• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Kawasan Perkotaan Kraksaan Sebagai Ibu Kota dan Pusat Pemerintahan Kabupaten Probolinggo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan Kawasan Perkotaan Kraksaan Sebagai Ibu Kota dan Pusat Pemerintahan Kabupaten Probolinggo"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN KRAKSAAN SEBAGAI

IBU KOTA DAN PUSAT PEMERINTAHAN KABUPATEN PROBOLINGGO

SKRIPSI

Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan Strata Satu (S1) Ilmu Pemerintahan

OLEH:

RAHMAT KASTUM HIDAYATULLAH

201210050311016

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)
(3)
(4)
(5)

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS

Nama : Rahmat Kastum Hidayatullah Tempat, tanggal lahir : Ketapang, 03 Agustus 1993

NIM : 201210050311016

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan : Ilmu Pemerintahan

Menyatakan bahwa Karya Ilmiah/ Skripsi saya yang berjudul:

Pengembangan Kawasan Perkotaan Kraksaan Sebagai Ibu Kota dan Pusat

Pemerintahan Kabupaten Probolinggo

Adalah bukan karya tulis orang lain, baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi akademik sebagaimana berlaku.

Malang, 14 Agustus 2016

Yang Menyatakan,

(6)

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang hanya dengan ridho dan rahmat-Nyalah peneliti dapat menyelesaikan penelitian dengan judul “Pengembangan Kawasan Perkotaan Kraksaan Sebagai Ibu Kota Dan Pusat Pemerintahan Kabupaten Probolinggo” dengan lancar. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi mahasiswa-mahasiswi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik berikutnya dalam meneliti fenomena-fenomena terkini, yang tentunya peneliti harapkan harus lebih baik dari penelitian ini. Dalam penyusunan penelitian ini tentunya tidak lepas dari segala kekurangan dan kelemahan yang tidak dengan sengaja atau kesadaran. Oleh karenanya dalam perbaikan dan penyempurnaan kedepan, alangkah baiknya saran dan kritik yang membangun dari pihak-pihak yang tertarik terhadap hal ini sangat berarti bagi peneliti. Dalam kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada para pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan kepada peneliti, sehingga penelitian ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

1. Kedua orang tua saya, Ayahanda Djamaludin dan Ibunda Zulaeha yang senantiasa memberikan yang terbaik, memberikan motivasi, dan mengorbankan segala yang beliau bisa untuk kepentingan anaknya, sehingga saya dapat menyelesaikan perkuliahan sekaligus penulisan skripsi ini.

2. Bapak Drs. Fauzan, M.Pd selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang

(7)

4. Bapak Dr. Asep Nurjaman, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

5. Ibu Dr. Tri Sulistyaningsih, M.Si dan Bapak Dr. Asep Nurjaman, M.Si, selaku pembimbing yang telah sabar dan ikhlas memberikan bimbingan serta masukan dalam proses penyelesaian skripsi ini.

6. Ibu Hevi Kurnia Hardini, MA.Gov, selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Malang yang telah banyak memberikan motivasi, dan pelajaran berharga yang dapat saya petik dari beliau untuk saya kedepannya. Terima kasih juga telah diberi kesempatan partime di jurusan, banyak pelajaran yang saya dapatkan selama satu semester.

7. Seluruh dosen-dosen Jurusan Ilmu Pemerintahan, terima kasih ilmunya, motivasinya dan segala yang tak dapat ternilai, Pak Drs. Jainuri, M.Si, Drs. Krishno Hadi, MA., Yana S. Hijri, M.IP., Imam Hidayat, MM., dan semua yang tak dapat saya sebutkan. 8. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Probolinggo yang telah

berkontribusi dalam penelitian ini

9. Saudara-saudaraku, kakak-kakak yang selalu memberikan motivasi dan pelajaran hidup

bagi adiknya, Sulaiman Basri, SH., Aipda Arif Hidayat, Halimatus Sa’diyah

(8)

alumni mari gapai cita-cita yang pernah kita perbincangkan pada hari-hari lalu, semoga kelak dapat bertemu kembali dengan keadaan yang jauh lebih baik.

11.Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintahan (HIMAP) periode 2013-2014, terima kasih pengalaman berorganisasinya khususnya bidang humas

12.Teman kos tirto gang 4 nomor 8, teman nongkrong dan gila-gilaan bareng, Farhan, Aji cepat wisuda loh ya

13.Teman-teman seperjuangan Ilmu Pemerintahan 2012, ndang nyusul wisuda rekk

14.Teman-teman partner partime Jurusan Ilmu Pemerintahan, Aji, Dewi, Diyah, terima kasih telah mengajarkan tim work kapan-kapan lagi yaa. Aji sama diyah cepat nyusul.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan seluruh pihak-pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan kepada peneliti, sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik, Amin. Akhirnya peneliti berharap agar penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi siapapun yang membacanya khususnya bagi mahasiswa Ilmu Pemerintahan dan kalangan yang tertarik dengan kajian pengembangan wilayah.

Malang, 12 Agustus 2016

(9)

DAFTAR ISI

1.5 Definisi Konsep Dan Operasional………...……….. 11

1.5.1 Definisi Konsep……… 11

1.5.2 Definisi Operasional………... 12

1.6 Metode Penelitian……….………... 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………... 21

2.1 Otonomi Daerah………. 32

2.2 Pengembangan Kawasan Perkotaan………...…... 36

2.2.1 Konsep Pengembangan Kawasan Perkotaan………... 39

2.2.2 Proses Penyusunan Konsep Pengembangan Wilayah……….. 41

2.2.3 Indikasi Program………... 42

2.2.4 Konsep Pengembangan Kota………... 43

2.3 Pusat Pemerintahan dan Ibu Kota Kabupaten………... 49

2.4 Kota ………... 53

2.4.1 Pengertian Kota………. 53

2.4.2 Fungsi Kota………... 54

(10)

BAB III DESKRIPSI WILAYAH………..………... 67

3.1 Pengantar……….. 67

3.1.1 Perkembangan Kota……….. 67

3.1.2 Pemindahan Ibu Kota………... 69

3.2 Aspek Geografi dan Demografi………... 71

3.2.1 Karakteristik Dan Lokasi Wilayah………... 71

3.2.2 Potensi Pengembangan Wilayah………... 78

3.2.3 Demografi………. 80

3.2.4 Pendidikan ………... 81

3.2.5 Kesehatan ………. 83

3.2.6 Kondisi Ekonomi Kabupaten Probolinggo………... 83

3.3 Aspek Geografi dan Demografi Kecamatan Kraksaan………. 87

3.3.1 Karakteristik dan Lokasi Wilayah………... 87

3.4 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Probolinggo…………... 96

3.4.1 Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi Bappeda……… 96

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA………..… 104

4.1 Faktor-Faktor Penyebab Pemindahan Ibu Kota Kabupaten Probolinggo……… 104

4.2 Proses Politik Pemindahan Ibu Kota Kabupaten Probolinggo……… 108

4.2.1 Proses Administratif Pada Lembaga Eksekutif……… 109

4.2.2 Proses Politik Pada Lembaga Legislatif………... 111

4.3 Kajian-Kajian Pemindahan Ibu Kota Kabupaten Probolinggo……… 105

4.4 Model Perkotaan Kraksaan……….. 122

4.5 Pengembangan Kota Kraksaan Sebagai Ibu Kota dan Pusat Pemerintahan Kabupaten Probolinggo………... 129 4.5.1 Ketersediaan Infrastruktur Perkotaan………. 129

4.5.2 Pengembangan Kraksaan Sebagai Ibu Kota Kabupaten……… 138

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……… 170

5.1 Kesimpulan.……….. 170

5.2 Saran………. 171

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Matriks Perbandingan Penelitian Terdahulu………. 64

Tabel 3.1 Statistik Pemerintahan Kabupaten Tahun 2014………. 71

Tabel 3.2 Luas Daerah Berdasarkan Kemiringan Tanah ……….. 72

Tabel 3.3 Panjang, Lebar, Debit Air dan Baku Lahan Sungai di Kabupaten Probolinggo……….……….………….. 75

Tabel 3.4 Luas Peruntukan Kawasan Budidaya……… 76

Tabel 3.5 Luas Kawasan Budidaya……….………... 77

Tabel 3.6 Indikator Kependudukan Kabupaten Probolinggo Tahun 2014……… 80

Tabel 3.7 Jumlah Sekolah, Murid dan Guru Beserta Rasio-Rasio Tahun 2014-2015.. 81

Tabel 3.8 Fasilitas Kesehatan Kabupaten Probolinggo Tahun 2014………. 83

Tabel 3.9 Indikator PDRB Kabupaten Probolinggo….………. 84

Tabel 3.10 Statistik Geografi dan Iklim Kec. Kraksaan………. 87

Tabel 3.11 Statistik Pemerintahan Kec. Kraksaan 2012-2014……… 88

Tabel 3.12 Statistik Pendidikan Kecamatan Kraksaan……… 89

Tabel 3.13 Rasio Murid Menurut Sekolah dan Guru di Kecamatan Kraksaan Tahun 2014……….………... 90

Tabel 3.14 Statistik Kesehatan di Kecamatan Kraksaan………. 91

Tabel 3.15 Produksi Beberapa Komoditi di Kecamatan Kraksaan Tahun 2013-2014... 92

Tabel 3.16 Sarana Perekonomian di Kecamatan Kraksaan………. 93

Tabel 4.1 Kajian Keterpusatan……….... 106

Tabel 4.2 Kajian Aksebilitas………... 107

Tabel 4.3 Kelengkapan Fasilitas Kecamatan di Kabupaten Probolinggo………. 108

Tabel 4.4 Kajian Perekonomian Kecamatan di Kabupaten Probolinggo……….. 110

Tabel 4.5 Kajian Kependudukan……… 112

Tabel 4.6 Kajian Pengembangan Lahan………. 113

Tabel 4.7 Kajian Keseluruhan………. 114

Tabel 4.8 Hasil Pertanian Kabupaten Probolinggo………. 133

Tabel 4.9 Lembaga Pendidikan Yang Terdapat Di Kota Kraksaan……… 144

Tabel 4.10 Fasilitas Kesehatan Kecamatan Kraksaan………. 147

Tabel 4.11 Pertumbuhan PDRB Dan Pendapatan Per Kapita Tahun 2009-2012……... 149

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Peta Kabupaten Probolinggo……… 86

Gambar 3.2 Peta Kecamatan Kraksaan……… 95

Gambar 4.2 Alun-Alun Kraksaan dan Gedung Sekretariat Dalam Tahap Penyelesaian Pembangunan……….. 125

Gambar 4.3 Pemukiman Kumuh Sepanjang Sungai Di Kota Kraksaan……….... 126

Gambar 4.4 Beberapa Perumahan Pada Zona 3………... 127

Gambar 4.5 Perumahan Dan Pemukiman Penduduk Dengan Lahan Cukup Luas…... 128

Gambar 4.6 Taman Kota Kraksaan………. 130

Gambar 4.7 Salah Satu Taman Kota Yang Dibiayai Oleh CSR………... 131

Gambar 4.8 Sentra Pedagang Kaki Lima Di Kota Kraksaan………. 135

Gambar 4.9 Pasar Semampir Pasca Renovasi………. 141

(13)

DAFTAR GRAFIK

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Arthur B. Gallion dan Simon Eisner. 1996. pengantar perancangan kota (desain dan

perencanaan kota). Jakarta: airlangga.

Asy’ari, Sapari Imam. 1993. Sosiologi Kota Dan Desa. Surabaya: Usaha Nasional.

Catanese, Anthony J. dan James C. Synder. 1989. Perencanaan kota. Jakarta: Airlangga.

E. Maryani. 2002. Pengantar Georafi Perkotaan. Jakarta: Jurusan Pendidikan Geografi

Fpips Universitas Pendidikan Indonesia.

Ernan Rustiadi Et Al. 2006. Perencanaan Dan Pengembangan Wilayah. Bogor: Fakultas

Pertanian. Institute Pertanian.

Hadi Sabari Yunus. 2010. Struktur Tata Ruang Kota. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Hamid, Hasani. 2008. Dimana Ibukota Kabupaten Kerinci, Jakarta

Herman Sosilo Purba. 2005. Prinsip Perancangan Kawasan Pemerintahan Di

Palabuhanratu, Sukabumi. Bandung: Regional And City Planning Magister

Programme Sappk- Institut Teknologi Bandung

Kuncoro, Mudrajad. 2012. Perencanaan Daerah. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

(15)

Rosdakarya

M. Mas’ud Said. 2008. Arah Baru Otonomi Daerah Di Indonesia. Malang: Umm Press.

Miles, Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif, Terjemahkan Oleh Tjetjep Rohendi.

Jakarta: Universitas Indonesia press.

R. Bintaro. 1991. Pengantar Geografi Kota. Yogyakarta: Up Spring.

Susantono, Bambang. 2009. Strategi Dalam Penataan Ruang Dan Pengembangan Wilayah.

Jakarta: Kata Hasta Pustaka.

Soenkarno, Achmad. 1999. Kajian Tentang Proses Pemindahan Ibukota Kabupaten (Studi

Kasus Kabupaten Bekasi-Cikarang). Bogor: S2 – Development Studies, Institut

Pertanian Bogor

Soejono dan Abdurrahman. Metode Penelitian. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya.

Tjokroamidjojo, Bintoro. 1980. Perencanaan Pembangunan. Jakarta: Gunung Agung.

W. J. S Poerwadarminta. 1982. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

SUMBER REFERENSI LAINNYA :

Undang-undang Republik Indonesia nomor 32 tahun 2004 tentang otonomi daerah

(16)

Undang-undang Republik Indonesia nomor 23 tahun 2014 tentang pemerintahan daerah.

Undang-undang Republik Indonesia nomor 26 tahun 2007 tentang penataan ruang

Peraturan pemerintah nomor 02 tahun 2010 tentang pemindahan ibu kota kabupaten

Probolinggo dari wilayah kota Probolinggo ke wilayah kecamatan Kraksaan.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)Kabupaten Probolinggo Tahun

2013-2018

Peraturan Daerah Kabupaten Probolinggo Nomor : 03 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo Tahun 2010 - 2029

Dokumen Administratif Penetapan Kraksaan Sebagai Ibu Kota Kabupaten Probolinggo

https://probolinggo kab.bps.go.id

Aris Wiro Pambudi, Dinamika Status Kota Kraksaan Sebagai Ibukota Kabupaten

Probolinggo 1950-2010, Skripsi, Universitas Negeri Malang. Tahun 2014

Abdul Haris. Evaluasi Kriteria Lingkungan Dalam Pemilihan Ibukota Baru: Studi Kasus

Pemindahan Ibukota Kabupaten Bima. Tesis. Perpustakaan Universitas Indonesia.

Http://Www.Digilib.Ui.Ac.Id/Opac/Themes/Libri2/Detail.Jsp?Id=94884

(17)

Historis. Makalah Dipresentasikan Dalam “Seminar Pemilihan Ibukota Kabupaten

Tasikmalaya” Tanggal 31 Maret 2003 Di Caffe Sinta, Tasikmalaya.

Bonar Zeitsel Ambarita, Dampak Relokasi Pusat Pemerintahan Kabupaten Simalungun

Terhadap Pengembangan Wilayah Kecamatan Raya, Skripsi, Universitas Sumatera

Utara, Simalungun

Dita Hestuadiputeri, Peran Dan Fungsi Ibu Kota Kecamatan Lasem Sebagai Pusat

Pertumbuhan Di Kabupaten Rembang, Tesis, Program Pascasarjana Magister

Teknik Pembangunan Wilayah Dan Kota Universitas Diponegoro, Semarang, 2007,

Nurudin Zanki. 2013. Perpindahan Ibukota Pemerintahan Kabupaten Semarang Dari Kota

Semarang Ke Kota Ungaran Tahun 1971-1983. Skripsi. Universitas Negeri

Semarang.

Sukmana Fithra Rizana. Proses Pemindahan Ibu Kota Provinsi Kalimantan Selatan, Dari

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kabupaten Probolinggo adalah sebuah wilayah administratif yang memiliki ibu kota dan pusat pemerintahan di Kecamatan Kraksaan. Kraksaan sendiri adalah sebuah kawasan bersejarah, karena sebelum dilebur dalam wilayah Kabupaten Probolinggo Kraksaan merupakan bekas pusat perkotaan dan pemerintahan pada jaman pra-kemerdekaan (Karesidenan Kolonial) dan pada tahun 1948 pernah berdiri menjadi sebuah kabupaten yang membawahi daerah-daerah disekitarnya yakni Kecamatan Dringu Sampai Paiton1. Hal itu dapat dibuktikan dengan adanya fasilitas kantor pemerintahan yang masih difungsikan oleh pemerintah daerah dan pusat, diantaranya kantor kejaksaan negeri, pengadilan negeri dan lembaga pemasyarakatan.

Kabupaten Probolinggo dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Daerah Kabupaten di Djawa Timur, dan berdasarkan Pasal 2 ayat (1), Pemerintahan Daerah Kabupaten Probolinggo berkedudukan di Kota Probolinggo. Dalam perkembangannya, kota Probolinggo kemudian berstatus sebagai Pemerintahan Daerah Kota Kecil yang berdasarkan

1

(19)

1950-Undang-undang Nomor 17 Tahun 1950 berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri2.

Seiring waktu pada tahun 2010 Kecamatan Kraksaan kemudian dipilih dan ditetapkan menjadi ibu kota dan pusat pemeritahan, berdasarkan penetapan peraturan pemerintah (PP) nomor 02 tahun 2010 tentang pemindahan ibu kota Kabupaten Probolinggo dari wilayah Kota Probolinggo ke wilayah Kecamatan Kraksaan. Dengan keadaan saat ini yang mempunyai penduduk sebesar 65.622 jiwa, serta didalamnya terdapat 5 Kelurahan dan 13 Desa, menjadikan Kraksaan sebagai ibu kota baru dengan daya tarik tersendiri. Pertumbuhan dan perkembangan di segala aspek bidang dapat dirasakan terus berjalan, mulai dari perekonomian dengan adanya pusat-pusat perbelanjaan sampai dengan infrastruktur pendukung lainnya yang terus dibangun sebagai sarana pemerintahan kedepan.

Berbagai latarbelakang yang berkembang menjadi penyebab perlu diadakannya pemindahan ibu kota Kabupaten Probolinggo adalah sebagai berikut3:

1. Organisasi Forum umat islam bersatu (FUIB) yang mendesak perlu diadakannya ibu kota definitif.

2. Kajian akademis dari pemerintah Kabupaten Probolinggo yang menempatkan Kraksaan sebagai kota layak dijadikan ibu kota dan pusat pemerintahan.

2

Peraturan Pemerintah Nomor 02 Tahun 2010 Tentang Pemindahan Ibu Kota Kabupaten Probolinggo

3

Http://Www.Koransuroboyo.Com/Index.Php/Index.Php?Option=Com_Content&View=Article&Id=8 24: Dprd-Setujui-Kraksaan-Ibukota-Kabupaten-Probolinggo-&Catid=25:Pemerintahan&Itemid=86

(20)

3. Beberapa masukan dan pendapat dari panitia khusus (pansus) dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD) mengenai kelemahan tidak adanya ibukota definitif diantaranya:

a. Pelayanan kepada yang masyarakat yang belum dapat dilakukan secara optimal, sebab instansi pelayanan tempatnya masih terpencar.

Pelayanan yang dilakukan pemerintah kabupaten Probolinggo selama ini belum efektif dan efisien, dikarenakan beberapa instansi yang terpisah, ada yang di Kota Probolinggo dan juga ada yang wilayah Kraksaan.

b. Dari segi ekonomi, pertumbuhan relatif lambat karena banyak transaksi malah terjadi di Kota Probolinggo.

Semenjak Kota Probolinggo berdiri sebagai daerah otonomi sendiri pengembangan cukup pesat terjadi. Beberapa pusat perekonomian tumbuh di Kota Probolinggo, hal tersebut menyebabkan banyak masyarakat Kabupaten Probolinggo yang menggantungkan perekonomiannya ada Kota Probolinggo sehingga daerah Kabupaten Probolinggo tingkat perokonomiannya berjalan lamban. .

c. Investasi yang juga berjalan lambat karena tidak ada kepastian lokasi pusat pemerintahan yang jelas, sehingga beberapa investor menahan diri untuk berinvestasi.

(21)

e. Dari segi infrastruktur perkotaan dan sarana prasarana pemerintahan, beberapa telah disiapkan dan telah berpindah ke Kraksaan.

Ibu kota dan pusat pemerintahan selain sebagai jatidiri dan simbol juga merupakan unsur terpenting untuk mengetahui berjalan atau tidaknya proses pemerintahan di suatu daerah. Menurut peraturan pemerintah dalam negeri, Ibu kota kabupaten/kota atau ibu kota provinsi adalah tempat kedudukan bupati, walikota, dan gubernur dalam menyelenggarakan pemerintahannya4. Ibu kota adalah sarana bagi pemerintah kabupaten untuk memusatkan proses pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat, oleh sebab itu ibu kota atau pusat pemerintahan merupakan unsur penting dalam berdirinya sebuah kabupaten.

Perpindahan ibu kota di Indonesia beberapa tahun terakhir ini menjadi hal yang sering terjadi. Dengan berbagai faktor penyebab, salah satunya adalah adanya pemekaran daerah baru pada ibu kota asal menjadi kota administratif sendiri. Beberapa daerah sukses melaksanakan perpindahan ibu kota dan pusat pemerintahan tersebut. Diantaranya adalah Kabupaten Malang yang semula ber-ibu kota di Kota Malang berpindah ke wilayah Kecamatan Kepanjen. Kemudian Kabupaten Madiun, Kabupaten Blitar, Kabupaten Kerinci, Kabupaten Serang dan lain sebagainya.

Kabupaten Malang merupakan daerah yang melaksanakan pemindahan ibu kota berdasarkan penetapan peraturan pemerintah nomor 18 tahun 2008 tentang pemindahan ibu kota Kabupaten Malang dari wilayah Kota Malang ke wilayah

4

(22)

Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang. Hal tersebut sukses dilaksanakan, Kecamatan Kepanjen yang di dulunya didominasi wilayah pertanian kini berkembang menuju wilayah perkotaan dengan mengalami berbagai pembangunan. Dukungan dari semua stakeholders dan pemangku kepentingan saling bekerja sama dalam menata organisasi pemerintahan di tempat baru tersebut. Sikap aparatur pemerintah Kabupaten Malang menyambut baik atas penetapan dan pemindahan ibu kota, sehingga dalam pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik dan pelayanan kepada masyarakat dapat terpenuhi5.

Kabupaten lainnya adalah Kabupaten Simalungun di Sumatera Utara, kabupaten tersebut mengalami pemindahan atas dasar penetapan peraturan pemerintah nomor 70 tahun 1999 tentang pemindahan ibukota daerah Kabupaten Simalungun dari wilayah daerah Kota Pematang Siantar ke Kecamatan Raya di wilayah daerah Kabupaten Simalungun. Sejak penetapan dari pemerintah tersebut Kabupaten Simalungun berkembang menjadi kawasan baru, banyak perantau dan juga gubernur Sumatera Utara pada waktu itu adalah Gatot Pujo Nugroho mengagumi atas perkembangan yang pesat terjadi di ibu kota baru Kabupaten Simalungun6.

Dapat dipastikan pemindahan ibu kota pada kabupaten lain masih akan terus terjadi, karena dengan melihat banyaknya daerah-daerah yang ingin memekarkan diri menjadi sebuah kota administratif, tentunya bukan hal yang mustahil bila nanti banyak bemunculan pemindahan ibu kota – ibu kota baru di Indonesia.

5

Eka Ayu Permatasari Et Al. 2013. Jurnal. Implementasi Kebijakan Pemindahan Ibukota Kabupaten Malang. Universitas Brawijaya

6

(23)

Http://Sumut.Antaranews.Com/Berita/149894/Gubsu-Kagumi-Perkembangan-Ibu-Kota-Menurut Undang-undang nomor 23 tahun 2014 bahwa penyelenggaraan pemerintahan daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, dan kekhasan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia serta untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan aspek-aspek hubungan antara Pemerintah Pusat dengan daerah dan antardaerah, potensi dan keanekaragaman daerah, serta peluang dan tantangan persaingan global dalam kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara7. Atas dasar Undang-undang itu juga maka memang sangat diperlukan penetapan dan kejelasan ibu kota definitif bagi sebuah kabupaten, agar kedepannya pembangunan dan pengembangan daerah dapat berjalan dengan baik.

Sangat sering kita temui, pusat pemerintahan terletak pada suatu kota yang ramai dan adanya ketersediaan berbagai macam kebutuhan. Awalnya memang kota mempunyai berbagai fungsi sehingga menjadi alasan mengapa kota menjadi pusat peradaban. Menurut Cristaller dengan central place theory-nya dikutip oleh buku sosiologi kota dan desa menyatakan, kota berfungsi menyelenggarakan penyediaan jasa-jasa bagi daerah lingkungannya. Jadi menurutnya, kota diartikan sebagai pusat pelayanan. Sebagai pusat, tergantung kepada seberapa jauh daerah-daerah sekitar

7

(24)

memanfaatkan penyediaan jasa-jasa kota itu. Dari pandangan ini kemudian kota-kota tersusun dalam suatu hierarki menurut berbagai jenis8.

Max Weber berpendapat bahwa suatu tempat adalah kota apabila setempatnya dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan ekonominya di pasar lokal. Barang-barang itu harus dihasilkan oleh penduduk dari pedalaman dan dijual-belikan dipasar itu. Jadi menurut weber, ciri kota adalah adanya pasar, dan sebagai benteng, serta mempunyai sistem hukum dan lain-lain tersendiri, dan bersifat kosmopolitan. Berikutnya diungkapkan oleh Wirth yang mendefinisikan kota sebagai permukiman yang relatif besar, padat dan permanen, dihuni oleh orang-orang yang heterogen kedudukan sosialnya. Akibatnya hubungan sosial menjadi longgar acuh dan tidak pribadi (impersonal relation)9.

Semenjak kecamatan Kraksaan dengan resmi ditetapkan sebagai ibu kota kabupaten Probolinggo maka secara otomatis pengembangan kawasan perkotaan terus dibangun. Perencanaan tata ruang dan kota secara bertahap masuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJM Daerah) 2013-2018 dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) 2013-2024 pemerintah Kabupaten Probolinggo. Pada tahun 2011 pemerintah Kabupaten Probolinggo menetapkan peraturan daerah (Perda) nomor 03 tahun 2011 tentang rencana tata ruang wilayah (RTRW) Kabupaten Probolinggo tahun 2010-2029. Hal ini akan menambah keseriusan pemerintah Kabupaten Probolinggo dalam membangun kota sejarah

8

(25)

tersebut. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, pemerintah daerah baik provinsi maupun kabupaten/kota diharuskan menetapkan peraturan tentang rencana tata ruang wilayah (RTRW). Penetapan tersebut seharusnya juga sejalan dengan rencana tata ruang wilayah nasional (RTRWN) dan provinsi.

Kecamatan Kraksaan yang merupakan bekas perkotaan pada masa lampau, dengan adanya pemindahan menjadikan hal tersebut dapat kembali dilestarikan. Beberapa fasilitas kantor pemerintahan yang telah ada dapat dimaksimalkan dan juga pelayanan kepada masyarakat dapat dilakukan secara efektif dan efisien dengan adanya pemindahan beberapa kantor lainnya di wilayah Kraksaan. Beberapa kantor yang telah mengalami relokasi diantaranya adalah markas polisi resort (Polres) kabupaten Probolinggo, gedung dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD), dinas pendidikan, dinas kesehatan, badan lingkungan hidup, badan perencanaan dan pembangunan daerah (BAPPEDA) dan perpustakaan daerah.

(26)

Ibu kota kabupaten merupakan suatu perwilayahan pusat atau sentral pengendalian pembangunan yang akan mendorong terjadinya pertumbuhan secara seimbang antar kota dengan desa atau antara desa dengan desa yang bersinergis. Dan merupakan wilayah pusat keseimbangan regional (regional balance) yaitu daya dukung suatu potensi wilayah tergantung kepada keseimbangan penyebaran penduduk yang memperoleh peluang yang sama terhadap demografi ekonomi sosial dan lingkungan untuk mewujudkan seluruh potensi yang dimiliki dapat menghasilkan suatu jaminan kualitas dan keadilan pelayanan publik10.

Fokus pengembangan yang terus dilakukan oleh pemerintah setempat adalah pada fasilitas pemerintahan, diantaranya gedung dan bangunan dari dinas pemerintah kabupaten. Selain hal tersebut pengembangan yang akan dilakukan pada sektor ekonomi, industri, dan infrastrukur perkotaan lainnya. Sehingga akan memakan waktu yang lama serta biaya yang tidak sedikit. Hal diatas merupakan pekerjaan rumah bagi pemerintah kabupaten, tidak dapat dipungkiri pembangunan harus segera dilaksanakan agar pelayanan kepada masyarakat dapat segera dilaksanakan dengan baik sesuai tujuan awal pemindahan ibu kota dan pusat pemerintahan Kabupaten Probolinggo.

Berdasarkan pemindahan ibu kota Kabupaten Probolinggo maka perlu dilakukannya kajian mengenai pengembangan kawasan perkotaan Kraksaan sebagai ibu kota dan pusat pemerintahan. Fokus kajian pada aspek perencanaan sampai

(27)

pelaksanaan dari pengembangan kawasan Kraksaan dengan menggunakan RTRW Kabupaten Probolinggo sebagai pedoman.

1.2Rumusan Masalah

Bagaimana pengembangan kawasan perkotaan Kraksaan sebagai ibu kota dan pusat pemerintahan Kabupaten Probolinggo?

1.3Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah maka penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui pengembangan kawasan perkotaan Kraksaan sebagai pusat pemerintahan kabupaten Probolinggo

1.4Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritik

a. Untuk mengembangkan kajian terkait pengembangan kawasan perkotaan b. Memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan bisa

menjadi bacaan atau bahan pertimbangan lain bagi penelitian serupa 2. Manfaat praktis: Sebagai bahan rekomendasi dalam pengembangan kawasan

kecamatan Kraksaan

a. Bagi peneliti sendiri, penelitian ini diharapkan memberi wawasan baru mengenai pengembangan kawasan perkotaan Kraksaan sebagai ibu kota dan pusat pemerintahan

(28)

1.5Definisi Konsep Dan Operasional

1.5.1 Definisi Konsep

a. Pengembangan Kawasan

Pengembangan kawasan atau wilayah dapat dirumuskan sebagai rangkaian upaya untuk mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan berbagai sumber daya, merekatkan dan menyeimbangkan pembangunan nasional dan kesatuan wilayah nasional, meningkatkan keserasian antar kawasan, keterpaduan antar sektor pembangunan melalui proses penataan ruang dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan yang berkelanjutan dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia11.

b. Ibu kota dan Pusat Pemerintahan

Menurut peraturan pemerintah nomor 30 tahun 2012, Ibu kota kabupaten/kota atau ibu kota provinsi adalah tempat kedudukan bupati, walikota, dan gubernur dalam menyelenggarakan pemerintahannya. Penyebutan ibu kota digunakan untuk wilayah kabupaten dan provinsi, dan penyebutan ibu kota untuk wilayah kota selanjutnya disebut pusat pemerintahan12.

Ibu kota kabupaten, yaitu kota tempat kedudukan pusat pemerintahan kabupaten, dalam perkembangannya dapat menjelma

11

Bambang Susantono. 2009. Strategi Dalam Penataan Ruang Dan Pengembangan Wilayah. Jakarta: Kata Hasta Pustaka. Hal. 11

12

(29)

menjadi kota yang makin mempunyai ciri dan tingkat kemajuan yang memenuhi syarat untuk diklasifikasikan sebagai Kota. Bila tahap perkembangan yang demikian itu terjadi, dijumpai suatu dilema karena kota dan kabupaten mempunyai tingkat yang sama tatarannya dari segi hierarki administrasi pemerintahan13.

c. Kawasan Perkotaan

Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi14.

1.5.2 Definisi Operasional

a. Proses Politik Pemindahan Ibu Kota Kabupaten Probolinggo

Hasil peninjauan lapangan secara keseluruhan Kecamatan

Kraksaan layak dan memenuhi syarat untuk dijadikan Ibu Kota Kabupaten Probolinggo khususnya dari aspek dukungan lahan, sarana prasarana, rentang kendali pemerintahan, dukungan masyarakat, pelayanan masyarakat, aset, dan peluang pengembangan selanjutnya.

Sejalan dengan hal tersebut, pemindahan Ibu Kota Kabupaten Probolinggo dari Kota Probolinggo ke Kecamatan Kraksaan yang telah diusulkan oleh Bupati Probolinggo kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Probolinggo dengan surat Nomor

13

Achmad Soenkarno. 1999. Kajian Tentang Proses Pemindahan Ibukota Kabupaten (Studi Kasus Kabupaten Bekasi-Cikarang). Bogor: S2 – Development Studies, Institut Pertanian Bogor

14

(30)

136/0332/426.11/2009 tanggal 30 Maret 2009 perihal Usulan Rencana Penetapan Ibu Kota Kabupaten Probolinggo di Kraksaan, telah mendapatkan persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Probolinggo sesuai Keputusan Nomor 3 Tahun 2009 tanggal 20 April 2009 tentang Penetapan Persetujuan Kraksaan sebagai Ibu Kota Kabupaten Probolinggo, diteruskan dengan surat Bupati Probolinggo kepada Gubernur JawaTimur dengan Nomor 170/591/426.11/2009 tanggal 29 Mei 2009 perihal Penetapan Kraksaan sebagai Ibu Kota Kabupaten Probolinggo serta surat Gubernur Jawa Timur kepada Menteri Dalam Negeri dengan Nomor 135/9328/011/2009 tanggal 19 Juni 2009 perihal Pemindahan Ibu Kota Kabupaten Probolinggo.

b. Rencana Tata Ruang dan Wilayah

Rencana tata ruang wilayah (RTRW) kabupaten adalah rencana tata ruang yang bersifat umum dari wilayah kabupaten, yang berisi tujuan, kebijakan, strategi penataan ruang wilayah kabupaten, rencana struktur ruang wilayah kabupaten, rencana pola ruang wilayah kabupaten, penetapan kawasan strategis kabupaten, arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten, dan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten15.

15

(31)

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo, adalah hasil perencanaan tata ruang wilayah di daerah Kabupaten Probolinggo16. 1) Isu Pengembangan Kawasan Perkotaan Kraksaan

Terdapat beberapa isu strategis rencana pengembangan kawasan perkotaan Kraksaan menjadi kota yang layak sebagai ibu kota dan pusat pemerintahan menurut RTRW Kabupaten Probolinggo. Karena sebuah kota yang menjadi pusat pelayanan dari segala aktifitas pemerintahan tentunya mempunyai beragam tuntutan yang harus segera diselesaikan. Berbagai isu pengembangan tersebut diantaranya adalah:

a) Pengembangan dan pemantapan Perkotaan Kraksaan sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) atau sebagai ibukota kabupaten:

1) Pembangunan Pusat pemerintahan kabupaten

2) Pembangunan Pusat pendidikan skala kabupaten – Perguruan Tinggi

3) Pembangunan Pusat pelayanan kesehatan skala kabupaten – RSU Kelas B

4) Pembangunan Perdagangan dan Jasa Regional

b) Pengembangan Jalan tembus/Jalan Lingkar Perkotaan Kraksaan c) Pembangunan terminal tipe B

d) Pembangunan Sub Terminal e) Pengembangan Pelabuhan

16

(32)

f) Pengembangan industri pengolahan g) Pembangunan kawasan industrial estate

h) Pembangunan sarana/prasarana agribisnis/agro industry i) Pengembangan industri kecil dan kerajinan

j) Pengembangan Industri pengolahan ikan Tangkap k) Pengembangan Industri pengolahan perikanan budidaya l) Pengembangan industri kapal rakyat

2) Prinsip Dalam Pengembangan Kawasan

Adapun prinsip-prinsip dasar dalam pendekatan pengembangan wilayah adalah sebagai berikut:

1) Sebagai Growth center. Pengembangan wilayah tidak hanya bersifat internal wilayah, namun harus diperhatikan sebaran atau pengaruh (spread effect) pertumbuhan yang dapat ditimbulkan bagi wilayah

sekitarnya, bahkan secara nasional.

2) Pengembangan wilayah memerlukan upaya kerjasama pembangunan antar daerah dan menjadi persyaratan utama bagi keberhasilan pengembangan wilayah.

(33)

4) Dalam pengembangan wilayah, mekanisme pasar harus juga menjadi prasyarat bagi perencanaan pengembangan wilayah17.

1.6Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

a. Penelitian Kualitatif

Bogdan dan Taylor dikutip dalam buku metode penelitian kualitatif mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar atau individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan. Kirk dan Miller dalam buku yang sama mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada menusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya18.

b. Penelitian Deskriptif

Menurut Nasution dalam buku metode penelitian, metode penelitian deskriptif adalah merupakan suatu metode yang banyak

17

Bambang Susantono. 2009. Strategi Dalam Penataan Ruang Dan Pengembangan Wilayah. Jakarta: Kata Hasta Pustaka. Hal. 11

18

(34)

dipergunakan dan dikembangkan dalam penelitian ilmu-ilmu sosial, karena memang kebanyakan penelitian sosial adalah bersifat deskriptif19. Pengertian lebih jauh menurut para pakar, yakni menurut Whitney metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat.20.

2. Sumber Data

a) Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari proses penelitian. Dari primer dari penelitian ini dapat diperoleh dari informan, yaitu pejabat terkait.

b) Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari arsip-arsip mengenai proses pengembangan kawasan perkotaan Kraksaan. Data sekunder dari penelitian ini berupa Undang-undang, peraturan daerah dan lain sebagainya yang berkaitan dengan konteks penelitian.

3. Teknik Pengumpulan Data.

a) Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel atau yang berupa catatan transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya. Kemudian untuk dokumentasi, mengabadikan setiap kegiatan penelitian.

19

(35)

b) Wawancara

Wawancara adalah kegiatan mencari bahan melalui tanya jawab lisan dengan siapa saja yang diperlukan. Wawancara diadakan untuk mengungkapkan latar belakang, motif-motif yang ada disekitar masalah yang diobservasi. Oleh karena itulah maka wawancara itu dilakukan, bilamana keterangan atau pendapat dengan jalan lain sudah tidak dapat diperoleh atau jalan dianggap terlalu sulit diperoleh. Wawancara dilakukan secara terstruktur dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang terkait dengan pokok-pokok pembahasan.

4. Subjek Penelitian

1. Kepala Badan Perencanaan Dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Probolinggo

2. 2 Pegawai Bidang Pendataan dan Pelaporan Badan Perencanaan Dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Probolinggo

5. Lokasi Penelitian

Penelitian akan dilakukan di tempat Instansi terkait yaitu di

1. Kantor Badan Perencanaan Dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Gedung Sekretariat Kab. Probolinggo. Jl. Raya Panglima Sudirman Kraksaan, Probolinggo

6. Analisis Data

(36)

1. Data reduction/reduksi data 2. Data display/penyajian data

3. Conclusion drawing/verification/kesimpulan

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan mulai sejak awal sampai sepanjang proses penelitian berlangsung, dalam penelitian ini di gunakan analisis data dengan menggunakan model interaktif melalui tiga prosedur yaitu:

a. Reduksi data sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan, data dihimpun dari berbagai sumber dilapangan, disederhanakan dan disimpulkan.

b. Penyajian data dimaksudkan sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan melihat penyajian-penyajian kita dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan. Hal ini dilakukan untuk memudahkan bagi peneliti melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari data penelitian, sehingga dari data tersebut dapat ditarik kesimpulan. c. Menarik kesimpulan/verivikasi, merupakan satu kegiatan dari

(37)

tukar pikiran diantara teman sejawat untuk mengembangkan “intersubjektif” dengan kata lain makna yang muncul dari data harus diuji kebenarannya, kekokohannya, dan kecocokkannya (validitasnya)21.

21

Gambar

Gambar  3.1
Grafik 3.1

Referensi

Dokumen terkait

1) Lightning arrester pada gardu induk sangat penting, karena semua peralatan pada gardu induk harus dilindungi untuk menunjang kinerjanya. 2) Lightning arrester atau disingkat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan kepada masyarakat khususnya petani di Desa Jojog Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur terhadap pelaksanaan

!jek adalah moda transportasi yang ada hampir di seluruh sudut kota Jakarta yang !jek adalah moda transportasi yang ada hampir di seluruh sudut kota Jakarta

Rencana untuk pemulihan dari kerusakan, baik yang disebabkan oleh alam maupun manusia, tidak hanya berdampak pada kemampuan proses komputer suatu perusahaan, tetapi juga akan

7.6 Bahwa dengan tidak digunakan minyak kelapa sawit dari Wilmar sebagai bahan baku untuk pembuatan Surfactant, Komisi menilai tidak terdapat potensi integrasi vertikal

2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) Sebagaimana telah diubah dengan

Variabel dependen (variabel terpengaruh) adalah variabel yang nilainya bergantung pada nilai variabel lain yang merupakan konsekuensi dari perubahan yang terjadi pada

Judul Penelitian :Hubungan Pola Asuh Gizi dan Kesehatan dengan Status Gizi pada Baduta di Puskesmas Sangkrah Kota Surakarta.. Nama Mahasiswa :Septa Aji Cahyana Nomor