SKRIPSI
TWO-LEVEL GAMES JERMAN DALAM MERESPON RENCANA
BAILOUT UNI EROPA KE YUNANI
Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Politik (S.IP) Strata-1
Jurusan Ilmu Hubungan Internasional
Oleh:
Sulistyo Khoirul Mala 08260088
JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
LEMBAR PERSETUJUAN
1. NAMA : Sulistyo Khoirul Mala
2. NIM : 08260088
3. JURUSAN : Hubungan Internasional
4. FAKULTAS : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
5. JUDUL SKRIPSI :Two-Level Games JermanDalam
Merespon Rencana Bailout Uni Eropa ke Yunani
Disetujui oleh,
Dosen Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Dyah Estu K., M.Si. Widya Yutanti, M.A.
Mengetahui,
Dekan, Ketua Jurusan,
FISIP UMM Hubungan Internasional
LEMBAR PENGESAHAN
Nama : Sulistyo Koirul Mala
NIM : 08260088
Jurusan : Hubungan Internasional
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Judul Skripsi : Two-Level GamesJerman Dalam Merespon Rencana Bailout Uni Eropa ke Yunani
Telah dipertahankan di Hadapan Dewan Penguji Ujian Skripsi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jurusan Hubungan Internasional
Dan dinyatakan LULUS Pada Hari: Selasa Tanggal: 22Januari 2013
Tempat: Laboratorium Hubungan Internasional UMM
Mengesahkan,
Dekan FISIP UMM
Dr. Wahyudi, M.Si
Dewan Penguji :
1. Dyah Estu K, M.Si. ( )
2. Widya Yutanti, M.A. ( )
3. Gonda Yumitro, M.A. ( )
PERNYATAAN ORISINALITAS
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Sulistyo Khoirul Mala
NIM : 08260088
Jurusan : Hubungan Internasional
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Menyatakan bahwa karya tulis ilmiah (skripsi) dengan judul:
TWO-LEVEL GAMESJERMAN DALAM MERESPON RENCANA BAILOUT UNI EROPA KE YUNANI
adalah bukan karya tulis ilmiah (skripsi) orang lain, baik sebagian ataupun
seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya
dengan benar.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan
apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
Malang, 27 Februari 2013 Yang menyatakan,
BERITA ACARA
1. Nama : Sulistyo Khoirul Mala
2. NIM : 08260088
3. Jurusan : Hubungan Internasional
4. Judul skripsi :Two-Level Games Jerman Dalam Merespon
Rencana Bailout Uni Eropa ke Yunani
5. Pembimbing : Dyah Estu K., M.Si.
Widya Yutanti. M.A. 6. Kronologi bimbingan :
Tanggal Paraf
11 Juni 2012 11 Juni 2012 ACC BAB I
30 Agustus
5 Januari 2013 5 januari 2013 ACC Ujian
MOTTO
Hasil terbaik akan tercapai jika ada usaha yang terbaik.
Ketika kita menginginkan sesuatu, fokus lah untuk mencapai hal itu dan
percaya kalau kita pasti dan harus bisa mewujudkannya.
The world is for those who want to fight. 5cm
Success isn t a result of spontaneous combustion. You must set yourself
on fire. Arnold H. Glasow
You are never too old to set another goal or to
dream a new dream. C.S. Lewis
A dream you dream alone is only a dream. A dream you
PERSEMBAHAN
Terima kasih buat Allah swt yang udah ngasih banyak banget
berkah buatku dan nabi Muhammad saw.
Makasih banget buat Ayah, Ibu, Bapak, Mama. Ibuku yang
tiap nelpon selalu nanya kapan skripsinya selesai, kapan
wisuda, dan pertanyaan-pertanyaan lainnya. Ayahku selaku
donatur finansial terbesar yang selalu sabar nungguin
anaknya ngelarin skripsi sama wisuda. Bapak, Mama yang
selalu ngasih supportnya. Doa kalian semua akhirnya
terkabul. Makasiiiiiiiiiih banget buat semua doa, support, sama
marah-marahnya juga.. :*
Adeku tersayang Aulia, yang masih balita tapi udah sok bijak
nasehatin kakaknya buat ga males ngerjain skripsi biar cepet
lulus.
Buat semua keluargaku yang setiap aku pulang ditanyain
kapan lulus. Om, Tante, Sepupu, semuanya, aku udah lulus lo
sekarang.. :D
Makasih buat dosen-dosen HI yang super banget semuanya.
Dari orangnya sampe ilmunya semuanya super deh. Bangga
Teman-temanku tercinta HI B Ninink Ningsih , Jesi, Jeje,
BlankQ, Aldo, Fuad, Campred, Wa ban, Angga, Sokib, Ika,
April, Fery si Beb bersama, dll. Bakalan kangen banget sama
kalian semua ni. Kangen jaman-jaman kita kuliia lagi, maen
bareng lagi. Jaman-jaman lagi stress bikin skripsi semua.
Temen-temen seperjuangan HI 08 edisi cuci gudang kita
(Ninink, Jesi, Jeje, BlankQ, Fery, Efri, Dio somat , Wisnu,
Fador, Gesta, dll.) Heyyyyyy, kita uda lulus lo, uda jadi
sarjana sekarang, job seeker pula. :D
Buat temen-temen SMA ku Ty Try, Dian, Monik, Irma, Adi
Sapi yang selalu nyemangatin, lebih tepatnya
ngompor-ngomporin buat cepet-cepet nyelesein skripsi. Aku sekarang
uda ga skripsian lo :p
Buat anak-anak kostku, Sary, Eva, Rani, Dira yang tiap hari
jadi peneror kelulusanku. Makasih banyak lo ya buat kalian.
Buat semua pihak yang berjasa dan berperan penting dalam
ABSTRAKSI
Sulistyo Khoirul Mala, 2013, 08260088, Universitas Muhammadiyah Malang, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Hubungan Internasional, TWO-LEVEL GAMES JERMAN DALAM MERESPON RENCANA BAILOUT UNI EROPA KE YUNANI, Dosen Pembimbing I: Dyah Estu K., M.Si ; Dosen Pembimbing II: Widya Yutanti, M.A.
Jerman merupakan salah satu negara penggagas berdirinya Uni Eropa (UE) yang pada awalnya berbasis pada kerjasama ekonomi politik. Saat ini UE sedang mengalami krisis yang berwal dari krisis Yunani. Krisis Yunani ini dianggap mengancam integrasi UE karena telah meluas ke negara-negara UE lainnya. Untuk mengatasi krisis itu, pemimpin UE berniat untuk melakukan bailout pada Yunani. Pada awalnya, Jerman tidak menyetujui rencana bailout UE ke Yunani itu karena penolakan dari dalam negerinya. Namun akhirnya Jerman menyetujui rencana itu.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, dengan menggunakan two-level game theory yang menjelaskan bahwa dalam proses pengambilan keputusan ada dua level negosiasi yang terjadi, yaitu negosiasi level I (internasional) dan level II(domestik). Dalam two-level game theory juga menjelaskan tentang win-set yang memegang peranan besar dalam proses ratifikasi suatu perjanjian. Besar kecilnya win-set ini nantinya akan menetukan diratifkasi atau tidaknya suatu perjanjian yang telah dibuat pada level I. Peneliti juga menggunakan konsep bailout untuk menjelaskan bantuan yang diberikan UE untuk mengatasi krisis di Yunani.
Hasil penelitian ini, yaitu dalam proses pengambilan keputusan mengenai masalah bailout tidak langsung keluar begitu saja. Ada negosiasi yang terjadi antara pemerintah dengan level I (internasional) dan level II (domestik)hingga akhirnya Jerman menyetujui rencana bailout UE ke Yunani. Pemberian bailout tersebut bertujuan untuk mengatasi krisis Yunani dan menyelamatkan UE dari dampak krisis yang lebih buruk lagi.
Kata kunci:krisis Yunani, rencana bailout, respon Jerman,two-level games theory
Malang, 27 Januari 2013 Peneliti
Sulistyo Khoirul Mala
Pembimbing I Pembimbing II
ABSTRACT
Sulistyo Khoirul Mala, 2013, 08260088,University of Muhammadiyah Malang, Faculty of Social and Political Science, Department of International Relations,TWO-LEVEL GAMES GERMANY IN RESPONSE TO EUROPEAN UNION S BAILOUT PLAN TO GREECE,Advisor I: Dyah Estu K., M.Si ; Advisor II: Widya Yutanti, M.A.
Germany is one of founding state of European Union(EU), which was originally based on political economy cooperation. EU is currently facing a crisis that begins from Greece . The crisis considered as a threat to the EU integration because of its impact to other EU countries. To overcome the crisis, EU leader planned to give bailout to Greece. At first, Germany disapprove with the EU bailout plan to Greece due to domestic rejection. Nonetheless, German finally approve the bailout plan.
The reseach use a descriptive methode, using two-level game theory which is explained that in the decision making process there are two levels of negotiation that occured, namely negotiation level I( International) and Level II (domestic). Two level game theory is also explains about win-set which have a major role in the process of ratification in a treaty.The measure of the win-set will determine the treaty that has been made at the Level I either it will not be ratified. Reseacher use bailout concept as well to describe EU assistance to overcome crisis in Greece.
This result is in the process of the decision-making regarding the baliout issue, it was not out easily. There was a negotiation between government and level I (International) also level II (domestic) until Germany approved the EU bailout plan to Greece. There are two aims of the bailout, to overcome the Greece crisis and to save EU from the greater crisis
Keywords: Greece crisis, bailout plan, Germany response, two-level games theory Malang, 27 January 2013 Researcher,
Sulistyo Khoirul Mala
Approved by,
Advisor I Advisor II
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang sangat menolong saya dalam menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam saya haturkan kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan petunjuk bagi umatnya. Ucapan terima kasih saya juga tidak lupa kepada pihak-pihak yang telah member kontribusi yang besar dalam proses pembuatan skripsi ini, sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan serta menyelesaikan studi pada jenjang pendidikan Strata-1. Ucapan terima kasih ini saya tunjukan kepada:
1. Ibu Dyah Estu K., M.Si selaku pembimbing I dalam penulisan skripsi saya.
2. Ibu Widya Yutanti, M.A. selaku pembimbing II dalam penulisan skripsi saya.
3. Bapak Victory Pradhitama, M. Si yang telah banyak memberikan saran dan
ide dalam penulisan skripsi saya.
4. Bapak Gonda Yumitro, M.A. dan Ibu Ayusia Sabitha Kusuma, M.Soc.Sc
selaku penguji skripsi saya.
Malang, 27 Februari 2013
Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman Persetujuan... ii
Halaman Pengesahan... iii
Surat Pernyataan Orisinalitas... iv
Berita Acara Bimbingan Skripsi ...v
Motto ...vi
Persembahan ...vii
Abstraksi...ix
Kata Pengantar...xi
Daftar Isi ...xii
Daftar Skema, Tabel, dan Grafik ... xv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Manfaat Penelitian...6
1.4.1 Manfaat Teoritis... 7
1.4.2 Manfaat Praktis ... 7
1.5 Penelitian Terdahulu ... 7
1.6 Landasan Teori/Konsep... 12
1.6.1Two-level Game Theory... 12
1.6.2 Bailout ... 16
1.7 Metodologi Penelitian ... 18
1.7.2 Teknik Analisa Data ... 18
1.7.3 Variabel Penelitian ... 19
1.7.4 Batasan Waktu dan Materi ... 19
1.8 Argumen Dasar... 20
1.9 Sistematika Penulisan ... 20
BAB II KRISIS YUNANI DAN RESPON JERMAN TERHADAP RENCANA AWAL BAILOUT UE KE YUNANI 2.1 Latar Belakang Krisis Yunani... 22
2.2 Dampak Krisis Yunani ... 29
2.2.1 Dampak Krisis Yunani Bagi Uni Eropa dan Dunia ... 29
2.2.2 Dampak Krisis Yunani Bagi Negaranya... 33
2.2.3 Dampak Krisis Yunani Bagi Jerman ... 34
2.3 Respon Terhadap Krisis Yunani ... 35
2.3.1 Respon Uni Eropa... 36
2.3.2 Respon Awal Jerman ... 42
2.3.2.1 Perdebatan Parlemen Jerman Tentang Rencana Bailoout Uni Eropa ke Yunani ... 43
2.3.2.2 Penolakan Dari Rakyat Jerman ... 45
2.3.2.3 Referendum Yang Dilakukan Oleh Perdana Menteri Yunani (George Papendrou) ... 47
BAB III TWO LEVEL GAMES JERMAN DALAM MERESPON RENCANA BAILOUT UNI EROPA KE YUNANI 3.1 Persetujuan Jerman Terhadap Rencana Bailout Uni Eropa ke Yunani ... 49
3.1.1 Delegasi Uni Eropa Ke Jerman ... 50
3.1.3Deutch BundesbankKreditur Terbesar Yunani ... 52
3.2 Two Level Games Jerman Dalam Merespon Rencana Bailout Uni Eropa Ke Yunani ...53
3.2.1 negosiasi Level I (Internasional)... 57
3.2.2 negosiasi Level II (Domestik)... 58
BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan ... 63
4.2 Keterbatasan Penelitian ... 63
4.3 Saran... 63
DAFTAR SKEMA, TABEL DAN GRAFIK
Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu ... 10
Tabel 2.1 Defisit Anggaran Pemerintah Beberapa Anggota Eropa Tahun 2004-2010 (Persen PDB) ... 23
Tabel 2.2 Pertumbuhan Ekonomi Beberapa Negara Eropa 2008-2010... 25
Tabel 2.3 Hutang Pemerintah Beberapa Negara Eropa Tahun 2004-2010 (Persen PDB) ... 28
Grafik 2.1 Grafik Pertumbuhan Tahunan GDP Beberapa Negara Eropa ... 27
Skema Pengambilan Keputusan di Uni Eropa ... 41
64
✁✂✄ ✁☎✆✝✞✄✁✟ ✁
✠✡ku dan Jurnal
_______. 2010.Fakta Mengenai Jerman.Jakarta: Katalis.
Arndt, H.W. & Hal Hill. 2011. Southeast Asias Economic Crisis: Origins, Lessons, and the Way Forward.Singapore: ISEAS
Asrudin dan Mirza Jaka Suryana. 2009. Refleksi Teori Hubungan Internasional dari Tradisional ke Kontemporer. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Dadush, Uri. 2010. Paradigm Lost: The Euro in Crisis. Washington D.C.: Carnegie Endowment for International Peace.
Harris-Quinney, Ben, MSc & Christophe Scholer. The Eurozone and Germany: Crisis and opportunity.
Mas oed, Mochtar. 1994. Ilmu Hubungan Internasional Disiplin dan Metodologi.
Jakarta: PT Pustaka LP3ES.
Nuril Qisma, Alfina. 2010. Penolakan Inggris Terhadap Penggunaan Euro Sebagai Mata Uang Nasional Pengganti Poundsterling.
Nurlaela Wati, Lela. Krisis Yunani Serta Dampaknya Terhadap Ekonomi Indonesia.Jurnal-Krisis Yunani.
65
Anonim a. 2011.Merkel: Eropa Butuh Bertahun-tahun Untuk Atasi Krisis Utang.
http://www.antaranews.com/berita/288951/merkel-eropa-butuh-bertahun-tahun-untuk-atasi-krisis-utang
Anonym b. 2011. Presiden Bank Sentral Jerman: Euro Dulu Simbol Integrasi Kini
Simbol Krisis.
http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/11/12/15/lw841m-
presiden-bank-sentral-jerman-euro-dulu-simbol-integrasikini-simbol-krisis,
http://id.shvoong.com/law-and-politics/international-relations/2296215-essence-diplomacy-entanglement-domestic-inter/
Anonym c. 2010. Krisis Yunani: Sekali Lagi Mengenai Krisis Utang.
http://www.tribunnews.com/2010/05/24/krisis-yunani-sekali-lagi-mengenai-krisis-utang/
Anonym d. Inilah Kronologi Krisis Yunani. http://antaranews.com/market-outlook/inilah-kronologi-krisis-yunani.htm
Anonym e. 2010. Krisis Yunani Dorong Euro ke Terendah 11 Bulan.
http://riset.pacific2000.co.id/research/berita-global/krisis-yunani-dorong-euro-ke-terendah-11-bulan.php
66
Anonym g. 2011. Krisis Yunani Cemaskan Eropa Lebih Seram Mirip Lehman Brother. http://vivanews.com/read/20110629/33171/krisis-yunani-cemaskan-eropa-lebih-seram-mirip-lehman-brothers
http://www.vivanews.com/column/forex/2010/04/09/dampak-krisis-utang-publik-yunani-terhadap-euro-dan-poundsterling
anonym h. 2010. Germany Role Europe and European Crisis.
http://www.stratfor.com/weekly/germanys-role-europe-and-european-debt-crisis
Anonym i. http://www.indonesianmission-eu.org/website/page943418664200310095958555.asp
Anonym j. http://indonesianvoices.com/index.krisis-ekonomi-yunani-memicu-kerusuhan
Anonym k. 2010.http://news.bbc.co.uk/2/hi/8658973.stm
Anonym l. 2010. Atasi Krisis Yunani, Uni Eropa dan IMF Gelontorkan 750 Milyar Euro. http://www.republika.co.id/berita/breaking-
news/internasional/10/05/11/115038-atasi-krisis-yunani-uni-eropa-dan-imf-gelontorkan-750-miliar-euro
Anonym m. 2010. http://www.financeindonesia.org/showthread.php?1102-Danareksa-Research-Tetap-Waspadai-Krisis-Yunani
67
Anonym o. 2010. Trichet Bertolak Ke Berlin Bujuk Jerman.
http://www.tribunnews.com/read/trichet-bertolak-ke-berlin-bujuk-jerman.html
Anonym p. 2010. Efek Domino Krisis Utang Yunani.
http://www.antaranews.com/berita/1266574966/efek-domino-krisis-utang-yunani
http://www.jurnalonline.com/jurnal-krisisyunani.pdf,
Anonym q. 2012.
http://finance.detik.com/read/2012/11/28/094848/2103456/1015/aaa-sekuritas-investor-menunggu-kabar-yunani
Anonym r. 2010.http://ec.europa.eu/codecision/stepbystep/diagram_en.htm,
Bastanul Siregar. 2012. http://www.bisnis.com/articles/analisis-ekonomi-5-detail-dalam-krisis-utang-yunani-seri-1
Bosold Oppermann, Governments as Gatekeepers: Mediating Domestic and International Discourses in Two-level Games, diakses dari http://www.ceeisaconf.ut.ee/orb.aw/class=file/action=preview/id=164440/
Bosold_Oppermann.pdf
Diena Lestari. 2012. Krisis Eropa Jerman Tekan Yunani Pangkas Batas Utang.
68
Fajar. 2010. Krisis, Yunani Menolak Bailout. http://metronews.fajar.co.id/read/83180/33/index.php
Nizar Hilmy. 2010. Trichet Bertolak ke Berlin Bujuk Jerman.
http://wwwtribunnews.com./read/trichet-bertolak-ke-berlin-bujuk-jerman.html
Renne R. A. Kawilarang. 2010. Utang Darurat USR$145 Milyar Bagi Yunani.
http://dunia.news.viva.co.id/news/read/148253-utang_darurat_us_145_miliar_bagi_yunani
Rizal Ramli. 2010. Krisis Utang Yunani. http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2010/05/31/02453033/Krisis.Utan
g.Yunani
Robert D. Putnam, Diplomacy and Domestic Politics: The Logic of Two-Level
Games, diakses dari
http://www.ceeisaconf.ut.ee/orb.aw/class=file/action=preview/id=164440/
putnam.pdf
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Uni Eropa adalah sebuah organisasi di Eropa yang dibentuk pada tahun
1992 dan mulai diberlakukan pada 1 November 1993.1Proses integrasi Uni Eropa
dimulai dengan terbentuknya kerjasama batubara dan baja (☛☞✌ ✍ ✎✏✑ ✒ ✓✍✑ ✔ ✑ ✒✕
✖✗✏✏✔ ✓✍✘✘☞ ✒✙✗✚/ECSC), kemudian ditambah lagi dengan EEC (European
Economic Community), dan Euratom (European Atomic Energy Community.
Ketiga organisasi tersebut pada akhirnya bergabung menjadi satu wadah tunggal
dan dikenal dengan EC (European Community) dan pada akhirnya berubah
menjadi European Union atau Uni Eropa (EU/UE).2 Terbentuknya UE ini
menandakan bahwa organisasi itu telah berubah, yang pada awalnya berupa
kesatuan ekonomi kini sudah berkembang menjadi kesatuan politik. UE saat ini
terdiri dari 27 negara anggota dimana setiap negara yang ingin menjadi negara
anggotanya harus memiliki kekuatan ekonomi dan GDP negara sesuai yang telah
ditentukan oleh Komisi Uni Eropa.
Uni Eropa sendiri mempunyai beberapa lembaga penting dalam
organisasinya, antara lain: Komisi Eropa, Parlemen Eropa, dan Dewan Eropa.
Komisi eropa ini terdiri 27 negara (atau disebut juga 26+1) anggota yang salah
1
Sejarah pembentukan Uni Eropa http://www.indonesianmission-eu.org/website/page943418664200310095958555.asp, diakses pada 13 Maret 2011
2
2
satunya adalah presiden komisi Eropa. Para komisioner Eropa ini dipilih dalam
jangka waktu 5 tahun sekali.3 Tiap-tiap anggota komisioner Eropa (26 orang
sisanya) membawahi masing-masing bidang seperti bidang hak asasi manusia,
lingkungan, ekonomi, politik, perdagangan, dan bidang-bidang lainnya. Tiap
bidang yang dikepalai oleh seorang komisioner tersebut mempunyai
anggota-anggota kabinet yang biasanya berasal dari teman satu negara mereka, namun
harus setidaknya 1 orang dari anggota kabinet tersebut yang berasal dari negara
anggota lainnya. Meskipun demikian, tapi komisi Eropa ini bersifat ✛ ✜ ✢✣✤ ✥✣✦✦
dalam pengambilan kebijakan.
Parlemen Eropa yang terdiri dari 732 orang anggota merupakan tempat
perwakilan suara masyarakat UE karena di Parlemen Eropa inilah semua
perwakilan dari masing-masing negara anggota UE berhak untuk memberikan
suaranya dalam seleksi anggota baru UE. Parlemen Eropa juga mempunyai
kekuatan untuk menolak atau mengubah keputusan Dewan yang berkaitan dengan
pasar tunggal.4Sama seperti Komisi Eropa, para anggota Parlemen Eropa ini juga
mempunyai masa jabatan selama 5 tahun.
Dewan Eropa adalah forum pertemuan para Kepala Negara dan
Pemerintahan negara-negara anggota Uni Eropa dan Presiden Komisi Eropa.
Masa jabatan dari ketua Dewan Eropa ini hanyalah 6 bulan. Sama seperti
Parlemen Eropa, para anggota Dewan Eropa ini juga mempunyai hak dalam
memberikan suaranya sebelum UE membuat kebijakan. Dulunya pengambilan
3
Duncan Watts, 2008,theEuropean Union, Edinburgh: Edinburgh University Press, hal. 76.
4
3
suara yang dilakukan oleh Dewan Eropa ini bersifat kesepakatan, namun sekarang
semuanya ditentukan berdasarkan suara mayoritas (qualified majorities voting).
Suara-suara tersebut didistrbusikan sedemikian rupa sehingga jika ada negara
yang ingin menolak suatu kebijakan UE, maka paling tidak diperlukan kombinasi
antara 2 negara besar dan 1 lagi dukungan dari negara kecil untuk memblokir
proses pengambilan keputusan.5
Yunani yang pada saat ini sedang mengalami krisis finansial yang sangat
buruk juga merupakan salah satu anggota Uni Eropa. Krisis yang terjadi di Yunani
ini disebabkan karena kurang disiplinnya anggaran serta buruknya administrasi
perpajakan di negaranya, seperti korupsi, pemborosan, dan manipulasi pembukuan
negara mereka. Dengan adanya krisis yang dialami oleh Yunani tersebut seakan
mematahkan pandangan bahwa UE adalah negara-negara yang memiliki ekonomi
yang kuat. Selain itu, ada pendapat lain yang mengatakan bahwa krisis yang
dialami Yunani itu adalah awal dari kehancuran Uni Eropa. Banyak terjadi
perdebatan tentang pemberian bailout untuk membantu mengatasi krisis di negara
tersebut. Hal itu juga pada akhirnya menimbulkan polemik di negara-negara
kawasan Uni Eropa sendiri. Ada anggota yang setuju dengan pemberian bailout
tersebut dan ada pula yang menolaknya. Jerman, Inggris, dan Slovakia pada
awalnya merupakan salah satu negara yang menolak pemberian bailout6 UE ke
Yunani.
5
Ibid, hal. 88.
6
4
Krisis yang dialami oleh Yunani tersebut merupakan sebuah pukulan besar
untuk Uni Eropa. Ini disebabkan karena Yunani yang juga merupakan salah satu
zona Euro membuat nilai tukar mata uang tersebut terhadap mata uang lain
menjadi anjlok sangat drastis selama sejarah penggunaan Euro. Selain itu, dampak
lain yang ditimbulkan krisis Yunani yang sangat dirasakan oleh negara-negara
Eropa lainnya yaitu menjalarnya krisis tersebut ke negara-negara anggota EU
lainnya seperti Irlandia dan Portugal.
Penyelesaian krisis yang dianggap lambat hingga menyebabkan jatuhnya
nilai euro tersebut pada akhirnya menimbulkan skeptisme7sendiri dikalangan para
pemimpin Uni Eropa. Bahkan pada acara peringatan 10 tahun pengenalan uang
euro yang diadakan di Berlin, Presiden Bundesbank Jens Weidmann menyesalkan
mata uang tunggal (euro) yang dulunya digunakan sebagai symbol integrasi UE
kini telah berubah menjadi symbol krisis.8Krisis yang telah menyebar ke anggota
kawasan Uni Eropa lainnya yang telah mengancam integrasi UE dan mata uang
bersama mereka itu pada akhirnya diatasi dengan bailout ke negara-negara yang
terkena krisis. Meskipun bailout tersebut tidak bisa membantu pemulihan
perekonomian UE secara keseluruhan, tapi sedikit banyak bailout tersebut dapat
membantu untuk mencegah ✧★✩✩✪ ✫✬ ✭-nya perekonomian Uni Eropa sembari
negara-negara anggota UE lainnya membenahi dan menjaga perekonomian
mereka agar tidak terkena krisis.
pendeknya. Seringkali bailout dilakukan oleh pihak pemerintah atau konsorsium beberapa investor
7
Skeptisme adalah aliran (paham) yang memandang sesuatu yang terjadi denagn rasa keragu-raguan atau tidak pasti
8
5
Selain bailout yang diberikan untuk negara yang terkena krisis, 26
pemimpin Eropa dari 27 negara anggota UE menyetujui langkah Jerman dan
Perancis untuk lebih memperketat anggaran negara-negara UE sebagai salah satu
upaya penyelamatan zona euro.9Namun, meskipun demikian skeptisme mengenai
kembalinya lagi masa-masa emas Uni Eropa seperti sebelum krisis dulu masih
terus berlangsung. Skeptisme yang berkepanjangan mengenai Uni Eropa ini pada
akhirnya bisa menimbulkan dinamika di kawasan UE yang bisa berujung pada
perpecahan dan hancurnya Uni Eropa.10
Jerman yang merupakan salah satu pilar utama penggagas berdirinya Uni
Eropa pada awalnya menolak untuk memberikan bailout kepada Yunani. Negara
ini lebih memilih untuk memberikan kesempatan kepada Yunani untuk mengatasi
sendiri masalah mereka tersebut sebelum meminta bantuan kepada Uni Eropa.
Selain itu, alasan Jerman menolak memberikan bantuan kepada Yunani yaitu agar
negara-negara UE lainnya yang sedang mengahadapi krisis mempunyai motivasi
untuk memperbaiki perekonomian negara mereka sebelum meminta bantuan
kepada UE.
Penolakan Jerman pada awalnya terhadap rencana bailout UE ke Yunani
itu menimbulkan dampak yang cukup buruk. Dampak buruk itu tidak hanya
dirasakan oleh Yunani, tetapi juga Uni Eropa serta negara-negara zona euro
lainnya. karena dampak negative itulah kemudian pemimpin UE membicarakan
kembalai rencana tentang bailout untuk Yunani. Untuk itu, presiden ECB
9
http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/11/12/15/lw841m-presiden-bank-sentral-jerman-euro-dulu-simbol-integrasikini-simbol-krisis, diakses 25 Januari 2012
10
6
(✮✯ ✰✱ ✲✳✴ ✵ ✶✳ ✵✷ ✰✴ ✸ ✹✴ ✵✺✻ berperan sebagai perwakilan dari Uni Eropa datang ke
Jerman untuk membujuk Jerman (dalam hal ini parlemen dan rakyat Jerman) agar
mereka mau menyetujui rencana bailout yang akan diberikan pada Yunani untuk
mengatasi krisis keuangan yang terjadi di negara itu. Setelah kedatangan presiden
ECB itu, parlemen Jerman mengadakan voting lagi terkait masalah bailout. Pada
akhirnya parlemen Jerman menyetujui rencana bailout untuk Yunani itu dengan
memperoleh suara mayoritas.
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah Bagaimana ✷✼✱✽✸✳✾✳✸ ✿✴❀✳❁ Jerman berkaitan dengan
masalah bailout uni Eropa ke Yunani?
1.3.Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui✷✼✱✽✸✳✾✳✸✿✴❀✳❁Jerman
sebelum pada akhirnya mereka setuju atas rencana bailout Uni Eropa ke Yunani.
1.4.Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang bisa diperoleh adalah manfaat teoritis dan
7
1.4.1 Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis yang didapat dari penelitian ini, yaitu untuk mengetahui
pola interaksi yang terjadi antara negara dengan organisasi supra-state
seperti Uni Eropa dan bagaimana suatu negara besar bisa mempengaruhi
dalam pengambilan keputusan suatu organisasi supra-state.
1.4.2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis yang diperoleh dengan adanya penelitian ini yaitu, dapat
dijadikan sebagai suatu rujukan untuk mahasiswa-mahasiswa lainnya yang
juga ingin melakukan penelitian tentang bailout yang diberikan oleh suatu
organisasi supra-state kepada negara anggotanya.
1.5. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
penulisan ini yang berkaitan dengan masalah perilaku suatu negara dalam
organisasi internasional, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Alfina Nuril
Qisma.11 Dalam penelitiannya tersebut dia menjelaskan bahwa penolakan Inggris
terhadap penggunaan euro sebagai mata uang nasional pengganti mata uang
nasional terjadi karena dianggap bahwa penggantian mata uang tersebut akan
sangat merugikan bagi negara itu. Pada prosesnya, unit organisasi mempunyai
peranan yang penting dalam pembuatan keputusan di negara ini sebelum akhirnya
mereka mengeluarkan sebuah kebijakan.
11
8
Dalam skripsi tersebut, penulis menggunakan pendekatan kebijakan luar
negeri dan proses pengambilan keputusan (❂❃❄ ❅❆ ❅❇ ❈ ❉❊ ❋❅❈● ❍■ ❇❄❃ ❆ ❆❏. Penulis
menjelaskan bahwa dalam proses pembuatan kebijakan luar negeri ada actor-aktor
yang mempengaruhi. Di Inggris aktor yang mempengaruhi dalam proses
pembuatan kebijakan luar negeri dalam kasus penolakan Inggris terhadap
penggunaan euro sebagai pengganti mata uang nasional adalah organisasi.
Organisasi yang dimaksud disini lembaga-lembaga yang mempunyai kapabilitas
dalam bidang ekonomi dan militer. Kebijakan penolakan yang akhirnya mereka
keluarkan itu beralasan bahwa jika mereka menerima penggantian mata uang
tersebut maka hal itu akan merugikan negaranya. Dengan menggunakan
pendekatan tersebut dapat diketahui bahwa ternyata dalam proses pembuatan
kebijakan luar negeri pasti ada aktor-aktor yang berpengaruh didalamnya, seperti
organisasi hingga setelah melalui proses perundingan dan sebagainya terbentuklah
kebijakan luar negeri itu.
Penelitian lain terkait masalah perilaku suatu negara dalam organisasi
internasional adalah respon Singapura dalam menghadapi krisis di Asia pada
tahun 1997 dengan judul ❑▲❃ ▼❆ ❅❊❈ ◆❅❈❊❈❄ ❅❊❖ P■ ❅❆ ❅❆◗ ❘❅❈● ❊ ❍❇■ ❃ s Experience
and Response yang ditulis oleh Chia Siaow Yue.12Dalam tulisannya tersebut dia
menjelaskan bahwa pada saat terjadi krisis keuangan di Asia yang juga meliputi
negara-negara di ASEAN, Singapura adalah negara yang tidak terlelu terkena
dampak yang signifikan. Ini dikarenakan Singapura adalah negara yang
mempunyai ekonomi yang lebih terbuka dan dasar-dasar makroekonomi yang
12
9
kuat dibanding negara-negara ASEAN lainnya yang perekonomiannya cenderung
lebih tertutup. Meskipun Singapura pada waktu itu tidak terkena dampak yang
terlalu serius, namun sedikit banyak krisis tersebut menyebabkan terganggunya
pertumbuhan ekonomi Singapura.
Krisis keuangan yang terjadi di Asia pada tahun 1997 itu memberikan
dampak buruk bagi negera-negara yang terkena krisis karena krisis tersebut
menyebabkan jatuhnya harga aset-aset di kawasan Asean. Penurunan ekonomi
yang terjadi pada waktu itu dijadikan sebuah kesempatan oleh Singapura untuk
memperbaiki infrastruktur untuk persaingan jangka panjang, serta melakukan
investasi dalam bidang pendidikan. Respon yang diberikan oleh Singapura dalam
menghadapi krisis itu, yaitu negara ini tidak menolak globalisasi dan liberalisasi
yang masuk ke negara meraka, sehingga hal itu bisa membantu untuk memperkuat
system keuangan domestic negaranya agar dapat bersaing dalam perekonomian
internasional. Selain itu, Singapura juga membantu negara-negara Asean lain yang
terkena dampak krisis yang buruk dengan melalui pinjaman bilateral dan bantuan
kemanusiaan berupa makanan.
Dalam penelitian yang berjudul ❙❚❯ ❱❲ ❳ ❨❚❩ ❬❭ ❳ ❪❚❩ ❫❭ ❴❭ ❱ ❙❚ ❳❵❭❳❭
❛❚❬❜❚❩❝❭ ❳❞❭❝❡❲❢❣❤❳❝ ✐❩ ❲ ❱❭ ❥❚❦ ❢❳❭ ❳❝ berbeda dengan penelitian terdahulu di
atas. Disini penulis mencoba untuk membandingkan respon yang diberikan oleh
masing-masing negara tersebut dalam lingkup organisasi internasionalnya. Dalam
permasalahan krisis Yunani, Uni Eropa terkesan sedikit mengulur waktu dalam
memberikan bailout pada negara anggotanya yang mana hal tersebut dikarenakan
10
diberikan oleh Jerman itupun pada akhirnya menyebabkan semakin bertambah
parahnya krisis yang terjadi di kawasan Uni Eropa. Sedangkan dalam kasus
respon Singapura dalam menghadapi krisis financial Asia, negara ini sebagai
negara anggota ASEAN yang tidak terkena dampak yang terlalu parah dari krisis
terseut langsung memberikan bantuan berupa pinjaman uang dan bantuan
makanan untuk negara-negara anggota ASEAN lainnya yang terkena dampak
krisis cukup parah.
Dalam hal ini, walaupun Jerman dan Yunani sama-sama merupakan
anggota dari Uni Eropa, namun dalam hal ini dapat dilihat bahwa Jerman
mempunyai posisi yang sangat penting dalam keanggotaannya di Uni Eropa. Ini
terbukti dari tertundanya rencana pembailoutan dana UE ke Yunani karena
Jerman tidak menyetujui rencana tersebut.
12
Dalam Merespon
Rencana Bailout Uni
Eropa ke Yunani
(peneliti)
1.6. Landasan Teori/Konsep
1.6.1. Two Level Game Theory
Teori ini dikemukakan oleh Robert D. Putnam. Putnam menggambarkan
⑥⑦⑧ ⑨⑩❶❷❶⑩ ❸ ❹❺❶ ini sebagai negosiasi yang dilakukan pada dua level, yaitu level
internasional (level I) dan level domestik (level II). Pada tingkat nasional,
kelompok domestik mengejar kepentingan mereka melalui tekanan yang
dilakukan kepada pemerintah. Sedangkan pada tingkat internasional, pemerintah
berusaha untuk memenuhi tuntutan domestik dengan memaksimalkan
kemampuan mereka.13 Negoisasi ditingkat internasional dilakukan oleh
pemerintah bersama dengan diplomat atau penasehat internasional yang lain.
Ditingkat nasional, negosiasi terjadi antara pemerintah dengan partai dan
parlemen, serta perwakilan kelompok kepentingan.
Pemerintah yang dalam hal ini berperan sebagai ❸ ❹ ⑥❶❻❶❶❼❶❽ ❾ antara kedua
tingkat ini harus bisa menyeimbangkan antara tekanan domestik dan tekanan
internasional yang biasanya saling bertentangan sehingga dapat memenuhi
tuntutan dari kedua tingkat ini. Di tingkat internasional, kebijakan pemerintah
13
13
dibentuk oleh dinamika peristiwa politik internasional dan perkembangan serta
dengan strategi preferensi, kekuatan dan negosiasi pemerintah lainnya. Di dalam
negeri, ruang pemerintah dibatasi oleh preferensi dan sumber daya politik dari
para aktor di mana pemerintah bergantung untuk dukungan politik.14
Dalam ➃➄ ➅ ➆➇➈ ➇➆➉ ➊ ➋➇ ➃ ➌ ➇➅ ➍ ➎ semua tingkatan baik itu nasional maupun
internasional mempunyai peranan yang penting. Jika salah satu tingkatan tersebut
tidak berjalan dengan baik, maka keputusan yang pada akhirnya akan diambil
dapat merugikan salah satu pihak. Negosiasi yang terjadi di level I bersifat
sementara karena keputusan akhir berada di level II, tentunya setelah melalui
proses ratifikasi yang dilakukan sebelumnya.
Level II (negosiasi di tingkat domestik) diperlukan untuk mendukung
kesepakatan yang dilakukan di level I, karena pada level II inilah proses ratifikasi
berlangsung yang akan menentukan keputusan akhir dari sebuah negara.
Hubungan keterkaitan antara level I dengan level II ini ini disebut juga dengan
➄ ➏➐ ➑➒ ➇➃
15
. Aktor pada level II antara lain bisa mewakili parlemen dan perwakilan
kelompok kepentingan.16 Dalamtwo level game, win-setsangat diperlukan karena
besar kecilnya suatu win-set dapat menentukan dalam proses ratifikasi. Ada 3
faktor yang mempengaruhiwin-set,yaitu17:
a. Preferensi dan koalisi (level II): ukuran win-setsangat tergantung dari koalisi
dan pilihan-pilihan yang ada pada level II berupa tekanan dari yang
14
Bosold Oppermann, ➓mnets arnevos ➓atekeepers: Mediating Domestic and International
Discourses in Two-level Games, diakses dari
14
menentang kerjasama ataupun perjanjian internasional secara umum dan yang
mendukung semua tujuan dari kerjasama ataupun perjanjian internasional itu.
b. Institusi (level II): praktek politik suatu negara juga dapat mempengaruhi
besar kecilnya suatu ➔ →➣ ↔↕➙➛. Selain itu, prosedur dalam ratifikasi juga ikut
mempengaruhi ➔→➣ ↔↕➙➛. Dalam institusi ini, semakin besar otonomi dalam
pengambilan suatu keputusan di level II, maka akan semakin besar ➔→➣↔ ↕➙➛
nya. Namun, jika suatu terlalu kuat dalam hal otonominya terhadap tekanan
domestik dalam pengambilan keputusan, itu juga memperlemah posisi tawar
suatu negara dalam sistem internasional.
c. Strategi negosiator (level I): setiap negosiator mempunyai kepentingan dalam
memaksimalkan ➔→➣ ↔↕➙➛ pihak lain, tapi tetap menghormati ➔ →➣ ↔↕➙➛ nya
sendiri. Semakin besar ➔→➣ ↔↕➙➛ nya maka akan semakin mudah dalam
mencapai kesepakatan, tapi dilain pihak itu juga akan melemahkan posisi
tawarnya dalam berhadapan dengan negosiator lain. Hal itu akan
memunculkan dilemma sendiri pada negosiator. Namun, dengan mengabaikan
dilema yang dihadapi, seorang negosiator akan berkeinginan untuk
memperbesar➔ →➣ ↔↕➙➛nya akan dapat mencapai kesepakatan dengan pihak lain.
Sebagai negosiator, sebelum akhirnya mencapai keputusan hingga
akhirnya menghasilkan kebijakan harus mempertimbangkan dengan benar resiko
apa saja yang akan diterima ketika pemerintah memenuhi tuntutan kedua level
tersebut. Dalam hal ini negosiator akan menghadapi dua kondisi, yaitu: tingkatan I
yaitu tawar menawar antara negosiator-negosiator yang akan menuju pada
15
terjadi antara pemerintah Jerman dengan perwakilan dari Uni Eropa yang datang
untuk membujuk parlemen Jerman agar mereka menyetujui rencana bailout UE
untuk Yunani. Sedangkan yang berperan dalam level II disini adalah diskusi yang
terjadi di dalam parlemen Jerman yang setelah terjadi negoisasi pada level I,
pemerintah bersama dengan parlemen membicarakan hasil diskusi yang terpisah
didalam tiap kelompok konstituante tentang apakah mereka akan meratifikasi
persetujuan tersebut atau tidak. Ratifikasi sebuah persetujuan memerlukan
pemungutan suara pada tingkat II.18Karena itu, dalam➜➝ ➞➟➠➡➠➟➢ ➤➥ ➠➜ ➦ ➠➞➧ ➨level
I dan level II sangat diperlukan dan tidak bisa dipisah.
Melalui teori ini dijelaskan bahwa pada prosesnya sebelum Jerman pada
akhirnya menyetujui adanya bailout Uni Eropa ke Yunani tingkat nasional dan
internasionalnya mempunyai peranan yang sangat penting. Dalam rencana
pemberian bailout Uni Eropa ke Yunani ini awalnya terjadi pro dan kontra
tersendiri di Jerman. Pro dan kontra tentang pemberian bailout untuk Yunani ini
terjadi di parlemen Jerman. Untuk itu, Jean-Claude Trichet (presiden ECB)
berperan sebagai perwakilan dari Uni Eropa pergi ke Jerman untu melakukan
negosiasi tentang bailout Yunani. Trichet diminta oleh Menteri Keuangan Jerman
Wolfgang Schaeble untuk berbicara dengan parlemen Jerman agar mereka mau
mengubah keputusan mereka yang menentang adanya bailout Uni Eropa ke
Yunani.19 Penolakan dari parlemen Jerman sempat menghambat dikeluarkannya
bailout UE untuk Yunani. Untuk itu, maka diadakanlah negosiasi ulang antara
18
http://id.shvoong.com/law-and-politics/international-relations/2296215-essence-diplomacy-entanglement-domestic-inter/, diakses pada 7 Juli 2012
19
16
pemerintah Jerman dengan parlemen Jerman (sebelumnya negosiasi dilakukan
terlebih dahulu antara pemerintah Jerman dengan perwakilan dari Uni Eropa)
untuk membahas mengenai rencana bailout itu. Pada akhirnya, rencana bailout UE
ke Yunani itupun didapat berdasarkan hasil voting suara mayoritas yang mana
banyak parlemen Jerman yang pada akhirnya merubah suara mereka yang pada
awalnya menolak menjadi menyetujui rencana bailout UE ke Yunani itu.
1.6.2. Bailout
Bailout dapat didefinisikan sebagai situasi dimana bisnis, individu,
ataupun pemerintah menawarkan uang untuk sebuah bisnis yang gagal untuk
mencegah konsekuensi yang muncul dari kejatuhan bisnis.20 Dalam istilah
ekonomi dan keuangan, menyebut bailout sebagai:
Umumnya, bailout adalah respon terhadap adanya kesulitan pada aliran dana jangka pendek, dimana entitas yang mengalami kesulitan dana likuid namun memiliki asset yang cukup akan disuntikkan dana bantuan oleh pemerintah atau konsorium investor untuk tide it over sehingga masalah keuangan jangka pendek dapat diselesaikan.21
Ada pula yang mendifinisikan bailout sebagai penyediaan dari batuan
keuangan atau likuiditas ke perusahaan yang berada diambang kegagalan atau
kebangkrutan. Sebuah bailout mungkin saja dilakukan untuk kepentingan yang
menyediakan dana bantuan kepada suatu perusahaan untuk mendapatkan kontrol
dari perusahaan tersebut.22
20
http://www.investopedia.com/terms/b/bailout.asp, diakses 26 Januari 2013
21
http://www.untukku.com/berita-untukku/berita-ekonomi-dan-keuangan-untukku/defenisi-atau-arti-bailout-untukku.html, diakses 26 Januari 2013
22
17
Dari definisi-definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa bailout merupakan
suatu dana talangan yang biasanya diberikan oleh pemerintah kepada perusahaan
atau lembaga yang mengalami kebangkrutan ataupun hampir bangkrut untuk
menyelesaikan masalah hutang yang dialami oleh perusahaan tersebut. Bailout
disini dimaksudkan untuk menyelamatkan perusahaan atau lembaga atau negara
itu dari kebangkrutan.
Syarat-syarat yang harus dilakukan untuk sebuah negara, dapat berupa
pengetatan fiskal yang harus dilakukan suatu negara yang akan diberikan
bailout.23 Pengetatan fiskal itu bertujuan untuk mengurangi defisit berlebih yang
dialami oleh suatu negara yang menyebabkan negar itu mengalami krisis. Dengan
adanya pengetatan fiskal tersebut, maka dana bailout baru bsa dikeluarkan oleh
suatu lembaga yang memberikan bailout.
Bailout yang diberikan pada Yunani dalam hal ini bertujuan untuk
menyelamatkan negara itu dari resiko gagal bayar akibat hutang yang dideritanya.
Untuk mendapatkan dana bailout itu juga Yunani harus melakukan pengetatan
fiskal, yang mana kebijakan-kebijakan pemerintah Yunani yang berhubungan
dengan pengetatan fiskal itu dinilai sangat merugikan rakyat Yunani. Namun, hal
itu mau tidak mau harus dilakukan oleh pemerintah Yunani untuk mendapatkan
bailout dan untuk menyelamatkan negaranya dari resiko➩➫➭➯ ➲➳➵➸
23
18
1.7.Metodologi Penelitian
1.7.1. Teknik Pengumpulan Data
Keterbatasan kemampuan penulis untuk melakukan penelitian di lapangan
menjadikan data sekunder pilihan utama. Dikarenakan data yang digunakan
adalah data sekunder, maka teknik pengumpulan data dilakukan melalui studi
kepustakaan.24 Data ini diperoleh dengan mempelajari dan memahami
literatur-literatur berupa buku, jurnal, artikel, surat kabar, maupun internet yang
berhubungan dengan permasalahan yang diangkat oleh peneliti. Setelah
dikumpulkan, data diseleksi dan dikelompokkan ke dalam bab-bab pembahasan
yang disesuaikan dengan sistematika penulisan.
1.7.2. Teknik Analisa Data
Metode analisa data yang digunakan disini, yaitu deskriptif kualitatif.
Metode analisa ini diawali dengan pengumpulan data dari berbagai media dan
sumber, lalu menjelaskan hubungan antara variabel yang satu dengan variabel
yang lain untuk menjelaskan masalah yang diteliti. Penulis berusaha untuk
menjelaskan proses pengambilan keputusan di Jerman menggunakan ➺ ➻➼ ➽➾➚➾➽
➪➶ ➹➾ ➺➘➾➼➴ ➷ (proses pengambilan keputusan melalui ltawar menawar di tingkat
domestik dan internasional) sehingga akhirnya keluar kebijakan Jerman mengenai
rencana bailout Uni Eropa ke Yunani yang akan melibatkan seluruh anggota Uni
Eropa.
24
19
1.7.3. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel,
yaitu variabel dependen dan variabel independen. Variabel independen (unit
eksplanasi) adalah variabel yang berfungsi untuk menjelaskan perilaku dari
variabel dependen, sedangkan variabel dependen merupakan suatu unit analisa
yang perilakunya akan dideskripsikan, dijelaskan, dan diprediksikan25. Dalam
penelitian ini, yang termasuk dalam variabel independen adalah respon Jerman
terhadap rencana bailout UE ke Yunani dan yang merupakan variabel
dependennya yaitu proses pengambilan keputusan di Jerman terkait masalah
bailout.
1.7.4. Batasan Waktu dan Materi
Agar tidak terjadi perluasan penelitian disini, maka peneliti membuat
batasan penelitian. Pembatasan penelitian disini menggunakan batasan waktu
dengan rentang tahun April 2009 hingga penyetujuan Jerman atas pemberian
bailout Uni Eropa ke Yunani pada Mei 2010. Materi yang dibahas pada penelitian
ini memfokuskan pada respon Jerman terkait dengan rencana pemberian bailout
UE kepada Yunani dan bagaimana proses pengambilan keputusan di Jerman
sehubungan dengan adanya rencana bailout Uni Eropa ke Yunani.
25
20
1.8.Argumen Dasar
Persetujuan rencana bailout Uni Eropa ke Yunani yang pada akhirnya
diberikan oleh Jerman tidak keluar begitu saja. Sebelumnya parlemen dan rakyat
Jerman sempat menentang rencana bailout Uni Eropa itu. Namun, setelah ada
proses negosiasi yang terjadi di tingkat nasional dan internasional antara Jerman
dan UE pada akhirnya Jerman menyetujui adanya bailout untuk Yunani.
1.9. Sistematika Penulisan
Judul Pembahasan
Bab 1 Pendahuluan berisi tentang latar
belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, penelitian terdahulu,
landasan teori/konsep, metodologi
penelitian (teknik pengumpulan data,
teknik analisa data, variabel penelitian,
serta batasan waktu dan materi),
hipotesa, dan sistematika penulisan
Bab 2 Krisis Yunani dan Respon Awal
Jerman Terhadap Rencana Bailout
Uni Eropa ke Yunanimembahas
tentang latar belakang krisis Yunani,
21
Yunani, dan tentang respon Uni Eropa
dan respon awal Jerman mengenai
rencana bailout UE ke Yunani.
Bab 3 Two-level GamesJerman Dalam
Merespon Rencana Bailout Uni Eropa
ke Yunanimenjelaskan tentang proses
pengambilan keputusan di Jerman
terkait rencana bailout UE ke Yunani
sehingga Jerman setuju dengan rencana
itu.
Bab 4 Penutup
4.1. kesimpulan
4.2. keterbatasan penelitian