i
KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA KELUARGA POLIGAMI
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Psikologi ( S-1)
Oleh : Ritna Sandri NIM : 06810158
FAKULTAS PSIKOLOGI
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Judul Skripsi : Komunikasi Interpersonal Pada Keluarga Poligami
Nama Peneliti : Ritna Sandri
NIM : 06810158
Fakultas : Psikologi
Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang
Waktu Penelitian : 28 November- 28 Desember 2010
Disetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi Ini Telah Diuji Oleh Dewan Penguji
Pada Tanggal: 7 Mei 2011
Dewan Penguji
Ketua Penguji : Dra. Siti Suminarti F., M.Si ( )
Anggota Penguji : 1. M. Shohib, S.Psi, M.Si ( )
2. Zakarija Achmat, S.Psi, M.Si ( )
3. Linda Yani, S.Psi, M.Psi ( )
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang
iv
LEMBAR PERNYATAAN ORISINILITAS
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Ritna Sandri
Tempat, Tanggal lahir : Malang, 24 September 1986
NIM : 06810158
Fakultas : Psikologi
Menyatakan bahwa skripsi/ karya ilmiah yang berjudul :
Komunikasi Interpersonal Pada Keluarga Poligami
1. Adalah bukan merupakan karya tulis orang lain, baik sebagian maupun
keseluruhan kecuali dalam bentuk kutipan yang telah disebutkan sumbernya
2. Hasil tulis karya ilmiah/ skripsi dari penelitian yang saya lakukan merupakan
Hak Bebas Royalti Non Eksklusif, apabila digunakan sebagai sumber pustaka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan
apabila pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia mendapatkan sanksi
akademik.
Mengetahui, Malang, 29 April 2011
Ketua Program Studi Yang menyatakan,
v
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas
kasih sayang dan nikmat yang tak terhingga batasnya, sehingga skripsi yang
berjudul
“ Komunikasi interpersonal pada keluarga poligami” dapat terselesaikan.
Selama pengerjaan skripsi ini telah begitu banyak pihak yang turut
membantu penulis, oleh sebab itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang sudah terlibat dalam penyusunan skripsi ini, yaitu:
1. Bapak Tulus Winarsunu M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang, yang telah memberikan dukungan
kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu Dra. Siti Suminarti F., M.Si selaku pembimbing I yang selalu
sabar dalam memberikan koreksi, masukan, pemahaman serta pencerahan
bagi penulis selama bimbingan skripsi.
3. Bapak M. Shohib S.Psi, M.Si, selaku pembimbing II yang selalu bersedia
diajak berdikusi dan selalu memberikan semangat baru bagi penulis.
4. Bapak Muhammad Salis Yuniardi M.Psi, selaku Dosen Wali yang telah
begitu banyak membagikan pengalaman serta memberikan pengajaran
berharga bagi penulis
5. Untuk seluruh keluarga tercinta penulis, Ayah, Ibu, Adik Mela, Adik
Enjang, Emsa, Mbak Laras, Om Rahman, Om Iswari dan keluarga, Mas
Heri, Mas Nuri dan Istri, Mba Tri dan keluarga serta Mama Nadif yang
selalu memberikan dukungan bagi penulis untuk terus berusaha
menyelesaikan skripsi ini.
6. Untuk seluruh keluarga Bapak Syukur di Banyusangka Madura yang telah
membantu penulis selama proses penelitian berlangsung
7. Seluruh keluarga bapak BP, bapak RH, Ibu Karimah dan Ibu Misriah
yang telah bersedia berbagi cerita dan pengalaman dengan penulis
8. Teman-teman seperjuangan, dinda Dyah ayu, dinda Luluk, dinda Gerry,
vi
terimakasih atas doa dan dukungannya selama ini.
9. Teman-teman kos Adinda, Diktir calon novelis, Puput calon traveler, Mei
calon teknisi dan pengusaha, Devi dan Dina calon business woman, Aria
calon konsultan, Ulfa, Nurul dan Nitha calon pengusaha, Megha calon
guru bertaraf internasional, Lidya calon dosen, Ratih calon guru serta
winda calon pakar informatika, terimakasih atas ketulusan persahabatan
yang selama ini diberikan kepada penulis
10. Teman-teman kelas F angkatan 2006, terimakasih atas pengalaman yang
menakjubkan.
11. Teman-teman bimbingan, Shohibpan-Club (Nisa,Yoga, Dhika, Fauzi,
Hilman) Dessy, Mba Nani, Mba Wahyu, Mba Dewi, Mba Lia, Mba Zeni,
Mba Ratna, Mba Evelyn, Mas Ucok, Avin, Ikke trimakasih telah
mengubah suasana bimbingan menjadi lebih “ Berwarna”.
12. Serta pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang juga
telah membantu penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih begitu banyak kekurangan
dan kesalahan dalam penyusunan skripsi ini. Untuk itu, penulis sungguh
mengharapkan segala masukan, kritikan atau saran yang bisa digunakan demi
mendapatkan hasil yang lebih baik dimasa mendatang.
Akhirnya, penulis berharap skripsi yang telah dibuat ini dapat membawa
manfaat untuk semua pihak.
Malang, 2 Mei 2011
Penulis
vii INTISARI
Sandri, Ritna. (2011). Komunikasi Interpersonal Pada Keluarga Poligami. Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang. Pembimbing:
(1) Dra. Siti Suminarti F., M.Si. (2) M. Shohib, S.Psi, M.Si
Kata Kunci : Komunikasi interpersonal, poligami, keluarga
Perkawinan merupakan salah satu aktivitas individu. Aktivitas individu umumnya akan terkait pada suatu tujuan yang ingin di capai oleh individu yang bersangkutan, demikian pula dalam hal perkawinan. tujuan dari perkawinan adalah untuk membangun keluarga yang bahagia. Keluarga adalah sebuah institusi yang terbentuk karena ikatan perkawinan. Didalamnya hidup bersama pasangan suami-istri secara sah karena pernikahan, mereka hidup bersama dengan suatu tekad dan cita-cita untuk membentuk keluarga bahagia dan sejahtera lahir dan batin. Poligami memiliki dampak yang cukup signifikan bagi keluarga, terutama anak dan istri. Komunikasi adalah suatu kegiatan yang pasti terjadi dalam kehidupan keluarga, tanpa komunikasi, kerawanan hubungan antara anggota keluargapun sulit untuk dihindari, oleh karena itu komunikasi yang efektif perlu dibangun karena dengan komunikasi yang efektif akan menciptakan keluarga yang sejahtera. Berdasarkan hal tersebut diatas menarik peneliti untuk mengungkap lebih jauh lagi tentang komunikasi interpersonal pada keluarga poligami.
Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah deskriptif kualitatif. Metode pengambilan data yang digunakan adalah metode wawancara semi terstruktur. Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2 keluarga poligami (dalam hal ini suami yang memiliki dua istri), dengan demikian subyek dalam penelitian ini terdiri dari suami, istri pertama, istri kedua, dan anak dari istri pertama dan kedua. Tempat dan waktu penelitian dilakukan sesuai dengan tempat subyek tersebut tinggal. Analisa data yang digunakan meliputi reduksi data, penyajian data, verification. Pemeriksaan keabsahan data menggunakan teknik triangulasi sumber.
viii ABSTRACT
Sandri, Ritna (2011). Interpersonal Communication Polygamy on the Family. Thesis, Faculty of Psychology Muhammadiyah University of Malang. Advisor: (1) Dra. Siti Suminarti F., M.Si. (2) M. Shohib, S. Psi, M.Si
Keywords: Interpersonal communication, polygamy, family
Marriage is one of the activities of individuals. Individual activities will generally be related to a goal to be achieved by the individuals concerned, as well as in the case of marriage. Purpose of marriage is to build a happy family. Family is an institution formed by the bond of marriage. In it lived with the couple legally by marriage, they lived together with a determination and the aspiration to form a happy and prosperous families and unseen. Polygamy has a significant impact for families, especially children and wife. Communication is an activity that must occur in family life, without communication, vulnerability relationships between family members difficult to avoid, therefore effective communication needs to be built because with effective communication will create a prosperous family. Based on the above attract researchers to uncover more about interpersonal communication in polygamous families.
This type of research used by the researchers was a descriptive qualitative. Data collection methods used were semi-structured interview method. The subjects used in this study is 2 family polygamy (in this case the husband who has two wives), so subjects in this study consisted of the husband, the first wife, second wife, and children from the first and second wives. Place and time of the research carried out in accordance with where the subject lived. Analysis of the data used included data reduction, data presentation, verification. Checking the validity of the source data using triangulation techniques.
ix
LEMBAR PERNYATAANN ORISINILITAS ... iv
KATA PENGANTAR ... v
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Komunikasi Interpersonal ... 8
1. Pengertian ... 8
2. Model Komunikasi Interpersonal ... 11
3. Prinsip Komunikasi Interpersonal ... 14
4. Tujuan Komunikasi ... 15
5. Karakteristik Komunikasi Interpersonal yang efektif ... 17
6. Keberhasilan Komunikasi ... 28
x
8. Faktor-faktor yang mempengaruhi Komunikasi
Interpersonal ... 30
9. Faktor-faktor yang mempengaruhi Komunikasi dalam Keluarga ... 42
2. Hak-hak Istri Dalam Perkawinan Poligami ... 46
D. Perkawinan ... 47
1. Pengertian Perkawinan ... 47
2. Tujuan Perkawinan ... 47
3. Latar Belakang Perkawinan ... 48
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian ... 51
B. Batasan Istilah ... 51
C. Subyek Penelitian ... 52
D. Tempat dan Waktu Penelitian ... 52
E. Metode Pengumpulan Data ... 52
F. Prosedur Penelitian ... 53
G. Metode Analisa Data ... 54
H. Keabsahan Data ... 55
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subyek Penelitian ... 56
xi
2. Keluarga Bapak RH ... 58
B. Deskripsi Data Penelitian ... 60
1. Keluarga Bapak BP ... 60
2. Keluarga Bapak RH ... 79
C. Analisa Data Penelitian ... 98
1. Keluarga Bapak BP ... 98
2. Keluarga Bapak RH ... 119
D. Pembahasan ... 144
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 156
B. Saran ... 156
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Halaman
Tabel 1 Identitas Subyek Penelitian ... 56
Tabel 2 Analisa Data Komunikasi Interpersonal
Keluarga Bapak BP ... 98
Tabel 3 Analisa Data Komunikasi Interpersonal
Keluarga Bapak RH ... 119
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I : Informed Consent
xiv
DAFTAR PUSTAKA
Ch, Mufidah. (2008). Psikologi keluarga islam berwawasan gender. Malang: UIN
Malang Press
Dagun, S.M. (2002). Psikologi keluarga. Jakarta: Asdi mahasatya
Devito, J.A. ( 1997). Komunikasi antar manusia. Jakarta: Professional Book
Djamarah, S.B. (2004). Pola komunikasi orang tua & anak dalam keluarga.
Jakarta: Rineka cipta.
Endah, A. (2010). Mari bicara. Jakarta: Gramedia pustaka utama
Fakultas Psikologi UMM. (2010). Pedoman penyusunan skripsi. Malang: UMM
Press
Kuntaraf, J., & Kuntaraf, L.H.K. (2003). Komunikasi keluarga kunci
kebahagiaan anda. Jakarta: Indonesia publishing house
Lexy J, Moleong. (2004). Metode penelitian kualitatif. Bandung: Rosda
Rakhmat, J. (2008). Psikologi komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya
Setiati, E. (2007). Hitam putih poligami. Jakarta: Cisera publishing
xv
Sugiono. (2008). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta
Walgito, B. (2004). Bimbingan dan konseling perkawinan. Yogyakarta: Andi
Wood, Julia T. 2005. Interpersonal Communication Everyday Encounters. Third
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan-kebutuhan
seperti makhluk hidup yang lain, baik kebutuhan-kebutuhan untuk
melangsungkan eksistensinya sebagai makhluk, maupun kebutuhan-kebutuhan
yang lain. Kebutuhan manusia tidak terbilang banyaknya, Menurut Gerungan
(dalam Walgito, 2004:16)) adanya tiga macam kelompok kebutuhan manusia itu,
yaitu kebutuhan yang berhubungan dengan segi biologis, sosiologis dan
theologis. Hal ini didasarkan atas pendapat bahwa manusia itu adalah makhluk
biologis, sosial dan religi. Disamping itu Maslow (dalam Walgito, 2004:16-17)
mengemukakan bahwa adanya beberapa kebutuhan yang ada pada manusia yang
sifatnya hirarkhis. Sesuatu kebutuhan akan timbul bila kebutuhan yang lebih
rendah telah terpenuhi. Kebutuhan-kebutuhan yang ada pada manusia itu adalah
the physiological needs, the safety needs, the belongingness and love needs, the
esteem needs, dan the needs for self-actualization, pada dasarnya
kebutuhan-kebutuhan diatas menghendaki adanya pemenuhan, karena itu manusia berbuat
ataupun bertingkah laku akan dikaitkan untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya, dan dengan menikah sebagian besar kebutuhan-kebutuhan tersebut
dapat terpenuhi.
Perkawinan merupakan salah satu aktivitas individu. Aktivitas individu
umumnya akan terkait pada suatu tujuan yang ingin di capai oleh individu yang
bersangkutan, demikian pula dalam hal perkawinan. Karena perkawinan
merupakan suatu aktivitas dari suatu pasangan, maka sudah selayaknya
merekapun juga mempunyai tujuan tertentu. (Walgito, 2004:13).
Menurut Undang perkawinan, yang di kenal dengan
Undang-Undang No.1 Tahun 1974, yang dimaksud dengan perkawinan adalah ikatan lahir
batin antara seoarang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan
membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan
2
di atas dengan jelas disebutkan bahwa tujuan dari perkawinan adalah untuk
membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa, sedangkan dalam islam salah satu tujuan dari
perkawinan adalah untuk membangun keluarga bahagia, sakinah, mawadah wa
rahmah sebagaimana prinsip membangun keluarga dalam islam . Abdullah
menyebutkan mawaddah dipahami sebagai to love each other, Rahmah dipahami
sebagai relieve from suffering through symphaty to show human understanding
from one another, love and respect one another dan sakinah dipahami to be or
become trainquil, peaceful, God inspired peace of mind . (Mufidah , 2008:48-49)
Dengan demikian tujuan dari perkawinan adalah untuk membangun
keluarga yang bahagi. Keluarga adalah sebuah institusi yang terbentuk karena
ikatan perkawinan. Didalamnya hidup bersama pasangan suami-istri secara sah
karena pernikahan, mereka hidup bersama dengan suatu tekad dan cita-cita untuk
membentuk keluarga bahagia dan sejahtera lahir dan batin. Ketika sebuah
keluarga terbentuk, komunitas baru karena hubungan darah pun terbentuk pula,
didalamnya ada suami, istri dan anak sebagai penghuninya. Saling berhubungan,
saling berinteraksi diantara mereka melahirkan dinamika kelompok karena
berbagai kepentingan, yang terkadang bisa memicu konflik dalam keluarga.
(Djamarah, 2004:16-17).
Menjelang akhir tahun 2006 pemberitaan poligami menduduki raking
tertinggi di semua stasiun televisi swasta dan media cetak. Ustad kondang K.H.
Abdullah Gymnastiar atau yang akrab disapa Aa Gym telah memukul genderang
masalah poligami sebagai sebuah fenomena perkawinan masa kini. Tentu saja hal
itu membuat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan staf kementerian merasa
kewalahan, hingga akhirnya Presiden SBY mengeluarkan statement akan merevisi
kembali isi UU No.1 tahun 1975 dan PP No.10 tahun 1990 menjadi peraturan
perkawinan yang baru, yang didalamnya memuat sanksi bagi pelaku poligami dan
aparat Kantor Pengadilan Agama yang memberikan izin poligami bagi suami atau
laki-laki yang melanggar peraturan persyaratan poligami. Gerak cepat Presiden
SBY menanggapi keresahan warga dilandasi kekhawatirannya terhadap para
3
mengikuti jejak ustad Aa Gym sebagai pelaku poligami yang merupakan da’i
panutan masyarakat indonesia. Ketakutan akan “demam poligami” tidak hanya
membuat resah Presiden SBY tetapi juga masyarakat. Berbagai komentar pun
bermunculan, ada yang bersikap pro, ada pula yang kontra menanggapi
perkawinan poligami seperti yang dilakukan oleh Aa’Gym, yang dianggap
masyarakat sebagai tokoh panutan malah menyimpang dari arus perkawinan yang
diakui di negara kita yaitu perkawinan monogami. ( Setiati, 2007:13-14).
Rasyid Ridha mengatakan, sebagaimana yang di kutip oleh Masyfuk
Zuhdi, sebagai berikut : Islam memandang poligami lebih banyak membawa
resiko/ madharat daripada manfaatnya, karena manusia itu menurut fitrahnya
(human nature) mempunyai watak cemburu, iri hati, dan suka mengeluh. Watak –
watak tersebut akan mudah timbul dengan kadar tinggi jika hidup dalam
kehidupan keluarga yang poligamis (Ghozali, 2008: 130-131).
Sedangkan dalam konteks perkawinan yang berkesetaraan dan berkeadilan
gender yang mengacu pada empat indikator, yaitu suami istri sama-sama
memiliki akses dalam kehidupan rumah tangga, menerima wewenang dan
tanggung jawab yang sama termaksuk dalam pengambilan keputusan, serta
sama-sama mendapatkan manfaat dalam kehidupan rumah tangga, perkawinan poligami
sulit rasanya untuk mewujudkan indikator kesetaraan gender karena kondisi awal
dalam membangun rumah tangga posisi suami istri tidak sama sehingga
berpengaruh dalam ekses, pembagian peran dan tanggungjawab, khususnya
pengambilan keputusan serta penerima manfaat dalam aktifitas rumah tangga
tersebut. Ketidaksetaraan ini melahirkan diskriminasi gender yang pada umumnya
menimpa pada istri dan sebagian dari suami (Mufidah Ch, 2008:238).
Dari 42.769 angka perceraian yang tercatat Bimas Islam sepanjang tahun
2004, sebanyak 813 kali perceraian disebabkan oleh poligami. Jumlah perceraian
akibat poligami terus meningkat dua tahun berikutnya.
Tahun Angka Perceraian Akibat Poligami
4
2005 55.509 879
2006 Tidak ada data 983
Sumber: Bimasislam.net, 24 Agustus 2007
Pada 2006 terdapat hampir 1.000 kasus perceraian karena suami menikahi
wanita lain. Pernikahan poligami juga meningkat. Yayasan Lembaga Bantuan
Hukum Perempuan Indonesia untuk Keadilan menerima 87 laporan poligami pada
tahun 2008, meningkat dari 16 pada tahun 2007. Direktur Jenderal Bimas Islam
Departemen Agama Nasaruddin Umar: “Terjadi banyak peningkatan perceraian
yang signifikan karena wanita-wanita telah menolak poligami pada beberapa
tahun terakhir.” (Error! Hyperlink reference not valid.diakses 25 mei 2010 ) dan
dari total kasus 15.771 perceraian di Indonesia sepanjang 2007, poligami memicu
937 kasus perceraian. Angka ini merupakan angka terakhir yang berhasil
dihimpun oleh Pengadilan agama diseluruh Indonesia.
(http://www.detiknews.com/read/2010/02/22/102434/1304065/10/selingkuh-penyebab-10-ribu-kasus-perceraian-poligami-hanya-937-kasus) diakses 27 mei
2010)
Kementerian Agama RI menyebutkan, angka perceraian di Indonesia
menunjukkan tren peningkatan. Data terakhir mencatat terjadinya 250 ribu kasus
perceraian di Indonesia pada tahun 2009. Angka ini setara dengan 10% dari
jumlah pernikahan di tahun 2009 sebanyak 2,5 juta. Jumlah perceraian tersebut
naik 50 ribu kasus dibanding tahun 2008 yang mencapai 200 ribu perceraian.
(http://www.esqmagazine.com/nasional/2010/02/27/1587/angka-perceraian-2009-meningkat.html diakses 28 mei 2010), dengan demikian dalam lima tahun
terakhir kasus perceraian meningkat lebih dari 40 persen, di mana pada lima tahun
lalu angka perceraian masih di bawah 100 ribu, tetapi kini mencapai sekitar 200
ribu, dimana hampir 70 persen justru istri yang menceraikan suami (gugat cerai)
dan hanya 30 persen suami yang menceraikan, perceraian terjadi karena 13
kriteria, antara lain, ketidakcocokan, kekerasan dalam rumah tangga, poligami,
masalah ekonomi, nikah di bawah tangan, salah satu pasangan menjadi TKI atau
5
(http://www.berita8.com/news.php?tgl=2009-08-15&cat=2&id=14139 diakses
29 mei 2010).
Poligami memiliki dampak yang cukup signifikan bagi keluarga, terutama
anak dan istri. Kurangnya kasih sayang ayah kepada anaknya, berarti anak akan
menderita karena kebutuhan bathinnya yang tidak terpenuhi. Selain itu, kurangnya
perhatian dan kontrol dari ayah kepada anak-anaknya maka akan menyebabkan
anak tumbuh dan berkembang dengan bebas. Dalam kebebasan ini anak tidak
jarang mengalami kemrosotan moral, karena dalam pergaulannya dengan orang
lain yang terpengaruh kepada hal-hal yang kurang wajar.
Margaret Mead, seorang antropolog terkenal mengatakan bahwa cara-cara
pengasuhan yang hanya mengandalkan ibu sebagai satu-satunya tokoh, akan
menimbulkan banyak masalah pada anak. Karena hal tersebut akan menyebabkan
kesulitan bagi anak untuk berinteraksi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan
dan orang-orang di sekelilingnya.
Selain itu poligami juga memberikan dampak yang cukup signifikan
terhadap istri pertama, berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan LBH Apik
Jakarta tahun 2003-2005, poligami mengakibatkan dampak sebagai berikut:
NO JENIS DAMPAK JUMLAH
1 Tidak memberi nafkah 37
2 Tekanan psikis 21
3 Penganiayaan fisik 7
4 Diceraikan suami 6
5 Ditelantarkan suami 23
6 Pisah ranjang 11
7 Mendapat terror dari istri kedua 2
Jumlah 107
Dengan demikian berdasarkan tabel diatas dapat di ketahui bahwa poligami
memberikan dampak yang negatif terhadap istri pertama, akan tetapi organisasi
wanita Nasional Utah (NOWU) berpendapat bahwa poligami mampu memberikan
6
yang cukup baik bagi para wanita karir. Mereka dapat mengembangkan karir dan
dan sekaligus memiliki orang dirumah yang dapat mereka percaya untuk merawat
anak-anaknya, tentu hal ini akan menyelesaikan permasalahan yang biasanya
muncul dalam keluarga. Namun mungkin poligami dapat bermanfaat bagi
sebagian orang dan mungkin ini dapat menjadikan pengasuhan anak-anak menjadi
lebih mudah bagi mereka yang berusaha menyiasati karir dan tanggung jawab
sebagai ibu rumah tangga. ( Thalib, 2004: 66-67).
Dengan demikian jika mengacu pada tujuan perkawinan yaitu untuk
membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa, maka praktik poligami akan diragukan dapat
mencapai tujuan tersebut.
Komunikasi adalah suatu kegiatan yang pasti terjadi dalam kehidupan
keluarga, tanpa komunikasi, kerawanan hubungan antara anggota keluargapun
sulit untuk dihindari, oleh karena itu komunikasi yang harmonis perlu dibangun
karena dengan komunikasi yang harmonis akan menciptakan keluarga yang
sejahtera, sekaligus sebagai upaya untuk membentuk anak yang cerdas, hal ini
dikarenakan pola komunikasi yang baik akan menciptakan pola asuh yang baik.
Pola komunikasi keluarga merupakan bentuk komunikasi yang dilakukan
diantara anggota keluarga dalam menyampaikan pesan kepada anggota keluarga
yang lain, dalam kajian komunikasi keluarga, apabila kita mengacu pada hakekat
dasar komunikasi yaitu kegiatan yang melibatkan komponen komunikator, pesan,
saluran dan komunikan, maka komunikasi keluarga adalah komunikasi dengan
komponen-komponennya yang terjadi didalam keluarga, dengan demikian
komunikasi keluarga adalah komunikasi yang terjadi diantara orang tua dengan
anak-anaknya dan suami dengan istri, dalam berbagai hal sebagai sarana bertukar
pikiran, mensosialisasikan nilai-nilai kepribadian orang tua kepada anaknya, dan
penyampaian segala persoalan atau keluh kesah dari anak kepada kedua orang
tuanya. Jadi hakekat komunikasi keluarga dilaksanakan sebagai upaya untuk
menciptakan keluarga yang saling mengenal dan saling memahami sesama
anggota keluarga sehingga dari situ dapat tercipta suasana yang harmonis dalam
7
Berdasarkan beberapa fenomena dan permasalahan yang telah dipaparkan
tersebut diatas. Hal tersebut menarik peneliti untuk mengungkap lebih jauh lagi
tentang komunikasi interpersonal pada keluarga poligami.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka dalam penelitian ini
dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : “Bagaimana komunikasi
interpersonal pada keluarga poligami?”.
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui komunikasi
interpersonal pada keluarga poligami.
D. Manfaat Penelitian 1. Teoritis
1) Sebagai referensi bagi perkembangan ilmu psikologi perkembangan
terutama psikologi keluarga dan perkawinan.
2) Sebagai bahan rujukan bagi peneliti selanjutnya yang mempunyai
keterkaitan dengan masalah dalam penelitian ini
2. Praktis
1) Untuk memberikan masukan kepada keluarga poligami agar menjaga
efektivitas komunikasi interpersonal yang baik sehingga hubungan
keluarga akan harmonis .
2) Data-data yang diperoleh dalam penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh
institusi-institusi terkait dalam melihat realita komunikasi