• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH ASEAN - CHINA FREE TRADE AREA (ACFTA) TERHADAP VOLUME PERDAGANGAN THAILAND DI BIDANG PERTANIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH ASEAN - CHINA FREE TRADE AREA (ACFTA) TERHADAP VOLUME PERDAGANGAN THAILAND DI BIDANG PERTANIAN"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH ASEAN - CHINA FREE TRADE AREA (ACFTA)

TERHADAP VOLUME PERDAGANGAN THAILAND

DI BIDANG PERTANIAN

Oleh :

Faishal Hidayatullah 07260054

JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi LEMBAR PERSEMBAHAN

“Ya Allah, kemampuanku terbatas, maka jangan biarkan aku

menyombongkannya..melainkan kuatkan aku untuk mengamalkannya pada

sesamaku” (Faishal H)

Sebagai rasa syukur atas terselesaikannya skripsi ini, maka penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Allah SWT.

segala puji bagi engkau Ya Allah atas segala Rahmat, Berkah, dan

Hidayah-Nya yang senantiasa memberikanku segala yang terbaik di hidup ini.

2. Mama Papa, Hamsiah Halil dan Drs.Mohammad Kusyairi.

Terima kasih sedalam-dalamnya ku ucapkan padamu Ma, Pa. Atas kasih sayang, dorongan semangat, serta bimbingan hidup yang sangat bermakna

bagi anakmu yang kecil dan tidak tahu apa-apa ini.

3. Kakaku Fajar Nor Happy Moslem dan Mbakku Silvia Yulianti. Terima kasih kakak-kakakku karena kalian juga lah aku dapat memiliki

pengalaman-pengalaman berharga.

4. Ponakanku Akbarur Rizal Fidiansyah dan Rava Amna Malika yang selalu

(7)

vii 5. Mia Hasniyah, The special one that I have. Makasih sayang udah nguatin

aku saat aku dalam masa-masa tersulit. Makasih sudah ada dalam hidupku. I love you bundah ♥

6. Sahabat-sahabat tercinta, Haris dan Zen. Kalian the best. Terima kasih atas do’a dan support dari kalian. Makasih untuk gak bosen-bosennya

ngingetin aku tentang dunia dan akhirat.

7. Dulur-dulurku selama aku dimalang. Anhar, Agil, Hisbi, Idok, Agus, Ibnu, Zul, Chalvin, Bima, Bayu, Rofi, Rizanata, Anka, Indra, Oby, Adi, Okky, Megi, Renal, Adit, Doni, Wawan, mas Ramu, Riskey, dan masih banyak

lagi. Thank all, tanpa kalian aku gak ada apa-apanya. Gak ada kalian gak rame.

8. Kedua pembimbing saya yang terhormat: Bapak Tonny Dian Effendi, S.Sos., M.Si, dan Ibu Ayusia Sabhita Kusuma, M.Si atas arahan dan kesabarannya dalam membimbing dan mendidik saya untuk menjadi pribadi

yang lebih baik selama proses pengerjaan skripsi ini.

9. Terima kasih juga tak lupa saya haturkan kepada segenap staf di Jurusan Hubungan Internasional UMM, terutama kepada Bapak Ruli Inayah Ramadhoan, S.Sos.,M.Si. dan Ibu Demeiati Nur Kusumaningrum, MA. selaku penguji saya. Terima kasih banyak atas masukannya.

10.Bapak/Ibu di lingkungan FISIP UMM, bapak Dr. Asep Nurjaman, M.Si, selaku dekan FISIP UMM serta para staf TU FISIP.

11.Teman-teman seperjuangan saya di Jurusan HI UMM 07. Riskey, Oby, Mita, Devi, Otim, Dave, Yuri, Yuda, Jhoni, Dauz, Ferry, dan masih banyak lagi.

(8)

viii 12.Terima kasih untuk semua pihak yang telah mendoakan agar skripsi ini

cepat selesai yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

13.Dan yang terakhir saya ucapkan beribu terima kasih kepada Universitas Muhammadiyah Malang karena kampus ini, aku belajar “merangkak” lalu

“berdiri” hingga “berlari”. Yang berani nyela UMM, ribut ama GUE!!!

(9)

ix DAFTAR ISI

LEMBAR COVER ... .i

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI ... iv

KATA PENGANTAR ... v

LEMBAR PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAKSI ... ix

ABSTRACT ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR, GRAFIK DAN TABEL ... xiii

BAB I

1.5.1 Kajian Penelitian Terdahulu ... 6

1.5.2 Free Trade ... 9

1.6 Metodologi penelitian ... 12

1.6.1 Batasan Penelitian ... 12

1.6.1.1 Batasan Waktu Penelitian ... 12

1.6.1.2 Batasan Materi Penelitian ... 13

1.6.2 Jenis Penelitian ... 13

1.6.3 Teknik Pengumpulan Data ... 14

1.6.4 Teknik Analisa Data... 14

1.7 Alur Penelitian ... 16

1.8 Sistematika Penulisan ... 16

1.9 Struktur Penulisan ... 17

BAB II ASEAN-CHINA FREE TRADE AREA DAN SEKTOR PERTANIAN THAILAND 2.1 ASEAN-China Free Trade Area ... 19

2.1.1 Gambaran Umum ASEAN-China Free Trade Area... 19

2.1.2 Latar Belakang Pembentukan ACFTA ... 26

2.1.3 Mekanisme ACFTA ... 37

(10)

x

2.1.4 Manfaat ACFTA Bagi Negara Anggotanya. ... 41

2.2 Perkembangan Sektor Pertanian Thailand ... 45

2.2.1 Gambaran Umum Pertanian Thailand ... 45

2.2.2 Industri Pertanian Thailand ... 48

2.2.3 Industri Pertanian Yang Menjadi Unggulan Thailand ... 51

BAB III PENGARUH ACFTA TERHADAP VOLUME PERDAGANGAN THAILAND DI BIDANG PERTANIAN 3.1 Komoditas Ekspor Pertanian Thailand... 53

3.2 Negara-Negara Tujuan Ekspor Thailand ... 56

3.3 Pengaruh ASEAN-China Free Trade Area Terhadap Volume Perdagangan Thailand Di Bidang Pertanian. ... 57

3.3.1 Volume Perdagangan Thailand Di Bidang Pertanian Sebelum ACFTA ... 57

3.3.2 Volume Perdagangan Thailand Di Bidang Pertanian Setelah ACFTA ... 67

3.3 Pendapatan Nasional Thailand Di Bidang Pertanian ... 76

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan ... 83

4.2 Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 87

(11)

xi DAFTAR GAMBAR, GRAFIK DAN TABEL

Gambar 1 : Bagan Alur Pemikiran ... 16

Gambar 2 : Volume pertumbuhan ekspor Thailand dikelompokkan berdasarkan produk 2002-2004 ... 64

Gambar 3 : Rata-rata pertumbuhan ekspor pada organisasi ASEAN, dan Negara China ... 65

Gambar 4 : pertumbuhan volume perdagangan dunia dan pertumbuhan ekspor Thailand ... 73

Gambar 5 : Ekspor Thailand ke Uni Eropa, China, dan ASEAN ... 74

Grafik 1 : PDB Thailand di bidang pertanian, 1997-2009 ... 81

Grafik 2 : PDB Thailand di bidang pertanian, 2010-2012 ... 81

Tabel 1 : Struktur Penulisan ... 17

Tabel 2 : Penurunan Tarif ... 39

Tabel 3 : Produksi Beras Thailand pada Tahun 2004 – 2013 ... 55

Tabel 4 : Parameter Pertumbuhan ekspor di bidang pertanian Thailand dengan Negara kawasan ASEAN... 58

Tabel 5 : Efek komposisi produk terhadap ekspor produk pertanian Thailand di kawasan ASEAN 1997-1999 dan 1999-2001 (%) ... 60

Tabel 6 : Pengelompokan produk pertanian yang diperdagangkan di kawasan ASEAN berdasarkan SITC (Standart International Trade Code) ... 62

Tabel 7 : Perdangangan Thailand dengan China, 2004-2008 ... 66

Tabel 8 : Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) (Persen, YoY) ... 71

Tabel 9 : Tingkat Pertumbuhan Ekspor Thailand 2011-2012 ... 72

Tabel 10 : Ekonomi Global tahun 2009-2012 ... 75

Tabel 11 : Indikator ekonomi makro beberapa Negara Asia Tahun2000 ... 80

(12)

xii DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Adolf, Huala. 2005. Hukum Ekonomi Internasional Suatu Pengantar. PT. RajaGrafindo Persada; Jakarta.

---. 2005. HUKUM PERDAGANGAN INTERNASIONAL. PT. RajaGrafindo Persada; Jakarta.

Afadlal, Annisa, dkk. 2011. Ekonomi Politik Kemitraan ASEAN : Sebuah potret

kerjasama. Pustaka Pelajar; Yogyakarta.

Dr. Hata, SH., MH. 2006. PERDAGANGAN INTERNASIONAL DALAM SISTEM

GATT & WTO Aspek-aspek hukum dan non-hukum. PT. Refika Aditama;

Bandung.

DR. Soelistyo, M.B.A. 1989. EKONOMI INTERNASIONAL Buku 1 (Teori

Perdagangan Internasional) Edisi kedua. Liberty; Yogyakarta.

Mas’oed, Mochtar. 1990. Ilmu Hubungan Internasional, Disiplin dan

Metodologi. LP3ES;Jakarta.

Skripsi :

Aisyah, Siti Anis. 2010. Modalitas Indonesia dalam Kerjasama Perdagangan

Bebas ASEAN-China (ACFTA). Skripsi tidak dipublikasikan.

Jurnal :

Ibrahim, ed. 2010. Dampak Pelaksanaan ACFTA Terhadap Perdagangan

Internasional Indonesia. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan.

(13)

xiii Kerjasama ASEAN dan Mitra Wicara.

http://kemlu.go.id/Documents/Kerjasama%20ASEAN%20dan%20Mitra%2 0Wicara/Kerjasama%20ASEAN%20dan%20Mitra%20Wicara.PDF di akses pada tanggal 21 desember 2013.

Mardianto, Sudi, ed. Analisis komparasi daya saing produk ekspor pertanian

antar negara ASEAN dalam era perdagangan bebas

AFTA.http://pse.litbang.deptan.go.id/ind/pdffiles/JAE-22-1-3.pdf di akses pada tanggal 24 desember 2013.

Muslikhati, David Kaluge. 2010. Analisis Perdagangan Indonesia Pasca

Pemberlakuan ACFTA (studi komparatif Indonesia-china). Jurnal Ekonomi

Pembangunan, Vol 8 No.2.

Thailand Economic Monitor, april 2005.

http://siteresources.worldbank.org/INTTHAILAND/Resources/Economic-Monitor/2005april.pdf di akses pada tanggal 25 desember 2013.

Website :

http://ditjenkpi.kemendag.go.id/Umum/Regional/Win/ASEAN%20-%20China%20FTA.pdf di akses pada tanggal 25 desember 2013.

http://ditjenkpi.kemendag.go.id/website_kpi/Umum/Setditjen/Buku%20Menuju%

20ASEAN%20ECONOMIC%20COMMUNITY%202015.pdf di akses pada tanggal 25 desember 2013.

http://human.uru.ac.th/ThaiStudies/Thai%20Economy.pdf di akses pada tanggal

25 desember 2013.

(14)

xiv http://human.uru.ac.th/ThaiStudies/Thai%20Economy.pdf di akses pada tanggal

25 desember 2013.

http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/136402-T%2028173-Implementasi%20acftafull%20text.pdf di akses pada tanggal 25 desember

2013.

http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/136402-T%2028173-Implementasi%20acfta-full%20text.pdf di akses pada tanggal 25 desember 2013.

http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/136402-T%2028173-Implementasi%20acfta-full%20text.pdf diakses pada tanggal 25 desember 2013.

http://ocw.usu.ac.id/course/download/511-EKONOMI-

MAKRO/sep_204_slide_minggu_ke_-_03_:_pengukuran_pendapatan_nasional.pdf di akses pada tanggal 15 november 2013.

http://perhepi.org/images/stories/publikasi/konpernas/sukartawi.pdf diakses pada tanggal 3 januari 2014.

http://pse.litbang.deptan.go.id/ind/pdffiles/ART02-4b.pdf diakses pada tanggal 8

januari 2014.

http://www.asean.org/19105.htm di akses pada tanggal 15 januari 2014.

http://www.fao.org/fileadmin/templates/est/COMM_MARKETS_MONITORING /Rice/Images/RMM/RMM-Jul13.pdf di akses pada tanggal 31 desember 2013.

http://www.kemendag.go.id/id/view/trade-attache-report/121/2013/4diakses pada tanggal 7 januari 2014.

(15)

xv http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/4s1hubunganinternasional/207613039/BAB%2

02.pdf di akses pada tanggal 29 desember 2013.

http://www.ut.ac.id/html/suplemen/luht4210/Pendekatankultural_pembangunanpe rtanian.pdf diakses pada tanggal 1 januari 2014.

http://www.worldbank.org diakses pada tanggal 8 januari 2014.

http://www-wds.worldbank.org/external/default/WDSContentServer/WDSP/IB/2013/01 /08/000350881_20130108170508/Rendered/PDF/NonAsciiFileName0.pdf di akses pada tanggal 25 desember 2013.

(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Suatu perdagangan internasional kawasan merupakan pembahasan yang tidak asing lagi dalam kajian ilmu hubungan internasional. Dimana suatu aktor

Negara mencoba bernegoisasi dengan aktor Negara lain untuk melakukan suatu perjanjian perdagangan bebas demi meningkatkan kemakmuran ekonomi serta untuk menimbulkan suatu keharmonisan hubungan antar Negara tetangga. Selain

itu juga dengan melakukan suatu kerjasama perdagangan internasional, suatu Negara dapat meraih kepentingan nasionalnya, seperti skema kerjasama ASEAN

dan yang lebih besar lagi adalah kerjasama ASEAN-China Free Trade Area. Dari kedua kerjasama tersebut, mendorong Negara Thailand untuk mengambil peluang

sebaik-baiknya dalam memajukan perekonomian negaranya.

Negara Thailand adalah Negara yang sangat bergantung pada kegiatan ekspor untuk mengembangkan perekonomiannya, terhitung lebih dari dua pertiga

nilai ekspor dari produk domestik bruto (PDB). Thailand memiliki nilai PDB senilai 8,5 triliun Baht atau sekitar US$ 627 miliar. Hal ini membuktikan bahwa

Thailand adalah Negara dengan tingkat perekonomian terbesar ke-2 di Asia Tenggara setelah Indonesia. Namun untuk masalah pemerataan kemakmuran nasionalnya, sesuai dengan nilai PDB per kapita, Thailand menduduki peringat

(17)

2 krisis finansial yang terjadi di Asia pada tahun 1997-1998. Thailand menduduki

peringkat atas dalam industri ekspor otomotif dunia bersamaan dengan produksi barang-barang elektronik. Sebagian besar penduduk Thailand bekerja di sektor pertanian. Namun, kontribusi sektor pertanian terhadap PDB relatif menurun.1

Secara geografis, Negara Thailand merupakan Negara yang terletak di kawasan Asia Tenggara yang mana kawasan Asia Tenggara adalah salah satu

wilayah dengan segala persoalan di dalamnya baik sosial, politik, ekonomi, budaya, dan sebagainya. Dunia memandang negara-negara tersebut dengan sebutan “negara dunia ketiga”. Dalam ilmu Hubungan Internasional istilah

“negara dunia ketiga” tersebut ditujukan pada negara-negara berkembang. Sejak

dulu, secara geopolitik dan geoekonomi, kawasan Asia Tenggara memiliki nilai

yang sangat strategis. Namun sebelum ASEAN didirikan, berbagai konflik kepentingan juga pernah terjadi diantara sesama negara-negara Asia Tenggara.

Oleh karena itu, negara Asia Tenggara menyadari perlunya dibentuk kerjasama untuk meredakan rasa saling curiga dan membangun rasa saling percaya, serta mendorong kerjasama pembangunan kawasan.2

Untuk mengatasi perseteruan yang sering terjadi di antara negara-negara Asia Tenggara dan membentuk kerjasama regional yang lebih kokoh, maka lima

Menteri Luar Negeri yang berasal dari Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand mengadakan pertemuan di bangkok pada bulan Agustus 1967 yang menghasilkan rancangan Joint Declaration, yang pada intinya mengatur tentang

1

http://human.uru.ac.th/ThaiStudies/Thai%20Economy.pdf di akses pada tanggal 25 desember 2013

2

(18)

3 kerjasama regional di kawasan tersebut. Sebagai puncak dari pertemuan tersebut,

maka tepatnya pada tanggal 8 Agustus 1967 ditandatangani deklarasi ASEAN atau yang paling sering kita kenal adalah Deklarasi Bangkok oleh Wakil Perdana Menteri yang juga merangkap sebagai Menteri Luar Negeri Malaysia dan para

Menteri Luar Negeri dari Indonesia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Brunei Darussalam kemudian bergabung juga pada tanggal 8 Januari 1984, Vietnam pada

tanggal 28 Juli 1995, Laos dan Myanmar pada tanggal 23 Juli 1997, dan Kamboja pada tanggal 30 April 1999. Deklarasi tersebut menandai berdirinya perhimpuan bangsa-bangsa Asia Tenggara atau ASEAN. Masa awal pendirian ASEAN lebih

diwarnai oleh upaya-upaya membangun rasa saling percaya antar negara anggota guna mengembangkan kerjasama regional yang bersifat kooperatif namun belum

bersifat integratif. Barulah setelah beberapa tahun berselang, kebijakan ASEAN pun lebih ditujukan ke arah pengembangan pertumbuhan perekonomian bersama.3

Singkatnya, ASEAN selama lebih dari 40 tahun tampaknya belum berhasil menjadi pusat kerjasama ekonomi, bisnis, dan investasi yang riil bagi seluruh anggotanya termasuk Thailand. Justru yang lebih dirasa paling dominan adalah

formulasi politik regional ASEAN dan juga lebih mendukung terbentuknya fondasi politik keamanan, yang mengutamakan penghargaan setinggi-tingginya

atas asas legalitas kedaulatan masing-masing negara anggotanya serta bersifat tidak saling mencampuri. Hal tersebut menjadi suatu titik temu yang penting, bahwa peran ASEAN yang bersifat open regionalism tetap memberi kebebasan

atas hubungan para anggotanya dengan berbagai kawasan maupun negara-negara

(19)

4 utama dunia. Meskipun dari kondisi regional tersebut akhirnya melahirkan piagam

ASEAN pada akhir 2008, tetapi masih dipertanyakan apakah piagam tersebut akan berhasil menjadi motor inspiratif yang kaya gagasan tentang sebuah implementasi di beberapa sektor perhatian ASEAN di masa yang akan datang.

Oleh karena itu, optimisme terhadap ASEAN ditambah dengan kehadiran piagamnya, benar-benar dikalkulasi dengan baik oleh Thailand.4

Adapun China, suatu Negara maju dengan tingkat perekonomian yang tidak dapat diragukan lagi kemajuannya, melihat ASEAN sebagai mitra kerjasama ekonomi yang baik di karenakan faktor geo-politik dan geo-ekonomi yang relatif

memiliki jalan pemikiran yang sama, yaitu ingin berhubungan baik dengan Negara tetangga dan juga ingin memajukan tingkat perekonomian masing-masing

negara. Dari beberapa perundingan terkait kerjasama ASEAN dan China Akhirnya kerjasama perdagangan bebas ASEAN dan China ditandatangani

bersama dengan nama ASEAN-China Free Trade Area dan akan diberlakukan secara formal pada tanggal 1 Januari 2010. Tantangan tersendiri bagi Negara Thailand dimana Thailand harus mengoptimalkan China sebagai tujuan ekspor

dengan memanfaatkan sektor yang berpotensi tinggi yaitu sektor pertaniannya. Dengan adanya kerjasama perdagangan bebas dengan China tersebut,

Thailand dapat mengoptimalkan kepentingan ekonomi nasionalnya dimana dalam skema perjanjian kerjasama tersebut akan merencanakan penghapusan hambatan-hambatan perdagangan baik itu bea masuk tarif maupun non-tarif.

4

Afadlal, Annisa, dkk, 2011, Ekonomi Politik Kemitraan ASEAN : Sebuah potret kerjasama,

(20)

5 1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas maka penulis mengangkat permasalahan yaitu: bagaimana pengaruh ASEAN- China Free Trade Area (ACFTA) terhadap volume perdagangan Thailand di bidang pertanian?

1.3Manfaat Penelitian

Ada dua manfaat dari penelitian ini yaitu manfaat akademis dan manfaat

praktis, berikut ini adalah penjelasan dari dua manfaat tersebut:

1.3.1 Manfaat Akademis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memperluas kajian

dalam ilmu hubungan internasional yang fokus pada Pengaruh ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA) Terhadap Volume

perdagangan Thailand di bidang pertanian.

1.3.2 Manfaat Praktis

Dengan adanya penelitian ini penulis mengharapkan hasil dari penelitian ini dapat menjadi rekomendasi dan bahan pertimbangan bagi negara maju maupun berkembang dalam kebijakannya yang

berhubungan dengan ASEAN- China Free Trade Area (ACFTA).

1.4Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penulisan ini adalah untuk mengetahui pengaruh ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA) terhadap volume perdagangan Thailand di bidang pertanian sebelum dan sesudah kerjasama ACFTA. Namun penulisan ini

(21)

6 1.5Kajian Konsep dan Teori

1.5.1 Kajian Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang pertama yaitu, Anis Siti Aisyah yang berjudul Modalitas Indonesia dalam Kerjasama Perdagangan Bebas ASEAN-China

(ACFTA).5 Dari hasil penelitian yang dilakukan telah diperoleh bahwa modalitas Indonesia dalam Kerjasama Perdagangan Bebas ASEAN-China

(ACFTA) telah melahirkan 2 pandangan yang berlawanan, satu sisi menyebutkan sebagai peluang bagi masyarakat Indonesia untuk lebih maju, sisi lain ada kekhawatiran melahirkan pengangguran atau menjadi buruh para

pengusaha asing. Kedua pandangan tersebut masing-masing memiliki argument yang berbeda. Namun yang terpenting adalah penguatan daya saing

yang memerlukan pembenahan infrastruktur dan energi, pemberian insentif, membangun KEK (Kawasan Ekonomi Khusus), memperluas akses

pembiayaan dan pengurangan biaya bunga, pembenahan sistem logistik, pelayanan publik, serta penyederhanaan peraturan dan meningkatkan kapasitas kerja. Selain itu, pengamanan pasar domestik yang difokuskan

kepada pengawasan tingkat border (pengamanan) serta peredaran barang di pasar lokal.

Penelitian kedua dilakukan oleh Ibrahim, Meily Ika Permata, Wahyu Ari Wibow dengan judul Dampak Pelaksanaan ACFTA Terhadap Perdagangan Internasional Indonesia.6 Dari hasil penelitian yang dilakukan

5

Anis Siti Aisyah. 2010, Modalitas Indonesia dalam Kerjasama Perdagangan Bebas ASEAN-China (ACFTA). Skripsi tidak dipublikasikan.

6

(22)

7 telah diperoleh bahwa China akan mendapatkan keuntungan dari

keikutsertaannya dalam ACFTA. Hasil menunjukkan bahwa ACFTA memberikan kesempatan Indonesia untuk meningkatkan ekspornya ke China. Kerjasama perdagangan dalam kerangka ACFTA memberikan peluang bagi

peningkatan ekspor Indonesia. Dari hasil model GTAP, secara keseluruhan Indonesia mempunyai net trade creation sebesar 2% yang bersumber dari

dampak trade creation dari anggota ACFTA 10,3% dan trade diversion dengan mitra dagang ROW sebesar -1,5%. Meskipun perjanjian kerjasama ACFTA berdampak negatif terhadap penurunan neraca perdagangan

Indonesia secara keseluruhan sebesar 2,3%, hasil analisis lebih lanjut terhadap komoditas ekspor internasional (tradable) menunjukkan dampak

positif sebesar 0,5%. Dari sisi ekspor, komoditas dari Indonesia berpeluang meningkat 2,1% terutama bersumber dari peningkatan ekspor ke China.

Penelitian ketiga, dilakukan oleh Muslikhati dan David Kaluge yang berjudul Analisis Perdagangan Indonesia Pasca Pemberlakuan ACFTA (Studi komparatif Indonesia-China).7 Dari penelitian yang dilakukan, telah di

peroleh bahwa sinyal ACFTA berpotensi mengganggu eksistensi perekonomian nasional cukup terlihat apabila kita mencermati pola

perdagangan Indonesia-China. Berbagai Indikator mengenai pola perdagangan di antara kedua negara menunjukkan bahwa produk Indonesia semakin lama semakin kalah mutu terhadap produk China. Secara tegas, hal

ini terindikasi cukup jelas dari perkembangan ekspor dan impor.

7

(23)

8 Kemungkinan bahwa pemberlakuan ACFTA akan mendorong semakin

tingginya tingkat penetrasi produk China ke pasar Indonesia. Argumentasinya, melalui ACFTA, hambatan perdagangan kedua negara pun akan semakin berkurang. Ini berarti bahwa kunci persaingan akan lebih

banyak ditentukan oleh kemampuan daya saing. Masalahnya, berbagai studi menunjukkan bahwa beberapa elemen pembentuk daya saing, seperti tingkat

efisiensi, produktivitas, dan lingkungan bisnis di China relatif lebih baik dibandingkan dengan di Indonesia.

Dari penelitian diatas jelas sekali perbedaan dan juga persamaannya

dengan penelitian yang di angkat penulis. Berbagai kesamaan ketiga penelitian tersebut dengan penulis bahwa di era Globalisasi ini sudah

memunculkan suatu kerjasama di kanca Internasional yang bergerak di berbagai bidang termasuk perekonomian yang biasa kita sebut

ASEAN-CHINA Free Trade Area. Namun hal mencolok yang membedakan penulis dengan ketiga penelitian tersebut terletak pada aktor utama yang akan dikaji atau dibahas lebih dalam. Peneliti pertama menegaskan tentang modalitas

Indonesia menghadapi ACFTA dengan hasil bahwa Indonesia harus lebih berhati-hati tentang dampak yang ditimbulkan kerjasama Internasional ini.

Sedangkan peneliti kedua lebih terarah pada Dampak Pelaksanaan ACFTA Terhadap Perdagangan Internasional Indonesia. Hasil yang didapat lebih mengarah tentang berbagai keuntungan yang telah dan akan lebih dicapai

(24)

9 Peneliti ketiga menitik beratkan pada analisis perdagangan Indonesia

pasca pemberlakuan ACFTA dimana memperoleh titik temu bahwa ACFTA memberikan ancaman terhadap sektor perdagangan di Indonesia dikarenakan adanya perang mutu dan kualitas produktivitas. Lain halnya dengan penulis

yang membahas lebih dalam tentang bagaimana ACFTA dapat begitu mempengaruhi volume perdagangan Thailand di bidang pertanian yang

nantinya dapat disimpulkan sejauh mana signifikansi pengaruh ACFTA dapat meningkatkan volume perdagangan negara Thailand dibidang pertanian.

1.5.1 Free Trade

Adam Smith dan para pendukung mazhab klasik berpendapat bahwa suatu perdagangan bebas akan mendorong masing-masing orang untuk

berbuat demi kepentingan sendiri, tetapi yang secara otomatis juga akan menguntungkan masyarakat seluruhnya. Dalam bukunya yang berjudul An

Inguiry Into The Nature And Causes Of The Wealth Of Nations, Smith juga

mengatakan bahwa perdagangan antar bangsa yang bebas dan tidak terhalang oleh berbagai peraturan pemerintah akan memberikan hasil yang

maksimal, karena masing-masing negara akan melakukan spesialisasi dalam produksi barang-barang yang paling cocok atau dapat disebut penghasil

(25)

10 “laissez-faire” atau campur tangan pemerintah yang minimum di dalam

negeri, dan perdagangan bebas dengan negara lain.8

Lebih dalam lagi bahwa Adam Smith mengatakan bahwasanya ukuran kemakmuran suatu negara bukanlah terletak pada banyaknya logam

mulia, tetapi pada banyaknya barang-barang yang dimilikinya.

“it would be too rediculous to go about seriously to prove, that wealth does not consist in money, or in gold and silver, but to what money purchases,

and it’s valuable only for purchasing.

Goods can serve many other purposes besides purchasing money, but money

can serve no other purposes besides purchasing goods”.

Jadi bagi Smith, suatu negara yang makmur adalah negara yang

mengembangkan produksi barang-barang dan jasa-jasanya melalui perdagangan, dan bukan suatu negara yang berusaha untuk menghambat

perdagangan semata-mata untuk dapat menumpuk logam muia.9

Untuk menunjukkan kelebihan perdagangan bebas atas perdagangan dengan campur tangan pemerintah, Smith mengemukakan ide nya tentang

pembagian kerja Internasional yang membawa pengaruh besar bagi perluasan pasar barang-barang negara tersebut serta akibatnya yang berupa

spesialisasi Internasional. Spesialisasi Internasional dapat memberikan hasil berupa manfaat perdagangan (gains of trade) yang dapat timbul dalam atau

berupa kenaikan produksi serta konsumsi internasional masing-masing negara akan berusaha untuk menekankan produksinya pada barang-barang

8

DR. Soelistyo, M.B.A, 1989, EKONOMI INTERNASIONAL Buku 1 (Teori Perdagangan Internasional) Edisi kedua, Liberty Yogyakarta. Hal. 17

9

(26)

11 tertentu yang sesuai dengan keuntungan yang dimilikinya, baik itu

keuntungan alamiah (Natural Adventage) ataupun keuntungan yang diperkembangkan (Acquired Advantage). Keuntungan alamiah adalah keuntungan yang di peroleh karena suatu negara memiliki sumber daya alam

yang tidak di miliki oleh negara lain, baik dalam kualitas maupun kuantitas. Sementara untuk keuntungan yang diperkembangan adalah keuntungan yang

diperoleh karena keterampilan dalam menghasilkan produk-produk yang diperdagangkan yang belum dimiliki oleh negara lain.10

Hal ini dapat memberikan acuan tersendiri terhadap perdagangan

bebas yang mana suatu negara dapat maju dan berkembang di karenakan karena alamiah dan sesuatu yang bersifat terampil. Dengan kata lain,

masing-masing negara yang melakukan perdagangan internasional akan didorong untuk melakukan spesialisasi dalam produksi barang-barang yang

yang mempunyai keuntungan mutlak (Absolute Advantage). Keuntungan mutlak dapat diartikan sebagai keuntungan yang dinyatakan dengan banyaknya jam atau hari kerja yang dibutuhkan untuk membuat

barang-barang tersebut. Keuntungan ini akan diperoleh apabila masing-masing negara mampu memproduksikan barang-barang tertentu dengan jam atau

(27)

12 1.6 Metode Penelitian

1.6.1Ruang Lingkup Penelitian

1.6.1.1Batasan Waktu Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis memberikan batasan waktu

penelitian agar ruang lingkup waktu penelitian terbatas dan tidak melebar dimana menyebabkan kerancuan dalam pembahasan dan tidak

fokus. Adapun kurun waktu yang dijadikan batasan dalam penelitian ini yaitu dari awal terbentuknya ASEAN yang didirikan di Bangkok pada tahun 1967 melalui Deklarasi Bangkok, hingga China dan

ASEAN sepakat menandatangani kerjasama ACFTA, The China-ASEAN Free Trade Area yang terwujud pada tahun 2010 hingga 2015.

Serta pengaruh yang di rasakan Thailand tentunya di bidang perdagangan khususnya ekspor bidang pertanian, dimana sesuai

dengan yang tertera dalam judul yakni pengaruh ACFTA terhadap volume perdagangan Thailand di bidang pertanian. Secara ringkas penulis memberikan batasan waktu penelitian dari tahun 1997 hingga

2009 sebagai tahun dimana ACFTA belum disetujui secara formal. Lalu pada tahun 2010 hingga 2013 sebagai tahun ACFTA telah

disetujui dan dijalankan.

Waktu ini dijadikan batasan karena dalam kurun waktu ini terpapar dengan jelas bahwa kerjasama negara-negara Asia tenggara

(28)

13 negara Thailand dengan aktivitas perdagangannya. sehingga di

perlukan suatu External Relation dengan negara maju seperti China untuk mendongkrak kebijakan-kebijakan yang telah ASEAN miliki sebelumnya. Dari hal tersebut tentunya penulis dapat meneliti secara

lebih terarah tentang pengaruh ACFTA terhadap volume perdagangan Thailand di bidang pertanian tersebut.

1.6.1.2 Batasan Materi Penelitian

Untuk membatasi pembahasan agar tidak terlalu jauh dari materi dalam membahas permasalahan dan keluar jalur dari tujuan

penulisan yang ingin dicapai, maka penulis memberikan batasan materi penelitian yang diantaranya adalah memberikan gambaran

tentang awal pembentukan ASEAN pada tahun 1967 di Bangkok beserta persoalan-persoalan yang terjadi setelahnya, kerjasama

dengan China sebagai bentuk perdagangan bebas dengan ASEAN yang disebut dengan organisasi ACFTA, beberapa hal yang mendukung sejauh apa pengaruh ACFTA terhadap stabiltas dan

kemajuan volume perdagangan Thailand yang lebih terfokus pada ekspor di bidang pertanian.

1.6.2 Jenis Penelitian

Jenis penulisan ini adalah deskriptif. penelitian deskriptif disebut juga penelitian yang dimaksudkan untuk mengeksplorasi dan mengklasifikasi

(29)

14 sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti.

Dengan demikian, penulis ingin mendeskripsikan lebih detail tentang sejauh mana pengaruh ACFTA dapat memberikan suatu dampak tersendiri terhadap volume perdagangan Thailand dibidang pertanian serta bagaimana

proses berkembangnya volume perdagangan Thailand tersebut.

1.6.3Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data peneliti lakukan dengan menggunakan metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, website dan lain sebagainya yang

diterbitkan oleh berbagai lembaga atau instansi yang berkaitan dengan topik yang peneliti teliti. Data mengenai penelitian ini sendiri peneliti dapatkan

dari perpustakan pusat UMM, Lab HI UMM dan website yang terkait dengan topik yang penulis tulis. Setelah dikumpulkan, data diseleksi dan

dikelompokkan ke dalam bab-bab pembahasan yang disesuaikan dengan sistematika penulisan.

1.6.4Teknik Analisa Data

Dalam penulisan ini, penulis menggunakan teknik analisa kualitatif dimana lebih melihat persoalan dan berusaha mengambarkan secara lebih

sederhana dan sistematis dengan konsep. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan level of analysis Negara. Level of analysis merupakan bagian dari studi hubungan Internasional untuk menganalisa suatu permasalahan

(30)

15 dimana menganalisa sebuah sistem Internasional dengan melihat negara

yang tergabung dalam sistem tersebut dan kemudian terfokus pada pengaruh nya terhadap negara tertentu. Adapun variabel independen yang menjadi unit eksplanasi dari judul ini adalah pengaruh ACFTA dan variabel

dependennya yang menjadi unit analisa yaitu volume perdagangan Thailand di bidang pertanian.

Disini penulis akan melihat persoalan yang terjadi dan menggambarkannya secara lebih sederhana yang kemudian dianalisa dengan konsep Free Trade untuk menjelaskan siklus kerjasama ACFTA serta

bagaimana hal ini dapat berpengaruh terhadap volume perdagangan Thailand di bidang pertanian. Analisa data sendiri penulis lakukan dalam

tiga tahap yaitu:12

a. Pemeriksaan, yaitu dilakukan untuk melihat apakah data-data yang

diperlukan sudah lengkap dan benar atau salah, bila ternyata ada kesalahan atau bahkan kekurangan maka penulis akan berusaha membenarkan dan melengkapi data yang kurang.

b. Pengolahan, yaitu dilakukan dengan cara memilah-milah sesuai dengan kategorinya masing-masing.

c. Analisa dan interpretasi, yaitu data yang telah dipilah-pilah selanjutnya di interpretasikan oleh peneliti.

12 Mas’oed, Mochtar,

(31)

16 1.7Alur Penelitian

Untuk mengembangkan pembahasan agar lebih mudah dianalisa, maka penulis memberikan alur dari penelitian ini yang kemudian dianalisa. Dalam alur penelitian ini dijelaskan apa yang menjadi fokus dari penelitian ini yaitu

Pengaruh ACFTA terhadap volume perdagangan Thailand di bidang pertanian, kemudian faktor-faktor yang mempengaruhinya dan apa dampak

positif dari kerjasama ini bagi volume perdagangan Thailand.

Gambar 1

Bagan Alur Pemikiran

1.8 Sistematika Penulisan

Struktur penulisan dalam tulisan Pengaruh ACFTA terhadap volume

perdagangan Thailand yaitu berisikan tentang gambaran dari kerjasama ASEAN yang kemudian difokuskan pada upaya Thailand dalam meningkatkan volume

Persamaan ASEAN dan China untuk membuka

pasar bebas di kawasan Asia tenggara bersama China serta hambatan tarif dan non-tarif akan

(32)

17 perdagangannya di kanca kerjasama ACFTA serta beberapa faktor dan dampak

positif yang dirasakan mempengaruhi volume perdagangan Thailand sebelum dan sesudah ditandatanganinya perjanjian ACFTA.

1.5Kajian Konsep dan Teori

1.5.1 Kajian Penelitian Terdahulu

ASEAN-CHINA FREE TRADE AREA DAN SEKTOR PERTANIAN THAILAND

2.1 ASEAN-China Free Trade Area

2.1.1 Gambaran Umum ASEAN-China Free Trade Area 2.1.2 Latar Belakang Pembentukan ACFTA

2.1.3 Mekanisme ACFTA

2.1.4 Manfaat ACFTA Bagi Negara Anggotanya. 2.2 Perkembangan Sektor Pertanian Thailand 2.2.1 Gambaran Umum Pertanian Thailand 2.2.2 Industri Pertanian Thailand

2.2.3 Industri Pertanian Yang Menjadi Unggulan Thailand

PENGARUH ACFTA TERHADAP VOLUME

(33)

18 BAB IV

Daftar Pustaka

3.2 negara-negara tujuan ekspor Thailand

3.3 pengaruh ASEAN-China Free Trade Area terhadap volume perdagangan Thailand di bidang pertanian. 3.3.1 volume perdagangan Thailand di bidang pertanian

sebelum ACFTA

3.3.2 volume perdagangan Thailand di bidang pertanian setelah ACFTA

3.3 pendapatan nasional Thailand di bidang pertanian PENUTUP

Gambar

Gambar 1 Bagan Alur Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

The characteristic of flash flood by initially defining it as a rapid flooding of low-lying areas, rivers and streams that are caused by the intense rainfall also occur when

Reaktivitas : Tidak ada data tes khusus yang berhubungan dengan reaktivitas tersedia untuk produk ini atau bahan bakunya.... Stabilitas

Penelitian lebih lanjut mengenai buah yang terolah minimal dengan perlakuan pelapisan chitosan perlu dilakukan tidak hanya pada buah salak pondoh tetapi juga

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa penolakan dan penilaian negatif dari lingkungan sosial membuat remaja indigo memandang dirinya secara negatif atau dengan kata

Symbolic Precognitive Dream ditandai dengan informasi prekognitif yang abstrak yang pada umumnya tidak disadari hingga kejadian yang sebenarnya terjadi.Hal ini sulit

Sejauh ini penulis menemukan bahwa komunikasi yang terjadi dalam suatu lingkungan dapat terjadi seperti yang diharapkan apabila seseorang di dalam lingkungan tersebut

Bank Central Asia, Tbk., Jember melalui kepuasan karyawan ?; (3) Apakah terdapat pengaruh langsung yang signifikan dari komunikasi informal dalam organisasi