• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan Perawatan, Rehabilitasi Dan Penilaian Kesejahteraan Elang Di Pulau Kotok Besar, Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengelolaan Perawatan, Rehabilitasi Dan Penilaian Kesejahteraan Elang Di Pulau Kotok Besar, Jakarta"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

PENGELOLAAN PERAWATAN, REHABILITASI, DAN

PENILAIAN KESEJAHTERAAN ELANG

DI PULAU KOTOK BESAR, JAKARTA

KARTIKA NURUL RACHMANIA

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengelolaan Perawatan, Rehabilitasi dan Penilaian Kesejahteraan Elang di Pulau Kotok Besar, Jakarta adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2015

Kartika Nurul Rachmania

(4)

ABSTRAK

KARTIKA NURUL RACHMANIA. Pengelolaan Perawatan, Rehabilitasi dan Penilaian Kesejahteraan Elang di Pulau Kotok Besar, Jakarta. Dibimbing oleh JARWADI BUDI HERNOWO dan LIN NURIAH GINOGA.

Keberadaan burung pemangsa (elang) sangat penting di habitat alaminya. Saat ini, kondisi elang dalam keadaan terancam akibat hilangnya habitat dan tingginya perburuan liar. Untuk meningkatkan populasi alami maka perlu usaha pelepasliaran. JAAN, Jakarta Animal Aid Network adalah lembaga swadaya masyarakat yang memiliki kegiatan penyelamatan, rehabilitasi dan pelepasliaran burung dari hasil sitaan maupun penyelamatan. Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis pengelolaan perawatan, rehabilitasi dan penilain kesejahteraan satwa. Pengelolaan perawatan terdiri dari perkandangan, pakan dan air minum, serta kesehatan. Penelitian dilakukan di Pulau Kotok Besar, Kepulauan Seribu pada bulan Agustus-September 2014. Metode pengumpulan data adalah observasi langsung, pengukuran, wawancara dan studi pustaka. Analisis data dilakukan dengan perhitungan pernilaian pada pengelolaan dan kesejahteraan satwa. Berdasarkan hasil penelitian, jumlah elang adalah 35 ekor yang terdiri dari 24 elang bondol (Haliastur indus), 10 elang-laut perut-putih (Haliaeetus leucogaster), dan 1 elang-ikan kepala-abu (Ichthyophaga ichthyaetus). Elang yang berada dalam tahap rehabilitasi adalah 16 elang, dan yang tidak dapat dilepasliarkan adalah 19 elang. Nilai pengelolaan elang adalah 3,50 dan termasuk dalam kategori cukup. Penilaian kesejahteraan elang adalah 65,65 dan termasuk dalam kategori cukup.

Kata kunci: elang, kesejahteraan satwa, pengelolaan, rehabilitasi

ABSTRACT

KARTIKA NURUL RACHMANIA. Husbandry Management, Rehabilitation and Welfare Assessment of Eagles at Kotok Besar Island, Jakarta. Supervised by JARWADI BUDI HERNOWO and LIN NURIAH GINOGA.

The existence of birds prey (eagle) is important in the natural habitat. Now, the condition of the bird prey is threaten caused by habitat loss and the high number of illegal poaching. To improve the natural population so not to decline then need effort to release. JAAN, Jakarta Animal Aid Network is a non-profit organization who has activity related to rescue, rehabilitation and release of confiscated and rescued birds. The research was aimed to identify and analize husbandry management of eagle, rehabilitation, and management of animal welfare. Husbandry Management system consist of caging, feed and water, and health management. This research was conducted in Kotok Besar Island, Kepulauan Seribu on Agustus-September 2014. The method used was direct observation. Collection data by measuring, observing, interviewing and literature review. Data analize by scoring on eagle management and animal welfare. Based on the results of research, there are 35 eagles that consists of 24 Brahminy kites (Haliastur indus), 10 white-bellied sea-eagle (Haliaeetus leucogaster), and 1 grey-headed fish-eagle (Ichthyophaga ichthyaetus). Eagles who were in the rehabilitation stage is 16 eagles, and who can not be released is 19 eagles. The eagle who can be released is eagle with a healthy physical conditions. The value of management eagle is 3,50 and included in adequate category. The value of welfare assessment is 65,65 and included in adequate category.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

PENGELOLAAN PERAWATAN, REHABILITASI, DAN

PENILAIAN KESEJAHTERAAN ELANG

DI PULAU KOTOK BESAR, JAKARTA

KARTIKA NURUL RACHMANIA

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur kepada Allah Subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Agustus 2014 ini ialah pengelolaan, dengan judul Pengelolaan Perawatan, Rehabilitasi dan Penilaian Kesejahteraan Elang di Pulau Kotok Besar, Jakarta.

Karya ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik karena tidak luput dari dukungan berbagai pihak baik secara langsung ataupun tidak langsung. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Jarwadi Budi Hernowo, MScF dan Ibu Ir Lin Nuriah Ginoga, MSi sebagai dosen pembimbing yang dengan sepenuh hati mendukung dan senantiasa mendampingi serta memberikan kritik dan saran, serta kepada Ibu Dr Ir Yeni A. Mulyani, MSc sebagai ketua sidang dan Ibu Dr Ir Noor Farikhah Haneda, Msc sebagai dosen penguji yang telah memberikan masukan dan nasihat kepada penulis.

Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan dukungan. Penghargaan penulis sampaikan kepada seluruh staf pengelola Rehabilitasi Elang di Pulau Kotok Besar yang telah membantu selama pengumpulan data karya ilmiah ini. Terima kasih kepada Yuni Buntang yang telah membantu dalam pengumpulan data selama penelitian, teman-teman di Fakultas Kehutanan, serta teman-teman-teman-teman dan keluarga besar Nepenthes rafflesiana 47 atas persahabatan, bantuan, dukungan dan kerjasamanya selama ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2015

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

METODE 2

Waktu dan Lokasi Penelitian 2

Alat dan Objek Penelitian 2

Jenis Data 2

Metode Pengumpulan Data 3

Prosedur Analisis Data 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Kondisi Umum Lokasi Penelitian 6

Populasi Elang di Pusat Rehabilitasi Pulau Kotok Besar 7

Aspek Teknis Pemeliharaan dan Perawatan 11

Pengelolaan Rehabilitasi Elang 23

Penilaian Kesejahteraan Elang di Pulau Kotok Besar 30

SIMPULAN DAN SARAN 35

Simpulan 35

Saran 35

DAFTAR PUSTAKA 35

(10)

DAFTAR TABEL

1 Data aspek perawatan, rehabilitasi dan penilaian kesejahteraan 3

2 Klasifikasi penilaian pengelolaan satwa 5

3 Bobot parameter kesejahteraan satwa 5

4 Klasifikasi penilaian kesejahteraan satwa 5

5 Data elang yang berada di Pulau Kotok Besar tahun 2014 8 6 Asal elang yang masuk ke Pulau Kotok sampai dengan tahun 2014 9

7 Kondisi satwa tahun 2014 10

8 Jenis, ukuran, dan bahan konstruksi kandang 11

9 Suhu dan kelembapan kandang elang di Pulau Kotok Besar 18

10 Jenis pakan elang 19

11 Jenis, gejala, dan pengobatan terhadap elang yang sakit 21

12 Data animal keeper di Pulau Kotok Besar 24

13 Capaian penilaian pengelolaan 29

14 Gambaran kondisi pengelolaan elang di Pulau Kotok Besar untuk aspek bebas dari rasa haus dan lapar

31

15 Gambaran kondisi pengelolaan elang di Pulau Kotok Besar untuk aspek bebas dari rasa sakit, luka, dan penyakit

32

16 Gambaran kondisi pengelolaan elang di Pulau Kotok Besar untuk aspek bebas dari rasa ketidaknyamanan lingkungan

32

17 Gambaran kondisi pengelolaan elang di Pulau Kotok Besar untuk aspek bebas menampilkan perilaku alami

33

18 Gambaran kondisi pengelolaan elang di Pulau Kotok Besar untuk aspek bebas dari rasa takut dan tertekan

34

19 Capaian penilaian kesejahteraan elang di Pulau Kotok Besar 35

DAFTAR GAMBAR

1 Peta lokasi Pulau Kotok Besar, Kepulauan Seribu 6 2 Elang bondol, elang-laut perut-putih dan elang-ikan kepala-abu 7 3 Kandang sanctuary dan sketsa kandang sanctuary 12

4 Kandang karatina dan sketsa kandang karantina 13

5 Kandang isolasi dan sketsa kandang isolasi 13

6 Kandang sosialisasi dan sketsa kandang sosialisasi 14 7 Kandang pre-release dan sketsa kandang pre-release 15 8 Kandang pemindahan/Peralihan dan sketsa kandang 15

9 Kolam pakan dan kolam air 17

10 Pakan elang 19

11 Tahapan rehabilitasi elang 25

DAFTAR LAMPIRAN

1 Penilaian pencapaian kesejahteraan 38

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Elang merupakan burung pemangsa dalam puncak piramida makanan yang keberadaannya sangat penting dalam suatu ekosistem alam. Saat ini kehidupan burung elang dalam keadaan terdesak akibat berbagai ancaman yaitu hilangnya habitat akibat perubahan penggunaan lahan dan perburuan yang disebabkan tingginya permintaan untuk peliharaan. Jenis-jenis burung elang yang banyak menjadi incaran perburuan diantaranya adalah elang bondol (Haliastur indus

Boddaert, 1783) dan elang-laut perut-putih (Haliaeetus leucogaste Gmelin, 1788r).

Jenis-jenis elang tersebut dilindungi oleh Undang-Undang RI no.5 tahun 1990 dan tercantum dalam lampiran Peraturan Pemerintah RI no.7 tahun 1999. Berdasarkan IUCN 2014, elang bondol dan elang-laut perut-putih dikategorikan least concern

(resiko rendah) dan elang-ikan kepala-abu (Ichthyophaga ichthyaetus Horsfield, 1821) dikategorikan near threatened (hampir terancam). Ketiga jenis elang tersebut termasuk dalam CITES Apendiks II.

Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.31/Menhut-II/2012 tentang Lembaga Konservasi, Pusat Rehabilitasi Satwa (PRS) adalah tempat untuk melakukan proses rehabilitasi, adaptasi satwa dan pelepasliaran ke habitat alaminya. Program penyelamatan dan reintroduksi elang bondol di Pulau Kotok Besar ini merupakan kerja sama antara Jakarta Animal Aid Network (JAAN) dengan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu, Tirta satwa, Alam Kotok Resort dan Departemen Kehutanan. Program ini bertujuan untuk menyelamatkan elang bondol yang merupakan simbol kebanggaan dari Jakarta tetapi sekarang terancam punah karena perdagangan ilegal.

Jakarta Animal Aid Network (JAAN) tidak hanya fokus pada kegiatan penyelamatan, rehabilitasi serta pelepasliaran, tetapi juga sebagai penyedia tempat pemeliharaan untuk satwa yang tidak dapat dilepasliarkan. Satwa yang berada di JAAN merupakan hasil sitaan maupun hasil penyerahan sukarela dari pemeliharaan masyarakat. Satwa yang berhasil disita atau diserahkan secara sukarela kemudian ditampung dan dirawat.

(12)

2

Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah

1. Mengidentifikasi dan mengkaji pengelolaan perawatan elang

2. Mengidentifikasi dan mengkaji rehabilitasi yang dilakukan terhadap satwa tangkapan, baik hasil sitaan, penyerahan sukarela oleh masyarakat, atau penyelamatan dari alam termasuk satwa yang lahir di kandang, serta tahap perlakuan selanjutnya terhadap elang

3. Mengidentifikasi dan mengkaji pengelolaan kesejahteraan elang berdasarkan prinsip kesejahteraan satwa

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan memberikan informasi teknis perawatan, rehabilitasi serta kesejahteraan satwa yang dilakukan oleh lembaga penyelamatan dan rehabilitasi satwa sebagai bahan masukan maupun pertimbangan untuk perencanaan program dan perbaikan kegiatan agar dapat meningkatkan usaha dalam penyelamatan dan rehabilitasi satwaliar di Indonesia.

METODE

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Pusat Rehabilitasi Elang Bondol Pulau Kotok Besar, Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu, DKI Jakarta pada bulan Agustus-September 2014.

Alat dan Objek Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis, kamera, panduan wawancara, termometer dry-wet, timbangan, penggaris, pita ukur. Objek Penelitian adalah jenis elang bondol (H. indus), elang-laut perut-putih (H. leucogaster) danelang-ikan kepala-abu (I. ichthyaetus).

Jenis Data

(13)

3

Tabel 1 Data aspek perawatan, rehabilitasi dan penilaian kesejahteraan Data yang diambil

Metode pengumpulan data

Pengamatan Pengukuran Wawancara Dokumen/ Literatur a. Bebas dari lapar dan

haus 

c. Bebas dari rasa sakit,

luka, dan penyakit  

d. Bebas dari rasa takut

dan tertekan  

e. Bebas berperilaku

alami  

5. Kondisi umum lokasi  

Keterangan: () = kegiatan yang dilakukan

Metode Pengumpulan Data

Data dikumpulkan melalui pengamatan lapang, studi pustaka dan wawancara.

Pengamatan lapang

Pengamatan lapang dilakukan di lokasi dengan cara pengamatan langsung dan pengukuran terhadap objek kajian. Kegiatan pengamatan lapang sebagai berikut:

1. Asal usul satwa: asal satwa (hasil operasi penertiban satwa, penyerahan sukarela, translokasi dari tempat lain), keadaan satwa saat pertama kali datang, jumlah satwa, struktur umur

2. Perkandangan: bentuk kandang, luas kandang, jenis kandang, jumlah kandang, jumlah satwa per kandang, fasilitas pendukung kandang, kondisi lingkungan kandang (suhu, kelembaban, cahaya matahari dan ventilasi). 3. Pakan dan air: jenis pakan, variasi pakan, sumber pakan, sumber air, jumlah

(14)

4

4. Kesehatan: pemeriksaan kesehatan, frekuensi pemeriksaan, kelengkapan jenis obat standar untuk bedah, pengendalian dan penanganan, dan obat-obatan dasar serta waktu kadaluarsa, kelengkapan dan kondisi fasilitas peralatan medis: peralatan bedah, pengendalian dan penanganan, transport, ketersediaan ruang atau kandang medis, ketersediaan tenaga ahli medis 5. Penanganan dan perlakuan terhadap satwa: tahapan penanganan terhadap

satwa yang baru masuk/dipindahkan, kegiatan pemeliharaan dan perawatan, upaya pencegahan rasa stres, proses pelepasliaran ke alam, proses translokasi ke tempat lain, proses pemeliharaan di kandang dan penyaluran ke lembaga konservasi, kematian satwa

Studi pustaka

Studi pustaka dilakukan untuk mengumpulkan data mengenai perkembangan populasi elang sejak tahun 2004 hingga 2014 dan kondisi umum yang meliputi letak dan luas, kondisi fisik dan biotik, iklim, sejarah, dasar hukun pelaksanaan kegiatan, jumlah tenaga kerja yang diperoleh dari pustaka yang ada di perpustakaan atau kantor pengelola. Data diambil dari berbagai sumber seperti dokumen, laporan, buku, jurnal, dan media elektronik.

Wawancara

Wawancara terhadap pengelola, dokter hewan, dan animal keeper mengenai perawatan dan rehabilitasi elang, dan termasuk sumber daya manusia, pengetahuan, serta kegiatan yang telah dilaksanakan dalam pengelolaan kesejahteraan satwa.

Prosedur Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif yang disajikan dengan tabel, gambar dan bagan sehingga diperoleh hubungan antara kegiatan-kegiatan yang dilakukan dengan teknis perawatan dan rehabilitasi satwa.

Analisis pengelolaan satwa

Pengisian kriteria capaian penilaian pengelolaan satwa dilakukan dengan sistem pengisian Tabel evaluasi pengelolaan satwa (Lampiran 3) dengan memberikan nilai pada setiap variabel yang ditetapkan. Variabel yang ditetapkan diacu dari Peraturan Direktur Jenderal PHKA No.6 Tahun 2011 tentang Pedoman Penilaian Lembaga Konservasi. Nilai untuk setiap variabel yaitu sangat baik=5, baik=4, cukup= 3, buruk= 2, sangat buruk= 1. Tabel yang berisi berbagai kriteria penilaian di evaluasi dengan rumus:

Pencapaian penilaian pengelolaan= Jumlah rataan

Aspek pengelolaan (5)

(15)

5

Tabel 2 Klasifikasi penilaian pengelolaan satwa

No Klasifikasi Penilaian Skor

1 Sangat Baik ≥5

Pengisian kriteria capaian penilaian kesejahteraan satwa dilakukan dengan sistem pengisian Tabel evaluasi kesejahteraan satwa dengan memberikan nilai pada setiap variabel yang ditetapkan. Penilaian dilakukan oleh pengamat dan pengelola agar didapatkan hasil yang objektif. Klasifikasi penilaian kesejahteraan satwa dilakukan dengan nilai terbobot. Skor untuk setiap variabel yang tercantum dalam Peraturan Direktur Jenderal PHKA No.6 Tahun 2011 tentang Pedoman Penilaian Lembaga Konservasi yaitu memuaskan=5, baik=4, cukup= 3, kurang= 2, buruk= 1. Nilai dari masing-masing variabel pada setiap aspek kesejahteraan dijumlah, dihitung rata-ratanya, dan untuk mendapatkan nilai terbobot menggunakan rumus :

Nilai terbobot = bobot x skoring

Penetapan besar bobot untuk kelima komponen kesejahteraan satwa seperti pada Tabel 3.

Tabel 3 Bobot parameter kesejahteraan satwa

No Komponen Bobot 3 Bebas dari ketidaknyamanan lingkungan 20 4 Bebas untuk berperilaku alami 15 5 Bebas dari rasa takut dan tertekan 15

Nilai kesejahteraan satwa menggunakan rumus:

Skor penilaian = Σ nilai terbobot

5

Hasil skor penilaian kesejahteraan satwa selanjutnya diklasifikasikan berdasarkan Peraturan Direktur Peraturan Direktur Jenderal PHKA No.6 Tahun 2011 tentang Pedoman Penilaian Lembaga Konservasi (Tabel 4). Hasil penilaian merupakan nilai rata-rata dari penilaian pengelola dan pengamat.

Tabel 4 Klasifikasi penilaian kesejahteraan satwa

No Klasifikasi Penilaian Skor

1 Sangat Baik 80,00 - 100

2 Baik 70,00 – 79,99

3 Cukup 60,00 – 69,99

(16)

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Pusat rehabilitasi elang bondol dan elang-laut perut-putih berada di Pulau Kotok Besar yang terletak pada 106°31‟24,10”-106°35‟5,89” BT dan

5°40‟20,00”-5°42‟46,53” LS (Lubis dan Yosi 2012). Pulau ini ditujukan sebagai tempat konservasi burung elang bondol yang menjadi maskot Provinsi DKI Jakarta. Pulau Kotok besar memiliki luas 21 hektar dan merupakan salah satu pulau kecil di gugusan Kepulauan Seribu di Laut Jawa yang masuk kedalam wilayah pengelolaan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu. Pulau ini berjarak 50 km dari dermaga Marina Ancol. Secara administratif , Pulau Kotok termasuk dalam wilayah Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta (Gambar 1).

Gambar 1 Peta Lokasi Pulau Kotok Besar, Kepulauan Seribu

(17)

7

Jakarta 2003).Suhu udara harian P. Kotok berkisar antara 25,7˚C hingga 28,2˚C dan kelembaban udara sekitar 56% hingga 70%.

Iklim di kawasan TNKpS termasuk dalam tipe iklim tropis yang dipengaruhi oleh dua musim yaitu musim barat dan musim timur. Musim barat berlangsung pada bulan Desember-Maret, dan musim timur berlangsung dari Juni-September (Jimmi 2009). Curah hujan bulanan bervariasi sekitar 100-400mm pada musim barat dan 50-100mm pada musim timur. Curah hujan pada bulan agustus 2014 di wilayah DKI Jakarta bagian utara adalah 51-100mm (BMKG 2014). Jenis tanah di daratan berupa pasir koral yang merupakan pelapukan dari batu gamping terumbu koral dengan ketebalan umumnya <1 m dan di beberapa tempat dapat mencapai ketebalan 5 m, pasir koral merupakan hancuran (detrital) yang berwarna putih keabuan (Pemerintah Provinsi DKI Jakarta 2009). Di Pulau Kotok tidak dijumpai sumber hidrologi permukaan seperti sungai, dan mata air. Sumber air berasal dari menggali sumur sedalam 1-4m.

Vegetasi yang berada di Pulau Kotok Besar adalah hutan pantai. Jenis pohon yang terdapat di pulau diantaranya adalah cemara laut (Casuarina equisetifolia), ketapang (Terminalia cattapa), nyamplung (Calophyllum inophyllum), butun/keben (Barringtonia asiatica), kelapa (Cocos nucifera), pandan laut (Pandanus sp), dan waru (Hibiscus tiliaceus). Jenis satwa yang terindetifikasi dikawasan ini diantaranya adalah burung cekakak sungai (Todirhamphus chloris), cangak abu (Ardea cinerea), gagak hutan (Corvus enca), elang bondol (Haliastur indus), dan biawak (Varanus salvator).

Populasi Elang di Pusat Rehabilitasi Pulau Kotok Besar Jenis dan jumlah elang

Elang yang berada di pusat rehabilitasi Pulau Kotok Besar saat ini diantaranya adalah elang bondol (H. indus), elang-laut perut-putih (H. leucogaster), elang-ikan kepala abu (I. ichthyaetus) (Gambar 2).

(a) (b) (c)

(18)

8

Tabel 5 Data elang yang berada di Pulau Kotok Besar tahun 2014

No Nama Jenis Asal Tahun

11 Asti Elang Bondol Jogyakarta 2013 Sanctuary

12 Emang Elang Bondol PPS Tegal Alur 2013 Sanctuary

13 Mitch Elang Bondol PPS Tegal Alur 2013 Sanctuary

14 Lipi Elang Bondol LIPI 2013 Sanctuary

15 Angel Elang Bondol PPS Cikananga 2013 Sanctuary

16 Anggi Elang Bondol PPS Cikananga 2013 Sanctuary

17 Meriyem Elang Bondol Pulau Kelapa 2013 Sanctuary

18 Adi Elang Bondol PPS Tegal Alur 2013 Sanctuary

19 Z Elang Bondol Jakarta 2013 Sosialisasi

20 Dhani Elang Bondol PPS Tegal Alur 2013 Sosialisasi 21 Erik Elang Bondol Jakarta Selatan 2013 Sosialisasi 22 Devi Elang Bondol PPS Tegal Alur 2013 Sosialisasi 23 Mame Elang Bondol PPS Tegal Alur 2013 Sosialisasi

24 Deff Elang Bondol Jakarta 2013 Sosialisasi

25 Oneng Elang-laut perut-putih PPS Tegal Alur 2013 Sanctuary

26 Merapi Elang-ikan kepala-abu Jogyakarta 2013 Isolasi 27 Jabelson Elang-laut perut-putih PPS Tegal Alur 2010 Sosialisasi 28 Bayu Elang-laut perut-putih PPS Tegal Alur 2008 Sosialisasi 29 Sanusi Elang-laut perut-putih PPS Tegal Alur 2010 Sosialisasi 30 Frankie Elang-laut perut-putih PPS Tegal Alur 2013 Sosialisasi 31 Rocky Elang-laut perut-putih Pulau Kelapa 2008 Sosialisasi 32 Jamrong Elang-laut perut-putih PPS Tegal Alur 2009 Sosialisasi 33 Elly Elang-laut perut-putih PPS Gadog 2008 Isolasi 34 Sam Elang-laut perut-putih PPS Tegal Alur 2008 Isolasi 35 0006694FC Elang-laut perut-putih PPS Tegal Alur 2008 Isolasi Keterangan: - Sanctuary: kandang untuk elang yang tidak dapat dilepasliarkan

- Isolasi: kandang untuk merawat elang yang sakit fisik dan mental juga kandang observasi

- Sosialisasi: kandang observasi sebelum pre-release.

(19)

9

Asal elang

Elang yang ada di Pulau Kotok Besar ini merupakan penyerahan sukarela masyarakat, pemindahan dari lembaga penyelamatan lain, hasil sitaan pemerintah dan hasil penyelamatan. Elang-elang ini berasal dari daerah Jakarta, Jawa Barat dan sekitarnya. Elang yang masuk ke pusat rehabilitasi Pulau Kotok Besar dapat disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Asal elang yang masuk ke Pulau Kotok sampai dengan tahun 2014

Asal Satwa Jumlah

Penyerahan sukarela ke JAAN 5

Hasil penyelamatan JAAN 3

Pemindahan dari Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) lain 27

Total 35

Berdasarkan hasil Tabel 6 dapat diketahui bahwa asal satwa yang masuk ke pusat rehabilitasi Pulau Kotok Besar berasal dari lembaga PPS lain sebanyak 27 individu.

Proses penyitaan satwa dilakukan oleh Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) bekerjasama dengan lembaga swadaya masyarakat. Penyitaan biasanya dilakukan dilakukan di pasar-pasar satwa yang berjualan secara illegal. Namun, saat ini penyitaan di pasar burung jarang sekali dilakukan sehingga elang yang berada di pulau Kotok Besar banyak yang berasal dari penyerahan masyarakat kepada PPS yang kemudian di rehabilitasi ke Pulau Kotok.

Elang hasil penyerahan sukarela dari masyarakat sebagian besar berasal dari pasar dan dibeli untuk dipelihara. Masyarakat bisa menyerahkan elang langsung ke JAAN maupun Pusat Penyelamatan Satwa di sekitar daerahnya. Masyarakat yang memelihara satwa liar dan kemudian diserahkan ke PPS dikarenakan merasa tidak mampu untuk memelihara dan merawat satwanya. Jenis kelamin

Menentukan jenis kelamin elang tidak bisa dilakukan hanya dengan melihat ciri-ciri fisik elang. Identifikasi jenis kelamin elang secara fisik agak sulit ditentukan, namun secara umum tubuh elang betina lebih besar daripada elang jantan. Perbedaan berat badan antara elang bondol betina dan elang bondol jantan hanya 0,3kg sedangkan perbedaan berat badan elang-laut perut-putih betina dan jantan lebih kurang 0,7-1 kg. Perbedaan berat elang- ikan kepala-abu jantan dan betina adalah 0,7kg – 2.1 kg (Eagle Directory 2011).

Elang-laut perut-putih jantan dan betina sama-sama berperan dalam membangun sarang di alam. Ketika betina bertelur, jantan dan betina secara bergantian mengerami telur hingga menetas. Elang-laut perut-putih jantan dan betina juga secara bergantian menjaga dan memberi makan anaknya. Elang-laut perut-putih jantan dan betina lebih mudah dibedakan saat berpasangan karena perbedaan bobot badannya lebih mudah terlihat.

(20)

10

dengan tes DNA. Namun, untuk melakukan tes DNA butuh biaya yang besar jadi tidak semua elang di Pulau Kotok Besar bisa teridentifikasi jenis kelaminnya. Struktur umur

Menentukan struktur umur elang yang berada di Pulau Kotok Besar bisa dilakukan dengan memperhatikan ciri-ciri fisik elang. Pada elang bondol dewasa, bagian kepala, leher, hingga dada berwarna putih sedangkan bulu lainnya berwarna coklat terang sedangkan pada elang remaja, hampir keseluruhan bulunya berwarna coklat dengan coretan pada dada. Pada elang-laut perut-putih dewasa, bagian kepala, leher dan bagian bawah berwarna putih; sayap, punggung, dan ekor abu-abu, sedangkan bulu primer hitam. Iris coklat, kuku, paruh dan sera berwarna abu-abu. Tungkai tanpa bulu dan kaki berwarna abu-abu. Pada elang-laut perut-putih remaja, hampir keseluruhan bulunya berwarna coklat dengan coretan pada dada.

Elang bondol sudah bisa dikatakan dewasa pada umur 3 tahun, sedangkan elang-laut perut-putih pada umur 5-6 tahun dimana saat itu elang sudah bisa bereproduksi.. Sebanyak 35 individu elang sudah berada dalam fase dewasa. Hal itu dapat dilihat berdasarkan pengamatan pada ciri fisik elang. Data tahun masuk elang juga menunjukkan bahwa berdasarkan hal tersebut elang bisa dipastikan sudah dalam fase dewasa (Tabel 5).

Kondisi elang

Elang yang dipindahkan ke Pulau Kotok Besar dalam keadaan berbeda tiap individu, namun elang-elang tersebut sudah dipastikan terbebas dari virus flu burung karena sudah dilakukan pengecekan darah sebelumnya. Elang yang dipindahkan ke pulau ada yang dalam keadaan cacat fisik (rabun mata, sayap patah atau sayap dipotong karena dipelihara manusia, memiliki penyakit) dan ada juga elang yang sehat (Tabel 7). Setelah dipindahkan ke pulau Kotok Besar, elang diperiksa ulang kesehatannya, kemudian dirawat. Elang-elang yang memiliki cacat fisik diyakini tidak bisa dilepasliarkan ke alam dan akan dipindahkan ke kandang sanctuary.

Tabel 7 Kondisi Satwa tahun 2014 Jenis dioperasi maka akan ditempatkan ke kandang sanctuary karena elang tersebut tidak mungkin untuk dilepasliarkan. Sedangkan elang yang sayapnya tidak patah sampai ke tulang masih dapat dioperasi dan masih memiliki kemungkinan untuk dilepasliarkan akan dipindahkan ke kandang perawatan menuju pelepasliaran. . Elang yang menderita bumble foot yang parah dan harus diamputasi maka ditempatkan di kandang sanctuary. Sedangkan untuk elang yang menderita

(21)

11

Pengelola melakukan perawatan terhadap elang yang sakit sehingga elang bisa sehat kembali kemudian dipindahkan ke kandang yang sesuai dengan kondisi elangnya. Pengelola mencoba untuk meminimalisir penggunaan obat. Saat ini elang-elang yang tidak dapat dilepasliarkan karena cacat fisik berada dalam pemeliharaan yang baik di kandang sanctuary. Untuk elang yang dapat dilepasliarkan maka akan di pindahkan ke kandang dengan kegiatan rehabilitasi.

Aspek Teknis Pemeliharaan dan Perawatan Perkandangan

Jenis, ukuran, bentuk, konstruksi dan fungsi kandang

Perkandangan berfungsi untuk menyediakan ruang hidup atau pergerakan bagi satwa, melindungi satwa dari panas matahari, dingin, angin dan hujan, melindungi satwa dari bahaya dan gangguan luar serta untuk mempermudah pengelolaan.

(22)

12

Sistem perkandangan terdiri dari perkandangan terbuka dan tertutup. Perkandangan terbuka yaitu satwa ditempatkan dalam suatu areal kandang diudara terbuka, sedangkan kandang tertutup yaitu satwa ditempatkan dalam kandang tertutup (Sajuthi 1984). Kandang sebagai tempat tinggal satwa harus dirancang sesuai dengan kebutuhan biologis, fisik dan perilaku satwa sehingga dapat membuat satwa merasa aman dan nyaman. Kandang yang terdapat di Pulau Kotok Besar merupakan kandang terbuka. Kandang tersebut memiliki peranan yang sangat penting dalam pemeliharaan elang di Pulau Kotok Besar.

Di Pulau Kotok Besar terdapat 6 jenis kandang pemeliharaan dengan jumlah 16 buah kandang, yaitu:

1. Kandang Sanctuary

Kandang sanctuary ditujukan untuk memelihara elang yang tidak dapat dilepasliarkan ke alam akibat sakit atau ketidaksempurnaan tubuhnya. Di Pulau Kotok Besar terdapat 3 kandang sanctuary yang terdiri dari dua kandang elang bondol dan satu kandang elang-laut perut-putih. Sketsa kandang dapat dilihat pada Gambar 3. Di dalam kandang sanctuary masing-masing terdapat batang tenggeran, kolam pakan dan air bersih, serta batang pohon yang diatur seperti pohon.

Fungsi lain dari kandang sanctuary adalah untuk pendekatan pendidikan lingkungan dan memberikan informasi serta pengetahuan kepada masyarakat mengenai burung elang. Kandang sanctuary di desain agar bisa diakses oleh masyarakat yang berkunjung ke Pulau Kotok Besar sehingga mudah untuk memberikan materi program pendidikan lingkungan agar masyarakat tidak lagi memiliki keinginan untuk memelihara satwaliar.

(a) (b)

Gambar 3 (a) Kandang Sanctuary (b)sketsa kandang sanctuary

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap kondisi kandang sanctuary saat ini masih belum ideal untuk elang karena tidak ada shelter untuk melindungi satwa dari hujan dan ukuran kandang kurang memenuhi kebutuhan elang karena terlalu kecil untuk menampung 11 elang bondol dalam satu kandang.

2. Kandang Karantina

(23)

13

Pulau Kotok Besar saat ini berjumlah satu buah (Gambar 4). Didalam kandang hanya tersedia baskom air dan baskom untuk pakan.

(a) (b)

Gambar 4 (a) Kandang Karantina (b) sketsa kandang karantina

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap kondisi kandang karantina saat ini masih belum ideal untuk elang karena meskipun tertutup masih terlalu dekat dengan kandang sanctuary yang sering diakses masyarakat yang berkunjung ke Pulau Kotok sehingga resiko elang terganggu masih cukup besar. Ukuran kandang karatina dapat dikatakan cukup ideal karena pengelola masih dapat menangani dan memberikan perawatan dengan mudah, dan elang juga bisa bergerak bebas sebagai bagian dari proses rehabilitasi dan aklimatisasi di tempat baru. Ukuran kandang juga mencukupi kondisi ideal berdasarkan Minimum Standards for Wildlife Rehabilitation (Miller 2012) yaitu 3,0m x 2,4m x 2,4m.

3. Kandang Isolasi/observasi

Kandang Isolasi ditujukan untuk merawat elang yang sakit, pengamatan perilaku juga melatih elang menunjukkan perilaku alami seperti terbang dan mengambil pakan ditempat yang lebih luas. Kandang isolasi di pulau Kotok Besar berjumlah 4 unit. Ukuran tiap kandang berbeda karena tidak ada ukuran khusus dari pengelola untuk membuat kandang dengan ukuran yang sama. Sketsa dan gambar kandang isolasi dapat dilihat pada Gambar 5. Semua material kandang terbuat dari jaring dengan kerangka bambu dan pagar bambu. Di dalam kandang isolasi masing-masing berisi satu ekor elang. Di dalam kandang terdapat batang tenggeran, kolam pakan dan air bersih.

(a) (b)

(24)

14

Kondisi kandang isolasi saat ini cukup ideal untuk elang karena berdasarkan Minimum Standards for Wildlife Rehabilitation (Miller 2012)ukuran kandang minimum untuk aktivitas terbatas yaitu 3,0m x 2,4m x 2,4m. Pengelola masih bisa untuk mengamati bobot dan perilaku elang, menyediakan keadaan yang sesuai dengan habitat, dan elang masih bisa untuk berjalan dan terbang jarak pendek. Di dalam kandang ini interaksi dengan manusia dikurangi.

4. Kandang Sosialisasi

Kandang sosialisasi ini berfungsi untuk menggabungkan beberapa individu elang untuk saling melakukan interaksi sosial dan mempersiapkan elang yang siap dilepas ke habitat alaminya sehingga diharapkan ketika nantinya dilepaskan ke alam, individu mampu bertahan hidup.

Kandang sosialisasi elang terdapat 4 unit yang terdiri dari 1 unit untuk elang bondol dan 3 unit untuk elang-laut perut-putih. Kandang sosialisasi elang bondol diisi oleh 6 individu elang, sedangkan kandang sosialisasi elang-laut perut-putih hanya diisi satu individu jadi tiap satu unit kandang dibagi dua dan dipisahkan/disekat oleh jaring. Elang-laut perut-putih tidak bisa disatukan dalam satu kandang karena akan terjadi kompetisi.

Kandang sosialisasi juga dilengkapi batang tenggeran serta kolam pakan dan air tawar. Gambar dan sketsa kandang dapat dilihat pada Gambar 6. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap kandang sosialisasi saat ini masih belum ideal untuk elang karena ukurannya belum mencapai ukuran minimum dari

Minimum Standards for Wildlife Rehabilitation (Miller 2012) yaitu 30,5m x 6,1m x 4,9m.

(a) (b)

Gambar 6 (a) Kandang sosialisasi (b) sketsa kandang sosialisasi 5. Kandang Pre-Release

(25)

15

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap kandang pre-release saat ini masih belum ideal untuk elang karena ukurannya belum mencapai ukuran minimum dari Minimum Standards for Wildlife Rehabilitation (Miller 2012) yaitu 30,5m x 6,1m x 4,9m.

(a) (b)

Gambar 7 (a) Kandang Pre-release (b) sketsa kandang pre-release

6. Kandang pemindahan/peralihan

Kandang ini merupakan kandang cadangan saat pengelola hendak membangun atau memperbaiki kandang yang lama dan elang dipindahkan sementara ke kandang ini. Kandang berukuran terbuat dari jaring dan bambu (Gambar 8). Didalam hanya terdapat baskom untuk air dan pakan elang. Kandang ini terlihat jarang digunakan karena dilihat dari kondisinya yang banyak daun berguguran.

(a) (b)

Gambar 8 (a) Kandang pemindahan/Peralihan (b) sketsa kandang pemindahan/peralihan

Berdasarkan Minimum Standards for Wildlife Rehabilitation (Miller 2012),

(26)

16

tidak terbatas adalah 30,5m x 6,1m x 4,9m. Berdasarkan hal tersebut, kandang karantina, kandang peralihan dan kandang isolasi sudah mencukupi ukuran standar minimum untuk kandang dengan aktivitas terbatas, sementara kandang sosialisasi dan pre-release masih belum cukup memenuhi standar minimum untuk kandang dengan aktivitas tidak terbatas. Meskipun telah terdapat informasi ukuran kandang minimum dalam bentuk persegi panjang, kemudian ditemukan bahwa kandang berberntuk L dan lingkaran lebih dianjurkan karena lebih baik untuk mengevaluasi terbang.

Kandang harus memiliki luasan yang cukup luas dan sesuai dengan kebutuhan ruang gerak satwa agar satwa dapat hidup dan bergerak dengan leluasa, bebas dari konflik antar individu, memungkinkan untuk aktivitas sosial, mencegah dari akumulasi berbagai parasit, kuman dan patogen (Perdirjen PHKA 2011). Kandang di Pulau Kotok Besar yang dinilai belum cukup memenuhi standar minimum belum memungkinkan untuk diperluas karena saat ini tidak ada lahan untuk membuat kandang yang lebih luas. Pengelola program rehabilitasi dianjurkan untuk memperluas dan meningkatkan persyaratan minimum kandang, menciptakan kandang yang paling cocok untuk lokasi, meningkatkan fasilitas juga pengalaman agar menyesuaikan dengan perilaku alami dan kebutuhan burung.

Material kandang harus dipilih dengan baik untuk keamanan dan kenyamanan hidup satwa. Syarat material tempat tinggal yang baik menurut Perdirjen PHKA tahun 2011 adalah kuat dan atau ringan, tidak menimbulkan bahaya dan gangguan bagi satwa, tidak mudah rusak, dan sesuai dengan kekuatan, daya rusak, kebutuhan, dan pola tingkah laku satwa. Dinding kandang adalah jaring, sedangkan untuk konstruksi kandang menggunakan bambu, kayu dan pipa besi. Pagar kawat sebaiknya tidak digunakan sebagai dinding karena elang bisa menempel atau memanjat kawat. Seandainya kawat digunakan, maka bisa digunakan sebagai dinding luar.

Jenis burung pemangsa yang memiliki tingkat stress tinggi seperti elang harus ditempatkan di iklim yang memadai dan tempat yang dapat mengurangi atau meminimalkan stress dari penglihatan dan pendengaran. Bila tidak ada area terpencil yang tertutup, bila diperlukan maka bisa digantungkan bahan tembus pandang di luar kandang. Bahan ini masih bisa dan memungkinkan untuk masuknya cahaya dan untuk ventilasi. Burung pemangsa dari jenis dan ukuran yang berbeda jika di simpan di tempat yang dekat satu sama lain, maka sangat disarankan untuk diberi penghalang.

Setiap kandang memiliki pintu untuk keluar masuk petugas dan untuk memindahkan satwa ke luar kandang. Konstruksi kandang dibuat sesuai dengan satwa yang dipelihara. Hal ini penting diperhatikan agar satwa tidak bisa keluar dari kandang dan aman bagi pengunjung yang datang untuk melihat dari pinggir kandang.

(27)

17

dilepasliarkan pengelola membuat habitat elang sealami mungkin agar elang masih bisa merasakan suasana alami di hutan dan di laut.

Perawatan kandang

Pembersihan kandang bertujuan untuk menghindari berkembang biaknya bakteri penyakit. Kandang yang bersih bermanfaat untuk meningkatkan tingkat kenyamanan satwa. Pembersihan fisik yaitu membersihkan urin, feses, dan bahan organik dari lingkungan (Gilman 2004, Smith 2005 diacu dalam Newbury et al

2010). Kegiatan pembersihan kandang di Pulau Kotok Besar dilakukan setiap tiga hari sekali pada pagi hari untuk kandang elang bondol, dan malam hari untuk kandang elang-laut perut-putih. Pembersihan kandang elang-laut perut-putih dilakukan malam hari agar tidak menganggu elang dan meminimalisir interaksi dengan manusia.

Pembersihan kandang yang dilakukan di P. Kotok Besar antara lain menyapu kandang, menyikat kolam pakan dan air dan mengecek jaring kandang. Kolam pakan dan air dibersihkan dengan cara disikat agar bersih dari lumut. Kandang yang tidak dibersihkan adalah kandang pre-release karena terletak di tengah laut.

Pembersihan kandang menghasilkan tampilan kandang yang bersih tapi tidak menghilangkan semua pathogen berbahaya. Pemberian desinfektan merupakan proses yang akan membunuh semua pathogen di dalam area. Satwa yang ditempakan dalam kandang dalam jangka waktu lama tidak perlu sering diberi desinfektan, namun pembersihan kandang sangat penting untuk dilakukan setiap hari untuk menjaga kesehatan satwa. Kandang dapat dibersihkan dengan metode „pembersihan titik‟ dimana satwa tetap berada di dalam kandang sementara kandang dibersihkan.

Fasilitas dan kelengkapan kandang

Fasilitas kandang ditambahkan untuk memberikan kondisi dan perlakuan tertentu pada satwa yang disesuaikan dengan pola perilaku, kebutuhan serta karakteristik habitat alaminya. Pengayaan kandang merupakan salah satu cara untuk membuat satwa merasa nyaman. Tujuan kegiatan pengayaan fasilitas kandang ini adalah memberikan kesempatan pada elang untuk dapat mengekspresikan perilaku alaminya, untuk meningkatkan kesejahteraan, dan menjaga kelangsungan hidup.

Setiap kandang terdapat 2 buah kolam kecil yang terdiri dari kolam tempat menaruh ikan dan kolam berisi air tawar untuk minum elang (Gambar 9).

(a) (b)

(28)

18

Kolam dibuat untuk menyesuaikan dengan keadaan elang di alam yang mengambil pakan dari laut. Di kandang ini juga terdapat kran air untuk air minum namun harus dialirkan lagi menggunakan selang kedalam kolam.

Tenggeran didalam setiap kandang berjumlah 3-4 tenggeran yang diatur dengan ketinggian rendah, sedang dan tinggi, serta pohon buatan yang dibuat dari batang dan ranting yang disambung dengan tali khusus untuk kandang sanctuary. Berdasarkan Minimum Standards for Wildlife Rehabilitation (Miller 2012), elang

membutuhkan fasilitas yang kokoh dan mudah untuk dibersihkan. Batang kayu untuk tenggeran elang harus diplih secara hati-hati berdasarkan sejarah alam, ukuran, serta kecocokan dengan iklim sekitar. Setidaknya dua tenggeran harus ada di setiap kandang dan ditempatkan di ketinggian dan sudut yang berbeda. Tali harus berasal dari alam dan bahan yang tidak diobati bahan kimia.

Berdasarkan hasil pengamatan, kelengkapan kandang sebagai tempat tinggal elang antara lain pagar, pintu kandang, konstruksi kandang, tanda peringatan dan papan petunjuk, pengamanan untuk umum. Di dalam setiap kandang, belum ada tempat berlindung khusus untuk satwa, hanya pohon sekitar yang dimanfaatkan untuk melindungi satwa. Kelengkapan kandang harus dilakukan dipilih dengan hati-hati, tidak mengandung racun, tidak mempunyai bagian runcing dan tajam, serta tidak mudah terkelupas dan terlepas agar tidak membahayakan satwa ( Perdirjen PHKA 2011).

Kondisi lingkungan kandang

Suhu dan kelembapan kandang elang di Pulau Kotok berdasarkan hasil pengamatan di sajikan dalam Tabel 9.

Tabel 9 suhu dan kelembaban kandang elang di Pulau Kotok Besar

Termometer 07.00 09.00 11.00 13.00 15.00 17.00 Rata-rata

Suhu (0C) 25.2 27.1 28.3 28.4 28.1 27.6 27.4

Kelembaban (%)

70.7 64.2 62.5 61.2 56 59 62.3

Pada pagi hari suhu masih rendah dan kelembaban lebih tinggi dibandingkan pada siang hari. Dari kelima rentang waktu yang berdeda maka di peroleh rataan harian untuk suhu adalah 27.4ºC dan rataan kelembaban adalah 62.3%. Kondisi sekitar kandang ditutupi oleh tajuk pohon yang rapat dan berada tidak jauh dari laut. Elang masih bisa merasakan suasana hutan dan laut meskipun berada di dalam kandang.

(29)

19

Pakan dan air minum Jenis, jumlah dan sumber

Jenis pakan yang biasa dimakan elang bondol dialam diantaranya kepiting, udang, ikan, anak ayam, serangga, dan mamalia kecil. Makanan elang-laut perut-putih juga cukup bervariasi seperti memakan ular laut, kura-kura dan penyu kecil, burung-burung air seperti pecuk dan cangak, juga burung burung air besar seperti angsa-angsaan, bebek dan belibis. Mamalia umumnya hewan pengerat domestik.

Jenis pakan yang diberikan pada elang bondol dan elang-laut perut-putih di Pulau Kotok Besar adalah ikan laut yang sudah mati (Gambar 10). Pakan yang diberikan pada elang bukan harus berasal dari jenis ikan tertentu, ikan yang diberikan tergantung dari hasil tangkapan pengelola. Jenis ikan laut tersebut diantaranya disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10 Jenis pakan elang

No Nama lokal Nama ilmiah Asal

1 Ikan Renyok Stolephorus tri Laut P. Kotok Besar 2 Iakan golok-golok Chirocentrus dorab Laut P. Kotok Besar 3 Ikan Mogong/kakatua Scarus sp Laut P. Kotok Besar 4 Ikan pasir Caesio caerulaureu Laut P. Kotok Besar

5 Ikan lingkis Siganus sp Laut P. Kotok Besar

6 Ikan kea-kea Siganus sp Laut P. Kotok Besar

7 Ikan baronang Siganus sp Laut P. Kotok Besar 8 Ikan Selar Selaroides spp Laut P. Kotok Besar

9 Ikan nori Cheilinus sp Laut P. Kotok Besar

10 Ikan jarang gigi Chaerodon anchorago Laut P. Kotok Besar 11 Selar kuning Selaroides leptolepis Laut P. Kotok Besar

12 Ikan bentong Selar sp Laut P. Kotok Besar

13 Ikan kembung Rastrelligersp Laut P. Kotok Besar Perbedaan pemberian pakan elang bondol, elang-laut perut-putih dan elang-ikan kepala-abu terdapat pada jumlah pakan. Setiap elang bondol mendapat 3-4 ekor ikan dengan berat sekitar 300 gram, sedangkan elang-laut perut-putih dan elang-ikan kepala-abu 4-5 ekor ikan dengan berat sekitar 600 gram. Pengelola jarang memberikan pakan tambahan khusus selain ikan laut. Umumnya pemberian pakan elang dilakukan sebanyak 10% dari berat badan dengan frekuensi pemberian dua hari sekali (Sawitri dan Takandjandji 2010).

(30)

20

Air yang diberikan pengelola pada elang merupakan air tawar yang berasal dari sumur di tengah pulau. Sumur dipompa dengan mesin kemudian dialirkan melalui pipa ke setiap kran di dekat kandang. Kondisi air tanah sangat tergantung dengan kepadatan vegetasinya. Untuk pulau-pulau yang mempunyai vegetasi yang padat dan mempunyai lapisan tanah yang cukup tebal, maka kondisi air tanah kan mempunyai kualitas tanah yang baik (tawar). Hal tersebut karena vegetasi dan lapisan tanah tersebut menyimpan air tanah yang berasal dari hujan. Pakan dan air yang disediakan untuk satwa yang direhabilitasi harus memadai.

Penyediaan, penyimpanan, dan cara pemberian

Pakan elang berasal dari laut dan ditangkap oleh pengelola langsung kemudian di stock dan di masukkan ke dalam freezer. Pakan ikan yang diberikan kepada elang dalam keadaan mati. Pengelola mendapat kendala dalam penyediaan ikan hidup karena tidak pasti akan mendapat ikan hidup yang banyak dalam sekali tangkapan. Pengelola mendapatkan pakan dengan cara menjaring ikan di laut di waktu sore pukul 16.00 – 17.30 WIB setiap 4 hari sekali atau setiap stock ikan berkurang. Berdasarkan Minimum Standards for Wildlife Rehabilitation (Miller 2012), pelatihan mangsa hidup sebelum pelepasliaran penting dilakukan terhadap elang. Hal ini penting untuk mengetahui penglihatan elang dan kemampuannya untuk menangkap mangsa hidup.

Penting bagi setiap elang untuk memiliki kesempatan untuk berlatih berburu seperti di alam saat masih di kandang. Pemberian pakan hidup diharapkan dapat mendorong elang untuk bisa menangkap ikan untuk bertahan hidup pada saat nanti siap dilepasliarkan. Pemberian pakan hidup saat ini hanya dilakukan di kandang pre-release karena daerahnya berada di laut dan lebih mudah untuk pengelola membuat jaring untuk menampung ikan hidup untuk pakan.

Elang bondol dan elang-laut perut-putih menghabiskan waktunya di daerah pesisir atau laut. Berdasarkan hal tersebut, selama pemeliharaan di dalam kandang, elang harus terbiasa untuk mengambil pakan di dalam kolam air. Pemberian pakan ikan diletakkan di dalam kolam ikam agar elang tergerak untuk memperoleh makanannya. Pemberian pakan didalam kolam dilakukan untuk menyesuaikan dengan keadaan di alam yang mengambil pakan dari laut. Jadi diharapkan saat elang tersebut dilepaskan ke habitat alami, elang bisa mengambil ikan di laut. Pakan harus ditempatkan di area yang jauh dari tanah seperti di kolam untuk meminimalkan potensi kontaminasi dengan patogen tanah dan parasit. Khusus di kandang pre-release yang terletak ditengah laut, pakan yang ada dalam keadaan hidup. Ikan sengaja dimasukkan dalam keramba jadi saat elang berada di dalam kandang, elang terbiasa mengambil pakan hidup langsung dari laut.

Pengelola menyediakan satu kolam air tawar ditiap kandang untuk minum elang. Air harus tersedia disetiap kandang dan mudah didapat. Air yang ada didalam kolam dialirkan dengan pipa dari sumur ditengah pulau.

Waktu dan frekuensi pemberian pakan

(31)

21

dalam kolam. Waktu pemberian pakan menjadi hal penting dalam proses rehabilitasi untuk meminimalisir interaksi satwa dengan manusia. Frekuensi pemberian pakan dilakukan dua hari satu kali karena untuk membiasakan elang seperti di alam liar yang belum tentu mendapatkan makan setiap hari. Maka pengelola melakukan penyesuaian agar elang seperti berada di alam liar.

Kesehatan

Sistem perawatan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk memeriksa kesehatan satwa yang masuk ke dalam karantina. Kebanyakan satwa liar adalah korban dari beberapa bentuk trauma. Satwaliar biasanya mengalami luka, infeksi dan trauma yang sering tidak terlihat pada satwa domestik. Satwaliar mampu menunjukkan kemampuan yang lebih besar untuk beradaptasi dengan luka yang akan pulih jika diberikan kesempatan dan pengobatan (Stocker 2005).

Penyakit yang umum terdapat pada elang adalah penyakit cacing, jamur, infeksi bakteri, dan bumble foot. Apabila kandungan jamur Aspergillosis dan jenis lainnya terdapat pada saluran pernapasan termasuk beberapa macam jamur yang bersifat pathogenic seperti Aspergillus fumigatus, A. flavus, A. niger, A. nidulans,

A. terreus, A. glaucus, dan Penicillium spp. maka akan membahayakan dan bisa menyebabkan kematian pada burung (Sawitri dan Takandjanjdi 2010). Untuk mengobati elang yang sakit biasanya pengelola memberikan obat sesuai dengan penyakitnya, jika tidak bisa disembuhkan dan harus dilakukan pengobatan khusus maka elang akan dibawa ke Jakarta.

Berikut adalah jenis, gejala, dan pengobatan yang dilakukan dalam mengobati luka dan penyakit elang (Tabel 11).

Tabel 11 Jenis, gejala, dan pengobatan terhadap elang yang sakit

Luka dan Penyakit Gejala Pengobatan

Parasit: Cacingan Lesu, nafsu makan turun, berat badan turun; bulu

kaki membengkak, kuku memanjang, sisik kaki melebar atau merenggang

Pembersihan kandang dan tenggeran, pemindahan ke kandang yang lebih besar

Stress Tidak mau makan,

aktivitas yang berlebihan, tidak beraktivitas, terlihat ketakutan

(32)

22

kandang rehabilitasi, serta pada burung yang baru datang ditempat penangkaran dengan kondisi yang dalam keadaan stres oleh penyakit, cedera, dan atau aklimatisasi dengan lingkungan baru (Smith 1993). Kerugian yang di akibatkan oleh kecacingan (helminthosis) adalah kelemahan umum akibat infeksi cacing yang berdampak sangat buruk terhadap kinerja burung pemangsa dalam aktivitas berburu (Krone & Cooper 2002; Kusumamiharja 1995 diacu dalam Kurniawan 2011).

Pengecekan kesehatan

Pengecekan kesehatan dilakukan oleh animal keeper dan dokter hewan yang bekerja di JAAN. Animal keeper diberi pelatihan untuk merawat elang dan bagaimana untuk mengenali kondisi elang yang memerlukan perhatian segera atau tidak. Setiap bulan elang ditimbang bobotnya dan dicek kesehatannya. Pengecekan yang dilakukan meliputi pengecekan fisik. Dokter hewan tidak berada di pulau setiap saat dan hanya ketika pengecekan rutin atau keadaan elang perlu ditangani segera.

Saat pertama masuk ke P. Kotok Besar, elang-elang diperiksa ulang kesehatannya. Dalam kandang karantina pulau, elang ditimbang bobot tubuhnya, diukur panjang atau tinggi tubuhnya, dicek bulu, kesempurnaan sayap, bulu primer, kaki, ekor, mata, paruh, selaput lendir, dan pengukuran yang meliputi; pengukuran panjang kuku dan dilihat penampilan fisiknya.

Elang yang tidak sehat selanjutnya dipisahkan dari elang lainnya kemudian diberi perawatan hingga sehat baru bisa bergabung dengan elang lainnya. Elang yang sehat dipindahkan ke kandang individu dan diobservasi perilakunya. Bila elang menunjukkan perilaku liar dan secara fisik sehat maka dipindahkan ke kandang sosialiasi dengan kegiatan rehabilitasi untuk tujuan pelepalsliaran. Selama berada di kandang, elang akan dibiasakan untuk hidup seperti dialam. Jika kesehatan elang memburuk ketika sudah dalam tahap rehabilitasi dan dikhawatirkan dapat menularkan penyakit pada elang lain maka elang akan dipindahkan ke kandang isolasi. Apabila kesehatan elang telah membaik maka burung elang bisa dipindahkan ke kandang individu, namun bila penyakit pada burung elang semakin parah dan menimbulkan kematian burung elang tidak akan disuntik mati/euthanasia.

Pencegahan penyakit dan rasa stres

Tindakan pencegahan penyakit yang dilakukan oleh pengelola adalah dengan pengecekan kesehatan rutin, dijauhkan dari kondisi-kondisi stres, pembersihan kandang, serta memberikan vitamin dan obat cacing setiap enam bulan sekali. Pemberian vitamin dan obat cacing dilakukan dengan memasukkan vitamin dan obat cacing ke dalam mulut elang dengan bantuin spuit.

(33)

23

hewan peliharaan dekat dengan satwa liar, menyediakan pakan dan pengayaan (Stocker 2005).

Kematian satwa

Satwa yang tidak bisa dilepasliarkan ke alam akan dirawat di dalam kandang sanctuary. Kematian satwa di Pulau Kotok disebabkan elang sakit atau stres selama berada di dalam kandang. Elang tidak ada yang di euthanasia/suntik mati. Sebelum melakukan euthanasia terhadap satwa yang kritis dan terancam punah, pengelola harus memiliki izin dari BKSDA. Satwa yang mati secara alami maupun yang di euthanasia harus dibuang sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Pengelolaan Rehabilitasi Elang Sejarah

Program rehabilitasi elang bondol dan elang-laut perut-putih berlangsung sejak tahun 2004. Saat itu, pengelolaan program dikelola oleh PPS Tegal Alur bekerjasama dengan pemerintah. Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu (BTNKpS) mengadakan perjanjian kerjasama kemitraan dengan Jakarta Animal Aid Network (JAAN) dalam hal Konservasi Keanekaragaman Hayati Taman Nasional Kepulauan Seribu pada tanggal 28 Agustus 2008 (Jakarta Animal Aid Network 2014). Sampai saat ini pengelolaan program rehabilitasi elang dilakukan dibawah JAAN bekerjasama dengan TNKpS. Sejak tahun 2008, ada 69 elang bondol dan 15 elang-laut perut-putih yang berhasil diselamatkan oleh JAAN, yang berhasil dilepasliarkan adalah 73 ekor yang terdiri dari 57 elang bondol dan 16 elang-laut perut-putih.

Struktur organisasi JAAN

Pengelolaan pusat rehabilitasi elang di Pulau Kotok dijalankan oleh JAAN bekerjasama dengan Taman Nasional Kepulauan Seribu. JAAN memiliki struktur organisasi sebagai berikut: Pengawas : Femke den Haas, Karin Franken, Natalie Stewart, dan Pramudya; Ketua: Benvika; Sekretaris: Sudarno; Bendahara: Dani; Koordinator wildlife: Femke den Haas; Kordinator animal domestic: Karin Franken; koordinator public relation and education: Natalie Stewart; Tim Medis: Drh. Merry. Jumlah karyawan JAAN saat ini berjumlah 15 orang dan jumlah

volunteer lebih dari 2000 orang di dalam maupun di luar negeri. Sumber dana

Sumber dana untuk operasional pengelolaan didapat dari sumbangan masyarakat, hasil acara amal internasional mengenai satwa, penjualan barang cinderamata dan hasil penjualan barang daur ulang yang bekerjasama dengan masyarakat kepulauan seribu.

Fasilitas dan tenaga kerja

Fasilitas yang terdapat di Pulau Kotok Besar terdiri dari :

(34)

24

b. Kandang elang yang terdiri dari 3 kandang sanctuary, 1 kandang karantina, 3 kandang isolasi, 5 unit kandang isolasi yang terdiri dari 9 kandang (1 unit kandang isolasi yang terdiri dari dua kandang isolasi memiliki pintu yang dapat saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya), 1 kandang pre-release, dan 1 kandang pemindahan satwa.

c. Gudang penyimpanan pakan dan ruang generator d. Gudang penyimpanan barang

Kriteria Pusat Rehabilitasi satwa memiliki berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.31/Menhut-II/2012 tentang Lembaga Konservasi, sebagai berikut:

a. Jenis koleksi terdiri dari satwa tertentu yang dilindungi

b. Memiliki sarana pengadaptasian, sekurang-kurangnya terdiri atas: tempat pengadaptasian dan perlengkapan pengadaptasian.

c. Memiliki sarana pemeliharaan dan perawatan satwa, sekurang-kurangnya terdiri atas: kandang pemeliharaan, kandang habituasi, kandang transport yang sesuai dengan jenis satwa, naungan, gudang pakan dan prasarana pendukung pengelolaan satwa yang lain.

d. Memiliki fasilitas kesehatan, sekurang-kurangnya terdiri atas: karantina, klinik; dan koleksi obat.

e. Memiliki tenaga kerja permanen sesuai bidang keahliannya, sekurang-kurangnya terdiri atas: dokter hewan, tenaga paramedic, perawat satwa

(animal keeper), tenaga keamanan dan tenaga administrasi. f. Memiliki fasilitas kantor pengelola; dan

g. Memiliki fasilitas pengelolaan limbah.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.31/Menhut-II/2012 tentang Lembaga Konservasi, jika dilihat dari kriteria pusat rehabilitasi satwa, pusat rehabilitasi elang di Pulau Kotok sudah memenuhi kriteria tersebut. Namun, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan untuk diperbaiki seperti fasilitas kesehatan (klinik), fasilitas pengolahan limbah dan mengenai tenaga kerja permanen sesuai bidang keahliannya di Pulau Kotok Besar.

Jumlah pegawai yang bekerja di Pulau Kotok Besar ini berjumlah 4 orang. Yang terdiri dari 3 orang animal keeper (perawat elang) dan 1 orang tukang masak (Tabel 12).

(35)

25

Tahapan rehabilitasi elang di Pulau Kotok Besar

Pelaksanaan proses rehabilitasi elang ada beberapa tahapan yang harus dilewati, yaitu:

Gambar 11 Tahapan rehabilitasi elang

Mutasi satwa ke pusat rehabilitasi Pulau Kotok Besar

PPS yang paling banyak memindahkan satwanya ke Pulau Kotok Besar adalah PPS Tegal Alur Jakarta. Hal ini bisa dikarenakan PPS Tegal Alur berada di Jakarta sehingga apabila ada satwaliar yang akan diperdagangkan disita oleh petugas di bandara maka akan diserahkan ke PPS Tegal Alur. Dari PPS Tegal Alur kemudian disalurkan ke lembaga rehabilitasi atau penyelamatan lain.

(36)

26

Penempatan di kandang karantina Pulau Kotok Besar

Elang yang masuk ke Pulau Kotok Besar akan ditempatkan di kandang karantina terlebih dahulu. Penempatan elang yang baru datang ke kandang karantina adalah untuk membuat elang terbiasa pada lingkungan barunya. Proses ini merupakan salah satu proses adaptasi di kandang karantina. Menurut Mas‟ud (2010), adaptasi di kandang karantina hal ini dimaksudkan untuk melihat kemungkinan adanya penyakit atau gangguan lain. Elang yang sudah dapat beradaptasi dengan lingkungan pulau Kotok maka elang akan dipindahkan pada kandang rehabilitasi. JAAN hanya memiliki satu kandang transit/karantina di Pulau Kotok Besar. Saat ini kandang tersebut tidak terpakai karena tidak ada elang yang masuk.

Selama masa karantina, dilakukan pengecekan kesehatan ulang seperti untuk mengetahui kondisi fisik dan kesehatan satwa. Elang ditimbang bobot tubuhnya, diukur panjang atau tinggi tubuhnya, dicek bulu, kesempurnaan sayap, bulu primer, kaki, ekor, mata, paruh, selaput lendir, dan pengukuran yang meliputi; pengukuran panjang kuku dan dilihat penampilan fisiknya. Kesehatan elang dapat dilihat dari penampilan satwa apakah terdapat kecacatan atau keadaan elang yang tidak normal. Pengecekan kesehatan fisik elang harus benar-benar dipastikan apakah elang berada dalam kondisi yang sehat atau tidak. Selain dilakukan pengecekan kesehatan, elang juga diajarkan untuk mengenali pakan alami dalam rangka usaha memulihkan sifat alami elang. Proses ini dilakukan secara bertahap dimulai dari mencampur pakan sebelum pemeliharaan oleh JAAN dengan pakan alami seperti ikan. Hal ini dilakukan agar nantinya elang sudah terbiasa dengan makanannya.

Pengelola melakukan observasi umum untuk mengetahui langkah apa yang akan dilakukan terhadap elang. Elang tersebut diberi penilaian awal apakah mempunyai kemungkinan dilepasliarkan atau tidak. Penilaian ini dilihat dari kondisi fisik satwa, perilaku satwa dan penyakit yang diderita oleh satwa. Setelah elang dievaluasi medis umum dan perilaku di dalam kandang karantina, elang akan dipindahkan ke kandang selanjutnya. Untuk elang yang sehat secara fisik akan dipindahkan ke kandang yang lebih besar, sedangkan untuk elang yang tidak memungkinkan untuk dilepasliar akan dipindahkan ke kandang sanctuary. Berdasarkan wawancara, lama pemeliharaan elang di kandang karantina/transit tercepat adalah satu minggu, dan paling lama adalah tiga bulan.

Elang yang berasal dari hasil pemeliharaan manusia biasanya saat pertama kali datang tidak mau makan karena makanannya berbeda dengan makanan yang diberikan pemeliharanya dahulu. Elang tersebut kemudian diberi perlakuan khusus agar elang tersebut bisa mengenali pakan alaminya. Setelah bisa mengenali pakannya, elang yang sehat dan tidak memiliki cacat fisik dipindahkan ke kandang perawatan menuju pelepasliaran.

Penempatan di kandang isolasi/observasi

(37)

27

pelepasliaran kembali ke alam. Apabila elang di dalam kandang sakit atau terkena penyakit maka elang tersebut akan langsung diberikan penanganan tergantung dengan penyakitnya. Pengelola mencoba seminimal mungkin dalam penggunaan obat, hanya elang yang sakit parah dan memerlukan penanganan segera yang diberikan obat.

Elang dilatih untuk menunjukkan perilaku alami seperti terbang dan menangkap ikan di kandang isolasi/observasi. Pengelola memberikan pengayaan kandang seperti batang tenggeran dengan ketinggian berbeda yaitu rendah, sedang dan tinggi. Selain itu dibuat kolam kecil untuk pakan dan air minum. Pemberian pakan dilakukan dengan meletakkan ikan laut di dalam kolam sehingga elang terdorong untuk mengambil dari kolam.

Kandang ini juga diperuntukkan untuk memantau perkembangan perilaku elang setiap harinya. Perilaku yang dilihat adalah kesiapan elang untuk menangkap ikan. Jika elang mampu menangkap ikan dari kolam dan terbang kembali maka elang akan ditempatkan di kandang selanjutnya, namun apabila elang hanya berjalan di tanah setelah mengambil ikan maka elang tersebut belum dinyatakan siap untuk dipindahkan ke kandang berikutnya. Elang yang tetap sehat dan maka akan dipindahkan ke kandang sosialiasi untuk persiapan pelepasliaran. Penempatan di kandang sanctuary

Elang yang berada di Pulau Kotok Besar tidak semuanya bisa dilepasliarkan ke alam, maka elang tersebut akan dirawat di dalam kandang

sanctuary. Satwa-satwa sakit atau cacat yang berada di kandang isolasi akan tetapi sakitnya atau cacatnya tidak membuat satwa menderita hidupnya maka satwa tersebut akan tetap dipelihara di kandang. Elang yang berada di kandang

sanctuary adalah elang yang cacat fisik atau mental, mengalami cacat permanen, terlalu tua ataupun permasalahan lainnya seperti bulu rontok, tidak mempunyai lapisan lilin, anggota tubuh tidak sempurna (kaki buntung, sayap patah hingga ke tulang) maupun stress.

Elang tersebut kemudian digunakan sebagai bahan pendidikan lingkungan untuk para pengunjung pulau. Pengunjung dilarang membuat gaduh, mendekati kandang, dan merokok dekat kandang untuk mengurangi stres akibat pengunjung yang ingin melihat raptor di dalam kandang sanctuary. Elang dirawat dan dipelihara dengan baik di kandang sanctuary. Kandang ini adalah satu-satu kandang yang bisa diakses oleh para pengunjung.

Penempatan di kandang sosialisasi

(38)

28

Elang juga diamati perilaku dalam penangkapan ikan apakah elang sudah mampu terbang, menangkap ikan kemudian terbang dan menangkap ikan lagi. Interaksi dengan manusia dalam kandang ini amat dikurangi agar elang bebas mengeluarkan perilaku alaminya.

Penempatan di kandang pre-release

Elang yang telah melalui tahap isolasi dan sosialisasi kemudian di pindahkan ke kandang pre-release. Kandang ini adalah kandang pelatihan akhir sebelum elang siap di lepasliarkan. Di dalam kandang ini, elang dilatih untuk mengambil pakan langsung dari laut. Lamanya observasi minimal di kandang ini adalah satu bulan. Jika dalam waktu tersebut elang dinilai belum mampu dilepasliarkan maka elang akan diganti dengan individu lain. Penilaian dilakukan dengan melihat kemampuan elang untuk menangkap ikan langsung di dalam laut. Jika elang masih belum bisa menunjukkan sifat alaminya maka semakin lama di pusat rehabilitasi. Dalam menjalani proses rehabilitasi, campur tangan manusia diusahakan seminimal mungkin. Ini bertujuan agar elang memiliki sifat mandiri sehingga tidak tergantung terhadap manusia.

Pelepasliaran ke alam

Elang-elang yang telah sehat fisik dan perilakunya maka akan dipersiapkan untuk dilepasliarkan kembali ke alam. Setelah elang mengalami masa rehabilitasi maka elang sudah bisa untuk dilepaskan ke habitat alaminya. Sebelum melakukan pelepasliaran, tim melakukan survey untuk tempat pelepasliaran. Elang akan dilepasliarkan ke tempat asalnya atau ke tempat lain yang sesuai untuk habitatnya. Kriteria pulau yang cocok untuk dijadikan lokasi pelepasliaran elang bondol dan elang-laut perut-putih adalah pulau yang memiliki pohon tinggi disekitarnya untuk bertengger dan bersarang bagi elang, pulau tidak berpenghuni dan karang yang masih baik untuk menjaga ketersediaan pakan. Survey lapang biasanya dilakukan selama tiga hari untuk melihat ketersediaan pakan.

Elang yang sudah dilepaskan tidak bisa langsung dibiarkan bebas tanpa ada campurtangan manusia tetapi harus dipantau minimal satu minggu untuk memastikan keberadaannya. Pengamatan setelah pelepasliarkan dilakukan hingga elang bisa mencari makan sendiri dan tidak menganggu manusia. Dan apabila elang dianggap sudah mampu berperilaku normal dan tidak menganggu manusia maka elang dapat dibiarkan bebas tanpa ada campur tangan manusia lagi Pelepasliaran satwa ke alam bukanlah proses yang mudah.

Perlakuan terhadap satwa

Perlakuan yang diberikan kepada elang selama di dalam kandang karantina,

(39)

29

mampu beradaptasi dengan baik. Di Pulau Kotok Besar ini dilakukan beberapa perlakuan yaitu :

1. Pengenalan Pakan alami

Pengenalan pakan merupakan salah satu kegiatan untuk mengembalikan jenis pakan satwa ke bentuk alaminya. Elang yang tidak terbiasa dengan pakan ikan sedikit demi sedikit dikenalkan dengan pakan alaminya dengan cara mencampur ikan dengan pakan yang biasa dimakan elang dulunya sehinga tahap demi tahap akhirnya elang kembali ke insting alaminya.

2. Pengaturan volume air dalam kolam pakan

Pengaturan volume air dalam kolam dilakukan untuk membiasakan elang mengambil pakan dengan kaki. Dari kandang isolasi, volume air dalam kolam sudah diatur mulai dari 5 cm, kemudian naik menjadi 10cm sampe akhirnya kolam terisi penuh. Dari sana pengelola bisa melihat apakah elang mengambil pakan dengan paruh atau kaki. Jika dalam praktiknya elang tidak mau makan, maka dilihat permasalahannya apakah air yang terlalu dalam.

Pengelola membuat keramba ikan yang bisa diatur ketinggian airnya mulai dari elang bisa berdiri dengan kakinya hingga jaringnya bisa dibenamkan agak dalam di kandang pre-release.

3. Pengurangan interaksi dengan manusia

Elang yang sudah lama hidup berdampingan dengan manusia maupun dipelihara langsung, cenderung memiliki sifat tidak takut dengan manusia. Elang terbiasa disediakan makanan maupun diberikan pakan apa saja oleh pemeliharanya jadi elang berani mendekati manusia. Hal ini dilakukan agar elang terbiasa untuk hidup mandiri. Pengelola sebisa mungkin melakukan kegiatan ke dalam area kandang pada saat malam hari agar elang tidak terganggu.

Penilaian pencapaian pengelolaan

Berdasarkan pengamatan, wawancara dan penilaian, capaian implementasi pengelolaan elang di Pulau Kotok Besar berpredikat cukup (Tabel 13)

Tabel 13 Capaian Penilaian Pengelolaan

No Komponen Skoring

1. Administrasi dan Fasilitas Pengelolaan 3,67

2. Pengelolaan satwa 3,67

3. Kesehatan satwa 3,33

4. Konservasi dan Pemberdayaan Masyarakat 3,67

5. Sumberdaya Manusia 3,17

Rataan 3,50

Predikat Cukup

Gambar

Gambaran kondisi pengelolaan elang di Pulau Kotok Besar untuk aspek
Tabel 1 Data aspek perawatan, rehabilitasi dan penilaian kesejahteraan
Tabel 2 Klasifikasi penilaian pengelolaan satwa
Gambar 1 Peta Lokasi Pulau Kotok Besar, Kepulauan Seribu
+7

Referensi

Dokumen terkait

k KAJIAN PARTlSlPASl MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN DAERAH PERLINDUNGAN LAUT Dl PULAU GANGGA, BANGKA.. DAN TALISE PROPlNSl

berdasarkan Karakteristik Individu Pada tabel 4.4 dapat dilihat gambaran daya tahan terhadap stres perawat di Instalasi Perawatan Intensif di rumah sakit

k KAJIAN PARTlSlPASl MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN DAERAH PERLINDUNGAN LAUT Dl PULAU GANGGA, BANGKA. DAN TALISE PROPlNSl

Judul Tesis : Kajian Pemberdayaan Petani Rumput Laut dan Kontribusinya terbadap Kesejabteraan Masyarakat Pesisir di Pulau Panggang Kepulauan Seribu DKI Jakartal. Nama :

Penelitian ini secara umum memiliki tujuan yaitu untuk mengungkapkan gambaran yang jelas mengenai Hubungan Pengelolaan Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Terhadap

Keefektifan pengelolaan terumbu karang di KKLD pulau Biawak dan sekitarnya dievaluasi menggunakan kartu skor (Coremap-II) yang meliputi aspek biofisik kondisi

Target yang ingin dicapai oleh Forum Kolaborasi dan Tim 15 adalah pada tahun 2019 adalah adanya pengelolaan perlindungan penyu belimbing dan pantai peneluran

Partisipasi masyarakat Pulau Sarang terlihat pada Gambar 3 masyarakat yang berpartisipasi cukup baik dalam pengelolaan terumbu karang sebesar 61 %, karena mereka