• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan Internet dan Pemanfaatan Informasi Pertanian oleh Penyuluh Pertanian di Wilayah Barat Kabupaten Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penggunaan Internet dan Pemanfaatan Informasi Pertanian oleh Penyuluh Pertanian di Wilayah Barat Kabupaten Bogor"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN INTERNET DAN PEMANFAATAN INFORMASI

PERTANIAN OLEH PENYULUH PERTANIAN DI WILAYAH

BARAT KABUPATEN BOGOR

NOVI ELIAN

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Penggunaan Internet dan Pemanfaatan Informasi Pertanian oleh Penyuluh Pertanian adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2015

(4)

RINGKASAN

NOVI ELIAN. Penggunaan Internet dan Pemanfaatan Informasi Pertanian oleh Penyuluh Pertanian di Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh DJUARA P LUBIS dan PARLAUNGAN A RANGKUTI.

Pesatnya perkembangan teknologi komunikasi menghasilkan begitu banyak media komunikasi yang dapat digunakan untuk mendiseminasikan informasi. Salah satu media komunikasi yang dapat digunakan adalah komunikasi dunia maya atau media internet. Internet merupakan salah satu bentuk praktek pemanfaatan teknologi komunikasi dalam penyebarluasan informasi-informasi pertanian. Penyuluh pertanian sebagai pihak yang berperan sebagai diseminator informasi pertanian dituntut mampu memanfaatkan perkembangan teknologi komunikasi dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya. Penelitian ini bertujuan untuk mendesksripsikan penggunaan internet oleh penyuluh pertanian, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat penggunaan internet, serta analisis pemanfaatan informasi dan keterkaitannya dengan tingkat penggunaan oleh penyuluhan pertanian.

Penelitian ini didesain dengan pendekatan survei yang bersifat deskriptif korelasional dengan menggunakan data kuantitatif dan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan selama bulan Mei sampai dengan Juni 2014. Responden penelitian adalah penyuluh pertanian yang memanfatakan internet dan bertugas di Wilayah Barat Kabupaten Bogor, diambil secara sensus sebanyak 60 orang. Data dikumpulkan dengan melakukan observasi, mengajukan kuesioner dan teknik wawancara. Analisis data menggunakan analisis statistik deskriptif dan analisis uji korelasi Rank Spearman dengan aplikasi SPSS versi 20.

Tingkat penggunaan internet oleh responden diukur dari frekuensi dan durasi penggunaan dan masih tergolong rendah. Penyuluh menggunakan internet kurang dari tiga kali seminggu dan durasi kurang dari tiga jam sehari. Situs yang paling sering dikunjungi responden adalah situs Kementerian Pertanian. Faktor-faktor yang berhubungan nyata dengan penggunaan internet oleh penyuluh pertanian adalah karakteristik penyuluh (umur dan ketersediaan alat teknologi) dan kebutuhan informasi penyuluh (informasi tentang teknologi pengolahan hasil, pemasaran dan iklim). Pemanfaatan informasi oleh penyuluh pertanian berupa disimpan untuk konsumsi pribadi, dibagikan ke sesama penyuluh untuk bahan diskusi, dan disebarkan ke petani sebagai materi penyuluh. Lebih dari separuh penyuluh memanfaatkan informasi untuk didiskusikan ke sesama penyuluh, berikutnya disebarkan ke petani dan disimpan untuk pribadi.

(5)

SUMMARY

NOVI ELIAN. Internet Usage and Agricultural Information Utilization by Agricultural Extension Agent in Bogor District. Supervised by DJUARA P LUBIS and PARLAUNGAN A RANGKUTI.

The rapid development of communication technology produces many communication media to disseminate information. One of the communication media is cyberspace communication or internet. Internet is one of the communication technology utilization practices in agricultural information dissemination. Agricultural extension agents as information disseminator are expected to be capable to utilize information communication technology in carrying out their main duties and functions. This study was conducted to describe the internet utilization by agricultural extension agents, to analyze the factors affecting the level of internet utilization, and to analyze the information utilization as well as its relevance to the level of information utilization by the extension agents.

This study was designed in correlational descriptive approach with quantitative and qualitative data. Data was collected in May and June 2014. Respondents in this study were the agricultural extension agents in the west of Bogor Region who used internet. The total of respondents was 60, taken in census. Data were collected through observation, questionnaires and interview. Data were analyzed by descriptive statistic and Spearman rank test with SPSS version 20.

The level of respondents’ internet utilization, measured by seeing the frequency and duration of the utilization, was low. Respondents used the internet less than three times a week and the duration was less than three hours a day. The most frequently visited website by respondent was google.com. Characteristics of the agents (age and technology availibility) and the needs of information (about the the technology of processing, marketing, and climate) were the factors that found significantly related to the internet utilization. The form of information utilization by the extension agents were keeping for themselves, disseminating to other agents for discussion, and disseminating to farmers as the extension material. More then 50% respondents utilized the information as discussion material with other agents, fewer respondents disseminated it to farmers, and the rest kept it for themselves.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2015

NOVI ELIAN

PENGGUNAAN INTERNET DAN PEMANFAATAN INFORMASI

PERTANIAN OLEH PENYULUH PERTANIAN DI WILAYAH

(8)

s

(9)

Judul Tesis : Penggunaan Internet dan Pemanfaatan Informasi Pertanian oleh Penyuluh Pertanian di Wilayah Barat Kabupaten Bogor

Nama : Novi Elian NRP : I352120071

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Dr Ir Djuara P Lubis, MS

Ketua Dr Ir Parlaungan A Rangkuti, MSi Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

Dr Ir Djuara P Lubis, MS

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian:

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang penelitian yang telah dilaksanakan pada bulan Mei – Juni 2014 ini adalah Penggunaan Internet dan Pemanfaatan Informasi Pertanian oleh Penyuluh Pertanian di Wilayah Barat Kabupaten Bogor.

Penyelesaian tesis ini melibatkan dukungan berbagai pihak, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis, terutama kepada mereka yang penulis kemukakan pada kesempatan ini. Terima kasih kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia yang telah membiayai pendidikan strata dua penulis melalui program Beasiswa Unggulan (BU) Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti). Terima kasih yang sebesarnya penulis ucapkan kepada Dr Ir Djuara P Lubis MS dan Dr Ir Parlaungan A Rangkuti MSi selaku komisi pembimbing atas curahan waktu, ilmu, motivasi, dan dukungannya kepada penulis. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dr Ir Sarwititi Sarwoprasodjo MS dan Dr Ir Amiruddin Saleh MS selaku tim penguji yang telah banyak memberi dukungan, saran dan motivasi bagi penulis. Selanjutnya, kepada seluruh dosen dan staff Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakutas Ekologi Manusia IPB, penulis mengucapkan terima kasih untuk bantuannya selama penulis menempuh pendidikan.

Penghargaan penulis sampaikan kepada staff Bidang Penyuluhan Pertanian Balai Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian Peternakan Perkebunan dan Kehutanan (BKP5K) Kabupaten Bogor, yang telah membantu penulis selama pengumpulan data. Berikut kepada segenap penyuluh yang bertugas di Balai Penyuluhan Pertanian Peternakan Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Dramaga, BP3K Cibungbulang, BP3K Leuwiliang, BP3K Cigudeg dan BP3K Parung Panjang Kabupaten Bogor atas waktu dan kesediaanya menjadi responden dalam penelitian ini.

Tesis ini penulis dedikasikan untuk orang-orang terkasih, Ayah Andry Yunis, Ibu Eliza, Adik Ulfah Meilian AMd serta seluruh keluarga penulis. Terima kasih untuk motivasi, doa dan kasih sayangnya yang tak kan pernah terbalas oleh penulis. Sahabat-sahabat seperjuangan, teman diskusi dan belajar dari semester awal menempuh pendidikan, Asri Sulistiawati, Nurul Mukhlisah, Tika Tresnawati, Febri Palupi, Khori Suci Maifianti, dan teman sepembimbingan Muh Zaenal serta rekan-rekan KMP 2012 lainnya, penulis mengucapkan terima kasih atas diskusi, dukungan dan kebersamaannya selama ini. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan pada sahabat-sahabat penulis atas dukungan moril maupun materil selama penyelesaian studi.

Akhir kata, penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat dan memberikan kontribusi terhadap perkembangan ilmu komunikasi pembangunan.

Bogor, Januari 2015

(11)
(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR viii

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 4

2 TINJAUAN PUSTAKA 5

Karakteristik Individu Penyuluh 5

Persepsi Penyuluh Menggunakan Media Internet 6

Kebutuhan Penyuluh akan Informasi di Media 6

Motivasi Penyuluh Pertanian Menggunakan Media Internet 9 Penggunaan Media Internet oleh Penyuluh Pertanian 10

Penelitian Terdahulu 12

Kerangka Berpikir 18

Hipotesis Penelitian 22

3 METODE 22

Desain Penelitian 22

Lokasi dan Waktu Penelitian 22

Populasi dan Sampel Penelitian 23

Data dan Instrumentasi 24

Defenisi Operasional 24

Pengumpulan Data 28

Validitas dan Realibilitas Instrumen 28

Analisis Data 29

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 30

Deskripsi Wilayah Kabupaten Bogor 30

Gambaran Umum Penyuluh Kabupaten Bogor 32

Tingkat Penggunaan Media Internet 35

Analisa Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Penggunaan

Internet oleh Penyuluh Pertanian 45

Analisa Hubungan Tingkat Penggunaan Internet dengan Karakteristik, Persepsi, Kebutuhan Informasi dan Motivasi Penyuluh Pertanian

Menggunakan Internet 53

Pemanfaatan Informasi Pertanian dan Hubungannya dengan Tingkat

Penggunaan Internet 58

5 SIMPULAN DAN SARAN 61

Simpulan 61

Saran 61

DAFTAR PUSTAKA 62

(13)

DAFTAR TABEL

1. Penelitian terdahulu tentang penggunaan ICT dengan berbagai

pendekatan 12

2. Jumlah penyuluh pertanian di Wilayah Barat Kabupaten Bogor

Tahun 2014 23

3. Jumlah penyuluh pertanian yang menggunakan internet di Wilayah Barat Kabupaten Bogor yang Tahun 2014 23 4. Peubah, defenisi operasional dan kategori pengukuran penelitian 25 5. Peubah dan kisaran nilai koefisien korelasi validitas penelitian 29 6. Nilai uji beda peubah karakteristik individu penyuluh yang

menggunakan internet dengan yang tidak menggunakan internet di

Wilayah Barat Kabupaten Bogor Tahun 2014 35

7. Jumlah dan persentase penyuluh pertanian berdasarkan tingkat penggunaan internet di Wilayah Barat Kabupaten Bogor Tahun

2014 37

8. Jumlah dan persentase penyuluh pertanian berdasarkan situs yang paling sering diakses di Wilayah Barat Kabupaten Bogor Tahun

2014 43

9. Jumlah dan persentase penyuluh pertanian berdasarkan karakteristik individu di Wilayah Barat Kabupaten Bogor Tahun

2014 46

10.Jumlah dan persentase penyuluh pertanian berdasarkan persepsi terhadap media internet di Wilayah Barat Kabupaten Bogor Tahun

2014 48

11.Jumlah dan persentase penyuluh pertanian berdasarkan jenis informasi yang dibutuhkan di Wilayah Barat Kabupaten Bogor

Tahun 2014 50

12.Jumlah dan persentase penyuluh pertanian berdasarkan motivasi menggunakan internet di Wilayah Barat Kabupaten Bogor Tahun

2014 52

13.Nilai koefisien korelasi Rank Spearman berdasarkan hubungan penggunaan internet dengan karakteristik penyuluh pertanian di

Wilayah Barat Kabupaten Bogor Tahun 2014 54

14.Nilai koefisien korelasi Rank Spearman berdasarkan hubungan penggunaan internet dengan persepsi penyuluh pertanian terhadap media internet di Wilayah Barat Kabupaten Bogor Tahun 2014 56 15.Nilai koefisien korelasi Rank Spearman berdasarkan hubungan

penggunaan internet dengan kebutuhan informasi penyuluh pertanian di Wilayah Barat Kabupaten Bogor Tahun 2014 56 16.Nilai koefisien korelasi Rank Spearman berdasarkan hubungan

penggunaan internet dengan motivasi penyuluh pertanian menggunakan internet di Wilayah Barat Kabupaten Bogor Tahun

(14)

17.Nilai koefisien korelasi Rank Spearman berdasarkan hubungan penggunaan internet dengan pemanfaatan informasi oleh penyuluh pertanian di Wilayah Barat Kabupaten Bogor Tahun 2014 60

DAFTAR GAMBAR

1. Kerangka berpikir penelitian penggunaan media internet dan pemanfaatan informasi pertanian oleh penyuluh pertanian di Wilayah

Barat Kabupaten Bogor 21

(15)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini menghasilkan banyak media komunikasi yang dapat digunakan untuk berbagi informasi (sharing knowledge). Banyaknya media komunikasi yang tersedia memerlukan pertimbangan dan perencanaan dalam penetapan dan penggunaan media komunikasi yang tepat untuk membantu mendiseminasikan informasi.

Media komunikasi adalah salah satu unsur komunikasi yang mempunyai peranan dalam keberhasilan komunikasi. Media komunikasi sering juga disebut sebagai saluran komunikasi. Berlo (1961) menyatakan bahwa memilih saluran komunikasi yang tepat bukanlah hal yang mudah, karena saluran komunikasi menentukan efektivitas komunikasi. Kehati-hatian perlu dilakukan, karena setiap saluran komunikasi memiliki kualitas tertentu dilihat dari segi teknologi, struktur maupun fungsinya.

Salah satu media komunikasi yang dapat digunakan untuk mendiseminasikan informasi kepada pelaku pembangunan pertanian adalah komunikasi media maya atau media internet. Media internet didefinisikan sebagai jaringan luas komputer yang dengan perizinan dapat saling berkoneksi antara satu dengan yang lainnya untuk menyebarluaskan dan membagikan digital files, serta memperpendek jarak antar negara. Media internet memiliki berbagai macam teknologi, seperti website, transfer file, email, jaringan pertemanan, forum, mailing list¸ dan sebagainya (Yunus 2011).

Mulyandari (2011), menyatakan begitu banyak hasil penelitian di bidang pertanian yang telah dan sedang dilaksanakan, serta akan terus ada penelitian-penelitian pertanian di masa depan, di dalam maupun di luar negeri. Hasil penelitian bidang pertanian yang berupa informasi pertanian baik dalam hal teknik produksi dan pemasaran pada hakekatnya adalah untuk memperbaiki atau memecahkan masalah yang ada dalam bidang pertanian. Informasi tersebut bukan hanya sekedar konsumsi bagi para peneliti lain untuk dijadikan bahan acuan akan tetapi jauh kedepan adalah untuk para petani, terutama untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraannya, yang pada akhirnya juga untuk memenuhi kebutuhan hidup seluruh umat manusia. Demikian halnya hasil penelitian pertanian telah dihimpun dan dipublikasikan secara umum kepada masyarakat dengan berbagai media, namun demikian, informasi hasil penelitian pertanian tersebut pada kenyataannya belum mencapai sasaran utamanya, yaitu para petani.

(16)

2

Amin et al. (2013), menyatakan bahwa fokus utama dari aplikasi ICT (Information and Communication Technologies) di bidang pertanian adalah memenuhi kebutuhan petani untuk informasi. Beberapa informasi penting yang dibutuhkan oleh petani yang tampaknya penting bagi pertumbuhan dan perkembangan pertanian, antara lain informasi pasar, teknik terbaru dan teknologi, program pembangunan pedesaan dan subsidi, peramalan cuaca, paket praktek terbaru (terbaik), teknologi pasca panen, berita pertanian umum, informasi tentang asuransi/klaim pengolahan, harga input dan ketersediaan, peringatan dini dan manajemen penyakit dan hama, uji tanah dan informasi pengambilan contoh tanah. Berdasarkan temuan, cyber extension di pertanian menjadi lebih penting dan dapat diakses, dan berguna untuk petani dan pertanian mereka. Hal ini terutama disebabkan oleh peningkatan permintaan makanan dan perkembangan ICT dan penggunaannya oleh masyarakat, termasuk petani di desa-desa.

Beberapa tahun terakhir, pembangunan pertanian dihadapkan pada stagnansi dalam informasi dan inovasi pertanian yang kemudian berdampak pada menurunnya optimalisasi sistem penyuluhan sejalan dengan pesatnya penetrasi produk-produk pertanian di era globalisasi ini. Model penyuluhan lama dimana penyuluh sebagai agen transfer teknologi dan informasi sudah tidak cukup. Informasi sebagai sesuatu hal yang tak ternilai harganya tentunya akan lebih mudah diakses oleh pihak-pihak yang memiliki kemampuan untuk mendapatkan akses, dalam hal ini adalah para pemilik modal dalam sektor swasta. Sisi lain, petani hanya dapat mengandalkan kapasitas penyuluh dalam mendampingi petani mengembangkan proses belajar inovasi pertanian. Baik petani maupun penyuluh sudah diupayakan untuk mendapatkan informasi tentang inovasi yang dihasilkan oleh para peneliti baik di lembaga penelitian maupun perguruan tinggi namun belum mendapatkan hasil optimal. Sumardjo (1999) mengungkap fakta bahwa penyuluh merasakan kekurangan inovasi ketika menjalankan tugasnya sebagai pendamping petani dalam melakukan kegiatan usahatani, bahkan tidak jarang menghadapi kesulitan, dan tidak mampu membantu petani dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi. Sisi lain, banyak hasil penelitian dan teknologi yang telah dikembangkan dalam bidang pertanian, namun hal tersebut seperti kurang bermanfaat karena baik petani maupun penyuluh kurang mengetahui informasi tersebut walaupun telah diusahakan untuk menghimpun dan mempublikasikasikan hasil-hasil tersebut pada berbagai media. Hal-hal inilah yang menjadi salah sekian faktor yang mengakibatkan terjadinya stagnansi dan penurunan optimalisasi sistem penyuluhan. Stagnansi inovasi dan informasi pertanian yang selama ini telah terjadi, diharapkan dapat diperbaiki dengan ICT melalui akses terhadap informasi pasar, input produksi, tren konsumen, pemasaran, pengelolaan penyakit dan hama/tanaman ternak, peluang pasar, harga pasar, dan lain sebagainya (Sumardjo et al. 2009).

Media komunikasi menjadi penting dalam diseminasi informasi-informasi pembangunan. Dampaknya adalah perlu adanya praktek pemanfaatan teknologi komunikasi yang dapat mendukung penyebarluasan informasi-informasi pembangunan. Media internet merupakan salah satu bentuk teknologi informasi dan komunikasi yang dapat dimanfaatkan pelaku pembangunan pertanian termasuk penyuluh sebagai diseminator informasi dan inovasi pertanian.

(17)

3 sesuatu hal yang tak ternilai harganya tentunya akan lebih mudah diperoleh oleh pihak-pihak yang memiliki kemampuan untuk menadapatkan akses, dalam hal ini adalah para pemilik modal dan swasta. Petani hanya dapat mengandalkan kapasitas penyuluh dalam mendampingi petani mengembangkan proses belajar inovasi pertanian. Sehubungan dengan hal tersebut, semakin menguatkan bahwa ICT memegang peranan sebagai teknologi kunci (enabler technology). Kemajuan ICT memungkinkan berpotensi menjadi peluang yang besar bagi para pelaku pembangunan pertanian termasuk penyuluh untuk mengakses informasi yang dibutuhkannya.

Undang-undang No.16 tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan pasal 31 ayat 1 mengamanatkan bahwa untuk meningkatkan kapasitas kelembagaan penyuluhan dan kinerja penyuluhan, diperlukan sarana dan prasarana memadai agar penyuluhan dan kinerja penyuluhan dapat diselengarakan secara efektif dan efisien. Sistem jaringan inovasi merupakan prasarana dan sarana yang harus ada untuk terselenggaranya sistem penyuluhan pertanian yang efektif dan berkelanjutan. Tuntutan bahwa penyuluh harus dapat tahu berbagai informasi cepat dan tepat mengenai bidang pertanian secara tidak langsung mengharuskan penyuluh untuk dapat mengikuti perkembangan teknologi dan informasi global melalui pemanfaatan ICT. Penelitian ini bermaksud untuk mengkaji bagaimana penggunaan internet dan pemanfaatan informasi pertanian oleh penyuluh pertanian.

Perumusan Masalah

Perkembangan ICT seperti yang dijabarkan pada latar belakang diatas seperti tersedianya internet sebagai salah satu media yang memberikan informasi yang luas dan merata diharapkan menjadi salah satu alternatif dalam pengayaan informasi dan keberlangsungan tugas penyuluh sebagai diseminator inovasi dan infomasi pertanian. Rivera dan Qamar (2003) menyebutkan komputer dan internet boleh jadi tidak akan dapat diakses oleh masyarakat pedesaan, tetapi petani akan terlayani oleh para penyluh pertanian yang menyediakan informasi (dari internet) kepada masyarakat pedesaaan. Hal senada juga diungkapkan oleh Holbein (2008) yang memberikan satu catatan penting bahwa dalam mengoptimalkan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam proses pembelajaran masyarakat diperlukan proses pendampingan.

Amanat UU No.16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (SP3K), seperti yang tercantum dalam pasal 4b dimana fungsi sosial penyuluhan adalah mengupayakan kemudahan akses pelaku utama dan pelaku usaha ke sumber informasi, teknologi dan sumberdaya lainnya agar mereka dapat mengembangkan usahanya. Berikutnya, pasal 15 ayat 1c juga mengamanatkan bahwa Balai Penyuluhan berkewajiban menyediakan dan menyebarkan informasi tentang teknologi, sarana produksi, pembiayaan dan pasar.

(18)

4

penyuluh pertanian. Penggunaan media dan pemanfaatan informasi oleh penyuluh pertanian bergantung pada kebutuhan informasi penyuluh pertanian tersebut.

Penelitian Nuryanto (2008), menyatakan bahwa kompetensi penyuluh di Provinsi Jawa Barat tergolong rendah terutama dalam kemampuan penyuluh memanfaatkan media internet, membangun jejaring kerja, mengakses informasi, penguasaan inovasi dan menganalisis masalah. Kondisi ini menujukkan bahwa kompetensi penyuluh secara umum relatif masih akan berdampak pada kurangya kualitas layanan penyuluh dalam kegiatan penyuluhan.

Peran penyuluh pertanian menjadi begitu penting di era globalisasi informasi saat ini, sehingga diperlukan suatu penelitian yang komprehensif mengenai penggunaan internet dan pemanfaatan informasi pertanian di kalangan penyuluh pertanian. Berdasarkan hal tersebut, maka permasalahan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana tingkat pengunaan media internet oleh penyuluh pertanian di Wilayah Barat Kabupaten Bogor?

2. Faktor-faktor apa sajakah yang berhubungan dengan tingkat penggunaan media internet oleh penyuluh?

3. Bagaimana pemanfaatan informasi yang diperoleh penyuluh pertanian dari internet dan faktor apa yang berhubungan dengannya ?

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mengidentifikasi kebutuhan informasi penyuluh pertanian dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi oleh penyuluh pertanian. Secara spesifik, penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan:

1. Deskripsi penggunaan internet oleh penyuluh.

2. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat penggunaan internet oleh penyuluh pertanian.

3. Analisis pemanfaatan informasi pertanian yang diperoleh penyuluh dari internet dan faktor yang berhubungan dengannya.

Manfaat Penelitian Adapun kegunaan penelitian ini adalah untuk :

1. Secara teori penelitian ini mampu memberikan tambahan informasi mengenai pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi, khususnya penggunaan media internet. Selain itu, dapat digunakan sebagai bahan rujukan bagi kegiatan penelitian lanjutan yang lebih luas dan lebih mendalam mengenai pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi.

(19)

5

2

TINJAUAN PUSTAKA

Karakteristik Individu Penyuluh

Penyuluh pertanian menurut definisi Undang-undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan dibagi ke dalam tiga istilah, yaitu penyuluh Pegawai Negeri Sipil (PNS), penyuluh swasta dan penyuluh swadaya. Penyuluh PNS adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang pada satuan organisasi lingkup pertanian, perikanan atau kehuanan untuk melakukan kegiatan penyuluhan. Penyuluh swasta adalah penyuluh yang berasal dari dunia usaha dan/atau lembaga yang mempunyai kompetensi dalam bidang penyuluhan. Penyuluh swdaya adalah pelaku utama yang berhasil dalam usahanya dan warga masyarakat lainnya yang dengan kesadarannya sendiri mau dan mampu menjadi penyuluh.

Karakteristik individu merupakan sifat-sifat atau ciri-ciri seseorang yang berhubungan dengan semua aspek kehidupan dan lingkungannya. Karakter tersebut terbentuk oleh faktor biologis yang mencakup genetik, sistem syaraf serta sistem hormonal, dan faktor sosio-psikologis berupa komponen-komponen konatif yang berhubungan dengan kebiasaan dan afektif (Rakhmat, 2005).

Penyuluh pertanian yang menggunakan dan memanfaatkan media informasi teknologi pertanian merupakan komunikan informasi pertanian. Karakteristik komunikan tidak terlepas dari beberapa hal, seperti yang dijelaskan oleh Berlo (1961) yang mencakup :

a. Mempunyai keterampilan berkomunikasi, yaitu kemampuan dalam mendengar, membaca, berhubungan dengan pihak lain serta mampu berpikir terhadap pesan yang disampaikan oleh komunikator melalui media.

b. Sikap, yaitu mempunyai sikap positif dan negatif baik terhadap dirinya sendiri, terhadap komunikator, maupun terhadap isi pesan yang disampaikan melalui media tertentu.

c. Tingkat pengetahuan, yaitu pemahaman tentang isi pesan yng disampaikan, terutama penggunaan bahasa pesan dan kepentingan dari isi pesan.

d. Sistem sosial budaya, yaitu status sosial, keanggotaannya dalam kelompok/organisasi dan perilaku kebiasaan dalam menerima dan menafsirkan pesan.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli diatas, maka dapat dikembangkan karakteristik penyuluh pertanian yang menggunakan media informasi teknologi pertanian meliputi umur, pendidikan formal, tingkat pendapatan dan ketersediaan alat teknologi komunikasi.

Hasil penelitian Alfred dan Odefadehan (2007) mengungkapkan bahwa hanya pengalaman kerja penyuluh yang memiliki hubungan yang signifikan dengan kebutuhan informasi mereka. Selain itu juga menemukan bahwa penyuluh menerima beberapa sumber informasi yaitu pelatihan, penelitian, buku, buletin teknis, seminar dan supervisor, sementara sumber informasi yang lain yaitu klien dan rekan dianggap tidak efektif.

(20)

6

kepemilikan media komunikasi dan informasi, motivasi penyuluh, dukungan anggota keluarga penyuluh, dan tuntutan klien.

Persepsi Penyuluh Menggunakan Media Internet

McQuail (2010) mengemukakan karakteristik khalayak yang menggunakan media informasi sebagai berikut :

a. Persepsi diri sendiri sebagai seorang penerima. Hal ini tidak hanya berkaitan dengan aturan main yang dianut oleh dirinya terhadap penerimaan pesan oleh suatu media, tetapi juga aturan main yang dianut karena dia sebagai komunikator. Persepsi diri sendiri ini meliputi ciri diri sendiri, peranannya, sikapnya, serta tata nilai yang dianutnya.

b. Struktur kepribadian penerima yang meliputi tingkah laku penerima. c. Penerima sebagai anggota tim kerja.

d. Penerima sebagai anggota suatu organisasi profesional.

e. Penerima sebagai bagian dari struktur sosial masyarakat tertentu.

Persepsi menurut Rakhmat (2008) adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperolah dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Selanjutnya DeVito (2011) menerangkan bahwa persepsi adalah proses dimana kita menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi indera kita. Persepsi mempengaruhi rangsangan (stimulus) atau pesan apa yang kita serap dan apa makna yang kita berikan kepada mereka ketika mereka mencapai kesadaran.

Penafsiran dan evaluasi yang dilakukan seseorang terhadap suatu pesan atau informasi yang dimulai dengan proses penyaringan stimulus, memberikan makna serta membentuk interpretasi berdasarkan pertimbangan interpersonal yang dipengaruhi masa lalu, kebutuhan, keinginan sistem nilai, keyakinan, keadaan fisik dan emosi (DeVito 2011).

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi diantaranya faktor personal dan faktor situasional atau yang disebutkan oleh Krech dan Crutchfield yaitu faktor fungsional dan struktural. Faktor fungsional yang mempengaruhi persepsi diantaranya kebutuhan, pengalaman masa lalu, dan faktor-faktor personal seseorang. Adapun faktor struktural yang mempengaruhi persepsi adalah faktor-faktor yang berasal dari stimuli fisik dan efek-efek syaraf yang timbul pada sistem syaraf individu. Jadi faktor struktural lebih condong pada sistem fisiologis manusia yang membentuk persepsi (Rakhmat, 2008).

Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat didefinisikan bahwa persepsi adalah proses penafsiran atau pandangan seseorang terhadap suatu objek melalui pemberian stimulus, memberikan makna kemudian membentuk interpretasi berdasarkan pertimbangan interpersonal. Penelitian ini mencoba mendeskripsikan persepsi penyuluh terhadap media internet yang digunakan untuk mengkases informasi pertanian.

Kebutuhan Penyuluh akan Informasi di Media

(21)

7 diamati dan mempunyai potensi untuk dimanfaatkan oleh seseorang. Informasi merupakan bagian dari proses komunikasi (Yusup 2009).

Kuswandi (1996) mengemukakan bahwa informasi sudah menjadi kebutuhan manusia yang essensial untuk mencapai tujuan. Melalui informasi manusia dapat mengetahui peristiwa yang terjadi di sekitarnya, memperluas cakrawala pengetahuannya, sekaligus memahami kedudukan serta peranannya dalam masyarakat.

Herzberg cit Thoha (1996) mengidentifikasi dua perangkat kegiatan yang memuaskan kebutuhan manusia, yaitu : (1) kebutuhan yang berkaitan dengan kepuasan kerja (prestasi, penghargaan, tanggung jawab, kemajuan atau promosi, pekerjaan itu sendiri, dan potensi bagi pertumbuhan pribadi), (2) kebutuhan yang berkaitan dengan ketidakpuasan kerja.

Nicholas (2000) menjelaskan bahwa kebutuhan informasi muncul ketika seseorang berkeinginan memenuhi satu atau lebih dari tiga kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan informasi merupakan hal penting karena seseorang dalam memenuhi salah satu atau semua kebutuhan dasar tersebut dipengaruhi oleh pemenuhan kebutuhan informasi. Kebutuhan informasi terdiri atas tiga macam yaitu : 1) Kebutuhan informasi yang tidak disadari (domand needs atau unrecognized needs). Kebutuhan ini dialami oleh seseorang yang seringkali tidak mengetahui informasi apa yang mereka butuhkan, tidak menyadari ada kesenjangan informasi, dan juga tidak mengetahui bahwa informasi baru memberikan sesuatu tentang apa yang telah mereka ketahui. Seseorang akan menyadari ada kebutuhan informasi tertentu jika mengalami masalah tertentu. 2) Kebutuhan informasi yang tidak diekspersikan (unexpressed needs). Kebutuhan ini dialami oleh mereka yang sadar membutuhkan informasi tertentu, tetapi tidak mau atau tidak dapat melakukan sesuatu untuk memenuhinya. 3) Kebutuhan informasi yang diekspresikan (expressed needs), yaitu kebutuhan yang didasari dan diupayakan dipenuhi oleh mereka yang sadar akan kesenjangan antara pengetahuan dan keinginan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari.

Kaniki (1992) mengemukakan bahwa kebutuhan informasi bervariasi tergantung dari pengguna (user), waktu, tujuan, tempat, alternatif yang tersedia dan sebagainya. Kebutuhan informasi penyuluh yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah kebutuhan sekelompok atau komunitas penyuluh untuk mempermudah informasi yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

Informasi teknologi pertanian memegang peranan penting dalam proses pembangunan pertanian. Tersedianya berbagai informasi dalam proses pembangunan pertanian akan mempercepat kemajuan usaha pertanian (Suryantini 2004). Pendapat tersebut dipertegas melalui hasil penelitian Andriaty et al. (2011) yang menyatakan bahwa ketersediaan informasi teknologi pertanian di suatu wilayah akan berdampak terhadap tingkat pemenuhan kebutuhan informasi. Hasil surveinya menyebutkan lokasi khalayak yang jauh dari sumber informasi mempengaruhi banyaknya informasi yang diterima.

(22)

8

Suryantini (2001) berpendapat bahwa kebutuhan informasi penyuluh pertanian adalah pengetahuan atau data dan fakta yang disadari sebagai sesuatu yang perlu diperoleh dan digunakan oleh penyuluh pertanian dalam mendukung tugas dan fungsinya sebagai pemangku jabatan fungsional.

Yusup (2009) mengutip pendapat beberapa ahli tentang kebutuhan informasi, dijelaskan dibawah ini. Timbulnya kebutuhan seseorang tetap dipengaruhi oleh kondisi fisiologis, situasi dan kognisinya. Lingkungan yang merangsang timbulnya kebutuhan, khususnya yang berhubungan dengan seseorang yang dihadapkan pada berbagai media penampung informasi, maka ada banyak kebutuhan yang bisa dikemukakan, antara lain :

a. Kebutuhan kognitif, berkaitan erat dengan kebutuhan untuk memperkuat informasi, pengetahuan, dan pemahaman seseorang akan lingkungannya. Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat seseorang untuk memahami dan menguasai lingkungannya. Kebutuhan ini juga dapat memberi kepuasan atas hasrat keingintahuan dan penyelidikan seseorang.

b. Kebutuhan afektif, dikaitkan dengan penguatan estetis, hal yang dapat menyenangkan, dan pengalaman-pengalaman emosional.

c. Kebutuhan integrasi personal (personal integrative needs), dikaitkan dengan penguatan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas, dan status individu. Kebutuhan-kebutuhan ini berasal dari hasrat seseorang untuk mencari harga diri.

d. Kebutuhan integrasi sosial (social integrative needs), dikaitkan dengan penguatan hubungan seseorang. Kebutuhan ini didasari oleh hasrat seseorang untuk bergabung dengan orang lain.

e. Kebutuhan berkhayal (escapist needs), dikaitkan dengan kebutuhan-kebutuhan untuk melarikan diri, melepaskan ketegangan, dan hasrat untuk mencari hiburan atau pengalihan.

Kebutuhan seseorang mengkonsumsi media didasarkan pada dua faktor, yaitu : (1) relevansi atau keterkaitan informasi itu sendiri dengan ciri individu, dan (2) tingkat ketidakpastian pesan yang berhubungnan dengan subyek. Semakin besar hubungan informasi dan semakin besar ketidakpastian dengan diri subyek, maka semakin besar kebutuhan individu berorientasi pada informasi suatu media (Severin et al, 2009).

Martaadmijaya (1989) menyatakan penyuluhan berfungsi menyampaikan teknologi yang dihasilkan oleh lembaga penelitian kepada petani, maupun sebaliknya. Penyuluh pertanian harus dapat mencari kemudahan bagi permasalahan yang dihadapi petani dan keluarganya. Permasalahan yang muncul di dalam usahatani akan selalu tumbuh dan berkembang sesuai dengan tantangan yang ada. Penyuluh pertanian merupakan penghubung bagi dunia penelitian dengan petani. Penyuluh pertanian berfungsi menyampaikan teknologi yang dihasilkan oleh lembaga penelitian kepada petani, dan sebaliknya dapat menyampaikan keutuhan hasil penelitian yang diharapkan oleh petani kepada lembaga penelitian.

(23)

9 penyuluh merupakan salah satu peran yang harus dijalankan olehnya dalam rangka mengakomodasi kebutuhan informasi yang juga dibutuhkan oleh petani.

Motivasi Penyuluh Pertanian Menggunakan Media Internet

Herzberg cit Thoha (1996) mengembangkan teori motivasi pada dua faktor, yaitu : faktor hygiene (syarat kerja) dan faktor motivator (pendorong). Faktor hygiene bersifat ekstrinsik yang berada di luar diri, sedangkan faktor motivator bersifat intrinsik berada di dalam diri. Faktor hygiene, misalnya : upah, kondisi lingkungan tempat bekerja, dan kebijaksanaan administrasi tempat bekerja. Faktor motivasi, misalnya : keberhasilan, penghargaan, pekerjaannya sendiri, rasa tanggung jawab, dan faktor peningkatan.

Motif penggunaan media internet merupakan dorongan yang berasal dari dalam diri manusia, pada penelitian ini adalah penyuluh pertanian yang menggerakkan ke arah tujuan untuk memuaskan kebutuhan melalui penggunaan media internet. Motif khalayak mengkonsumsi media massa menyebabkan sesorang aktif, selektif mencari dan menggunakan media untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan akan informasi.

Harold D. Lasswell (1948) cit Morissan (2010) memaparkan mengenai mengapa khalayak menggunakan media. Tiga fungsi utama media menurutnya adalah :

a. Media berfungsi untuk memberitahu khalayak mengenai apa yang terjadi disekitar mereka (surveying the environtment).

b. Melalui pandangan yang diberikan media terhadap berbagai hal yang terjadi, maka khalayak dapat memahami lingkungan sekitarnya secara lebih akurat (correlation of environmental parts).

c. Pesan media berfungsi menyampaikan tradisi dan nilai-nilai sosial kepada generasi khalayak selanjutnya (transmit social norms and actions).

Hasil penelitian Suryantini (2004) menunjukkan bahwa informasi teknis sangat dibutuhkan oleh penyuluh untuk materi penyuluhan. Motivasi kognitif penyuluh pertanian dalam penggunaan sumber informasi adalah untuk memperoleh pengetahuan atau informasi yang sesuai dengan kebutuhan. Sumber informasi yang paling banyak digunakan adalah sumber interpersonal (sesama penyuluh dan kontak tani/petani maju) dan media cetak (surat kabar).

Media dianggap berusaha memenuhi motif khalayak. Jika motif ini terpenuhi maka kebutuhan khalayak akan terpenuhi (Kriyantono 2009). Empat kategori utama kepuasan yang diajukan McQuail yang sangat khas seperti yang dikutip Fiske (2012) antara lain :

1. Pengalihan, terdiri atas (a) melarikan diri dari tekanan rutinitas, (b) melarikan diri dari beban masalah, dan (c) pelepasan emosi.

2. Relasi personal, terdiri atas (a) persahabatan dan (b) kegunaan sosial. Persahabatan adalah bentuk khusus dari media sebagai kompensasi. Situasi sosial atau personal tidak mengizinkan audiens untuk memenuhi kebutuhan mereka terhadap pertemanan di dunia nyata Media menyediakan pengalaman bersama, percakapan bersama tentang topik tertentu yang membuat interaksi sosial lebih mudah.

(24)

10

menggunakan program sebagai titik perbandingan dengan kehidupan nyata. Eksplorasi realitas melibatkan penggunaan langsung dari program untuk membantu audiens memahami kehidupan mereka sendiri. Penguatan nilai merupakan eksplanasi diri.

4. Pengawasan. Ini adalah kebutuhan informasi mengenai sebuah dunia kompleks di mana kita hidup. Audiens menggunakan media sebagai sumber informasi dalam rangka melihat peran sosial mereka.

Rakhmat (2005) menjelaskan motif sebagai kondisi intern yang mengatur dan menggalakkan tingkah laku menuju arah tertentu. Katz (1974) dalam Morissan et al (2010), menyatakan bahwa situasi sosial dimana khalayak berada turut serta terlibat dalam mendorong atau meningkatkan kebutuhan khalayak terhadap media melalui lima situasi berikut : (1) Situasi sosial menimbulkan ketegangan dan pertentangan, orang berusaha melepaskan dirinya dari hal itu. (2) Situasi sosial menciptakan kesadaran akan adanya masalah yang membutuhkan perhatian dan informasi, informasi tersebut biar dicari lewat media. (3) Situasi sosial menawarkan kesempatan-kesempatan peningkatan taraf hidup dalam memuaskan kebutuhan-kebutuhan tertentu yang semuanya bisa dipenuhi melalui media massa. (4) Situasi sosial memberikan dukungan yang menguatkan pada nilai-nilai tertentu melalui konsumsi media yang selaras.

Rakhmat (2005) menyebutkan tiga orientasi sebenarnya daftar motif penggunaan media massa : (1) orientasi kognitif : kebutuhan akan informasi, surveillance (pengamatan lingkungan), atau eksplorasi realitas (2) diversi : kebutuhan akan pelepasan dari tekanan dan kebutuhan akan hiburan (3) identitas personal : menggunakan isi media untuk memperkuat atau menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan atau situasi sendiri.

Motivasi penyuluh menggunakan media informasi menurut hasil penelitian Setiabudi (2003) adalah : (1) keinginan untuk meningkatkan wawasan dan pengetahan penyuluh, (2) keinginan untuk mencari informasi/teknologi baru, (3) keinginan untuk dapat memecahkan permasalahan di lahan usaha tani, (4) keinginan untuk lebih meningkatkan profesionalisme penyuluh, (5) keinginan hanya untuk mencari hiburan atau menjalankan proses administrasi saja.

Penggunaan Media Internet oleh Penyuluh Pertanian

Morissan (2010) yang mengutip Blumler (1979), mengemukakan sejumlah gagasan mengenai jenis-jenis kegiatan yang dilakukan khalayak (audience activity) ketika menggunakan media, yang mencakup :

a. Kegunaan (utility): media memiliki kegunaan dan orang dapat memanfaatkan kegunaan media.

b. Kehendak (intentionality): hal ini terjadi ketika motivasi menentukan konsumsi media.

c. Seleksi (selectivity): penggunaan media oleh khalayak mencerminkan ketertarikan atau prefensinya.

(25)

11 Internet adalah perkakas sempurna untuk menyiagakan dan mengumpulkan sejumlah besar orang secara elektronis. Informasi mengenai suatu peristiwa tertentu dapat ditransmisikan secara langsung, sehingga membuatnya menjadi suatu piranti meriah yang sangat efektif.

Pada era penggunaan teknologi komunikasi banyak penelitan yang memfokuskan pada penelitian media online dengan perangkat komputer atau laptop, seperti penelitian yang dilakukan oleh Rafaeli (1986) yang meneliti bagaimana dan mengapa siswa menggunakan komputer. Rafaeli menemukan bahwa pengguna jarang melewatkan pesan faktual; atau informatif, yang menunjukan minat yang kuat dalam pesan jenis ini. Steve (1998) juga menyarankan bahwa alasan paling penting mengapa orang menggunakan internet adalah untuk mengumpulkan berbagai macam informasi. Lin (1999) menemukan hasil yang sama ketika dia meneliti tentang adopsi layanan online bahwa layanan online terutama dianggap sebagai media yang sarat informasi dan khalayak yang membutuhkan untuk penerima.

Salah satu kalangan yang turut serta dalam menggunakan media internet adalah penyuluh pertanian. Hal ini berkaitan dengan peningkatan kompetensi penyuluh sebagai diseminator inovasi dan informasi pertanian. Pengunaan internet merupakan salah satu kompetensi penyuluh dalam menfaatkan perkembangan ICT. Penggunaan media internet oleh penyuluh pertanian berkaitan dengan motif dan kebutuhan penyuluh terhadap informasi di media internet.

Penggunaan media massa dalam penyuluhan yang patut dipertimbangkan adalah peranannya dalam program penyuluhan dan penggunaan secara efektif. Surat kabar, majalah, radio dan televisi merupakan media yang paling murah untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media massa dapat mempercepat proses perubahan, tetapi jarang dapat menyebabkan perubahan dalam perilaku, karena pengirim dan penerima pesan cenderung menggunakan pesan selektif saat menggunakan media massa sehingga pesan mengalami distorsi. Sangat disadari bahwa tidak seorangpun dapat membaca semua penerbitan, penelitian menunjukkan bahwa dasar pemilihan media terletak pada kegunaan yang diharapkan. Misalnya untuk keperluan memecahkan masalah, mengetahui yang sedang terjadi di sekeliling atau untuk sekedar santai, juga untuk keperluan agar dapat berpartisipasi dalam diskusi atau mengukuhkan pendapat mengenai suatu hal (Murfiani 2006).

Laquey cit Ardianto et al. (2012), menyatakan internet merupakan jaringan longgar dari ribuan komputer yang menjangkau jutaan orang di seluruh dunia. Misi awalnya adalah menyediakan sarana bagi para peneliti untuk mengakses data dari sejumlah sumber daya perangkat keras komputer yang mahal. Namun, sekarang internet telah berkembang menjadi ajang komunikasi yang sangat cepat dan efektif, sehingga telah menyimpang jauh dari misi awalnya. Dewasa ini, internet telah tumbuh menjadi sedemikian besar dan berdaya sebagai alat informasi dan komunikasi yang tak dapat diabaikan. Penggunanya kini mencakup berbagai kalangan. Alasan penggunaannya pun beraneka ragam, mulai sekedar untuk berkomunikasi hingga mengakses informasi dan data yang penting.

(26)

12

Penelitian yang dilakukan oleh Aminah (2013) menyatakan bahwa penyuluh pertanian memanfaatkan internet untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dalam berusaha tanaman hias. Pemanfaatan media internet memegang peranan penting dalam mempercepat kemajuan usaha pertanian. Informasi teknik budidaya meliputi informasi pembibitan, pemupukan, pemeliharaan dan penyiraman, pengendalian hama dan penyakit, panen dan pasca panen.

Selanjutnya penelitian Veronice (2013) menyebutkan bahwa jangkauan sumber informasi yang dapat diakses oleh penyuluh melalui internet tergolong tinggi. Penyuluh dalam mengakses informasi atau berita tidak hanya sebatas lokal namun sudah tingkat nasional. Hal-hal yang paling sering diakses penyuluh melalui internet meliputi materi budidaya pertanian, informasi pasar, pengolahan, dan pasca panen.

Penelitian Terdahulu

Peneliti terdahulu dengan berbagai pendekatan sudah banyak dilakukan dengan berbagai judul. Keberadaan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya merupakan dasar pemikiran untuk melakukan penelitian suatu kajian yang sama namun dalam aspek yang berbeda. Pada hal ini, dipetakan beberapa penelitian terdahulu yang tersaji secara ringkas di Tabel 1.

Tabel 1. Penelitian terdahulu tentang penggunaan ICT dengan berbagai pendekatan

Peneliti Judul Hasil

Amin et al.

(2013) Application of Cyber Extension as Communication Media to Empower the Dry Land Farmer

(27)

13 extension dan perilaku petani dalam menggunakan cyber extension maka semakin tinggi level pemberdayaan petani lahan kering.

Suryantini

(2003) Kebutuhan Informasi dan Motivasi Kognitif Penyuluh Pertanian

Penelitian ini dirancang sebagai suatu survei yang bersifat deskriptif korelasional. Variabel yang diteliti meliputi kebutuhan informasi penyuluh, motivasi kognitif penggunaan sumber informasi dan penggunaan sumber informasi. Motivasi kognitif penyuluh pertanian dalam menggunakan sumber informasi adalah untuk memperoleh pengetahuan atau informasi yang sesuai dengan kebutuhan atau untuk memecahkan masalah yang ditemukan di lapangan. Sumber informasi yang paling banyak digunakan adalah sumber interpersonal dan media cetak. Terdapat hubungan nyata antara kebutuhan informasi bahan penentuan kebijakan dan penggunaan sumber informasi interpersonal. Kebutuhan informasi penyuluh pertanian perlu diimbangi dengan ketersediaan informasi sehingga lembaga-lembaga pencipta teknologi, akedemisi, peneliti perlu mendiseminasikannya dalam berbagai bentuk.

Suryantini

(2004) Pemanfaatan informasi Teknologi Pertanian oleh Penyuluh Pertanian (Kasus di Kabupaten Bogor Jawa Barat)

(28)

14

membuat pedoman teknis, untuk menyusun rencana kerja penyuluh pertanian, sebagai acuan untuk melakukan demonstrasi/percontohan, sebagai acuan untuk melakukan pengkajian/pengujian teknologi anjuran, untuk evaluasi dan pelaporan kegiatan penyuluhan, menyusun programa penyuluhan, membuat makalah untuk seminar, lokakarya, temu teknis, temu tugas dan terakhir untuk membuat karya tulis yang akan diterbitkan.

Mulyandari

(2011) Cyber sebagai Extension Media Komunikasi dalam Pemberdayaan Petani Sayuran

Penelitian dilakukan dengan teknik survei pada petani sayuran di Cianjur (Jawa Barat) dan Batu (Jawa Timur) yang bersifat eksplanatori dan deskriptif. Secara spesifik, mekanisme pemanfaatan cyber extension di tingkat pengguna dapat dikategorikan menjadi empat skenario berdasarkan subyek pengguna pertama, yaitu : 1) Pemanfaatan cyber extension oleh petani maju dan disebarkan kepada petani lain melalui berbagai media komunikasi yang ada di tingkat lokal, 2) Pemanfaatan cyber extension oleh fasilitator telecenter dan disebarkan ke petani lain, 3) Pemanfaatan cyber extension oleh kelompok masyarakat atau komunitas (lembaga komunikasi lokal) dan disebarkan ke petani lain, dan 4) Pemanfaatan cyber extension oleh penyuluh dan disebarkan secara interaktif melalui teknologi informasi ke petani maju untuk diteruskan ke petani lainnya dan secara konvensional disampaikan langsung maupun tidak langsung ke

(29)

15 extension mampu mempertemukan lembaga penelitian, pengembangan dan pengkajian dengan disseminator inovasi (penyuluh), pendidik, petani dan kelompok stakeholders lain yang memiliki kebutuhan informasi dengan jenis dan bentuk yang berbeda-beda. Strategi implementasi cyber extension adalah berpusat pada optimalisasi fungsi Badan Penyuluhan Kabupaten sebagai pusat akses informasi berbagai informasi berbasis aplikasi teknologi informasi. Selain memfasilitasi pengguna dan stakeholders lokal dalam mengakses informasi pertanian, Badan Penyuluhan Kabupaten juga dapat berfungsi sebagai penghimpun informasi (indegenous knowledge) dari sumber informasi lokal melalui Badan Penyuluhan Kecamatan yang menghimpun informasi sekaligus memfasilitasi materi informasi bagi penyuluh lapangan yang berada di tiap

Penelitian dilakukan untuk menganalisis kebutuhan informasi teknologi pertanian dan mengungkap faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan dan aksesibilitas petani terhadap informasi teknologi pertanian. Hasil penelitian menujukkan informasi yang paling dibutuhkan adalah mengenai teknologi produksi, diikuti informasi pemasaran dan pasca panen. Media yang paling diakses untuk memenuhi informasi adalah pertemuan diikuti dengan media cetak dan elektronis. Kemudahan akses ke media komunikasi berbanding lurus dengan tingkat akses. Faktor yang mempengaruhi akses terhadap informasi untuk daerah yang mudah mengakses informasi (Magelang dan Malang) dan yang sulit mengakses informasi (Banjarnegara dan Pacitan) adalah tingkat kekosmopolitan dan tingkat manfaat informasi.

Permatasari

(2012) Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi oleh Penyuluh Pertanian

(30)

16

(Kasus : Wilayah

Dramaga dan

Cibinong Kabupaten Bogor)

diketahui bahwa terdapat hubungan nyata antara motivasi kebutuhan informasi, persepsi penyuluh dengan frekuensi mengakses internet. Pemanfaatan informasi oleh penyuluh berupa disimpan, dibagikan ke sesama penyuluh, dan disebarkan ke petani. Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan seberapa sering atau seberapa lamanya responden memanfaatkan internet sebagai sarana pencarian informasi, hal itu tidak berpengaruh terhadap informasi yang apakah kemudian akan disampaikan, dibagikan kepada sesama penyuluh, maupun disebarkan ke petani.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan dan jenjang fungsional peneliti, semakin sering intensitas penggunaan internet. Tingkat kepuasan peneliti dalam memperoleh informasi dari sumber-sumber on-line dipengaruhi oleh intensitas dalam menggunakan internet; semakin kerap peneliti menggunakan internet dan memperoleh informasi yang sesuai dan jumlahnya memadai, makin tinggi pula pemenuhan pengetahuan dan kepuasan. Meningkatnya penggunaan internet oleh peneliti, baik intensitas akses maupun kesesuaian informasi yang diperoleh, dipengaruhi oleh tingkat pemenuhan kepuasan akan pengetahuan, informasi yang sesuai, hiburan, dan kegunaan

(31)

17 Andhra Pradesh. Penelitian menggambarkan organisasi beberapa proyek, mendiskusikan tipe petani yang terlibat dan menjajaki manfaat pelayanan serta melihat latar belakang dan prestasi dari fungsionaris yang mengelola proyek. Proyek mempelajari variasi sehubungan dengan jenis layanan yang diberikan, tetapi juga memasukkan informasi pemasaran, saran dan penyuluhan, kemudian informasi tentang program pembangunan pedesaan dan informasi lainnya dari pemerintah dan sumber swasta.

Hubungan yang lemah antara penyuluhan, penelitian jaringan pemasaran dan petani membatasi efektivitas dari penelitian dan penyuluhan yang berkontribusi pada pembangunan pertanian. ICT sebagai sebuah inisiasi, penyuluhan pertanian dengan mekanisme cyber memberikan implementasi pada tahun 2004 sebagai mekanisme pengiriman informasi yang tepat, terjangkau untuk petani desa dan memuaskan mereka yang haus informasi.

Phade-Penelitian ini mempelajari sebuah

kebutuhan dasar untuk

(32)

18

aktivitas living lab. Oztruk MC

(2011) Analyzing Internet Use of Student in Anadolu University

Penelitian ini mengkaji internet sebagai instrument komunikasi dan juga public relations. Internet menyajikan banyak peluang untuk komunikasi. Transfer informasi juga memberikan beberapa kemungkinan untuk komunikasi. Mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Anadolu University memiliki pengalaman lebih luas dalam menggunakan teknologi internet dan memiliki perbedaan pendidikan seperti dalam sikap terhadap teknologi, intensitas dari penggunaan internet, aplikasi online yang lebih disukai, dan pengalaman di dunia maya. Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu di atas, maka dapat diadaptasi beberapa aspek yang kemudian juga digunakan dalam penelitian ini. Penelitian ini akan mengetahui tentang kebutuhan, penggunaan media internet dan pemanfaatan informasi yang diperoleh dari media internet, serta konsep-konsep mengenai pesepsi dan motivasi penggunaan media internet yang sarat dengan informasi pertanian. Perbedaan topik penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah bahwa penelitian ini lebih fokus pada aspek penggunaan dan faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan media internet serta pemanfaatan informasi oleh penyuluh pertanian. Kebaruan penelitian ini adalah mencoba mendeskripsikan secara kualitatif pemanfaatan informasi oleh penyuluh, mengetahui pola pemanfaatan informasi melalui pengumpulan data primer ke petani yang menjadi sasaran penyuluhan pertanian oleh penyuluh yang menjadi responden pada penelitian ini. Penelitian ini fokus terhadap penggunaan internet dan faktor-faktor yang berhubungan dengannya serta pemanfataan informasi pertanian oleh penyuluh pertanian.

Kerangka Berpikir

Perkembangan teknologi informasi dewasa ini memberikan pengaruh yang sangat kuat terhadap khalayaknya. Banyak hasil penelitian yang mengungkapkan hal tersebut. Media massa mempengaruhi pengetahuan, sikap, dan perilaku seseorang. Pada penelitian ini, penulis mengkaji dari sisi yang berbeda, penelitian ini medeskripsikan bagaimana khalayak dalam hal ini penyuluh pertanian menggunakan media internet untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.

Penyuluh pertanian adalah salah satu mata rantai dari kegiatan transfer infomasi, penghubung petani sebagai pengguna teknologi dan lembaga-lembaga penelitian sebagai sumber informasi dan penghasil teknologi. Hal ini menuntut penyuluh untuk memiliki akses terhadap berbagai sumber informasi salah satunya melalui dunia internet. Internet dikenal sebagai media yang menciptakan global village karena luasnya informasi yang tersedia.

(33)

19 pertanian. Kebutuhan penyuluh akan informasi pertanian meliputi kebutuhan informasi tentang usahatani seperti informasi teknologi produksi, teknologi pengolahan hasil, pemasaran, iklim, permodalan. Kebutuhan-kebutuhan tersebut, dipenuhi oleh penyuluh pertanian dengan menggunakan media internet. Penggunaan media internet dalam memperoleh informasi didasarkan atas durasi, frekuensi penggunaan, dan jenis informasi yang diperoleh dari media. Informasi yang dibutuhkan untuk masing-masing penyuluh bervariasi sesuai dengan masalah spesifik lokasi, kebutuhan informasi petani, maupun kondisi dan kebutuhan penyuluh tersebut dalam menunjang pelaksanaan tugas dan pengembangan profesinya.

Penyuluh pertanian merupakan salah satu sumber informasi bagi petani, sehingga penyuluh pertanian harus memiliki akses informasi pertanian yang luas, sehingga informasi-informasi tersebut nantinya dapat disampaikan kepada petani. Lebih tepatnya penyuluh harus memiliki kompetensi dalam penguasaan informasi pertanian dalam rangka menunjang profesionalisme dan tupoksi (tugas pokok dan fungsi) sebagai penyuluh pertanian. Keberhasilan penyuluhan tidak lepas dari peran penyuluh dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan pertanian. Penyuluh pertanian berperan membantu petani untuk mengakses informasi pertanian yang dibutuhkan petani, sehingga dalam melaksanakan fungsi dan perannya, penyuluh pertanian perlu terus menerus mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan oleh petani kliennya. Perkembangan ilmu dan teknologi tersebut dapat diperoleh antara lain oleh berbagai macam media yang tersedia, salah satunya adalah media internet.

Variabel karakteristik penyuluh terdiri dari data profil individu yakni umur, tingkat pendidikan, tingkat penghaslilan dan ketersediaan alat teknologi. Data profil individu penyuluh akan menjadi faktor yang dianggap dapat mempengaruhi individu dalam penggunaan internet.

Variabel persepsi adalah pandangan atau penilaian penyuluh terhadap media internet berupa kemudahan untuk akses informasi, kesesuaian informasi diakses dengan kebutuhan dan kualitas informasi yang diakses. Kerumitan dalam menggunakan media internet baik dalam hal mengakses informasi, menyesuaikan dengan kebutuhan informasi maupun kualitas informasi yang diterima dianggap menjadi salah satu hal yang mempengaruhi kemampuan, kemauan maupun kesempatan penyuluh menggunakan media intrenet. Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini menelusuri persepsi penyuluh terhadap penggunaan media internet.

Variabel kebutuhan informasi penyuluh adalah instrumen yang mengidentifkasi kebutuhan informasi penyuluh. Media berfungsi sebagai pemberi informasi bagi khalayak luas, sehingga media dituntut mampu memenuhi ekspektasi khalayak untuk dapat memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

(34)

20

untuk melihat perilaku penggunaan dilihat dari tiga alat ukur yaitu : total waktu rata-rata yang digunakan dalam sehari, pilihan acara dan frekuensi.

Variabel pemanfaatan informasi dijabarkan ke dalam informasi yang disimpan, dibagikan dan yang disebarkan. Informasi yang disimpan apabila informasi tersebut untuk konsumsi pribadi, informasi yang dibagikan adalah informasi yang didiskusikan kepada penyuluh lain, sedangkan informasi yang disebarkan adalah informasi yang diberikan kepada petani.

(35)

21

(36)

22

Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian adalah sebagai berikut :

1. Tingkat penggunaan internet diduga berhubungan nyata dengan karakteristik individu, persepsi, kebutuhan informasi dan motivasi penyuluh pertanian menggunakan internet.

2. Pemanfaatan informasi pertanian diduga berhubungan nyata dengan tingkat penggunaan internet.

3

METODE

Desain Penelitian

Penelitian didesain sebagai penelitian yang bersifat deskriptif korelasional, untuk memperoleh fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan secara faktual. Penelitian ini menggunakan data kuantitatif dan kualitatif yang berupaya untuk menjelaskan dan menguraikan fakta-fakta dan fenomena-fenomena yang diamati. Data kuantitatif didukung dengan analisis statistik deskriptif dan inferensial. Data kualitatif digunakan untuk menjelaskan tentang pemanfaatan informasi oleh penyuluh pertanian serta mengekplorasi aliran dan penyebaran informasi tersebut hingga sampai ke petani sebagai pelaku usaha pertanian.

Gambaran dari penggunaan media internet oleh penyuluh dijelaskan melalui hubungan atau korelasi dalam variabel penelitian. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini yaitu: Karakteristik penyuluh (Xı); Persepsi penyuluh terhadap media internet (X2); Kebutuhan informasi penyuluh pertanian (X3); Motivasi penyuluh pertanian menggunakan media internet (X4); Penggunaan media internet (Y1); dan Pemanfaatan informasi oleh penyuluh (Y2).

Lokasi dan Waktu Penelitian

(37)

23 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah kumpulan objek penelitian (Rakhmat, 2005). Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh penyuluh pertanian yang terdapat di Kabupaten Bogor bagian barat. Unit analisis penelitian diperoleh dengan teknik sensus yakni seluruh individu penyuluh pertanian yang menggunakan media internet dan bertugas pada wilayah kerja Kabupaten Bogor bagian barat. Sampel penelitian diperoleh secara sensus yang dilakukan dengan penjajakan awal melalui kuesioner pendahuluan untuk menjaring (screening) penyuluh pertanian yang menggunakan media internet.

Berdasarkan hasil penjajakan diperoleh informasi bahwa di Wilayah Barat Kabupaten Bogor terdapat 46 orang penyuluh pertanian PNS dan 37 orang penyuluh THL (Tenaga Harian Lepas) yang tersebar di lima Badan Penyuluhan, Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Kabupaten Bogor.

Tabel 2. Jumlah penyuluh pertanian di Wilayah Barat Kabupaten Bogor Tahun 2014

BP3K Wilayah Kerja PPL PNS THL TBPP Jumlah (orang) Cibungbulang Cibungbulang, Pamijahan, Ciampea, Tenjolaya 12 8 20

Cigudeg Cigudeng, Jasinga, Sukajaya 7 5 12

Dramaga Dramaga, Ciomas, Taman Sari 11 8 19

Leuwiliang Leuwiliang, Rumpin Leuwisadeng, Nanggung 12 7 19 Parung

Panjang Parung Panjang, Tenjo 4 9 13

Total 46 37 83

Berdasarkan hasil kuesioner pendahuluan, terdapat sebanyak 60 orang responden yang menggunakan internet untuk penelusuran informasi pertanian. Lebih jelas dirincikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah penyuluh pertanian yang menggunakan internet di Wilayah Barat Kabupaten Bogor yang Tahun 2014

BP3K Wilayah Kerja Jumlah (orang)

Cibungbulang Cibungbulang, Pamijahan, Ciampea, Tenjolaya 15

Cigudeg Cigudeng, Jasinga, Sukajaya 12

Dramaga Dramaga, Ciomas, Taman Sari 8

Leuwiliang Leuwiliang, Rumpin Leuwisadeng, Nanggung 15

Parung Panjang Parung Panjang, Tenjo 10

(38)

24

Data dan Instrumentasi

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan mengajukan kuesioner yang berisi daftar pertanyaan/pernyatan kepada responden dengan harapan responden akan memberikan respon atas daftar pertanyaan/pernyataan mengenai peubah-peubah penelitian.

Data pimer yang dikumpulkan berupa : Karakteristik penyuluh (Xı); Persepsi penyuluh terhadap media internet (X2); Kebutuhan informasi penyuluh pertanian (X3); Motivasi penyuluh pertanian menggunakan media internet (X4); Penggunaan media internet (Y1); dan Pemanfaatan informasi oleh penyuluh (Y2). Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari instansi setempat, yaitu dari BKP5K Kabupaten Bogor.

Pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan mengajukan pernyataan-pernyataan kepada penyuluh pertanian pengguna media internet. Kuesioner tersebut disusun berdasarkan operasionalisasi peubah-peubah yang diteliti. Kuesioner memuat pertanyaan yang terdiri atas beberapa bagian antara lain:

1. Bagian pembuka mengenai identitas dan data responden meliputi nama penyuluh, wilayah kerja, tanggal wawancara.

2. Bagian pertama mengenai karakteristik penyuluh meliputi: umur, jenis kelamin, pendidikan formal, pendidikan non formal, tingkat kepemilikan media komunikasi.

3. Bagian kedua mengenai kebutuhan informasi penyuluh yang meliputi: teknologi produksi, teknologi pengolahan hasil, pemasaran, iklim, dan permodalan.

4. Bagian ketiga mengenai persepsi penyuluh pertanian terhadap media internet. 5. Bagian keempat mengenai motivasi penggunaan media internet oleh penyuluh

pertanian.

6. Bagian kelima mengenai penggunaan media internet oleh penyuluh.

7. Bagian keenam mengenai pemanfaatan informasi yang diperoleh dari internet oleh penyuluh pertanian.

Defenisi Operasional

Indikator dan parameter dituangkan dalam bentuk definisi operasional, kemudian dikembangkan dalam bentuk daftar pertanyaan (kuesioner) sebagai acuan atau instrumen penelitian. Berdasarkan peubah karakteristik penyuluh, motivasi penyuluh menggunakan media internet, persespsi penyuluh terhadap media internet, kebutuhan informasi penyuluh, penggunaan media internet, dan pemanfaatan informasi, maka disusunlah definisi operasinal sebagai berikut : 1. Karakteristik penyuluh adalah penyuluh yang menggunakan media internet

dalam rangka mencari informasi pertanian. Karakteristik penyuluh tersebut digambarkan dengan kondisi spesifik penyuluh pertanian yang berkaitan dengan umur, tingkat pendidikan formal dan tingkat penghasilan.

(39)

25 internet terdiri atas : (1) tingkat kemudahan akses, (2) tingkat kesesuaian informasi, dan (3) tingkat kualitas informasi.

3. Kebutuhan informasi penyuluh adalah tututan penyuluh pertanian untuk memperoleh berbagai jenis informasi yang dibutuhkan yang diukur melalui lima indikator berikut, yaitu : (1) informasi tentang teknologi produksi, (2) informasi tentang teknologi pengolahan hasil, (3) informasi tentang pemasaran, (4) informasi tentang iklim, (5) informasi tentang permodalan. 4. Motivasi penyuluh menggunakan internet adalah alasan yang mendorong

penyuluh pertanian untuk menggunakan media internet sebagai sumber informasi pertanian. Motivasi penyuluh menggunakan menggunakan media internet diukur berdasarkan alasan-alasan penyuluh pertanian menggunakan internet.

5. Penggunaan media internet oleh penyuluh pertanian adalah intensitas akses atau gambaran berapa lama dan sering penyuluh pertanian menggunakan internet dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan informasi tentang pertanian. Intensitas akses tersebut berkaitan dengan keterdedahan (exposure) atau terpaan, terdiri atas : frekuensi, durasi dan regam informasi yang dikases. 6. Pemanfaatan informasi adalah perilaku penyuluh dalam memanfaatkan

informasi pertanian yang melalui media internet. Pemanfaatan tersebut meliputi berbagai mekanisme, yaitu : disimpan sebagai referensi pribadi, dibagikan ke sesama penyuluhdan disebarkan ke petani.

Peubah penelitian tersebut kemudian dikelompokkan menjadi beberapa kategori. Data-data yang telah dikategorikan, digolongkan ke dalam skala ordinal yang dimaksudkan untuk memudahkan dalam pengolahan data penelitian. Peubah, defenisi operasional dan kategori pengukuran penelitian, lebih lengkapnya disajikan pada tabel di bawah.

Tabel 4. Peubah, defenisi operasional dan kategori pengukuran penelitian

Peubah/Indikator Definisi Operasional Kategori

1. Karakteristik Penyuluh (X1)

Usia Usia adalah umur responden pada waktu

penelitian dilaksanakan yang diukur dalam satuan dengan pembulatan ke ulang tahun

formal Tingkat pendidikan formal adalah tingkat pembelajaran tertinggi yang diikuti penyuluh di bangku sekolah formal dikategorikan dalam SMA, Diploma, Sarjana dan Pascasarjana

SMA

Diploma Sarjana Pascasarjana Tingkat

penghasilan Tingkat penghasilan adalah pendapatan perbulan yang diperoleh penyuluh dari gaji, pendapatan keluarga, dan atau dari usaha sampingan.

< Rp.4,6 juta

pengelompokkan penyuluh berdasarkan jumlah kepemilikan media dan tingkat penguasaan alat (teknologi) yang mendukung kegiatan pencarian informasi pertanian melalui pemanfaatan

Gambar

Gambaran Umum Penyuluh Kabupaten Bogor
Tabel 1. Penelitian terdahulu tentang penggunaan ICT dengan berbagai
Gambar 1 Kerangka berpikir penelitian penggunaan media internet dan
Tabel 4. Peubah, defenisi operasional dan kategori pengukuran penelitian
+5

Referensi

Dokumen terkait

Kombinasi pola pengapian 1 yang jauh lebih maju dari standar dengan pola bahan bakar yang di program sedikit lebih kurus ( lean combustion ) bertujuan untuk memperbaiki grafik

Distribusi Triangular dari komponen biaya akan digunakan untuk menjalankan simulasi Monte Carlo. Metode perkiraan biaya proyek Monte Carlo berdasarkan pada

Perilaku aktivitas dari civitas akademika di empat gedung kuliah ini dapat digeneralisasi sehingga perilaku tersebut dapat diartikan sebagai representasi perilaku

Jika tekanan diperbesar, maka kesetimbangan akan bergeser ke arah reaksi dengan jumlah mol total yang lebih kecil, yaitu kearah pembentukan SO 3 sehingga SO 3 yang

Hasil penelitian yang dianalisis dengan metode Regresi Linier Berganda (Model Cobb Douglas), menunjukkan bahwa hipotesis yang mengatakan produktivitas kepuasan

Penderineasian kawasan lindung yang dilakukan dalan rangka. penyusunan RsrRP pada dasarnya tidak tmenentukan'

Kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan pada ujicoba kelas terbatas dan ujicoba kelas klasikal, dengan menggunakan Model of the Instructional Development Cycle,

Oleh karena itu perlu dilakukan konseling atau penyuluhan kepada masyarakat mengenai metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) yang lebih tepat untuk mengatur jarak