 12.02 73,196 13.00 143,739 12.6

3 Tamat SD/sederajat 205,919 35.61 207,452 36.84 413,371 36.22

4 SLTP/sederajat 119,346 20.64 110,083 19.55 229,429 20.10

5 SLTA/sederajat 77,908 13.47 67,017 11.90 144,925 12.70

(43)

42

7 Akademi/Diploma

III/sarjana muda 3,506 0.61 4,034 0.72 7,540 0.66

8 Diploma IV/strata I 10,798 1.87 9,271 1.65 20,069 1.76%

9 Strata II 728 0.13 272 0.05 1,000 0.09%

10 Strata III 41 0.01 32 18.93 73 0.01%

Jumlah 578,193 100 563,043 100 1.141.236 15.39%

Sumber: data DISDUKCAPIL Kab. Jepara

Tabel 5 terlihat, dari Data menunjukkan bahwa tingkat pendidikan tertinggi penduduk Kabupaten Jepara adalah strata III namun prosentasenya kecil sekali hanya 0,01%. Rata-rata pendidikan penduduk Kabupaten Jepara adalah SLTP / sederajat, jumlah ini mendominasi diantara beberapa jenjang pendidikan yang ditamatkan oleh penduduk Kabupaten Jepara. Bahkan angka ini dicapai oleh penduduk laki-laki sebagai kepala keluarga. Padahal jika dilihat permintaan pasar tenaga kerja rata-rata mensyaratkan minimal pendidikan strata I atau SLTA. Angka ini perlu menjadi perhatian dari pemerintah Kabupaten Jepara bagaimana tingkat kesejahteraan penduduk Kabupaten Jepara.

3. Penduduk

(44)

43

penduduk di Karimun Jawa disebabkan Karimun Jawa merupakan pulau yang terpisah dari Kabupaten Jepara. sebagaimana terdapat dalam tabel 6 dibawah ini. Tabel 4.Jumlah penduduk Kabupaten Jepara tahun 2014

No Nama Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 Kedung 36.524 35.757 72.281

2 Pecangaan 39.745 38.969 78.714

3 Welahan 37.352 36.642 73.994

4 Mayong 41.870 41.094 82.964

5 Batealit 40.858 39.436 80.294

6 Jepara 40.606 39.634 80.240

7 Keling 31.907 31.580 63.487

8 Karimunjawa 4.606 4.371 8.977

9 Tahunan 52.238 50.429 102.667

10 Nalumsari 35.582 35.235 70.817

11 Kalinyamatan 29.079 28.290 57.369

12 Kembang 34.783 34.764 69.547

13 Pakis aji 29.921 28.335 58.256

14 Donorojo 30.326 29.664 59.990

15 Mlonggo 41.327 39.468 80.795

16 Bangsri 49.297 47.725 97.022

Jumlah 576.021 561.393 1.137.414

Sumber data base: Disdukcapil tahun 2014. 4. Tenaga Kerja

(45)

44

(dua) yaitu bekerja (employed) dan mencari pekerjaan/menganggur (unemployed). Penduduk yang termasuk angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun/lebih) yang bekerja, ataupun punya pekerjaan namun sementara waktu tidak bekerja dan menjadi pengangguran. Untuk melihat jumlah proporsi tenaga kerja/angkatan kerja di Kabupaten Jepara dapat dilihat pada tabel 7 dibawah ini : Tabel 5. Jumlah proporsi tenaga kerja/angkatan kerja di Kabupaten Jepara

(46)

IV. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di jalur hijau Kota Jepara, Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2016 sampai April 2016. Proses penelitian ini meliputi pengumpulan data, analisis data sampel.

B. Alat Dan Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa kondisi eksisting jalur hijau dan peta Kota Jepara baik hasil survei langsung dan berupa data dari instansi terkait. Alat yang digunakan meliputi: alat tulis, kamera dan perangkat komputer. Selanjutnya data dikumpulkan untuk dianalisis.

C. Metode Penelitian dan Analisis Data 1. Metode Penelitian

(47)

2. Metode Pemilihan Lokasi

Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan cara purposive, yaitu pengambilan sampel yang secara sengaja dipilih atau pengambilan sampel Lokasi. yang dipilih didasarkan pada kondisi eksisting, dan klasifikasi jalan di lokasi. Berdasarkan PP nomor 34 tahun 2006 tentang jalan, klasifikasi jalan dibagi menjadi 5 yaitu : jalan nasional, jalan provinsi, jalan kota, jalan kabupaten dan jalan desa. Berdasarkan hal tersebut penelitian dilakukan terhadap 3 klasifikasi Jl. Nasional, Jl. Provinsi, dan Jl. kota. Berdasarkan kondisi eksisting pada lokasi penelitian. Lokasi yang dipilih untuk penelitian yakni ada 3 jalan, JL. wakhid hasyim, merupakan jalan yang menghubungkan Kabupaten Jepara dengan Kabupaten lain, salah satunya Kabupaten Kudus maupun Kabupaten Demak. JL.Kartini, dan JL. MT Haryono. yakni jalan yang terletak dipusat Kota Jepara yang mempunyai kepadatan yang lebih tinggi dibanding jalan yang lain. Pemilihan tiga sampel dari masing-masing kategori tersebut didasarkan dengan pengurutan sampel dari Jalan Kota, dan Jalan Kabupaten.

3. Metode Pemilihan Sampel

(48)

tahapan-✝

tahapan yang dilakukan adalah menentukan kriteria dari populasi yang diinginkan. (Sukandarrumudi, 2002).

Penyebaran kuesioner dilakukan dengan memberikan sejumlah daftar pertanyaan kepada responden yang merupakan pengguna jalan (baik pejalan kaki maupun pengendara roda dua) dengan harapan dapat mewakili sifat populasi secara keseluruhan. Menurut Eko Prabowo (2012) penentuan jumlah sampel menggunakan batas 10% dari penetapan rumor Yamane sebagai berikut :

N

n = x 10%

Nd2+1

Untuk N = jumlah kendaraan bermotor per hari D = batas toleransi kesalahan sebesar 5%

Untuk masing masing kawasan Jalan.Wakhid Hasyim, Jalan. Kartini, dan Jalan MT Haryono. Pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada responden yaitu pertanyaan yang berhubungan dengan lingkungan, kondisi tapak, kondisi elemen penyusun dan pola pikir masyarakat terhadap keberadaan jalur hijau jalan, hal ini diperuntukan untuk mengetahui tingkat kesadaran pengguna terhadap pengelolaan jalur hijau jalan.

Tabel 1. Data Volume Lalu Lintas

No. RUAS JALAN Panjang

1 Jl. Wachid Hasyim 0,632 5 1.543

2 Jl. Kartini 0,753 11 1.598

3 Jl. MT. Haryono 0,997 5 1.680

(49)

1. Perhitungan responden Jalan Wakhid Hasyim n =

2. Jumlah perhitungan responden Jalan Kartini

n =

(50)

Dalam penelitian ini, pengambilan sampel didasarkan pada volume kendaraan per hari. Penentuan jumlah sampel menggunakan batas 10% yang di ambil pada masing masing jalan yang di teliti. Volume lalu lintas jalan Wakhid Hasyim adalah 1.543 satuan kendaraan/hari responden yang diambil adalah 32 responden, volume lalu lintas Jalan Kartini adalah 1.598 satuan kendaraan/jam responden yang diambil adalah 32 responden, dan jalan M.T Haryono memiliki volume lalu lintas 1.680 sehingga jumlah responden yang diambil sampel adalah 40 responden. jumlah total sampel/responden yang digunakan yaitu sebanyak 102 responden. Pertanyaan yang akan diberikan kepada responden yaitu pertanyaan yang berhubungan dengan lingkungan, kondisi eksisting dan pola pemikiran masyarakat terhadap RTH jalur hijau jalan pada lokasi penelitian.

4. Metode Analisis

(51)

6

D. Jenis Data

Jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari hasil observasi secara langsung, hasil penyebaran kuesioner dan hasil wawancara langsung di lapangan. Data sekunder merupakan dokumen atau data yang diperoleh dari laporan studi Instansi pemerintah terkait Kota Jepara (dinas CIPTARU, dinas Kependudukan BPS), serta dokumen lain seperti dari buku, jurnal, atau data dari internet, yang menjelaskan tentang teori atau hasil penelitian yang terkait dengan ruang terbuka hijau yakni pengelolaan jalur hijau jalan.

Tabel 2. Jenis data yang diperoleh

No Jenis Data Lingkup Bentuk Data Sumber

1 Peta kota - Hard&soft

6 Persepsi masyarakat Pengelolaan jalur hijau jalan di ruas jalan utama Kota

(52)
(53)

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tata Ruang Kota dan Ruang Wilayah

Menurut Witoelar (2001) kegiatan penataan ruang pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menjamin lingkungan hidup yang berkelanjutan dengan memperhatikan keunggulan komparatif di suatu wilayah, dan mengurangi kesenjangan pembangunan dengan mengurangi kawasan-kawasan yang miskin, kumuh, dan tertinggal. Salah satu kegiatannya yaitu peningkatan aksesbilitas masyarakat terhadap faktor-faktor produksi, pengolahan dan pemasaran, serta mendorong dan memfasilitasi masyarakat dengan sarananya. Pengembangan wilayah menitikberatkan pada aspek ruang atau lokasi untuk mengoptimalisasi sumber daya alam yang ada dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakatnya.

Pendapat lain juga disampaikan oleh Deka (2011) yang mengatakan bahwa tata ruang tidak hanya berupa tampak fisik dari lingkungan saja tapi juga mempengaruhi pengakuan identitas baik individual maupun kolektif. Ruang dengan kapasitas tersebut bisa menghapuskan identitas individu ataupun komunitas bahkan populasi sekalipun, melalui ( sains, teknologi, dan ekonomi ) ilmu pengetahuan, politik etik dan simbol-simbol ritual yang dibuat oleh aparat-aparat kekuasaan.

(54)

7

Mengubah perencanaan fisik, yang seperti sekarang dilakukan menjadi perencanaan sosial. Pola pikir dan kondisi masyarakat dirubah dengan harapan kesadaran masyarakat terhadap penggunaan lahan akan meningkat. Advocacy planning sangat diperlukan demi kepentingan masyarakat, demi terakomodasinya aspirasi masyarakat. Dalam hal ini konsultan memberikan masukan-masukan sebagai bahan pertimbangan dalam penetapan rencana sebagai Peraturan Daerah (Perda) tentang Tata Ruang Kota;

1. Mengubah kebijakan top down menjadi bottom up karena top down merupakan sumber korupsi dan kolusi bagi pihak-pihak yang terlibat. Sering kali proyek-proyek model top down dari pusat kurang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi lapangan. Aspirasi dari masyarkat tidak terakomodasikan di dalam keteapan rencana tata ruang kota. Para wakil masyarakat yang diundang dalam seminar , seperti Kepala Kelurahan/Desa, Ketua Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) setempat selain kurang berwawasan terhadap perencanaan makro, juga dapat dikatakan sebagai kepanjangan tangan pemerintah;

(55)

8

perencanaan terhadap sektor-sektor yang benar-benar dibutuhkan masyarakat dalam waktu mendesak;

3. Peran serta secara aktif para pakar secara terpadu dari berbagai disiplin ilmu sangat diperlukan di dalam proses penyusunan tata ruang kota;

4. Mengubah peraturan-peraturan yang berkaitan dengan tanah, lahan, dan ruang khususnya di perkotaan menjadi lebih berorientasi pada kepentingan dan perlindungan rakyat kecil. Penataan lahan melalui land consolidation, land sharing,danland readjustmentperlu ditingkatkan;

5. Rencana Tata Ruang yang telah ditetapkan menjadi Peraturan Daerah, perlu ditindak-lanjuti dengan implementasinya, menjadi acuan dalam penyusunan program-program kegiatan pembangunan.

B. Ruang Terbuka Hijau (RTH)

Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (open spaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi (endemik, introduksi) guna mendukung manfaat langsung dan/atau tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut (Direktorat Jendral Penataan Ruang Departeman Pekerja Umum, 2010). Menurut Kustiawan (2012), Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah area memanjang/jalur dan atau mengelompok, yang penggunaannya bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik tanaman yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.

Tujuan pengadaan dan penataan RTH di wilayah perkotaan menurut Permendagri No. 1 tahun 2007, yaitu :

(56)

9

2. Mewujudkan keseimbangan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan bagi kepentingan masyarakat;

3. Meningkatkan kualitas lingkungan yang sehat, indah, bersih, dan nyaman. Proporsi RTH pada wilayah kota paling sedikit 30% dari luas wilayah kota (UU RI No. 26 Tahun 2007). Proporsi 30% merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan ekosistem kota, yang selanjutnya akan meningkatkan ketersediaan udara bersih yang diperlukan masyarakat, serta dapat meningkatkan nilai estetika kota.

Dilihat dari segi fungsi, Ruang Terbuka Hijau (RTH) dapat berfungsi secara ekologis, sosial/budaya, arsitektural, dan ekonomi. Fungsi ekologis; RTH diharapkan dapat memberikan konstribusi dalam peningkatan kualitas air tanah, mencegah terjadinya banjir, mengurangi polusi udara, dan pendukung dalam pengaturan iklim mikro. Fungsi sosial budaya; RTH diharapkan dapat berperan terciptanya ruang untuk interaksi sosial, sarana rekreasi, dan sebagai penanda (tetenger/ landmark) kawasan. Fungsi arsitektural/estetika; RTH diharapkan dapat meningkatkan nilai keindahan dan kenyamanan kawasan, melalui keberadaan taman, dan jalur hijau. Fungsi ekonomi; RTH diharapkan dapat berperan sebagai pengembangan sarana wisata hijau perkotaan, sehingga menarik minat masyarakat/ wisatawan untuk berkunjung ke suatu kawasan, sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan kegiatan ekonomi (Samsudi, 2010).

(57)

10

perbukitan, sempadan sungai, sempadan danau, dan pesisir. RTH dengan konfigurasi planologis dapat berupa ruang-ruang yang dibentuk mengikuti pola struktur kota seperti RTH perumahan, RTH kelurahan, RTH kecamatan, RTH kota maupun taman-taman regional/ nasional. Dari segi kepemilikan RTH dapat berupa RTH publik yang dimiliki oleh umum dan terbuka bagi masyarakat luas, atau RTH privat (pribadi) yang berupa taman-taman yang berada pada lahan-lahan pribadi (UNDIP, 2010).

Maanfaat yang diharapkan dari perencanaan RTH di kawasan perkotaan menurut Samsudi (2010), yaitu :

1. Sarana untuk mencerminkan identitas (citra) daerah; 2. Sarana penelitian, pendidikan, dan penyuluhan;

3. Sarana rekreasi aktif dan rekreasi pasif, serta interaksi sosial; 4. Meningkatkan nilai ekonomis lahan perkotaan;

5. Menumbuhkan rasa bangga dan meningkatkan prestise daerah; 6. Sarana aktifitas sosial bagi anak-anak, remaja, dewasa, dan manula; 7. Sarana untuk ruang evakuasi untuk keadaan darurat;

8. Memperbaiki iklim mikro;

9. Meningkatkan cadangan oksigen di perkotaan; C. Taman Kota

(58)

11

yang ditimbulkan oleh perkembangan kota. Taman kota merupakan salah satu ruang terbuka hijau yang berada di kawasan perkotaan dalam skala besar (skala kota) yang dapat mewadahi aktivitas warga kota. Taman kota dapat dinikmati semua orang tanpa harus mengeluarkan biaya (Abdillah, 2005).

Taman dalam pengertian terbatas merupakan sebidang lahan yang ditata sedemikian rupa sehingga mempunyai keindahan, kenyamanan dan keamanan bagi pemiliknya atau penggunanya. Pada masyarakat perkotaan, taman-taman selain bernilai estetika juga berfungsi sebagai ruang terbuka (Arifin dan Nurhayati, 2000 dalam Sirait 2009).

Menurut Abdillah (2005) ada tiga macam taman kota berdasarkan aktivitasnya. Sebagaimana dijelaskan dibawah ini :

1. Taman untuk rekreasi aktif

Taman untuk rekresi aktif adalah taman yang didalamnya dibangun suatu kegiatan pemakai taman yang dilengkapi elemen pendukung taman, sehingga pemakai taman secara aktif menggunakan fasilitas didalamnya, sekaligus memperoleh kesenangan, kesegaran, dan kebuguran, misalnya taman olahraga, aerobic, fitness, camping ground, taman bermain anak, taman pramuka, taman jalur jalan, kebun binatang, danau, pemancingan, dan taman-taman kota.

2. Taman untuk rekreasi pasif

(59)

12

kebanyakan untuk menjaga keindahan tanaman di dalam taman tersebut akan dipasang pagar di sepanjang sisi luar taman.

3. Taman untuk rekreasi aktif dan pasif

Taman untuk rekreasi aktif dan pasif merupakan taman yang bisa dinikmati keindahan sekaligus ada fungsi lain dan dapat digunakan untuk mengadakan aktivitas, misalnya taman lingkungan. Taman lingkungan atau community parkadalah suatu taman yang dibuat dan merupakan bagian dari suatu pemukiman, selain rumah ibadah, pasar, dan sekolah.

Menurut Fetty (2010) taman kota berdasarkan rancangannya terbagi atas : 1. Taman alami (natural)

Taman alami atau natural adalah suatu taman yang dirancang untuk memberikan kesan alami atau menyatu dengan alam. Taman alami sudah terbentuk sebelumnya, namun dalam penataannya disesuaikan dengan kondisi lahan kota, misalnya hutan kota, taman pengarah jalan, taman alami yang tumbuh dalam kota, dan sebagiannya.

2. Taman buatan (artificial)

(60)

13

Fungsi taman kota sangat besar karena berusaha menciptakan suatu space yang manusiawi bagi penduduk kota. Adapun fungsi taman kota sebagai berikut :

a. Fungsi sosial

Fungsi sosial dari taman kota antara lain: sebagai tempat melakukan aktivitas bersama, komunikasi sosial, peralihan dan menunggu, bermain dan berolah raga, sarana olah raga dan rekreasi, penghubung antara tempat satu dengan tempat lainya, untuk menciptakan kebersihan, kesehatan, keserasian, dan keindahan lingkungan, penelitian dan pendidikan serta penyuluhan bagi masyarakat untuk membentuk kesadaran lingkungan hidup dan pembatas antara massa bangunan.

b. Fungsi ekologis

Fungsi ekologis dari taman kota antara lain: penyegaran udara, mempengaruhi dan memperbaiki iklim mikro, penyerap air hujan, pengendalian banjir dan pengaturan tata air, memelihara ekosistem tertentu dan perlindungan plasma nuftah (Abdillah 2005).

c. Fungsi estetika

(61)

14

bunga warna-warni, serta penataan yang indah dapat membantu menghilangkan penat dan menjadi sumber inspirasi bagi pengunjungnya.

d. Fungsi kesehatan

Taman kota biasa dijadikan area berolahraga oleh warga sekitarnya. Pada umumnya, taman dipenuhi dengan pepohonan serta bunga-bunga yang cantik mampu menjadi paru-paru kota yang menghisap karbondioksida (C02) dan

menggantikannya dengan oksigen (O2) yang sangat segar apabila kita hirup.

Pohon-pohon dalam taman kota juga memberikan manfaat keindahan, penangkal angina, penyaring cahaya matahari dan peredam kebisingan.

e. Fungsi rekreasi

Keindahan taman kota yang terjaga dengan baik akan menjadi tujuan masyarakat untuk menghabiskan waktu dengan menikmati indahnya taman tersebut. Taman kota dapat menjadi suatu wadah yang menaungi berbagai interaksi sosial, ekonomi maupun budaya yang tergambar dari aktivitas yang terjadi di dalamnya (Fetty, 2010).

D. Hutan Kota

Hutan kota merupakan salah satu komponen ruang terbuka hijau. Definisi hutan kota adalah ruang terbuka yang ditumbuhi vegetasi berkayu di wilayah perkotaan. Hutan kota memberikan manfaat lingkungan sebesar-besarnya kepada penduduk perkotaan, dalam kegunaan-kegunaan proteksi, estetika, rekreasi dan kegunaan khusus lainnya (Damandiri, 2010).

(62)

15

bertumbuhan pohon-pohon yang kompak dan rapat didalam wilayah perkotaan baik di dalam tanah Negara maupun tanah hak yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang sebagai hutan kota. Fandeli (2001) cit. Fandeli et al. (2004) mendefinisikan hutan kota yang lebih fleksibel sebagai sebidang lahan di dalam kota atau sekitar kota ditandai atas asosiasi jenis tanaman pohon yang kehadirannya mampu menciptakan iklim mikro yang berbeda dengan luarannya.

Keberadaan hutan kota sangat berfungsi sebagai sistem hidrologi, menciptakan iklim mikro, menjaga keseimbangan oksigen (O2) dan

karbondioksida (CO2), mengurangi polutan, dan meredam kebisingan. Selain itu,

berfungsi juga untuk menambah nilai estetika dan keasrian kota sehingga berdampak positif terhadap kualitas ligkungan dan kehidupan masyarakat (Sibarani, 2003).

Peraturan Pemerintah No. 63 Tahun 2002 tentang Hutan Kota menyebutkan fungsi dari hutan kota, yaitu :

1. Memperbaiki dan menjaga iklim mikro dan nilai estetika; 2. Meresapkan air;

3. Menciptakan keseimbangan dan keserasian lingkungan fisik kota; 4. Mendukung pelestarian keanekaragaman hayati kota.

(63)

16

1) Hutan Kota Pemukiman

Hutan kota pemukiman adalah pembangunan hutan kota yang bertujuan untuk membantu menciptakan lingkungan yang nyaman, menambah keindahan dan dapat menangkal pengaruh polusi kota terutama polusi udara yang diakibatkan oleh adanya kendaraan bermotor yang terus meningkat di wilayah pemukiman;

2) Hutan Kota Industri

Hutan kota industri berperan sebagai penangkal polutan yang berasal dari limbah yang dihasilkan oleh kegiatan-kegiatan perindustrian, antara lain limbah padat, cair maupun gas;

3) Hutan Kota Wisata/Rekreasi

Hutan Kota Wisata/Rekreasi berperan sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan rekreasi bagi masyarakat kota yang dilengkapi dengan sarana bermain untuk anak-anak atau remaja, tempat peristirahatan, perlindungan dari polutan berupa gas, debu dan udara, serta merupakan tempat produksi oksigen;

4) Hutan Kota Konservasi

Hutan Kota Konsevasi mengandung arti penting untuk mencegah kerusakan, memberi perlindungan serta pelestarian terhadap objek tertentu, baik flora maupun faunanya di alam;

5) Hutan Kota Pusat Kegiatan

(64)

17

perkantoran, pertokoan dan lain sebagainya. Peran hutan kota lainnya juga sebagai jalur hijau di pinggir jalan yang berlalulintas padat (Damandiri, 2010).

Bentuk hutan kota menurut Irwan (2011) sebagaimana terurai dibawah ini: a. Berbentuk bergerombol atau menumpuk

Berbentuk bergerombol atau menumpuk adalah hutan kota dengan komunitas tumbuh-tumbuhannya terkonsentrasi pada satu areal dengan jumlah tumbuh-tumbuhannya minimal 100 pohon dengan jarak tanam rapat tidak beraturan;

b. Bentuk menyebar

Berbentuk menyebar adalah hutan kota yang tidak mempunyai pola tertentu, dengan komunitas tumbuh-tumbuhannya menyebar terpencar-pencar dalam bentuk rumpun atau gerombol-gerombol kecil;

c. Berbentuk jalur

Berbentuk jalur adalah hutan kota dengan komunitas tumbuh-tumbuhannya tumbuh pada lahan yang berbentuk jalur lurus atau melengkung, mengikuti bentuk sungai, jalan, pantai, saluran dan lainnya.

Struktur hutan kota adalah komposisi dari tumbuh-tumbuhan, jumlah dan keanekaragaman dari komunitas tumbuh-tumbuhan yang menyusun hutan kota. Struktur hutan kota menurut Irwan (2011) dapat dibagi menjadi:

1. Berstrata dua yaitu komunitas tumbuh-tumbuhan hutan kota hanya terdiri dari pepohonan dan rumput atau penutup tanah lainnya;

(65)

18

banyak anakan dan penutup tanah, jarak tanam rapat tidak beraturan, dengan strata dan komposisi mengarah meniru komunitas tumbuh-tumbuhan hutan alam.

E. Jalur Hijau Jalan

Jalur hijau adalah jalur penempatan tanaman serta elemen lansekap lainnya yang terletak di dalam ruang milik jalan maupun di dalam ruang pengawasan jalan. Sering disebut jalur hijau karena didominasi elemen lansekapnya adalah tanaman yang pada umumnya berwarna hijau.

Pemilihan untuk jenis tanaman tepi jalan juga perlu mempertimbangkan aspek karakter dan aspek arsitektur pohon, yang akan menunjang tanaman tepi jalan secara fungsional dan secara estetika. Aspek artistic-visual dari tanaman, baik secara individu ataupun dalam bentuk koloni.

Menurut Departemen Pekerja Umum (2010), untuk jalur hijau jalan, RTH dapat disediakan dengan penempatan tanaman antara 20-30% dari ruang milik jalan sesuai dengan klas jalan. Pemilihan jenis tanaman perlu memperhatikan 2 (dua) hal, yaitu fungsi tanaman dan persyaratan penempatannya. Jenis tanaman khas daerah setempat yang disukai oleh burung-burung dan tingkat evapotranspirasi rendah disarankan sebagai komponen utama jalur hijau jalan.

(66)

19

Perencanaan RTH pada tanaman tepi jalan harus memenuhi beberapa persyaratan. Persyaratan tersebut terbagi atas beberapa fungsi sebagaimana terurai di bawah ini :

1. Peneduh

Tanaman peneduh ditempatkan pada jalur tanaman (minimal 1,5 m dari tepi jalan), percabangan 2 m di atas tanah, bentuk percabangan batang tidak merunduk, bermassa daun padat, berasal dari perbanyakan biji, ditanam secara berbaris, dan tidak mudah tumbang. Contoh tanaman peneduh, seperti Kirai Payung (Filicium decipiens), Tanjung (Mimusops elengi), Bungur (Lagerstroemia floribunda).

(67)

20

2. Penyerap polusi udara

Tanaman dengan fungsi ini terdiri dari pohon, perdu/semak, memiliki kegunaan untuk menyerap udara, jarak tanam rapat, dan bermassa daun padat. Contoh tanaman penyerap polusi udara, seperti Angsana (Ptherocarphus indicus), Bogenvil (Bougenvillea sp).

Gambar 3. Jalur Tanaman Tepi Penyerap Polusi Udara

3. Peredam kebisingan

(68)

21

Gambar 4. Jalur Tanaman Tepi Penyerap Kebisingan 4. Pemecah angin

(69)

22

Gambar 5. Jalur tanaman Tepi Pemecah Angin 5. Pembatas pandang

Ciri-ciri tanaman untuk pembatas pandang, tanaman tinggi, perdu/semak, bermassa daun padat, ditanam berbaris atau membentuk massa, dan jarak tanam rapat. Contoh tanaman pembatas pandang seperti Bambu (Bambusa sp), Cemara (Cassuari equisetifolia), Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis), Oleander (Nerium oleander).

(70)

23

6. Median jalan

Median jalan berfungsi sebagai pembatas jalur dan penahan silau lampu kendaraan tanaman perdu/semak. Syarat-syarat tanaman untuk median jalan yaitu ditanam rapat, ketinggian 1,5m, bermassa daun, dan padat. Contoh tanaman untuk median jalan Bogenvil (Bougenvillea sp), Oleander (Nerium oleander), Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis), dan Nusa Indah (Mussaenda sp).

Gambar 7. Jalur Tanaman Pada Median Penahan Silau Lampu Kendaraan 7. Persimpangan jalan

Gambar

Gambar 1. Kerangka pikir penelitian
Tabel 2. Klasifikasi menurut medan jalan
Gambar 1. Peta Wilayah per Kecamatan
Tabel 1. Luas Kecamatan Jepara
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penjelasan pasal 208 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD, disebutkan bahwa, Partai Politik Peserta

Keterangan dari Bapak Mudzani, bahwa pembagian waris secara perdamaian yang mereka gunakan biasanya berujung pada kesepakatan untuk membagi sama rata antara ahli waris

ynkrli bhagai

Mutan padi beras merah toleran terhadap cekaman kekeringan yaitu pada penurunan kadar lengas tanah 75% pada karakter tinggi tanaman, jumlah anakan, umur panen, berat biji

ABSTRAK - Masalah dalam penelitian ini adalah penanda kohesi gramatikal apa saja yang terdapat pada teks “Perintis Homestay Rumah Gadang?” Penelitian ini bertujuan untuk

Dalam lingkungan Madrasah Aliyah Ma’arif NU 8 Bangunrejo Kabupaten Lampung Tengah peserta didiknya diharuskan bertutur sapa yang baik sopan santun, baik

Oleh karena itu, teori komunikasi massa harus selalu berdampingan dengan teori-teori sosial Pada dasarnya, esensi Teori Kritis adalah konstruktivisme, yaitu memahami

[r]