• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis integrasi pasar gula domestik dan pasar gula dunia, serta pengaruh adanya tarif impor: Pendekatan dengan metode var

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis integrasi pasar gula domestik dan pasar gula dunia, serta pengaruh adanya tarif impor: Pendekatan dengan metode var"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS INTEGRASI PASAR GULA DOMESTIK

DAN PASAR GULA DUNIA, SERTA

PENGARUH ADANYA TARIF IMPOR:

PENDEKATAN DENGAN METODE VAR

Oleh:

REINHARD DEMAKO CHRISTIANTO SIANTURI

A14301009

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

FAKULTAS PERTANIAN

▸ Baca selengkapnya: mangga salak pala dan gula di pasar dapat dijadikan

(2)

RINGKASAN

REINHARD DEMAKO CHRISTIANTO SIANTURI. Analisis Integrasi Pasar Gula Domestik dan Pasar Gula Dunia, serta Pengaruh Adanya Tarif Impor: Pendekatan dengan Metode VAR. Di bawah bimbingan ISANG GONARSYAH.

Menghadapi krisis ekonomi dan tekanan dari IMF (International Monetary Fund), pada tahun 1998 pemerintah mencabut monopoli impor gula oleh Bulog dan sekaligus mengeluarkan keputusan tentang liberalisasi perdagangan gula. Menarik untuk dikaji, mengapa dengan dicabutnya monopoli impor gula marjin harga antara pasar gula domestik dan pasar dunia cenderung meningkat.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis integrasi pasar gula domestik dengan pasar gula dunia, dan (2) menganalisis pengaruh kebijakan tarif impor gula terhadap integrasi pasar gula domestik dan dunia.

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data deret waktu (time series) yang berjumlah 84 bulan (Januari 1998 hingga Desember 2004). Data harga gula domestik merupakan harga gabungan dari beberapa kota besar di Indonesia yang dikeluarkan oleh Dewan Gula Indonesia (DGI), sementara harga gula dunia merupakan harga yang terjadi di pasar lelang London (Inggris). Pengolahan data dilakukan dengan pendekatan metode Vector Autoregression

(VAR), dan menggunakan perangkat lunak Mickrofit 4.0.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi integrasi pasar yang lemah antara pasar gula domestik dengan pasar gula dunia. Harga gula di pasar domestik dipengaruhi oleh harga gula dunia jenis raw sugar dan sekaligus menjadi pemimpin harga bagi gula domestik, sementara harga gula domestik tidak mempengaruhi secara nyata kedua jenis harga gula dunia (raw sugar dan white sugar). Hal ini disebabkan karena Indonesia merupakan negara net importer gula, sehingga kebijakan domestik dan fluktuasi harga gula kurang mempengaruhi harga gula dunia. Tarif impor yang diterapkan pemerintah Indonesia ternyata mempengaruhi integrasi pasar yang terjadi, namun secara umum dapat dikatakan bahwa tarif impor ini masih kurang efektif dan cenderung mendorong terjadinya penyelundupan.

(3)

ANALISIS INTEGRASI PASAR GULA DOMESTIK

DAN PASAR GULA DUNIA, SERTA

PENGARUH ADANYA TARIF IMPOR:

PENDEKATAN DENGAN METODE VAR

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

Pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh:

REINHARD DEMAKO CHRISTIANTO SIANTURI A14301009

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

FAKULTAS PERTANIAN

(4)

Judul : ANALISIS INTEGRASI PASAR GULA DOMESTIK DAN

PASAR GULA DUNIA, SERTA PENGARUH ADANYA

TARIF IMPOR: PENDEKATAN DENGAN METODE VAR

Nama : Reinhard Demako Christianto Sianturi

NRP : A14301009

Menyetujui,

Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Isang Gonarsyah NIP. 130 354 140

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M. Agr NIP. 130 422 698

(5)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL

“ANALISIS INTEGRASI PASAR GULA DOMESTIK DAN PASAR GULA

DUNIA, SERTA PENGARUH ADANYA TARIF IMPOR: PENDEKATAN

DENGAN METODE VAR” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA

PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK

TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA

MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA

SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG

PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI

SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, Desember 2005

Reinhard D.C Sianturi

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tarutung-Tapanuli Utara, pada 19 Januari 1983. Penulis merupakan anak keempat dari empat bersaudara, dari keluarga Bapak Rasmin Sianturi dan Ibu Bertua Hutabarat.

Penulis menempuh pendidikan pra sekolah di TK Santa Maria Tarutung pada tahun 1988. Pada tahun 1989 sampai tahun 1995 penulis melanjutkan pendidikan di SD Santa Maria Tarutung. Pada tahun 1995 sampai tahun 1998 penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Santa Maria Tarutung. Pada tahun 1998 penulis melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 1 Tarutung dan lulus pada tahun 2001. Pada tahun yang sama, penulis diterima sebagai mahasiswa di Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya, Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB).

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang

telah melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini.

Skripsi ini berjudul “Analisis Integrasi Pasar Gula Domestik dan Pasar

Gula Dunia, serta Pengaruh Adanya Tarif Impor: Pendekatan dengan Metode

VAR”. Skripsi ini merupkan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Pertanian pada Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas

Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penulis berharap tulisan ini dapat diterima dan dimanfaatkan bagi

perkembangan ilmu pengetahuan, dan pihak lain yang memerlukannya.

Bogor, Desember 2005

(8)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Ir. Isang Gonarsyah selaku dosen pembimbing, atas kesabarannya

membimbing penulis selama penelitian dan penyelesaian skripsi ini.

2. Dr. Ir. Harianto, MS selaku dosen penguji utama, atas segala kritik dan sarannya.

3. Dra. Yusalina, Msi selaku dosen penguji wakil departemen, terima kasih atas masukannya dalam penyempurnaan skripsi ini.

4. Bapak Hadi (Kepala Sekretariat DGI) beserta seluruh staf DGI, yang mengizinkan dan membantu penulis dalam pengambilan data.

5. Papa dan Mama yang senantiasa setia memberikan cinta kasih, dukungan, doa, dan semangat.

6. Ompung Pahae, Keluarga Lae Siagian, Keluarga Pak Juan, K’Minar, Keluarga besar Sianturi, Hutabarat dan Rajagukguk.

7. Adrian, SP, Msi dan John Sri Cay Simbolon, SP atas bantuannya.

8. Keluarga Sakura (Ko’Dre, B’Joe, Imron, Adit, Eko, Rogger, Ernest, Franky, Michael, Manris, Rimpun, Tommy, Boni, Dicky, Sir’Dav, Cardo, Tumpal, Hery, Togu, Kueng), Fina, dan tidak lupa kepada Ibu Kost.

9. Keluarga besar PARTARU Bogor dan MORVIE COMP. 10. EPS 38 dan EPS 39.

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 1

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Kegunaan Penelitian... 4

1.5. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Tentang Harga Gula ... 5

2.2. Penelitian Terdahulu Tentang Integrasi Pasar Gula ... 6

2.3. Penelitian Terdahulu Tentang Pengaruh Tarif Impor Gula ... 8

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 10

3.1.1. Integrasi Pasar ... 10

3.1.1.1. Integrasi Pasar Spasial ... 11

3.1.1.2. Integrasi Pasar Vertikal... 15

3.1.2. Pengaruh Intervensi Kebijakan Proteksi Negara Importir Terhadap Harga... 16

3.1.3. Analisis Model Integrasi Pasar... 17

3.1.4. Model Vector Autoregression (VAR) ... 19

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 20

IV. METODE PENELITIAN 4.1. Jenis dan Sumber Data ... 24

4.2. Metode Pengolahan dan Analisis Data... 25

4.2.1. Penstasioneran Data... 25

4.2.2. Penentuan Ordo Vektor Autoregresi ... 27

4.2.3. Model Integrasi Pasar Gula... 27

4.2.4. Pendugaan Koefisien ... 28

4.3. Hipotesis Penelitian... 28

(10)

V. EKONOMI GULA

5.1. Kondisi Pasar Gula Dunia ... 31

5.2. Kondisi Pasar Gula Indonesia ... 36

5.2.1. Produksi Gula Indonesia... 37

5.2.2. Konsumsi Gula Indonesia ... 38

5.2.3. Impor Gula Indonesia ... 40

5.3. Perkembangan Harga Gula ... 41

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Eksplorasi Data ... 44

6.2. Hasil Pendugaan Integrasi Pasar ... 45

6.2.1. Penstasioneran Data... 45

6.2.2. Penentuan Ordo Vektor Autoregresi ... 46

6.2.3. Penentuan Model Integrasi Pasar Gula... 47

6.2.4. Pendugaan Koefisien ... 47

6.2.5. Uji Kebaikan Model ... 51

6.3. Pembahasan... 53

6.3.1. Analisis Integrasi Pasar Gula Domestik dengan Pasar Gula Dunia... 53

6.3.2. Analisis Pengaruh Tarif Impor Gula dalam Integrasi Pasar ... 55

VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan ... 58

7.2. Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 60

(11)

ANALISIS INTEGRASI PASAR GULA DOMESTIK

DAN PASAR GULA DUNIA, SERTA

PENGARUH ADANYA TARIF IMPOR:

PENDEKATAN DENGAN METODE VAR

Oleh:

REINHARD DEMAKO CHRISTIANTO SIANTURI

A14301009

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

FAKULTAS PERTANIAN

(12)

RINGKASAN

REINHARD DEMAKO CHRISTIANTO SIANTURI. Analisis Integrasi Pasar Gula Domestik dan Pasar Gula Dunia, serta Pengaruh Adanya Tarif Impor: Pendekatan dengan Metode VAR. Di bawah bimbingan ISANG GONARSYAH.

Menghadapi krisis ekonomi dan tekanan dari IMF (International Monetary Fund), pada tahun 1998 pemerintah mencabut monopoli impor gula oleh Bulog dan sekaligus mengeluarkan keputusan tentang liberalisasi perdagangan gula. Menarik untuk dikaji, mengapa dengan dicabutnya monopoli impor gula marjin harga antara pasar gula domestik dan pasar dunia cenderung meningkat.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis integrasi pasar gula domestik dengan pasar gula dunia, dan (2) menganalisis pengaruh kebijakan tarif impor gula terhadap integrasi pasar gula domestik dan dunia.

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data deret waktu (time series) yang berjumlah 84 bulan (Januari 1998 hingga Desember 2004). Data harga gula domestik merupakan harga gabungan dari beberapa kota besar di Indonesia yang dikeluarkan oleh Dewan Gula Indonesia (DGI), sementara harga gula dunia merupakan harga yang terjadi di pasar lelang London (Inggris). Pengolahan data dilakukan dengan pendekatan metode Vector Autoregression

(VAR), dan menggunakan perangkat lunak Mickrofit 4.0.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi integrasi pasar yang lemah antara pasar gula domestik dengan pasar gula dunia. Harga gula di pasar domestik dipengaruhi oleh harga gula dunia jenis raw sugar dan sekaligus menjadi pemimpin harga bagi gula domestik, sementara harga gula domestik tidak mempengaruhi secara nyata kedua jenis harga gula dunia (raw sugar dan white sugar). Hal ini disebabkan karena Indonesia merupakan negara net importer gula, sehingga kebijakan domestik dan fluktuasi harga gula kurang mempengaruhi harga gula dunia. Tarif impor yang diterapkan pemerintah Indonesia ternyata mempengaruhi integrasi pasar yang terjadi, namun secara umum dapat dikatakan bahwa tarif impor ini masih kurang efektif dan cenderung mendorong terjadinya penyelundupan.

(13)

ANALISIS INTEGRASI PASAR GULA DOMESTIK

DAN PASAR GULA DUNIA, SERTA

PENGARUH ADANYA TARIF IMPOR:

PENDEKATAN DENGAN METODE VAR

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

Pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh:

REINHARD DEMAKO CHRISTIANTO SIANTURI A14301009

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

FAKULTAS PERTANIAN

(14)

Judul : ANALISIS INTEGRASI PASAR GULA DOMESTIK DAN

PASAR GULA DUNIA, SERTA PENGARUH ADANYA

TARIF IMPOR: PENDEKATAN DENGAN METODE VAR

Nama : Reinhard Demako Christianto Sianturi

NRP : A14301009

Menyetujui,

Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Isang Gonarsyah NIP. 130 354 140

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M. Agr NIP. 130 422 698

(15)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL

“ANALISIS INTEGRASI PASAR GULA DOMESTIK DAN PASAR GULA

DUNIA, SERTA PENGARUH ADANYA TARIF IMPOR: PENDEKATAN

DENGAN METODE VAR” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA

PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK

TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA

MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA

SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG

PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI

SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, Desember 2005

Reinhard D.C Sianturi

(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tarutung-Tapanuli Utara, pada 19 Januari 1983. Penulis merupakan anak keempat dari empat bersaudara, dari keluarga Bapak Rasmin Sianturi dan Ibu Bertua Hutabarat.

Penulis menempuh pendidikan pra sekolah di TK Santa Maria Tarutung pada tahun 1988. Pada tahun 1989 sampai tahun 1995 penulis melanjutkan pendidikan di SD Santa Maria Tarutung. Pada tahun 1995 sampai tahun 1998 penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Santa Maria Tarutung. Pada tahun 1998 penulis melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 1 Tarutung dan lulus pada tahun 2001. Pada tahun yang sama, penulis diterima sebagai mahasiswa di Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya, Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB).

(17)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang

telah melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini.

Skripsi ini berjudul “Analisis Integrasi Pasar Gula Domestik dan Pasar

Gula Dunia, serta Pengaruh Adanya Tarif Impor: Pendekatan dengan Metode

VAR”. Skripsi ini merupkan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Pertanian pada Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas

Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penulis berharap tulisan ini dapat diterima dan dimanfaatkan bagi

perkembangan ilmu pengetahuan, dan pihak lain yang memerlukannya.

Bogor, Desember 2005

(18)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Ir. Isang Gonarsyah selaku dosen pembimbing, atas kesabarannya

membimbing penulis selama penelitian dan penyelesaian skripsi ini.

2. Dr. Ir. Harianto, MS selaku dosen penguji utama, atas segala kritik dan sarannya.

3. Dra. Yusalina, Msi selaku dosen penguji wakil departemen, terima kasih atas masukannya dalam penyempurnaan skripsi ini.

4. Bapak Hadi (Kepala Sekretariat DGI) beserta seluruh staf DGI, yang mengizinkan dan membantu penulis dalam pengambilan data.

5. Papa dan Mama yang senantiasa setia memberikan cinta kasih, dukungan, doa, dan semangat.

6. Ompung Pahae, Keluarga Lae Siagian, Keluarga Pak Juan, K’Minar, Keluarga besar Sianturi, Hutabarat dan Rajagukguk.

7. Adrian, SP, Msi dan John Sri Cay Simbolon, SP atas bantuannya.

8. Keluarga Sakura (Ko’Dre, B’Joe, Imron, Adit, Eko, Rogger, Ernest, Franky, Michael, Manris, Rimpun, Tommy, Boni, Dicky, Sir’Dav, Cardo, Tumpal, Hery, Togu, Kueng), Fina, dan tidak lupa kepada Ibu Kost.

9. Keluarga besar PARTARU Bogor dan MORVIE COMP. 10. EPS 38 dan EPS 39.

(19)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 1

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Kegunaan Penelitian... 4

1.5. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Tentang Harga Gula ... 5

2.2. Penelitian Terdahulu Tentang Integrasi Pasar Gula ... 6

2.3. Penelitian Terdahulu Tentang Pengaruh Tarif Impor Gula ... 8

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 10

3.1.1. Integrasi Pasar ... 10

3.1.1.1. Integrasi Pasar Spasial ... 11

3.1.1.2. Integrasi Pasar Vertikal... 15

3.1.2. Pengaruh Intervensi Kebijakan Proteksi Negara Importir Terhadap Harga... 16

3.1.3. Analisis Model Integrasi Pasar... 17

3.1.4. Model Vector Autoregression (VAR) ... 19

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 20

IV. METODE PENELITIAN 4.1. Jenis dan Sumber Data ... 24

4.2. Metode Pengolahan dan Analisis Data... 25

4.2.1. Penstasioneran Data... 25

4.2.2. Penentuan Ordo Vektor Autoregresi ... 27

4.2.3. Model Integrasi Pasar Gula... 27

4.2.4. Pendugaan Koefisien ... 28

4.3. Hipotesis Penelitian... 28

(20)

V. EKONOMI GULA

5.1. Kondisi Pasar Gula Dunia ... 31

5.2. Kondisi Pasar Gula Indonesia ... 36

5.2.1. Produksi Gula Indonesia... 37

5.2.2. Konsumsi Gula Indonesia ... 38

5.2.3. Impor Gula Indonesia ... 40

5.3. Perkembangan Harga Gula ... 41

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Eksplorasi Data ... 44

6.2. Hasil Pendugaan Integrasi Pasar ... 45

6.2.1. Penstasioneran Data... 45

6.2.2. Penentuan Ordo Vektor Autoregresi ... 46

6.2.3. Penentuan Model Integrasi Pasar Gula... 47

6.2.4. Pendugaan Koefisien ... 47

6.2.5. Uji Kebaikan Model ... 51

6.3. Pembahasan... 53

6.3.1. Analisis Integrasi Pasar Gula Domestik dengan Pasar Gula Dunia... 53

6.3.2. Analisis Pengaruh Tarif Impor Gula dalam Integrasi Pasar ... 55

VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan ... 58

7.2. Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 60

(21)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Produksi, Penawaran dan Konsumsi Gula Dunia

Tahun 1989/1990 sampai 1999/2000 (juta ton) ... 32

2. Negara Eksportir Utama Gula Dunia

Tahun 1995/1996-1999/2000... 34

3. Negara Importir Utama Gula Dunia

Tahun 1995/1996-1999/2000... 35

4. Luas Areal Tebu, Produksi Tebu dan Produksi Gula di Indonesia

Tahun 1993-1994 ... 38

5. Konsumsi, Produksi dan Konsumsi Per Kapita Gula

Indonesia Tahun 1993-2002 ... 39

6. Impor Gula Indonesia Tahun 1993-2002... 41

7. Hasil Uji Kestasioneran Data ... 46

8. Koefisien Model VAR Integrasi Pasar Gula Domestik dengan

Pasar Gula Dunia... 48

9. Diagnostic Test Model VAR ... 52 10. Perbadingan Volume Impor Gula Dunia Jenis Raw Sugar dan

(22)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Fluktuasi Harga Gula Domestik dan Harga Gula Dunia

Tahun 1995-2004 ... 2

2. Kurva Supply dan Demand Pasar Potensial

Surplus dan Pasar Potensial Defisit... 12

3. Kurva Excess Supply (Pasar A) dan Excess Demand

(Pasar B) dalam Perdagangan ... 13

4. Dampak Pemberlakuan Tarif Impor... 17

(23)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Data Tentang Gula ... 63

2. Plot Data ... 66

3. Uji Kestasioneran Data ... 68

(24)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Gula merupakan salah satu komoditi pangan pokok yang memiliki arti dan

posisi strategis di Indonesia. Permintaan gula cenderung meningkat dari tahun ke

tahun seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan tingkat pendapatan

perkapita. Permintaan gula yang tinggi ini tidak dapat diimbangi oleh penawaran

gula domestik akibat menurunnya produksi gula domestik.

Kekurangan supply gula di pasar domestik dipenuhi pemerintah dengan melakukan impor gula oleh Bulog. Menghadapi krisis ekonomi dan tekanan dari

IMF (International Monetary Fund), pemerintah kemudian mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 19 tahun 1998 tentang pelaksanaan liberalisasi

perdagangan gula, artinya impor gula tidak lagi dimonopoli oleh Bulog.

Kebijakan ini sekaligus mengawali terjadinya persaingan antara gula lokal dan

gula dunia, serta keterkaitan antara harga gula di pasar domestik dengan harga

gula di pasar dunia.

1.2. Perumusan Masalah

Kebijakan pemerintah Indonesia dalam pemberlakuan liberalisasi

perdagangan gula telah menimbulkan peningkatan volume impor gula yang cukup

tajam, bahkan sering menimbulkan kelebihan impor gula yang mencapai

puncaknya pada tahun 1999 yaitu sebesar 1,259,304 ton (Lampiran 1). Hal ini

disebabkan oleh pemberlakuan liberalisasi perdagangan yang tidak diikuti oleh

(25)

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000

Jan-9 7 ME I

SEPJan-9 8 ME I

SEPJan-9 9 ME I

SEPJan-0 0 ME I

SEPJan-0 1 ME I

SEPJan-0 2 ME I

SEPJan-0 3 ME I

SEPJan-0 4 ME I SEP B ulan R p /K g

P dom (1) P raw (2) P white (3)

Tingginya volume gula impor di pasar domestik menyebabkan harga gula

domestik cenderung menurun pada saat itu (Gambar 1). Peningkatan impor ini

diatasi pemerintah dengan menerapkan tarif impor gula sejak Januari 2000,

dengan harapan dapat menurunkan laju volume impor gula dan meningkatkan

harga gula domestik agar tidak terlalu rendah akibat rendahnya harga gula impor.

Monopoli Era Liberalisasi

Bulog Perdagangan (1)

(3)

(2)

zero tariffs advalorem tariffs specific tariffs

Keterangan : * Pdom = harga gula domestik; Praw = harga gula dunia jenis raw sugar;

Pwhite = harga gula dunia jenis white sugar.

* zero tariffs = 0; advalorem tariffs = 20-25 persen per Kg; specific tariffs = Rp 500 - Rp700 per Kg.

Gambar 1. Fluktuasi Harga Gula Domestik dan Harga Gula Dunia, Tahun 1997-2004.

Sumber : Dewan Gula Indonesia, 2005 (diolah).

Keterkaitan pasar gula domestik dengan pasar gula dunia menyebabkan

adanya transmisi harga diantara kedua pasar, sehingga fluktuasi harga yang terjadi

di pasar gula dunia akan segera direspons oleh pasar gula domestik. Fluktuasi

harga gula domestik dan harga gula dunia dapat dilihat pada Gambar 1. Terlihat

bahwa setelah Indonesia meliberalisasi pasar gulanya sejak tahun 1998,

pergerakan harga gula domestik cenderung mengikuti pergerakan harga gula

dunia. Hal ini berbeda dengan kondisi pada era monopoli Bulog (sebelum

(26)

Apabila diamati perkembangan harga gula domestik dan harga gula dunia

pada era liberalisasi perdagangan, marjin harga yang terjadi menunjukkan tren

yang meningkat. Tren marjin yang meningkat ini disebabkan oleh peningkatan

harga gula domestik dan penurunan harga gula dunia. Selama marjin antara gula

domestik dan gula dunia tetap tinggi, volume impor gula akan tetap tinggi, dan

dapat memacu terjadinya penyelundupan. Tren marjin yang meningkat ini juga

signifikan dengan peningkatan tarif impor yang terjadi di pasar gula domestik.

Permasalahan yang muncul adalah bagaimana sebenarnya integrasi pasar

gula domestik dengan pasar gula dunia? Pertanyaan ini muncul dengan melihat

harga gula domestik yang menunjukkan tren meningkat, berbeda dengan harga

gula dunia yang cenderung menurun, padahal Indonesia telah meliberalisasi

perdagangan gulanya. Apakah tarif impor berperan dalam hal ini? Dengan

demikian, perlu diketahui bagaimana pengaruh penetapan tarif impor gula

terhadap integrasi pasar yang terjadi.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan

untuk:

1. Menganalisis integrasi pasar gula domestik dengan pasar gula dunia.

2. Menganalisis pengaruh kebijakan tarif impor gula terhadap integrasi

(27)

1.4. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pemerintah dan

masyarakat. Bagi pemerintah, dapat memberikan gambaran tentang keadaan

perekonomian gula Indonesia. Dengan demikian pemerintah dapat menerapkan

kebijakan yang tepat dan bermanfaat bagi pelaku ekonomi gula, dengan lebih

dahulu meninjau kebijakan yang diterapkan selama ini dan merencanakan

kebijakan di masa mendatang.

Bagi penulis, untuk mempelajari lebih dalam keadaan pergulaan yang

menjadi topik yang diminati dalam tugas akhir dan memperkaya pengetahuan

tentang gula. Penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan

referensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya.

1.5. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini meliputi perkembangan harga gula di pasar

domestik dan pasar dunia. Harga gula yang digunakan adalah harga dari jenis gula

yang jumlahnya paling banyak dikonsumsi, diproduksi dan diperdagangkan

masyarakat Indonesia yaitu gula pasir (gula tebu). Sementara gula dunia diwakili

oleh raw sugar (gula kasar) dan white sugar (gula putih). Penelitian ini dibatasi hanya menganalisis integrasi pasar yang terjadi antara pasar gula domestik dan

pasar gula dunia, dimana komponen pasar yang diteliti adalah harga gula.

Penelitian ini juga menyertakan analisis pengaruh tarif impor gula terhadap

integrasi pasar yang terjadi.

(28)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu Tentang Harga Gula

Abidin (2000) mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

harga gula dunia dan harga gula domestik serta dampak liberalisasi perdagangan

gula. Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga gula dunia dipengaruhi oleh

ekspor dunia, impor dunia dan bedakala harga gula dunia. Dikatakan bahwa

harga gula dunia relatif stabil dalam jangka pendek, sementara dalam jangka

panjang sulit mencapai harga gula dunia yang stabil, karena ditentukan oleh

jumlah ekspor dan impor dunia.

Analisis terhadap harga gula domestik dibedakan antara harga gula di

pedagang besar dan harga gula di pedagang pengecer. Harga gula di pedagang

besar dipengaruhi oleh marjin pemasaran pedagang besar, harga provenue, stok gula domestik oleh Bulog dan variabel bedakala harga gula di pedagang besar.

Variabel yang mempengaruhi harga gula di pedagang pengecer adalah marjin

pemasaran pedagang pengecer, tingkat inflasi, dan variabel bedakala harga gula

domestik di pedagang pengecer.

Suhendratno (2004) melakukan analisis tren harga gula impor dan

faktor-faktor yang mempengaruhi harga gula domestik. Hasil analisisnya mengatakan

bahwa tren harga gula impor di Indonesia terus mengalami peningkatan. Tren

harga yang terus meningkat ini disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan antara

permintaan dengan penawaran gula nasional, rantai tataniaga yang tidak normal

(29)

bahwa yang mempengaruhi harga gula domestik adalah volume impor gula

(berpengaruh negatif) dan harga gula impor (berpengaruh positif).

Berdasarkan penelusuran hasil penelitian terdahulu tentang harga gula,

dapat disimpulkan bahwa harga gula dunia cenderung dipengaruhi oleh ekspor

dan impor gula dunia. Indonesia sebagai negara net importer gula, harga gula domestik akan dipengaruhi oleh volume dan harga gula di pasar dunia. Hal ini

menunjukkan peran Indonesia dalam pembentukan harga gula dunia cukup rendah

dan dapat dikatakan hanya sebagai penerima harga (price taker).

2.2. Penelitian Terdahulu Tentang Integrasi Pasar Gula

Hutabarat (1988) melakukan penelitian mengenai keterpaduan pasar gula

pasir di pulau Jawa dengan menggunakan model Autoregressive Distributed Lag. Data yang digunakan adalah harga konsumen bulanan ibukota propinsi di Jawa

mulai dari April 1969 hingga Februari 1986. Pasar acuan dalam penelitian ini

adalah Jakarta dan pasar lokal adalah Bandung, Semarang, Yogyakarta dan

Surabaya. Berdasarkan hasil analisis terhadap harga mengatakan bahwa harga di

pasar acuan (Jakarta) selalu lebih rendah daripada harga di keempat kota lain yang

merupakan pasar lokal, namun terdapat keterpaduan pasar yang cukup erat antara

pasar Jakarta dengan keempat pasar tersebut.

Analisis keterpaduan pasar memperlihatkan bahwa keterpaduan jangka

panjang terjadi antara Jakarta dengan pasar di Semarang, Yogyakarta dan

Surabaya, sedangkan Jakarta dengan Bandung tidak. Akan tetapi, Bandung

memiliki keterpaduan jangka pendek yang terbaik dengan Jakarta dibanding

(30)

disimpulkan bahwa keterpaduan pasar jangka panjang dan jangka pendek

dipengaruhi oleh jarak pasar acuan dengan pasar lokal.

Hermanto (1999) menganalisis integrasi pasar vertikal antara pasar

produsen (PT. PG. Rajawali II), pasar pedagang besar di Jakarta dan pasar

pedagang pengecer di Jakarta dan Bandung, dengan menggunakan metode

autoregresi. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak terjadi integrasi pasar jangka

pendek maupun jangka panjang antara PT. PG. Rajawali II dengan pasar

pedagang besar (Jakarta) dan pasar pedagang pengecer (Jakarta dan Bandung).

Hal ini disebabkan oleh tidak sepenuhnya informasi pasar disalurkan ke pasar

lokal. Menurut hasil pengamatan, terdapat beberapa hal yang mempengaruhinya,

yakni PT. PG. Rajawali II mampu menganalisis kekuatan pasar, sehingga

informasi yang dimiliki digunakan untuk mendapatkan profit yang lebih besar.

Kedua, karena besarnya biaya tataniaga akibat situasi perekonomian yang tidak

stabil, hal ini ditunjukkan dengan tingginya tingkat inflasi dan fluktuasi nilai kurs

Rupiah terhadap Dolar Amerika.

Berdasarkan penelusuran penelitian terdahulu terhadap integrasi pasar

gula, dapat disimpulkan bahwa apabila dua buah pasar terintegrasi, gejolak harga

yang terjadi di pasar acuan akan disalurkan ke pasar lokal. Akan tetapi, pada

umumnya harga yang terjadi di pasar acuan lebih rendah daripada harga di pasar

lokal. Keterpaduan pasar terjadi karena lancarnya informasi yang mengalir dari

pasar acuan ke pasar lokal, apabila terdapat hambatan perdagangan maka

(31)

2.3. Penelitian Terdahulu Tentang Pengaruh Tarif Impor Gula

Widowati (2003) menganalisis tentang pengaruh tarif impor gula terhadap

industri gula Indonesia dengan membandingkan tarif impor nol persen dan 25

persen. Pengaruh penetapan tarif impor sebesar 25 persen adalah peningkatan

harga eceran gula di pasar domestik, peningkatan luas areal tanam tebu,

peningkatan produksi gula domestik dan mampu mengurangi volume impor,

apabila dibandingkan dengan tarif impor sebesar nol persen.

Suparno (2004) menganalisis tentang pengaruh penurunan tarif impor gula

pasca liberalisasi perdagangan gula, dan hasil analisisnya mengatakan bahwa

penurunan tarif impor akan menyebabkan kenaikan impor gula. Peningkatan

impor gula ini akan meningkatkan harga gula impor dengan perbandingan 2,5 kali

lipat. Kenaikan harga impor tersebut akan menurunkan harga nominal eceran gula

domestik, sehingga akan menurunkan permintaan gula domestik dari rumah

tangga dan industri. Dampak kenaikan impor gula yang diakibatkan oleh

penurunan tarif impor gula ini adalah penurunan produksi tebu dan gula domestik

serta terdistorsinya pasar gula dalam negeri.

Penelitian terdahulu mengenai tarif impor gula menunjukkan bahwa

penurunan tarif impor gula berdampak sangat buruk terhadap pergulaan

Indonesia. Namun apabila tarif impor ditingkatkan, dapat memberikan hasil yang

positif karena mampu memperbaiki kondisi pergulaan Indonesia.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah penelitian ini

mengukur tingkat integrasi pasar gula domestik dengan pasar gula dunia, dengan

(32)

terhadap integrasi yang terjadi. Sejauh pengamatan dan tinjauan pustaka yang

dilakukan oleh penulis, penelitian mengenai integrasi pasar gula domestik dan

(33)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Integrasi Pasar

Goletti dan Christina-Tsigas (1996) mendefinisikan integrasi pasar

sebagai kondisi yang dihasilkan akibat tindakan pelaku pemasaran serta

lingkungan pemasaran yang mendukung terjadinya perdagangan, yang meliputi

infrasruktur pemasaran dan kebijakan pemerintah, yang menyebabkan harga di

suatu pasar ditransformasikan ke pasar lainnya. Suryana (1998) mengartikan

integrasi pasar sebagai hubungan yang erat antara kekuatan supply dan demand

pada suatu pasar terhadap kekuatan supply dan demand pada pasar lainnya. Sementara Simatupang dan Situmorang (1988) mengatakan bahwa dua pasar

terpadu apabila perubahan harga di salah satu pasar dirambatkan ke pasar lain,

semakin cepat perambatan semakin terpadu pasarnya.

Keterpaduan pasar terjadi apabila terdapat informasi pasar yang memadai,

dan informasi ini disalurkan dengan cepat dari suatu pasar ke pasar lain. Dengan

demikian, fluktuasi perubahan harga yang terjadi pada suatu pasar dapat segera

ditangkap oleh pasar lain. Hal ini pada gilirannya merupakan faktor yang dapat

digunakan sebagai sinyal dalam pengambilan keputusan produsen. Di samping itu

keterpaduan pasar dapat terjadi karena kemajuan tehnologi. Kemajuan tehnologi

industri dapat menghasilkan komoditi yang menjadi subtitusi bagi komoditi lain

sehingga harga komoditi tersebut tidak independen lagi.

Berdasarkan hubungan pasar yang dianalisis, integrasi pasar dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu: a) integrasi pasar spasial, merupakan tingkat

(34)

b) integrasi pasar vertikal, merupakan tingkat keterkaitan hubungan suatu lembaga

pemasaran dengan lembaga pemasaran lainnya dalam suatu rantai pemasaran.

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah integrasi pasar spasial,

karena pasar domestik terpisah secara geografis dengan pasar dunia.

3.1.1.1. Integrasi Pasar Spasial

Menurut Tomek dan Robinson (1990), integrasi pasar spasial digambarkan

sebagai hubungan harga dari pasar yang terpisah secara geografis. Konsep ini

dapat diterangkan dengan menggunakan model keseimbangan spasial (spatial equilibrium model). Model ini dikembangkan dengan menggunakan kurva excess supply dan excess demand pada dua wilayah yang melakukan perdagangan. Harga yang terbentuk pada masing-masing pasar dan jumlah komoditi yang

diperdagangkan dapat diduga melalui model ini.

Analisis integrasi pasar spasial membagi pasar dalam dua kategori antara

lain pasar yang berpotensi surplus atau berlebih (potential surplus market) dan pasar yang berpotensi defisit atau kekurangan (potential deficit market). Prinsip yang digunakan untuk mengembangkan model perdagangan antar daerah

digambarkan dengan bantuan diagram yang menunjukkan fungsi supply dan

demand dari masing-masing pasar, dan dijelaskan pada Gambar 2.

Gambar 2 menunjukkan apabila tidak ada perdagangan maka harga yang

terjadi adalah PA di pasar A dan PB1 di pasar B dimana PA < PB1. Kelebihan

persediaan di pasar A (ESA) akan mendorong pelaku pasar di pasar tersebut

(35)

Pe

PA

mendatangkan komoditi dari pasar lain untuk memenuhi kelebihan permintaan

(EDB1) di pasar B.

[image:35.612.136.489.141.367.2]

Pasar A (Potensial Surplus) Pasar B (Potensial Defisit)

Gambar 2. Kurva Supply dan Demand Pasar Potensial Surplus dan Pasar Potensial Defisit.

Sumber: Tomek dan Robinson, 1990.

Pengembangan model keseimbangan spasial dapat dilakukan dari Gambar

2 dengan mengembangkan kurva kelebihan penawaran (excess supply) dan kelebihan permintaan (excess demand) untuk menjelaskan hubungan harga akibat perdagangan yang terjadi di antara dua pasar. Kelebihan penawaran adalah selisih

antara jumlah yang ditawarkan dengan jumlah yang diminta pada suatu tingkat

harga pada waktu tertentu, yang akan meningkat dengan semakin tingginya harga

dan akan bernilai nol pada saat terjadi keseimbangan pasar A (PA). Kelebihan

permintaan adalah selisih antara jumlah yang diminta dengan jumlah yang

ditawarkan pada suatu tingkat harga dan waktu tertentu, yang akan meningkat PB2

PB1

SA

DA

DB1

DB2

ESA

EDB1

EDB2

(36)

dengan semakin rendahnya harga dan akan bernilai nol pada saat terjadi

keseimbangan pasar B (PB1).

Kurva excess supply dan excess demand dapat berubah searah dengan perubahan kekuatan supply dan demand pada masing-masing pasar. Apabila terjadi peningkatan demand akibat peningkatan populasi di pasar B, excess demand akan bertambah dari EDB1 ke EDB2, sehingga pasar B membutuhkan

[image:36.612.185.435.314.605.2]

tambahan supply dari pasar A. Hubungan antara kurva excess supply dan excess demand dalam keseimbangan pasar spasial dapat ditunjukkan oleh Gambar 3.

Gambar 3. Kurva Excess Supply (Pasar A) dan Excess Demand (Pasar B) dalam Perdagangan.

Sumber : Tomek dan Robinson, 1990.

QE1 QE2 QE QE’ Q P

x’

x

y y’

ESA

EDB1

EDB1

PEB2 PB1 PEB1 PE PEA2 PEA1 PA

PB2-PA

PB1-PA

(37)

Apabila tidak ada biaya perdagangan maka kurva excess supply dan excess demand berpotongan pada tingkat harga PE, dan sejumlah QE akan

diperdagangkan pasar A ke pasar B. Volume perdagangan akan semakin rendah

dengan adanya biaya perdagangan. Efek biaya perdagangan terhadap jumlah dan

harga keseimbangan dapat diilustrasikan dengan mengembangkan garis volume

perdagangan (volume of trade line), yang digambarkan oleh garis xy. Perdagangan tidak terjadi apabila biaya perdagangan sebesar PB1-PA dan mencapai maksimum

jika tidak ada biaya transfer. Apabila terdapat biaya transfer sebesar t,

keseimbangan terjadi pada jumlah yang diperdagangkan sebesar QE, dengan harga

keseimbangan PEA1 di pasar A dan PEB1 di pasar B.

Pergeseran kurva demand di pasar B akibat peningkatan jumlah penduduk akan mengakibatkan peningkatan harga di pasar B. Pergeseran ini menyebabkan

excess demand meningkat dan menggeser kurva excess demand ke kanan (EDB1

ke EDB2). Perubahan ini menyebabkan garis perdagangan bergeser ke kanan (xy

ke x’y’). Perdagangan tidak akan terjadi pada saat biaya transfer sebesar PB2 - PA

dan mencapai maksimum (QE’) saat biaya transfer sama dengan nol.

Apabila biaya transfer tetap sebesar t maka keseimbangan akan terjadi

pada jumlah perdagangan sebesar QE2 dengan harga keseimbagan PEA2 di pasar A

dan PEB2 di pasar B. Keterangan di atas menjelaskan bahwa perubahan harga di

suatu pasar akibat perubahan kekuatan pasar, akan menyebabkan perubahan harga

di pasar lain yang melakukan perdagangan dengan pasar tersebut.

Restriksi perdagangan akan meningkatkan biaya transfer sehingga

perdagangan akan terus berlangsung sampai biaya transfer sama dengan selisih

(38)

dalam melakukan perdagangan antar pasar. Hal ini mengakibatkan transfer excess supply maupun excess demand tidak terjadi, dan harga akan bergerak secara individu pada masing-masing pasar. Sementara Barret dan Li (2002)

mengemukakan bahwa integrasi pasar dan keterkaitan harga dapat terjadi bila

pelaku pasar melakukan perdagangan dan transfer komoditas antar pasar.

3.1.1.2. Integrasi Pasar Vertikal

Integrasi pasar vertikal penting diketahui untuk melihat tingkat keeratan

hubungan antar pasar produsen dan ritel (pedagang). Pasar produsen adalah pasar

yang di dalamnya bekerja kekuatan permintaan dari pedagang dan kekuatan

penawaran dari produsen, sedangkan pasar ritel adalah pasar yang di dalamnya

bekerja kekuatan permintaan dari konsumen akhir dan penawaran dari pedagang.

Suatu pasar dikatakan terintegrasi vertikal dengan baik apabila harga pada suatu

lembaga pemasaran ditransformasikan kepada lembaga pemasaran lainnya dalam

satu rantai pemasaran.

Kajian tentang integrasi pasar penting dilakukan untuk melihat sejauh

mana kelancaran informasi dan efisiensi pemasaran pada pasar. Tingkat

keterpaduan pasar yang tinggi menunjukkan telah lancarnya arus informasi

diantara lembaga pemasaran sehingga harga yang terjadi pada pasar yang dihadapi

oleh lembaga pemasaran yang lebih rendah dipengaruhi oleh lembaga pemasaran

yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan apabila arus informasi berjalan dengan

lancar dan seimbang, tingkat lembaga pemasaran yang lebih rendah mengetahui

informasi yang dihadapi oleh lembaga pemasaran di atasnya, sehingga dapat

(39)

3.1.2. Pengaruh Intervensi Kebijakan Proteksi Negara Importir Terhadap Harga

Proses pembentukan harga gula dunia dalam perdagangan bebas

ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan dunia. Tetapi saat ini negara

eksportir dan importir gula dunia mempunyai kepentingan masing-masing,

sehingga proses pembentukan harga gula dunia juga ditentukan oleh intervensi

kebijakan dari pemerintah terhadap gula.

Dampak pemberlakuan proteksi berupa tarif impor di negara importir

(contohnya Indonesia) dapat dilihat pada Gambar 3. Dengan asumsi ada satu

negara net importer gula yang mengimpor gula dari pasar dunia, dan proteksi yang dilakukan negara tersebut tidak dapat mengubah harga gula dunia maupun

harga gula di negara eksportir (Salvatore, 1997). Harga awal yang terjadi di pasar

domestik adalah Pm0, yang merupakan keseimbangan antara permintaan gula

domestik (Dm) dan penawaran gula domestik (Sm). Harga gula dunia adalah Pw

yang merupakan keseimbangan antara permintaan gula dunia (Dxm0) dan

penawaran gula dunia (Sxm0). Posisi harga gula dunia yang lebih rendah dibanding

harga gula domestik (Pw < Pm0) mendorong negara importir melakukan impor gula

sebesar M1M2.

Apabila dengan alasan tertentu negara importir memberlakukan proteksi

(tarif impor sebesar Tm), maka harga yang terjadi di negara importir menjadi lebih

mahal dibanding harga dunia yakni Pm1 = Pw(1+Tm), dimana Pm1 > Pw. Perubahan

harga domestik menjadi Pm1 akan mengakibatkan penurunan jumlah impor

menjadi M3M4 dari M1M2, dan sekaligus menurunkan volume perdagangan gula

dunia dari XM0 menjadi XM1. Penurunan volume impor ini disebabkan oleh

(40)

kenaikan harga domestik oleh tarif impor. Jadi pengaruh proteksi di negara

importir adalah peningkatan harga domestik dan penurunan volume impor.

a. Pasar Dunia b. Pasar Negara Importir

P P Sm

Pm0

Sxm0

Pm1

Tm

Pw

Dm

Dxm0

[image:40.612.155.500.151.340.2]

XM1 XM0 XM2 M1 M3 M4 M2

Gambar 4. Dampak Pemberlakuan Tarif Impor

Sumber: Salvatore, 1997.

3.1.3. Analisis Model Integrasi Pasar

Analisis keterpaduan pasar dapat dilakukan melalui tiga pendekatan, yaitu:

a) pendekatan metode korelasi, dengan menghitung Total Sum Square Correlation

antara harga yang bergerak secara bersamaan pada pasar yang diuji, b) metode

regresi sederhana, dan c) Vector Autoregression (VAR). Ketiga metode tersebut menelaah keterpaduan pasar dengan menggunakan harga komoditi dalam deret

waktu (time series) sebagai input data untuk melakukan analisis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode VAR.

Pendekatan dengan menggunakan metode korelasi hanya dapat

menjelaskan tingkat keterkaitan antara pasar tetapi tidak dapat menentukan

(41)

(1988) mengatakan bahwa pendekatan dengan menggunakan koefisien korelasi

dapat memberikan kesimpulan yang keliru, karena pergerakan harga yang terjadi

bisa saja dikarenakan pasar memiliki kesamaan faktor yang mempengaruhi harga.

Misalkan suatu perdagangan antar pasar dengan biaya tinggi, tetapi pada kedua

pasar tersebut terjadi perubahan yang sama terhadap faktor-faktor yang

mempengaruhi harga, maka harga yang berlaku dapat bergerak secara

bersama-sama. Hal di atas menyebabkan harga di kedua pasar tersebut dapat menunjukkan

korelasi yang tinggi meskipun pasarnya tidak terintegrasi.

Pendekatan lain yang banyak digunakan adalah dengan menggunakan

model regresi sederhana. Model ini menjelaskan bahwa harga di suatu pasar

merupakan fungsi dari harga pada pasar lainnya. Kelemahan dari model ini adalah

tidak dapat memisahkan harga sebagai variabel independen dan variabel dependen

karena model dari regresi sederhana ini memiliki sifat inverse. Namun pendekatan dengan metode ini relatif lebih unggul dari metode korelasi karena dapat

menunjukkan nilai keeratan hubungan antara pasar yang terintegrasi.

Sedangkan pendekatan menggunakan metode VAR dapat menunjukkan

pasar yang bertindak sebagai pemimpin harga dan pasar yang bertindak sebagai

pengikut harga. Metode ini juga dapat menentukan nilai keterkaitan antara pasar

yang diuji. Model ini dikembangkan oleh Ravallion pada tahun 1986 dengan dasar

bahwa harga di suatu pasar dipengaruhi oleh harga di masa yang lalu (lampau),

karena reaksi dari perubahan arus barang terhadap harga membutuhkan waktu

untuk terjadi.

Keunggulan model VAR antara lain mampu mengungkapkan secara

(42)

harga, tingkat keterisolasian dan tingkat keterpaduan pasar (Natawijaya, 2001).

Model ini juga dapat menunjukkan besarnya pengaruh perubahan harga yang

terjadi di suatu pasar akibat faktor musiman dan faktor lain yang terjadi di pasar

tersebut.

3.1.4. Model Vector Autoregression (VAR)

Model Vektor Autoregresi atau yang lebih dikenal dengan VAR adalah

suatu sistem persamaan yang memperlihatkan setiap peubah sebagai fungsi linier

dari konstanta dan nilai lag (lampau) dari peubah itu sendiri serta nilai lag dari peubah lain yang ada dalam sistem. Jadi peubah penjelas dalam VAR meliputi

nilai lag dari peubah tak bebas (dependen) yang ada dalam sistem persamaan. VAR dengan ordo p dan peubah n buah tak bebas pada waktu ke-t dapat

dimodelkan sebagai:

Yt = a0 + a1yt-1 + a2yt-2 + ... + apyt-p +

å

t

dimana:

Yt : vektor peubah tak bebas (y1.t, y2.t,..., yn.t) yang berukuran n x 1

a0 : vektor intersep berukuran n x 1

ai : matriks parameter berukuran n x m untuk setiap i = 1, 2,..., p

å

t : vektor sisaan (

å

1.t,

å

2.t, ...,

å

n.t) yang berukuran n x 1

n : jumlah baris pada matriks n x m m : jumlah kolom pada matriks n x m

atau dapat juga disusun dalam bentuk matriks sebagai berikut:

Y1t a0t a11 a12 a13 a14 y1t

å

1t

Y2t a0t a21 a22 a23 a24 y2t

å

2t

Y3t = a0t + a31 a32 a33 a34 y3t +

å

3t
(43)

Peubah yk (k = 1, 2,..., n) memiliki persamaan parsial sebagai berikut:

Yk.t = ak0 + ak1(1)y1.t-1 + ak2(1) y2.t-1 + ... + akn(1)yn.t-1 + ak1(2)y1.t-2 + ak2(2) y2.t-2 +

... + akn(2)yn.t-2 + ... + ak1(p)y1.t-p + ak2(p)y2.t-p + ... + akn(p)yn.t-p +

å

k.t

Dengan akj(L) adalah unsur baris ke-k dan kolom ke-j dari matriks AL, dapat

diartikan sebagai koefisien peubah ke-j pada persamaan parsial peubah ke-k,

dimana L = 1, 2, ..., p dan j = 1, 2, ..., n.

Asumsi yang harus dipenuhi dalam metode VAR adalah:

1. Semua peubah tak bebas harus bersifat stasioner.

2. Semua sisaan bersifat white noise, yakni memiliki rataan nol, ragam konstan dan saling bebas.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Pembentukan harga gula di suatu negara yang menganut perekonomian

terbuka akan dipengaruhi oleh harga gula di pasar dunia. Secara garis besar

keterkaitan antara harga gula di pasar domestik dan harga gula di pasar dunia

dapat dilihat pada Gambar 4. Berdasarkan gambar tersebut dapat dilihat bahwa

perubahan suatu komponen akan dipengaruhi oleh keadaan komponen lain dan

biasanya akan terjadi efek balik pada periode yang sama ataupun periode

berikutnya. Adanya intervensi kebijakan pemerintah dalam suatu komponen,

misalnya harga dasar gula akan mempengaruhi komponen lain secara simultan.

Harga gula di pasar dunia dipengaruhi oleh kekuatan penawaran dan

permintaan di pasar dunia, disamping adanya pengaruh struktur pasar itu sendiri

serta kebijakan protektif yang diterapkan oleh negara eksportir maupun importir.

(44)

kuota ekspor, dll. Penawaran di pasar dunia dipengaruhi oleh jumlah ekspor dari

negara produsen gula dunia, sedangkan permintaannya merupakan jumlah total

impor dari negara importir utama yang mengalami defisit gula (termasuk

Indonesia).

[image:44.612.133.504.199.599.2]

Ket: Bagian yang akan diteliti adalah bagian yang dicetak tebal

Gambar 4. Keterkaitan Harga Gula Domestik dengan Harga Gula Dunia.

Struktur Pasar Dunia Harga Gula Domestik Total Permintaan T a r i f

Impor

Ekspor Gula Dunia Impor Gula

Dunia Harga Tebu Total Penawaran Kebijakan Harga Dasar Struktur Pasar Domestik

S t o k Gula Awal Tahun Harga Gula Dunia Produksi Gula Impor Indonesia Konsumasi Gula Margin Pemasaran Pendapatan Petani Transmisi Harga Kebijakan Negara Eksportir dan Importir

S t o k Gula Akhir

(45)

Harga gula di pasar domestik dipengaruhi oleh total penawaran, total

permintaan, struktur pasar serta kebijakan domestik seperti tarif impor dan harga

dasar gula. Indonesia yang menganut perekonomian terbuka, total penawaran

gulanya pada satu tahun tertentu merupakan jumlah produksi gula domestik,

jumlah gula impor dan stok gula awal tahun. Sedangkan total permintaan gula

merupakan penjumlahan dari total permintaan untuk konsumsi dan stok gula akhir

tahun.

Sejak tahun 1967, Indonesia telah melakukan impor gula. Hal ini

dilakukan pemerintah untuk memenuhi permintaan gula domestik yang cukup

tinggi dan melebihi penawaran domestik. Pemerintah menunjuk Bulog sebagai

satu satunya lembaga yang berwenang untuk melakukan impor gula. Adanya

monopoli impor gula oleh Bulog menimbulkan distorsi pasar di pasar gula

domestik.

Tahun 1998 pemerintah menghapuskan monopoli impor gula yang selama

ini dilakukan Bulog. Keputusan ini sekaligus membuka jalan bagi pihak swasta

untuk mengimpor gula. Hal ini mengakibatkan impor gula yang cukup tinggi di

awal pemberlakuan liberalisasi, karena pada saat itu tidak ada hambatan

perdagangan yang dapat membatasi impor gula. Tingginya impor gula Indonesia

mengakibatkan adanya integrasi yang kuat antara pasar gula domestik dengan

pasar gula dunia. Sehingga perubahan harga yang terjadi di pasar gula dunia akan

langsung ditransmisikan (disalurkan) ke pasar gula domestik.

Arus perdagangan ini menyebabkan terbentuknya keterkaitan antara pasar

gula domestik dengan pasar gula dunia. Pasar gula domestik yang terpisah secara

(46)

keduanya merupakan hubungan spasial. Hubungan keduanya dapat dianalisis

dengan pendekatan integrasi pasar spasial, dimana perubahan harga pada suatu

pasar akan ditransformasikan ke pasar lainnya yang terhubung dengan pasar

tersebut. Hal ini menyebabkan peningkatan harga di suatu pasar merambat

menjadi gejolak harga di pasar yang terintegrasi.

Sejak liberalisasi perdagangan gula diberlakukan di Indonesia, volume

impor gula jauh lebih besar dibanding volume impor sebelum pemberlakuan

liberalisasi perdagangan. Volume impor gula yang tinggi disadari pemerintah

dapat menekan posisi gula domestik, sehingga pada tahun 2000 pemerintah

mengeluarkan keputusan tentang pemberlakuan tarif impor gula. Hal ini dilakukan

pemerintah untuk mengurangi impor gula dan memperbaiki posisi harga gula

domestik agar tidak terlalu rendah dengan adanya pengaruh harga gula impor.

Tarif impor gula ini akan dibebankan importir kepada konsumen melalui

peningkatan harga gula di pasar domestik.

Analisis keterpaduan pasar gula domestik dan pasar gula dunia

menggunakan model Vektor Autoregresi (VAR). Analisis juga memasukkan

variabel tarif impor gula, untuk melihat pengaruh penerapan tarif impor gula

(47)

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder dalam

bentuk data deret waktu (time series) dengan periode waktu 84 bulan yaitu dari bulan Januari 1998 hingga bulan Desember 2004. Jenis data yang dikumpulkan

berupa nilai nominal harga gula domestik dan dunia, tarif impor gula Indonesia,

produksi gula domestik dan dunia, konsumsi gula domestik dan dunia, volume

impor gula Indonesia, kurs Rupiah terhadap Dolar Amerika, serta data lainnya

yang mendukung penelitian ini.

Data tersebut diperoleh dari berbagai instansi, diantaranya adalah Dewan

Gula Indonesia (DGI), Ikatan Gula Indonesia (Ikagi), Asosiasi Gula Indonesia

(AGI), Badan Urusan Logistik (Bulog), Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen

Pertanian, Bank Indonesia (BI), dan instansi terkait lainnya.

Harga gula domestik diperoleh dari DGI yang bertempat di Jakarta. Data

harga gula domestik yang dikeluarkan oleh DGI merupakan gabungan harga gula

yang terjadi di beberapa kota besar di Indonesia, diantaranya Jakarta, Surabaya,

Semarang, Bandung, dan Medan. Alasan pemilihan DGI disebabkan karena

mayoritas penelitian terdahulu tentang gula merujuk kepada instansi ini, dan data

yang dikeluarkan oleh DGI sudah diakui oleh kalangan akademik dan pemerintah.

Harga gula dunia terdiri dari raw sugar (gula kasar) dan white sugar (gula putih). Data harga gula dunia yang digunakan merupakann harga gula yang terjadi

(48)

lelang terbesar di dunia. Sebagian besar pasar gula negara di dunia menggunakan

harga di pasar ini sebagai referensi dalam penetapan harga gula.

4.2. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Metode yang digunakan dalam menganalisis data adalah metode

kuantitatif dengan pendekatan model vector autoregressive (VAR). Tahapan pengolahan data dengan menggunakan metode VAR adalah: a) penstasioneran

data, b) penentuan ordo VAR, c) penentuan model integrasi pasar gula,

d) pendugaan koefisien dengan metode VAR, e) uji lag dan uji kebaikan model,

kemudian ditarik kesimpulan. Sementara untuk mengolah data digunakan

softwareMickrofit 4.0.

4.2.1. Penstasioneran Data

Sebelum dilakukan analisis dengan menggunakan VAR, setiap data yang

dimasukkan dalam persamaan model integrasi pasar harus stasioner lebih dahulu.

Suatu variabel dikatakan stasioner apabila memiliki mean, variance dan

covariance yang konstan. Apabila suatu variabel tidak memiliki mean, variance

dan covariance yang konstan, maka variabel tersebut tidak stasioner (mengandung

unit root). Eror data tersebut dipengaruhi oleh waktu, yang berarti variabel tersebut tidak memiliki keseimbangan dalam jangka panjang, sehingga sulit

diestimasi atau jika diestimasi akan memberikan hasil yang sporius (rancu). Kestasioneran masing-masing peubah tak bebas dapat diperiksa dengan

(49)

Zt = a0 + a1zt-1 + a2zt-2 + ... + apzt-p +

å

t

dengan model pendiferensian dapat dituliskan sebagai:

•Zt = a0 +ãzt-1 + a2zt-2 + ... + apzt-p +

å

t

Hipotesis ujinya adalah:

H0 : ã = 0 (data bersifat tidak stasioner)

H1 : ã < 0 (data bersifat stasioner)

Nilai ã diduga melalui metode kuadrat terkecil (Ordinary Least Square,

OLS) dan pengujian dilakukan dengan menggunakan uji t. Statistik uji dapat

dituliskan sebagai:

^

ã

tstatistik =

^

ó ã

dimana: ^

ã

: nilai dugaan

ã

^ ^

ó

ã

: simpangan baku dari

ã

Sumber: Seddighi, Lawler dan Katos, 2000.

Jika nilai mutlak tstatistik > nilai mutlak ttabel dalam tabel Dickey-Fuller,

maka keputusan yang diambil adalah tolak H0 yang berarti data bersifat stasioner.

Apabila nilai mutlak tstatistik < nilai mutlak ttabel maka data bersifat tidak stasioner,

sehingga tidak dapat digunakan dalam metode VAR.

Data yang tidak stasioner dapat distasionerkan dengan melakukan

(50)

DYt = Ä Yt = Yt – Yt-1 (order pertama/diferensiasi pertama)

Sumber: Seddighi, Lawler dan Katos, 2000.

4.2.2. Penentuan Ordo Vektor Autoregresi

Metode yang digunakan dalam menentukan ordo VAR adalah berdasarkan

nilai SBC (Schwarz Bayesian Criterion). Penentuan ordo didasarkan pada nilai SBC yang terkecil untuk setiap uji ADF series data. Jumlah lag optimum (ordo)

dipilih pada saat data stasioner pada suatu lag yang memiliki SBC terkecil.

Sementara nilai SBC dihitung dengan menggunakan uji Augmented Dickey Fuller (ADF), dengan persamaan sebagai berikut:

RSS + K L nT ó2

SBC(n) =

T

dimana:

RSS = jumlah kuadrat residual (Sum Square Residual) K = jumlah variabel penjelas

ó2 = varian regresi

4.2.2. Model Integrasi Pasar Gula

Setelah ordo VAR ditentukan, model integrasi pasar gula domestik dan

pasar gula dunia dapat dibangun. Adapun sistem persamaan yang menghubungkan

kedua pasar tersebut adalah:

PDOMt a0 a11 a12 a13 a14 PDOMt

å

1t

PRAWt = a0 + a21 a22 a23 a24 PRAWt +

å

2t

PWHITEt a0 a31 a32 a33 a34 PWHITEt

å

2t
(51)

dimana:

PDOMt = harga gula domestik

PRAWt = harga gula dunia jenis raw sugar

PWHITEt = harga gula dunia jenis white sugar

TIt = tarif impor gula

4.2.4. Pendugaan Koefisien

Pendugaan koefisien dilakukan berdasarkan ordo yang telah ditentukan.

Pada pendugaan koefisien, setiap variabel yang ada dijadikan sebagai variabel

endogen, kemudian diestimasi koefisien variabel yang berpengaruh terhadap

variabel tersebut. Pendugaan koefisien ini dilakukan untuk melihat seberapa besar

pengaruh suatu variabel terhadap variabel lain yang dijadikan sebagai variabel

endogen.

Jika terdapat n buah persamaan, hasil pendugaan koefisien dapat

membentuk matriks sebagai berikut:

Y1t a11 a12 ... a1t Yt-1

å

1t

Y2t a21 a22 ... a2t Yt-2

å

2t

... = ... ... ... ... ... + ...

Ynt an1 an2 ... ant Yt-n

å

nt

dimana:

Yn = vektor variabel dependen

ant = matriks koefisien regresi

Yt-n = vektor variabel penjelas

å

nt = vektor sisaan

4.3. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan tinjauan pustaka dan pemaparan kerangka pemikiran serta

identifikasi model terhadap integrasi pasar gula domestik dengan pasar gula dunia,

(52)

1. Terjadi integrasi pasar gula domestik dengan pasar gula dunia.

2. Kebijakan tarif impor gula mempengaruhi integrasi yang terjadi di kedua

pasar.

4.4. Definisi Operasional

1. ADF (Augmented Dickey Fuller) merupakan suatu uji statistik untuk menghasilkan distribusi tau-statistik pada deret waktu yang memiliki korelasi error term.

2. Data deret waktu (time series) adalah sekelompok data dari suatu variabel yang disusun menurut urutan waktu.

3. Diferensiasi adalah pembedaan suatu series dengan series sebelumnya

pada suatu data, untuk menstasionerkan data.

4. Nilai p (probability) merupakan nilai yang dihasilkan oleh perhitungan komputer dalam uji regresi yang menunjukkan tingkat signifikansi

terendah.

5. Tren merupakan kecenderungan meningkat atau menurun pada suatu deret

waktu dalam suatu periode pengamatan tertentu.

6. Unit roots adalah keadaan dimana persamaan autoregresif Yt = ô1Yt-1 + åt

mempunyai nilai ô1 • 1 sehingga ketika ada shock pada deret akan

membuat nilai Y tumbuh tanpa batasan.

7. Endogenousvariable merupakan variabel yang nilainya ditetapkan dalam model dan dianggap bersifat stockhastik.

(53)

9. Distorsi pasar adalah pasar tidak mencerminkan pasar persaingan

sempurna.

10. Harga gula domestik merupakan harga gabungan yang terjadi di beberapa

kota besar di Indonesia (Jakarta, Medan, Semarang, Bandung dan

Surabaya)

11. Raw Sugar merupakan gula kasar yang harus dibersihkan terlebih dahulu sebelum dipasarkan kepada konsumen. Jenis gula ini berkualitas rendah,

sehingga harganya relatif lebih rendah.

12. White Sugar merupakan gula putih yang sudah bersih (hasil pembersihan

(54)

V. EKONOMI GULA

5.1. Kondisi Pasar Gula Dunia

Pasar gula dunia saat ini sangat berfluktuasi dan arahnya tidak menentu.

Paradigma konvensional yang ada tentang pasar gula dunia yang ditentukan hanya

oleh faktor penawaran dan permintaan sudah mulai bergeser. Terjadinya konflik

politik dan kuatnya intervensi pemerintah baik di negara maju maupun negara

berkembang menyebabkan terdistorsinya pasar gula dunia. Munculnya hambatan

tarif dan non tarif dalam perdagangan dunia berdampak sangat signifikan terhadap

kondisi pergulaan Indonesia.

Produksi gula dunia senantiasa mengalami peningkatan selama kurun

waktu 1990-2000. Produksi gula dunia tahun 1989/1990 adalah sebesar 109.22

juta ton, meningkat menjadi 133.88 juta ton pada tahun 1999/2000 (Tabel 1).

Artinya selama periode waktu tersebut produksi gula mengalami peningkatan

rata-rata sebesar 1.97 persen per tahun. Pada periode yang sama konsumsi gula dunia

sebesar 108.45 juta ton (1989/1990), meningkat menjadi 130.54 juta ton pada

tahun 1999/2000, yang berarti terjadi peningkatan rata-rata sebesar 1.82 persen

per tahun.

Berdasarkan angka pertumbuhan tersebut terlihat bahwa peningkatan

konsumsi sedikit lebih rendah dari peningkatan produksi. Akan tetapi stok akhir

mengalami penurunan rata-rata sebesar -2.10 persen per tahun, stok awal juga

bertambah negatif sebesar -2.83 persen per tahun. Penurunan stok akhir secara

(55)

sebelumnya (1992/1993) stok akhir sebesar 37.36 juta ton sementara angka

konsumsi tetap.

Ada dua hal yang menarik apabila membandingkan laju peningkatan

produksi dan konsumsi pada periode tersebut yakni: 1) laju peningkatan produksi

gula dunia per tahun tetap lebih tinggi dari laju peningkatan konsumsi meskipun

terpaut dengan angka yang sangat kecil, tetapi stok awal maupun stok akhir pada

periode 1989/1990-1999/2000 menunjukkan pertumbuhan yang negatif; 2) di lain

pihak laju peningkatan konsumsi yang lebih rendah pada periode

1989/1990-1999/2000 tidak menyebabkan terjadinya laju pertumbuhan yang negatif pada

stok awal dan stok akhir. Hal ini telah memberikan pertanda awal bahwa

perdagangan gula dunia yang terjadi saat ini tidak lagi menunjukkan situasi

perdagangan gula dunia yang sebenarnya. Gula telah menjadi komoditi yang

strategis untuk dikuasai dalam percaturan politik dunia seperti komoditi pangan

[image:55.612.127.524.500.672.2]

lainnya (Suparno, 2004).

Tabel 1. Produksi, Penawaran dan Konsumsi Gula Dunia Tahun 1989/1990 sampai 1999/2000 (juta ton)

Tahun Stok Awal Produksi Impor Penawaran Ekspor Konsumsi Stok Akhir

89/90 30.49 109.22 29.38 169.09 30.04 108.45 30.45

90/91 30.79 115.26 29.07 175.12 29.91 110.43 34.75

91/92 36.23 116.24 28.72 180.49 29.74 111.26 39.49

92/93 40.18 111.46 30.31 181.95 31.65 112.94 37.36

93/94 21.57 109.73 29.56 160.87 29.57 112.05 19.25

94/95 19.25 116.12 30.29 165.66 30.29 112.87 22.50

95/96 55.50 122.30 34.14 178.94 34.14 118.47 26.33

96/97 26.33 122.91 35.81 185.05 35.81 123.05 26.30

97/98 26.20 125.21 34.80 186.21 34.80 125.07 26.34

98/99 26.34 130.46 35.57 192.36 35.57 125.76 31.04

99/20 31.04 133.88 36.73 201.73 36.73 130.54 34.38

Rata-Rata

28.28 119.34 32.22 179.85 32.57 107.09 29.83

(%) -2.83 1.97 2.12 1.60 1.87 1.82 -2.10

(56)

Kecenderungan globalisasi yang melanda ekonomi dunia membawa

tantangan dan harapan baru dengan segala kerumitan yang terjadi. Salah satu

akibat globalisasi adalah semakin berkembangnya upaya untuk menciptakan pasar

baru dengan menggunakan seluruh potensi sumberdaya yang tersedia. Namun

upaya tersebut juga mendorong semakin tingginya tingkat persaingan yang

menuntut tingkat efisiensi tinggi dalam bidang produksi serta kecanggihan

tehnologi yang digunakan untuk meningkatkan atau mempertahankan daya saing

yang dimiliki (Amang dan Sawit, 1993). Pemenuhan kebutuhan gula di masa

globalisasi sekarang ini sama halnya memperhatikan ketahanan pangan dunia,

karena gula merupakan bahan pangan pokok yang menguasai hajat hidup orang

banyak. Dalam konteks internasional, pangan bukan saja merupakan komoditi

perdagangan tetapi juga menjadi instrumen politik dan sosial.

Ekspor gula dunia setiap tahun cenderung mengalami peningkatan sebesar

3.78 per tahun. Apabila dikategorikan berdasarkan jumlah ekspornya maka

terdapat 10 negara utama pengekspor gula selama 6 tahun (Tabel 2). Pada periode

1995-2000 Brazil menjadi negara yang paling tinggi ekspor gulanya, menggeser

Kuba yang pada periode sebelumnya merupakan negara yang paling tinggi

ekspornya. Rata-rata ekspor gula Brazil pada periode 1995-2000 mencapai 6.92

juta ton, dengan peningkatan rata-rata sebesar 18.28 persen per tahun. Sementara

Kuba berada pada posisi keempat setelah Australia dan Thailand.

Ditinjau dari negara pengimpor, negara pengimpor gula terbesar adalah

Rusia, dimana dalam enam tahun terakhir rata-rata impornya sebesar 11 persen,

menyusul Amerika Serikat dan Jepang masing-masing 5.7 persen dan 4.7 persen

(57)

Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami peningkatan jumlah

impor yang cukup tinggi dimana impor gula Indonesia pada tahun 1995/1996

adalah sebesar 0.9 juta ton (2.7%) meningkat menjadi 1,60 juta ton pada tahun

1999/2000 (4.4%). Peningkatan ini akan terus berlangsung mengingat kondisi

pergulaan Indonesia mengalami penurunan produksi. Hal ini diakibatkan dengan

tidak efisiennya sistem pergulaan di Indonesia disamping sejumlah kebijakan

[image:57.612.131.512.305.463.2]

yang disinsentif dan sering terdistorsi dengan keadaan pasar dunia.

Tabel 2. Negara Eksportir Utama Gula Dunia Tahun 1995/1996-1999/2000

Volume (000 ton) Persentase Terhadap Ekspor

Gula Dunia

No Negara

95/96 97/98 99/00 Rata-Rata 6 Thn 95/96 97/98 99/00 Rata-Rata 6 Thn

1 Brazilia 5,800 7,200 9,700 6,925 16.99 20.69 26.37 19.24

2 Australia 4,242 4,554 4,200 4,274 12.43 13.09 11.42 12.42

3 Thailand 4,537 2,490 3,400 3,605 13.29 7.16 9.24 10.50

4 Kuba 3,800 2,500 3,000 3,117 11.13 7.18 8.16 9.02

5 Ukraina 11,487 144 50 2,527 33.65 0.41 0.14 7.46

6 Guatemala 923 1,280 1,020 1,059 2.70 3.68 2.77 3.07

7 Afrika 399 1,160 1,325 958 1.17 3.33 3.60 2.72

8 Columbia 694 1,020 940 823 2.03 2.93 2.56 2.36

9 Meksiko 587 1,135 900 685 1.72 3.26 2.45 1.95

10 China 952 308 470 523 2.79 0.89 1.28 1.52

Sumber : World Sugar Situation Outlook, 2000.

Apabila diperhatikan total impor gula kesepuluh negara importir utama

gula dunia pada tahun 1995/1996-1999/2000 (Tabel 3), adalah sebesar 108 juta

ton atau sebesar 70.26 persen dari nilai impor gula dunia yang tentunya akan

mempengaruhi nilai perdagangan gula di pasar dunia. Perkembangan impor ini

merupakan kondisi yang harus dipenuhi oleh setiap negara pengimpor gula, terkait

dengan upaya menjaga kecukupan pangan (food sufficient) di negaranya. Sehingga secara tidak langsung tercipta suatu ketergantungan kepada

(58)

Untuk melihat kecenderungan pasar dunia, maka tidak dapat terlepas dari

kemampuan produksi dalam suatu kawasan dalam memenuhi konsumsinya.

Dengan melihat imbangan pangsa produksi dan konsumsi antar kawasan, kawasan

Asia, Afrika dan Eropa mengalami defisit gula (net importer). Hanya dua kawasan yang diyakini memiliki surplus gula yaitu Amerika dan Oseania (Rusastra

dkk,1999). Dari akumulasi jumlah kekurangan

Gambar

Gambar 1. Fluktuasi Harga Gula Domestik dan Harga Gula Dunia, Tahun     1997-2004.
Gambar 2. Kurva Supply dan Demand Pasar Potensial Surplus dan Pasar Potensial Defisit
Gambar 3. Kurva Excess Supply (Pasar A) dan Excess Demand (Pasar B) dalam Perdagangan
Gambar 4. Dampak Pemberlakuan Tarif Impor
+7

Referensi

Dokumen terkait

(b) Salinan minit Mesyuarat Agong Tahunan hendaklah dikemukakan kepada Timbalan Naib Canselor Hal Ehwal Pelajar, dan mana-mana kakitangan Universiti sebagaimana yang

Hasil pengujian statistik menunjukkan tingkat signifikansi VAIC sebesar 0,076 yang lebih besar dari tingkat signifikansi 0,05 sehingga tidak dapat membuktikan bahwa

Sesi keempat dilaksanakan pada tanggal 14 Desember 2017 dihadiri oleh 14 peserta didik. Sebelum memulai kegiatan pada sesi keempat, peneliti terlebih dahulu mengabsen

Usahakan jangan membawa uang cash dengan nominal besar, selain tidak aman, transaksi belanja dan perbankan di Belanda akan lebih mudah dan praktis dilakukan dengan kartu ATM

12 M. Nu’am Yasin, Fikih Kedoktern di terjemahkan oleh Munirul Abidin, h.194.. bagi Donor yang hidup adalah bahwa organ yang disumbangkan bukan merupakan organ vital

Perbedaan luas areal yang ditetapkan untuk kawasan sabuk hijau Seoul CapitalRegion ini dapat dilihat tidak hanya dalam besaran kontribusi suatu wilayah administrasi tertentu

Our recommendation would be difficult to maintain if the company fails to achieve qoq profit growth, as the increasing competition in the automotive industry and the possibility

Nilai Aset Neto Terikat Temporer dalam laporan posisi keuangan 2015 merupakan saldo akhir yang merupakan hasil dari perhitungan sumber daya terikat dikurangi penggunaan