• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penetapan Kadar Kalsium pada Daun katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr.) dari Daerah Karo dengan Daerah Pematang Johar Secara Spektrofotometri Serapan Atom

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penetapan Kadar Kalsium pada Daun katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr.) dari Daerah Karo dengan Daerah Pematang Johar Secara Spektrofotometri Serapan Atom"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

PENETAPAN KADAR KALSIUM PADA DAUN KATUK

(Sauropus androgynus (L.) Merr.) DARI DAERAH KARO DENGAN

DAERAH PEMATANG JOHAR SECARA SPEKTROFOTOMETRI

SERAPAN ATOM

SKRIPSI

OLEH:

NOVA DRIYANTI MANIK

NIM 091524005

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

(2)

PENETAPAN KADAR KALSIUM PADA DAUN KATUK

(Sauropus androgynus (L.) Merr.) DARI DAERAH KARO DENGAN

DAERAH PEMATANG JOHAR SECARA SPEKTROFOTOMETRI

SERAPAN ATOM

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

NOVA DRIYANTI MANIK

NIM 091524005

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

PENETAPAN KADAR KALSIUM PADA DAUN KATUK

(Sauropus androgynus (L.) Merr.) DARI DAERAH KARO DENGAN DAERAH PEMATANG JOHAR SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

OLEH:

NOVA DRIYANTI MANIK NIM 091524005

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal: Agustus 2011

Medan, Agustus 2011

Disetujui Oleh:

Pembimbing I, Panitia Penguji,

Drs. Chairul Azhar Dalimunthe, M.Sc., Apt. Drs. Muchlisyam, M.Si, Apt.

NIP 194907061980021001 NIP 195006221980021001

Pembimbing II, Drs. Chairul Azhar Dalimunthe, M.Sc., Apt. NIP 1940706198002001

Dra. Nurmadjuzita, M.Si., Apt. Drs. Maralaut Batubara, M.Phill., Apt.

NIP 194809041974122001 NIP 195101311976031003

Dra. Sudarmi, M.Si., Apt.

NIP 195409101983032001

Dekan,

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan

berkatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi

pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, dengan judul “Penetapan Kadar

Kalsium pada Daun katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr.) dari Daerah Karo dengan Daerah Pematang Johar Secara Spektrofotometri Serapan Atom”.

Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Teristimewa buat keluargaku Papaku T. Manik, S.Pd., Mamaku S. Br. Simarmata,

Abangku Franky, STP., dan Kakakku Fenny, Amk., yang telah banyak memberikan

dukungan baik moril, materi, kasih sayang dan doa yang tulus. Semua ini kupersembahkan

untuk kalian.

2. Bapak Drs. Chairul Azhar Dalimunthe, M.Sc., Apt., dan Ibu Dra. Nurmadjuzita, M.Si.,

Apt., yang telah membimbing dan memberikan petunjuk serta saran-saran selama

penelitian hingga selesainya skripsi ini.

3. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan, staf pengajar dan staf

administrasi Fakultas Farmasi yang telah mendidik penulis selama masa perkuliahan dan

membantu kemudahan administrasi.

4. Ibu Dra. Anayanti Arianto, M.Si., Apt., selaku penasihat akademik yang telah memberikan

bimbingan kepada penulis selama masa perkuliahan.

5. Ibu Dra. Masfria, M.Si., Apt., selaku Kepala Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif

Farmasi USU yang telah memberikan izin dan fasilitas untuk penulis sehingga dapat

(5)

6. Bapak Baharuddin AR selaku penanggung jawab Laboratorium Balai Pusat Penelitian

Kelapa Sawit (BPPKS) Medan dan Bapak Hambali selaku Operator Laboratorium Pusat

Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan yang telah memberikan fasilitas kepada penulis

selama melaksanakan penelitian.

7. Spesial untuk sahabat-sahabatku Diles, Sondank, Esna, Docy, Permunth, David, Mirna,

Kak Maria, Debi, Kak Wina, Kak Vera, Kak Nova, Nengsih, dkk dan seluruh

teman-teman Ekstensi angkatan 2009. Terima kasih buat persaudaraan selama ini.

8. Serta seluruh pihak yang telah ikut membantu penulis namun tidak tercantum namanya.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan

jauh dari kesempurnaan, baik dari segi penulisan maupun isinya. Maka dengan segala

kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan masukan dari semua pihak guna

kesempurnaan skripsi ini.

Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat member manfaat bagi kita semua.

Medan, Agustus 2011 Penulis,

(6)

PENETAPAN KADAR KALSIUM PADA DAUN KATUK

(Sauropus androgynus (L.) Merr.) DARI DAERAH KARO DENGAN DAERAH PEMATANG JOHAR SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

ABSTRAK

Daun katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr.) merupakan sayuran yang dikonsumsi di kalangan masyarakat. Selain harganya yang relatif murah dan mudah di dapat, daun katuk ini sangat baik untuk kesehatan karena mengandung gizi yang cukup tinggi. Dalam kehidupan sehari – hari, masyarakat mengkonsumsi daun katuk untuk memperlancar produksi ASI, diduga karena kadar kalsium yang cukup tinggi memenuhi kebutuhan tulang bayi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah daun katuk memiliki kadar kalsium yang berbeda antara daerah Karo dengan daerah Pematang Johar.

Analisis kualitatif kalsium (Ca) dilakukan dengan pereaksi H2SO4 1N+etanol dengan

nyala Ni/Cr. Penetapan kadar dilakukan dengan metode spektrofotometri serapan atom nyala udara asetilen pada panjang gelombang 422,7 nm.

Hasil penetapan kadar kalsium untuk daerah Karo adalah 440,3404 ± 0,0634 mg/100g, untuk daerah Pematang Johar adalah 274,7853 ± 0,0399 mg/100g. Uji validasi metode memberikan hasil akurasi, batas deteksi dan batas kuantitasi yang dapat diterima dengan persen perolehan kembali untuk Ca adalah 91,4172 % dengan nilai LOD 0,0783 mcg/ml dan LOQ 0,2621 mcg/ml.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa daun katuk memiliki kadar kalsium yang berbeda antara daerah Karo dengan daerah Pematang Johar.

(7)

DETERMINATION OF CALSIUM IN KATUK LEAF’S

(Sauropus androgynus ( L.) Merr.) REGION OF KARO WITH REGION OF PEMATANG JOHAR BY ATOMIC ABSORPTION SPECTROPHOTOMETRY

ABSTRACT

Katuk leaf’s (Sauropus androgynus (L.) Merr.) constituting consumed vegetable among society. Besides it’s relative cheap price and easy at gets, this katuk leaf’s is good for health because contain high enough nutrient. In a life every day, people consume katuk leaf’s to fluent ASI production, estimate because level of calcium high enough that complete necessity the baby bone. The purpose of this study was to determine the level of calcium that variably between region of Karo with region of Pematang Johar.

Qualitative analysis calcium (Ca) is performed with H2SO4 1N+etanol and Ni/Cr

flame. The determination is conducted by atomic absorption spectrophotometer method with air-acetylene flame at the 422.7 nm.

The result indicate calcium for region of Karo is 440.3404 ± 0.0634 mg /100g, for region of Pematang Johar is 274.7853 ± 0.0399 mg/100g. Method validation test exhibited accuracy with percent recovery was 91.42%. Limits of detection (LOD) was 0.0783 mcg/ml and limits of quantitation (LOQ) was 0.2621 mcg/ml.

The result showed that katuk leaf’s contain different level of Calsium between region of Karo with region of Pematang Johar.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Hipotesis ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... 3

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Daun katuk ... 5

2.1.1 Deskripsi Tumbuhan... 5

2.2 Mineral. ... 6

2.2.1 Kalsium... 7

2.2.2 Fungsi Kalsium ... 7

(9)

2.2.4 Sumber Kalsium ... 8

2.2.5 Ekskresi Kalsium ... 8

2.2.6 Akibat Kekurangan Kalsium ... 9

2.3 Kandungan Tanah di Daerah Karo dan Pematang Johar ... 9

2.4 Spektrofotometri Serapan Atom. ... 10

2.4.1 Prinsip Dasar Spektrofotometri Serapan Atom ... 10

2.4.2 Bahan Bakar dan Bahan Pengoksidasi ... 13

2.5 Validasi Metode Analisis ... 13

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 16

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian...16

3.2 Bahan-bahan ... 16

3.2.1 Sampel ... 16

3.2.2 Pereaksi ... 16

3.3 Alat-alat ... 16

3.4 Pembuatan Pereaksi...17

3.4.1 Larutan HNO3 5N ... 17

3.4.2 Asam Sulfat 10% v/v ... 17

3.5 Prosedur Penelitian... 17

3.5.1 Pengambilan Sampel ... 17

3.5.2 Penyiapan Sampel ... 17

3.5.3 Proses Destruksi ... 18

3.5.4 Pembuatan Larutan Sampel ... 18

3.5.5 Pemeriksaan Kualitatif ... 18

(10)

3.5.6 Pemeriksaan Kuantitatif ... 19

3.5.6.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi Logam Kalsium ... 19

3.5.6.2 Penetapan Kadar Logam Kalsium ... 19

3.5.6.2.1 Perhitungan Kadar Logam Kalsium ... 19

3.5.7 Penentuan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi ... 20

3.5.8 Uji Akurasi dengan Persen Perolehan Kembali (Recovery) .. 20

3.5.9 Uji Presisi ... 21

3.5.10 Analisis Data Secara Statistik ... 22

3.5.10.1 Penolakan Hasil Pengamatan ... 22

3.5.10.2 Pengujian Beda Nilai Rata-rata... 23

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25

4.1 Analisis Kualitatif... 25

4.2 Pemeriksaan Kuantitatif ... 25

4.2.1 Kurva Kalibrasi Kalsium ... 25

4.2.2 Kadar Kalsium pada Sampel Daun katuk Karo dan Sampel Daun katuk Pematang Johar ... 27

4.3 Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi ... 29

4.4 Uji Perolehan Kembali ... 29

4.5 Uji Presisi ... 30

4.6 Uji Statistik ... 30

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 32

5.1 Kesimpulan ... 32

5.2 Saran ... 32

DAFTAR PUSTAKA ... 33

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Nilai Qkritis pada Taraf Kepercayaan 95% ... 22

Tabel 4.1 Hasil Analisa Kualitatif ... 25

Tabel 4.2 Data Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Ca ... 26

Tabel 4.3 Data Serapan Daun katuk Karo dan Pematang Johar ... 27

Tabel 4.4 Kadar Kalsium (mg/100g) dalam Daum katuk Karo dan Daun katuk Pematang Johar ... 28

Tabel 4.5 Data Hasil Pengukuran Uji Perolehan kembali pada Daun katuk Karo ... 29

(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Komponen Spektrofotometer Serapan Atom ... 13

Gambar 4.1 Kurva Kalibrasi Larutan Standar Ca ... 26

Gambar 3 Gambar Tanaman Daun Katuk ... 35

Gambar 4 Gambar kristal Kalsium Sulfat ... 37

Gambar 5 Alat Spektrofotometri Serapan Atom ... 53

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Gambar Tanaman Daun Katuk ... 35

Lampiran 2 Bagan Alir Proses Destruksi ... 36

Lampiran 3. Hasil Analisis kualitatif logam Kalsium ... 37

Lampiran 4 Hasil Pengukuran absorbansi Larutan Standar Kalsium (Ca) Perhitungan Persamaan Garis Regresi dan Koefisien Korelasi Dari Data Kalibrasi Ca ... 38

Lampiran 5 Perhitungan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi Ca ... 39

Lampiran 6 Contoh Perhitungan Hasil Penetapan Kadar Ca dalam Sampel ... 40

Lampiran 7 Data Hasil Berat Sampel, Absorbansi, Konsentrasi dan Kadar Ca dalam Daun katuk Karo dengan 6 kali Replikasi ... 41

Lampiran 8 Data Hasil Berat Sampel, Absorbansi, Konsentrasi dan Kadar Ca dalam Daun katuk Pematang Johar dengan 6 kali Repilkasi .... 41

Lampiran 9 Perhitungan Kadar Kalsium pada Daun katuk Karo dan Daun katuk Pematang Johar ... 42

Lampiran 10 Perhitungan Statistik Kadar Ca pada Sampel... ... 45

Lampiran 11 Pengujian Beda Nilai Rata-rata Kadar Kalsium dalam Sampel .... 47

Lampiran 12 Perhitungan Kadar Ca dalam Sampel Daun katuk Karo untuk Recovery... ... 49

Lampiran 13 Perhitungan Uji Perolehan Kembali dalam Daun katuk Karo ... 51

Lampiran 14 Data % Recovery Kalsium... ... 52

Lampiran 15 Alat Spektrofotometri Serapan Atom ... 53

Lampiran 16 Alat Tanur... ... 54

Lampiran 17 Nilai Distribusi t ... 55

(14)

PENETAPAN KADAR KALSIUM PADA DAUN KATUK

(Sauropus androgynus (L.) Merr.) DARI DAERAH KARO DENGAN DAERAH PEMATANG JOHAR SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

ABSTRAK

Daun katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr.) merupakan sayuran yang dikonsumsi di kalangan masyarakat. Selain harganya yang relatif murah dan mudah di dapat, daun katuk ini sangat baik untuk kesehatan karena mengandung gizi yang cukup tinggi. Dalam kehidupan sehari – hari, masyarakat mengkonsumsi daun katuk untuk memperlancar produksi ASI, diduga karena kadar kalsium yang cukup tinggi memenuhi kebutuhan tulang bayi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah daun katuk memiliki kadar kalsium yang berbeda antara daerah Karo dengan daerah Pematang Johar.

Analisis kualitatif kalsium (Ca) dilakukan dengan pereaksi H2SO4 1N+etanol dengan

nyala Ni/Cr. Penetapan kadar dilakukan dengan metode spektrofotometri serapan atom nyala udara asetilen pada panjang gelombang 422,7 nm.

Hasil penetapan kadar kalsium untuk daerah Karo adalah 440,3404 ± 0,0634 mg/100g, untuk daerah Pematang Johar adalah 274,7853 ± 0,0399 mg/100g. Uji validasi metode memberikan hasil akurasi, batas deteksi dan batas kuantitasi yang dapat diterima dengan persen perolehan kembali untuk Ca adalah 91,4172 % dengan nilai LOD 0,0783 mcg/ml dan LOQ 0,2621 mcg/ml.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa daun katuk memiliki kadar kalsium yang berbeda antara daerah Karo dengan daerah Pematang Johar.

(15)

DETERMINATION OF CALSIUM IN KATUK LEAF’S

(Sauropus androgynus ( L.) Merr.) REGION OF KARO WITH REGION OF PEMATANG JOHAR BY ATOMIC ABSORPTION SPECTROPHOTOMETRY

ABSTRACT

Katuk leaf’s (Sauropus androgynus (L.) Merr.) constituting consumed vegetable among society. Besides it’s relative cheap price and easy at gets, this katuk leaf’s is good for health because contain high enough nutrient. In a life every day, people consume katuk leaf’s to fluent ASI production, estimate because level of calcium high enough that complete necessity the baby bone. The purpose of this study was to determine the level of calcium that variably between region of Karo with region of Pematang Johar.

Qualitative analysis calcium (Ca) is performed with H2SO4 1N+etanol and Ni/Cr

flame. The determination is conducted by atomic absorption spectrophotometer method with air-acetylene flame at the 422.7 nm.

The result indicate calcium for region of Karo is 440.3404 ± 0.0634 mg /100g, for region of Pematang Johar is 274.7853 ± 0.0399 mg/100g. Method validation test exhibited accuracy with percent recovery was 91.42%. Limits of detection (LOD) was 0.0783 mcg/ml and limits of quantitation (LOQ) was 0.2621 mcg/ml.

The result showed that katuk leaf’s contain different level of Calsium between region of Karo with region of Pematang Johar.

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Mineral merupakan bagian dari tubuh dan memegang peranan penting dalam

pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ maupun fungsi tubuh secara

keseluruhan. Sumber mineral yang paling banyak adalah makanan hewani, kecuali

magnesium yang lebih banyak terdapat di dalam makanan nabati terutama sayuran hijau.

Sayuran hijau yang merupakan sumber unsur kalsium antara lain bayam, sawi, daun melinjo,

daun katuk, selada air dan daun singkong.

Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat di dalam tubuh, yaitu 1,5 – 2

% dari berat badan orang dewasa atau sekitar 1 kg, 99 % berada didalam jaringan keras, yaitu

tulang dan gigi. Angka kecukupan rata-rata sehari untuk kalsium bagi orang Indonesia

ditetapkan oleh Widyakarya Pangan dan Gizi LIPI (1998) yaitu untuk bayi 300-400 mg,

anak-anak 500 mg, remaja 600-700 mg, dewasa 500-800 mg (Almatsier, 2001), sedangkan untuk

ibu hamil dan menyusui adalah angka kecukupan kalsium orang dewasa ditambah 400 mg

(Anonim, 2009a).

Daun katuk merupakan sayuran yang dikonsumsi di kalangan masyarakat. Selain

harganya yang relatif murah dan mudah di dapat, daun ini sangat baik untuk kesehatan karena

mengandung gizi yang cukup tinggi. Tiap 100 gram daun katuk mengandung vitamin A

10370 SI, vitamin C 239 mg, Vitamin B1 0,10 mg, kalsium 204 mg, fosfor 83 mg, protein 4,8

gram, lemak 1,0 gram dan zat besi 2,7 mg (Depkes, 1996).

Dalam kehidupan sehari – hari, masyarakat mengkonsumsi daun katuk untuk

memperlancar produksi ASI, diduga karena kadar kalsium yang cukup tinggi untuk

memenuhi kebutuhan tulang bayi. Pada daun katuk terdapat suatu senyawa yang disebut

(17)

Kandungan kalsium pada daun katuk dipengaruhi oleh daerah tempat tumbuhnya.

Berdasarkan hal ini pengambilan sampel dilakukan di dua daerah yang berbeda, yaitu di Desa

Siabang-abang Kecamatan Kutabuluh Karo dan Dusun XIV Desa Pematang Johar Kecamatan

Labuhan Deli Kabupaten Deli Serdang. Kedua tempat ini memiliki kadar mineral yang

berbeda. Desa Siabang-abang Kecamatan Kutabuluh Karo mengandung mineral dolomit

(kapur) yang relatif besar, sehingga berpengaruh terhadap kadar kalsium yang terdapat di

dalam daun katuk. Sebaliknya, di daerah Dusun XIV Desa Pematang Johar Kecamatan

Labuhan Deli Kabupaten Deli Serdang tidak mengandung dolomit sehingga mengandung

kalsium yang relatif sedikit (Anonim, 2009c).

Berbagai metode penetapan kadar kalsium di berbagai literatur antara lain

kompleksometri, gravimetri dan spektrofotometri serapan atom. Dalam hal ini, penulis

menggunakan metode spektrofotometri serapan atom karena metode ini cepat, dapat

mengukur kadar logam dalam jumlah kecil, sensitif, selektif dan spesifik untuk setiap logam

tanpa dilakukan pemisahan (Khopkar, 2003).

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan

sebagai berikut:

a. Apakah terdapat perbedaan kadar kalsium dalam daun katuk ( Sauropus androgynus

(L.) Merr. ) antara daerah yang berkapur (Karo) dengan daerah yang tidak berkapur

(Pematang Johar)?

b. Apakah ada perbedaan kadar kalsium dalam daun katuk ( Sauropus androgynus (L.)

Merr. ) dari daerah yang berkapur (Karo) dan daerah yang tidak berkapur (Pematang

(18)

1.3 Hipotesis

Dalam penelitian ini diduga bahwa:

a. Daun katuk ( Sauropus androgynus (L.) Merr. ) memiliki kadar kalsium yang berbeda

antara daerah yang berkapur (Karo) dengan daerah yang tidak berkapur (Pematang

Johar).

b. Daun katuk ( Sauropus androgynus (L.) Merr. ) memiliki kadar kalsium yang berbeda dari daerah yang berkapur (Karo) dan daerah yang tidak berkapur (Pematang Johar)

dengan yang ada di literatur.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini:

a. Untuk mengetahui apakah kadar kalsium dalam daun katuk berbeda antara daerah

yang berkapur (Karo) dengan daerah yang tidak berkapur (Pematang Johar).

b. Untuk membandingkan kadar kalsium pada daun katuk dari daerah yang berkapur

(Karo) dan daerah yang tidak berkapur (Pematang Johar) dengan yang ada di literatur.

1.5. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini, masyarakat dapat mengetahui bahwa daun katuk dari daerah

yang berkapur (Karo) dan daerah yang tidak berkapur (Pematang Johar) memiliki kadar

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Daun katuk

Dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan, tanaman katuk dapat diklasifikasikan

sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Euphorbiales

Famili : Euphorbiaceae

Genus : Sauropus

Spesies : Sauropus androgynus (L.) Merr.

2.1.1 Deskripsi Tumbuhan

Tanaman katuk tumbuh menahun, berbentuk semak perdu dengan ketinggian antara

21/2 m – 5 m. Tanaman katuk terdiri dari akar, batang, daun, bunga, buah dan biji. Sistem

perakarannya menyebar ke segala arah dan dapat mencapai kedalaman antara 30-50 cm.

Batang tanaman tumbuh tegak dan berkayu. Tanaman katuk mempunyai daun majemuk

genap, berukuran kecil, berbentuk bulat seperti daun kelor. Permukaan atas daun berwarna

hijau gelap, sedangkan permukaan bawah daun berwarna hijau muda. Produk utama tanaman

katuk berupa daun yang masih muda. Daun katuk sangat potensial sebagai sumber gizi karena

memiliki kandungan gizi yang setara dengan daun singkong, daun papaya, dan sayuran

(20)

Daun katuk merupakan salah satu jenis sayuran yang mudah diperoleh di setiap pasar,

baik pasar tradisional maupun swalayan. Ditinjau dari kandungan gizinya, daun katuk

merupakan jenis sayuran hijau yang banyak manfaat bagi kesehatan dan pertumbuhan badan.

Di dalam daun katuk terdapat cukup banyak kandungan kalori, protein, kalsium, zat besi,

fosfor dan vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Daun katuk dapat memperlancar

pengeluaran ASI, kemudian dalam perkembangan selanjutnya, dibuat infus akar daun katuk

digunakan sebagai diuretik dan sari daun katuk digunakan sebagai pewarna makanan

(Rukmana, 2003).

2.2 Mineral

Unsur mineral merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan oleh mahluk

hidup di samping karbohidrat, lemak, protein dan vitamin. Berbagai unsur mineral terdapat

dalam bahan biologis, tetapi tidak atau belum semua mineral tersebut terbukti esensial,

sehingga ada mineral esensial dan non esensial. Mineral esensial yaitu mineral yang sangat

diperlukan dalam proses fisiologis mahluk hidup untuk membantu kerja enzim atau

pembentukan organ. Unsur-unsur mineral esensial dalam tubuh terdiri atas dua golongan,

yaitu mineral makro dan mineral mikro. Mineral non esensial adalah logam yang perannya

dalam tubuh mahluk hidup belum diketahui dan kandungannya dalam jaringan sangat kecil.

Bila kandungannya tinggi dapat merusak organ tubuh mahluk hidup yang bersangkutan

(Arifin, 2008).

2.2.1 Kalsium

Kalsium adalah mineral yang paling banyak ditemukan dalam tubuh manusia. Kadar

kalsium mencapai 2% dari berat total tubuh, 99% kalsium tersebut berada dalam jaringan

keras, tulang, gigi da 1% nya lagi berada dalam darah. Kalsium merupakan komponen penting

dalam pembentukan tulang dan gigi serta mencegah osteoporosis. Selain itu kalsium juga

(21)

kalsium dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tulang dan gigi serta dapat

mengakibatkan osteoporosis (tulang rapuh) (Poedjiaji, 2009).

2.2.2 Fungsi Kalsium

Peranan kalsium dalam tubuh adalah membentuk tulang. Kalsium dalam tulang

mempunyai dua fungsi yaitu sebagai bagian dari struktur tulang dan sebagai tempat

menyimpan kalsium. Tahap pertumbuhan tulang dimulai pada saat janin, tetapi masih lunak

dan lentur . Setelah lahir, pertumbuhan tulang mulai kuat. Selama pertumbuhan, proses

terbentuknya tulang berlangsung terus dan cepat sehingga pada saat anak-anak siap untuk

berjalan sehingga dapat menyangga berat tubuh (Almatsier, 2004).

Kalsium juga berfungsi dalam pembentukan gigi, kekurangan kalsium selama masa

pembentukan gigi dapat menyebabkan kerentanan terhadap kerusakan gigi (Suhardjo, 2000).

2.2.3 Hal Yang Mempengaruhi Absorpsi Kalsium

Dalam keadaan normal sebanyak 30-50% kalsium yang dikonsumsi diabsorpsi tubuh.

Kemampuan absorbsi lebih tinggi pada masa pertumbuhan, dan menurun pada proses menua.

Kemampuan absorpsi pada laki-laki lebih tinggi daripada perempuan pada semua golongan

usia. Absorpsi kalsium terutama terjadi di bagian atas usus halus yaitu duodenum. Kalsium

membutuhkan pH 6 agar dapat berada dalam keadaan terlarut. Vitamin D merangsang

absorpsi kalsium, laktosa juga meningkatkan absorpsi kalsium bila tersedia cukup enzim

laktase. Sebaliknya, bila terdapat defisiensi laktase, laktosa mencegah absorpsi kalsium. Asam

oksalat yang terdapat dalam bayam dan sayuran lain membentuk garam kalsium oksalat yang

tidak larut, sehingga menghambat absorpsi kalsium (Almatsier, 2004).

Serat dapat menurunkan absorpsi kalsium, karena serat menurunkan waktu transit

makanan dalam saluran cerna, sehingga menurunkan kesempatan untuk absorpsi. Keadaan

(22)

2.2.4 Sumber Kalsium

Sumber kalsium utama adalah susu dan produk olahan susu seperti keju. Sayuran

tertentu seperti brokoli, kacang-kacangan dan hasil olahannya seperti tahu dan tempe dan

buah-buahan juga merupakan sumber kalsium yang baik (Almatsier, 2004).

2.2.5 Ekskresi Kalsium

Kalsium hanya bisa diabsorpsi bila terdapat dalam bentuk larut air dan tidak

mengendap. Kalsium yang tidak diabsorpsi dikeluarkan melalui feses. Jumlah kalsium yang

diekskresikan melalui urin menggambarkan jumlah kalsium yang diabsorpsi (Almatsier,

2004).

2.2.6 Akibat Kekurangan Kalsium

Pada masa pertumbuhan, kekurangan kalsium dapat mengganggu pertumbuhan.

Tulang kurang kuat, mudah bengkok dan rapuh. Setelah dewasa, terutama setelah usia 50

tahun, terjadi kehilangan kalsium dari tulang yang menyebabkan tulang menjadi rapuh dan

mudah patah. Keadaan ini dikenal sebagai osteoporosis yang dapat dipercepat oleh keadaan

stres sehari-hari. Selain itu, kekurangan kalsium juga dapat mnyebabkan osteomalasia yang

biasanya terjadi karena kekurangan vitamin D dan ketidakseimbangan konsumsi kalsium

terhadap fosfor. Terganggunya mineralisasi matriks tulang yang menyebabkan menurunnya

kandungan kalsium dalam tulang (Almatsier, 2004).

2.3 Kandungan tanah di daerah Karo dan daerah Pematang Johar

Pada daerah Karo dikenal dengan daerah yang banyak mengandung dolomit (batu

kapur). Dolomit merupakan mineral yang berasal dari alam yang mengandung unsur hara

magnesium dan kalsium berbentuk tepung. Dolomit berwarna putih keabu-abuan atau

kebiru-biruan. Daerah Karo dijadikan daerah pertambangan karena dolomit dapat diproduksi

menjadi pupuk pertanian terutama perkebunan, industri gelas atau kaca, dan keramik

(23)

Pada daerah Pematang Johar kandungan nutrisi yang tersedia bagi kesuburan tanah

sangat rendah. Komponen penyusun utama di daerah Pematang Johar adalah pasir, karena

daerah tersebut terletak dekat daerah pantai (Anonim, 2011e).

2.4 Spektrofotometri Serapan Atom

2.4.1 Prinsip Dasar Spektrofotometri Serapan Atom

Salah satu bagian dari spektrofotometri ialah Spektrofotometri Serapan Atom,

merupakan metode analisis unsur secara kuantitatif yang pengukurannya berdasarkan

penyerapan cahaya pada panjang gelombang tertentu oleh atom logam dalam keadaan bebas

(Anshori, 2005).

Metode SSA berprinsip pada absorpsi cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap cahaya

tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Misalnya natrium

menyerap pada 589 nm, uranium pada 358,5 nm, sedang kalium pada 766,5 nm. Cahaya pada

panjang gelombang ini mempunyai cukup energi untuk mengubah tingkat elektronik suatu

atom. Transisi elektronik suatu unsur bersifat spesifik. Dengan absorpsi energi, berarti

memperoleh lebih banyak energi, suatu atom pada keadaan dasar dinaikkan tingkat energinya

ke tingkat eksitasi. Spektrum atomik untuk masing-masing unsur terdiri atas garis-garis

resonansi (Khopkar, 2003).

Pada alat SSA terdapat dua bagian utama yaitu suatu sel atom yang menghasilkan

atom-atom gas bebas dalam keadaan dasarnya dan suatu system optik untuk pengukuran

sinyal. Pada sel atom terjadi dua tahap, tahap nebulisasi untuk menghasilkan suatu bentuk

aerosol yang halus dari larutan sampel, dan kedua disosiasi analit menjadi atom-atom bebas

dalam keadaan gas. Dalam metode SSA, sampel harus diubah ke dalam bentuk uap atom.

Proses pengubahan ini dikenal dengan istilah atomisasi, pada proses ini contoh diuapkan dan

(24)

Adapun instrumentasi spektrofotometer serapan atom adalah sebagai berikut:

a. Sumber Radiasi

Sumber radiasi yang digunakan adalah lampu katoda berongga (hallow cathode

lamp). Lampu ini terdiri atas tabung kaca tertutup yang mengandung suatu katoda dan

anoda. Katoda berbentuk silinder berongga yang dilapisi dengan logam tertentu

(Rohman, 2007).

b. Tempat Sampel

Dalam analisis dengan spektrofotometri serapan atom, sampel yang akan dianalisis

harus diuraikan menjadi atom-atom netral yang masih dalam keadaan asas. Ada

berbagai macam alat yang digunakan untuk mengubah sampel menjadi uap

atom-atomnya, yaitu:

1. Dengan nyala (Flame)

Nyala digunakan untuk mengubah sampel yang berupa cairan menjadi bentuk

uap atomnya dan untuk proses atomisasi. Suhu yang dapat dicapai oleh nyala

tergantung pada gas yang digunakan, misalnya untuk gas asetilen-udara suhunya

mencapai 22000C. Sumber nyala asetilen-udara ini merupakan sumber nyala yang

paling banyak digunakan. Pada sumber nyala ini asetilen sebagai bahan pembakar,

sedangkan udara sebagai bahan pengoksidasi (Rohman, 2007).

2. Tanpa nyala (Flameless)

Pengtoman dilakukan dalam tungku dari grafit. Sejumlah sampel diambil

sedikit (hanya beberapa µL), lalu diletakkan dalam tabung grafit, kemudian tabung

tersebut dipanaskan dengan system elektris dengan cara melewatkan arus listrik pada

grafit. Akibat pemanasan ini, maka zat yang akan dianalisis berubah menjadi

(25)

katoda berongga sehingga terjadilah proses penyerapan energi sinar yang memenuhi

kaidah analisis kuantitatif (Rohman, 2007).

c. Monokromator

Monokromator merupakan alat untuk memisahkan dan memilih spektrum

sesuai dengan panjang gelombang yang digunakan dalam analisis dari sekian banyak

spektrum yang dihasilkan lampu katoda berongga (Rohman, 2007).

d. Detektor

Detektor digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang melalui tempat

pengatoman (Rohman, 2007).

e. Amplifier

Amplifier merupakan suatu alat untuk memperkuat signal yang diterima dari

detektor sehingga dapat dibaca alat pencatat hasil (Readout) (Rohman, 2007).

f. Readout

Readout merupakan suatu alat penunjuk atau dapat juga diartikan sebagai

pencatat hasil. Hasil pembacaan dapat berupa angka atau berupa kurva yang

menggambarkan absorbansi atau intensitas emisi (Rohman, 2007).

(26)

2.4.2 Bahan Bakar dan Bahan Pengoksidasi

Umumnya bahan bakar yang digunakan adalah hidrogen, asetilen, dan propana,

sedangkan oksidatornya adalah udara, oksigen, dan N2O. Menurut Khopkar (2003),

temperatur dari berbagai nyala dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2.1 Temperatur nyala dengan berbagai kombinasi bahan bakar dan bahan pengoksidasi Bahan Bakar Oksidasi Temperatur Maksimum (oK)

Asetilen Udara 2200

Asetilen Nitrogen Oksida 2955

Asetilen Oksigen 3050

Hidrogen Udara 2100

Hidrogen Oksigen 2780

Propana Udara 1950

Propana Oksigen 2800

2.5Validasi Metode Analisis

Validasi metode analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu

berdasarkan percobaan laboratorium untuk membuktikan bahwa parameter tersebut

memenuhi persyaratan untuk penggunaannya. Beberapa parameter analisis yang harus

dipertimbangkan dalam validasi metode analisis adalah sebagai berikut:

a. Kecermatan

Kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analisis dengan

kadar analit yang sebenarnya. Kecermatan dinyatakan sebagai persen perolehan kembali

(recovery) analit yang ditambahkan. Kecermatan ditentukan dengan dua cara, yaitu:

1. Metode Simulasi

Metode simulasi (Spiked-placebo recovery) merupakan metode yang dilakukan

dengan cara menambahkan sejumlah analit bahan murni ke dalam suatu bahan pembawa

sediaan farmasi (plasebo), lalu campuran tersebut dianalisis dan hasilnya dibandingkan

(27)

2. Metode penambahan baku

Metode penambahan baku (standard addition method) merupakan metode yang

dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah analit dengan konsentrasi tertentu pada

sampel yang diperiksa, lalu dianalisis dengan metode yang akan divalidasi. Hasilnya

dibandingkan dengan sampel yang dianalisis tanpa penambahan sejumlah analit. Persen

perolehan kembali ditentukan dengan menentukan berapa persen analit yang ditambahkan ke

dalam sampel dapat ditemukan kembali. Suatu metode dikatakan teliti jika nilai recoverynya

antara 80-120%. Recovery dapat ditentukan dengan menggunakan metode penambahan baku

(Harmita, 2004).

b. Keseksamaan (presisi)

Keseksamaan atau presisi diukur sebagai simpangan baku relatif atau koefisien variasi.

Keseksamaan atau presisi merupakan ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara

hasil uji individual ketika suatu metode dilakukan secara berulang untuk sampel yang

homogen. Nilai simpangan baku relatif yang memenuhi persyaratan adanya keseksamaan

metode yang dilakukan. Persyaratan simpangan baku relatif tergantung dengan konsentrasi

analit yang diperiksa. Pada kadar satu per seratus atau lebih, standar deviasi relatif adalah

sekitar 2,5%, pada kadar satu per seribu adalah 5%, pada kadar satu per sejuta adalah 16%

dan pada kadar satu per miliar adalah 32% (Harmita, 2004).

c. Selektifitas (Spesifisitas)

Selektifitas atau spesifisitas suatu metode adalah kemampuannya yang hanya

mengukur zat tertentu secara cermat dan seksama dengan adanya komponen lain yang ada di

dalam sampel (Harmita, 2004).

d. Linearitas dan Rentang

(28)

yang proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel. Rentang merupakan batas

terendah dan batas tertinggi analit yang dapat ditetapkan secara cermat, seksama dan dalam

linearitas yang dapat diterima (Harmita, 2004).

e. Batas deteksi dan batas kuantitasi

Batas deteksi merupakan jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat di deteksi

yang masih memberikan respon signifikan, sedangkan batas kuantitasi merupakan kuantitas

terkecil analit dalam smapel yang masih dapat memenuhi criteria cermat dan seksama

(29)

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui kadar

kalsium dalam daun katuk.

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif Fakultas Farmasi

USU, di Laboratorium Biologi MIPA USU dan di Laboratorium Pusat Penelitian Kelapa

Sawit (PPKS) Medan bulan Februari – April 2011.

3.2 Bahan – bahan 3.2.1 Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun katuk ( Sauropus

androgynus (L.) Merr. ) yang berasal dari daerah Desa Siabang-abang Kecamatan Kutabuluh

Karo dan Dusun XIV Desa Pematang Johar Kecamatan Labuhan Deli Kabupaten Deli

Serdang.

3.2.2 Pereaksi

Semua bahan yang digunakan dalam penelitian ini berkualitas pro analisis keluaran E. Merck

kecuali disebutkan lain yaitu asam nitrat 65% v/v, larutan baku kalsium 1000 mcg/ml, H2SO4

96% b/v, etanol 96% v/v dan aquabidest (PT. Ikapharmindo Putramas).

3.3 Alat – alat

Spektrofotometer Serapan Atom (GBC Avanta ∑, Australia) lengkap dengan lampu

katoda Ca 10 mA (Gambar dapat dilihat pada Lampiran 15 Halaman 53), Neraca Analitik

(AND GF-200), Hot Plate (FISONS), alat tanur NEY M-525, blender, kertas saring Whatman

(30)

3.4 Pembuatan Pereaksi 3.4.1 Larutan HNO3 5N

Larutan HNO3 65% v/v sebanyak 349 ml diencerkan dengan 1000 ml air suling

(Ditjen POM, 1979).

3.4.2 Asam Sulfat 10 % v/v

Ditambahkan secara hati-hati 57 ml asam sulfat 96% b/v kedalam lebih kurang 100 ml

air, dinginkan hingga suhu kamar dan encerkan dengan air hingga 1000 ml (Ditjen

POM,1979).

3.5 Prosedur Penelitian 3.5.1 Pengambilan sampel

Sampel yang digunakan adalah daun katuk segar yang diambil secara purposif di Desa

Siabang-abang Kecamatan Kutabuluh Karo dan Dusun XIV Desa Pematang Johar Kecamatan

Labuhan Deli Kabupaten Deli Serdang. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan cara

sampling purposif yang dikenal juga sebagai sampling pertimbangan, dimana sampel

ditentukan atas dasar pertimbangan bahwa semua sampel mempunyai karakterisitik yang

sama dengan sampel yang diteliti (Sudjana,2005).

3.5.2 Penyiapan Sampel

Sebanyak 1 kg daun katuk ( Sauropus androgynus (L.) Merr. ) yang segar dibersihkan

dari pengotoran, dicuci bersih, ditiriskan. Selanjutnya dikeringkan dengan cara

diangin-anginkan di udara terbuka terhindar dari sinar matahari langsung, dan dihaluskan dengan

blender.

3.5.3 Proses Destruksi

Sampel yang telah dihaluskan ditimbang seksama sebanyak 25 gram dalam krus

(31)

100oC dan perlahan – lahan temperatur dinaikkan hingga suhu 560oC dengan interval 25oC.

Pengabuan dilakukan selama 6 jam dan dibiarkan dingin pada desikator.

3.5.4 Pembuatan Larutan Sampel

Abu yang telah dingin dibasahi dengan 10 tetes akuabides dan ditambahkan 10 ml

HNO3 5N, kemudian diuapkan pada hot plate sampai kering. Residu dilarutkan dalam 5 ml

HNO3 5N dan dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan diencerkan dengan akuabides

hingga garis tanda. Kemudian disaring dengan kertas saring Whatman No. 42, dan 10% filtrat

pertama dibuang untuk menjenuhkan kertas saring dan filtrat selanjutnya ditampung dalam

botol. Larutan ini digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif.

3.5.5 Pemeriksaan Kualitatif

3.5.5.1 Reaksi Kristal

Di atas objek glas teteskan 2-3 tetes larutan filtrat lalu ditambahkan beberapa tetes

H2SO4 10 % v/v dan beberapa tetes Etanol 96 %, lalu dipanaskan. Dilihat di bawah

mikroskop. Terbentuk kristal jarum (Lampiran 3 Halaman 37).

3.5.5.2 Uji nyala Ni/Cr

Kawat Ni/Cr dibersihkan dengan cara dicelupkan pada HCl 37% b/v lalu dipijarkan

pada api bunsen sampai tidak memberikan warna spesifik, kemudian dimasukkan ke sampel

lalu dipijar pada api Bunsen. Diamati warna yang terjadi pada nyala api Bunsen. Jika ada

kalsium,warna merah bata pada nyala api bunsen.

3.5.6 Pemeriksaan Kuantitatif

3.5.6.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi Logam Kalsium

Larutan baku kalsium (1000 mcg/ml) dipipet sebanyak 10 ml, dimasukkan ke dalam

labu tentukur 100 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akuabides (konsentrasi

(32)

dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan

akuabides (larutan ini mengandung 0,5; 1,0; 2,0; 3,0 dan 4,0 mcg/ml) dan diukur pada

panjang gelombang 422,7 nm dengan tipe nyala udara-asetilen.

3.5.6.2 Penetapan Kadar Logam Kalsium

Larutan hasil dekstruksi daun katuk sebanyak 1 ml dimasukkan ke dalam labu

tentukur 500 ml dan diencerkan dengan akuabides hingga garis tanda (Faktor Pengenceran =

500ml/1ml = 500 kali). Larutan diukur absorbansinya dengan Spektrofotometer Serapan

Atom pada panjang gelombang 422,7 nm.

3.5.6.2.1 Perhitungan Kadar Logam Kalsium

Perhitungan kadar kalsium dalam sampel dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:

C x V x Fp Kadar (mcg/ml) =

BS

Keterangan : C = Konsentrasi logam dalam larutan sampel (mcg/ml)

V = Volume larutan sampel (ml)

Fp = Faktor pengenceran

BS= Berat sampel (g)

3.5.7 Penentuan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

Batas deteksi atau Limit of Detection (LOD) merupakan jumlah terkecil analit dalam

sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan. Batas kuantitasi atau

Limit of Quantitation (LOQ) merupakan kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih

dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama.

Batas deteksi dan batas kuantitasi ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Simpangan Baku =

(

)

2

2

− −

n Yi Y

LOD = slope

SB x

(33)

LOQ =

slope SB x

10

Keterangan : LOD = Limit of Detection

LOQ = Limit of Quantitation

SB = Simpangan Baku

(Harmita, 2004).

3.5.8 Uji Akurasi dengan Persen Perolehan Kembali (Recovery)

Uji perolehan kembali atau recovery dilakukan dengan metode adisi karena matriks

sampel tidak diketahui sehingga tidak memungkinkan untuk membuat sampel plasebo.

Metode ini dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah larutan standar dengan konsentrasi

tertentu pada sampel yang diperiksa, lalu dianalisis. Persen perolehan kembali ditentukan

dengan menentukan berapa persen analit yang ditambahkan tadi dapat ditemukan. (Harmita,

2004). Larutan baku yang ditambahkan yaitu, 15 ml larutan baku kalsium (konsentrasi 1000

mcg/ml). Daun katuk yang telah dihaluskan ditimbang secara seksama sebanyak 25 gram, lalu

ditambahkan 15 ml larutan baku kalsium (konsentrasi 1000 mcg/ml), kemudian dilanjutkan

dengan prosedur destruksi kering seperti yang telah dilakukan sebelumnya.

Persen perolehan kembali (% Recovery) dapat dihitung dengan rumus:

100% (mcg/ml)

an ditambahak yang

baku larutan kadar

(mcg/ml) awal

kadar (mcg/ml)

baku larutan penambahan

setelah logam

kadar

× −

3.5.9

Uji Presisi

Presisi atau keseksamaan merupakan ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian

antara hasil uji individual ketika suatu metode dilakukan secara berulang untuk sampel yang

(34)

deviasi relatif yang memenuhi persyaratan menunjukkan adanya keseksamaan metode yang

dilakukan.

Adapun rumus untuk menghitung Standar deviasi relatif (RSD) adalah (Rohman,2007)

:

RSD = ×100%

X SD

Keterangan : −

X = Kadar rata-rata sampel

SD = Standar Deviasi

RSD = Relatif Standard Deviation

3.5.10 Analisis Data Secara Statistik 3.5.10.1 Penolakan Hasil Pengamatan

Kadar kalsium yang diperoleh dari hasil pengukuran masing-masing 6 larutan sampel,

diuji secara statistik dengan uji Q.

Q =

terendah Nilai

tertinggi Nilai

terdekat yang

Nilai dicurigai

yang Nilai

−−

Hasil pengujian atau nilai Q yang diperoleh ditinjau terhadap daftar harga Q pada Tabel 3.1,

[image:34.595.88.492.605.718.2]

apabila Q>Qkritis maka data tersebut ditolak.

Tabel 3.1. Nilai Qkritis pada Taraf Kepercayaan 95%

Banyak data Nilai Qkritis

4 0,831

5 0,717

6 0,621

7 0,570

8 0,524

(Rohman, 2007)

Untuk menentukan kadar kalsium di dalam sampel dengan interval kepercayaan 95%,

(35)

μ = X ± t ½ α s/√n

Keterangan : µ = interval kepercayaan (mcg/ml)

X = kadar rata-rata sampel (mcg/ml)

t = harga t tabel sesuai dengan dk = n-1

α = tingkat kepercayaan

s = standar deviasi (mcg/ml)

n = jumlah perlakuan (Wibisono, 2005)

3.5.10.2 Pengujian Beda Nilai Rata-Rata

Sampel yang dibandingkan adalah independen dan jumlah pengamatan masing-masing

lebih kecil dari 30 dan variansi (σ) tidak diketahui sehingga dilakukan uji F untuk mengetahui

apakah variansi kedua populasi sama (σ1 = σ2)atau berbeda (σ1 ≠ σ2) dengan menggunakan

rumus:

Fo = 2 2 2 1

S S

Keterangan : Fo = Beda nilai yang dihitung

S1 = Standar deviasi sampel 1

S2 = Standar deviasi sampel 2

Apabila dari hasilnya diperoleh Fo tidak melewati nilai kritis F maka dilanjutkan uji dengan

distribusi t dengan rumus:

(X1 – X2)

to =

Sp √1/n1 + 1/n2

Sp =

(36)

Sp = Simpangan baku (mcg/ml)

n 1 = Jumlah perlakuan sampel 1

n 2 = Jumlah perlakuan sampel 2

S1 = Standar deviasi sampel 1

S2 = Standar deviasi sampel 2

dan jika Fo melewati nilai kritis F maka dilanjutkan uji dengan distribusi t dengan rumus :

(X1 – X2)

to =

S12/n1 + S22/n2

Keterangan : X1 = kadar rata-rata sampel 1 (mcg/ml)

X2 = kadar rata-rata sampel 2 (mcg/ml)

S1 = Standar deviasi sampel 1

S2 = Standar deviasi sampel 2

n 1 = Jumlah perlakuan sampel 1

n 2 = Jumlah perlakuan sampel 2

Kedua sampel dinyatakan berbeda apabila to yang diperoleh melewati nilai kritis t, dan

(37)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif dilakukan sebagai analisis pendahuluan untuk mengetahui ada atau

[image:37.595.87.526.259.338.2]

tidaknya kalsium dalam sampel. Data dapat dilihat pada Tabel 4.1

Tabel 4.1 Hasil Analisis Kualitatif No. Logam yang

dianalisis

Pereaksi Hasil Reaksi Keterangan

1. Kalsium Asam sulfat 1 N + etanol

96% Kristal jarum +

2. Nyala Ni/Cr Warna merah bata +

Keterangan :

+ : Mengandung kalsium

Tabel di atas menunjukkan bahwa sampel daun katuk mengandung kalsium

(Lampiran 3 Halaman 37) 4.2 Pemeriksaan Kuantitatif 4.2.1 Kurva kalibrasi Kalsium

Dari hasil pengukuran absorbansi larutan standar kalsium yang berada dalam

konsentrasi rentang kerja 1-4 mcg/ml pada panjang gelombang 422,7 nm (Rohman, 2007).

Diperoleh persamaan garis regresi yaitu y = 0,0282X + 0,0011 dengan koefisien korelasi r =

[image:37.595.81.311.638.778.2]

1,0054. (Data hasil pengukuran absorbansi larutan standar Ca dapat dilihat pada Tabel 4.2).

Tabel 4.2 Data hasil pengukuran absorbansi larutan standar Ca Sampel Konsentrasi

(mcg/ml)

Absorbansi

Blanko 0,0000 0,0000

Standard 1 0,5000 0,0154

(38)

Standard 4 3,0000 0,0856

Standard 5 4,0000 0,1136

Berdasarkan hasil pengukuran tersebut diperoleh kurva kalibrasi larutan standar Kalisum yang

dapat dilihat pada Gambar 4.1

[image:38.595.82.487.233.471.2]

Gambar 4.1. Kurva Kalibrasi Larutan Standar Ca

Berdasarkan kurva di atas diperoleh hubungan yang linear antara konsentrasi dengan

absorbansi, dengan koefisien korelasi (r) sebesar 1,0054. Nilai r ≥ 0,95 menunjukkan adanya

korelasi linier yang menyatakan adanya hubungan antara X (konsentrasi) dan Y (absorbansi)

(Shargel dan Andrew, 1999) (Perhitungan persamaan garis regresi dapat dilihat pada

Lampiran 4 Halaman 38 – 39).

4.2.2 Kadar Kalsium pada sampel Daun katuk Karo dan sampel Daun katuk Pematang Johar

Analisis kadar kalsium dilakukan secara spektrofotometri serapan atom. Kadar

kalsium daun katuk diperoleh dari persamaan garis regresi larutan standarnya. (Data serapan

(39)
[image:39.595.133.468.663.756.2]

Tabel 4.3 Data Serapan Daun katuk Karo dan Pematang Johar No. Sampel Absorbansi Konsentrasi

(mcg/ml)

1. Blanko 0,0000 0,000

2. Karo 1 0,0652 2,282

3. Karo 2 0,0626 2,190

4. Karo 3 0,0630 2,206

5. Karo 4 0,0635 2,222

6. Karo 5 0,0629 2,202

7. Karo 6 0,0631 2,210

8. Pematang Johar 1 0,0411 1,424

9. Pematang Johar 2 0,0402 1,393

10. Pematang Johar 3 0,0396 1,370

11. Pematang Johar 4 0,0397 1,372

12. Pematang Johar 5 0,0394 1,364

13. Pematang Johar 6 0,0399 1,382

(Contoh perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 6 – Lampiran 9 Halaman 40 – 45).

Analisis dilanjutkan dengan perhitungan statistik (Perhitungan dapat dilihat pada Lampiran

10 Halaman 45). Hasil analisis kuantitatif kalsium pada daun katuk dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Kadar Kalsium (mg/100g) dalam daun katuk Karo dan daun Pematang Johar

No Sampel Kadar (mg/100g)

1. Daun katuk Karo 440,34 ± 0,0634

2. Daun katuk Pematang

Johar

(40)

Berdasarkan data yang diperoleh di atas dapat dilihat bahwa kadar kalsium yang

terdapat pada daun katuk Karo dan daun katuk Pematang Johar mempunyai perbedaan yang

signifikan. Perbedaan kandungan kalsium dalam daun katuk dipengaruhi oleh berbagai

faktor, diantaranya lingkungan, kandungan tanah dan pupuk yang digunakan. Kandungan

mineral dalam tanah berbeda-beda dari setiap daerah, dan pupuk organik yang digunakan juga

mengandung mineral yang berbeda-beda sehingga dalam daun katuk mengandung kalsium

yang berbeda pula (Anonim, 2009c).

Dari hasil diatas menunjukkan bahwa kadar kalsium dalam daun katuk dari daerah

yang berkapur (Karo) dan daerah yang tidak berkapur (Pematang Johar) memiliki kadar

kalsium yang tinggi dibandingkan dengan yang ada di literatur yaitu 204 mg (Depkes, 1996).

4.3 Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

Dari hasil perhitungan diperoleh batas deteksi sebesar 0,0783 mcg/ml dan batas

kuantitasi sebesar 0,2612 mcg/ml. (Perhitungan batas deteksi dan batas kuantitasi dapat dilihat

pada Lampiran 5 Halaman 39).

Hasil pengukuran konsentrasi larutan sampel berada di atas batas deteksi dan batas

kuantitasi, dimana konsentrasi hasil pengukuran larutan sampel yang terkecil adalah 1,9810

mcg/ml. Oleh karena itu data yang diperoleh dari hasil pengukuran masih dapat memenuhi

kriteria cermat dan seksama.

4.4 Uji Perolehan Kembali (Recovery)

Data hasil pengukuran untuk uji perolehan kembali (recovery) kalsium pada daun

(41)
[image:41.595.84.330.114.313.2]

Tabel 4.5. Data hasil pengukuran uji perolehan kembali kalsium pada daun katuk Karo

No. Sampel Konsentrasi (mcg/ml)

Absorbansi

1. Karo 1 2,587 0,0737

2. Karo 2 2,494 0,0711

3. Karo 3 2,461 0,0702

4. Karo 4 2,491 0,0710

5. Karo 5 2,439 0,0696

6. Karo 6 2,494 0,0711

Berdasarkan data diatas didapat hasil uji perolehan kembali untuk kalsium pada daun

katuk Karo adalah 91,42%. Persen perolehan kembali ini dapat diterima karena memenuhi

syarat akurasi dimana rentang rata-rata hasil perolehan kembali adalah antara 80-120%

(Ermer dan miller, 2005).

Dengan demikian metode spektrofotometri serapan atom yang dilakukan pada

penelitian ini mempunyai akurasi yang baik untuk penetapan kadar kalsium pada sampel

(Perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 12 Halaman 49 dan Lampiran 13 Halaman 51).

4.5 Uji Presisi

Uji presisi atau uji keseksamaan dilakukan terhadap sampel daun katuk Karo dan daun

katuk Pematang Johar dengan perulangan sebanyak 6 kali. Diperoleh nilai simpangan Baku

dan % Relatif Standar Deviasi dapat dilihat pada Tabel 4.6

Tabel 4.6. Nilai SD dan Persen RSD pada daun katuk Karo dan daun katuk Pematang Johar No. Sampel Kadar rata-rata

(mg/100g) SD RSD

1. Daun katuk Karo

440,34 ± 0,0634 2,2332 0,5099%

[image:41.595.84.508.647.781.2]
(42)

Menurut Harmita (2004) kriteria seksama diberikan jika memberikan nilai standar

deviasi relatif untuk analit dengan kadar satu per seribu RSDnya adalah tidak lebih dari 5%

dan untuk analit dengan kadar satu per sejuta (ppm) RSDnya adalah tidak lebih dari 16%.

Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa metode yang dilakukan memberikan hasil

yang seksama (perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 10 Halaman 45).

4.6 Uji Statistik

Uji statistik yang digunakan yaitu uji beda nilai rata-rata kadar kalsium antara 2

sampel dengan menggunakan distribusi t pada taraf kepercayaan 95%, jika diperoleh nilai to

atau thitung lebih tinggi atau lebih rendah dari range t tabel maka menunjukkan perbedaan

kadar yang signifikan antara 2 sampel tersebut. Dari hasil uji statistik beda nilai rata-rata

kadar kalsium antara daun katuk Karo dan daun katuk Pematang Johar diperoleh nilai to atau

thitung = 54,5215 yang lebih tinggi dari nilai ttabel = 2,2281 (Perhitungan dapat dilihat pada

(43)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Hasil penetapan kadar kalsium dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom

menunjukkan bahwa kadar kalsium dalam daun katuk antara daerah Karo dengan

daerah Pematang Johar memiliki kadar yang berbeda.

2. Dari hasil penetapan kadar menunjukkan bahwa kalsium dalam daun katuk dari daerah

berkapur (Karo) dan daerah yang tidak berkapur (Pematang Johar) memiliki kadar

yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang di literatur.

5.2 Saran

Disarankan kepada masyarakat khususnya bagi Ibu yang memberikan ASI kepada

anaknya, agar mengkonsumsi daun katuk, karena mengandung banyak kalsium yang sangat

(44)

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. (2004). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Hal.

228, 229, 235-237, 242.

Anonima, (2009). Kebutuhan Kalsium Orang Dewasa.

http://www.anneahira.com/kalsium-1410.htm.

Anonimb, (2009). Khasiat dan Manfaat Daun katuk.

http://3.bp.blogspot.com/Sauropus_androgynus.jpg.

Anonimc, (2009). Kandungan Tanah di Daerah Tiganderket Karo.

http://search.sumutprov.go.id%2Fform%2FPenelitianBalitbang.Bkandungan%2Btanah

%2Bdi%2Bdaerah%2Btiganderket%2Bkaro.

Anshori, Jamaludin. (2005). Materi Ajar : Spektrofotometri Serapan Atom. Bandung:

Universitas Padjadjaran. Hal.6-10.

Arifin, Zainal. (2008). Beberapa Unsur Mineral Esensial dalam Sistem Biologi dan Metode

Analisisnya. Bogor: Jurnal Litbang Pertanian. Hal.99-100.

Depkes RI. (1996). Daftar Komposisi Bahan Makanan. Jakarta: Penerbit Bhratara. Hal. 31.

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal.

744, 748, 1135.

Ermer, J. (2005). Method Validation in Pharmaceutical Analysis. Weinheim: Wiley-Vch

Verlag GmbH & Co. KGaA. Page. 171.

Harmita. (2004). Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya. Review

Artikel. Majalah Ilmu Kefarmasian. Vol.1 No.3. Hal. 119, 122, 123, 130.

Khopkar, S.M. (1990). Konsep Dasar Kimia Analitik. Penerjemah: Saptorahardjo, A. Jakarta:

UI-Press. Hal. 283.

(45)

Rohman, A., Ibnu Gholib Gandjar. (2009). Kimia Farmasi Analisis. Cetakan I. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar. Hal. 298.

Rukmana, H., Rahmat. (2003). Katuk Potensi dan Manfaatnya.Yogyakarta: Penerbit

Kanisius. Hal. 13-19.

Sabri, L. dan Hastono, S.P. (2006). Statistik Kesehatan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Hal. 112-118.

Shargel, L., and Andrew, B. C. (1999). Applied Biopharmaceutics and Pharmacokinetics.

USA: Prentice-hall international, INC. Page. 15.

Sudjana. (2005). Metode Statistika. Edisi VI. Bandung: Tarsito. Hal. 93, 168.

Suhardjo. (2000). Prinsip-prinsip Ilmu Gizi. Bogor: IPB-press. Hal. 73-74.

Vogel, A. I. (1979). Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Bagian I.

Penerjemah: Setiono, L., dkk. Jakarta: Kalman Media Pustaka. Hal. 301.

Winarno, F. G. (1995). Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Hal.

154-155.

Wibisono,Y. (2005). Metode Statistik. Cetakan 1. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

(46)

Lampiran 1. Gambar Tanaman Daun katuk ( Sauropus androgynus (L.) Merr. )

[image:46.595.101.467.114.676.2]
(47)

Lampiran 2. Bagan Alir Proses Destruksi

Daun katuk

Ditimbang 25 gram dalam krus porselen Diarangkan di atas hot plate

Diabukan dalam tanur dengan temperatur awal 100oC dan perlahan – lahan temperatur dinaikkan hingga suhu 560oC dengan interval 25oC

Dibasahi dengan 10 tetes akuabides Ditambahkan 10 ml HNO3 5N

Diuapkan pada hot plate sampai kering

Filtrat

Dilakukan selama 6 jam dan dibiarkan hingga dingin pada desikator

Abu

Dibuang 10% untuk menjenuhkan kertas saring

Dibersihkan dari pengotoran Dicuci bersih

Ditiriskan

Dikeringkan dengan cara diangin-anginkan di udara terbuka terhindar dari sinar matahari langsung

Dihaluskan dengan blender

Sampel yang telah dihaluskan

Diencerkan dengan 100 ml akuabides hingga garis tanda

(48)

Lanjutan

[image:48.595.89.491.405.617.2]

Lampiran 3. Hasil Analisis Kualitatif Logam Kalsium

Gambar 3. Gambar Kristal Kalsium sulfat (Perbesaran 10x10) Filtrat

Dimasukkan ke dalam botol

Larutan sampel

Dilakukan analisis kualitatif

Dilakukan analisis kuantitatif dengan Spektrofotometer Serapan atom pada λ 422,7 nm untuk kalsium

Hasil

(49)

Lampiran 4. Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Kalsium (Ca), Perhitungan Persamaan Garis Regresi dan Koefisien Korelasi (r) dari Data Kalibrasi Ca.

1. Hasil pengukuran absorbansi larutan standar Ca

No Konsentrasi (mcg/ml) Absorbansi

1 0,000 0,0000

2 0,500 0,0154

3 1,000 0,0294

4 2,000 0,0584

5 3,000 0,0856

6 4,000 0,1136

2. Perhitungan Persamaan Garis Regresi dan Koefisien Korelasi (r)

No X Y X2 Y2 XY

1 0,000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000

2 0,500 0,0154 0,2500 0,0002 0,0077

3 1,000 0,0294 1,0000 0,0008 0,0294

4 2,000 0,0584 4,0000 0,0034 0,1168

5 3,000 0,0856 9,0000 0,0073 0,2568

6 4,000 0,1136 16,0000 0,0129 0,4544

∑X = 10,5 ∑Y = 0,3024 ∑X2 = 30,25 ∑Y2=0,0246 XY = 0,8651 X = 1,75 Y = 0,0504

a =

( )( )

( )

n x x n y x -xy 2 2

− a = 6 10,5 25 , 30 6 ) 3024 , 0 )( 5 , 10 ( 0,8651 2 − −

a = 0,0282

b = y- ax

= 0,0504 – (0,0282)(1,75)

= 0,0011

(50)

r =

( )( )

( ) ( ) ( ) ( )

        −         −

n y y n x x n y x -xy 2 2 2 2

(

) ( )



(

) (

)

   − = 6 3024 , 0 0246 , 0 6 5 , 10 25 , 30 6 ) 3024 , 0 )( 5 , 10 ( 8651 , 0 r 2 2 r = 3341 , 0 3359 , 0

r = 1,0054

Lampiran 5. Perhitungan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi Ca Persamaan garis regresi : Y = 0,0282x + 0,0011

No

Konsentrasi (X)

Absorbansi

(Y) Yi Y – Yi (Y – Yi)2 . 10 -6

1 0,000 0,0000 0,0011 -0,0011 1,21

2 0,500 0,0154 0,0152 0,0002 0,04

3 1,000 0,0294 0,0293 0,0001 0,01

4 2,000 0,0584 0,0575 0,0009 0,81

5 3,000 0,0856 0,0857 -0,0001 0,01

6 4,000 0,1136 0,1139 -0,0003 0,09

n = 6 ∑ (Y – Yi)2 = 2,17 x 10-6

SB =

(

)

2 -n

Yi 2

Y

= 4 0,00000217 = 0,0007365 LOD = Slope SB x 3 LOD = 0,0282 mcg/ml 0,0007365 x 3

= 0,0783 mcg/ml

LOQ = Slope SD x 10 LOQ = 0,0282 mcg/ml 0,0007365 x 10

(51)

Lampiran 6. Contoh Perhitungan Hasil Penetapan kadar Kalsium dalam Sampel 1. Daun katuk Karo

Dengan Menggunakan Persamaan Garis Regresi

Contoh perhitungan konsentrasi Ca dalam sampel yang beratnya 25,1300 g dan absorbansi

0,0652.

X = Konsentrasi sampel (mcg/g)

Y = Absorbansi sampel

Persamaan garis regresi yang diperoleh dari kurva kalibrasi adalah

Y = 0,0652X + 0,0011

X = 0282 , 0 0011 , 0 0652 , 0 −

X = 2,2730 mcg/g

Maka konsentrasi sampel tersebut adalah 2,2730 mcg/g

Kadar = W CxVxFp

Keterangan : C = Konsentrasi larutan sampel (mcg/ml)

V = Volume larutan sampel (ml)

Fp = Faktor pengenceran

W = Berat Sampel (g)

Kadar = g mlx mlx mcg 1300 , 25 500 100 / 2730 , 2

= 4522,4831 mcg/g

= 4,5225 mg/g

= 452,2483 mg/100g

(52)

1. Daun katuk Karo

Lampiran 7. Data Hasil Berat Sampel, Absorbansi, Konsentrasi, dan Kadar Ca dalam Daun katuk Karo dengan 6 kali Replikasi

No Perlakuan Berat Sampel (g)

Absorbansi Konsentrasi (mcg/ml)

Kadar (mg/100g) 1 Daun katuk Karo 25,1300 0,0652 2,2730 452,2483

25,0640 0,0626 2,1808 435,0463 25,0661 0,0630 2,1950 437,8423 25,0770 0,0635 2,2128 441,2011 25,0642 0,0629 2,1915 437,1773 25,0680 0,0631 2,1986 438,5272

2. Daun katuk Pematang Johar

Lampiran 8. Data Hasil Berat Sampel, Absorbansi, Konsentrasi, dan Kadar Ca dalam Daun katuk Pematang Johar dengan 6 kali Replikasi

No Perlakuan Berat Sampel (g)

Absorbansi Konsentrasi (mcg/ml)

Kadar (mg/100g) 1 Daun katuk

Pematang Johar

25,1200 0,0411 1,4184 282,3248 25,0871 0,0402 1,3865 276,3372 25,0832 0,0396 1,3652 272,1343 25,0851 0,0397 1,3688 272,8313 25,0791 0,0394 1,3581 270,7633 25,0783 0,0399 1,3759 274,3208

Lampiran 9. Perhitungan Kadar Kalsium (Ca) pada daun katuk Karo dan daun katuk Pematang Johar.

1. Daun katuk Karo A. Konsentrasi

y = 0,0282x - 0,0011

y = absorbansi, x = konsentrasi (mcg/ml)

1) 0,0652 = 0,0282x - 0,0011

x = 2,2730 mcg/ml

(53)

x = 2,1808 mcg/ml

3) 0,0630 = 0,0282x - 0,0015

x = 2,1950 mcg/ml

4) 0,0635 = 0,0282x - 0,0015

x = 2,2128 mcg/ml

5) 0,0629 = 0,0282x - 0,0015

x = 2,1915 mcg/ml

6) 0,0631 = 0,0282x - 0,0015

x = 2,1986 mcg/ml

B. Kadar

Kadar (mcg/ml) =

W Fp x V x C

Keterangan : C = Konsentrasi larutan sampel setelah pengenceran (mcg/ml)

V = Volume labu kerja (ml)

Fp = Faktor pengenceran

W = Berat penimbangan sampel (g)

1) Kadar 1 =

g 25,1300 500 x ml 100 x mcg/ml 2,2730

= 4522,483 mcg/g

= 452,2483 mg/100g

2) Kadar 2 =

g 25,0640 500 x ml 100 x mcg/ml 2,1808

= 4350,463 mcg/100g

= 435,0463 mg/100g

3) Kadar 3 =

g 25,0661 500 x ml 100 x mcg/ml 2,1950

= 4378,423 mcg/g

(54)

= 441,2011 mg/100g

5) Kadar 5 =

g 25,0642 500 x ml 100 x mcg/ml 2,1915

= 4371,733 mcg/g

= 437,1733 mg/100g

6) Kadar 6 =

g 25,0680 500 x ml 100 x mcg/ml 2,1986

= 4385,272 mcg/g

= 438,5272 mg/100g

2. Daun katuk Pematang Johar A. Konsentrasi

y = 0,0282x - 0,0011

y = absorbansi, x = konsentrasi (mcg/ml)

1) 0,0411 = 0,0282x - 0,0015

x = 1,4184 mcg/ml

2) 0,0402 = 0,0282x - 0,0015

x = 1,3865 mcg/ml

3) 0,0396 = 0,0282x - 0,0015

x = 1,3652 mcg/ml

4) 0,0397 = 0,0282x - 0,0015

x = 1,3688 mcg/ml

5) 0,0394 = 0,0282x - 0,0015

x = 1,3581 mcg/ml

6) 0,0399 = 0,0282x - 0,0015

x = 1,3759 mcg/ml

B. Kadar

Kadar (mcg/ml) =

(55)

Keterangan : C = Konsentrasi larutan sampel setelah pengenceran (mcg/ml)

V = Volume labu kerja (ml)

Fp = Faktor pengenceran

W = Berat sampel (g)

1) Kadar 1 =

g 25,1200 500 x ml 100 x mcg/ml 1,4184

= 2823,248 mcg/g

= 282,3248 mg/100g

2) Kadar 2 =

g 25,0871 500 x ml 100 x mcg/ml 1,3865

= 276,3372 mcg/g

= 276,3372 mg/100g

3) Kadar 3 =

g 25,0832 500 x ml 100 x mcg/ml 1,3652

= 2721,343 mcg/g

= 272,1343 mg/100g

4) Kadar 4 =

g 25,0851 500 x ml 100 x mcg/ml 1,3688

= 2728,313 mcg/g

= 272,8313 mg/100g

5) Kadar 5 =

g 25,0791 500 x ml 100 x mcg/ml 1,3581

= 2707,633 mcg/g

= 270,7633 mg/100g

6) Kadar 6 =

g 25,0783 500 x ml 100 x mcg/ml 1,3759

(56)

Lampiran 10. Perhitungan Statistik Kadar Ca pada sampel 1. Daun katuk Karo

No. X

(Kadar (mg/100g) )

X – X (X – X)2

1. 452,2483 -11,9083 141,8076

2. 435,0463 5,294 28,0264

3. 437,8423 2,498 6,2400

4. 441,2011 -0,8611 0,7415

5. 437,1733 3,167 10,03

6. 438,5272 1,813 3,287

∑X = 2642,0385 X = 440,34

∑(X – X)2 = 190,1325

Dari 6 data yang diperoleh, data ke-1 adalah yang paling menyimpang sehingga diuji dengan

uji Q.

Q = 0,6422

0463 , 435 2483 , 452 2011 , 441 2483 , 452 = −−

Nilai Q yang diperoleh melebihi nilai Q0,95 yaitu 0,621 sehingga data ditolak, untuk itu

perhitungan diulangi dengan cara yang sama tanpa mengikutsertakan data ke-1.

No. X

(Kadar (mg/100g) )

X – X (X – X)2

1. 435,0463 2,9117 8,478

2. 437,8423 0,1157 0,0134

3. 441,2011 -3,2431 10,5177

4. 437,1733 0,7847 0,6157

5. 438,5272 -0,5692 0,3240

∑X = 2189,7902 X = 437,9580

∑(X – X)2 = 19,9488

Dari 5 data yang diperoleh, data ke-1 adalah yang paling menyimpang sehingga diuji dengan

uji Q.

Q = 0,3456

0463 , 435 2011 , 441 1733 , 437 0463 , 435 = −−

Nilai Q yang diperoleh tidak melebihi nilai Q0,95 yaitu 0,621 semua data diterima.

SD =

( )

1 -n X -Xi 2

= 2,2332 4 9488 , 19 = RSD = X SD

X 100% = 100%

437,9580 2,2332

(57)
[image:57.595.80.412.252.419.2]

Rata-rata kadar Ca dengan selang kepercayaan 95% dengan nilai α = 0,05, n = 6, dk = 5, dari

tabel distribusi t diperoleh nilai t tabel = 2,5706 (Lampiran 17 Halaman 55).

μ = X mg/100g ± (t ½α s/√n) mg/100g

μ = 437,9580 mg/100g ± 2,5706 . 2,2332/√5 mg/100g

μ = 437,9580 mg/100g ± 2,5672 mg/100g

μ = (437,9580 ± 2,5672) mg/100g

2. Daun katuk Pematang Johar

No. X

(Kadar (mcg/g) )

X – X (X – X)2

1 282,3248 -7,5395 56,8441

2 276,3372 -1,552 2,4087

3 272,1343 2,651 7,0278

4 272,8313 1,954 3,8181

5 270,7633 4,022 16,1764

6 274,321 0,4643 0,2155

∑X = 1648,712 X = 274,7853

∑(X – X)2 = 86,4906

Dari 6 data yang diperoleh, data ke-1 adalah yang paling menyimpang sehingga diuji dengan

uji Q.

Q = 0,5179

7633 , 270 3248 , 282 3372 , 276 3248 , 282 = − −

nilai Q yang diperoleh tidak melebihi nilai Q0,95 yaitu 0,621 sehingga semua data diterima.

SD =

( )

1 -n X -Xi 2

= 4,1591 5 4906 , 86 = RSD = X SD

X 100% = 100%

274,7853 4,1591

x = 1,5136%

Rata-rata kadar Ca dengan selang kepercayaan 95% dengan nilai α = 0,05, n = 6, dk = 5, dari

(58)

μ = 274,7853 mg/100g ± 4,3649 mg/100g

μ = (274,7853 ± 4,3649) mg/100g

Lampiran 11. Pengujian Beda Nilai Rata-Rata Kadar Kalsium dalam sampel

1. Pengujian beda nilai rata-rata kadar kalsium dalam daun katuk Karo dan daun katuk

Pematang Johar

No Kadar Kalsium pada daun katuk Karo (mg/100g)

Kadar Kalsium pada daun katuk Pematang Johar (mg/100g)

1, 452,2483 282,3248

2, 435,0463 276,3372

3, 437,8423 272,1343

4, 441,2011 272,8313

5, 437,1733 270,7633

6, 438,5272 274,3208

X = 440,34 X = 274,7853

S1 = 6,1655 S2 = 4,1591

Dilakukan uji F dengan taraf kepercayaan 95% untuk mengetahui apakah variasi kedua

populasi sama (σ1 = σ2 ) atau bebeda (σ1 ≠ σ2 ).

1. Ho : σ1 = σ2

H1 : σ1 ≠ σ2

2. Nilai kritis F yang diperoleh dari tabel (F 0,05/2 (5,5)) adalah 7,1464

(Lampiran 18 Halaman 56)

Daerah kritis penerimaan : -7,1464 ≤ Fo ≤ 7,1464

Daerah kritis penolakan : Fo < -7,1464 atau Fo > 7,1464

3. Fo = 2 2

2 1

S

S

= 2

2

4,1591 6,1655

= 2,1975

4. Hasil ini menunjukkan bahwa Ho ditolak dan H1 diterima sehingga disimp

Gambar

Gambar 1. Komponen Spektrofotometer Serapan Atom
Tabel 2.1 Temperatur nyala dengan berbagai kombinasi bahan bakar dan bahan pengoksidasi Bahan Bakar Oksidasi Temperatur Maksimum (oK)
Tabel 3.1. Nilai Qkritis pada Taraf Kepercayaan 95%
Tabel 4.2 Data hasil pengukuran absorbansi larutan standar Ca
+7

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 4.1 Grafik Hasil Uji Regresi Linier Konsentrasi Ekstrak Etanol Daun Katuk ( Sauropus androgynus [L.] Merr.) terhadap Diameter Zona Hambat Candida albicans

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa seduhan daun katuk ( Sauropus androgynus (L.) Merr ) dapat menurunkan kualitas spermatozoa pada

Pengujian skrinning aktivitas antibakteri daun katuk ( Sauropus androgynus Merr.) yang digunakan yaitu ekstrak metanol dan ekstrak etil asetat terhadap bakteri uji

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian seduhan daun katuk (Sauropus androgynus (L) Merr.) terhadap penurunan kualitas spermatogenesis tikus

Sedangkan kelompok uji diberikan seduhan daun katuk (Sauropus androgynus (L) Merr.) 1g/KgBB/hari dalam ekstrak 50% satu kali sehari secara Oral menggunakan sonde lambung selama

Menurut Kusuma[4] katuk ( Sauropus androgynus L. merr) merupakan salah satu komoditi tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai sayuran yang juga termasuk dalam tanaman

PENGGUNAAN INFUSUM DAUN KATUK ( Sauropus androgynus L. Merr ) TERHADAP JUMLAH TOTAL BAKTERI DAN DERAJAT.. KEASAMAN PADA

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa seduhan daun katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr) dapat menurunkan kualitas spermatozoa pada