• Tidak ada hasil yang ditemukan

NASKAH PUBLIKASI SUBSTITUSI TEPUNG DAUN KATUK (Sauropus androgynus (L) Merr) Substitusi Tepung Daun Katuk (Sauropus Androgynus (L) Merr) Terhadap Elongasi Dan Daya Terima Mie Basah.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "NASKAH PUBLIKASI SUBSTITUSI TEPUNG DAUN KATUK (Sauropus androgynus (L) Merr) Substitusi Tepung Daun Katuk (Sauropus Androgynus (L) Merr) Terhadap Elongasi Dan Daya Terima Mie Basah."

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

NASKAH PUBLIKASI

SUBSTITUSI TEPUNG DAUN KATUK (Sauropus androgynus (L) Merr) TERHADAP ELONGASI DAN DAYA TERIMA MIE BASAH

Karya Tulis Ilmiah ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Ijazah Diploma III Ilmu Gizi

Disusun Oleh :

NUR HASANAH ITSNAINI

J 300 120 011

PROGRAM STUDI ILMU GIZI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)
(3)

DEPARTMENT OF NUTRITION SCIENCE FACULTY OF HEALTY SCIENCE MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF SURAKARTA SCIENTIFIC PAPER ABSTRACT

Nur Hasanah Itsnaini, J300120011

SUBSTITUTION OF KATUK LEAVES FLOUR TO ELONGATION AND ACCAPTANCE OF WET NOODLES

Backround : National development programs by the goverment of Indonesia is currently one of which ensure increased food production and more diverse consumption. Diversification of food in this case is a vegetable (katuk leaves) can be used as an additional ingredient products such as noodle.

Purpose : The purpose of this study was to determine the effect of the use of katuk leaves as a substituent of wheat flour to elongation and acceptance of wet noodle.

Method : This research method is experimental research with a completely randomized design that use four additional variations (0%, 10%, 20%, and 30%). Statistical analysis to elongation and acceptability use One Way Anova test and is an impact, will test again by a DuncanMultiple Range Test (DMRT).

Result : Elongation in the wet noodle has a value of p<0,05 (0,003) is no substitution effect to elongation katuk leaves of wet noodle. While the acceptability of the color, savor, flavor, texture, and overall liking by panelist indicate that the much preferred is wet noodle with substitution of 0% katuk leaves flour of total flour.

Coclution : There is a substitution effect katuk leaves flour in the production of wet noodle to elongation and acceptance wet noodle.

Suggestion : Based on highest panelist acceptance, the suggest is substitute flour of katuk leaves at least when compared with controls. Continue research is needed on how to remove do not like on katuk leaves savor.

(4)

PENDAHULUAN

Berdasarkan jumlah yang

dibutuhkan oleh tubuh, zat gizi

dibagi menjadi dua, yaitu zat gizi

makro dan zat gizi mikro. Zat gizi

yang termasuk kelompok zat gizi

makro adalah karbohidrat, lemak,

dan protein. Fungsi kelompok zat

gizi makro yaitu untuk menyuplai

energi dan zat-zat gizi esensial yang

berguna untuk keperluan

pertumbuhan sel atau jaringan, fungsi pemeliharaan maupun

aktivitas tubuh. Sedangkan zat gizi

mikro adalah zat gizi yang

dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah

kecil atau sedikit tetapi ada dalam

makanan (Almatsier, 2001).

Terdapat beberapa masalah gizi

yang ditimbulkan akibat kekurangan

zat gizi mikro terutama yodium, zat

besi dan vitamin A diderita lebih dari

sepertiga penduduk dunia.

Kurangnya zat gizi mikro

menyebabkan konsekuensi yang

sangat serius pada individu maupun

keluarga, antara lain

ketidakmaupuan belajar,

menurunkan kapasitas kerja, sakit,

dan bahkan bisa menyebabkan

kematian (Manila Forum 2000).

Menurut Soekirman (2003) masalah

akibat kekurangan zat gizi mikro ini

dapat dicegah atau dihilangkan jika

sejumlah kecil zat gizi tersebut

dikonsumsi secara terus menerus.

Sumber zat gizi mikro terdiri dari vitamin dan mineral yang beberapa

diantaranya terdapat pada sayuran.

Terdapat beberapa macam

sayuran yang ada di Indonesia,

salah satunya yaitu daun katuk.

Daun katuk merupakan salah satu

jenis sayuran yang mudah diperoleh

di setiap pasar, baik pasar

tradisional maupun swalayan.

Ditinjau dari kandungan gizinya,

daun katuk merupakan jenis sayuran

hijau yang memiliki banyak manfaat

(5)

badan. Di dalam daun katuk terdapat

cukup banyak kandungan kalori,

protein, kalsium, zat besi, fosfor dan

vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh

manusia (Rukmana, 2003).

Berbagai faktor yang

berpengaruh terhadap pola dan

perilaku konsumsi sayur di

masyarakat yaitu faktor

pengetahuan, sikap, ketersediaan

sayur, pendidikan ibu, pendapatan

keluarga, dll (Aswatini, 2008). Usaha perwujudan ketahanan pangan pada

umumnya diversifikasi pangan yang

telah dituangkan dalam

undang-undang nomor 25 tahun 2000

tentang program pembangunan

nasional. Program ini salah satunya

bertujuan untuk menjamin

peningkatan produksi dan konsumsi

pangan yang lebih beragam

(Krisnamurthi, 2003).

Penganekaragaman pangan

adalah upaya menyediakan dan

mengkonsumsi pangan dengan

menu beraneka-ragam sehingga

tidak didominasi hanya oleh satu

atau sedikit jenis bahan pangan

saja, serta menu yang bervariasi

untuk menghindari kebosanan

(Hariyadi, 2013). Upaya untuk

mengatasi tingkat kebosanan atau

dominasi bahan pangan dapat

dilakukan variasi dalam pengolahan

pangan, salah satunya membuat

sayuran menjadi bentuk makanan

lain. Penganekaragaman pangan ini dapat dilakukan dengan melakukan

substitusi bahan pangan terhadap suatu produk. Sayuran dalam hal ini

daun katuk dapat disubstitusikan

pada produk mie

Mie merupakan makanan

yang paling populer di Asia

khususnya Indonesia. Bahan baku

dalam pembuatan mie yaitu tepung

terigu yang diformulasikan dengan

bahan lain. Formulasi utama adalah

tepung terigu, garam, dan air. ketiga

(6)

menentukan warna, tekstur,

penampakan, dan cita rasa

(Nagao,1981). Mie yang ada di

Indonesia pada umumnya adalah

mie dengan warna kuning, bentuk

khas mie yaitu berupa pilinan

panjang yang dapat mengembang

sampai batas tertentu dan elastis

serta kalau direbus tidak banyak

padatan yang hilang. Semua ini

termasuk sifat fisik mie yang sangat

menentukan tingkat penerimaan konsumen (Setyaningrum dan

Marsono, 1999).

Elongasi adalah salah satu

sifat fisik dari mie basah, elongasi

diukur untuk mengetahui tingkat

elastisitas dari mie basah yang

dihasilkan. Nilai elongasi dapat

berfungsi untuk mengetahui sifat

kelenturan suatu bahan sehingga

dapat diketahui kemampuan

maksimal mie basah untuk

memanjang (Indraryani, 2003).

Menurut penelitian yang telah

dilakukan oleh Satyaningtyas (2014),

penambahan substisusi tepung daun

katuk pada pembuatan roti tawar

berpengaruh terhadap warna yang

dihasilkan. Semakin tinggi

konsentrasi proporsi tepung daun

katuk yang digunakan, maka warna

yang dihasilkan pada produk roti

tawar semakin berwarna hijau gelap.

Penambahan subtitusi daun katuk

juga akan berpengaruh terhadap tekstur produk yang dihasilkan.

Semakin tinggi konsentrasi subtitusi daun katuk yang digunakan, maka

tekstur yang dihasilkan pada produk

tersebut akan semakin keras dan

padat. Hal tersebut disebabkan oleh

subtitusi tepung daun katuk yang

dapat menurunkan kemampuan

pada adonan, baik dalam

pembentukan maupun penambahan

gas sehingga tingkat pengembangan

(7)

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menurut

jenisnya merupakan penelitian

eksperimen yang bertujuan untuk

mengetahui elongasi dan daya

terima mie basah dengan substitusi

tepung daun katuk (Sauropus

androgynus (L) Merr). Lokasi

penelitian dilakukan di Laboratorium

Ilmu Teknologi Pangan dan

Laboratorium Uji Organoleptik

Program Studi Ilmu Gizi Fakultas

Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Surakarta serta

waktu penelitian dilaksanakan pada

bulan Agustus 2015. Rancangan

penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah rancangan acak

lengkap dengan 4 perlakuan yaitu

mie basah dengan variasi substitusi

tepung daun katuk sebesar 0%,

10%, 20%, dan 30% dari berat total

tepung.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Mie basah pada penelitian ini

dibuat dari tepung terigu dengan

substitusi daun katuk, telur, garam,

soda kue, dan air. Mie basah daun

katuk ini kemudian dilakukan uji

elongasi dan daya terima. Mie basah

daun katuk merupakan mie yang

terbuat dari campuran tepung terigu dan tepung daun katuk dengan

persentase tepung daun katuk 0%,

10%, 20%, dan 30% dari total

tepung. Variasi substitusi daun katuk

dilakukan untuk mengetahui

pengaruh substitusi tepung daun

katuk terhadap elongasi dan daya

(8)

HASIL PENELITIAN

1. Elongasi

Substitusi Tepung Daun Katuk

Elongasi Rata-rata

Ulangan I Ulangan II Ulangan III

0% 0.066 0.064 0.088 0.072 ± 0.013

10% 0.055 0.049 0.076 0.060 ± 0.014

20% - 0,124 0.129 0.126 ± 0.003

30% 0.072 0.047 0.066 0.061 ± 0.130

Nilai p 0.003

Hasil uji analisis One

Way Anova menunjukkan bahwa persentase substitusi

tepung daun katuk yaitu memiliki nilai p <0.05, maka

terdapat pengaruh substitusi tepung daun katuk pada

elongasi mie basah.

Berdasarkan tabel.6 elongasi

yang paling rendah terdapat

pada persentase 10% dan

30%. Elongasi dipengaruhi

oleh sifat amilografi (sifat gelatinisasi) dan tekanan yang

diberikan, elongasi yang tinggi dapat disebabkan oleh kuatnya

ikatan pati akibat proses gelatinisasi yang diberikan

karena banyaknya pati yang

tergelatinisasi (Indraryani,

(9)

2. Daya Terima

Nilai Rata-rata Panelis Berdasarkan Uji Kesukaan Terhadap Mie Basah dengan Substitusi Tepung Daun Katuk

Substitusi Tepung

Daun Katuk

Warna Aroma Rasa Tekstur Kesukaan Keseluruhan 0% 5.03b

4.93c 4.97b 5.30b 5.17c

10% 4.80a,b

3.50b 4.50b 5.10b 4.57b,c

20% 4.40a,b

2.63a 3.47a 4.60a,b 3.90a,b

30% 4.00a

2.63a 3.20a 4.30a 3.40a

Nilai p 0.059 0.000 0.000 0.017 0.000

Berdasarkan rata-rata hasil

uji daya terima, dapat diketahui

bahwa tingkat kesukaan

panelis terhadap mie basah

dengan substitusi tepung daun

katuk memiliki nilai signifikansi

(p>0.05) pada warna, yang

menunjukkan bahwa tidak ada

pengaruh substitusi tepung

daun katuk pada mie basah

terhadap tingkat kesukaan panelis. Sedangkan pada

aroma, rasa, tekstur, dan

kesukaan keseluruhan

memiliki nilai signifikansi

(p<0.05) yang menunjukkan

bahwa ada pengaruh tingkat

kesukaan panelis pada mie

basah dengan substitusi daun

katuk terhadap aroma, rasa,

tekstur, dan keseluruhan

(10)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan :

1. Terdapat pengaruh substitusi

tepung daun katuk pada

pembuatan mie basah terhadap

elongasi, dengan nilai tertinggi

yaitu 0,07 N pada substitusi

tepung daun katuk 0%, produk

ini tidak berbeda nyata dengan

mie basah substitusi tepung

daun katuk 10% yaitu 0,06 N.

2. Nilai elongasi pada mie basah dengan substitusi tepung daun

katuk 0% adalah 0,07 N, substitusi tepung daun katuk

10% yaitu 0,06 N, substitusi

tepung daun katuk 20% yaitu

0,11, dan mie basah dengan

substitusi tepung daun katuk

30% sebesar 0,06 N.

3. Daya terima terhadap warna

yang paling disukai adalah mie

basah dengan substitusi tepung

daun katuk 0%, aroma yang

paling disukai yaitu substitusi

0%, rasa yang paling disukai

yaitu substitusi 0%, tekstur yang

paling disukai yaitu substitusi

0%, dan kesukaan keseluruhan

yang paling disukai adalah 0%. Saran

1. Penggunaan substitusi tepung

daun katuk pada pembuatan

mie basah sebaiknya

menggunakan persentase yang paling sedikit untuk

menghasilkan warna yang banyak disukai panelis bila

dibandingkan dengan kontrol.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih

lanjut mengenai bagaimana

cara menghilangkan bau yang

tidak disukai pada daun katuk

agar tidak mengurangi daya

(11)

DAFTAR PUSTAKA

ADB. 2000. Manila Forum. 2000 :

strategies to fortify essential food in Asia and the fasific.

Asian development bank. Manila

Almatsier, S.2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Aswatini, dkk. 2008. Konsumsi

Sayur dan Buah di

Masyarakat dalam Konteks

Pemenuhan Gizi Seimbang.

Pusat penelitian

kependudukan lembaga ilmu pengetahuan indonesia (PPK-LIPI), Jakarta.

Bayu Krisnamurthi. 2003. Agenda Pemberdayaan Petani dalam

Rangka Pemantapan

Ketahanan Pangan Nasional.

Jurnal Ekonomi Rakyat Th.II No.7 Oktober 2003

Hariyadi, P. 2003. Peranan Industri untuk Penguatan Ketahanan

Pangan Mandiri dan

Berdaulat. Simposium

Pangan Nasional Indofood.

2-3 Desember 2013. Jakarta Indraryani, I. S. 2003. Pemanfaatan

rumput laut Eucheuma

cottonii untuk

memperkaya kandungan iodium dan serat pangan berbagai jenis mi. Skripsi S1. Institut Pertanian

Bogor. (tidak

dipublikasikan).

Nagao S. 1981. Soft Wheat Use in the Orient, in Soft Wheat: Production, Breeding, Milling

and Uses. American

Assosiation of Cereal

Chemists, St Paul, Minoseta, USA, p 267-304.

Rukmana. 2003. Katuk Potensi dan

Manfaatnya. Penerbit,

kanisius yogyakarta.

Satyaningtyas. 2014. Roti Tawar Laktogenik. Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol.2 No.1 p.121-131.

Setianingrum, A.W. dan Marsono, 1999. Pengkayaan vitamin A dan vitamin E dalam

Pembuatan Mie instant

Menggunakan Minyak Sawit

Merah.Kumpulan

PenelitianTerbaik Bogasari 1998-2001, Jakarta.

Soekirman. 2003. Fortifikasi dalam Program Gizi, Apa dan

Mengapa. Koalisi

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya kesenjangan yang penulis temukan adalah dalam hal penentuan faktor predisposisi hiperemesis gravidarum, teori menyatakan bahwa salah satu faktor

Komisi yang diberikan kepada pialang asuransi, agen dan perusahaan asuransi lain sehubungan dengan penutupan pertanggungan dicatat sebagai beban komisi, sedangkan komisi yang

Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan sikap ibu terhadap kepatuhan pemberian imunisasi dasar pada bayi di Desa Mororejo

Hasil penelitian ini didasarkan pada tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui prosedur pemberian tugas berbasis portofolio dalam proses kegiatan belajar mengajar

Jika 2 titik letis mempunyai paritas yang sama maka sesuai sifat penjumlahan maka dapat dipastikan kedua titik letis memiliki jarak mendatar dan jarak vertikal merupakan bilangan

nasabah yang datang ke kantor pelayanan. Aspek ini merupakan bagian dari dimensi reliability, yang secara umum dipersepsikan dengan memuaskan oleh responden. Namun indikator

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, dalam rangka melaksanakan kegiatan Seminar Internasional di Dalam/Luar Negeri*) yang pendanaannya dibantu oleh

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah terdiri dari; tes kemampuan kreatif matematik, tes pemecahan masalah matematika, lembar observasi, dan