• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Tingkat Stres dan Daya Tahan Terhadap Stres Perawat Instalasi Perawatan Intensif Di Rumah Sakit Immanuel Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Tingkat Stres dan Daya Tahan Terhadap Stres Perawat Instalasi Perawatan Intensif Di Rumah Sakit Immanuel Bandung."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

vi

ABSTRAK

GAMBARAN TINGKAT STRES DAN DAYA TAHAN TERHADAP

STRESPERAWAT INSTALASI PERAWATAN INTENSIF

DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG

Nataprawira, 2015

Pembimbing 1: Dra. Hj. Sri Utami Sugeng, M.Kes

Pembimbing 2: dr. Harry Tribowo Hadi, Sp.KJ

Perawat di Instalasi Perawatan Intensif berbeda dengan perawat bagian lain yang

mana sebagai salah satu tim kesehatan harus memiliki pengetahuan dan keahlian

khusus, meliputi kemampuan menangani kondisi pasien yang kritis, bekerja dengan

cepat, tepat dan teliti dalam mengobservasi dan menilai keadaan umum pasien yang

cenderung fluktuatif. Kondisi pasien yang kritis sertabeban kerja yang sangat tinggi

tersebut dapat menjadi sumber stres bagi perawat.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran tingkat stres kerja dan daya

tahan terhadap stres yang dialami perawat di Instalasi Perawatan Intensif di RS

Immanuel Bandung.

Penelitian ini menggunakan metode observasional deskriptif dengan instrument

berupa kuesioner skala Holmes-Rahe (

the Social Readjustment Rating Scale)

untuk

tingkat stress dan skala Smith-Miller

(the Miller-Smith Lifestyle Assessment

Inventory)

untuk daya tahan stres. Sampel pada penelitian ini adalah total populasi

perawat di Instalasi PerawatanI ntensif yaitu sebanyak 36 responden.

Hasil yang diperoleh terhadap perawat di Instalasi Perawatan Intensif mengenai

tingkat stres menunjukkan bahwa 72,2% mengalami tingkat stress ringan, 22,2%

mengalami tingkat stres sedang dan 5,6% mengalami stres berat, sedangkan

mengenai daya tahan terhadap stres didapatkan 72,2% kurang kebal stres dan 27,8%

kebal stres.

Simpulan dari penelitian ini adalah perawat di Instalasi Perawatan Intensif di

rumah sakit Immanuel Bandung memiliki tingkat stres ringan dan kurang kebal

terhadap stres.

(2)

ABSTRACT

THE DESCRIPTION OF WORK STRESS LEVEL AND RESISTENCY TO

STRESS IN INTENSIVE CARE NURSEAT

IMMANUEL HOSPITAL BANDUNG

Nataprawira, 2015

1

st

Advisor:

Dra. Hj. Sri Utami Sugeng, M.Kes

2

nd

Advisor:

dr. Harry Tribowo Hadi, Sp.KJ

Intensive Care Installation nurse is considering different with nurse in general

where the nurse in different area as one of the health care team must have the

knowledge and special skills, including the ability to handle the patient's with critical

condition, work fast, precise and meticulous in observing and assessing the patient's

condition which tends to be fluctuative. The critical condition of the patient as well as

a very high workload can be a source of stress for nurses.

The purpose of this study is to describe the level of work stress and the resistancy

to stress by nurses in Intensive Care Installation at Immanuel Hospital Bandung.

This study used a descriptive observational study with a questionnaire instrument

Holmes-Rahe Scale (

the Social Readjustment Rating Scale)

for the level of stress and

Smith-Miller

(the Miller-Smith Lifestyle Assessment Inventory)

for endurance of

stress. The sample in this study is the total population of the nurse in the Intensive

Care Installation as many as 36 respondents.

The results showed that 72,2% of nurses in the Intensive Care Installation

experience mild levels of work stress, 22,2% experience average levels of work stress,

5,6% experience severe levels of work stress, 72,2%of nurses are less resistant to

stress, and 27,8% resistant to stress.

The conclution of this research is that nurses in the Intensive Care Installation

experience mild levels of work stress and less resistant to stress.

(3)

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ... i

SURAT PERNYATAAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah ... 4

1.4.1Manfaat Akademis ... 4

1.4.2Manfaat Praktis ... 4

1.5 Landasan Teori ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Stres ... ... 6

2.2 Stresor ... 7

2.3 Jenis-jenis Stres ... 8

2.3.1 Eustres ... 8

2.3.2 Distres ... 8

2.3 Fisiologi Stres ... 9

2.4 Respons Tubuh terhadap Stres ... 15

2.5 Tingkatan Stres ... 17

(4)

2.6.1 Gejala Stres Kerja ... 18

2.6.2 Faktor-faktor Penyebab Stres Kerja ... 19

2.7 Daya Tahan terhadap Stres ... 22

2.7.1 Faktor yang Memengaruhi Ketahanan terhadap Stres ... 22

2.7.2 Gejala Ketahanan terhadap Stres ... 23

2.8 Instalasi Perawatan Intensif ... 25

2.9 Perawat Instalasi Perawatan Intensif ... 27

2.10 Pengukuran Tingkat Stres dan Daya Tahan terhadap Stres ... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 30

3.1 Jenis Penelitian ... 30

3.2 Rancangan Penelitian ... 30

3.3 Instrumen Penelitian ... 30

3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 34

3.5.1 Metode Pengumpulan Data ... 34

3.5.2 Populasi dan Sampel ... 34

3.6 Prosedur Pengumpulan Data ... 34

3.7 Pengolahan dan Analisis Data...35

3.7.1 Pengolahan Da ... 35

3.7.2 Analisis Data...36

3.8 Definisi Operational ... 36

3.7 Aspek Etik dan Etika Penelitian ... 37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 38

4.1 Hasil Penelitian ... 38

4.1.1Gambaran Karakteristik Responden ... 38

4.1.2 Gambaran Tingkat Stres ... 41

4.1.3 Gambaran Daya Tahan terhadap Stres ... 41

(5)

x

4.1.2 Gambaran Daya Tahan Stres berdasarkan Karakteristik Individu44

4.2 Pembahasan ... 45

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 50

5.1 Simpulan ... 50

5.2

Saran...50

DAFTAR PUSTAKA ... 51

LAMPIRAN ... 55

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Efek Otonomik pada berbagai Organ Tubuh ... 10

Tabel 3.1 Kuesioner Skala Holmes-Rahe ... 30

Tabel 3.2 Kuesioner Skala Smith-Miller ... 32

Tabel 4.1 Gambaran Tingkat Stres ... 41

Tabel 4.2 Gambaran Daya Tahan terhadap Stres ... 41

Tabel 4.3 Gambaran Tingkat Stres berdasarkan Karakteristik Individu ... 42

(7)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Daerah pengaturan otonom pada batang otak dan hipotalamus ... 9

Gambar 2.2 Mekanisme Biologis Respon Stres

………..

...14

Gambar

4.1

Karakteristik Responden berdasarkan Usia... 38

Gambar

4.2

Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin ... 39

Gambar

4.3

Karakteristik Responden berdasarkan Status Pernikahan ... 39

Gambar

4.4

Karakteristik Responden berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 40

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Stres dialami oleh setiap orang dengan tidak mengenal jenis kelamin, usia, jabatan,

kedudukan, atau status sosial ekonomi. Tanggapan dan tingkat stres dapat bervariasi

pada setiap orang, karena stres merupakan proses persepsi yang bersifat individual

(Riggio, 1990). Stres dapat memiliki konsekuensi negatif terhadap kesehatan,

memengaruhi proses berpikir dan emosi, mengganggu untuk beradaptasi terhadap

lingkungan, bahkan memengaruhi aktivitas dan pekerjaannya (Handoko, 2008).

Seseorang yang mengalami stres mungkin mengalami kelelahan fisik, emosional

dan mental di lingkungan kerja. Banyak individu menghabiskan sebagian besar

waktunya di tempat kerja dan stres kerja dengan cepat menjadi isu pelayanan

kesehatan nasional. Strategi manajemen

stress on site

sangat penting untuk

membantu menjaga kesehatan optimum pekerja di setiap sudut lapangan kerja (Devi

Yulianti, 2003).

Pemberian pelayanan kesehatan menjadi prioritas utama bagi banyak negara,

termasuk Indonesia. Peningkatan kebutuhan akan tenaga kerja yang handal

merupakan kebutuhan mendesak yang dialami instansi rumah sakit, baik swasta

maupun pemerintah. Salah satu pelayanan sentral di rumah sakit adalah bagian

Instalasi Perawatan Intensif. Tenaga kesehatan yang bertugas di dialamnya

merupakan tim kesehatan yang terdiri dari dokter dan perawat yang telah mendapat

pelatihan khusus untuk meliputi

Basic Life Support (BLS)

dan

Advanced Cardiac Life

Support (ACLS)

(Depkes, 2006).

Perawat di Instalasi Perawatan Intensif berbeda dengan perawat bagian lain yang

mana sebagai salah satu tim kesehatan harus memiliki pengetahuan dan keahlian

khusus, meliputi kemampuan menangani kondisi pasien yang kritis, bekerja dengan

(9)

2

umum pasien yang cenderung fluktuatif. Perawat di Instalasi Perawatan Intensif juga

harus memiliki tingkat keterampilan yang kompleks karena bertanggung jawab

mempertahankan homeostasis pasien untuk melewati kondisi kristis (Meltzer &

Huckabay, 2004). Kondisi pasien yang kritis, beban kerja yang sangat tinggi, serta

lingkungan Instalasi Perawatan Intensif dapat menjadi sumber stres bagi perawat

tersebut.

Stres menurut Hans Selye (1974) adalah respons tubuh yang sifatnya adaptif pada

setiap perlakuan yang menimbulkan perubahan fisik atau emosi. Stres juga dapat

didefinisikan sebagai ketidakmampuan mengatasi ancaman yang dihadapi oleh

mental, fisik, emosional, dan spiritual manusia yang pada suatu saat dapat

mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut. Perubahan sosial yang serba cepat

dapat memengaruhi nilai moral, etika dan gaya hidup (Selye, 1974). Tidak semua

orang mampu menyesuaikan diri dengan perubahan yang cepat, yang pada akhirnya

akan mengganggu kondisi kesehatan fisik maupun mental.

Peristiwa-peristiwa dari dalam dan di luar tempat kerja dapat memicu terjadinya

stres. Stres kerja yang dialami individu merupakan hubungan timbal balik antara

sesuatu yang berada dalam diri individu dengan sesuatu yang berada di luar individu

tersebut (Atwater, 1983). Hubungan tersebut juga berlaku pada peristiwa-peristiwa

yang menyebabkan stres kerja pada perawat di Instalasi Perawatan intensif.

Stres yang dialami perawat khususnya perawat Instalasi Perawatan Intensif dapat

memberikan dampak yang negatif terhadap kesehatannya dan pada akhirnya dapat

mempengaruhi kinerja dan mutu asuhan keperawatan. Oleh karena itu, penanganan

dan manajemen yang tepat terhadap stres kerja perawat sangat dibutuhkan.

Berdasarkan fenomena-fenomena tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang tingkat dan daya tahan stres kerja perawat Instalasi Perawatan

(10)

1.2

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, identifikasi dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui:

1.

Bagaimana gambaran tingkat stres para perawat Instalasi Perawatan Intensif

di Rumah Sakit Immanuel Bandung.

2.

Bagaimana gambaran daya tahan stres para perawat Instalasi Perawatan

Intensif di Rumah Sakit Immanuel Bandung.

3.

Bagaimana gambaran tingkat stres para perawat Instalasi Perawatan Intensif

di Rumah Sakit Immanuel Bandung berdasarkan karakteristik individu (usia,

jenis kelamin, status pernikahan, tingkat pendidikan dan lama kerja).

4.

Bagaimana gambaran daya tahan stres kerja para perawat Instalasi Perawatan

Intensif di Rumah Sakit Immanuel Bandung berdasarkan karakteristik

individu (usia, jenis kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan dan lama

kerja).

1.3

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu:

Umum:

1)

Agar pihak rumah sakit mengetahui bagaimana tingkat stres perawat yang

bekerja di Instalasi Perawatan Intensif, apakah stres ringan, stres sedang, atau

stres berat.

2)

Agar para perawat yang bekerja di Instalasi Perawatan Intensif dapat

mengetahui kondisi stres mereka.

Khusus:

Mengetahui tingkat stres dan daya tahan terhadap stres para perawat di

(11)

4

mengadakan evaluasi serta melakukan managemen

stress on site

sehingga

diharapkan kinerja perawat Instalasi Perawatan Intensif menjadi lebih baik.

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah

1.4.1 Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi tentang tingkat stres dan daya

tahannya sehingga penelitian ini dapat dikembangkan, misalnya tentang strategi atau

manajemen stres yang tepat.

1.4.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk rumah sakit sebagai masukan

kepada rumah sakit selaku pemberi pelayanan kesehatan untuk membuat kebijakan

dalam pengelolaan stres kerja terhadap perawat, dan dalam membuat perencanaan

sumber daya manusia yang sehat secara komprehensif.

1.5 Landasan Teori

Stres adalah respon tubuh yang sifatnya adaptif pada setiap perlakuan yang

menimbulkan perubahan fisik atau emosi (Selye, 1974). Segala sesuatu di lingkungan

yang dapat mengakibatkan aktivasi respon stres disebut stresor (Yusuf, 2004). Ketika

stresor mulai ditangkap oleh panca indera seseorang akan diteruskan ke susunan saraf

pusat dan melalui susunan saraf autonom akan diteruskan ke kelenjar hormonal yang

akan memengaruhi keadaan organ vital dan kekebalan tubuh (Kisker WG, 1977).

Tingkatan stres dibagi menjadi tiga yaitu ringan, sedang dan berat (Potter & Perry,

2005). Situasi stres ringan tidak mengakibatkan kerusakan fisiologis kronis,

sedangkan stres sedang dan berat dapat menimbulkan risiko penyakit medis atau

(12)

Seberapa besar kemampuan individu dalam menghadapi stres

tanpa

mengakibatkan gangguan yang berarti disebut dengan daya tahan atau toleransi

terhadap stres (Carson et al, 1992). Apabila individu mampu menggerakkan kekuatan,

mengatasi, dan melawan stresor, maka ia mempunyai ketahanan terhadap stres yang

tinggi. Sebaliknya, jika individu menyerah dan tidak berdaya, maka ia mempunyai

ketahanan terhadap stres yang rendah (Crow & Crow, 2003).

Lingkungan kerja di Instalasi Perawatan Intensif yang penuh dengan stresor seperti

beban kerja yang sangat tinggi, kurangnya jumlah tenaga perawat, kurangnya

pengalaman perawat dan kondisi pasien yang kritis dapat menyebabkan stres kerja

bagi perawat (Stordeur, 2001). Stres yang dialami perawat jika tidak dapat diadaptasi

akan berdampak buruk bagi kesehatan perawat, dan pada akhirnya memengaruhi

(13)
(14)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan pada hasil analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka

dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1.

Tingkat stres para perawat Instalasi Perawatan Intensif di rumah sakit

Immanuel Bandung tergolong ringan.

2.

Daya tahan stres para perawat Instalasi Perawatan Intensif di rumah sakit

Immanuel Bandung tergolong kurang kebal terhadap stres.

3.

Tingkat stres para perawat Instalasi Perawatan Intensif di rumah sakit

Immanuel Bandung mayoritas tergolong ringan dengan usia perawat antara

20-40 tahun, mayoritas wanita, sudah menikah dengan pendidikan D3 dan

lama kerja dibawah 5 tahun.

4.

Daya tahan stres para perawat Instalasi Perawatan Intensif di rumah sakit

Immanuel Bandung mayoritas tergolong kurang kebal dengan usia perawat

antara 20-40 tahun, mayoritas wanita, sudah menikah dengan pendidikan D3

dan lama kerja di bawah 5 tahun.

5.2 Saran

Adanya kebijakan tentang strategi atau manajemen

stress on site

bagi perawat,

misalnya dengan mengadakan rekreasi secara regular sehingga diharapkan

kinerja perawat di Instalasi Perawatan Intensif menjadi lebih baik.

(15)

47

Dibutuhkan penelitian lebih lanjut dengan membandingkan perawat di

Instalasi Perawatan Intensif dengan perawat di Instalasi Rawat Jalan atau

(16)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama

: Rizki Kurnia Nataprawira

Tempat, Tangal Lahir : Bandung, 15 Oktober 1989

Alamat

: Jl. Srimahi dalam 1 No. 7 Bandung

Email

: rikunata@gmail.com

Riwayat Pendidikan :

Tahun 1998

: Lulus SD Negeri Nilem 2, Bandung

Tahun 2004

: Lulus SMP Negeri 28, Bandung

Tahun 2007

: Lulus SMA Negeri 1, Bandung

(17)

GAMBARAN T INGKAT STRES DAN DAYA TAHAN TERHADAP STRES PERAWAT INSTALASI PERAWATAN INTENSIF DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG

THE DESCRIPTION OF WORK STRESS LEVEL AND RESISTENCY TO STRESS IN INTENSIVE CARE NURSE AT IMMANUEL HOSPITAL BANDUNG

Sri Utami Sugeng1 Harry Tribowo Hadi2, Rizki Kurnia Nataprawira3

1

Bagian Biologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha, 2

Bagian Kedokteran Jiwa, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha, 3

Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha

Jalan Prof. Drg. Suria Sumantri MPH No. 65 Bandung 40164 Indonesia

ABSTRAK

Perawat di Instalasi Perawatan Intensif berbeda dengan perawat bagian lain yang mana sebagai salah satu tim kesehatan harus memiliki pengetahuan dan keahlian khusus, meliputi kemampuan menangani kondisi pasien yang kritis, bekerja dengan cepat, tepat dan teliti dalam mengobservasi dan menilai keadaan umum pasien yang cenderung fluktuatif. Kondisi pasien yang kritis sertabeban kerja yang sangat tinggi tersebut dapat menjadi sumber stres bagi perawat.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran tingkat stres kerja dan daya tahan terhadap stres yang dialami perawat di Instalasi Perawatan Intensif di RS Immanuel Bandung.

Penelitian ini menggunakan metode observasional deskriptif dengan instrument berupa kuesioner skala Holmes-Rahe (the Social Readjustment Rating Scale) untuk tingkat stress dan skala Smith-Miller (the Miller-Smith Lifestyle Assessment Inventory) untuk daya tahan stres. Sampel pada penelitian ini adalah total populasi perawat di Instalasi PerawatanI ntensif yaitu sebanyak 36 responden.

Hasil yang diperoleh terhadap perawat di Instalasi Perawatan Intensif mengenai tingkat stres menunjukkan bahwa 72,2% mengalami tingkat stress ringan, 22,2% mengalami tingkat stres sedang dan 5,6% mengalami stres berat, sedangkan mengenai daya tahan terhadap stres didapatkan 72,2% kurang kebal stres dan 27,8% kebal stres.

Simpulan dari penelitian ini adalah perawat di Instalasi Perawatan Intensif di rumah sakit Immanuel Bandung memiliki tingkat stres ringan dan kurang kebal terhadap stres.

Kata kunci: tingkat stres, daya tahan stres, perawat Instalasi perawatan intensif

ABSTRACT

Intensive Care Installation nurse is considering different with nurse in general where the nurse in different area as one of the health care team must have the knowledge and special skills, including the ability to handle the patient's with critical condition, work fast, precise and meticulous in observing and assessing the patient's condition which tends to be fluctuative. The critical condition of the patient as well as a very high workload can be a source of stress for nurses.

The purpose of this study is to describe the level of work stress and the resistancy to stress by nurses in Intensive Care Installation at Immanuel Hospital Bandung.

This study used a descriptive observational study with a questionnaire instrument Holmes-Rahe Scale (the Social Readjustment Rating Scale) for the level of stress and Smith-Miller (the Miller-Smith Lifestyle Assessment Inventory) for endurance of stress. The sample in this study is the total population of the nurse in the Intensive Care Installation as many as 36 respondents.

The results showed that 72,2% of nurses in the Intensive Care Installation experience mild levels of work stress, 22,2% experience average levels of work stress, 5,6% experience severe levels of work stress, 72,2%of nurses are less resistant to stress, and 27,8% resistant to stress. The conclution of this research is that nurses in the Intensive Care Installation experience mild levels of work stress and less resistant to stress.

(18)

PENDAHULUAN

Stres dialami oleh setiap orang dengan tidak mengenal jenis kelamin, usia, jabatan, kedudukan, atau status sosial ekonomi. Tanggapan dan tingkat stres dapat bervariasi pada setiap orang, karena stres merupakan proses persepsi yang bersifat individual.1 Stres dapat memiliki konsekuensi negatif terhadap kesehatan, memengaruhi proses berpikir dan emosi, mengganggu untuk beradaptasi terhadap lingkungan, bahkan memengaruhi aktivitas dan pekerjaannya.2

Seseorang yang mengalami stres mungkin mengalami kelelahan fisik, emosional dan mental di lingkungan kerja. Banyak individu menghabiskan sebagian besar waktunya di tempat kerja dan stres kerja dengan cepat menjadi isu pelayanan kesehatan nasional. Strategi manajemen

stress on site sangat penting untuk membantu menjaga kesehatan optimum pekerja di setiap sudut lapangan kerja.

Pemberian pelayanan kesehatan menjadi prioritas utama bagi banyak negara, termasuk Indonesia. Peningkatan kebutuhan akan tenaga kerja yang handal merupakan kebutuhan mendesak yang dialami instansi rumah sakit, baik swasta maupun pemerintah. Salah satu pelayanan sentral di rumah sakit adalah bagian Instalasi Perawatan Intensif. Tenaga kesehatan yang bertugas di dialamnya merupakan tim kesehatan yang terdiri dari dokter dan perawat yang telah mendapat pelatihan khusus untuk meliputi Basic Life Support (BLS) dan Advanced Cardiac Life Support (ACLS).3

Perawat di Instalasi Perawatan Intensif berbeda dengan perawat bagian lain yang mana sebagai salah satu tim kesehatan harus memiliki pengetahuan dan keahlian khusus, meliputi kemampuan menangani kondisi pasien yang kritis, bekerja dengan cepat, tepat, teliti, dan senantiasa cermat dalam mengobservasi dan menilai keadaan umum pasien yang cenderung fluktuatif. Perawat di Instalasi Perawatan Intensif juga harus memiliki tingkat keterampilan yang kompleks karena bertanggung jawab mempertahankan homeostasis pasien untuk melewati kondisi kristis.4 Kondisi pasien yang kritis, beban kerja yang sangat tinggi,

serta lingkungan Instalasi Perawatan Intensif dapat menjadi sumber stres bagi perawat tersebut.

Stres menurut Hans Selye adalah respons tubuh yang sifatnya adaptif pada setiap perlakuan yang menimbulkan perubahan fisik atau emosi. Stres juga dapat didefinisikan sebagai ketidakmampuan mengatasi ancaman yang dihadapi oleh mental, fisik, emosional, dan spiritual manusia yang pada suatu saat dapat mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut. Perubahan sosial yang serba cepat dapat memengaruhi nilai moral, etika dan gaya hidup.5 Tidak semua orang mampu menyesuaikan diri dengan perubahan yang cepat, yang pada akhirnya akan mengganggu kondisi kesehatan fisik maupun mental.

Peristiwa-peristiwa dari dalam dan di luar tempat kerja dapat memicu terjadinya stres. Stres kerja yang dialami individu merupakan hubungan timbal balik antara sesuatu yang berada dalam diri individu dengan sesuatu yang berada di luar individu tersebut.6 Hubungan tersebut juga berlaku pada peristiwa-peristiwa yang menyebabkan stres kerja pada perawat di Instalasi Perawatan intensif.

Stres yang dialami perawat khususnya perawat Instalasi Perawatan Intensif dapat memberikan dampak yang negatif terhadap kesehatannya dan pada akhirnya dapat mempengaruhi kinerja dan mutu asuhan keperawatan. Oleh karena itu, penanganan dan manajemen yang tepat terhadap stres kerja perawat sangat dibutuhkan.

Berdasarkan fenomena-fenomena tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang tingkat dan daya tahan stres kerja perawat Instalasi Perawatan Intensif di RS Immanuel Bandung.

Tujuan Penelitian

Mengetahui tingkat stres dan daya tahan terhadap stres para perawat di Instalasi Perawatan Intensif sehingga pihak rumah sakit Imanuel dapat mengadakan evaluasi serta melakukan managemen stress on site

(19)

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian deskripif adalah penelitian yang menggambarkan objek atau peristiwa yang bertujuan untuk mengetahui keadaan yang terjadi pada saat sekarang.

Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini adalah cross sectional. Peneliti melakukan observasi dan pengukuran variabel secara bersamaan atau sekali waktu.

Instrumen Penelitian

Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan instrumen berupa kuesioner yang terbagi menjadi 3 kategori, yaitu:

A. Evaluasi karakteristik individu yang terdiri dari 5 pertanyaan, yaitu usia, jenis kelamin, status pernikahan, tingkat pendidikan, dan lama kerja. B. Evaluasi stres dengan kuesioner

baku skala Holmes-Rahe (the Social Readjustment Rating Scale)

yang sudah disesuaikan oleh Hawari meliputi 36 pernyataan mengenai kejadian-kejadian dalam hidup (life events) yang dialami oleh responden dalam satu tahun terakhir. Masing-masing pernyataan memiliki skor tersendiri yang sudah ditetapkan. Skor dari setiap pernyataan dijumlahkan dan menjadi nilai total untuk alat ukur tingkat stres dengan interpretasi sebagai berikut: <149 = stres ringan , 150 – 299 = stres sedang, dan > 300 = stres berat.7,8

C. Evaluasi kekebalan tubuh dengan kuesioner baku skala Smith-Miller

(the Miller-Smith Lifestyle Assessment Inventory) yang terdiri dari 20 pertanyaan mengenai aktivitas kehidupan sehari-hari responden. Jawaban dari setiap pertanyaan dalam kuesioner ini menggunakan sistem Gutman dan Likert, yang mana responden diminta untuk memilih salah satu jawaban yang tersedia, yaitu nilai 1 berarti selalu dikerjakan, nilai 2 berarti sering dikerjakan, nilai 3

berarti kadang-kadang dikerjakan, nilai 4 berarti tidak pernah dikerjakan, dan nilai 5 berarti tidak pernah dikerjakan. Nilai dari

masing-masing pertanyaan

dijumlahkan kemudian dikurangi angka 20. Berdasarkan perolehan nilainya, responden dibagi kedalam 3 kelompok, yaitu: < 30 = Kebal stres, 30-50 = Kurang kebal stres, dan > 50 = Tidak kebal Stres.9

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan berupa data primer, yaitu data yang didapatkan secara langsung dari para responden yang mengisi kuesioner.

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat Instalasi Perawatan Intensif Rumah Sakit Immanuel Bandung.

Sampel dalam penelitian ini adalah whole sample yang melibatkan seluruh perawat Instalasi Perawatan Intensif Rumah Sakit Immanuel Bandung yang berjumlah 36 perawat, dengan kriteria inklusi dan ekslusi sebagai berikut:

a. Kriteria inklusi

Perawat yang bekerja di Instalasi Perawatan Intensif dan bersedia menjadi responden

b. Kriteria ekslusi

1) Perawat yang menolak menjadi responden

2) Perawat yang sedang cuti

Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data pada penelitian ini meliputi presedur administrasi dan teknis.

a. Prosedur administratif

(20)

b. Prosedur teknis

Setelah mendapatkan izin dari pihak rumah sakit, peneliti meminta izin kepada kepala ruangan dan kepala perawat di Instalasi Perawatan Intensif dengan menyampaikan maksud dan tujuan penelitian. Kepala perawat memberikan daftar calon responden. Pembagian kuesioner disesuaikan dengan jadwal shift kerja responden yang bersangkutan. Peneliti meminta izin kepada responden untuk ikut berpartisipasi dalam penelitian ini serta menjelaskan tujuan, manfaat dan prosedur penelitian kepada responden. Jika calon responden bersedia berpartisipasi maka calon responden mengisi dan menandatanganani lembar

informed consent. Peneliti membagikan

kuesioner dan menjelaskan cara pengisian. Instrumen penelitian yang sudah diisi, selanjutkan dikumpulkan untuk kemudian diolah dan dianalisis.

Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis univariat yang bertujuan untuk menganalisis distribusi dan mendeskripsikan karakteristik variabel yang diteliti. Variabel data karakteristik individu responden dalam penelitian ini yang meliputi usia, jenis kelamin, status pernikahan, tingkat pendidikan, dan lama kerja ditampilkan dalam bentuk persentase (%), sedangkan tingkat stres dan daya tahan terhadap stres ditampilkan dalam bentuk distribusi frekuensi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Karakteristik Responden Berikut disajikan gambaran karakteristik responden yang terdiri dari usia, jenis kelamin, status pernikahan, pendidikan terakhir dan masa kerja perawat di Instalasi Perawatan Intensif rumah sakit Immanuel Bandung tahun 2014.

Gambar 4.1 Karakteristik Responden berdasarkan Usia

Menurut Erickson fase dewasa dibagi menjadi tiga yaitu dewasa awal (20-40 tahun), dewasa tengah (41-65 tahun), dan dewasa akhir (>65 tahun).10 Berdasarkan gambar pie chart di atas, dapat diketahui bahwa mayoritas responden adalah dewasa awal (20-40 tahun) sebanyak 69,4% dan sisanya dewasa tengah (41-65 tahun) sebanyak 30,6%.

Gambar 4.2 Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin

Jika dilihat pada gambar pie chart

tersebut, dapat diketahui bahwa mayoritas responden adalah wanita sebanyak 63,9% dan sisanya pria sebanyak 36,1%.

Gambar 4.3 Karakteristik Responden berdasarkan Status Pernikahan

Berdasarkan gambar pie chart di atas, dapat diketahui bahwa mayoritas responden

(21)

sudah menikah sebanyak 80,6% dan sisanya belum menikah sebanyak 19,4%.

Gambar 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Berdasarkan gambar pie chart di atas, dapat diketahui bahwa mayoritas responden memiliki pendidikan terakhir D3 sebanyak 61,1% dan sisanya S1 sebanyak 38,9%.

Gambar 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja

Berdasarkan gambar pie chart di atas, dapat diketahui bahwa mayoritas responden telah bekerja sekitar kurang dari 5 tahun sebanyak 50,0% dan sisanya masing-masing 25,0% telah bekerja sekitar 5 – 10 tahun dan lebih dari 10 tahun.

Gambaran Tingkat Stres

Berikut merupakan gambaran tingkat stres perawat di Instalasi Perawatan Intensif di rumah sakit Immanuel Bandung yang terbagi menjadi tiga tingkatan stres.

Tabel 4.1 Gambaran Tingkat Stres

Kategori Frekuensi %

Stres Ringan 26 72,2%

Stres Sedang 8 22,2%

Stres Berat 2 5,6%

Total 36 100%

Sumber: data olah SPSS v21.1

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa mayoritas para perawat instalasi perawatan intensif memiliki tingkat stres ringan sebanyak 72,2%, diikuti para perawat instalasi perawatan intensif yang memiliki stres sedang sebanyak 22,2% dan paling sedikit mengalami stres berat sebanyak 5,6%.

Gambaran Daya Tahan Stres

Tabel 4.2 menggambarkan daya tahan perawat di Instalasi Perawatan Intensif di rumah sakit Immanuel Bandung terhadap stres yang terbagi menjadi tiga tingkatan, yaitu kebal stres, kurang kebal stres dan tidak kebal stres.

Tabel 4.2 Gambaran Daya Tahan terhadap Stres

Kategori Frekuensi %

Kebal Stres 10 27,8%

Kurang Kebal Stres 26 72,2%

Tidak Kebal Stres 0 0,0%

Total 36 100%

Sumber: data olah SPSS v21.1

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa mayoritas para perawat Instalasi Perawatan Intensif kurang kebal terhadap stres, yaitu sebanyak 72,2% dan sisanya diikuti para perawat Instalasi Perawatan Intensif yang kebal terhadap stres, yaitu sebanyak 27,8%.

Gambaran Tingkat Stres berdasarkan Karakteristik Individu

Berikut merupakan gambaran tingkat stres perawat di Instalasi Perawatan Intensif di rumah sakit Immanuel Bandung yang dihubungkan dengan karakteristik individu yang meliputi usia, jenis kelamin, status pernikahan, pendidikan dan masa kerja.

Tabel 4.3 Gambaran Tingkat Stres berdasarkan Karakteristik Individu

Karakteristik Individu Stres Ringan Stres Sedang Stres Berat

F % F % F %

Usia

20-40 tahun 16 44,4 7 19,4 2 5,6 61,1% 38,9%

Pendidikan Terakhir

D3 S1 50% 25% 25%

Masa Kerja

(22)

41-65 tahun 10 27,8 1 2,8 0 0,0

>65 tahun 0 0,0 0 0,0 0 0,0

Jenis Kelamin

Wanita 15 41,7 7 19,4 2 5,6

Pria 11 30,6 1 2,8 0 0,0

Status Pernikahan

Nikah 21 58,3 7 19,4 1 2,8

Belum

Nikah 5 13,9 1 2,8 1 2,8

Pendidikan

D3 16 44,4 4 11,1 2 5,6

S1 10 27,8 4 11,1 0 0,0

Masa Kerja

< 5 tahun 11 30,6 6 16,7 1 2,8

5 - 10 tahun 7 19,4 1 2,8 1 2,8

> 10 tahun 8 22,2 1 2,8 0 0,0 Ket.: F = frekuensi, % = persentase

Sumber: data olah SPSS v21.1

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa dari 36 perawat di ruang Instalasi Perawatan Intensif, sebanyak 16 orang (44,4%) yang berusia antara 20-40 tahun memiliki tingkat stres ringan, diikuti dengan usia 41-46 tahun yang juga memiliki stres ringan sebanyak 10 orang (27,8%) dan yang memiliki stres sedang dengan usia antara 41-65 tahun sehanyak 1 orang (2,8%).

Berdasarkan jenis kelamin dari 36 perawat di ruang Instalasi Perawatan Intensif,sebanyak 15 orang adalah wanita yang memiliki tingkat stres ringan (41,7%) sedangkan yang memiliki stres sedang sebanyak 7 orang (19,4%) dan 2 orang memiliki stres berat (5,6%).

Berdasarkan status pernikahan dari 36 perawat di ruang Instalasi Perawatan Intensif, sebanyak 21 orang yang sudah menikah mayoritas memiliki stres ringan (58,3%), 7 orang memiliki stres sedang dan sangat sedikit yang sudah menikah memiliki stres berat yaitu sehanyak 1 orang (2,8%) sedangkan 2 orang lainnya yang belum menikah dan sudah menikah masing-masing memiliki stres sedang dan berat (2,8%). Berdasarkan tingkat pendidikan dari 36 perawat di ruang Instalasi Perawatan Intensif, sebanyak 16 orang yang

berpendidikan terakhir D3 mayoritas memiliki stres ringan (44,4%) dan sangat sedikit yang berpendidikan terakhir D3 memiliki stres berat yaitu sebanyak 2 orang (5,6%).

Berdasarkan masa kerja dari 36 perawat di ruang Instalasi Perawatan Intensif, sebanyak 11 orang yang memiliki masa kerja sekitar kurang dari 5 tahun mayoritas yang memiliki stres ringan (30,6%).

Gambaran Daya Tahan Stres

berdasarkan Karakteristik Individu Pada tabel 4.4 dapat dilihat gambaran daya tahan terhadap stres perawat di Instalasi Perawatan Intensif di rumah sakit Immanuel Bandung yang dihubungkan dengan karakteristik individu yang meliputi usia, jenis kelamin, status pernikahan, pendidikan dan masa kerja.

Tabel 4.4 Gambaran Daya Tahan Stres Berdasarkan Karakteristik Individu

Karakteristk

Individu Kebal

Kurang Kebal

F % F %

Usia

20-40 tahun 4 11,1 21 58,3

41-65 tahun 6 16,7 5 13,9

>65 tahun 0 0,0 0 0,0

Jenis Kelamin

Wanita 5 13,9 19 52,8

Pria 6 16,7 6 16,7

Status Pernikahan

Nikah 8 22,2 21 58,3

Belum

Nikah 2 5,6 5 13,9

Pendidikan

D3 6 16,7 16 44,4

S1 4 11,1 10 27,8

Masa Kerja

< 5 tahun 1 2,8 17 47,2

5 - 10 tahun 4 11,1 5 13,9

> 10 tahun 6 16,7 3 8,3 Ket.: F = frekuensi, % = persentase

Sumber: data olah SPSS v21.1

(23)

Perawatan Intensif, sebanyak 21 orang (58,3%) yang berusia antara 20-40 tahun kurang kebal terhadap stres sedangkan yang berusia 41-65 tahun yakni sebanyak 5 orang kurang kebal terhadap stres (13,9%). Berdasarkan jenis kelamin dari 36 perawat di Instalasi Perawatan Intensif, sebanyak 19 orang perawat wanita yang tidak kebal terhadap stres (52,8%) dan 6 orang perawat pria yang kebal terhadap stres dan kurang kebal masing-masing sebanyak 16,7%.

Berdasarkan status pernikahan dari 36 perawat di Instalasi Perawatan Intensif, sebanyak 21 orang yang sudah menikah mayoritas kurang kebal terhadap stres (58,3%) dan 2 orang yang belum menikah kebal terhadap stres (5,6%).

Berdasarkan pendidikan dari 36 perawat di Instalasi Perawatan Intensif, sebanyak 16 orang yang berpendidikan terakhir D3 mayoritas kurang kebal terhadap stres (44,4%) dan 4 orang yang berpendidikan S1 kebal terhadap stres (11,1%).

Berdasarkan masa kerja dari 36 perawat di Instalasi Perawatan Intensif, sebanyak 17 orang yang memiliki masa kerja sekitar kurang dari lima tahun mayoritas yang memiliki daya tahan terhadap stres yang kurang kebal (47,2%) dan hanya 1 orang yang bekerja kurang dari lima tahun kebal terhadap stres (2,8%).

Pembahasan

Tingkat stres kerja di Instalasi Perawatan Intensif dipengaruhi oleh beberapa faktor yang merupakan stresor. Faktor pertama yaitu beban kerja. Perawat yang bekerja di Instalasi Perawatan Intensif pada umumnya memiliki beban kerja berlebih, yang mana harus melakukan observasi pasien secara ketat, kontak langsung dengan pasien secara terus menerus dan beragamnya pekerjaan yang harus dilakukan. Hal ini dikarenakan kondisi pasien yang ditangani adalah pasien yang memerlukan penanganan secara total. Faktor kedua yaitu keseimbangan jumlah rasio tenaga perawat dan pasien dimana seharusnya perbandingan antara perawat instalasi perawatan intensif dan pasien adalah 1:1. Tidak seimbangnya rasio perawat dan pasien dapat meningkatkan beban kerja perawat sehingga kondisi ini dapat memicu terjadinya stres kerja bagi perawat.11,12

Stresor-stresor pada perawat tersebut secara fisiologis akan ditangkap oleh panca indra kemudian mengaktivasi HPA

(Hypotalamic-Pituitary-Adrenal) axis yang berujung pelepasan beberapa hormon yang akan memengaruhi keadaan organ vital sebagai mekanisme respon stres. Dalam hal ini, perawat yang bersangkutan sudah mengalami stres kategori ringan. Apabila stresor terus bertahan, tubuh akan terus melawan secara aktif, misalnya ACTH

(adrenocorticotropic hormone) akan terus meningkat. Namun, bila keadaan stres ini berlangsung lama maka sumber daya tahan tubuh akan berkurang bahkan habis, gejala psikosomatis timbul dan tubuh menjadi rentan terhadap penyakit. Tingkatan stres telah berubah menjadi kategori stres sedang sampai berat. Hal tersebut dapat mengakibatkan menurunnya kinerja perawat.13,14

Karakteristik responden yang dinilai dalam penelitian ini meliputi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status perkawinan, dan lama kerja. Berdasarkan hasil penelitian terhadap umur, dapat diketahui bahwa mayoritas umum responden adalah berusia diantara 20-40 tahun, sebagai mana dinyatakan oleh Erickson bahwa pada umur tersebut termasuk dalam tahap perkembangan dewasa awal.15 Untuk jenis kelamin, mayoritas responden adalah wanita dan untuk tingkat pendidikan mayoritas memiliki pendidikan terakhir D3 Keperawatan. Berdasarkan status perkawinan mayoritas responden sudah menikah dan untuk lama kerja mayoritas memiliki masa kerja 5–10 tahun.

Penelitian ini menunjukkan bahwa dari 36 perawat yang bekerja di Instalasi Perawatan Intensif rumah sakit Immanuel Bandung tahun 2014 memiliki tingkat stres ringan. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Jusnimar yang menyatakan bahwa perawat di ruang Intensive Care Unit (ICU)

RS Kanker Dharmais Jakarta mengalami stres kerja kategori sedang.16

(24)

Sementara itu, untuk tingkat stres berdasarkan umur menunjukkan bahwa mayoritas responden yang berumur 20-40 tahun (dewasa awal) memiliki stres ringan dan kurang kebal terhadap stres. Responden pada kelompok usia ini yang memiliki tingkat stres sedang dan berat pun lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok umur 41-65 tahun. Penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Tobing yang menyatakan bahwa mayoritas perawat mengalami stres kerja pada kelompok umur dewasa awal.17 Hal ini berhubungan erat dengan maturitas atau tingkat kedewasaan seseorang. Semakin tua umur seseorang,

maka akan semakin meningkat

kedewasaannya, kematangan jiwanya dan lebih mampu dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.18 Seiring dengan bertambahnya umur maka akan meningkat pula kemampuan membuat keputusan, berpikir rasional, semakin bijaksana, mampu mengendalikan emosi, lebih toleran, dan terbuka dengan pandangan atau pendapat orang lain sehingga ketahanan dirinya terhadap stres akan meningkat.

Pada tingkat stres yang dihubungkan dengan jenis kelamin, dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa wanita lebih tinggi tingkat stresnya dibandingkan pria dan kurang kebal terhadap stres, yang mana mayoritas responden mengalami stres ringan. Hal ini mungkin dikarenakan jumlah responden pada penelitian ini yang lebih banyak wanita dibandingkan pria, sehingga penelitian lebih lanjut dengan jumlah proporsi yang sesuai antara pria dan wanita sangat dibutuhkan untuk menggambarkan tingkat stres berdasarkan jenis kelamin. Sedangkan responden yang memiliki stres berat sangat sedikit yaitu masing-masing sebanyak dua orang, pria dan wanita. Penelitian ini sejalan dengan penelitan sebelumnya oleh Saikhunuddin yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan tingkat stres kerja perawat ICU.19 Tidak ada perbedaan yang konsisten pada laki-laki dan perempuan dalam hal kemampuan berfikir, menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja, motivasi, keterampilan dan analisis.20

Sementara itu, tingkat stres kerja berdasarkan status perkawinan, pada penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian

besar responden yang sudah menikah memiliki tingkat stres yang lebih tinggi dan kurang kebal terhadap stress dibandingkan yang belum menikah, dimana mayoritas responden memiliki stres ringan sedangkan yang memiliki stres sedang sebanyak 7 orang dan stres berat 1 orang. Penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Puteri yang menyatakan bahwa sebagian besar perawat yang sudah menikah mengalami stres kerja. Status perkawinan mempunyai hubungan dengan tanggung jawab dan kinerja pegawai; bagi yang sudah menikah, pekerjaan menjadi hal yang lebih utama dibandingkan bagi yang belum menikah.21 Hal ini disebabkan seseorang yang sudah menikah memiliki peran dan tanggung jawab yang lebih dalam hal perannya sebagai suami/istri dibandingkan yang belum menikah. Selain itu, waktu kerja perawat adalah kerja shift sehingga

kemungkinan berkurangnya waktu

kebersamaan dalam keluarga yang dapat meningkatkan risiko untuk tercetusnya stres. Tingkat stres kerja berdasarkan tingkat pendidikan dalam penelitian ini menunjukkan responden yang memiliki pendidikan terakhir D3 Keperawatan memiliki tingkat stres yang lebih tinggi dan kurang kebal terhadap stress dibandingkan responden yang memiliki pendidikan terakhir S1 Keperawatan yang mayoritas memiliki stres ringan, namun sebagian kecil stres sedang dan berat. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula tingkat pengetahuan dan keterampilannya.22 Dengan semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka diharapkan daya nalar dan daya kritiknya akan semakin tinggi seiring dengan intelektualitasnya sehingga individu akan lebih dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

(25)

bekerja, semakin mudah dalam menyesuaikan pekerjaannya sehingga semakin bisa dalam menghadapi tekanan dalam bekerja.

Simpulan

Berdasarkan pada hasil analisis dan pembahasan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Tingkat stres para perawat Instalasi Perawatan Intensif di rumah sakit Immanuel Bandung tergolong ringan.

2. Daya tahan stres para perawat Instalasi Perawatan Intensif di rumah sakit Immanuel Bandung tergolong kurang kebal terhadap stres.

3. Tingkat stres para perawat Instalasi Perawatan Intensif di rumah sakit Immanuel Bandung mayoritas tergolong ringan dengan usia perawat antara 20-40 tahun, mayoritas wanita, sudah menikah dengan pendidikan D3 dan lama kerja dibawah 5 tahun.

4. Daya tahan stres para perawat Instalasi Perawatan Intensif di rumah sakit Immanuel Bandung mayoritas tergolong kurang kebal dengan usia perawat antara 20-40 tahun, mayoritas wanita, sudah menikah dengan pendidikan D3 dan lama kerja di bawah 5 tahun.

DAFTAR PUSTAKA

1. Riggio, R. E., 1990. Introduction to Industrial/ Organizational Psychology. USA

2. Handoko T., 2008. Manajemen

Personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE

3. Depkes RI., 2006. Standar Pelayanan Keperawatan ICU. Direktorat Keperawatan dan Keteknisian Medik Direktorat Jendral Pelayanan Medik. Jakarta: Depkes RI.

4. Meltzer, L. S., & Huckabay, M. L., 2004. Critical care nurse’s perceptions

of futile care and its effect on burnout.American Jo urnal of Critical Care

5. Selye, Hans. 1974. Stress without distress. Philadelphia: Lippincott Scott, Foresman and Company.

6. Atwater, E., 1983. Psychology of Adjustment: Personal Growth in a Changing World, second edition. USA: Prentice-Hall, Inc.

7. Holmes, T. H., Rahe, R. H. 1967.

Journal of Psychosomatic Research. Volume 11. Northern Ireland: Pergamon Press

8. Hawari, Dadang., 2009. Psikometri Kesehatan Jiwa. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

9. Hawari, Dadang., 2009. Psikometri Kesehatan Jiwa. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

10. Ciccarelli, Saumdra K. & Meyer. 2006.

Psychology. New Jersey: Pearson education, Inc.

11. Stordeur, S, Dhoore, W. And Vandenberghe, C., 2001 .Leadership, Organisational stress and emotional exhaustion among hospital nursing staff. Journal of Advanced Nursing.

12. Jusnimar. 2012. Gambaran Tingkat Stres Kerja Perawat Intensive Care (ICU) di RS Kanker Dharmais. Skripsi. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

13. Tobing. 2009. Gambaran Stres Kerja Pada Perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi Tahun 2007. Skripsi. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatra Utara.

14. Siagian, S. P., 2001.Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Erlangga

15. Ciccarelli, Saumdra K. & Meyer. 2006.

Psychology. New Jersey: Pearson education, Inc.

16. Jusnimar. 2012. Gambaran Tingkat Stres Kerja Perawat Intensive Care (ICU) di RS Kanker Dharmais. Skripsi. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

(26)

18. Siagian, S. P., 2001.Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Erlangga

19. Saikhunuddin. 2009. Hubungan Faktor Individu dengan Tingkat Stres Kerja Perawat di ICU RSUD Ibnu Sina Kabupaten Gresik. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan Masyaakat. Universitas Airlangga.

20. Robbins, S. P., 2003. Perilaku Manusia. Edisi Bahasa Indonesia Jilid 1.Jakarta : PT Prenhallindo.

21. Robbins, S. P., 2003. Perilaku Manusia. Edisi Bahasa Indonesia Jilid 1.Jakarta : PT Prenhallindo.

22. Siagian, S. P., 2001.Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Erlangga

23. Erns, Franco, Messmer & Gonzalez. 2004. Nurses job satisfaction, stress, and recognition in paediatric setting.

(27)

48

DAFTAR PUSTAKA

Abraham & Shanley. 1997. Psikologi Sosial untuk Perawat. Jakarta: EGC

Agnew, White, 1992.

Criminology:

An emperial test of general strain theory. Journal

of the American Society of Criminology. Volume 30.

San Fransisco

Anoraga, Panji. 2001. Psikologi Kerja. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Amiyanti, L. 2000. Analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan stres kerja pada

perawat pelaksana di Instalasi Gawat Darurat RSUPN Ciptomangunkusumo. Tesis

Pascasarjana. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Astuti, C. D., 2003. Hubungan Kualitas Komunikasi & Toleransi Stres dalam

Pernikahan

.

Suksma: I

Atkinson, R.L, Atkinson, R.C, Hilgard, E.R., 1991. Pengantar Psikologi. Edisi 8.

Jakarta:Erlangga.

Atwater, E., 1983

. Psychology of Adjustment: Personal Growth in a Changing World,

second edition.

USA: Prentice-Hall, Inc.

Carson, R. C. dan Butcher., J. N. 1992.

Abnornal Psychology and Modern Life.

USA:

Harper Collins Publisher

Chaplin, J.P., 2001. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: P.T. Raja Grafindo Persada

Ciccarelli, Saumdra K. & Meyer. 2006.

Psychology

. New Jersey: Pearson education,

Inc.

Cofer, C. N. and Appley M. M., 1964.

Motivation: Theory and Research.

New York:

John Willey & Sons.

Depkes RI., 2006. Standar Pelayanan Keperawatan

ICU

. Direktorat Keperawatan dan

Keteknisian Medik Direktorat Jendral Pelayanan Medik. Jakarta: Depkes RI.

Dorland, Newman., 2004. Kamus Kedokteran

Dorland

. EGC, Jakarta. Hal 133.

Erns, Franco, Messmer& Gonzalez. 2004

. Nurses job satisfaction, stress, and

recognition in paediatric setting.

Diunduh dari

http://proquest.com

Gibson, James, L., John. M, Invacevich dan James H Donnely Jr., 1984. Organisasi

(28)

Giordano, F.J., 2005.

Oxygen, oxidative stress, hypoxia, and heart failure

. J. Clin.

Invest

Gregson, N., Metcalfe, A. & Crewe, L., 2007.

Identity, mobility and the throwaway

society.Environment and Planning D: Society and Space

Guyton C. A., Hall E. J. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC

Ellis, R., Basturkmen, H. & Loewen, S., 2001.

Learner uptake in communicative ESL

lessons.

Language Learning

Handoko T., 2008. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:

BPFE

Hardjana, Agus M., 1997. 35 Cara Mengurangi Stres. Yogyakarta: Kanisius

Hawari, Dadang., 2008.

Manajemen Stres Cemas dan Depresi

.

Jakarta: Balai Penerbit

FKUI.

Hawari, Dadang., 2009. Psikometri Kesehatan Jiwa

.

Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Holmes, T. H., Rahe, R. H. 1967.

Journal of Psychosomatic Research. Volume 11

.

Northern Ireland: Pergamon Press

Hudak, Gallo., 1995. Keperawatan Kritis Pedekatan Holistik Edisi VI. Jakarta: EGC.

Izzaty

,R.E.,

1996.

Penerimaan Diri dan Toleransi Terhadap Stres pada Wanita

Berperan Ganda. Yogyakarta

Jusnimar. 2012. Gambaran Tingkat Stres Kerja Perawat

Intensive Care (ICU)

di RS

Kanker Dharmais. Skripsi. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Kapplan, Sadock, Grebb, 1997.

Kaplan dan Sadock

Sinopsis Psikiatri

.

Jilid Kedua.J

akarta: Bina Rupa Aksara. Hal 1-90.

Keliat, B. A., 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi I. Jakarta: EGC

Kisker W.G., 1977.

The organized personality.

3

rd

ed. Japan:McGraw Hill

Kuruvilla, J. 2007

. Essentials of critical care nursing

. New Delhi: Jaypee

Lazarus RS, Folkman S., 1984.

Stress Appraisal and Coping

. Springer Publishing

Company. New York

(29)

50

Maramis.W.F.2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa.Surabaya: Airlangga University

Press

Meltzer, L. S., & Huckabay, M. L., 2004.

Critical care nurse’s perceptions of futile

care and its effect on burnout

.American Jo urnal of Critical Care

Potter, P.A, Perry, A.G., 2205. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,

Proses, dan Praktik.Edisi 4.Volume 2. Alih Bahasa: Renata Komalasari, dkk.

Jakarta: EGC.2005

Quick, J. C., & Quick, J. D., 1984.

Organizational Stress And Preventive

Management

. USA: McGraw-Hill, Inc

Riggio, R. E., 1990.

Introduction to Industrial/ Organizational Psychology

. USA.

Robbins, S. P., 2003. Perilaku Manusia. Edisi Bahasa Indonesia Jilid 1.Jakarta : PT

Prenhallindo.

Rosjidi, Cholik Harun., 2009. Asuhan Simposium

Pendekatan Holistik

Kardiovaskular. Jakarta: Pusat informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit

Dalam FKUI

Saikhunuddin. 2009. Hubungan Faktor Individu dengan Tingkat Stres Kerja Perawat

di ICU RSUD Ibnu Sina Kabupaten Gresik. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan

Masyaakat. Universitas Airlangga.

Santrock, J.W., 2000.

Psychology

. Toronto: Mc Graw Hill Companies

Selye, Hans. 1974.

Stress without distress.

Philadelphia: Lippincott Scott, Foresman

and Company.

Sheridan, C. L., Radmacher, S. A. 1992.

Health Psychology: Challenging The

Biomedical Model.

Canada: John Wiley and Sobs, Inc.

Siagian, S. P., 2001.Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Erlangga

Siregar, S.p P. 2003. Farmasi rumah sakit: Teori dan penerapannya. Jakarta: EGC

Soewadi., 1999. Simtomatologi dalam Psikiatri

.

Fakultas Kedokteran UGM.

Yogyakarta.

(30)

Stordeur, S, Dhoore, W. And Vandenberghe, C., 2001 .

Leadership, Organisational

stress and emotional exhaustion among hospital nursing staff. Journal of

Advanced Nursing.

Te Oh., 1990.

Intensive care manual

. (third edition). Sydney, London,

Boston,Singapore, Toronto, Wellington: Butterworths.

Tobing. 2009. Gambaran Stres Kerja Pada Perawat di Rumah Sakit Umum Daerah

Sidikalang Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi Tahun 2007. Skripsi. Fakultas

Ilmu Keperawatan Universitas Sumatra Utara.

Welda A., 2012. Hubungan karakteristik perawat, isi pekerjaan dan lingkungan kerja

dengan kepuasan kerja perawat di instalasi rawat inap RS MH Thamrin Salemba.

Depok: Universitas Indonesia

Yusuf, Syamsu. 2004.

Mental Hygiene

(Pengembangan Kesehatan Mental dalam

Kajian Psikologi)

.

Bandung: Bani Quraisy

Widyasari. 2002. Stress Kerja dan Dampaknya. Team-e-psikologi.com, Informasi

Gambar

Gambar 4.1 berdasarkan Usia
Gambar 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja
Tabel 4.4 Gambaran Daya Tahan Stres Berdasarkan Karakteristik Individu Kurang

Referensi

Dokumen terkait

 Informasi tujuan pembelajaran yaitu: dengan menggunakan langkah-langkah pemecahan masalah yang logis dan sesuai dengan algoritma pemecahan masalah peserta didik

BATASAN PERMINTAAN DARI PIHAK KETIGA UNTUK MENDAPATKAN GRATIFIKASI/HADIAH DAN HIBURAN (ENTERTAINMENT) YANG TIDAK SESUAI DENGAN KETENTUAN PERUSAHAAN. Insan Perusahaan

spesifik identitas transnasional 26. Selanjutnya Cronin menyebutkan tiga elemen penting di dalam pembangunan Security Community, yakni: 1) identitas transnasional; 2) persepsi

Berdasarkan analisa data dari hasil behaviour diketahui adanya pengaruh pelatihan konsep diri terhadap konsep diri yang dimiliki antara sebelum dan sesudah

HUBUNGAN ASUPAN MIKRONUTRIEN TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN DENGAN KESEGARAN JASMANI REMAJA PUTRI. Citta Cendani*Etisa

Padahal keberadaan BP4 ini merupakan suatu rangkaian yang tak dapat dipisahkan dengan sistem perkawinan yang sejak dahulu sudah menjadi urusan pemerintah melalui

Informasi mengenai penggunaan air perasan jeruk nipis sebagai acidifier untuk mengubah profil lemak pada ayam pedaging masih kurang sehingga dilakukan penelitian

Adi Nugroho,SPA akan presentasi dalam kegiatan Seminar yang akan diselenggarakan pada tanggal 23 Maret 2018 , anda diminta untuk mencarikan informasi tentang :. “ Pentingnya