• Tidak ada hasil yang ditemukan

Formulasi Jamu Baru Antikolesterol Melalui Studi Bioinformatika Pangkalan Data Jamu dengan Ikan Zebra sebagai Hewan Model

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Formulasi Jamu Baru Antikolesterol Melalui Studi Bioinformatika Pangkalan Data Jamu dengan Ikan Zebra sebagai Hewan Model"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

FORMULASI JAMU BARU ANTIKOLESTEROL MELALUI

STUDI BIOINFORMATIKA PANGKALAN DATA JAMU

DENGAN IKAN ZEBRA

SEBAGAI HEWAN MODEL

IRA PUSPITA ANDRIANA

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Formulasi Jamu Baru Antikolesterol Melalui Studi Bioinformatika Pangkalan Data Jamu dengan Ikan Zebra sebagai Hewan Model adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2014

Ira Puspita Andriana

(4)
(5)

ABSTRAK

IRA PUSPITA ANDRIANA. Formulasi Jamu Baru Antikolesterol Melalui Studi Bioinformatika Pangkalan Data Jamu dengan Ikan Zebra sebagai Hewan Model. Dibimbing oleh RUDI HERYANTO dan FARIT MOCHAMAD AFENDI.

Formulasi jamu berdasarkan pada aktivitas farmakologi penyusunnya. Formula jamu baru ini terdiri atas 3 tanaman pendukung (analgesik, antibakteri, dan antiradang) serta satu tanaman utama yang menjadi target khasiat (antikolesterol). Formulasi jamu baru yang menggunakan metode PLS (partial least square) dengan perangkat lunak R-Gui versi 2.15.2 menghasilkan formula yang terdiri atas campuran umbi bidara upas, daun jati belanda, kumis kucing, dan kemuning sebagai tanaman utama. Formula jamu diujikan terhadap ikan zebra. Formula jamu yang diujikan, yaitu formula jamu 1 yang terdiri atas campuran keempat tanaman dengan tanaman utama sebagai komponen terbanyak dan formula jamu 2 dengan tanaman utama sebagai komponen tunggal. Rerata kadar kolesterol total ikan zebra pada kondisi normal sebesar 220 mg/dL (p>0.05), sedangkan pada kondisi hiperkolesterolemia sebesar 272 mg/dL (p>0.05). Setelah pemberian ekstrak jamu selama 7 hari, formula 2 dapat menurunkan kadar kolesterol lebih besar dibandingkan formula 1, tetapi secara statistika kedua nilai tersebut tidak berbeda nyata pada nilai alfa (p>0.05).

Kata kunci: antikolesterol, formulasi jamu, ikan zebra, kadar kolesterol total

ABSTRACT

IRA PUSPITA ANDRIANA. New Jamu Formula for Anticholesterol Based on Jamu Database Bioinformatics using Zebrafish as Animal Model. Supervised by RUDI HERYANTO and FARIT MOCHAMAD AFENDI.

Jamu formulation is based on pharmacological activity of the constituents. New jamu formula consisting of three supporting plants (analgesic, antibacterial, and antiinflammatory) and the main plant becoming efficacy target (anticholesterol). This new jamu was formulated using PLS (partial least square) with R-Gui software version 2.15.2 generated formula consisting of a mixture of

Merremia mammosa tubers, leaves of Guazuma ulmifolia, Orthosiphon stamineus, and Murraya paniculata as the main plant. The formula was tested on zebrafish. The tested jamu formula were jamu formula 1 consisting of a mixture of the four plants with main plant as the most component and formula 2 with the main plant as single component. The total cholesterol average of zebrafish under normal condition was 220 mg/dL (p>0.05), while on the hypercholesterolemia condition was 272 mg/dL (p>0.05). After giving the extract for 7 days, formula 2 lowered total cholesterol greater than that of the formula 1; however, those values were not significantly different at the alpha value (p>0.05).

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

pada

Departemen Kimia

FORMULASI JAMU BARU ANTIKOLESTEROL MELALUI

STUDI BIOINFORMATIKA PANGKALAN DATA JAMU

DENGAN IKAN ZEBRA SEBAGAI HEWAN MODEL

IRA PUSPITA ANDRIANA

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Formulasi Jamu Baru Antikolesterol Melalui Studi Bioinformatika Pangkalan Data Jamu dengan Ikan Zebra sebagai Hewan Model Nama : Ira Puspita Andriana

NIM : G44090117

Disetujui oleh

Rudi Heryanto, SSi, MSi Pembimbing I

Dr Farit Mochamad Afendi Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Dra Purwantiningsih Sugita, MS Ketua Departemen

(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas kasih karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian yang berjudul Formulasi Jamu Baru Antikolesterol Melalui Studi Bioinformatika Pangkalan Data Jamu dengan Ikan Zebra sebagai Hewan Model ini dilaksanakan mulai dari bulan April 2013 hingga November 2013.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Rudi Heryanto, SSi, MSi dan Bapak Dr Farit M Afendi yang telah membimbing dan memberikan berbagai solusi kepada penulis ketika menghadapi kendala dalam penelitian ini. Terima kasih kepada Pak Eman, drh Aidell Fitri Rachmawati, dan Mifthami Ramah Nurishmaya yang senantiasa membantu ketika melakukan penelitian di Laboratorium Kimia Analitik dan Pusat Studi Biofarmaka IPB. Terakhir, ungkapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada bapak, ibu, adik, serta seluruh keluarga, atas doa dan dukungan yang diberikan kepada penulis.

Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.

Bogor, Februari 2014

(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN x

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 3

Ruang Lingkup Penelitian 3

METODE 3

Bahan 3

Alat 3

Prosedur Kerja 3

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Formulasi Jamu Baru sebagai Antikolesterol 6

Ekstrak Formulasi Jamu Baru 9

Ikan Zebra sebagai Model Antikolesterol 10

Efek Pemberian Ekstrak Jamu pada Ikan Zebra 13

SIMPULAN DAN SARAN 15

Simpulan 15

Saran 15

DAFTAR PUSTAKA 16

LAMPIRAN 18

(13)

DAFTAR TABEL

1 Hasil prediksi kandidat formula jamu baru 7

2 Kandidat jamu terpilih 8

3 Kadar air simplisia kering tanaman herbal 9

4 Pengelompokan kondisi hiperkolesterolemia berdasarkan kadar

kolesterol total darah 11

5 Rerata kadar kolesterol total 13

DAFTAR GAMBAR

1 Struktur Formula jamu berdasarkan aktivitas farmakologi 1

2 Distribusi jamu berdasarkan 9 kelompok khasiat 2

3 Ekstrak formula jamu 1 dan formula jamu 2 10

4 Zebrafish betina dan jantan 10

5 Kadar kolesterol total pada kondisi normal 11

6 Kadar koleterol total pada kondisi hiperkolesterolemia 12 7 Plot rerata kadar kolesterol total kondisi hiperkolesterolemia dan

normal pada α = 0.05 12

8 Kurva kadar kolesterol total setelah pemberian ekstrak FJ1 dan FJ2

pada hari ke-1 hingga ke-7 14

9 Perbandingan kadar kolesterol total dari empat kelompok perlakuan

setelah pemberian ekstrak jamu 14

DAFTAR LAMPIRAN

1 Bagan alir penelitian 18

2 Pangkalan data khasiat jamu 19

3 Contoh penggolongan tanaman berdasarkan aktivitas farmakologi 20

4 Contoh formulasi jamu menggunakan PLS 21

5 Desain komposisi formulasi jamu 21

(14)
(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jamu merupakan salah satu alternatif pengobatan tradisional yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Masyarakat tidak hanya mengonsumsi jamu untuk menyembuhkan rasa sakit, tetapi ada pula yang menggunakannya sebagai langkah pencegahan sebelum menderita sakit. Jamu memiliki peranan penting dalam pengobatan tradisional pada negara berkembang. Berkisar 70 - 80% penduduk negara berkembang bergantung pada pengobatan tradisional (Mahady 2001). Jamu juga lebih aman untuk dikonsumsi karena relatif tidak beracun dan mempunyai khasiat yang telah terbukti secara empiris sejak ribuan tahun lalu (Winarno 1997). Efek samping yang kecil membuat jamu aman dikonsumsi dalam jangka waktu yang panjang.

Formula jamu sampai saat ini hanya didasarkan pada pengetahuan nenek moyang yang diwariskan secara turun-temurun dalam mengatasi suatu penyakit. Belum ada bukti ilmiah mengenai pola keteraturan terkait formulasi jamu layaknya obat tradisional cina (TCM), yang telah mempunyai sistem formulasi jamu dengan pola keteraturan tertentu. Pengobatan tradisional cina ini didasarkan pada konsep yin dan yang, yaitu penyelarasan atau keseimbangan dan keharmonisan antara tubuh dan alam. Konsep penyelarasan ini ditentukan dengan formulasi obat herbal yang terdiri atas tanaman herbal utama dan tanaman herbal pendukung. Struktur keteraturan formula jamu TCM terdiri atas 4 tanaman herbal, yaitu tanaman herbal imperial (kaisar) yang berperan sebagai tanaman utama, tanaman herbal ministerial (menteri) berperan sebagai komponen yang meningkatkan efek terapi tanaman utama, tanaman herbal assistant (asisten) sebagai komponen yang menurunkan efek samping dari tanaman utama, dan tanaman herbal servant (hamba) berperan sebagai komponen pendukung untuk menjaga keharmonisan formula tersebut. Hipotesis yang dinyatakan oleh Pusat Studi Biofarmaka (PSB) mengenai struktur formula jamu terlihat pada Gambar 1. Tiga komposisi awal berperan sebagai tanaman pendukung, sedangkan komposisi tanaman dengan karakteristik tertentu sesuai target yang diharapkan sebagai tanaman utamanya.

(16)

2

Formulasi dari beberapa tanaman herbal dapat memberikan informasi baru terhadap peningkatan respons efek sinergis dibandingkan respons dari masing-masing komponen. Hal ini dibuktikan antara lain pada penelitian Adam et al. (2006). Proliferasi sel prostat diatasi menggunakan 6 ekstrak tanaman herbal. Efek terapi campuran ekstrak tanaman lebih baik dibandingkan dengan ekstrak tanaman tunggal. Schmidt et al. (2007) meyakini bahwa campuran dari beberapa komponen yang dihasilkan oleh tanaman dapat menjadi suatu aset yang berharga dan sumber penting dalam penemuan obat baru, terutama pengembangan kombinasi terapi obat.

Melalui studi bioinformatika yang dilakukan Afendi et al. (2010), diperoleh keteraturan antara jenis jamu, khasiat jamu, dan jenis tanaman herbal. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa suatu jamu yang memiliki efek atau khasiat tertentu mempunyai aktivitas farmakologis tertentu. Studi ini menunjukkan hasil bahwa terdapat keteraturan dari beberapa aktivitas farmakologis yang dimiliki oleh masing-masing efikasi jamu. Pola keteraturan tersebut memberikan struktur formula jamu yang terdiri atas tiga jenis aktivitas pendukung dan satu aktivitas utama seperti halnya pada TCM. Keempat tanaman tersebut akan diprediksikan khasiatnya menggunakan PLS sesuai 9 kelompok khasiat pada Gambar 2.

Gambar 2 Distribusi jamu berdasarkan 9 kelompok khasiat

Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan kebenaran hipotesis bahwa jamu memiliki pola keteraturan berdasarkan aktivitas farmakologinya secara eksperimen. Harapannya ekstrak dari campuran empat tanaman memiliki efek terapi yang lebih baik dibandingkan ekstrak tanaman tunggal. Pengujian efek terapi jamu dilakukan di laboratorium menggunakan ikan zebra (Danio rerio) sebagai model antikolesterol. Ikan zebra memiliki beberapa kelebihan antara lain ukuran tubuh kecil, kemampuan reproduksinya tinggi, dan embrio transparan. Selain itu sebagai hewan bertulang belakang, ikan zebra memiliki kesamaan genetik dan psikologi dengan mamalia (Shin et al. 2012). Hal inilah yang mendasari panggunaan ikan zebra sebagai model antikolesterol.

72

0 200 400 600 800 1000 1200

(17)

3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk membuat formula jamu baru melalui pendekatan studi bioinformatika dan membuktikan khasiat formula jamu yang memiliki pola keteraturan tertentu secara eksperimen.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi tentang efek terapi dari campuran empat tanaman berdasarkan sifat farmakologinya dibandingkan dengan efek terapi dari tanaman tunggal sebagai antikolesterol melalui studi bioinformatika menggunakan ikan zebra (Danio rerio) sebagai organisme uji.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian terdiri dari dua tahap, yakni menentukan formula jamu sesuai efikasinya sebagai tahap pertama dan membuat ramuan jamu menggunakan desain eksperimental serta pengujian aktivitas sebagai tahap kedua.

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan pada bulan April hingga November 2013 bertempat di Laboratorium Kimia Analitik, Departemen Kimia, Institut Pertanian Bogor dan Pusat Studi Biofarmaka, Institut Pertanian Bogor.

Bahan

Bahan baku yang digunakan adalah ekstrak daun kumis kucing, jati belanda, kemuning, dan ekstrak umbi bidara upas yang diperoleh dari kebun biofarmaka, Institut Pertanian Bogor, ikan zebra (Danio rerio) sebagai organisme uji, alumunium foil, akuades, kuning telur ayam ras, larutan putih telur 10%(v/v), dan heparin.

Alat

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah perangkat lunakR-Gui versi 2.15.2, erlenmeyer, hot plate, evaporator, freeze dryer, neraca analitik, oven, akuarium, strip test Mission Ultra Chol, tabung eppendorf, pisau bedah, pipet mikro.

Prosedur Kerja

(18)

4

Tahap I Penentuan formula jamu sesuai efikasinya Sumber data

Data yang digunakan adalah data yang terdiri atas data jamu sejumlah 3138 jenis jamu dan 231 jenis tanaman herbal. Data tersebut merupakan data hasil reduksi dari data jamu berjumlah 3138 jenis jamu yang terdaftar di Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) yang disertai dengan komposisi masing-masing jamu dari 465 jenis tanaman herbal.

Pemodelan dan formulasi jamu menggunakan software R-Gui versi 2.15.2 Material data yang telah direduksi diaplikasikan ke dalam software R untuk analisis PCA terlebih dahulu. Setelah itu analisis dilanjutkan dengan model PLS. Pemodelan ini digunakan sebagai data kalibrasi untuk memprediksikan efikasi dari formula jamu baru yang akan ditentukan berdasarkan struktur pola keteraturan yang telah dijelaskan sebelumnya. Pemodelan menggunakan pangkalan data yang terdiri atas 3138 jenis jamu dan 231 jenis tanaman dengan kode 1 untuk tanaman yang digunakan dan kode 0 untuk tanaman yang tidak digunakan (Lampiran 2).

Pemilihan kandidat jamu dan prediksi khasiat

Tanaman herbal diklasifikasikan ke dalam 88 golongan berdasarkan aktivitas famakologinya secara manual (Lampiran 3). Pemilihan kandidat jamu dilakukan dengan memilih empat tanaman berdasarkan pada sifat farmakologi yang sesuai dengan efikasi yang diinginkan. Tanaman yang dipilih diberi kode 1 (satu) sedangkan tanaman lain yang tidak dipilih diberi kode 0 (nol). Kemudian data tersebut dimasukkan ke dalam model PLS yang telah dibuat sebelumnya. Nilai efikasi terbesar dari komposisi campuran tanaman herbal merupakan efikasi dari campuran tanaman.

Tahap II Membuat ramuan jamu dan pengujian aktivitas Penyiapan sampel

Keempat tanaman terpilih dicuci hingga bersih dengan air yang mengalir lalu dikeringkan di dalam oven dengan suhu 40-50 C hingga kadar airnya kurang dari 10% kemudian sampel kering digiling dengan ukuran 40 mesh.

Penentuan Kadar Air

Penentuan kadar air dilakukan berdasarkan AOAC (2007). Cawan kosong dikeringkan terlebih dahulu dalam oven dengan suhu 105 C selama 30 menit lalu didinginkan dalam eksikator selama 15 menit. Sebanyak 2 gram simplisia dimasukkan ke dalam cawan yang telah dikeringkan. Simplisia dimasukkan ke dalam oven selama 5 jam pada suhu 105 C, dinginkan dalam eksikator selama 15 menit lalu timbang bobotnya. Prosedur ini dilakukan hingga bobot simplisia konstan. Kadar air simplisia dapat dihitung dengan rumus.

% Kadar air =

(19)

5 Membuat ramuan jamu

Masing-masing simplisia tanaman dicampurkan berdasarkan komposisi yang telah dirancang menggunakan desain eksperimental dengan model mixture

dengan total bobot campuran simplisia sebesar 10 g. Perancangan formula menggunakan Design Expert versi 8.0.7.1 dengan 4 level menggunakan model

mixture - optimum sehingga akan menghasilkan 20 bentuk formula. Dipilih 2 formula jamu dengan komposisi tanaman utama sebagai komponen tunggal dan campuran dari keempat tanaman dengan tanaman utama sebagai komponen terbanyak.

Ekstraksi tanaman herbal

Masing-masing simplisia dari tanaman herbal yang telah didapatkan dari

software R-Gui versi 2.15.2 yang memiliki khasiat sebagai antikolesterol diekstrak menggunakan pelarut akuades. Simplisia sebanyak 10 g diekstraksi menggunakan 300 mL akuades dengan cara penggodokkan hingga mendidih sambil terus diaduk. Kemudian filtrat dipisahkan dari simplisia dan dipekatkan menggunakan evaporator hingga pelarutnya hilang. Setelah itu dikeringdinginkan menggunakan freeze dryer.

Penyiapan ikan zebra (Danio rerio) sebagai organisme uji

Disiapkan ikan zebra dewasa sebanyak 35 ekor dalam setiap akuarium dengan usia 4 - 5 bulan. Ikan dikarantina selama 7 hari sebagai proses adaptasi terhadap pakan yang akan diberikan kepada organisme uji. Terdapat 4 akuarium dengan masing-masing sebagai kontrol positif, kontrol negatif, penambahan ekstrak jamu formula 1, dan ekstrak jamu formula 2. Setelah 7 hari tahap adaptasi, dilakukan pengukuran kadar kolesterol total darah sebagai kadar kolesterol keadaan normal.

Peningkatan Kadar Kolesterol Total pada Organisme Uji

Ditimbang sebanyak 0.49 gram pakan ikan Tetrabits dan ditambahkan rebusan kuning telur yang sudah dikeringdinginkan sebanyak 0.1 gram. Campuran diaduk sambil disemprotkan larutan putih telur 10% (v/v) hingga kuning telur menempel pada pakan ikan, kemudian dikeringudarakan di bawah sinar matahari. Pemberian pakan dengan penempelan kuning telur diberikan selama 7 hari pada masing-masing akuarium. Setelah itu, dilakukan pengukuran kadar kolesterol total darah sebagai kadar kolesterol kondisi tidak normal (hiperkolesterolemia).

Pemberian Perlakuan Ekstrak Jamu pada Organisme Uji

Ditimbang sebanyak 0.35 gram pakan ikan Tetrabits dan ditambahkan simvastatin (20 g/g pakan) sebagai kontrol positif, dan penambahan ekstrak jamu formula 1 dan 2 masing-masing dengan perbandingan pakan dan ekstrak (2:1). Kontrol negatif hanya diberikan pakan ikan Tetrabits tanpa penambahan apapun. Pemberian perlakuan ini dilakukan selama 7 hari. Pengukuran kadar kolesterol total dilakukan setiap hari mulai dari hari pertama hingga hari ketujuh.

Pengukuran Kadar Kolesterol Total Darah

(20)

6

ikan ditimbang di atas neraca lalu dipotong pada bagian ekor. Darah yang keluar diambil menggunakan pipet mikro dan dimasukkan ke dalam tabung eppendorf

yang sudah berisi 0,05 mL heparin. Campuran darah dan heparin dihomogenkan kemudian diukur menggunakan strip test MisionUltra Chol.

Analisis Data

Pengolahan data menggunakan Microsoft Excel dan SPSS versi 16 dengan analisis rancangan acak lengkap (RAL) One-Way ANOVA pada tingkat kepercayaan 95% dan jika terdapat perbedaan nyata pada hasil deskriptif dilanjutkan dengan menggunakan uji Duncan. Uji beda nilai tengah (uji-t) juga dilakukan untuk mengetahui efek pemberian kuning telur terhadap kadar kolesterol total dalam darah dibandingkan kondisi normal. Selisih data setelah pemberian ekstrak formula jamu pada hari ketujuh terhadap kondisi hiperkolesterolemia diolah menggunakan ANCOVA untuk mengetahui pengaruh pemberian formula jamu baru.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Formulasi Jamu Baru sebagai Antikolesterol

Efikasi jamu secara ilmiah ditentukan dengan pemodelan komposisi jamu melalui perhitungan data statistik menggunakan 3 metode, yaitu regresi kuadrat terkecil parsial (PLSR), koefisien multiways PLS, dan support vector machine

(21)

7 komposisi tertentu. Kemudian data 50 formula jamu baru diuji ke dalam model yang telah dibuat untuk ditentukan khasiatnya sesuai kelompok daerah komposisinya. Daerah komposisi model yang terdekat dengan formula jamu baru merupakan prediksi khasiatnya. Prediksi khasiat menggunakan metode SVM ini dikembangkan dan dilakukan oleh Fitriawan (2013).

Lima puluh formula jamu baru dibuat secara manual dengan pemilihan tanaman herbal sesuai aktivitas farmakologi yang diinginkan. Sebelumnya dilakukan pengelompokkan tanaman herbal sesuai aktivitas farmakologinya. Hanya 225 tanaman herbal dari 231 tanaman yang digolongkan ke dalam 88 golongan aktivitas farmakologinya untuk memudahkan pemilihan tanaman yang akan digunakan. Formula jamu baru dibuat dengan mengambil 4 tanaman herbal sesuai dengan hipotesis yang diajukan oleh PSB, yaitu yang memiliki aktivitas farmakologi sebagai analgesik, antibakteri, dan antiradang sebagai tanaman pendukung serta antikolesterol sebagai tanaman utama yang akan menjadi target khasiat. Tanaman utama yang digunakan dipilih dari tanaman yang konsisten muncul memiliki khasiat disorders of appetite (DOA). Menurut Afendi et al. (2012), terdapat 30 tanaman yang konsisten sebagai DOA, salah satunya adalah

Murraya paniculata (kemuning). Khasiat DOA dipilih karena aktivitas farmakologi antikolesterol merupakan salah satu aktivitas yang terdapat pada khasiat DOA. Lima puluh formula jamu baru dibuat dengan kode biner, yaitu angka 0 untuk tanaman herbal yang tidak dipilih dan angka 1 untuk tanaman herbal yang dipilih. Prediksi khasiat dari 50 formula jamu baru menggunakan 3 metode di atas dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Hasil prediksi kandidat formula jamu baru Kode jamu Model PLS Koefisien multiways SVM

(22)

8

Tabel 1 Hasil prediksi kandidat formula jamu baru (lanjutan)

Formula jamu baru yang memiliki khasiat DOA dengan ketiga metode tersebut kemudian dipilih untuk diuji khasiatnya secara eksperimen. Terdapat 3 kandidat formulasi jamu baru yang berkhasiat DOA dengan ketiga metode berdasarkan tabel di atas. Ketiga kandidat tersebut diurutkan berdasarkan tingginya nilai respons khasiat (Tabel 2).

Tabel 2 Kandidat jamu terpilih Jenis

jamu

PLS perangkat lunak R-Gui versi

2.15.2 Multiway SVM

Efikasi Nilai respons Efikasi Nilai respons Efikasi

J019 DOA 0.6432544 DOA 0.470871 DOA

J025 DOA 0.5638838 DOA 0.453912 DOA

J002 DOA 0.5535415 DOA 0.015266 DOA

Berdasarkan tingginya nilai respons khasiat, formula jamu baru yang terpilih adalah jamu dengan kode J019. Formula ini terdiri atas bidara upas, jati belanda, kumis kucing, dan kemuning dengan perannya berturut-turut sebagai analgesik, antibakteri, antiradang, dan antikolesterol. Selain nilai respons khasiat yang tertinggi, pemilihan formula ini juga didasarkan pada ketersediaan bahan yang mudah didapatkan.

Kode jamu Model PLS Koefisien multiways SVM

(23)

9 Ekstrak Formulasi Jamu Baru

Formulasi jamu yang telah dipilih kemudian dirancang komposisinya menggunakan Design Expert versi 8.0.7.1 dengan model mixture - optimum yang menghasilkan 20 bentuk formula dengan berbagai komposisi (Lampiran 5). Akan tetapi, karena keterbatasan pengujian, hanya digunakan formula dengan komposisi campuran keempat tanaman dengan tanaman utama sebagai komponen terbanyak (FJ1) dan formula dengan tanaman utama sebagai komponen tunggal (FJ2). Keempat tanaman disiapkan dengan mengambil bagian tanaman yang akan digunakan, yaitu bagian daun untuk tanaman jati belanda, kumis kucing, dan kemuning, serta bagian umbi untuk bidara upas. Pemilihan bagian tanaman mengacu pada pangkalan data Kanaya.naist.jp/ KNApSAcK_family/. Sebelum diekstraksi, setiap bagian tanaman dibersihkan dan digiling dengan ukuran 40 mesh. Penggilingan bahan uji dilakukan untuk menyeragamkan ukuran bahan supaya proses ekstraksi semakin efisien, karena semakin seragam ukuran bahan uji, akan semakin mudah terjadi interaksi antara bahan uji dan pelarut.

Simplisia kering yang digunakan sebagai bahan pembuatan jamu ditentukan kadar airnya terlebih dahulu. Bahan baku untuk pembuatan obat tradisional harus memiliki kadar air <10% (Kemenkes 1994). Kadar air ini ditentukan untuk mengetahui ketahanan simpan bahan kering agar terhindar dari pengaruh aktivitas mikrob. Kadar air juga dapat digunakan untuk menentukan kandungan zat dalam bahan sebagai persentase bahan kering. Kadar air keempat simplisia tanaman herbal yang digunakan memiliki nilai kurang dari 10% (Tabel 3). Hal ini menunjukkan bahwa keempat simplisia tersebut dapat disimpan dalam jangka waktu yang panjang sebagai bahan pembuatan jamu.

Tabel 3 Kadar air simplisia kering tanaman herbal

Simplisia Kadar air (%)

Umbi bidara upas 2.39

Daun jati belanda 4.10

Daun kumis kucing 4.63

Daun kemuning 1.99

(24)

10

Gambar 3 Ekstrak formula jamu 1 (kiri) dan formula jamu 2 (kanan) Kandungan metabolit sekunder ekstrak air umbi bidara upas menurut Ukhrowi (2011) adalah senyawa golongan flavonoid dan alkaloid. Kandungan kimia daun kumis kucing antara lain alkaloid, flavonoid, saponin, polifenol, dan sinensetin (Depkes 1987). Menurut Rachmadani (2001) komposisi kimia yang terdapat pada ekstrak air daun jati belanda ialah tanin, steroid, dan triterpenoid, sedangkan menurut Silitonga (2008) ekstrak air jati belanda memiliki flavonoid, saponin, dan tanin. Selain itu, daun kemuning juga mengandung senyawa metabolit sekunder seperti minyak atsiri, alkaloid, flavonoid, tanin, dan saponin (Dwi 2007). Senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada tanaman herbal ini akan mampu menurunkan kadar kolesterol total dalam darah.

Ikan Zebra sebagai Model Antikolesterol

Ikan zebra sebagai model antikolesterol dikelompokkan ke dalam 4 akuarium masing-masing sebanyak 35 ekor, yaitu sebagai kontrol positif, kontrol negatif, formula jamu 1, dan formula jamu 2. Ikan zebra yang digunakan berusia sekitar 4 - 5 bulan tanpa pembedaan jenis kelamin (Gambar 4). Ikan diberi pakan standar Tetrabits sebanyak 2 kali sehari pada pukul 09.00 dan 15.00 WIB. Penggunaan ikan zebra sebagai model uji antikolesterol didasarkan pada metabolisme lemak pada ikan zebra yang menyerupai hewan mamalia. Lemak pada ikan zebra tersimpan di hati dan otot dalam bentuk triasilgliserol yang serupa dengan mamalia (Rubinstein 2005). Dooley (2000) menyebutkan bahwa ikan zebra dapat digunakan sebagai model untuk mempelajari sistem penyakit pada manusia.

Gambar 4 Ikan zebra betina (kiri) dan jantan (kanan)

(25)

11 pengamatan. Ikan pada keempat akuarium hanya diberi pakan standar Tetrabits

saja mulai hari pertama hingga hari ketujuh sebagai kondisi normal. Kemudian kadar kolesterol total diukur pada hari ketujuh dengan mengambil 3 ekor ikan yang berbeda dari setiap akuarium. Rerata kadar kolesterol ikan yang didapatkan pada kondisi normal dari kelompok kontrol positif, negatif, serta formula jamu 1 dan 2 ditunjukkan pada Gambar 5. Kadar kolesterol total normal dalam darah berada di bawah 200 mg/dL. Kadar yang melebihi nilai 200 mg/dL merupakan kondisi hiperkolesterolemia yang memicu risiko aterosklerosis (Grundy 1991). Kondisi hiperkolesterolemia dapat dibagi menjadi 3 berdasarkan kadar kolesterol total dalam darah (Tabel 4).

Tabel 4 Pengelompokan kondisi hiperkolesterolemia berdasarkan kadar kolesterol total darah

Jenis Kadar kolesterol total (mg/dL)

Normal < 200

Hiperkolesterolemia rendah 200-239

Hiperkolesterolemia sedang 240-289

Hiperkolesterolemia tinggi >290

Sumber: Grundy (1991)

Data kadar kolesterol total darah pada kondisi normal diolah menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) untuk mengetahui keseragaman kadar kolesterol total yang didapatkan pada setiap perlakuan yang dicobakan. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa kadar kolesterol total pada kontrol positif, negatif, formula jamu 1, dan 2 tidak berbeda nyata atau dapat dikatakan seragam (Gambar 5). Pakan yang diberikan pada kondisi normal sama untuk setiap akuarium sehingga diharapkan rerata kadar kolesterol total yang diperoleh dari 3 ikan yang berbeda juga sama. Rerata kadar kolesterol total dari keempat perlakuan pada kondisi normal bernilai 220 mg/dL yang termasuk dalam jenis hiperkolesterolemia rendah berdasarkan Tabel 4. Hasil yang diperoleh memperlihatkan bahwa pada kondisi normal kadar kolesterol total ikan sudah di atas batas normal. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya kandungan lemak yang terdapat pada pakan standar

Tetrabits.

Gambar 5 Kadar kolesterol total pada kondisi normal

(26)

12

Kemudian kadar kolesterol ikan ditingkatkan dengan pemberian pakan yang dicampur dengan kuning telur ayam ras yang telah direbus. Pemberian campuran pakan dengan kuning telur dilakukan 2 kali/hari selama 7 hari dengan perbandingan pakan dan kuning telur (5:1) atau 20% (b/b). Perlakuan ini dilakukan mulai hari ke-8 hingga ke-14 pada setiap akuarium. Hasil pengukuran kadar kolesterol total pada kondisi hiperkolesterolemia dianalisis menggunakan RAL untuk menguji keseragaman data. Hasil menunjukkan bahwa kadar kolesterol total darah dari empat kelompok perlakuan pada kondisi hiperkolesterolemia tidak berbeda nyata atau seragam (Gambar 6) dengan nilai rerata sebesar 272 mg/dL. Kadar tersebut berdasarkan Tabel 4 termasuk dalam jenis hiperkolesterolemia sedang.

Gambar 6 Kadar koleterol total pada kondisi hiperkolesterolemia Rerata kadar kolesterol total kondisi hiperkolesterolemia lebih tinggi dibandingkan kondisi normal. Hal ini membuktikan bahwa adanya pengaruh pemberian kuning telur pada pakan ikan terhadap kadar kolesterol total. Pernyataan ini diperkuat dengan pembuktian menggunakan Uji-t (Gambar 7). Analisis RAL juga dilakukan untuk membandingkan kadar kolesterol total darah pada kondisi normal dan hiperkolesterolemia. Hasil perhitungan data menunjukkan bahwa kadar kolesterol total pada kedua kondisi tersebut berbeda secara nyata dengan selang kepercayaan 95% yang dilanjutkan dengan uji Duncan (Tabel 5).

(27)

13 Tabel 5 Rerata kadar kolesterol total

Perlakuan Kadar kolesterol total (mg/dL)

Normal Hiperkolesterolemia

Kontrol positif 255a 275b

Kontrol negatif 221a 260b

Formula jamu 1 189a 274b

Formula jamu 2 216a 280b

Keterangan: perlakuan yang memiliki huruf yang sama tidak berbeda nyata pada α = 0,05

Efek Pemberian Ekstrak Jamu pada Ikan Zebra

Pemberian ekstrak formula jamu dilakukan mulai hari ke-15 hingga ke-21 dengan penambahan simvastatin (20 g/g pakan) sebagai kontrol positif, penambahan ekstrak dengan perbandingan pakan dan ekstrak (2:1) masing-masing untuk formula jamu 1 dan formula jamu 2, serta pakan standar tanpa penambahan apapun sebagai kontrol negatif. Ikan diberi makan 2 kali/hari selama 7 hari. Kadar kolesterol total diukur setiap hari mulai hari pertama hingga hari ketujuh setelah pemberian ekstrak, menghasilkan nilai yang berfluktuasi. Hal ini disebabkan karena individu yang digunakan sebagai organisme uji berbeda setiap harinya. Hasil yang terlihat pada Gambar 8, menunjukkan seolah-olah terjadi peningkatan kadar kolesterol total setelah pemberian ekstrak formula jamu 1 pada hari ke-2 dan formula jamu 2 hingga hari ke-3 yang seharusnya mengalami penurunan setelah pemberian ekstrak jamu. Hal ini mungkin disebabkan karena individu yang digunakan pada kondisi hiperkolesterolemia dengan kondisi pemberian formula jamu berbeda sehingga kadar kolesterol awal ikan dan penurunan kadar kolesterol tiap individu juga berbeda-beda. Kadar kolesterol total diukur dengan bantuan heparin sebagai antikoagulan darah. Darah ikan sangat mudah mengalami penggumpalan sehingga sulit untuk dianalisis. Penggunaan heparin dengan jumlah yang sama dapat mengatasi masalah tersebut tetapi hal ini juga menjadi salah satu galat sistematik karena jumlah darah dari tiap individu ikan yang berbeda mengakibatkan konsentrasinya berbeda pula.

(28)

14

mengikat kolestrol sehingga menghambat penyerapan lemak dan menghambat aktivitas lipase pankreas. Hasil yang diperoleh berbeda dengan hipotesis awal yang menyebutkan bahwa campuran dari empat tanaman akan memiliki efek terapi yang lebih baik dibandingkan tanaman tunggal karena campuran tanaman dapat meningkatkan efek terapi jamu tersebut. Kondisi ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain komposisi dari formula jamu tersebut. Efek terapi jamu juga dipengaruhi oleh komposisi dari campuran empat tanaman. Komposisi yang berbeda akan memberikan efek terapi yang berbeda pula. Penelitian ini hanya menguji coba efek terapi dari dua komposisi formula jamu saja sehingga belum dapat dikatakan bahwa formula jamu 1 tidak memiliki khasiat yang sama atau tidak lebih baik dibandingkan komponen tunggal formula jamu 2. Diperlukan pengujian lebih lanjut dengan komposisi yang berbeda untuk mendapatkan fakta tersebut.

Gambar 8 Kurva kadar kolesterol total setelah pemberian ekstrak formula 1 (kiri) dan formula 2 (kanan) pada hari ke-1 hingga ke-7

Gambar 9 Perbandingan kadar kolesterol total dari empat kelompok perlakuan setelah pemberian ekstrak jamu

Pemberian simvastatin sebagai kontrol positif terbukti dapat menurunkan kadar kolesterol total dalam darah, terlihat dari selisih penurunan kadar kolesterol total yang paling besar (Lampiran 6) tetapi tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dengan formula jamu 2 dalam penurunan kadar kolesterol total. Mekanisme penurunan kadar kolesterol total dalam darah oleh simvastatin serupa dengan

(29)

15 flavonoid. Struktur simvastatin yang mirip dengan HMG-KoA mampu menghambat aktivitas enzim HMG-KoA reduktase secara kompotetif pada proses sintesis kolesterol di hati. Menurut Baek JS et al. (2012) penambahan simvastatin juga tidak dapat diberikan langsung secara terlarut dalam media hidup ikan zebra karena dalam dosis yang kecil pun, simvastatin terlarut dapat bersifat toksik bagi ikan zebra. Oleh karena itu, pemberian simvastatin dilakukan dengan mencampurkan simvastatin dengan pakan ikan. Hasil perhitungan statistik juga menunjukkan bahwa ada perbedaan secara nyata antara perlakuan kontrol positif dengan simvastatin dan kontrol negatif pada nilai alfa (p<0.10). Selisih penurunan kadar kolesterol yang paling rendah terjadi pada kontrol negatif (Lampiran 6). Hal ini membuktikan bahwa ikan yang tidak diberi perlakuan apapun tidak mengalami penurunan kadar kolesterol bahkan cenderung naik dibandingkan kondisi hiperkolesterolemia. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa penurunan kadar kolesterol total ikan disebabkan karena adanya pemberian simvastatin sebagai kontrol positif dan ekstrak formula jamu sebagai perlakuan.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Formula jamu baru hasil prediksi yang berkhasiat DOA dengan aktivitas antikolesterol adalah formula jamu yang terdiri atas bidara upas, jati belanda, kumis kucing, dan kemuning. Ikan zebra sudah cukup baik digunakan sebagai hewan model antikolesterol, terlihat dari kenaikkan kadar kolesterol total dalam darah setelah pemberian kuning telur pada pakan ikan yang berbeda secara signifikan pada taraf nyata 0.05. Pemberian formula 2 dapat menurunkan kadar kolesterol total dalam darah, sedangkan formula 1 kurang memberikan pengaruh pada penurunan kadar kolesterol total. Walaupun demikian, nilai keduanya tidak berbeda secara nyata pada selang kepercayaan 95%.

Saran

(30)

16

DAFTAR PUSTAKA

Adam LS, Navindra PS, Mary LH, Catherine C, David H. 2006. Analysis of the interactions of botanical extract combinations againts the viability of prostate cancer cell lines. Evid Based Complement Alternat Med. 3(1): 117-124.

Afendi FM, Darusman LK, Hirai A, Amin MA, Takahashi H, Nakamura K, Kanaya S. 2010. Modelling ingredient of jamu to predict its efficacy. Forum statistika dan komputasi. 15(2).

Afendi F M, Darusman L K, Fukuyama M, Md. Altaf-Ul-Amin, and Kanaya S. 2012. A Bootstrapping approach for investigating the consistency of assignment of plants to jamu efficacy by PLS model. Malaysian Journal of Mathematical Sciences.6(2):147-164.

[AOAC] Assosiation of Official Analitycal Chemist. 2007. Official Methods of AOAC International. Revisi ke-2 Volume ke-1. Maryland: AOAC International.

Baek JS, Longhou F, Andrew C Li, Yury I Miller. 2012. Ezetimibe and simvastatin reduce cholesterol levels in zebrafish larvae feed a high cholesterol diet. Hindawi Publishing Corporation. doi:10.1155/2012/564705

[DEPKES] Departemen Kesehatan. 1987. Analisis obat tradisional. Ed ke-1. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Dooley K, Zon LI. 2000. Zebrafish: a model system for the study of human disease. Curr. Opin. Genet. Dev. (10): 252–256.

Dwi K. 2007. Profil kromatogram dan aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun kemuning (Murraya paniculata (L.) Jack.) terhadap bakteri Echerichia coli in vitro [skripsi]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro.

Fitriawan A. 2013. Sistem klasifikasi khasiat formula jamu dengan metode

support vector machine [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Grundy SM. 1991. Multifactorial etiology of hypercholesterolemia: implication

for prevention coronary heart disease. Aterius thromb. 11:1619-1635.

Havsteen BH. 2002. The biochemistry and medical significance of the flavonoids. Department of Biochemistry: University of Kiel Germany.

[KEMENKES RI] Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 1994. Persyaratan Obat Tradisional. Jakarta (ID): KEMENKES.

Mahady GB. 2001. Global harmonization of herbal health claim. J. of Nutr. 131: 1120S-1123S.

Olivera T, Ricardo KFS, Almeida MR, Costa MR, Nagem TJ. 2007. Hypolipidemic effect of flavonoids and cholestyramine in rats tania. Latin American Journal of Pharmacy. 26 (3): 407-410.

Rachmadani. 2001. Ekstrak air daun jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) berpotensi menurunkan kadar lipid darah pada tikus putih strain Wistar [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Rubinstein AL et al. 2005. Zebrafish model of lipid metabolism for drug discovery. Marcel Dekker, USA.

(31)

17 Silitonga RS. 2008. Daya inhibisi ekstrak daun jati belanda dan bangle terhadap aktivitas lipase pankreas sebagai antiobesitas [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Shin E, Hong B N, and Kang T H. 2012. An optimal establishment of acute hyperglicemia zebrafish model. African Journal of Pharmacy and Pharmacology. 6(42): 2922-2928.

Ukhrowi U. 2011. Pengaruh pemberian ekstrak etanol umbi bidara upas (Merremia mammosa) terhadap fagositosis makrofag dan produksi Nitrit Oksida (NO) makrofag studi pada mencit balb/c yang diinfeksi Salmonella typhimurium [tesis]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro.

(32)

18

LAMPIRAN

Lampiran 1 Bagan alir penelitian

Tanaman 1 Tanaman 2 Tanaman 3 Tanaman 4

Pengukuran kadar air,

freezedrying

Penentuan kadar kolesterol

total

Pemeliharaan dan adaptasi ikan zebra Pengelompokan tanaman

berdasarkan aktivitas farmakologis

Pemilihan kandidat formula jamu baru

Prediksi khasiat Formula jamu

terpilih

Ikan zebra hiperkolesterolemia

Pengukuran kadar kolesterol total

Analisis data Penentuan kompisisi jamu

(Design Expert 8.0.7.1)

Preparasi ekstrak jamu

Pakan Jamu

(33)

19

Lampiran 2 Pangkalan data khasiat jamu

Jamu_ID Efficacy E01 E02 E03 E04 E05 E06 E07 E08 E09 P0001 P0002 P0003 P0004 P0006 .. P0465

J00001 5 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

J00002 5 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

J00003 8 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0

J00004 6 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0

J00005 5 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0

J00006 5 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

J00007 6 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0

J00008 6 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0

J00009 5 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

J00010 2 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

J00011 2 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

J00012 9 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0

J00013 6 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0

J00014 6 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0

J00015 5 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

J00016 6 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0

...

(34)

20

Lampiran 3 Contoh penggolongan tanaman berdasarkan aktivitas farmakologi

Kode Nama Tanaman Abortifacient Analgesic Antacid Antiasthmatic Antibacterial .... complaintsWomen's

P0001 Foeniculum vulgare √ √ - - √

-P0002 Clausena anisum-olens - - - - √

-P0003 Litsea chinensis - - -

-P0004 Glycyrrhiza uralensis - √ √ √ √

-P0006 Imperata cylindrica - - - - √

-P0007 Phellodendron chinense - - - - √

-P0008 Zanthoxylum acanthopodium - √ - - -

-P0013 Elaeocarpus grandiflora - - -

-P0020 Garcinia atroviridis - - - - √

-P0021 Tamarindus indica - √ - - -

-...

(35)

-21

Lampiran 4 Contoh formulasi jamu menggunakan PLS # Prediksi efikasi jamu yang terbuat dari jati belanda

(Guazuma ulmifolia ) [P155]dan kemuning(Murraya paniculata) [P211] > new.jamu <- raw[499,,]

Lampiran 5 Desain komposisi formulasi jamu

(36)

22

Lampiran 6 Selisih penurunan kadar kolesterol total

Kondisi

Kolesterol total (mg/dL) Kovariat

hiperkolesterolemia (a)

Ekstrak (b) (a-b) Rerata

Kontrol positif 275 233 42

24

Kontrol positif 275 260 15

Kontrol positif 275 260 15

Kontrol negatif 260 307 -46

-23.33

Kontrol negatif 260 271 -10

Kontrol negatif 260 275 -14

Formula 1 274 259 15

-2

Formula 1 274 287 -12

Formula 1 274 284 -9

Formula 2 280 235 45

46

Formula 2 280 281 -1

(37)

23

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung pinang, tanggal 05 April 1991 dari ayah Andi Trenggono dan ibu Marliyana. Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 02 Kotabumi dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Ujian Talenta Mandiri IPB dan diterima di Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

Selama menjadi mahasiswa di IPB, penulis mendapatkan beasiswa Pengembangan Prestasi Akademik (PPA) IPB. Penulis juga pernah mengikuti beberapa organisasi yaitu anggota Century IPB, Badan Eksekutif Ikatan Mahasiswa Kimia (IMASIKA) sebagai sekretaris bagian Pengembangan Kimia dan Seni tahun 2011-2012, siswa Leadership and Entrepreneurship School (LES) BEM-KM IPB tahun 2009-2010, dan aktif pada UKM PMK IPB sebagai anggota Komisi Pelayanan Anak (KPA). Penulis juga aktif dalam beberapa kepanitiaan seperti Kebaktian Awal Tahun Ajaran PMK IPB tahun 2009 dan Pesta Sains Nasional IPB tahun 2011 sebagai divisi acara.

Selama menempuh studi di Departemen Kimia, penulis menjadi asisten praktikum Kimia TPB pada tahun ajaran 2012/2013 dan 2013/2014, asisten Azas Kimia Analitik tahun ajaran 2012/2013, asisten praktikum Kimia Biologis tahun ajaran 2012/2013, asisten praktikum Kimia Spektrofotometri dan Aplikasi Kemometrik tahun ajaran 2012/2013, serta asisten praktikum Kimia Bahan Alam tahun ajaran 2013/2014. Penulis melaksanakan Praktik Lapangan di Balai Besar Kimia dan Kemasan (BBKK) Jakarta Timur pada bulan Juli-Agustus 2012 dengan judul Verifikasi Metode Uji Penentuan Kadar Besi pada Sampel Asam Sulfat Teknis secara Spektrofotometri.

Penulis juga aktif dalam mengikuti lomba Program Kegiatan Mahasiswa bidang kewirausahaan (PKM-K) tahun 2011 yang didanai oleh DIKTI dengan judul ”Nasi Goreng Item Rock n Roll (Mc Roll)” : Nasi Goreng Sehat dengan

Gambar

Gambar 2  Distribusi jamu berdasarkan 9 kelompok khasiat
Tabel 1  Hasil prediksi kandidat formula jamu baru
Tabel 1  Hasil prediksi kandidat formula jamu baru (lanjutan)
Tabel 3  Kadar air simplisia kering tanaman herbal
+3

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan melalui uji Mann Whitney-U pula, dapat diketahui bahwa nilai “Mean Rank” untuk perusahaan yang memperoleh laba

Dari hasil wawancara dengan salah seorang Hakim Anggota yang memeriksa dan mengadili perkara ini mengungkpkan bahwa: Salah satu pertimbangan hukum hakim atas amar

• Untuk setiap pembukaan secara kolektif, selain surat rekomendasi keanggotaan NU agar PC NU juga dapat menyampaikan surat pengantar dokumen kolektif/ bast ke Cabang Bank Mandiri

Selain dari hasil gambar, beberapa proses kreasi komunikasi luar yang terjadi di lingkungan kelas dianalisis karena memiliki kemungkinan pengaruh pada gambar anak

2012 dan memperhatikan realisasi penerimaan tahun anggaran 2010. Selanjutnya apabila alokasi dana bagi hasil tersebut tidak sesuai dari yang. diperkirakan, dapat

Berdasarkan laporan Kementerian Kesihatan Malaysia melalui Rancangan Kawalan Penyakit-Penyakit Bawaan Vektor (2003), malaria masih lagi merupakan penyakit yang perlu diberi

Proses penambatan molekul yang dilakukan pada penelitian ini adalah proses penambatan molekul oriented dengan menggunakan ligan yang fleksibel dan default rotatable

Namun pertanyaan terbesarnya adalah bagaimana fasilitas beladiri ini bukan hanya sekedar menyediakan sarana bagi pelaku beladiri untuk berkegiatan, namun juga